Anda di halaman 1dari 17

RESUME TUGAS USHUL FIQH

Dosen pengampu :

Dr. Budi Rahmat Hakim, M. H

Disusun Oleh:

Muhammad Zaini Ghanni

222116749
Tugas usul fiqih

1. Pengertian Ushul Fiqih

Ushul fiqih ialah ilmu yang mengkaji tentang dalil fiqih berupa kaidah untuk mengetahui cara
pengguaannya, mengetahui keadaan orang yang menggunakannya (muttahid) dengan tujuan
mengeluarkan hukum amali ( perbuatan) dari dalil dalil secara terperinci dan jelas.

Perbedaan Ushul fiqih dan fiqih

Objek ushul fikih adalah dalil-dalil, sedangkan objek fikih adalah per buatan seseorang yang telah
mu kalaf (dewasa dalam menjalankan hukum).

Ruang lingkup ushul fiqih meliputi :

a. Pembahasan tentang hukum syara' dan yang berhubungan dengannya, seperti hakim, mahkum
fih, dan mahkum 'alaih.

b. Pembahasan tentang sumber-sumber dan dalil-dalil hukum.

c. Pembahasan tentang cara mengistinbathkan hukum dari sumber-sumber dan dalil-dalil itu.

d. Pembahasan tentang ijtihad.

2. Sejarah dan Perkembangan ushul fiqih

Ushul fiqih terbagi menjadi 3 fase :

a. Penetapan hukum pada Rasullullah SAW

*Terkadang dalam bentuk jawaban dari

suatu pertanyaan.

*Disebabkan terjadinya kasus ataukah p

peristiwa.pn

*Keputusan yang dikeluarkan Rasul ketika

ada suatu perkara.

b. Penetapan Hukum pada Masa Sahabat

*Ada Nash => dipahami melalui penguasaan mereka dalam bhs Arab

(tanpa memerlukan kaidah2 lughawiyah).

*Tdk ada nash => ijtihad

*Ijtihad sahabat

Kesepakatan => ijma

Perbedaan => atsar

c. Penetapan hukum pada Masa Tabi’in, Tabi’t tabi’in, dan Imam-imam mazhab (abad ke-2 dan ke-
3 H).
*Islam meluas keluar jazirah Arab, berinteraksi dan berkomunikasi dg dunia non Arab; mulai
dilakukan penyusunan kaidah2 kebahasaan.

*Banyak kasus/problem hukum yg timbul belum pernah terjadi sebelumnya; mulai dikembangkan
ijtihad yg memunculkan berbagai metodologi penggalian hukum.

Dengan berkembangnya ijtihad dibarengi dengan upaya pembukuan hasil ijtihad, maka
berkembang juga berbagai cabang ilmu keislaman.

Org yg pertama kali melakukan inisiatif pembukuan ialah Malik bin Anas (kitab Muwatha).

Ilmu Ushul Fiqh mulai lahir abad ke-2 H, dg keadaannya masih satu perangkat bercampur dg
pembahasan fikih.

3. Sumber, dalil dan metode perumusan hukum islam.

a. Al Qur'an

‫ما هو القران ؟‬

‫ المتعبد بتالوته‬،‫ بواسطة جبريل عليه السالم‬,‫ المنزل على محمد صلى هللا عليه وسلم‬،‫كالم هللا‬.

Prinsip Penetapan Hukum dlm Al Qur’an :

*Memberikan kemudahan dan tidak menyulitkan.

*Menyedikitkan tuntutan.

*Bertahap dalam menetapkan hukum.

*Sejalan dengan kemaslahatan umat.

Dalalah Al-Qur’an terhadap Hukum :

*Qath’iy al-Dalalah : menunjukkan makna dan petunjuk yang sudah jelas (tidak dipahami dengan
pengertian yg lain).

*Zhanniy al-Dalalah : mengandung arti yang masih samar, memungkinkan untuk dipahami dengan
pengertian lain.

b. Hadist

‫ما هو الحديث؟‬
‫ الجديد‬: ‫الحديث لغة‬

‫ ما أضيف إلى النبي صلى هللا عليه وسلم من قول أو فعل أو تقرير أو صفة‬: ‫اصطالحا‬.

Hadis terbagi 2 :

Qudsi : ucapan Rasul yang disandarkan beliau kepada Allah.

Nabawi : ucapan yang disandarkan beliau kepada Rasulullah saja.

Kehujjahan As-Sunnah.

Hukum-hukum yang dipetik dari As Sunnah wajib ditaati sebagaimana hukum-hukum yang
diistimbatkan dari Al Qur’an.
Hadis yang dapat digunakan sebagai sumber hukum adalah hadis yang sahih dan hasan.
Penentuan kesahihan hadis dibuat oleh ulama sehingga terjadi perbedaan pendapat.

Fungsi Sunnah terhadap al-Qur’an

1. Bayan tafsir : menginterpretasikan sekaligus merincikan apa yang tercantum secara umum
dalam Al Qur’an.

2. Bayan ta’kid : penguat/penegas hukum yang telah ditetapkan dalam Al Qur’ana.

3. Bayan tasyri’ : membentuk hukum baru yang tidak disebutkan di dalam Al Qur’an.

c. Ijma'

‫ما هو اإلجماع؟‬
‫ العزم واالتفاق‬: ‫اإلجماع لغة‬

‫ اتفاق مجتهدي هذه األمة بعد وفاة النبي صلى هللا عليه وسلم على حكم شرعي‬: ‫ واصطالحًا‬.

Ijma' ada 2 macam :

Ijma' qauli : yaitu suatu ijma' di mana para ulama' mengeluarkan pendapatnya dengan lisan
ataupun tulisan yang menerangkan persetujuannya atas pendapat mujtahid lain di masanya.

Ijma' Sukuti : yaitu suatu ijma' di mana para ulama' diam, tidak mengatakan pendapatnya. Diam di
sini dianggap menyetujui.

Diantara Syarat-Syarat Ijma :

*Harus ada mujtahid lebih dari satu.

*Harus ada kesepakatan terhadap sebuah hukum syar'i.

*Adanya kesepakatan di antara semua mujtahid yang menjadi peserta ijma.

*Kesepakatan muncul dari para ulama mujtahid yang adil (baik agamanya) dan tidak ahli bid'ah.

d. Qiyas

‫ ما هو القياس‬:

‫ هو التمثيل‬: ‫والقياس لغًة‬.

‫ وبالتالي الحكم‬،‫ هو رُّد واقعٍة غيِر منصوٍص عليها إلى واقعٍة منصوص عليها؛ التفاقهما في الِع َّلة‬:‫وفي اصطالح األصوليين‬.

Rukun-Rukun qiyas Ada 4:

*Ashl (Maqis alaih): masalah yang sudah ada hukumnya, baik dari al-Qur’an maupun hadis.

*Furu’ (maqis): masalah yang sedang dicari hukumnya

*Hukum Ashl: hukum yang sudah ditetapkan oleh nash

*Illat: sifat yang terdapat dalam ashl, dengan

syarat sifatnya nyata dan dapat dicapai dengan

indera, konkrit tidak berubah, dan sesuai dengan


tujuan yang hendak dicapai.

Pembagian Qiyas (dari segi kuantitas) :

*Qiyas Aulawi: jika hukum pada furu’ lebih kuat daripada ashl (seperti mengqiyaskan memukul
dengan kata “ah”)

*Qiyas Musawi: Jika hukum pada furu’ sama

kuatnya dengan hukum pada ashl (seperti memakan harta anak yatim dengan membakarnya)

*Qiyas Adna: yaitu hukum pada furu’ lebih lemah daripada ashl (seperti mengqiyaskan apel
dengan gandum).

Pembagian Qiyas (dari segi kejelasan Illat) :

*Qiyas Jaly : Qiyas yang ‘illatnya ditetapkan oleh nash bersamaan dengan hukum ashl (seperti
memukul orang tua).

*Qiyas Khafy : Qiyas yang ‘illatnya tidak disebut dalam nash.

Pembagian Qiyas (dari segi kualitasnya)

*Qiyas shahih : terpenuhi syarat dan rukun qiyas.

*Qiyas ma’al fariq : syaratnya kurang.

*Qiyas fasid : unsur/rukunnya kurang.

e. Istihsan

‫ما هو اإلمتحان؟‬

‫ عد الشيء حسنا‬: ‫االستحسان لغة‬.

، ‫ أو عن حكم كلي إلى حكم استثنائي لدليل انقدح‬،‫ هو عدول المجتهد عن مقتضى قياس جلي إلى مقتضى قياس خفي‬: ‫اصطالحا‬
‫في عقله رجح لديه هذا العدول‬.

contoh istihsan : kebolehan dokter dalam melihat aurat ajnaby (aurat orang lain) karena faktor
kemaslahatan dalam pengobatan.

Istihsan terbagi 2 :

1.Perpindahan dari qiyas zaly ke qiyas khafi dengan ada nya dalil yang meharuskan perpindahan.

2. Perpindahan hukum kulli ke juz'i dengan ada nya dalil yang meharuskan.

Ikhtilaf ulama Mazhab pada istihsan:

*Menyendiri imam Syafi'i berpendapat bahwa istihsan bukanlah sebagai landasan hukum.
Menurut nya Barangsiapa yang menetapkan hukum berlandaskan istihsan sama membuat-buat
syariat baru dengan hawa nafsunya.

*Ittifaq imam yg tiga bahwa mereka berpendapat istihsan bisa menjadi landasan hukum dengan
dalil

Az zumar ayat 18 yg berbunyi :

‫اَّلِذ ۡي َن َي ۡس َت ِم ُع ۡو َن اۡل َق ۡو َل َفَي َّت ِبُع ۡو َن َاۡح َس َن ٗه ؕ ُاوٰٓلِٕٮَك اَّلِذ ۡي َن َه ٰد ٮُهُم ُهّٰللا َو ُاوٰٓلِٕٮَك ُهۡم ُاوُلوا اَاۡلۡل َب اِب‬.
f. Maslahah Mursalat

‫ما معنى مصلحة المرسلة؟‬


.‫ ودفع المضرة‬،‫ جلب المنفعة‬:‫ فالمراد بها لغة‬،‫ والمصلحة كالمنفعة وزنا ومعنى‬،‫ وهي المنفعة‬،‫ جمع مصلحة‬:‫المصالح في اللغة‬
‫ أي المطلقة‬:‫والمرسلة‬.

‫ وأموالهم طبق‬،‫ ونسلهم‬،‫ وعقولهم‬،‫ وأنفسهم‬،‫ عبارة عن المصلحة التي قصدها الشارع الحكيم لعباده من حفظ دينهم‬:‫اصطالحا‬
‫ترتيب معين فيما بينها‬.

Macam-macam pembagian maslahah :

A. Pembagian maslahah dari segi tujuan orang yang mensyari'atkan itu terbagi 3 :

1. Dharuriyah yaitu perkara yang kembali kepada menjaga diri, akal, harta, agama, kehormatan,
dan keturunan. Dan apabila rusak diantaranya satu perkara maka rusak kehidupan dengannya dan
meluas oleh kekacauan.

2. Hajiah yaitu perkara yang membawa kepada kemudahan hidup, atau perkara yang membawa
kepada kesalahan yang besar dari ketiadaan takut atas keluputan perkara yang 6 diatas.

3. Tahsiniah yaitu perkara yang menjadikan kehidupan pada keelokan. Dan tempat kembalinya itu
kepada pendidikan akhlak, membaguskan figur, dan pergaulan.

B. Pembagian maslahah dari segi memandang nya orang yang mensyari'atkan kepadanya atau
tidak, kepada 3 bagian :

1. Maslahah Mu'tabarah Syar'an : sebagaimana telah terdahulu pada maslahah yang 6 di atas.

2. Maslahah Mulghat Syar'an : seperti maslahah orang yang memakan riba untuk menambah
harta, atau maslahah orang yang sakit atau orang yang sempit kehidupannya pada kebebasan dari
menjadi budak atau seumpama nya.

3. Maslahah mursalah: yang di maksud pada ini pembahasan yaitu satu maslahah yang tidak
bersaksi oleh syara' dan tidak jua membatalkannya.

g. Istishab

‫ما معنى اإلستصحاب؟‬

‫ طلب المصاحبة‬:‫االستصحاب لغة‬.

‫ لعدم قيام‬،‫ هو الحكم بثبوت أمر أو نفيه فى الزمان الحاضر أ! المستقبل بناء على ثبوته أو عدمه فى الزمان الماضى‬:‫واصطالحا‬
‫الدليل على تغييره‬.

Contoh istishab :

Asal pada gadis yaitu tetap kegadisan nya sehingga berubah menjadi janda dengan ada nya dalil.
Dan asal pada air itu suci sehingga berubah menjadi tidak suci dengan adanya dalil.

Macam-macam Istishab :

1. Istishab hukum boleh pada asal bagi tiap-tiap sesuatu yang tidak mendatang dalil atas
keharamannya.

2.Istishab umum yang bisa mendatangkan takhsis atau istishab nash yang bisa mendatang nasakh.
3.istishab dalil yang menunjukkan oleh akal dan syara' atas tetapnya dan kekalnya.

4. Istishab ketiadaan asal yang sdh di ketahui pada akal pada hukum-hukum syari'at.

5. Istishab penetapan hukum dengan ijma' pada tempat yang khilaf diantara ulama.

h. Al-urf

‫ما معنى العرف؟‬

‫ يأتي بمعنى الشيء المعروف عند الناس‬:‫العرف لغة‬.

‫وفي اصطالح األصوليين هو ما اعتاده جمهور من الناس واّط رد ولم يخالف الشرع‬. ،

'Urf mempunyai 3 syarat :

1. Bahwa ada urf itu adat bagi kebanyakan manusia.

2. Bahwa ada urf itu terus-menerus karena apabila terputus ia maka hilang oleh kehujjahannya.

3. Bahwa urf itu tidak menyalahi syari'at.

Urf ada 2 macam :

1. Urf shoheh yaitu sesuatu yang mengenal akannya oleh manusia dan tidak menyalahi dalil syar'i
dan tidak mehalalkan yang haram dan tidak jua membatalkan yang wajib.

2. Urf fasid yaitu sesuatu yang mengenal akannya oleh manusia akan tetapi menyalahi syari'at atau
mehalalkan yang haram atau membatalkan yang wajib.

i. Qaul/mazhab sahabat

Secara bahasa, ‫ قول‬artinya: perkataan, pendapat. Dari kata: ‫قال يقول قوال‬.

Adapun ‫صحابي‬, secara bahasa artinya: sahabat, teman karib, kawan akrab. Dari kata: ‫صحب يصحب‬
‫صحابة و صحبة‬.

Secara istilah, ‫ قول‬artinya: pendapat, perspektif, mazhab, jalan berpikir.

Adapun ‫ صحابي‬atau ‫ صحابة‬secara istilah memiliki dua makna :

1.Shahabi adalah orang yang pernah bertemu meskipun hanya sekali dengan Nabi Muhammad
Saw. dalam keadaan beriman, dan dia pun mati dalam keadaan beriman. Inilah pengertian Shahabi
yang digunakan oleh para ahli hadits.

‫من رأى النبي صلى هللا عليه وسلم مؤمنا به ومات على ذلك‬.

“Shahabi adalah orang yang pernah melihat Nabi Muhammad Saw. dalam keadaan beriman, dan
dia mati dalam keadaan beriman.”

2.Shahabi adalah orang yang banyak bersama dengan Nabi Muhammad Saw. dalam keadaan
beriman, dan dia pun mati dalam keadaan beriman.

‫ ومات على اإلسالم‬،‫من صحب النبي صلى هللا عليه وسلم مؤمنا به مدة تكفي عرفا لوصفه بالصحبة‬
“Shahabi adalah orang yang berkawan akrab dengan Nabi Muhammad Saw. dalam keadaan
beriman selama waktu tertentu sehingga berhak disebut sahabat, dan dia meninggal dalam
keadaan beriman.”

Pengertian qaul shahabi

Adapun pengertian Qaul Shahabi secara istilah adalah:

‫مذهب الصحابي الذي قاله أو فعله ولم يروه عن النبي صلى هللا عليه وسلم‬.

“Qaul Shahabi artinya: pendapat Shahabi yang telah dia katakan atau dia kerjakan, dan dia tidak
meriwayatkannya dari Nabi Muhammad Saw.”

Qaul Shahabi berupa dua macam:

1. perkataan shahabat

2. perbuatan shahabat

Jadi meskipun qaul itu artinya perkataan, namun Qaul Shahabi artinya pendapat. Di mana yang
namanya pendapat itu bisa diungkapkan secara lisan (perkataan), dan bisa diungkapkan melalui
tindakan (perbuatan).

Contoh Qaul Shahabi

1. Talak Tiga Yang Diucapkan Sekaligus

2. Adzan Shalat Jum’at Dua Kali

3. Kijang disamakan dengan kambing

Para ulama Hanafiyah dan Hanabilah berpendapat, bahwa ijma’ sukuti itu merupakan dalil.
Karena diamnya sebagian para mujtahid yang lain itu dianggap setuju dengan para mujtahid yang
sudah menyatakan pendapatnya. Hal ini diqiyaskan pada diamnya seorang perempuan yang
dilamar oleh seorang laki-laki. Bila perempuan itu diam, maka dianggap setuju.

Para ulama Malikiyah dan Syafi’iyah berpendat, bahwa ijma’ sukuti itu bukan merupakan dalil.
Karena diamnya sebagian dari para mujtahid itu belum tentu setuju. Karena boleh jadi diamnya
sebagian dari para mujtahid karena sebab-sebab takut kepada penguasa yang zalim dan tirani.
Terlalu sibuk, sehingga belum sempat menelaah perkara itu. Atau dia masih ragu-ragu untuk
membuat keputusan.

Sebagian ulama dari Syafi’iyah berpendapat, bahwa ijma’ sukuti itu merupakan dalil yang bersifat
zhanni. Bisa digunakan sebagai pertimbangan. Tidak harus diamalkan. Alias boleh berbeda, dan
tidak harus sama dengan ijma’ sukuti.

j. Syar'un man Qablana

Secara bahasa, Syar’u Man Qablana itu terdiri beberapa kata:

Syar’u: syariat, hukum yang berlaku.

Man: orang, manusia, umat.

Qablana: sebelum kita.

Secara istilah, para ulama mendefinisikan Syar’u Man Qablana sebagai berikut:
‫كشريعة إبراهيم‬,‫األحكام التى شرعها هللا تعالى لألمم السابقة وجاء بها األنبياء السابقون وكلف بها من كانوا قبل الشريعة المحمدية‬
‫وموسى وعيسى عليهم الصالة والسالم‬

Syar’u Man Qablana yaitu: hukum-hukum yang Allah syariatkan kepada umat para nabi sebelum
Nabi Muhammad Saw. Seperti syariat Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa alaihimus salam.”

Contoh Syar’u Man Qablana

1. Diharamkannya semua binatang berkuku

2. Disunnahkannya hidup membujang

3. Diwajibkannya hukuman qishash

4. Diharamkannya membalas perbuatan buruk.

Macam-macam Syar’u Man Qablana

1. Syar’u Man Qablana yang disebut dalam al-Qur’an atau hadits, dan dinyatakan masih berlaku

Misalnya:

hukuman qishash dalam pembunuhan.

menyembelih binatang qurban.

diharamkannya daging babi.

kewajiban melaksanakan puasa, yaitu: puasa Ramadhan.

Allah Swt. berfirman dalam QS. al-Baqarah ayat 183 sebagai berikut:

‫يا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوْا ُك ِتَب َع َلْي ُك ُم الِّص َي اُم َك َم ا ُك ِتَب َع َلى اَّلِذيَن ِمن َقْب ِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّت ُقوَن‬
“Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas
orang sebelum kalian agar kalian bertakwa.”

2. Syar’u Man Qablana yang disebut dalam al-Qur’an atau hadits, dan dinyatakan sudah tidak
berlaku.

Misalnya:

Allah mengharamkan semua binatang yang berkuku, lemak sapi dan domba, kecuali yang melekat
di punggungnya, atau yang dalam isi perutnya, atau yang bercampur dengan tulang bagi orang-
orang Yahudi.

Namun hal itu tidak berlaku bagi umat Nabi Muhammad Saw. Marilah kita perhatikan firman Allah
berikut ini:
‫َو َع َلى اَّلِذيَن َهاُدوا َح َّر ْم َن ا ُك َّل ِذي ُظُفٍر َو ِمَن اْلَب َقِر َو اْلَغَن ِم َح َّر ْم َن ا َع َلْي ِهْم ُشُح وَمُهَم ا ِإاَّل َم ا َح َم َلْت ُظ ُهوُرُهَم ا َأِو اْلَح َو اَي ا َأْو َم ا اْخ َتَلَط‬
‫ َذ ِلَك َج َز ْي َن اُه ْم ِبَب ْغ ِيِهْم َو ِإَّن ا َلَص اِد ُقوَن‬،ٍ‫ِبَع ْظ م‬.

“Dan kepada orang-orang Yahudi, Kami haramkan semua (hewan) yang berkuku, dan Kami
haramkan kepada mereka lemak sapi dan domba, kecuali yang melekat di punggungnya, atau yang
dalam isi perutnya, atau yang bercampur dengan tulang. Demikianlah Kami menghukum mereka
karena kedurhakaan mereka, dan sungguh Kami Maha Benar.”(QS. al-An’am: 146).
Dalam ayat di atas, Allah mengharamkan beberapa sumber makanan hewani. Lalu hal itu
dinyatakan telah dihapus dengan ayat berikut:

‫ُقل اَّل َأِجُد ِفي َم آ ُأْو ِحَي ِإَلَّي ُمَح َّر ًم ا َع َلى َط اِع ٍم َي ْط َعُم ُه ِإاَّل َأن َي ُك وَن َمْي َت ًة َأْو َدًم ا َّمْس ُفوًح ا َأْو َلْح َم ِخنِز يٍر َفِإَّن ُه ِر ْج ٌس َأْو ِفْس ًقا ُأِه َّل ِلَغ ْي ِر‬
‫ِهللا ِبِه‬.

“Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan memakannya
bagi orang yang ingin memakannya, kecuali daging hewan yang mati (bangkai), darah yang
mengalir, daging babi, karena semua itu kotor, atau hewan yang disembelih bukan atas (nama)
Allah.”(QS. al-An’am: 145).

Demikian pula mengenai rampasan perang atau ghanimah. Allah mengharamkan rampasan perang
bagi umat terdahulu. Namun ghanimah diperbolehkan untuk umat Nabi Muhammad Saw.

‫وُأِحَّلْت لي الَم َغ اِنُم وَلْم َت ِحَّل ألَح ٍد َقْب ِلي‬

“Dihalalkan untukku harta rampasan perang yang tidak pernah dihalalkan untuk
nabi sebelumku.”(HR. Imam Bukhari).

3. Syar’u Man Qablana yang disebutkan dalam al-Qur’an atau hadits dan tidak ada keterangan
apakah masih berlaku atau tidak

Misalnya:

Mahar Nabi Musa alaihis salam ketika menikah dengan putri Nabi Syu’aib adalah bekerja padanya
selama beberapa tahun.

Marilah kita perhatikan ayat berikut ini:

‫ِإِّن ي ُأِر يُد َأْن ُأْن ِك َح َك ِإْح َدى اْب َنَت َّي َهاَت ْي ِن َع َلى َأْن َت ْأُجَر ِني َث َم اِنَي ِحَج ٍج َفِإْن َأْت َمْم َت َع ْش ًر ا َفِمْن ِع ْن ِدَك َو َم ا ُأِر يُد َأْن َأُشَّق َع َلْي َك َس َت ِجُدِني ِإْن‬
‫َش اَء ُهَّللا ِمَن الَّص اِلِحيَن‬

Berkatalah dia (Syu’aib), “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang
dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun, dan jika kamu
cukupkan sepuluh tahun, maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak
memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”.(QS.
al-Qashash: 27).

D. Kedudukan Syar’u Man Qablana

Sebagaimana telah dijelaskan. Bahwa Syar’u Man Qablana itu ada empat macam.

Untuk macam yang pertama, yaitu: Syar’u Man Qablana yang disebut dalam al-Qur’an atau hadits,
dan dinyatakan masih berlaku. Para ulama sepakat. Bahwa syariat itu tetap berlaku.

Untuk macam yang kedua, yaitu: Syar’u Man Qablana yang disebut dalam al-Qur’an atau hadits,
dan dinyatakan sudah tidak berlaku. Para ulama juga sepakat. Bahwa syariat itu tidak berlaku lagi.
Karena sudah mansukh. Alias dihapus.

Untuk macam yang ketiga, yaitu: Syar’u Man Qablana yang tidak disebut dalam al-Qur’an maupun
hadits. Para ulama pun sepakat. Bahwa syariat itu tidak berlaku lagi.

Untuk macam yang keempat, yaitu: Syar’u Man Qablana yang disebut dalam al-Qur’an atau hadits
dan tidak ada keterangan apakah masih berlaku atau tidak. Maka di sinilah para ulama berbeda
pendapat. Ada yang menganggap dan menggunakannya sebagai dalil. Dan ada yang tidak.
Pendapat Jumhur Ulama
Jumhur atau mayoritas ulama berpandangan. Bahwa Syar’u Man Qablana jenis yang keempat itu
merupakan syariat yang tetap berlaku untuk umat Nabi Muhammad Saw. Dan menjadi salah satu
dalil dalam hukum Islam. Hal ini berdasarkan firman Allah Swt. berikut:

‫ُثَّم َأْو َح ْي َن ا إَلْي َك َأِن اّت ِبْع ِم َّلَة ِإْبَر اِهيَم َح نيًفا‬

“Kemudian Kami wahyukan kepadamu (Muhammad), ‘Ikutilah millah (ajaran) Ibrahim yang
lurus.’”(Q.S an-Nahl: 123).

k. Saddu Al djari'ah

Sadd adz-Dzariah merupakan metode yang dihasilkan oleh para ulama ushul fiqh terdahulu dalam
upaya untuk menjaga manusia sebagai mukallaf jatuh agar tidak jatuh pada kerusakan. Ini
dilakukan dengan cara menutup dan memblokir semua sarana, alat dan wasilah yang akan
digunakan untuk suatu perbuatan tersebut. metode ini mengandung dua unsur: (1) kerusakan
(mafsadah), yaitu setiap pekerjaan yang sebenarnya boleh dilakukan namun berujung pada
keharaman disebabkan adanya potensi kerusakan; dan (2) kebaikan (maslahah), yaitu setiap
pekerjaan mubah yang dianjurkan disebabkan adanya potensi kebaikan.

Contoh nya : Menebang dahan pokok yang meliuk di atas jalan umum dapat mengakibatkan
timbulnya gangguan lalu lintas.

Anda mungkin juga menyukai