Oleh
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MOHAMMAD NATSIR
YARSI SUMATERA BARAT
BUKITTINGGI
2022
KATA PENGANTAR
Segala Puji Bagi Allah Subhanahu Wata’ala, Tuhan Semesta Alam atas
Berkat Rahmat dan Karunianya sehingga Penulis mampu menyelesaikan Makalah
ini dengan Harapan agar Penulis diharapkan dapat mengetahui Ajaran Agama
ISlam dan Hubungannya denga agama samawi lainnya. Manfa'at dari
pemahaman yang baik dan benar terhadap tema ini adalah Penulis bisa
mendapatkan pemahamani mengenai kedudukan Manusia dihadapan Sang
Maha Pencipta, sehingga dapat meninggatkan nilai nilai Ibadah kepada-Nya.
Penulis menyadari, bahwa penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan
bagi semua pembaca demi kesempurnaan tulisan ini. Terima Kasih.
2. Hadits
Seluruh umat Islam telah sepakat dan berpendapat serta mengakui
bahwa sabda, perbuatan dan persetujuam Rasulullah Muhammad SAW
tersebut adalah sumber hukum Islam yang kedua sesudah Al Quran.
Banyak ayat-ayat di dalam Al Quran yang memerintahkan untuk
mentaati Rasulullah SAW seperti firman Allah SWT dalam Q.S Ali Imran
ayat 32:
ٰ ْ َ َ ه َ َ َّ ُ ْ َ َ ْ َ َ َّ ْ َ َّ ه َ ُ
اّٰلل َل ُي ِح ُّب الك ِف ِر ْي َن ق ْل ا ِط ْي ُعوا اّٰلل والرسول ۚ ف ِان تولوا ف ِان- ٣٢
Katakanlah (Muhammad), "Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling,
ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir."
Al Hadits sebagai sumber hukum yang kedua berfungsi sebagai penguat,
sebagai pemberi keterangan, sebagai pentakhshis keumuman, dan
membuat hukum baru yang ketentuannya tidak ada di dalam Al Quran.
Hukum-hukum yang ditetapkan oleh Rasulullah Muhammad SAW ada
kalanya atas petunjuk (ilham) dari Allah SWT, dan adakalanya berasal
dari ijtihad.
3. Ijma
Imam Syafi'i memandang ijma sebagai sumber hukum setelah Al Quran
dan sunah Rasul. Dalam moraref atau portal akademik Kementerian
Agama bertajuk Pandangan Imam Syafi'i tentang Ijma sebagai Sumber
Penetapan Hukum Islam dan Relevansinya dengan perkembangan
Hukum Islam Dewasa Ini karya Sitty Fauzia Tunai, Ijma' adalah salah satu
metode dalam menetapkan hukum atas segala permasalahan yang tidak
didapatkan di dalam Al-Quran dan Sunnah. Sumber hukum Islam ini
melihat berbagai masalah yang timbul di era globalisasi dan teknologi
modern.
Jumhur ulama ushul fiqh yang lain seperti Abu Zahra dan Wahab Khallaf,
merumuskan ijma dengan kesepakatan atau konsensus para mujtahid
dari umat Muhammad pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah
SAW terhadap suatu hukum syara' mengenai suatu kasus atau peristiwa.
Ijma dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu ijma sharih dan ijma sukuti.
Ijma sharih atau lafzhi adalah kesepakatan para mujtahid baik melalui
pendapat maupun perbuatan terhadap hukum masalah tertentu. Ijma
sharih ini juga sangat langka terjadi, bahkan jangankan yang dilakukan
dalam suatu majelis, pertemuan tidak dalam forum pun sulit dilakukan.
Bentuk ijma yang kedua dalah ijma sukuti yaitu kesepakatan ulama
melalui cara seorang mujtahid atau lebih mengemukakan pendapatanya
tentang hukum satu masalah dalam masa tertentu kemudian pendapat
itu tersebar luas serta diketahui orang banyak. Tidak ada seorangpun di
antara mujtahid lain yang menggungkapkan perbedaan pendapat atau
menyanggah pendapat itu setelah meneliti pendapat itu.
4. Qiyas
Sumber hukum Islam selanjutnya yakni qiyas (analogi). Qiyas adalah
bentuk sistematis dan yang telah berkembang fari ra'yu yang memainkan
peran yang amat penting. Sebelumnya dalam kerangka teori hukum
Islam Al- Syafi'i, qiyas menduduki tempat terakhir karena ia memandang
qiyas lebih lemah dari pada ijma.
B. Hubungan Ajaran Islam dengan Agama Samawi Lainnya.
Posisi islam di antara agama-agama lain dapat pula dilihat dari adanya
unsur pembaruan di dalamnya. Dengan datangnya islam, agama
memperoleh arti yang baru. Dalam hal ini paling kurang ada dua hal,
yaitu:
1. Agama tidak boleh dianggap sebagai digma atau aturan yang
orang harus menerimanya, jika ia ingin selamat dari siksaan yang
kekal. Dalam islam, agama harus diperlakukan sebagai ilmu yang
didasarkan atas pengalaman universal umat manusia. Bukan
hanya bangsa ini atau bangsa itu saja yang menjadi pilihan Allah
yang menerima wahyu ilahi. Sebaliknya wahyu diakui sebagai
factor penting untuk evolusi manusia. Selanjutnya mengenai
pengertian agama sebagai ilmu, ini dimantapkan dengan
menyajikan ajaran agama sebagai landasan bagi perbuatan. Tak
ada satupun ajaran agama yang tak dijadikan landasan perbuatan
bagi perkembangan manusia menuju tingkat kehidupan yang lebih
tinggi dan baik lagi.
Posisi islam di antara agama-agama lain dapat pula dilihat dari adanya
unsur pembaruan di dalamnya. Dengan datangnya islam, agama
memperoleh arti yang baru. Dalam hal ini paling kurang ada dua hal,
yaitu:
1) Agama tidak boleh dianggap sebagai digma atau aturan yang orang
harus menerimanya, jika ia ingin selamat dari siksaan yang kekal.
Dalam islam, agama harus diperlakukan sebagai ilmu yang didasarkan
atas pengalaman universal umat manusia. Bukan hanya bangsa ini
atau bangsa itu saja yang menjadi pilihan Allah yang menerima wahyu
ilahi. Sebaliknya wahyu diakui sebagai factor penting untuk evolusi
manusia. Selanjutnya mengenai pengertian agama sebagai ilmu, ini
dimantapkan dengan menyajikan ajaran agama sebagai landasan bagi
perbuatan. Tak ada satupun ajaran agama yang tak dijadikan
landasan perbuatan bagi perkembangan manusia menuju tingkat
kehidupan yang lebih tinggi dan baik lagi.
2) Ruang lingkup agama itu tidak terbatas pada kehidupan akhirat saja
melainkan juga mencakup kehidupan dunia. Karena islam tidak hanya
mengajarkan kehidupan akhirat saja,tetapi agama islam membawa
dan mengajarkan kedua-duanya baik itu kehidupan dunia maupun
kehidupan di akhirat. Dengan kehidupan dunia yang baik, manusia
dapat mencapai kesadaran akan adanya kehidupan yang lebih tinggi
dan kehidupan yang abadi.
Al-Quranul Karim
http://digilib.uinsby.ac.id/2004/4/Bab%201.pdf
http://jurnal.uinbanten.ac.id/index.php/alqalam/article/view/633
https://news.detik.com/berita/d-5216687/4-sumber-hukum-islam-yang-
disepakati-ulama