Anda di halaman 1dari 9

T A R I K H T A S Y R I I S L A M

MAKALAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah " MPAI 2 " Dosen Pembimbing : Drs. Nur Efendi, M.Ag

Disusun Oleh :
Abidatul Mufidah A.Fajar Syaifullah A.Hatan Zamzami Ainun Mardiyah 3211063021 3211063022 3211063023 3211063027

PRODI PAI B / IV

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) TULUNGAGUNG

2008
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Islam adalah dasar bagi umat Islam untuk menentukan keputusan, baik itu secara langsung maupun tidak langsung, artinya hukum Islam itu sangatlah penting karena hukum Islam digunakan sebagai patokan dalam menentukan berbagai hal. Namun Islam sangatlah komplek (menyeluruh) yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya, dan hubungan dengan makhluk lain. Untuk selanjutnya, dalam makalah ini kami akan memaparkan tentang sejarah hukum Islam dimulai dari zaman Rasulullah baik itu hukum yang diambil dari perkataan, perbuatan, bahkan diamnya beliau. B. Rumusan Masalah 1. Apakah pengertian dan ciri-ciri tasyri Islam itu? 2. Bagaimana perkembangan dan pertumbuhan hukum Islam pada masa Rasulullah? 3. Bagaimana penerapkan hukum Islam di masa Rasulullah? 4. Apakah tujuan dari hukum Islam itu? C. Tujuan Pembahasan 1. Untuk mengetahui pengertian tasyri dan ciri-cirinya. 2. Untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan hukum Islam dimasa Rasulullah. 3. Untuk mengetahui bagaimana penerapan hukum Islam dimasa Rasulullah. 4. Untuk mengetahui tujuan dari hukum Islam.

BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian dan Ciri-Ciri Tasyri Islam Pengertian tasyri atau yang biasa disebut syariat menurut bahasa dapat diartikan jalan yang lurus, mata air, serta Muhammad Abduh mengartikan bahwa tasyri adalah tempat pengairan dan jembatan yang lurus. Secara terminologi, syariat juga diartikan dengan beberapa pengertian; 1. Menurut Muhammad Ali Athanni Syariat adalah hukum Allah yang diajarkan kepada hamba-Nya baik yang berhubungan dengan perbuatan atau tatacara berkeyakinan. 2. Menurut Imam Saltut Syariat adalah hukum dan tata aturan yang ditetapkan oleh Allah yang digariskan pokok-pokoknya agar manusia mengambil pedonan bagi dirinya dalam hubungannya dengan Tuhan, hubungan sesama manusia yang muslim hubungan dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan alam, dan hubungan dengan sesama kehidupan. 3. Menurut As-Syaban Muhammad ibn Ismail Syariat adalah suatu hukum yang ditentukan oleh Allah terhadap hambanya, baik yang menyangkut aqidah, amaliah maupun khuluqiyah. Dengan adanya pengertian-pengertian diatas, maka dapat digaris bawahi bahwa yang dimaksud syariat adalah jalan lurus yang harus diikuti oleh setiap muslim, yang merupakan jalan hidup muslim. Yang mana didalamnya memuat ketetapan-ketetapan Allah dan ketentuan Rasul-Nya baik berupa perintah ataupun larangan.1 Yang wajib diikuti oleh orang Islam berdasarkan iman yang berkaitan

Daud Ali Muhammad, Hukum Islam, (PT. Jakarta: Raja Brafindo Persada, 2005), p. 46

dengan akhlak baik dalam hubungannya dengan Allah maupun sesama manusia dan benda dalam masyarakat.2 Kemudian mengenai ciri-cirinya hukum Islam, yaitu; 1. Merupakan bagian dan bersumber dari agama Islam 2. Mempunyai hubungan yang erat dan tidak bisa dipisahkan dari iman atau akidah dan kesusilaan atau akhlak Islam. 3. Mempunyai dua istilah kunci, yaitu syariat dan fiqih. 4. Terdiri dari dua bidang utama yakni ibadah dan muamalah. 5. Strukturnya berlapis, yakni nash atau teks Al-Quran, Sunnah nabi Muhammad. 6. Mendahulukan hak, amal, dari pada pahala. 7. Dapat dibagi menjadi hukum taklifi dan wadhi3 B. Perkembagan dan Pertumbuhan Hukum Islam pada Masa Rasulullah a. Kehidupan bangsa Arab sebelum Islam Bangsa Arab sebelum Islam dikenal sebagai bangsa yang sudah memiliki kemajuan ekonomi. Letak geografis Arab yang strategis, membuat Islam mudah tersiar keberbagai wilayah. Ciri-ciri utama Arab pra Islam yaitu; 1 2 3 4 Menganut paham kesukuan. Memiliki tata sosial politik yang tertutup dengan partisipasi warga yang terbatas. Mengenal hierarki sosial yang kuat. Kedudukan perempuan cenderung direndahkan. Selain itu pada masa Arab pra Islam, dari segi akhidah (aqaid), bangsa Arab pra Islam percaya kepada Allah sebagai pencipta. Dalam bidang hukum, bangsa Arab pra Islam menjadikan adat sebagai hukum dengan berbagai bentuknya. Dalam perkawinan mereka mengenal beberapa macam perkawinan. Diantaranya adalah istibdla, poliandri, maqhtu, badal, dan sighar.
2 3

Ibid. p. 47 Ibid., p. 59

Dilihat dari sumber yang digunakan, hukum Arab pra Islam bersumber pada adat istiadat. Dalam bidang muamalah diantara kebiasaan mereka adalah diperbolehkannya transaksi mubadalah (barter), jual beli, kerjasama pertanian (muzaraah), dan riba. Diantara ketentuan hukum keluarga Arab pra Islam adalah diperbolehkannya berpoligami dengan perempuan dengan jumah tanpa batas, serta anak kecil dan perempuan tidak dapat menerima pusaka atau harta peninggalan. b. Tasyri makkah dan madinah Hukum Islam pada zaman nabi Muhammad dapat dibedakan menjadi dua fase, yakni fase Makkah dan Madinah. Ciri-ciri masyarakat Islam pada fase Makkah adalah; 1. Jumlah masih sangat sedikit. 2. Karena kecil mereka masih sangat lemah disbanding dengan kekuatan yang dimiliki penentang Islam. 3. Karena masih sangat lemah mereka juga dikucilkan oleh masyarakat penentang Islam. Mereka ini ternmasuk masyarakat yang baru saja masuk Islam, oleh sebab itu langkah yang ditempuh Rasul yaitu dengan memperbaiki aqidah. Sedangkan ciri-ciri fase Madinah yaitu; 1. Islam tidak lagi lemah karena sudah banyak dan berkuaitas. 2. Mengeliminasi permusuhan dalam rangka mengesakan Allah. 3. Adanya ajakan perbaikan syariat untuk memperbaiki hidup. 4. Membentuk aturan damai dan perang. Dengan keadaan masyarakat yang demikian yang diisyaratkan, mencakup muamalat, jihad, jinayat, mawaris, wasiat talak, sumpah, dan peradilan. C. Penetapan Hukum Islam Pada Masa Rasulullah

Dalam meyelesaikan persoalan yang dihadapi, Nabi Muhammad senantiasa berpedoman pada wahyu baik Al-Quran maupun Al-Sunnnah. Para sahabat menaati dan mengikuti keputusan nabi baik ucapan maupun perbuatan yang didasarkan pada Al-Quran dan Al-Sunnah, hal-hal yang terkandung dalam AlQuran adalah; a. Hukum Keyakinan (ahkan al-Itiqadiyyah) yaitu kewajiban bagi mukalaf untuk percaya pada Allah,malaikat, kitab-kitabNya, para Rasul-Nya dan hari kiamat.seperti halnya shalat As-sunnah menjeaskan cara shalat Rasul dengan praktek. Rasulullah Saw selalu shalat lima waktu dengan kaum muslimin, dan dengan hadits yang berbunyi;4


Shalatlah kamu seperti kamu melihat saya shalat. b. Hukum akhlak (ahkam Al-khuluqqiyyah), yaitu kewajiban bagi mukalaf untuk berbuat kebaikan sebaik-baiknya dan menjauhkan diri dari kejelekan. Misalnya, Al-Quran memerintahkan berbuat adil dan kebajikan seperti dalam firman Allah;5


Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan dan memberi kepada kaum kerabat. c. Hukum amaliah (ahkamul-amalaiyyah), yaitu kewajiban bagi mukalaf, baik dalam perkataan, perbuatan, maupun dalam tasharrufut. Al-Quran itu diturunkan hanyakah untuk memperbaiki hal ihwal manusia, oleh karena itu maka datanglah suruhan-suruhan dan larangan-larangan, yaitu yang terjadi pada bangsa Arab yang telah kukuh adapt istiadat mereka, baik yang tidak membahayakan ataupun yang membahayakan. Kebijakan syarrI dalam hal ini dengan berangsur-angsur untuk menyempurnakan agamanya.

Hud Hari Bik, Terjemah Tarikh al-Tasyrial-Islami Sejarah Pembinaan Hukum Islam, (Darul Ihya Indonesia), p. 89 5 Ibid., p. 54

Suatu contoh yakni Rasulullah ditanya tentang khamr dan judi, sedangkan keduanya adalah termasuk adapt istiadat yang kokoh dikalangan mereka, maka beliau menjawab dengan ayat Al-Quran dalam Surat Al-Baqarah, yang berbunyi;


Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, namun disa keduannya lebih besar dari manfaatnya. Hukum yang terkandung dalam Al-Quran dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ibadah, dan muamalah. Yang termasuk ibadah adalah shalat, zakat, haji. Sedangkan muamalah, berkaitan dengan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya seperti halnya kegiatan jual beli. D. Tujuan Hukum Islam Tujuan hukum Islam dapat dilihat dari dua segi yaitu; a. b. Segi pembuat hukum Islam, yaitu Allah dan Rasul. Segi manusia yang menjadi pelaku dan pelaksana hukum Islam. Dilihat dari pembuatan, hukum Islam terbagi menjadi tiga, yaitu; 1. Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia yang bersifat primer, sekunder dan tersier. 2. Untuk ditaati dan dilaksanakan oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. 3. Supaya dapat ditaati dan dilaksanakan dengan baik dan benar. Dan dilihat dari segi manusia yang menjadi pelaku dan pelaksana, hukum Islam terbagi menjadi; 1. Agama, yang merupakan tujuan pertama hukum Islam. 2. Jiwa, merupakan tujuan kedua hukum Islam. 3. Akal, manusia dapat berfikir tentang Allah dan ciptaannya. 4. Keturunan, agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelanjutan umat manusia dapat diteruskan. 5. Harta, merupakan pemberian Tuhan kepada manusia agar manusia dapat bertahan hidup, dan melangsungkan kehidupannya.6
6

Ibid., p. 63-64

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pengertian tasyri atau yang biasa disebut syariat menurut bahasa dapat diartikan jalan yang lurus, mata air, serta Muhammad Abduh mengartikan bahwa tasyri adalah tempat pengairan dan jembatan yang lurus. 2. Selain itu pada masa Arab pra Islam, dari segi akhidah (aqaid), bangsa Arab pra Islam percaya kepada Allah sebagai pencipta. Dalam bidang hukum, bangsa Arab pra Islam menjadikan adat sebagai hukum dengan berbagai bentuknya. 3. Dalam meyelesaikan persoalan yang dihadapi, Nabi Muhammad senantiasa berpedoman pada wahyu baik Al-Quran maupun Al-Sunnnah. Para sahabat menaati dan mengikuti keputusan nabi baik ucapan maupun perbuatan yang didasarkan pada Al-Quran dan Al-Sunnah. 4. Tujuan hukum Islam dapat dilihat dari dua segi yaitu; segi pembuat hukum Islam (yaitu Allah dan Rasul). Dan segi manusia yang menjadi pelaku dan pelaksana hukum Islam. B. Saran dan Kritik Demikian pembahasan makalah kelompok kami. Semoga kiranya dapat bermanfaat bagi kita semua. Dalam makalah ini tentunya masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, untuk itu saran dan kritik sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA Muhammad, Daud Ali. Hukum Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. 2005 Hari Bik, Hud. Terjemah Tarikh al-Tasyrial-Islami, Sejarah Pembinaan Hukum Islam. Indonesia: Darrul Ihya.

Anda mungkin juga menyukai