RESUME
Bakhtiar Amsal. 2005. Filsafat Ilmu. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Disusun Oleh :
Nama NIM Prodi/SMT Jurusan Kelompok : : : : : Fika Wahyu Pratiwi 3211063055 PAI B / 5 Tarbiyah 6 (Enam)
antara "esensi atau arti yang kita berikan" dengan "esensi yang terdapat didalam objeknya". Namun, dalam permasalahan sekarang adalah apakah realitas itu objektif atau subjektif ? dalam hal ini ada pandangan realisme epistemologis dan idealisme epistemologis. Realisme epistemologis berpandang bahwa realitas yang tidak tergantung (independent), yang terlepas dari pemikiran dan kita tidak dapat mengubahnya bila kita memahaminya, itulah sebabnya realisme epistemologis kadangkala disebut objectivisme, dengan kata lain : realisme epistemologis atau objectivisme berpegang teguh kepada kemandirian kenyataan tidak tergantung pada yang diluarnya. Sedangkan idealisme epistimologis berpandang bahwa setiap tindakan mengetahui berakhir didalam suatu ide, yang merupakan suatu peristiwa subjektif. 2. Teori Koherensi tentang kebenaran Menurut teori ini kebenaran tidak dibentuk atas hubungan antara putusan dengan sesuatu yang lain, yaitu fakta atau realitas, tetapi atas hubungan antara putusan putusan itu sendiri dengan kata lain kebenaran ditegakkan atas hubungan antara putusan yang baru dengan putusan yang lainnya yang telah kita ketahui dan akui kebenarannya terlebih dahulu. Jadi menurut teori ini, putusan yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan saling menerangkan satu sama lain, karenanya lahirlah rumusan (truth is consistency) kebenaran adalah konsistensi dan kecocokan. Mengenai teori konsistensi dapat kita simpulkan : Pertama, kebenaran menurut teori ini ialah kesesuaian antara suatu pernyataan dengan pernyataan lain yang sudah lebih dahulu kita ketahui, terima dan akui sebagai benar. Kedua, teori ini dapat dinamakan teori penyaksian tentang kebenaran, karena
menurutnya satu putusan dianggap benar apabila mendapat penyaksian oleh putusan lainnya yang terdahulu yang sudah diketahui, diterima dan diakui kebenarannya. 3. Teori Pragmatisme tentang kebenaran Pragmatisme berasal dari bahasa Yunani, pragma : yang dikerjakan, yang dilakukan, perbuatan, tindakan. Menurutnya benar tidaknya suatu ucapan, dalil atau teori semata-mata bergantung kepada asas manfaat. Ungkapan dari penganut pragmatis : 1) 2) eksperimen 3) Sesuatu itu benar apabila ia mendorong atau membantu perjuangan biologis untuk tetap ada. Jadi, bagi para penganut pragmatis, batu ujian keberanian ialah kegunaan dapat dikerjakan, akibat atau pengaruhnya yang memuaskan. Menurut pendekatan ini, tidak ada apa yang disebut kebenaran yang tetap atau kebenaran yang mutlak. Sesuatu itu benar apabila memuaskan keinginan adan tujuan manusia Sesuatu itu benar apabila dapat diuji benar dengan