Anda di halaman 1dari 8

PEMBAHASAN

SURAH : AL - FATIHAH A. Surah Al-Fatihah :

1
B. Arti / Terjemahan Surah Al - Fatihah : 1. Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 4. Yang menguasai di hari Pembalasan. 5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. 6. Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, 7. (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.2 C. Kosa Kata : 1.

( Alhamdu) : (segala puji). memuji orang adalah Karena

perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berrati: menyanjung-Nya Karena perbuatannya yang baik. lain halnya dengan syukur yang berarti : mengakui keutamaan seseorang terhadap
1 2

Depag R.I, Al-Qur'anul Karim, Surabaya : CV. Risma Putra, 2004, hal 1. Depag R.I, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta : Yayasan Penyelenggara Pentafsir Al-Qur'an, 1990.

nikmat yang diberikannya, kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah Karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.

2.

( Rabb) : (Tuhan), berarti : Tuhan yang ditaati yang memiliki,

mendidik dan memelihara. lafal Rabb, tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah), 'alamiin (semesta alam) : semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti : alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu. 3. Raja. 4.

( Maalik) : (yang menguasai) dengan memanjangkan mim, ia berarti :

pemilik. Dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya :

( Yaumiddin) : (hari Pembalasan) : hari yang diwaktu itu masing-

masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya. 5.

( Na'budu) : diambil dari kata 'ibaadat : kepatuhan dan ketundukkan

yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. 6.

( Nasta'iin) : (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah:

mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri. 7.

( Ihdina) : (tunjukilah kami), dari kata hidayaat : memberi petunjuk

ke suatu jalan yang benar. Yang dimaksud dengan ayat ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik. 8.

( magdubi) : yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan

mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.3

Muhamad Taufiq, Qur'an in Word, mtaufiq@rocketmail.com, Tanpa Kota, Tanpa Tahun.

D. Analisis / Penjelasan :


1. Artinya :


" Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadatlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan." (Al-Muzammil : 8)


" Dan sebutlah nama Tuhanmu pada (waktu) pagi dan petang." (Al-Insan : 25) Berdasarkan pengertian ayat diatas, dapat disimpulkan bahwa di dalam menyebut nama Allah diharuskan adanya keterlibatan hati dan lisan dalam rangka mengingat keagungan dan kebesaran Allah. Memuji dan menyatakan rasa syukur kepada Allah berarti memohon pertolongan kepada-Nya agar diberikan kekuatan melaksanakan perbuatan sesuai dengan ketentuan syari'at. Sebab, seluruh perbuatan yang tidak dimulai dengan menyebut nama-Nya, berarti tidak diakui syari'at. "Allah" : adalah isim 'alam, khusus ditujukan kepada yang wajib disembah secara benar. Nama ini tidak boleh digunakan untuk selain Allah. Pengertian dari Rahman & Rahim : menunjukkan zat yang memberi kenikmatan-kenikmatan dan kebajikankebajikan, menunjukkan sifat yang tetap ada pada Allah. 2. Di dalam sebuah Hadist disebutkan bahwa al-Hamdu itu berarti inti ungkapan rasa syukur. Seseorang hamba yang tidak bersyukur kepada Allah berarti ia tidak pernah memuji-Nya. Lillah ; adalah zat yang disembah secara benar dan tidak bisa digunakan oleh selain Allah SWT. Rabbi : Tuhan yang

memelihara, dalam arti kata mengatur yang diatur dan mengatur kehidupan yang ada dalam kekuasaan-Nya. Pemeliharaan Allah ke manusia 2 macam : 1) Pemeliharaan terhadap eksistensi manusia, yakni ditumbuhkan sejak kecil sampai dewasa, dan adanya peningkatan kekuatan jiwa serta akalnya. 2) Pemeliharaan terhadap agama & akhlaknya, melalui wahyu yang diturunkan kepada salah seorang agar menyampaikan risalah yang akan menyempurnakan akal dan membersihkan jiwa mereka. 'Alamin : Pujian yang baik itu hanyalah bagi Allah. Sebab, Dialah sumber terciptanya semua makhluk. Dialah pengatur dan piata alam semesta, sejak pertama ada hingga masa akhirnya. 3. Maksudnya : kita hidup dalam rahmat-Nya, rahmat dan ilmu meliputi segala sesuatu. Kalaulah Allah bukan Maha Pengampun lagi Penyayang, tentu perbuatan maksiat kita akan membinasakan kita, karena Dia akan langsung menghukum kezaliman dan keingkaran kita.4 Kata Ar-rahman ini khusus digunakan untuk Allah dan belum pernah terdengar, sekalipun oleh bangsa Arab sendiri, pemakaiannya digunakan untuk selain Allah. Kata Ar-rahim berarti sifat yang tetap pada Allah. Dari sifat inilah lahir kebajikan dan kasih sayang Allah. Allah SWT telah menuturkan dua sifat ini untuk memberi penjelasan kepada hamba-hamba-Nya bahwa ketuhanan Allah itu adalah kebutuhan rahmat dan kebajikan. Mengenai hokum yang telah disyari'atkan Allah terhadap hembahamba-Nya yang berada di dunia, atau siksaan yang menyedihkan di akhirat nanti hanya diperuntukan bagi siapa pun yang melanggar batasan-batasan Allah dan berani melakukan perbuatan yang diharamkan Allah.5 Al-Quthubi berkata demikian. Allah menyifati diri-Nya dengan Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang setelah kata "Rabb semesta alam", tiada lain kecuali untuk menyenagkan setelah Dia mempertakuti. "Yang Maha Pemurah lagi Maha Pengasih" merupakan ungkapan meyenagkan yang
4 5

Muhammad al-Ghazali, TAFSIR AL-GHAZALI, Yogyakarta : Islamika, 2004, hal 4. Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1987, hal 39.

ditampilkan setelah ungkapan menakutkan, yaitu "Rabb semesta alam" . hal ini relevan dengan ayat :


Artinya : "Kabarkanlah kepada hamba-hamba-Ku bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (49) dan bahwa sesungguhnya azabKu adalah yang sangat pedih (50)" (al-Hijr : 49-50) Dikatakan dalam Shahaih Muslim dari Abu Hurairah, dia berkata, "Rasulullah saw besabda : " Seandainya seorang mukmin mengetahui siksa yang ada pada sisi Allah, niscaya tidak akan ada seorang pun mendambakan surgaNya. Dan seandainya seorang kafir mengetahui rahmat yang ada pada sisi Allah, niscaya tidak akan ada seorang pun yang berputus asa terhadap rahmatNya. " Ar-rahman" adalah nama, yang manusia tidak boleh menggunakannya, sebab ia merupakan nama yang hanya dimiliki Allah. Tatkala Musailamah alKadzdzab bersikap congkap dan menyebut dirinya dengan Rahmanul Yamamah, maka Allah memakaikan mantel kebohongan kepadanya, dan ia pun menjadi terkenal dengan nama itu sehingga ia hanya disebut Musailamah al-kadzdzab (pembohong) . kemudian kasus itu dijadikan pribahasa oleh orang kota dan desa dalam ungkapan "lebih dusta dari pada Musilamah".6 4. Malikiyaumid-Din, yakni ketika manusia menerima balasan atau pahala hasil perbuatannya. Ayat ini seolah-olah menunjukkan adanya ancaman setelah anjuran diperhatikan dan dipahami dari keterkaitan arti ayat sebelumnya. Dan juga untuk memberi tahu kepada kita bahwa Allah SWT mendidik hamba-

Muhammad Nasib ar-Rifa'i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jilid I, Jakarta : Gema Insani, 1989, hal. 61.

hamba-Nya dengan kedua metode tersebut. Allah SWT bersifat rahman & Rahim, sekaligus membalas terhadap perbuatan yang dilakukan manusia.7 Dia adalah pemilik hari dunia dan akhirat, karena sebelumnya sudah di informasikan bahwa Dia adalah Rabb alam semesta yang berarti meliputi dunia dan akhirat. Penyadaran Dia kepada hari akhirat disebabkan disana tidak ada siapa pun selain-Nya yang mengklaim akhirat sebagai miliknya dan tiada seorangpun yang dapat berbicara melainkan dengan izin-Nya, sebagaimana firman Allah dalam surah An-Naba' : 38. Hari pembalasan, yaitu hari perhitungan bagi makhluk, yakni hari kiamat. Mereka dibalas menurut amalnya. Jika amalnya baik maka balasannya pun baik, jika malnya buruk, maka balasannya pun buruk kecuali orang yang dimaafkan. 5. Iyyaka merupakan objek yang didahulukan untuk tujuan pembatasan supaya tujuan pembicara terfokus pada apa yang hendak diutarkan. Iyyaka na'budu didahulukan daripada Iyyaka Nasta'iin, karena ibadah merupakan tujuan, sedangkan permintaan tolong merupakan sarana untuk mencapai ibadah. Disini Allah telah memerintahkan kita melalui ayat agar jangan menyembah selain Allah, sebab, hanya Allah-lah Yang Maha Kuasa. Tak ada yang bisa menyama-Nya, dan tak ada yang patut disembah kecuali Dia. Dan jangalah kita meminta pertolongan untuk melakukan pekerjaan yang diharapharapkan hasilnya kepada selain Allah. Janganlah kita mencari sebab atau perantara yang kita sendiri mampu melakukannya, untuk meminta kepada selain Allah. Kita dilarang mengagungkan selain Allah dan dilarang minta pertolongan selain kepada-Nya. 6. Kalau ayat ini, mengandung dalil yang mengajukan ber-tawasul dengan sifatsifat yang tinggi dan amal saleh. Karena apabila seorang muslim menggali ayatayat Al-Qur'an, maka ia akan melihat seluruh ayat do'a itu pasti didahului oleh tawasul kepada Allah Ta'ala, baik melalui Zat Allah, nama-nama-Nya yang indah, sifat-sifat-Nya yang tinggi, maupun dengan berbagai amal saleh yang dapat mendekatkan kepada Rabb-nya atau dia bertawasul kepada-Nya melalui do'a ikhwnnya yang beriman kepada-Nya atau melalui do'anya kepada mereka.
7

Ahmad Mustafa Al-Maraghi, hal. 43.

Hidayah ini hanya ada pada diri Allah SWT, dan kewenangan memberikan hidayah tidak akan diberikan kepada siapapun. Dialah yang memiliki sifat sebagai pemberi hidayh, dan Nabi pun tidak mempunyai sifat ini, seperti digambarkan didalam sebuah ayat : Al-Qasas : 56. Pengertian shiratal Mustaqim : meliputi hal-hal yang bisa mengantarkan kepada kebahagiaan, baik di dunia maupun diakhirat, terdiri dari akidah, hukum, akhlak, syari'at agama. Misalnya ilmu yang membenarkan Allah, kenabian Muhammad, ilmu tentang keadaan alam semesta, ilmu kemasyarakatan dn lain sebagainya. 7. Maksud ayat ini : Allah telah memerintahkan kepada kita agar mengikuti langkah-langkah orang-orang terdahulu, karena hakekatnya, agama Allah itu adalah satu-sekalipun masa selalu berbeda-beda. Ringkasan isi agama Allah itu haekatnya sama, yakni iman kepada Allah, Rasul dan menghiasi diri dengan akhlak utama, perbuatan baik dan meninggalkan kejelekan. Dan hendaklah manusia memiliki pemikiran yang lurus dan pandangan yang benar. Apabila ia mendapat petunjuk pada kebenaran, maka hendaklah ia mengajarkan dan patuh kepada Tuhannya serta senantiasa beribadah kepada-Nya.8 Pengertian maghdhubi 'alaihim : orang-orang yang telah menerima atau mendengar agama yang benar dan disyari'atkan Allah untuk hmba-Nya, tetapi mereka menolak dan mangasingkan diri tanpa mau melihat sedikitpun. Mereka adalah orang-orang yang akan tertimpa kesusahan, siksaan dan kehinaan dineraka Jahannam, dan tempat kembali mereka adalah seburuk-buruk tempat. Dollun : berarti mereka yang tidak mengetahui kebenaran atau tidak mengetahui dengan cara yang benar, mereka itulah orang-orang yang belum pernah kedatangan seorang Rasulpun. Siapapun yang tidak mendapatkan hidyah agama, maka akan tampak pengaruh kegoncangan pada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupnnya, serta tertimpa musibah.9 Orang-orang yang telah dianugrahi nikmat oleh Allah adalah mereka yang dituturkan dalam surah (an-Nisa' : 69-70). Bukan jalan mereka yang
8 9

Muhammad al-Ghazali, hal. 6 Ahmad Mustafa Al-Maraghi, hal. 52.

dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat, yakni : bukan jalan orangorang yang dimurkai, mereka mengetahui kebenaran, namun berpindh darinya dan bukan jalannya orang yang sesat, yaitu : mereka yang tidak memiliki pengetahuan dan mengandrungi kesesatan. Mereka tidak mendapat petunjuk kepada kebenaran. Hal ini dikuatkan dengan kata nasrani. laa dalam ayat guna menunjukkan bahwa disana ada dua jalan yang rusak : jalan kaum yahudi dan

DAFTAR PUSTAKA
Depag R.I, Al-Qur'anul Karim, Surabaya : CV. Risma Putra, 2004. Depag R.I, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Jakarta : Yayasan Penyelenggara Pentafsir AlQur'an, 1990. Muhamad Taufiq, Qur'an in Word, mtaufiq@rocketmail.com, Tanpa Kota, Tanpa Tahun. Muhammad al-Ghazali, TAFSIR AL-GHAZALI, Yogyakarta : Islamika, 2004. Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Terjemah Tafsir Al-Maraghi, Semarang : CV. Toha Putra Semarang, 1987. Muhammad Nasib ar-Rifa'i, Taisiru al-Aliyyul Qadir li Ikhtishari Tafsir Ibnu Katsir, Jilid I, Jakarta : Gema Insani, 1989. Hamka, Prof. Dr. Tafsir al-azhar, Jakarta : Pustaka Panjimas, 1982.

Anda mungkin juga menyukai