Anda di halaman 1dari 13

KONDISI HUKUM ISLAM PADA MASA RASULULLAH

(MASA MEKKAH DAN MASA MADINAH)

Disusun oleh:

Muh. Isra Syarif

Nim. 80100219083

Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas

Sejarah Pemikiran Hukum Islam

Dosen Pemandu :

Prof. Dr. H. Lomba Sultan, M.A.


Dr. H. Abdul Halim Talli, M.Ag.

SYARIAH DAN HUKUM ISLAM

PASCASARJANA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

MAKASSAR 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sebagai seorang utusan, Nabi Muhammad membawa perubahan luar biasa

dalam kehidupan masyarakat Arab. Hal ini ditandai dengan sejumlah perubahan

yang terjadi pada masanya. Hal utama yang dihilangkan Rasulullah adalah bentuk

iman bangsa Arab yang mempromosikan penyembahan berhala. Selama kurun

waktu 22 tahun, Nabi Muhammad berhasil mengubah kemusyrikan dan kekafiran

bangsa Arab menjadi bangsa yang religius.

Sebagai utusan Allah, dengan membawa risalah syariat Islam yang mencakup

semua aspek dalam kehidupan, baik dalam perkara Aqidah, Amaliyah Ibadah,

Muamalat, serta hubungan antara manusia. Kemunculan nabi dalam menyampaikan

risalah yang global yang mencakup segala aspek kehidupan manusia tidak

dilakukan secara langsung, melainkan dilakukan secara berangsur-angsur dan

dimulai dengan merespon yang dibutuhkan oleh masyarakat pada zaman tersebut.

Sehingga Hukum Islam melalui proses perkembangan dalam pembentukannya,

karena hukum islam bersifat merespon kebutuhan umat islam pada masanya saja,

sehingga sering didapati dalam sehari-hari sebuah permasalahan baru yang

membutuhkan pemecahan masalah dan sebuah solusi, oleh karena itu hukum islam

menjadi sebuah aturan dan solusi atas problematika umat.

Untuk memahami hal tersebut secara komperhensif, pada makalah ini penulis

mensajikan tema penulisan yang berjudul “Kondisi Hukum Islam Pada Masa

Rasulullah (Masa Mekkah Dan Masa Madinah)” sehingga sejarah proses kondisi

awal perkembangan hukum islam akan diketahui secara detail dan jelas.

1
2

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pendahuluan diatas, maka penulis membatasi pembahasan dalam

makalah ini pada beberapa poin berikut:

1. Bagaimana kondisi hukum bangsa arab sebelum Islam?

2. Bagaimana Dalil Hukum Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW?

3. Bagaimana kondisi Hukum Islam pada Masa Mekkah?

4. Bagaimana kondisi Hukum Islam pada Masa Madinah?


BAB II

PEMBAHASAN

A. Kondisi hukum bangsa arab sebelum Islam

Sebelum munculnya ajaran islam di tengah-tengah masyarakat bangsa arab,

jauh sebelumnya bangsa arab telah dikenal memiliki sebuah system perekonomian

yang baik dan professional, olehnya bangsa arab dengan mudahnya melakukan

ekspansi perjalanan ke negeri luar wilayah bangsa arab melalui sistem professional

tersebut. Hal itu didukung dengan lokasi strategis bangsa arab sebelum kedatangan

islam.1

Masyarakat bangsa Arab memiliki beberapa ciri-ciri tatanan pada zaman

dahulu, yaitu sebagai berikut:

1. Menganut paham kesukuan

2. Memiliki tata sosial politik yang tertutup dengan pastisipasi warga yang

terbatas, faktor keturunan lebih utama daripada kemampuan.

3. Mengenal hirearki sosial yang kuat

4. Kedudukan perempuan cenderung direndahkan2

Dengan melihat ciri-ciri di atas, Bangsa Arab sebelum kedatangan Agama

Islam, telah lebih dulu mengenal norma-norma sosial yang mereka buat sendiri atas

dasar sebuah kesepakatan di antara ketua suku dan anggotanya, kesepakatan

tersebut berfungsi sebagai hakim dalam menyelesaikan problem yang terjadi di

kalangan internal suku bangsa Arab tersebut. Namun demikian norma tersebut

1
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam (Bandung:PT Remaja
Rosdakarya, 2000), h. 19.
2
Nurcholis Majid, Islam Agama Peradaban: Membangun Makna Dan Relevansi
Doktrin Dan Peradabandalam Sejarah (Jakarta:Paramadina, 1995), h. 28.

3
4

belum secara legal mengikat kepada semua suku, sehinggga terkadang belum

mampu menyelesaikan sebuah pertikaian yang terjadi.

Problem tersebut terjadi, karena norma yang diakui oleh sebagain suku yang

lainya, terkadang tidak bisa digunakan untuk suku yang satunya dan seterusnya,

sehingga norma tersebut hanya bersifat eklusif, yang hanya bisa dijadikan hakim

dan solusi pada permasalahan serta suku tertentu saja.3

Meskipun pada umumnya bangsa Arab melakukan penyimpangan dalam hal

syariat, tetapi sebagaian kecil masyarakat bangsa Arab juga masih mempertahankan

prinsip monoteism yang diajarkn oleh Nabi Ibrahim a.s. kelompok ini dikenal

dengan sebutan Hunafa, diantaranya adalah ‘Umar Ibn Nufail Ibn Abi Salamah.4

Dilihat dari sumber hukum yang digunakan oleh bangsa Arab sebelum

datangya Islam, bersumber pada adat istiadat dalam bidang muamalah, contohnya

adalah diperbolehkanya melakuakn praktek riba, transaksi mubadalah (barter),

kerjasama pertanian (muzara’ah), sertas diperbolehkanya jual beli yang bersifat

spekulatif (ba’i al munabadzoh).

Di antara hukum keluarga pada zaman pra Islam, adalah dibolehkanya

berpoligami dengan perempuan manapun dengan tanpa batas jumlahnya, serta anak

yang masih kecil tidak mendapatkan harta warisan. Kecenderungan bangsa Arab

pada masa pra Islam merendahkan perempuan, setidaknya dapat dilihat dari dua

aspek yaitu : pertama, perempuan dapat diwarisakan, sehingga ibu tiri dapat

3
Syekh Muhammad Ali Sayyis, Pertumbuhan dan perkembangan Fiqh Hasil Refleksi
Ijtihad (Jakarta:PT raja Garafindio Studio, 1995),28.
4
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, h. 20.
5

dinikahi oleh anak tirinya ketika sang bapak meninggal dunia, posisi ibu tiri dalam

bangsa Arab pra Islam tidak memiliki sebuah hak pilih untuk menerima ataupun

menolak. Kedua, perempuan tidak medapatkan harta warisan.5

Ketika Islam datang, Islam mencoba menawarkan prinsip-prinsip yang baik,

yang mana prinnsip tersebut mampu memberikan solusi atas problem sosial

kegamaan yang dihadapai oleh bangsa Arab Pra Islam. Diantaranya adalah prinsip

Islam yang di bawah memiliki visi untuk menyamakan hirearki semua golongan

sosial, sehingga tidak membeda-bedakan antara golongan yang kaya dan miskin,

antara laki-laki dan perempuan, semua di mata Islam memliki porsi dan hak yang

sama. Perlu menjadi catatan, bahwa Islam datang berdakwah kepada bangsa Arab,

tidak semerta-merta begitu saja dengan menghapus semua adat istiadat bangsa

Arab. melainkan Islam Melakukan sebuah filter atas adat dan istiadat, apakah adat

tersebut buruk atau tidak, sehingga jika ada kebiasaan yang menyimpang, kemudian

Islam datang dengan menawarkan konsep yang benar. Sebagaimana contonhya

Islam menawarkan konsep perkawinan sebegai solusi atas perzinaan, Islam

menawarkan sebuah konsep perceraian yang baik dan santun, sehingga jumlahnya

dibatasi tiga kali, sebelumnya tidak terbatas, Islam juga menawarkan poligami juga

diberikan batasan.

5
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, h. 21-22
6

B. Dalil Hukum Islam Pada Masa Nabi Muhammad SAW

1. Al-Qur’an

Nabi Muhammad SAW melakukan penerapan hukum Islam, yang utama

bersumber dan berpijak pada Al-Qur’an, olehnya Al-Qur’an bersifat responsive

dalam permasalahan bangsa arab, diantaranya adalah permasalahan sebagai berikut:

a. Konsep poligami

b. Syarat-Syarat Penerimaan Harta Pusaka

c. Sanksi Potongan tangan6

2. Al-Sunnah

Selain Al-Qur’an, pada zaman Rasulullah SAW yang dibuat sebagai sumber

hukum adalah Al-Sunnah, pengertian Al-Sunnah mencakup, tiga aspek yaitu

perkataan, perbuatan dan penetapan Nabi Muhammad SAW, hal tersebut sesuai

dengan pengertian Al-Sunnah yang dikemukaan oleh ulama Era klasik bahwa

AlSunnah adalah segalas sesuatu yang disandarkan kepada nabi, baik berupa

perkataan, perbuatan atau penetapan.7

Antara Al-Qur’an dengan Al-Sunnah memiliki satu kesatuan yang sangat erat

dan tidak bisa untuk di pisahkan, karena sumber baik AlQur’an maupun AlSunnah

memiliki sumber yang sama,8 sedangkan yang membedakan yaitu AlSunnah wahyu

yang diturunkan oleh Allah secara makna, sedangkan Al-Qur’an adalah wahyu

6
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, h. 25-28.
7
Jaih Mubarok, Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam, h. 28
8
M.Ibnu Rochman, Hukum Islam dalam Prespektif Filsafat (Yogyakarta:Philosopy Pres,
2001), h. 44
7

Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW baik makna maupun lafalnya

secara langsung.9

3. Ijtihad Nabi SAW.

Pertanyaan yang muncul, apakah memang Nabi Muhammad SAW pernah

melakukan Ijtihad? Jawabanya, Ternyata Nabi Muhammad SAW, melakukan

ijtihad dibidang kemasalahatan ummat ataupun syaria’at . hal ini dilakukan oleh

nabi karena pada waktu itu menunggu wahyu yang datang namun belum datang

juga, sedangkan permasalahan membutuhkan sebuah solusi yang bersifat segera,

sehingga nabi memutuskan untuk melakukan ijtihad secara pribadi.

Contoh ijtihad nabi Muhammad SAW, adalah penempatan pasukan peranng

badar, hal ini contoh ijtihad dalam hal kemaslahatan, sedangkan contoh dalam hal

syariat adalah pemberlakukan terhadap tawanana perang badar, Karena memang

pada waktu itu belum ada ayat Al-Qur’an yang menerangkan bagaimana cara

memberlakukan tawanan perang.

Pada saaat ada tawanan perang, dari perang badar nabi meminta pendapat Abu

Bakar dan Umar Bin khatab. U’mar mengatakan bahwasanya tawanan perang harus

di bunuh, sedangkan Abu Bakar berpendapat jangan dibunuh tetapi dilepaskan,

tetapi menggunkan syarat membayar fidyah, kemudian Rasulullah SAW memilih

pendapatnya Abu Bakar . Tetapi apa yang terjadi, kemudian barulah turun Al-

Wahbah Zuhaili, Al-Qur’an: Paradigm Hukum Dan Peradaban, Terjemahan


9

Muhammad Luqman (tt.1966) h. 55-56.


8

Qur’an surah Al-Anfal ayat ke 67 yang menerangkan bagaiman tata cara

meperlakukan tawanan perang, ayat tersebut menghapus ijtihad Rasulullah SAW10

C. Kondisi Hukum Islam pada Masa Mekkah

Islam datang kedalam bangsa Arab, mempunyai misi untuk mebenahi aturan

atau adat-istiadat yang sudah mengakar sejak puluhan tahun yang lalu, yang

dianggap belum baik oleh Islam. Pada periode Mekkah ini, Nabi Muhammad SAW

berdakwah selama 13 tahun.

Periode mekkah bisa dikatakan periode awal Islam datang, sehingga jika kita

telusuri catatan sejarah tentang masa ini, Islam pada awalnya mempunyai misi

untuk meluruskan akidah, menetapkan keimanan, sehingga pada masa ini bisa

disebut juga dengan masa “Revolusi Akidah”. Sehingga ayat-ayat Al-Qur’an pada

masa ini yang turun juga cenderung lebih kepada penanaman Akidah.11

Lebih jelasnya uraian tentang pembentukan Hukum Islam pada masa nabi pada

periode Makkah adalah sebagai berikut :

1. Penanaman akidah

2. Kebenaran kandungan Al-Qur’an

3. Penguatan terhadap kenabian dan kerasulan Muhammad SAW

4. Janji atas keimanan serta ancaman bagi yang ingkar

5. Pembinaan Ahlak

6. Pembenahan dan pemilahan adat istiadat

10
Sirry Mun’im A, Sejarah Fiqh Islam: Sebuah Pengantar, (Surabaya:Risalah
Gusti,1995), h. 29.
11
Sirry Mun’im A, Sejarah Fiqh Islam: Sebuah Pengantar, h. 22.
9

7. Penjelasan hakikat manusia, mulai dari kandungan hingga kematian

8. Pengungkapkan konsep duniawi.12

Dengan adanya penekanan akidah pada masa awal Islam datang, hal ini

memeliki sosial efek, sehingga banyak dari kalangan bangsa Arab yang secara

langsung mencintai dan mengagumi Islam, meskipun banyak masyarakat

disekelilingya yang menghalangi untuk menerimanya.

Jika kita cermati pada awal berdakwah nabi Muhammad SAW, menggunakan

metode defensif (bertahan), sehingga beliau tidak pernah merespon secara

langsung, apapun yang dilakukan kaum kafir terhadapnya, hasil dari strategi yang

digunakan oleh Nabi Muhmmad SAW pada waktu itu berjalan sesuai dengan

rencana awal, meski banyak sekali hambatan sehingga karakteristik dari pengikut

pada periode Mekkah mempunyai militansi terhadap Islam secara total. Karena

yang disentuh adalah masalah Akidah, sehingga dalam tempo waktu 13 tahun nabi

Muhamamd SAW, mampu mencetak pilar-pilar Islam yang berkeadaban.13

D. Kondisi Hukum Islam pada Masa Madinah

Pada periode Mekkah karakteristik masyarkat tidaklah sama dengan periode

Madinah, melainkan masyarakat Madinah sebelum datangnya Rasulullah SAW

sudah tercerahkan dengan syariat Islam yang dibawah oleh Mushab Bin ‘Umair r.a.

persatauan kaum Muhajirin dan kaum Ansor menjadi modal utama dalam

menerapkan Hukum Islam di masa periode Madinah.

12
Bambang Subandi dkk, Studi Hukum Islam (Surabaya:IAIN Press 2011), 96-98.
13
Bambang Subandi dkk, Studi Hukum Islam, h. 99.
10

Oleh karenanya pada periode ini bukan lagi penanaman akidah yang dijadikan

misi utama oleh nabi, melainkan nabi mempunyai tujuan membentuk masyarakat

yang madani dan berkeadaban, sehingga banyak ayat Al-Qur’an yang turun pada

masa ini, kebanyakan berbicara dengan soasial kemasyarakatan dan tata cara

ibadah, lebih jelasnya adalah sebagai berikut :

1. Perwujudan keimanan dalam interaksi sosial

2. Perintah ketaatan kepada nabi

3. Petunjuk fungsi Al-Qur’an

4. Pemberlakuan hukum keluarga

5. Penetapan etika sosial, pemberlakuan hukum-hukum peperanagan,

diplomasi pemerintahakan dan hukum acara pidana.

6. Penetapan pendistribusian dan sumber keuangan14

Karakterisitik peridoe madinah yang berlangsung selama 10 tahun ini nabi

lebih fokus memberikan konsep kelembagaan pada masyarakat Madinah, karena

memang secara siosiologi masyarakat Madinah sudah mempuunyai sebuah sistem

kenegaraan dan sosial masyarakat yang sudah tercerahakan, selain itu nabi juga

mempunyai sebuah metode dakwah yang patut dan santun yakni antara ucapan dan

tindakan menyatu, sehingga banyak yang mengikuti ajarn nabi.

14
Bambang Subandi dkk, Studi Hukum Islam, h. 99.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan sebagai berikut :

1. Sumber hukum adalah Al-Qur’an dan Al-Sunnah, nabi juga pada masanya

melakukan sebuah Ijtihad untuk menjadi solusi sementara atas masalah

yang terjadi karena menunggu ayat Al-Qur’an turun

2. Hukum Islam pada masa nabi Muhammad SAW, dapat dibedakan menjadi

dua fase periode, yaitu fase pertama terjadi di Mekkah selama 13 tahun, dan

kedua pada fase madinah.

3. karakteristik pembentukan hukum di Mekkah adalah revolusi akidah bagi

ummat, pada fase madinah adalah fase pembentukan kelembagaan di dalam

masyarakat muslim, serta adanya penerapan syariat Islam, yang terjadi pada

periode madinah.

11
12

DAFTAR PUSTAKA

Mubarok, Jaih. Sejarah dan Perkembangan Hukum Islam. Bandung:PT Remaja


Rosdakarya, 2000.
Majid, Nurcholis. Islam Agama Peradaban: Membangun Makna Dan Relevansi
Doktrin Dan Peradabandalam Sejarah. Jakarta:Paramadina, 1995.
Sayyis, Syekh Muhammad Ali. Pertumbuhan dan perkembangan Fiqh Hasil
Refleksi Ijtihad. Jakarta:PT raja Garafindio Studio, 1995.
Rochman, M.Ibnu. Hukum Islam dalam Prespektif Filsafat. Yogyakarta:Philosopy
Pres, 2001.
Zuhaili, Wahbah. Al-Qur’an: Paradigm Hukum Dan Peradaban, Terjemahan
Muhammad Luqman. tt.1966.
Mun’im A, Sirry. Sejarah Fiqh Islam: Sebuah Pengantar. Surabaya: Risalah
Gusti,1995.
Subandi, Bambang, dkk. Studi Hukum Islam. Surabaya:IAIN Press 2011.

Anda mungkin juga menyukai