Anda di halaman 1dari 9

USHOL FIQIH

TUGAS

Dosen pembimbing :
UMAR LATIF

Edi jufri sagala (210402032)

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


PRODI BIMBIMGAN KONSELING ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM UIN-RANIRY
SOAL LATIHAN IN SYA ALLAH SETELAH LEBARAN DIJAWAB

1. JELASKAN ARTI USHUL DAN FIQIH BAIK SECARA ETIMOLOGI MAUPUN


TERMINOLOGI

2. JELASKAN PENGERTIAN USHUL FIQIH, BAIK MENURUT BAHASA MAUPUN ISTILAH.

3. JELASKAN DI MANA PERBEDAAN DEFINISI USHUL FIQIH YANG DIKUMUKANAN


OLEH ULAMA SYAFI'IYAH DAN JUMHUR ULAMA.

4. TULISKAN LANDASAN (DALIL) TERHADAP PENGERTIAN YANG DIKEMUKAKAN

OLEH PARA ULAMA.

5. JELASKAN OBJEK KAJIAN USHUL FIQIH DAN OBJEK KAJIAN


FIQIH.

6. BAGAIMANA PERSAMAAN DAN PERBEDAAN OBJEK


KAJIAN USHUL FIQIH DAN FIQIH

7. BAGAIMANA FUNGSI DAN TUJUAN USHUL


FIQIH?

8. JELASKAN SUMBER PENGAMBILAN (ISTIMBAD) USHUL FIQIH?

9. MENGAPA MUJTAHID DIANGGAP SALAH SATU KAJIAN USHUL FIQIH?

10. JELASKAN SECARA SINGKAT AWAL PERMULAAN ADANYA


ILMU USHUL FIQIH?
11. BAGAIMANA PERKEMBANGAN USHUL FIQIH PADA MASA SAHABAT DAN TABI'IN?

12 JELASKAN PERBEDAAN PEMAHAMAN PADA MASA SETELAH TABI'IN?

13. SEBUTKAN BEBERAPA FAKTOR YANG MENDORONG PARA ULAMA UNTUK


MEMBUKUKAN ILMU USHUL FIQIH?

14. MENGAPA TIAP MAZHAB FIQIH MENGKLIM BAHWA MAZHAB DIALAH YANG
PERTAMA KALI MEMBUKUKAN ILMU USHUL FIQIH?

15. BAGAIMANA PERANAN IMAN SYAFI'I DALAM PENYUSUNAN KITAB USHUL FIQIH?
JAWABAN

1 .Ushul Fiqh secara etimologi terdiri dari dua suku kata


yaitu ushul dan fiqh.
Ushul secara etimologi adalah bentuk jamak dari kata ash-
lun yang berarti asal

Adapun fiqh secara bahasa bermakna fah-mun yang


artinya pemahaman mendalam yang memerlukan
pengerahan akal pikiran.

Terminologi uhul fiqih adalah Ilmu yang membahas dalil-dalil


fiqh yang umum dan cara mengambil faedah dari dalil
tersebut serta membahas keadaan orang yang mengambil
faedah

2.Ushul Fiqih berasal dari kata ushul (bentuk jamak dari ashl)
dan kata fiqih. Ashl secara bahasa berarti pondasi dan Fiqih,
secara bahasa berarti pemahaman. Secara istilah, ashl
mempunyai beberapa arti, diantaranya: Dalil (landasan hukum).
Dan secara istilah, Fiqih berarti pengetahuan tentang Syari’ah
Islam yang berhubungan dengan perbuatan seorang mukalaf

3.Syafi'iyyah mendefinisikan ilmu ushul fiqh sebagai berikut:


“Mengetahui dalil-dalil fikih secara global, dan mengetahui
bagaimana cara istifadah (memanfaatkan dan mengambil
faedah) dari dalil tersebut, serta mengetahui siapa yang
pantas untuk menggunakan dalil tersebut.”

Jumhur Ulama Ushul Fiqh mendefinisikan sebagai himpunan


kaidah (norma) yang berfungsi sebagai alat penggalian syara'
dari dalil-dalinya. Dengan demikian, ushul fiqh adalah ilmu
pengetahuan yang objeknya adalah dalil hukum atau sumber
hukum dengan seluk beluknya dan metode penggaliannya.
5.Objek pembahasan ilmu ushul fiqh adalah dalil syari’ yang
bersifat umum ditinjau dari segi ketetapan-ketetapan hukum
yang bersifat umum pula. Jadi seorang pakar ilmu ushul
membahas tentang qiyas dan kehujjahannya,tentang dalil ‘Amm
dan yang membatasinya,dan tentang perintah (amr) dan
dalalahnya,demikian seterusnya.

Objek kajian Fikih adalah perbuatan seseorang yang telah


mukalaf. Mukalaf artinya dewasa dan telah dikenai
kewajiban menjalankan hukum

6.Perbedaan objek kajian Ushul Fiqih dan Fiqih adalah kalau


fiqih membahas perbuatan seseorang mukalaf, sedangkan
objek
kajian Ushul Fiqih adalah tentang sumber hukum Islam
Persamaannya Sama-sama mengarahkan manusia kepada jalan
yang benar

Syari’ah bersumber dari Allah SWT, Al-qur’an, Nabi Muhammad


saw., Hadits. Sedangkan fiqh bersumber dari Ulama dan Ahli
fiqh tetapi tetap merujuk pada Al-qur’an dan Hadits.

7.ilmu Ushul Fiqih berfungsi sebagai sebuah metodologi dalam


rangka memahami al Qur’an dan Sunnah dengan benar. Di
samping itu, Ilmu Ushul Fiqih sebagaimana ditegaskan ushul
fiqih merupakan ilmu yang juga berfungsi untuk meluruskan
kekeliruan dalam memahami nash-nash wahyu –al Qur’an dan
Sunnah– sebagaimana ilmu manthiq dan logika yang berfungsi
meluruskan kekeliruan dalam memaparkan sebuah argumentasi
8.tiga metode pengambilan hukum dalam ilmu ushul fiqh.

Metode bayaniy
Metode ijtihad bayaniy adalah suatu cara istinbath (penggalian
dan penetapan) hukum yang bertumpu pada kaidah-kaidah
lughawiyah (kebahasaan) atau makna lafaz.

Metode qiyasiy
Metode ijtihad qiyasiy adalah suatu cara istibath hukum
dengan membawa sesuatu yang belum diketahui hukumnya
melalui nas (baik al-Qur’an maupun as-Sunah) dalam rangka
menetapkan atau menafikan hukumnya karena ada sifat-sifat
yang mempersatukan keduanya

Metode ijtihad istislahiy adalh cara istinbath hukum mengenai


suatu masalah yang bertumpu pada dalil-dalil umum, karena
tidak adanya dalil khusus mengenai masalah tesebut dengan
berpijak pada asas kemaslahatan yang sesuai dengan maqasid
asysyari’ah (tujuan pokok syari’at islam) yang mencangkup tiga
kategori kebutuhan, yaitu dururiyyat (pokok), hajiyyat (penting)
dan tahsiniyyat (penunjang).
10.AWAL MULAI USHUL FIQIH
Pada abad pertama (masa Nabi Muhammad saw dan para
sahabat), belum ada pembicaraan soal ushul fiqih dengan
segala bentuk kaidah-kaidahnya.
Kemudian, pada masa sahabat (setelah Nabi saw wafat).
Dalam berfatwa dan membuat putusan hukum Islam, para
sahabat langsung mengacu pana nash (Al-Qur’an dan
hadits) yang mereka pahami dengan pemahaman bahasa
Arab mereka yang masih orisinil.

Setelah umat islam semakin luas dan dan bertambah


pesat terjadilah asimilasi bangsa Arab dengan bangsa-
bangsa lain. Akibatnya, orisinilitas bahasa Arab mulai
terancam. Sehingga banyak kerancuan dalam memahami
nash.
Sampai munculnya 2 aliran dengan metode yang berbeda
Yaitu madrasah Ahlu al-Hadits dan madrasah Ahlu al-Ra’
yu

Kondisi memprihatinkan ini semakin mendesak untuk


segara disusun batasan dan bahasan dalil-dalil syara’
serta cara menggunakannya. Dari sini lah mulai terbentuk
ilmu ushul fiqih.Selang 200 tahun berlalu. Ushul fiqih mulai
tersebar luas di sela-sala hukum fikih
11.Pada masa sahabat
Pada zaman sahabat dan tabi’in, pengetahuan mereka
sempurna tentang hukum-hukum yang terrdapat di dalam Al-
Quran dan mengetahui pula sebab-sebab turunnya, serta
rahasia syariat dan tujuan karena pergaulan mereka pada
zaman nabi saw. Karena itu mereka tidak memerlukan
peraturan-peraturan dalam mengambil suatu hukum. Mereka
tidak menggunakan pengetahuan Ushul Fiqh dalam teori,
tetapi dalam praktek sesungguhnya ilmu ini telah diterapkan
dan menjadi teladan bagi umat sesudahnya.

Pada masa tabiin, tabi’ al-tabiin, dan para imam mujtahid


kekuasaan Islam meluas ke daerah daerah yang di huni oleh
orang-orang yang bukan berbahasa Arab atau bukan bangsa
Arab, kondisi budayanya cukup berbeda-beda. Banyak di
antara ulama yang bertebaran ke daerah-daerah tersebut dan
tidak sedikit pula penduduk daerah tersebut yang masuk
Islam. Semakin kompleksnya persoalan-persoalan hukum yang
ketetapannya tidak di jumpai di dalam al-quran dan hadis.
Karena itu ulama-ulama yang tinggal di daerah tersebut
melakukan ijtihad, mencari ketetapan hukumnya berdasarkan
penalaran mereka terhadap ayat-ayat Al-Quran dan hadis
Nabi. Ditambah pula dengan pengaruh kemajuan ilmu
pengetahuan dalam berbagai bidangnya pada masa itu,
kegiatan ijtihad menjadi maju pesat
12.Pada masa tabiin ini juga semakin banyak terjadi perbedaan
dan perdebatan antara para ulama mengenai hasil ijtihad, dalil
dan jalan-jalan yang ditempuhnya. Perbedaan dan perdebatan
tersebut, bukan saja antara ulama satu daerah dengan daerah
yang lain, tetapi juga antara para ulama yang sama-sama tinggal
dalam satu daerah.

13.Salah satu yang mendorong diperlukannya pembukuan ushul


fiqih adalah perkembangan wilayah Islam yang semakin luas,
sehingga tidak jarang menyebabkan timbulnya berbagai persoalan
yang belum diketahui kedudukan hukumnya. Untuk itu, para
ulama Islam sangat membutuhkan kaidah-kaidah hukum yang
sudah dibukukan untuk dijadikan rujukan dalam menggali dan
menetapkan hukum.

14.Seperti Golongan Hanafiyah misalnya mengklaim bahwa


yang pertama menyusun ilmu Ushul Fiqih ialah Abu Hanifah,
Abu Yusuf Dan Ibnu Ali-Al Hasan. Alasan mereka bahwa Abu
Hanifah merupakan orang yang pertama menjelaskan
metode istinbath dalam kitabnyanya Ar-Ra’yu.

Golongan As-Syafi’iyah juga mengklaim bahwa Imam As-Syafi’i


lah orang yang pertama yang menyusun kitab ushul fiqh.
Hal ini diungkapkan oleh Al-Allamah Jamal Ad-Din Abd Ar-
Rohman Ibnu Hasan Al-Asnawi.
15.Dari Al-Allamah Jamal Ad-Din Abd Ar-Rohman Ibnu Hasan Al-
Asnawi. Menurutnya, “tidak diperselisihkan lagi “Imam Syafi’i adalah
tokoh besar yang pertama-tama menyusun kitab dalam ilmu ini,
yaitu kitab yang tidak asing lagi dan yang sampai kepada kita
sekarang, yakni kitab Al-Risalah makan imam syafi'i merupakan
peranan penting dalam ushul fiqh

9.Karena Mujtahid orang yang mampu melakukan ijtihad melalui


cara istinbath (mengeluarkan hukum dari sumber hukum syariat)
dan tatbiq (penerapan hukum).
Dan mujtahid juga banyak mengetahui al-quran, asbabun nujul,
nasik mansukh,mengetahui assunnah,ilmu diroyah hadis ,asbab
alwurud hadis, bahasa Arab, tempat ijma', ushul fiqih dan
bersifat adil dan taqwa

Anda mungkin juga menyukai