Anda di halaman 1dari 3

Balqis Salsabila (170102050)

PERKEMBANGAN QAWAID FIQHIYYAH

Perkembangan Qawaid fiqhiyyah terjadi pada masa tabi’in. Pada periode ini adalah
adalah masa awal perkembangan fiqh karena pada masa inilah dimulai pendasaran terhadap ilmu
fiqih. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa ada masa pendasaran ini adalah awal dari
kecenderungan fiqih untuk berada pada wilayah teori.
Hal ini berbeda dengan masa khulafa al-rasyidin yang menjadikan fiqih berada dalam
wilayah praktek sebagaimana yang ada pada masa Nabi. Dengan masuknya fiqih pada wilayah
teori, banyak hukum fiqih yang di produksi oleh proses penalaran terhadap teori di bandingkan
hukum fiqih yang di hasilkan dari pemahaman terhadap kasus-kasus yang pernah terjadi
sebelumnya yang disamakan dengan kasus baru. Sehingga, fiqih tidak hanya mampuh
menjelaskan persoalan-persoalan waqi’iyyah (aktual) namun lebih dari itu. Disamping itu juga,
periode ini merupakan awal perubahan fiqih dari sifatnya yang waqi’iyah (aktual) menjadi
nazariyyah (teori).
Setelah melewati masa pendasarannya ilmu fiqh mengalami perkembangan yang sangat
pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan madzhab-madzhab yang diantaranya
adalah madzhab yang empat (Madzhab Hanafi, Madzhab Maliki, Madzhab Syafi’i dan Madzhab
Ahmad) sebagaimana yang telah kita ketahui.
Awal mula qawaid fiqhiyah menjadi disiplin ilmu tersendiri dan dibukukan terjadi pada
abad ke 4 H dan terus berlanjut pada masa setelahnya. Hal ini terjadi ketika kecenderungan taqlid
mulai tampak dan semangat ijtihad telah melemah kerana saat itu fiqh mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Dan ulama pada saat itu merasa puas dengan perkembangan yang telah
dicapai oleh fiqh pada saat itu. Pembukuan fiqh dengan mencantumkan dalil beserta perbedaan-
perbedaan pendapat yang terjadi di antara madzhab sepertinya telah memuaskan mereka,
sehingga tidak ada pilihan lain bagi generasi setelahnya kecuali merujuk pada pendapat-pendapat
madzhab itu dalam memutuskan dan menjawab persoalan-persoalan baru.

Ketika hukum furu’ dan fatwa para ulama semakin berkembang seiring dengan semakin
banyaknya persoalan, para ulama mempunyai inisiatif untuk membuat kaidah dan dhabit yang
dapat memelihara hukum furu’ dan fatwa para ulama tersebut. Hal inilah yang dilakukan oleh
Abu Hasan al-Karkhi (w.340 H) dalam risalahnya (ushul al-Karkhi). Dan Abu Zaid al-Dabbusi

Perkembangan Qawaid Fiqhiyyah


Balqis Salsabila (170102050)

(w.430 H) dalam kitabnya Ta’sis al-Nadhar dengan memakai istilah ushul. Apabila ushul
tersebut mencakup berbagai masalah fiqh, maka disebut kaidah, sedangkan kalau hanya
mencakup satu masalah fiqh , disebut dhabit.

Menurut Dr. An Nadwi bahwa golongan Hanafiah merupakan yang pertama kali
mempelajari kaidah fiqhiyah. Beberapa informasi yang menyatakan hal tersebut termaktub
dalam beberapa literatur di antaranya, Alaby (761 H), As Suyuthi (911 H) dan Ibnu Najm (970 H)
dalam Al Qawaid menyatakan bahwa Imam Ad Dibas pada abad 4 Hijriyah telah mengumpulkan
beberapa kaidah-kaidah Mazhab Hanafi sebanyak 17 kaidah. Imam Ad Dibas membaca kaidah-
kaidah tersebut berulang kali setiap malam di masjid yang kemudian Abu Said al Harawi Al
Syafii menukil dari Ad Dibas beberapa kaidah-kaidah tersebut.

Imam al Karkhi (340 H) menyusun sebuah catatan yang berisi 37 kaidah, kemudian dari
golongan Hanafiyah muncul Imam al Khusyni (361 H) dengan karyanya ushul al fataya. Dan
setelah itu muncul Abi Laits Al Samarqandi (373 H) dengan karyanya ta’sis al nadhri yang
identik dengan karya Abi Zaid Ad Dibasi (430 H) dengan sedikit perbedaan.

Pada abad ke-7 H qawaid fiqhiyah mengalami perkembangan yang sangat rancak. Di
antara ulama yang menulis kitab qawaid pada abad ini adalah:

 Al-‘Allamah Muhammad bin Ibrahin al-Jurjani al Sahlaki (w.613 H). Ia menulis kitab
dengan judul “al-Qawaid fi Furu’I al- Syafi’iyah”.

 Al-Imam Izzudin Abd al-Salam (w. 660 H) menulis kitab “Qawaid al-Ahkam fi Mashalih
al-Anam” yang sempat menjadi kitab terkenal.

 Muhammad bin Abdullah bi Rasyid al-bakri al-Qafshi (685 H) menulis “al-Mudzhb fi


Qawaid al-Madzhab” dan masih banyak lagi.

Karya-karya ini menunjukan bahwa qawaid fiqhiyyah mengalami perkembangan yang


pesat pada abad ke-7 H. Qawaid fiqhiyah pada abad ini nampak tertutup namun sedikit demi
sedikit mulai meluas.
Pada abad ke-8 H, ilmu qawaid fiqhiyah mengalami masa keemasan, dengan banyak
bermunculannya kitab-kitab Qawaid fiqhiyah. Perkembangan ini terbatas hanya pada
penyempurnaan hasil karya para ulama sebelumnya, khususnya di kalangan ulama
Syafi’iyah. Hal ini dapat dilihat misalnya pada kitab Ibnu al-Mulaqqin dan Taqiyuddin al-Hishni.

Perkembangan Qawaid Fiqhiyyah


Balqis Salsabila (170102050)

Dalam hal ini, ulama Syafi’iyyah termasuk yang paling kreatif. Di antara karya-karya besar yang
muncul dalam abad ini adalah:

 Al-Asyabah wa an-Nadhair karya Ibnu al-Wakil al-Syafi’I (w.716 H)

 Kitab al-Qawa’id karya al-Maqqari al-Maliki (w. 758 H)

 Al-Majmu’ al-Mudzhab fi Dhabt al-Madzhab karya al-‘Alai al-Syafi’I (w.761 H)

Di era inilah sangat dikenal sekali sebagai masa kodifikasi dan penyusunan maqashid al
fiqhiyyah.Karya-karya besar yang mengkaji qawaid fiqhiyah yang disusun pada abad ke-9 H
banyak mengikuti metode karya-karya abad sebelumnya. Di antara karya-karya tersebut adalah:

 Kitab al-Qawa’id karya Ibnu al-Mulaqqin (w. 840 H)

 Asnal Maqashid fi Tahrir al-Qawa’id karya Muhammad bin Muhammad al-Zubairi (w.
808 H)

 Kitab al-Qawa’id karya Taqiyuddin al-Hishni (w. 829 H)

Dengan demikian, ilmu qawaid fiqhiyah berkembang secara beransur-ansur. Pada abad
ke-10 H, pengkodifikasian qawaid fiqhiyah semakin berkembang. Imam al-Sayuti (w. 911 H)
telah berusaha mengumpulkan qaidah fiqhiyah yang paling penting dari karya al-‘Alai, al-Subaki
dan al-Zarkasyi. Ia mengumpulkan kaidah-kaidah tersebut dalam kitabnya al-Asybah wa al-
Nadhair. Kitab-kitab karya ketiga tokoh ulama tersebut masih mencakup qawaid ushuliyah dan
qawaid fiqhiyah, kecuali kitab karya al-Zarkasyi.

Pada abad ke-11 dan 12 H, ilmu qawaid fiqhiyyah terus berkembang. Dengan demikian,
fasa kedua dari ilmu qawaid fiqhiyah adalah fasa perkembangan dan pembukuan. Fasa ini
ditandai dengan munculnya al-Karkhi dan al-Dabbusi. Para ulama yang hidup dalam rentang
waktu ini (abad 4-12) hampir dapat menyempurnakan ilmu qawaid fiqhiyah. Perkembangan
berikutnya mengalami perkembangan yang sangat signifikan, dari menulis, pembukuan, hingga
penyempurnaannya pada akhir abad ke-13 H.

Perkembangan Qawaid Fiqhiyyah

Anda mungkin juga menyukai