Anda di halaman 1dari 5

PAI

PELAJARAN 6
TATA CARA BERWUDHU

KAJIAN TENTANG TATA CARA BERWUDHU

Syarat-syarat wudhu ada 10:

1. Islam,

2. berakal,

3. tamyiz,

4. niat,

5. meneruskan niatnya dengan tidak memotong niat tersebut sampai sempurna,

6. hilangnya sesuatu yang mewajibkan wudhu,

7. beristinja atau beristijmal sebelumnya,

8. sucinya air dan air tersebut adalah air yang boleh untuk digunakan bersuci,

9. menghilangkan sesuatu yang menghalangi air sampai ke kulit,

10. masuknya waktu shalat bagi orang yang hadatsnya terus-menerus,

Pembatal-pembatal wudhu ada 6:

1. yang keluar dari dua jalan, (buang air kecil dan buang air besar)

2. keluarnya banyak najis dari badan,

3. hilangnya kesadaran disebabkan karena tidur atau selainnya,

4. menyentuh kemaluan dengan tangan baik itu qubul ataupun dubur tanpa ada pembatas,

5. memakan daging unta,


6. murtad dari agama Islam. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala melindungi kita dari hal

tersebut.

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas tentang sebuah hadits yang menjelaskan kepada

kita tata cara wudhu secara global. Hadits tersebut adalah hadits yang menjelaskan tentang

perbuatan sahabat Utsman Radiallahu Ta’ala ‘Anhu ketika beliau berwudhu. Dan beliau

menyebutkan bahwa ini merupakan cara wudhunya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.

Hadits tersebut dikisahkan oleh Humran, hamba sahaya yang dimiliki oleh sahabat Utsman bin

Affan.

Suatu ketika beliau melihat sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu, beliau

bersama dengannya. Dan sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘Anhu ketika itu meminta

untuk didatangkan wadah yang di dalamnya ada air untuk berwudhu.

‫ار فَ َغ َسلَهُ َما‬ َ َ‫فََأ ْف َر َغ َعلَى َكفَّ ْي ِه ثَال‬


ٍ ‫ث ِم َر‬
“Maka sahabat Utsman pun menuangkan air ke kedua telapak tangan beliau sebanyak tiga kali

dan beliau mencuci kedua telapak tangan beliau.” Dan ini disunahkan dalam berwudhu.

‫ثُ َّم َأ ْد َخ َل يَ ِمينَهُ فِى اِإل نَا ِء‬


“Kemudian sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu memasukkan tangan

kanannya ke tempat air itu.”


Dikatakan di sini “tangan kanan”, bukan kedua tangan. Sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu

‘Anhu memasukkan tangan kanannya saja ke wadah air itu.

‫ق َوا ْستَ ْنثَ َر‬


َ ‫ض َوا ْستَ ْن َش‬
َ ‫فَ َمضْ َم‬
“Maka dengan air yang beliau ambil dengan tangan kanan beliau saja, beliau berkumur

kemudian beliau istinsyaq (yaitu memasukkan air ke dalam hidung untuk membersihkannya),

kemudian istintsar (mengeluarkan air dari hidungnya).”

Sebagaimana berkumur, air dimasukkan ke dalam mulut untuk membersihkan mulut kemudian

dikeluarkan. Istintsar juga demikian, memasukkan air kedalam hidung kemudian

mengeluarkannya agar kotoran-kotoran yang ada di hidung menjadi bersih dan hilang.

Berkumur dan istinsyaq itu dari air yang beliau ambil dengan satu telapak tangan beliau yang

sebelah kanan. Ini yang disunnahkan, bukan dengan dua tangan. Memang dengan dua tangan

dibolehkan, tapi yang lebih afdhal adalah yang lebih sesuai dengan tuntunan, yaitu dengan

mengambil air dengan satu telapak tangan kanan kemudian berkumur dan istinsyaq dengan air

tersebut dan mengulangi sebanyak tiga kali.

َ ‫ثُ َّم َغ َس َل َوجْ هَهُ ثَاَل‬


‫ث‬
“Kemudian beliau membasuh wajahnya sebanyak tiga kali.”

‫ار‬ َ ‫َويَ َد ْي ِه ِإلَى ْال ِمرْ فَقَي ِْن ثَاَل‬


ٍ ‫ث ِم َر‬
“Dan beliau membasuh kedua tangan beliau sampai ke siku beliau sebanyak tiga kali juga.”
‫ثُ َّم َم َس َح ِب َرْأ ِس ِه‬
“Kemudian beliau mengusap seluruh kepala beliau.” Dan termasuk di antara kepala adalah

telinga. Telinga dimasukkan ke dalam kepala, makanya di sini tidak disebutkan tentang

membasuh telinga. Langsung setelah kepala:

‫ار ِإلَى ْال َك ْعبَي ِْن‬ َ ‫ثُ َّم َغ َس َل ِرجْ لَ ْي ِه ثَاَل‬


ٍ ‫ث ِم َر‬
“Kemudian beliau membasuh kedua kaki beliau sebanyak tiga kali sampai ke mata kaki beliau.”

Di sini tidak disebutkan mengusap telinga. Karena mengusap telinga itu masuk dalam kategori

mengusap kepala.

Kemudian sahabat Utsman bin Affan Radhiyallahu Ta’ala ‘Anhu mengatakan, bahwa Rasulullah

Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah bersabda:

‫ضَأ نَحْ َو ُوضُوِئي هَ َذا‬


َّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َم ْن تَ َو‬َ ِ ‫قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
ُ‫ث فِي ِه َما نَ ْف َسه‬ ُ ‫صلَّى َر ْك َعتَي ِْن اَل يُ َح ِّد‬
َ ‫ثُ َّم‬
“Barangsiapa yang berwudhu dengan cara seperti wudhuku ini, kemudian orang

tersebut shalat dua rakaat. Di dalam wudhu dan shalatnya tersebut, orang itu tidak memikirkan

perkara-perkara dunia dan perkara-perkara yang tidak berhubungan dengan shalatnya,”

Dia khusyu’ dalam shalatnya. Ketika dia berwudu juga dia benar-benar memikirkan masalah

wudhunya, benar-benar memperhatikan wudhunya dan tidak memikirkan masalah dunia ketika
berwudhu, ketika shalatnya juga demikian, dia tidak memikirkan masalah dunia ketika shalatnya,

dia benar-benar khusyu’ untuk beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Maka:

‫ُغفِ َر لَهُ َما تَقَ َّد َم ِم ْن َذ ْنبِ ِه‬


“Maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.”

Amalan ini memang merupakan amalan yang berat. Tapi lihat bagaimana besarnya pahala yang

didapatkan oleh orang yang bisa mengamalkan amalan ini. Berwudhu dengan sempurna dan

bener-bener memperhatikan wudhunya, tidak memikirkan dunianya. Kemudian setelah itu juga

ketika shalat dia tidak memikirkan dunianya sama sekali. Dia benar-benar khusyu’ dalam

shalatnya. Maka orang yang demikian, akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Anda mungkin juga menyukai