58 - Abdurrahman: Aslm; pak ustat benarkah cara membaca Alqur`an seperti skrng ini bisa
juga dikategorikan dalam perbuatan bid`ah? Karena dizaman Rasullulah alqur`an masih dalam bentuk
lembaran2 terpisah seperti dikulit2 pohon, kulit2 binatang, dll, belum tersusun rapi&terbukukan
seperti skrng ini. Bgm cara menyikapi & menjawab pertanyaan ini? adakah riwayat atau hadist yg
menjelaskn keinginan/cita2 rasullulah untuk menjadikn Alqur`an tersusun, rapi seperti skrng ini?
Jazakallahu khairant.
07/06/16, 05.06 - Ustadz Mubarok Ptk: Ini adalah anak dari adik bapak Yanuar, anggota pengajian kita.
Deritanya adalah derita kita juga. Siapa yang dapat membantu meringankan beban penderitaannya ?
Pada zaman Nabi saw , ketika Al Qur'an turun, Rasulullah saw memerintahkan shahabatnya untuk
menulisnya. Pada masa itu turunnya berangsur angsur, tidak langsung 30 juz.
Pada masa itu kertas juga belum ada. Media yang mewakili kertas pada zaman itu adalah kulit binatang,
pelepah korma , batu, daun dll.
Ketika Rasulullah saw wafat , Al Qur'an belum dibukukan 30 juz. Dan masih terpisah di lembaran
lembaran.
Kemudian pada masa shahabat Abu Bakar r.a , Al Qur'an ditulis lengkap 30 juz.
Ini bukan bid'ah , karena Rasulullah saw sendiri yang memerintahkan untuk menuliskan Al Qur'an.
Lagi pula, yang dilakukan Abu Bakar r.a disetujui oleh semua shahabat Nabi saw.
Ini disebut ijma' shahabat, yang tidak boleh seorangpun dari qaum Muslimin yang menentangnya.
Setahu saya hanya orang bodoh yang tak tahu agama yang mengatakan bahwa membukukan Al Qur'an
30 juz adalah bid'ah.
Biasanya kalimat seperti ini diucapkan oleh orang yang tidak mencari kebenaran. Atau orang yang ingin
merusak Islam dari dalam.
07/06/16, 06.26 - Ustadz Mubarok Ptk: SAYA MENDAPAT PERTANYAAN TENTANG SEORANG WANITA
MENGELUARKAN DARAH TERUS MENERUS SELAMA 45 HARI DARI RAHIMNYA. BAGAIMANA
KEDUDUKAN HUKUMNYA ?
07/06/16, 06.27 - Ustadz Mubarok Ptk: SUPAYA PEMAHAMANNYA TIDAK SALAH , MAKA SAYA BUATKAN
MAKALAH BERKAITAN DENGAN HAL INI. KEMUDIAN SAYA TERUSKAN JAWABAN SAYA INI KEPADA
FORUM KITA. MUDAH MUDAHAN BERMANFA'AT.
Jika seorang wanita mengeluarkan darah dari rahimnya , yang diatur hanya hukum yang mengiringinya.
Misalnya berkaitan dengan shalatnya dsb.
Sedangkan apakah darah itu adalah haidh atau bukan , diserahkan kepada wanita itu sendiri untuk
menentukannya berdasarkan beberapa bimbingan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Maksudnya : Tidak ada ketentuan baku yang mengatur tentang suatu darah adalah haidh atau bukan ,
yang berlaku kepada semua wanita.
Dari dalil dalil yang ada , saya memahami bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam membagi
keadaan wanita yang mengeluarkan darah dari rahimnya kepada 3 kelompok :
Bagi wanita ini , darah yang keluar dari rahimnya bisa diputuskan sebagai haidh atau bukan berdasarkan
kepada siklus haidh yang dimilikinya.
Jika darah yang keluar dari rahimnya bertepatan dengan siklus haidhnya , maka kedudukannya sebagai
haidh. Maka hukum yang dibangun di atasnya berlaku sebagaimana wanita yang mengalami haidh :
Dilarang shalat dan shaum , hubungan suami istri dll.
Jika darah yang keluar dari rahimnya tidak bertepatan dengan siklus haidhnya , maka dia adalah darah
istihadhah. Maka hukum yang dibangun di atasnya berlaku sebagaimana wanita yang mengalami
istihadhah : Dia wajib shalat dan shaum Ramadhan , dll.
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : Sesungguhnya Ummu Habibah r.a bertanya kepada Rasulullah
shallallahu alihi wasallam tentang darah. Aisyah r.a berkata : Aku melihat pakaiannya penuh dengan
darah.
Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda kepadanya : tunggulah masa haidh yang biasa
kamu jalani kemudian mandilah dan kerjakanlah shalat.
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Haidh bab (13) صالَ ِت َها َ ْالمُسْ َت َحno 334
َ ة َو ُغسْ لِ َها َو3ِ اض
َ ت َت ْغ َتسِ ُل عِ ْن َد ُك ِّل
صالَ ٍة 3ْ َف َكا َن
Penjelasan :
Ummu Habibah r.a mengalami keadaan : mengeluarkan darah terus menerus dari rahimnya,
bersambung setiap hari dalam waktu yang lama.
Dia tidak mengetahui darah tersebut apakah darah haidh atau bukan , sehingga dia bertanya apakah dia
harus meninggalkan shalat atau tidak.
Dalam hadits ini Rasulullah shallallahu alaihi wasallam memberikan bimbingan : Agar Ummu Habibah r.a
menetapkan keadaannya sebagai orang yang mengalami haidh berdasarkan siklus yang biasa dia alami.
Misalnya :
Dia biasa haidh antara tanggal 1 sampai tanggal 7 pada setiap bulannya.
Maka pada hari ke 8 hendaknya dia mandi dan mengerjakan shalat walaupun darah masih keluar
sebagaimana hari sebelumnya.
Artinya darah yang keluar pada masa di luar siklusnya dianggap sebagai darah istihadhah.
Sehingga hukum yang dibangun di atasnya adalah hukum istihadhah. Dia wajib shalat , puasa Ramadhan
dll.
Hendaknya dia menjalani hari harinya dalam masa istihadhah itu selayaknya wanita normal lainnya.
2. WANITA YANG TIDAK PUNYA SIKLUS HAIDH YANG TERATUR, TETAPI DIA DAPAT MEMBEDAKAN
ANTARA DARAH HAIDH ATAU BUKAN.
Bagi wanita ini , darah yang keluar dari rahimnya bisa diputuskan sebagai haidh atau bukan berdasarkan
kepada kemampuannya untuk membedakan antara darah haidh atau bukan..
Jika darah yang keluar dari rahimnya DINILAINYA SEBAGAI DARAH HAIDH , maka kedudukannya sebagai
haidh. Maka hukum yang dibangun di atasnya berlaku sebagaimana wanita yang mengalami haidh :
Dilarang shalat dan shaum , hubungan suami istri dll.
Jika darah yang keluar dari rahimnya DINILAINYA BUKAN SEBAGAI DARAH HAIDH, maka dia adalah darah
istihadhah. Maka hukum yang dibangun di atasnya berlaku sebagaimana wanita yang mengalami
istihadhah : Dia wajib shalat dan shaum Ramadhan , dll.
َأ َفَأ َد ُع، ت َيا َرسُو َل هَّللا ِ ِإ ِّنى ا ْم َرَأ ٌة ُأسْ َت َحاضُ َفالَ َأ ْط ُه ُر ْ َ َف َقال- صلى هللا عليه وسلم- ِّْش ِإلَى ال َّن ِبى ٍ ت َفاطِ َم ُة ا ْب َن ُة َأ ِبى ُح َبي ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
ْ ت َجا َء
تْ َوِإ َذا َأ ْد َب َر، صالَ َة
َّ ض ُتكِ َف َدعِ ى ال َ ت َح ْي ْ َ َفِإ َذا َأ ْق َبل، ْض
ٍ ْس ِب َحي َ َولَي، ِإ َّن َما َذلِكِ عِ رْ ٌق، َ « ال- صلى هللا عليه وسلم- ِ صالَ َة َف َقا َل َرسُو ُل هَّللا َّ ال
ُ َح َّتى َي ِجى َء َذل َِك ْال َو ْقت، صالَ ٍة ُ َ ُ َأ
َ قا َل َوقا َل ِبى « ث َّم ت َوضَِّئى لِك ِّل. » صلى َ َ ِّ ُ ْ ْ
َ فاغسِ لِى َعنكِ ال َّد َم ث َّم َ
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : Fathimah binti Abu Hubaisy r.a kepada Nabi shallallahu alaihi
wasallam lalu berkata : Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah wanita yang mengalami istihadhah ,
dan aku senantiasa tidak suci , apakah aku harus meninggalkan shalat ?
Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : Tidak ! Sesungguhnya yang demikian itu hanya
darah penyakit, dan bukan haidh.
Jika masa haidh-mu datang, maka tinggalkanlah shalat. Dan apabila haidh-mu telah pergi maka cucilah
darahnya kemudian hendaknya engkau shalat.
Hisyam bin Urwah berkata : ayahku berkata : Kemudian hendaknya engkau berwudhu’ untuk setiap kali
akan mengerjakan shalat.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Wudhu’ bab (63) غَسْ ِل الد َِّمno 228
Muslim Kitabul Haidh bab (14) صالَ ِت َها َ ْالمُسْ َت َحاno 333
َ ة َو ُغسْ لِ َها َو3ِ ض
Penjelasan :
Kalimat “sesungguhnya aku adalah seorang wanita yang mengalami istihadhah” maknanya : Fathimah
binti Hubaisy mengetahui benar bahwa dia sedang tidak mengalami haidh.
Karena yang dimaksud dengan istihadhah adalah keluarnya darah dari rahim wanita pada masa yang
tidak biasanya darah (haidh) keluar.
Kalimat “ dan aku senantiasa tidak suci ” maknanya : darah dari rahimnya senantiasa keluar.
Kalimat “Jika masa haidh-mu datang” maksudnya: mulai datang haidh sampai akhir haidh.
Kalimat “Dan apabila haidh-mu telah pergi maka cucilah darahnya” maksudnya : hendaknya kamu
mandi.
Lihat : Kitab Fat-hul Baari , Syarah terhadap Kitab shahih Al Bukhari jilid 1 halaman 438 Kitabul Haidh bab
63 no 228
07/06/16, 06.28 - Ustadz Mubarok Ptk: 3. WANITA YANG TIDAK PUNYA SIKLUS HAIDH YANG TERATUR,
Setelah itu hendaknya dia mandi dan melaksanakan shalat, puasa dll selama 23 atau 24 hari. Setelah itu
dia masuk masa haidh lagi selama 6 atau 7 hari. Kemudian dia mandi dan mengerjakan shalat , puasa
dll.
Demikian seterusnya.
ْت ِير ًة َشدِي َد ًة َفَأ َتي ُ ض ًة َكث َ ت ُأسْ َت َحاضُ َح ْي َ ت ُك ْن ُ ش َقالَ ْ ت َجحْ ٍ ْن َط ْل َح َة َعنْ ُأ ِّم ِه َح ْم َن َة ِب ْن ِ ان ب ِ ْن َط ْل َح َة َعنْ َع ِّم ِه عِ ْم َر َ ْن م َُح َّم ِد ب ِ َعنْ ِإب َْراهِي َم ب ِ
ض ًة ي ْ ح اضُ ح َ
ت سْ ُأ ٌ ة َأ ر مْ ا ى نِّ هَّللا ل ُو س ر ا ي تُ ْ
ل ُ ق َ
ف ش حْ ج ت
ِ ْ
ن ب ب نَ ْ
ي َ
ز ِى
ت ْ
خ ُأ ت
ِ ْ
ي ب ِى ف ه
ُ ُ
ت د ْ ج و َ
ف ه
ُ ر ُ ب خْ ُأ و ه
ِ ِي ت ف ْ َ
ت سْ َأ وسلم- عليه هللا َرسُو َل هَّللا ِ -صلى
َ َ َ َ َ ِ ِإ َ َ َ ٍ َ ِ َ َ َ َ ِ
َّ َ
ُف َفِإن ُه يُذهِبُ ال َّد َم »َ .قالت ه َُو كث ُر مِنْ ذل َِكَ .قا َل « َفات ِخذِى َ ْ َأ ْ َ ْ َّ ت لكِ الكرْ س َ ُ ْ َ ْ َأ
صال َة َوالص َّْو َم َف َقا َل « ن َع ُ َ ْ
ِير ًة َشدِيدَ ًة َف َما َت َرى فِي َها َق ْد َم َن َعتنِى ال َّ َكث َ
اآلخ ِرت َأجْ َزَأ َع ْنكِ م َِن َ ْن َأ َّي ُه َما َف َع ْل ِ ِ ي ر َ ْ
م َأ ب
ِ ُكِ ر م
ُ آ س َ « وسلم- عليه هللا -صلى ِ هَّللا ل
ُ ُو س ر َ ل َ ا َ
ق ا. ج
ّ ً َ
ث ج ُّ ُ
ث َأ ا م
َ ن َّ ِإ ك َ ل
ِ ذَ ِنْ م ر ُ َ
ث ك ْ َأ ُو َ ه تْ َ ل اقَ َ
ف ». ًاب وَث ْ
َ ْ ُ هَّللا ْ
ان فت َحيَّضِ ى سِ تة ي ٍَّام ْو َسب َْعة ي ٍَّام فِى عِ ل ِم ِ ث َّم اغتسِ لِى َأ َ َأ َأ َ َّ َ َ َ
ت الشيْط ِ َّ ضا ِ َ
ضة من َرك َ ٌ ْ
ت عْ ل ُم » .فقا َل ل َها « ِإن َما َه ِذ ِه َرك َ َّ َ َ َ َ َأ ْ َأ َ
ت َعلي ِْه َما ف ن ِ َ َ
َوِإنْ ق ِوي ِ
ك َفا ْف َعلِى ين َل ْيلَ ًة َوَأيَّا َم َها َوصُومِى َفِإنَّ َذل َِك يُجْ ِزُئكِ َو َك َذلِ َ ين لَ ْيلَ ًة َأ ْو َأرْ َبعً ا َوعِ ْش ِر َ صلِّى َثالَ ًثا َوعِ ْش ِر َ ت َف َ ت َواسْ َت ْن َقْأ ِ ت َأ َّنكِ َق ْد َطهُرْ ِ َح َّتى ِإ َذا َرَأ ْي ِ
ِين الظه َْر َو ُت َعجِّ لِى ْال َعصْ َر َف َت ْغ َتسِ ل َ ت َعلَى َأنْ ُتَؤ ِّخ ِرى ُّ طه ِْرهِنَّ َوِإنْ َق ِوي ِ فِى ُك ِّل َشه ٍْر َك َما َتحِيضُ ال ِّن َسا ُء َو َك َما َي ْطهُرْ َن مِيقَاتَ َحيْضِ ِهنَّ َو ُ
ِين َم َع ْن َفاف َعلِى َو َت ْغ َتسِ ل َ ْ صالَ َتي ِ ِين َبي َْن ال َّ ِين َو َتجْ َمع َ ِين ال ِع َشا َء ث َّم َت ْغ َتسِ ل َُ ْ ب َو ُت َعجِّ ل َ ين ْال َم ْغ ِر َ الظه ِْر َو ْال َعصْ ِر َو ُتَؤ ِّخ ِر َ ْن ُّ صالَ َتي ِ ِين َبي َْن ال َّ َو َتجْ َمع َ
ْن ِإلَىَّ »َ .قا َل َأبُو َداوُ َد َو َر َواهُ ي رَ مْ َأل ا بُ ج َ عْ َأ ا ذ َ هَ وَ « وسلم- عليه هللا -صلى ِ هَّللا ل
ُ ُو س ر َ ل َ ا َ
ق ». ِكَ ل َ
ذ ى َ ل ع
َ ت ِ رْ دَ َ
ق نْ ِى م ُو ص و َ ِى ْال َفجْ ِر َفا ْف َعل
ِ ِإ
ْن ِإلَىَّ .لَ ْم َيجْ َع ْل ُه مِنْ َق ْو ِل ال َّن ِبىِّ -صلى هللا عليه وسلمَ -ج َعلَ ُه َكال َمَ َأل َأ َ ُ ْ ُ َ ُ َ ْ َ َ َ َ َ
ِيل قا َل فقالت َح ْمنة فقلت َهذا عْ َجبُ ا ْم َري ِ ْن َعق ٍ ت َع ِن اب ِ َع ْمرُو بْنُ ث ِاب ٍ
ْنِ ب ى ي َ حْ ي
َ نْ ع
َ ه
ُ رَ كَ ذ َ و َ ةٌ قَ ث
ِ ٌ
ل ج ُ ر
َ ام
ِ د
َ ْ
ق م
ِ ْ
ال ْنُ ب ت ُ اب
ِ َ
ث و
َ ث
ِ ِي
د ح َ ْ
ال ِى ف اق ً ُو د ص َ انَ كَ ه
ُ نَّ كِ َ ل و
َ ء
ٍ و ْ س َ ل
ُ ج ُ رَ ىٌّ ِضِ ف ا ر َ ت
ٍ اب ِ َ
ث ْنُ ب ُو ر مْ ع َ و َ دَ اوُ دَ َح ْم َن َةَ .قا َل َأبُو
ْن
ِيث اب ِ ت َأحْ َم َد َيقُو ُل َحد ُ ِينَ .قا َل َأبُو َداوُ َد َسمِعْ ُ َمع ٍ
ِيل فِى َن ْفسِ ى ِم ْن ُه َشىْ ٌء
َ .عق ٍ
صحِي ٌح َ .قا َل َأبُو عِ ي َسى َه َذا َحد ٌ
ِيث َح َسنٌ َ
Bersumber dari Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah dari saudara laki ayahnya (yaitu) ‘Imran bin
Thalhah dari Ibunya (yaitu) Hamnah binti Jahsy r.a dia berkata : Aku pernah mengalami istihadhah yang
sangat banyak. Lalu aku mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wasallam untuk meminta fatwa
kepadanya sekalian menceritakan persoalanku kepadanya. Aku mendapati Rasulullah shallallahu alaihi
wasallam di rumah saudara perempuanku Zainab binti Jahsy r.a, lalu aku berkata : Wahai Rasulullah ,
sesungguhnya aku adalah seorang wanita yang mengalami istihadhah yang sangat banyak.
Bagaimana pendapatmu ? Karena hal ini menghalangiku dari shalat dan puasa.
Maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : Aku sarankan kepadamu agar memakai tutup
kapas, karena dia dapat menghilangkan darah.
Hamnah r.a berkata : Tetapi darahnya lebih banyak dari itu. Sesungguhnya darahnya terus mengalir.
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : Aku akan perintahkan kepadamu 2 perkara , yang mana
saja yang kamu lakukan , maka hal itu sudah memadai bagimu. Jika kamu sanggup melakukan keduanya
maka hal itu kamu lebih mengetahuinya.
Sesungguhnya ini adalah salah satu dari gangguan syaithan, maka jalanilah masa haidhmu selama 6
atau 7 hari berdasarkan ilmu Allah. Kemudian hendaknya engkau mandi sehingga apabila engkau telah
mengetahui bahwa engkau telah suci, maka kerjakanlah shalat selama 23 atau 24 hari yaitu malam dan
siangnya, dan hendaknya engkau berpuasa. Yang demikian itu telah memadai bagimu. Lakukanlah yang
demikian itu setiap bulan, seperti halnya haidh yang dialami oleh wanita lainnya, juga masa suci yang
dijalani oleh mereka.
Jika engkau mampu menunda shalat dhuhur dan menyegerakan shalat ashar, maka mandilah engkau
dan kerjakanlah shalat dhuhur dan ashar dengan cara jama’ (ta’khir).
Dan hendaknya engkau menunda shalat maghrib dan menyegerakan shalat isya’, maka mandilah engkau
dan kerjakanlah shalat maghrib dan isya’ dengan cara jama’ (ta’khir)
Kerjakanlah yang demikian itu dan berpuasalah , jika engkau mampu melaksanakannya.
Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda : Dan cara ke 2 ini lebih aku sukai diantara
kedua cara tersebut.
Ahmad 6/439
Penjelasan :
Jika seorang wanita yang mengalami istihadhah termasuk kategori ke 3 , yang mana dia tidak dapat
membedakan darah haidh atau bukan serta tidak punya siklus yang tetap, maka :
Hendaknya dia menetapkan sefihak untuk masa haidhnya 6 atau 7 hari, yaitu hari yang mana saja
diantara masa istihadhahnya dan darah yang keluar seyelah dari itu tidak diperhitungkan lagi sebagai
darah haidh.
Kemudian dia hendaknya dia memilih untuk melakukan salah satu dari 2 hal :
Jika engkau mampu maka hendaknya engkau mandi setiap mengerjakan shalat.
2) Dia melakukan shalat sehari semalam hanya pada 3 waktu saja dengan 3 kali mandi :
- Ketika masuk waktu dhuhur tidak shalat. Ketika masuk waktu ashar, hendaknya dia mandi dan
menjama’ antara dhuhur dan ashar di waktu ashar tetapi tidak di qashar.
Yaitu mengerjakan shalat dhuhur 4 raka’at lalu salam, kemudian mengerjakan shalat ashar 4 raka’at.
Selesai.
- Ketika masuk waktu maghrib dia tidak shalat. Ketika masuk waktu isya’ hendaknya dia mandi dan
menjama’ antara maghrib dan isya’ di waktu isya’ tetapi tidak di qashar.
Yaitu mengerjakan shalat maghrib 3 raka’at lalu salam, kemudian mengerjakan shalat isya’ 4 raka’at.
Selesai.
Catatan :
Ada yang berkata : diantara 2 macam cara itu , cara ke 2 hendaknya diprioritaskan , karena lebih disukai
oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.
Tetapi perkataan ini (Nabi shallallahu alaihi wasallam lebih menyukai yang ke 2 ) diperselisihkan ulama :
apakah perkataan Nabi shallallahu alaihi wasallam atau perkataan Hamnah r.a.
KESIMPULAN AKHIR :
Wanita yang mengeluarkan darah terus menerus , maka dia berada diantara 3 kemungkinan :
Bagi wanita ini , darah yang keluar dari rahimnya bisa diputuskan sebagai haidh atau bukan berdasarkan
kepada siklus haidh yang dimilikinya.
Jika darah yang keluar dari rahimnya bertepatan dengan siklus haidhnya , maka kedudukannya sebagai
haidh. Maka hukum yang dibangun di atasnya berlaku sebagaimana wanita yang mengalami haidh :
Dilarang shalat dan shaum , hubungan suami istri dll.
Jika darah yang keluar dari rahimnya tidak bertepatan dengan siklus haidhnya , maka dia adalah darah
istihadhah. Maka hukum yang dibangun di atasnya berlaku sebagaimana wanita yang mengalami
istihadhah : Dia wajib shalat dan shaum Ramadhan , dll.
2. DIA TIDAK PUNYA SIKLUS HAIDH YANG TERATUR, TETAPI DIA DAPAT MEMBEDAKAN ANTARA DARAH
HAIDH ATAU BUKAN.
Bagi wanita ini , darah yang keluar dari rahimnya bisa diputuskan sebagai haidh atau bukan berdasarkan
kepada kemampuannya untuk membedakan antara darah haidh atau bukan..
Jika darah yang keluar dari rahimnya DINILAINYA SEBAGAI DARAH HAIDH , maka kedudukannya sebagai
haidh. Maka hukum yang dibangun di atasnya berlaku sebagaimana wanita yang mengalami haidh :
Dilarang shalat dan shaum , hubungan suami istri dll.
Jika darah yang keluar dari rahimnya DINILAINYA BUKAN SEBAGAI DARAH HAIDH, maka dia adalah darah
istihadhah. Maka hukum yang dibangun di atasnya berlaku sebagaimana wanita yang mengalami
istihadhah : Dia wajib shalat dan shaum Ramadhan , dll.
Hendaknya dia menetapkan sefihak untuk masa haidhnya 6 atau 7 hari, yaitu hari yang mana saja
diantara masa istihadhahnya dan darah yang keluar setelah itu tidak diperhitungkan lagi sebagai darah
haidh.
Kemudian dia hendaknya dia memilih untuk melakukan salah satu dari 2 hal :
2) Dia melakukan shalat sehari semalam hanya pada 3 waktu saja dengan 3 kali mandi :
- Ketika masuk waktu dhuhur tidak shalat. Ketika masuk waktu ashar, hendaknya dia mandi dan
menjama’ antara dhuhur dan ashar di waktu ashar tetapi tidak di qashar.
Yaitu mengerjakan shalat dhuhur 4 raka’at lalu salam, kemudian mengerjakan shalat ashar 4 raka’at.
Selesai.
- Ketika masuk waktu maghrib dia tidak shalat. Ketika masuk waktu isya’ hendaknya dia mandi dan
menjama’ antara maghrib dan isya’ di waktu isya’ tetapi tidak di qashar.
Yaitu mengerjakan shalat maghrib 3 raka’at lalu salam, kemudian mengerjakan shalat isya’ 4 raka’at.
Selesai.
MAKA : WANITA MANA SAJA YANG MENGALAMI ISTIHADHAH , DISERAHKAN KEPADANYA UNTUK
MEMUTUSKAN APAKAH DIRINYA TERMASUK KELOMPOK 1, 2 ATAU 3.............Wallahu A’lam.
07/06/16, 06.44 - Ustadz Mubarok Ptk: JADWAL KEGIATAN RAMADHAN 1437 H / 2016 M
2. Selasa , 07-06-2016
4. Kamis , 09-06-2016 :
6. Sabtu , 11-06-2016 :
- Masjid Maulidiyah --- Kuliyah shubuh (diwakilkan Abdul Rahman) ... karena tabrakan dengan
Mujahidin.
9. Selasa , 14-06-2016
21. Ahad,26-06-2016
07/06/16, 06.49 - Ustadz Mubarok Ptk: Selama Ramadhan , saya menolak memberikan taushiyah
sebelum tarawih yang biasa disebut dengan kultum dengan alasan saya mau jaga masjid saya di dekat
tempat tinggal saya. Karena taushiyah sebelum tarawih mesti berlanjut dengan shalat tarawih di tempat
tersebut. Apalagi masjid tersebut pelaksanaan tarawihnya tidak sesuai dengan yang saya yaqini berasal
dari Nabi saw. Penolakan saya ini , berlaku umum. Baik saya hanya diminta ceramah saja ataupun saya
diminta jadi imam tarawihnya sekalian.
07/06/16, 06.54 - Ustadz Mubarok Ptk: Tentang haidh : Bahwa berakhirnya masa haidh diperselisihkan
oleh umat Islam. Ada yang berpendapat bahwa berakhirnya masa haidh adalah ketika darah yang
melekat pada kapas atau pembalutnya telah kering. Ada yang berpendapat bahwa masa habisnya haidh
adalah ketika keluar cairan putih dari rahim yang sudah dikenal oleh para wanita.
07/06/16, 06.56 - Ustadz Mubarok Ptk: Jika wanita mengalami masa haidh kemudian darah berhenti
ketika dalam masa siklusnya , maka dia masih berada di dalam masa haidhnya. Kecuali telah keluar
cairan berwarna putih sebagaimana yang dikatakan oleh Aisyah r.a, maka dia wajib mandi dan
mengerjakan shalat.
07/06/16, 09.02 - Ustadz Mubarok Ptk: Saya diberi amanah oleh Muhammadiyah untuk menjawab
pertanyaan berkaitan dengan puasa di koran tribun setiap hari. Khusus fiqih umum.
Judulnya : konsultasi Ramadhan Lazismu (lembaga amil zakat infaq dan shadaqah Muhammadiyah)
07/06/16, 09.13 - Ustadz Mubarok Ptk: TANYA JAWAB HARIAN TRIBUN PONTIANAK
Asal : Sambas
Pertanyaan :
3. Apakah mandi wajib di bulan Ramadhan harus menunggu adzan maghrib dikumandangkan ?
Jawab :
1. Makan sahur hukumnya sunnah , bukan wajib. Sehingga seseorang yang sengaja tidak makan sahur,
kemudian dia berpuasa , maka puasanya tetap sah dan dia tidak berdosa.
Hanya saja dia telah kehilangan keutamaan yang banyak serta tercela karena puasanya disamakan
dengan puasa ahli kitab yaitu yahudi dan nashara.
Bersumber dari Anas bin Malik r.a, dia berkata : Nabi saw bersabda :
Makan sahurlah kalian, karena didalam makan sahur itu ada keberkahannya.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabus Shaum bab 20 no 1923 ( ini adalah lafadznya )
Bersumber dari ‘Amru bin Al ‘Ash r.a , sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Yang membedakan antara puasa kita dengan puasa ahli kitab adalah makan sahur.
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabush Shiyam bab 9 no 1096 ( ini adalah lafadznya )
C). Allah beserta Malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang makan sahur.
Bersumber dari Abu sa’id Al Khudri r.a, dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Sahur itu adalah makanan yang penuh berkah, maka janganlah kalian tinggalkan walaupun seseorang
diantara kalian hanya minum dengan seteguk air. Sesungguhnya Allah beserta Malaikat-Nya bershalawat
kepada orang orang yang makan sahur.
Hadits riwayat Ahmad 3/12 no 10702 dengan sanad yang dhaif karena ada rawi bernama Abu Rifa’ah
yang majhul.
Hendaknya qaum Muslimin berusaha keras untuk dapat melakukan makan sahur. Walaupun tidak ada
makanan di rumahnya , dia hendaknya tetap bangun sebelum masuk waktu shubuh. Dia boleh hanya
minum beberapa teguk air, sebagai wujud kepatuhannya untuk makan sahur. Sehingga dia
mendapatkan kebaikan yang banyak sebagaimana disampaikan oleh Rasulullah saw.
Wallahu A’lam.
maksudnya : seseorang tidak berpuasa di dalam bulan Ramadhan karena halangan yang dibenarkan
(misalnya haidh dll), kemudian dia membayar puasa yang ditinggalkan tersebut dalam bulan Sya’ban
(sebelum bulan Ramadhan tahun berikutnya).
Hukumnya : Boleh.
Aisyah r.a biasa membayar puasa Ramadhan yang ditinggalkannya, ketika dalam bulan Sya’ban dan tidak
disalahkan oleh Rasulullah saw.
Dari Abu Salamah, beliau mengatakan bahwa beliau mendengar ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan,
“Aku masih memiliki utang puasa Ramadhan. Aku tidak mampu mengqodho’nya kecuali di bulan Sya’ban
(karena) sibuk mengurus Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
3. Apakah mandi wajib di bulan Ramadhan harus menunggu adzan maghrib dikumandangkan ?
Maksudnya : seseorang yang mengalami haidh , kemudian dia telah suci dari haidhnya. Apakah mandi
wajibnya harus menunggu setelah adzan maghrib ?
Jawab : Tidak .
Ketika haidhnya telah pergi , maka dia wajib mandi dan mengerjakan shalat, tidak menunggu sampai
adzan maghrib.
Jika haidhnya pergi setelah masuk waktu shubuh , dia tidak boleh berpuasa pada hari itu. Dia wajib
berpuasa pada esok harinya.
07/06/16, 09.13 - Ustadz Mubarok Ptk: ini yang asli dari saya
07/06/16, 09.15 - Ustadz Mubarok Ptk: Cara mengutip hadits nya ngawur. Dirapel jadi satu. Kalau orang
yang faham hadits membacanya , disangkanya saya tak faham metode penulisan hadits.
07/06/16, 09.22 - Ustadz Mubarok Ptk: Iya, saya rencananya akan protes. Tapi melalui muhammadiyah.
Karena kesepakatannya dengan muhammadiyah. Saya hanya dapat tugas dari muhammadiyah.
07/06/16, 14.41 - Ustadz Mubarok Ptk: JAWABAN ATAS PERTANYAAN : WANITA MUSLIMAH MENIKAH
DENGAN LAKI LAKI NON MUSLIM
07/06/16, 14.41 - Ustadz Mubarok Ptk: WANITA MUSLIMAH MENIKAH DENGAN LAKI LAKI KAFIR
1. TINJAUAN HUKUMNYA
Wanita Muslimah hanya boleh menikah dengan laki laki Muslim.
Wanita Muslimah haram menikah dengan laki laki non Muslim , apapun agamanya.
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang
beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan
mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka JANGANLAH
KAMU KEMBALIKAN MEREKA KEPADA (SUAMI-SUAMI MEREKA) ORANG-ORANG KAFIR.
MEREKA TIADA HALAL BAGI ORANG-ORANG KAFIR ITU dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi
mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa
atasmu mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap
berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta
mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar.
Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana.
Penjelasan :
1. Jika ada seorang wanita kafir masuk Islam dan nampak nyata keislamannya , maka tidak boleh dia
dikembalikan kepada suaminya yang masih kafir.
2. Bahkan laki laki Muslim boleh menikahinya, dengan cara mengembalikan mahar kepada Laki laki kafir
tersebut , yang mana mahar itu dulu pernah dibayarkan kepada istrinya ketika masih kafir.
Artinya : pernikahannya langsung batal , ketika wanita itu masuk Islam sedangkan suaminya masih kafir.
2. WANITA MUSLIMAH TIDAK HALAL BAGI LAKI LAKI KAFIR.
Karena hukumnya haram , maka pernikahan wanita muslimah dengan laki laki non Muslim tidak sah.
Dengan cara apapun tetap saja pernikahannya tidak sah.
Seandainya walinya menikahkan dengan cara Islam , yang pakai ijab qabul, ada mahar dan saksi, tetap
haram hukumnya.
Karena pernikahannya haram , maka melaksanakan pernikahannya berdosa besar di sisi Allah .
Jika setelah pernikahan terjadi hubungan suami istri diantara mereka , maka hukumnya sama dengan
berzina. Bahkan tinggal serumah dengan tidak melakukan apa apa dengan “suami”nya tersebut juga
merupakan dosa , karena sudah melakukan khalwat (bersendirian) dengan laki laki yang bukan
mahramnya.
Dengan demikian , wanita tersebut sepanjang hidupnya mendulang dosa besar setiap harinya, walaupun
dia tetap menyatakan diri sebagai Muslimah , mengerjakan shalat dll.
Tetapi saya tidak berani berkata bahwa dia jadi munafiq atau kafir.
Yang pernah saya dengar, menikah di gereja adalah sebuah ritual agama nashrani, yang mengakui tuhan
lain selain Allah. Karena dengan menyebut tuhan selain Allah sebagai saksinya, dan memohon
keberkatan kepadanya, dll bentuk permohonan.
Jika benar demikian , ketika itu sudah gugur keislamannya. Dia sudah melakukan penyembahan kepada
selain Allah.
Dosa ini hanya bisa ditebus dengan taubat.
Wanita tersebut harus bertaubat kepada Allah. Jika ini dilakukan , maka Allah menjanjikan ampunan atas
perbuatan di masa lalunya.
Yang dimaksud taubat , adalah berhenti dari perbuatan dosanya terlebih dahulu, kemudian minta
ampun dan memperbaiki dirinya dengan mengerjakan amal shalih.
Maka dia tidak akan bisa bertaubat kepada Alah jika masih berada dalam ikatan hubungan suami istri
dengan laki laki non Muslim tersebut. Kecuali laki laki itu masuk Islam.
Wallahu A’lam.
Dalam hukum Islam , wanita dilarang bepergian sendirian sehari semalam tanpa disertai mahramnya.
َ ِال ْم َرَأ ٍة ُتْؤ مِنُ ِباهَّلل ِ َو ْال َي ْو ِم اآلخ ِِر َأنْ ُت َساف َِر مَس
ير َة َي ْو ٍم ِ « الَ َي ِح ُّل- صلى هللا عليه وسلم- ُّ َقا َل َقا َل ال َّن ِبى- رضى هللا عنهما- َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة
ٌْس َم َع َها حُرْ َمة َ َ َ
َ َول ْيل ٍة لي
Bersumber dari Abu Hurirah r.a dia berkata : Nabi saw bersabda : Tidak halal bagi wanita yang beriman
kepada Allah dan hari akhir melakukan safar sehari semalam tanpa disertai oleh mahramnya
Jika dia diantar oleh suaminya sampai terminal kemudian melakukan perjalanan kurang dari 1 hari 1
malam maka dibolehkan.
07/06/16, 14.53 - Ustadz Mubarok Ptk: SAYA AKAN COPASKAN JAWABAN SAYA UNTUK KORAN TRIBUN
BESOK.
SAYA BATASI 1 PERTANYAAN SAJA SUPAYA CUKUP RUANGNYA DAN TIDAK DI EDIT LAGI
07/06/16, 14.53 - Ustadz Mubarok Ptk: TANYA JAWAB HARIAN TRIBUN PONTIANAK
Jawaban :
Orang yang meninggalkan shalat karena malas sangat dicela dalam Islam.
Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang meninggalkan shalat ashar maka gugurlah amalnya.
Dosa meninggalkan shalat sangat besar , dan tidak dapat ditebus dengan pahala puasa. Maka amalan
puasa nya menjadi tekor (defisit), sehingga dikatakan “gugur” , yaitu tidak bermanfa’at buat
keselamatan akhiratnya.
08/06/16, 13.49 - Ustadz Mubarok Ptk: TANYA JAWAB HARIAN TRIBUN PONTIANAK
Dari : Amir
Asal : Pontianak
Jawab :
Yang membatalkan puasa adalah makan dan minum serta hubungan suami istri dengan sengaja.
Allah SWT berfirman : Maka sekarang campurilah mereka (istrimu) dan carilah apa yang telah ditetapkan
Allah untukmu, dan makan serta minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.
Setelah itu dilarang dilakukan ( = wajib berpuasa) sampai datangnya malam , yaitu masuknya waktu
maghrib.
Memakai gigi palsu bukan aktifitas makan dan minum, dan bukan hubungan suami istri.
09/06/16, 17.08 - Ustadz Mubarok Ptk: TANYA JAWAB HARIAN TRIBUN PONTIANAK
Dari : Yuna
Asal : Sambas
Pertanyaan :
Assalamu’alaikum
Apakah pacaran di bulan Ramadhan membatalkan puasa ? Walau lewat sms saja ?
Jawaban :
Wa alaikum salam wr wb
Puasa bukan hanya tidak makan dan minum. Puasa adalah pengendalian diri secara total.
Rasulullah saw bersabda : Puasa itu tidak hanya menahan diri dari makanan dan minuman. Tetapi puasa
itu adalah menjauhkan diri dari perkara yang sia sia dan tidak senonoh. Jika seseorang mencacimu atau
berbuat bodoh kepadamu maka katakanlah :
Yang dimaksud perbuatan yang sia sia adalah melihat hal yang haram , mendengar yang haram, berkata
yang haram , pergi ke tempat makshiyat dll. Termasuk membuang waktu untuk hal hal yang dimurkai
Allah , serta melakukan hal yang tidak bermanfa’at walaupun hukumnya tidak haram.
Melakukan perbuatan bodoh kepadamu artinya : dia mengajakmu bertengkar atau mengajakmu
melakukan hal hal lainnya yang dapat merusak pahala puasa.
Ringkasnya : orang yang berpuasa tidak boleh bertengkar , tidak boleh membalas cacian dan tidak boleh
melakukan hal hal yang tidak baik lainnya baik dengan perkataan maupun perbuatan, walaupun tidak
haram.
Pacaran tidak dikenal dalam ajaran Islam. Yang ada hanya pinangan dan menikah.
SMS-an tidak membatalkan puasa , tapi ada kalanya dapat merusak pahala puasa , apabila kalimatnya
mengarah kepada hal yang dilarang. Misalnya kalimat yang dapat membangkitkan birahi dll. Maka tidak
sepatutnya dilakukan.
Assalamualaikum, mau tanya Ustadz, di dalam buku Materi Pengajian Setahun hal. 592 tentang
keutamaan umrah pada bulan Ramadhan yang menyamai ibadah haji (HR. Bukhari). Pertanyaan saya,
apakah dengan umrah di bulan ramadhan ini bisa menggugurkan atau bisa menggantikan kewajiban
menunaikan ibadah hajinya itu sendiri? Terima kasih sebelumnya Ustadz.
Saya jawab :
Haji adalah kewajiban setiap Muslim yang mampu, dan kewajiban ini tidak dapat gugur kecuali dengan
melaksanakannya. Maka seorang Muslim yang sengaja tidak mau menunaikan haji padahal dia mampu,
dia berdosa besar di sisi Allah. Dosa besarnya ini bisa saja melampaui pahala haji yang dia dapatkan
ketika umrah di bulan Ramadhan.
Keadaan ini hampir sama dengan puasa tapi tidak mau shalat. Karena balasan puasa adalah sorga , maka
dia merasa bahwa amalan lain tidak perlu lagi. Dia tidak ingat bahwa meninggalkan shalat adalah dosa
besar yang dapat menggugurkan amalan lainnya. Rasulullah saw bersabda :
Makna hadits ini : Kema’siatan akan menggugurkan kebaikan jika kema’shiatan lebih kuat daripada
kebaikannya
Dosa meninggalkan shalat sangat besar , dan tidak dapat ditebus dengan pahala puasa. Maka amalan
puasa nya menjadi tekor (defisit), sehingga dikatakan “gugur” , yaitu tidak bermanfa’at buat
keselamatan akhiratnya.
Wallahu A’lam.
3. Mampu fisiknya. (tidak sakit atau lainnya yang menjadi tidak mampu).
6. Perjalanannya aman (tidak melewati zona perang atau kawasan perampokan dll)
7. Tidak khawatir terjadi fitnah bagi wanita yang berangkat tanpa mahram.
Jika kriteria mampu ini tidak terdapat pada diri seseorang maka dia tidak wajib menunaikan haji.
Wallahu A’lam.
10/06/16, 17.00 - Ustadz Mubarok Ptk: TANYA JAWAB HARIAN TRIBUN PONTIANAK
Asal : Sintang
Pertanyaan :
Apa hukumnya bersikat gigi ketika sedang berpuasa ? Dan pakai odol ?
Jawaban :
Menggosok gigi tidak membatalkan puasa. Baik itu menggunakan odol atau tidak.
Aku tidak dapat menghitung, (berapa kali) aku melihat Rasulullah saw menggosok gigi padahal beliau
saw sedang berpuasa.
Hadits riwayat Ahmad 3/445 no 15.251 dengan sanad yang dha’if (lemah).
Hadits ini selaras dengan hadits shahih lainnya , bahwasanya Rasulullah saw bersabda :
Seandainya tidak (karena khawatir akan) memberatkan umatku (atau memberatkan manusia), niscaya
aku akan perintahkan mereka menggosok giginya setiap (hendak) melakukan shalat.
Difahami dari hadits ini maka : menggosok gigi adalah salah satu amalan yang disukai dalam Islam.
Teristimewa ketika akan mengerjakan shalat. Hal ini berlaku sepanjang masa , dalam bulan apa saja, baik
di dalam Ramadhan maupun di luarnya, baik siang maupun malam
Harumnya odol juga tidak membatalkan puasa , karena Rasulullah saw juga biasa menggunakan kayu
arak (yang biasa disebut dengan siwak) yang berbau harum ketika menggosok giginya.
Wallahu A’lam.
10/06/16, 17.05 - Ustadz Mubarok Ptk: JAWABAN ATAS PERTANYAAN : BOLEHKAH ORANG YANG HAIDH
MENETAP DI MASJID ?
10/06/16, 17.05 - Ustadz Mubarok Ptk: Hukum orang yang berhadats besar menetap di masjid
Ini adalah pendapat Ibnu Abbas r.a, Ibnu Mas’ud r.a, Abu Ubaidah r.a, Anas r.a
Sedangkan dari generasi di bawahnya : Sa’id bin Al Musayyab , Adh Dhahhaak, ‘Athaa’, Mujahid, Ibrahim
An Nakha’iy , Zaid bin Aslam , Hasan Al Bashri , Ibnu Syihaab , ‘Ikrimah, Qatadah, ‘Amru bin Dinar , Yahya
bin Sa’iid, Hakam bin ‘Utbah dll
يل َح َّتى َت ْغ َتسِ لُوا َ ِين آ َم ُنوا ال َت ْق َربُوا الصَّال َة َوَأ ْن ُت ْم ُس َك
َ ُارى َح َّتى َتعْ لَمُوا َما َتقُول
ٍ ون َوال ُج ُنبًا ِإال َع ِاب ِري َس ِب َ َيا َأ ُّي َها الَّذ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga
kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan
junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi.
Penjelasan :
Dalam ayat tersebut Allah saw melarang orang yang junub menghampiri masjid ( dengan makna
menetap di masjid ).
Orang yang junub disamakan keadaannya dengan wanita yang haidh dan nifas dari sisi hadats , yaitu
sama sama hadats besar. Maka haram hukumnya bagi orang yang berhadats besar menetap di masjid
ٍ صلى هللا عليه وسلم َِإ ِّنى الَ ُأ ِح ُّل ْال َمسْ ِج َد ل َِح- ِ ت َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ٍ اِئض َوالَ ُج ُن
ب 3ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َرضِ َى هللا َع ْن َها َقال
ضعيف: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Aisyah r.a, dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya aku tidak
menghalalkan masjid buat wanita yang haidh dan orang yang junub
Hadits riwayat Abu Dawud Kitabuth Thaharah bab 92 no 232
Penjelasan :
Tidak menghalalkan masjid buat wanita haidh dan laki laki junub artinya : bahwa wanita haidh dan laki
laki junub dilarang menetap di masjid
ٌ َفُأ َرجِّ لُ ُه َوَأ َنا َحاِئض، او ٌر فِى ْال َمسْ ِج ِد ْأ
ِ يُصْ غِى ِإلَىَّ َر َس ُه َوهْ َو م َُج- صلى هللا عليه وسلم- ُّان ال َّن ِبى ْ َ َقال- رضى هللا عنها- َعنْ عَاِئ َش َة
َ ت َك
Bersumber dari Aisyah r.a , dia berkata : Nabi saw menyodorkan kepalanya kepadaku
(ke dalam rumah), sedangkan beliau saw menetap (beri’tikaf ) di masjid, lalu aku menyisirnya sedangkan
aku dalam keadaan haidh
Penjelasan :
Nabi saw sedang melakukan I’tikaf. Ketika itu Aisyah r.a sedang haidh.
Aisyah menyisir rambut Nabi saw yang ketika itu sedang I’tikaf di masjid , sedangkan badan Aisyah r.a
berada di rumahnya , tidak masuk ke dalam masjid.
Hal ini difahami bahwa , Aisyah r.a tidak masuk masjid karena beliau sedang dalam keadaan haidh
Bersumber dari Ummu ‘Athiyyah r.a, dia berkata : Nabi saw memerintahkan kepada kami agar pada 2
hari raya membawa keluar para gadis dan wanita yang dipingit
dan beliau saw memerintahkan agar wanita yang haidh agar menjauhkan diri dari tempat shalatnya
kaum muslimin
Penjelasan :
Wanita haidh diperintahkan agar hadir di lapangan , tempat dilaksanakannya shalat Ied. Mereka juga
diperintahkan agar ikut mendengarkan khutbah.
Tetapi wanita haidh dilarang berkumpul bersama dengan wanita lain yang hendak melaksanakan shalat
Ied. Mereka diperintahkan menjauh dari tempat shalat.
Jika di lapangan saja wanita haidh dilarang berada di tempat shalat , maka semestinya mereka lebih
dilarang lagi berada di masjid ( kecuali hanya sekedar lewat atau mengambil sesuatu )
B) Yang berpendapat bahwa orang yang berhadats besar ( junub dan haidh / nifas ) boleh menetap di
masjid
( terjemahan ini berbeda dengan pendapat pertama yang mengartikan ayat tersebut dengan makna :
(jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub
Jadi ayat ini sama sekali tidak melarang orang junub untuk menetap di masjid
Selain itu ada beberapa riwayat yang menunjukkan bahwa ada beberapa orang shahabat yang tidur
( menetap ) di masjid di zaman Nabi saw , yang sangat memungkinkan mereka pernah berada dalam
keadaan junub ketika berada di dalam masjid
« َقا َل. َ َع ْن ُه َف َقالُوا َمات- صلى هللا عليه وسلم- ُّ َف َسَأ َل ال َّن ِبى، َ َف َمات، د3َ ان َيقُ ُّم ْال َمسْ ِج
َ َك- َأ ِو امْ َرَأ ًة َس ْودَ ا َء- ََعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َر ُجالً َأسْ َود
َأ َفالَ ُك ْن ُت ْم آ َذ ْن ُتمُونِى
Bersumber dari Abu Hurairah r.a, bahwa ada seorang laki laki atau perempuan berkulit hitam yang
menetap di masjid, kemudian dia wafat. Nabi saw bertanya ( tentang keberadaannya ), lalu para
shahabat menjawab bahwa dia telah wafat.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabush Shalah bab 72 no 458 ( ini adalah lafadznya )
Bersumber dari Ibnu Umar r.a, dia berkata : Dulu aku menginap di masjid ketika aku belum menikah
Kesimpulan :
Sebaik baiknya adalah : orang yang berhadats besar jangan menetap di masjid .
Hal ini termasuk larangan hadir di majlis ta’lim atau kegiatan lainnya yang masuk dalam pengertian
menetap , baik itu sebentar ataupun lama
Wallahu A’lam
Soal :
3. Apakah sujud tilawah setiap shubuh hari Jum’ah adalah sunnah Nabi saw ?
Jawab :
Hadits tentang qunut shubuh memang ada. Haditsnya dinilai shahih oleh imam Asy Syafi’i dan dinilai
dha’if oleh imam Hanafi dan Imam Hambali.
Dalam masalah qunut shubuh , saya menguatkan imam Hanafi dan imam Hambali , bahwa hadits qunut
shubuh adalah dha’if. Sehingga saya tidak melakukan qunut ketika mengerjakan shalat shubuh.
Oleh karena itu , pembicaraan saya batasi kepada tidak adanya qunut shubuh :
Jika saya bermakmum kepada orang yang membaca qunut shubuh , maka saya akan ikut berdiri i’tidal
tanpa mengaminkan do’a qunut imamnya.Tangan saya saya biarkan menggantung ke bawah.
Ketika imam sujud , saya ikut sujud. Dan saya tidak akan sujud kecuali imam melakukan sujud.
Hal ini tidak dianggap melanggar perintah dari Nabi saw untuk mengikuti imam. Karena perintah untuk
mengikuti imam ada batasannya sebagaimana yang dijelaskan oleh Nabi saw :
َقا َل « ِإ َّن َما اِإل َما ُم لِيُْؤ َت َّم ِب ِه َفالَ َت ْخ َتلِفُوا َعلَ ْي ِه َفِإ َذا َكب ََّر َف َك ِّبرُوا َوِإ َذا َر َك َع َفارْ َكعُوا َوِإ َذا-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا
َ صلُّوا جُلُوسًا َأجْ َمع
ُون َ صلَّى َجالِسًا َف َ َوِإ َذا َس َج َد َفاسْ ُجدُوا َوِإ َذا.ُك ْال َحمْ د َ َ َفقُولُوا اللَّ ُه َّم َر َّب َنا ل.َُقا َل َسم َِع هَّللا ُ لِ َمنْ َحمِدَ ه
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Nabi saw bersabda :
Apabila imam mengucapkan “sami’ Allahu liman hamidah , maka hendaknya kalian menjawab :
Allahumma Rabbanaa lakal hamdu
Apabila imam shalat dengan duduk , maka hendaknya kalian semuanya shalat dengan duduk
Penjelasan :
Yang diperintahkan kepada makmum untuk mengikuti imam adalah dalam 5 hal :
• Apabila imam bangkit dari ruku’ mengucap sami’allahu liman hamidah maka makmum harus
bangkit dari ruku’, menjawabnya dengan : Rabbanaa lakal hamdu.
Jadi , yang diperintahkan kepada makmum adalah : senantiasa mengikuti perpindahan gerakan
imamnya. Setelah perpindahan gerak dilakukan oleh makmum, maka tidak ada lagi kewajiban bagi
makmum untuk melakukan hal yang sama dengan perbuatan imamnya.
Maksudnya :
* Jika imamnya bertakbir maka semua makmumnya harus bertakbir, tapi sifat atau cara bertakbirnya
tidak harus sama dengan imamnya .
Artinya : Jika imamnya mengucap takbiratul ihram pandangannya mengarah ke atas maka makmumnya
tidak wajib mengikuti cara imam yang salah tersebut, karena Nabi saw melarang shalat dengan
memandang ke atas.
* Jika imamnya ruku’ maka semua makmum harus ruku’. Tetapi sifat ruku’nya tidak harus sama dengan
imamnya.
Artinya : jika imamnya ketika ruku’ tidak meletakkan tangan di lutut , maka makmumnya tidak wajib
mengikuti cara ruku’ yang salah dari imamnya tersebut.
Makmum juga tidak diwajibkan membaca bacaan ruku’ seperti bacaan imamnya.
* Jika imamnya bangkit berdiri dari ruku’ , maka semua makmum harus bangkit berdiri dari ruku’. Tetapi
sifat berdirinya tidak harus sama dengan imamnya.
Artinya : Jika imamnya ketika bangkit berdiri mengangkat tangan tinggi tinggi serta memandang ke atas ,
maka makmumnya tidak wajib mengikuti cara berdiri imam yang salah tersebut.
* Jika imamnya sujud , maka makmum harus sujud, tetapi sifat sujudnya tidak mesti sama dengan
imamnya.
Artinya : jika imamnya sujud dengan tidak meletakkan hidungnya di bumi , maka makmum tidak wajib
mengikuti cara sujud yang salah dari imamnya tersebut.
Makmum juga tidak diwajibkan membaca bacaan sujud seperti bacaan imamnya.
* Jika imamnya duduk , maka semua makmumnya harus duduk , tetapi sifat duduknya tidak harus sama
dengan imamnya.
Artinya : jika imamnya duduk tahiyyat akhir dengan cara tawarruk , maka makmum masbuq tidak boleh
duduk tawarruk seperti imamnya karena makmum tersebut belum pada posisi tahiyyat akhir.
Kesimpulan :
Jika imam berdiri i’tidal maka makmum wajib berdiri i’tidak bersama imamnya, tetapi sifat berdiri
i’tidalnya tidak wajib sama dengan imamnya.
Maka makmum yang tidak mengangkat tangan dan tidak mengaminkan do’a qunut tidak dianggap
melakukan kesalahan.
Wallahu A’lam.
َ َي ْق َرُأ فِى ْال ُج ُم َع ِة فِى- صلى هللا عليه وسلم- ُّان ال َّن ِبى
صالَ ِة ْال َفجْ ِر ( الم * َت ْن ِزي ُل ) السَّجْ َد َة َو َ َقا َل َك- رضى هللا عنه- َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة
ِ ( َه ْل َأ َتى َعلَى اِإل ْن َس
) ان
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Bahwasanya Nabi saw biasa membaca “Alif Laam Miim
Tanzil” As Sajdah pada shalat shubuh di hari Jum’ah dan “Hal Ataa ‘Alal Insaan”
Sedangkan yang diriwayatkan oleh imam Muslim , bersumber dari Ibnu Abbas r.a :
Penjelasan :
Rasulullah saw biasa membaca surah As Sajdah dan Al Insaan di dalam 2 raka’at shalat shubuh.
Surah As Sajdah adalah surah yang ada ayat sajadahnya, yang mana disunnahkan untuk melakukan
sujud tilawah ketika membaca ayat tersebut, baik di dalam shalat atau di luar shalat. Tetapi jika tidak
melakukan sujud berkaitan dengan bacaan ayat sajadah ini maka tidaklah berdosa.
Di dalam hadits ini tidak disebutkan apakah Rasulullah saw melakukan sujud tilawah atau tidak. Maka
tidak mengapa jika seseorang melakukan sujud tilawah ketika membaca ayat tersebut di dalam shalat.
Jika tidak sujud tilawah maka tidak disyari’atkan melakukan sujud sahwi.
Jika imam membaca ayat tersebut kemudian dia sujud maka semua makmumnya harus sujud bersama
imamnya. Jika imamnya tidak sujud maka semua makmumnya tidak boleh sujud sendirian.
Jika imamnya tidak hafal surah As Sajdah maka bacalah surah yang lainnya yang mudah baginya. Tidak
disyari’atkan sengaja mencari surah lainnya yang ada ayat sajadahnya supaya dapat sujud tilawah,
dengan keyaqinan bahwa shalat shubuh pada hari Jum’ah mesti melakukan sujud tilawah.
Wallahu A’lam.
3. APAKAH SUJUD TILAWAH SETIAP SHUBUH HARI JUM’AH ADALAH SUNNAH NABI SAW ?
Jawab : Tidak.
Yang disunnahkan adalah membaca surah As Sajdah pada raka’at pertama dan pada raka’at kedua
membaca Al Insan.
Kala sudah membaca surah As Sajdah kemudian sujud tilawah , maka tidak dapat disalahkan.
Walaupun hal itu dilakukan setiap jum’ah. Jikatidak sujud juga tidak salah.
Tapi kalau sengaja cari sujud tilawah pada shubuh Jum’ah, kemudian membaca surah lainnya yang ada
sujud tilawahnya , maka hal ini bukan sunnah Nabi saw.
Wallahu A’lam.
10/06/16, 22.10 - Ustadz Mubarok Ptk: Saya dapat pertanyaan lagi tentang wanita haidh.
Jika seseorang dalam keadaan hadats besar karena haidh atau junub, para ulama berbeda pendapat
tentang hukumnya membaca Al Qur’an :
A) YANG BERPENDAPAT BAHWA HARAM HUKUMNYA MEMBACA AL QUR’AN DALAM KEADAAN HAIDH,
NIFAS ATAU JUNUB
Ini adalah pendapat Imam Syafi’i, Imam Hanbali, Sufyan Ats Tsauri, Ibnul Mubarak, Ishaq dll
ِ ْ َقا َل « الَ َت ْق َرِإ ْال َحاِئضُ َوالَ ْال ُج ُنبُ َش ْيًئ ا م َِن ْالقُر-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن ُع َم َر َع ِن ال َّن ِبى
آن ِ َع ِن اب
منكر: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Ibnu Umar r.a, dari Nabi saw yang bersabda : Tidak boleh bagi orang yang haidh dan
junub membaca sesuatu daripada Al Qur’an
Dalam sanadnya ada Ismail bin Ayyasy seorang rawi yang dinilai lemah oleh imam Ahmad dan imam
Bukhari
ال َما لَ ْم َي ُكنْ ُج ُنبًا َ ْ ُي ْق ِرُئ َنا ْالقُر-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
ٍ آن َعلَى ُك ِّل َح َ َعنْ َعلِىٍّ َقا َل َك
صحِي ٌح
َ ٌِيث َح َسن ُ َقا َل َأبُو عِ ي َسى َحد
ٌ ِيث َعلِىٍّ َه َذا َحد
Bersumber dari Ali bin Abi Thalib r.a , dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw sering membaca Al
Qur’an buat kami ketika beliau saw tidak dalam keadaan junub
Ahmad 1/83
Penjelasan :
Kalimat “Bahwasanya Rasulullah saw sering membaca Al Qur’an buat kami ketika beliau saw tidak dalam
keadaan junub” difahami bahwa :
Kalau dalam keadaan junub maka Nabi saw tidak membaca Al Qur’an buat kami
Hadits ini didalam sanadnya ada Abdullah bin Salamah yang menurut imam Baihaqi dia meriwayatkan
hadits tersebut ketika sudah tua dan pikun
Tetapi hadits ini dinilai sebagai hadits dha’if oleh Syaikh Al Albani
ْآن َو َيْأ ُك ُل َم َع َنا اللَّحْ َم َولَ ْم َي ُكن َ َك-صلى هللا عليه وسلم- ِ َقا َل ِإنَّ َرسُو َل هَّللا- رضى هللا عنه- ٍَّعنْ َعلِى
َ ْان َي ْخ ُر ُج م َِن ْال َخالَ ِء َف ُي ْق ِرُئ َنا ْالقُر
ْس ْال َج َنا َب َة َ آن َشىْ ٌء لَي ِ ْ َع ِن ْالقُر- ُ َأ ْو َقا َل َيحْ ُج ُزه- َيحْ ُج ُب ُه
ضعيف: قال الشيخ األلباني
إسناده حسن: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Ali r.a, dia berkata : Sesungguhnya Rasulullah saw pernah keluar dari tempat buang air,
lalu mengajar kami Al Qur’an dan makan daging bersama kami. Dan tidak ada satupun yang menghalangi
beliau saw dari membaca Al Qur’an selain junub.
Hadits riwayat Abu Dawud Kitabuth Thaharah bab 89 no 28 ( ini adalah lafadznya )
Penjelasan :
Kalimat “Dan tidak ada satupun yang menghalangi beliau saw dari membaca Al Qur’an selain junub”
difahami bahwa :
Dalam sanadnya terdapat Abdullah bin Salamah yang ketika sudah tua dia pikun.
Sehingga Syaikh Al Albani menilai hadits ini dha’if ( Irwaul Ghalil no 485 )
B) YANG BERPENDAPAT BAHWA HUKUMNYA BOLEH MEMBACA AL QUR’AN DALAM KEADAAN HADATS
BESAR KARENA HAIDH, NIFAS ATAU JUNUB
Ini adalah pendapat Ibnu Abbas r.a, Ibrahim , Imam Al Bukhari dll
ب َبْأسًا
ِ َّاس ِب ْالق َِرا َء ِة ل ِْل ُج ُن
ٍ َولَ ْم َي َر ابْنُ َعب
ِيم َو ( َيا َأهْ َل هَّللا َأ ِ ان َأنَّ ه َِر ْق َل دَ َعا ِب ِك َتا
ِ َف َق َر َفِإ َذا فِي ِه « ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ِن الرَّ ح- صلى هللا عليه وسلم- ِّب ال َّن ِبى َ َّاس َأ ْخ َب َرنِى َأبُو ُس ْف َي
ٍ َو َقا َل ابْنُ َعب
اآل َي َة. » ) ب َت َعالَ ْوا ِإلَى َكلِ َم ٍة ْ
ِ ال ِك َتا
Bahwa Ibnu Abbas r.a memandang, tidak mengapa orang junub membaca ( Al Qur’an )
Ibnu Abbas r.a berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Abu Sufyan bahwa Hiraklius
(raja Romawi) meminta surat yang dikirim Nabi saw. Kemudian Hiraklius membacanya. Di dalam surat
itu ada (ayat Qur’an ) : Bismillahirrahmanirrahim. Ya Ahlal kitabi ta’aalau ilaa kalimatin dst ( hai Ahli
Kitab ! Marilah ( berpegang ) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami
dan kamu ( Al Qur’an surah Ali Imran ayat 64 )
Riwayat Bukhari secara mu’allaq dalam Kitabul Haidh bab 7 sebelum no 305
Penjelasan :
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa Nabi saw mengirim surat kepada raja kafir dengan menyertakan
ayat Al Qur’an di dalamnya. Nabi saw tentu bermaksud agar surat yang ada ayat Al Qur’an tersebut
dibaca oleh raja kafir itu.
Sedangkan kita tahu bahwa orang kafir tentu tidak suci dari hadats. Maka disimpulkan bahwa membaca
Al Qur’an boleh dilakukan walaupun dalam keadaan hadats besar (haidh , nifas dan junub)
Jika orang yang berhadats besar dilarang membaca Al Qur’an , tidak mungkin Rasulullah saw mengirim
surat kepada raja kafir disertai dengan ayat Al Qur’an di dalamnya
َي ْذ ُك ُر هَّللا َ َعلَى ُك ِّل َأحْ َيا ِن ِه- صلى هللا عليه وسلم- ُّان ال َّن ِبى
َ ت عَاِئ َش ُة َك
ْ ََو َقال
Aisyah r.a berkata : Bahwasanya Rasulullah saw biasa berdzikir kepada Allah dalam segala keadaannya
Hadits riwayat Bukhari secara mu’allaq Kitabul Adzan bab 19 sebelum no 634
Penjelasan :
Nabi saw biasa berdzikir kepada Allah ( mengingat Allah ) dalam segala keadaannya
Dalam segala keadaan : artinya dalam keadaan suci dari hadats atau tidak .
َ ت َذ ِل
ك ْ َ َقال، ص َفا َو ْال َمرْ َو ِة
ُ ت َف َش َك ْو ِ طفْ ِب ْال َب ْي
َّ َوالَ َبي َْن ال، ت ُ َو َل ْم َأ، ٌِمْت َم َّك َة َوَأ َنا َحاِئض ْ َأ َّن َها َقا َل- رضى هللا عنها- َعنْ َأ ِبي ِه َعنْ عَاِئ َش َة
ُ ت َقد
ْ َ
ت َحتى تطه ُِرى َّ ْ ُ َ َ َأ
ِ قا َل « اف َعلِى ك َما َيف َع ُل ال َحا ُّج غَ ي َْر نْ ال تطوفِى ِبال َب ْي- صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا
ْ ْ َ ْ َ ِ ِإلَى َرس
Aku tiba di Makkah ( dalam perjalanan haji bersama Rasulullah saw ) lalu aku haidh’ padahal aku belum
thawaf di Baitullah , dan belum juga sa’I antara Shafa dan Marwah.
Maka aku mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw , lalu beliau saw bersabda :
Lakukanlah (seluruh amalan) yang dilakukan oleh orang yang melakukan ibadah haji, hanya saja tidak
boleh thawaf di Baitullah
Penjelasan :
Nabi saw memerintahkan kepada Aisyah r.a yang sedang haidh agar melakukan seluruh amalan yang
dilakukan oleh orang yang menunaikan haji kecuali thawaf di Baitullah.
Orang yang melakukan ibadah haji sudah tentu mengingat Allah dan membaca Al Qur’an
Sedangkan Nabi saw memerintahkan Aisyah r.a yang sedang haidh untuk melakukan seperti orang yang
sedang tidak haidh ( di dalam amalan hajinya )
Kesimpulan :
Sebaik baiknya adalah : Orang yang berhadats besar ( haidh , nifas dan junub ) tidak membaca Al
Qur’an , kecuali bagi para guru yang harus mengajarkan bacaan Al Qur’an kepada muridnya . Sedangkan
kalau dia tidak mengajar membuat muridnya harus diliburkan. Jika dalam kondisi seperti ini membaca
sekedar beberapa ayat untuk mengajar maka hukumnya diperbolehkan.
Walaupun orang yang berhadats besar tidak membaca Al Qur’an , dia tidak terhalang untuk melakukan
amal shalih lainnya
Misalnya berdzikir dan berdo’a , karena amalan ini boleh dilakukan walaupun dalam keadaan hadats
besar
Wallahu A’lam
Ini adalah pendapat dari imam Malik , imam Syafi’i , imam Ahmad dll
Alasannya :
Al Qur’an.
Bersumber dari Abdullah bin Abu Bakar bin Hazm , sesungguhnya di dalam kitab yang dikirim oleh
Rasulullah saw untuk ‘Amru bin Hazm : Tidak boleh seseorang menyentuh Al Qur’an kecuali orang yang
thahir (suci)
Sanad hadits ini dinilai dha’if oleh Syaikh Husain Sulaim Asad
Tetapi redaksi yang diriwayatkan oleh imam Ad Daraquthni dianggap sanadnya bersambung oleh Syaikh
Al Albani, dan beliau menilainya shahih.
mush-haf
Ini adalah pendapat shahabat Ibnu Abbas r.a , imam Hanafi , Ibnu Hazm , Ibnul Mundzir dll
Alasannya :
1. Dlamir ( kata ganti ) orang ke 3 pada kalimat “ Laa Yamassuhu = tidak menyentuhnya“ difahami bahwa
kata “ NYA “ pada kalimat tersebut diartikan dengan : Kitab yang ada di langit ( Lauhil Mahfudz ) , bukan
Mus-haf Al Qur’an yang ditulis atau dicetak oleh manusia yang ada di bumi.
Sehingga kata “ Laa Yamassuhuu “ artinya : Tidaklah menyentuh terhadap Kitab yang ada di langit
( Lauhil Mahfudz )
Sedangkan kata : Al Muthahharuun diartikan dengan : Hamba hamba yang disucikan, yaitu para
Malaikat.
Maka arti selengkapnya dari kalimat “ Laa Yamassuhuu Illal Muthahharuun adalah :
TIDAK ADA YANG MENYENTUH KITAB YANG ADA DI LANGIT TERSEBUT MELAINKAN PARA MALAIKAT
YANG DICUCIKAN
Ayat ini diturunkan sehubungan dengan tuduhan orang orang kafir bahwa Al Qur’an diturunkan oleh
syaithan , sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lainnya :
Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al Qur'an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa.
Maka hal ini dibantah oleh Allah swt dengan ayat tersebut.
)16( ) ك َِر ٍام َب َر َر ٍة15( ) ِبَأ ْيدِي َس َف َر ٍة14( وع ٍة ُم َطه ََّر ٍة
َ ُ) َمرْ ف13( صحُفٍ ُم َكرَّ َم ٍة
ُ فِي
2. Mush-haf Al Qur’an yang dibukukan 30 juz belum ada di zaman Nabi saw, karena Al Qur’an baru
dibukukan pada zaman kekhalifahan Abu Bakar r.a
Ketika Nabi saw masih hidup , Al Qur’an yang 30 juz diturunkan secara lengkap oleh Allah swt ke langit
dunia dan setelah itu diturunkan ke bumi sedikit demi sedikit sampai lebih dari 20 tahun.
َ ِ ُث َّم ُأ ْن ِز َل َبعْ د َذل، َعنْ ِابْن َعبَّاس َقا َل " ُأ ْن ِز َل ْالقُرْ آن جُمْ لَة َواحِدَة ِإلَى َس َماء ال ُّد ْن َيا فِي لَ ْيلَة ْال َق ْدر
َ ك فِي عِ ْش ِر
ين َس َنة
Al Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada Lailatul Qadar. Kemudian diturunkan setelah itu
dalam masa dua puluh tahun
Diletakkan di Baitul ‘Izzah di langit dunia , lalu Jibril menurunkan kepada Nabi saw
Dikutip dari Fathul Baari , karya Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalani ( Syarah Shahih Al Bukhari jilid 11
halaman 5 Kitabu Fadhaailil Qur’an bab 1 no 4983 )
Sesungguhnya Jibril menurunkan Al Qur’an dari Lauhul Mahfudz ( Lembaran yang terpelihara ) ke langit
dunia pada Lailatul Qadar
Tapi sanad riwayat ini munqathi’
Lihat : Kitab Fathul Baari jilid 11 halaman 5 Kitabu Fadhaailil Qur’an bab1 no 4983
3. Dalam realita didapati bahwa mush-haf Al Qur’an yang berada di dunia ini ternyata dapat disentuh
oleh orang kafir. Maka mush-haf yang dimaksud dalam Al Qur’an yang hanya disentuh oleh hamba Allah
yang disucikan adalah yang di Lauhil Mahfudz. Bukan mush-haf yang berada di dunia ini.
Tidak ada yang dapat menyentuh Al Qur’an di sisi Allah kecuali hamba hamba yang disucikan. Adapun
didunia , maka mus-haf Al Qur’an ternyata dapat dipegang juga oleh orang majusi yang najis dan orang
musyrik yang kotor.
Lihat : Kitab Tafsiir Ibnu Katsiir jilid 4 halaman 272, surah Al Waqi’ah ayat 79 )
4. Nabi saw pernah mengirim surat kepada raja raja kafir dengan menyertakan ayat Al Qur’an, padahal
raja kafir tidak pernah berwudhu’ .
Diantara surat Rasulullah saw adalah yang dikutip dalam hadits yang panjang , yang dikutipkan
sebagiannya saja :
Abu Sufyan berkata : Kemudian raja Haraqlius meminta surat dari Rasulullah saw kemudian surat
tersebut dibacakan . Didalamnya ada kalimat :
Bismillahirrahmanirrahim , dari Muhammad hamba Allah dan utusannya.
Mudah mudahan keselamatan dilimpahkan oleh Allah kepada orang yang mengikuti petunjuk.
"Wahai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan
antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan
sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika
mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah)".
5. Mengingkari penilaian shahih terhadap hadits : “ Tidak ada yang menyentuh Al Qur’an kecuali orang
yang thahir” .
Hadits tersebut dha’if , sanad sanadnya lemah. Sebagiannya hanya berupa lembaran yang tidak memiliki
sanad dan permasalahan meningkatkan hadits ini menjadi hasan adalah sebuah perdebatan. Hadits ini
dinilai shahih oleh syaikh Al Albani dalam kitab Irwaul Ghaliil jilid halaman .
Yang jelas hadits ini tidak bisa terangkan menjadi hasan. Wallahu A’lam.
Bahwa kata “ Ath Thahir” adalah lafadz yang musytarak (memiliki beberapa makna) :
• Seorang mukmin
• Dll
Barangsiapa mengatakan bahwa lafadz musytarak bersifat umum , maka lafadz ini tidak dapat
dipergunakan sampai dia diperjelas (maknanya ke arah yang mana.)
Tidak ada hujjah dalam ayat dan hadits di atas meskipun kata “thahir” diartikan dengan makna orang
yang tidak berhadats kecil maupun besar.
Dari saya
Seandainya hadits tentang larangan menyentuh Al Qur’an adalah shahih maka maknanya adalah : tidak
patut menyentuh Al Qur’an kecuali orang yang beriman, karena orang yang beriman tidak najis
sedangkan orang kafir adalah najis, sebagaimana yang disebutkan di dalam Al Qur’an maupun hadits
Nabi saw :
ون َن َجسٌ َفاَل َي ْق َربُوا ْال َمسْ ِج َد ْال َح َرا َم َبعْ َد َعام ِِه ْم َه َذا َ َيا َأ ُّي َها الَّذ
َ ِين َآ َم ُنوا ِإ َّن َما ْال ُم ْش ِر ُك
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah
mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini.
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , sesungguhnya Nabi saw berjumpa dengannya pada salah satu jalan di
kota Madinah, sedangkan Abu Hurairah dalam keadaan junub.
Abu Hurairah r.a berkata : Maka aku menghindar dari Rasulullah saw lalu pergi untuk mandi kemudian
datang lagi (menemui Rasulullah saw)
Abu Hurairah r.a berkata : Aku tadi junub, maka aku tidak menyukai duduk di majlis engkau sedangkan
aku dalam keadaan junub.
Lalu Nabi saw bersabda : Subhanallah, sesungguhnya orang mukmin itu tidak najis.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Ghusli bab 23 no 283 (ini adalah lafadznya)
Bersumber dari Abdullah bin Umar r.a , sesungguhnya Rasulullah saw melarang seseorang bepergian ke
negeri musuh dengan membawa Al Qur’an
Kesimpulan :
Makna “ Laa yamassul Qur’an illaa Thaahir “ adalah : Tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali orang
yang beriman. Artinya : orang kafir tidak layak menyentuh Al Qur’an.
Bukan bermakna : mewajibkan berwudhu bagi orang yang beriman ketika akan menyentuh mush-haf Al
Qur’an.
Wallahu A’lam.
Bantahan :
Orang kafir najis : ada yang berpendapat bahwa maknanya bukan najis badannya tetapi najis (kotor)
hatinya. Karena Rasulullah saw mengidzinkan shahabatnya untuk mengikat orang kafir di masjid , dan
setelah itu tidak diperintahkan untuk dicuci atau disiram bekasnya.
Sehingga umat Islam tidak diperintahkan untuk mencuci bagian tubuhnya yang bersentuhan dengan
orang kafir , baik terkena pakaiannya atau kulitnya secara langsung, seperti berjabat tangan atau
lainnya.
ُطوه ٍ ت ِب َرج ٍُل مِنْ َبنِى َحنِي َف َة ُي َقا ُل لَ ُه ُث َما َم ُة بْنُ ُأ َث
ُ َف َر َب، ال 3ْ َف َجا َء، َخ ْيالً قِ َب َل َنجْ ٍد- صلى هللا عليه وسلم- ُّث ال َّن ِبى
َ عن ابى ه َُري َْر َة َقا َل َب َع
، ب م َِن ْال َمسْ ِج ِد ٍ َفا ْن َطلَقَ ِإلَى َن ْخ ٍل َق ِري. » َف َقا َل « َأ ْطلِقُوا ُث َما َم َة- صلى هللا عليه وسلم- ُّ َف َخ َر َج ِإلَ ْي ِه ال َّن ِبى، ارى ْال َمسْ ِج ِد ِ ار َي ٍة مِنْ َس َو
ِ ِب َس
هَّللا َأ هَّللا َّ َ َ َأ ْ َأ
ِ د َف َقا َل ش َه ُد نْ ال ِإل َه ِإال ُ َو نَّ م َُح َّم ًدا َرسُو ُل3َ دَخ َل ال َمسْ ِج ْ ُ ْ
َ َفاغ َت َس َل ث َّم
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , dia berkata : Nabi saw mengutus pasukan berkuda ke arah Nejed.
Lalu pasukan tersebut kembali dengan membawa seorang laki laki dari bani Hanifah yang dipanggil
dengan Tsumamah bin Utsal ( pemimpin suku Yamamah ).
Maka Tsumamah pergi ke kebun korma yang berada di dekat masjid dan dia mandi di sana. Setelah itu
dia masuk masjid dan mengucapkan : ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAR RASULULLAH
Dari saya :
Saya setuju dengan makna ini. Maka larangan untuk membawa Al Qur’an ke tempat musuh
dimaksudkan agar orang kafir yang najis (kotor) hatinya tidak melecehkan Al Qur’an dengan melakukan
penghinaan atau hal lainnya kepada Al Qur’an.
Wallahu A’lam.
11/06/16, 17.35 - Ustadz Mubarok Ptk: TANYA JAWAB HARIAN TRIBUN PONTIANAK
Dari : Ratiningsih
Asal :
Pertanyaan :
Jawaban :
1. Menurut hukum Islam , wanita hamil tidak dilarang berpuasa. Jika dia berpuasa maka sah puasanya.
Imam Asy Syafi’i berpendapat : Jika dia tidak berpuasa karena tidak mampu , maka dia hanya
berkewajiban membayar dengan puasa pada hari lain di luar Ramadhan.
Jika dia tidak berpuasa karena khawatir dengan bayinya , padahal dia mampu berpuasa , maka dia wajib
bayar fidyah qadha’ (wajib berpuasa pada hari lainnya)
Dua orang dari shahabat Nabi saw yaitu Ibnu Umar r.a dan Ibnu Abbas r.a berpendapat :
Bahwa wanita hamil dan menyusui adalah masuk kelompok yang susah payah untuk berpuasa, sehingga
hanya wajib bayar fidyah tanpa wajib membayar puasa, berdasarkan pemahamannya kepada Al Qur’an
surah Al Baqarah ayat 184
Lihat :
- Kitab Sunan Ad Daraquthni no 2382 dan 2388 dengan sanad yang shahih
Saya menguatkan bahwa : Wanita hamil dan menyusui jika tidak berpuasa hanya wajib bayar fidyah dan
tidak wajib qadha’ ( tidak wajib bayar puasa).
Wallahu A’lam.
11/06/16, 17.38 - Ustadz Mubarok Ptk: Catatan : saya sangat kesulitan ketika menjawab dengan
meringkas ringkas seperti ini, karena bobot ilmiah yang harus saya usung menjadi hilang. Sehingga
pembaca hanya seperti disuguhi 2 macam makanan dan silakan dipilih berdasarkan seleranya. Saya
harus membuat makalah yang lengkap , sehingga nampak mana yang lebih dekat kepada kebenaran
tanpa ada kecenderungan untuk membela kelompok.
Sehingga kalimat ما شا ء هللا boleh dibaca MASHA ALLAH ATAU MASYA ALLAH.
Kalau berbicara dengan orang Indonesia , yang benar adalah : MASYA ALLAH.
Kalau berbicara dengan orang Inggris atau yang menggunakan acuan transliterasi bahasa Inggris, yang
benar adalah : MASHA ALLAH
Mercon atau petasan tidak ada pada zaman Nabi saw. Maka hukum yang dibangun di atasnya bukan
kepada mercon itu sendiri , tetapi sifat yang ada padanya.
Sehingga dalil yang digunakan adalah dalil dalil umum tentang sifat yang melekat pada mercon.
Mercon bukan makanan. Bukan untuk pengobatan. Bukan untuk investasi yang dapat mendatang kan
keuntungan dengan menyimpannya. Secara umum mercon tidak dapat diambil manfaatnya.
Yang saya tahu , mercon hanya untuk dibakar. Kadang mercon mengeluarkan suara mirip ledakan.
Betapa banyak orang yang terkejut dan marah marah atau ketakutan ketika lewat di jalan umum yang
dibakar mercon di sana.
Maka orang yang membeli mercon dapat disamakan dengan orang yang menghamburkan harta untuk
perkara yang tidak ada manfaatnya, bahkan dapat mendatangkan bencana bagi dirinya dan orang lain.
Allah Swt berfirman :
َ ان ال َّشي
ْطانُ ل َِر ِّب ِه َكفُورً ا ِ ِان ال َّشيَاط
َ ين َو َك َ ) ِإنَّ ْال ُم َب ِّذ ِر26( َوال ُت َب ِّذرْ َت ْبذِيرً ا
َ ين َكا ُنوا ِإ ْخ َو
“ Janganlah kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros
itu adalah saudara setan, dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya”
Yang dimaksud mubadzdzir adalah membelanjakan harta tidak dalam perkara yang diridhai Allah.
Orang yang melakukan hal yang mubadzdzir disebut saudara syaithan , maksudnya memiliki kemiripan
perilaku dengan syaithan.
Ini sebuah sebutan yang buruk bagi orang tersebut , karena syaithan adalah makhluq yang sangat ingkar
kepada Allah.
Maka orang yang suka melakukan perbuatan yang mubadzdzir ( sia sia ) , disetarakan dengan makhluq
yang ingkar kepada Allah swt.
Kesimpulan :
Membeli mercon adalah perbuatan yang tidak disukai menurut ajaran Islam.
Maka menjual mercon dianggap bekerja sama dalam perkara yang tidak disukai.
Wallahu A’lam.
Rasulullah saw mengajarkan bahwa shalat malam dikerjakan setelah mengerjakan shalat isya '.
Maka dalam keadaan yang ditanyakan, hendaknya orang tersebut mengerjakan shalat isya' terlebih
dahulu.
1. Jika masjidnya besar, dan dia bisa mencari tempat kosong yang tidak mengganggu shaf shalat tarawih
yang sedang berlangsung, maka lakukankah shalat isya' sendirian.
Setelah itu bergabung mengerjakan tarawih dengan imamnya seberapapun dia dapat raka'atnya.
2. Jika masjidnya kecil dan susah untuk mencari tempat kosong , saya memilih untuk keluar mencari
tempat lainnya untuk shalat isya'. Bisa di warung atau di mana saja.
3. Saya tidak menganjurkan bergabung dengan imam tarawih , sedangkan makmum berniat isya' ,
karena sifat shalatnya beda.
Lagi pula jika imamnya shalat 2 rakaat salam, kemudian makmum menyempurnakan rakaatnya, khawatir
akan menimbulkan fitnah di kalangan makmumnya.
Jika imam mengerjakan 4 rakaat sekali salam, juga harus dilihat dulu. Apakah pakai tahiyyat awal atau
tidak.
Jika imam shalat tarawih 4 rakaat sekali salam dengan pakai tahiyyat awal seperti isya ' maka makmum
isya ' bisa bergabung dengan imam tarawihnya.
Wallahu A'lam.
Kalau ada yang tidak keberatan , konsultasi agama yang saya jawab mohon dikumpulkan.
Mulai hari ini saya akan berusaha forward jawaban saya dari group lainnya ke group kita.
Jawaban saya boleh dijadikan bahan diskusi pada kajian selasa malam rabu.
Maksudnya : setelah saya jawab , hendaknya jamaah menanyakan kepada ustadz lainnya. Jika
jawabannya beda dengan saya,maka jawaban saya bisa di uji lagi. Apakah benar atau salah.
Saya hanya kepengin ada warisan dari pengajian saya sepeninggal saya lagi.
Dulu guru saya mengajar selama 17 tahun, menghasilkan karya ilmiah berupa tanya jawan yang
dikumpulkan oleh murid muridnya sebanyak 10 jilid.
12/06/16, 11.01 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalammualaikum wrwb, Ustadz Mubarak, semoga dalam
keadaan Sehat Walafiat dan didalam Lindungan Allah SWT,amiin ya Rabbal Alamiin. Pak Ustadz, utk
mengingatkan kembali, saya mau tanya, Benarkah dibilang Ramadhan ini, kalo kita Sdh Sholat Taraweh,
kita tdk usah Sholat Tahajud lagi, tegas nya karena Taraweh itu lah Tahajud, dan Cukup 11 Rakaat saja (8
Rakaat Taraweh/Tahajud + 3 Rakaat Witir nya). Tdk boleh lebih dari itu, dan ini teman Kuliah saya pula
yg memberi tahu saya, menjelaskan pakai Hadist pula yg diriwayatkan oleh Istri Nabi Muhammad SAW,
Sit Aisyah Ra. Dmkn, Mohon pencerahannya Ustadz, Wabillahitaufiqwalhiyah,wawrwb.Hormat saya,
Mizan Bin Syaiful Achyar.
Maka seseorang yang sudah mengerjakan tarawih, dia sudah mengerjakan tahajjud.
Kalau mau membanyakkan ibadah, bisa membaca Al Qur'an, dzikir, shalawat dll
12/06/16, 11.02 - Ustadz Mubarok Ptk: Ustadz, mana yg lebih afdah, mengerjakan Tarawih diawal
malam, Berjemaah, abis Isya???? Atau dikerjaan Larut malam, abis tengah malam, atau jam 04,00 wib
menjelang Subuh???
12/06/16, 11.02 - Ustadz Mubarok Ptk: Shalat malam lebih bagus dikerjakan pada akhir malam setelah
tidur malam terlebih dahulu. Baik itu di bulan Ramadhan ataupun bulan lainnya. Baik itu namanya
tarawih atau lainnya.
Kalau dikerjakan pada awal malam setelah isya ' juga tidak apa apa.
Tentang caranya , saya menguatkan bahwa dilakukan secara berjamaah adalah lebih baik. Karena
pahalanya setara dengan shalat semalam suntuk.
12/06/16, 11.02 - Ustadz Mubarok Ptk: ان َف َل ْم َي ُق ْم ِب َنا َش ْيًئ ا َ ض َ َر َم-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ِ ص ْم َنا َم َع َرس ُ َعنْ َأ ِبى َذرٍّ َقا َل
تُ ب َش ْط ُر اللَّي ِْل َفقُ ْل َ ت ْال َخام
َ ة َقا َم ِب َنا َح َّتى َذ َه3ُ ِس ِ ة لَ ْم َيقُ ْم ِب َنا َفلَمَّا َكا َن3ُ ِس
َ ت السَّاد ُ ُب ُثل
ِ ث اللَّي ِْل َفلَمَّا َكا َن َ م َِن ال َّشه ِْر َح َّتى َبق َِى َس ْب ٌع َف َقا َم ِب َنا َح َّتى َذ َه
ب لَ ُه قِ َيا ُم َل ْيلَ ٍة
َ ِف حُسَ ص ِرَ صلَّى َم َع اِإل َم ِام َح َّتى َي ْنَ َقا َل َف َقا َل « ِإنَّ الرَّ ُج َل ِإ َذا.َِيا َرسُو َل هَّللا ِ لَ ْو َن َّف ْل َت َنا قِ َيا َم َه ِذ ِه اللَّ ْيلَة
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح على شرط مسلم: تعليق شعيب األرنؤوط
إسناده صحيح: قال حسين سليم أسد
قال أبو عيسى هذا حديث حسن صحيح
Bersumber dari Abu Dzar r.a, dia berkata : Kami pernah berpuasa Ramadhan bersama dengan Rasulullah
saw. Beliau saw tidak mengerjakan shalat malam dengan kami sedikitpun dari bulan Ramadhan
tersebut, kecuali bulan sisa 7 hari. (dalam redaksi lain dikatakan pada malam 23 )
Beliau saw melakukan shalat bersama kami sampai berlalu sepertiga malam.
Pada malam ke 6 dari sisa bulan itu, beliau saw tidak melakukan shalat bersama kami.
Pada malam ke 5 dari sisa bulan itu , beliau saw shalat bersama kami hingga sampai berlalu setengah
malam.
Maka aku berkata : Wahai Rasulullah, bagaimana sekiranya engkau menambahkan shalat lagi buat kami
di malam yang tersisa ini ?
Maka Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya seseorang apabila melakukan shalat bersama imam
sampai imam selesai , maka dia dihitung seperti shalat semalam suntuk.
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabu Syahri Ramadhan bab (1) Fii Qiyaami Syahri Ramadhan no 1375
Tirmidzi Kitabush Shaum bab (81) Maa jaa-a Fii Qiyaami Syahri Ramadhan no 806
Ahmad 5/163 no 20936 dan sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth
Ad Darimi Kitabush Shaum bab (54) no 1778 dan sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Husain Sulaim
Asad.
12/06/16, 11.02 - Ustadz Mubarok Ptk: Shahabat Umar bin Al Khaththab r.a tidak mau melakukan
shalat tarawih pada awal malam. Beliau beranggapan bahwa shalat tarawih yang dilakukan pada akhir
malam yang didahului tidur terlebih dahulu adalah lebih baik.
ُ َفِإ َذا ال َّناس، ِإلَى ْال َمسْ ِج ِد، ان َ لَ ْيلَ ًة فِى َر َم- رضى هللا عنه- ب
َ ض ِ ْن ْال َخ َّطا ِ ت َم َع ُع َم َر ب ُ ْارىِّ َأ َّن ُه َقا َل َخ َرج ِ ْن َع ْب ٍد ْال َق ِ َعنْ َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن ب
انَ ارٍئ َوا ِح ٍد لَ َك َ
ق ى َ ل ع
َ ء
ِ َ ال ُؤهَ تُ
3 ْع م
َ ج َ و ْ َ ل ىر َ ط َف َقا َل ُع َم ُر ِإ ِّنى َأ
ُ ْصالَ ِت ِه الرَّ ه َ ب
ِ ى ِّ ل ُص
َ ي َ
ف ل
ُ ج
ُ َّالر ى ِّ لصَ ي
ُ وَ ، ه
ِ ِسفْ َ
ن ل
ِ ل
ُ ج
ُ َّالر ُصلِّى
َ ون ي َ َُأ ْو َزا ٌع ُم َت َفرِّ ق
ِ
ُأ ُأ
ُ ْ َ
، قا َل ُع َم ُر نِعْ َم ال ِب ْد َعة َه ِذ ِه، ِئه ْم ِ ار َ َ
ِ صال ِة ق َ ون ِب ُّ
َ صل َّ ْ ً َ َ
َ َوالناسُ ُي، ث َّم خ َرجْ ت َم َع ُه ل ْيلة خ َرى، ب ُ َ ُ ٍ ْْن كع َ ِ م َعلى َبىِّ ب3ْ ُث َّم َعز َم ف َج َم َع ُه. َأمْ َث َل
َ َ َ
َأ
ُون َّولَ ُه َ ان ال َّناسُ َيقُوم َ َو َك، ي ُِري ُد آخ َِر اللَّي ِْل. ُون َ ض ُل م َِن الَّتِى َيقُوم َأ
َ ُون َع ْن َها ْف َ َوالَّتِى َي َنام
Aku keluar bersama Umar bin Khaththab r.a pada malam bulan Ramadhan menuju masjid. Ternyata
manusia berkelompok kelompok secara terpisah pisah. Seseorang shalat sendiri sendiri, dan seseorang
shalat mengimami beberapa orang.
Umar berkata : Sesungguhnya aku berpendapat, jika aku mengumpulkan mereka pada satu imam ,
niscaya hal itu lebih baik.
Kemudian Umar mengumpulkan mereka untuk diimami oleh Ubay bin Ka’ab.
Lalu aku keluar bersama Umar pada malam yang lain, dan manusia sedang shalat
Akan tetapi shalatnya mereka yang tidur (lebih dulu) adalah lebih utama daripada shalatnya mereka
sekarang ini.
Yang dimaksud Umar ( lebih utama ) adalah shalat pada akhir malam.
Adapun manusia pada waktu itu mengerjakan shalat pada awal malamnya.
Penjelasan :
Shahabat Umar bin Al Khaththab r.a memandang shalat tarawih lebih baik jika dilakukan pada akhir
malam, setelah tidur terlebih dahulu, yang mana hal ini menunjukkan bahwa dalam pemahaman fiqih
shahabat Umar bin Al Khaththab r.a , shalat tarawih adalah shalat tahajjud itu sendiri.
Karena itulah Umar bin Al Khaththab r.a tidak ikut melaksanakan shalat tarawih bersama sama dengan
orang banyak pada awal malam.
Jawaban : Ada.
Rasulullah saw pernah shalat malam berjama’ah dengan para shahabatnya pada awal malam di bulan
Ramadhan. Belakangan nama shalat ini disebut dengan shalat tarawih.
Bersumber dari Abu Dzar r.a, dia berkata : Kami pernah berpuasa Ramadhan bersama dengan Rasulullah
saw. Beliau saw tidak mengerjakan shalat malam dengan kami sedikitpun dari bulan Ramadhan
tersebut, kecuali bulan sisa 7 hari. (dalam redaksi lain dikatakan pada malam 23 )
Beliau saw melakukan shalat bersama kami sampai berlalu sepertiga malam.
Pada malam ke 6 dari sisa bulan itu, beliau saw tidak melakukan shalat bersama kami.
Pada malam ke 5 dari sisa bulan itu , beliau saw shalat bersama kami hingga sampai berlalu setengah
malam.
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabu Syahri Ramadhan bab (1) Fii Qiyaami Syahri Ramadhan no 1375
Tirmidzi Kitabush Shaum bab (81) Maa jaa-a Fii Qiyaami Syahri Ramadhan no 806
Ahmad 5/163 no 20936 dan sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth
Ad Darimi Kitabush Shaum bab (54) no 1778 dan sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Husain Sulaim
Asad.
Penjelasan :
Dalamhadits ini dijelaskan bahwa pada malam ke 7 dari sisa bulan Ramadhan (malam ke 23 ) ,
Rasulullah saw melakukan shalat malam bersama mereka yang selesainya sampai 1/3 malam pertama.
Malam adalah dimulai dari terbenam matahari (masuknya waktu maghrib) - sekitar jam 18.00 dan
berakhir sampai terbit fajar (masuknya waktu shubuh) - sekitar jam 04.30 di pagi hari.
Kalau shalatnya Nabi saw dengan para shahabatnya selesai sampai 1/3 malam , berart kalau diukur
dengan keadaan kita di sini , sekitar jam 21.30 ( jam 18.00 + 3,5 jam = jam 21.30).
Seandainya shalatnya yang dilakukan 11 raka’at , berarti mulai shalatnya ba’da isya ‘ .
Wallahu A’lam.
Sebelum dijilid, mesti disortir. Dilakukan pengelompokan. Ada bab thaharah. Bab shalat. Bab puasa dll.
12/06/16, 16.31 - Ustadz Mubarok Ptk: TANYA JAWAB HARIAN TRIBUN PONTIANAK
Dari : Yunna
Asal :
Pertanyaan :
Asslamu’alaikum.
Jawaban :
Muntah akibat efek samping obat adalah keadaan yang tidak disengaja.
Barangsiapa yang muntah (tidak dengan sengaja) padahal dia lagi berpuasa maka tidak ada qadha’
atasnya. Barangsiapa yang muntah (dengan sengaja) , maka hendaklah dia mengqadha’nya
Hadits riwayat Abu Dawud Kitabush Shiyam bab 33 no 2380 ( ini adalah lafadznya )
Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani dan Al Arnauth, tetapi dinilai ada cacat dalam
periwayatannya oleh imam Al Bukhari dan imam Ahmad.
Makna hadits : kalau muntah tidak dengan sengaja maka tidak batal puasanya
12/06/16, 16.35 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamualaikum wr.wb Pak Ustadz Mubarak , Smoga bpk
ustadz sekeluarga selalu dlm keadaan Sehat . Saya pak Bujani ingin nanya tentang Sholat Tasbih , krn di
komplek saya setiap mlm jumat di bln ramadan terjadwal Solat Tasbih berjamaah slesai Tarawih. Saya
blm bisa ikut solat tsb. krn blm mengetahui ttg dasar solat Tasbih dimaksud. Mohon kejelasan pak
Ustadz ttg solat Tasbih tsb . Wassalamualaikum wr wb
Shalat tasbih yang dilakukan setelah shalat tarawih dengan berjamaah bukan berasal dari ajaran Nabi
saw. Tetapi berasal dari adat atau kebiasaan sebagian qaum Muslimin.
Nabi saw shalat malam di bulan Ramadhan dengan cara berjamaah hanya 3 kali dan setelah itu tidak ada
shalat tasbih atau lainnya yang dikerjakannya.
12/06/16, 16.36 - Ustadz Mubarok Ptk: ان َف َل ْم َي ُق ْم ِب َنا َش ْيًئ ا َ ض َ َر َم-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ِ ص ْم َنا َم َع َرس ُ َعنْ َأ ِبى َذرٍّ َقا َل
ت ُ ب َش ْط ُر اللَّي ِْل َفقُ ْل َ ت ْال َخام
َ ة َقا َم ِب َنا َح َّتى َذ َه3ُ ِس ِ ة لَ ْم َيقُ ْم ِب َنا َفلَمَّا َكا َن3ُ ِس
َ ت السَّادِ ث اللَّي ِْل َفلَمَّا َكا َن ُ ُب ُثل
َ م َِن ال َّشه ِْر َح َّتى َبق َِى َس ْب ٌع َف َقا َم ِب َنا َح َّتى َذ َه
ت الرَّ ِاب َع ُة ِ َقا َل َفلَمَّا َكا َن.» ب لَ ُه قِ َيا ُم لَ ْيلَ ٍة َ ِف حُس َ ص ِرَ صلَّى َم َع اِإل َم ِام َح َّتى َي ْن َ َقا َل َف َقا َل « ِإنَّ الرَّ ُج َل ِإ َذا.َِيا َرسُو َل هَّللا ِ َل ْو َن َّف ْل َت َنا قِ َيا َم َه ِذ ِه اللَّ ْيلَة
ت َما ْال َفالَ ُح َقا َل ال ُّسحُو ُر ُث َّم لَ ْم َيقُ ْم ِب َنا َبقِ َّي َة ُ َقا َل قُ ْل.ُاس َف َقا َم ِب َنا َح َّتى َخشِ ي َنا َأنْ َيفُو َت َنا ْال َفالَح َ الثالِ َث ُة َج َم َع َأهْ لَ ُه َون َِسا َءهُ َوال َّن
َّ تِ لَ ْم َيقُ ْم َفلَمَّا َكا َن
ال َّشه ِْر
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح على شرط مسلم: تعليق شعيب األرنؤوط
إسناده صحيح: قال حسين سليم أسد
قال أبو عيسى هذا حديث حسن صحيح
Bersumber dari Abu Dzar r.a, dia berkata : Kami pernah berpuasa Ramadhan bersama dengan Rasulullah
saw. Beliau saw tidak mengerjakan shalat malam dengan kami sedikitpun dari bulan Ramadhan
tersebut, kecuali bulan sisa 7 hari. (dalam redaksi lain dikatakan pada malam 23 )
Beliau saw melakukan shalat bersama kami sampai berlalu sepertiga malam.
Pada malam ke 6 dari sisa bulan itu, beliau saw tidak melakukan shalat bersama kami.
Pada malam ke 5 dari sisa bulan itu , beliau saw shalat bersama kami hingga sampai berlalu setengah
malam.
Maka aku berkata : Wahai Rasulullah, bagaimana sekiranya engkau menambahkan shalat lagi buat kami
di malam yang tersisa ini ?
Maka Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya seseorang apabila melakukan shalat bersama imam
sampai imam selesai , maka dia dihitung seperti shalat semalam suntuk.
Pada hari ke 4 dari sisa bulan itu , beliau saw tidak melakukan shalat bersama kami.
Pada hari ke 3 dari sisa bulan itu beliau saw mengumpulkan keluarganya, para istrinya, dan orang
orang ,lalu mengerjakan shalat bersama kami sampai kami khawatir ketinggalan al falah. Jabir ( salah
seorang perawi ) berkata : Aku bertanya : apakah al falah itu ?
Kemudian Nabi saw tidak melakukan shalat malam bersama kami dalam sisa bulan tersebut
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabu Syahri Ramadhan bab (1) Fii Qiyaami Syahri Ramadhan no 1375
Tirmidzi Kitabush Shaum bab (81) Maa jaa-a Fii Qiyaami Syahri Ramadhan no 806
Ahmad 5/163 no 20936 dan sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth
Ad Darimi Kitabush Shaum bab (54) no 1778 dan sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Husain Sulaim
Asad.
Yaitu shalat sunnah 4 raka’at yang dilakukan pada waktu kapan saja, bisa siang ataupun malam, kecuali
pada waktu yang dilarang.
Shalatnya dilakukan dengan 4 raka’at seperti shalat lainnya , hanya saja bacaannya tidak mengikuti
bacaan shalat pada umumnya, tetapi diganti dengan dzikir khusus dengan jumlah tertentu, yaitu 75 kali
tiap raka’atnya.
• Setelah membaca Al Fatihah dan surah , membaca dzikir khusus sebanyak 15 kali sebelum ruku’.
• Kemudian duduk antara 2 sujud , lalu membaca dzikir khusus 10 kali
Kemudian salam
Dalilnya :
َّاس َأنَّ َرسُو َل ْن َعب ٍ ان َعنْ عِ ْك ِر َم َة َع ِن اب ِ يز َح َّد َث َنا ْال َح َك ُم بْنُ َأ َب َ ُوسى بْنُ َع ْب ِد ْال َع ِز ِ ُورىُّ َح َّد َث َنا م َ ْن ْال َح َك ِم ال َّني َْساب ِ َح َّد َث َنا َع ْب ُد الرَّ حْ َم ِن بْنُ ِب ْش ِر ب ِ
َأ َأ َأ َأ َأ َأ ُأ َأ َّ
ال ِإذاَ ك َع ْش َر خ َ
ِص ٍ ك الَ ْف َع ُل ِب َ ك الَ حْ بُو َ ك الَ ْم َن ُح َ ب « َيا َعبَّاسُ َيا َعمَّاهُ الَ عْ طِ ي َ ْ
ْن َع ْب ِد المُطلِ ِ هَّللا ِ -صلى هللا عليه وسلمَ -قا َل لِل َعب ِ
َّاس ب ِ ْ
صلِّ َى َأرْ َب َع ال َأنْ ُت َ ص ٍ يرهُ سِ رَّ هُ َو َعالَ ِن َي َت ُه َع ْش َر ِخ َ ِيرهُ َو َك ِب َ صغ َ ك َأوَّ لَ ُه َوآخ َِرهُ َقدِي َم ُه َو َحدِي َث ُه َخ َطَأهُ َو َع ْمدَ هُ َ ك َذ ْن َب َ َأ ْنتَ َف َع ْلتَ َذلِ َ
ك غَ َف َر هَّللا ُ لَ َ
هَّللا َّ َ هَّلِل
ان ِ َوال َح ْم ُد ِ َوالَ ِإل َه ِإال ُ ْ هَّللا ْ ُ ْ َأ ْ َأ
ُور ًة َفِإذا َف َر ْغتَ م َِن الق َِرا َء ِة فِى وَّ ِل َرك َع ٍة َو نتَ َقاِئ ٌم قلتَ ُسب َْح َ ْ َ ب َوس َ ت َت ْق َرُأ فِى ُك ِّل َرك َع ٍة َفات َِحة ال ِك َتا ِ
ْ َ ْ َر َك َعا ٍ
وع َف َتقُولُ َها َع ْشرً ا ُث َّم َته ِْوى َسا ِج ًدا َف َتقُولُ َها َوَأ ْنتَ ُ
ك الرُّ ِنَ م ك
َ س َ ْأر َ ع
ُ َ
ف رْ َ
ت مْس َع ْش َر َة مَرَّ ًة ُث َّم َترْ َك ُع َف َتقُولُ َها َوَأ ْنتَ َرا ِك ٌع َع ْشرً ا َُّ
م ث َ َ
خ ر
ُ ب
َ ْ
ك َوهَّللا ُ َأ
ِ
ُون فِى ُك ِّل ك َف َتقُولُ َها َع ْشرً ا َف َذل َِك َخمْسٌ َو َس ْبع َ ك م َِن ال ُّسجُو ِد َف َتقُولُ َها َع ْشرً ا ُث َّم َتسْ ُج ُد َف َتقُولُ َها َع ْشرً ا ُث َّم َترْ َف ُع َرْأ َس َ َسا ِج ٌد َع ْشرً ا ُث َّم َترْ َف ُع َرْأ َس َ
صلِّ َي َها فِى ُك ِّل َي ْو ٍم مَرَّ ًة َفا ْف َع ْل َفِإنْ لَ ْم َت ْف َع ْل َففِى ُك ِّل ُجم َُع ٍة مَرَّ ًة َفِإنْ لَ ْم َت ْف َع ْل َففِى ُك ِّل َشه ٍْر َأ
ت ِإ ِن اسْ َت َطعْ تَ نْ ُت َ ك فِى َأرْ َب ِع َر َك َعا ٍ َر ْك َع ٍة َت ْف َع ُل َذلِ َ
ك مَرَّ ًة ُر
ِ َ م ع
ُ ِى ف َ
ف لْ ع ْ
ف َ
ت م َ ل نْ
َ َرَّ ِإ ْ َ َ
ف ً
ة م ة
ٍ َ
ن س ل
ِّ ك ُ ِى ف َ
ف ْ
ل ع ْ
ف تَ
َرَّ ِإ ْ َ مَ ل نْ َ
ف ً
ة م
قال األلباني :إسناده ضعيف كما أشار المصنف لكن له شواهد يتقوى بها لذا أوردته في صحيح أبي داود
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , sesungguhnya Rasulullah saw bersabda kepada Abbas bin Abdul
Muthalib r.a :
Wahai Abbas ! Wahai pamanku !
Maukah engkau jika aku memberimu sesuatu , menyantunimu , memberimu hadiah , atau aku
melakukan sesuatu untukmu ?
Ada 10 perkara , yang jika engkau mengamalkannya maka Allah akan mengampuni dosa dosamu , baik
yang awal maupun yang akhir , yang lama maupun yang baru , yang tidak disengaja maupun yang
disengaja , yang kecil maupun yang besar , yang tesembunyi maupun yang terang terangan, yaitu :
Engkau kerjakan shalat 4 raka’at yang pada setiap raka’atnya engkau membaca surah Al Fatihah dan
satu surah lainnya. Dan jika engkau telah membaca surah tersebut pada raka’at pertama , maka
bacalah :
(Maha Suci Allah , segala puji milik Allah , Tidak ada Tuhan selain Allah , Allah Maha Besar) sebanyak 15
kali ketika engkau berdiri, lalu engkau ruku’ dan membacanya 10 kali ketika engkau ruku’ lalu engkau
bangun daru ruku’ dan membacanya 10 kali , lalu engkau sujud dan membacanya 10 kali ketika sujud ,
lalu engkau bangun dari sujud dan membacanya 10 kali , lalu engkau sujud dan membacanya 10 kali ,
lalu engkau bangun dari sujud dan membacanya 10 kali.
Jika engkau tidak mampu setiap hari maka kerjakanlah setiap jum’at sekali.
Jika engkau tidak mampu setiap jum’at maka kerjakanlah setiap 1 bulan sekali.
Jika engkau tidak mampu setiap bulan maka kerjakanlah setiap 1 tahun sekali.
Jika engkau tidak mampu setiap tahun maka kerjakanlah selama hidupmu sekali.
1. Ada yang berpendapat bahwa hadits shalat tasbih adalah shahih , atau sekurangnya hasan.
Ini adalah pendapat dari Imam Abu Dawud , Al Hakim , Al Baihaqi , Al Mundziri , Al Hafidz Ibnu Hajar ,
Syaikh Ahmad Syakir , Syaikh Al Albani , dll
2. Ada yang berpendapat bahwa hadits tentang shalat tasbih adalah dha’if, bukan berasal dari Nabi saw.
Ini adalah pendapat dari imam Ahmad bin Hanbal , Tirmidzi , Ibnu Arabi , Ibnul Jauzi , Ibnu Taimiyyah ,
Nawawi , Syaikh Bin Baaz , Syaikh Al ‘Utsaimin dll
Yang benar adalah : bahwa semua jalur periwayatan (tentang shalat tasbih ) adalah dha’if.
Walaupun hadits Ibnu Abbas r.a lebih mendekati persyaratan sebagai hadits hasan , tetapi hadits ini
adalah syadz (ganjil), karena :
* Kuatnya faktor kesendirian yang ada padanya dan tidak ada hadits lain yang mu’tabar yang bisa
dijadikan sebagai penguat.
* Juga tentang perbedaan tatacara yang ada padanya dengan tatacara shalat shalat lainnya.
Lihat :
Ini adalah pendapat dari : imam Ibnu Khuzaimah dan imam Adz Dzahabi.
3. Ada yang berpendapat bahwa shalat tasbih tidak disyari’atkan. ( Jangan dikerjakan ).
Pembahasan :
Ini adalah pendapat dari imam Ibnul Mubarak dan sebagian ulama madzhab Syafi’i.
Alasannya :
Alasannya :
Hadits tentang shalat tasbih tidak shahih, maka tidak boleh seseorang mengerjakan shalat tasbih dengan
I’tikad bahwa dia mengikuti sunnah Nabi saw.
Kalaupun dia mengerjakannya , didasarkan kepada pertimbangan bahwa shalat adalah amal shalih.
Sekalipun hadits tentang shalat tasbih derajatnya tidak shahih , tidak mengapa jika dilakukan juga.
Karena shalat tasbih termasuk dalam bagian keutamaan amal.
Alasannya :
Tidak ada hadits shahih berkaitan dengan shalat Tasbih, semuanya dha’if dan tidak dapat saling
menguatkan. Derajatnya tidak dapat naik menjadi hasan.
Hadits dha’if adalah suatu berita yang tidak dipercayai datangnya dari Nabi saw.
Sedangkan shalat tasbih memiliki cara yang berbeda dengan shalat pada umumnya.
Maka tidak patut mengamalkannya dengan i’tikad bahwa dia mengikuti sunnah Nabi saw
Karena dia telah mengetahuinya bahwa hadits tersebut tidak dipercayai datangnya dari Nabi saw.
Beliau menjawab : Tidak ada hadits shahih yang menetapkannya ( beliau berkata sambil mengibaskan
tangannya sebagai isyarat pengingkaran terhadap shalat tasbih)
Disunnahkannya shalat tasbih masih dipersoalkan karena haditsnya dha’if sedangkan di dalamnya
terdapat perubahan terhadap aturan shalat yang telah ada.
Maka sebaiknya shalat tasbih tidak diamalkan , kerena tidak ada hadits shahih yang dapat dijadikan dalil.
Lihat :
• Kitab Shahih Fiqih Sunnah jilid 1 halaman 429
Saya menguatkan apa yang disampaikan oleh imam Nawawi , bahwa sebaiknya shalat tasbih tidak
dilakukan. Karena cara shalat tasbih keluar dari cara shalat yang baku dari Nabi saw , sedangkan hadits
tentang shalat tasbih tidak ada yang shahih.
Kita boleh saja meakukan shalat dengan cara yang berbeda dengan pedoman shalat yang baku dari Nabi
saw , asalkan ada hadits shahih yang menjadi landasannya , yang berasal dari Nabi saw , seperti : shalat
Ied , shalat janazah , shalat gerhana dsb. Sedangkan shalat tasbih , haditsnya tidak shahih .
Wallahu A’lam
Juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Kitabul Asyribah bab 12 no 3398, 3399.
Tetapi uraian tentang bagusnya nabidz yang kaya serat dll bukan dari hadits. Tetapi dari penulis naskah
ini
Ustadz, mhn dijelaskan ttg amalan yg dikerjakan stlh sholat subuh yaitu sholat snt 2 rkt stlh matahari
terbit yg pahalanya adalah haji plus umroh penuh. Bgmn pelaksanaannya?
1. Apa ttp ditmpt ddknya wkt sholat subuh, ndak blh pindah?
2. Mis batal trs ambil wudhu dan kmbli ke tmpt semula apa msh dpt jaminan pahala dimaksud?
Terima kasih atas jawabannya dan smoga bermanfaat utk semuanya. Jazaakallahu khairan.
صلَّى َ صلَّى ْال َغدَ ا َة فِى َج َما َع ٍة ُث َّم َق َع َد َي ْذ ُك ُر هَّللا َ َح َّتى َت ْطلُ َع ال َّشمْسُ ُث َّم
َ ْ « َمن-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن َمالِكٍ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا ِ َعنْ َأ َن
ِ سب
« َتا َّم ٍة َتا َّم ٍة َتا َّم ٍة-صلى هللا عليه وسلم- ِ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا.» ت لَ ُه َك جْ ِر َحجَّ ٍة َو ُع ْم َر ٍة َأ ِ َر ْك َع َتي
ْ ْن َكا َن
Artinya : Bersumber dari shahabat Anas bin Malik r.a : Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang
shalat shubuh denga cara berjama’ah , kemudian duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit
kemudian mengerjakan shalat 2 raka’at maka baginya seperti pahala haji dan ‘umrah secara sempurna ,
sempurna , sempurna
Berdasarkan hadits ini , para ulama berijtihad , yang mana terdapat beberapa perbedaan pendapat
diantara mereka :
1. Sebagian ulama mengatakan bahwa tempat duduknya tidak boleh berpindah dari tempat shalatnya
selama dia berdzikir sampai matahari naik, kemudian dia shalat 2 raka’at.
Saya menguatkan pendapat ulama yang mengatakan bahwa TIDAK APA BERPINDAH POSISI ATAU
PINDAH TEMPAT DUDUK , ASALKAN MASIH DI DALAM MASJID.
2. Jika batal wudhu’ maka silakan berwudhu ‘ dan kembali ketempatnya untuk melanjutkan dzikirnya.
Yang dimaksud dzikir adalah amal shalaih secara luas : berdzikir , membaca Al Qur’an , memberikan
nasehat , menghadiri majlis ta’lim dll.
3. Waktu shalatnya adalah setelah matahari terbit , minimal sekitar 15 menit.
Inilah yang saya ketahui dari jadwal di Masjid Nabawi serta Masjidil Haram.
4. Nama resmi shalat tersebut tidak ada. Ya langsung saja shalat 2 raka’at.
13/06/16, 10.15 - Ustadz Mubarok Ptk: 1. TENTANG KEUTAMAAN SHALAT 2 RAKA’AT SETELAH
MATAHARI TERBIT.
صلَّى َ صلَّى ْال َغدَ ا َة فِى َج َما َع ٍة ُث َّم َق َع َد َي ْذ ُك ُر هَّللا َ َح َّتى َت ْطلُ َع ال َّشمْسُ ُث َّم
َ ْ « َمن-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن َمالِكٍ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا ِ َعنْ َأ َن
ِ سب
هَّللا
« َتا َّم ٍة َتا َّم ٍة َتا َّم ٍة-صلى هللا عليه وسلم- ِ َقا َل َقا َل َرسُو ُل.» ْن َكا َنت ل ُه َك جْ ِر َحجَّ ٍة َو ُع ْم َر ٍة َأ َ ْ ْ
ِ َرك َع َتي
حسن: قال الشيخ األلباني
Artinya : Bersumber dari shahabat Anas bin Malik r.a : Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang
shalat shubuh denga cara berjama’ah , kemudian duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit
kemudian mengerjakan shalat 2 raka’at maka baginya seperti pahala haji dan ‘umrah secara sempurna ,
sempurna , sempurna
1. Jika dia laki laki dan tidak ada udzur (halangan) maka fadhilah berupa pahala seperti haji dan umrah
tidak akan didapatkan kecuali dia melaksanakan shalat shubuhnya di masjid dengan cara berjama’ah.
2. Jika dia perempuan maka walaupun dia shalat di rumah dia masih masuk keumuman hadits ini , yaitu
dapat mengejar keutamaan mendapat pahala haji dan umrah.
3. Jika dia laki laki yang ada udzur (seperti sakit yang mnyebabkan tidak dapat ke masjid ) maka dia
masih masuk keumuman hadits ini , yaitu dapat mengejar keutamaan mendapat pahala haji dan umrah
walaupun dia shalat di rumah .
Di Masjid Nabawi di Madinah serta Masjidl Haram di Makkah, di tulis : 15 menit setelah matahari
terbit.
Misalnya : jika matahari terbit jam 05.40 maka seseorang sudah bisa melakukan shalat dhuha jam 05.40
+ 15 menit = jam 05.55.
Wallahu A’lam.
13/06/16, 10.16 - Ustadz Mubarok Ptk: 2. BOLEHKAH MENGERJAKAN SHALAT MALAM (TAHAJJUD DAN
WITIR ) , DI LUAR BULAN RAMADHAN SEBANYAK 11 RAKA’AT PADA AWAL MALAM SEBELUM TIDUR ?
اف َأنْ الَ َيقُو َم مِنْ آخ ِِر اللَّي ِْل َف ْليُوتِرْ َأوَّ لَ ُه َو َمنْ َطم َِع َأنْ َيقُو َم آخ َِرهُ َف ْليُوتِرْ آخ َِر
َ « َمنْ َخ-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َج ِاب ٍر َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ض ُلَ صالَ َة آخ ِِر اللَّي ِْل َم ْشهُو َدةٌ َو َذل َِك َأ ْف
َ َّاللَّي ِْل َفِإن
Barangsiapa yang khawatir tidak dapat bangun di malam hari maka hendaknya dia melakukan shalat
witirnya di awal malam. Dan barangsiapa yang mampu bangun di akhir malam maka hendaknya dia
mengerjakan shalat witir di akhir malam. Karena susungguhnya shalat yang dilakukan di akhir malam
disaksikan (oleh para Malaikat). Dan yang demikian ini adalah lebih utama.
Penjelasan :
Imam Nawawi berkata : Di dalamnya terkandung dalil yang terang (jelas) bahwa : shalat witir dan shalat
lainnya yang dilakukan pada akhir malanm adalah lebih utama.
Lihat : Kitab syarah Muslim jilid halaman Kitabu Shalatil Musaafiriin bab 21 no 755
Dari saya :
Dalam penjelasannya , imam Nawawi menyampaikan bahwa shalat witir dan shalat lainnya lebih utama
dilakukan di akhir malam.
Kalimat “ dan shalat lainnya” maknanya mengarah kepada shalat tahajjud itu sendiri. Karena tidak ada
shalat yang disyari’atkan dilakukan pada akhir malam kecuali tahajjud dan witir.
Tetapi imam Nawawi tidak mengingkari tentang bolehnya mengerjakan shalat tahajjud dan witir pada
awal malam. Hal ini difahami dari perkataan beliau sendiri dengan redaksi : “ lebih utama” , yang
maknanya tidak mengingkari shalat tahajjud dan witir yang dilakukan di awal malam.
Lebih jelas lagi imam Nawawi berkata : Adapun orang yang tidak mampu bangun di akhir malam , maka
mengerjakannya pada awal malam adalah lebih utama.
َأ َ َقا َل َأ ْو- رضى هللا عنه- َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة
، ى الض َُّحى ِ َو َر ْك َع َت، ث صِ َي ِام َثالَ َث ِة ي ٍَّام مِنْ ُك ِّل َشه ٍْر
ٍ َ ِب َثال- صلى هللا عليه وسلم- صانِى َخلِيلِى
ُأ
َوَأنْ وت َِر َق ْب َل َأنْ َأ َنا َم
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Kekasihku berwashiyat kepadaku tentang 3 hal :
Penjelasan :
Shalat malam secara keseluruhan sering disebut dengan shalat witir karena jumlahnya selalu dengan
bilangan ganjil.
Maka washiyat dari Nabi saw kepada abu Hurairah r.a agar senantiasa menjaga shalat witirnya sebelum
tidur difahami sebagai shalat tahajjud dan witir secara keseluruhan.
Bersumber dari Ummu Salamah r.a dia berkata : Bahwa Rasulullahs aw mengerjakan shalat witir 13
raka’at , dan ketika beliau sudah tua , beliau saw mengerjakannya 7 raka’at.
Kalimat “ bahwa Rsulullah saw melakukan witir 13 raka’at , maka maknanya adalah : Sesungguhnya
beliau saw melakukan shalat malam secara keseluruhan 13 raka’at termasuk witirnya.
Ringkasnya : shalat malam atau tahajjud atau qiyamul laili atau sebutan lainnya , boleh dikerjakan
keseluruhannya pada awal malam.
Tetapi jika dikerjakan pada akhir malam adalah lebih utama .
Wallahu A’lam.
13/06/16, 10.16 - Ustadz Mubarok Ptk: 3. TAKBIR BERDIRI KE RAKA’AT GENAP KAPAN DIUCAPKAN ?
Saya mulai pembicaraan ini dengan ttugas imam dalam shalat berjama’ah
Imam hendaknya bertakbir ketika bangun dari sujud kedua dengan nyaring.
Maknanya adalah : takbir diucapkan ketika bangun dari sujud kedua untuk berdiri ke raka’at kedua.
Menurut imam Nawawi , takbir ini diucapkan dengan panjang. Dimulai dari bangun dari sujud dan
berakhir sampai berdiri dengan tegak.
Cabang permasalahan :
Didapati riwayat shahih bahwa Nabi saw melakukan duduk sebentar sebelum berdiri ke raka’at 2 atau
raka’at ke 4.
Duduk seperti ini dinamakan duduk istirahat.
Soal : Takbir untuk berdiri ke raka’at kedua diucapkan ketika bangun dari sujud atau ketika berdiri dari
duduk istirahat ?
Jawab :
صالَ ِت ِه َل ْم َ ث اللَّ ْيثِىُّ َأ َّن ُه َرَأى ال َّن ِبىَّ – صلى هللا عليه وسلم – ي
َ َفِإ َذا َك، ُصلِّى
َ ْان فِى ِو ْت ٍر مِن ُ َِعنْ َأ ِبى قِالَ َب َة َقا َل َأ ْخ َب َر َنا َمال
ِ ك بْنُ ْالح َُوي ِْر
ى َقاعِ ًدا َّ ْ
َ َين َهضْ َحتى َيسْ َت ِو
Bersumber dari Abu Qilaabah dia berkata : telah mengkhabarkan kepada kami Malik bin Al Huwairits Al
Laitsiy r.a , sesungguhnya dia melihat Nabi saw melakukan shalat. Apabila berada di dalam raka’at ganjil
dari shalatnya , beliau saw tidak bangkit berdiri , sehingga duduk terlebih dahulu ( dengan sempurna )
Penjelasan :
Dalam hadits Abu Hurairah r.a hanya disebutkan bahwa Rasulullah saw ketika mengangkat kepalanya
dari sujud (kedua) hanya bertakbir 1 kali.
Jika kita amalkan sebagaimana dhahirnya hadits ini maka imam bertakbir ketika bangun dari sujud
kemudian dia duduk sebentar , kemudian berdiri ke raka’at ke 2 tanpa takbir.
Hal ini menimbulkan masalah, yaitu bagi makmum yang tidak dapat melihat gerakan imamnya secara
langsung. Makmum seperti ini akan bergerak berdiri ketika imamnya selesai mengucapkan takbir.
Sehingga ada kemungkinan makmum bergerak bersamaan dengan imamnya atau bahkan akan
mendahului imamnya.
Dalam keadaan ini sunnah Nabi saw tidak dapat ditegakkan.
Maka kalimat “bertakbir ketika bangun dari sujud ke 2” dita’wil dengan makna : bangun dari sujud untuk
duduk sebentar , kemudian berdiri sambil bertakbir.
Kesimpulan :
Imam bangun dari sujud tanpa takbir kemudian duduk sebentar, setelah itu bangun untuk berdiri sambil
bertakbir.
Hal ini juga berlaku untuk perpindahan gerak dari sujud pada raka’at 3 untuk berdiri ke raka’at 4.
Wallahu A’lam.
13/06/16, 10.21 - Ustadz Mubarok Ptk: 4. MOHON KONFIRMASI APAKAH YG TERSEBUT DI BAWAH
DAPAT DIBENARKAN, PAK USTADZ?
Pada suatu pagi Rasulullah SAW bersama dengan sahabatnya Anas bin Malik r.a. melihat suatu
keanehan. Bagaimana tidak, matahari terlihat begitu redup dan kurang bercahaya seperti biasanya.
“Ya Rasulullah, Matahari ini nampak redup karena terlalu banyak sayap para malaikat yang
menghalanginya.” jawab Malaikat
Jibril.
Rasulullah SAW bertanya lagi : “Wahai Jibril, berapa jumlah Malaikat yang menghalangi matahari
saat ini?”
Rasulullah SAW bertanya lagi : “Apa gerangan yang menjadikan Malaikat menutupi Matahari?”
Kemudian Malaikat Jibril menjawab : “Ketahuilah wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah SWT telah
mengutus 70 ribu Malaikat agar membacakan shalawat kepada salah satu umatmu.”
Rasulullah SAW bertanya lagi : “Apa yang telah dilakukan oleh Muawiyah sehingga saat ia meninggal
mendapatkan kemuliaan yang sangat luar biasa ini?”
Malaikat Jibril menjawab : “Ketahuilah wahai Rasulullah, sesungguhnya Muawiyah itu semasa hidupnya
banyak membaca Surat Al-Ikhlas di waktu malam, siang, pagi, waktu duduk, waktu berjalan, waktu
berdiri, bahkan dalam setiap keadaan selalu membaca Surat Al-Ikhlas.”
Malaikat Jibril melanjutkan penuturannya : “Dari itulah Allah SWT mengutus sebanyak 70 ribu malaikat
untuk membacakan shalawat kepada umatmu yang bernama Muawiyah tersebut.”
SubhanAllah..
Walhamdulillah..
Wallahu akbar.
Rasulullah SAW bersabda : ”Apakah seorang di antara kalian tidak mampu untuk membaca sepertiga Al-
Qur’an dalam semalam?” Mereka menjawab, “Bagaimana mungkin kami bisa membaca sepertigai Al-
Qur’an?” Lalu Nabi SAW bersabda, “Qul huwallahu ahad itu sebanding dengan sepertiga Al-Qur’an.”
(H.R. Muslim no. 1922)
JAWAB :
Riwayat yang yang dikutip ini adalah gabungan 2 riwayat. Tetapi yang menulis ini tidak jujur. Dia
mengarahkan opini pembacanya seakan riwayat ini diambilnya dari riwayat Muslim.
Padahal riwayat Muslim hanya potongan terkhir dari kisah yang panjang ini.
Yaitu diawali dengan kalimat : Rasulullah saw bersabda : apakah seseorang diantara kalian mampu
membaca sepertiga Al Qur'an dalam semalam ... dst sampai akhir kalimat.
(Riwayat Muslim dalam kitabu shalatil musafirin bab 45 no 811 dengan derajat yang shahih.)
Tentang 70 malaikat yang bershalawat dst , tidak ada di dalam kitab shahih Muslim.
Maka perlu dituntut kepada penulisnya untuk menunjukkan asal usul riwayat ini.
13/06/16, 10.48 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamualaikum wrwr. Pak Ustadz Mubarak, saya mohon
penjelasan soalnya cara buang air kecil. Yang saya ketahui dari para ustadz, bahwa kita disunnahkan
untuk buang air air kecil secara jongkok. Namun saya pernah dengar bahwa ada hadist yg meriwayatkan
bahwa Rasulullah pernah satu kali buang air kecil dalam posisi berdiri, menurut pendapat ustadz
tersebut, jika tidak ada hadist ini, kemungkinan kita diharamkan buang air kecil secara berdiri. Apakah
memang ada penjelasan dari hadist tentang hal ini, baik cara Rasulullah Saw dalam kesehariannya buang
air kecil maupun hadist yg meneranhkan bahwa Rasulullah pernah satu kali buang air kecil secara
berdiri. Jazakallah khairan katsira. Mohon maaf sebelumnya, wassalamu'alaik wrwb.
ضَأ
َّ َف ِجْئ ُت ُه ِب َما ٍء َف َت َو، ُث َّم َد َعا ِب َما ٍء، ُس َبا َط َة َق ْو ٍم َف َبا َل َقاِئمًا- صلى هللا عليه وسلم- َُّعنْ ح َُذ ْي َف َة َقا َل َأ َتى ال َّن ِبى
Bersumber dari Hudzaifah r.a dia berkata : Nabi saw mendatangi kamar mandi milik suatu qaum ,
kemudian beliau saw kencing dengan berdiri. Kemudian beliau saw meminta air , maka akupun
mengantarkan air kepadanya. Kemudian beliau saw berwudhu’
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : Barangsiapa yang berkata bahwa Nabi saw kencing dengan
berdiri maka jangan kalian percayai. Karena Nabi saw tidak pernah kencing kecuali dengan cara duduk
Hadits shahih riwayat Tirmidzi Kitabuth Thaharah bab 8 no 12
Ahmad 6/136
Penjelasan :
Aisyah r.a adalah istri Nabi saw , yang mana dia adalah manusia yang paling banyak melihat keadaan
Nabi saw di kamar mandinya dibanding orang lain.
Maka dalam hal ini, hadits Aisyah r.a harus didahulukan dari hadits siapapun
Sedangkan Hudzaifah r.a adalah seorang shahabat yang tidak mungkin berdusta atas nama Nabi saw.
Maka 2 riwayat tentang kencing dengan berdiri dan kencing dengan duduk diyaqini merupakan 2
amalan dari Nabi saw.
Kesimpulannya :
Rasulullah saw lebih banyak kencing dengan duduk , tetapi dalam suatu keadaan terkadang
melakukannya dengan berdiri.
13/06/16, 17.48 - Ustadz Mubarok Ptk: TANYA JAWAB HARIAN TRIBUN PONTIANAK
Asal :
Pertanyaan :
Assalamu’alaikum.
Shalat tarawih 4 raka’at sekali salam adakah dalilnya ? Dan hanya dengan 1 tahiyyat ?
Jawaban :
Saya memahami bahwa shalat tarawih adalah shalat malam yang dilakukan di dalam bulan Ramadhan.
Maka dalil yang dijadikan sebagai rujukan, saya kembalikan kepada cara shalat malam yang dilakukan
oleh Rasulullah saw.
Tidak kurang dari 7 macam cara shalat malam yang dilakukan oleh Nabi saw yang bersumber dari hadits
hadits yang shahih. Salah satu cara tersebut adalah dengan jumlah 11 raka’at dengan 3 kali salam, yaitu
4 raka’at salam, kemudian 4 raka’at salam, dan ditutup dengan shalat witir 3 raka’at sekali salam.
Aisyah r.a berkata : Rasulullah saw tidak pernah shalat melebihi bilangan 11 raka’at , baik di bulan
Ramadhan ataupun diluar bulan Ramadhan.
Beliau saw shalat 4 raka’at, jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian beliau saw
shalat 4 raka’at, jangan engkau tanya tentang bagus dan panjangnya, kemudian beliau saw shalat 3
raka’at.
Adapun prakteknya 4 raka’at sekali salam , ada yang dengan 1 tahiyyat , berdasarkan qiyas , bahwa Nabi
saw melarang shalat witir 3 raka’at yang disamakan dengan maghrib , yaitu mesti dengan 1 tahiyyat saja.
Maka pelaksanaan 4 raka’at sekali salam juga dilakukan dengan 1 tahiyyat saja.
Ada juga yang melakukan 4 raka’at sekali salam dengan 2 tahiyyat. Ada juga yang mentakwil 4 raka’at
tersebut adalah dengan 2 kali salam.
Pembahasan dalam masalah ini sangat panjang, tetapi saya ringkaskan sampai di sini.
Kita harus menghormati pendapat yang berbeda.
Wallahu A’lam.
13/06/16, 21.23 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamualaikum ustadz mau nanya, siapa2 mahram utk seorang
istri, apakah ponakan dan suami bibi dr pihak suami bkn termasuk mahram, bolehkan pakai sarung
tangan supayabs bersalaman tanpa tersentuh yg bkn mahram kita
1. Ibu tiri
2. Ibu Kandung
9. Ibu susu
16. Perempuan musyrik (yang tidak beragama : Islam, yahudi dan nasrani)
18. Istri ke 5
19. Perempuan yang dalam masa ‘iddah (dari laki laki lain)
ان َفا ِح َش ًة َو َم ْق ًتا َو َسا َء َس ِبياًل َ ََواَل َت ْن ِكحُوا َما َن َك َح َآ َباُؤ ُك ْم م َِن ال ِّن َسا ِء ِإاَّل َما َق ْد َسل
َ ف ِإ َّن ُه َك
ضا َع ِة َ ْت َوُأ َّم َها ُت ُك ُم الاَّل تِي َأر
َ َّضعْ َن ُك ْم َوَأ َخ َوا ُت ُك ْم م َِن الر ِ ات اُأْل ْخ
ُ ات اَأْل ِخ َو َب َن ُ م َو َب َنا ُت ُك ْم َوَأ َخ َوا ُت ُك ْم َو َعمَّا ُت ُك ْم َو َخااَل ُت ُك ْم َو َب َن3ْ ت َعلَ ْي ُك ْم ُأ َّم َها ُت ُك
ْ حُرِّ َم
َّ ُ َأ اَل ُ َ اَل ُ ْ ُ ُ َ
َ دَخلت ْم ِب ِهنَّ َفِإنْ ل ْم َتكونوا د ََخلت ْم ِب ِهنَّ َف ُج َنا َح َعل ْيك ْم َو َح ِئ ُل ْب َناِئك ُم الذ
ِين ُ ْ اَّل ُ
َ ُورك ْم مِنْ نِسَاِئك ُم ال تِي ُ اَّل ُ
ِ ات ِنسَاِئك ْم َو َربَاِئ ُبك ُم ال تِي فِي ُحج ُ ُ َوُأ َّم َه
ُأْل
ان غَ فُورً ا َرحِيمًا َ ف ِإنَّ هَّللا َ َك َ َْن ِإاَّل َما َق ْد َسلِ مِنْ َأصْ اَل ِب ُك ْم َوَأنْ َتجْ َمعُوا َبي َْن ا ْخ َتي
اب هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم َوُأ ِح َّل لَ ُك ْم َما َو َرا َء َذلِ ُك ْم
َ ت َأ ْي َما ُن ُك ْم ِك َت
ْ ات م َِن ال ِّن َسا ِء ِإال َما َملَ َك َ َْو ْالمُح
ُ ص َن
Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang
telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang
ditempuh).
Bersumber dari Jabir r.a dia berkata : Rasulullah saw melarang perempuan dinikahkan bersama bibinya (
dilarang memadukan antara bibi dengan keponakan )
Hadits shahih riwayat Bukhari Kitabun Nikah bab 27 no 5108 ( ini adalah lafadznya )
1. Ibu Kandung
8. Ibu susu
1. Ayah kandung suami (termasuk kakeknya dari sebelah ayah maupun dari sebelah ibu).
2. Anak laki laki suaminya dengan istri lain (anak tiri), jika suaminya duda.
Haram bersentuhan.
Jawab : bagi saya sama saja. Kalau bersentuhan pakai kain dianggap bukan pelanggaran agama,
bagaimana jika istrinya dipeluk laki lain dengan alasan dia memeluk kain. Bukan memeluk istrinya ?
Tentunya tidak ada suami yang merelakan istrinya dipeluk laki lain. Artinya dia sudah menyadari bahwa
ada kain atau tidak, bersentuhan laki dan perempuan yang bukan mahram hukumnya haram. Oleh
karena itu tidak satu orangpun yang ridha jika istrinya dipeluk kaki laki lain.
Saya akan sertakan di sini bagian dari khutbah saya pada Hari Raya Fitri nanti , tentang jabat tangan
antara laki laki dengan wanita yang bukan mahramnya.
13/06/16, 21.25 - Ustadz Mubarok Ptk: Sebuah relita yang sangat menyedihkan, pada hari yang
dirayakan oleh kaum Muslimin sebagai hari kemenangan ini , ternyata syaithan telah berhasil menipu
kita.
Banyak qaum Muslimin yang berkata bahwa : hari Raya Fitri adalah perayaan atas kemenangan qaum
Muslimin atas syaithan. Betapa tidak , selama sebulan penuh kita berhasil memenangkan pertarungan
melawan godaan syaithan.
Akan tetapi , seringkali yang kita lihat justru qaum Muslimin melakukan pelanggaran agama pada Hari
Raya yang konon dikatakannya sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah atas kemenangan melawan
godaan syaithan.
Inilah hebatnya syaithan. Dia memperdaya qaum Muslimin untuk melakukan banyak kemunkaran , yang
justru tidak disadari oleh qaum Muslimin sebagai bagian dari perkara yang dimurkai Allah swt. Bahkan
sebagian qaum Muslimin menyanga bahwa kemunkaran yang dilakukannya adalah bagian dari sesuatu
yang harus dilakukannya.
ْأ
ِ َألنْ ي ُْط َع َن فِي َر: صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
س َأ َح ِد ُك ْم ِبم ِْخ َيطٍ مِنْ َحدِي ٍد َخ ْي ٌر َل ُه مِنْ َأنْ َيمَسَّ ا ْم َرَأ ًة ال َت ِح ُّل َ ِ َقا َل َرسُو ُل هَّللا:ار ِ َعنْ َمعْ ق ِِل ب
ٍ ْن َي َس
لَ ُه
“ Seseorang ditusuk kepadanya dengan paku dari besi, adalah lebih baik baginya daripada dia
menyentuh wanita yang tidak halal baginya “.
Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir 20/210 yang semua rawinya adalah rawi yang tsiqah dan merupakan
perawi imam Al Bukhari dan Muslim kecuali Syaddaad bin Sa’id yang merupakan perawi imam Muslim
saja.
Lihat : Kitab Silsilah Ash Shahihah jilid 1 hal 447 hadits no. 226
- ِ َوهَّللا ِ َما َأ َخ َذ َرسُو ُل هَّللا، َغي َْر َأ َّن ُه َبا َي َعهُنَّ ِب ْال َكالَ ِم، َيدَ ام َْرَأ ٍة َق ُّط- صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ْ الَ َوهَّللا ِ َما َمس: ت
ِ َّت َي ُد َرس ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
َُّ َعلَى ال ِّن َسا ِء ِإالَّ ِب َما َأ َم َرهُ هَّللا ُ َيقُو ُل َلهُنَّ ِإ َذا َأ َخ َذ َعلَي ِْهنَّ « َق ْد َبا َيعْ ُتكن- صلى هللا عليه وسلم
Demi Allah! Tidaklah Rasulullah saw mengambil janji dari kaum wanita melainkan menurut apa yang
diperintahkan Allah kepadanya.
Apabila mengambil janji dengan mereka, beliau saw bersabda : Sungguh aku telah membai’at kalian
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabuth Thalaaq bab 20 no 5288
َ فِى نِسْ َو ٍة ُن َب ِاي ُع ُه َف َقا َل لَ َنا « فِي َما اسْ َت َطعْ ُتنَّ َوَأ َط ْق ُتنَّ ِإ ِّنى الَ ُأ-صلى هللا عليه وسلم- َّت ال َّن ِبى
صافِ ُح ال ِّن َسا َء ِ َعنْ ُأ َم ْي َم َة ِب ْن
ْ َت ُر َق ْي َق َة َأ َّن َها َقال
ُ ت ِجْئ
Bersumber dari Umaimah binti Ruqaiqah r.a , sesungguhnya dia berkata : Aku mendatangi Nabi saw
bersama dengan sekelompok wanita . Kami berbai’at kepadanya.
Maka Rasulullah saw bersabda kepada kami : Di dalam perkara yang kalian mampu dan kuat, maka
laksanakan
Hadits shahih riwayat Ibnu Majah Kitabul Jihad bab 43 no 2884 ( ini adalah lafadznya )
Ahmad 6/357
Dari saya :
Sebagian umat Islam mencari cari alasan untuk dapat menghalalkan jabat tangan antara laki laki dan
wanita yang bukan mahram. Memang tidak kurang jalan bagi kita untuk menolak ajaran dari Nabi saw ,
jika memang sejak awal ajaran Nabi saw tersebut tidak sesuai dengan hawa nafsu kita.
Bagi saya , sangat mudah untuk difahami bahwa bersentuh laki dan perempuan yang bukan mahram
adalah haram hukumnya.
Di dalam Al Qur’an didapati larangan untuk memandang bagi laki laki kepada wanita dan sebaliknya.
Kalau memandang saja sudah diharamkan , maka tidak susah untuk menerima bahwa bersentuhan lebih
diharamkan. Karena bersentuhan laki dan perempuan lebih sampai kepada keni’matan daripada hanya
berpandangan mata.
Wallahu A’lam.
13/06/16, 21.25 - Ustadz Mubarok Ptk: TAMBAHAN ; DAFTAR MAHRAM DAN BUKAN MAHRAM
1. Ibu tiri
2. Ibu Kandung
9. Ibu susu
16. Perempuan musyrik (yang tidak beragama : Islam, yahudi dan nasrani)
18. Istri ke 5
19. Perempuan yang dalam masa ‘iddah (dari laki laki lain)
Dalilnya :
ان َفا ِح َش ًة َو َم ْق ًتا َو َسا َء َس ِبياًل َ ََواَل َت ْن ِكحُوا َما َن َك َح َآ َباُؤ ُك ْم م َِن ال ِّن َسا ِء ِإاَّل َما َق ْد َسل
َ ف ِإ َّن ُه َك
ضا َع ِة َ ْت َوُأ َّم َها ُت ُك ُم الاَّل تِي َأر
َ َّضعْ َن ُك ْم َوَأ َخ َوا ُت ُك ْم م َِن الر ِ ات اُأْل ْخ
ُ ات اَأْل ِخ َو َب َن ُ م َو َب َنا ُت ُك ْم َوَأ َخ َوا ُت ُك ْم َو َعمَّا ُت ُك ْم َو َخااَل ُت ُك ْم َو َب َن3ْ ت َعلَ ْي ُك ْم ُأ َّم َها ُت ُك
ْ حُرِّ َم
ِين َّ ُ َ ْ َأ اَل ُ ْ َ َ اَل َ ُ ْ َ ُ ُ َ َ ْن َ
َ ُورك ْم م نِسَاِئك ُم ال تِي دَخلت ْم ِب ِهنَّ فِإ ل ْم تكونوا دَخلت ْم ِب ِهنَّ ف ُجنا َح َعليك ْم َو َح ِئ ُل بناِئك ُم الذ ُ ْ َ اَّل ُ ِْن ُ اَّل ُ
ِ ات ِنسَاِئك ْم َو َربَاِئ ُبك ُم ال تِي فِي ُحج ُ ُ َوُأ َّم َه
ان غَ فُورً ا َرحِيمًا هَّللا َ َْن ِإ َما َق ْد َسلاَّل ْ ُأْل َأ َأ
َ ف ِإنَّ َ َك ِ مِنْ صْ اَل ِب ُك ْم َو نْ َتجْ َمعُوا َبي َْن ا خ َتي
اب هَّللا ِ َعلَ ْي ُك ْم َوُأ ِح َّل لَ ُك ْم َما َو َرا َء َذلِ ُك ْم
َ ت َأ ْي َما ُن ُك ْم ِك َت ْ ات م َِن ال ِّن َسا ِء ِإال َما َملَ َك ُ ص َن َ َْو ْالمُح
Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang
telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang
ditempuh).
َأنْ ُت ْن َك َح ْال َمرْ َأةُ َعلَى َع َّم ِت َها َأ ْو َخالَ ِت َها- صلى هللا عليه وسلم- ِ عى جابررضى هللا عنه َقا َل َن َهى َرسُو ُل هَّللا
Bersumber dari Jabir r.a dia berkata : Rasulullah saw melarang perempuan dinikahkan bersama bibinya (
dilarang memadukan antara bibi dengan keponakan )
Hadits shahih riwayat Bukhari Kitabun Nikah bab 27 no 5108 ( ini adalah lafadznya )
Muslim Kitabun Nikah bab 3 no 1408
1. Ibu Kandung
8. Ibu susu
13/06/16, 21.26 - Ustadz Mubarok Ptk: Catatan : saya tadi sharing jawabannya terbalik. Mestinya daftar
mahram terakhir, tapi malah terkirim paling awal
13/06/16, 23.45 - Ustadz Mubarok Ptk: Ada yang bertanya tentang sutera , maka saya buatkan makalah
ringkas tentang sutera. Semoga bermanfaat.
، َقا َل « الَ ي ُْل َبسُ ْال َح ِري ُر فِى ال ُّد ْن َيا- صلى هللا عليه وسلم- َّ َأنَّ ال َّن ِبى- رضى هللا عنه- ب ِإلَ ْي ِه ُع َم ُر َ َعنْ َأ ِبى ع ُْث َم
َ ان َقا َل ُك َّنا َم َع ُع ْت َب َة َف َك َت
س فِى اآلخ َِر ِة ِم ْن ُه ْ
ْ ِإالَّ لَ ْم يُل َب
Bersumber dari Utsman dia berkata : kami bersama ‘Utbah, lalu Umar r.a mengirim surat kepadanya
bahwasanya Nabi saw bersabda :
Tidaklah seseorang memakai kain sutera di dunia melainkan dia tidak akan memakainya kelak pada hari
qiyamat.
َأ َخ َذ َح ِريرً ا-صلى هللا عليه وسلم- ِ َي ُقو ُل ِإنَّ َن ِبىَّ هَّللا- رضى هللا عنه- ب ٍ ِ َأ َّن ُه َسم َِع َعلِىَّ ب َْن َأ ِبى َطال- َّ َيعْ نِى ْالغَافِقِى- ْن ُز َري ٍْر
ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
ُأ
ور َّمتِى ُ ُ َ َ َ ُ َ َ َ َ َ َأ َ َ
ِ ْن َح َرا ٌم َعلى ذك
ِ ف َج َعل ُه فِى َيمِي ِن ِه َو خذ ذ َهبًا ف َج َعل ُه فِى شِ َمالِ ِه ث َّم قا َل « ِإنَّ َهذي
صحيح: قال الشيخ األلباني
صحيح لشواهده: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abdullah bin Zurair- yaitu Al Ghaafiqiy- , bahwasanya dia mendengar Ali bin Abi Thalib
r.a berkata : Sesungguhnya Nabi saw mengambil sutera dan meletakkannya di tangan kanannya ,
kemudian mengambil emas dan meletakkannya di tangan kirinya kemudian bersabda: Sesungguhnya 2
benda ini haram bagi ummatku yang laki laki .
Ahmad 1/115
Bersumber dari Anas bin Malik r.a dia berkata : Nabi saw memberikan rukhshah (keringanan) kepada Az
Zubair (bin ‘Awwam) r.a dan Abdurrahman (bin Auf) r.a untuk memakai sutera karena sakit gatal yang
diderita mereka berdua.
« َت ِبي ُع َها- صلى هللا عليه وسلم- ِ َوَأرْ َس ْلتَ ِإلَىَّ ِب َه ِذ ِه ْال ُج َّب ِة َف َقا َل لَ ُه َرسُو ُل هَّللا. » ك قُ ْلتَ « ِإ َّن َما َه ِذ ِه لِ َباسُ َمنْ الَ َخالَقَ لَ ُه
َ َيا َرسُو َل هَّللا ِ ِإ َّن
َ اج َت
ك َ ْو ُتصِ يبُ ِب َها َحَأ
Wahai Rasulullah , sesungguhnya engkau bersabda : Sesungguhnya (sutera) ini adalah pakaian adalah
untuk orang yang tidak berakhlaq , lalu kenapa engkau mengirimkan jubah ini kepadaku?
Lalu Rasulullah saw bersabda kepada Umar r.a : Hendaknya engkau menjualnya atau (dan) engkau dapat
mengambil hasilnya untuk kebutuhanmu.
KESIMPULAN :
Berdasarkan dalil dalil yang ada maka :
1. Sutera dan emas adalah suci, tidak haram dan tidak najis dipegang.
2.Sutera dan emas hanya haram dipakai oleh laki laki Muslim.
4. Jika seseorang memiliki sutera , maka dia boleh menjualnya kepada selain laki laki Muslim
Sedangkan kita ketahui bahwa memeluk dan mencium adalah perkara duniawi yang hukum ashalnya
adalah halal.
Maka difahami bahwa hukun ashal dari memeluk dan mencium adalah mubah , yaitu tidak menambah
dan tidak mengurangi pahala puasa .
Kecuali seseorang sedang dilanda syahwat yang memuncak kemudian dia lampiaskan dengan memeluk
dan mencium istrinya , maka perbuatan ini tercela dan masuk wilayah rafats yang dapat mengurangi
pahala puasa.
Wallahu A'lam.
14/06/16, 05.27 - Ustadz Mubarok Ptk: SAYA AKAN POSTINGKAN TULISAN SAYA BERKAITAN DENGAN
MENCIUM DAN MEMELUK ISTRI KETIKA BERPUASA :
14/06/16, 05.27 - Ustadz Mubarok Ptk: Mencium istri atau memeluknya tetapi tidak sampai junub
Bersumber dari Aisyah r.a , dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw menciumnya ketika beliau saw
sedang berpuasa di bulan Ramadhan
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabush Shiyam bab 12 no 1106
َ َك-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ عَاِئ َش َة رضى هللا عنها َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ان ُيبَاشِ ُر َوه َُو صَاِئ ٌم
Bersumber dari Aisyah r.a. sesungguhnya Rasulullah saw pernah mencumbu istrinya ketika beliau saw
sedang berpuasa
Makna Al Mubasyarah dalam hadits ini adalah mengelus (membelai) dengan tangan.
Penjelasan :
Mencium atau mengelus istri diperbolehkan jika yaqin dapat menahan nafsu. Jika khawatir tidak dapat
mengendalikan diri , maka sebaiknya tidak dilakukan. Karena jika sampai mengeluarkan air mani maka
batal puasanya. Karena keluarnya air mani adalah praktek syahwat, sedangkan Allah membanggakan
orang yang berpuasa karena karena menahan syahwatnya. Jadi esensi puasa adalah mengendalikan
syahwat.
Dalam hadits ini Aisyah r.a mengingatkan bahwa Rasulullah saw adalah manusia yang paling dapat
mengendalikan nafsunya. Maknanya : Rasulullah saw ketika mencumbu istrinya adalah bagian dari
usaha untuk menyenangkan hati wanita (istrinya), bukan dalam rangka mengumbar hawa nafsunya.
Karena Aisyah r.a adalah istrinya, maka dia pasti dapat membedakan perilaku Rasulullah saw ketika
mencumbunya, yaitu mana cumbuan yang disertai gelora syahwat dan mana cumbuan yang hanya
untuk memanjakan istrinya.
Ternyata cumbuan Rasulullah saw ketika sedang berpuasa adalah cumbuan kasih sayang, buka cumbuan
yang disertai syahwat.
رضى هللا- ُوق ِإلَى عَاِئ َش َة ٌ ت َأ َنا َو َمسْ ر ُ ت اب َْن َع ْو ٍن َعنْ ِإب َْراهِي َم َع ِن اَألسْ َو ِد َقا َل ا ْن َطلَ ْق
ُ َْو َح َّد َث َنا م َُح َّم ُد بْنُ ْال ُم َث َّنى َح َّد َث َنا َأبُو عَاصِ ٍم َقا َل َسمِع
َأ
ك بُو َ ُ َ َأ َأ ُ َ َ
َّ ش.ِان ْملكك ْم ِإلرْ ِب ِه ْو مِنْ ْمل ِكك ْم ِإلرْ ِبه َأ َ ُيبَاشِ ُر َوه َُو صَاِئ ٌم قالت ن َع ْم َول ِكن ُه ك-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
َ َّ َ َ ْ َ َ َ َفقُ ْل َنا َل َها َأ َك- عنها
عَاصِ ٍم
Bersumber dari Al Aswad dia berkata : Aku dan Masyruuq menemui Aisyah r.a , lalu kami bertanya
kepadanya : Apakah Rasulullah saw pernah mencumbu ketika sedang berpuasa ?
Aisyah r.a menjawab : Iya. Akan tetapi beliau saw adalah orang yang paling dapat mengendalikan
syahwatnya dibanding dengan kalian.
Maka bagi qaum Muslimin yang gelora syahwatnya besar serta khawatir tidak dapat mengontrolnya ,
maka hendaknya tidak bercumbu dengan istri ketika sedang berpuasa.
Wallahu A’lam
14/06/16, 05.44 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalammualaikum wrwb Ustadz Mubarok, semoga dalam
keadaan Sehat wal Afiat dan didalam Lindungan serta Diredhoi Allah SWT, Amiin ya Rabbal
Alamiin...mau nanya Ustadz, betul kah pada setiap Hari di bulan puasa ini ada Doa nya??? Krn saya di
Group yg lain, hampir setiap Hari dikirimi Doa Doa, hari pertama, Kedua, Ketiga dst, apakan itu memang
Tuntunan dan Doa dari Rasullulah SAW??? Misal nya sbb:
14/06/16, 05.44 - Ustadz Mubarok Ptk: Doa Puasa Hari ke-9 Ramadhan
ك َيا َأ َم َل َ ة ِب َم َح َّب ِت3ِ ك ْال َجا ِم َع َ ْة َو ُخ ْذ ِب َناصِ َيتِيْ ِإلَى َمر3ِ ك السَّاطِ َع
َ ضا ِت َ ك ْال َواسِ َع ِة َو اهْ ِدنِيْ فِ ْي ِه لِ َب َرا ِه ْي ِن
َ اَللَّ ُه َّم اجْ َع ْل لِيْ فِ ْي ِه َنصِ ْيبًا مِنْ َرحْ َم ِت
ْال ُم ْش َتا ِقي َْن
Allâhummaj'allî fîhi nashîban min rahmatikal wâsi'ah wahdinî fîhi libarâhînikas sâthi'ah wa khudz
binâshiyatî ilâ mardhâtikal jâmi'ah bimahabbatika yâ amalal musytâqîn
Artinya :
"Ya Allah! Anugerahilah untukku sebagian dari rahmat-MU yang luas, dan berikanlah aku petunjuk
kepada ajaran- ajaran-MU yang terang, dan bimbinglah aku menuju kepada keridhaan-MU yang penuh
dengan kecintaan-MU, Wahai harapan orang-orang yang merindu."
Yaitu seseorang dianjurkan berdo’a dengan do’a tertentu setiap harinya dalam bulan Ramadhan , yang
mana do’a tersebut berbeda setiap harinya.
Contoh :
ك َيا َأ َم َل َ ة ِب َم َح َّب ِت3ِ ك ْال َجا ِم َع َ ْة َو ُخ ْذ ِب َناصِ َيتِيْ ِإلَى َمر3ِ ك السَّاطِ َع
َ ضا ِت َ ك ْال َواسِ َع ِة َو اهْ ِدنِيْ فِ ْي ِه لِ َب َرا ِه ْي ِن
َ اَللَّ ُه َّم اجْ َع ْل لِيْ فِ ْي ِه َنصِ ْيبًا مِنْ َرحْ َم ِت
ْ
ال ُم ْش َتاقِي َْن
Allâhummaj'allî fîhi nashîban min rahmatikal wâsi'ah wahdinî fîhi libarâhînikas sâthi'ah wa khudz
binâshiyatî ilâ mardhâtikal jâmi'ah bimahabbatika yâ amalal musytâqîn
Artinya :
"Ya Allah! Anugerahilah untukku sebagian dari rahmat-MU yang luas, dan berikanlah aku petunjuk
kepada ajaran- ajaran-MU yang terang, dan bimbinglah aku menuju kepada keridhaan-MU yang penuh
dengan kecintaan-MU, Wahai harapan orang-orang yang merindu."o
Jawab :
Do’a harian yang dimaksud tidak berasal dari ajaran Nabi saw.
Tetapi umat Islam diperintahkan untuk berdo’a kepada Allah swt. Dan Ramadhan adalah momen yang
pas bagi umat Islam untuk memperbanyak do’a dibanding hari biasanya. Misalnya ketika berbuka dan
ketika selesai makan sahur sebelum adzan shubuh.
Ini adalah waktu waktu yang dianjurkan untuk berdo’a karena merupakan waktu yang dijanjikan akan
diqabulkannya do’a yang dipanjatkan kepada Allah.
Maka tidak salah apabila do’a yang dipanjatkan menggunakan redaksi sebagaimana dalam contoh do’a
harian. Asalkan tidak memiliki keyaqinan bahwa apa yang dibacanya berasal dari Nabi saw.
Ringkasnya :
3. Materi do’a boleh disusun sendiri , boleh juga mengambil dari contoh yang ada.
4. Sebaiknya tidak menggunakan tertib urutan dari buku do’a harian yang beredar supaya hati kita tidak
tergerak untuk mengkhususkan ibadah tertentu pada waktu tertentu.
Maksudnya , Redaksi do’a harian boleh dibaca dengan cara mengacak harinya.
Misalnya : ditetapkan bahwa do’a tertentu dibaca pada hari ke 9, tapi kita membacanya pada hari ke 2.
dst
Wallahu A’lam.
14/06/16, 06.02 - Ustadz Mubarok Ptk: Jika saya yang bertanya , kayak ujian nasional gitu, maka setiap
peserta WA berhaq menjawabnya. Akan ada debat dan adu argumentasi berdasarkan kemampuan
masing masing.
Nggak boleh ada yang share sesuatu kecuali sudah saya periksa terlebih dahulu. Inilah bedanya group
kita dengan lainnya. Tidak ada canda atau berita lainnya , selain pembahasan tentang Islam dan segala
cabang permasalahannya.
14/06/16, 06.38 - Ustadz Mubarok Ptk: Hijab adalah pemisah antara laki laki dan perempuan.
Tetapi saya mengajar fiqih yang banyak sekali menggunakan aplikasi (praktek) , yang mana peserta
kajian tidak akan dapat mengambil manfaat ilmu tanpa melihatnya.
Maka dalam keadaan ini saya cenderung tidak menggunakan tabir atau hijab.
Rasulullah saw sendiri dalam banyak kejadian tidak menggunakan hijab ketika memberikan nasehat
agama kepada para shahabatnya yang wanita.
Makansaya mengambil keringanan ini untuk tujuan kemaslahatan yang besar, yaitu tercapainya tujuan
saya membuat orang menjadi faham hukum Islam yang saya ajarkan.
Kemudian muncul lagi kesulitan lain , yaitu kika kajian dilakukan di rumah rumah. Yang mana denah
rumah antara satu jamaah dengan lainnya tidak selalu sama. Tidak semua memiliki bentuk ruangan
persegi seperti masjid.
Yang jelas , saya memandang bahwa pengajian laki dan perempuan yang pakai hijab adalah baik. Tapi
dalam keadaan tertentu saya merasa perlu tidak menggunakan hijab.
Saya memohon ampunan kepada Allah atas kesalahan yang saya lakukan ketika saya mengajar.
Kalimat yang dibuang adalah bagian yang sangat penting, yaitu pengakuan saya bahwa masalah ini
adalah masalah khilafiyah.
Pendapat ulama madzhab Syafi'i yang mentakwik 4 rakaat harus dengan 2 kali salam "dibuang".
Selain itu yang berpendapat 4 rakaat harus dengan 2 tahiyyat juga dibuang.
14/06/16, 13.45 - Ustadz Mubarok Ptk: TANYA JAWAB HARIAN TRIBUN PONTIANAK
Dari : Eko
Asal :
Pertanyaan :
Assalamu’alaikum.
Bacaan dalam shalat tarawih tidak berurutan sesuai dengan nomor surahnya. Apa hukumnya ?
Jawaban :
Rasulullah saw pernah shalat malam dengan membaca beberapa surah yang tidak sesuai urutan seperti
dalam mushaf Utsmani seperti milik kita sekarang .
Dalam 1 raka’at, Rasulullah saw membaca : Al Baqarah (surah ke 2) , kemudian An Nisa’ (surah ke 4) ,
kemudian Ali Imran (surah ke 3) .
Ibnu Bath-thal berkata : Kami tidak mengenal seorangpun yang mewajibkan membaca surah secara
berurutan, baik di dalam shalat maupun di luar shalat.
Bahkan boleh surah (18) Al Kahfi dibaca sebelum surah (2) Al Baqarah .
Lihat : Kitab Fat-hul Baari, Syarah terhadap Kitab Shahih Al Bukhari jilid 11 halaman 48 Kitabu Fadhailil
Qur’an bab 6 no 4996.
Wallahu A’lam.
15/06/16, 11.21 - Ustadz Mubarok Ptk: Pak, ada yg mau sy tanya kan.
15/06/16, 11.21 - Ustadz Mubarok Ptk: 1. Sy kalau waktu pendek atau di usahakan tiap hari baca Al
Qur'an surah Al Fatihah dan Al Baqarah 284 sd 286.
Nah setelah baca Al Fatihah itu apakah sebelum baca Surah Al Baqarah 284 harus baca "
Bismillahirrahmanirrahim ya...
15/06/16, 11.21 - Ustadz Mubarok Ptk: 2. Sy kemaren dengan pengajian di radio Fajri Bogor, bhw
setelah selesai mengaji, tdk perlu membaca , Shadaqallahul 'Aziim
Krn kalam Allah itu sdh pasti benar, bgm itu ya pak...
JAWAB :
Jika seorang Muslim akan membaca Al Qur’an maka dia disyari’atkan meminta perlindungan kepada
Allah swt , yaitu dengan membaca : Audzu billahi minasy syaithanir rajiim.
Apabila kamu membaca Al Qur'an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan
yang terkutuk.
Hal ini berlaku untuk membaca ayat mana saja dalam Al Qur’an , baik itu membaca pada awal surah ,
tengahnya ataupun akhir surah. Bacaan ini dibaca sekai saja untuk semua surah atau ayat yang kita baca.
Tetapi jika membaca awal surah , maka mesti membaca bismillah setelah membaca Audzu billah...
ك َيا َرسُو َل َ َذاتَ َي ْو ٍم َبي َْن َأ ْظه ُِر َنا ِإ ْذ َأ ْغ َفى ِإ ْغ َفا َء ًة ُث َّم َر َف َع َرْأ َس ُه ُم َت َب ِّسمًا َفقُ ْل َنا َما َأضْ َح َك-صلى هللا عليه وسلم- ِ س َقا َل َب ْي َنا َرسُو ُل هَّللا ٍ َعنْ َأ َن
َأل َ ِّك َوا ْن َحرْ ِإنَّ َشا ِنَئ ْ
َ ك ال َك ْو َث َر َف َأ
َ ِيم (ِإ َّنا عْ َط ْي َنا هَّللا َأ َ ت َعلَىَّ آ ِن ًفا س ُأ
ْ َِ َقا َل « ْن ِزل هَّللا
)ُك ه َُو ا ْب َتر َ ص ِّل ل َِرب ِ َف َق َر « ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ِن الرَّ ح.» ٌُورة
Bersumber dari Anas r.a dia berkata : Rasulullah saw berada di tengah tengah kami , kemudian beliau
saw tertidur beberapa saat. Kemudian beliau saw mengangkat kepalanya sambil tersenyum. Maka kami
bertanya kepadanya : Wahai Rasulullah, apa yang membuat engkau tertawa ? Beliau saw bersabda :
Telah diturunkan sebuah surah kepadaku. Lalu beliau saw membaca :
Bismillahirrahmanirrahim.
Jika seseorang akan mebaca beberapa ayat dalam surah Al Baqarah tetapi tidak pada awal surah, maka
tidak disyri’atkan membaca Bismillah.
Setelah membaca Al Qur’an tidak ada dalil mesti membaca Shadaqallahul ‘Adhiim
15/06/16, 17.49 - Ustadz Mubarok Ptk: TANYA JAWAB HARIAN TRIBUN PONTIANAK
Dari : Della
Asal : Sekadau
Pertanyaan :
Jawaban :
Barangsiapa yang muntah (tidak dengan sengaja) padahal dia lagi berpuasa maka tidak ada qadha’
atasnya. Barangsiapa yang muntah (dengan sengaja) , maka hendaklah dia mengqadha’nya
Hadits riwayat Abu Dawud no 2380 , Tirmidzi no 720 , Ahmad 2/598 no. 10.185
Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani dan Al Arnauth, tetapi dinilai ada cacat dalam
periwayatannya oleh imam Al Bukhari dan imam Ahmad.
Bukankah apabila wanita kedatangan haidh, dia tidak shalat dan tidak puasa ?
Penjelasan :
Pakai balsem, obat tetes mata, dan keluar darah karena terluka , adalah perbuatan fisik yang tidak
membatalkan puasa. Karena dari dalil dalil yang ada , yang membatalkan puasa adalah makan dan
minum , hubungan suami istri, haidh, muntah dengan sengaja.
Sedangkan perkara yang ditanyakan tidak termasuk di dalamnya. Maka puasanya tidak batal.
Wallahu A’lam.
16/06/16, 15.54 - Ustadz Mubarok Ptk: Cara berterima kasih atas kebaikan orang lain diantaranya
adalah
َّ ك هَّللا ُ َخيْرً ا َف َق ْد َأ ْبلَغَ فِى ُ ْ « َمن-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن َز ْي ٍد َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
َ صن َِع ِإلَ ْي ِه َمعْ رُوفٌ َف َقا َل لِ َفاعِ لِ ِه َج َزا ُأ
الث َنا ِء ِ َعنْ َسا َم َة ب
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Usamah bin Zaid r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Barangsiapa yang diberikan kepadanya suatu pemberian , lalu dia mengucapkan kepada orang yang
berbuat :
Jazaakallahu khairan (semoga Allah membalasmu dengan kebaikan) , maka berarti dia telah memberikan
sanjungan (kepada pemberinya)
Hadits shahih riwayat Tirmidzi Kitabul Birr Wash Shilah wal Adab bab 88 no 2035
Penjelasan :
Salah satu etika yang mesti dilakukan oleh seseorang yang mendapatkan kebaikan dari orang lain adalah
: hendaknya dia mengucapkan kalimat yang bersifat do’a di depan orang yang melakukannya. Tidak
boleh ada kalimat yang buruk yang keluar dari mulutnya walaupun kebaikan atau pemberian tersebut
terasa kecil olehnya. Tidak boleh sekali kali dia mencela kebaikan / pemberian orang lain kepadanya.
Salah satu kalimat yang diajarkan oleh Rasulullah saw adalah : JAZAKALLAHU KHAIRAN.
16/06/16, 15.55 - Ustadz Mubarok Ptk: CATATAN : INI ADALAH BAGIAN DARI KHUTBAH SAYA YANG
BERJUDUL : CARA BERTERIMA KASIH ATAS KEBAIKAN ORANG LAIN.
16/06/16, 16.26 - Ustadz Mubarok Ptk: TANYA JAWAB HARIAN TRIBUN PONTIANAK
Dari :
Asal :
Pertanyaan :
Assalamu’alaikum.
Ketika sedang berpuasa, berwudhu’nya tidak pakai kumur kumur atau membasuh hidung.
Sahkah wudhu’nya
Jawaban :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
kedua tanganmu sampai dengan siku, dan usaplah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai dengan
kedua mata kaki
Penjelasan : Dalam ayat ini hanya ada 4 macam yang dibasuh dan diusap ketika berwudhu. Para ulama
menyebutnya hukumnya wajib. Maka wudhu’ seperti ini sah hukumnya.
Sedangkan di dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah saw mengajarkan wudhu’ seperti yang
disebutkan dalam surah Al Maidah , hanya saja ada tambahannya , yaitu sebelum berwudhu
hendaknya : Mencuci kedua tangan , berkumur, memasukkan air ke hidung dan menghembuskannya.
Dalam hadits lainnya ada tambahan mengusap telinga (hadits shahih riwayat Abu Dawud no 135)
Penjelasan : Para ulama menyatakan bahwa tambahan yang dilakukan oleh Rasulullah saw hukumnya
sunnah (yaitu cuci tangan , kumur , dan memasukkan air ke hidung serta mengusap telinga)
Maka wudhu yang sempurna adalah sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah saw, yaitu yang wajib
dan yang sunnah dikerjakan semua.
Tapi jika hanya membasuh yang wajib saja , yaitu 4 macam seperti dalam surah Al Maidah maka sudah
sah wudhu’nya.
Wallahu A’lam.
16/06/16, 16.29 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamu'alaikum ust,Barakallahu fiik mau ty ust, abang sy br
jual rmh 250jt, apakah ada zakat nya ust, apa hukum mencium hajar aswad bg org yg umroh ust,
syukron,jazaakallah khoiron katsir,
Kika hasil penjualan itu disimpan sampai 1 tahun, maka kena zakat 2,5%.
Hal ini berlaku kapan saja, baik itu ketika umrah, haji ,ataupun pada waktu lainnya
16/06/16, 17.07 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamualaikum pak ustad, saya mau nanya. Apa hukumnya
sedekah untuk orang tua yang sudah meninggal? Terimakasih.
16/06/16, 17.07 - Ustadz Mubarok Ptk: Wa alaikum salam wr wb. Hukumnya boleh , bahkan termasuk
amal shalih yang dipuji dalam Islam.
16/06/16, 17.07 - Ustadz Mubarok Ptk: ANAK BERSHADAQAH ATAS NAMA ORANG TUANYA
َف َه ْل لَ َها، ت
ْ ص َّد َق
َ ت َت ْ ِإنَّ ُأمِّى ا ْف ُتلِ َت- صلى هللا عليه وسلم- ِّ َأنَّ َر ُجالً َقا َل لِل َّن ِبى. - رضى هللا عنها- َعنْ عَاِئ َش َة
ُ َوَأ، ت َن ْف ُس َها
ْ ظ ُّن َها لَ ْو َت َكلَّ َم
ت َع ْن َها َقا َل « َن َع ْم ُ ص َّد ْقَ َأجْ ٌر ِإنْ َت
Bersumber dari Aisyah r.a , bahwasanya ada seorang laki laki berkata kepada Nabi saw: Sesungguhnya
ibuku wafat mendadak. Saya menduga bahwa , jika dia sempat berbicara tentu dia akan bershadaqah
(sebelum wafatnya).
Apakah ibuku akan mendapat pahala jika aku bershadaqah atas namanya ?
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a : Bahwasanya ibunya Sa’ad bin ‘Ubadah r.a wafat ketika Sa’ad r.a tidak
berada di sisinya. Maka dia berkata : Wahai Rasulullah , sesungguhnya ibuku wafat ketika aku tidak
berada di sisinya. Apakah akan bermanfa’at baginya jika aku bershadaqah atas namanya ?
Sa’ad r.a berkata : Sungguh aku menjadikanmu sebagai saksi bahwa kebunku - Al Kikhrah- adalah
shadaqah atas namanya.
Penjelasan :
Bershadaqah atas nama orang tua adalah salah satu bentuk berbakti kepadanya karena telah
menambah bekal amal shalih bagi orang tuanya
Yang dimaksud adalah : Makmum tidak diperbolehkan melakukan perpindahan gerak mendahului
imamnya.
Misalnya :
Imam belum rukuk dengan sempurna , tetapi makmum sudah dalam keadaan ruku’.
Imam belum berdiri dengan sempurna ketika i’tidal , tapi makmum sudah berdiri.
Imam belum sujud dengan sempurna , tapi makmum sudah meletakkan dahinya di bumi.
Dst.
Makmum yang suka bergerak mendahului imam diancam dengan balasan akhirat yang mengerikan.
« ِإ َّن َما ُج ِع َل اِإل َما ُم لِيُْؤ َت َّم ِب ِه َفِإ َذا َكب ََّر َف َك ِّبرُوا َوالَ ُت َك ِّبرُوا َح َّتى ُي َكب َِّر َوِإ َذا َر َك َع-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
« َوِإ َذا َس َج َد.» ك ْال َح ْم ُد َ َ َقا َل مُسْ لِ ٌم « َول.» ك ْال َح ْم ُد َ ََفارْ َكعُوا َوالَ َترْ َكعُوا َح َّتى َيرْ َك َع َوِإ َذا َقا َل َسم َِع هَّللا ُ لِ َمنْ َحمِدَ هُ َفقُولُوا اللَّ ُه َّم َر َّب َنا ل
َ ُودا جْ َمع
ُون َأ ً صلُّوا قُع َ صلَّى َقاعِ ًدا َف َ صلُّوا قِ َيامًا َوِإ َذا َ صلَّى َقاِئمًا َف َ َفاسْ ُجدُوا َوالَ َتسْ ُجدُوا َح َّتى َيسْ جُدَ َوِإ َذا
صحيح: قال الشيخ األلباني
صحيح وهذا إسناد قوي: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Rasululah saw bersabda :
Apabila imam bertakbir maka hendaknya kalian bertakbir , dan janganlah kalian bertakbir sebelum dia
bertakbir.
Apabila imam ruku’ maka hendaknya kalian ruku’ , dan janganlah kalian ruku’ sebelum dia ruku’
Apabila imam mengucapkan “Sami’allahu Liman Hamidah” maka hendaknya kalian mengucapkan
“Allahumma Rabbanaa Lakal Hamdu” (Muslim berkata : Walakal hamdu).
Apabila imam sujud maka hendaknya kalian sujud, dan janganlah kalian sujud sebelum dia sujud.
Apabila imam shalat dengan berdiri maka hendaknya kalian shalat dengan berdiri.
Apabila imam shalat dengan duduk maka hendaknya kalian semuanya shalat dengan duduk.
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 69 no 603 (ini adalah lafadznya)
Penjelasan :
Salah satu kedudukan imam dalam shalat berjama’ah adalah : makmum tidak boleh melakukan
perpindahan gerak mendahului imamnya.
Yang disebut ruku’ adalah posisi badan membungkuk membentuk sudut tubuh 90 derajat dengan kedua
telapak tangan berada di lutut. Jika imam belum dalam posisi ini maka makmum tidak dibenarkan
bergerak melakukan ruku’. Dia harus tetap berdiri menunggu imamnya meyempurnakan ruku’nya.
َصالَ َة َأ ْق َب َل َعلَ ْي َنا ِب َوجْ ِه ِه َف َقا َل « َأ ُّي َها ال َّناسُ ِإ ِّنى ِإ َما ُم ُك ْم َفال َ َذاتَ َي ْو ٍم َفلَمَّا َق-صلى هللا عليه وسلم- ِ صلَّى ِب َنا َرسُو ُل هَّللا
َّ ضى ال ٍ َعنْ َأ َن
َ س َقا َل
ِوع َوالَ ِبال ُّسجُو ِد َوالَ ِب ْالقِ َي ِام َوالَ ِباالِ ْنصِ َراف ِ َتسْ ِبقُونِى ِبالرُّ ُك
Bersumber dari Anas bin Malik r.a dia berkata : Rasulullah saw melakukan shalat bersama kami. Setelah
selesai dari shalatnya beliau saw menghadap kepada kami dengan wajahnya lalu bersabda : Wahai
sekalian manusia , sesungguhnya aku adalah imam kalian , maka janganlah kalian mendahului aku di
dalam hal ruku’ , jangan juga di dalam hal sujud , jangan juga di dalam hal berdiri , jangan juga di dalam
hal berpaling ( = keluar dari shalat atau mengucapkan salam )
Penjelasan :
Hadits ini adalah sebagian dari sekumpulan hadits yang menjelaskan kedudukan imam di dalam shalat ,
yaitu makmum dilarang mendahului imam di dalam segala gerakan shalatnya.
Makmum tidak boleh bergerak mengikuti gerakan imam , kecuali setelah imam benar benar sempurna
dalam ruku’nya, sujudnya , dan dalam semua gerakan shalatnya.
Makmum yang bergerak mendahului imam sangat dicela dalam Islam. Dia diancam dengan balasan
akhirat yang sangat mengerikan : Yaitu kepalanya akan diganti dengan kepala keledai :
ُ ِإ َذا َر َف َع َرْأ َس ُه َق ْب َل اِإل َم ِام َأنْ َيجْ َع َل هَّللا- َأ ْو الَ َي ْخ َشى َأ َح ُد ُك ْم- َقا َل « َأ َما َي ْخ َشى َأ َح ُد ُك ْم- صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ اَ ِبي ه َُري َْر َة َع ِن ال َّن ِبى
ٍ ُور َة ِح َم
ار َ ُور َت ُه ص َ ار َأ ْو َيجْ َع َل هَّللا ُ ص ٍ س ِح َم َ َرْأ َس ُه َرْأ
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw yang bersabda : Apakah salah seorang diantara kalian
tidak merasa takut – atau tidakkah salah seseorang diantara kalian merasa takut- jika dia mengangkat
kepalanya sebelum imam , yaitu Allah akan menjadikan kepalanya seperti kepala keledai atau
menjadikan bentuknya seperti bentuk keledai.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Adzan bab 53 no 691 (ini adalah lafadznya)
Penjelasan :
Hadits ini menjelaskan tentang kedudukan imam di dalam shalat , yaitu makmum dilarang mendahului
gerakan imamnya.
Makmum yang bergerak mendahului gerakan imamnya diancam dengan balasan akhirat yang
manakutkan, yaitu kepalanya akan diganti dengan kepala keledai.
Ada juga yang memahami hadits ini dengan makna kiasan yaitu untuk menggambarkan tentang betapa
bodohnya seseorang yang melakukan shalat berjama’ah tetapi dia suka mendahului imamnya.
Keledai dikenal sebagai hewan yang sangat bodoh. Manusia tidak patut memiliki sifat bodoh
sebagaimana sifat keledai.
Makmum yang suka mendahului gerakan imam di dalam shalat dianggap memiliki sebagian sifat keledai,
yaitu : bodoh.
Shahabat Ibnu Umar r.a berpendapat bahwa makmum yang mengangkat kepalanya sebelum imam
(makmum yang mendahului imam) maka shalatnya batal.
Imam Nawawi berpendapat bahwa gerakan mendahului imam hukumnya adalah haram, pelakunya
berdosa , tetapi shalatnya sah.
Lihat :
• Kitab Fat-hul Baari jilid 3halaman 232 Kitabul Adzan bab 53 no 691.
• Kitab Tuhfatul Ahwadzi (syarah sunan Tirmidzi) jilid 3 halaman 126 Kitabush Shalah bab 297 no.
582
• Kitab ‘Aunul Ma’buud (Syarah sunan Abi Dawud) jilid 2 halaman 232 Kitabush Shalah bab 76 no
623.
Dari saya :
Faktor yang mendorong seseorang untuk mendahului gerakan imam adalah sifat suka tergesa gesa,
padahal tergesa gesa dalam mendahului gerakan imam adalah perbuatan sia sia yang tidak ada
faedahnya sama sekali. Karena dia tidak mungkin mengucapkan salam lebih dulu dari imamnya.
Maka sekalipun dia senantiasa bergerak mendahului imam , dia tidak mungkin dapat menyelesaikan
shalat lebih dulu dari imamnya. Dia tetap akan menunggu imam mengucapkan salam terlebih dahulu.
Maka perbuatan makmum yang suka mendahului imam dalam gerakan adalah perbuatan yang sia sia.
Disamping dia diancam dengan balasan akhirat yang menakutkan , shalat yang dilakukan juga tidak akan
lebih cepat selesai dari imam. Karena dia tetap harus menunggu ucapan salam dari imamnya.
Umat Islam harus cerdas , jangan bodoh , jangan melakukan hal yang sia sia.
Wallahu A’lam.
ت3ُ ْوع َوالَ ِب ُسجُو ٍد َفِإ َّن ُه َم ْه َما َأسْ ِب ْق ُك ْم ِب ِه ِإ َذا َر َكع هَّللا َ ْن َأ ِبى ُس ْف َي
ٍ « الَ ُت َبا ِدرُونِى ِب ُر ُك-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َقا َل َقا َل َرسُو ُل ِ او َي َة ب
ِ َعنْ م َُع
ُ ُْت ْد ِر ُكونِى ِب ِه ِإ َذا َر َفع
ُت ِإ ِّنى َق ْد َب َّد ْنت
Bersumber dari Mu’awiyah bin Abu Sufyan r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Janganlah kalian mengiringi aku dalam ruku’ . dan jangan pula di dalam sujud.
Karena sesungguhnya , meskipun aku mendahului kalian dalam bergerak , jika aku ruku’ kalian pasti
dapat menyusulku. (Demikian juga) ketika aku bangkit . Sesungguhnya aku sudah tua.
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 75 no 619 (ini adalah lafadznya)
Penjelasan :
Kalimat “ Laa tubaadiruunii ” maknanya adalah : Laa tasbiquunii yang artinya : janganlah kalian
berlomba denganku. Atau artinya : janganlah kalian mendahului gerakanku
Maka saya salin kalimat itu dengan makna : janganlah kalian mengiringi aku
Makna ini saya ambil karena pada hadits lain saya dapati bahwa para shahabat tidak ada yang bergerak
berbarengan dengan Nabi saw dalam suatu gerakan , kecuali Nabi saw telah sempurna dalam
perpindahan geraknya. ( Al Bukhari no 811 , Muslim no 474).
Redaksi selengkapnya dari hadits tersebut akan disebutkan pada pembahasan selanjutnya.
Kalimat “innii qad baddantu” boleh dibaca dengan innii qad baduntu (tanpa syaddah).
Lihat : Kitab ‘Aunul Ma’buud , Syarah terhadap Kitab Sunan Abi Dawud jilid 2 halaman 230 Kitabush
Shalah bab 75 no 619
Salah satu kedudukan imam shalat adalah : Tidak boleh ada makmum yang mendahului gerakan
imamnya. Bahkan makmum dilarang bergerak bersamaan dengan gerakan imamnya.
Jika imam bergerak untuk sujud , maka makmum dilarang bergerak bersamaan dengan imamnya untuk
sujud.
Makmum harus tetap berdiri sampai imamnya benar benar meletakkan dahinya di bumi.
Maksudnya : Makmum hendaknya tidak bergerak mendahului atau berbarengan dengan imamnya yang
sedang begerak untuk sujud.
Hendaknya makmum mulai bergerak untuk sujud setelah imamnya sempurna dalam sujudnya , yaitu
ketika imam telah meletakkan dahinya di bumi.
Bersumber dari Abdullah bin Yazid Al Khathmiy , telah memberitahukan kepadaku Al Baraa’ bin ‘Aazib
r.a – sedangkan dia bukanlah seorang pendusta –
Dia berkata : Kami melakukan shalat di belakang Rasulullah saw. Apabila Rasulullah saw mengucapkan
sami’allahu liman hamidah , tidak ada satupun diantara kami yang membungkukkan punggungnya
sampai Nabi saw meletakkan dahinya di bumi.
Penjelasan :
Yang harus dilakukan oleh makmum adalah benar benar sabar menunggu , sampai imamnya telah
sempurna dalam perpindahan geraknya , misalnya ketika sujud.
Yaitu : Makmum dilarang bergerak membungkukkan badan sebelum imamnya sujud dengan sempurna ,
artinya imamnya benar benar telah meletakkan dahinya di bumi.
Setelah imamnya benar benar telah meletakkan dahinya di bumi , maka makmum baru boleh bergerak
membungkukkan badan untuk melakukan sujud.
Jika imam belum dalam keadaan seperti ini maka makmum dilarang melakukan gerakan persiapan untuk
menyusul imamnya.
Walaupun hadits ini berbicara tentang sujud , tetapi saya memahaminya untuk semua gerakan shalat.
Kesimpulan :
• Jika imam belum sempurna ruku’nya , maka makmum tidak boleh bergerak membungkukkan
badan untuk ruku’.
• Jika imam belum sempurna berdiri I’tidal , maka makmum dilarang bergerak hendak berdiri.
• Jika imam belum sempurna sujudnya , maka makmum dilarang bergerak atau membungkukkan
badan untuk sujud.
• Jika imam belum sempurna duduknya, maka makmum dilarang bergerak bangun untuk duduk.
• Jika imam belum sempurna sujud , maka makmum dilarang bergerak untuk sujud.
• Jika imam belum sempurna berdiri , maka makmum dilarang bergerak bangun hendak berdiri.
• Jika imam belum mengucapkan salam , maka makmum dilarang mengucapkan salam. Jika imam
mengucapkan salam 2 kali ( ke kanan dan ke kiri ) maka :
Makmum tidak boleh mengucapkan salam sebelum imam mengucapkan salam ke kiri. Sebab, salam ke
kanan dan ke kiri adalah 1 paket pekerjaan yang disebut salam. Jika imam belum mengucapkan salam ke
kiri , berarti imam belum sepenuhnya mengucapkan salam.
Wallahu A’lam.
Jawab :
Awal mulainya waktu shalat dhuha adalah ketika matahari mulai naik , yaitu sekitar 15 menit
setelahmatahari terbit dan berakhir sebelum waktu yang dilarang shalat , yaitu matahari berada di
tengah tengah, sebelum masuk waktu dhuhur.
صلَّى َ صلَّى ْال َغدَ ا َة فِى َج َما َع ٍة ُث َّم َق َع َد َي ْذ ُك ُر هَّللا َ َح َّتى َت ْطلُ َع ال َّشمْسُ ُث َّم
َ ْ « َمن-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن َمالِكٍ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا ِ َعنْ َأ َن
ِ سب
هَّللا
« َتا َّم ٍة َتا َّم ٍة َتا َّم ٍة-صلى هللا عليه وسلم- ِ َقا َل َقا َل َرسُو ُل.» ت ل ُه َك جْ ِر َحجَّ ٍة َو ُع ْم َر ٍة َأ َ ْ ْن َكا َن ْ
ِ َرك َع َتي
حسن: قال الشيخ األلباني
Artinya : Bersumber dari shahabat Anas bin Malik r.a : Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang
shalat shubuh denga cara berjama’ah , kemudian duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit
kemudian mengerjakan shalat 2 raka’at maka baginya seperti pahala haji dan ‘umrah secara sempurna ,
sempurna , sempurna
Maksudnya : matahari baru terbit , tetapi sudah lepas dari permukaan bumi.
Kalau di Saudi, di papan jadwal shalat ditulis : 15 menit setelah jadwal matahari terbit.
Ketentuan ini dibuat setelah memperhatikan dalil dalil tentang permulaan shalat yang boleh dilakukan
setelah shalat shubuh, yang kemudian dipraktekkan atau dicocokkan dengan fenomena alam .
Kita lihat saja jadwal terbit natahari jam berapa ? Tinggal menambahkan 15 menit.
Sebagian orang menamakan awal shalat dhuha ini dengan nama shalat isyraq.
Tetapi waktu yang utama melakukan shalat dhuha adalah ketika sinar matahari sudah mulai menyengat
sebagaimana disebutkan di dalam hadits :
Bersumber dari Al Qasim Asy Syabani , bahwasanya Zaid bin Arqam melihat sekelompok orang
melakukan shalat dhuha , maka dia berkata : Bukankah mereka telah mengetahui bahwa shalatnya
lebih utama dilakukan bukan pada saat ini ?
Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Shalat “awwabin” adalah ketika anak onta mulai kepanasan
Penjelasan :
Makna shalat awwabin artinya : shalatnya orang yang kembali kepada Allah . Maksudnya orang yang
taat kepada Allah.
Anak onta mulai kepanasan : artinya anak onta mulai bangun dari pembaringannya karena panasnya
pasir tempar dia beristirahat.
1. JIKA NON MUSLIM MASIH HIDUP MAKA BOLEH DIDO’AKAN AGAR MENDAPAT HIDAYAH.
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Thufail bin Amru Ad Dausi r.kepada Nabi saw , lalu dia
berkata : Wahai Rasulullah , sesungguhnya suku Daus telah binasa , durhaka dan menolak (untuk
menerima Islam), maka do’akanlah (keburukan) atas mereka.
Lalu Rasulullah saw berdo’a : YA ALLAH , BERIKANLAH HIDAYAH KEPADA SUKU DAUS DAN
DATANGKANLAH MEREKA.
Penjelasan :
Thufail r.a pernah datang kepada Rasulullah saw untuk masuk Islam. Kemudian Rasulullah saw
menyuruhnya kembali kepada qaumnya untuk mengajak mereka agar ikut masuk Islam.
Ayahnya masuk Islam , tapi ibunya menolak. Lalu seruannya untuk masuk Islam diterima oleh Abu
Hurairah seorang.
Maka Thufail menjadi sedih , sehingga meminta kepada Rasulullah saw untuk mendo’akan kepada Allah,
agar Allah membinasakan sukunya sendiri , yaitu suku Daus.
Tapi Rasulullah saw justru berdo’a kepada Allah agar Allah memberikan hidayah kepada suku Daus, dan
memohon kepada Allah agar mendatangkan suku Daus kepada Rasulullah saw untuk memeluk Islam.
Kepala suku Daus beserta 75 orang anggota sukunya datang kepada Rasulullah saw menyatakan diri
masuk Islam.
Lihat : Kitab Fat-hul Baari, syarah terhadap Kitab Shahih Al Bukhari jilid 10 halaman 128 Kitabul
Maghaazi bab 75 no 4392
2. TIDAK BOLEH MENDO’AN AMPUNAN KEPADA NON MUSLIM , BAIK MASIH HIDUP MAUPUN KETIKA
SUDAH MENINGGAL.
ْ َأ َأ ُأ َ ِين آ َم ُنوا َأنْ َيسْ َت ْغفِرُوا ل ِْل ُم ْش ِرك
َ ان لِل َّن ِبيِّ َوالَّذ
َ ) َو َما َك113( ِيم
ان ِ ِين َولَ ْو َكا ُنوا ولِي قُرْ َبى مِنْ َبعْ ِد َما َت َبي ََّن َل ُه ْم َّن ُه ْم صْ َحابُ ال َجح َ َما َك
َأ هَّلِل َأ
َّ ألبي ِه ِإال َعنْ َم ْوعِ دَ ٍة َو َعدَ َها ِإيَّاهُ َفلَمَّا َت َبي ََّن لَ ُه َّن ُه َع ُدوٌّ ِ َتبَرَّ ِم ْن ُه ِإنَّ ِإب َْراهِي َم
)114( ألواهٌ َحلِي ٌم ِ اسْ ت ِْغ َفا ُر ِإب َْراهِي َم
Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi
orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat (nya), sesudah jelas bagi
mereka, bahwasanya orang-orang musyrik itu, adalah penghuni neraka Jahanam.
Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah karena suatu
janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu
adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang
yang sangat lembut hatinya lagi penyantun.
Dan janganlah kamu sekali-kali men-shalat-kan (jenazah) seorang yang mati di antara mereka, dan
janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan
Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik.
ُ َقب َْر ُأ ِّم ِه َف َب َكى َوَأ ْب َكى َمنْ َح ْولَ ُه َف َقا َل « اسْ َتْأ َذ ْن-صلى هللا عليه وسلم- ُّار ال َّن ِبى
ت َربِّى فِى َأنْ َأسْ َت ْغف َِر َل َها َفلَ ْم يُْؤ َذنْ لِى َ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َقا َل َز
ْ َ
َُور َفِإ َّن َها ُتذ ِّك ُر ال َم ْوت ْ ُأ
َ ور َقب َْر َها َف ذ َِن لِى َف ُزورُوا القُب َأ َأ ْ َ
َ َواسْ َت ذن ُت ُه فِى نْ ُز ْأ
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Nabi saw menziarahi qubur ibunya, lalu beliau saw
menangis. Maka menangis pula orang orang yang berada di sekelilingnya.
Kemudian Rasulullah saw bersabda : Aku meminta idzin kepada Tuhanku untuk memintakan ampunan
buat ibuku, lalu Allah tidak mengidzinkanku.
Lalu aku meminta idzin untuk menziarahi quburnya, maka Allah mengidzinkanku.
Maka hendaknya kalian menziarahi qubur, karena sesungguhnya ziarah qubur dapat mengingatkan
kepada kematian.
Wallahu A’lam.
17/06/16, 17.07 - Ustadz Mubarok Ptk: DO’A UNTUK ORANG YANG SAKIT
AS – ALULLAHAL ADHIM
AN YASYFIYAKA
( Aku memohon kepada Allah Yang Maha Agung,Pemilik ‘Arsy Yang Agung agar Dia menyembuhkanmu
( 7x)
B) Membaca
C) Membaca 3 x
ALLHUMMASY FI …
َ الَ َبْأ
ُ س َطهُو ٌر ِإنْ َشا َء هَّللا
D) Membaca :
LAA BA’SA
Tidak mengapa ( engkau sakit ), semoga sakitmu ini menjadi pembersih dosamu, Insya Allah
E) Membaca :
BISMILLAHI ARQIIKA
ALLAHU YASYFIIKA
BISMILLAHI ARQIIKA
Dan dari kejahatan setiap jiwa atau mata orang yang dengki.
F) Membaca :
َ ا ْشفِ َوَأ ْنتَ ال َّشافِى الَ شِ َفا َء ِإالَّ شِ َفاُؤ، اس
شِ َفا ًء الَ ُيغَا ِد ُر َس َقمًا، ك ِ َأ ْذ ِه
َ ب ْال َب
ِ اس َربَّ ال َّن
G) Membaca :
ُي ْش َفى َسقِي ُم َنا بِِإ ْذ ِن َر ِّب َنا، ِب ِري َق ِة َبعْ ضِ َنا. ُترْ َب ُة َأرْ ضِ َنا، ِ ِبسْ ِم هَّللا
Makna hadits itu adalah : Rasulullah saw mengambil ludahnya dengan jari telunjuknya. Kemudian jari
telunjuk yang ada ludahnya itu diletakkan di tanah sehingga sebagian tanah menempel di jari
telunjuknya.
Kemudian Rasulullah saw mengusapkannya ke tempat yang sakit seraya membaca kalimat tersebut
( Turbatu ardhinaa dst )
Lihat :
Syarah Muslim oleh imam Nawawi jilid 14 halaman 404 hadits no 2192
Fat-hul Baari , Syarah Shahih Al Bukhari jilid 13 halaman 256 hadits no 5745
ِ َأ َت ْوا َعلَى َحىٍّ مِنْ َأحْ َيا ِء ْال َع َر- صلى هللا عليه وسلم- ِّب ال َّن ِبى
ب َف َل ْم ِ َأنَّ َناسًا مِنْ َأصْ َحا- رضى هللا عنه- َِّعنْ َأ ِبى َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِرى
ً َ َ ُ َ َّ ْ َ َ َ ْ َ َ
. َوال نف َع ُل َحتى تجْ َعلوا لنا جُعْ ال، اق فقالوا ِإنك ْم ل ْم تقرُونا ُ َّ ُ َ َ َأ
ٍ دَوا ٍء ْو َر َ َ َف َب ْي َن َما ُه ْم َك َذل َِك ِإ ْذ لُد َِغ َس ِّي ُد ُأول، َي ْقرُو ُه ْم
َ ْم مِن3ْ ِئك َف َقالُوا َه ْل َم َع ُك
َأ ُ ْأ َأ َأ ُأ ُأ
ُ
صلى- َّ َف َقالوا الَ َن ُخذهُ َح َّتى َنسْ َل ال َّن ِبى، َف َت ْوا ِبال َّشا ِء، َف َب َر، َو َي ْتفِ ُل، َو َيجْ َم ُع ب َُزا َق ُه، آن ِ ْ َف َج َع َل َي ْق َر ِب ِّم ْالقُر، َف َج َعلُوا لَ ُه ْم َقطِ يعًا م َِن ال َّشا ِء
َواضْ ِربُوا لِى ِب َسه ٍْم، ُخ ُذو َها، اك َأ َّن َها ُر ْق َي ٌة َ ِك َو َقا َل « َو َما َأ ْد َرَ ضح َ َف َسَألُوهُ َف- هللا عليه وسلم
Bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri r.a , sesungguhnya beberapa orang shahabat Nabi saw datang ke
salah satu kampung Arab badui. Penduduk kampung tersebut tidak mau menjamu mereka. Ketika para
shahabat dalam keadaan seperti itu , tiba tiba pemimpin kampung tersebut digigt binatang berbisa.
Maka mereka berkata kepada shahabat Nabi saw : Adakah diantara kalian yang memiliki obat atau
adakah diantara kalian yang dapat melakukan ruqyah ?
Para shahabat Nabi saw menjawab : Sesungguhnya kalian tidak mau menjamu kami , maka kami tidak
akan mengobatinya sehingga kalian menetapkan untuk kami pemberian ( bayarannya ). Akhirnya
penduduk kampung tersebut menetapkan bayarannya adalah sekawanan kambing. Maka seorang dari
shahabat membaca Ummul Qur’an ( Al Fatihah )
Parta shahabat tersebut datang dengan membawa sekawanan kambing dan berkata :
Nabi saw tertawa dan bersabda : Tahukah kalian bahwa sesungguhnya Al Fatihah itu adalah ruqyah ?
I) Membaca surah Al Ikhlash , Al Falaq dan An Naas kemudian meniupkannya kepada orang sakit
tersebut, boleh juga setelah membaca lalu meniupkan ke tangannya dan mengusapkannya kepada yang
sakit
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw , apabila salah seorang dari anggota
keluarganya sakit maka beliau saw meniupnya dengan bacaan Al Mu’awwidzaat ( Qul Huqallahu Ahad +
Qul A’uudzu Birabbil Falaq + Qul A’uudzu Birabbin Naas )
Tentang mendo'akan orang non Muslim buat kebaikan dunianya, saya tidak mendapatkan dalilnya.
Wallahu A'lam.
19/06/16, 13.39 - Ustadz Mubarok Ptk: Secara bahasa , hadits artinya berita atau khabar.
Secara isthilah , hadits artinya berita atau khabar yang disandarkan kepada Nabi saw, baik berupa
perkataannya , perbuatannya , maupun persetujuannya atau penolakannya kepada perbuatan orang
lain.
Isthilah seperti ini dibuat oleh para ulama. Saya tidak tahu persis alasannya.
Mungkin untuk membantu orang awam supaya tidak sembarangan menjadikan semua "khabar" sebagai
rujukan utama.
Imam Al Bukhari dan penulis hadits lainnya memasukkan atsar shahabat ke dalam kitab hadits yang
ditulisnya , mungkin karena ada pertimbangam bahwa atsar tersebut sangat penting berkaitan dengan
kitab atau fasal atau bab yang ditulisnya. Hal ini terkadang perlu untuk mendukung dan menguatkan
suatu hukum tertentu atau menolak suatu hukum lainnya. Atau untuk menjelaskan makna hadits yang
berkaitan dengannya.
Terkadang sebagian orang kepeleset lidahnya dengan menyebut atsar Umar r.a dengan mengatakan
hadits no sekian. Karena atsar tersebut memang dikutip dari kitab hadits.
Selesai.
19/06/16, 14.58 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamualaikum warohmatullah..
Pak mengenai zakat, kan takaran 1 orang 2,5 kg beras, dan kami di rumah ber 5, boleh ndak pak
separonya kmi berikan beras, separo lagi kmi ganti sembako selain beras dg jumlah uang yg sm jika
beras td di uang kn? Syukron pak atas jawabannya.
19/06/16, 14.58 - Ustadz Mubarok Ptk: Zakat Fithri ( zakat atas jiwa )
- Untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perkara yang sia sia dan tidak senonoh
- Zakatnya berupa bahan makanan ( bahan pokok ) sebanyak 1 sha’ ( sekitar 2,5 kg )
- Yang berkewajiban mengeluarkannya adalah tiap tiap muslim yang mampu : anak anak atau dewasa,
laki laki atau perempuan, orang merdeka atau budak
ِير َعلَى
ٍ صاعًا مِنْ َشع َ َأ ْو، صاعًا مِنْ َت ْم ٍر َ َز َكا َة ْالف ِْط ِر- صلى هللا عليه وسلم- ِ ض َرسُو ُل هَّللا َ َقا َل َف َر- رضى هللا عنهما- ْن ُع َم َر
ِ َع ِن اب
َّ اس ِإلَى ال
صالَ ِة نَّ ال ُوج ر ُ
خ ل
َ ْ
ب َ
ق َّى د َؤ ُ
ت ْنَأ اهَ ب ر
َ م
َ َأ و
َ ، ِين
َ مل
ِ ُْس
م ْ
ال ِن
َ م ير ب َ
ك ْ
الوَ ِير
غ ص
َّ ال و
َ ، ى َ
ث ْ
ن الذ َكر َواُأل
َّ وَ ، ُِّر
ح ْ
الوَ د
ِ ْ
ب ع
َ ْ
ال
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
Bersumber dari Ibnu Umar r.a , dia berkata : Rasulullah saw mewajibkan zakat fithri sebanyak 1 sha’
kurma atau 1 sha’ gandum terhadap budak maupun orang yang merdeka, laki laki maupun wanita, anak
kecil maupun orang dewasa dari setiap kaum muslimin.
Dan beliau saw juga memerintahkan agar zakat fithri tersebut dikeluarkan sebelum orang orang pergi
untuk melaksanakan shalat Iedul Fithri
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a, dia berkata : Rasulullah saw mewajibkan zakat fithri untuk mensucikan
orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia sia dan hal hal yang tidak senonoh , dan untuk memberi
makan bagi orang orang miskin. Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum shalat Ied maka dia adalah
zakat yang diterima.
Dan barangsiapa yang mengeluarkannya setelah shalat Ied, maka dia adalah shadaqah biasa
sebagaimana shadaqah yang lain.
Bersumber dari ‘Amru bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya, sesungguhnya Nabi saw mengutus orang
untuk berseru di lorong lorong Makkah : Ingatlah , bahwa sesungguhnya shadaqah fithri adalah wajib
atas setiap muslim yang laki laki maupun perempuan, orang yang merdeka ataupun budak, anak kecil
ataupun dewasa, yaitu 2 mud gandum atau yang sejenisnya, atau 1 SHA’ MAKANAN
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabuz Zakaah bab 35 no 674, dia berkata : Hadits hasan gharib
Bersumber dari Abu Rajaa’, dia berkata : Aku mendengar Ibnu Abbas r.a berkhutbah di atas mimbarmu
yaitu mimbar Al Bashrah , dia berkata : Shadaqah Fithri adalah 1 SHA’ MAKANAN
Riwayat Nasaai Kitabuz Zakaah bab 36 no 2510 dengan sanad yang shahih
Barangsiapa yang meminta minta padahal dia memiliki apa yang dibutuhkannya, maka sesungguhnya
dia memperbanyak api neraka ( untuknya ). Para shahabat bertanya :
Beliau saw menjawab : Sesuatu yang dapat membuatnya kenyang dalam sehari semalam
Kes
Saya fahami dari hadits hadits yang ada , zakat fitri mesti dikeluarkan dalam bentuk makanan pokok
suatu wilayah. Bukan dengan uang atau bahan sembako lainnya.
Wallahu A’lam.
Hukum obat spray yang disemprotkan ke mulut ditetapkan berdasarkan : apakah bahan yang
disemprotkan tersebut masuk ke dalam perut atau tidak. Jadi, sama saja dengan air putih , teh dll.
Saya belum tahu tentang spray untuk radang tenggorokan. Apakah seperti gas atau seperti cairan.
Kemudian : apakah keadaannya darurat atau tidak. Maksudnya : kalau tidak disemprot sekarang apakah
akan menimbulkan bahaya lainnya , misalnya keselamatan jiwa.
Yang saya ketahui adalah obat spray asma. Jika sedang kambuh maka asma sangat membahayakan diri
seseorang . Maka perlu pengobatan yang cepat , diantaranya dengan menggunakan obat spray. Kata
sebagian orang , abat spray asma bentuknya seperti gas. Sehingga banyak ulama kontemporer
membolehkannya dan tidak membatalkan puasa.
Kalau ditunda nanti setelah maghrib apakah akan membahayakan diri ibu ?
Jika jawabannya tidak , maka sebaiknya jangan dilakukan
Wallahu A’lam.
20/06/16, 09.09 - Ustadz Mubarok Ptk: TENTANG ZAKAT FITHRI UNTUK ANAK KECIL
ِير َعلَى
ٍ صاعًا مِنْ َشع َ َأ ْو، صاعًا مِنْ َت ْم ٍر َ َز َكا َة ْالف ِْط ِر- صلى هللا عليه وسلم- ِ ض َرسُو ُل هَّللا َ َقا َل َف َر- رضى هللا عنهما- ْن ُع َم َر
ِ َع ِن اب
َّ اس ِإلَى ال
صالَ ِة نَّ ال ُوج ر ُ
خ ل
َ ْ
ب َ
ق َّى د َؤ ُ
ت ْنَأ اهَ ب ر
َ م
َ َأ و
َ ، ِين
َ مل
ِ ُْس
م ْ
ال ِن
َ م ير ب َ
ك ْ
الوَ ِير
غ ص
َّ ال و
َ ، ى َ
ث ْ
ن ُأل او َ ر َ
ك َّ
الذوَ ، ُِّر
ح ْ
الوَ د
ِ ْ
ب ع
َ ْ
ال
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
Bersumber dari Ibnu Umar r.a , dia berkata : Rasulullah saw mewajibkan zakat fithri sebanyak 1 sha’
kurma atau 1 sha’ gandum terhadap budak maupun orang yang merdeka, laki laki maupun wanita, anak
kecil maupun orang dewasa dari setiap kaum muslimin.
Dan beliau saw juga memerintahkan agar zakat fithri tersebut dikeluarkan sebelum orang orang pergi
untuk melaksanakan shalat Iedul Fithri
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a, dia berkata : Rasulullah saw mewajibkan zakat fithri untuk mensucikan
orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia sia dan hal hal yang tidak senonoh , dan untuk memberi
makan bagi orang orang miskin. Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum shalat Ied maka dia adalah
zakat yang diterima.
Dan barangsiapa yang mengeluarkannya setelah shalat Ied, maka dia adalah shadaqah biasa
sebagaimana shadaqah yang lain.
Hadits riwayat Abu Dawud kitabuz Zakaah bab 18 no 1609
Bersumber dari ‘Amru bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya, sesungguhnya Nabi saw mengutus orang
untuk berseru di lorong lorong lorong Makkah : Ingatlah , bahwa sesungguhnya shadaqah fithri adalah
wajib atas SETIAP MUSLIM yang laki laki maupun perempuan, orang yang merdeka ataupun budak, anak
kecil ataupun dewasa, yaitu 2 mud gandum atau yang sejenisnya, atau 1 SHA’ MAKANAN
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabuz Zakaah bab 35 no 674, dia berkata : Hadits hasan gharib
2. PERTANYAAN :
Anak kecil wajib dikeluarkan zakat fithrinya. Yang dimaksud anak kecil ini umurnya berapa tahun ?
Jawab :
A) Para ulama sepakat bahwa anak yang lahir sebelum matahari terbenam pada hari akhir bulan
Ramadhan , maka wajib dikeluarkan zakat fithrinya. (maksudnya : lahir beberapa menit sebelum malam
lebaran).
B) Bagi anak yang masih dalam kandungan , para ulama berbeda pendapat
Ada yang berpendapat wajib dikeluarkan zakat fithrinya dan ada yang mengatakan tidak wajib.
Diriwayatkan :
ص َد َق َة ْالف ِْط ِر َعنْ ْال َح َب ِل َ َح َّد َث َنا َأبُو َب ْك ٍر َقا َل َح َّد َث َنا ِإسْ مَاعِ ي ُل بْنُ ِإب َْراهِي َم َعنْ ُح َم ْي ٍد َأنَّ ع ُْث َم
َ ان َك
َ ان يُعْ طِ ى
Humaid , bahwasanya Utsman r.a membayarkan zakat Fithri untuk anak yang masih dalam kandungan.
Riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Kitab Mushannafnya jilid 7 halaman 62 Zakah bab 134 no 10738
Dari Abu Qilabah dia berkata : Mereka (para shahabat) membayar zakat fitrah, sampai mereka bayarkan
zakat untuk janin.)
Riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam Kitab Mushannafnya jilid 7 halaman 63 Kitabuz Zakah bab 134 no 10739
Dari saya :
Riwayat tentang para shahabat yang membayar zakat fithri untuk anak yang masih dalam kandungan
belum saya ketahui shahih atau tidaknya.
Tetapi saya berpendapat bahwa anak dalam kandungan lebih baik dibayarkan zakat fithrinya.
3. ZAKAT FITHRI ADALAH PEMBERSIH UNTUK ORANG YANG BERPUASA DARI PERKARA YANG SIA SIA
DAN PERKARA YANG TIDAK SENONOH SELAMA BERPUASA RAMADHAN.
Soal : Bukankah anak kecil tidak berpuasa, apalagi yang masih bayi. Kalau dikaitkan dengan fungsi zakat
fithri untuk membersihkan orang yang berpuasa dari perkara yang sia sia dan tidak senonoh, kenapa
anak kecil wajib bayar zakat fithri ?
Jawab :
Yang menetapkan hukum ini adalah Rasulullah saw atas bimbingan wahyu dari Allah swt
Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya saw tentu telah mengetahui bahwa anak bayi belum bekerja, juga
tidak bisa berjalan . Bagaimana mungkin bisa membayar zakat ?
Maka makna yang benar adalah : ANAK KECIL BUKAN WAJIB BAYAR ZAKAT, TETAPI WAJIB DIKELUARKAN
ZAKAT FITHRI ATAS NAMANYA.
Maka manfaat zakat fithri yang membersihkan orang yang berpuasa dari perkara sia sia dan tidak
senonoh, akan kembali kepada orang yang mengeluarkan harta tersebut. Dalam hal ini adalah
penanggung jawab nafkahnya.
Jadi manfaat zakat fithri sebagai “pembersih” bukan hanya dengan tariff 2,5 kg saja , tetapi senilai
semua kewajiban zakat fithri yang berada di bawah tanggung jawab nafkahnya.
Dengan bahasa yang mudah : Seorang ayah , penaggung jawab nafkah , jika mampu , kemudian tidak
mau mengeluarkan zakat fithri untuk anaknya yang masih kecil ,dan hanya mau mengeluarkan zakat
fithri 2,5 kg untuk dirinya sendiri , maka dia berdosa. Dan beras yang 2,5 kg tersebut tidak dapat
menjadi pembersih puasanya dari perbuatan sia sia dan tidak senonoh yang dilakukannya.
Jika penanggung jawab nafkah mengeluarkan zakat fithri untuk semua orang yang menjadi tanggung
jawab nafkahnya , dan jika diantara mereka ada yang sudah dewasa (sudah berpuasa), maka keutamaan
zakat fithri sebagai penghapus perbuatan sia sia dan perkara tidak senonoh juga akan didapatkan oleh
orang yang berada di dalam tanggungan nafkahnya tersebut, semisal istrinya , ayahnya dsb
Selain anak kecil, ada juga orang Muslim yang tidak berpuasa karena mendapatkan keringanan , seperti
orang yang sakit atau yang sedang bepergian, orang hamil atau menyusui, orang yang sudah tua dsb.
Semuanya wajib bayar zakat Fithri.
Kalau begitu untuk apa mereka membayar zakat , toh mereka tidak berpuasa ?
Selain itu, mereka tidak berpuasa karena mengambil rukhshah atau keringanan yang Allah berikan
kepadanya. Maka mereka juga akan mendapatkan kebaikan sebagaimana orang yang berpuasa. Maka
kelakuannya selama Ramadhan juga harus dijaga seperti orang yang sedang berpuasa. Sehingga zakat
fithri yang dibayarkannya juga tetap bermanfaat baginya.
Kesimpulan :
Terlepas apakah pemahaman saya ini benar atau tidak, yang jelas hadits tentang kewajiban
mengeluarkan zakat fithri adalah shahih , diyaqini berasal dari Nabi saw.
Dan setiap Muslim harus yaqin bahwa apapun perintah dari Allah dan Rasul-Nya, maka pasti terdapat
kebaikan yang banyak yang akan didapat oleh orang yang melaksanakannya.
Wallahu A’lam.
Jika seorang hamba sakit atau dalam perjalanan, maka akan ditetapkan baginya (balasan) seperti amalan
jika dia sehat atau tidak sedang bepergian
Penjelasan :
Jika seorang Muslim adalah seorang yang taat , dia melaksanakan perintah Allah dan menjauhi
larangannya. Kemudian dia sakit sehingga dia tidak dapat melakukan perintah Allah seperti misalnya
shalat berjama’ah di masjid, maka walaupun dia shalat di rumah , dia akan mendapatkan pahala
berjama’ah di masjid sebagaimana yang biasa dilakukannya ketika dia sehat.
Seorang yang bepergian , kemudian dia shalat qashar 2 raka’at, maka dia tetap mendapat pahala shalat
4 raka’at sebagaimana yang dia lakukan ketika dia tidak dalam perjalanan.
Ketika pada raka’at ke 2 dia lupa. Dia langsung berdiri, padahal seharusnya dia duduk tahiyyat. Ketika
sudah tegak berdiri , dia mengetahui kesalahannya. Mungkin dia ingat atau makmumnya
memberitahunya dengan mengucap Subhanallah.
Jawab :
Kasus yang ditanyakan tidak pernah terjadi atas diri Rasulullah saw.
Maka saya jawab dengan pertimbangan aqal berdasarkan dalil dalil umum.
Imam tersebut harus kembali duduk dan tidak ada kewajiban sujud sahwi.
Masalah ini saya bandingkan dengan shalat fardhu 4 raka’at , yang mana imamnya berdiri ke raka’at ke
5. Apa yang harus dilakukannya ?
20/06/16, 09.45 - Ustadz Mubarok Ptk: Berdiri pada raka’at ke 5, dan teringat ketika telah sempurna
berdiri.
Kejadian :
Dalam shalat ashar berjama’ah, imam yang seharusnya duduk tahiyyat akhir pada raka’at ke 4, ternyata
dia dia lupa dan berdiri ke raka’at ke 5.
Imam merasa benar , yaitu baru mengerjakan 4 raka’at. Imam sama sekali tidak merasa lupa.
Sedangkan makmum juga lupa sudah berapa raka’at yang sudah dilakukannya, atau bisa juga dia tidak
yaqin apakah berdirinya imam ini adalah raka’at ke 4 atau ke 5.
Dalam kondisi ini shalatnya tidak masalah. Makmum harus mengikuti imamnya untuk berdiri dengan
keyaqinan bahwa imamnya sudah benar , yaitu berdiri ke raka’at ke 4, walaupun kenyataannya mereka
berdiri ke raka’at ke 5.
Kemudian imam dan makmumnya duduk tahiyyat pada raka’at ke 5, lalu imam mengucap salam disusul
oleh salam dari makmumnya.
Shalat mereka tidak perlu diulang dan tidak ada sujud sahwi.
Cara seperti ini tidak pernah terjadi pada diri Rasulullah saw dan para shahabatnya. Sehingga dalil yang
terang , tegas dan jelas tidak ada.
Keadaan lupa yang dialami oleh imam serta makmumnya membuat mereka merasa melakukan shalat
hanya 4 raka’at, walaupun sebenarnya mereka melakukannya 5 raka’at.
Sehingga tidak ada sanksi apapun untuk imam maupun makmumnya. Karena yang mengetahui
kesalahan mereka hanya Allah swt saja, maka urusannya diserahkan kepada Allah.
Tetapi makmum tidak mengerti apa yang harus dilakukannya. Sehingga dia ikut berdiri bersama
imamnya mengerjakan raka’at ke 5.
Setelah salam , makmum menyampaikan hal ini kepada imamnya , maka imamnya harus menghadap
Qiblat sambil duduk, diikuti semua makmumnya, kemudian sujud sahwi 2 kali, kemudian salam.
Hal ini pernah terjadi pada diri Rasulullah saw dan para shahabatnya.
. » اك َ صالَ ِة َف َقا َل « َو َما َذ َّ الظه َْر َخ ْمسًا َفقِي َل َل ُه َأ ِزي َد فِى ال َ - صلى هللا عليه وسلم- ِ َأنَّ َرسُو َل هَّللا- رضى هللا عنه- ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا
ُّ صلَّى
ْن َبعْ َد َما َسلَّ َم
ِ د َسجْ َد َتي3َ َف َس َج. 3صلَّيْتَ َخ ْم ًسا
َ َقا َل
Bersumber dari Abdullah r.a dia berkata bahwa Rasulullah saw melakukan shalat dhuhur 5 raka’at ,
maka dikatakan kepadanya : Apakah shalat telah ditambah ?
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabus Sahwi bab 2 no1226 (ini adalah lafadznya)
ِ َفلَمَّا َسلَّ َم قِي َل لَ ُه َيا َرسُو َل هَّللا- ص َ َقا َل ِإب َْراهِي ُم َزا َد َأ ْو َن َق- -صلى هللا عليه وسلم- ِ صلَّى َرسُو ُل هَّللا َ ِ َعنْ ِإب َْراهِيم عنْ َع ْل َق َم َة َقا َل َقا َل َع ْب ُد هَّللا
َْن ُث َّم َسلَّ َم ُث َّم َأ ْق َب َل َعلَ ْينا َ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ
ِ د َسجْ َدتي3َ فثنى ِرجْ ل ْي ِه َواسْ تق َب َل القِ ْبلة ف َس َج- قا َل- صليْتَ كذا َوكذاَ َّ ُ َ
َ قالوا.» ك َ صالَ ِة َشىْ ٌء َقا َل « َو َما َذا َ َأ َح
َّ دَث فِى ال
يت َف َذ ِّكرُونِى َأ َأ ْأ َأ
ُ ِصالَ ِة َشىْ ٌء ْن َب ُت ُك ْم ِب ِه َولَكِنْ ِإ َّن َما َنا َب َش ٌر ْن َسى َك َما َت ْن َس ْو َن َفِإ َذا َنس
َّ دَث فِى الَ ِب َوجْ ِه ِه َف َقا َل « ِإ َّن ُه لَ ْو َح
Bersumber dari Ibrahim dari Alqamah dia berkata bahwa Abdullah r.a berkata : Rasulullah saw
melakukan shalat – ( Ibrahim berkata : dalam hal ini Rasulullah saw menambah atau mengurangi
raka’at )
Ketika beliau saw mengucapkan salam , dikatakan kepadanya : Wahai Rasulullah , apakah ada cara baru
didalam shalat?
Abdullah r.a berkata : Maka Rasulullah saw melipat kedua kakinya dan menghadap kearah qiblat.
Kemudian beliau saw sujud 2 kali dan setelah itu melakukan salam lagi.
Setelah itu Rasulullah saw menghadap kepada kami dan bersabda : Sesungguhnya apabila ada sesuatu
yang baru di dalam shalat , maka aku akan memberitahu kepada kalian.
Akan tetapi aku adalah manusia biasa yang bisa lupa seperti kalian , maka kalau aku lupa ingatkanlah
aku
Penjelasan :
Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw mengalami lupa di dalam shalatnya sehingga beliau saw
mengerjakan shalat 5 raka’at dari yang seharusnya 4 raka’at.
Para shahabatnya tidak mengalami lupa, mereka mengetahui bahwa Rasulullah saw melakukan
kesalahan karena berdiri ke raka’at ke 5. Tetapi ketika itu para shahabat tidak mengerti apa yang harus
dilakukan. Maka mereka ikut berdiri dan menyelesaikan shalatnya sampai 5 raka’at bersama dengan
Nabi saw. Setelah itu mereka memberitahukan kepada Nabi saw bahwa mereka bersama Nabi saw
mengerjakan shalat 5 raka’at. Kemudian Nabi saw duduk menghadap ke Qiblat diikuti para shahabatnya,
kemudian sujud sahwi 2 kali, kemudian salam.
Nabi saw sama sekali tidak menyalahkan shahabatnya karena ikut berdiri.
Nabi saw hanya memberikan bimbingan , kalau imamnya salah hendaknya para makmumnya
mengingatkannya.
Maka makmum memperingatkan imamnya dengan mengucap “subhanallah” bagi laki laki, dan bertepuk
tangan bagi perempuan.
Ketika mendengar peringatan dari makmumnya , imam harus mengurungkan berdiri ke raka’at ke 5 dan
kembali duduk tahiyyat akhir (pada raka’at ke 4), kemudian imam salam dan makmumnya mengikuti
mengucapkan salam.
Selesai.
Cara seperti ini tidak pernah terjadi pada zaman Nabi saw.
Bahwa shalat yang 4 raka’at harus dikerjakan 4 raka’at, tidak boleh 5 raka’at.
- Jika imam lupa sehingga mengerjakan shalat 5 raka’at, maka hal ini dima’afkan.
- Jika imam lupa sehingga berdiri mengerjakan raka’at ke 5, kemudian makmumnya mengingatkannya
sehingga dia menyadari kesalahannya. Maka sa’at ini imam sudah tidak bisa lagi dikatakan lupa. Jika dia
meneruskan raka’at ke 5 , maka dia secara sengaja melakukan shalat 5 raka’at. Dalam keadaan ini imam
dianggap melakukan kesalahan.
Maka dia harus kembali duduk untuk mengerjakan tahiyyat akhir pada raka’at ke 4.
Soal :
Jika imam sudah diperingatkan tetapi tidak mau kembali untuk duduk, apa yang harus dilakukan
makmumnya ?
Jawab :
Makmum hendaknya tetap duduk pada raka’at ke 4 tersebut, membaca do’a tahiyyat. Hendaknya dia
menunggu imam duduk tahiyyat (pada raka’at ke 5) , kemudian setelah imam salam, makmum
mengikuti imam mengucapkan salam.
Cara seperti ini tidak pernah terjadi pada zaman Nabi saw.
- Makmum tidak boleh mendahului imam dalam mengucapkan salam. Hal ini berlaku umum , dalam
shalat apapun, dan dalam keadaan bagaimanapun.
َصالَ َة َأ ْق َب َل َعلَ ْي َنا ِب َوجْ ِه ِه َف َقا َل « َأ ُّي َها ال َّناسُ ِإ ِّنى ِإ َما ُم ُك ْم َفال َ َذاتَ َي ْو ٍم َفلَمَّا َق-صلى هللا عليه وسلم- ِ صلَّى ِب َنا َرسُو ُل هَّللا
َّ ضى ال ٍ َعنْ َأ َن
َ س َقا َل
ِال ْنصِ َراف ِ وع َوالَ ِبال ُّسجُو ِد َوالَ ِب ْالقِ َي ِام َوالَ ِبا ِ َتسْ ِبقُونِى ِبالرُّ ُك
Bersumber dari Anas bin Malik r.a dia berkata : Rasulullah saw melakukan shalat bersama kami. Setelah
selesai dari shalatnya beliau saw menghadap kepada kami dengan wajahnya lalu bersabda : Wahai
sekalian manusia , sesungguhnya aku adalah imam kalian , maka janganlah kalian mendahului aku di
dalam hal ruku’ , jangan juga di dalam hal sujud , jangan juga di dalam hal berdiri , jangan juga di dalam
hal berpaling ( = keluar dari shalat atau mengucapkan salam )
Penjelasan :
Dalam hadits ini terkandung hukum shalat berjama’ah, yaitu : makmum tidak boleh mendahului imam
dalam mengucapkan salam. Hal ini berlaku umum , dalam shalat apapun dan dalam keadaan
bagaimanapun. Maka makmum yang duduk tahiyyat pada raka’at ke 4 harus menunggu imamnya duduk
tahiyyat sampai mengucapkan salam. Setelah itu makmum mengikuti imamnya mengucapkan salam.
Selesai.
Kecuali bagi makmum yang bermaksud berpisah dari imamnya , maka dia tidak ada keterikatan dengan
imam, dia boleh salam lebih dulu dari imamnya.
Tetapi menyatakan berpisah dari imam tidak boleh dilakukan makmum karena suka suka. Harus ada
alasan yang kuat dan dibenarkan, misalnya karena imamnya menyusahkan makmum dengan bacaannya
yang sangat panjang dsb.
Bantahan :
Bukankah Rasulullah saw menyampaikan bahwa , jika sudah berdiri sempurna maka imam dilarang
untuk kembali duduk ?
Jawab :
ِس َفِإ ِنْ ى َقاِئمًا َف ْل َيجْ ل َ ْن َفِإنْ َذ َك َر َق ْب َل َأنْ َيسْ َت ِوِ « ِإ َذا َقا َم اِإل َما ُم فِى الرَّ ْك َع َتي-صلى هللا عليه وسلم- ِ شعْ َب َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ُ ْن َ َع ِن ْال ُمغ
ِ ِير ِة ب
ى ال َّسه ِْو َ ْج ُ ْس ْ ْج َ
ِ ت َوى قاِئمًا فال َي لِس َو َي ُجد َس َدت َ َ َ ْاس
صحيح: قال الشيخ األلباني
حديث صحيح بطرقه: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Al Mughirah bin Syu’bah r.a dia berkata , Rasulullah saw bersabda :
Apabila imam berdiri pada 2 raka’at (pertama) , maka jika dia ingat sebelum berdiri tegak hendaklah dia
kembali duduk. Jika dia telah berdiri tegak janganlah dia kembali untuk duduk, dan hendaknya dia sujud
2 kali ( yaitu ) sujud sahwi
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 203 no 1038
Penjelasan :
Hadits ini menjelaskan bahwa jika seorang imam shalat sudah mendapat 2 raka’at, seharusnya dia
duduk tahiyyat awal.Ternyata dia lupa,sehingga dia berdiri ke raka’at ke 3
Dalam kondisi ini , jika dia belum sempurna berdiri , wajib kembali untuk duduk tahiyyat awal. Jika dia
telah sempurna berdiri , maka Rasulullah saw melarang dia kembali duduk. Dia mesti melanjutkan
pekerjaan shalat sebagaimana pada raka’at ke 3.
Ketika sudah duduk tahiyyat akhir , maka dia mesti sujud sahwi 2 kali sebelum salam.
Hadits ini berlaku untuk imam yang kelupaan tidak duduk tahiyyat awal sebagaimana perkataan
Rasulullah saw “Apabila imam berdiri pada 2 raka’at (pertama)”.
Bukan berlaku untuk kelupaan duduk pada tahiyyat akhir.
Jika lupa duduk tahiyyat awal, maka orang tersebut masih berada di dalam raka’at yang benar (yaitu
raka’at ke 3). Yang ketinggalan hanya duduk tahiyyat awal.
Maka jika dia sudah berdiri tegak , dilarang untuk kembali duduk.
Sedangkan imam yang lupa duduk tahiyyat akhir, kemudian dia berdiri ke raka’at ke 5 , maka dia berada
dalam keadaan yang salah.
Jika kemudian dia menyadari kesalahannya setelah diberitahu makmumnya, maka dia wajib kembali
untuk duduk. Jika dia tidak mau duduk berarti dia sengaja melakukan shalat 5 raka’at. Jelas sekali dia
telah melakukan kesalahan.
Kesimpulan :
- Jika imam berdiri ke raka’at ke 5 , hendaknya makmumnya tetap duduk tahiyyat akhir.
- Kemudian makmum memperingatkan imam dengan mengucap “subhanallah” bagi laki laki dan
bertepuk tangan bagi wanita.
- Imam hendaknya merespon peringatan makmumnya dengan kembali duduk untuk mengerjakan
tahiyyat akhir (pada raka’at ke 4).
- Jika imam tidak mau kembali duduk (baik karena tidak mengerti maupun karena yaqin dia benar) ,
maka makmum tetap duduk tahiyyat akhir tetapi jangan mengucap salam. Makmum hendaknya
menunggu imam.
- Setelah imam mengerjakan raka’at ke 5, kemudian duduk tahiyyat dan menutupnya dengan salam,
maka makmum ikut mengucapkan salam.
Wallahu A’lam.
A). Jika imam merasa berada dalam raka’at yang benar dan merasa makmumnya yang salah, maka imam
tidak perlu sujud sahwi sebelum salam. Makmum juga tidak perlu sujud sahwi sebelum salam.
Setelah salam, barulah imam menanyakan kepada makmumnya tentang shalat yang baru saja dilakukan.
Jika semua makmumnya bersaksi bahwa imamnya salah , maka imam hendaknya melakukan sujud
sahwi sambil duduk dan diikuti makmumnya, kemudian salam lagi.
B). Jika imamnya menyadari kesalahannya karena berdiri ke raka’at ke 5 kemudian dia kembali duduk
untuk mengerjakan tahiyyat akhir pada raka’at ke 4, maka tidak ada sujud sahwi yang dilakukan. Dia
hanya mengerjakan tahiyyat akhir kemudian salam. Makmum juga melakukan hal yang sama.
Apabila imam berdiri pada 2 raka’at (pertama) , maka jika dia ingat sebelum berdiri tegak hendaklah dia
kembali duduk. Jika dia telah berdiri tegak janganlah dia kembali untuk duduk, dan hendaknya dia sujud
2 kali ( yaitu ) sujud sahwi
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 203 no 1038
Penjelasan :
Ketika imam kembali untuk duduk, maka tidak ada perintah sujud sahwi.
Sujud sahwi hanya diperintahkan jika imam meneruskan berdiri ke raka’at yang selanjutnya padahal
seharusnya dia duduk tahiyyat.
C). Jika imam berdiri ke raka’at ke 5 kemudian menyadari kesalahannya , tetapi dia tidak mau balik
duduk (karena tidak mengerti), dan kemudian dia melakukan sujud sahwi, maka makmumnya
hendaknya ikut melakukan sujud sahwi bersama dengan imamnya.
Semua yang saya jelaskan ini berdasarkan pertimbangan aqal yang saya sandarkan kepada pemahaman
saya terhadap dalil dalil secara umum.
Wallahu A’lam.
20/06/16, 17.38 - Ustadz Mubarok Ptk: TANYA JAWAB HARIAN TRIBUN PONTIANAK
Dari : Ida
Asal : Pontianak
Pertanyaan :
Assalamu’alaikum
Setelah hubungan suami istri , masih junub padahal sudah masuk imsak. Apakah puasanya sah ?
Hadits 1) : Ada seorang laki laki berkata : Wahai Rasulullah , aku berada di waktu shalat (shubuh)
sedangkan aku masih dalam keadaan junub. Bolehkah aku berpuasa ?
Maka Rasulullah saw menjawab : Aku juga pernah berada di waktu shalat (shubuh) sedangkan aku masih
dalam keadaan junub , lalu aku berpuasa
Hadits 2) : Aisyah r.a dan Ummu Salamah r.a (keduanya adalah istri Rasulullah saw) mengatakan :
bahwasanya pernah Rasulullah saw di pagi hari ( sudah masuk waktu shubuh ) masih dalam keadaan
junub bukan karena mimpi. Kemudian beliau saw berpuasa.
Hadits Aisyah r.a dan hadits Ummu Salamah r.a harus di dahulukan untuk dijadikan sandaran, karena
Aisyah r.a dan Ummu Salamah r.a adalah orang yang lebih tahu dalam masalah ini dibanding dengan
yang lainnya.
Disamping itu , riwayat dari Aisyah r.a dan Ummu Salamah r.a adalah sesuai dengan nash Al Qur’an ,
dimana Allah swt membolehkan kaum Muslimin untuk makan dan melakukan hubungan suami istri di
malam hari sampai dengan terbit fajar.
1. Bayar fidyah bagi ibu hamil atau menyusui adalah setiap hari sebagai ganti dia tidak berpuasa. Kalau
sulit boleh sekalian 30 hari.
Boleh makanan matang dan boleh mentah. Tergantung mana yang lebih besar manfaatnya bagi
penerima.
Karena mendesak , kesimpulannya : kalau imam tarawih membaca qunut maka makmum hendaknya
mengaminkannya.
Tentang Nabi saw mengangkat tangan ada haditsnya. Tentang makmum mengangkat tangan saya tidak
dapat dalilnya.
Wallahi A'lam.
23/06/16, 17.10 - Ustadz Mubarok Ptk: Ustadz, menyentuh istri batal wudhu ga?
23/06/16, 17.10 - Ustadz Mubarok Ptk: BERSENTUHAN ANTARA LAKI LAKI DENGAN PEREMPUAN
Masalah ini diperselisihkan umat Islam :
ْن َوِإنْ ُك ْن ُت ْم ُج ُنبًاِ اغسِ لُوا وُ جُو َه ُك ْم َوَأ ْي ِد َي ُك ْم ِإلَى ْال َم َراف ِِق َوا ْم َسحُوا ِب ُرءُوسِ ُك ْم َوَأرْ ُج َل ُك ْم ِإ َلى ْال َكعْ َبي َ َيا َأ ُّي َها الَّذ
َّ ِين َآ َم ُنوا ِإ َذا قُمْ ُت ْم ِإلَى ال
ْ صاَل ِة َف
صعِي ًدا َط ِّيبًا َفا ْم َسحُوا َ ضى َأ ْو َعلَى َس َف ٍر َأ ْو َجا َء َأ َح ٌد ِم ْن ُك ْم م َِن ْال َغاِئطِ َأ ْو اَل َمسْ ُت ُم ال ِّن َسا َء َفلَ ْم َت ِجدُوا َما ًء َف َت َي َّممُواَ ْاط َّهرُوا َوِإنْ ُك ْن ُت ْم َمر َّ َف
ِْبوُ جُو ِه ُك ْم َوَأ ْيدِي ُك ْم ِمن ُه
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu
23/06/16, 17.10 - Ustadz Mubarok Ptk: B) Bersentuhan antara laki laki dan perempuan tidak
membatalkan wudhu
Dan merupakan pendapat Imam Al Hasan Al Bashri , Thawus,Atha’, Imam Hanafi , imam Malik , Imam
Ahmad bin Hanbal
Alasannya :
Nabi saw adalah manusia yang paling faham tentang makna Al Qur’an.
Karena salah satu tugas beliau saw adalah menjelaskan makna Al Qur’an kepada manusia
maka kita harus mendahulukan pemahaman Nabi saw dalam menafsirkan Al Qur’an.
Nabi saw memahami bahwa kalimat : AU LAAMASTUMUN NISAA’ : Tidak diartikan dengan bersentuh
biasa.
Aku pernah tidur di depan Nabi saw dan kakiku berada di arah Qiblatnya. Jika akan sujud beliau saw
menyentuhku dengan tangannya , maka akupun menarik kakiku. Dan jika beliau saw berdiri maka aku
meluruskan kembali kakiku.
Aisyah r.a berkata : Pada waktu itu rumah rumah tidak ada lampunya
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabush Shalah bab 22 no 382 ( ini adalah lafadznya )
ت َيدِى َعلَى َب ْط ِن َق َد َم ْي ِه َوه َُو فِى ْال َمسْ ِج ِد َو ُه َما ِ لَ ْيلَ ًة م َِن ْالف َِر-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َرسُو َل هَّللا
ْ اش َف ْال َت َمسْ ُت ُه َف َو َق َع ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
ُ ت َف َق ْد
ِ َم ْنصُو َب َت
ان
Bersumber dari Aisyah r.a , dia berkata : Pada suatu malam aku kehilangan Rasulullah saw. Lalu aku
mencarinya. Kemudian tanganku menyentuh dua telapak kaki Nabi saw, sedangkan beliau saw berada di
dalam masjid dan kedua kakinya dalam keadaan tegak
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabush Shalah bab 42 no 482 ( Ini adalah lafadznya )
Bersumber dari ‘Urwah bin Az Zubair dari Aisyah r.a , sesungguhnya Rasulullah saw mencium salah
seorang dari istrinya kemudian mengerjakan shalat dengan tidak berwudhu’ lagi.
Urwah berkata : Aku berkata kepada Aisyah r.a : siapa lagi yang dicium kalau bukan anda ? Lalu Aisyah
r.a tertawa.
Hadits riwayat Ahmad 6/210 no. 25238 (sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al Arnauth)
Ibnu majah Kitabuth Thaharah bab 69 no 502 ( Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani )
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabuth Thaharah bab 63 no 86 ( Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani )
Tetapi imam Al Bukhari menilai sanad hadits ini adalah dha’if karena terputus sanadnya , Habib bin Abi
Tsabit tidak mendengar dari ‘Urwah
Orang orang membicarakan tentang kata “AL LAMS” ( dalam surah Al Maidah ayat 6 )
Maka aku datang kepada Ibnu Abbas r.a , lalu aku berkata : Orang dari Al Mawali dan Al Arab berselisih
pendapat tentang kata AL LAMS.
Al mawali berkata : Bukan jima’
Ibnu Abbas r.a bertanya kepadaku : dari 2 pendapat ini kamu pilih yang mana ?
Sesungguhnya kata AL MAS , dan AL LAMS dan kata AL MUBAASYARAH, semuanya bermakna jima’
Tetapi Allah memberi sebutan terhadap sesuatu sesuai dengan dengan yang Dia kehendaki
Tafsiran Ibnu Abbas r.a terhadap surah Al Maidah ayat 6 ini sepatutnya lebih didahulukan daripada
tafsiran selain dia. Selain Ibnu Abbas r.a adalah seorang shahabat yang dekat dengan Nabi saw, ternyata
penafsiran Ibnu Abbas juga cocok dengan perilaku Nabi saw , yang mana beliau saw tidak membatalkan
shalatnya ketika menyentuh istrinya dengan sengaja ( hadits shahih riwayat Al Bukhari no 382 dan
Muslim no 512 )
Hal ini diperkuat dengan urutan kalimat yang ada pada surah Al Maidah ayat 6 tersebut :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah”
Ini merupakan cara bersuci dengan menggunakan air akibat dari hadats kecil
Ini merupakan cara bersuci dengan menggunakan air karena hadats besar
“dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah”
Ini merupakan cara bersuci dari dua macam sebab : Sebab yang kecil dan sebab yang besar ( Tayammum
adalah bersuci dari hadats kecil maupun hadats besar, sebagai pengganti wudhu dan mandi )
Kembali dari tempat buang air (kakus) : Sebab yang kecil ( hadats kecil )
Kesimpulan :
Bersentuh dengan wanita tidak membatalkan wudhu’ karena ma’na AULAAMASTUMUN NISAA’
diartikan dengan bersetubuh ( jima’), bukan bersentuhan biasa.
Dhahirnya, Imam Syafi’i dalam menetapkan batal berwudhu karena bersentuh laki dan perempuan
adalah didasarkan kepada kehati hatian. Ini nampak dari kalimat beliau :
“ Seandainya hadits Ma’bad bin Nabatah (tentang Nabi mencium istrinya) itu tsabit
( telah ditetapkan kebenarannya = shahih ), maka aku akan berpendapat bahwa ciuman dan sentuhan
itu tidak membatalkan wudhu’
Wallahu A’lam.
C) Bersentuhan antara laki laki dan wanita tidak membatalkan wudhu jika tidak disertai syahwat . Jika
disertai syahwat maka batal wudhunya
Ini adalah pendapat imam Malik dan yang sefaham dengannya
23/06/16, 17.12 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamualaikum pak ustad, bolehkah wanita i'tikaf di mesjid
tanpa makhrom. Usia saya sudah 60 dan mesjidnya dekat dengan rumah?
Selain itu harus diperhatikan keadaan masjidnya. Kalau sempit dan sehingga berdekatan antara laki dan
perempuan maka sebaiknya wanita tidak i'tikaf di masjid.
Kecuali sebentar , tidak menginap dan tidak tidur di masjid, maka tidak ada halangan baginya i'tikaf di
masjid
23/06/16, 17.12 - Ustadz Mubarok Ptk: Saya catatkan dalil tentang bolehnya wanita i'tikaf :
Bersumber dari Aisyah r.a, bahwa Rasulullah saw memberitahu akan melakukan I’tikaf pada 10 hari
yang terakhir dari bulan Ramadhan, maka Aisyah r.a meminta idzin ( untuk I’tikaf juga ), maka Nabi saw
mengidzinkannya
Bersumber dari Aisyah r.a ,istri Nabi saw. Bahwasanya Nabi saw senantiasa melakukan I’tikaf pada 10
hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga Allah swt mewafatkannya, kemudian istri istri Beliau saw
masih tetap melakukan I’tikaf sepeninggalnya.
Catatan : Wanita yang melakukan I’tikaf harus atas seidzin suaminya dan harus aman dari fitnah.
Mohon penjelasan tata cara pelaksanaan Iqtikaf sesuai sunah.Terima kasih sebelumnya.
Wassalam.
23/06/16, 17.17 - Ustadz Mubarok Ptk: JAWABAN ATAS PERTANYAAN : TENTANG I'TIKAF
1.Ma’nanya
I’tikaf artinya sengaja tinggal di masjid untuk beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah
2.Hukumnya :
I’tikaf hukumnya sunnah, kecuali kalau seseorang bernadzar untuk I’tikaf maka hukumnya
menjadi wajib baginya.
َقا َل- صلى هللا عليه وسلم- ِّ َع ِن ال َّن ِبى- رضى هللا عنها- َعنْ عَاِئ َش َة
« َو َمنْ َن َذ َر َأنْ َيعْ صِ َي ُه َفالَ َيعْ صِ ِه، يع هَّللا َ َف ْليُطِ عْ ُه
َ َِمنْ َن َذ َر َأنْ يُط
Barangsiapa yang bernadzar untuk menta’ati Allah maka hendaklah dia menta’ati Nya (dipenuhi nadzar
tsb) , dan barangsiapa yang bernadzar untuk berma’shiyat kepada Nya maka janganlah dia berbuat
ma’shiyat kepada Nya ( jangan dipenuhi nadzar itu )
( Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Aimaan wan Nudzuur bab 28 no 6696 )
َ َقا َل َأ ْوفِ ِب َن ْذ ِر. ِف لَ ْيلَ ًة فِى ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام
ك َ ت فِى ْال َجا ِهلِ َّي ِة َأنْ َأعْ َتك
ُ ْْن ُع َم َر َأنَّ ُع َم َر َقا َل َيا َرسُو َل هَّللا ِ ِإ ِّنى َن َذر
ِ َع ِن اب
Bahwa Umar r.a berkata : Ya Rasulullah , sesungguhnya dimasa jahiliyah saya telah bernadzar untuk
beri’tikaf di Masjidil Haram selama 1 malam. Maka Nabi saw bersabda : Penuhilah nadzarmu itu.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Aimaan wan Nudzuur bab 29 no 6697
3. Tempatnya :
I’tikaf hanya boleh dilakukan dimasjid , dan tidak sah apabila dilakukan selain di masjid.
Dan janganlah kamu campuri istri istri kamu, sementara kamu sedang beri’tikaf didalam masjid
Tentang masjid yang sah buat I’tikaf , para ulama berbeda pendapat :
a) Imam Abu Hanifah, Ahmad bin Hanbal, Ishaq , Abu Tsaur : I’tikaf sah dilakukan di setiap masjid
yang dilakukan shalat 5 waktu secara berjama’ah
b) Imam Malik, Syafi’I, dan Daud : I’tikaf sah dilakukan disetiap masjid apapun.
c) Hudzaifah r.a dan Sa’id Al Musayyab : I’tikaf hanya boleh dilakukan di 3 masjid
Dalilnya :
Dari Hudzaifah r.a , Rasulullah saw bersabda : Tidak ada I’tikaf kecuali di Masjidil Haram atau tidak ada
I’tikaf kecuali di masjid yang 3 ( Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjidil Aqsha ).
Tetapi riwayat ini diperselisihkan antara mauquf ( perkataan Hudzaifah r.a sendiri) atau marfu’nya
(sabda Nabi saw). Dalam satu riwayat, shahabat Ibnu Mas’ud r.a mengingkari perkataan shahabat
Hudzaifah r.a tersebut.
صلى- ِ ار َأ ِبى مُو َسى َو َق ْد َعلِمْتَ َأنَّ َرسُو َل هَّللا ِ ك َو َد ٍ َعنْ َأ ِبى َو
ِ اِئل َقا َل َقا َل ح َُذ ْي َف ُة ل َِع ْب ِد هَّللا ِ َيعْ نِى اب َْن َمسْ عُو ٍد َرضِ َى هَّللا ُ َع ْن ُه َع ُكو ًفا َبي َْن
َ دَار
هَّللا َّ َأ
ِ َف َقا َل َع ْب ُد.» د الثالَ َث ِة3ِ اف إالفِى ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام ْو َقا َل فِى ْال َم َسا ِجَ « الَ اعْ ِت َك: َقا َل- هللا عليه وسلم:
Bersumber dari Abi Wail, Hudzaifah r.a berkata kepada Abdullah bin Mas’ud r.a : Orang orang beri’tikaf (
di masjid ) yang berada diantara rumahmu dan rumah Abi Musa, sedangkan engkau tahu bahwa
Rasulullah saw bersabda : tidak ada I’tikaf kecuali di Masjidil Haram atau beliau saw bersabda: di Masjid
yang 3 ( Masjidil Haram’ Masjid Nabawi, Masjidil Aqsha ). Maka Abdullah bin Mas’ud menjawab :
Mungkin engkau lupa, sedangkan mereka ingat. Mungkin juga engkau salah, sedangkan mereka benar
Riwayat Baihaqi dalam As Sunanaul Kubra , Kitabush Shiyaam bab (139) Al I’tikaafu fil Masjid no 8659.
Yang saya kuatkan : I’tikaf boleh dilakukan di masjid manapun yang memang dipersiapkan untuk shalat 5
waktu dengan berjama’ah, tetapi yang utama adalah masjid jami’ ( yang dipakai shalat jum’at) , dan
lebih utama lagi masjid yang 3 sebagaimana disebutkan.
Wallahu a’lam
4. Waktunya :
Para ulama berbeda pendapat tentang waktu minimal (berapa lama) I’tikaf
Yang saya kuatkan : I’tikaf boleh dilakukan dibulan apa saja , boleh sebentar walaupun kurang dari 1
malam. Yang paling utama : I’tikaf dilakukan pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan.
Wallahu A’lam.
ْان َيعْ َتكِفُ ْال َع ْش َر اَأل َواخ َِر مِنَ َك- صلى هللا عليه وسلم- َّ َأنَّ ال َّن ِبى- صلى هللا عليه وسلم- ِّ َز ْو ِج ال َّن ِبى- رضى هللا عنها- َعنْ عَاِئ َش َة
ْ
ف ز َوا ُج ُه مِنْ َبعْ ِد ِهَأ ُ
َ ث َّم اعْ َت َك، ُ ان َح َّتى َت َو َّفاهُ هَّللا
َ ضَ َر َم
Bersumber dari Aisyah r.a istri Nabi saw, (dia berkata) : Bahwasanya Rasulullah saw beri’tikaf pada 10
hari terakhir dari bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkannya.
Kalau ada halangan beri’tikaf dalam bulan Ramadhan, maka boleh menggantinya pada bulan syawwal
23/06/16, 17.17 - Ustadz Mubarok Ptk: 5. Tentang I’tikaf di bulan Ramadhan, kapan memulainya ?
A) Memulai masuk i’tikaf adalah setelah mengerjakan shalat shubuh pada hari ke 21
Dalilnya :
Bersumber dari Aisyah r.a, dia berkata : Nabi saw hendak i’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan,
maka aku membuat sebuah kemah buat beliau saw.
Lalu beliau saw melakukan shalat shubuh, kemudian masuk ke dalam kemah tersebut
Kalimat “ lalu beliau saw melakukan shalat shubuh , kemudian masuk ke dalam kemah tersebut”
diartikan bahwa shubuh tersebut adalah shubuh hari ke 21.
ت َأضْ ِربُ لَ ُه ِخ َبا ًء ُ َف ُك ْن، ان َ َيعْ َتكِفُ فِى ْال َع ْش ِر اَأل َواخ ِِر مِنْ َر َم- صلى هللا عليه وسلم- ُّان ال َّن ِبى
َ ض ْ َ َقال- رضى هللا عنها- َعنْ عَاِئ َش َة
َ ت َك
صب َْح ُث َّم َي ْد ُخلُ ُه
ُّ صلِّى ال
َ ي
ُ َ
ف
Bersumber dari Aisyah r.a, dia berkata : Nabi saw hendak i’tikaf pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan,
maka aku membuat sebuah kemah buat beliau saw.
Lalu beliau saw melakukan shalat shubuh, kemudian masuk ke dalam kemah tersebut
Hadits ini difahami oleh mayoritas ulama bahwa, Nabi saw memasuki i’tikafnya sebelum matahari
terbenam hari ke 20 , kemudian beliau saw memasuki tenda setelah shalat shubuh hari ke 21.
Diriwayatkan bahwa beberapa shahabat juga berpendapat demikian , diantaranya : Aisyah r.a , Ibnu
Abbas r.a , Ibnu Umar r.a
Dalilnya :
a) Nabi saw senantiasa beri’tikaf di bulan Ramadhan dalam keadaan berpuasa
اف ِإاَّل ِبصِ َي ٍام َ َّ َأنَّ ال َّن ِبي، َرضِ َي هللاُ َع ْن َها، َعنْ عَاِئ َش َة
َ « اَل اعْ ِت َك: صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل
ضعيف:" قال األلباني في " السِ لسلة الضعيفة والموضوعة
َ
Bersumber dari Aisyah r.a , sesungguhnya Nabi saw bersabda : Tidak ada I’tikaf kecuali dengan
berpuasa.
Riwayat Ad Daraquthni , Al Hakim, Baihaqi , dan dinilai dla’if oleh Syaikh Al Albani dalam silsilah Adh
Dha’ifah no 4768
Ini adalah pendapat Ulama dalam madzhab Syafi’i dan Ahmad (yang masyhur dari pendapatnya).
Diriwayatkan bahwa beberapa shahabat juga berpendapat demikian , diantaranya adalah Ali r.a dan
Ibnu Mas’ud r.a
Alasannya :
- Umar bin Al Khaththab r.a pernah beri’tikaf semalam di Masjidil Haram atas seidzin Nabi saw, padahal
kita tahu tidak ada puasa yang dilakukan di malam hari.
َ َقا َل َأ ْوفِ ِب َن ْذ ِر. ِف لَ ْيلَ ًة فِى ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام
ك َ ت فِى ْال َجا ِهلِ َّي ِة َأنْ َأعْ َتك
ُ ْْن ُع َم َر َأنَّ ُع َم َر َقا َل َيا َرسُو َل هَّللا ِ ِإ ِّنى َن َذر
ِ َع ِن اب
Bahwa Umar r.a berkata : Ya Rasulullah , sesungguhnya dimasa jahiliyah saya telah bernadzar untuk
beri’tikaf di Masjidil Haram selama 1 malam. Maka Nabi saw bersabda : Penuhilah nadzarmu itu.
Hadits shahih riwayat Bukhari Kitabul Aimaan wan Nudzuur bab 29 no 6697
- Nabi saw pernah I’tikaf pada 10 hari pertama dibulan syawal , padahal kita tahu awal bulan syawal
Nabi saw meninggalkan I’tikafnya dibulan Ramadhan, kemudian beliau saw beri’tikaf di 10 hari pertama
bulan syawal.
Penjelasan :
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa Nabi saw melakukan I’tikaf di awal bulan syawal .
Padahal kita tahu , awal bulan syawal adalah hari Idul Fithri yang diharamkan berpuasa.
- Adanya riwayat
ْس َعلَى ْالمُعْ َتكِفِ صِ َيا ٌم ِإالَّ َأنْ َيجْ َعلَ ُه َعلَى َن ْفسِ ِه
َ « لَي: َقا َل-صلى هللا عليه وسلم- ََّّاس َأنَّ ال َّن ِبى
ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , bahwa sesungguhnya Nabi saw bersabda : Tidak diharuskan orang yang
I’tikaf untuk berpuasa, kecuali dia mewajibkannya untuk dirinya sendiri
Riwayat Baihaqi dalam As Sunanul Kubra kitabush Shaum bab (142) man ra aa al I’tikaafa bighairi
shaumin no 8671
Yang saya kuatkan : I’tikaf boleh dilakukan walaupun tidak dengan berpuasa, tetapi kalau dilakukan
dengan berpuasa adalah lebih utama.
Wallahu a’lam
Bersumber dari Aisyah r.a, bahwa Rasulullah saw memberitahu akan melakukan I’tikaf pada 10 hari
yang terakhir dari bulan Ramadhan, maka Aisyah r.a meminta idzin ( untuk I’tikaf juga ), maka Nabi saw
mengidzinkannya
ْان َيعْ َتكِفُ ْال َع ْش َر اَأل َواخ َِر مِن َ َك- صلى هللا عليه وسلم- َّ َأنَّ ال َّن ِبى- صلى هللا عليه وسلم- ِّ َز ْو ِج ال َّن ِبى- رضى هللا عنها- َعنْ عَاِئ َش َة
ف َأ ْز َوا ُج ُه مِنْ َبعْ ِد ِه
َ ُث َّم اعْ َت َك، ُ ان َح َّتى َت َو َّفاهُ هَّللا
َ ضَ َر َم
Bersumber dari Aisyah r.a ,istri Nabi saw. Bahwasanya Nabi saw senantiasa melakukan I’tikaf pada 10
hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga Allah swt mewafatkannya, kemudian istri istri Beliau saw
masih tetap melakukan I’tikaf sepeninggalnya.
Catatan : Wanita yang melakukan I’tikaf harus atas seidzin suaminya dan harus aman dari fitnah.
8. Perkara yang membatalkan I’tikaf :
a) Sengaja keluar dari masjid tanpa adanya udzur syar’i yang dibenarkan, karena dengan keluar dari
masjid, hilanglah sebutan tinggal di masjid
Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam mesjid
Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri`tikaf dalam mesjid
Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu
mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang
yang merugi.
Masalah ini diperselisihkan umat Islam. Karena hal ini berkaitan dengan hukum orang yang berhadats
besar menetap di masjid.
Sedangkan hukum wanita haidh atau yang berhadats besar lainnya untuk menetap di masjid adalah
diperselisihkan umat Islam
A) Yang berpendapat bahwa orang yang berhadats besar ( junub dan haidh/nifas ) hukumnya haram
menetap di masjid
Ini adalah pendapat Ibnu Abbas r.a, Ibnu Mas’ud r.a, Abu Ubaidah r.a, Anas r.a.
Sedangkan dari generasi di bawahnya : Sa’id bin Al Musayyab , Adh Dhahhaak, ‘Athaa’, Mujahid, Ibrahim
An Nakha’iy , Zaid bin Aslam , Hasan Al Bashri , Ibnu Syihaab , ‘Ikrimah, Qatadah, ‘Amru bin Dinar , Yahya
bin Sa’iid, Hakam bin ‘Utbah dll.
يل َح َّتى َت ْغ َتسِ لُوا َ ِين آ َم ُنوا ال َت ْق َربُوا الصَّال َة َوَأ ْن ُت ْم ُس َك
َ ُارى َح َّتى َتعْ لَمُوا َما َتقُول
ٍ ون َوال ُج ُنبًا ِإال َع ِاب ِري َس ِب َ َيا َأ ُّي َها الَّذ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga
kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan
junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi.
Penjelasan :
Dalam ayat tersebut Allah saw melarang orang yang junub menghampiri masjid ( dengan makna
menetap di masjid ).
Orang yang junub disamakan keadaannya dengan wanita yang haidh dan nifas dari sisi hadats , yaitu
sama sama hadats besar. Maka haram hukumnya bagi orang yang berhadats besar menetap di masjid
ٍ صلى هللا عليه وسلم َِإ ِّنى الَ ُأ ِح ُّل ْال َمسْ ِج َد ل َِح- ِ ت َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ٍ اِئض َوالَ ُج ُن
ب 3ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َرضِ َى هللا َع ْن َها َقال
ضعيف: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Aisyah r.a, dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya aku tidak
menghalalkan masjid buat wanita yang haidh dan orang yang junub
ْأ
ِ َو َح َّس َن ُه ابْنُ ْال َق َّط، َو َق ْد صَحَّ َح ُه ابْنُ ُخ َز ْي َم َة، َما َأ َرى ِب ِه َب ًسا: َقا َل َأحْ َم ُد
ان
Imam Ahmad berkata : Aku melihat tidak ada masalah dengannya. Hadits tersebut juga dinilai shahih
oleh Ibnu Khuzaimah dan dinilai hasan oleh Ibnul Qaththan.
Penjelasan :
Tidak menghalalkan masjid buat wanita haidh dan laki laki junub artinya : bahwa wanita haidh dan laki
laki junub dilarang menetap di masjid
ٌ َفُأ َرجِّ لُ ُه َوَأ َنا َحاِئض، او ٌر فِى ْال َمسْ ِج ِد ْأ
ِ يُصْ غِى ِإلَىَّ َر َس ُه َوهْ َو م َُج- صلى هللا عليه وسلم- ُّان ال َّن ِبى ْ َ َقال- رضى هللا عنها- َعنْ عَاِئ َش َة
َ ت َك
Bersumber dari Aisyah r.a , dia berkata : Nabi saw menyodorkan kepalanya kepadaku
(ke dalam rumah), sedangkan beliau saw menetap (beri’tikaf ) di masjid, lalu aku menyisirnya sedangkan
aku dalam keadaan haidh
Nabi saw sedang melakukan I’tikaf. Ketika itu Aisyah r.a sedang haidh.
Aisyah menyisir rambut Nabi saw yang ketika itu sedang I’tikaf di masjid , sedangkan badan Aisyah r.a
berada di rumahnya , tidak masuk ke dalam masjid.
Hal ini difahami bahwa , Aisyah r.a tidak masuk masjid karena beliau sedang dalam keadaan haidh
Bersumber dari Ummu ‘Athiyyah r.a, dia berkata : Nabi saw memerintahkan kepada kami agar pada
2 hari raya membawa keluar para gadis dan wanita yang dipingit dan beliau saw memerintahkan agar
wanita yang haidh agar menjauhkan diri dari tempat shalatnya kaum muslimin
Penjelasan :
Wanita haidh diperintahkan agar hadir di lapangan , tempat dilaksanakannya shalat Ied. Mereka juga
diperintahkan agar ikut mendengarkan khutbah.
Tetapi wanita haidh dilarang berkumpul bersama dengan wanita lain yang hendak melaksanakan shalat
Ied. Mereka diperintahkan menjauh dari tempat shalat.
Jika di lapangan saja wanita haidh dilarang berada di tempat shalat , maka semestinya mereka lebih
dilarang lagi berada di masjid ( kecuali hanya sekedar lewat atau mengambil sesuatu )
B) Yang berpendapat bahwa orang yang berhadats besar ( junub dan haidh / nifas ) boleh menetap di
masjid
( terjemahan ini berbeda dengan pendapat pertama yang mengartikan ayat tersebut dengan makna :
(jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub
Jadi ayat ini sama sekali tidak melarang orang junub untuk menetap di masjid
Selain itu ada beberapa riwayat yang menunjukkan bahwa ada beberapa orang shahabat yang tidur
( menetap ) di masjid di zaman Nabi saw , yang sangat memungkinkan mereka pernah berada dalam
keadaan junub ketika berada di dalam masjid
« َقا َل. َ َع ْن ُه َف َقالُوا َمات- صلى هللا عليه وسلم- ُّ َف َسَأ َل ال َّن ِبى، َ َف َمات، د3َ ان َيقُ ُّم ْال َمسْ ِج
َ َك- َأ ِو امْ َرَأ ًة َس ْودَ ا َء- ََعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َر ُجالً َأسْ َود
َأ َفالَ ُك ْن ُت ْم آ َذ ْن ُتمُونِى
Bersumber dari Abu Hurairah r.a, bahwa ada seorang laki laki atau perempuan berkulit hitam yang
menetap di masjid, kemudian dia wafat. Nabi saw bertanya ( tentang keberadaannya ), lalu para
shahabat menjawab bahwa dia telah wafat.
Bersumber dari Ibnu Umar r.a, dia berkata : Dulu aku menginap di masjid ketika aku belum menikah
Kesimpulan :
Sebaik baiknya adalah : orang yang berhadats besar jangan menetap di masjid .
Hal ini termasuk larangan untuk beri’tikaf atau hadir di majlis ta’lim atau kegiatan lainnya yang masuk
dalam pengertian menetap , baik itu sebentar ataupun lama. Sehingga yang terlanjur I’tikaf kemudian
kedatangan haidh maka batal I’tikafnya.
Wallahu A’lam
ِ اِئم َح َّتى َيسْ َت ْيقِ َظ َو َع ِن الص َِّبىِّ َح َّتى َيحْ َتلِ َم َو َع ِن ْال َمجْ ُن
ون َح َّتى ْ
ِ َقا َل « ُرف َِع ال َقلَ ُم َعنْ َثالَ َث ٍة َع ِن ال َّن-صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ َعلِىٍّ َع ِن ال َّن ِبى
َيعْ قِ َل
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Ali bin Abi Thalib r.a ,dari Nabi sawyang bersabda : Diangkat pena dari 3 golongan :
Orang yang tidur sehingga dia bangun, onak kecil sehingga dia baligh, dan orang gila sehingga dia
berakal
rambut dsb,
memungkinkan
c) Keluar dari masjid karena hajat kemanusiaan dan kewajiban yang tidak dapat
makanan , menghadiri shalat jum’at ( jika ditempat dia I’tikaf tidak diadakan
َلي ُْد ِخ ُل َع َلىَّ َرْأ َس ُه- صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا َ ت َوِإنْ َك ْ َ َقال- صلى هللا عليه وسلم- ِّ َز ْو َج ال َّن ِبى- رضى هللا عنها- َعنْ عَاِئ َش َة
ًان مُعْ َت ِكفا َ
َ ِإذا َك، اج ٍة َّ ْ ُ َ ُ ُأ ْ
َ َو َك، َوهْ َو فِى ال َمسْ ِج ِد َف َرجِّ ل ُه
َ ان ال َي ْدخ ُل ال َبيْتَ ِإال ل َِح
Bersumber dari Aisyah r.a istri Nabi saw , dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw biasa menyodorkan
kepalanya kepadaku sedangkan beliau saw berada didalam masjid, lalu aku menyisir rambutnya.Apabila
beliau saw sedang I’tikaf, Beliau saw tidak masuk ke dalam rumah kecuali untuk suatu keperluan ( bagi
manusia, seperti buang air dsb ).
Hadits shahih riwayat Bukhari kitabul I’tikaf bab 3 no 2029 ( Periksa juga Fathul Baari pada hadits nomor
2029 tersebut )
ُ ط ِر َح لَ ُه ف َِرا
ش ُه ُ ف َ َأ َّن ُه َك-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن ُع َم َر َع ِن ال َّن ِبى
َ ان ِإ َذا اعْ َت َك ِ َع ِن اب
ُ ُْوض ُع لَ ُه َسري ُرهُ َو َرا َء ُأص
- ط َوا َن ِة ال َّت ْو َب ِة َ َأ ْو ي
ِ
ضعيف: قال الشيخ األلباني
في الزوائد إسناده صحيح ورجاله موثوقون
Bersumber dari Ibnu umar r.a , sesungguhnya apabila Nabi saw beri’tikaf , maka disiapkan untuk beliau
saw tempat untuk tidur atau kasur yang diletakkan dibelakang tiang taubat.
Hadits riwayat Ibnu Majah kitabush Shiyam bab 61 no 1174, dinilai dha’if oleh Syaikh Al Albani
Wallahu A’lam
. ْت َف َقا َم َمعِى لِ َي ْقلِ َبنِى ُ َفَأ َت ْي ُت ُه َأ ُزو ُرهُ لَ ْيالً َف َحد َّْث ُت ُه ُث َّم قُم، مُعْ َت ِك ًفا- صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
ُ َفا ْن َقلَب، ْت َ ت َك ْ صفِ َّي َة ا ْب َن ِة ُحيَىٍّ َقا َل
َ َْعن
َّ َ َ َأ
صلى هللا- ُّ فقا َل الن ِبى، سْ َر َعا- صلى هللا عليه وسلم- َّ فلمَّا َر َيا الن ِبى، ار َّ َأ َ َ ْ َأل َ َ َ
َ فمَرَّ َر ُجال ِن م َِن ا ن، ْن ز ْي ٍد َ ُأ ُ َ َ َو َك
ِ ص ِ ار َسا َمة ب ِ َ فِى د3ان َمسْ كن َها
، ان َمجْ َرى الد َِّم ِ ان َيجْ ِرى م َِن اِإل ْن َس َ َقا َل « ِإنَّ ال َّش ْي َط. ِ ان هَّللا ِ َيا َرسُو َل هَّللا ُ صفِي َُّة ِب ْن
َ َف َقاالَ ُسب َْح. » ٍّت ُحيَى َ « َعلَى ِرسْ لِ ُك َما ِإ َّن َها- عليه وسلم
وبك َما سُوءًا ُ ُ ُ
ِ ِف فِى قل ْ َأ ُ
َ َوِإنى خشِ يت نْ َيقذَ ِّ
Bersumber dari Shafiyyah binti Huyay, dia berkata : Rasulullah saw pernah beri’tikaf lalu aku datang
untuk mengunjungi beliau saw di malam hari. Aku berbicara dengan beliau saw kemudian aku berdiri
dan pulang. Beliau saw berdiri bersamaku untuk mengantarku pulang (Adapun tempat tinggalnya adalah
di rumah Usamah bin Zaid ). Tiba tiba lewat 2 laki laki dari kalangan anshar. Ketika keduanya melihat
Nabi saw, merekapun berjalan tergesa gesa. Nabi saw bersabda : Tetaplah sebagaimana keadaan kalian,
sesungguhnya dia adalah Shafiyyah binti Huyay. Kedua orang tersebut berkata : Maha suci Allah wahai
Rasulullah. Beliau saw bersabda : sesungguhnya setan berjalan dalam diri manusia seperti aliran darah
dan sesungguhnya aku khawatir setan mencampakkan keburukan didalam hati kalian
Hendaknya orang yang beri’tikaf menyibukkan diri dengan berbagai keta’atan kepada Allah swt, seperti
membanyakkan shalat sunnah, membaca Al Qur’an, berdzikir, beristighfar, berdo’a, bershalawat kepada
Nabi saw dsb
Hindarilah perkara yang tidak bermanfa’at, baik itu perkataan maupun perbuatan.
23/06/16, 17.17 - Ustadz Mubarok Ptk: Terima kasih pak Ustadz atas penjelasan dan
uraiannya,mengenai I'tikaf.
23/06/16, 17.17 - Ustadz Mubarok Ptk: Karena ada penjelasan bahwa waktu pelaksanaan i'tikaf tdk
terbatas dan boleh sebentar.
dimulai sesudah shalat Taraweh sekitar sesudah pukul sepuluh malam sd menjelang Sahur.sekitar pukul
tiga pagi.
Misalnya : masuk i'tikaf jam 10 malam, kemudian keluarnya jam 11 malam juga boleh.
Yang diajarkan oleh Rasulullah saw : Zakat fithri dikeluarkan berupa makanan.
Supaya jelas , saya kumpulkan beberapa hadits tentang zakat fithri. Setelah itu kita akan membuat
kesimpulan.
ZAKAT FITHRI ( ZAKAT ATAS JIWA )
- Untuk mensucikan orang yang berpuasa dari perkara yang sia sia dan tidak senonoh
- Zakatnya berupa bahan makanan ( bahan pokok ) sebanyak 1 sha’ ( sekitar 2,5 kg )
- Yang berkewajiban mengeluarkannya adalah tiap tiap muslim yang mampu : anak anak atau dewasa,
laki laki atau perempuan, orang merdeka atau budak
Bersumber dari Ibnu Umar r.a , dia berkata : Rasulullah saw mewajibkan zakat fithri sebanyak 1 sha’
kurma atau 1 sha’ gandum terhadap budak maupun orang yang merdeka, laki laki maupun wanita, anak
kecil maupun orang dewasa dari setiap kaum muslimin.
Dan beliau saw juga memerintahkan agar zakat fithri tersebut dikeluarkan sebelum orang orang pergi
untuk melaksanakan shalat Iedul Fithri
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a, dia berkata : Rasulullah saw mewajibkan zakat fithri untuk mensucikan
orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia sia dan hal hal yang tidak senonoh , dan untuk memberi
makan bagi orang orang miskin. Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum shalat Ied maka dia adalah
zakat yang diterima.
Dan barangsiapa yang mengeluarkannya setelah shalat Ied, maka dia adalah shadaqah biasa
sebagaimana shadaqah yang lain.
Bersumber dari ‘Amru bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya, sesungguhnya Nabi saw mengutus orang
untuk berseru di lorong lorong lorong Makkah : Ingatlah , bahwa sesungguhnya shadaqah fithri adalah
wajib atas SETIAP MUSLIM yang laki laki maupun perempuan, orang yang merdeka ataupun budak, anak
kecil ataupun dewasa, yaitu 2 mud gandum atau yang sejenisnya, atau 1 SHA’ MAKANAN
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabuz Zakaah bab 35 no 674, dia berkata : Hadits hasan gharib
Bersumber dari Abu Rajaa’, dia berkata : Aku mendengar Ibnu Abbas r.a berkhutbah di atas mimbarmu
yaitu mimbar Al Bashrah , dia berkata : Shadaqah Fithri adalah 1 SHA’ MAKANAN
Riwayat Nasaai Kitabuz Zakaah bab 36 no 2510 dengan sanad yang shahih
Bersumber dari Sahl bin Hanzhaliyyah, dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Barangsiapa yang meminta minta padahal dia memiliki apa yang dibutuhkannya, maka sesungguhnya
dia memperbanyak api neraka ( untuknya ). Para shahabat bertanya :
Beliau saw menjawab : Sesuatu yang dapat membuatnya kenyang dalam sehari semalam
Penejelasan :
Dari semua hadits berkaitan dengan perintah mengeluarkan zakat fithri, tidak ada satupun kalimat yang
berisi perintah mengeluarkannya dengan uang. Semuanya berkaitan dengan makanan. Padahal pada
masa Rasulullah saw uang sebagai alat tukar sudah ada, yaitu dinar dan dirham.
Selain itu ada anak kalimat : “dan untuk memberi makan kepada orang miskin”.
Maka saya tidak setuju jika zakat fithri dikeluarkan berupa barang lain yang bukan makanan.
Kecuali :
1. Dalam satu kawasan sudah tidak ada orang miskinnya. Zakat fithri berupa bahan makanan melimpah
jumlahnya dan tidak ada yang berhaq menerimanya.
Sedangkan di tempat lain yang agak jauh , ada pemukiman penduduk yang banyak orang miskinnya.
Panitia pengumpul zakat kesulitan dalam mendistribusikan zakat makanan tersebut. Karena barangnya
banyak, berat , dan kesulitan membawanya.
Maka dalam kondisi seperti ini saya sependapat jika zakat fithrinya boleh dikeluarkan dalam bentuk
uang, kemudian ditransfer kepada panitia penerima dengan pesan agar di tempat tersebut dibelikan
beras untuk dibagikan kepada orang miskin di kawasan tersebut.
Dengan demikian , pendistribusian akhir zakat fithri kepada orang miskin tetap berupa makanan
2. Umat Islam tinggal di kawasan yang sulit untuk mendapatkan bahan makanan. Misalnya dalam
suasana perang, yang mana bahan makanan dijatah. Orang kaya atau miskin hanya diidzinkan membeli
sebanyak kebutuhan makan sehari saja. Tidak boleh lebih. Padahal orang kaya memiliki uang banyak
untuk membeli beras. Tapi berasnya tidak ada (dijatah).
Dalam kondisi ini saya berpendapat boleh (bahkan bagus) jika zakat fithri dikeluarkan berupa uang
senilai 1 sha’ bahan makanan pokok ( +/- 2,5 kg), yang nantinya orang miskin dapat membeli bahan
makanan dengan uang tersebut.
Sehingga hasil akhirnya sama saja : zakat tersebut adalah untuk memberi makan orang miskin.
Kesimpulan :
Jika beras melimpah di sekitar kita , tidak ada kesulitan dalam mendapatkannya.
Di sisi lain banyak orang miskin di sekitar kita yang menghajatkan beras tersebut (yang berhaq
menerima zakat) sehingga tidak ada kesulitan dalam mendistribusikannya.
Maka : tidak ada jalan untuk mengganti zakat fithri dengan uang kertas atau barang lainnya.
Soal : Jika nekat mengeluarkan zakat fithri dalam bentuk uang atau benda lainnya yang bukan makanan,
apakah diterima oleh Allah ?
Jawab : saya tidak tahu. Ini bukan haq saya untuk menetapkannya
Tugas saya hanya menyampaikan tuntunan agama berkaitan dengan perintah mengeluarkan zakat fithri.
Setelah itu terserah kepada yang menjalankannya, mau mengamalkannya atau tidak.
Dan hanya Allah yang berhaq untuk menilainya, menerimanya atau tidak.
Wallahu A’lam.
24/06/16, 08.27 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamu alaikum, ustadz. Kami sdh membaca ringkasan ustadz
ttg i'tikaf di masjid dari kiriman teman. Terima kasih banyak ilmu nya. Bagaimana kalau bagi kita yg
masih di tuntut hadir bekerja karena memasuki hari ke 21 biasanya blm libur. Bisakah i'tikaf sebentar
sebentar saja.
24/06/16, 08.27 - Ustadz Mubarok Ptk: Wa alaikum salam wr wb. Orang yang melakukan i’tikaf
berpeluang besar menjumpai Lailatul Qadar karena seluruh aktifitasnya di dalam masjid senantiasa
bernilai ibadah di sisi Allah , yaitu berada di dalam ibadah i’tikafnya.
Jika tidak mampu i’tikaf 10 hari berturut turut, boleh melakukannya semampunya. Misalnya dipilih
malam hari saja, atau malam yang ganjil saja, atau beberapa jam saja . Kalau tidak mampu i’tikaf , maka
sekurangnya : lakukan shalat tarawih, sebab bagi orang yang mengerjakan shalat tarawih , sekurangnya
dia mendapatkan sebagian dari Lailatul Qadar.
Wallahu A’lam.
Mungkin khatibnya memiliki rujukan yang tidak saya ketahui. Nanti bisa ditanyakan secara detail
kepadanya, apakah yang disampaikan murni pendapat atau ada dalilnya.
Jika 8 golongan itu atau sebagian diantaranya ada di sekitar kita , maka wajib zakat tersebut diberikan
kepadanya. Kalau tidak diberikan maka kita sudah berkhianat kepada mereka. Karena uang zakat adalah
haq (milik) mereka yang Allah titipkan kepada orang kaya. Kemudian orang kaya menitipkan zakatnya
kepada pengurus zakat.
Kecuali : zakat sudah dikumpulkan , tapi 8 golongan tidak ada di sekitar kita. Maka kita (pengurus zakat)
bisa menahan harta zakat , menunggu sampai ada yang berhaq menerima.
Maka saya tidak setuju menahan zakat fithri padahal orang miskin ada di sekitar kita. Saya khawatir
berkhianat terhadap haq mereka atas kita.
Wallahu A'lam.
26/06/16, 01.07 - Ustadz Mubarok Ptk: ZAKAT MAAL UNTUK KELUARGA DEKAT ?
، ار ِب ْال َمدِي َن ِة َماالً مِنْ َن ْخ ٍل ِ ص َ ان َأبُو َط ْل َح َة َأ ْك َث َر اَأل ْن َ َيقُو ُل َك- رضى هللا عنه- ٍس ب َْن َمالِك َ ْن َأ ِبى َط ْل َح َة َأ َّن ُه َسم َِع َأ َن ِ ْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب ِ َعنْ ِإسْ َحاقَ ب
ب َقا َل ٍ َي ْد ُخلُ َها َو َي ْش َربُ مِنْ َما ٍء فِي َها َط ِّي- صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا َ
ك و
َ َ ِ َ ، د
ِ ج ْس م ْ
ال َ
ة َ ل ب
ِ ْ
ق َ
ت ُْس
م ْ
ت َ
ن اك َ وَ َ َ َ ان َأ َحبَّ َأ َ ِإ
ءا ُح ر ْ
ي ب ه
ِ ي ْ َ ل ه
ِ ل
ِ ا مْو َ َو َك
هَّللا
ِ َف َقا َل َيا َرسُو َل- صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا َ َ ْ َ َأ َ َأ َنسٌ َفلمَّا ن ِزلت َه ِذ ِه اآل َية ( لنْ َت َنالوا ال ِبرَّ َحتى تنفِقوا ِممَّا ت ِحب
ِ ُّون ) َقا َم بُو طل َحة ِإلى َرس ُ ُ ْ ُ َّ ْ ُ َ ُ ْ َ ْ ُأ َ
ص َد َق ٌة هَّلِل ِ َأرْ جُو ِبرَّ َها َو ُذ ْخ َر َها
َ َوِإ َّن َها، ُّون ) َوِإنَّ َأ َحبَّ َأمْ َوالِى ِإلَىَّ َب ْير َُحا َء
َ ك َو َت َعالَى َيقُو ُل ( َلنْ َت َنالُوا ْال ِبرَّ َح َّتى ُت ْنفِقُوا ِممَّا ُت ِحب َ ارَ ِإنَّ هَّللا َ َت َب.
ْ َو َقد، َذل َِك َما ٌل َر ِاب ٌح، َذل َِك َما ٌل َر ِاب ٌح، « َب ْخ- صلى هللا عليه وسلم- ِ َقا َل َف َقا َل َرسُو ُل هَّللا. ُ اك هَّللا َأ ُ هَّللا
َ َيا َرسُو َل ِ َحيْث َر3ضعْ َها َ َف، ِ عِ ْندَ هَّللا
َأ ْ َأ هَّللا َأ ْ َأ َأل َأ َأ ْ
ِ بُو َطل َح َة فِى َق3 َف َق َس َم َها. ِ َف َقا َل بُو َطل َح َة ْف َع ُل َيا َرسُو َل. » ين
ار ِب ِه َو َبنِى َع ِّم ِه َ ت َما قُلتَ َوِإ ِّنى َرى نْ َتجْ َعلَ َها فِى ا ْق َر ِب 3ُ َْسمِع
Bersumber dari Ishaq bin Abdullah bin Abi Thalhah, bahwasanya dia mendengar Anas bin Malik r.a
berkata : Abu Thalhah termasuk qaum Anshar yang paling banyak memiliki harta berupa korma di
Madinah. Harta miliknya yang paling dicintainya adalah kebun korma Bairuha’ yang berhadapan dengan
masjid Nabawi. Rasulullah saw biasa masuk ke dalamnya dan minum air segar di dalamnya.
َ لَنْ َت َنالُوا ْال ِبرَّ َح َّتى ُت ْنفِقُوا ِممَّا ُت ِحبKamu sekali-kali tidak sampai kepada
Anas r.a berkata : ketika turun ayat ُّون
kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cinta (surah Ali
Imran ayat 92), maka Abu Thalhah r.a berdiri menuju Rasulullah saw dan berkata : Wahai Rasulullah ,
sesungguhnya Allah Tabaraka wa Ta’ala telah berfirman :
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan
sebahagian harta yang kamu cinta. Sesungguhnya harta yang paling aku cintai adalah kebunku Bairuha’.
Sesungguhnya sekarang kebunku itu menjadi shadaqah karena Allah. Aku harapkan kebaikannya di sisi
Allah. Maka berikanlah kebunku itu (kepada orang) yang telah ditampakkan oleh Allah kepadamu.
Anas r.a berkata : Rasulullah saw bersabda : Wah , itu adalah harta yang menguntungkan , itu adalah
harta yang menguntungkan. Aku telah mendengar apa yang engkau katakan.
Dan aku memandang bahwa kebunmu itu agar engkau berikan kepada kerabatmu.
Maka Abu Thalhah membagi kebun tersebut kepada kerabatnya dan anak anak pamannya.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabuz Zakah bab 44 no 1461
ف َف َو َع َظ َ ص َر َ صلَّى ُث َّم ا ْن َ فِى َأضْ حً ى َأ ْو ف ِْط ٍر ِإلَى ْال ُم- صلى هللا عليه وسلم- ِ َخ َر َج َرسُو ُل هَّللا- رضى هللا عنه- َِّعنْ َأ ِبى َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِرى
َأ َ َأ َأ َ اس َوَأ َم َر ُه ْم ِبالصَّدَ َق ِة َف َقا َل « َأ ُّي َها ال َّناسُ َت
. » ار ِ َفِإ ِّنى َر ْي ُتكنَّ كث َر هْ ِل الن، ص َّد ْق َن
َّ ْ ُ َ ء َف َقا َل « َيا َمعْ َش َر ال ِّن َسا ِء َت3ِ َفمَرَّ َعلَى ال ِّن َسا. » ص َّدقُوا َ ال َّن
از ِم مِنْ ِإحْ َدا ُكنَّ َيا ْ ُ ْ َأ ٍ ت َع ْق ٍل َود َ ْت مِنْ َناق َأ
ُ َما َر ي، ير ْ هَّللا
َ َِفقُ ْل َن َو ِب َم َذل َِك َيا َرسُو َل ِ َقا َل « ُت ْكثِرْ َن اللَّعْ َن َو َت ْكفُرْ َن العَش
ِ ب لِلبِّ الرَّ ج ُِل ال َح َ ِين ذ َه 3ِ ِصا
ُّْن َمسْ عُو ٍد َتسْ َتْأذِنُ َعلَ ْي ِه َفقِي َل َيا َرسُو َل هَّللا ِ َه ِذ ِه َز ْي َنبُ َف َقا َل « َأى ِ ت َز ْي َنبُ ا ْم َرَأةُ اب 3ْ ار ِإلَى َم ْن ِز ِل ِه َجا َءَ ص َ ف َفلَمَّا َ ص َرَ ُث َّم ا ْن. » َمعْ َش َر ال ِّن َسا ِء
َأ ُأ
، ان عِ ندِى ُحلِىٌّ لِى ْ َ َو َك، ص َد َق ِة ْ
َّ ك َمرْ تَ ال َي ْو َم ِبال َّ هَّللا
َ ت َيا َن ِبىَّ ِ ِإن َ َ َ ُ َ ْئ
ْ َف ذ َِن ل َها َقال. » َقا َل « َن َع ِم ا ذنوا ل َها. ْن َمسْ عُو ٍد ِ َفقِي َل امْ َرَأةُ اب. » ب َّ
ِ الز َيا ِن
ُصدَقَ ابْن َ « - صلى هللا عليه وسلم- ُّ َف َقا َل ال َّن ِبى. ت ِب ِه َعلَي ِْه ْم ُ ص َّد ْقَ َف َز َع َم ابْنُ َمسْ عُو ٍد َأ َّن ُه َو َولَدَ هُ َأ َح ُّق َمنْ َت، صدَّقَ ِب ِه َ ت َأنْ َأ َت
ُ َفَأ َر ْد
َ
ت ِب ِه َعلي ِْه ْم ْ
ِ ص َّدق َ ُّ َأ َ
َ ز ْوجُكِ َو َول ُدكِ َحق َمنْ ت، َمسْ عُو ٍد َ
Bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri r.a dia berkata : Nabi saw keluar pada hari Raya Adh-ha atau Fithri ke
Mushalla (lapangan) kemudian beliau saw berbalik dan menasehati manusia dan memerintahkan
mereka untuk bershadaqah. Beliau saw bersabda : Wahai sekalian manusia , bershadaqahlah ! Lalu
beliau saw melewati qaum wanita dan bersabda : Wahai qaum wanita, bershadaqahlah kalian. Karena
aku melihat mayoritas penghuni neraka adalah kelompok kalian.
Nabi saw bersabda : Karena kalian banyak melaknat dan mengingkari kebaikan suami.
Aku tidak pernah melihat orang yang kurang aqal dan agamanya serta dapat menghilangkan aqal laki
laki yang teguh dibandingkan kalian , wahai wanita.
Ketika Nabi saw sudah sampai rumahnya , Zainab r.a istri dari Ibnu Mas’ud r.a datang meminta idzin
untuk menemuinya.
Lalu Zainab r.a diidzinkan masuk dan berkata : Wahai Nabi Allah, sesungguhnya hari engkau telah
memerintahkan untuk bershadaqah. Aku memiliki perhiasan dan aku ingin menhadaqahkannya. Namun
Ibnu Mas’ud berkata bahwa dia dan anaknya lebih berhaq agar aku bershadaqah kepada mereka.
Nabi saw bersabda : Ibnu Mas’ud benar. Suamimu dan anakmu adalah orang yang lebih berhaq agar
engkau bershadaqah kepada mereka.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabu bab no 1462
Penjelasan :
Jika ada keluarga kita yang termasuk kelompok 8 penerima zakat, maka keluarga tersebut harus
didahulukan daripada orang lain yang memiliki keadaan yang sama.
Maka orang miskin yang masih kerabat harus didahulukan dari pada orang miskin yang bukan kerabat.
2. Zakat atau shadaqah lainnya boleh di serahkan secara langsung kepada yang berhaq menerima.
Tetapi saya tidak ingkar bahwa : jika ada lembaga amil zakat yang dapat dipercayai
, maka menyerahkan kepada mereka adalah lebih utama, karena lebih terarah dalam
pendistribusiannya.
Wallahu A’lam.
26/06/16, 01.08 - Ustadz Mubarok Ptk: MENGELUARKAN ZAKAT DENGAN BARANG YANG BERBEDA.
Maksudnya : Seseorang wajib zakat mengeluarkan zakat dengan barang yang berbeda dari harta yang
terkena kewajiban zakatnya .
Misalnya : penjual kelapa mengeluarkan zakat berupa beras.
Jawab :
2. Zakat perdagangan
3. Zakat pertanian
4. Zakat ternak
Pada ashalnya , zakat maal (zakat atas harta) dikeluarkan sesuai dengan harta yang terkena kewajiban
zakatnya. Tetapi dalam keadaan tertentu , dengan menimbang kemaslahatan bagi penerima zakat ,
maka boleh mengganti dengan barang lainnya yang senilai dengan kewajiban zakat yang harus
dikeluarkan.
Misalnya :
1. Pedagang sampah plastik (pengepul pemulung), dagangannya adalah sampah plastik bekas pakai
seperti gelas aqua dll. Barang ini bermanfaat bagi pedagangnya , tapi kurang dapat diambil manfaatnya
oleh penerima zakat.
Jika penerima zakat diberikan sampah senilai 2.5 % dari stok sampah yang ada , maka hal ini tidak akan
bermanfa’at baginya.
Dalam keadaan ini mukmin wajib zakat dapat mengeluarkan zakatnya dengan barang lain senilai
kewajiban zakatnya . Misalnya diberikan dalam bentuk beras dll.
2. Pedagang pesawat terbang. Jika dia memiliki 120 pesawat terbang maka zakatnya adalah 3 buah
pesawat. Orang miskin tidak akan dapat mengambil manfaat dari pesawat yang diberikan kepadanya.
Maka mukmin wajib zakat dapat menggantinya dengan barang lain yang senilai kewajiban zakatnya.
Tetapi penggantian barang ini tetap harus mengedepankan asas manfaat. Jangan diganti dengan barang
lain yang juga kurang bisa diambil manfaatnya.
Hal ini silakan difikirkan masing masing dengan melihat keadaan di lapangan.
Pak mau nanya masalah walimatuss safar, klo misalnya undangan makan trsebut diganti dg kita
membagikan nasi kotak ke orang2, apa boleh pak.. tanpa mengajak makan di rumah? Syukron pak atas
jawabannya
Walimatus safar adalah undangan makan sehubungan dengan kedatangan seseorang dari perjalanan.
Ini bagian dari sunnah Nabi saw dan amalan shahabat .
لَمَّا َق ِد َم ْال َمدِي َن َة َن َح َر َج ُزورً ا َأ ْو َب َق َر ًة- صلى هللا عليه وسلم- ِ رضى هللا عنهما َأنَّ َرسُو َل هَّللا- ِ ْن َع ْب ِد هَّللا
ِ َعنْ َج ِاب ِر ب
Bersumber dari Jabir bin Abdullah r.a , bahwasanya Rasulullah saw ketika tiba di Madinah , beliau saw
menyembelih onta atau sapi.
Hadits riwayat Al Bukhari secara Mu’allaq Kitabul Jihad bab 199 no 3089
Penjelasan :
Disunnahkan bagi qaum Muslimin untuk mengadakan jamuan makan sepulang dari perjalanan jauh.
Sebagian ulama memandang bahwa anjuran mengadakan jamuan makan hanya untuk kepala daerah
atau orang yang ditokohkan di tempat tersebut.
Tetapi saya memilih bahwa undangan makan berkaitan dengan kepulangan dari safar yang jauh adalah
dianjurkan bagi tiap qaum Muslimin
Caranya bebas : boleh orangnya diundang ke rumah , atau makannya diantarkan kerumah masing
masing. Yang penting tujuan memberi makan orang lain dapat tercapai.
Peringatan :
Mengadakan jamuan makan ketika AKAN MELAKUKAN PERJALANAN adalah adat , bukan perintah
agama. Maka boleh dilakukan asalkan tidak menganggap bahwa hal ini adalah bagian dari perintah
agama.
Wallahu A’lam.
26/06/16, 02.10 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalaamu alaikum...
Ustadz, apakah ketentuan yg mengatakan bahwa "seseorang yg pergi sholat jumat tapi terlambat,
masuk ke Masjid stlah khotib naik mimbar/sudah mulai khotbah", org tsb tidak mendapat nilai
jumatannya pada hari itu..? Syukron
Jika makmum datang mendatangi jum'at ketika imam sudah dapat 1 rakaat, kemudian dia
menyempurnakan sisa rakaatnya , maka sudah sah jum'ahnya.
26/06/16, 02.10 - Ustadz Mubarok Ptk: « الَ َي ْغ َتسِ ُل َر ُج ٌل َي ْو َم- صلى هللا عليه وسلم- ُّارسِ ىِّ َقا َل َقا َل ال َّن ِبى ِ ان ْال َفَ َعنْ َس ْل َم
، ِب َل ُه
َ صلى َما ُكت ِّ ُ
َ ث َّم ُي، ْن ْ ُ
ِ َفالَ ُي َفرِّ ُق َبي َْن اث َني، ب َب ْي ِت ِه ث َّم َي ْخ ُر ُج َأ ُ َ َو َي َتط َّه ُر َما اسْ َتط، ْال ُجم َُع ِة
ِ ْو َيمَسُّ مِنْ طِ ي، َو َي َّدهِنُ مِنْ دُهْ ِن ِه، اع مِنْ طه ٍْر َ َ
ُأل
ِإالَّ ُغف َِر لَ ُه َما َب ْي َن ُه َو َبي َْن ْال ُج ُم َع ِة ا ْخ َرى، ت ِإ َذا َت َكلَّ َم اِإل َما ُمُ ُِث َّم ُي ْنص
Bersumber dari Salman Al Farisi r.a dia berkata : Nabi saw bersabda :
Tidaklah seorang laki laki mandi pada hari Jum’ah kemudian dia membersihkan apa yang mampu dia
bersihkan , lalu dia memakai minyak rambut dan parfum yang ada di rumahnya, kemudian dia keluar
( ke Masjid ) tidak memisahkan 2 orang yang duduk , kemudian dia shalat seberapa mampu , kemudian
dia diam ( mendengar dan memperhatikan ) ketika imamnya berkhutbah , maka tidak bisa tidak : akan
diampuni dosanya diantara Jum’ah itu dengan Jum’ah yang lainnya
Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al Asqalaaniy berkata : Pengampunan dosa selama 1 minggu ( yaitu dari
Jum’at yang lalu sampai Jum’at sekarang ) dapat diperoleh oleh seorang Muslim apabila dia telah
melaksanakan semua hal yang telah disebutkan yaitu mandi dengan membersihkan badan , memakai
minyak rambut , memakai minyak wangi, memakai pakaian yang terbaik yang dimilikinya , berjalan
dengan tenang , tidak melangkahi pundak orang , tidak memisahkan 2 orang yang duduk , tidak
menyakiti jama’ah lain, melakukan shalat sunnah , diam mendengarkan khutbah imamnya , tidak
bergurau di masjid.
( Lihat : Kitab Fathul Baari , Syarah shahih Al Bukhari jilid 3 halaman 473 )
26/06/16, 02.10 - Ustadz Mubarok Ptk: ان َ « ِإ َذا َك- صلى هللا عليه وسلم- ُّ َقا َل َقا َل ال َّن ِبى- رضى هللا عنه- َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة
َ ُف َو َجاءُوا َيسْ َت ِمع
ُون َ َ َفِإ َذا َجل، ُون اَألوَّ َل َفاَألوَّ َل
ُّ س اِإل َما ُم َط َووُ ا ال
َ صح ِ ب مِنْ َأب َْوا
َ َي ْك ُتب، د ْال َمالَِئ َك ُة3ِ ب ْال َمسْ ِج َ َي ْو ُم ْال ُجم َُع ِة َك
ٍ ان َعلَى ُك ِّل َبا
ْ ِّ
الذك َر
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Nabi saw bersabda : Apabila hari Jum’ah maka para
Malaikat berada di pintu pintu masjid , mereka mencatat orang orang yang datang lebih awal. Apabila
imam duduk di atas mimbar maka para Malaikat menutup buku catatannya dan pergi mendengarkan
khutbah .
Penjelasan :
Imam Al Hafidh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani berkata : Malaikat yang diutus oleh Allah untuk mencatat amal
perbuatan manusia pada hari Jum’ah bukanlah malaikat Hafadhah (bukan malaikat yang bertugas
mencatat perbuatan manusia sehari hari),.
Adapun yang ditulis oleh para Malaikat ini adalah perbuatan perbuatan yang berkaitan dengan ibadah
Jum’at seperti kedatangannya ke masjid, mendengarkan khutbah, dzikir , do’a , khusyu’ dan
semacamnya.
Lihat : Kitab Fat-hul Baari , syarah terhadap Kitab shahih Al Bukhari jilid halaman Kitabul Jumu’ah bab 4
no 881
Dari saya :
Yang saya fahami , orang yang terlambat datang ke sidang jum’ah dan mendapati imamnya sedang
shalat , kemudian dia bergabung dengan imamnya , maka sudah sah jum’ahnya. walaupun dia tidak
mendapatkan khutbah imamnya.
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa jika imam sudah naik ke atas mimbar maka Malaikat khusus ini
langsung menutup buku catatan amaliah khusus Jum’ah. Artinya , kebaikan yang dijanjikan Allah bagi
orang yang hadir pada sidang Jum’ah tidak lagi dicatat oleh Malaikat khusus tersebut.
Wallahu A’lam.
26/06/16, 06.21 - Ustadz Mubarok Ptk: TIDURNYA ORANG BERPUASA TETAP BERPAHALA ?
ان راَق ًِدا َعلَى ف َِراشِ ِه
َ الصَّاِئ ُم فِيْ عِ َبا َد ٍة َوِإنْ َك
Orang yang berpuasa senantiasa dalam ibadah sekalipun dia sedang tidur di atas ranjangnya.
حدثنا سليمان بن عبد الرحمن: حدثنا أبو بكر محمد بن هارون بن محمد بن بكار بن بالل:
Telah mengkhabarkan kepadaku ABU BAKAR YAHYA BIN ABDULLAH BIN AZ ZAJJAAJ dia berkata :
Telah mengkhabarkan kepadaku ABU BAKAR MUHAMMAD BIN HARUN bin Muhammad bin Bukar bin
Bilal
Telah mengkhabarkan kepadaku HAASYIM BIN ABU HURAIRAH Al Hamshiy dari Hisyaam bin Hasan dari
Ibnu Siriin dari Sulaiman bin ‘Aamir Adh Dhabiyyi secara marfu’
Sanad hadits ini dha’if karena Abu Bakar Yahya bin Abdullah bin Az Zajjaaj dan Abu Bakar Muhammad
bin Harun bin Muhammad bin Bukar bin Bilal tidak dikenal (majhul).
Selain itu , Haasyim bin Abu Hurairah Al Hamshiy tidak ada ulama yang memberikan penilaian atas
dirinya, apakah dipercaya atau dicela.
Lihat : Kitab Silsilah Al Ahaadiitsa Adh Dha’iifah wal Maudhuu’ah jilid 2 halaman 107 no 653
Tetapi didapati redaksi kalimat serupa dengan sanad yang shahih, yang bersumber dari ucapan Abul
‘Aaliyah seorang dari tabi’in.
َ ين َعنْ َأ ِبى ْال َعالِ َي ِة قال الصَّاِئ ُم فِيْ عِ َبا َد ٍة َما لَ ْم َي ْغ َتبْ َأ َح ًدا َوِإنْ َك
ان َناِئمًا َعلَى ف َِراشِ ِه َ ير ِ ص َة ِب ْن
ِ ِت س َ َع ْب ُد الرَّ َّزاق َعنْ ِه َش ِام َعنْ َح ْف
Orang yang berpuasa senantiasa dalam ibadah selama dia tidak melakukan ghibah kepada siapapun
walaupun dia tidur di atas ranjangnya.
Lihat : Kitab Silsilah Al Ahaadiitsa Adh Dha’iifah wal Maudhuu’ah jilid 2 halaman 107 no 653
Penjelasan :
Kalimat “ orang yang berpuasa senantiasa dalam ibadah walaupun dia tidur” adalah ucapan seorang
tabi’in yang bernama Abul ‘Aaliyah , bukan sabda Nabi saw.
Maksudnya : Bukan tidurnya yang bernilai ibadah , tetapi yang bernilai ibadah adalah puasanya.
Jadi , orang yang berpuasa ketika dia berjalan kepasar, tetap saja dia berada di dalam ibadah puasanya.
Semua aktifitas orang yang dilakukan oleh orang yang berpuasa adalah berda di dalam ibadah puasanya
termasuk tidurnya.
Jadi , yang bernilai ibadah bukan tidurnya , bukan pula perjalanannya ke pasar.
Perbandingan :
Orang yang sedang i’tikaf senantiasa berada di dalam ibadah sekalipun dia tertidur di dalam masjid.
Jadi , yang bernilai ibadah bukan tidurnya , tetapi i’tikafnya.
Wallahu A’lam.
Bersumber dari Abu Al Haura’, dia berkata : Al Hasan bin Ali r.a berkata : Rasulullah saw mengajarkan
kepadaku beberapa kalimat agar aku membacanya di dalam witir.
Dan berikanlah keberkahan terhadap apa yang telah Engkau berikan kepadaku
Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang menjatuhkan keputusan , dan tidak ada yang memberikan
keputusan kepada-Mu.
Dan sesungguhnya orang yang Engkau bela tidak akan menjadi hina.
Ahmad 1/199
27/06/16, 06.01 - Ustadz Mubarok Ptk: ADAKAH ZAKAT ATAS JASA ATAU GAJI ?
Misalnya :
• Gaji pegawai
• Dsb
Orang yang mencari nafkah dengan menjual jasa atau pegawai yang mendapatkan gaji , maka dia berada
dalam beberapa keadaan :
A). Gajinya ditabung , kemudian terkumpul sehingga mencapai nishab ( batas minimal harta yang
diwajibkan dikeluarkan hartanya ). Kemudian tabungan yang sudah mencapai nishab tersebut berlalu
sampai setahun.
B). Penghasilan yang diterima dari menjual jasa atau dari gajinya sebagai pegawai , terpakai untuk
kebutuhan kesehariannya , sehingga tidak dapat menabung.
Atau dia berusaha menabung tetapi selalu tidak dapat mencapai nishab.
Atau sudah pernah mencapai nishab , tetapi tidak pernah bertahan sampai 1 tahun.
Maka orang yang seperti ini tidak ada kewajiban zakat atasnya.
Kecuali dia mau mengeluarkan shadaqah atas kemauannya sendiri , maka tidak ada halangan baginya.
Sedangkan besarnya shadaqah tersebut tidak ditentukan dalam agama.
Soal :
Misalnya : gaji yang diterimanya baru sebulan sebesar Rp 5 juta langsung kena zakat, dengan cara
perhitungan dikalikan setahun : 12 x Rp 5 juta = Rp 60 juta.
Angka Rp 60 juta dianggap sudah melampaui nishab yang sekitar Rp 40 juta. Sehingga ketika mendapat
gaji baru sebulan Rp 5 juta sudah harus dikeluarkan zakatnya 2,5 % dari Rp 5 juta tersebut.
Jawab :
Zakat adalah ketentuan agama yang sudah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya saw.
Dari 6 macam zakat atas harta (zakat maal) , tidak ada satupun perintah agama dari Rasulullah saw
untuk mengeluarkan zakat profesi. Setahu saya zakat profesi benar benar 100 % hasil ijtihad beberapa
waktu belakangan ini.
Disamping itu, seseorang yang menerima gaji sebulan , maka gajinya yang 11 bulan kedepan belum
menjadi miliknya karena belum diterimanya. Saya berat untuk menerima bahwa dia dianggap memiliki
harta sudah sampai nishab , padahal harta tersebut belum menjadi miliknya.
Mungkin saja dia keluar dari pekerjaannya ketika baru 2 bulan bekerja.
Atau dia benar benar bekerja selama 1 tahun dan menerima gaji setahun, tetapi harus menjalani operasi
karena sakit jantung , sehingga gajinya 1 tahun pun tidak cukup untuk membiayai ongkos medisnya.
Sehingga dia harus berhutang ke sana kemari dan tidak ada lagi harta yang dimilikinya.
Orang ini masuk kategori orang yang miskin yang berhaq menerima zakat.
Jika seseorang memiliki simpanan emas , yang memang 100 % miliknya , sebanyak 1000 gram.
Setelah 10 bulan dia kena mushibah kebakaran sehingga hartanya habis dan emasnya hilang.
Apakah dia tetap wajib membayar zakat atas emas 1000 gram yang pernah dimilikinya ?
Jawabannya : tidak ! karena emas tersebut dimilikinya hanya 10 bulan , belum setahun. Dan setelah itu
tidak lagi dimilikinya. Karena emas tersebut dimilikinya belum sampai 1 tahun , maka dia tidak
berkewajiban membayar zakat.
Bagaimana mungkin seorang pekerja yang baru menerima gajinya sebulan , tiba tiba dia wajib
mengeluarkan zakatnya karena dianggap sudah sampai nishab atas harta yang belum dimilikinya , atau
mungkin akan dimilikinya 1 tahun lagi ? Atau harta tersebut setahun lagi pun habis tidak tersisa karena
untuk biaya hidup ?
Saya sulit menerima hukum zakat profesi karena zakat adalah ketentuan agama yang diancam dengan
sanksi dunia dan akhirat. Maka diperlukan dalil dari Nabi saw, dan tidak bisa ancaman akhirat ini
muncul dari ijtihad seseorang . Sekalipun dia dianggap ulama. Karena dia tidak berhaq mengancam
dengan siksa akhirat hanya karena ijtihadnya semata.
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan
mereka, dan mendoalah untuk mereka.
syarat wajibnya
ار َج َه َّن َم َف ُت ْك َوى ِب َها ِج َبا ُه ُه ْم يل هَّللا ِ َف َب ِّشرْ ُه ْم ِب َع َذا ٍ َأ َّ ِب َو ْالف
ِ ض َة َوال ُي ْنفِقُو َن َها فِي َس ِب َّ نزون َ َوالَّذ
ِين َي ْك
ِ ) َي ْو َم يُحْ َمى َعلَ ْي َها فِي َن34( ب ل ٍِيم َ الذ َه َ
نزون
َ ْ َ ُ ْ ُ ُ ُ َ ُ ُ ْ ُ َ َ
َو ُجنو ُب ُه ْم َوظهُو ُر ُه ْم َهذا َما كنزت ْم ألنفسِ ك ْم فذوقوا َما كنت ْم تكُ ُ
Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka
beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,
Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahanam, lalu dibakar dengannya dahi mereka,
lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu
simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu".
Bersumber dari Abu Hurairah r.a, dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Tidak seorangpun yang menyimpan harta yang tidak dikeluarkan zakatnya, kecuali harta itu akan
dipanaskan di neraka jahannam, dan akan dijadikan kepingan kepingan lalu digosokkan kepada kedua
pinggangnya dan keningnya………
Dan tidak seorangpun pemilik onta yang tidak membayarkan zakatnya, melainkan onta onta itu akan
dilepaskan bersama dia di sebuah lapangan , lalu onta onta itu akan menginjak nginjak dan menggigit
pemiliknya.
Setiap kali yang terakhir selesai , maka yang pertama akan dikembalikan kepadanya (untuk melakukan
hal yang sama)
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabuz Zakaah bab 6 no 987 ( ini adalah lafadznya )
ْ َو َمنْ َم َن َع َها َفِإ َّنا آخ ُِذو َها َو َش ْط َر َمالِ ِه َع ْز َم ًة مِن......... َقا َل-صلى هللا عليه وسلم- ِ ِيم َعنْ َأ ِبي ِه َعنْ َج ِّد ِه َأنَّ َرسُو َل هَّللا ِ َعنْ َبه ِْز ب
ٍ ْن َحك
ت َر ِّب َنا َع َّز َو َج َّلِ َع َز َما
حسن: قال الشيخ األلباني
إسناده حسن: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Bahz bin Hakiim dari bapaknya dari kakeknya , Sesungguhnya Rasulullah saw
bersabda : .... Barangsiapa yang menolak membayar zakatnya maka kami akan mengambilnya dan
( ditambah ) dengan setengah dari hartanya, sebagai pelaksanaan dari salah satu ketetapan Tuhan kami
‘Azza Wa Jalla
Hadits hasan riwayat Abu Dawud Kitabuz Zakaah bab 5 no 1575 ( ini adalah lafadznya )
Dinilai shahih lighairihi oleh Syaikh Al Albani dalam shahih At Targhiib no 763
س هَّللا ُ َع ْن ُه ُم ْال َق ْط َر َّ َوالَ َم َن َع َق ْو ٌم.... : -صلى هللا عليه وسلم- ُّْن ب َُريْدَ َة َعنْ َأ ِبي ِه َقا َل َقا َل ال َّن ِبى
َ الز َكا َة ِإالَّ َح َب ِ َع ِن اب
هذا حديث صحيح على شرط مسلم: قال الحاكم
على شرط مسلم: تعليق الذهبي قي التلخيص
) ( صحيح لغيره: قال الشيخ األلباني
Tidaklah suatu kaum menolak membayar zakat , melainkan Allah menahan hujan atas mereka
( maksudnya : Tidak diturunkan hujan atas mereka )
Hadits riwayat Al Baihaqi dalam Sunanul Kubra jilid 5 halaman 157 , Kitabu Shalatil Istisqaa’ bab 6 no
6490
Al Hakim dalam Al Mustadrak jilid 2 halaman 461 Kitabul Jihad no 2623 yang dinilai shahih olehnya dan
disetujui oleh imam Adz Dzahabi
Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani dalam shahih Targhib wat Tarhiib no 2418
Bersumber dari Abu Hurairah r.a, dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Tidak seorangpun yang menyimpan harta yang tidak dikeluarkan zakatnya, kecuali harta itu akan
dipanaskan di neraka jahannam, dan akan dijadikan kepingan kepingan lalu digosokkan kepada kedua
pinggangnya dan keningnya………
Dan tidak seorangpun pemilik onta yang tidak membayarkan zakatnya, melainkan onta onta itu akan
dilepaskan bersama dia di sebuah lapangan , lalu onta onta itu akan menginjak nginjak dan menggigit
pemiliknya.
Setiap kali yang terakhir selesai , maka yang pertama akan dikembalikan kepadanya (untuk melakukan
hal yang sama)
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabuz Zakaah bab 6 no 987 ( ini adalah lafadznya )
Bersumber dari Abu Hurairah r.a, dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Barangsiapa yang bershadaqah dengan sebiji kurma dari usaha yang baik (halal), dan Allah tidak
menerima kecuali yang baik, maka sesungguhnya Allah menerimanya dengan tangan kanan Nya,
kemudian mengembangkannya buat pelakunya, sebagaimana seseorang memelihara seekor anak
ontanya hingga nanti menjadi seperti gunung
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabuz Zakaah bab 8 no 1410
ٍ ص َد َق ٌة مِنْ َم
ال ْ ص
َ ت ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َعنْ َرس
َ َقا َل « َما َن َق-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا
Bersumber dari Abu Hurairah r.a, dari Rasulullah saw yang bersabda :
(maksudnya : Harta tidak akan berkurang jika dikeluarkan shadaqahnya, bahkan akan bertambah)
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Birr Wash Shilah wal Adab bab 19 no 2588
29/06/16, 08.05 - Ustadz Mubarok Ptk: Saya dapat postingan artikel tentang ZAKAT PROFESI dari group
sebelah.
Karena materinya penting, dan juga bahasanya bagus serta penjabarannya ilmiah dan adil maka akan
saya share ke group kita :
----------------------------------
Pertanyaan.
Bismillaahirrahmaanirrahiim
1. Apakah Ijtihad/Qiyas yang dipakai oleh ulama yang membolehkan Zakat Profesi itu bisa dijadikan dalil
untuk diamalkan? di Perusahaan saya sudah lama diberlakukan zakat profesi ini dengan cara potong gaji
tiap bulannya berdasarkan kesepakatan sebelumnya, ada yang mau dan ada pula yang tidak mau
dipotong gajinya.
2. Terus adakah buku yang bagus yang khusus menjelaskan Zakat Profesi ini!?
Hasan
〰➖〰
Jawaban
1. Zakat yang diwajibkan untuk dipungut dari orang-orang kaya telah dijelaskan dengan gamblang dalam
banyak dalil. Dan zakat adalah permasalahan yang tercakup dalam kategori permasalahan ibadah,
dengan demikian tidak ada peluang untuk berijtihad atau merekayasa permasalahan baru yang tidak
diajarkan dalam dalil. Para ulama’ Dari berbagai mazhab telah menyatakan:
Berdasarkan kaedah ini, para ulama’ menjelaskan bahwa barangsiapa yang membolehkan atau
mengamalkan suatu amal ibadah, maka sebelumnya ia berkewajiban untuk mencari dalil yang
membolehkan atau mensyari’atkannya. Bila tidak, maka amalan itu terlarang atau tercakup dalam
amalan bid’ah:
Zakat adalah salah satu rukun Islam, sebagaimana syahadatain, shalat, puasa, dan haji. Mungkinkah
anda dapat menolerir bila ada seseorang yang berijtihad pada masalah-masalah tersebut dengan
mewajibkan sholat selain sholat lima waktu, atau mengubah-ubah ketentuannya; subuh menjadi 4
rakaat, maghrib 5 rakaat, atau waktunya digabungkan jadi satu.
Ucapan syahadat ditambahi dengan ucapan lainnya yang selaras dengan perkembangan pola hidup
umat manusia, begitu juga haji, diadakan di masing-masing negara guna efisiensi dana umat dan
pemerataan pendapatan dan kesejahteraan umat.
Dan puasa ramadhan dibagi pada setiap bulan sehingga lebih ringan dan tidak memberatkan para
pekerja pabrik dan pekerja berat lainnya.
Mungkinkah anda dapat menerima ijtihad ngawur semacam ini? Bila anda tidak menerimanya, maka
semestinya anda juga tidak menerima ijtihad zakat profesi, karena sama-sama ijtihad dalam amal ibadah
dan rukun Islam.
Terlebih-lebih telah terbukti dalam sejarah bahwa para sahabat nabi dan juga generasi setelah mereka
tidak pernah mengenal apa yang disebut-sebut dengan zakat profesi, padahal apa yang disebut dengan
gaji telah dikenal sejak lama, hanya beda penyebutannya saja.
Dahulu disebut dengan al ‘atha’ dan sekarang disebut dengan gaji atau raatib atau mukafaah. Tentu
perbedaan nama ini tidak sepantasnya mengubah hukum.
Ditambah lagi, bila kita mengkaji pendapat ini dengan seksama, maka kita akan dapatkan banyak
kejanggalan dan penyelewengan. Berikut sekilas bukti akan kejanggalan dan penyelewengan tersebut:
(a). Orang-orang yang mewajibkan zakat profesi mengqiyaskan (menyamakan) zakat profesi dengan
zakat hasil pertanian, tanpa memperdulikan perbedaan antara keduanya. Zakat hasil pertanian adalah
1/10 (seper sepuluh) dari hasil panen bila pengairannya tanpa memerlukan biaya, dan 1/20 (seper dua
puluh), bila pengairannya membutuhkan biaya.
Adapun zakat profesi, maka zakatnya adalah 2,5 %, sehingga qiyas semacam ini adalah qiyas yang benar-
benar aneh dan menyeleweng.
Seharusnya qiyas yang benar ialah dengan mewajibkan zakat profesi sebesar 1/10 (seper sepuluh) bagi
profesi yang tidak membutuhkan modal, dan 1/20 (seper dua puluh), tentu ini sangat memberatkan,
dan orang-orang yang mengatakan ada zakat profesi tidak akan berani memfatwakan zakat profesi
sebesar ini.
(b). Gaji diwujudkan dalam bentuk uang, maka gaji lebih tepat bila diqiyaskan dengan zakat emas dan
perak, karena sama-sama sebagai alat jual beli, dan standar nilai barang.
(c). Orang-orang yang memfatwakan zakat profesi telah nyata-nyata melanggar ijma’/kesepakatan
ulama’ selama 14 abad, yaitu dengan memfatwakan wajibnya zakat pada gedung, tanah dan yang
serupa.
(d). Gaji bukanlah hal baru dalam kehidupan manusia secara umum dan umat Islam secara khusus,
keduanya telah ada sejak zaman dahulu kala. Berikut beberapa buktinya:
Sahabat Umar bin Al Khatthab Radhiyallahu ‘anhu pernah menjalankan suatu tugas dari Rasūlullāh
shallallāhu 'alayhi wa sallam, lalu iapun di beri upah oleh Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam. Pada
awalnya, sahabat Umar radhiallahu ‘anhu menolak upah tersebut, akan tetapi Rasūlullāh shallallāhu
'alayhi wa sallam bersabda kepadanya:
“Bila engkau diberi sesuatu tanpa engkau minta, maka makan (ambil) dan sedekahkanlah.”
[Riwayat Muslim]
Seusai sahabat Abu Bakar radhiallahu ‘anhu dibai’at untuk menjabat khilafah, beliau berangkat ke pasar
untuk berdagang sebagaimana kebiasaan beliau sebelumnya.
Di tengah jalan, beliau berjumpa dengan Umar bin Al Khatthab radhiallahu ‘anhu, maka Umarpun
bertanya kepadanya: “Hendak kemanakah engkau?” Abu Bakar menjawab: “Ke pasar.”
Umar kembali bertanya: “Walaupun engkau telah mengemban tugas yang menyibukkanmu?” Abu Bakar
menjawab: “Subhanallah, tugas ini akan menyibukkan diriku dari menafkahi keluargaku?” Umarpun
menjawab: “Kita akan meberimu secukupmu.”
Imam Al Bukhari juga meriwayatkan pengakuan sahabat Abu Bakar radhiallahu ‘anhu tentang hal ini:
“Sungguh kaumku telah mengetahui bahwa pekerjaanku dapat mencukupi kebutuhan keluargaku,
sedangkan sekarang, aku disibukkan oleh urusan umat Islam, maka sekarang keluarga Abu Bakar akan
makan sebagian dari harta ini (harta baitul maal), sedangkan ia akan bertugas mengatur urusan
mereka.”
[Riwayat Bukhary]
Ini semua membuktikan bahwa gaji dalam kehidupan umat islam bukanlah suatu hal yang baru, akan
tetapi, selama 14 abad lamanya tidak pernah ada satupun ulama’ yang memfatwakan adanya zakat
profesi atau gaji. Ini membuktikan bahwa zakat profesi tidak ada, yang ada hanyalah zakat mal, yang
harus memenuhi dua syarat, yaitu hartanya mencapai nishab dan telah berlalu satu haul (tahun).
Oleh karena itu ulama’ ahlul ijtihaad yang ada pada zaman kita mengingkari pendapat ini, diantara
mereka adalah Syeikh Bin Baz, beliau berkata: “Zakat gaji yang berupa uang, perlu diperinci: Bila gaji
telah ia terima, lalu berlalu satu tahun dan telah mencapai satu nishab, maka wajib dizakati.
Adapun bila gajinya kurang dari satu nishab, atau belum berlalu satu tahun, bahkan ia belanjakan
sebelumnya, maka tidak wajib di zakati.”
[Maqalaat Al Mutanawwi’ah oleh Syeikh Abdul Aziz bin Baaz 14/134. Pendapat serupa juga ditegaskan
oleh Syeikh Muhammad bin Shaleh Al Utsaimin, Majmu’ Fatawa wa Ar Rasaa’il 18/178.]
Fatwa serupa juga telah diedarkan oleh Anggota Tetap Komite Fatwa Kerajaan Saudi Arabia, berikut
fatwanya:
“Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa di antara harta yang wajib dizakati adalah emas dan
perak (mata uang). Dan di antara syarat wajibnya zakat pada emas dan perak (uang) adalah berlalunya
satu tahun sejak kepemilikan uang tersebut.
Mengingat hal itu, maka zakat diwajibkan pada gaji pegawai yang berhasil ditabungkan dan telah
mencapai satu nishab, baik gaji itu sendiri telah mencapai satu nishab atau dengan digabungkan dengan
uangnya yang lain dan telah berlalu satu tahun.
Tidak dibenarkan untuk menyamakan gaji dengan hasil bumi; karena persyaratan haul (berlalu satu
tahun sejak kepemilikan uang) telah ditetapkan dalam dalil, maka tidak boleh ada qiyas. Berdasarkan itu
semua, maka zakat tidak wajib pada tabungan gaji pegawai hingga berlalu satu tahun (haul).”
[Majmu’ Fatwa Anggota Tetap Komite Fatwa Kerajaan Saudi Arabia 9/281, fatwa no: 1360]
Sebagai penutup tulisan singkat ini, saya mengajak pembaca untuk senantiasa merenungkan janji
Rasūlullāh shallallāhu 'alayhi wa sallam berikut:
ٍ ص َد َق ٌة مِنْ َم
رواه مسلم.ال ْ ص
َ ت َ َما َن َق
Berdasarkan penjelasan di atas, maka saya mengusulkan agar anda mengusulkan kepada perusahaan
anda atau atasan anda agar menghapuskan pemotongan gaji yang selama ini telah berlangsung dengan
alasan zakat profesi.
Karena bisa saja dari sekian banyak yang dipotong gajinya belum memenuhi kriteria wajib zakat. Karena
harta yang berhasil ia kumpulkan/tabungkan belum mencapai nishab. Atau kalaupun telah mencapai
nishab mungkin belum berlalu satu tahun/haul, karena telah habis dibelanjakan pada kebutuhan yang
halal.
Dan kalaupun telah mencapai satu nishab dan telah berlalu satu haul/tahun, maka mungkin kewajiban
zakat yang harus ia bayarkan tidak sebesar yang dipotong selama ini. Wallahu ta’ala a’alam bis showaab.
2. Berdasarkan jawaban pertama, maka tidak perlu anda mencari buku-buku atau tulisan-tulisan yang
membahasa masalah zakat profesi. Cukuplah anda dan juga umat Islam lainnya mengamalkan zakat-
zakat yang telah nyata-nyata disepakati oleh seluruh ulama’ umat islam sepanjang sejarah. Dan itu telah
dibahas tuntas oleh para ulama’ kita dalam setiap kitab-kitab fiqih.
_________
| No.Rek 3310004579
dengan format :
👥 Fb.com/GerakanCintaSedekah
📺 youtu.be/P8zYPGrLy5Q
29/06/16, 12.49 - Ustadz Mubarok Ptk: TANYA JAWAB HARIAN TRIBUN PONTIANAK
Dari :
Asal :
Pertanyaan : Bolehkah makmum membaca qunut sedangkan imamnya tidak membacanya, tetapi waktu
berdiri i’tidalnya cukup waktu untuk membaca qunut tersebut
Jawaban :
Yang dimaksud dengan qunut adalah do’a yang dibaca dalam shalat pada sa’at tertentu dengan cara
tertentu.
- Qunut shubuh
- Qunut nazilah
Masing masing pendapat itu berdasarkan pemahaman terhadap dalil yang dijadikan pegangan.
Maka : masalah qunut shubuh dikembalikan kepada keyaqinan orang yang melaksanakan shalat
tersebut. Bagi yang menguatkan ijtihad imam Asy Syafi’i , tentu akan melaksanakan qunut shubuh. Dan
yang menguatkan ijtihad imam Hanafi dan imam Hambali tentu tidak melaksanakan qunut shubuh.
Dalam shalat berjama’ah keadaannya sama saja, yaitu ada yang qunut shubuh dan yang tidak.
Persoalan muncul ketika antara imam dan makmum berbeda , misalnya imam tidak qunut tapi makmum
qunut. Atau sebaliknya.
Dalam hal ini hukum yang dibangun di atasnya bukan berkaitan dengan qunut , tetapi kepada keserasian
antara imam dan makmum.
Rasulullah saw menyatakan bahwa makmum tidak boleh berbeda dengan imamnya dalam 5 hal :
- Jika imamnya takbir (takbiratul ihram) maka makmumnya harus takbir juga.
Misalnya : jika imam berdiri i’tidal , maka makmum wajib berdiri i’tidal juga.
Tapi makmum tidak wajib membaca seperti bacaan imamnya, atau menggaruk kepala seperti imamnya.
Jika imam tidak qunut , kemudian makmumnya qunut ketika berdiri i’tidal bersama imam, maka dia
tidak melanggar hadits Nabi saw tersebut.
Demikian juga sebaliknya, jika imamnya qunut dan makmum tidak berqunut dengan imamnya , maka dia
tidak melanggar hadits Nabi saw tersebut.
Sehingga tidak ada alasan untuk tidak melakukan shalat berjama’ah karena masalah khilafiyah qunut.
Karena antara imam dan makmum yang berbeda dalam masalah qunut dapat melaksanakan shalat
berjama’ah , dan tidak ada kekhawatiran merusak shalat mereka.
Wallahu A’lam.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada
hari-hari yang lain.
Dan wajib BAGI ORANG-ORANG YANG BERAT MENJALANKANNYA (JIKA MEREKA TIDAK BERPUASA)
MEMBAYAR FIDYAH, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati
mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui.
Penjelasan :
Dalam Al Qur’an , Allah telah menyampaikan siapakah diantara qaum Muslimin yang diwajibkan puasa
Ramadhan dan siapa saja yang mendapatkan rukhshah (keringanan) untuk tidak berpuasa.
Diantara yang mendapatkan rukhshah tersebut , ada yang diwajibkan membayarnya dengan puasa juga
dan ada yang cukup membayar dengan fidyah tanpa ada kewajiban untuk membayarnya denagn puasa
pada hari yang lain di luar Ramadhan.
Yang mendapat rukhshah hanya membayar fidyah adalah orang yang susah payah untuk melakukan
puasa. Tetapi siapakah mereka , tidak dijelaskan oleh Allah dan Rasulnya saw.
Maka para ulama berbeda pendapat. Yang disepakati hanya 1 saja , yaitu orang yang sudah lanjut usia
sedangkan badannya lemah dan susah payah untuk berpuasa.
Selain orang yang sudah tua, terjadi perbedaan pendapat. Ada yang berpendapat bahwa : termasuk di
dalamnya adalah orang yang menderita sakit menahun yang sulit diharapkan sembuhnya. Juga wanita
hamil dan menyusui. Pekerja berat sepanjang tahun dll.
Semua yang saya sebutkan ini murni berdasarkan ijtihad semata , karena memang nash yang jelas tidak
ada. Saya memahami bahwa , siapa saja yang termasuk dalam kelompok ini , diserahkan kepada individu
masing masing.
Dalam kasus bu Susi , kalau memang berpuasa sudah pasti akan menjadikan bahaya dan celaka bagi ibu ,
maka ibu termasuk ke dalam kelompok yang susah payah untuk puasa yang kalau tidak puasa, hanya
wajib bayar fidyah dan tidak wajib membayar dengan puasa pada hari yang lain.
Tetapi ini tidak dapat diserahkan kepada saya untuk memutuskannya. Yang memutuskan adalah ibu Susi
sendiri, karena yang dapat merasakan dampak atau akibat puasa adalah ibu.
Wallahu A’lam.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala
urusan.
ان
َ ضَ َقا َل « َت َحرَّ ْوا لَ ْيلَ َة ْال َق ْد ِر فِى ْال ِو ْت ِر م َِن ْال َع ْش ِر اَأل َواخ ِِر مِنْ َر َم- صلى هللا عليه وسلم- ِ َأنَّ َرسُو َل هَّللا- رضى هللا عنها- َعنْ عَاِئ َش َة
Bersumber dari Aisyah r.a , bahwasanya Rasulullah saw bersabda : Carilah Lailatul Qadar pada malam
yang ganjil pada 10 hari yang terakhir dari bulan Ramadhan.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabu Fadhli Lailatul Qadri bab 3 no 2020
Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemuliaan, yang mana di sisi Allah , malam ini lebih baik di sisi
Allah dibanding dengan 1,000 malam yang lain yang bukan Lailatul Qadar.
Para ulama pada umumnya mengatakan bahwa : diantara maknanya adalah : Barangsiapa yang
melakukan ibadah atau kebaikan pada malam tersebut , maka nilainya di sisi Allah lebih baik daripada
melakukan ibadah serupa selama 1,000 bulan pada hari lainnya yang bukan Lailatul Qadar.
Yang disebut malam adalah : masa yang dimulai dari terbenamnya matahari (maghrib) sampai terbit
fajar (shubuh). Jumlah totalnya di Pontianak sekitar 10 ½ jam.
Malam yang penuh kemuliaan ini dipilih sendiri oleh Allah , yang tidak ada seorangpun hamba-Nya yang
mengetahuinya . Rasulullah saw hanya mengatakan bahwa malam tersebut selalu berada di bulan
Ramadhan, dan berada diantara 5 hari yang berbeda , yaitu malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan
Ramadhan ( malam 21 atau 23 atau 25 atau 27 atau 29).
Maka seseorang yang beribadah selama 5 malam yang ganjil tersebut sangat besar kemungkinannya dia
mendapatkan keutamaan tersebut walaupun dia tidak menyadarinya atau merasakannya.
Jika dia beribadah hanya setengah malam pada saat Lailatul Qadar, maka dia mendapatkan keutamaan
½ dari lailatul Qadar tersebut.
Jika seseorang melakukan shalat tarawih pada malam kemuliaan itu tanpa ibadah apapun setelahnya,
bahkan langsung tidur, maka dia sudah mendapatkan sebagian dari keutamaan Lailatul Qadar tersebut.
Wallahu A’lam.
30/06/16, 22.21 - Ustadz Mubarok Ptk: TANYA JAWAB HARIAN TRIBUN PONTIANAK
Dari :
Asal :
Jawaban :
Yang dimaksud adalah : Imam melakukan kesalahan dalam shalatnya karena lupa.
Maka makmumnya juga mesti berdiri tidak melakukan tahiyyat awal mengikuti imamnya.
Kemudian imam melakukan sujud sahwi sebelum salam. Maka makmumnya juga mesti melakukan sujud
sahwi bersama imamnya, walaupun makmum tidak merasa melakukan kesalahan.
Dalilnya :
Bersumber dari Abdullah bin Buhainah Al Asdi r.a ( sekutu bani Abdul Muthalib ), bahwa Rasulullah saw
mengerjakan shalat dhuhur , dan langsung berdiri (pada raka’at
ke 2), padahal seharusnya beliau saw duduk ( tahiyyat ). Ketika menyempurnakan shalatnya, beliau saw
sujud 2 kali sambil bertakbir setiap kali sujud, sedangkan beliau saw melakukannya sambil duduk
sebelum salam. Maka orang orang turut melakukan 2 sujud itu bersamanya sebagai ganti duduk tahiyyat
yang terlupakan
01/07/16, 16.10 - Ustadz Mubarok Ptk: Soal : Bolehkah zakat fithri diberikan kepada orang tua yang
tidak tinggal serumah ?
01/07/16, 16.10 - Ustadz Mubarok Ptk: Jawab : saya jawab dengan uraian yang agak panjang supaya
jelas :
01/07/16, 16.11 - Ustadz Mubarok Ptk: MEMBERIKAN ZAKAT FITHRI KEPADA ORANG TUA.
Saya tidak mendapati hadits yang jelas dan tegas tentang hukumnya , maka saya jawab dengan
pertimbangan aqal berdasarkan pemahaman saya kepada dalil dalil secara umum :
1. Bahwa nafkah orang tua berada di dalam tanggung jawab anaknya . Maka hukum ashal
membayarkan zakat kepada orang tua adalah tidak dibenarkan. Keadaannya seperti membayarkan zakat
kepada istrinya sendiri atau kepada anak anaknya yang belum mandiri.
Jika si A adalah orang yang mampu secara ekonomi , maka istrinya serta anaknya dan juga orang tuanya
memiliki keadaan yang sama dengan dirinya , yaitu orang yang mampu secara ekonomi.
2. Jika anak tersebut tidak mampu menanggung nafkah orang tuanya, maka zakat fithrinya boleh
diberikan kepada orang tuanya, karena dengan tidak mampunya si A memberi nafkah kepada orang
tuanya , maka orang tua tersebut berada dalam keadaan aslinya , yaitu sebagai “orang miskin”.
Dalam keadaan ini orang tuanya memiliki haq lebih besar untuk menerima zakat dari si A dari pada
orang lain .
Maka hukum memberikan zakat kepada orang tua tidak dapat ditetapkan boleh atau tidak dan mengikat
untuk semua orang , tetapi hukumnya bergantung kepada keadaan masing masing.
Kesimpulan :
Jika si A mampu memberikan nafkah kepada orang tuanya , maka zakatnya tidak boleh diberikan
kepada orang tuanya.
Jika Si A tidak mampu memberikan nafkah kepada orang tuanya , maka zakatnya boleh diberikan kepada
orang tuanya tersebut.
Wallahu A’lam.
Maka si B bermaksud menganggap lunas hutang si A kepadanya , tetapi diambilkan dari kewajiban zakat
atas hartanya.
Sehingga realitanya : si B sama sekali tidak mengeluarkan harta apapun sebagai zakat, sedangkan si A
telah bebas dari hutangnya kepada B.
Jawab :
Saya tidak mendapati dalil yang secara tegas dan jelas dalam masalah ini. Maka saya jawab dengan
pertimbangan aqal berdasarkan pemahaman saya terhadap dalil dalil umum.
Perlu diketahui bahwa : zakat adalah kepunyaan orang yang berhaq menerima (8 golongan) , yang telah
dititipkan oleh Allah kepada orang kaya. Maka ketika orang kaya membayar zakat, dia sebenarnya
mengembalikan harta tersebut kepada pemiliknya , yaitu 8 golongan tersebut.
Salah satu orang yang berhaq menerima zakat maal adalah Al Gharim (orang yang berhutang) tetapi
tidak memiliki harta buat bayar hutangnya.
Maka : Jika si B bermaksud memberikan zakat maal kepada si A (Al Gharim) , berikan saja kepadanya. Si
B tidak memiliki haq untuk mengatur uang zakat tersebut , apakah si A harus memberikan zakat tersebut
kepada si B atau tidak.
Ringkasnya : Si B yang bermaksud mengeluarkan zakat maalnya kepada si A, kalau dimaksudkan untuk
membayarkan hutangnya kepada si B, wajib memberitahukan kepada si A.
JIka si A menolak memberikan kepada si B sebagai kompensasi hutang , tidak boleh bagi si B
memaksanya.
Si B juga tidak boleh mengarahkan opini si A dengan intimidasi terselubung agar si A mau menerima
kenyataan bahwa zakat yang mesti diterimanya harus kembali kepada si B.
Penting :
1. Zakat adalah haq orang miskin cs (8 golongan) yang dititipkan oleh Allah kepada orang kaya.
2. Maka orang kaya yang mengeluarkan zakat hakekatnya adalah mengembalikan haq orang lain kepada
pemiliknya.
3. Orang yang mengeluarkan zakat tersebut tidak berhaq mengatur uang zakat yang telah diberikan
kepada 8 golongan tersebut , karena mereka berhaq mengatur milik mereka sendiri.
4. Yang dimaksud dengan Al Gharim adalah ynag yang berhutang yang tidak memiliki harta untuk
membayar hutangnya. Jika dia memiliki harta yang cukup untuk membayar hutangnya , maka dia bukan
gharim yang berhaq menerima zakat.
Wallahu A’lam.
Maksudnya :
Atau yang membaca Al Qur’an hanya seorang saja juga sampai khatam.
Jawab : acara makan makan tersebut adalah adat. Bukan perintah agama yang berasal dari Nabi saw.
Saya memilih untuk tidak mengamalkannya.
HADIAH LEBARAN BAGI PEGAWAI
Maksudnya : seorang pegawai suatu instansi atau perusahaan , mendapatkan tugas yang berhubungan
dengan orang atau perusahaan lain. Dalam menjalankan tugasnya tersebut perusahaan lain merasa
mendapatkan keuntungan. Kemudian dia memberikan hadiah kepada pegawai instansi tersebut .
Jawab : Hadiah apapun , kalau keadaannya sebagai hadiah maka halal hukumnya. Siapapun yang
memberikannya , baik itu orang Muslim atau tidak. baik itu ada kaitan dengan pekerjaan atau tidak.
ASALKAN BENAR BENAR SEBAGAI HADIAH.
« لَعْ َن ُة هَّللا ِ َعلَى الرَّ اشِ ى َو ْالمُرْ َتشِ ى-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن َعمْ ٍرو َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده قوي رجاله ثقات رجال الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abdullah bin Amr r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : La’nat Allah dikenakan
kepada penyuap dan penerima suap
Ahmad 2/164
YANG DIMAKSUD SUAP ADALAH : pemberian si A kepada si B , dengan maksud tertentu , yang mana
maksud tersebut sudah difahami olah si A dan si B walaupun tidak ada kesepakatan diantara mereka.
Yang dimaksud dengan tujuan tertentu adalah pelanggaran atau kedhaliman atau pengkhianatan atau
perbuatan buruk lainnya.
Si B juga sudah faham maksud si A tersebut dan dalam hatinya akan merestui keinginan si A.
Inilah suap.
Jika si A memberikan “hadiah” kepada si B dengan maksud tertentu tetapi si B tidak memahaminya dan
merasa pemberian tersebut sebagai hadiah, dan tidak ada sedikitpun di dalam hatinya akan merestui
keinginan si A, maka kedudukannya bukan suap. Sehingga halal diterima.
Wallahu A’lam.
Dalam hadits disebutkan bahwa Nabi saw membawa istri dan keluarganya untuk shalat malam (tarawih)
hanya malam 27 saja pak
01/07/16, 21.20 - Ustadz Mubarok Ptk: Malam berikutnya Nabi saw tidak lagi shalat tarawih berjamaah
di masjid sampai akhir hayatnya.
02/07/16, 15.09 - Ustadz Mubarok Ptk: Soal : bolehkah mengeluarkan zakat fithri pada awal Ramadhan ?
Jawab :
02/07/16, 15.09 - Ustadz Mubarok Ptk: MENGELUARKAN ZAKAT FITHRI PADA AWAL RAMADHAN
ِير َعلَى
ٍ صاعًا مِنْ َشع َ َأ ْو، صاعًا مِنْ َت ْم ٍر َ َز َكا َة ْالف ِْط ِر- صلى هللا عليه وسلم- ِ ض َرسُو ُل هَّللا َ َقا َل َف َر- رضى هللا عنهما- ْن ُع َم َر
ِ َع ِن اب
َّ اس ِإلَى ال
صالَ ِة نَّ ال ُوج ر ُ
خ ل
َ ْ
ب َ
ق َّى د َؤ ُ
ت ْنَأ اهَ ب ر
َ م
َ َأ و
َ ، ِين
َ مل
ِ ُْس
م ْ
ال ِن
َ م ير ب َ
ك ْ
الوَ ِير
غ ص
َّ ال و
َ ، ى َ
ث ْ
ن ُأل او َ ر َ
ك َّ
الذوَ ، ُِّر
ح ْ
الوَ د
ِ ْ
ب ع
َ ْ
ال
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
Bersumber dari Ibnu Umar r.a , dia berkata : Rasulullah saw mewajibkan zakat fithri sebanyak 1 sha’
kurma atau 1 sha’ gandum terhadap budak maupun orang yang merdeka, laki laki maupun wanita, anak
kecil maupun orang dewasa dari setiap kaum muslimin.
Dan beliau saw juga memerintahkan agar zakat fithri tersebut dikeluarkan sebelum orang orang pergi
untuk melaksanakan shalat Iedul Fithri
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a, dia berkata : Rasulullah saw mewajibkan zakat fithri untuk mensucikan
orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia sia dan hal hal yang tidak senonoh , dan untuk memberi
makan bagi orang orang miskin. Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum shalat Ied maka dia adalah
zakat yang diterima.
Dan barangsiapa yang mengeluarkannya setelah shalat Ied, maka dia adalah shadaqah biasa
sebagaimana shadaqah yang lain.
Penjelasan :
Hadits ini menjelaskan tentang batas akhir menunaikan zakat fithri, yaitu sebelum shalat Ied selesai
dilaksanakan.
- Imam Syafi’i dan imam Hambali : Terbenamnya matahari pada hari terakhir bulan Ramadhan.
- Imam Hanafi dan imam Malik : Terbit fajar pada tanggal 1 syawal
Artinya :
- Jika seorang anak lahir sebelum waktu tersebut , maka tidak wajib dikeluarkan zakat fithrinya
- Jika seseorang wafat sebelum waktu tersebut maka tidak wajib dikeluarkan zakat fithrinya.
WAKTU PALING AWAL DIBOLEHKANNYA MENUNAIKAN ZAKAT FITHRI , MAKA QAUM MUSLIMIN
BERBEDA PENDAPAT:
- Imam Asy Syafi’i membolehkan menunaikan zakat fithri pada awal Ramadhan.
- Sebagian pengikut imam Hanbali membolehkan mengeluarkan zakat fithri setelah pertengahan
Ramadhan.
- Para shahabat mengeluarkan zakat fithri pada 1 atau 2 hari sebelum Hari Raya.
Dari saya :
Waktu paling awal di wajibkannya zakat fithri dan waktu paling awal dibolehkannya mengeluarkan zakat
fithri , tidak saya dapati hadits yang tegas dan jelas dari Nabi saw. Pendapat ulama yang kami sebutkan
di atas adalah hasil ijtihad mereka.
Waktu paling awal mengeluarkan zakat fithri adalah 1 atau 2 hari sebelum Hari Raya, karena salah satu
fungsi zakat fithri adalah agar orang miskin dapat bergembira bersama orang kaya. Mereka tidak perlu
meminta minta pada hari Raya karena telah memiliki makanan yang cukup pada hari itu.
َز َكا َة ْالف ِْط ِر َو َقا َل « َأ ْغ ُنو ُه ْم فِى َه َذا ْال َي ْو ِم-صلى هللا عليه وسلم- ِ ض َرسُو ُل هَّللا ِ َعنْ َأ ِبى َمعْ َش ٍر َعنْ َناف ٍِع َع ِن اب
َ ْن ُع َم َر َقا َل َف َر
Bersumber dari Abu Ma’syar dari Nafi’ dari Ibnu Umar r.a dia berkata : Rasulullah saw mewajibkan zakat
fithri , lalu bersabda : Cukupilah mereka (orang miskin) pada hari ini.
Sekalipun demikian , para shahabat mengeluarkan zakat fithri 1 atau 2 hari sebelum Hari raya, maka
maknanya bersesuaian dengan hadits dha’if ini , bahwa zakat fithri memang dimaksudkan untuk
memberi makan kepada orang miskin agar pada hari Raya tidak perlu berkeliling mencari makan.
Mereka dapat bergembira bersama dengan orang kaya.
Sedangkan jika dikeluarkan pada awal Ramadhan atau jauh hari sebelum hari Raya maka tujuan
memberi makan orang miskin pada hari Raya tidak dapat tercapai.
Wallahu A’lam
02/07/16, 21.03 - Ustadz Mubarok Ptk: Insya Allah tidak ada perbedaan. Berdasarkan data hisab , ketika
matahari terbenam tanggal 29 Ramadhan, hilal masih di bawah ufuk (masih minus derajat). Sehingga
bulan Ramadhan disempurnakan menjadi 30 hari.
2. Hisab haliki dengan konsep wujudul hilal (Muhammadiyah) juga menyatakan hilal belum wujud.
3. Hisab imkanur rukyah : jika hilal berdasarkan hisab masih di bawah 2 derajat maka dinyatakan belum
bisa berganti bulan baru.
Semua teori tentang hilal, akan sepakat lebaran 1 syawal jatuh hari rabu 6 juli 2016.
Kecuali aliran thariqat di Padang dan kelompok di sulsel , mereka akan berhari raya lebih awal. Karena
mereka tidak menggunakan 3 teori tentang hilal seperti di atas. Mereka menggunakan cara atau
pendekatan adat.
02/07/16, 21.06 - Ustadz Mubarok Ptk: Hilal artinya : anak bulan atau bulan baru , yaitu tanggal 1 bulan
baru.
02/07/16, 21.08 - Ustadz Mubarok Ptk: Berdasarkan penelitian , diperkirakan ukurannya 1/100 dari
bulan purnama. Jadi , sangat tipis sekali. Makanya sangat sulit dilihat.
03/07/16, 18.53 - Ustadz Mubarok Ptk: SAYA DITELPON TRIBUN, DIMINTA MEMBAHAS TENTANG
LEBARAN CARA NABI SAW UNTUK DIBANDINGKAN DENGAN LEBARAN SEKARANG. SAYA MEMBUATNYA
KETIKA LEWAT DARI JAM 5 SORE TADI DAN HARUS SELESAI SEBELUM MAGHRIB. MAKA SAYA BUAT
CEPAT CEPAT. SAYA COPY KAN KE GORUP , INSAY ALLAH BESOK AKAN DIMUAT DALAM KOLOM
TERSENDIRI ,
Ketika Nabi saw tiba di Madinah (awal hijrahnya) , penduduk Madinah memiliki 2 hari (raya ) untuk
bermain main (bergembira). Maka Nabi saw bersabda : Aku datang kepada kalian dan kalian memiliki 2
hari (raya) untuk bermain main (bergembira) di dalamnya. Sesungguhnya Allah telah mengganti kedua
hari itu dengan 2 hari lainnya yang lebih baik , yaitu hari raya Fithri dan hari raya Qurban.
Ahmad 3/178
Hari raya fithri ini di Indonesia kemudian dikenal dengan nama lebaran.
Qaum Muslimin disyari’atkan melakukan beberapa hal berkaitan dengan hari raya lebaran, diantaranya :
Bersumber dari Ibnu Umar r.a : Sesungguhnya Umar bin Al Khaththab r.a mendapati pakaian yang
terbuat dari sutera dijual di pasar, maka dia mengambilnya dan membawanya kepada Rasulullah saw,
lalu dia berkata : Wahai Rasulullah belilah pakaian ini agar engkau berhias dengannya pada Hari Raya
dan ketika engkau menemui delegasi ( para tamu ). Maka Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya ini
adalah pakaian buat orang yang tidak mendapatkan bagiannya ( pada hari qiyamat ).
Ahmad 2/146
Penjelasan :
Umar bin Al Khaththab r.a membawakan pakaian yang bagus untuk Rasulullah saw agar dipakai berhias
pada Hari Raya. Hal ini difahami bahwa berhias pada Hari Raya dengan pakaian yang terbaik yang
dimilikinya adalah kebiasaan yang sudah dikenal pada masa Rasulullah saw.
Penolakan Rasulullah saw terhadap pakaian tersebut, adalah disebabkan bahannya yang terbuat dari
sutera, bukan karena bagusnya pakaian tersebut.
Tetapi hadits ini hanya menganjurkan memakai pakaian yang bagus yang dimilikinya, bukan perintah
untuk membeli pakaian yang baru , apalagi sampai memberatkan keadaan keuangannya.
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw memakai pakaian burdah
berwarna merah pada Hari Raya.
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a, dia berkata : Rasulullah saw mewajibkan zakat fithri untuk mensucikan
orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia sia dan hal hal yang tidak senonoh , dan untuk memberi
makan bagi orang orang miskin. Barangsiapa yang mengeluarkannya sebelum shalat Ied maka dia adalah
zakat yang diterima.
Dan barangsiapa yang mengeluarkannya setelah shalat Ied, maka dia adalah shadaqah biasa
sebagaimana shadaqah yang lain.
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Bersumber dari Ummu ‘Athiyyah r.a, dia berkata : Rasulullah saw memerintahkan kepada kami agar
pada Hari Raya Fithri dan Adh-ha mengeluarkan para gadis , wanita yang haidh, wanita yang dipingit.
Adapun para wanita yang haidh hendaklah mereka menjauhi tempat shalat, namun ikut menyaksikan
kebaikan dan dakwahnya kaum muslimin.
Aku berkata : Wahai Rasulullah, salah seorang diantara kami tidak memiliki jilbab. Maka Rasulullah saw
menjawab : Hendaknya saudarinya meminjamkan jilbab yang dimilikinya kepadanya.
TAQABBALALLAAHU MINNAA WA MINKA (semoga Allah menerima amalan kami dan amalanmu)
( Dikutip dari : Kitab Fathul Baari jilid 3 halaman 567 Kitabul Iedain bab 3 no 952
Kesimpulan :
1. Pada hari raya lebaran , Rasulullah saw mengajarkan kesederhanaan, dan dihiasi hari raya dengan
perkara ibadah kepada Allah serta berbuat baik kepada sesama.
Sedangkan yang biasa dilakukan oleh sebagian qaum Muslimin dengan mengeluarkan harta yang
banyak sehubungan dengan hari raya dengan membeli pakaian dan makanan yang banyak adalah adat
atau kebiasaan, bukan sebuah keharusan dalam agama.
Apalagi jika pemborosan harta ini menjadi jurang pemisah antara orang kaya dengan orang miskin.
Karena penampilan orang kaya akan semakin nampak kaya ketika lebaran, sedangkan orang miskin akan
nampak semakin miskinnya karena tidak dapat bersaing dengan orang kaya.
Jika keadaannya seperti ini , maka hari raya lebaran bukan lagi menjadi hari raya bagi umat Islam , tetapi
menjadi hari kesedihan bagi kelompok tidak mampu.
Maka orang kaya hendaknya mengerem pembelanjaan dan penampilan sehingga dapat bergembira
dengan kalangan apa saja tanpa ada perbedaan.
Maka jadilah lebaran sebagai hari raya yang sebenarnya bagi umat Islam .
Wallahu A’lam.
03/07/16, 21.32 - Ustadz Mubarok Ptk: Dua hari raya yang ditanyakan adalah hari raya NAIRUUZ dan
MIHRAJAAN.
03/07/16, 21.44 - Ustadz Mubarok Ptk: Pakaian yang dilarang adalah pakaian yang dicelup dengan
'ushfur , sejenis pewarna alami yang berwarna kuning dan mengeluarkan aroma harum.
Larangan ini berlaku bagi laki laki karena dianggap menyerupai perhiasan wanita. Karena pada masa itu
yang memakai pakaian seperti ini hanya wanita.
Dalam hadits tentang hari raya , Rasulullah saw memakai kain burdah warna merah. Yaitu kain tenun
khas Yaman yang bergaris. Warna dasarnya ada yang hitam dan lainnya , kemudian ada garis berwarna
merah.
Wallahu A'lam.
04/07/16, 09.54 - Ustadz Mubarok Ptk: Bismillah, ustadz, mau tanya, kalau setiap bulan dapat gaji dan
dipotong perusahaan 2,5% untuk zakat. Dan setiap bulan juga menabung, kalau tabungannya memenuhi
nishob,apakah masih harus dizakati?
04/07/16, 09.54 - Ustadz Mubarok Ptk: Yang dipotong 2,5 % setiap bulan itu bukan zakat walaupun
sebagiannya menyebutnya begitu.
Kalau tabungannya sudah sampai nishab dan haulnya (1 tahun) wajib dikeluarkan zakatnya
04/07/16, 09.54 - Ustadz Mubarok Ptk: Berarti kalo punya tabungan pendidikan anak dan tabungan
pensiun yang totalnya sudah diatas nishob cara hitung zakatnya bagaimana ustadz. Mohon diberi
contoh.
04/07/16, 09.54 - Ustadz Mubarok Ptk: Termasuk kendaraan dan rumah dihitung nggak
04/07/16, 09.54 - Ustadz Mubarok Ptk: Iya, simpanan wajib dikeluarkan zakatnya jika sudah sampai
nishab (sktr Rp 40 juta) dan sudah berlalu selama 1 tahun. Apapun namanya simpanan tersebut. Bisa
tabungan dll.
Kalau simpanannya Rp 100 juta , maka setelah 1 tahun dikeluarkan zakatnya Rp 2,5 juta.
Harta simpanan yang kena zakat hanya emas dan perak. Zaman sekarang , termasuk uang kertas.
Rumah, mobil, mebel, pakaian, dll tidak ada kewajiban zakat atasnya. Kecuali barang barang tersebut
diperdagangkan, baru ada zakatnya.
Kalau artinya penyertaan modal, berarti bukan simpanan, tetapi masuk harta perdagangan. Jika sudah
sampai nishab dan berlalu 1 tahun maka wajib dikeluarkan zakatnya.
Wallahu A'lam.
04/07/16, 09.54 - Ustadz Mubarok Ptk: Klo kebdaraan utk usaha...misal nya d rentalkan....tdk wajib
zakat kah p.ustadz
04/07/16, 09.54 - Ustadz Mubarok Ptk: Kendaraan yang dizewakan wajib dikeluarkan zakatnya dari hasil
sewanya.
04/07/16, 09.54 - Ustadz Mubarok Ptk: ustad kalo tahun taun sebelumnya belum megeluarkan zakat krn
berasumsi semua perolehan dari gaji yg sdh dipotong 2,5% tiap dapatnya dan tidak tahu, apa yg harus
kami lakukan
04/07/16, 09.55 - Ustadz Mubarok Ptk: maaf ustad beberapa taun sebelumnya juga. kalo shodaqoh
tetap ada tapi waktu itu tidak diniatkan zakat mal gimana apa harus dihitung juga yang telah lalu dan
dikeluarkan zakatnya lagi
04/07/16, 09.55 - Ustadz Mubarok Ptk: Iya , kalau tahun tahun lalu belum mengeluarkan zakat maka
menjadi terhutang.
Jika jatuh tempo haulnya (masa 1 tahun) adalah tanggal 1 Ramadhan (misalnya) , maka wajib
dikeluarkannya adalah tanggal 1 Ramadhan.
Jika tertunda sampai iedul Adh-ha belum dikeluarkan zakatnya maka kewajiban tidak jadi gugur. Mesti
dikeluarkan zakatnya ketika ada kemampuan.
Jika harta sebagaimana disebutkan di atas dikeluarkan sebelum 1 Ramadhan, yaitu sebelum jatuh masa
wajibnya, umumnya para ulama membolehkan. Sifatnya sebagai cicilan zakat. Nanti pas tanggal 1
ramadhan dihitung lagi. Kewajibannya berapa dan yang sudah dibayarkan berapa. Sisanya tinggal
dilunaskan.
Maka :
Kalau dia mau mencicil zakatnya setiap bulan 200 ribu dari gajinya atau sumber keuangan lain,
kemudian diniatkan untuk mencicil zakat simpanan yang 100 juta tersebut, hukumnya dibolehkan. Jadi
200 ribu ini bukan sebagai zakat atas gajinya yang (misalnya) 5 juta sebulan ini. Tetapi sebagai cicilan
zakat yang 100 juta tersebut.
Kalau sudah mencicil ternyata belum 1 tahun uang yang 100 juta habis untuk berobat maka dia tidak ada
kewajiban zakat atasnya.
Uang yang sudah dicicilkan bisa di ikhlaskan sebagai shadaqah atau dianggap sebagai tabungan untuk
kewajiban zakat berikutnya, jika dia punya simpanan lagi.
Wallahu A'lam.
04/07/16, 09.57 - Ustadz Mubarok Ptk: MATERI LEBARAN YANG SAYA KIRIM UNTUK TRIBUN DIEDIT JADI
SANGAT PENDEK, KALAH PANJANG DENGAN KISAH SAMBAL TERI TUMIS.
04/07/16, 17.39 - Ustadz Mubarok Ptk: Saya diminta lagi oleh tribun Pontianak untuk membuat analisa
singkat berkaitan dengan Iedul Fithri.
Beragam makna Iedul Fitri yang disampaikan oleh qaum Muslimin, berdasarkan kepada pemahaman
masing masing.
Imam Nawawi berkata : Orang orang mengatakan bahwa (Hari Raya) disebut Ied karena senantiasa
kembali dan berulang.
Lihat : Kitab Syarah Muslim jilid 6 halaman 411 Kitabu Shalatil Iedain
Ada juga yang berpendapat bahwa : disebut Ied karena banyaknya manfaat dari Allah pada hari itu bagi
hamba-Nya. Karena Allah adalah Dzat yang memiliki manfaat kebaikan bagi hamba-Nya pada hari itu
setiap tahun.
Secara istilah : Ied berarti hari perkumpulan untuk memperingati kebahagiaan atau mengulang untuk
memperingati kebahagiaan. Salah satu Ied adalah Iedul Fithri dan Iedul Adh-ha.
Lihat :
Yang penting setiap Muslim menyadari bahwa dia baru saja keluar dari sebuah “pelatihan” yang disebut
dengan Ramadhan. Yang mana , Allah swt telah menyampaikan kepada kita bahwa salah satu misi
Ramadhan adalah mencetak Muslim yang bertaqwa kepada Allah.
Tidak ada seorangpun manusia di muka bumi ini yang mengetahui apakah dia telah “lulus” atau tidak
dari pelatihan dalam bulan Ramadhan.
Sekalipun demikian , Allah telah menjelaskan beberapa ciri orang bertaqwa yang dapat dilihat atau
dirasakan, diantaranya :
2. Mendirikan shalat.
Lihat : Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 2 dan Ali Imran ayat 133
Sudahkah kita berhasil menjadi orang yang bertaqwa , sehingga layak bergembira pada hari raya (Iedul
Fitri) ? Mari kita introspeksi diri kita masing masing.
Wallahu A’lam.
04/07/16, 17.40 - Ustadz Mubarok Ptk: Mohon maaf, judulnya adalah : IEDUL FITRI
اجرك هللا
Redaksi ini biasa diucapkan oleh Nabi saw ketika ada orang melakukan kebaikan atas orang lain.
Misalnya memerdekakan budak.
Saya tidak mendapatkan riwayat bahwa ucapan ini dibaca ketika menerima zakat.
Tetapi Nabi saw biasa mendoakan orang yang berzakat dengan kalimat tertentu yang pendek.
Allah juga memerintahkan kepada qaum Muslimin agar mendoakan orang yang berzakat.
Dengan pertimbangan aqal saya mengatakan bahwa doa yang ditanyakan boleh diucapkan kepada
orang yang berzakat.
Wallahu A'lam.
Ajarkanlah kepada kami tentang sunnah dihari raya idul fitri dan adha.
05/07/16, 14.56 - Ustadz Mubarok Ptk: Wa alaikum salam warahmatullahi wabara katuh.
1. Hubungan suami istri di siang hari atau malam hari di bulan syawal tidak ada larangan dalam Islam.
Tentang sunnah sunnah yang berkaitan dengan Hari Raya Fithri , sudah saya buat secara ringkas. Tapi
masih terlalu panjang. Ada 40 halaman.
Saya posting kan ringkasannya saja 2 halaman. Sedangkan sumber pengambilannya tidak saya sertakan.
Kepada ikhwah yang merasa kurang jelas boleh bertanya lagi lewat WA ini :
3. Makan pagi :
Pada Hari Raya Fithri makan pagi dilakukan sebelun berangkat shalat Ied
Pada Hari Raya Adh-ha makan pagi dilakukan setelah pulang dari shalat Ied
4. Mengumandangkan takbir
- Ada yang memulai takbir ketika terbanam matahari pada akhir bulan Ramadhan ( malam Hari Raya )
- Ada yang memulai takbir ketika berangkat menuju ke tempat shalat Ied
Akhir dari mengumandangkan takbir adalah ketika mulai dilaksanakan shalat Ied
Memulai takbir pada hari Raya Adh-ha adalah setelah shalat shubuh pada hari Arafah ( tanggal 9
Dzulhijjah ) dan berakhir sampai setelah shalat ashar pada akhir hari tasyrik ( tanggal 13 Dzulhijjah )
- Waktu memulai shalat Iedul Fithri dan Iedul Adh-ha adalah setelah matahari naik yaitu pada
waktu shalat dhuha , tetapi pada umumnya para ulama lebih menyukai shalat Iedul Adh-ha dilakukan
lebih awal dari shalat Iedul Fithri
- Diperintahkan mengajak semua anggota keluarga ke tempat shalat Ied, termasuk wanita yang
haidh, hanya saja wanita haidh tidak ikut mengerjakan shalat, tetapi ikut mendengarkan khutbah.
- Mengambil jalan yang berbeda antara jalan yang dilalui ketika berangkat dan ketika pulang
- Mengumandangkan takbir selama dalam perjalanan, mulai berangkat dari rumah sampai
ketempat shalat, dan berhenti ketika shalat Ied telah didirikan
- Tidak ada shalat sunnah yang mengiringi shalat Ied, baik itu sebelumnya atau setelahnya
- Jika shalat Ied bertepatan pada hari jum’ah , maka orang yang telah melakukan shalat Ied
diperbolehkan memilih untuk shalat jum’ah atau tidak. Jika dia tidak shalat jum’ah, wajib atasnya shalat
dhuhur
- Orang yang ketinggalan raka’at shalat Ied, berlaku hukum masbuq baginya.
- Jika ketinggalan shalat Ied secara keseluruhan, maka dianjurkan melakukan shalat 2 raka’at
- Raka’at kedua dilakukan dengan 5 takbir tidak termasuk takbir bangkit dari raka’at pertama
- Tidak ada bacaan tertentu antara 2 takbir, tetapi shahabat Ibnu Mas’ud r.a mengatakan bahwa
antara 2 takbir dipanjatkan pujian kepada Allah dan pengagungan kepadaNya
- Do’a iftitah dibaca setelah takbir ke 7 sebelum membaca Al Fatihah, tetapi ada juga yang
berpendapat bahwa do’a iftitah dibaca setelah takbiratul ihram, sebelum memulai 7 takbir
- Setelah membaca Al Fatihah, hendaknya membaca surah Al A’laa pada raka’at pertama dan
membaca surah Al Ghaasyiyah pada raka’at kedua.
- Atau membaca surah Qaaf pada raka’at pertama dan pada raka’at kedua membaca surah Al
Qamar.
- Tatacara shalat Ied adalah sama dengan shalat 2 raka’at yang lainnya, yang berbeda hanyalah
jumlah takbir pada awal raka’at
- Setelah shalat, dilakukan khutbah. Makmum dianjurkan mendengarkan khutbah, tetapi tidak
mengapa jika langsung pulang setelah shalat tanpa ikut mendengar khutbah.
7. Perkara yang bukan merupakan ajaran Nabi saw, tetapi sering disangka sebagai perintah agama.
- Ziarah qubur yang dikhususkan pada akhir bulan Ramadhan atau pada tanggal 1 syawal setelah
selesai dari shalat Ied. Sesungguhnya ziarah qubur diperintahkan pada hari apa saja. Tidak didapati
perintah agama agar melakukan ziarah qubur pada hari tertentu.
- Mengadakan acara yang disebut sebagai “ halal bi halal “ dengan arti : berkumpul dengan orang
banyak disertai dengan susunan acara , makan makan dsb, kemudian bersalam salaman , terkadang
antara laki laki dan wanita yang bukan mahram. Berjabat tangan antara laki laki dan wanita yang bukan
mahram hukumnya haram
- Berma’af ma’afan khusus pada Hari raya Fithri. Islam mengajarkan agar meminta ridha kepada
orang yang kita dhalimi segera setelah kita berbuat kesalahan, bukan menunda sampai Hari Raya.
- Berlebih lebihan dalam membuat atau menyajikan makanan (dalam jumlah banyak) yang
terkadang untuk pajangan saja. Tidak jarang harus dibuang karena tidak ada yang memakannya sehingga
makanan tersebut menjadi rusak.
- Memberikan ucapan selamat pada Hari Raya dengan kalimat yang tidak diketahui asal usulnya.
Yang diajarkan dalam agama adalah : Taqabbalallaahu minnaa wa minka
Karena kalimat tersebut diucapkan oleh para shahabat radhiyallahu ‘anhum ketika mereka berjumpa
antara satu dengan yang lainnya pada hari raya.
Yang dimaksud adalah mengumandangkan takbir di semua keadaan dan semua tempat dengan redaksi
tertentu.
• Orang yang berhadats kecil ataupun hadats besar , tidak dilarang mengumandangkan takbir ,
termasuk wanita haidh sekalipun.
- Ada yang memulai takbir untuk Hari Raya Fithri ketika terbanam matahari pada akhir bulan Ramadhan
( malam Hari Raya ), didasarkan kepada pemahaman terhadap surah Al Baqarah ayat 185
َ َولِ ُت ْك ِملُوا ْال ِع َّد َة َولِ ُت َك ِّبرُوا هَّللا َ َعلَى َما َه َدا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم َت ْش ُكر
ُون
Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.
Penjelasan :
Kalimat : “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya “ , difahami dengan makna : apabila telah
Alasannya : Karena sa’at itulah seorang Muslim telah berpuasa dengan mencukupkan bilangan hari
selama sebulan penuh.
Kemudian dilanjutkan dengan kalimat : “dan hendaklah kamu mengagungkan Allah “ , difahami dengan
makna : mengumandangkan takbir.
Maka kesimpulannya : Jika telah terbenam matahari pada akhir bulan Ramadhan , maka bertakbirlah.
- Ada yang memulai takbir ketika berangkat dari rumah menuju ke tempat shalat Ied, didasarkan
kepada pemahaman terhadap perilaku Nabi saw ( Hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah no 5621 )
Akhir dari mengumandangkan takbir adalah ketika shalat Ied telah dilaksanakan
صاَل َة َق َط َع
َّ ضى ال َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم كان َي ْخ ُر ُج َي ْو َم ْالف ِْط ِر َف ُي َك ِّب ُر َح َّتى َيْأت َِي ْالم
َّ ُصلَّى َو َح َّتى َي ْقضِ َي ال
َ صاَل َة َق َ َأنَّ رسول هللا: ِّالزهْ ِري
ُّ َْعن
ير ْ
َ التك ِبَّ
Bersumber dari Az Zuhri : Sesungguhnya Rasulullah saw keluar pada Hari Raya Fithri dengan bertakbir
sehingga sampai di mushalla ( = tanah lapang tempat melakukan shalat Ied ), dan sampai melakukan
shalat.
Apabila beliau saw selesai melakukan shalat, beliau saw menghentikan takbirnya
Hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah Kitabush Shalawat bab 412 no 5621
Hadits ini sanadnya shahih tetapi mursal karena Az Zuhri bukan shahabat . Beliau adalah seorang tabi’in.
Dia berjumpa dengan shahabat , tetapi tidak pernah berjumpa dengan Nabi saw.
، ٍّ َو َعلِى، َّاس ِ َو ْال َعب، ِ َو َع ْب ِد هَّللا، َّاس ٍ ْن َعب ِ ْن َم َع ْال َفضْ ِل بِ ان َي ْخ ُر ُج فِى ْالعِيدَ ي َ َك-صلى هللا عليه وسلم- ِ َأنَّ َرسُو َل هَّللا: ِ َعنْ َناف ٍِع َعنْ َع ْب ِد هَّللا
ُأ
َ ْن ِّم َأ ْي َم َن َرضِ َى هَّللا ُ َع ْن ُه ْم َرافِعًا ُأ
ِ ِيل َوال َّت ْك ِب
ير ِ ص ْو َت ُه ِبال َّت ْهل ِ َوَأ ْي َم َن اب، ار َث َة
ِ ْن َح ِ َو َسا َم َة ب، ْن
ِ َو ِزي ِد ب، ْن َز ْي ٍد َ َو ْالح، َو ْال َح َس ِن، َو َجعْ َف ٍر
ِ ُسي
َاِئين َح َّتى َيْأت َِى َم ْن ِزل ُه َّ ْ َ َ
َ َوِإذا ف َرغ َر َج َع َعلى ال َحذ.صلى َ َ َّ ْ ْأ َّ
َ ِين َحتى َي ت َِى ال ُم ْ َ
َ ف َي خذ ط ِريقَ الحدَّاد ُ ُ ْأ َ
Bersumber dari Nafi’ dari Abdullah bin Umar r.a , sesungguhnya Rasulullah saw keluar pada 2 Hari Raya
bersama Fadl bin Abbas, Abdullah , Al Abbas , Ali , Ja’far , Al Hasan , Al Husain, Usamah bin Zaid , Zaid bin
Haaritsah , dan Aiman bin Ummu Aiman Radhiyallahu ‘Anhum.
Dan beliau saw mengambil jalan Haddaadiin sehingga sampai di mushalla ( tanah lapang ).
Ketika selesai dari shalatnya , beliau saw pulang lewat Hadzdzaaiin sehingga sampai rumahnya
Hadits riwayat Al Baihaqi dalam As Sunanul Kubra Kitabu Shalatil Iedain bab 2 no 6223 jilid 5 hal. 54
Dalam sanadnya ada rawi Abdullah bin Umar , seorang yang jelek hafalannya
Syaikh Al Albani berkata : Semua perawi hadits ini adalah tsiqah , yang merupakan perawi imam Muslim,
kecuali Abdullah bin Umar , ya’ni Al ‘Umari Al Mukabbir (cicit dari ‘Aashim bin Umar Bin Al Khaththab r.a
) , yang mana imam Adz Dzahabi berkata : dia adalah orang yang shaduq tetapi kurang dari sisi hafalan.
Syaikh Al Albani berkata : Hadits yang seperti ini dapat dijadikan sebagai hadits pendukung ( bagi hadits
yang lainnya ). Sebab kedha’ifannya tidak muncul karena tuduhan salah terhadap dirinya , tetapi hanya
dari sisi hafalan. Sehingga kedha’ifannya hanya sedikit dan haditsnya dapat dijadikan sebagai hadits
pendukung bagi hadits mursal Az Zuhri ( Riwayat Ibnu Abi Syaibah No 5621 ), sehingga dengan demikian
hadits tersebut dapat menjadi shahih sesuai dengan kaidah yang berlaku.
Dan juga telah shahih riwayat dari jalur Nafi’ dari Ibnu Umar r.a secara mauquf yang seperti itu.
Bersumber dari Nafi’ dari Ibnu Umar r.a : Bahwasanya Ibnu Umar mengeraskan takbir pada Hari Raya
Fitri ketika pergi ke mushalla ( tanah lapang ) hingga imam keluar. Lalu dia bertakbir bersama dengan
takbirnya.
( Riwayat Al Faryaabi dalam Kitab Ahkaamul ‘Iedain 1/129 dengan sanad yang shahih
Ad Daraaquthni dalam sunannnya Kitabul Iedain no 1716 dengan sanad yang jayyid)
Riwayat Ad Daraaquthni yang dimaksud adalah :
Bersumber dari Nafi’ dari Ibnu Umar r.a sesungguhnya apabila dia ( Ibnu Umar r.a ) pergi pada Hari Raya
Adh-ha dan Hari Raya Fitri , beliau mengeraskan takbir sehingga sampai di mushalla ( tanah lapang ).
Kemudian dia bertakbir sampai imamnya datang.
* Akhir dari kegiatan mengumandangkan takbir pada Hari raya Fithri adalah ketika shalat Ied didirikan.
Difahami dari dalil dalil yang ada , maka akhir kegiatan mengumandangkan takbir pada Hari Raya Fitri
adalah setelah seluruh kegiatan shalat Ied dilakukan.
Tidak didapati riwayat yang shahih yang menyatakan bahwa mengumandangkan takbir masih dilakukan
setelah pulang dari shalat Ied
Para umumnya , umat Islam menetapkan bahwa memulai takbir pada hari Raya Adh-ha adalah ketika
terbit fajar ( masuknya waktu shubuh ) pada hari Arafah ( tanggal 9 Dzulhijjah ) dan berakhir sampai
pada akhir hari tasyrik (tanggal 13 Dzulhijjah sebelum terbenam matahari)
Didapati hadits yang menjelaskan masalah ini tetapi tidak shahih, diantaranya :
3238 - ( صاَل َة الَ َعصْ ِر ِ صاَل ِة ْال َفجْ ِر مِنْ َي ْو ِم َع َر َف َة ِإلَى َآخ ِِر َأ َّياِم ال َّت ْش ِري
َ ْق َ َكب ََّر فِيْ ُدب ُِر
Beliau saw mengumandangkan takbir setelah shalat shubuh pada hari Arafah sampai akhir hari tasyrik
waktu shalat ashar. ( dari Ali r.a secara marfu’ )
Bersumber dari Jabir bin Abdullah r.a , dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw bertakbir pada waktu
shalat fajar ( shubuh ) pada hari Arafah sampai ashar pada akhir hari tasyriq setiap selesai dari
mengucapkan salam pada shalat fardhu
Al Baihaqi As Sunanul Kubra jilid 5 halaman 104 Kitabu Shalatil Iedain no 6371
Dalam sanadnya ada rawi ‘’Amru bin Syamir. Dia adalah rawi yang matruk
Ada rawi lainnya Abdurrahman bin Saabith , Imam Al Baihaqi berkata : kami tidak berhujjah dengannya
Tetapi didapati beberapa atsar para shahabat Radhillallahu ‘Anhum yang menguatkannya , diantaranya
adalah bersumber dari Ali bin Abi Thalib r.a dan Ibnu Abbas r.a :
Bersumber dari ‘Ikrimah dari Ibnu Abbas r.a, Bahwasanya dia bertakbir mulai dari shalat shubuh pada
hari Arafah sampai akhir hari Tasyrik. Dia tidak bertakbir pada waktu maghrib.
Allahu Akbar Kabiiraa Allahu Akbar Kabiiraa Allahu Akbar wa Ajallu Allahu Akbar Walillahil Hamd
Dari saya :
Yang saya pilih adalah : Takbir hari raya Adh-ha dimulai pada shubuh hari Arafah (tanggal 9 Dzulhijjah)
dan berakhir pada akhir hari tasyrik (tanggal 13 Dzulhijjah) waktu ashar.
D) Lafadz takbir
Saya tidak mendapati hadits shahih yang disandarkan kepada Rasulullah saw yang menerangkan bacaan
takbir pada Hari Raya Fithri atau Adh-ha. Lafadz takbir yang didapati dari hadits dhaif diantaranya :
صب َْح مِنْ َغدَا ِة َع َر َف َة ُي ْق ِب ُل َعلَى َأصْ َح ِاب ِه َف َيقُو ُل « َعلَى َم َكا ِن ُك ْم ُّ صلَّى الَ ِإ َذا-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا َ ْن َع ْب ِد هَّللا ِ َقا َل َك ِ َعنْ َج ِاب ِر ب
يق
ِ ِ ر شْ َّ
ت ال َّام
ي َأ ِر
خ آ ِْن
م ر ْص ع
َ ْ
ال ة
ِ َ الصَ ى َ لِإ َ
ة َ
ف ر َ ع
َ ة
ِ ا د
َ َ
غ ِْن
م ر
ُ ب
ِّ َ
ك ي
ُ َ
ف .» ُ
د ْمحَ ْ
ال ِ هَّلِلوَ ر
ُ ب
َ ْ
ك َأ ُ هَّللا ر
ُ ب
َ ْ
ك َأ ُ هَّللاوَ ُ هَّللا َّ ال ه
َ َ
ِإ ِإ ل َ ال رُ ب
َ ْ
ك َأ ُ هَّللا ر
ُ ب
َ ْ
ك َأ هَّللا
ُ « َو َيقُو ُل.»
ِ ِ ِ
Bersumber dari Jabir bin Abdullah r.a , dia berkata : Rasulullah saw apabila selesai mengerjakan shalat
shubuh pada hari Arafah, beliau saw menghadap kepada para shahabatnya lalu bersabda :
Hadits riwayat Ad Daraquthni Kitabul Iedain no 1756 dengan derajat yang dhaif
Dalam sanadnya ada rawi bernama Jabir bin Al Ju’fi dan ‘Amru bin Syamir
ُ َوهَّللَا، ُ اَل إلَ َه إاَّل هَّللا، صاَل ِة ْال َعصْ ِر مِنْ ال َّنحْ ِر َيقُ ْو ُل هَّللا ُ َأ ْك َب ُر هَّللا ُ َأ ْك َب ُر
َ صاَل ِة ْال َفجْ ِر َي ْو َم َع َر َف َة إلَى َ َع ِن اَأْلسْ َو ِد َقا َل َك
َ ْان َع ْب ُد هللا ُي َك ِّب ُر مِن
ْ هَّلِل َأ هَّللا
ُ ْك َب ُر َو ِ ال َح ْم ُد، ْك َب ُر َأ
Bersumber dari Al Aswad, dia berkata : Abdullah bin Mas’ud r.a bertakbir mulai dari shalat shubuh Hari
Arafah sampai dengan shalat ashar pada Hari Nahr. Dia mengucapkan :
Shahih riwayat Ibnu Abi Syaibah Kitabush Shalawat bab 413 no 5633
Walillaahil Hamd
Shahih riwayat Al Baihaqi dalam As Sunanul Kubra Kitabu Shalatil Iedain bab 66 no 6074
Bersumber dari Abu Utsman An Nahdi , dia berkata : Bahwasanya Salman r.a mengajarkan kepada kami
lafadz takbir. Dia berkata : Bertakbirlah kalian dengan ucapan :
Shahih riwayat Al Baihaqi dalam As Sunanul Kubra Kitabu Shalatil Iedain bab 66 no 6076
Penjelasan :
1. Karena tidak didapati hadits yang shahih yang bersumber dari Nabi saw tentang redaksi takbir , maka
kita dapat menggunakan redaksi takbir yang dikumandangkan para shahabat Radhiyallahu Anhum
2. Didapati dalam kitab kitab fiqih tentang waktu mengumandangkan takbir adalah setiap selesai dari
shalat fardhu. Tetapi hadits haditsnya adalah dha’if. Tidak didapati adanya hadits yang shahih sebagai
dalilnya. Bahkan didapati riwayat yang shahih bahwa banyak shahabat Radhiyallau ‘anhum yang
mengumandangkan takbir di segala tempat dan segala waktu :
Bahwasanya Umar r.a mengumandangkan takbir di dalam kemahnya di Mina sehingga orang orang yang
berada di dalam masjid mendengarnya. Maka mereka dan orang orang yang berada di pasar ikut
mengumandangkan takbir , sehingga Mina bergemuruh dengan takbir.
ك اَأليَّا َم َجمِيعًا
َ َو َمجْ لِسِ ِه َو َم ْم َشاهُ ت ِْل، َو َعلَى ف َِراشِ ِه َوفِى فُسْ َطاطِ ِه، ت
ِ صلَ َوا َ ك اَأليَّا َم َو َخ ْل
َّ ف ال َ ان ابْنُ ُع َم َر ُي َك ِّب ُر ِب ِم ًنى ت ِْل
َ َو َك
Bahwasanya Ibnu Umar r.a bertakbir di Mina pada hari hari itu setiap selesai dari shalat , dan ketika
berada di atas pembaringan , dan ketika berada di lantai , di atas tempat duduknya , dan dalam
perjalanannya pada hari hari itu.
Bahwasanya Maimunah r.a ( istri Nabi saw ) bertakbir pada hari nahr ( hari penyembelihan )
Sedangkan para wanita bertakbir di belakang Aban bin Utsman dan Umar bin Abdul Aziz , pada malam
malam hari tasyrik di masjid bersama para laki laki.
( Semua atsar di atas diriwayatkan oleh imam Al Bukhari dalam Kitab Shahihnya secara mu’allaq dengan
shighat jazm ( pasti ) Kitabul Iedain bab 12 sebelum no 970 )
Penjelasan :
Wallahu A’lam
Hadits yang ditanyakan bukan diriwayatkan oleh imam Al Bukhari , tetapi riwayat imam Muslim. Dalan
riwayat imam Al Bukhari sebagaimana disebutkan dalam postingan tersebut , redaksinya agak berbeda :
َ َيقُو ُل « الَ َيكِي ُد َأهْ َل ْال َمدِي َن ِة َأ َح ٌد ِإالَّ ا ْن َم- صلى هللا عليه وسلم- َّت ال َّن ِبى
اع َك َما ُ ْ َقا َل َسمِع- رضى هللا عنه- ت َسعْ ًدا ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
3ُ ْت َسمِع
ْ ْ ْ
َين َما ُع المِل ُح فِى ال َما ِء ْ
Bersumber dari Aisyah r.a ia berkata : Aku mendengar Sa’ad (bin Abi Waqqash) r.a berkata : Aku
mendengar Nabi saw bersabda : Tidaklah seseorang memperdaya (menipu) penduduk Madinah
melainkan dia akan hancur seperti garam yang larut dalam air
Dalam riwayat Muslim : bersumber dari Sa’ad bin Abi Waqqash r.a dia berkata : Rasulullah saw
bersabda :
َمنْ َأ َرا َد َأهْ َل ْال َمدِي َن ِة ِبسُو ٍء َأ َذا َب ُه هَّللا ُ َك َما َي ُذوبُ ْالم ِْل ُح فِى ْال َما ِء
Barangsiapa yang berniat buruk terhadap penduduk Madinah maka Allah akan menghancurkannya
seperti garam yang larut dalam air
Soal :
Lebih baik mana shalat di masjid atau di halaman luas seperti di korem ?
Terima kasih.
Jawab :
Dari gaya bahasa yang digunakan, kelihatannya orang yang bertanya cenderung memilih atau
menguatkan shalat di masjid dibanding di lapangan terbuka. Atau , dengan bahasa yang lebih terang :
beliau kurang menyukai pelaksanaan shalat di lapangan terbuka seperti di depan korem dan semisalnya.
Jika asumsi saya ini benar , maka saya menyampaikan kekaguman yang luar biasa kepada orang yang
bertanya tersebut karena kecintaan beliau kepada masjid.
Maka, menyikapi pertanyaannya , saya tidak menjawab sebagaimana keinginan beliau, yaitu “LEBIH BAIK
MANA” , tetapi jawaban saya lebih bersifat membantu mengarahkan beliau , agar kecintaannya kepada
masjid menjadi terarah sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
1. SECARA UMUM : MASJID ADALAH TEMPAT YANG PALING UTAMA BAGI QAUM MUSLIMIN UNTUK
MELAKUKAN SHALAT DI DALAMNYA.
ينَ صالَ ِت ِه فِى سُوقِ ِه َخ ْم ًسا َوعِ ْش ِر َ َو، صالَ ِت ِه فِى َب ْي ِت ِهَ ِيع َت ِزي ُد َعلَى ْ
ِ صالَةُ ال َجم َ « َقا َل- صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َع ِن ال َّن ِبى
ً َّ ً هَّللا ْ ُ
َح َّتى، َو َحط َع ْن ُه َخطِ يَئ ة، َل ْم َي ْخط ُخط َو ًة ِإالَّ َر َف َع ُه ُ ِب َها د ََر َجة، صالَ َة َّ الَ ي ُِري ُد ِإالَّ ال، َضَأ َفَأحْ َس َن َوَأ َتى ْال َمسْ ِجد
َّ َفِإنَّ َأ َحدَ ُك ْم ِإ َذا َت َو، دَ َر َج ًة
ُصلِّى فِي ِه اللَّ ُه َّمَ ْال َمالَِئ َك ُة َما َدا َم فِى َمجْ لِسِ ِه الَّذِى ي- َيعْ نِى َعلَ ْي ِه- صلِّى
َ َو ُت، ت َتحْ ِب ُس ُه ْ صالَ ٍة َما َكا َن
َ ان فِى َ دَخ َل ْال َمسْ ِجدَ َك
َ َوِإ َذا، ََي ْد ُخ َل ْال َمسْ ِجد
ْ َ َّ َ
َما ل ْم يُحْ دِث فِي ِه، الل ُه َّم ارْ َح ْم ُه، اغفِرْ ل ُه ْ
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw yang bersabda :
Shalat berjama’ah lebih utama 25 derajat daripada shalatnya seseorang di rumahnya atau di pasarnya.
KARENA SESUNGGUHNYA BARANGSIAPA DIANTARA KALIAN YANG BERWUDHU ( DI RUMAHNYA ) LALU
DIA PERGI KE MASJID , DAN DIA TIDAK MEMILIKI TUJUAN (LAIN) SELAIN SHALAT, TIDAKLAH DIA
MELANGKAHKAN KAKI 1 LANGKAH MELAINKAN ALLAH MENGANGKATNYA 1 DERAJAT DAN MENGHAPUS
DARINYA 1 KESALAHAN ( DOSA ) SAMPAI DIA MASUK MASJID.
Ketika dia sudah masuk masjid maka dia senantiasa berada di dalam shalat selama dia bertahan
karenanya ( menunggu shalat berjama’ah ) . Dan selama dia berada di tempatnya , Malaikat senantiasa
berdo’a : ya Allah ampunilah dia dan sayangilah dia.
(Do’a itu senantiasa diucapkan ) selama dia tidak berhadats ( tidak batal wudhunya )
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabush Shalah bab 87 no 477 ( ini lafadznya )
Penjelasan :
Kalimat “ maka dia senantiasa berada di dalam shalat “ artinya : dia senantiasa diberi pahala seperti
orang yang mengerjakan shalat , selama dia berada ditempatnya. Walaupun kenyataannnya dia tidak
sedang melakukan shalat.
Kalimat “lebih utama 25 derajat daripada shalatnya seseorang di rumahnya atau di pasarnya”
mengarahkan kepada satu makna bahwa : shalat berjama’ah dengan keutamaan 25 kali lebih besar
adalah dilakukan di masjid.
Hadits ini adalah sebagai dalil tentang keutamaan shalat di masjid dibanding shalat di tempat lainnya.
2. BAGI QAUM MUSLIMIN YANG LAKI LAKI, TEMPAT MENGERJAKAN SHALAT FARDHU ADALAH DI
MASJID , BUKAN DI RUMAHNYA ATAU TEMPAT LAINNYA (INI BERLAKU APABILA DISEKITARNYA ADA
MASJID).
صالَ ِة َف ُيَؤ َّذ َن َّ ُث َّم آم َُر ِبال، ب َ ب َفيُحْ َطٍ ْت َأنْ آم َُر ِب َح َط
ُ َقا َل « َوالَّذِى َن ْفسِ ى ِب َي ِد ِه َل َق ْد َه َمم- صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا
َ ُأ
ال َف َحرِّ قَ َعلي ِْه ْم ُبيُو َت ُه ْم َ
ٍ ِف ِإلى ِر َج ُأ ُ
َ ث َّم َخال، اس َ ُث َّم آم َُر َر ُجالً َف َيُؤ َّم ال َّن، لَ َها
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya , aku benar benar ingin memerintahkan (seseorang) agar
mengumpulkan kayu bakar, lalu aku perintahkan agar shalat didirikan dan dikumandangkan adzan
untuknya , lalu aku perintahkan seseorang untuk mengimami orang orang. Lalu aku pergi mendatangi
laki laki (yang tidak ikut shalat berjama’ah), untuk membakar rumah mereka.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Adzan bab 29 no 644 ( ini adalah lafadznya )
Penjelasan :
Membakar rumah orang adalah perbuatan dosa. Tidak mungkin Nabi saw berkeinginan membakar
rumah orang seandainya pemilik rumah tersebut tidak melakukan pelanggaran berat terhadap
kewajiban agama.
Sedangkan keinginan Nabi saw untuk membakar rumah tersebut dikaitkannya dengan tidak hadirnya
orang tersebut ke masjid untuk shalat berjama’ah.
Di sisi lain , ada keinginan Nabi saw untuk mewakilkan imam shalat kepada orang lain , lalu Nabi saw
mendatangi rumah laki laki yang tidak hadir shalat berjama’ah.
Maka difahami bahwa shalat berjama’ah di masjid bagi laki laki hukumnya sangat keras
َ ض ِري ُر ْال َب َ َف َقا َل َيا َرسُو َل هَّللا ِ ِإ ِّنى َر ُج ٌل-صلى هللا عليه وسلم- َّوم َأ َّن ُه َسَأ َل ال َّن ِبى َعن اب ُأ
َّار َولِى َقاِئ ٌد الَ ُيالَِئ ُمنِى َف َه ْل
ِ ص ِر َشاسِ ُع الد ٍ ْن ِّم َم ْك ُت
ِ ِ
ص ًة َ ك ر ُْخ َ َقا َل « الَ َأ ِج ُد َل. َقا َل َن َع ْم.» صلِّ َى فِى َب ْيتِى َقا َل « َه ْل َتسْ َم ُع ال ِّن َدا َء َ ص ٌة َأنْ ُأ َ لِى ر ُْخ
حسن صحيح: قال الشيخ األلباني
لم يسمع من ابن- وهو مسعود بن مالك األسدي- حديث صحيح لغيره وهذا إسناد ضعيف النقطاعه أبو رزين: تعليق شعيب األرنؤوط
أم مكتوم
Bersumber dari Ibnu Ummi Maktum r.a , sesungguhnya dia bertanya kepada Nabi saw. Dia berkata :
Wahai Rasulullah , sesungguhnya aku ini adalah seorang laki laki yang buta dan bertempat tinggal jauh
( dari masjid ) dan aku memiliki penuntun jalan yang tidak sesuai denganku. Apakah aku mendapatkan
keringanan untuk shalat di rumah ?
Hadits hasan shahih riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 47 no 552 ( ini lafadznya )
Penjelasan :
Ibnu Ummi Maktum r.a adalah seorang yang sudah tua , buta , rumahnya jauh dari masjid dan tidak
memiliki penuntun jalan. Keadaan yang dimiliki oleh beliau sudah sangat cukup untuk mendapatkan
keringanan dalam agama , yaitu melakukan shalat di rumah.
Tidak ada pemahaman lain dalam hal ini kecuali satu pengertian :
Hukum shalat berjama’ah di masjid adalah perintah yang keras bagi laki laki.
ت َيا َرسُو َل ْ َ َف َقال-صلى هللا عليه وسلم- ِّت ِإلَى ال َّن ِبى 3ْ ارىِّ َعنْ َع َّم ِت ِه ُأ ِّم ُح َم ْي ٍد امْ َرَأ ِة َأ ِبى ُح َم ْي ٍد السَّاعِ دِىِّ َأ َّن َها َجا َءِ ص َ ْن س َُو ْي ٍد اَأل ْن
ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
صالَتكِ فِىُ َ صالَتِكِ فِى حُجْ َرتِكِ َو َ
َ ْصالَتكِ فِى َب ْيتِكِ َخ ْي ٌر لكِ مِنُ َ صالَ َة َمعِى َو َّ ِّين ال ُ
َ ْت َّنكِ ت ِحب َأ ُ َقا َل « َق ْد َعلِم.ك َّ هَّللا ِ ِإ ِّنى ُأحِبُّ ال
َ صالَ َة َم َع
ْصالَ ُتكِ فِى َمسْ ِج ِد َق ْومِكِ َخ ْي ٌر لَكِ مِنَ صالَتِكِ فِى َمسْ ِج ِد َق ْومِكِ َو َ ْاركِ َخ ْي ٌر لَكِ مِن ِ َصالَ ُتكِ فِى د َ اركِ َو ِ َصالَتِكِ فِى د َ ْحُجْ َرتِكِ َخ ْي ٌر مِن
َّ
ت َ َعز َو َج َّل هَّللا َ َّ ِّ
ِ صلى فِي ِه َحتى لقِ َي ُ ْ َ َ َ َ ْ َأ
َ صى شىْ ٍء مِنْ َب ْي ِت َها َو ظل ِم ِه فكانت ت َ ْ َأ َ َأ
َ ف َم َرت ف ُبن َِى ل َها َمسْ ِج ٌد فِى ق- قا َل- .» صالَتِكِ فِى َمسْ ِجدِى
َ ْ َ َ َ
حديث حسن: تعليق شعيب األرنؤوط
حديث حسن: قال األلباني
Bersumber dari Abdullah bin Suwaid Al Anshari r.a dari bibinya ( yaitu ) Ummu Humaid istri Abu Humaid
As Sa’idi r.a, Dia datang kepada Rasulullah saw lalu berkata :
Nabi saw bersabda : Sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa engkau sangat suka shalat
(berjama’ah ) bersamaku , akan tetapi :
Shalatmu di ruanganmu ( yang khusus untuk shalat ) adalah lebih baik daripada shalatmu di kamarmu
Dan shalatmu di rumahmu adalah lebih baik daripada shalatmu di masjid kaummu.
Dan shalatmu di masjid kaummu adalah lebih baik daripada shalatmu di masjidku.
Dia (Abdullah bin Suwaid) berkata : lalu Ummu Humaid r.a menyuruh agar dibuatkan tempat untuk
shalat secara khusus di bagian dalam rumahnya yang paling pojok dan gelap. Lalu dia senantiasa shalat
di tempat tersebut sampai dia berjumpa Allah Azza Wajalla ( sampai wafatnya )
Kesukaan wanita untuk melaksanakan shalat berjama’ah di masjid sudah terjadi sejak Nabi saw masih
hidup.
Kemudian Nabi saw menyampaikan kepada kaum wanita tentang hadirnya mereka dalam shalat
berjama’ah di masjid, yaitu :
• Jika ingin melakukan shalat di masjid , hendaknya wanita memilih masjid yang terdekat dengan
rumahnya.
• Shalatnya mereka di rumahnya (secara terbuka) adalah lebih baik daripada shalatnya mereka di
masjid kaumnya
• Shalatnya mereka di tempat tersembunyi di rumahnya adalah lebih baik daripada shalatnya di
rumahnya secara terbuka
• Ada beberapa ketentuan lain tentang hadirnya wanita di masjid , misalnya : dilarang memakai
minyak wangi dll. Hal ini akan diterangkan pada pembahasan selanjutnya.
Kesimpulan :
Perintah dari Nabi saw kepada wanita untuk shalat di rumahnya tidak menjadikan rumah lebih bagus
dan lebih utama dari masjid. Karena sampai kapanpun masjid adalah tempat yang lebih utama
dibanding tempat apapun di muka bumi ini.
Sehingga : wanita yang mengerjakan shalat di rumahnya bukan sebuah penghinaan kepada masjid ,
atau merasa rumah lebih mulia daripada masjid. Tetapi dia melaksanakan shalat di rumahnya karena
ketaatannya kepada Allah swt dengan mematuhi perintah Rasulullah saw.
Barangsiapa yang menta’ati Rasul , maka sesungguhnya dia telah menta’ati Allah.
4. SHALAT SUNNAH RAWATIB LEBIH BAIK DI KERJAKAN DI RUMAH , WALAUPUN DIKERJAKAN DI MASJID
TETAP SAH HUKUMNYA.
ُصالَة َ صالَ ِة َّ ض َل ال َ َفِإنَّ َأ ْف، صلُّوا َأ ُّي َها ال َّناسُ فِى ُبيُو ِت ُك ْم
َ َف، َقا َل... صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ٍ ْن َث ِاب
ِ ْن َسعِي ٍد َعنْ َز ْي ِد ب
ِ َعنْ بُسْ ِر ب
َْال َمرْ ِء فِى َب ْي ِت ِه ِإالَّ ْال َم ْك ُتو َبة
Bersumber dari Busri bin Sa’id dari Zaid bin Tsabit r.a , bahwasanya Rasulullah saw bersabda …. :
Shalatlah kalian dirumah rumah kalian , wahai manusia !
KARENA SESUNGGUHNYA SHALAT YANG PALING UTAMA ADALAH SHALATNYA SESEORANG YANG
DILAKUKAN DI RUMAHNYA , KECUALI SHALAT FARDHU
Penjelasan :
Kalau mengikuti dalil umum , shalat di masjid adalam lebih utama, karena seseorang yang pergi ke
masjid untuk shalat , maka setiap langkahnya akan diampuni dosanya dan akan dinaikkan
kedudukannya di sisi Allah 1 derajat.
Dan Rasulullah saw memerintahkan ummatnya untuk mengerjakan shalat sunnah di rumah.
Dan bahkan Rasulullah saw mengatakan bahwa shalat sunnah di rumahnya adalah lebih utama daripada
di masjid.
Padahal di rumah ada WC tempat buang air besar yang letaknya berada 1 atap dengan tempat shalat.
Bahkan sebagian rumah yang ukurannya kecil , mungkin jarak antara WC dengan tempat shalatnya
hanya 1 atau 2 meter saja. Kenapa kita shalat di tempat seperti ini ?
Soal :
Mungkinkah ada diantara qaum Muslimin yang akan berkata bahwa orang yang mengerjakan shalat
sunnah di rumahnya, bukan di masjid , berarti dia tidak mengerti kebersihan dan kebaikan?
Jawab :
Mungkin saja ada yang akan berkata demikian, yaitu orang yang belum mengetahui bahwa Rasululah
saw mengerjakan shalat sunnah di rumahnya.
Bagi orang yang mengerti, maka dia sama sekali tidak akan merasa rendah diri atau memandang rendah
kepada orang yang shalat sunnah di rumahnya. Bahkan dia memiliki rasa bangga karena telah
melakukan sesuatu yang diajarkan oleh Rasulullah saw. Dia merasa sebagai bagian dari umat Islam yang
mencintai Nabi saw karena telah membela sunnahnya.
5. RASULULLAH SAW MENGERJAKAN SHALAT IED DI LAPANGAN, BUKAN DI MASJID NABAWI.
Kembali kepada persoalan tempat shalat Ied , kami dapati beberapa hadits :
- Hadits shahih tentang Nabi saw shalat Ied di lapangan , bukan di masjid Nabawi yang pahalanya 1000
kali lipat dari masjid lainnya.
- Hadits dha’if tentang Nabi saw melakukan shalat Ied di masjid karena ada hujan.
Bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri r.a, dia berkata : Rasulullah saw keluar untuk shalat Iedul Fithri dan
Iedul Adh-ha ke mushalla ( = tanah lapang tempat dilaksanakannya shalat Ied ).
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Iedain bab 6 no 956 ( ini adalah lafadznya )
Penjelasan :
1. Kata “Mushalla” yang ada pada hadits di atas adalah tanah lapang di kota Madinah yang biasa
dipakai oleh Nabi saw untuk melakukan shalat Ied , shalat Istisqa’ ( shalat minta hujan ) , shalat janazah.
Lihat : Shahih Muslim Kitabu Shalatil Iedain no 890, Kitabu Shalatil Istisqa’ no 894, Kitabul Janaiz no 951
Lihat : Fat-hul Baari jilid 3 halaman 571 Kitabul Iedain bab 6 no 956
Dari saya :
Jika kita berdiri di sebelah luar masjid Nabawi di depan posisi imam sambil menghadap Qiblat , maka
“mushalla” tersebut adalah di sebelah kanan. Sekarang dibangun masjid kecil bernama masjid
Ghamamah. Dinding masjid tersebut dilapisi dengan batu berwarna hitam , mirip dengan dinding Ka’bah
2. Nabi saw mengajarkan kepada umatnya agar melaksanakan shalat Ied di tanah lapang , padahal shalat
di Masjid Nabawi pahalanya adalah 1000 kali lipat dibanding dengan masjid lainnya (selain Masjidil
Haram).
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , bahwasanya Nabi saw bersabda : Satu shalat di masjidku ini
lebih utama daripada 1000 kali shalat di masjid lainnya kecuali (shalat) di Masjidl Haram.
َو َعلَى َه َذا َع َمل ال َّناس فِي مُعْ َظم، ضل َمنْ َف َعلَ َها فِي ْال َمسْ ِجد َ َوَأ َّن ُه َأ ْف، ُصلَّى
َ ِصاَل ِة ْالعِيد ِإلَى ْالم
َ ب ْال ُخرُوج ل
3ِ َه َذا دَ لِيل لِ َمنْ َقا َل ِباسْ تِحْ َبا
َأْل
الز َمن ا َّول ْ اَّل ُّ
َّ ْصلو َن َها ِإ فِي ال َمسْ ِجد مِن َأ َأ
َ َو مَّا هْ ل َم َّكة َفاَل ُي، مْصار َ َأْلا
Hal ini ( tentang Nabi saw melakukan shalat Ied di Mushalla ) menjadi dalil bagi orang yang
mensunnahkan keluar untuk melakukan shalat Ied di tanah lapang , dan pelaksanaan di tempat itu lebih
baik daripada di Masjid. Hal itu dilakukan di sebagian besar negeri. Sedangkan penduduk Makkah tidak
melakukan shalat Ied , kecuali di Masjid ( Masjidil Haram ) sejak dari zaman awal.
Dan bagi shahabat kami (ulama pengikut madzhab Asy Syafi’i), terbagi menjadi 2 pendapat :
- Sebagiannya berkata : shalat Ied di lapangan adalah lebih utama berdasarkan hadits ini.
Kecuali jika masjidnya sempit (tidak dapat menampung jama’ah maka shalat Ied di lapangan adalah lebih
baik).
Lihat : Kitab Syarah Muslim oleh Imam Nawawi jilid 6 halaman 417 Kitabu Shalatil Iedain sebelum bab 1
no 889).
Dari Saya :
Saya menguatkan : dhahir hadits ini menunjukkan bahwa melaksanakan shalat Ied di tanah lapang
adalah lebih utama dibanding di masjid. Karena Nabi saw meninggalkan masjid Nabawi yang
keutamaannya 1000 kali lipat dibanding masjid lainnya di muka bumi ini, untuk melaksanakan shalat Ied
di lapangan. Dan cara ini dilakukan oleh Nabi saw bukan sekali atau 2 kali , tetapi sepanjang hidupnya.
Dan semua shahabatnya termasuk di dalamnya Khulafaur Rasyidin yang 4 , dan seluruh shahabat tidak
ada satupun yang mengerjakan shalat Ied di masjid Nabawi.
Riwayat tentang Nabi saw shalat Ied di Masjid Nabawi hanya ada 1 hadits : yaitu ketika terjadi hujan :
Hadits ini dalam sanadnya ada rawi Yahya bin Abdul A’laa bin Abu Farwah serta Yahya ‘Ubaidillah At
Taimiy yang majhul (tidak dikenal)
Imam Nawawi menilai bahwa sanadnya jayyid (bagus) : dalam Kitab Al Majmu’ Syarah Muhadzdzab
Dari saya :
Hadits ini , terlepas shahih atau tidak, saya setuju dengan maknanya. Bahwa jika hari sedang hujan ,
yang mana keadaan dapat menyusahkan qaum Muslimin (basah kuyup , becek dll) ,
maka shalat Ied di masjid adalah lebih utama dari pada di lapangan.
Bahkan jika tidak ada hadits inipun , tetap saja shalat Ied di masjid adalah lebih utama dari pada di
lapangan jika ada hujan yang sampai menyusahkan qaum Muslimin.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Istisqa’ bab 4 no 1012 (ini adalah lafadznya)
Penjelasan :
Kalimat “membalikkan selendangnya” maknanya : menjadikan ujung selendangnya yang sebelah kanan
berada di sebelah kiri dan sebaliknya.
Nabi saw membalikkan selendangnya adalah setelah shalat dan ketika akan berdo’a.
ِب ْال َح َب َش ِة فِى ْال َي ْو ِم الَّذِى َماتَ فِي ِه َف َقا َل « اسْ َت ْغفِرُوا َ ال َّن َجاشِ َى-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأ َّن ُه َقا َل َن َعى لَ َنا َرسُو ُل هَّللا
َ صاح
صلَّىَ ُصلَّى َف َ صفَّ ِب ِه ْم ِب ْالم َ -صلى هللا عليه وسلم- ِ ب َأنَّ َأ َبا ه َُري َْر َة َح َّد َث ُه َأنَّ َرسُو َل هَّللا ٍ َقا َل ابْنُ شِ َها.» َألخِي ُك ْم
3ِ ب َو َح َّد َثنِى َسعِي ُد بْنُ ْال ُم َس َّي
ت
ٍ يرا ْ َ َأ َ َ
َ فكب ََّر َعل ْي ِه رْ َب َع تك ِب َ
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , dia berkata : Rasulullah saw mengumumkan kepada kami tentang
kematian An Najasyi, yaitu raja Habasyah pada hari kematiannya.
Ibnu Syihab ( salah seorang rawi ) berkata : sa’id bin Al Musayyab menceritakan kepadaku bahwa Abu
Hurairah r.a memberitahukan kepadanya bahwa Rasulullah saw membariskan kaum muslimin di
mushalla (lapangan) , kemudian beliau saw melakukan shalat (ghaib) dengan 4 takbir
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Janaiz bab 22 no 951 ( ini adalah lafadznya )
صلِّى َ د َف َقا َم ُي3َ َّاع ُة َح َّتى َأ َتى ْال َمسْ ِج َ َف َقا َم َف ِزعً ا َي ْخ َشى َأنْ َت ُك-صلى هللا عليه وسلم- ِّت ال َّشمْسُ فِى َز َم ِن ال َّن ِبى
َ ون الس َ َعنْ َأ ِبى م
ِ ُوسى َقا َل َخ َس َف
َ وع َو ُسجُو ٍد َما َرَأ ْي ُت ُه َي ْف َعلُ ُه فِى
صالَ ٍة َق ُّط ْ َأ
ٍ ِب ط َو ِل قِ َي ٍام َو ُر ُك
Bersumber dari Abu Musa r.a dia berkata : Matahari mengalami gerhana pada zaman Nabi saw. Maka
Nabi saw berdiri dengan cemas, takut kalau hari itu adalah hari qiyamat. Kemudian beliau saw
mendatangi masjid dan melakukan shalat dengan berdiri sangat lama, serta ruku’ dan sujud yang lama.
Belum pernah aku melihat Nabi saw mengerjakan hal seperti ini didalam shalatnya (yang lain).
KESIMPULAN AKHIR :
2. Laki laki di syari’atkan mengerjakan shalat fardhu di masjid , bukan di rumah atau tempat lainnya.
Kecuali tidak ada masjid di sekitarnya.
3. Wanita disyari’atkan mengerjakan shalat di rumahnya, tetapi dia tidak dilarang mengerjakan shalat di
masjid.
4. Shalat sunnah lebih baik dikerjakan di rumah , tetapi tidak dilarang mengerjakannya di masjid.
5. Shalat Ied lebih baik dikerjakan di tanah lapang, tetapi tidak dilarang jika dikerjakan di masjid.
Bahkan dalam keadaan tertentu mengerjakan shalat Ied di masjid lebih utama daripada di lapangan jika
ada sebab tertentu , misalnya : karena keadaan hujan , tidak ada tanah lapang yang bersih dari najis ,
atau dalam suasana yang penuh kekhawatiran, yang mana tempat yang lebih aman hanya masjid.
Sedangkan tanah lapang berada di dekat hutan yang banyak binatang buasnya.
7. Shalat janazah boleh dikerjakan di lapangan , boleh juga di masjid, boleh di rumah duka
8. Shalat gerhana lebih baik dikerjakan di masjid. Padahal dari sisi pertimbangan aqal, shalat gerhana di
lapangan lebih sampai kepada kebutuhan, karena dapat mengetahui kapan gerhana akan berakhir.
Pada zaman Nabi saw , gerhana dapat diketahui hanya dengan 1 cara : yaitu melihatnya secara langsung.
Kenapa Nabi saw melaksanakan shalat gerhana di masjid ?
Tentu kita meyaqininya bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw adalah petunjuk langsung dari
Allah swt.
9. DLL
Dengan demikian , persoalannya bukan hanya bersifat umum : “MANA YANG LEBIH BAIK” .
Tetapi persoalan yang sebenarnya adalah : menempatkan sesuatu pada tempatnya sebagaimana yang
telah disyari’atkan oleh Allah dan Rasul-Nya saw.
Wallahu A’lam.
SELESAI.
08/07/16, 09.11 - Ustadz Mubarok Ptk: CATATAN : PEMBAHASAN SAYA TENTANG SHALAT IED DI
LAPANGAN INI BOLEH DI SHARE KE MANA SAJA.
Sutrah artinya pembatas atau penghalang , yaitu sesuatu yang menjadi pembatas antara diri seseorang
dengan Qiblat (ketika mengerjakan shalat).
Sesuatu tersebut bisa berupa meja , kursi , dinding , punggung orang dsb.
Melakukan shalat dengan menghadap sutrah adalah perintah agama, sebagaimana yang disebutkan
dalam banyak hadits shahih , diantaranya :
َ صلَّى َأ َح ُد ُك ْم َف ْل ُي
ص ِّل ِإلَى ُس ْت َر ٍة َو ْل َي ْدنُ ِم ْن َها َ « ِإ َذا-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن َأ ِبى َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِرىِّ َعنْ َأ ِبي ِه َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ِ َعنْ َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن ب
حسن صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Abdurrahman bin Abu Sa’id Al Khudri dari ayahnya (yaitu Abu Sa’id Al Khudri r.a) dia
berkata Rasulullah saw bersabda : Apabila seseorang diantara kalian mengerjakan shalat maka
hendaknya dia menghadap sutrah dan hendaknya dia mendekat kepadanya.
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 110 no 698
Shalat harus dilakukan dengan menghadap Qiblat.
Yang dimaksud dengan shalat dengan menghadap sutrah adalah : melakukan shalat dengan meletakkan
sesuatu di depannya.
Sutrah artinya Sesuatu yang menjadi pembatas antara seseorang dengan Qiblat.
Sesuatu tersebut dapat berupa dinding , tiang , punggung orang , atau benda apa saja yang diletakkan di
depan orang yang shalat .
Ini berlaku pada orang yang shalat sendirian dan imam dalam shalat berjama’ah.
Dan makmum pada shaf berikutnya , sutrahnya adalah makmum yang ada di depannya.
Pembahasan lebih jauh silakan dilihat dalam penjelasan setelah kutipan hadits ini.
Bersumber dari Sahl bin Abi Hatsmah r.a bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila
salah seorang di antara kalian shalat dengan menggunakan sutrah, hendaklah dia mendekat kepadanya (
supaya ) setan tidak dapat memutus shalatnya."
Hadits shahih riwayat Abu Dawud kitabush Shalah bab 107 no 695 (ini adalah lafadznya)
Bersumber dari Musa bin Thalhah dari Bapaknya r.a dia berkata, Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam
bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian telah meletakkan di hadapannya (sesuatu yang tingginya)
seperti sandaran kendaraan ( onta ) hendaklah dia shalat, dan dia tidak usah mempedulikan orang yang
lewat di belakang sutrah tersebut."
Hadits shahih riwayat Muslim kitabush Shalah bab 47 no 499 (ini adalah lafadznya)
Penjelasan :
Kalimat “ mu’khiratir rahli” boleh juga dibaca “muakhiratir rahli” artinya adalah : sandaran pada pelana
onta. Ada yang mengatakan bahwa tingginya sekitar 2/3 hasta , dan ini adalah yang masyhur.
Lihat :
- Kitab syarah Muslim oleh imam Nawawi jilid 4 halaman 440 Kitabush Shalah bab 47 hadits no 499
- Kitab Fat-hul Baari , syarah terhadap kitab shahih Al Bukhari jilid 2 halaman 764 Kitabush Shalah bab
(98) ash shalatu ilaar raahilati hadits no 507
Sutrah artinya Sesuatu yang menjadi pembatas antara seseorang dengan Qiblat
Sesuatu tersebut dapat berupa dinding , tiang , punggung orang , atau benda apa saja yang diletakkan di
depan orang yang shalat .
Jarak antara orang yang shalat dengan sutrahnya adalah sekitar 3 hasta.
Ketika dia sujud , maka tempat meletakkan dahi dengan sutrahnya paling jauh hanya dapat dilewati
seekor kambing kecil ( hanya beberapa centimeter saja )
Ini berlaku pada orang yang shalat sendirian dan yang menjadi imam dalam shalat.
Dan makmum pada shaf berikutnya , sutrahnya adalah makmum yang ada di depannya.
Demikian seterusnya.
Kalimat “ sesuatu yang tingginya seperti sandaran kendaraan ” ( onta ) adalah benda apa saja yang
tingginya sekitar 2/3 hasta
Orang arab biasa meletakkan sandaran pada pelana atau tempat duduk di atas punggung onta.
Tinggi sandaran tersebut sekitar 2/3 hasta. Ada juga yang mengatakan sekitar 1 hasta
Bagi orang yang melakukan shalat dengan meletakkan benda apa saja di depannya yang tingginya
sekitar 2/3 hasta atau lebih maka dia dapat melakukan shalat dengan tenang. Dia tidak perlu
mempedulikan orang yang melintas / lewat di belakang benda itu yaitu antara sutrah (benda tersebut)
dengan Qiblat.
Maksudnya , siapa saja dibolehkan berjalan melintas orang yang shalat , jika orang itu berjalan diantara
sutrah dengan Qiblat (di belakang sutrah)
Bersumber dari Sahl bin Sa'd r.a , dia berkata, "Jarak antara tempat shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam dengan dinding (pembatas) adalah selebar untuk jalan anak kambing."
Lihat : Kitab Syarah Muslim oleh imam Nawawi jilid 4 halaman 449 Kitabush Shalah bab 49 no 508
ة بْنُ َز ْي ٍد َو ِباَل ٌل َوع ُْث َمانُ بْنُ َط ْل َح َة ْال َح َج ِبيُّ َفَأ ْغلَ َق َها َعلَ ْي ِه3ُ دَخ َل ْال َكعْ َب َة ه َُو َوُأ َسا َم َ ِ ْن ُع َم َر َأنَّ َرسُو َل هَّللا
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
ْن َعنْ َيمِي ِن ِه ِ ار ِه َو َعمُو َدي ِ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل َج َع َل َعمُو ًدا َعنْ َي َس َ ِ ص َن َع َرسُو ُل هَّللا َ ِين َخ َر َج َم َاذا َ ت ِباَل اًل ح ُ َقا َل َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ ُع َم َر َف َسَأ ْل
ْ َأ َ َاَل َ ْ َ َّ ُ َأ َّ َ ُ ْ َ َأ َ َ َاَل
ٍ ار نحْ ًوا مِنْ ث ث ِة ذر
ُع ِ صلى َو َج َع َل َب ْين ُه َو َبي َْن ال ِج َد َ ان ال َبيْت َي ْومَِئ ٍذ َعلى سِ ت ِة عْ مِدَ ٍة ث َّم َ َوث ثة عْ مِدَ ٍة َو َرا َءهُ َوك
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح على شرط الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abdullah bin 'Umar r.a bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam pernah masuk
Ka'bah bersama Usamah bin Zaid, Bilal dan Utsman bin Thalhah. lalu mereka menutupnya. Ibnu Umar
berkata, "Lalu aku bertanya kepada Bilal. 'Apakah yang diperbuat oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi
wasallam? ' la menjawab, 'Beliau Shallallahu'alaihi wasallam memposisikan satu tiang di samping kiri,
dua tiang di samping kanannya, dan tiga tiang di belakangnya. Ka'bah saat itu mempunyai enam tiang.
Kemudian beliau Shallallahu'alaihi wasallam Shalat, dan jarak antara beliau saw dengan tembok sekitar 3
hasta.
Hadits shahih riwayat Nasai kitabul Qiblah bab 6 no 749 (ini adalah lafadznya)
Penjelasan :
Beberapa hadits yang disebutkan di atas berisi ajaran Nabi saw yang sangat penting tetapi sudah banyak
ditinggalkan orang Islam. Betapa banyak orang yang melakukan shalat dengan tidak mempedulikan
pakai sutrah atau tidak. Banyak diantara umat Islam yang melakukan shalat di tengah tengah ruangan
masjid tanpa ada sutrah di depannya.
Hendaknya umat Islam kembali kepada sunnah Nabi saw yaitu shalat dengan menghadap sutrah , dan
mendekat kepadanya . Dia bisa shalat dengan mendekat kepada dinding atau tiang masjid dsb. Jarak
antara tempat sujudnya dengan sutrah tidak jauh.Yaitu hanya bisa dilewati seekor kambing kecil atau
hanya beberapa centimeter saja.
Cabang permasalahan :
1. Shalatnya laki laki yang tidak memakai sutrah , menjadi batal apabila lewat di depannya : Wanita ,
anjing dan keledai
ان َبي َْن َي َد ْي ِه م ِْث ُل َ « ِإ َذا َقا َم َأ َح ُد ُك ْم ُي-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َعنْ َأ ِبى َذرٍّ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
َ صلِّى َفِإ َّن ُه َيسْ ُت ُرهُ ِإ َذا َك ِ ْن الصَّا ِمِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
َأل
ب ا سْ َو ِد ْ ْ َ َأ ُ ْ ُ َأل ْ ْ ُ َأ ْ
ِ قلت َيا َبا ذرٍّ َما َبا ُل ال َكل.» صال َت ُه ال ِح َما ُر َوال َمرْ ة َوال َكلبُ ا سْ َو ُد ْ َ ْ
َ آخ َِر ِة الرَّ حْ ِل َفِإ َذا ل ْم َيكنْ َبي َْن َيدَ ْي ِه مِث ُل آخ َِر ِة الرَّ حْ ِل َفِإن ُه َيقط ُع
َ ْ َّ ُ َ
َأل َأ
ٌ َك َما َس ْل َتنِى َف َقا َل « ْال َك ْلبُ ا سْ َو ُد َش ْي َطان-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َرسُو َل هَّللا ُ ب اَألصْ َف ِر َقا َل َيا اب َْن َأخِى َسَأ ْل ِ ب اَألحْ َم ِر م َِن ْال َك ْل ِ م َِن ْال َك ْل
Bersumber dari Abdullah bin Ash Shamit dari Abu Dzar r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Apabila seseorang diantara kalian mengerjakan shalat hendaknya dia meletakkan sutrah (penghalang) di
depannya setinggi sandaran kendaraan (tingginya sekitar 2/3 hasta). Jika di depannya tidak ada sutrah
setinggi sandaran kendaraan maka shalatnya akan terputus oleh khimar (keledai), wanita dan anjing
hitam.
Aku bertanya kepada Abu Dzar : Apa bedanya anjing hitam dengan anjing merah atau anjing kuning ?
Dia menjawab : Wahai putra saudaraku, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw seperti
pertanyaanmu kepadaku, maka Rasulullah saw menjawab : anjing hitam adalah syaithan.
Penjelasan :
Kalimat “ anjing hitam adalah syaithan” maknanya : syaithan sering menampakkan diri dengan wujud
seperti anjing hitam.
Ada juga yang berkata bahwa anjing hitam memiliki wajah yang menakutkan sehingga di serupakan
dengan syaithan.
Tentang kebenaran maknanya tidak kita ketahui secara pasti, tetapi hadits ini menjadi dalil tentang
pentingnya sutrah di dalam shalat. Jika seseorang mengerjakan shalat tidak mendekat ke sutrah maka
shalatnya akan batal jika di depannya dilewati keledai, atau wanita atau anjing yang berwarna hitam.
Sedangkan imam Hanafi , imam Malik , dan imam Asy syafi’i menyatakan tidak batal shalatnya seseorang
yang dilewati oleh apapun.
Mereka berpendapat bahwa yang terputus adalah kekhusyu’annya, bukan terputus shalatnya
(maksudnya shalatnya tidak batal )
2. Jika wanita berada di depan laki laki yang sedang shalat , tetapi wanita tersebut tidak melintas , maka
hal ini tidak membatalkan shalatnya..
Aku pernah tidur di depan Nabi saw dan kakiku berada di arah Qiblatnya. Jika akan sujud beliau saw
menyentuhku dengan tangannya , maka akupun menarik kakiku. Dan jika beliau saw berdiri maka aku
meluruskan kembali kakiku.
Aisyah r.a berkata : Pada waktu itu rumah rumah tidak ada lampunya
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabush Shalah bab 22 no 382 ( ini adalah lafadznya )
Apabila seseorang diantara kalian menghadap sesuatu yang menjadi penghalang antara dirinya dengan
manusia, kemudian ada seseorang yang ingin melintas di depannya , maka hendaknya dia menahannya
di lehernya. Kalau dia enggan (untuk dihalangi) maka perangilah dia . Karena sesungguhnya dia adalah
syaithan.
Penjelasan :
Perintah untuk menghalangi orang yang melintas di depan orang yang shalat hanya berlaku bagi yang
memakai sutrah.
Kalau seseorang mengerjakan shalat tidak memakai sutrah maka dia tidak boleh menghalang orang yang
melintas didepannya. Dan orang yang melintas di depan orang yang shalat tanpa sutrah tidak berdosa.
Lihat : Kitab Syarah Muslim oleh imam Nawawi jilid 4 halaman 440 Kitabush Shalah bab 47 no 499
Dari saya : Ini adalah sebuah hukuman bagi orang yang mengerjakan shalat tanpa sutrah. Shalatnya
boleh dilintasi siapa saja , sedangkan dia tidak berdaya untuk mencegahnya.
4. Tidak dilarang berjalan di depan shaf pertama di dalam shalat berjama’ah karena sutrahnya adalah
imamnya.
َقاِئ ٌم- صلى هللا عليه وسلم- ِ َو َرسُو ُل هَّللا، ان لِى ٍ َأسِ ي ُر َع َلى َأ َت، ت ْال ُحلُ َم ُ ت َو َق ْد َنا َه ْز ُ َقا َل َأ ْق َب ْل- َّاس رضى هللا عنهما ٍ ْن َعب ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
صلى هللا عليه- ِ ُول هَّللا
ِ اس َو َرا َء َرس ُ ص َف ْف
ِ ت َم َع ال َّن َ َف، ت ُ ُث َّم َن َز ْل، ض الصَّفِّ اَأل َّو ِل
ْ ت َع ْن َها َف َر َت َع ُ ْ َح َّتى سِ ر، ُصلِّى ِب ِم ًنى
ِ ْت َبي َْن َيدَىْ َبع َ ي
وسلم
Bersumber dari Abdullah bin Abbas r.a , sesungguhnya dia berkata : Aku datang sedangkan ketika itu aku
mendekati usia baligh. Aku mengendarai seekor keledai betina milikku. Sementara itu Rasulullah saw
sedang mengerjakan shalat bersama orang orang di Mina. Lalu aku berjalan melewati sebagian shaf
pertama, kemudian aku turun dari keledai betina itu lalu dia merumput. Setelah itu aku masuk ke dalam
shaf bersama orang orang di belakang Rasulullah saw.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabu Jazaaish Shaidi bab 25 no 1857 (ini lafadznya)
Penjelasan :
Ibnu Abbas r.a mengendarai keledai di depan shaf paling depan , dan tidak ada teguran apapun dari
Rasulullah saw. Berarti shalat perbuatan Ibnu Abbas r.a tidak salah dan shalat para makmum tersebut
sah.
Hadits ini menjadi dalil bahwa sutrah bagi makmum adalah imamnya.
Kesimpulan seperti ini harus diambil karena hukum ashal bagi laki laki yang mengerjakan shalat tanpa
sutrah maka shalatnya batal apabila di depannya dilewati salah satu dari 3 hal : perempuan , anjing
hitam dan khimar (keledai), sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Abu Dzar r.a :
ان َبي َْن َي َد ْي ِه م ِْث ُل َ « ِإ َذا َقا َم َأ َح ُد ُك ْم ُي-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َعنْ َأ ِبى َذرٍّ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
َ صلِّى َفِإ َّن ُه َيسْ ُت ُرهُ ِإ َذا َك ِ ْن الصَّا ِم ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
ب اَألسْ َو ِد ِ ت َيا َأ َبا َذرٍّ َما َبا ُل ْال َك ْل ُ قُ ْل.» صالَ َت ُه ْال ِح َما ُر َو ْال َمرْ َأةُ َو ْال َك ْلبُ اَألسْ َو ُد
َ آخ َِر ِة الرَّ حْ ِل َفِإ َذا َل ْم َي ُكنْ َبي َْن َيدَ ْي ِه م ِْث ُل آخ َِر ِة الرَّ حْ ِل َفِإ َّن ُه َي ْق َط ُع
َ َأل ْ ْ ْ َأ
ٌ َك َما َس ل َتنِى َف َقا َل « ال َكلبُ ا سْ َو ُد َش ْيطان-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َرسُو َل هَّللا ُ ب اَألصْ َف ِر َقا َل َيا اب َْن َأخِى َسَأ ْل ِ ب اَألحْ َم ِر م َِن ْال َك ْل ِ م َِن ْال َك ْل
Bersumber dari Abdullah bin Ash Shamit dari Abu Dzar r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Apabila seseorang diantara kalian mengerjakan shalat hendaknya dia meletakkan sutrah (penghalang) di
depannya setinggi sandaran kendaraan (tingginya sekitar 2/3 hasta). Jika di depannya tidak ada sutrah
setinggi sandaran kendaraan maka shalatnya akan terputus oleh khimar (keledai), wanita dan anjing
hitam.
Aku bertanya kepada Abu Dzar : Apa bedanya anjing hitam dengan anjing merah atau anjing kuning ?
Dia menjawab : Wahai putra saudaraku, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw seperti
pertanyaanmu kepadaku, maka Rasulullah saw menjawab : anjing hitam adalah syaithan.
Penjelasan :
Kalimat “ anjing hitam adalah syaithan” maknanya : syaithan sering menampakkan diri dengan wujud
seperti anjing hitam.
Ada juga yang berkata bahwa anjing hitam memiliki wajah yang menakutkan sehingga di serupakan
dengan syaithan.
Tentang kebenaran maknanya tidak kita ketahui secara pasti, tetapi hadits ini menjadi dalil tentang
pentingnya sutrah di dalam shalat. Jika seseorang mengerjakan shalat tidak mendekat ke sutrah maka
shalatnya akan batal jika di depannya dilewati keledai, atau wanita atau anjing yang berwarna hitam.
Maksudnya : Seseorang melakukan shalat dengan tidak meletakkan benda di depannya , tetapi
membuat garis sebagai sutrahnya. Atau dia menganggap ujung tikar shalatnya sebagai sutrahnya
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , bahwasanya Rasulullah saw bersabda : Apabila seseorang diantara
kalian mengerjakan shalat maka hendaknya dia menghadap sesuatu (penghalang) di depannya.
Kalau dia tidak mendapatkan tongkat maka hendaknya dia membuat garis (di depannya). Setelah itu dia
tidak akan membahayakan baginya apapun yang melintas di depannya
Ahmad 2/254
(Al Mausuu’ah Al Hadiitsiyyah Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal jilid 12 halaman 355 )
Wallahu A’lam
11/07/16, 08.17 - Ustadz Mubarok Ptk: Tambahan lagi,mengenai uraian dan penjelasan mengenai
dilarangnya melintasi didepan orang yang sedang Sholat.
Jika yg sholat dgn Sutrah yg sesuai dgn fikih sunah,sdh bisa dicerna jika kita melintas diluar Sutrah,yg jadi
pertanyaan krn sering kita jumpai yg sholat di tempat kosong jauh bbrp shaf di belakang syaf pertama
tapi tdk memasang Sutrah,sehingga banyak org melintas bbrp Shaf diatas yg sedang Sholat.
Jadi brp jarak yg diperbolehkan melintas didepan orang yang sedang Sholat.atau berapa shaf dari yg
sedang Sholat,,?
Hal ini sering disampaikan dalam ceramah atau Kultum atau Medsos,tetapi blm pernah dirinci sesuai
sunah ataupun ditegaskan.
11/07/16, 08.18 - Ustadz Mubarok Ptk: TENTANG PERMASALAHAN PUASA SYAWWAL LEBIH DULU DARI
PUASA QADHA' , SEDANG SAYA BUAT MAKALAHNYA.
12/07/16, 10.03 - Ustadz Mubarok Ptk: Kalau 40 waktu shalat fardhu berturut2 (arbain, 5x8) sih para
hujjaj indonesia umumnya bisa melakukannya di Madinah.
Oh ya pertanyaan utk ust Mubarak, apakah tradisi ini ada sandaran sunnahnya ya? Jzkl
Yang dimaksud adalah melakukan shalat 40 kali di Masjid Nabawi secara berturut turut
َح َّد َث َنا َع ْب ُد الرَّ حْ َم ِن بْنُ َأ ِبى- ْن مُو َسى ِ َقا َل َأبُو َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن َو َسمِعْ ُت ُه َأ َنا م َِن ْال َح َك ِم ب- ُوسى
َ َح َّد َث َنا َع ْب ُد هَّللا ِ َح َّد َثنِى َأ ِبى َح َّد َث َنا ْال َح َك ُم بْنُ م
صالَ ًة الَ َيفُو ُت ُهَ ِين َ َأرْ َبع3صلَّى فِى َمسْ ِج ِدى َ ْ َأ َّن ُه َقا َل « َمن-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن َمالِكٍ َع ِن ال َّن ِبى ِ سب ِ ْن ُع َم َر َعنْ َأ َن ِ ال َعنْ ُن َبيْطِ ب ِ الرِّ َج
اق
ِ َ
ف ِّ
ن ال ِن
َ م َئر ِ ب
َ و
َ ب
ِ ا َ
ذ ع
َ ْ
ال ِن
َ م ٌ ة اجَ َ
ن و
َ ار
ِ َّ
ن ال ِن
َ م ٌ ةءَ ا ر
َ ب
َ ه
ُ َ
ل ت ْ بَ ت
ِ ُ
ك ٌ ةَ ال ص
َ
Bersumber dari Anas bin Malik r.a dari Nabi saw , bahwasanya beliau saw bersabda :
Barangsiapa yang mengerjakan shalat di masjidku ini 40 kali shalat yang tidak ada satupun shalat yang
tertinggal maka ditetapkan baginya kebebasan dari neraka dan selamat dari adzab dan kebebasan dari
kemunafiqan.
Ath Thabrani dalam kitab Mu’jam Al Ausath jilid 4 halaman 127 hadits no 5444
Semua riwayat ini bersumber dari Al Hakam bin Musa dari Abdurrahman bin Abir Rijaal dari Nubaith bin
Umar.
Imam Ath Thabrani berkata : Tidak ada satu orangpun yang meriwayatkan hadits ini dari Anas kecuali 1
orang yaitu Nubaith bin Umar.
1. Imam Al Haitsami berkata : Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath Thabrani dalam kitab Mu’jam
Al Ausath , dan para perawinya adalah perawi yang tsiqah (terpercaya).
Dhahirnya , penilaian imam Al Haitsami ini mengikuti apa yang disampaikan oleh imam Ibnu Hibban
dalam Kitab Tsiqatnya, yang mana Ibnu Hibban memasukkan nama Nubaith ini dalam Kitabnya. Selain
Ibnu Hibban , tidak ada yang menilai rawi Nubaith ini sebagai rawi yang tsiqah
2. Imam Al Mundziri berkata : para perawinya adalah perawi kitab shahih (Al Bukhari dan Muslim)
Lihat : Kitab Dha’if At Targhiib wat Tarhiib jilid 1 halaman 378 hadits no 755
Kelompok ini membantah penilaian kelompok pertama terhadap hadits arba’in di atas :
1. Syaikh Al Arnauth menilai sanadnya dha’ih karena ada rawi bernama Nubaith bin Umar yang majhul
(tidak dikenal). Yang menyatakan bahwa Nubaith ini rawi yang tsiqah (terpercaya) hanya imam Ibnu
Hibban, tidak ada yang lainnya.
2. Syaikh Al Albani juga menilai sanadnya dha’if karena rawi Nubaith bin Umar ini (yang majhul = tidak
dikenal)
Selain itu pernyataan imam Al Mundiri bahwa perawi hadits ini adalah perawi kitab shahih (imam Al
Bukhari dan Muslim) dianggap tidak benar karena nama Nubaith bin Umar tidak pernah dipakai oleh
imam Al Bukhari dan imam Muslim dalam kitab shahih mereka. Bahkan Nubaith juga tidak dipakai oleh
penulis hadits pada Kutubus Sittah lainnya (Imam : Abu Dawud , Tirmidzi , Nasai , Ibnu Majah)
3. Adanya riwayat yang shahih yang mirip dengan riwayat arba’in ini , yang juga bersumber dari
shahabat yang sama (yaitu shahabat Anas bin Malik r.a) tetapi bukan 40 shalat , melainkan shalat 40 hari
( 40x5 = 200 shalat)
ٍ ت َعنْ َأ َن
س ٍ ْن َأ ِبى َث ِاب
ِ بب ُ ْقُ َت ْي َب َة َعن
ِ طعْ َم َة ب
ِ ْن َعمْ ٍرو َعنْ َح ِبي
حسن: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Anas bin Malik r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Barangsiapa yang mengerjakan shalat selama 40 hari dengan cara berjama’ah, dan dia mendapati takbir
pertama (mendapati raka’at pertama dengan imamnya) maka ditetapkan baginya 2 kebebasan :
Hadits ini diperselisihkan antara marfu’ (sampai kepada Nabi saw) atau mauqufnya (hanya perkataan
shahabat Anas r.a ).
Syaikh Al Arnauth berkata bahwa : yang rajih adalah : riwayat ini adalah mauquf
Lihat :
- Kitab Al Mausuu’ah Al Hadiitsiyah Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal jilid 20 halaman 40 hadits no
1258
- Kitab Silsilah Al Ahaadiitsa Adh Dha’iifah Al Maudhuu’ah jilid 1 halaman 540 hadits no 364
Dari saya :
Seandainya riwayat ini mauquf (berupa perkataan Anas r.a) , hukumnya adalah marfu’. Karena Anas bin
Malik r.a yang merupakan seorang shahabat , tidak akan mengetahui seseorang dijamin bebas dari siksa
neraka kecuali mendapatkan pemberitahuan dari Nabi saw. Karena urusan seseorang masuk neraka
atau sorga adalah perkara yang ghaib yang tidak akan diketahui oleh siapapaun kecuali diberitahu oleh
Allah dan Rasulnya saw.
Hadits ini menjadi salah satu bantahan terhadap hadits arba’in (40 shalat)
Yang mana , kedua riwayat ini (antara 40 kali shalat dan 40 hari mengerjakan shalat = 200 shalat) ,
semuanya bersumber dari orang yang sama, yaitu shahabat Anas bin Malik r.a.
Sedangkan riwayat shalat 40 hari (200 shalat) derajatnya sekurangnya hasan, dan disepakati oleh umat
Islam . Tidak ada yang menilai riwayat ini dha’if.
Jika kedua riwayat ini “diadu” atau “ditabrakkan” , maka muncul keraguan terhadap riwayat arba’in
(yang 40 shalat) karena bertentangan dengan riwayat yang lebih shahih darinya.
Sebagai perbandingan :
Pada tahun 2050 , ketika pak Mubarak mungkin sudah meninggal dunia, didapati riwayat yang beredar :
Maka logika yang berlaku : riwayat dari A lebih dipercaya daripada riwayat si B.
Maka yang akan dijadikan pegangan adalah : pak Mubarak anaknya 5 orang.
Umat Islam yang menyatakan bahwa hadits arba’in dha’if , menjadikan hadits shalat 40 hari sebagai
salah satu sebab yang menjatuhkan derajatnya.
Kesimpulan :
Terlepas hadits tentang shalat arba’in ini shahih atau tidak, saya mengajak qaum Muslimin untuk
membanyakkan shalat di masjid Nabawi ketika sudah berada di Madinah.
Hendaknya qaum Muslimin bersemangat untuk melakukan shalat di masjid Nabawi karena disediakan
pahala yang besar oleh Allah swt , yaitu 1000 kali lipat dibanding masjid apapun di dunia ini kecuali
Masjidil Haram.
Semangat ini harus dimiliki tanpa patokan 40 kali shalat. Pokoknya sebanyak banyaknya sesuai
kemampuannya.
Sebagian qaum Muslimin menjadi tidak lagi bersemangat shalat di Masjid Nabawi karena
keberadaannya di Madinah tidak menjangkau jumlah 40 kali shalat (8 hari) berturut turut.
Sebagian lainnya juga hilang semangat ketika shalat yang berturut turut dilakukannya selama 20 kali tiba
tiba terputus 1 kali karena sakit. Setelah sembuh dia tidak lagi bersemangat shalat di masjid Nabawi
karena menganggap “sudah kehilangan arba’in”.
Nasehat saya : hilangkan semangat shalat karena mengejar arba’in , tetapi lakukanlah shalat di masjid
Nabawi karena membenarkan sabda Nabi saw bahwa shalat di sana lebih utama 1000 kali shalat dari
masjid apapun di dunia ini kecuali Masjidil Haram di Makkah.
Dengan demikian, seluruh kesempatan yang dimilikinya akan diarahkan untuk mengejar keutamaan ini.
Jika dia sakit dia bisa beristirahat. Ketika sembuh , bersemangat lagi shalat di Masjid Nabawi . Demikian
seterusnya.
Wallahu A’lam.
12/07/16, 10.08 - Ustadz Mubarok Ptk: Soal : Apakah boleh mengerjakan puasa syawal dengan niat
sekalian puasa qadha’ (pengganti) puasa Ramadhan. Maksudnya : puasa 1 hari tapi niatnya 2 macam :
puasa syawal dan puasa qadha’ Ramadhan.
Karena puasa qadha’ Ramadhan dan puasa syawal 6 hari adalah 2 macam ibadah yang berbeda dan
harus dilakukan pada waktu yang berbeda .
َقا َل-صلى هللا عليه وسلم- ِ َأ َّن ُه َح َّد َث ُه َأنَّ َرسُو َل هَّللا- رضى هللا عنه- ِّارى
ِ صَ ُّوب اَأل ْن
َ ث ْال َخ ْز َر ِجىِّ َعنْ َأ ِبى َأي ِ ْن ْال َح
ِ ار ِ ْن َث ِاب
ِ تب ِ َعنْ ُع َم َر ب
ان َكصِ َي ِام الدَّهْ ِر
َ ال َك ً َأ ُ
ٍ ان ث َّم ْت َب َع ُه سِ ّتا مِنْ َش َّو
َ ض َ ْ« َمن
َ صا َم َر َم
Bersumber dari Umar bin Tsabit bin Al Harits Al Khazraji dari Abu Ayyub Al Anshari r.a bahwasanya dia
mengatakan kepadanya, bahwa Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan
kemudian mengiringinya dengan puasa 6 hari dalam bulan syawal maka dia seperti puasa 1 tahun
penuh.
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabush Shiyam bab no 1164
Penjelasan :
Dalam hadits ini difahami bahwa puasa Ramadhan dan puasa syawal 6 hari harus dilakukan pada hari
yang berbeda.
Kalau mau nekat berniat puasa syawal sekalian puasa qadha’ Ramadhan , mestinya orang yang tidak
punya hutang puasa Ramadhan sekalian saja dia melakukan puasa Ramadhan dengan niat puasa Syawal
sehingga ketika masuk bulan syawal tidak usah berpuasa lagi 6 hari.
Adakah yang mau melakukan seperti ini ? Tentu saja tidak ada. Karena cara seperti ini bukan bagian dari
ajaran dari Nabi saw.
Perbandingan :
1. Apakah boleh mengerjakan shalat sunnah sebelum dhuhur 4 raka’at sekalian dengan niat shalat
dhuhur. Sehingga shalat dhuhur tidak perlu dikerjakan lagi. Cukup dengan shalat qabliyah dhuhur yang 4
raka’at tadi.
2. Apakah boleh membaca Al Fatihah pada raka’at pertama dalam shalat maghrib diniatkan sekalian
dengan Al Fatihah pada raka’at ke 2 dan ke 3.
Sehingga pada raka’at ke 2 dan ke 3 tidak perlu membaca Al Fatihah lagi ?
13/07/16, 11.33 - Ustadz Mubarok Ptk: PUASA SYAWAL SEBELUM PUASA QADHA’
Maksudnya : Seorang Muslim memiliki hutang puasa Ramadhan karena sakit atau haidh atau sebab
lainnya. Ketika masuk bulan Syawal , apakah boleh dia berpuasa syawal 6 hari sebelum dia menunaikan
puasa qadha’ ?
(Puasa qadha’ : puasa yang ditunaikan sebagai ganti puasa Ramadhan yang ditinggalkan karena sakit
dll) ?
Jawab :
Ada yang tidak membolehkan puasa syawal dilakukan sebelum puasa qadha’ dilakukan terlebih dahulu.
Supaya menjadi jelas , maka kami uraikan masing masing pendapat tersebut dengan alasan masing
masing.
1. YANG BERPENDAPAT BAHWA PUASA SYAWAL TIDAK BOLEH DILAKUKAN SEBELUM PUASA QADHA’
DITUNAIKAN.
Alasan :
1. IBADAH WAJIB HARUS DIDAHULUKAN DARIPADA IBADAH SUNNAH.
Puasa qadha’ adalah puasa wajib , karena kedudukannya sama seperti seseorang melaksanakan puasa
Ramadhan , hanya saja dilakukan di luar bulan Ramadhan karena ada sebab syar’i yang diperbolehkan ,
misalnya karena dalam bulan Ramadhan mengalami sakit atau haidh dll.
َقا َل-صلى هللا عليه وسلم- ِ َأ َّن ُه َح َّد َث ُه َأنَّ َرسُو َل هَّللا- رضى هللا عنه- ِّارى
ِ صَ ُّوب اَأل ْن
َ ث ْال َخ ْز َر ِجىِّ َعنْ َأ ِبى َأي ِ ْن ْال َح
ِ ار ِ ْن َث ِاب
ِ تب ِ َعنْ ُع َم َر ب
ان َكصِ َي ِام الدَّهْ ِر
َ ال َك ً َأ ُ
ٍ ان ث َّم ْت َب َع ُه سِ ّتا مِنْ َش َّو
َ ض َ ْ« َمن
َ صا َم َر َم
Bersumber dari Umar bin Tsabit bin Al Harits Al Khazraji dari Abu Ayyub Al Anshari r.a bahwasanya dia
mengatakan kepadanya, bahwa Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan
kemudian mengiringinya dengan puasa 6 hari dalam bulan syawal maka dia seperti puasa 1 tahun
penuh.
Penjelasan :
Hadits ini difahami apa adanya , yaitu : pahala puasa 1 tahun penuh akan diberikan oleh Allah kepada
seorang Muslim yang mengamalkan puasa sebulan Ramadhan kemudian mengiringinya dengan puasa 6
hari di bulan Syawal.
Kalimat : ” mengiringinya” diartikan berurutan. Yaitu puasa Ramadhan harus dilakukan terlebih dahulu ,
kemudian dia melanjutkannya dengan puasa syawal 6 hari.
Pemahaman ini memiliki konsekwensi : jika seorang Muslim ingin mendapatkan pahala puasa 1 tahun
penuh , sedangkan dia memiliki hutang puasa di dalam Ramadhan karena sakit atau sebab lainnya , dia
wajib membayar puasa Ramadhannya di dalam bulan syawal terlebih dahulu sebanyak hari yang
ditinggalkan di dalam bulan Ramadhan.
Setelah itu dia boleh melaksanakan puasa 6 hari di dalam bulan syawal.
Maksudnya : Jika seorang Muslim memiliki hutang puasa Ramadhan , dia tidak boleh melakukan puasa
Syawal terlebih dahulu sebelum hutang puasa Ramadhan ditunaikan.
Jika dia tetap mengamalkan cara “terbalik” ini , maka dia dianggap tidak mengamalkan sabda Rasulullah
saw, yaitu : Puasa Ramadhan + puasa syawal 6 hari.
2. YANG BERPENDAPAT BAHWA PUASA SYAWAL BOLEH DILAKUKAN SEBELUM PUASA QADHA’
DITUNAIKAN.
Yang berpendapat seperti ini masih tetap beranggapan bahwa mendahulukan puasa qadha’ atas puasa
syawal adalah paling utama (sebagaimana pendapat pertama).
Tetapi kelompok ini membolehkan mendahulukan puasa syawal sebelum puasa qadha’.
Ringkasnya : seorang Muslim yang menginginkan janji Allah swt untuk mendapatkan pahala puasa 1
tahun penuh, padahal dia memiliki hutang puasa Ramadhan karena sakit dll, maka dia dapat
melakukannya menurut kemampuannya.
Rinciannya :
A) Dia hendaknya melakukan puasa qadha’ (hutang) Ramadhan dalam bulan syawal sebanyak hari yang
ditinggalkan di bulan Ramadhan , kemudian dia melaksanakan puasa 6 hari di bulan syawal juga.
Ini adalah yang lebih utama.
B) Dia boleh juga melaksanakan puasa sunnah 6 hari di bulan syawal terlebih dahulu , baru kemudian dia
melaksanakan puasa qadha’ Ramadhan dalam sisa bulan syawal itu. Jika dia terhalang mengerjakan
puasa qadha’ Ramadhan sampai bulan Syawal berakhir , maka dia bisa mengerjakan puasa qadha’ di
bulan lainnya.
Alasannya :
Bukan mesti tertib puasa qadha’ dulu kemudian puasa 6 hari di bulan syawal.Tetapi pahala puasa
setahun didapat berdasarkan jumlah hari dari puasa yang dikerjakannya.
َقا َل-صلى هللا عليه وسلم- ِ َأ َّن ُه َح َّد َث ُه َأنَّ َرسُو َل هَّللا- رضى هللا عنه- ِّارى
ِ صَ ُّوب اَأل ْن
َ ث ْال َخ ْز َر ِجىِّ َعنْ َأ ِبى َأي ِ ْن ْال َح
ِ ار ِ ْن َث ِاب
ِ تب ِ َعنْ ُع َم َر ب
َّْه َ
ان كصِ َي ِام الد ِر َ
َ ال ك َ ِْن ّ ً ْ َأ ُ
ٍ ان ث َّم ت َب َع ُه سِ تا م ش َّو
َ ض َ صا َم َر َم َ ْن « َم
Bersumber dari Umar bin Tsabit bin Al Harits Al Khazraji dari Abu Ayyub Al Anshari r.a bahwasanya dia
mengatakan kepadanya, bahwa Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan
kemudian mengiringinya dengan puasa 6 hari dalam bulan syawal maka dia seperti puasa 1 tahun
penuh.
Penjelasan :
Kalimat “ kemudian mengirinya dengan puasa 6 hari di bulan Syawal” tidak difahami dengan makna
tertib (berurutan). Bahkan maknanya mengarah kepada “jumlah hari” antara sebulan Ramadhan
ditambah 6 hari di bulan Syawal.
ْن َ َف َر َم، ان َذل َِك َكصِ َي ِام الدَّهْ ر ؛ َأِلنَّ ْال َح َس َن َة ِب َع ْش ِر َأ ْم َثا ِل َها
ِ َوال ِّس َّتة ِب َشه َْري، ضانُ ِب َع َش َر ِة َأ ْشه ٍُر َ َوِإ َّن َما َك: َقا َل ْال ُعلَ َماء
Para ulama berkata : sesungguhnya yang demikian itu (pahalanya) setara dengan puasa setahun penuh.
Lihat : Kitab Syarah Muslim oleh imam Nawawi jilid 8 halaman 297 Kitabush Shiyam bab 39 no 1164
Dari saya :
Artinya pahala puasa 1 tahun penuh akan didapatkan oleh seorang Muslim jika dia berpuasa SEBANYAK
sebulan Ramadhan ditambah puasa lagi puasa SEBANYAK 6 hari di bulan syawal.
Pahala puasa setahun penuh didapatkan karena Allah swt melipatgandakan pahalanya menjadi 10 kali
lipat.
َ ِان َف َش ْه ٌر ِب َع َش َر ِة َأ ْشه ٍُر َوصِ َيا ُم سِ َّت ِة َأي ٍَّام َبعْ ِد ْالف ِْط ِر َف َذل
ك َت َما ُم صِ َي ِام ال َّس َن ِة َ ضَ صا َم َر َم َ َعنْ َث ْو َب
َ ْ َقا َل « َمن-صلى هللا عليه وسلم- ِّان َع ِن ال َّن ِبى
Bersumber dari Tsauban r.a dari Nabi saw yang bersabda : Barangsiapa berpuasa 1 bulan Ramadhan
maka 1 bulan tersebut (dihitung) sebagai 10 bulan. Kemudian dia berpuasa 6 hari setelah berbuka
(pada bulan syawwal) maka baginya pahala puasa genap 1 tahun.
Hadits shahih riwayat Ibnu Majah Kitabush Shiyam bab 33 no 1715
Ahmad 5/280
َيعْ نِى َشه َْر.» ك َت َما ُم َس َن ٍة ِ َوسِ َّت ِة َأي ٍَّام َبعْ َدهُنَّ ِب َشه َْري، « صِ َيا ُم َشه ٍْر ِب َع َش َر ِة َأ ْشه ٍُر: َقا َل-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َأنَّ َرسُو َل هَّللا
َ ْن َف َذ ِل َ َعنْ َث ْو َب
َأ َ
ُان َوسِ َّتة ي ٍَّام َبعْ َده
َ ضَ َر َم
إسناده صحيح: قال حسين سليم أسد
Bersumber dari Tsauban r.a , bahwasanya Rasulullah saw bersabda : Puasa 1 bulan (dipahalai sebagai
puasa) 10 bulan. Dan puasa 6 hari setelahnya (dipahalai sebagai puasa) 2 bulan (60 hari), sehingga
semuanya berjumlah setahun penuh.
Hadits riwayat Ad Darimi Kitabush Shaum bab 44 no 1761 dengan sanad yang shahih.
Penjelasan :
Rinciannya :
Alasan ke 2 :
B) ISTRI NABI SAW BIASA MENGQADHA’ PUASA RAMADHAN PADA BULAN SYA’BAN PADA TAHUN
BERIKUTNYA
Bersumber dari Abu Salamah r.a dia berkata : Aku mendengar Aisyah r.a berkata : Aku memiliki hutang
puasa Ramadhan dan aku tidak dapat mengqadha’nya kecuali dalam bulan Sya’ban (tahun berikutnya)
Yahya (salah seorang rawi) berkata : karena (Aisyah r.a) sibuk melayani Rasulullah saw.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabush Shaum bab 40 no 1950 (ini adalah lafadznya)
Mengqadha’ puasa Ramadhan pada bulan Sya’ban bukan sekali atau 2 kali dilakukan oleh Aisyah r.a ,
tetapi berulang ulang sampai wafatnya Rasulullah saw.
صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َح َّتى ُتوُ ِّف َى َرسُو ُل هَّللا
َ ان ِإالَّ فِى َشعْ َب
َ ضَ ت َأ ْقضِ ى َما َي ُكونُ َعلَىَّ مِنْ َر َم
ُ ت َما ُك ْن
ْ َعنْ عَاِئ َش َة َقال-
َ
وقد روى يحيى بن سعيد األنصاري عن أبي سلمة عن عائشة نحو هذا: هذا حديث حسن صحيح قال: قال أبو عيسى
حديث صحيح: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : Aku tidak dapat mengqadha’ hutang puasa Ramadhan kecuali
dalam bulan Sya’ban sampai Rasulullah saw diwafatkan oleh Allah swt
Ahmad 6/124
Bersumber dari Abdullah Al Bahi dia berkata : Aku mendengar Aisyah r.a berkata : Aku tidak pernah
menunaikan sedikitpun dari hutang puasa Ramadhan kecuali pada bulan Sya’ban sampai Rasulullah saw
diwafatkan Allah .
Hadits riwayat Ibnu Khuzaimah jilid 2 halaman 985 Kitabush Shaum bab 117 no 2051
Penjelasan :
Ketika Rasulullah saw masih hidup , Aisyah r.a adalah wanita yang masih mengalami haidh secara
teratur. Sehingga setiap Ramadhan dia tidak dapat berpuasa sebulan penuh karena halangan haidhnya.
Dia mengqadha’ puasa Ramadhan yang tertinggal pada bulan Sya’ban tahun depannya.
Menurut salah seorang rawi dari redaksi hadits yang diriwayatkan oleh imam Al Bukhari no 1950 yang
bernama Yahya , Aisyah r.a senantiasa mengqadha’ puasa Ramadhannya pada bulan Sya’ban karena
kesibukannya melayani Rasulullah saw.
Maksudnya , Aisyah r.a senantiasa menyiapkan dirinya jika sewaktu waktu Rasulullah saw berhajat
kepadanya untuk melakukan hubungan suami istri.
Dari pemahaman ini muncul sebuah teori : bahwa Aisyah r.a tidak pernah melakukan puasa sunnah
sepanjang hidupnya.
Tapi teori ini dibantah oleh imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al ‘Asqalani.
Beliau berkata :
Maka kesibukan Aisyah r.a dengan hal hal tersebut bukan sebuah alasan yang dapat menghalanginya
untuk melakukan puasa.
Lihat : Kitab Fat-hul Baari , syarah terhadap Kitab shahih Al Bukhari jilid 5 halaman 239 Kitabush Shaum
bab 40 no 1950
Dari saya :
Perkataan Al Hafidz Ibnu Hajar Al ‘Asqalani seakan membantah perkataan Yahya yang mengatakan
bahwa Aisyah r.a tidak dapat melakukan puasa qadha’ Ramadhan selain bulan Sya’ban karena
kesibukannya melayani Rasulullah saw dalam urusan hubungan suami istri.
Padahal tidak semua hari hari yang dilalui Rasulullah saw senantiasa bersama Aisyah r.a.
Karena Rasulullah saw adalah suami yang adil terhadap istri istrinya.
Rasulullah saw membagi hari harinya secara bergiliran kepada istri istrinya.
Sehingga : jika tiba giliran di rumah Hafshah , maka Aisyah pada hari itu memiliki kesempatan untuk
melakukan puasa atau ibadah lainnya.
Sekalipun demikian , Aisyah r.a memiliki kebiasaan menunaikan hutang puasa Ramadhannya pada bulan
Sya’ban tahun depannya, beberapa hari sebelum masuk bulan Ramadhan tahun berikutnya.
- Hutang puasa Ramadhan boleh ditunaikan pada bulan apa saja sebagaimana keumuman perintah
Allah dalam Al Qur’an surah Al Baqarah ayat 183.
- Adanya indikasi Aisyah r.a melakukan puasa sunnah sebelum melaksanakan puasa qadha’ Ramadhan.
Dan ini terjadi ketika Rasulullah saw masih hidup, tanpa ada teguran dari Nabi saw.
Pemahaman seperti ini harus saya ambil karena hati saya sangat berat untuk menerima sebuah teori
bahwa Aisyah r.a tidak pernah puasa sunnah apapun sepanjang hidupnya. Baik itu puasa Senin - Kamis ,
puasa Arafah, puasa Asyura , atau lainnya.
Padahal Aisyah membayar hutang puasa Ramadhannya pada bulan Sya’ban , beberapa hari sebelum
masuk bulan Ramadhan tahun berikutnya.
Ada waktu 10 bulan bagi Aisyah ketika menunda puasa qadha’ Ramadhannya. Apakah selama 10 bulan
tersebut Aisyah r.a tidak puasa sunnah sama sekali ?
Hati saya sangat berat untuk menerima hal ini. Apalagi hal ini senantiasa dilakukan Aisyah r.a setiap
tahun sampai wafatnya Rasulullah saw.
Padahal Aisyah r.a adalah seorang wanita shalihah yang sangat besar semangatnya untuk melakukan
kebaikan, seperti puasa sunnah dan lainnya.
Jika persangkaan saya ini benar , bahwa Aisyah r.a biasa berpuasa sunnah sebelum menunaikan puasa
qadha’nya, maka hal ini memperkuat pendapat yang mengatakan bahwa : boleh puasa syawal 6 hari
sebelum puasa qadha’ Ramadhan.
C) ADANYA KERINGANAN DARI ALLAH SWT UNTUK MEMBAYAR HUTANG PUASA RAMADHAN PADA
BULAN APA SAJA. BUKAN HARUS MENUNAIKANNYA PADA BULAN SYAWAL.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-
orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu PADA
HARI-HARI YANG LAIN.
Penjelasan :
Ayat ini menjelaskan bahwa barangsiapa yang tidak berpuasa di dalam bulan Ramadhan karena sakit
maka hendaknya dia berpuasa pada bulan yang lainnya sebanyak hari yang ditinggalkannya di bulan
Ramadhan.
Misalnya : seseorang tidak berpuasa di bulan Ramadhan 5 hari , kemudian dia membayarnya dengan
berpuasa di bulan Muharram , maka dia dianggap melakukan puasa Ramadhan , bukan puasa
Muharram. Walaupun kenyataannya dia melakukannya di bulan Muharram.
Sehingga seseorang yang punya hutang puasa Ramadhan , kemudian pada bulan Syawal dia berpuasa 6
hari dan tidak mengqadha’ puasa Ramadhan sampai habis bulan Syawal, dia tidak berdosa. Dia tidak
dianggap melanggar ayat ini. Karena Allah memberikan kelonggaran kepadanya untuk membayar
puasanya pada bulan apa saja di luar Ramadhan.
Jika dia menunaikan hutang puasa Ramadhan pada bulan Sya’ban maka dia dikatakan berpuasa
Ramadhan , walaupun kemyataannya dia berada di bulan Sya’ban.
Demikian seterusnya.
D) TIDAK SAYA DAPATI KETENTUAN DARI AL QUR’AN MAUPUN HADITS NABI SAW YANG
MENGHARUSKAN PUASA QADHA’ DULU SEBELUM PUASA SYAWAL
Yang saya ketahui (Wallahu A’lam), ketentuan harus mendahulukan puasa qadha’ atas puasa Syawal
adalah murni pendapat sebagian umat Islam, sehingga masih terbuka ruang untuk mendiskusikannya.
Karena pendapat bukanlah dalil dalam agama.
Sekalipun demikian , pendapat ulama dapat kita jadikan pendamping dan tambahan ilmu untuk
mengambil sebuah keputusan, karena mereka mengeluarkan pendapat atas dasar ilmu yang mereka
miliki , yang kapasitasnya jauh lebih tinggi dari ilmu kita.
Sekalipun demikian tidak ditabukan untuk berbeda dengan ulama , jika kita mendapatkan dalil yang
dapat menyanggahnya. Apalagi ada ulama lainnya yang menyanggah pendapat ulama tersebut.
PERTIMBANGAN :
1. Sebuah amal shalih akan diberikan pahala setara 10 kali lipat dari amal serupa di dalam catatan
amalnya. Hal ini berlaku pada semua amal shalih termasuk puasa atau lainnya.
2. Puasa syawal 6 hari dijanjikan pahala setara puasa 2 bulan, bukan setara pahala puasa 1 tahun.
Karena puasa 6 hari dianggap di sisi Allah setara dengan puasa 60 hari atau 2 bulan.
Hal ini berlaku dalam keadaan apa saja. Walaupun dia belum menunaikan puasa qadha’ Ramadhan ,
tetap saja dia mendapat pahala setara puasa 2 bulan.
3. Puasa 6 hari di bulan Syawal adalah amal shalih , dan tidak berubah menjadi jelek atau batal atau
rusak begitu saja dengan sebab belum mengerjakan puasa qadha’ Ramadhan.
Saya tidak mendapati dalil yang menyatakan bahwa puasa 6 hari di bulan syawal menjadi tidak sah atau
batal karena belum menunaikan puasa qadha’ Ramadhan.
4. Tawaran pahala puasa setahun tentu untuk semua orang yang beriman. Termasuk para wanita yang
mengalami haidh atau nifas. Termasuk juga laki laki atau wanita yang mengalami sakit dalam bulan
Ramadhan. Termasuk juga umat Islam yang sedang melakukan safar (bepergian).
Bukan hanya untuk laki laki sehat atau wanita yang tidak mengalami haidh atau nifas. Bukan pula hanya
berlaku untuk laki laki atau wanita yang menetap di rumah terus dan tidak melakukan bepergian.
Jika wanita mengalami nifas selama 25 hari , apakah dia berhak mengejar pahala yang dijanjikan setara
puasa 1 tahun ? Karena 25+6 =31 ? Yang mana umur bulan Syawal tak cukup untuknya ?
Apakah laki laki yang mengalami sakit atau bepergian sehingga memiliki hutang puasa Ramadhan
selama 1 bulan berhak mengejar pahala setara puasa 1 tahun ?
Karena jika dia harus mengqadha’ puasa Ramadhan di bulan Syawal , maka dia tidak akan dapat
mengerjakan puasa Syawal itu sendiri ?
Jawabannya : iya : semua orang yang beriman berhaq mendapatkannya JIKA : dia memahami bahwa
puasa syawal 6 hari boleh dikerjakan lebih dulu daripada puasa qadha’ Ramadhan.
Jika harus berurutan puasa qadha’terlebih dahulu , maka kesempatan ini menjadi tidak ada.
Seakan pahala puasa setahun hanya untuk beberapa kalangan saja, yang tidak pernah mendapat udzur
dalam bulan Ramadhan.
5. Puasa Syawal 6 hari harus dilakukan dalam bulan Syawal , tidak boleh dalam bulan lainnya.
Maka mendahulukan puasa Syawal akan mendapatkan kesempatan besar untuk memperoleh pahala
puasa setahun penuh. Karena puasa qadha’ Ramadhan dapat dikerjakan di bulan apa saja , sedangkan
puasa Syawal harus di bulan Syawal, tidak dapat dikerjakan di bulan lainnya.
KESIMPULAN AKHIR :
2, Jika seseorang merasa berat melakukan hal tersebut di atas pada angka (1) , maka dia boleh berpuasa
Syawal 6 hari terlebih dahulu , kemudian dia menunaikan puasa qadha’ Ramadhan pada sisa bulan
Syawal tersebut atau boleh juga pada bulan bulan lainnya.
Wallahu A’lam.
Soal :
Assalamualaikum.
Lagipula ustadz di sini selalu bersalaman dengan ibu yang hadir kok.
Jawab :
Bahkan salaman atau jabat tangan adalah amal shalih yang sangat dipuji dalam Islam.
(1)
(2)
Bersumber dari Al Baraa’ dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Tidaklah 2 orang Muslim bertemu
kemudian mereka saling berjabat tangan melainkan dosa mereka berdua telah diampuni sebelum
mereka berpisah
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabul Adab bab 153 no 5212 (ini adalah lafadznya)
Ahmad 4/289
Imam Nawawi berkata : Berjabat tangan setiap kali bertemu adalah sunnah berdasarkan ijma’ (qaum
Muslimin).
ت َخ َطا َيا ُه َما َ ِإنَّ ْالمُْؤ م َِن ِإ َذا لَق َِي ْالمُْؤ م َِن َف َسلَّ َم َعلَ ْي ِه َوَأ َخ َذ ِب َي ِد ِه َف: َقا َل- صلى هللا عليه وسلم- ِّان َع ِن ال َّن ِبى
ْ ه َت َنا َث َر3ُ صا َف َح ِ ْن ْال َي َم
ِ َعنْ ُح َذ ْي َف َة ب
َك َما َي َت َنا َث ُر َو َر ُق ال َّش َج ِر
Bersumber dari Hudzaifah bin Al Yamani r.a dari Nabi saw yang bersabda :
Sesungguhnya seorang mukmin apabila berjumpa dengan mukmin lainnya kemudian dia mengucapkan
salam kepadanya dan dia mengambil tangannya lalu menjabat tangannya, maka berguguranlah dosanya
sebagaimana daun yang berguguran (dari pohonnya)
Hadits riwayat Ath Thabrani dalam Kitab Mu’jam Al Ausath jilid 1 halaman 85 no 245
Kitab Silsilah Al Ahaadiitsa Ash Shahiihah jilid 3 halaman 59 pada hadits no 526
Kitab Silsilah Al Ahaadiitsa Ash Shahiihah jilid 5 halaman 10 pada hadits no 2004
Kitab Silsilah Al Ahaadiitsa Ash Shahiihah jilid 6 halaman 421 pada hadits no 2692
(4)
Bersumber dari Anas bin Malik r.a dia berkata : Ada seorang laki laki berkata :
Wahai Rasulullah ! Jika seseorang diantara kami bertemu dengan saudaranya atau temannya, apakah
dia (harus) membungkuk kepadanya ?
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabul Isti’dzaan bab 31 no 2728 (ini adalah lafadznya)
Ahmad 3/198
(5)
إذا تالقوا تصافحوا وإذا قدموا من سفر تعانقوا: عن قتادة عن أنس قال كان أصحاب النبي
رواه الطبراني في األوسط ورجاله رجال الصحيح: قال الهيثمي
) 270 / 3 ( و رجاله رجال الصحيح كما قال المنذري، رواه الطبراني في األوسط: قال الشيخ األلباني
) بسند صحيح عن الشعبي100 / 7 ( ) و روى البيهقي36 / 8 ( و الهيثمي
Bersumber dari Qatadah dari Anar r.a dia berkata : Bahwasanya para shahabat Nabi saw apabila
berjumpa satu dengan lainnya , mereka berjabat tangan. Dan apabila tiba dari bepergian maka kereka
berpelukan.
Syaikh Al Albani berkata : Atsar ini diriwayatkan oleh imam Ath Thabrani dalam Kitab Al Ausath dan pada
perawinya adalah perawi kitab shahih sebagaimana yang dikatakan oleh Al Mundziri dan imam Al
Haitsami.
Atsar ini juga diriwayatkan oleh imam Al Baihaqi dengan sanad yang shahih dari Asy Sya’biy.
Dari saya : Riwayat tersebut adalah :
(6)
ِإ َذا-صلى هللا عليه وسلم- ان َأصْ َحابُ م َُح َّم ٍد َ ِت َذل
َ َك: ك لِل َّشعْ ِبىِّ َف َقا َل َ ين َي ْك َرهُ ْالم
ُ ُْصا َف َح َة َف َذ َكر ِ ِان م َُح َّم ُد بْنُ س
َ ير ِ ب ال َّتم
َ َك: َّار َقا َل ٍ َِعنْ غَال
َ َ َ َ َ
ُ ْصافحُوا فِإذا ق ِدمُوا مِنْ َسف ٍر َعانَقَ َبع
ض ُه ْم َبعْ ضًا َ
َ التق ْواَ ْ
Bersumber dari Ghaalib At Tammaar dia berkata : Muhammad bin Siriin tidak suka berjabat tangan,
maka aku memberitahukan hal itu kepada Asy Sya’biy, lalu dia berkata :
Bahwasanya para shahabat Nabi Muhammad saw apabila berjumpa maka mereka saling berjabat
tangan. Dan apabila baru tiba dari bepergian maka mereka saling berpelukan antara satu dengan
lainnya.
Riwayat Al Baihaqi dalam Kitab As Sunanul Kubra jilid 10 halaman 282 Kitabun Nikah bab 88 no 13871
LARANGAN BERSENTUHAN LAKI DAN PEREMPUAN YANG BUKAN SUAMI IASTRI DAN BUKAN
MAHRAMNYA
Islam mengharamkan sentuhan antara laki laki dan perempuan. Bentuk sentuhannya diartikan seluas
luasnya. Termasuk didalamnya adalah berjabat tangan.
Hukum haram ini dikecualikan dengan mahramnya. Jika seorang wanita berjabat tangan dengan laki laki
yang ada hubungan mahram dengannya maka hukumnya tidak haram.
Demikian juga bersentuhan antara suami istri juga halal hukumnya , karena dihalalkan lewat pernikahan.
Mahram adalah orang yang haram dinikahi buat selama lamanya.
Seorang wanita dibolehkan berduaan dengan mahramnya , boleh membuka kerudungnya , boleh
melakukan perjalanan dengannya. Tetapi haram menkah dengan mahram buat selama lamanya.
Mahram jumlahnya ada 13 macam, semuanya disebutkan oleh Allah dalam Al Qur’an.
1. Ibu Kandung
8. Ibu susu
)22( ة َو َم ْق ًتا َو َسا َء َس ِبيال3ً ان َفا ِح َش َ ََوال َت ْن ِكحُوا َما َن َك َح آ َباُؤ ُك ْم م َِن ال ِّن َسا ِء ِإال َما َق ْد َسل
َ ف ِإ َّن ُه َك
ضا َع ِة َ ْت َوُأ َّم َها ُت ُك ُم الالتِي َأر
َ َّضعْ َن ُك ْم َوَأ َخ َوا ُت ُك ْم م َِن الر ْ ات
ِ األخ ُ األخ َو َب َن
ِ ُ م َو َب َنا ُت ُك ْم َوَأ َخ َوا ُت ُك ْم َو َعمَّا ُت ُك ْم َو َخاال ُت ُك ْم َو َب َن3ْ ت َعلَ ْي ُك ْم ُأ َّم َها ُت ُك
ات ْ حُرِّ َم
ِين َّ ُ َ َأ ُ َ َ َ ُ ْ َ ُ ُ َ َ َ ُ ْ َ
َ ُورك ْم مِنْ نِسَاِئك ُم الالتِي دَخلت ْم ِب ِهنَّ فِإنْ ل ْم تكونوا دَخلت ْم ِب ِهنَّ فال ُجنا َح َعل ْيك ْم َو َحالِئ ُل ْبناِئك ُم الذ ُ ُ ُ
ِ ات ِنسَاِئك ْم َو َربَاِئ ُبك ُم الالتِي فِي ُحج ُ ُ َوُأ َّم َه
)23( ان َغفُورً ا َرحِيمًا هَّللا
َ ف ِإنَّ َ َك َ َْن ِإال َما َق ْد َسلِ األخ َتي َأ
ْ الب ُك ْم َو نْ َتجْ َمعُوا َبي َْن ِ ْمِنْ ص َأ
Dan janganlah kamu kawini wanita-wanita yang telah dikawini oleh ayahmu, terkecuali pada masa yang
telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan (yang
ditempuh).
ibu-ibumu;
anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu
belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu mengawininya;
dan menghimpunkan (dalam perkawinan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi
pada masa lampau;
ْأ
ِ َألنْ ي ُْط َع َن فِي َر: صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
س َأ َح ِد ُك ْم ِبم ِْخ َيطٍ مِنْ َحدِي ٍد َخ ْي ٌر َل ُه مِنْ َأنْ َيمَسَّ ا ْم َرَأ ًة ال َت ِح ُّل َ ِ َقا َل َرسُو ُل هَّللا:ار ِ َعنْ َمعْ ق ِِل ب
ٍ ْن َي َس
لَ ُه
حسن: قال الشيخ األلباني
Thabrani dalam Mu’jam Al Kabir 20/210 yang semua rawinya adalah rawi yang tsiqah dan merupakan
perawi imam Al Bukhari dan Muslim kecuali Syaddaad bin Sa’id yang merupakan perawi imam Muslim
saja.
Lihat : Kitab Silsilah Ash Shahihah jilid 1 hal 447 hadits no. 226
Penjelasan :
Rasulullah saw menjelaskan bahwa bersentuhan antara laki laki dan perempuan adalah perkara yang
dilarang. Bahkan hukumnya adalah haram. Karena perbandingan yang diberikan kepada kita adalah :
ditusuk kepalanya dengan paku dari besi adalah lebih baik baginya di sisi Allah dari pada dia
bersentuhan dengan wanita yang tidak halal baginya.
Larangan bersentuhan laki dan perempuan ini bersifat umum , yaitu menyentuh dengan tangan , atau
dengan pipi , atau dengan punggung , dengan mulut , dengan dada dsb.
Yang dilarang disentuh juga umum : dilarang disentuh rambutnya , pipinya, dadanya , punggungnya ,
kakinya , tangannya dsb
Jadi : Islam tidak melarang berjabat tangan, tetapi melarang bersentuhan ANTARA LAKI DAN
PEREMPUAN YANG BUKAN MAHRAMNYA DAN BUKAN SUAMI ISTRI.
Maka jika seorang laki laki ketemu temannya yang laki laki , silakan jabat tangan, Ini dibolehkan , bahkan
merupakan amal shalih yang dipuji dalam Islam.
Demikian juga jika seorang wanita berjabat tangan dengan sesama wanita Muslimah tidaklah haram.
Juga tidak dilarang berjabat tangan dengan suaminya , ayahnya, anaknya , dan semua mahramnya.
Tetapi laki laki DILARANG bersentuhan dengan cara apapun dengan wanita yang tidak halal baginya ,
baik itu bentuknya jabat tangan atau lainnya .
Perempuan juga DILARANG bersentuhan dengan cara apapun dengan laki laki yang tidak halal baginya ,
baik itu bentuknya jabat tangan atau lainnya .
Rasulullah saw yang menjadi teladan yang harus diikuti oleh orang Mukmin , juga tidak mau jabat tangan
dengan wanita yang tidak halal baginya :
- ِ َوهَّللا ِ َما َأ َخ َذ َرسُو ُل هَّللا، َغي َْر َأ َّن ُه َبا َي َعهُنَّ ِب ْال َكالَ ِم، َيدَ ام َْرَأ ٍة َق ُّط- صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ْ الَ َوهَّللا ِ َما َمس: ت
ِ َّت َي ُد َرس ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
َ َأ َ هَّللا َأ
َّ َعلَى ال ِّن َسا ِء ِإالَّ ِب َما َم َرهُ ُ َيقُو ُل َلهُنَّ ِإذا َخذ َعلَي ِْهنَّ « َق ْد َبا َيعْ ُت ُكن- صلى هللا عليه وسلم
Demi Allah! Tidaklah Rasulullah saw mengambil janji dari kaum wanita melainkan menurut apa yang
diperintahkan Allah kepadanya.
Apabila mengambil janji dengan mereka, beliau saw bersabda : Sungguh aku telah membai’at kalian
َ فِى نِسْ َو ٍة ُن َب ِاي ُع ُه َف َقا َل لَ َنا « فِي َما اسْ َت َطعْ ُتنَّ َوَأ َط ْق ُتنَّ ِإ ِّنى الَ ُأ-صلى هللا عليه وسلم- َّت ال َّن ِبى
صافِ ُح ال ِّن َسا َء ِ َعنْ ُأ َم ْي َم َة ِب ْن
ْ َت ُر َق ْي َق َة َأ َّن َها َقال
ُ ت ِجْئ
Maka Rasulullah saw bersabda kepada kami : Di dalam perkara yang kalian mampu dan kuat, maka
laksanakan
Hadits shahih riwayat Ibnu Majah Kitabul Jihad bab 43 no 2884 ( ini adalah lafadznya )
Ahmad 6/357
« َقا َل.ك ِباهَّلل ِ َشيْئا ً اآل َي َة َ آن َأنْ الَ ُن ْش ِر
ِ ْ فِى ن َِسا ٍء ُن َب ِاي ُع ُه َفَأ َخ َذ َعلَ ْي َنا َما فِى ْالقُر-صلى هللا عليه وسلم- َّْت ال َّن ِبى
ُ ت َأ َتي ِ َعنْ ُأ َم ْي َم َة ِب ْن
ْ َت ُر َق ْي َق َة َقال
صافِ ُح ال ِّن َسا َء ِإ َّن َما َق ْولِى ُأ
َ َ َقا َل « ِإ ِّنى ال.صافِ ُح َنا َأ هَّللا ْ َأ َأ ُ هَّللا ْ َأ
َ قُل َنا َيا َرسُو َل ِ الَ ُت. قُل َنا ُ َو َرسُول ُه رْ َح ُم ِب َنا مِنْ ْنفُسِ َنا.» َّفِي َما اسْ َت َطعْ ُتنَّ َو طعْ ُتن
َ
ال ْم َرَأ ٍة َوا ِح َد ٍة َك َق ْولِى ِل ِماَئ ِة ا ْم َرَأ ٍة
ِ
إسناده صحيح رجاله ثقات رجال الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Umaimah binti Ruqaiqah r.a dia berkata : Aku mendatangi Nabi saw bersama dengan
sekelompok wanita untuk berbai’at kepadanya. Maka beliau saw memerintahkan kepada kami (untuk
berjanji) sebagaimana yang tersebut di dalam Al Qur’an , bahwasanya kami tidak menyekutukan Allah
dengan sesuatu apapun , .. dan seterusnya sebagaimana dalam ayat.
Lalu Rasulullah saw bersabda kepada kami : Di dalam perkara yang kalian mampu dan kuat, maka
laksanakan.
Kami berkata : Allah dan Rasul-Nya lebih penyayang kepada kami daripada sayangnya kami terhadap diri
kami sendiri.
Kemudian kami berkata : Wahai Rasulullah ! Tidakkah engkau berjabat tangan dengan kami ?
Beliau saw bersabda : Sesungguhnya aku tidak berjabat tangan dengan wanita.
Tidaklah perkataanku kepada seorang wanita melainkan sama seperti perkataanku kepada 100 orang
wanita.
“ Wahai Rasulullah, ulurkanlah tanganmu agar kami dapat menjabat tanganmu. Maka Rasulullah saw
bersabda : AKU TIDAK BERJABAT TANGAN DENGAN WANITA”.
Lihat : Kitab Fat-hul Baari , Syarah terhadap Kitab Shahih Al Bukhari jilid halaman Kitabut Tafsiir , bab 2
dari surah Al Mumtha-hanah no 4891
Dari saya :
Sebagian umat Islam mencari cari alasan untuk dapat menghalalkan jabat tangan antara laki laki dan
wanita yang bukan mahram. Memang tidak kurang jalan bagi kita untuk menolak ajaran dari Nabi saw ,
jika memang sejak awal ajaran Nabi saw tersebut tidak sesuai dengan hawa nafsu kita.
Bagi saya , sangat mudah untuk difahami bahwa bersentuh laki dan perempuan yang bukan mahram
adalah haram hukumnya.
Di dalam Al Qur’an didapati larangan untuk memandang bagi laki laki kepada wanita dan sebaliknya.
Kalau memandang saja sudah diharamkan , maka tidak susah untuk menerima bahwa bersentuhan lebih
diharamkan. Karena bersentuhan laki dan perempuan lebih sampai kepada keni’matan daripada hanya
berpandangan mata.
Wallahu A’lam.
KESIMPULAN :
1. Berjabat tangan adalah amal shalih yang dipuji dianjurkan dalam Islam.
2. Dilarang bersentuhan antara laki laki dan wanita yang bukan suami istri dan bukan mahram.
Yang dimaksud bersentuhan adalah dalam arti yang seluas luasnya, termasuk berjabat tangan.
3. Berjabat tangan tidak dilarang. Bahkan dianjurkan jika dilakukan antara : sesama laki laki atau sesama
wanita atau antara suami istri atau dengan mahram.
PERBANDINGAN :
Maka kita jangan jadi bodoh dan berkata : kenapa makan dilarang ? Kita kan butuh gizi untuk beraktifitas
? Dimana salahnya jika seorang manusia makan ?
Jawab : Allah tidak melarang makan dan minum kecuali : babi , bangkai , dst.
Maka kita jangan jadi bodoh dan berkata : kenapa nikah dilarang ? Kita kan harus menikah untuk
mendapatkan keturunan ? Dimana salahnya jika seorang manusia melakukan aqad nikah ?
Jawab : Allah tidak melarang menikah. Silakan menikahi wanita apa saja , kecuali istri orang, ibu
kandungnya , wanita musyrik dst
1. Soal :
Kalau jabat tangan antara laki laki dan wanita yang bukan mahram dilarang , kenapa ada ustadz yang
mau melakukannya ?
Jawab :
Kalau ada ustadz yang melakukan jabat tangan antara laki laki dan wanita yang bukan mahram maka hal
itu menjadi urusan antara ustadz tersebut dengan Allah swt.
Saya hanya menjelaskan hukum bersentuhan antara wanita dan laki laki yang bukan mahram.
Tetapi karena saya ditanya , saya fikir tidak ada salahnya saya jawab, supaya permasalahan menjadi jelas
:
1. Ustadz tersebut mengetahui adanya hadits yang isinya menganggap bagus jabat tangan antara laki
dan perempuan yang bukan mahram, sedangkan hadits tersebut belum saya ketahui.
Jika benar demikian , mohon ditanyakan kepada ustadz tersebut , mintalah kepadanya agar dia
menuliskannya , lengkap redaksi Arabnya , dan kitab yang menjadi sumber pengambilannya.
Jilid berapa dan halaman berapa. Supaya saya mudah untuk memeriksanya.
Jika ternyata memang dia benar, maka kita wajib untuk menerimanya.
2. Ustadz tersebut belum tahu bahwa jabat tangan antara laki laki dan wanita yang bukan mahram
hukumnya haram. Maka sampaikan nasehat kepadanya agar dia bertaubat kepada Allah atas kesalahan
yang tidak disadarinya.
Derajat ustadz tidak akan turun karena dia melakukan kesalahan yang tidak disengajanya.
Ustadz adalah manusia biasa, sangat mungkin ada hadits yang luput dari pengetahuannya.
Maka kesalahan masa lalu seorang ustadz jangan dijadikan bahan olok olok atau alat untuk
menjatuhkannya.
3. Ustadz tersebut telah mengetahui bahwa bersentuhan laki dan perempuan bukan mahram adalah
haram , tetapi dia belum sanggup untuk mengamalkannya. Rasa takut masih menguasai hatinya. Dia
ketakutan akan dikatakan sebagai ustadz keras atau ustadz aneh , sombong , kurang menghargai orang
dsb.
Maka datangilah dia dan berikan nasehat bahwa : kedudukannya sebagai ustadz membawa tanggung
jawab yang besar terhadap keselamatan umat. Karena ustadz dijadikan teladan dalam kehidupan sehari
hari. Maka lawanlah godaan syaithan , kalahkan dia .
Lawanlah rasa takut yang dibisikkan syaithan dalam hatinya bahwa dia akan dikucilkan orang.
Ingat !! Rasulullah saw menolak tangan wanita yang akan masuk Islam , padahal ada resiko wanita
tersebut tersinggung dan dapat membatalkan niatnya untuk masuk Islam.
Jika segala usaha sudah dilakukan tetapi “ustadz” masih dengan pendiriaannya melakukan sentuh
menyentuh dengan wanita yang tidak halal baginya , maka pilihlah apa yang diajarkan oleh Rasulullah
saw , jangan mencontoh kesalahan uastadz tersebut.
Wallahu A’lam.
2. SOAL :
Bagaimana jika kami berjabat tangan tidak ada perasaan apa apa ?
Jawab :
Besentuhan antara laki dan wanita yang bukan mahram adalah diharamkan.
Jika ukurannya adalah syahwat , dan tidak haram jika tidak ada syahwat , maka :
- Bolehkan istri anda dipeluk laki laki lain. Dan mereka berkata : tanpa syahwat. Bolehkah ?
- Bolehkah suami anda berpelukan dengan wanita lain dan mereka berkata : tanpa syahwat. Bolehkah ?
Hanya istri yang tidak benar yang akan mengatakan boleh.
Bolehkan anak gadis anda dipeluk oleh laki laki didepan rumah anda dan mereka berkata : kami tidak
pakai syahwat ?
Silakan difikirkan !!
14/07/16, 09.10 - Ustadz Mubarok Ptk: Saya mendapat pertanyaan : Apakah halal bi halal itu ?
Sejujurnya saya berkata : saya tidak tahu. Tapi kemudian pertanyaan berkembang : Bagaimana hukum
mengadakannya ? ditanya seperti ini saya bingung, maka saya merasa perlu membuat uraian singkat
tentang masalah ini . Saya berusaha mencari rujukan dari berbagai sumber , kemudian saya
meninjaunya dari sisi hukum Islam berdasarkan pengetahuan saya secara umum.
Yang dimaksud adalah : mengadakan pertemuan yang dikaitkan dengan hari Raya Fithri.
UMUM :
Perkara yang bukan merupakan ajaran Nabi saw, tetapi sering disangka sebagai perintah agama.
- Ziarah qubur yang dikhususkan pada akhir bulan Ramadhan atau pada tanggal 1 syawal setelah
selesai dari shalat Ied. Sesungguhnya ziarah qubur diperintahkan pada hari apa saja. Tidak didapati
perintah agama agar melakukan ziarah qubur pada hari tertentu.
- Mengadakan acara yang disebut sebagai “ halal bi halal “ dengan arti : berkumpul dengan orang
banyak disertai dengan susunan acara , makan makan dsb, kemudian bersalam salaman , terkadang
antara laki laki dan wanita yang bukan mahram. Berjabat tangan antara laki laki dan wanita yang bukan
mahram hukumnya haram.
- Berma’af ma’afan khusus pada Hari raya Fithri. Islam mengajarkan agar meminta ridha kepada
orang yang kita dhalimi segera setelah kita berbuat kesalahan, bukan menunda sampai Hari Raya.
- Berlebih lebihan dalam membuat atau menyajikan makanan (dalam jumlah banyak) yang
terkadang untuk pajangan saja. Tidak jarang harus dibuang karena tidak ada yang memakannya sehingga
makanan tersebut menjadi rusak.
- Memberikan ucapan selamat pada Hari Raya dengan kalimat yang tidak diketahui asal usulnya.
Yang diajarkan dalam agama adalah : Taqabbalallaahu minnaa wa minka.
Karena kalimat tersebut diucapkan oleh para shahabat radhiyallahu ‘anhum ketika mereka berjumpa
antara satu dengan yang lainnya pada hari raya.
Asal usul halal bi halal tidak ada yang mengetahuinya dengan pasti.
Beragam kisah yang muncul tentang asal mula kegiatan yang dinamakan halal bihalal, diantaranya :
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, beberapa tahun kemudian , yaitu sekitar tahun 1948
Indonesia dilanda disintegrasi (perpecahan) bangsa.
Para elit politik saling bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum untuk membicarakan keselamatan
bangsa. Di sisi lain, pemberontakan terjadi di mana mana.
Ada pemberontakan DI (Daulah Islamiyah) dan NII (Negara Islam Indonesia) dll.
Maka pada pertengahan bulan Ramadhan tahun 1948 , presiden Soekarno memanggil KH Wahab
Chasbullah ke Istana untuk dimintai nasehatnya guna mengatasi keadaan politik di Indonesia saat itu
yang memang tidak sehat.
KH Wahab memberi saran kepada presiden untuk menyelenggarakan acara silaturrahim, sebab sebentar
lagi masuk hari Raya Fithri, di mana umat Islam di Indonesia melakukan kebiasaan silaturrahim pada Hari
Raya.
Presiden menjawab : silaturrahim kan sudah biasa, saya ingin istilah yang lain.
KH Wahab berkata : iya , itu gampang. Para elit politik tidak mau bersatu karena mereka saling
menyalahkan. Padahal saling menyalahkan kan perbuatan dosa (haram). Supaya mereka tidak berdosa,
maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling menghalalkan. Sehingga
silaturrahim ini kita beri nama “ HALAL BI HALAL”
Dari saran KH Wahab tersebut , maka presiden Soekarno mengundang semua tokoh politik untuk datang
ke Istana Negara guna menghadiri acara silaturrahim yang diberi nama ‘HALAL BI HALAL”.
Akhirnya semua tokoh politik dapat duduk satu meja , sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan
dan persatuan bangsa. Sejak saat itu , semua instansi pemerintah senantiasa menyelenggarakan acara
halal bi halal yang kemudian diikuti oleh masyarakat luas , terutama qaum Muslimin di pulau Jawa yang
dikenal sebagai pengikut para ulama.
Jadi , Bung Karno bergerak lewat instansi pemerintah , sedangkan KH Wahab menggerakkan warga dari
bawah.
Maka jadilah Halal bi Halal sebagai kegiatan rutin dan budaya bangsa Indonesia saat Hari Raya Fithri
seperti sekarang ini.
Hal ini dilakukan untuk menghemat tenaga dan biaya. Sejak saat itu, kunjungan terhadapi orang yang
lebih tua atau berkedudukan lebih tinggi untuk meminta maaf pada perayaan Idul Fitri menjadi tradisi
tersendiri.
Kata halal bi halal sudah ada sejak tahun 1935-1936. Diceritakan bahwa pada setiap hari Lebaran, ada
penjual martabak berkebangsaan India yang berjualan di gerbang Taman Sriwedari, Surakarta.
Ia dibantu oleh seorang pribumi untuk mendorong gerobak dan mengurus api penggorengan. Untuk
menarik para pembeli, Si Pembantu tadi berteriak-teriak, “Martabak Malabar, halal bin halal, halal bin
halal!” Kemudian anak-anak menirukan ucapannya dengan “halal behalal”. Sejak saat itu, istilah halal
behalal menjadi populer di kalangan masyarakat di Surakarta.
Kata halal bi halal berawal dari keterbatasan bangsa Indonesia dalam berbahasa Arab ketika
menunaikan ibadah haji. Ketika terjadi tawar-menawar harga barang, jamaah Indonesia hanya berkata
“halal?”. Lalu ketika penjual berkata “halal”, maka transaksi disetujui bersama.
Kemudian kalimat ini dibawa pulang ke Indonesia dan diucapkan di mana mana.
Akhirnya kalimat ini digunakan untuk acara saling memaafkan yang selanjutnya berkembang menjadi
tradisi khusus pada Hari Raya Fithri.
5. Prof Dr. Quraish Shihab berkata : bahwa halal-bi-halal merupakan kata majemuk dari dua kata bahasa
Arab “halala” yang diapit dengan satu kata penghubung “ba” (dibaca: bi)
Beliau melanjutkan : meskipun kata ini berasal dari bahasa Arab, sejauh yang saya ketahui, masyarakat
Arab sendiri tidak akan memahami arti halal-bi-halal yang merupakan hasil kreativitas bangsa Melayu.
Halal-bi-halal, tidak lain, adalah hasil pribumisasi ajaran Islam di tengah masyarakat Asia Tenggara. Halal-
bi-halal merupakan tradisi khas dan unik bangsa ini.
Dari saya :
Saya tidak menjadikan kalimat prof Quraisy Shihab sebagai rujukan dalam mengambil keputusan, tetapi
perkataan beliau saya kutip untuk meramaikan jumlah kutipan saya tentang asal usul “halal-bi-halal.
Saya melihat bahwa : walaupun kata halal-bi-halal berasal dari suku kata Arab, tetapi kalimat halal-bi-
halal bukan merupakan susunan bahasa Arab.
Sehingga orang Arab yang aslinya berbahasa Arab dan lahir di negara Arab serta belajar di Arab sampai
jenjang yang tertinggi (S-3 atau Doktor) , tidak akan mengerti ketika kita sodorkan kalimat halal-bi-halal
kepadanya.
Sebagai contoh :
Kalau ada orang asing bertanya kepada kita , apakah makna dari kalimat : baju minum lemari. Maka
walaupun kita bergelar Prof Doktor atau gelar lainnya , tidak akan faham makna ini.
Walaupun kita asli Indonesia. Walaupun 3 suku kata ini berasal dari kata Indonesia. Kenapa ? Jawabnya :
karena kalimat “baju minum lemari’ bukan susunan kalimat dalam bahasa Indonesia.
Demikian juga halnya dengan kalimat “halal-bi-halal” yang mana orang Arab yang berpendidikan tinggi
sekalipun tidak akan faham makna kalimat ini.
Tetapi yang mengejutkan : orang Indonesia , yang bahkan tidak mengerti bahasa Arab sama sekali,
ternyata faham makna halal-bi-halal ini.
Ini menunjukkan bahwa : halal bi halal bukan susunan kalimat Arab, tetapi susunan bahasa Indonesia
yang diambil dari perbendaharaan kata Arab.
Soal : Kenapa kok susah payah untuk “melacak” asal mula kalimat ini ?
Jawab : Karena untuk mengetahui apakah halal-bi-halal berasal dari ajaran Islam atau sebuah budaya
(adat).
Karena yang mengerti makna kalimat halal-bi-halal ini hanya bangsa Indonesia , maka tidak syak lagi
bahwa : halal-bi-halal adalah 100% adat istiadat bangsa Indonesia.
Maka mengadakannya tidak mendapat pahala. Dan meninggalkannya tidak akan tercela dipandang dari
sisi hukum Islam.
Jawab : Karena halal-bi-halal adalah kegiatan adat , maka boleh saja dilakukan. Sebagaimana pertemuan
atau kegiatan adat lainnya , seperti rapat , arisan RT dll, dengan syarat :
1. Tidak ada keyaqinan bahwa halal-bi-halal adalah kegiatan keagamaan yang akan diberikan pahala
sekian atau sekian. Dan merasa ‘berdosa” jika tidak mengadakannya.
- Tidak boleh mencela orang yang tidak mengadakan acara ini, seakan dia adalah bagian dari aliran yang
menyimpang.
2. Tidak ada pelanggaran agama dalam kegiatan tersebut, seperti bersentuhan antara laki dan
perempuan, apapun bentuknya : misalnya jabat tangan atau berpelukan , saling tempel pipi dll.
3. Tidak ada perbuatan mubadzdzir , yaitu mengeluarkan harta atau biaya yang banyak tapi terbuang sia
sia. Seperti membuat makanan yang banyak tetapi tidak termakan.
4. Memprioritaskan orang kaya , sedangkan orang miskin tidak diundang. Maka jadilah acara tersebut
sebagai acara orang kaya. Bukan lagi halal-bi-halal.
5. Meremehkan shalat dengan alasan acara belum selesai. Atau takut rias wajahnya luntur kena air
Dll.
Wallahu A’lam.
Subhannallah Alhamdulillah pak, sy juga mau bertanya dr tadi, ada yg posting, utk mendapat kan pahala
banyak, puasa syawal bagus tgl 18 dimulai spy dapat pahala puasa syawal, puasa senin kamis dan puasa
tengah bulan...bgm itu pak,
14/07/16, 15.48 - Ustadz Mubarok Ptk: Kalau melakukan puasa sunnah sehari (misalkan puasa syawal) ,
yang mana harinya bertepatan dengan hari senin, pas juga tgl 14 tengah bulan, maka hal ini tidak
dilarang.
Tidak ada seorangpun manusia di muka bumi ini yang dapat memastikan bahwa orang yang berpuasa
syawal sehari yang bertepatan dengan senin dan tengah bulan , dia MENDAPAT PAHALA 3 PUASA.
Karena dalil tentang perolehan pahala yang seperti itu tidak ada (puasa sehari dapat pahala 3 puasa).
Sedangkan urusan pahala adalah perkara ghaib yang hanya bisa diketahui dari pemberitaan Allah dan
Rasul-Nya. Sedangkan pemberitaan tersebut tidak ada.
Wallahu A'lam.
Jika anak angkat tersebut wanita , maka dia dapat dinikahi oleh ayah angkatnya.
Jika anak angkat tersebut laki laki , maka dia dapat menikahi ibu angkatnya.
Maka : anak angkat wanita yang telah dewasa harus berjilbab di depan ayah angkatnya , dan mereka
diharamkan berduaan ( misalnya pergi berdua , atau berduaan di tempat sepi yang tidak ada mahram
bagi anak angkat tersebut )
Seorang wanita juga wajib berjilbab di depan anak angkat laki laki yang telah dewasa , dan mereka
diharamkan menyendiri berduaan ( misalnya pergi berdua , atau berduaan di tempat sepi yang tidak ada
mahram bagi ibu angkat tersebut )
MENSIASATI AGAR ANAK ANGKAT MENJADI MAHRAM , YAITU AGAR DISUSUI OLEH ORANG TUA
ANGKATNYA ATAU DIA DISUSUI OLEH SAUDARA ORANG TUA ANGKATNYA
ت عَاِئ َش ُة َأ َما لَكِ فِى ْ َ َقا َل َف َقال. َّت ُأ ُّم َسلَ َم َة لِعَاِئ َش َة ِإ َّن ُه َي ْد ُخ ُل َعلَيْكِ ْال ُغالَ ُم اَأل ْي َف ُع الَّذِى َما ُأحِبُّ َأنْ َي ْد ُخ َل َعلَى ْ َت ُأ ِّم َسلَ َم َة َقال
ْ َت َقال ِ ب ِب ْن َ َعنْ َز ْي َن
س َأ ِبى ُح َذ ْي َف َة ْ
ف َ
ن ِى ف وَ ٌ
ل ج
ُ ر َ ُو
َ ه وَ َّى َ ل ع
َ ل
ُ ُ
خ ْ
د ي
َ ًا
م ل
ِ اسَ َّن ِ هَّللا ل
َ ُو
س ر
َ ايَ ْ
ت َ ل اقَ ة َ َ
ف ْ
ي َ
ُذ ح ى ب َأ َ
ة َأ ر
َ ْام َّن ْ
ت َ ل اقَ ٌ ةوَ ْسُأ -وسلم عليه هللا صلى- ِ هَّللا ُول
ِ َرس
ِ ِإ ِ ِإ
َ ُ َّ َأ
ِ « رْ ضِ عِي ِه َحتى َي ْدخ َل َعليْك-صلى هللا عليه وسلم- ِ فقا َل َرسُو ُل.ٌِمن ُه شىْ ء هَّللا َ َ َ ْ
Bersumber dari Zainab binti Ummu Salamah , dia berkata : Ummu Salamah berkata kepada Aisyah r.a :
Ada anak laki laki laki yang sering masuk ke rumahmu dan akupun senang jika dia datang kepadaku juga.
Maka Aisyah r.a berkata : Apakah engkau tidak tahu tuntunan Rasulullah saw yang baik ? Aisyah r.a
melanjutkan : Sesungguhnya istri Abu Hudzaifah r.a berkata : Wahai Rasulullah , sesungguhnya Salim
( bekas budak Abu Hudzaifah ) masuk menemuiku sedangkan dia adalah laki laki yang sudah dewasa ,
dan pada diri Abu Hudzaifah ada cemburu kepadanya. Maka Rasulullah saw bersabda : Susuilah dia
sehingga dia halal bertemu denganmu
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabur Radha’ bab 7 no 1453
Al Qadhi berkata : Barangkali Sahlah r.a (istri Hudzaifah r.a) memerah air susunya kemudian Salim
meminumnya tanpa menyentuh payudara Sahlah, dan kulit kedua orang tersebut tidak bertemu.
Imam Nawawi berkata : Apa yang dikatakan oleh Al Qadhi ini adalah pendapat yang baik
Lihat : Kitab Syarah Muslim oleh Imam Nawawi jilid 10 halaman 274 Kitabur Radha’ bab 7 no 1453
ان َمنْ َت َب َّنى َر ُجالً فِى َ َزيْداً َو َك-صلى هللا عليه وسلم- ُّار َك َما َت َب َّنى ال َّن ِبى َ المْ َرَأ ٍة م َِن اَأل ْن
ِ ص ِ ًَعنْ عَاِئ َش َة َأنَّ َأ َبا ُح َذ ْي َف َة َت َب َّنى َسالِما ً َوه َُو َم ْولى
ُ ُ ْ َ َ َ َ َ هَّللا ْ ُ ْ
اِئه ْم ه َُو ق َسط عِ ن َد ِ فِإنْ ل ْم تعْ لمُوا آ َبا َء ُه ْم فِإخ َوانك ْم فِى َأ ِ ِيرا ِث ِه َح َّتى َأنز َل ُ َعز َو َج َّل (ادعُو ُه ْم آل َب
ْ َّ هَّللا َ ْ َ ث مِنْ م َ ْال َجا ِهلِ َّي ِة دَ َعاهُ ال َّناسُ ا ْب َن ُه َو َو ِر
ْأ هَّللا ُ َأ َأ
ت َيا َرسُو َل ِ ُك َّنا َن َرى َسالِما ً َولَداً َي ِوى َمعِى ْ َت َس ْهلَة َف َقال ْ ين َف َجا َء ِ اِئه ْم َف َمنْ لَ ْم يُعْ لَ ْم َل ُه بٌ َف َم ْولىً َو ٌخ فِى ال ِّد
ِ ين َو َم َوالِي ُك ْم) َف ُردُّوا ِإلَى آ َب ِ ال ِّد
َِيه ْم َما َق ْد َعلِمْت َّ هَّللا َ
ِ ضال َوقد نز َل ُ َعز َو َج َّل ف ْ َأ ْ َ ً ُ َ َ َ
ُ و َم َع ِبى حُذ ْيفة َو َي َرانِى ف.َ َأ
Sesungguhnya Abu Hudzaifah mengangkat Salim sebagai anak angkat (dia adalah bekas budak seorang
wanita anshar.) Sebagaimana Nabi saw pernah mengangkat anak terhadap Zait bin Haritsah. Pada
zaman jahiliyah , apabila seseorang mengangkat anak angkat , maka orang orang akan memanggilnya
sebagai anaknya dan dia akan mendapat warisannya , sehingga Allah Azza Wa Jalla menurunkan ayat :
“ Panggillah mereka (anak-anak angkat itu) dengan (memakai) nama bapak-bapak mereka; itulah yang
lebih adil pada sisi Allah, dan jika kamu tidak mengetahui bapak-bapak mereka, maka (panggillah
mereka sebagai) saudara-saudaramu seagama dan maula-maulamu.”
Maka orang orang pun memanggil anak angkat dengan memakai nama ayah ayah mereka
Jika ayahnya tidak diketahui maka mereka memanggilnya sebagai maula dan saudara seagama. Lalu
Sahlah datang kepada Nabi saw dan berkata : Wahai Rasulullah , sesungguhnya kami menganggap Salim
sebagai anak kami sendiri. Dia telah terbiasa bersamaku dan bersama Abu Hudzaifah dan dia telah
menganggapku lebih ( dari sekedar ibu angkat ). Lalu Allah Azza Wa Jalla telah menurunkan ayat
mengenai mereka sebagaimana yang telah engkau ketahui. Maka Nabi saw bersabda : Susuilah dia
dengan 5 kali susuan. Maka hal itu akan membuatnya menempati posisi sebagai anak susuan.
Jika anak angkat disusui oleh saudara perempuan orang tua angkatnya, maka dia menjadi keponakan
sepersusuan terhadap orang tua angkat tersebut.
* Jika anak angkatnya laki laki maka disusui oleh saudara perempuan ibu angkatnya , sehingga dia
menjadi haram menikahi ibu angkatnya disebabkan telah menjadi keponakan sepersusuan. Maka wanita
tadi boleh membuka jilbab di depan anak angkatnya, dan boleh berkhlwat (berduaan) anak angkat laki
laki tadi
* Jika anak angkatnya perempuan , maka disusui oleh saudara perempuan dari bapak angkatnya ,
sehingga dia haram menikah dengan bapak angkatnya disebabkan telah menjadi keponakan
sepersusuan . Maka anak angkat perempuan tadi boleh membuka jilbab di depan bapak angkatnya dan
boleh berkhalwat (berduaan) dengan bapak angkatnya
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a dia berkata : Nabi saw bersabda ( tentang putri Hamzah ) :
Dia tidak halal bagiku. Sesuatu yang diharamkan dengan sebab persusuan , sama dengan yang
diharamkan dengan sebab nasab.
Dia (Putri Hamzah) adalah putri dari saudara laki lakiku sepersusuan
ُأ
َص َع َة َقا َل َيا َن ِبىَّ هَّللا ِ َه ْل ُت َحرِّ ُم الرَّ ضْ َع ُة ْال َوا ِح َدةُ َقا َل « ال
َ ْصع ِ » َعنْ ِّم ْال َفضْ ِل َأنَّ َر ُجالً مِنْ َبنِى َعام ِِر ب
َ ْن
Bersumber dariUmmul Fadhl r.a, bahwasanya ada seorang laki laki dari bani ‘Aamir bin Sha’sha’ah
bertanya kepada Rasulullah saw : wahai Nabiyullah, apakah sekali penyusuan itu mengharamkan
perkawinan ?
Penjelasan : Karena sekali penyusuan tidak membatalkan perkawinan, maka difahami bahwa 2 kali
penyusuan membatalkan perkawinan
ص ُة َأ ِو
َّ ان َأ ِو ْال َم ْ ث َأنَّ ُأ َّم ْال َفضْ ِل َح َّد َث
ِ َقا َل « الَ ُت َحرِّ ُم الرَّ ضْ َع ُة َأ ِو الرَّ ضْ َع َت-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َأنَّ َن ِبىَّ هَّللا ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
ِ ْن ْال َح
ِ ار
ِ ص َت
ان َّ » ْال َم
Bersumber dari Abdullah bin Al Harits, sesungguhnya Ummul Fadhl r.a memberitahunya bahwa Nabi
saw bersabda : Tidaklah membatalkan perkawinan pada sekali atau 2 kali penyusuan atau sekali dua kali
isapan
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabur Radha’ bab 4 no 1451
Bersumber dari Aisyah r.a , bahwasanya dia berkata : dahulu terdapat di dalam Al Qur’an bahwa yang
membatalkan perkawinan adalah 10 kali penyusuan, kemudian hal itu dihapus dan diganti dengan 5 kali
penyusuan sehingga Rasulullah saw diwafatkan Allah.
Yang saya pilih : penyusuan yang membatalkan pernikahan adalah 5 kali penyusuan.
Yang dimaksud adalah : Suatu hari menyusu sampai kenyang. Kemudian pada saat yang lain menyusu
sampai kenyang. Demikianlah seterusnya sampai 5 kali.
Wallahu A’lam
Benarkah jika ada orang hendak shalat [sunat ataupun fardhu], kita yg sedang mengaji pun mesti
memelankan suara atau berhenti dari membaca alquran,.
Jazakallahu khairan
15/07/16, 06.52 - Ustadz Mubarok Ptk: MENGERASKAN SUARA DI DALAM MASJID ATAU KETIKA ADA
ORANG SHALAT
ورَ ف ال ُّس ُت َ م َيجْ َهر3ْ فِى ْال َمسْ ِج ِد َف َس ِم َع ُه-صلى هللا عليه وسلم- ِ ف َرسُو ُل هَّللا
َ ُون ِب ْالق َِرا َء ِة َوه َُو فِى قُ َّب ٍة َل ُه َف َك َش َ َعنْ َأ ِبى َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِرىِّ َقا َل اعْ َت َك
ض ِب ْالق َِرا َء ِة َأ
ٍ ْض ُك ْم َعلَى َبع ُ ْض ُك ْم َبعْ ضا ً َوالَ َيرْ َف َعنَّ َبع ٍ َو َقا َل « الَ ِإنَّ ُكلَّ ُك ْم ُم َن
ُ ْاج َر َّب ُه َفالَ يُْؤ ِذيَنَّ َبع
إسناده صحيح على شرط الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Abu Saied Al Khudri r.a , dia berkata : Rasulullah saw pernah I’tikaf (di masjid) ,
kemudian beliau saw mendengar orang orang membaca (Al Qur’an) dengan keras . Maka Nabi saw
membuka tirai khemahnya dan bersabda : Ketahuilah bahwa setiap orang dari kalian sedang bermunajat
dengan Tuhannya , oleh karena itu janganlah sebagian dari kalian mengganggu sebagian yang lain dan
jangan pula sebagian dari kalian mengeraskan bacaan (Qur’annya) terhadap yang lain.
Hadits shahih riwayat Ahmad 3/94 no 11486 ( dan ini adalah lafadz nya )
Penjelasan :
Penjelasan :
Hadits ini menjelaskan bahwa mengeraskan suara ketika ada orang yang sedang shalat adalah dilarang,
baik itu shalat sunnah ataupun shalat fardhu.
Larangan ini berlaku bagi yang mengeraskan suara dalam hal apa saja. Misalnya berbicara , berdzikir ,
membaca Al Qur’an atau apa saja.
Jadi , yang dilarang bukan membaca Al Qur’an ketika ada orang yang sedang shalat , tetapi
MENGERASKAN SUARANYA.
Maka ketika ada orang yang sedang shalat , kita boleh berdzikir di sampingnya, boleh juga membaca Al
Qur’an , tetapi tidak dengan mengeraskan suara. Hal ini berlaku di rumah , di masjid ataupun di mana
saja.
ْأ
ِ ب َف َقا َل ْاذ َهبْ َف ِتنِى ِب َه َذي
َقا َل. َف ِجْئ ُت ُه ِب ِه َما. ْن ِ ت َفِإ َذا ُع َم ُر بْنُ ْال َخ َّطا َ ت َقاِئمًا فِى ْال َمسْ ِج ِد َف َح
ُ ْ َف َن َظر، ص َبنِى َر ُج ٌل ُ ْن َي ِزيدَ َقا َل ُك ْن
ِ بب ِ َع ِن السَّاِئ
َأ َأل
صلى- ِ ُول هَّللا ُ َ
ِ د َرس3ِ ان صْ َواتك َما فِى َمسْ ِج ِ ترْ ف َع، قا َل ل ْو كنت َما مِنْ هْ ِل ال َبل ِد ْو َجعْ تك َما. ِ ْو مِنْ ي َْن نت َما قاال مِنْ هْ ِل الطاِئف- َمنْ َأ ْن ُت َما
َ َ ُ ُ َ ْ َأ ُ ْ ُ َ َ َّ َأ َ َ ُ ْ َأ َأ َأ
هللا عليه وسلم
Bersumber dari As Saaib bin Yaziid , dia berkata : Ketika aku sedang berdiri di masjid tiba tiba ada orang
yang melemparku dengan kerikil. Setelah aku lihat, ternyata orang tersebut adalah Umar bin Khaththab
r.a , kemudian dia berkata : Bawalah kedua orang itu kepadaku, maka akupun membawa keduanya
kepadanya. Kemudian Umar r.a berkata : Siapakah kalian berdua ini? Atau darimana kalian berdua
berasal ? Mereka menjawab : Kami adalah penduduk Tha’if. Umar r.a berkata : Sekiranya kalian berdua
penduduk sini, niscaya aku akan memukul kalian berdua , karena kalian berdua telah mengeraskan suara
di dalam masjid Rasulullah saw
LARANGAN BERSUARA KERAS DIDALAM MASJID , DIKECUALIKAN DALAM PERKARA YANG DIBENARKAN
SENDIRI OLEH RASULULLAH SAW,. MISALNYA KHUTBAH JUM’AH , GURU YANG MENGAJARKAN ILMU
DSB :
ْك قُ ْم َفارْ َكع
ُ س َف َقا َل لَ ُه « َيا ُسلَ ْي ُ َي ْخ-صلى هللا عليه وسلم- ِ ة َو َرسُو ُل هَّللا3ِ ك ْال َغ َط َفانِىُّ َي ْو َم ْال ُج ُم َع
َ َطبُ َف َجل ٌ ْن َع ْب ِد هَّللا ِ َقا َل َجا َء ُسلَ ْي
ِ َعنْ َج ِاب ِر ب
َ ُ
ث َّم قا َل- ِيه َما ْ َ
ِ ْن َوت َج َّوز ف َ ْ
ِ – َرك َعتي
ِ ْن َو ْل َي َت َج َّو ْز ف
ِيه َما ُ ِإ َذا َجا َء َأ َح ُد ُك ْم َي ْو َم ْال ُج ُم َع ِة َوا َما ُم َي ْخ
ِ طبُ َف ْل َيرْ َكعْ َر ْك َع َتي ِإل
Bersumber dari Jabir bin Abdullah r.a dia berkata : Sulaik Al Ghathafaaniy r.a datang pada hari Jum’ah
(ke Masjid) lalu dia duduk , padahal Rasulullah saw sedang berkhutbah. Maka Rasulullah saw bersabda :
Ya Sulaik ! Berdirilah ! Kerjakanlah shalat 2 raka’at dan ringankanlah 2 raka’at tersebut (Dikerjakan
dengan agak cepat tetapi sempurna)
Kemudian Nabi saw bersabda : Apabila seseorang diantara kalian datang ke masjid pada hari Jum’ah
sedangkan ketika itu imam sedang berkhutbah maka lakukanlah shalat 2 raka’at dan ringankanlah 2
raka’at tersebut.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Jumu’ah bab 32 no 930 (ini adalah lafadznya)
Penjelasan :
Nabi saw adalah manusia yang paling pandai dalam masalah hukum Islam .
Nabi saw adalah manusia yang senantiasa dibimbing wahyu dari Allah.
Maka tidak sepatutnya kita mengingkari apapun yang telah diputuskan oleh Nabi saw walaupun sesuatu
tersebut bertentangan dengan keinginan kita.
Semestinya kita mengingkari pendapat yang bertentangan dengan apa yang diputuskan oleh Nabi saw
Nabi saw sudah tahu bahwa mendengarkan khutbah adalah wajib , bahkan kewajiban tersebut
disampaikan sendiri oleh Nabi saw. Tetapi tetap saja Nabi saw memerintahkan shahabatnya Sulaik r.a
untuk melakukan shalat sebelum duduk padahal ketika itu beliau saw sedang berkhutbah di atas mimbar
pada hari Jum’at. Maka tidak boleh kita memandang bahwa yang diajarkan oleh Nabi saw ini adalah
sebuah kesalahan.
Hal ini dikuatkan dengan pemahaman shahabat Abu Sa’id Al Khudri r.a :
ء ْال َح َرسُ لِيُجْ لِسُوهُ َفَأ َبى َح َّتى3َ صلِّى َف َجا َ طبُ َف َقا َم ُي َ َّْن َأ ِبى َسرْ ٍح َأنَّ َأ َبا َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِرى
ُ دَخ َل َي ْو َم ْال ُجم َُع ِة َو َمرْ َوانُ َي ْخ ِ ْن َع ْب ِد هَّللا ِ بِ اض ب ِ َعنْ عِ َي
صلى هللا عليه- ِ ُول هَّللا ِ َس ر ِْنم ه
ُ تُ ْ
ي َأرَ ء
ٍ ْى َ
ش د
َ ْع ب
َ َ ا مهُ َ
ك ر
ُ ْ
ت َأل ُ
ت ْ
ن ُ
ك امَ َ ل اقَ َ
ف . ك
َ ِ ب ُوا ع َ
ق ي
َ َ ل ُواداكَ ْن هَّللا كمحِ ر ا َ
ن ْ
ل ُ ق َ
ف ه
ُ انَ ْ
ي َ
ت َأ ف ر ص ْ
ن ا َّا
م َ ل َ
ف ى َّصل
َ َ َ ُ ِإ َ َ َ َ
َّ ْ
ِ صلى َرك َع َتي
- ُّْن َوالن ِبى َّ َأ ْ ُ ْ َّ َّ ْ
َ َيخطبُ َي ْو َم ال ُج ُم َع ِة َف َم َرهُ َف-صلى هللا عليه وسلم- ُّ ث َّم ذ َك َر نَّ َر ُجال َجا َء َي ْو َم ال ُج ُم َع ِة فِى َه ْيَئ ٍة َبذ ٍة َوالن ِبى.-وسلم ً َأ َ ُ
ُطب ُ َي ْخ-صلى هللا عليه وسلم
.اقُ َو ِب ِه َيقُو ُل ال َّشافِعِىُّ َوَأحْ َم ُد َوِإسْ َح.ض َأهْ ِل ْالع ِْل ِم ِ ْ َو ْال َع َم ُل َعلَى َه َذا عِ ْن َد َبع.ٌصحِيح َ ٌِيث َح َسن ٌ ِيث َأ ِبى َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِرىِّ َحدُ يسى َحد َ َِقا َل َأبُو ع
ُ
َح َّد َث َنا قُ َت ْي َبة َح َّد َث َنا.ُّصح َأ َأل ْ ْ َأ َّ
َ َوال َق ْو ُل ا وَّ ُل.ِان الث ْو ِرىِّ َو هْ ِل ال ُكو َفة َ َوه َُو َق ْو ُل ُس ْف َي.صلى ِّ ُ َ ض ُه ْم ِإ َذا
َ دَخ َل َواِإل َما ُم َي ْخطبُ َفِإ َّن ُه َيجْ لِسُ َوالَ ُي ُ َْو َقا َل َبع
ْن ُث َّم ي َ
ت
ِ َ َ ع ْ
ك ر ى َّ ل ص
َ َ
ف ُب ُ
ط خْ ي م ا م او ة
َ ُ َ َ ِ َ ِإل ُع
م ج
ُ ْ
ال مو ْ ي د
َ
َ َ ِ َ َج ْس م ْ
ال ل َ
دَخ َّى ر ْص ب ْ
ال ن س ح ْ
ال ُ
ْت يَأر ل اقَ ُّى ر
َِ ش ُ ق ْ
ال د
ٍ ل
ِ اخَ ُْن
ب ء
ُ َ ال ع ْ
ال
ِ َ َ َ َ َ َ َ
َ ََجل
س
حسن صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده حسن من أجل محمد بن عجالن: قال حسين سليم أسد
Bersumber dari ‘Iyadh bin Abdullah bin Abi Sarh , sesungguhnya Abu Sa’id Al Khudri r.a masuk masjid
pada hari Jum’ah, sedangkan Marwan sedang berkhutbah.
Lalu Abu sa’id Al Khudri r.a berdiri mengerjakan shalat. Maka datanglah pengawal Marwan untuk
menyuruhnya duduk. Abu Said Al Khudri r.a tidak mau dan tetap mengerjakan shalat. Ketika dia pergi ,
kami mendatanginya lalu berkata kepadanya :
Semoga Allah memberi rahmat kepadamu. Pengawal tadi hampir memaksamu dan menyerangmu. Lalu
Abu Sa’id Al Khudri r.a berkata : Aku tidak akan meninggalkan shalat 2 raka’at tersebut setelah aku
melihatnya dari Rasulullah saw. Kemudian Abu Sa’id Al Khudri r.a menceritakan bahwa ada seorang laki
laki datang pada hari Jum’ah dengan berpakaian kumal , sedangkan Nabi saw sedang berkhutbah. Lalu
NABI SAW MEMERINTAHKAN ORANG TERSEBUT UNTUK MELAKSANAKAN SHALAT 2 RAKA’AT PADAHAL
NABI SAW SEDANG BERKHUTBAH.
Hadits hasan shahih riwayat Tirmidzi Kitabush Shalah bab 255 no 511
Al Baihaqi : As Sunanul Kubra jilid 4 halaman 467 Kitabul Jumu’ah bab 53 no5910.
Yang demikian itu adalah pendapatnya imam Asy Syafi’i , Ahmad bin Hanbal dan Ishaq.
Sebagian ulama berkata : apabila seseorang datang sedangkan imamnya sedang berkhutbah maka
hendaknya dia duduk dan tidak melakukan shalat.
Tetapi pendapat pertama adalah lebih shahih. ( Maksudnya : yang lebih shahih adalah : apabila datang
ke masjid sedangkan imam sedang berkhutbah maka disyari’atkan untuk melakukan shalat tahiyatul
masjid 2 raka’at ).
Al Hasan Al Bashri ( tabi’in besar ) masuk masjid pada hari Jum’ah ketika imamnya sedang berkhutbah ,
kemudian dia shalat 2 raka’at lalu dia duduk
Saya berpendapat bahwa imam hendaknya memerintahkan (orang yang baru datang) untuk
melaksanakan shalat sebanyak 2 raka’at (tahiyatul masjid) . Dan hendaknya imam menambahkan
pembicaraan dalam khutbahnya beberapa waktu , agar orang yang shalat tersebut dapat
menyempurnakannya (sampai selesai).
Lihat : Kitab Al Umm , Mausuu’ah Al Imam Asy Syafi’i jilid 1 halaman 514 , Kitabul Jumu’ah bab 132
Imam Nawawi meriwayatkan dari para muhaqqiq ( peneliti ) bahwa jika seseorang tidak melaksanakan
shalat tahiyatul masjid maka hendaknya dia berdiri sampai shalat (berjama’ah) didirikan. Dan janganlah
dia duduk tanpa melakukan shalat tahiyatul masjid terlebih dahulu.
Lihat : Kitab Fat-hul Baari jilid 3 halaman 533 Kitabul Jumu’ah bab 32 no 930
WALLAHU A’LAM.
15/07/16, 08.09 - Ustadz Mubarok Ptk: Tentang tidak boleh untuk anak di atas 2 tahun , saya belum tahu
pak.
Tang saya tahu, hukum ini berlaku dengan tidak ada pembatasan umur.
Karena Salim r.a yang disusui oleh ibu angkatnya yang bernama ummu Hudzaifah r.a ,adalah ketika
sudah dewasa.
Karena itulah imam Nawawi memberikan ta'wil bahwa perintah Rasulullah saw kepada ummu Hudzifah
r.a untuk menyusui Salim r.a bukanlah dengan cara "menyedot" langsung ke payudara ibu angkatnya,
tetapi dengan memeras air susu ibu angkatnya dan diberika kepada Salim r.a pakai gelas.
Jadi yang diperluka adalah "air susu" nya, bukan proses menyusu kepada ibu angkatnya.
Ustadz.
Demi Allah saya sama sekali tidak ada perasaan sama sekali dengan lelaki manapun ketika bersalaman
saat lebaran.
Ibu, semoga Allah menambahkan semangat ibu kepada kebaikan. Apalagi ibu berhasil meredam
syahwatnya kepada laki laki yang tidak dihalalkan oleh Allah swt kepada ibu.
Ini adalah karunia yang sangat besar dari Allah kepada hamba - hamba-Nya yang dipilih . Betapa tidak ,
di sana sini banyak orang Muslim yang terjerumus kepada kema’shiyatan berupa perbuatan zina atau
pendahuluan kepada zina (memeluk , mencium dst).
Sedangkan ibu berhasil menahan semua godaan itu. Saya sendiri belum tentu mampu untuk
menjalaninya. Hanya pertolongan Allah yang membuat saya sampai sejauh ini bisa terhindar dari
perbuatan buruk tersebut.
Maka ibu harus mensyukuri ni’nat ini , yang mana hal ini tidak Allah berikan kepada semua hamba-Nya.
Ibu yang mudah mudahan senantiasa berada di dalam rahmat dan penjagaan Allah swt.
Di dalam perkara hubungan antara laki laki dan perempuan , Allah telah mengatur hukumnya dengan
sangat detil.
- Dilarang membuka kerudung di depan laki laki yang tidak halal baginya.
- Dilarang bersentuhan dengan laki laki yang bukan mahram dan bukan suaminya.
- Dilarang pandang memandang dengan laki laki yang tidak halal baginya.
- DLL
Semua larangan itu berlaku bagi yang pakai syahwat (nafsu = rasa) atau yang tidak pakai syahwat.
Bicara tentang nafsu atau syahwat atau rasa, maka manusia di muka bumi ini yang paling dapat
mengendalikan nafsu adalah RASULULLAH SAW.
Nafsu adalah pekerjaan hati yang tidak ada seorangpun yang mengetahuinya kecuali Allah dan dirinya
sendiri.
Adakah manusia di muka bumi ini yang lebih suci hatinya dari Rasulullah saw ? Tentu saja tidak ada.
Sekalipun demikian , Rasulullah saw tidak mau berjabat tangan dengan wanita.
Padahal wanita yang tangannya ditolak oleh Rasulullah saw adalah sekelompok wanita yang akan masuk
Islam. Mereka ingin berjabat tangan dengan Rasulullah saw.
Ketika itu ada resiko besar yang barus ditanggung oleh Rasulullah saw dengan menolak ajakan jabat
tangan oleh para wanita saat itu. Mereka bisa saja tersinggung dan membatalkan dirinya untuk masuk
Islam.
Menurut pertimbangan aqal , tidak susah bagi Rasulullah saw untuk berjabat tangan dengan para wanita
itu , dengan alasan untuk menyenangkan orang yang akan masuk Islam. Lagi pula kita percaya 100 %
bahwa Rasulullah saw terjamin TIDAK ADA RASA (nafsu) ketika jabat tangan.
Sekalipun demikian Rasulullah saw tidak mau berjabat tangan dengan mereka dan bahkan
menyampaikan pernyataan yangsangat tegas : AKU TIDAK BERJABAT TANGAN DENGAN WANITA.
Maka tidak ada pemahaman yang paling benar dalam masalah ini kecuali :
JABAT TANGAN ANTARA LAKI DAN PEREMPUAN YANG BUKAN MAHRAM ATAUPUN SUAMI ADALAH
DIHARAMKAN. HAL INI BERLAKU PAKAI SYAHWAT ATAUPUN TIDAK PAKAI SYAHWAT.
Ini adalah pernyataan para ulama yang menjadi panutan qaum Muslimin. Diantaranya adalah imam
Nawawi dll
Saya kutipkan saja kejadian Rasulullah saw menolak ajakan jabat tangan para wanita yang akan masuk
Islam :
« َقا َل.ك ِباهَّلل ِ َشيْئا ً اآل َي َة َ آن َأنْ الَ ُن ْش ِر
ِ ْ فِى ن َِسا ٍء ُن َب ِاي ُع ُه َفَأ َخ َذ َعلَ ْي َنا َما فِى ْالقُر-صلى هللا عليه وسلم- َّْت ال َّن ِبى ُ ت َأ َتي ِ َعنْ ُأ َم ْي َم َة ِب ْن
ْ َت ُر َق ْي َق َة َقال
صافِ ُح ال ِّن َسا َء ِإ َّن َما َق ْولِى ُأ
َ َ َقا َل « ِإ ِّنى ال.صافِ ُح َنا َأ َأ َأ َأ
َ قُ ْل َنا َيا َرسُو َل هَّللا ِ الَ ُت. قُ ْل َنا هَّللا ُ َو َرسُولُ ُه رْ َح ُم ِب َنا مِنْ ْنفُسِ َنا.» َّفِي َما اسْ َت َطعْ ُتنَّ َو َطعْ ُتن
الِ ْم َرَأ ٍة َوا ِح َد ٍة َك َق ْولِى ِل ِماَئ ِة ا ْم َر ٍةَأ
Bersumber dari Umaimah binti Ruqaiqah r.a dia berkata : Aku mendatangi Nabi saw bersama dengan
sekelompok wanita untuk berbai’at kepadanya. Maka beliau saw memerintahkan kepada kami (untuk
berjanji) sebagaimana yang tersebut di dalam Al Qur’an , bahwasanya kami tidak menyekutukan Allah
dengan sesuatu apapun , .. dan seterusnya sebagaimana dalam ayat.
Lalu Rasulullah saw bersabda kepada kami : Di dalam perkara yang kalian mampu dan kuat, maka
laksanakan.
Kami berkata : Allah dan Rasul-Nya lebih penyayang kepada kami daripada sayangnya kami terhadap diri
kami sendiri.
Kemudian kami berkata : Wahai Rasulullah ! Tidakkah engkau berjabat tangan dengan kami ?
Beliau saw bersabda : SESUNGGUHNYA AKU TIDAK BERJABAT TANGAN DENGAN WANITA.
Tidaklah perkataanku kepada seorang wanita melainkan sama seperti perkataanku kepada 100 orang
wanita.
Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al ‘Asqalani mengutip sebuah riwayat dari An Nasai dan Ath Thabari , bahwa
rombongan wanita tersebut berkata :
“ Wahai Rasulullah, ulurkanlah tanganmu agar kami dapat menjabat tanganmu. Maka Rasulullah saw
bersabda : AKU TIDAK BERJABAT TANGAN DENGAN WANITA”.
Lihat : Kitab Fat-hul Baari , Syarah terhadap Kitab Shahih Al Bukhari jilid 10 halaman 821 Kitabut Tafsiir ,
bab 2 dari surah Al Mumtha-hanah hadits no 4891
Perbandingan :
Dan saya yaqin tidak ada satupun orang yang beriman yang ingin menikmati daging babi.
Soal : Bolehkah kita makan babi dengan alasan : sumpah demi Allah ! Ketika saya makan babi , saya tidak
merasakan nikmatnya. Hati saya hambar. Tidak ada rasa. Bahkan saya merasa bahwa daging ayam jauh
lebih lezat.
Jawab : Tidak boleh. Karena hukum daging babi adalah haram bagi qaum muslimin.
Jadi , hukum haram ini tidak berubah walaupun yang memakannya tidak berselera atau mengganggap
nikmat rasanya.
Soal : Bolehkan sesearang mencuri harta orang lain , dengan alasan : sumpah demi Allah !
Saya tidak menginginkan harta curian ini . Uang simpanan saya ada 5 Milyar.
Saya hanya mengambil barang orang lain saja tanpa ingin menikmatinya. Setelah saya curi , saya buang
barangnya ke tempat sampah.
Jawab : Tidak boleh ! Karena hukum haram ini berlaku umum. Siapapun yang mencuri dia berdosa.
Walaupun dia tidak menginginkan barang yang dicurinya. Atau dia mencuri untuk diberikan kepada
orang lain.
PENTING !!!
TIDAK ADA SATUPUN LARANGAN YANG ALLAH BERIKAN KEPADA HAMBANYA, MELAINKAN PASTI ADA
BAHAYA ATAU KEBURUKAN BAGI ORANG YANG MELANGGARNYA.
TIDAK ADA SATUPUN PERINTAH YANG ALLAH BERIKAN KEPADA HAMBANYA MELAINKAN PASTI
TERDAPAT KEBAIKAN BAGI ORANG YANG MENGAMALKANNYA.
KESIMPULAN AKHIR :
Tetapi kajian ini dimaksudkan untuk mengajak orang lain agar memperbaiki kesalahan di masa lalunya.
Biarlah yang sudah terlanjur terjadi di masa lalu, sebagai bagian masa lalu kelam kita.
Siapapun pasti punya masa lalu. Sayapun pernah bersalah , banyak dosa.
Bahkan saya adalah pelaku kesalahan yang sekarang ini saya mengajak orang lain untuk
memperbaikinya. Saya dulu juga berjabat tangan dengan wanita . Entah dulu pakai rasa atau tidak. Saya
sudah tidak ingat lagi karena saking banyaknya wanita bukan mahram yang berjabat tangan dengan
saya.
Yang Rahmat dan ampunan-Nya lebih besar dan lebih luas dari kesalahan masa lalu saya.
Sesungguhnya Allah swt adalah Dzat yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang .
Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang, (yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat
kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan, kemudian ia bertobat setelah mengerjakannya dan
mengadakan perbaikan, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Sesungguhnya tobat di sisi Allah hanyalah tobat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran
kejahilan, yang kemudian mereka bertobat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah
tobatnya; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Wallahu A’lam.
SELESAI.
Kedua pilihan itu sama baiknya. Tidak ada yang lebih baik.
Tetapi kalau berbicara tentang haq, maka haq suami lebih besar dari orang tuanya.
Maka jika suaminya mengajak pergi , istri tidak bisa memilih. Harus ikut suami. Kalau dilakukan seperti
ini , bukan berarti pergi ikut suami lebih baik dari menjaga ibu atau ayah yang sudah tua. Tetapi karena
besarnya haq suami atas istrinya.
Maka :
1. Tang ideal adalah mengajak orang tua untuk ikut dengan suami. Sehingga dia dapat menghimpun 2
kebaikan sekaligus :
Makanya kalau cari suami , jangan karena hebatnya pesona laki lakinya, tapi pilihlah suami yang baik
akhlaq dan agamanya.
Wallahu A'lam.
15/07/16, 08.52 - Ustadz Mubarok Ptk: Jawaban atas pertanyaan sdr Darmon :
Anak angkat bukan anak kandung. Hukumnya sama seperti orang lain.
Maka hukum yang dibangun di atasnya juga sama dengan orang lain yang tidak ada kaitan dengan anak
angkat.
Anak perempuan yang diangkat oleh saudaranya , adalah 100% bukan anak saudaranya. Maka dia bisa
dinikahi oleh bapak angkatnya. Boleh dinikahi oleh paman angkatnya.
Sehingga dia 100 % tidak ada hubungan mahram dengan keluarga angkatnya.
KECUALI :
Anak angkat tersebut disusui oleh ibu angkatnya, maka dia jadi mahram bagi ayah angkatnya (=anak tori
sepersususan).
Dia jadi mahram bagi saudara laki ibu susunya (paman sepersusuan).
Dst
15/07/16, 08.56 - Ustadz Mubarok Ptk: Bagaimana klo bersentuhan tp tdk kangsung terkena
kulit....misalny d t4 keramaian kita bersenggolan dg lekaki tp tdk langsung bersentuhan klit misalbya
bahu kan ada pakaian yg membungnya atw kita berjabat tangan memakai sarung tangan
15/07/16, 08.56 - Ustadz Mubarok Ptk: Ada sebagian ulama yang membolehkan. Tapi saya tidak
sependapat.
Ketika larangan bersentuhan disampaikan oleh Rasulullah saw , tentu maksudnya adalah wanita yang
berpakaian. Bukan sentuhan sama sama telanjang.
Kalau sentuhan pakai kain dibolehkan , anak muda akan bersuka ria.
Dia akan berpelukan dengan teman gadisnya , (maaf : saling meremas) dll. Karena dia akan berkata :
saya meremas kain , bukan payudara teman saya.
Bolehkah ?
Kalau mengumpulkan orang tua suami istri , dalam 1 rumah , mungkin akan menimbulkan masalah baru.
Karena kedudukan mereka besan. Mereka bukan mahram satu dengan lainnya. Harus tunduk dengan
hukum non mahram.
Kecuali mereka semua sudah tua, ibunya boleh buka kerudung di depan laki lain.
Mungkin dicari cara atau disiasati agar berbuat baik atau berbakti kepada orang tua dapat tercapai
tanpa ada pelanggaran lainnya.
1. BAHWA MERUTINKAN SHALAT DHUHA SETIAP HARI BAGI ORANG YANG MUKIM ADALAH TIDAK
MENYELISIHI SUNNAH.
Jawab :
Sering kita dengar kalimat “ini sunnah” dan itu “bukan sunnah”
Atau : “itu kelompok sunnah” dan yang ini “bukan kelompok sunnah”
Saya buat tulisan tentang sunnah, setelah itu pertanyaan terkait shalat dhuha akan kita lanjutkan :
AS SUNNAH
Allah swt memerintahkan agar kita menta’ati Rasulullah saw sebagaimana yang tersebut di dalam Al
Qur’an , maka bagaimanakah caranya ta’at kepada Rasulullah saw itu?
Para ulama terdahulu berusaha memahami dalil dalil yang ada kemudian membuat rumusan yang
ringkas dan mudah difahami oleh umat Islam seluruhnya.
Bahwa untuk dapat membedakan perkara : yang ini adalah ta’at kepada Rasulullah saw, dan yang itu
bukan ta’at kepada Rasulullah saw , maka dibuatlah istilah yang mudah dan sederhana yaitu : SUNNAH
Ternyata istilah sunnah ini dalam perkembangannya juga dipakai dengan makna yang berbeda. Maka
sebelum kita membahas masalah ini lebih jauh , kita harus memahami makna sunnah terlebih dahulu
DEFINISI SUNNAH :
1. MENURUT AHLI FIQIH : Sunnah adalah perbuatan yang kalau dikerjakan mendapat pahala dan tidak
berdosa jika ditinggalkan
2. MENURUT AHLI HADITS : Sunnah adalah segala perkara yang disandarkan kepada Nabi saw.
َ َ َمنْ َسل-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ك َط ِري ًقا َي ْل َتمِسُ فِي ِه عِ ْلمًا َس َّه َل هَّللا ُ لَ ُه ِب ِه َط ِري ًقا ِإلَى ْال َج َّن ِة
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata, bahwa Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang meniti
jalan mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga
Misalnya :
ت َيا ُ ار ْك َ صالَ ِت ِه اسْ َت ْغ َف َر ثَاَل ًثا َو َقا َل اللَّ ُه َّم َأ ْنتَ ال َّساَل ُم َو ِم ْن
َ ك ال َّساَل ُم َت َب َ ْف مِن َ ِإ َذا ا ْن-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
َ ص َر َ َعنْ َث ْو َب
َ ان َقا َل َك
َذا ْال َجاَل ِل َواِإْل ْك َر ِام
Bersumber dari Tsauban r.a , dia berkata : "Bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam jika
selesai shalat, beliau saw BERISTIGHFAR 3 kali , kemudian membaca ALLAAHUMMA ANTAS SALAAM
WAMINKAS SALAAM TABAARAKTA YAA DZAL JALAALI WAL IKRAAM
3. SUNNAH TAQRIRIYYAH : Segala persetujuan Nabi saw terhadap perbuatan atau perkataan para
shahabat radliyallahu anhum
Misalnya :
صالَ ِة ْال َفجْ ِر « َيا ِبالَ ُل َح ِّد ْثنِى ِبَأرْ َجى َع َم ٍل َعم ِْل َت ُه فِى َ َ َقا َل ل ِِبالَ ٍل عِ ْند- صلى هللا عليه وسلم- َّ َأنَّ ال َّن ِبى- رضى هللا عنه- َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة
ٍ طهُورً ا فِى َسا َع ِة َلي ٍْل َأ ْو َن َه
َّار ِإال ُ ْت َع َمالً َأرْ َجى عِ ْندِى َأ ِّنى لَ ْم َأ َت َطهَّر ُ َقا َل َما َعم ِْل. » ْك َبي َْن يَدَىَّ فِى ْال َج َّن ِة
َ ت دَ فَّ َنعْ لَي
ُ ْ َفِإ ِّنى َسمِع، اِإلسْ الَ ِم
صل َىِّ ُأ
َ ِْب لِى نَأ ُ
َ ُور َما كت ُّ َ َّ
ُ ص لي
ِ ك الطه َ ِْت ِبذل َ
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Sesungguhnya Nabi saw berkata kepada Bilal ketika
( selesai ) shalat shubuh : Wahai Bilal ! Beritahukanlah kepadaku amalan yang telah engkau perbuat
dalam Islam. Karena aku telah mendengar suara terompahmu di surga.
Bilal berkata : Tidaklah aku mengerjakan sesuatu yang istimewa, kecuali apabila aku bersuci malam atau
siang, aku selalu mengerjakan shalat setelah wudhu tersebut seberapa banyak aku bisa
4. SUNNAH HAMMIYYAH : Segala perkara yang pernah dicita citakan oleh Nabi saw untuk dikerjakan.
Misalnya :
ورا َء َوَأ َم َر َنا ِبصِ َيا ِم ِه َقالُوا َيا َرسُو َل هَّللا ِ ِإ َّن ُه َي ْو ٌم ُت َع ِّظ ُم ُه ْال َيهُو ُد
َ شُ َي ْو َم َعا-صلى هللا عليه وسلم- ُّصا َم ال َّن ِبى َ َّاس َيقُو ُل ح
َ ِين ٍ عن اب َْن َعب
هَّللا ِّ ُ َّ
ِ ت ال َعا ُم ال ُمق ِب ُل َحتى توُ ف َى َرسُو ُل ْ ْ ْ ْأ َ َ َّ
ِ فل ْم َي.» ص ْمنا َي ْو َم التاسِ ِع َ ْ ْ ْ َ هَّللا
َ « فِإذا ك-صلى هللا عليه وسلم- ِ َف َقا َل َرسُو ُل.ارى
ُ ان ال َعا ُم ال ُمق ِب ُل َ َ َ َوال َّن
َ ص
صلى هللا عليه وسلم--
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , dia berkata : Ketika Nabi saw berpuasa pada hari Asyura dan
memerintahkan para shahabatnya berpuasa pada hari tersebut , maka mereka berkata :
Wahai Rasulullah, itu adalah hari dimana orang-orang yahudi dan nashrani mengagungkannya.
Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Apabila tahun depan ( aku masih hidup )
maka kita akan berpuasa pada hari kesembilan (juga) .
Sebelum datang tahun depan , ternyata Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah meninggal dunia.
Padahal sudah terdapat cukup sebab yang menghendaki Nabi saw untuk melakukannya serta tidak ada
halangan untuk mengamalkannya
Kebutuhan terhadap adzan buat shalat Ied ataupun shalat janazah jelas ada, yaitu memanggil orang
orang agar menghadirinya, seperti adzan buat shalat fardhu.
Ternyata Rasulullah saw meninggalkan adzan buat shalat Ied dan shalat janazah.
Misalnya :
Tentang shalat malam (tahajjud dan witir) yang merupakan amalan yang tidak pernah ditinggalkan oleh
Nabi saw.
Menurut ahli hadits , shalat malam adalah sunnah Nabi saw. Hal ini mengandung konsekwensi bagi kita
untuk mengamalkannya.
Tetapi Ahli Fiqih berkata bahwa shalat malam adalah sunnah , yang bermakna : berpahala bagi orang
yang mengamalkannya dan tidak ada ancaman siksa bagi orang yang tidak mengerjakannya. Hal ini
didasarkan kepada jawaban Nabi saw ketika ditanya seseorang tentang shalat yang diwajibkan :
Karena shalat tahajjud bukan shalat yang 5 waktu , maka hukumnya bukan wajib, tetapi sunnah.
PERTANYAAN : Dari mana kita tahu bahwa Nabi saw melakukan ini dan itu, padahal kita tidak sezaman
dengan Nabi saw , dan bahkan tenggang waktu antara kita dengan Nabi saw adalah lebih dari 1400
tahun ?
JAWAB : Kita mengetahui hal hal yang dikaitkan dengan Nabi saw adalah dari hadits , yang sudah
dibukukan pada beberapa kitab.
Maka barang siapa yang ingin mengikuti sunnah Nabi saw , belajar hadits adalah sebuah kebutuhan yang
tidak dapat dihindari.
Maksudnya : sebagian umat Islam yang sedang tidak bepergian , ada yang melakukan shalat dhuha
setiap harinya . Apakah ini menurut sunnah ? Atau : apakah ini tidak menyelisihi sunnah ?
Jawab : Melakukan shalat dhuha setiap hari bagi orang yang muqim (tidak sedang bepergian) tidak
menyelisihi sunnah Nabi saw.
Bersumber dari Buraidah Al Aslami r.a dia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda :
Di dalam tubuh manusia terdapat 360 ruas tulang, dan ada keharusan baginya untuk bershadaqah atas
masing masing ruas tulang itu dengan 1 shadaqah (sehingga 1 tubuh = 360 shadaqah).
Mereka (para shahabat) berkata : Siapakah yang mampu malakukan hal itu wahai Nabi Allah ?
Nabi saw bersabda : Ludah yang ada di dalam masjid kemudian engkau tanam, dan sesuatu yang engkau
singkirkan dari jalan. Apabila engkau tidak mendapatkan (sesuatu untuk dishadaqahkan) maka 2 raka’at
shalat dhuha sudah mencukupi bagimu (atas kewajiban shadaqah 360 ruas tulang)
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabul Adab bab 172 no 5242 (ini adalah lafadznya)
Ahmad 5/354
ص َد َق ٌة
َ ص َد َق ٌة َو ُك ُّل َتحْ مِي َد ٍة
َ يح ٍة َ َأ َّن ُه َقا َل « يُصْ ِب ُح َعلَى ُك ِّل ُسالَ َمى مِنْ َأ َح ِد ُك ْم-صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ َأ ِبى َذرٍّ َع ِن ال َّن ِبى
َ ص َد َق ٌة َف ُك ُّل َتسْ ِب
ان َيرْ َك ُع ُه َما م َِن الض َُّحى ِ ك َر ْك َع َت َ ِص َد َق ٌة َويُجْ ِزُئ مِنْ َذل َ ِصدَ َق ٌة َوَأمْ ٌر ِب ْال َمعْ رُوف
َ صدَ َق ٌة َو َنهْىٌ َع ِن ْال ُم ْن َك ِر َ صدَ َق ٌة َو ُك ُّل َت ْك ِب
َ ير ٍة َ َو ُك ُّل َت ْهلِيلَ ٍة
Pada pagi hari , setiap persendian seseorang diantara kalian (ada kewajiban) shadaqah.
- Dan semua itu sudah tercukupi dengan shalat 2 raka’at yang dilakukan pada waktu dhuha.
Ahmad 5/167
Penjelasan :
Setiap tubuh manusia terdiri dari 360 ruas tulang.
“Shadaqah” yang dimaksud adalah amal shalih secara keseluruhan , tidak hanya terbatas dengan
shadaqah harta. Bisa dengan membersihkan masjid dari sesuatu yang mengotorinya. Atau menyingkan
sesuatu di jalan , yang dapat membahayakan orang yang lewat . Misalnya : kulit pisang , duri , dll.
Atau berdzikir dengan mengucapkan kalimat pujian dan sanjungan kepada Allah swt.
Ada kekhawatiran bahwa seorang Muslim sejak bangun dari tidurnya kemudian shalat shubuh , dia
tenggelam dengan kesibukannya sehingga melalaikan kewajibannya kepada Allah atas setiap ruas tulang
yang dimilikinya.
Apalagi jumlahnya sangat besar : 360 ruas tulang yang harus ditunaikan kewajibannya setiap ruasnya.
Jika jumlah 360 kali shadaqah setiap hari atau melakukan amal shalih lainnya yang setara dengan itu
masih terlalu berat bagi qaum Muslimin , atau khawatir lupa karena didera kesibukan dll, maka dia
dianjurkan melakukan shalat dhuha 2 raka’at. Dengan shalat ini , maka kewajiban akan shadaqah
sebanyak itu setiap harinya sudah dianggap ditunaikan di sisi Allah swt.
Hadits ini menjadi dalil bahwa shalat dhuha dianjurkan setiap hari, karena shalat ini dapat
membebaskan seorang Muslim dari beban kewajiban setiap ruas tulangnya.
َأ َ َقا َل َأ ْو- رضى هللا عنه- َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة
، ى الض َُّحى ِ َو َر ْك َع َت، ث صِ َي ِام َثالَ َث ِة ي ٍَّام مِنْ ُك ِّل َشه ٍْر
ٍ َ ِب َثال- صلى هللا عليه وسلم- صانِى َخلِيلِى
َأ َأ ُأ
َو نْ وت َِر َق ْب َل نْ َنا َم َأ
Bersumber dari abu Hurairah r.a dia berkata : Kekasihku saw berwashiyat kepadaku tentang 3 hal :
َ َأنْ ال: َّارك ِِهن َ َأ ْو: ان َأ َّن ُه َسم َِع َأ َبا ه َُري َْر َة َيقُو ُل
ٍ َصانِى َخلِيلِى ِب َثال
ُ ْث لَس
ِ ت ِب َت َ ُون َأ ْخ َب َر َنا ْالعَوَّ ا ُم َح َّد َث َنا ُسلَ ْي َمانُ بْنُ َأ ِبى ُسلَ ْي َم
َ َأ ْخ َب َر َنا َي ِزي ُد بْنُ َهار
َأ َأ َأ َأ َأ َأ
ى الض َُّحى ِ َو نْ الَ َد َع َر ْك َع َت، َو نْ صُو َم َثالَ َث َة ي ٍَّام مِنْ ُك ِّل َشه ٍْر، َنا َم ِإالَّ َعلَى ِو ْت ٍر
إسناده جيد: قال حسين سليم أسد
سليمان ال يعرف لكن الحديث صحيح: قال األلباني
وقيل الم َُس ِّب ُح، وقيل هو المطيع. هو الكثير الرجوع إلى هّللا بالتوبة: األواب
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Kekasihku (Nabi saw) berwashiyat kepadaku tentang 3
hal , dan aku tidak akan meninggalkannya :
Penjelasan :
Shahabat Abu Hurairah r.a dikenal sebagai salah seorang shahabat yang sangat miskin harta. Tetapi dia
sangat besar semangatnya dalam kebaikan. Dia sangat rajin menuntut ilmu kepada Rasulullah saw
sehingga harus tidur di masjid dan sekitarnya setiap harinya.
Washiyat Rasulullah saw kepadanya agar dia senantiasa menjaga 3 amalan tersebut sepanjang hidupnya
adalah sebagai bentuk kasih sayang Rasulullah saw kepadanya.
Diantara amalan tersebut adalah : shalat dhuha setiap harinya.
Dengan melihat keutamaan shalat dhuha pada hadits sebelumnya yang dapat membebaskan seorang
Muslim dari kewajiban shadaqah atas setiap ruas tulangnya , maka washiyat Nabi saw kepada Abu
Hurairah r.a ini bisa diartikan sebagai buah dari kesungguhannya dalam mengejar kebaikan. Bahwa
Rasulullah saw yang berada di bawah bimbingan wahyu dari Allah swt, memberikan solusi dari
kemungkinan kesulitan Abu Hurairah r.a dalam menjalankan perintah Allah swt. Dan solusi tersebut
adalah SHALAT DHUHA SETIAP HARINYA.
Kesimpulan :
Hadits hadits yang kami kutipkan adalah berisi perintah atau anjuran dari Nabi saw kepada ummatnya
agar melaksanakan shalat dhuha setiap harinya. Kita sudah mengetahui bahwa kalimat dari Nabi saw
adalah SUNNAH yang tetap , yang mana tidak ada alasan bagi umat Islam untuk tidak berpegang teguh
kepadanya.
Ringkasnya : Bagi umat Islam yang rutin melaksanakan shalat dhuha setiap harinya , maka dia
Wallahu A’lam.
CABANG PERMASALAHAN :
BANTAHAN :
Soal : Bagaimana dengan pendapat yang mengatakan bahwa shalat dhuha bukan sunnah yang tetap
yang boleh dilakukan setiap harinya. Shalat dhuha hanya boleh dilakukan sesekali dan mesti ditinggalkan
pada hari yang lainnya.
Jawab : Yang berpendapat seperti ini adalah madzhab Hanbali. Dan setahu saya , hanya madzhab
Hanbali yang berpendapat seperti ini.
Jumhur ulama berpendapat bahwa shalat dhuha adalah dianjurkan bagi qaum Muslimin untuk dilakukan
setiap harinya .
Lihat : Kitab Shahih Fiqih Sunnah jilid 1 halaman 422 Kitabush Shalah bab Shalat Dhuha.
Dalam madzhab Hanbali , tidak dibenarkan mengerjakan shalat dhuha rutin setiap hari sepanjang
hidupnya.
Dalilnya adalah :
صلى هللا عليه- ِ ان َن ِبىُّ هَّللا َ وق َعنْ َعطِ َّي َة ْال َع ْوفِىِّ َعنْ َأ ِبى َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِرىِّ َقا َل َك َ َُح َّد َث َنا َع ْب ُد هَّللا ِ َح َّد َثنِى َأ ِبى َح َّد َث َنا َي ِزي ُد َأ ْخ َب َر َنا ف
ٍ ض ْي ُل بْنُ َمرْ ُز
صلِّى
َ صلِّى الض َُّحى َح َّتى َنقُو َل الَ َي َد ُع َو َي َد ُع َها َح َّتى َنقُو َل الَ ُي َ ُي-وسلم
قال أبو عيسى هذا حديث حسن غريب
ضعيف: قال الشيخ األلباني
إسناده ضعيف: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abu Sa’id r.a dia berkata : Nabi saw biasa melakukan shalat dhuha sehingga kami
berkata bahwa beliau saw tidak (pernah) meninggalkannya.
Dan Nabi saw meninggalkan shalat dhuha sehingga kami berkata beliau tidak (pernah) mengerjakannya.
Ahmad 3/21
Penjelasan :
Makna hadits ini bahwa (diriwayatkan) : Rasulullah saw sering mengerjakan shalat dhuha sehingga para
shahabat menyangka bahwa beliau saw tidak pernah meninggalkan shalat dhuha.
Di lain kesempatam Rasulullah saw biasa tidak mengerjakan shalat dhuha sehingga para shahabatnya
menyangka bahwa seakan akan Rasulullah saw tidak pernah mengerjakannya.
Difahamkan dari hadits ini maka : shalat dhuha tidak seharusnya dikerjakan terus menerus setiap hari.
Tetapi terkadang dikerjakan dan terkadang tidak dikerjakan. Mengerjakan shalat dhuha setiap hari tidak
selaras dengan sunnah Nabi saw.
Dari saya :
Lihat : Kitab Al Mausuu’ah Al Hadiitsiyah Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal jilid 17 halaman 247 hadits
no 11.155
- ض ْخمًا َ ان َ َو َك- ار َ ارىَّ َقا َل َقا َل َر ُج ٌل م َِن اَأل ْن
ِ ص َ س ب َْن َمالِكٍ اَأل ْن
ِ ص َ ت َأ َن ُ ْين َقا َل َسمِع َ ير ِ ِْن سِ سب ِ شعْ َب ُة َعنْ َأ َن ُ َح َّد َث َنا َعلِىُّ بْنُ ْال َجعْ ِد َأ ْخ َب َر َنا
َ َو َن، َف َد َعاهُ ِإلَى َب ْي ِت ِه، َط َعامًا- صلى هللا عليه وسلم- ِّص َن َع لِل َّن ِبى
ض َح لَ ُه َ َف. ك َ صالَ َة َم َع َأ
َّ ِإ ِّنى الَ سْ َتطِ ي ُع ال- صلى هللا عليه وسلم- ِّلِل َّن ِبى
َأ َأل
- صلى هللا عليه وسلم- ُّان الن ِبى َّ َ
َ ك- رضى هللا عنه- س َ
ٍ ْن َجارُو ٍد ن ِ َو َقا َل فُالنُ بْنُ فال ِن ب. ْن
َ ُ َ ِ صلَّى َعلَ ْي ِه َر ْك َع َتي َ ير ِب َما ٍء َف ٍ ِف َحص َ َط َر
ْ
ك ال َي ْو ِم َ
َ ِصلى غَ ي َْر ذل َّ َأ
َ ُصلى الض َُّحى َف َقا َل َما َر ْي ُت ُهِّ َ ي
Bersumber dari Anas bin Malik Al Anshari r.a dia berkata : Seorang laki laki dari kalangan anshar - dan
dia adalah seorang yang bertubuh gemuk- kemudian dia berkata kepada Nabi saw :
Sesungguhnya aku tidak mampu melaksanakan shalat bersamamu. Lalu dia membuat makanan untuk
Nabi saw, kemudian dia mengundang beliau saw ke rumahnya. lalu dia memerciki ujung tikar dengan air
untuk Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah saw mengerjakan shalat 2 raka’at.
Ada seorang laki laki bernama Fulan bin Fulan bin Jaaruud bertanya kepada Anas r.a : Apakah Nabi saw
biasa mengerjakan shalat dhuha ?
Anas r.a menjawab : Aku tidak melihat Nabi saw mengerjakannya kecuali pada hari itu (yaitu di rumah
shahabat anshar tersebut).
Penjelasan :
Shahabat anshar yang disebutkan di dalam hadits ini adalah Itban bin Malik r.a.
Shahabat Itban bin Malik r.a pernah mengundang Nabi saw untuk makan di rumahnya.
Anas bin Malik r.a menyampaikan bahwa dia tidak melihat Nabi saw mengerjakan shalat dhuha pada
kesempatan lainnya , kecualu sekali itu saja di rumah shahabat Itban bin Malik r.a.
Lihat : Kitab Fat-hul Baari , syarah terhadap Kitab shahih Al Bukhari jilid halaman Kitabu bab no 1179
َل َي َد ُع ْال َع َم َل َوهْ َو ُيحِبُّ َأنْ َيعْ َم َل ِب ِه َخ ْش َي َة َأنْ َيعْ َم َل ِب ِه- صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
َ ت ِإنْ َك ْ َ َقال- رضى هللا عنها- َعنْ عَاِئ َش َة
ُأل ِّ ُّ َ هَّللا
َوِإنى َس ِّب ُح َها، ُسب َْحة الض َُّحى َقط- صلى هللا عليه وسلم- ِ َو َما َسب ََّح َرسُو ُل، ض َعلي ِْه ْم َ ْ
َ ال َّناسُ َف ُيف َر
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : Sungguh Rasulullah saw meninggalkan suatu amalan padahal
beliau saw sangat suka untuk mengerjakannya. (Hal itu dilakukannya) karena khawatir jika amalan itu
kemudian dikerjakan manusia sehingga nantinya akan diwajibkan kepada mereka. Nabi saw tidak
mengerjakan shalat dhuha, tapi aku sendiri mengerjakannya.
Penjelasan :
Dari penjelasan Aisyah ini didapat pemahanan bahwa : ada amalan yang sangat disukai oleh Nabi saw ,
tetapi beliau saw tidak mau menampakkan di depan publik dalam pelaksanaannya karena khawatir
umatnya nanti akan menirunya dan dijadikannya sebagai kebiasaan sehingga amalan itu disangkanya
sebagai amalan wajib atau beliau saw khawatir amalan tersebut benar benar akan diwajibkan oleh Allah
swt. Jika hal ini terjadi maka mereka tidak akan mampu untuk melaksanakannya.
Diantara amalan amalan itu adalah shalat dhuha dan shalat malam secara berjama’ah di bulan
Ramadhan.
Dalam hadits ini terdapat dalil bahwa shalat dhuha adalah mustahab (disukai untuk dilakukan = sunnah)
dan dilakukan minimal 2 raka’at. Adapun sikap Nabi saw yang tidak mau melakukannya secara terus
menerus tidak bisa menolak kesimpulan ini, karena hal ini (disukainya shalat dhuha) justru diperoleh
dari sabda Nabi saw sendiri.
Dan tidak disyaratkan bahwa hukum harus didasarkan kepada dalil yang bersumber dari perkataan dan
perbuatan Nabi saw sekaligus.
Lihat : Kitab Fat-hul Baari , syarah terhadap Kitab shahih Al Bukhari jilid halaman Kitabu bab no 1179.
Dari saya :
Maksud perkataan Al Hafidz Ibnu Hajar Al ‘Asqalani ini adalah : Jika Nabi saw telah menyampaikan
sesuatu , maka berlakulah hukum atas sesuatu itu walaupun kita tidak melihat Nabi saw melakukannya.
Karena perkataan Nabi saw adalah sunnah yang mesti diterima.
Padahal Nabi saw menyampaikan agar shahabatnya menjaga shalat dhuha setiap harinya.
Perkataan Nabi saw wajib diterima dan diamalkan.
Dan tidaklah Nabi saw menyampaikan sesuatu (perintah) kepada umatnya melainkan hal itu adalah
wahyu yang diberikan oleh Allah swt kepadanya.
َو َما َآ َتا ُك ُم الرَّ سُو ُل َف ُخ ُذوهُ َو َما َن َها ُك ْم َع ْن ُه َفا ْن َتهُوا
Apa saja yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa saja yang dilarangnya
Barangsiapa yang menta’ati Rasul , maka sesungguhnya dia telah menta’ati Allah.
َ ) ِإنْ ه َُو ِإال َوحْ يٌ ي3( ) َو َما َي ْنطِ ُق َع ِن ْال َه َوى2( صا ِح ُب ُك ْم َو َما غَ َوى
)4( ُوحى َ ) َما1( َوال َّنجْ ِم ِإ َذا َه َوى
َ ض َّل
KESIMPULAN AKHIR
Melihat keutamaannya yang sangat besar dan perintah dari Nabi saw agar menjaga shalat dhuha setiap
harinya , maka :
Wallahu A’lam.
SELESAI
18/07/16, 10.39 - Ustadz Mubarok Ptk: 2. BAHWA ALLAH 'MENUNTUT' HAMBANYA YG DIBERI
KELAPANGAN RIZQI DAN KESEHATAN UNTUK UMROH/HAJI DLM MASA SEKIAN TAHUN SEKALI.
Jawab :
ْت َعلَ ْي ِه فِي ْال َم ِع ْي َش ِة يَمْضِ ي ُ ْ ِإنَّ َعب ًْدا صَحَّ ح: ( قال هللا: َأنَّ رسول صلى هللا عليه و سلم قال: َِّعنْ َأ ِبى َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِرى
ُ ْت لَ ُه ِجسْ َم ُه َو َوسَّع
) َعلَ ْي ِه َخمْ َس ُة َأعْ َو ٍام اَل َيفِ ُد ِإلَيَّ لَ َمحْ ر ُْو ُم
Bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri r.a : Bahwasanya Rasulullah saw bersabda :
Allah berfirman : Sesungguhnya seorang hamba yang telah Aku sehatkan badannya dan telah aku
luaskan penghidupannya (rizqinya) sehingga berlalu atasnya 5 tahun kemudian dia tidak datang kepada-
Ku maka dia telah terhalang.
Hadits shahih riwayat Ibnu Hibban dalam Kitab shahihnya Kitabul Haj bab no 3703
ت َعلَ ْي ِه فِي ُ ْ َوَأ ْو َسع، ت َل ُه َب َد َن ُه َ ِإنَّ َع ْب ًدا أ: « َيقُ ْو ُل هللاُ َع َّز َو َج َّل: َأنَّ رسول صلى هللا عليه و سلم َقا َل: َِّعنْ َأ ِبى َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِرى
ُ ْص َحح
َ َأ َأ ُ َّ
َل ْم َيف ِْد إلي فيْ ك ِّل رْ َب َع ِة عْ َو ٍام ل َمحْ ر ُْو ٌم، رز ِق ْ ِّال
Hadits riwayat Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Ausath jilid 1 halaman 151 hadits no 493
Lihat : Kitab Majma’uz Zawaaid jilid 3 halaman 356 Kitabul Haj bab 3 hadits no 5259
Penjelasan :
Kalimat َّ “ اَل َيفِ ُد ِإلَيdia tidak datang kepada-Ku” maknanya adalah أي ال يزور بيتي وهو الكعبة: Dia tidak
berziarah ke rumah-Ku yaitu Ka’bah (untuk haji atau umrah).
Kalimat “terhalang” maknanya : terhalang dari kebaikan atau keutamaan dari haji dan umrah, tambahan
pahala serta diampuni dosa dll.
Sebagian ulama berdalil dengan hadits ini untuk menyatakan wajibnya menunaikan ibadah haji setiap 5
tahun sekali bagi orang yang sehat badan dan luas rizqinya (kaya)
Lihat : Kitab Faidhul Qadir , Syarah terhadap Kitab Al Jaami’ush Shaghiir jilid 2 halaman 393 pada hadits
no 1930
Dari saya :
Kewajiban haji sudah disepakati oleh umat Islam hanya 1 kali seumur hidup. Maka hadits ini bukan
sebagai dalil tentang wajibnya haji berulang ulang , tetapi sebagai celaan dari Allah kepada qaum
Muslimin yang tidak mau berziarah ke Baitullah di Makkah padahal Allah telah sehatkan badannya dan
telah mencukupkan rizqinya. Seakan dia kurang mencintai Allah.
Kurang dalam semangat mencari kebaikan. Padahal kebaikan yang Allah siapkan dalam ibadah haji dan
umrah sangat banyak, baik untuk kehidupan dunianya maupun akhiratnya.
BETAPA TIDAK :
- SHALAT DI MASJIDIL HARAM PAHALANYA 100.000 KALI LIPAT DARI MASJID LAINNYA SEDANGKAN DI
MASJID NABAWI 100 KALI LIPAT.
Hadits shahih riwayat Ibnu Majah Kitabu Iqamatish Shalah bab 195 no 1406
- ORANG YANG MENUNAIKAN HAJI / UMRAH DIJANJIKAN TIDAK AKAN JATUH MISKIN.
Bersumber dari Abdullah bin Mas’ud r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Iringilah ibadah haji
dengan umrah, karena sesungguhnya 2 macam ibadah itu akan mengikis kemiskinan dan dosa
sebagaimana api mengikis kotoran pada besi, emas dan perak.
- ORANG YANG MENUNAIKAN HAJI / UMRAH DIJANJIKAN AKAN DIAMPUNI DARI DOSA DOSA
َأ ْو، ب هللاُ َل ُه ِب َها َح َس َن ًةَ ض ُع َي ًدا ِإاَّل َك َتَ « َما َيرْ َف ُع ِإ ِب ُل ْال َحا ِّج ِرجْ اًل َواَل َي: النبي صلى هللا عليه وسلم يقول3 سمعت: قال، عن ابن عمر
َأ ْو َر َف َع ُه ِب َها َد َر َج ًة، َم َحا َ َع ْن ُه َس ِّيَئ ًة
Bersumber dari Ibnu Umar r.a dia berkata : Aku mendengar Nabi saw bersabda : Tidaklah onta yang
dikendarai orang yang berangkat haji mengangkat kakinya dan meletakkan tangannya, melainkan Allah
menetapkan baginya 1 kebaikan atau menghapus darinya 1 kesalahan atau mengangkat kedudukannya
1 derajat.
ث َولَ ْم َي ْفس ُْق َر َج َع َك َي ْو ِم َولَ َد ْت ُه ُأ ُّم ُه ُ ْ َقا َل َسمِع- رضى هللا عنه- َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة
ْ ُ َيقُو ُل « َمنْ َح َّج هَّلِل ِ َفلَ ْم َيرْ ف- صلى هللا عليه وسلم- َّت ال َّن ِبى
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Aku mendengar Nabi saw bersabda : Barangsiapa yang
menunaikan haji karena Allah , kemudian dia tidak melakukan rafats serta perbuatan fasiq, maka dia
akan kembali ke rumahnya seperti pada hari ketika dia dilahirkan oleh ibunya (bersih dari dosa dosa)
يل هَّللا ِ َو ْال َحا ُّج َو ْالمُعْ َت ِم ُر َو ْف ُد هَّللا ِ َد َعا ُه ْم َفَأ َجابُوهُ َو َسَألُوهُ َفَأعْ َطا ُه ْم ِ َقا َل « ْالغ-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن ُع َم َر َع ِن ال َّن ِبى
ِ َازى فِى َس ِب ِ َع ِن اب
حسن: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Ibnu Umar r.a dari Nabi saw yang bersabda : Pejuang di jalan Allah, orang yang
menunaikan ibadah haji serta orang yang menunaikan ibadah umrah adalah para tamu Allah.
Allah mengundang mereka, kemudian mereka memenuhi undangan tersebut.
Dan jika mereka meminta kepada Allah maka Allah akan memberikannya kepada mereka
Kesimpulan :
- Umat Islam yang mampu dalam masalah kesehatan dan hartanya , disyari’atkan berziarah ke Baitullah
untuk haji atau umrah setiap 4 atau 5 tahun sekali.
- Melakukan haji atau umrah berulang setiap sekurangnya 5 tahun sekali tidak melanggar hukum Allah
dan Rasul-Nya saw.
- Bahkan bagi yang mengingkari bepergian ke Baitullah setiap 5 tahun sekali padahal dia mampu secara
fisik , dia dicela dalam Islam. Karena dianggap kurang cintanya kepada kebaikan , karena keberangkatan
ke tanah suci disediakan kebaikan yang sangat banyak untuk kepentingan dunuai dan akhiratnya.
Tapi semua itu dengan catatan : kewajibannya kepada sesama telah ditunaikan.
Wallahu A’lam.
SELESAI.
18/07/16, 10.59 - Ustadz Mubarok Ptk: Wa alaikum salam wr wb.
BAHWA NABI SALLALLAHU ALAIHI WASALLAM BIASA MENGERASKAN BACAAN DLM SHALAT QIYAMUL
LAIL YANG SENDIRIAN / TIDAK BERJAMAAH. BENARKAH?
Jawab :
Yang benar adalah : Nabi saw terkadang mengeraskan bacaan shalat malamnya dan terkadang tidak
mengeraskannya.
Nabi saw juga membenarkan bacaan shalat malam yang dilakukan shahabatnya dengan jahar dan
dengan sirr .
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , bahwasanya dia berkata : Bahwasanya bacaan Nabi saw ketika shalat
malam , terkadang suaranya dikeraskan dan terkadang tidak dikeraskan.
Penjelasan :
Hadits ini sebagai dalil bahwa bacaan ayat yang dilakukan oleh Rasulullah saw dalam shalat malamnya
terkadang dengan keras dan terkadang dengan perlahan.
َضى َح َّتى َبلَغ َ ت َيرْ َك ُع ُث َّم َمُ س ْال ِماَئ ِة َفقُ ْل َ َقا َل َفا ْف َت َت َح ْال َب َق َر َة َف َق َرَأ َح َّتى َبلَغَ َرْأ.ٍ َذاتَ لَ ْيلَة-صلى هللا عليه وسلم- ِّْت َم َع ال َّن ِبى
ُ صلَّي
َ َعنْ ح َُذ ْي َف َة َقا َل
َ َ َّ
ضى َحتى خت َم َها ُ َ ُ
َ ْن فقلت َيرْ ك ُع ث َّم َم ْ ُ َ َ َئ ْ
ِ ال ِما تي.
َقا َل ُث َّم َر َك َع.ُور َة ال ِّن َسا ِء َف َق َرَأ َها
َ َقا َل ُث َّم ا ْف َت َت َح س.ُت َيرْ َكع
ُ َقا َل َفقُ ْل.ان َح َّتى َخ َت َم َها َ ت َيرْ َك ُع َقا َل ُث َّم ا ْف َت َت َح س
ِ ُور َة
َ آل عِ ْم َر ُ َقا َل َفقُ ْل
Bersumber dari Hudzaifah r.a dia berkata : Pada suatu malam aku mengerjakan shalat bersama dengan
Nabi saw. Maka Nabi saw memulai bacaan surahnya dengan Al Baqarah Beliau saw membacanya sampai
penghujung ayat 100, maka aku berkata (di dalam hati) : Setelah ini beliau saw akan ruku’. Ternyata Nabi
saw melanjutkannya sehingga mencapai 200 ayat.
Maka aku berkata (dalam hati) : setelah ini beliau saw ruku’. Ternyata beliau saw terus melanjutkannya
sampai mengkhatamkannya (sampai akhir surah Al Baqarah).
Hudzifah r.a berkata : Aku berkata (di dalam hati) : setelah ini beliau saw ruku’ .
Hudzaifah r.a berkata : kemudian Nabi saw memulai membaca surah Ali Imram sampai
mengkhatamkannya. Maka aku berkata (di dalam hati) : setelah ini beliau saw akan ruku’
Hudzaifah r.a berkata : kemudian Nabi saw memulai membaca surah An Nisa’, beliau saw membacanya
kemudian ruku’
Penjelasan :
Hadits ini sebagai dalil bahwa shalat malam boleh dilakukan sesekali dengan cara berjama’ah.
« َأالَ ِإنَّ ُكلَّ ُك ْم: ف ال ِّس ْت َر َو َقا َل َ فِى ْال َمسْ ِج ِد َف َسم َِع ُه ْم َيجْ َهر-صلى هللا عليه وسلم- ِ ف َرسُو ُل هَّللا
َ ُون ِب ْالق َِرا َء ِة َف َك َش َ اعْ َت َك: َعنْ َأ ِبى َسعِي ٍد َقا َل
صالَ ِة َأ
َّ « فِى ال: ْو َقا َل.» ض فِى ْالق َِرا َء ِة ٍ ْض ُك ْم َعلَى َبعُ ْض ُك ْم َبعْ ضًا َوالَ َيرْ َفعْ َبع ُ ْاج َر َّب ُه َفالَ يُْؤ ِذيَنَّ َبع
ٍ ُم َن
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Abu Sa’id dia berkata : Rasulullah saw melakukan i’tikaf di dalam masjid, lalu beluau saw
mendengar mereka (para shahabat) mengeraskan bacaan Al Qur’annya. Maka Nabi saw membuka
tirainya dan bersabda : Ketahuilah !! Bahwasanya kalian sedang berdialog dengan Tuhan kalian. Oleh
karena itu janganlah sebagian dari kalian mengganggu sebagian lainnya dengan bacaan Al Qur’annya,
atau beliau saw bersabda : di dalam shalat.
Hadits riwayat Abu Dawud Kitabut Tathawwu’ bab 25 no 1332
Penjelasan :
Hadits ini sebagai dalil bahwa bacaan ayat dalam shalat malam boleh tidak dikeraskan.
Bahkan dalam keadaan tertentu bacaan ayat harus dipelankan , yaitu apabila ada orang lain yang
mengerjakan shalat disebelahnya.
ِ َعلَى َق ْد ِر َما َيسْ َم ُع ُه َمنْ فِى ْالحُجْ َر ِة َوه َُو فِى ْال َب ْي-صلى هللا عليه وسلم- ِّت ق َِرا َءةُ ال َّن ِبى
ت ْ َكا َن: َّاس َقا َل
ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
حسن صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a : Bahwasanya bacaan Nabi saw sekedar bisa didengar oleh orang yang
berada di kamar, sedangkan beliau saw berada di rumah.
Penjelasan :
Hadits ini sebagai dalil bahwa bacaan Nabi saw di dalam shalat malamnya adalah dinyaringkan (tetapi
tidak terlalu keras) sehingga dapat didengar oleh orang yang berada di sekitarnya.
ِ آن َفلَمَّا َأصْ َب َح َقا َل َرسُو ُل هَّللا َ َأنَّ َر ُجالً َقا َم م َِن اللَّي ِْل َف َق َرَأ َف َر َف َع: َعنْ عَاِئ َش َة رضى هللا عنها
ِ ْص ْو َت ُه ِب ْالقُر
-ت َق ْد َأسْ َق ْط ُت َها
ُ « َيرْ َح ُم هَّللا ُ فُالَ ًنا َكَأيِّنْ مِنْ آ َي ٍة َأ ْذ َك َرنِي َها اللَّ ْيلَ َة ُك ْن: -صلى هللا عليه وسلم
Penjelasan :
Dalam hadits ini ada kalimat yang artinya bisa bangun dari tidur dan bisa juga mengerjakan shalat.
Hadits ini saya pakai sebagai pelengkap tentang bolehnya membaca ayat dalam shalat malam dengan
keras walaupun sendirian.
Kesimpulan :
Shalat malam yang dikerjakan sendirian , bacaan ayatnya boleh dikeraskan dan boleh dipelankan.
Wallahu A’lam.
18/07/16, 11.07 - Ustadz Mubarok Ptk: RALAT : PADA PENJELASAN AKHIR , ADA KALIMAT YANG
KURANG. MAKA PENJELASANNYA SAYA ULANG ;
Dalam hadits ini ada kalimat ( َقا َم م َِن اللَّي ِْلbangun malam ) yang artinya bisa bangun dari tidur dan bisa
juga mengerjakan shalat. Hadits ini saya pakai sebagai pelengkap tentang bolehnya membaca ayat
dalam shalat malam dengan keras walaupun sendirian.
Kesimpulan :
Shalat malam yang dikerjakan sendirian , bacaan ayatnya boleh dikeraskan dan boleh dipelankan.
Wallahu A’lam.
19/07/16, 11.46 - Ustadz Mubarok Ptk: 5. Pertanyaan dari Bu Susi Ahmad Aran :
) َوه َُو60( ون َ ُضى َأ َج ٌل م َُس ًّمى ُث َّم ِإلَ ْي ِه َمرْ ِج ُع ُك ْم ُث َّم ُي َن ِّبُئ ُك ْم ِب َما ُك ْن ُت ْم َتعْ َملَ ار ُث َّم َيب َْع ُث ُك ْم فِي ِه ِل ُي ْق
ِ َوه َُو الَّذِي َي َت َو َّفا ُك ْم ِباللَّي ِْل َو َيعْ لَ ُم َما َج َرحْ ُت ْم ِبال َّن َه
)61( ون ُ ِّت َت َو َّف ْت ُه ُرسُلُ َنا َو ُه ْم ال ُي َفر
َ ط ُ ْال َقا ِه ُر َف ْوقَ عِ َبا ِد ِه َويُرْ سِ ُل َعلَ ْي ُك ْم َح َف َظ ًة َح َّتى ِإ َذا َجا َء َأ َح َد ُك ُم ْال َم ْو
Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada
siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada siang hari untuk disempurnakan umur (mu) yang
telah ditentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa
yang dahulu kamu kerjakan.
Dan Dialah yang mempunyai kekuasaan tertinggi di atas semua hamba-Nya, dan diutus-Nya kepadamu
malaikat-malaikat penjaga, sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia
diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu
tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa
yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda
kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir.
Penjelasan :
Dari 2 buah ayat yang kami kutipkan dapat diketahui bahwa : tidurnya seseorang atau ketika bangunnya
, semuanya berada di dalam kekuasaan Allah . Sedikitpun para manusia tidak punya kemampuan untuk
menjamin keselamatan dirinya. Bahkan seseorang ketika tidur , dia tidak mengetahui apakah dia akan
bangun atau tidak.
Ayat ayat ini memberikan ganbaran bahwa ruh adalah urusan Allah.
Allah berkuasa atas jiwanya. Apakah jiwa tersebut dikembalikan ke jasadnya atau tidak.
DAN BILA ENGKAU MELEPASKANNYA (MENGEMBALIKANNYA KE BADANKU) maka jagalah dia dengan
penjagaan yang mana Engkau telah menjaga hamba-Mu yang shalih.
Penjelasan :
ORang yang sudah wafat dan orang yang tidur , semua ruhnya berada dalam genggaman Allah swt. Tapi
orang yang sudah ditetapkan kematiannya , tidak dikembalikan ruh tersebut ke jasadnya.
- Ruhnya tidak dikembalikan Allah ke jasadnya. Ini yang disebut dengan kematian.
- Ruhnya dikembalikan Allah ke jasadnya. Ini yang disebut dengan bangun dari tidur.
Sebagian ulama salaf mengatakan bahwa ruh orang yang wafat dicabut ketika wafatnya, begitu juga
orang yang hidup , dicabut ruhnya ketika dia tidur. Kemudian mereka saling kenal menurut apa yang
dikehendaki oleh Allah swt
Ibnu Abbbas r.a berkata : Allah menahan (tidak mengembalikan ke jasadnya) ruh orang yang telah
wafat, dan melepaskan ruh orang yang hidup (dikembalikan ke jasadnya ketika tidur), dan tidak pernah
terjadi kekeliruan dalam hal ini
Lihat : Kitab Tafsir Ibnu Katsir jilid 4 halaman 50 pada surah Az Zumar ayat 41-42
KESIMPULAN AKHIR :
Karena kita semuanya adalah milik Allah. Jadi , ruh mau diambil , atau disimpan atau dikembalikan , kita
serahkan saja kepada Allah swt.
Sebaiknya kita sibuk belajar tentang shalat , zakat , puasa , haji , akhlaq dll..
Wallahu A’lam
Secara umum , ibadah Jum’ah yang biasa dilakukan oleh Rasulullah saw adalah di masjid Nabawi.
Sekali saja pernah dilakukan di perkampungan bani Salim bin ‘Auf ketika dalam perjalanan hijrahnya dari
Makkah ke Madinah.
Dalam perjalanan dari masjid Quba’ ke arah Madinah , sekitar 1 km dari Masjid Quba’ , waktu Jum’ah
telah masuk. Maka Rasulullah saw melaksanakan Jum’ah yang pertama kali dengan para shahabatnya ,
yaitu di perkampungan bani Salim bin ‘Auf yang berada diantara masjid Quba’ dengan masjid Nabawi
sekarang.
Jaraknya dari masjid Quba’ sekitar 1 km dan dari Masjid Nabawi sekitar 4 km.
Dhahirnya , pelaksanaan ibadah jum’ah ketika itu bukan di masjid, tetapi di lapangan terbuka, sekalipun
penyusun kitab Ar Rahiiqil Makhtuum berkata di masjid. Karena masjid yang pertama di bangun setelah
masa kenabian adalah Masjid Quba’. Kemudian masjid ke 2 adalah masjid Nabawi.
Sedangkan pelaksanaan Jum’ah pertama kali oleh rasulullah saw bengan para shahabatnya adalah
sebelum masjid Nabawi dibangun. Karena Rasulullah saw ketika itu belum sampai di Madinah.
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Nabi saw bersabda : Apabila hari Jum’ah maka para
Malaikat berada di pintu pintu masjid , mereka mencatat orang orang yang datang lebih awal. Apabila
imam duduk di atas mimbar maka para Malaikat menutup buku catatannya dan pergi mendengarkan
khutbah .
Penjelasan :
Hadits ini menjelaskan bahwa , pada ashalnya , ibadah jum’ah DIKERJAKAN DI MASJID
Imam Al Hafidh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani berkata : Malaikat yang diutus oleh Allah untuk mencatat amal
perbuatan manusia pada hari Jum’ah bukanlah malaikat Hafadhah (bukan malaikat yang bertugas
mencatat perbuatan manusia sehari hari).
Adapun yang ditulis oleh para Malaikat ini adalah perbuatan perbuatan yang berkaitan dengan ibadah
Jum’at seperti kedatangannya ke masjid, mendengarkan khutbah, dzikir , do’a , khusyu’ dan
semacamnya.
Lihat : Kitab Fat-hul Baari , syarah terhadap Kitab shahih Al Bukhari jilid halaman Kitabul Jumu’ah bab 4
no 881
Dari saya :
Yang saya fahami , orang yang terlambat datang ke sidang jum’ah dan mendapati imamnya sedang
shalat , kemudian dia bergabung dengan imamnya , maka sudah sah jum’ahnya. walaupun dia tidak
mendapatkan khutbah imamnya.
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa jika imam sudah naik ke atas mimbar maka Malaikat khusus ini
langsung menutup buku catatan amaliah khusus Jum’ah. Artinya , kebaikan yang dijanjikan Allah bagi
orang yang hadir pada sidang Jum’ah tidak lagi dicatat oleh Malaikat khusus tersebut.
Wallahu A’lam.
ْك قُ ْم َفارْ َكع
ُ س َف َقا َل لَ ُه « َيا ُسلَ ْي ُ َي ْخ-صلى هللا عليه وسلم- ِ ة َو َرسُو ُل هَّللا3ِ ك ْال َغ َط َفانِىُّ َي ْو َم ْال ُج ُم َع
َ َطبُ َف َجل ٌ ْن َع ْب ِد هَّللا ِ َقا َل َجا َء ُسلَ ْي
ِ َعنْ َج ِاب ِر ب
ُ
ث َّم َقا َل- ِيه َما ْ
ِ ْن َو َت َج َّوز ف ْ
ِ – َرك َع َتي
ِ ْن َو ْل َي َت َج َّو ْز ف
ِيه َما ُ ِإ َذا َجا َء َأ َح ُد ُك ْم َي ْو َم ْال ُج ُم َع ِة َوا َما ُم َي ْخ
ِ طبُ َف ْل َيرْ َكعْ َر ْك َع َتي ِإل
Bersumber dari Jabir bin Abdullah r.a dia berkata : Sulaik Al Ghathafaaniy r.a datang pada hari Jum’ah
( ke Masjid ) lalu dia duduk , padahal Rasulullah saw sedang berkhutbah. Maka Rasulullah saw bersabda :
Ya Sulaik ! Berdirilah ! Kerjakanlah shalat 2 raka’at dan ringankanlah 2 raka’at tersebut (Dikerjakan
dengan agak cepat tetapi sempurna)
Penjelasan :
Hadits ini menjelaskan bahwa pada ashalnya , ibadah Jum’ah adalah dikerjakan di masjid. Karena
perintah untuk mengerjakan shalat sebelum duduk (tahiyatul masjid) hanya berlaku di masjid , bukan
tempat lainnya.
Kata pengarangnya , sumber pengambilannya adalah di Kitab Zaadul Ma’aad dan Ibnu Hisyam
Bersumber dari Umar bin Atha’ bin Abul Khuwaar , bahwasanya Nafi’ bin Jubair mengutusnya kepada As
Saaib putra saudara perempuan Namir untuk menanyakan kepadanya tentang sesuatu yang dilihat oleh
Mu’awiyah r.a terhadapnya ketika sedang shalat.Maka As Saib menjawab : Iya , aku shalat Jum’ah
bersamanya di MAQSHURAH (RUANGAN SEMACAM AULA). Setelah imam mengucapkan salam dari
shalatnya , maka aku berdiri di tempat aku mengerjakan shalat Jum’at tadi untuk mengerjakan shalat
sunnah. Ketika Mu’awiyah masuk dia mengutus seseorang untuk menemuiku sambil mengatakan:
Janganlah engkau ulangi apa yang engkau perbuat ini. Apabila engkau melakukan shalat Jum’ah ,
janganlah engkau menyambungnya dengan shalat sunnah sebelum engkau berbicara atau engkau keluar
( dari tempat shalatnu ).
Karena Rasulullah saw memerintahkan kepada kami seperti ini, yaitu janganlah suatu shalat disambung
dengan shalat lainnya sebelum berbicara atau keluar dari tempat shalatnya (Maksudnya : jangan
menyambung shalat wajib dengan shalat sunnah )
Penjelasan :
Hadits ini sebagai dalil tentang bolehnya mengerjakan ibadah Jum’ah di tempat selain masjid.
Dalam hadits ini disebutkan bahwa shahabat Mu’awiyah melaksanakan ibadah Jum’ah di gedung
semacam aula dan tidak ada seorangpun dari para shahabat yang mengingkarinya.
Maka hal ini merupakan ijma’ shahabat yang tidak boleh seorangpun dari qaum Muslimin yang
menolaknya.
Imam Nawawi berkata : Di dalam hadits di atas terkandung dalil bahwa shalat sunnah rawatib dan yang
lainnya disunnahkan dikerjakan dengan cara berpindah dari tempat semula ketika seseorang
mengerjakan shalat fardhu.
Kesimpulan akhir :
2. Boleh juga dikerjakan di tempat selain masjid, seperti aula, gedung parkir dll
3. Jika ibadah Jum’ah dikerjakan di tempat selain masjid , maka tidak ada shalat tahiyatul masjid di
dalamnya.
Maka shalat Jum’ah yang dilakukan di bank Kalbar sebagaimana yang ditanyakan hukumnya boleh, dan
sah hukumnya.
Wallahu A’lam.
Jawab : dalam Islam perkara tentang ruh hanya dikenal 2 hal : mati atau hidup.
Mati : ruhnya berada dalam genggaman Allah dan tidak dikembalikan ke jasadnya.
Demikianlah yang saya fahami dari dalil dalil yang ada sebagaimana yang sudah saya jelaskan ketika
menjawab pertanyaan tentang : di mana ruh ketika tidur ?
Saya menduga (Wallahu A'lam), orang yang disebut mati suri tidaklah mati benar benar.
Kalau orang yang disebut mati suri bercerita bahwa dia berjumpa dengan ruh orang yang sedang wafat,
kemudian dapat titipan pesan untuk disampaikan kepada orang yang masih hidup , maka hal ini masih
gelap bagi saya.
Disamping saya tidak memiliki dalil untuk membahasnya, cerita dari orang yang mati suri juga subyektif
dan sulit dibuktikan kebenarannya. Karena dia yang mengàku mengalami hal itu dan orang lain tidak ada
yang menyaksikannya.
Wallahu A'lam
19/07/16, 21.54 - Ustadz Mubarok Ptk: Nama group : forum selasa malam rabu.
Awalnya adalah sebuah pengajian intensif yang isinya banyak tanya jawab.
Dalam perkembangannya, banyak pertanyaan yang sudah dibahas ternyata ditanyakan lagi oleh yang
lainnya.
Maka ada usul : dicatat saja dan dibukukan, sehingga yang baru bergabung dapat mengambil manfaat
19/07/16, 21.56 - Ustadz Mubarok Ptk: Tanya jawab dalam group ini akan dibuat bundel yang nantinya
akan dibukukan.
2. Sebagian qaum Muslimin belum faham benar apa yang disebut dengan jama' dan qashar.
1. SHALAT JAMA’ : Adalah melakukan dua macam shalat secara bersama dalam satu waktu, baik
dilakukan pada waktu shalat yang pertama maupun pada waktu shalat yang kedua
a) Jama’ taqdim : * Shalat dhuhur dan ashar yang dilakukan diwaktu dhuhur
• Jama’ taqdim adalah rukhshah ( keringanan ) dalam agama yang diberikan kepada orang yang
berada dalam safar atau ketika berada di persinggahan dalam safar.
• Apabila masih berada di kampung halaman (belum berangkat safar), maka tidak ada jama’
taqdim
• Orang yang berada dalam safar boleh memilih : dia boleh menjama’ shalat, boleh juga shalat
pada waktu masing masing dengan cara qashar (meringkas yang 4 raka’at menjadi 2 raka’at). Rasulullah
saw pernah menjama’ dan pernah juga tidak menjama’ shalat dalam safar.
SUMBER RUJUKAN
1. Jama’ taqdim adalah rukhshah ( keringanan ) dalam agama yang diberikan kepada orang yang berada
dalam safar atau ketika berada di persinggahan dalam safar.
ُت ال َّشمْس ِ ان ِإ َذا َزا َغَ َقا َل َك. فِى ال َّس َف ِر َقا َل قُ ْل َنا َبلَى-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا َ َّْاس َقا َل َأالَ ُأ َح ِّد ُث ُك ْم َعن
ِ صالَ ِة َرس ٍ ب َأنَّ اب َْن َعب
ٍ َو َعنْ ُك َر ْي
َ الظه ِْر َو ْال َعصْ ِر َق ْب َل َأنْ َيرْ َك
ب ُّ فِى َم ْن ِزلِ ِه َج َم َع َبي َْن
Bersumber dari Kuraib bahwasanya Ibnu Abbas r.a berkata : Maukah kalian kuberitahu tentang
shalatnya Rasulullah saw di dalam perjalanan ? Kami berkata : Mau.
Ibnu Abbas r.a berkata : Apabila matahari telah tergelincir ( sudah masuk waktu dhuhur ) ketika Nabi
saw masih tempat tinggalnya (di persinggahan dalam safar) , maka beliau saw menjama’ shalat dhuhur
dengan ashar sebelum berangkat.
2. Apabila masih berada di kampung halaman (belum berangkat safar), maka tidak ada jama’ taqdim
ُث َّم َن َز َل، ت ْال َعصْ ِر ُّ ِإ َذا ارْ َت َح َل َق ْب َل َأنْ َت ِزيغَ ال َّشمْسُ َأ َّخ َر- صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
ِ الظه َْر ِإلَى َو ْق َ ْن َمالِكٍ َقا َل َك ِ َعنْ َأ َن
ِ سب
َ الظه َْر ُث َّم َرك
ِب ُّ صلَّى َ ت ال َّشمْسُ َق ْب َل َأنْ َيرْ َت ِح َل
ِ َفِإنْ َزا َغ، َف َج َم َع َب ْي َن ُه َما
Bersumber dari Anas bin Malik r.a, dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw apabila bepergian sebelum
matahari tergelincir ( sebelum masuk waktu dhuhur ) , beliau saw menunda shalat dhuhurnya hingga
masuk waktu ashar, kemudian beliau saw turun dari kendaraannya dan menjama’ 2 shalat tersebut. Dan
apabila beliau saw berangkatnya setelah matahari tergelincir (telah masuk waktu dhuhur) maka beliau
saw shalat dhuhur saja kemudian berangkat.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabu Taqshirish Shalah bab 16 no 1112 ( ini adalah lafadznya )
Nabi saw mengajarkan kepada umatnya tentang shalat jama’ berkaitan dengan perjalanan :
• Apabila Nabi saw berada di persinggahan dalam perjalanannya , kemudian beliau saw bersiap
berangkat , maka beliau saw mengerjakan shalat dhuhur dan ashar di waktu dhuhur dengan cara jama’
taqdim sekalian di qashar (shalat dhuhur dan ashar dikerjakan masing masing 2 raka’at)
• Apabila waktu dhuhur telah masuk padahal Nabi saw belum berangkat dari rumahnya, maka
beliau saw melakukan shalat dhuhur saja 4 raka’at. Tidak dijama’ taqdim dengan shalat ashar dan tidak
diqashar (shalat dhuhurnya dikerjakan dengan 4 raka’at).
• Apabila Nabi saw berangkat sebelum dhuhur , maka ketika masuk waktu dhuhur di perjalanan ,
Nabi saw menunda shalat dhuhurnya sampai masuk waktu ashar. Ketika masuk waktu ashar, Nabi saw
turun dari kendaraannya , kemudian mengerjakan shalat dhuhur dan ashar dengan cara jama’ ta’khir
dan diqahar (shalat dhuhur dan ashar dikerjakan masing masing dengan 2 raka’at).
3. Orang yang berada dalam safar boleh memilih : dia boleh menjama’ shalat, boleh juga shalat pada
waktu masing masing dengan cara qashar.
Bersumber dari Jabir bin Abdullah r.a dia berkata ........... Maka ketika hari tarwiyah (tanggal 8
Dzul Hijjah), para shahabat berangkat menuju ke Mina (bersama dengan Nabi saw) dan berihram untuk
haji. Maka Nabi saw mengerjakan shalat disana (di Mina) : dhuhur, ashar, maghrib, isya’ dan shubuh.
Muslim Kitabu Shalatil Musaafirin bab (2) qashrish shalaati biminaa no 695
ُت ال َّشمْس َ َقا َل َك. فِى ال َّس َف ِر َقا َل ُق ْل َنا َب َلى-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا
ِ ان ِإ َذا َزا َغ َ َّْاس َقا َل َأالَ ُأ َح ِّد ُث ُك ْم َعن
ِ صالَ ِة َرس ٍ ب َأنَّ اب َْن َعب
ٍ َو َعنْ ُك َر ْي
ب َ ْر ْنَأ ْ َ ْص ْ ُّ
َ فِى َمن ِزلِ ِه َج َم َع َبي َْن الظه ِْر َوال َع ِر قب َل َي ك ْ
Bersumber dari Kuraib bahwasanya Ibnu Abbas r.a berkata : Maukah kalian kuberitahu tentang
shalatnya Rasulullah saw di dalam perjalanan ? Kami berkata : Mau.
Ibnu Abbas r.a berkata : Apabila matahari telah tergelincir ( sudah masuk waktu dhuhur ) ketika Nabi
saw masih tempat tinggalnya (di persinggahan dalam safar) , maka beliau saw menjama’ shalat dhuhur
dengan ashar sebelum berangkat.
Bersumber dari Mu’adz r.a dia berkata : Kami keluar bersama dengan Nabi saw dalam perang tabuk.
Maka Nabi saw mengerjakan shalat dhuhur dan ashar dengan cara jama’. Dan antara maghrib dan
isya’juga dengan cara jama’.
Penjelasan :
• Ketika Nabi saw berada di Mina, beliau saw mengerjakan shalat pada waktu masing masing
dengan cara qashar tanpa jama’ ( semua shalat 5 waktu dikerjakan pada waktu masing masing dengan
jumlah 2 raka’at , kecuali maghrib yang dikerjakan dengan 3 raka’at).
• Ketika dalam perjalanannya yang lain , Nabi saw mengerjakan shalat dhuhur dan ashar dengan
cara jama’ serta maghrib dan isya’ dengan cara jama’ juga.
Maka : Musafir boleh memilih. Dia boleh menjama’ shalat , boleh juga shalat pada waktu masing masing
dengan cara qashar (dikerjakan dengan jumlah 2 raka’at)..
b) Jama’ Ta’khir : * Shalat dhuhur dan ashar yang dilakukan diwaktu ashar
Jama’ Ta’khir pernah dilakukan oleh Nabi saw didalam safar atau di persinggahan dalam safar atau
ketika beliau saw muqim di Madinah ( tidak sedang bepergian )
ُث َّم َن َز َل، ت ْال َعصْ ِر ُّ ِإ َذا ارْ َت َح َل َق ْب َل َأنْ َت ِزيغَ ال َّشمْسُ َأ َّخ َر- صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
ِ الظه َْر ِإلَى َو ْق َ ْن َمالِكٍ َقا َل َك ِ َعنْ َأ َن
ِ سب
َف َج َم َع َب ْي َن ُه َما
Bersumber dari Anas bin Malik r.a, dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw apabila bepergian sebelum
matahari tergelincir ( sebelum masuk waktu dhuhur ) , beliau saw menunda shalat dhuhurnya hingga
masuk waktu ashar, kemudian beliau saw turun dari kendaraannya dan menjama’ 2 shalat tersebut.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabu Taqshirish Shalah bab 16 no 1112 ( ini adalah lafadznya )
Bersumber dari Mu’adz r.a dia berkata : Kami keluar bersama dengan Nabi saw dalam perang tabuk.
Maka Nabi saw mengerjakan shalat dhuhur dan ashar dengan cara jama’. Dan antara maghrib dan
isya’juga dengan cara jama’.
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , dia berkata : Rasulullah saw pernah menjama’ antara shalat dhuhur dan
ashar , serta antara maghrib dan isya’ di Madinah tanpa sebab ketakutan maupun hujan.
Penjelasan :
Jama’ ta’khir adalah rukhshah (keringanan) yang diberikan kepada umat Islam, baik yang sedang dalam
perjalanan , atau sedang berada di persinggahan dalam perjalanan , atau bagi yang berada di
kampungnya (tidak sedang melakukan perjalanan).
Yang dimaksud keringanan adalah sebuah pilihan yang boleh diambil dan boleh juga tidak diambil.
Sehingga setiap Muslim yang berada dalam perjalanan boleh mengerjakan shalat dengan cara jama’
ta’khir , dan boleh juga mengerjakan shalat pada waktu masing masing.
Khusus bagi yang sedang tidak bepergian , jama’ ta’khir juga boleh dilakukan sesekali. Karena Nabi saw
senantiasa mengerjakan shalat pada waktu masing masing ketika tidak sedang bepergian.
Beliau saw menjama’ shalatnya ketika tidak bepergian hanya sesekali saja.
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , dia berkata : Rasulullah saw pernah menjama’ antara shalat dhuhur dan
ashar , serta antara maghrib dan isya’ di Madinah tanpa sebab ketakutan maupun hujan.
Penjelasan :
Kalimat “tanpa sebab ketakutan maupun hujan” mengisyaratkan bahwa : menjama’shalat ketika dalam
keadaan takut atau hujan sudah biasa dilakukan pada masa Rasulullah saw.
Jika tidak diartikan demikian , maka kalimat tersebut tidak ada manfa’atnya.
21/07/16, 08.35 - Ustadz Mubarok Ptk: jawaban atas pertanyaan lainnya masih kami buatkan
makalahnya. Kalau sudah jadi maka akan kami share ke group , Insya Allah. Sekalipun demikian , anggota
group boleh mengajukan pertanyaan, akan kami tampung dan diantrikan untuk dijawab. Jawaban terasa
lambat karena saya harus kumpulkan dalil yang saya jadikan sandaran. Pernah terfikir oleh saya : saya
jawab saja kesimpulannya , dalil menyusul. Dengan demikian keputusan hukum yang sangat mendesak
untuk diamalkan akan dapat segera diketahui. Jika ini dipandang baik maka akan saya pilih cara ini
sehingga jama'ah segera bisa mendapatkan jawabannya sebagaimana yang diharapkan.
Puasa qadha Ramadhan dilakukan dengan 2 niat yaitu sekalian puasa syawal :
Jawab : tidak boleh.
Jawab : boleh , kika yang menikahinya adalah laki laki yang menzinainya. Jika dengan laki laki lain, tidak
boleh.
Jawab : boleh
21/07/16, 08.55 - Ustadz Mubarok Ptk: Bolehkan mengucapkan jazaakallahu khairan kepada orang
kafir ?
Jawab : boleh, diniatkan supaya dia mendapat hidayah untuk masuk Islam.
Kecuali dalam keadaan hadats besar kemudian mau shalat apapun , maka disyari'tkan mandi dulu.
Jadi mandinya bukan karena mau taubat , tapi karena sebagai bagian dari kewajiban bersuci sebelum
shalat.
Jawab : benar.
Jawab :
3. Kalau quburan berada di samping kanan atau kiri atau belakangnya , maka tidak dilarang.
KECUALI : ada quburan dulu kemudian dibangun masjid di sana maka shalat di masjid tersebut adalah
dilarang, baik menghadap quburan atau tidak.
Jika masjidnya ada terlebih dahulu , kemudian di samping kanan atau kiri atau belakangnya dibuat
quburan maka tidak dilarang shalat di masjid tersebut.
21/07/16, 09.19 - Ustadz Mubarok Ptk: Pertanyaan dari Muji : shalat jama' dan qashar masih adakah
lanjutannya ?
Jawab :
Jika maksudnya adalah zakat yang dibebankan kepada gaji seseorang dan dikeluarkan setiap bulan
ketika menerima gaji , maka saya berpendapat tidak ada zakat yang demikian.
Bolehkah puasa sehari tapi diniatkan untuk 3 macam puasa :puasa syawal , puasa senin , puasa ayyamul
bidh (puasa tengah bulan) ?
Jawab : karena semuanya adalah sama sama puasa sunnah , maka kalau benar benar bersamaan harinya
dengan 3 momen tersebut, tidak salah jika berniat puasa untuk 3 macam puasa walaupun puasanya
hanya sehari.
Tapi tidak bisa di klaim dapat pahala 3 puasa. Karena pahala bukan urusan manusia. Pahala adalah
urusan Allah swt.
Apalagi sifatnya disengaja untuk dipaskan sehingga 3 macam puasa dapat terkumpul 1 hari.
Jawab :
Supaya kepala tidak pening mencari hukumnya , saya sarankan pakai ikat pinggang dari kulit sapi saja.
Jawab :
Jika bisa menghunakan air dan tidak membahayakan lukanya ,maka berwudhulah dengan pakai air.
Mana bagian tubuh yang bisa dibasuh atau diusap pakai air , lakukan pakai air saja.
Sisanya : yang diperban atau digibs dan semisalnya , diusap dengan tangan yang dibasahkan air di atas
perban tersebut.
Jika tidak bisa atau membahayakan lukanya , maka lakukan tayammum saja. Usaplah wajah sekali dan
kedua tangan sampai pergelangan masing masing sekali.
Jika tayammum pun tak bisa, maka bisa ditayammumkan oleh orang lain.
1. Zakat atas simpanan emas atau perak atau uang : 2,5 % setahun sekali. Apabila sudah sampai nishab.
Tapi tidak menunggu 1 tahun. Zakat harus dikeluarkan begitu panen dilakukan.
Shahihkah hadits tentang perintah menyemir rambut (maksudnya : uban) untuk menyelisihi orang
yahudi dan nashrani.
Jawab :
Hadits yang ditanyakan diriwayatkan oleh imam Al Bukhari dalam kitab shahihnya, kitabul Libas bab 67
hadits no 5899 dan Muslim dalam kitab shahihnya kitabul Libas bab 25 hadits no 2103.
Shalat bisa dilakukan di dalam kendaraaan. Kalau susah berwudhu" bisa dengan cara tayammum.
Kalau Abdul Rahman mengerjakannya di kendaraan ketika masuk waktu dhuhur , maka bisa dijama'
dengan ashar dengan jama' taqdim (dikerjakan pada waktu dhuhur di atas kendaraan).
Boleh juga dikerjakan dhuhr saja . Dan ketika masuk ashar baru mengerjakan shalat ashar.
Silakan dipilih.
Tetapi shalat tersebut mesti dilakukan dengan cara qashar. Tidak ada pilihan.
Yaitu mengerjakan dhuhur 2 raka'at. Kalau sekalian jama' dengan ashar maka asharnya juga diqashar
jadi 2 raka'at.
Kalau tidak mau mengerjakan si atas kendaraan dan menunggu sampai di rumah, maka shalatnya boleh
dijama' pada waktu ashar : kerjakan dhuhur 4 rakaat salam. Kemudian berdiri lagi shalat ashar 4 rakaat.
21/07/16, 12.59 - Ustadz Mubarok Ptk: Pertanyaan Pardiman tentang mewarna rambut.
Jawab :
Sebaiknya jangan pakai istilah semir. Pakai saja istilah mewarnai rambut.
Apa hukum meminjam uang di bank untuk membangun atau membeli rumah.
Jawab :
Setelah wudhu di lap pakai handuk atau lainnya maka wudhunya sah.
Dari dalil dalil yang ada maka mengusap anggota wudhu dengan handuk adalah mubah.
Sedangkan dalam bahasa Inggris, syin dalam bahasa Arab trandliterasinya adalah dengan huruf SH.
Beberapa negara yang sefaham dengan ejaan Inggris. Mereka pakai INSHA ALLAH.
KESIMPULAN.
Jika di Indonesia memakai INSHA ALLAH, maka ini adalah kesalahan fatal, karena bacaannya menjadi
insho Allah. Sehingga artinya menjadi kacau atau rusak.
Jawab :
Yang diperintahkan oleh Rasulullah saw adalah mendengarkan adzan dan menjawabnya kemudian
berdo'a kepada Allah.
Setelah itu silakan dilanjutkan dengan yang lainnya. Apakah berwudhu atau shalat sunnah
Jawab :
Hukumnya boleh.
Tentang berjualan barang halal tapi tempatnya di tempat ma'shiyat. Apa hukumnya ?
Jika jual belinya sudah memenuhi syaratnya dan dalam transaksinya tidak ada unsur haram, maka jual
belinya sah dan halal.
Transaksinya juga tidak ada unsur haram. Tidak ada tipu menipu dll.
Semestinya dia berharap tidak ada transaksi seks (zina) di muka bumi ini.
Tapi dia justru bergembira jika pengunjungnya ramai. Dan mungkin sedih jika pengunjungnya sepi.
Orang yang sakit di bulan Ramadhan meninggalkan puasa. Pada bulan lainnya meninggal dunia sebelum
qadha' ditunaikan.
Jawab :
1. Kalau dia adalah orang yang sudah tua yang tak mampu berpuasa , maka kewajibannya adalah
membayar fidyah sebanyak hari yang dia tidak berpuasa ketika hidupnya.
2. Kalau dia masih kuat, atau dia orang sehat kemudian sakit di bulan Ramadhan, kemudian wafat di
bulan syawal sebelum sempat menunaikan hutang puasanya , maka ahli warisnya wajib berpuasa
menggantikannya membayar puasa yang wafat tadi.
Dalam kitab kitab fiqih, banyak ulama berpendapat bahwa ahli warisnya dapat membayar puasanya
dengan memberi makan orang miskin (fidyah) sebagaimana fidyah orang yang masih hidup.
Tentang sumber biaya untuk fidyah , diambilkan dari harta tinggalan dari orang yang mati tadi.
Kalau hartanya tidak ada maka anaknya mengeluarkan dana dari hartanya sendiri.
Bersyukur kepada Allah maksudnya adalah menggunakan nikmat yang Allah berikan kepadanya dalam
perkara yang diridhai Allah.
Simbol yang ditanyakan kok tidak relevan dijadikan amalan untuk syukurkepada Allah.
Jawab : pertanyaan ini terlalu berat bagi saya untuk menjawabnya. Mohon ditanyakan kepada orang
lain.
Bolehkah ?
Jawab :
Boleh.
Tidak ada larangan
Jawab : boleh.
1. Shalat.
2. Puasa.
4. Thawaf.
Boleh makan, minum, memasak, berdzikir, berdo'a, mandi, keramas, potong kuku, potong rambut dll
21/07/16, 20.59 - Ustadz Mubarok Ptk: Ass pak ustadz mau tanya tentang wanita yg berihram tidak
boleh pakai cadar bagaimana seandainya pakai masker karna ktnya nt di Batam kami diberi masker
untuk menjaga agar jngan sampai batuk karna debu. Mohon pak penjelasan nya. Wass.
Rasulullah saw melarang wanita yang sedang ihram untuk menutup wajahnya.
Sisanya yang sebulan lebih tidak ada ihram. Silakan pakai masker sepuasnya.
Saran saya : ketika ihram umrah dan haji jangan menutup wajahnya pakai masker atau cadar atau
lainnya.
Kecuali orang yang sedang sakit yang memang silarang dokter kena angin dan harus menutup wajahnya,
silakan pakai masker.
Kan cuma 3 hari . Dan tidak selalu di luar. Kebanyakan waktu ihram kita didalam tenda.
Assalamu'alaikum.
Maka bagi jamaah yang belum terakomodir masuk group 1, akan saya masukkan group 2.
Sebagian nama yang ingin masuk mengalami problem di sistem HP saya. Atau saya terlupa tidak meng
invite nya.
Kalau sampai saat ini belum masuk, mohon minta diinvite lagi ke WA group 1.
Terima kasih.
Jazaakumullahu khairan.
Jawab : saya belum tahu, apakah yang dimaksud dengan harta pensiun dalam pertanyaan tersebut ?
Jadi , kalau seseorang meninggal dunia dengan meninggalkan harta , maka harta tersebut tidak seketika
menjadi harta warits yang langsung dibagi.
Tetapi harus dibayarkan hutang si mati tersebut dan ditunaikan washiyatnya dulu. Jika ada sisa , maka
disebut harta warits.
Maka :
1. Jika yang dimaksud adalah uang hasil pensiun yang ditabung semasa hidupnya , kemudian dia wafat ,
maka harta tersebut adalah warisan setelah dipotong hutang dan washiyat.
2. Jika yang dimaksud adalah pensiun yang diterima istri setelah suaminya wafat , ini bukan harta warits.
Karena dana yang diterima istri tersebut adalah tunjangan yang memang diberikan negara atau
perusahaan kepadanya. Jadi sana ini memang jak dari istri si mati. Bukan harta warits.
22/07/16, 19.08 - Ustadz Mubarok Ptk: Jadi sana ini = jadi dana ini
Jawab :
Tetangga memiliki haq yang sangat besar. Apalagi dia Muslim. Apalagi dia adalah kerabat (keluarga).
1. Tidak menegur 3 hari maka amal shalihnya akan digantung. Belum diterima.
2. Kalau tidak bertegur lebih dari 3 hari kemudian wafat , maka diancam masuk neraka.
3. Kalau tidak bertegur sampai 1 tahun maka kedudukannya sama dengan menumpahkan darahnya
( membunuhnya.)
Di dalam ajaran Islam , tetangga adalah seseorang atau sekumpulan orang yang memiliki haq yang
sangat besar kepada tetangga lainnya.
Ringkasnya : Orang yang beriman harus berdaya guna di tengah masyarakat lainnya.
Kalau dia tidak dapat memberikan manfa’at kepada tetangganya , maka sekurangnya dia dapat
membuat tetangganya tidak terganggu dengan keberadannya.
Inilah Mukmin yang sukses. Dia telah mengamalkan ajaran Islam dengan benar.
Dia akan menuai kebaikannya dengan mendapatkan balasan kebaikan yang banyak di sisi Allah swt
Sebaliknya , mukmin yang jahat adalah : yang membuat tetangganya merasa tidak aman dari
perbuatannya. Orang tersebut tidak memberikan kepada tetangganya , sesuatu yang dapat dirasakan
kebaikannya. Malah dia melakukan hal hal yang dapat menyakiti tetangganya. Keberadaannya tidak
berdaya guna buat umat manusia yang berada di sekitarnya. Malah dia menebarkan malapetaka buat
saudaranya
Para penggunjing adalah pengecut yang diserupakan dengan menusuk orang lain dari belakang, karena
dia menghabisi kehormatan orang lain tanpa sepengetahuannya , sehingga orang yang dibicarakan
tersebut tidak dapat membela dirinya.
Allah swt sangat mencela umat Islam yang menggunjing Muslim lainnya.
Dia diserupakan dengan kanibal yang paling buruk , yaitu pemakan bangkai manusia yang sudah busuk.
Sedangkan bangkai tersebut adalah tubuh saudaranya sendiri.
ض ُك ْم َبعْ ضًا َأ ُيحِبُّ َأ َح ُد ُك ْم َأنْ َيْأ ُك َل لَحْ َم َأخِي ِه َم ْي ًتا َف َك ِرهْ ُتمُوهُ َوا َّتقُوا هَّللا َ ِإنَّ هَّللا َ َت َّوابٌ َرحِي ٌم
ُ َْوال َت َج َّسسُوا َوال َي ْغ َتبْ َبع
Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing
sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah
mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.
.» ُاك ِب َما َي ْك َره َ ك َأ َخ َ َقا َل « ِذ ْك ُر. َقالُوا هَّللا ُ َو َرسُولُ ُه َأعْ لَ ُم.» ُون َما ْالغِي َب ُة
َ َقا َل « َأ َت ْدر-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا
اغ َت ْب َت ُه َوِإنْ لَ ْم َي ُكنْ فِي ِه َف َق ْد َب َه َّت ُه َ ان فِى َأخِى َما قُو ُل َقا َل « ِإنْ َك
ْ ان فِي ِه َما َتقُو ُل َف َق ِد َأ َ قِي َل َأ َف َرَأيْتَ ِإنْ َك
صحيح: قال الشيخ األلباني
Nabi saw bersabda : Ghibah adalah membicarakan sesuatu tentang saudaramu , yang kalau dia
mengetahuinya maka dia tidak menyukainya.
Dikatakan (kepada Nabi saw) : Bagaimana seandainya apa yang saya bicarakan tentang saudara tersebut
memang benar adanya ?
Nabi saw menjawab : Jika yang engkau bicarakan tentang saudaramu memang benar seperti itu adanya ,
maka itulah yang disebut ghibah (menggunjing).
Jika yang dibicarakan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya , maka engkau telah membuat
kebohongan atas dia (engkau telah memfitnahnya).
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Birr Wash Shilah wal Adab bab 20 no 2589
Fitnah : adalah berita bohong yang disebarkan untuk menjatuhkan kehormatan orang lain. Maksudnya ,
seseorang dikatakan melakukan sesuatu keburukan padahal dia tidak melakukannya.
Dalam ajaran Islam , fitnah adalah dosa besar. Lebih besar dari ghibah (menggunjing).
Sedangkan fitnah adalah berita bohong yang disebarkan atas seseorang padahal orang tersebut tidak
melakukan sebagaimana yang dituduhkan.
Tujuan fitnah sangat jelas : yaitu untuk menghabisi kehormatan seseorang, atau untuk menggiring opini
masyarakat agar membenci orang yang difitnahnya.
Orang yang melakukan fitnah adalah orang yang tidak baik , walaupun dia kelihatan sebagai orang yang
rajin beribadah.
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Ada seeorang laki berkata : wahai Rasulullah !
Sesungguhnya seseorang disebut sebut sebagai orang yang banyak shalatnya, dan banyak puasanya,
serta banyak shadaqahnya.
Laki laki itu berkata lagi : wahai Rasulullah ! Sesungguhnya seseorang disebut sebut sebagai orang yang
sedikit shalatnya, dan sedikit puasanya. Dia bershadaqah hanya dengan sepotong roti yang kering.
Inilah mukmin yang gagal. Kelak dia akan mendapat balasan berupa murka Allah swt .
Dia diancam akan dimasukkan neraka , walaupun dia banyak melakukan ibadah kepada Allah swt.
Bersumber dari Abu Syuraih Al Khuzaa’iy r.a , sesungghnya Rasulullah saw bersabda :
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir , maka hendaknya dia berbuat baik kepada
tetangganya.
Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia memuliakan tamunya.
Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia berkata baik atau
(memilih untuk) diam.
َ َقا َل « َمنْ َك- صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َع ِن ال َّن ِبى
َ ان يُْؤ مِنُ ِباهَّلل ِ َو ْال َي ْو ِم اآلخ ِِر َفالَ يُْؤ ذِى َج
ُاره
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw yang bersabda :
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya dia tidak menyakiti
tetangganya.
َقا َل « الَ َي ْم َن ُع َجا ٌر َج َ َأ- صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة رضى هللا عنه َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ِ ار ُه نْ َي ْغ ِر َز َخ َش َب ُه فِى ِج َد
ار ِه
Orang yang berperilaku tidak baik kepada tetangga sangat dicela dalam Islam, bahkan celaka pada hari
akhir
« قِي َل َو َمنْ َيا َرسُو َل هَّللا ِ َقا َل. » ُ َوهَّللا ِ الَ يُْؤ مِن، ُ َوهَّللا ِ الَ يُْؤ مِن، ُ َقا َل « َوهَّللا ِ الَ يُْؤ مِن- صلى هللا عليه وسلم- َّْح َأنَّ ال َّن ِبى ُ َعنْ َأ ِبى
ٍ ش َري
الَّذِى الَ َيْأ َمنُ َجا ُرهُ َب َو ِاي َق ُه
Nabi saw bersabda : (orang yang tidak beriman itu ) adalah orang yang membuat tetangganya merasa
tidak aman dari gangguan kejahatannya.
Penjelasan :
Kalimat “dia tidak beriman” maknanya : imannya tidak sempurna, sehingga dia tidak layak mendapatkan
balasan seperti mukmin yang baik imannya , yaitu masuk surga sejak awal.
Lihat : Kitab Fat-hul Baari jilid 13 halaman 545 Kitabul Adab bab 29 no 6016
َقا َل « الَ َي ْد ُخ ُل ْال َج َّن َة َمنْ الَ َيْأ َمنُ َجا ُرهُ َب َواِئ َق ُه-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا
Tidak akan masuk surga, bagi orang yang membuat tetangganya merasa tidak aman dari gangguan
kejahatannya.
Penjelasan :
Kalimat “tidak akan masuk surga” maknanya adalah : tidak akan masuk surga dalam arti yang
sebenarnya. Maksudnya dia telah menjadi kafir dan mendekam selamanya di neraka
Makna ini berlaku bagi orang yang menghalalkan praktek menyakiti tetangga, padahal dia telah
mengetahui bahwa menyakiti tetangga hukumnya adalah haram. Maka dia menjadi kafir.
Makna kedua : “Tidak akan masuk surga” artinya : dia tidak akan masuk surga bersama dengan orang
yang sukses , sehingga dia harus dihukum terlebih dahulu di dalam neraka.
Lihat : Kitab syarah Muslim oleh imam Nawawi jilid 1 halaman 207 Kitabul Iman bab 18
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Ada seeorang laki berkata : wahai Rasulullah !
Sesungguhnya seseorang disebut sebut sebagai orang yang banyak shalatnya, dan banyak puasanya,
serta banyak shadaqahnya.
Seorang muslim yang akhlaqnya baik kepada tetangga , maka dia berdaya guna kepada tetangga
tersebut , baik dengan harta , ilmu , tenaga, perilaku dsb.
Sebaliknya seseorang yang buruk akhlaqnya kepada tetangga , keberadannya menimbulkan kerusakan .
Dia tidak bermanfa’at bagi tetangganya dalam banyak hal.
Biarpun tetangga kita memusuhi kita , kita tetap menegurnya, tetap mengucapkansalam kepadanya.
Walaupun kita tidak ditegurnya. Jika kita sudah menegurnya tapi dia masih menampakkan
permusuhannya maka kesalahan akan ditimpakan kepadanya saja.
Kalau tetangga memang jahat dan membuat kita tidak aman dari kejahatannya , misalnya kejahatan
mulut, sikap dll , kalau tidak menyulitkan , bagusnya pindah saja dari situ. Supaya syaithan tidak
mengajak kita untuk melakukan tindakan balasan , sehingga kita akan sama buruknya dengan tetangga
yang buruk tersebut.
Kalau tidak mampu pindah , banyaklah berdo’a kepada Allah agar tetangga tersebut diampuni dosanya
dan diberikan hidayah.
Wanita yang tidak shalat berarti tidak benar. Dia melakukan dosa besar. Dia dianggap melakukan dosa
besar apabila meninggalkan shalat karena malas. Kalau meninggalkan shalat karena mengingkari
kewajiban shalat maka hukumnya jatuh kepada kafir.
Kalau dia mengatakan bahwa meninggalkan shalat bisa masuk sorga , mungkin ini adalah kalimat yang
keluar dari mulutnya , yang menurut saya , karena dia terdesak.
Dia menyadari bahwa meninggalkan shalat adalah perbuatan buruk dan merupakan pelanggaran agama.
Tapi karena dia disalahkan dan dipojokkan , maka naluri alamiahnya akan muncul : dia akan membela
dirinya. Dia akan berusaha menutupi malunya. Dalam keadaan kepepet , seseorang akan berkata apa
saja tanpa disadarinya. Terkadang , karena sudah terlanjur , maka dia akan malu untuk menariknya
kembali. Dia bahkan akan berusaha mencari pembenaran atau dalil untuk menguatkan perkataannya.
Ini harus saya sampaikan agar kita bijak dalam berdakwah. Supaya orang yang kita dakwahi tidak makin
jauh dari agama.
Kasus temannya yang pakai kerudung tapi tidak shalat ini , serahkan urusannya kepada Allah. Do’akan
kepada Allah agar dia diampuni dosanya dan diberikan hidayah.
Jangan lagi disalahkan atau dipojokkan. Pergauli dia dengan baik. Mudah mudahan Allah memberikan
hidayah kepadanya.
Saya tidak menyukai jika qaum Muslimin melakukan shalat fardhu ataupun shalat sunnah sedangkan di
depannya ada janazah. Mestinya janazah diletakkan di belakang atau di tempat lainnya yang bukan di
depan orang yang shalat fardhu atau shalat sunnah lainnya.
Rasulullah saw melakukan shalat yang di depannya ada janazah hanya dalam shalat janazah saja. Tidak
pada shalat lainnya.
Wallahu A’lam.
1. HARI SELASA :
A) Ba’da ashar : Pengajian ibu ibu , tempatnya berpindah pindah ke rumah rumah. Kalau tidak ada yang
mau jadi tuan rumah , maka ditempatkan di masjid Ash Shabirin jalan Sumatra Ptk
C). Ba’da isya’ sampai jam 21.00 di jalan danau Sentarum gang Mufakat (umum)
2. RABU
A) Jam 16.00-17.00 siaran langsung TV Mujahidin
3. KAMIS :
B). Ba’da Isya’ : Masjid Al Ikhlash komplek Angkasa Permai (Laki laki)
4. JUM’AT :
A) Khutbah Jum’at
B) Ba’da ashar : Gedung Serba Guna komplek Angkasa permai (khusus ibu ibu)
5. SABTU
C) Ba’da ashar : Masjid Lembaga Pemasyarakatan Sungai Raya Dalam (laki laki)
D) Ba’da maghrib : Masjid Raya Mujahidin (umum)
6 AHAD :
7. SENIN :
Adakah udzur bagi orang yang kidal untuk makan dan minum dengan tangan kiri
Rasulullah saw melarang orang yang kidal untuk makan atau minum dengan tangan kiri.
Diantaranya adalah kitab shahih Al Bukhari, Adabul Mufrad , Tarikh, juz -ul qiraah dll.
Kitab beliau yang paling shahih adalah kitab shahih Ak Bukhari , yang merupakan kitab hadits yang paling
shahih di muka bumi ini.
Kalau kitab ini yang dimaksudkan : banyak didhaifkan oleh Syaikh Al Albani, maka saya belum tahu.
Kalau kitab Adabul Mufrad karya imam Al Bukhari memang banyak yang didhaifkan oleh syaikh Al
Albani.
Bahkan imam Al Bukhari sendiri tidak mau mamasukkan hadits dalam adabul mufrad ini ke dalam kitab
Shahihnya karena dianggap tidak memenuhi ktriteria sebagai hadits shahih yang telah ditetapkan sendiri
oleh imam Al Bukhari.
2. Tentang hadits yang dinyataka shahih oleh seorang ulama , bisa jadi dinilai dhaif oleh ulama lainnya.
Tentang apel pagi d2ngan doa masing masing tapi dipimpin non muslim.
Kalau berdoa masing masing , tidak ada masalah. Walaupun yang memimpin apel adalah non muslim.
Kita doa saja untuk kebaikan kita sendiro dan qaum Muslimin.
Jawab :
Pertanyaan ini belum jelas bagi saya. Apakah maksudnya :
Ketika shalat dikencingi anaknya yang perempuan atau anak laki laki yang sudah makan makanan
tambahan selain ASI ,maka kencing mereka ini najis.
Saya tidak punya dalil. Tapi saya menjawa nya berdasarkan pemahaman saya terhadap dalil dalil umu.
Tapi secara istilah , kotoran cicak tidak najis. Sehingga kalau pakaian atau badan atau tempat shalat
terkena kotoran cicak maka tidak mengapa.
Jawab : istilah nikah sirri di Indonesia dipakai dengan makna : pernikahan yang tidak dilaporkan ke KUA.
Jawab : para shahabat Nabi saw banyak yang menikah dan punya anak ketika masih kafir . Setelah itu
mereka masuk Islam.
Dan tidak saya dapati adanya dalil yang menyatakan bahwa wajib memperbarui nikah bagi orang yang
masuk Islam.
Jawab :
Ketika seorang laki laki wafat, maka harta peninggalannya di bayarkan hutang dulu. Kemudian
dibayarkan washiyatnya.
4. Sisanya baru dibagi habis kepada anaknya ( karena ada anak laki laki.)
Soal :
Si anak laki laki menikah , kemudian sedangkan harta warits dari ayahnya belum dibagi.
Jawab :
Keluarkan dulu haq warits si anak yang wafat tadi dari peninggalan ayahnya. Sebut saja jumlahnya X
Istri si anak tadi dapat 1/4 dari X jika dia belum punya anak. Kalau ada anak maka istri dapat 1/8 dari X
Ketika shalat kemudian bersin, lalu mengeluarkan dahak atau ingus ditangan. Bagaimana ruku' dan
sujudnya , karena dengan keadaan tangan menggenggam.
Jika seseorang sedang shalat kemudian ada dorongan untuk meludah maka hendaknya dia meludah di
kainnya atau saku bajunya atau sapu tangannya atau benda apa saja kemudian dia lanjutkan shalatnya.
2. Dalam shalat berjamaah , seorang makmum mengeluarkan dahak , kemudian dia keluar untuk cuci
tangan. Bagaimana dengan shalatnya ?
1. Makna musafir yang disepakati : adalah seseorang yang sedang dalam perjalanan.
2. Makna musafir yang diperselisihkan, yaitu ketika seseorang menetap dipersinggahan dalam safar.
A). Ada yang membatasi 4 hari sebagai musafir. Jika dia menetap di persinggahan dalam safar lebih dari
4 hari maka kedudukannya sudah bukan sebagai musafir.
Artinya : sebelum 4 hari dia adalah musafir, dia mengqashar shalat terus.
Setelah 4 hari dia bukan musafir. Maka dia tidak boleh mengqashar shalat.
Jika dia menetap di persinggahan kurang dari 10 hari maka dia musafir. Berlaku segala hukum musafir
atasnya.
Jika dia menetap lebih dari 10 hari maka dia bukan musafir. Maka berlaku segala hukum muqim atasnya.
Maka segala hukum berkaitan dengan musafir dibangun di atasnya sebelum mencaoai masa 19 hari di
persinggahan tersebut.
D). Ada yang membatasi 6 bulan.
SAYA MENGUATKAN YANG C) yaitu : seseorang yang tinggal di persinggahan dalam safar kurang dari 19
hari maka kedudukannya adalah sebagai musafir. Maka dia hendaknya mengqashar shalat.
Wallahu A'lam.
Jawab :
Untuk bayi laki laki 2 ekor kambing dan bayi perempuan 1 ekor kambing.
Distribusi daging aqiqah,mau diberikan kepada siapa , tidak disebutkan dalam hadits.
Didapati dalam sebuah hadits , bahwa Rasulullah saw menyebut aqiqah dengan qurban untuk bayi.
Maka para ulama menyamakan aqiqah dengan qurban dalam hal pembagian dagingnya.
Ketika seseorang menyembelih hewan qurban pada hari raya Adh-ha , dia dibolehkan (bahkan
diperintahkan) makan sebagian dahing qurbannya.
Maka : dalam ritual qiqah, orang tua bayi juga diperbolehkan memakan sebagian daging aqiqahnya.
Besaran dahing yang boleh dimakan ini tidak disebutkan dalam hadits. Maka diserahkan kepada mereka.
Tetapi jangan berlebihan. Karena orang miskin lebih butuh kepada daging tersebut.
Wallahu A'lam.
Kalau seseorang baru masuk Islam dan belum tahu bacaan shalat maka kerjakan saja shalat dengan
hanya melakukan gerakan shalat dengan benar.
Demikian juga seorang yang sudah Muslim sejak lahir tetapi dia tidak pernah diajarkan tentang shalat
oleh orang tuanya, kemudian dia juga tidak mau belajar dan tidak mengerjakan shalat sampai usia
(misalnya) 40 tahun. Kemudian dia menyadari kekeliruannya dan ingin bertaubat kepada Allah. Maka
kejakanlah shalat 5 waktu walaupun tidak pakai bacaan.
Tetapi keadaan ini tidak boleh dilakukan selamanya. Dia harus belajar , dan mengamalkannya setahap
demi setahap, yang akhirnya dia dapat mengerjakan shalat secara benar , baik bacaan maupun gerakan.
Pertama belajar Al Fatihah. Kalau belum bisa Al Fatihah boleh membaca : SUBHANALLAH WAL HAMDU
LILLAH WALAA ILAAHA ILLALLAH WALAA HAULAA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAH
Wallahu A'lam.
25/07/16, 09.54 - Ustadz Mubarok Ptk: Ada yang kurang : WALAA ILAAHA ILLALLAH WALLAHU AKBAR
DST
Muslim yang berada di daerah dingin ketika berwudhu' dan mengalami junub.
Jawab : jika cuaca SANGAT DINGIN dan dapat menimbulkan bahaya jika tetap mandi atau berwudhu
maka boleh diganti dengan tayammum
Semalam ketika menjawab pertanyaannya, kepencet dan terkirim. Padahal belum tuntas.
Ini lanjutannya :
Bahwa seseorang yang berada di kawasan yang dilanda musim dingin yang sangat dingin, yang membuat
dia tidak dapat menggunakan air untuk bersuci., baik itu berwudhu atau mandi junub , maka dia
diperbolehkan bertayammum. Hal ini dilakukan jika air yang sangat dingin tersebut dapat
membahayakan dirinya karena sangat dingin. Ada teman saya kram dan tidak bisa menggerakkan
tubuhnya ketika berwudhu di masjid pada musim dingin di Eropa.
Pernah terjadi pada masa Rasulullah saw , seorang laki laki mengalami mimpi junub pasa musim dingin ,
kemudian dia bertayammum dan menjadi imam shalat. Ternyata perbuatannya tidak disalahkan oleh
Rasulullah saw.
Jadi hukum bolehnya bertayammum walaupun tidak sedang sakit, bergantung kepada ketidakmampuan
orang tersebut menggunakan air dingin. Bukan karena musim dinginnya.
Maka seseorang yang sehat dan mampu menggunakan air dingin atau mampu membuat air hangat,
tidak boleh sama sekali bertayammum sebagai ganti wudhu atau mandi junubnya walaupun di musim
dingin.
27/07/16, 16.29 - +62 811-5216-513 mengubah subjek dari “Forum Selasa Malam Rabu” menjadi “⚽”
27/07/16, 16.30 - +62 811-5216-513 mengubah subjek dari “⚽” menjadi “Forum Selasa Malam Rabu”
29/07/16, 08.21 - Ustadz Mubarok Ptk: YANG MEMBATALKAN WUDHU’
Perkara yang membatalkan wudhu ada yang disepakati dan ada yang diperselisihkan oleh umat Islam :
Misalnya : Buang air besar , buang air kecil, buang angin , haidh , nifas , istihadhah, mengeluarkan mani
atau madzi atau wadi
Dalam masalah ini didapati banyak sekali dalil yang shahih yang disandarkan kepada Al Qur’an, Hadits
Nabi saw ataupun atsar shahabat , diantaranya :
ْن َوِإنْ ُك ْن ُت ْم ُج ُنبًا ِ اغسِ لُوا وُ جُو َه ُك ْم َوَأ ْي ِد َي ُك ْم ِإلَى ْال َم َراف ِِق َوا ْم َسحُوا ِب ُرءُوسِ ُك ْم َوَأرْ ُجلَ ُك ْم ِإلَى ْال َكعْ َبي َ َيا َأ ُّي َها الَّذ
َّ ِين َآ َم ُنوا ِإ َذا قُمْ ُت ْم ِإلَى ال
ْ صاَل ِة َف
صعِي ًدا َط ِّيبًا َفا ْم َسحُوا َأ َأ َأ
َ ضى ْو َعلَى َس َف ٍر ْو َجا َء َح ٌد ِم ْن ُك ْم م َِن ْال َغاِئطِ ْو اَل َمسْ ُت ُم ال ِّن َسا َء َفلَ ْم َت ِجدُوا َما ًء َف َت َي َّممُوا َأ َ ْاط َّهرُوا َوِإنْ ُك ْن ُت ْم َمر َّ َف
ِبوُ جُو ِه ُك ْم َوَأ ْيدِي ُك ْم ِم ْن ُه
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu.
Allah tidak menerima shalatnya salah seorang diantara kalian yang berhadats sehingga dia berwudhu.
Ada seorang dari hadlramaut bertanya : Apakah yang dimaksud dengan hadats wahai Abu Hurairah ?
Aku adalah seorang yang banyak mengeluarkan madzi sedangkan aku malu untuk bertanya kepada Nabi
saw karena kedudukan putrinya. Maka aku menyuruh Al Miqdad bin Al Aswad , lalu dia menanyakannya
kepada Rasulullah saw. Beliau saw bersabda : Hendaknya dia mencuci kemaluannya lalu berwudhu’
ضْأ
َّ ك َو َت َو َ ك َأ ْو َم َذاك
َ ِير َ اغسِ ْل َذ َك َر ُ ى َو ْال َم ْذ
ْ : ى َف َقا َل ُ َوَأمَّا ْال َو ْد، َأمَّا ْال َمنِىُّ َفه َُو الَّذِى ِم ْن ُه ْال ُغسْ ُل، ُ ْال َمنِىُّ َو ْال َم ْذىُ َو ْال َو ْدى: َّاس َيقُو ُل
ٍ اب َْن َعب
صالَ ِةَّ ك لِل َ وُ ضُو َء.
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a dia berkata : Mani , madzi , dan wadi :
Adapun mani maka wajib mandi. Sedangkan wadi dan madzi, dia berkata : Cucilah kemaluanmu lalu
berwudhulah seperti wudhu mau shalat
Riwayat Al Baihaqi dengan sanad yang shahih : Kitab As Sunanul Kubra jilid 1 halaman 287 Kitabuth
Thaharah bab 173 no 822
Diantara perkara yang mewajibkan mandi adalah yang juga membatalkan wudhu adalah :
Pembahasan dan dalilnya secara rinci tentang perkara yang mewajibkan mandi , akan dibahas di dalam
bab mandi.
Insya Allah.
1. TIDUR
Tentang tidur dapat membatalkan wudhu atau tidak , umat Islam berbeda pendapat :
Maksudnya : Apabila seseorang berwudhu lalu dia tidur. Ketika dia bangun, dia tidak boleh langsung
mengerjakan shalat. Dia wajib berwudhu terlebih dahulu.
Ini adalah pendapat shahabat Abu Hurairah r.a , Abu Raafi’ r.a
Juga kalangan Tabi’in : ‘Urwah bin Az Zubair, Atha’ , Al Hasan Al Bashri , Sa’id bin Al Musayyab dll
Lihat : Kitab Shahih Fiqh Sunnah oleh Abu Malik jilid 1 halaman 129
ضْأ
َّ َقا َل « ْال َعيْنُ ِو َكا ُء ال َّس ِه َف َمنْ َنا َم َف ْل َي َت َو-صلى هللا عليه وسلم- ِ ب َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ٍ ِْن َأ ِبى َطال
ِ َعنْ َعلِىِّ ب
إسناده ضعيف: تعليق شعيب األرنؤوط
حسن: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Ali bin Abi Thalib r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Kedua mata adalah tali ( penutup ) dubur. Barangsiapa yang tidur hendaknya dia berwudhu’
Hadits ini sanadnya adalah dha’if. Di dalamnya ada rawi Baqiyyah bin Al Walid Al Himshiy seorang yang
mudallis ( suka menyamarkan periwayatan ).
Selain itu ada rawi Al Wadliin bin ‘Atha’ yang buruk hafalannya
Lihat : Al Mausuu’ah Al hadiitsiyyah Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal jilid 2 halaman 227
Dia berkata : Sanad hadits ini hasan sebagaimana yang dikatakan oleh imam Nawawi.
Sebelumnya , hadits ini juga dinilai hasan oleh Al Mundziri dan Ibnu Shalah.
Sebagian rawinya memang menjadi pembicaraan , tetapi hadits ini derajatnya tidak kurang dari hasan.
Wallahu A’lam
ْس َح َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيْأ ُم ُر َنا ِإ َذا ُك َّنا ُم َساف ِِر
َ ين َأنْ َنم َ ِ ان َرسُو ُل هَّللا ِ َّال َعنْ ْال َمسْ ِح َعلَى ْال ُخ َّفي
َ ْن َف َقا َل َك َ ص ْف َو
ٍ ان ب َْن َعس ُ َعنْ ِزرٍّ َقا َل َسَأ ْل
َ ت
َعلَى ِخ َفافِ َنا َواَل َن ْن ِز َع َها ثَاَل َث َة َأي ٍَّام مِنْ غَاِئطٍ َو َب ْو ٍل َو َن ْو ٍم ِإاَّل مِنْ َج َنا َب ٍة
حسن: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Zirr dia berkata : Aku bertanya kepada Shafwaan bin ‘Assaal r.a tentang mengusap khuf ,
lalu dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw memerintahkan kepada kami, apabila kami bepergian agar
mengusap khuf ( sepatu ) kami dan tidak melepasnya selama 3 hari , baik karena buang air besar , buang
air kecil , dan karena tidur , kecuali karena janabat
Penjelasan :
Di dalam hadits ini Nabi saw mengisyaratkan beberapa perkara yang menyebabkan seseorang wajib
untuk berwudhu, yaitu buang air besar, buang air kecil, dan tidur.
Dhahirnya , Nabi saw menyamakan tidur dengan buang air di dalam masalah yang menyebabkan wajib
berwudhu. Padahal buang air sudah jelas membatalkan wudhu.
Untuk musafir : maksimal tidak melepas sepatu adalah selama 3 hari 3 malam
صلى- ِ ُول هَّللا ِ ان ُي َسافِ ُر َم َع َرس َ ب َف َس ْل ُه َفِإ َّن ُه َك ٍ ِْن َأ ِبى َطال َ ت َعلَي
ِ ْك ِباب ِ ْت عَاِئ َش َة َأسْ َألُ َها َع ِن ْال َمسْ ِح َعلَى ْال ُخ َّفي
ْ َْن َف َقال ُ ْن َها ِنٍئ َقا َل َأ َتي
ِ ْح ب ُ َْعن
ِ ش َري
َثالَ َث َة َأي ٍَّام َولَ َيالِ َيهُنَّ ل ِْلم َُساف ِِر َو َي ْومًا َولَ ْيلَ ًة ل ِْل ُمق ِِيم-صلى هللا عليه وسلم- ِ َف َسَأ ْل َناهُ َف َقا َل َج َع َل َرسُو ُل هَّللا.-هللا عليه وسلم
Bersumber dari Syuraih bin Hani’ dia berkata : Aku mendatangi Aisyah r.a.
Aku bertanya kepadanya tentang mengusap khuf (sepatu yang menutup mata kaki).
Maka dia menjawab : Hendaknya engkau mendatangi putra Abi Thalib (yaitu Ali r.a). Tanyakan
kepadanya, karena sesungguhnya dia pernah pergi bersama Rasulullah saw.
Syuraih berkata : maka kami bertanya kepada Ali r.a , lalu dia menjawab : Bahwasanya Rasulullah saw
menjadikan 3 hari 3 malam untuk musafir , dan sehari semalam untuk orang yang muqim (menetap).
Bersumber dari Urwah bin Al Mughirah dari ayahnya (yaitu Al Mughirah bin Syu’bah r.a) dia berkata :
Aku bersama dengan Rasulullah saw dalam perjalanan. Lalu aku membungkuk untuk melepas
sepatunya, maka beliau saw bersabda : Biarkanlah ! Karena sesungguhnya aku memakainya dalam
keadaan suci (dalam keadaan berwudhu).
ُ ان َأسْ َف ُل ْال ُخفِّ َأ ْولَى ِب ْال َمسْ ِح مِنْ َأعْ الَهُ َو َق ْد َرَأي
صلى- ِ ْت َرسُو َل هَّللا ِ ان ال ِّدينُ ِبالرَّ ْأ
َ ى لَ َك َ َقا َل لَ ْو َك- رضى هللا عنه- ٍَّعنْ َع ْب ِد َخي ٍْر َعنْ َعلِى
َّ ُ َ َ
َي ْم َس ُح َعلى ظاه ِِر خف ْي ِه-هللا عليه وسلم
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Abdu Khair dari Ali r.a dia berkata : Seandainya agama ini berdasarkan aqal , maka
bagian bawah khuf lebih utama diusap daripada bagian atasnya.
Sungguh aku telah melihat Rasulullah saw mengusap pada bagian atas sepatunya.
Dia wajib mandi dengan melepas sepatunya. Hal ini berlaku buat orang yang bermuqim ataupun bagi
musafir.
ْس َح َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيْأ ُم ُر َنا ِإ َذا ُك َّنا ُم َساف ِِر
َ ين َأنْ َنم َ ِ ان َرسُو ُل هَّللا ِ َّال َعنْ ْال َمسْ ِح َعلَى ْال ُخ َّفي
َ ْن َف َقا َل َك َ ص ْف َو
ٍ ان ب َْن َعس ُ َعنْ ِزرٍّ َقا َل َسَأ ْل
َ ت
َعلَى ِخ َفا ِف َنا َواَل َن ْن ِز َع َها ثَاَل َث َة َأي ٍَّام مِنْ غَاِئطٍ َو َب ْو ٍل َو َن ْو ٍم ِإاَّل مِنْ َج َنا َب ٍة
حسن: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Zirr dia berkata : Aku bertanya kepada Shafwaan bin ‘Assaal r.a tentang mengusap khuf ,
lalu dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw memerintahkan kepada kami, apabila kami bepergian agar
mengusap khuf ( sepatu ) kami dan tidak melepasnya selama 3 hari , baik karena buang air besar , buang
air kecil , dan karena tidur , kecuali karena janabat
Penjelasan :
Hadits ini menjelaskan bahwa janabat adalah suatu keadaan yang tidak menerima rukhshah
(keringanan) untuk mengusap sepatu ketika wudhu. Artinya : sepatu wajib dilepaskan , kemudian dia
mandi janabat.
Tentang wanita haidh tidak disebutkan dalam hadits ini , tetapi umat Islam pada umumnya
menyamakan hukumnya dengan keadaan janabat, karena sama sama hadats besar. Maka Wanita haidh
atau nifas juga tidak diperkenankan hanya mengusap sepatunya ketika mandi suci dari haidh. Dia wajib
melepasnya dan mandi sebagaimana mandi janabat.
Wallahu A’lam.
Ini adalah pendapat shahabat : Ibnu Umar r.a , Abu Musa Al Asy’ari r.a.
Dan orang orang setelah mereka : Sa’id bin Jubair , Mak-hul , Ubaidah As Salmani , Al Auza’i dll.
َ ُي َنا ِجى َر ُجالً َفلَ ْم َي َز ْل ُي َنا ِجي ِه َح َّتى َنا َم َأصْ َحا ُب ُه ُث َّم َجا َء َف-صلى هللا عليه وسلم- ُّصالَةُ َوال َّن ِبى
صلَّى ِب ِه ْم 3ِ ْن َمالِكٍ َقا َل ُأقِي َم
َّ ت ال ِ عن َأ َنس ب
Bersumber dari Anas bin Malik r.a dia berkata : Iqamat untuk shalat telah dikumandangkan , dan Nabi
saw berbincang dengan seseorang dan beliau saw terus berbincang sehingga para shahabat tertidur.
Lalu Nabi saw datang dan shalat bersama mereka.
Penjelasan :
Dhahirnya, dalam hadits ini para shahabat langsung mengerjakan shalat berjama’ah ketika bangun dari
tidurnya tanpa berwudhu lagi.
Hal ini dipertegas dengan pernyataan shahabat Anas r.a ketika menceritakan kebiasaan para shahabat ,
bahwa mereka biasa bangun tidur langsung mengerjakan shalat tanpa berwudhu lagi :
َ ضُئ
ون َ ُون ُث َّم ُي
َ ُّصل
َّ ون َوالَ َي َت َو ِ ان َأصْ َحابُ َرس
َ َي َنام-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا َ ت َأ َن ًسا َيقُو ُل َك
ُ َْعنْ َق َتادَ َة َقا َل َسمِع
Bersumber dari Qatadah dia berkata : Aku mendengar dari Anas r.a yang berkata : dahulu para shahabat
Rasulullah saw tidur kemudian mereka mengerjakan shalat dengan tidak berwudhu’ lagi
ُث َّم اضْ َط َج َع َف َنا َم َح َّتى َن َف َخ...صلَّى َ ُث َّم َقا َم َف..... م َِن اللَّي ِْل-صلى هللا عليه وسلم- ُّت لَ ْيلَ ًة عِ ْندَ َخالَتِى َم ْيمُو َن َة َف َقا َم ال َّن ِبى
ُّ َّاس َقا َل ِب
ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
ضْأَّ صلَّى َولَ ْم َي َت َو َ َ َ
ف ماقَ َ
ف ة
ِ َ الصَّ الب ه
ُ َ
ن َ
ذ آفَ ٌ
ل َ الب ه
ُ ا َ
ت َأفَ َ
خ َ
ف َ
ن م انَ ا َ
ذ انكَ و
ِ ِ َ َ َ ِإ
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a dia berkata : Pada suatu malam aku menginap di rumah bibiku
Maimunah r.a ( istri Nabi saw ). Lalu Nabi saw bangun di sebagian malam……
Lalu beliau saw melakukan shalat….. lalu beliau saw berbaring kemudian tidur dengan mendengkur, dan
Nabi saw biasa mendengkur di dalam tidurnya. Lalu Bilal r.a mendatangi beliau saw untuk
memberitahukan datangnya waktu shalat. Lalu Nabi saw bangun untuk mengerjakan shalat tanpa
berwudhu lagi.
C) Tidur yang lama membatalkan wudhu , sedangkan kalau sebentar tidak membatalkannya
Wallahu A’lam.
D) Tidur tidak membatalkan wudhu , kecuali tidurnya dengan posisi yang memungkinkan dapat keluar
angin dalam keadaan tidur
Ini adalah pendapat Imam Hanafi , imam Asy Syafi’I, imam Ats Tsauri dll
Telah diketahui bahwa didapati adanya hadits yang menyatakan bahwa tidur membatalkan wudhu’
Didapati juga hadits yang menyatakan bahwa tidur tidak membatalkan wudhu.
Maka diupayakan jalan untuk menafsirkan hadits hadits tersebut sehingga dapat diamalkan semuanya.
Maka didapati kesimpulan bahwa : tidur yang membatalkan wudhu adalah tidur yang dilakukan dengan
posisi tertentu.
Sedangkan tidur yang tidak membatalkan wudhu adalah dengan posisi lainnya.
Dasarnya adalah : Pertimbangan bahwa tidur adalah suatu keadaan yang membuat seseorang tidak
mengetahui apa yang terjadi dengannya. Sehingga dimungkinkan dia mengalami hadats (misalnya buang
angin = kentut) tanpa disadari.
Maka dilakukan penelitian terhadap beberapa posisi tidur, kemudian dibuat sebuah keputusan : Bahwa
ada beberapa posisi tidur yang memungkinkan seseorang buang angin (kentut) di dalam tidurnya , yaitu
tidur tengkurap , atau terlentang.
karena tidur dalam posisi ini membuat lubang pantat tidak “tertutup rapat”.
Sedangkan tidur dengan posisi duduk tidak memungkinkan untuk
Penjelasan :
Dari hadits ini didapati kesimpulan bahwa yang menjadi persoalan bukanlah “tidurnya” , tetapi
terjadinya peristiwa hadats di dalam tidurnya.
ْن َوِإنْ ُك ْن ُت ْم ُج ُنبًاِ اغسِ لُوا وُ جُو َه ُك ْم َوَأ ْي ِد َي ُك ْم ِإلَى ْال َم َراف ِِق َوا ْم َسحُوا ِب ُرءُوسِ ُك ْم َوَأرْ ُجلَ ُك ْم ِإلَى ْال َكعْ َبي َ َيا َأ ُّي َها الَّذ
َّ ِين َآ َم ُنوا ِإ َذا قُمْ ُت ْم ِإلَى ال
ْ صاَل ِة َف
صعِي ًدا َط ِّيبًا َفا ْم َسحُوا َ ضى َأ ْو َعلَى َس َف ٍر َأ ْو َجا َء َأ َح ٌد ِم ْن ُك ْم م َِن ْال َغاِئطِ َأ ْو اَل َمسْ ُت ُم ال ِّن َسا َء َفلَ ْم َت ِجدُوا َما ًء َف َت َي َّممُواَ ْاط َّهرُوا َوِإنْ ُك ْن ُت ْم َمر َّ َف
ِْبوُ جُو ِه ُك ْم َوَأ ْيدِي ُك ْم ِمن ُه
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu
Al Qur’an surah Al Maidah ayat 6
Dan merupakan pendapat Imam Al Hasan Al Bashri , Thawus,Atha’, Imam Hanafi , imam Malik , Imam
Ahmad bin Hanbal
Alasannya :
Nabi saw adalah manusia yang paling faham tentang makna Al Qur’an.
Karena salah satu tugas beliau saw adalah menjelaskan makna Al Qur’an kepada manusia
maka kita harus mendahulukan pemahaman Nabi saw dalam menafsirkan Al Qur’an.
Nabi saw memahami bahwa kalimat : AU LAAMASTUMUN NISAA’ : Tidak diartikan dengan bersentuh
biasa.
Aisyah r.a berkata : Pada waktu itu rumah rumah tidak ada lampunya
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabush Shalah bab 22 no 382 ( ini adalah lafadznya )
ت َيدِى َعلَى َب ْط ِن َق َد َم ْي ِه َوه َُو فِى ْال َمسْ ِج ِد َو ُه َما ِ لَ ْيلَ ًة م َِن ْالف َِر-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َرسُو َل هَّللا
ْ اش َف ْال َت َمسْ ُت ُه َف َو َق َع ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
ُ ت َف َق ْد
ان َ
ِ َمنصُو َبت ْ
Bersumber dari Aisyah r.a , dia berkata : Pada suatu malam aku kehilangan Rasulullah saw. Lalu aku
mencarinya. Kemudian tanganku menyentuh dua telapak kaki Nabi saw, sedangkan beliau saw berada di
dalam masjid dan kedua kakinya dalam keadaan tegak
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabush Shalah bab 42 no 482 ( Ini adalah lafadznya )
Bersumber dari ‘Urwah bin Az Zubair dari Aisyah r.a , sesungguhnya Rasulullah saw mencium salah
seorang dari istrinya kemudian mengerjakan shalat dengan tidak berwudhu’ lagi.
Urwah berkata : Aku berkata kepada Aisyah r.a : siapa lagi yang dicium kalau bukan anda ? Lalu Aisyah
r.a tertawa.
Hadits riwayat Ahmad 6/210 no. 25238 (sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al Arnauth)
Ibnu majah Kitabuth Thaharah bab 69 no 502 ( Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani )
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabuth Thaharah bab 63 no 86 ( Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani )
Tetapi imam Al Bukhari menilai sanad hadits ini adalah dha’if karena terputus sanadnya , Habib bin Abi
Tsabit tidak mendengar dari ‘Urwah
Orang orang membicarakan tentang kata “AL LAMS” ( dalam surah Al Maidah ayat 6 )
Maka aku datang kepada Ibnu Abbas r.a , lalu aku berkata : Orang dari Al Mawali dan Al Arab berselisih
pendapat tentang kata AL LAMS.
Ibnu Abbas r.a bertanya kepadaku : dari 2 pendapat ini kamu pilih yang mana ?
Sesungguhnya kata AL MAS , dan AL LAMS dan kata AL MUBAASYARAH, semuanya bermakna jima’
Tetapi Allah memberi sebutan terhadap sesuatu sesuai dengan dengan yang Dia kehendaki
Tafsiran Ibnu Abbas r.a terhadap surah Al Maidah ayat 6 ini sepatutnya lebih didahulukan daripada
tafsiran selain dia. Selain Ibnu Abbas r.a adalah seorang shahabat yang dekat dengan Nabi saw, ternyata
penafsiran Ibnu Abbas juga cocok dengan perilaku Nabi saw , yang mana beliau saw tidak membatalkan
shalatnya ketika menyentuh istrinya dengan sengaja ( hadits shahih riwayat Al Bukhari no 382 dan
Muslim no 512 )
Hal ini diperkuat dengan urutan kalimat yang ada pada surah Al Maidah ayat 6 tersebut :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah”
Ini merupakan cara bersuci dengan menggunakan air akibat dari hadats kecil
Ini merupakan cara bersuci dengan menggunakan air karena hadats besar
“dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah”
Ini merupakan cara bersuci dari dua macam sebab : Sebab yang kecil dan sebab yang besar ( Tayammum
adalah bersuci dari hadats kecil maupun hadats besar, sebagai pengganti wudhu dan mandi )
Kembali dari tempat buang air (kakus) : Sebab yang kecil ( hadats kecil )
Kesimpulan :
Bersentuh dengan wanita tidak membatalkan wudhu’ karena ma’na AULAAMASTUMUN NISAA’
diartikan dengan bersetubuh ( jima’), bukan bersentuhan biasa.
Dhahirnya, Imam Syafi’i dalam menetapkan batal berwudhu karena bersentuh laki dan perempuan
adalah didasarkan kepada kehati hatian. Ini nampak dari kalimat beliau :
“ Seandainya hadits Ma’bad bin Nabatah (tentang Nabi mencium istrinya) itu tsabit
( telah ditetapkan kebenarannya = shahih ), maka aku akan berpendapat bahwa ciuman dan sentuhan
itu tidak membatalkan wudhu’
Wallahu A’lam.
C) Bersentuhan antara laki laki dan wanita tidak membatalkan wudhu jika tidak disertai syahwat . Jika
disertai syahwat maka batal wudhunya
3) MENYENTUH KEMALUAN
Ini adalah pendapat imam Asy Syafi’i . imam Ahmad bin Hanbal , Ibnu Hazm dll
ضْأ ْ ان َأ َّن َها َسم َِع
َّ َيقُو ُل « َمنْ مَسَّ َذ َك َرهُ َف ْل َي َت َو-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َرسُو َل هَّللا َ ص ْف َو ُ َعنْ َمرْ َوان َقا َل َأ ْخ َب َر ْتنِى بُسْ َرةُ ِب ْن
َ ت
صحيح: قال الشيخ األلباني
حديث صحيح: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Marwan bin Al Hakam dia berkata : telah mengkhabarkan kepadaku Bushrah binti
Shafwaan r.a , bahwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda :
Bersumber dari ‘Amru bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya yang berkata : Rasulullah saw bersabda
kepadaku : Barangsiapa yang menyentuh kemaluannya maka hendaklah dia berwudhu’. Dan perempuan
mana saja yang menyentuh kemaluannya hendaknya dia berwudhu’
Penjelasan :
Dalam hadits di atas dengan sangat jelas sekali disebutkan bahwa Rasulullah saw memerintahkan
berwudhu’ bagi siapa saja yang telah menyentuh kemaluannya
Bersumber dari Thalq bin Ali r.a , dia berkata : ........Seorang laki laki yang kelihatannya seperti orang
badui datang bertanya kepada Rasulullah saw : wahai Rasulullah, apa pendapat engkau tentang orang
yang menyentuh kemaluannya ketika shalat ?
Rasulullah saw menjawab : Bukankah kemaluan itu hanya bagian dari dagingmu ?
Hadits shahih riwayat Nasai Kitabuth Thaharah bab 119 no 165 ( ini adalah lafadznya )
Bersumber dari Qais bin Thalq Al Hanafiy dari bapaknya yang berkata : Aku mendengar Rasulullah saw
ditanya tentang menyentuh kemaluan , maka beliau saw bersabda : Tidak ada kewajiban padanya
berwudhu’. Sesungguhnya kemaluan itu adalah bagian dari tubuhmu
Penjelasan :
Dalam hadits ini Rasulullah saw ditanya tentang hukum menyentuh kemaluan , apakah membatalkan
wudhu’ atau tidak ?
Ternyata Rasulullah saw memberikan jawaban bahwa tidak ada kewajiban berwudhu’ setelah
menyentuh kemaluan.
C) Yang berpendapat bahwa menyentuh kemaluan tidak membatalkan wudhu kecuali jika
menyentuhnya dengan syahwat maka batal wudhunya
Ini adalah pendapat dari imam Malik dan yang dipilih oleh Syaikh Al Albani
D) Yang berpendapat bahwa menyentuh kemaluan dengan penghalang ( misalnya kain dsb ) adalah tidak
membatalkan wudhu’.
Dalilnya :
ب َعلَ ْي ِه ْالوُ ضُو ُء َ َقا َل « َمنْ َأ ْف-صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َع ِن ال َّن ِبى
َ ضى ِب َي ِد ِه ِإلَى َذ َك ِر ِه لَي
َ ْس دُو َن ُه سِ ْت ٌر َف َق ْد َو َج
حسن وهذا إسناد ضعيف: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , dari Nabi saw yang bersabda :
Jika tangan salah seorang diantara kalian menyentuh kemaluannya tanpa penghalang, maka wajib
baginya berwudhu’
Hadits riwayat Ahmad 2/333 no 8199 dengan sanad yang dha’if
Tetapi dengan adanya hadits lain sebagai pendukung maka Syaikh Al Arnauth menilainya sebagai hadits
hasan
E) Yang berpendapat bahwa berwudhu’ setelah menyentuh kemaluan adalah bersifat anjuran , bukan
wajib
Dalilnya : Yang secara tegas tidak ada. Hanya menyimpulkan dari dalil dalil yang ada, baik dalil yang
menyatakan menyentuh kemaluan membatalkan wudhu, ataupun dalil yang menyatakan tidak
membatalkan wudhu.
Maka : Siapa saja yang menyentuh kemaluan hendaknya berwudhu’ , tetapi jika tidak berwudhu’ maka
dia tidak berdosa dan tetap sah shalatnya
Cabang permasalahan :
1. Yang berpendapat bahwa wudhunya batal apabila menyentuh kemaluan orang lain
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang
baik (bersih)
Dalam ayat ini difahami bahwa menyentuh perempuan membatalkan wudhu. Hal ini termasuk
menyentuh kemaluannya
Bersumber dari Qais bin Thalq Al Hanafiy dari bapaknya yang berkata : Aku mendengar Rasulullah saw
ditanya tentang menyentuh kemaluan , maka beliau saw bersabda : Tidak ada kewajiban padanya
berwudhu’. Sesungguhnya kemaluan itu adalah bagian dari tubuhmu
Penjelasan :
Di dalam hadits ini Nabi saw bersabda bahwa kemaluan adalah bagian dari tubuh. Hal ini dapat difahami
bahwa kemaluan tidak berbeda dengan bagian tubuh yang lain , maka menyentuh kemaluan sendiri
atau menyentuh kemaluan orang lain tidak membatalkan wudhu’ karena disamakan dengan menyentuh
daging atau bagian tubuh yang lainnya.
Wallahu A’lam
Az Zuhri , Al Auza’i , serta imam Malik menyatakan bahwa menyentuh kemaluan anak tidak
membatalkan wudhu’’
4. Menyentuh dubur ?
Wallahu A’lam
Masalah ini diperselisihkan umat Islam : ada yang berpendapat membatalkan wudhu’ dan ada juga yang
berpendapat tidak membatalkan wudhu
.» ضْأ َّ ضْأ َوِإنْ شِ ْئ تَ َفالَ َت َوَّ ُوم ْالغَ َن ِم َقا َل « ِإنْ شِ ْئ تَ َف َت َو ُ
ِ ض مِنْ لح
َأَأ َت َو َّ ُأ-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َجابر بْن َسم َُر َة َأنَّ َر ُجالً َسَأ َل َرسُو َل هَّللا
ِ ِِ
ُوم اِإل ِب ِل ح ُ ل ِْن
م ْأضَّ وَ َ
ت َ
ف م
ْ ع
َ ن َ « لَ اقَ ل
ِ ب ا ُوم
ح ُ ل ِْن
م ُأضَّ وَ َ
ت َأ ل
َ اقَ
ِ ِ ِإل ِ
Bersumber dari Jabir bin Samurah r.a , sesungguhnya ada seorang laki laki bertanya kepada Rasulullah
saw : Apakah aku harus berwudhu’ setelah makan daging kambing ?
Beliau saw menjawab : Jika engkau mau berwudhu’, maka berwudhu’lah dan jika engkau menghendaki
( tidak berwudhu’ ) maka tidak usah berwudhu
Laki laki itu bertanya lagi : Apakah aku harus berwudhu’ jika makan daging onta ?
Ini adalah pendapat 4 khalifah ( Abu Bakar r.a, Umar r.a, Utsman r.a, Ali r.a )
Serta shahabat yang lainnya : Ibnu Mas’ud r.a , Ibnu Abbas r.a , Ubay bin Ka’ab r.a , Abud Darda’ r.a ,
Abu Thalhah r.a , Amir bin Rabi’ah, Abu Umamah r.a
Juga generasi yang di bawahnya : Imam Hanafi , imam Malik, imam Syafi’i
Bahwasanya perkara di akhir (kehidupan) Rasulullah saw adalah membiarkan wudhu (tidak berwudhu)
setelah makan sesuatu yang disentuh ( dimasak ) dengan api
Ahmad 1/226
Penjelasan :
Tidak berwudhu setelah makan makanan yang disentuh api , difahami dengan semua jenis, termasuk
daging onta
Jawab :
Saya tidak mendapati dalil yang membatasi umur bagi wanita dalam perkara larangan bepergian tanpa
mahram.
Yang membatasi larangan bagi wanita bepergian sendirian tanpa mahram di bawah umur 45 tahun
adalah kedutaan Saudi Arabia. Maksudnya : bagi wanita Indonesia yang bepergian untuk umrah tanpa
disertai mahramnya , hanya boleh bagi mereka yang berumur lebih dari 45 tahun.
Jika sudah lewat dari 45 tahun , maka kedutaan Saudi akan memberikan Visa umrah kepadanya
walaupun dia bepergian tanpa mahram.
Jika umurnya kurang dari 45 tahun , maka kedutaan Saudi tidak akan memberikan Visa umrah jika dia
tidak disertai mahramnya. Visa umrah bisa didapatkan jika dia pergi umrah dengan mahram.
Kedutaan Saudi tidak lagi mempermasalahkan umur wanita yang akan menunaikan haji tanpa mahram.
Mungkin ada dalil tentang masalah ini yang luput dari pengetahuan saya
Sementara ini saya hanya bisa menduga saja : Visa umrah bagi wanita yang bepergian tanpa mahram
hanya diberikan kepada yang umurnya sudah melebihi 45 tahun kemungkinan disebabkan adanya
kekhawatiran adanya TKW illegal.
Mungkin pemerintah Saudi khawatir wanita muda tersebut akan menjadi TKW illegal dengan berpura
pura masuk Saudi sebagai jamaah umrah.
Wallahu A’lam.
Yang membatalkan wudhu’ ada beberapa hal yang disepakati dan ada yang diperselisihkan oleh umat
Islam. Saya sudah membuat makalah berkaitan dengan hal ini .Insya Allah akan kami kutipkan macam
macamnya serta penjelasannya
Kalau aurat sengaja dibiarkan terbuka sehingga nampak oleh laki laki lain, maka pelakunya berdosa.
Hanya saja wudhunya tidak batal.
Kalau auratnya terbuka secara tidak sengaja sehingga nampak oleh laki laki lain , maka dia tidak berdosa.
- Karena faktor alam , misalnya : terkena angin sehingga tersingkap sebagian pakaiannya atau
kerudungnya. Atau terkena hujan lebat sehingga pakaiannya menjadi lengket ke badan (ketat) yang
menyebabkan sebagian auratnya nampak.
- Karena faktor mushibah : Misalnya terjatuh sehingga sebagian auratnya terbuka dan terlihat oleh laki
laki lain.
- Karena faktor lainnya : Misalnya ada laki laki yang masuk ke tempat wudhu’ wanita sehingga sebagian
aurat wanita terlihat olehnya.
- DLL
YANG DIMAKSUD “SENGAJA” ADALAH : Sengaja berpakaian yang memungkinkan laki laki lain dapat
melihat sebagian auratnya :
- Tidak memakai kerudung sehingga laki laki lain dapat melihat sebagian auratnya (kepala dan
sekitarnya)
- Membiarkan kakinya terbuka (tidak pakai kaos kaki) sehingga terlihat kakinya.
DLL.
03/08/16, 09.29 - Pardiman & Tian: Jawaban Ustadz Mubarrak Tentang sujud sahwi :
Sujud sahwi adalah sujud 2 kali yang dilakukan di dalam shalat karena mengalami lupa di dalam
shalatnya.
Didapati beberap hadits tentang sujud sahwi yang dilakukan oleh Rasulullah saw.
1. Tidak melakukan tahiyat awal, maka beliau saw sujud 2 kali sebelum salam, kemudian salam.
Selesai.
Selesai.
Setelah diingatkan, maka beliau saw menambah 1 raka'at lagi kemudian salam, kemudian sujud sahwi 2
kali. Kemudian salam lagi.
Selesai.
4. Beliau saw melakukan shalat 5 raka'at. Setelah diingatkan, beliau saw melipat kakinya sambil
menghadap Qiblat, kemudian sujud sahwi 2 kali. Tidak didapati berita apakah setelah sujud sahwi ini
beliau saw salam lagi.
5. Beliau saw mengajarkan bahwa jika seseorang lupa jumlah raka'at dan dia menyadari kelupaan ini,
maka hendaknya dia menetapkan jumlah raka'at tertentu, kemudian sujud sahwi sebelum salam.
Jika dia tidak lupa tentang jumlah raka'at, tetapi hatinya sangsi, tidak yaqin dengan jumlah yang
diyaqininya, maka dia sujud sahwi setelah salam.
Di luar perkara yang disebutkan di dalam hadits ini , ternyata muncul cabang permasalahan baru yang
jumlahnya sangat banyak. Karena tidak didapati hadits yang secara tegas dan jelas yang dapat dijadikan
sebagai dalil maka para ulama berbeda pendapat dalam menyikapinya. Semua perbedaan pendapat ini
berdasarkan pertimbangan aqal yang didasarkan kepada pemahamannya terhadap dalil dalil secara
umum.
04/08/16, 07.59 - Pardiman & Tian: Jawaban Ustadz Mubarrak tentang Isyarat dengan jari telunjuk
ketika duduk tasyahhud akhir :
Ibnu Umar r.a berkata : bahwasanya Nabi saw apabila duduk di dalam shalat, beliau saw meletakkan
kedua tangannya di atas kedua lututnya. Lalu beliau saw mengangkat jari tangan kanannya yang berada
di sebelah ibu jari (yaitu jari telunjuk kanan). Kemudian beliau saw berdo'a dengannya.
Hadits shahih riwayat Muslim no 580, Tirmidzi no 294,Ibnu Majah no 912, Ahmad 4/318.
Penjelasan :
Kalimat "Nabi saw berdo'a dengannya" maksudnya : selama Nabi saw membaca do'a , beliau saw
senantiasa berisyarat dengan jari telunjuknya.
Kesimpulan : isyarat jari telunjuk diturunkan ketika akan mengucapkan salam. Yaitu ketika sudah tidak
ada lagi yang dibaca.
Wallahu A'lam.
04/08/16, 09.19 - Pardiman & Tian: Jawaban Ustadz Mubarrak atas pertanyaan :
Kejadian :
Dalam shalat ashar berjama’ah, imam yang seharusnya duduk tahiyyat akhir pada raka’at ke 4, ternyata
dia dia lupa dan berdiri ke raka’at ke 5.
Imam merasa benar , yaitu baru mengerjakan 4 raka’at. Imam sama sekali tidak merasa lupa.
Sedangkan makmum juga lupa sudah berapa raka’at yang sudah dilakukannya, atau bisa juga dia tidak
yaqin apakah berdirinya imam ini adalah raka’at ke 4 atau ke 5.
Dalam kondisi ini shalatnya tidak masalah. Makmum harus mengikuti imamnya untuk berdiri dengan
keyaqinan bahwa imamnya sudah benar , yaitu berdiri ke raka’at ke 4, walaupun kenyataannya mereka
berdiri ke raka’at ke 5.
Kemudian imam dan makmumnya duduk tahiyyat pada raka’at ke 5, lalu imam mengucap salam disusul
oleh salam dari makmumnya.
Shalat mereka tidak perlu diulang dan tidak ada sujud sahwi.
Cara seperti ini tidak pernah terjadi pada diri Rasulullah saw dan para shahabatnya. Sehingga dalil yang
terang , tegas dan jelas tidak ada.
Keadaan lupa yang dialami oleh imam serta makmumnya membuat mereka merasa melakukan shalat
hanya 4 raka’at, walaupun sebenarnya mereka melakukannya 5 raka’at.
Sehingga tidak ada sanksi apapun untuk imam maupun makmumnya. Karena yang mengetahui
kesalahan mereka hanya Allah swt saja, maka urusannya diserahkan kepada Allah.
Setelah salam , makmum menyampaikan hal ini kepada imamnya , maka imamnya harus menghadap
Qiblat sambil duduk, diikuti semua makmumnya, kemudian sujud sahwi 2 kali, kemudian salam.
Hal ini pernah terjadi pada diri Rasulullah saw dan para shahabatnya.
. » اك َ صالَ ِة َف َقا َل « َو َما َذ َّ الظه َْر َخ ْمسًا َفقِي َل َل ُه َأ ِزي َد فِى ال َ - صلى هللا عليه وسلم- ِ َأنَّ َرسُو َل هَّللا- رضى هللا عنه- ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا
ُّ صلَّى
ْن َبعْ َد َما َسلَّ َم
ِ د َسجْ َد َتي3َ َف َس َج. 3صلَّيْتَ َخ ْم ًسا
َ َقا َل
Bersumber dari Abdullah r.a dia berkata bahwa Rasulullah saw melakukan shalat dhuhur 5 raka’at ,
maka dikatakan kepadanya : Apakah shalat telah ditambah ?
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabus Sahwi bab 2 no1226 (ini adalah lafadznya)
ِ َفلَمَّا َسلَّ َم قِي َل لَ ُه َيا َرسُو َل هَّللا- ص َ َقا َل ِإب َْراهِي ُم َزا َد َأ ْو َن َق- -صلى هللا عليه وسلم- ِ صلَّى َرسُو ُل هَّللا َ ِ َعنْ ِإب َْراهِيم عنْ َع ْل َق َم َة َقا َل َقا َل َع ْب ُد هَّللا
َ ْ َأ ُ َّ ُ
ْن ث َّم َسل َم ث َّم ق َب َل َعل ْي َنا َ َ ْ ْ َ َ َ
ِ د َسجْ َد َتي3َ َفث َنى ِرجْ ل ْي ِه َواسْ َتق َب َل القِ ْبلة َف َس َج- َقا َل- صليْتَ َكذا َو َكذا َ َّ ُ
َ َقالوا.» ك َ صالَ ِة َشىْ ٌء َقا َل « َو َما َذا َ َأ َح
َّ دَث فِى ال
يت َف َذ ِّكرُونِى ْأ
ُ ِصالَ ِة َشىْ ٌء َأ ْن َب ُت ُك ْم ِب ِه َولَكِنْ ِإ َّن َما َأ َنا َب َش ٌر َأ ْن َسى َك َما َت ْن َس ْو َن َفِإ َذا َنس
َّ دَث فِى الَ ِب َوجْ ِه ِه َف َقا َل « ِإ َّن ُه لَ ْو َح
Bersumber dari Ibrahim dari Alqamah dia berkata bahwa Abdullah r.a berkata : Rasulullah saw
melakukan shalat – ( Ibrahim berkata : dalam hal ini Rasulullah saw menambah atau mengurangi
raka’at )
Ketika beliau saw mengucapkan salam , dikatakan kepadanya : Wahai Rasulullah , apakah ada cara baru
didalam shalat?
Abdullah r.a berkata : Maka Rasulullah saw melipat kedua kakinya dan menghadap kearah qiblat.
Kemudian beliau saw sujud 2 kali dan setelah itu melakukan salam lagi.
Setelah itu Rasulullah saw menghadap kepada kami dan bersabda : Sesungguhnya apabila ada sesuatu
yang baru di dalam shalat , maka aku akan memberitahu kepada kalian.
Akan tetapi aku adalah manusia biasa yang bisa lupa seperti kalian , maka kalau aku lupa ingatkanlah
aku
Penjelasan :
Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw mengalami lupa di dalam shalatnya sehingga beliau saw
mengerjakan shalat 5 raka’at dari yang seharusnya 4 raka’at.
Para shahabatnya tidak mengalami lupa, mereka mengetahui bahwa Rasulullah saw melakukan
kesalahan karena berdiri ke raka’at ke 5. Tetapi ketika itu para shahabat tidak mengerti apa yang harus
dilakukan. Maka mereka ikut berdiri dan menyelesaikan shalatnya sampai 5 raka’at bersama dengan
Nabi saw. Setelah itu mereka memberitahukan kepada Nabi saw bahwa mereka bersama Nabi saw
mengerjakan shalat 5 raka’at. Kemudian Nabi saw duduk menghadap ke Qiblat diikuti para shahabatnya,
kemudian sujud sahwi 2 kali, kemudian salam.
Nabi saw sama sekali tidak menyalahkan shahabatnya karena ikut berdiri.
Nabi saw hanya memberikan bimbingan , kalau imamnya salah hendaknya para makmumnya
mengingatkannya.
Ketika mendengar peringatan dari makmumnya , imam harus mengurungkan berdiri ke raka’at ke 5 dan
kembali duduk tahiyyat akhir (pada raka’at ke 4), kemudian imam salam dan makmumnya mengikuti
mengucapkan salam.
Selesai.
Cara seperti ini tidak pernah terjadi pada zaman Nabi saw.
Bahwa shalat yang 4 raka’at harus dikerjakan 4 raka’at, tidak boleh 5 raka’at.
- Jika imam lupa sehingga mengerjakan shalat 5 raka’at, maka hal ini dima’afkan.
- Jika imam lupa sehingga berdiri mengerjakan raka’at ke 5, kemudian makmumnya mengingatkannya
sehingga dia menyadari kesalahannya. Maka sa’at ini imam sudah tidak bisa lagi dikatakan lupa. Jika dia
meneruskan raka’at ke 5 , maka dia secara sengaja melakukan shalat 5 raka’at. Dalam keadaan ini imam
dianggap melakukan kesalahan.
Maka dia harus kembali duduk untuk mengerjakan tahiyyat akhir pada raka’at ke 4.
Soal :
Jika imam sudah diperingatkan tetapi tidak mau kembali untuk duduk, apa yang harus dilakukan
makmumnya ?
Jawab :
Makmum hendaknya tetap duduk pada raka’at ke 4 tersebut, membaca do’a tahiyyat. Hendaknya dia
menunggu imam duduk tahiyyat (pada raka’at ke 5) , kemudian setelah imam salam, makmum
mengikuti imam mengucapkan salam.
Cara seperti ini tidak pernah terjadi pada zaman Nabi saw.
- Imam melakukan kesalahan bukan karena tidak sengaja. Bahkan imam melakukannya secara sengaja.
Maka makmum tidak usah ikut berdiri.
- Makmum tidak boleh mendahului imam dalam mengucapkan salam. Hal ini berlaku umum , dalam
shalat apapun, dan dalam keadaan bagaimanapun.
َصالَ َة َأ ْق َب َل َعلَ ْي َنا ِب َوجْ ِه ِه َف َقا َل « َأ ُّي َها ال َّناسُ ِإ ِّنى ِإ َما ُم ُك ْم َفال َ َذاتَ َي ْو ٍم َفلَمَّا َق-صلى هللا عليه وسلم- ِ صلَّى ِب َنا َرسُو ُل هَّللا
َّ ضى ال ٍ َعنْ َأ َن
َ س َقا َل
ِوع َوالَ ِبال ُّسجُو ِد َوالَ ِب ْالقِ َي ِام َوالَ ِباالِ ْنصِ َراف ِ َتسْ ِبقُونِى ِبالرُّ ُك
Bersumber dari Anas bin Malik r.a dia berkata : Rasulullah saw melakukan shalat bersama kami. Setelah
selesai dari shalatnya beliau saw menghadap kepada kami dengan wajahnya lalu bersabda : Wahai
sekalian manusia , sesungguhnya aku adalah imam kalian , maka janganlah kalian mendahului aku di
dalam hal ruku’ , jangan juga di dalam hal sujud , jangan juga di dalam hal berdiri , jangan juga di dalam
hal berpaling ( = keluar dari shalat atau mengucapkan salam )
Penjelasan :
Dalam hadits ini terkandung hukum shalat berjama’ah, yaitu : makmum tidak boleh mendahului imam
dalam mengucapkan salam. Hal ini berlaku umum , dalam shalat apapun dan dalam keadaan
bagaimanapun. Maka makmum yang duduk tahiyyat pada raka’at ke 4 harus menunggu imamnya duduk
tahiyyat sampai mengucapkan salam. Setelah itu makmum mengikuti imamnya mengucapkan salam.
Selesai.
Kecuali bagi makmum yang bermaksud berpisah dari imamnya , maka dia tidak ada keterikatan dengan
imam, dia boleh salam lebih dulu dari imamnya.
Tetapi menyatakan berpisah dari imam tidak boleh dilakukan makmum karena suka suka. Harus ada
alasan yang kuat dan dibenarkan, misalnya karena imamnya menyusahkan makmum dengan bacaannya
yang sangat panjang dsb.
Bantahan :
Bukankah Rasulullah saw menyampaikan bahwa , jika sudah berdiri sempurna maka imam dilarang
untuk kembali duduk ?
Jawab :
Bersumber dari Al Mughirah bin Syu’bah r.a dia berkata , Rasulullah saw bersabda :
Apabila imam berdiri pada 2 raka’at (pertama) , maka jika dia ingat sebelum berdiri tegak hendaklah dia
kembali duduk. Jika dia telah berdiri tegak janganlah dia kembali untuk duduk, dan hendaknya dia sujud
2 kali ( yaitu ) sujud sahwi
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 203 no 1038
Penjelasan :
Hadits ini menjelaskan bahwa jika seorang imam shalat sudah mendapat 2 raka’at, seharusnya dia
duduk tahiyyat awal.Ternyata dia lupa,sehingga dia berdiri ke raka’at ke 3
Dalam kondisi ini , jika dia belum sempurna berdiri , wajib kembali untuk duduk tahiyyat awal. Jika dia
telah sempurna berdiri , maka Rasulullah saw melarang dia kembali duduk. Dia mesti melanjutkan
pekerjaan shalat sebagaimana pada raka’at ke 3.
Ketika sudah duduk tahiyyat akhir , maka dia mesti sujud sahwi 2 kali sebelum salam.
Hadits ini berlaku untuk imam yang kelupaan tidak duduk tahiyyat awal sebagaimana perkataan
Rasulullah saw “Apabila imam berdiri pada 2 raka’at (pertama)”.
Jika lupa duduk tahiyyat awal, maka orang tersebut masih berada di dalam raka’at yang benar (yaitu
raka’at ke 3). Yang ketinggalan hanya duduk tahiyyat awal.
Maka jika dia sudah berdiri tegak , dilarang untuk kembali duduk.
Sedangkan imam yang lupa duduk tahiyyat akhir, kemudian dia berdiri ke raka’at ke 5 , maka dia berada
dalam keadaan yang salah.
Jika kemudian dia menyadari kesalahannya setelah diberitahu makmumnya, maka dia wajib kembali
untuk duduk. Jika dia tidak mau duduk berarti dia sengaja melakukan shalat 5 raka’at. Jelas sekali dia
telah melakukan kesalahan.
Kesimpulan :
- Kemudian makmum memperingatkan imam dengan mengucap “subhanallah” bagi laki laki dan
bertepuk tangan bagi wanita.
- Imam hendaknya merespon peringatan makmumnya dengan kembali duduk untuk mengerjakan
tahiyyat akhir (pada raka’at ke 4).
- Jika imam tidak mau kembali duduk (baik karena tidak mengerti maupun karena yaqin dia benar) ,
maka makmum tetap duduk tahiyyat akhir tetapi jangan mengucap salam. Makmum hendaknya
menunggu imam.
- Setelah imam mengerjakan raka’at ke 5, kemudian duduk tahiyyat dan menutupnya dengan salam,
maka makmum ikut mengucapkan salam.
Wallahu A’lam.
A). Jika imam merasa berada dalam raka’at yang benar dan merasa makmumnya yang salah, maka imam
tidak perlu sujud sahwi sebelum salam. Makmum juga tidak perlu sujud sahwi sebelum salam.
Setelah salam, barulah imam menanyakan kepada makmumnya tentang shalat yang baru saja dilakukan.
Jika semua makmumnya bersaksi bahwa imamnya salah , maka imam hendaknya melakukan sujud
sahwi sambil duduk dan diikuti makmumnya, kemudian salam lagi.
B). Jika imamnya menyadari kesalahannya karena berdiri ke raka’at ke 5 kemudian dia kembali duduk
untuk mengerjakan tahiyyat akhir pada raka’at ke 4, maka tidak ada sujud sahwi yang dilakukan. Dia
hanya mengerjakan tahiyyat akhir kemudian salam. Makmum juga melakukan hal yang sama.
Bersumber dari Al Mughirah bin Syu’bah r.a dia berkata , Rasulullah saw bersabda :
Apabila imam berdiri pada 2 raka’at (pertama) , maka jika dia ingat sebelum berdiri tegak hendaklah dia
kembali duduk. Jika dia telah berdiri tegak janganlah dia kembali untuk duduk, dan hendaknya dia sujud
2 kali ( yaitu ) sujud sahwi
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 203 no 1038
Penjelasan :
Ketika imam kembali untuk duduk, maka tidak ada perintah sujud sahwi.
Sujud sahwi hanya diperintahkan jika imam meneruskan berdiri ke raka’at yang selanjutnya padahal
seharusnya dia duduk tahiyyat.
C). Jika imam berdiri ke raka’at ke 5 kemudian menyadari kesalahannya , tetapi dia tidak mau balik
duduk (karena tidak mengerti), dan kemudian dia melakukan sujud sahwi, maka makmumnya
hendaknya ikut melakukan sujud sahwi bersama dengan imamnya.
Semua yang saya jelaskan ini berdasarkan pertimbangan aqal yang saya sandarkan kepada pemahaman
saya terhadap dalil dalil secara umum.
Wallahu A’lam.
2. Apakah umrah/dimulai thawaf saat kedatangan itu rukun haji atau tidak
3. Misal datang pas haid tetapi sudah waktunya brkt ke arafah apakah langsung ikut wukuf dulu dan
umrah lengkap dilaksanakan setelah suci kembali.
Terimakasih
04/08/16, 10.53 - Ustadz Mubarok Ptk: Hukum berkaitan dengan haidh ketika haji sudah ditetapkan oleh
Nabi saw.
Rasulullah saw memerintahkan dia agar mandi dan berihram untuk haji (dalam keadaan nifas tersebut)
2. Sudah berihram untuk haji kemudian mengalami haidh sebelum thawaf umrah (thawaf qudum).
Maka Rasulullah saw memerintahkan agar Aisyah ikut melaksanakan haji bersama Rasulullah saw dalam
keadaan haidh tersebut sampai selesai haji , kecuali thawaf .(padahal Aisyah r.a belum melakukan
umrah).
Ketika Aisyah r.a sudah suci dari haidhnya , dia langsung melakulan thawaf ifadhah.
Menjelang kepulangan ke Madinah, Aisyah r.a melakukan umrah yang belum terlaksana di awal
kedatangannya di Makkah, atas perintah Rasulullah saw.
Rasulullah saw menyatakan bahwa umrah (di bulan haji) sudah masuk ke dalam ibadah haji sampai
qiyamat.
Boleh juga sekali ihram untuk 2 macam, yaitu buat haji dan umrah.
Jawab :
Aqiqah adalah perintah dari Nabi Muhammad saw , maka mengamalkannya bernilai ibadah di sisi Allah
swt. Umat Islam hendaknya berusaha untuk mengamalkannya.
Aqiqah berbeda dengan kegiatan pada hari ke 40 dari kelahiran bayi , yang sebagian umat Islam
menyebutnya dengan SELAPAN , atau gunting rambut dsb. Karena acara tersebut adalah adat , bukan
perintah agama, bukan berasal dari ajaran Nabi Muhammad saw.
Bersumber dari Salman bin ‘Amir Adh Dhabiyyi r.a , dia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda : Bersama kelahiran bayi ada aqiqahnya, maka sembelihlah hewan , dan singkirkanlah kotoran
darinya ( cukurlah rambutnya )
3. Pada usia diatas 40 tahun (Ketika Rasulullah saw sudah diutus menjadi Nabi)
1. AQIQAH DILAKSANAKAN PADA HARI KE 7 DARI KELAHIRAN BAYI ( BUKAN BAYI BERUMUR 7 HARI )
Kalau bayi lahir pada hari Senin , maka hari Senin tersebut adalah hari pertama dari kelahirannya, maka
aqiqahnya adalah pada hari Ahad ( hari ke 7 nya )
َقا َل « ُك ُّل ُغالَ ٍم َرهِي َن ٌة ِب َعقِي َق ِت ِه ُت ْذ َب ُح َع ْن ُه َي ْو َم َس ِاب ِع ِه َويُحْ لَ ُق َو ُي َسمَّى-صلى هللا عليه وسلم- ِ ب َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ٍ ْن ُج ْن ُد
ِ » َعنْ َسم َُر َة ب
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح رجاله ثقات رجال الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Samurah bin Jundub r.a , Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Setiap bayi yang lahir, tergadai dengan aqiqahnya , yang disembelih pada hari ke 7 dari kelahirannya,
dan dicukur rambutnya serta diberi nama (pada hari itu)
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabudl Dlahaayaa bab (21) Fil Aqiiqah no 2840
َ « ْال َعقِي َق ُة ُت ْذ َب ُح لِ َسب ٍْع َوَألرْ َب َع َع ْش َر َة َوِإلحْ دَى َوعِ ْش ِر: َقا َل-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن ب َُريْدَ َة َعنْ َأ ِبي ِه َع ِن ال َّن ِبى
ين ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
Bersumber dari Abdullah bin Buraidah r.a dari ayahnya dari Nabi saw yang bersabda : Aqiqah itu
disembelih pada hari ke 7 , dan hari ke 14 , dan hari ke 21
Hadits riwayat Al Baihaqi Dalam Kitab As Sunanul Kubra Kitabudl Dlahaayaa bab 49 no 19293
Hadits ini dha’if karena dalam sanadnya ada rawi yang dha’if bernama : Ismail bin Muslim Al Makkiy
yang sering melakukan kesalahan dalam periwayatan.
Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Kitab Irwa’ no 1170 berkata : Hadits ini dhaif
َب ْل ال ُّس َّن ُة، اَل: ت عَاِئ َش ُة َرضِ َي هللاُ َع ْن َها ْ َدَت ا ْم َرَأةُ َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن َن َحرْ َنا َج ُزورً ا َف َقال
ْ َْن َأ ِبى َب ْك ٍر إنْ َول
ِ آل َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن بِ ْت ام َْرَأةٌ مِن
ِ َن َذ َر
ََّاب ِع َفِإنْ ل ْم َ ُ ْ ُ صد ْ ُ ْأ ْ َ ْ اَل اًل ُ
َ ار َي ِة َشاةٌ تقط ُع جُذو َو ُيك َس ُر ل َها َعظ ٌم َف َي ك ُل َويُط ِع ُم َو َي َتَ ْ ُ ْ ُاَل ْ َ َأ ْف
ِ ك َي ْو َم الس
َ َِّق َول َيكنْ ذل ِ ان ُم َت َكافَِئ َت
ِ ان َو َع ِن ال َج ِ ض ُل َعنْ الغ ِم َشا َت
َ َي ُكنْ َففِي َأرْ َب َع َة َع ْش َر َفِإنْ َل ْم َي ُكنْ َففِي إحْ دَى َوعِ ْش ِر
ين
هذا حديث صحيح اإلسناد و لم يخرجاه
صحيح: تعليق الحافظ الذهبي في التلخيص
Bersumber dari Atha’ dari Ummu Kurzin dan Abu Kurzin bahwa mereka berkata :
Seorang perempuan dari keluarga Abdurrahman bin Abu Bakar pernah bernadzar bahwa jika istri
Abdurrahman melahirkan maka kami menyembelih seekor onta. Maka Aisyah r.a berkata : Jangan
lakukan hal itu. Mengikut sunnah adalah lebih utama : Yaitu buat bayi laki laki (aqiqahnya) 2 ekor
kambing yang seimbang dan bagi bayi perempuan seekor kambing. Dan jangan dipecahkan tulangnya.
Hendaknya dia makan (dagingnya) dan memberi makan (kepada orang lain) serta bershadaqah.
Dan laksanakanlah penyembelihan kambing itu pada hari ke 7 dari kelahirannya. Kalau tidak bisa , maka
pada hari ke 14 dan kalau tidak bisa maka pada hari ke 21.
Hadits riwayat Al Hakim dalam Al Mustadrak jilid 5 halaman 338 Kitabudz Dzabaa-ih no 7669
• Yang kedua : lafadznya Syadz (ganjil). Karena telah diriwayatkan dari Aisyah dengan 2 jalan
tanpa ada kalimat tambahan Tuqaththa’u dst.
Dan dhairnya kalimat tersebut adalah perkataan Atha’… Dan hal ini dikuatkan dengan penjelasan ‘Aamir
Al Ahwal kemudian Atha’ berkata …..
Bersumber dari ‘Aamir Al Ahwal dari Atha’ dari Ummu Kurzin r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Bagi bayi lakii laki (aqiqahnya) 2 ekor kambing yang seimbang dan bagi bayi perempuan seekor kambing.
Hadits riwayat Al Baihaqi dalam Kitab As Sunanul Kubra jilid 14 halaman 258 no 19827
Dari saya :
Yang paling utama adalah menyembelih kambing sebagai aqiqah adalah pada hari ke 7 dari kelahiran
bayi.
Hadits tentang dibolehkannya menyembelih pada hari ke 14 dan ke 21 tidak sunyi dari perselisihan
tentang shahih dan tidaknya.
Sebaiknya umat Islam mempersiapkan diri dengan cara menabung sejak diketahuinya kehamilan sejak
dini sehingga sunnah Nabi saw dapat diamalkannya dengan sebaik baiknya.
3. AQIQAH SETELAH DEWASA :
َع َّق َعنْ َن ْفسِ ِه َبعْ َد ال ُّنبُوَّ ِة-صلى هللا عليه وسلم- َّ َأنَّ ال َّن ِبى: س َرضِ َى هَّللا ُ َع ْن ُه
ٍ َعنْ َأ َن
Bersumber dari Anas r.a , sesungguhnya Nabi saw beraqiqah buat dirinya setelah beliau saw menjadi
Nabi
Hadits riwayat Al Baihaqi dalam Kitab As Sunanul Kubra Kitabudh Dhahaaya bab 43 no 19273,
Hadits ini dha’if karena dalam sanadnya ada rawi yang matruk bernama Abdullah bin Muharrar
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Al Bazzaar , Ath Thabrani dll , semuanya dha’if.
TAMBAHAN
SOAL : Di beberapa Kitab Fiqih , sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa aqiqah tetap harus
dilaksanakan.
Jika hari ke 7 dari kelahirannya tidak dilaksanakan , maka hendaknya dilaksanakan ketika ada kelapangan
rizqi dan kesempatan.
Jika sampai baligh belum di laksanakan oleh orang tuanya , maka nantinya anak tersebut melaksanakan
aqiqah setelah dia dewasa dengan tanggungan biaya dia sendiri.
JAWAB :
Kalimat tersebut adalah pendapat . Saya memilih tidak mengikuti pendapat tersebut karena Rasulullah
saw dan para shahabatnya tidak mengamalkan aqiqah selain hari ke 7.
Sedangkan 2 buah hadits tentang hari lain setelah hari ke 7 tidak ada yang shahih , bahkan sebagiannya
adalah hadits munkar.
JAWAB : Ini adalah perbuatan tercela. Seorang Muslim hendaknya tidak meremehkan perintah dari
Allah dan Rasul-Nya saw. Dia tidak tahu kapan dia meninggal dunia.
Wallahu A’lam.
TAMBAHAN
SELAIN AQIQAH , PERKARA LAINNYA YANG DIPERINTAHKAN UNTUK DILAKUKAN SEHUBUNGAN DENGAN
KELAHIRAN BAYI ADALAH :
َقا َل « ُك ُّل ُغالَ ٍم َرهِي َن ٌة ِب َعقِي َق ِت ِه ُت ْذ َب ُح َع ْن ُه َي ْو َم َس ِاب ِع ِه َويُحْ لَ ُق َو ُي َسمَّى-صلى هللا عليه وسلم- ِ ب َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ٍ ْن ُج ْن ُد
ِ » عنْ َسم َُر َة ب
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح رجاله ثقات رجال الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Samurah bin Jundub r.a , Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Setiap bayi yang lahir, tergadai dengan aqiqahnya , yang disembelih pada hari ke 7 dari kelahirannya,
dan dicukur rambutnya serta diberi nama (pada hari itu)
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabudl Dlahaayaa bab (21) Fil Aqiiqah no 2840
َأنَّ ْال َح َس َن ب َْن َعلِىٍّ َلمَّا وُ لِدَ َأ َراد ْ ُأ-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا
ْن َف َقا َل « الَ َت ُع ِّقىِ َت ُّم ُه َفاطِ َم ُة َأنْ َتع َُّق َع ْن ُه ِب َك ْب َشي ِ َعنْ َأ ِبى َراف ٍِع َم ْولَى َرس
َ ْ َ ُ هَّللا ْ ْ ُ ْأ
َ
صنعْ تَ مِث َل ذل َِك َ
َ ُسيْنٌ َبعْ َد ذل َِك ف َ ث َّم وُ لِ َد ح.» ِ يل ِ ص َّدقِى ِب َوز ِن ِه م َِن ال َو ِر ِق فِى َس ِب َ َ ِ َع ْن ُه َولك
َ ِن احْ لِقِى شعْ َر َر سِ ِه ث َّم ت َ
إسناده ضعيف لضعف عبد هللا بن محمد بن عقيل: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abu Rafi’ , maula Rasulullah saw, dia berkata : Ketika Ketika Hasan bin Ali dilahirkan,
ibunya ( Fathimah r.a ) bermaksud beraqiqah dengan 2 ekor kambing kibasy, maka Rasulullah saw
bersabda : Janganlah engkau aqiqahkan dia, tetapi cukurlah rambut kepalanya kemudian
bershadaqahlah dengan perak seberat rambutnya di jalan Allah. Kemudian ketika Husain dilahirkan,
Fathimah berbuat seperti itu
Hadits riwayat Ahmad 6/392 no 26655 dengan sanad yang dhaif ( karena ada rawi Abdullah bin
Muhammad bin ‘Aqil yang dikenal dha’if ).
Penjelasan :
Kalimat : “Janganlah engkau aqiqahkan dia” maksudnya : Bukan berarti aqiqah dilarang , tetapi Nabi saw
akan membantu menyediakan kambing buat dijadikan aqiqah sehubungan dengan kelahiran cucunya ,
yaitu putri Fathimah r.a.
Nabi saw hanya meminta Fathimah r.a menyediakan dana buat bershadaqah dengan perak seberat
rambut bayinya.
Hadits ini sanadnya adalah dha’if karena ada rawi bernama Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqiil dan
Syariik yang dikenal jelek hafalannya
ة احْ ِلقِى3ُ َع ِن ْال َح َس ِن ِب َشا ٍة َو َقا َل « َيا َفاطِ َم-صلى هللا عليه وسلم- ِ ب َقا َل َع َّق َرسُو ُل هَّللا ٍ ْن َأ ِبى َطا ِل
ِ ْن َعنْ َعلِىِّ ب َ ْن ْالح
ِ ُسي ِ َعنْ م َُح َّم ِد ب
ِ ْن َعلِىِّ ب
ض دِرْ َه ٍم َأ ُ
َ ْان َوزن ُه دِرْ َهمًا ْو َبعْ ْ ً
َ َقا َل َف َو َز َنت ُه َف َك.» ص َّدقِى ِب ِز َن ِة َشعْ ِر ِه فِضَّة ْأ
َ َر َس ُه َو َت
قال ابو عيسى هذا حديث حسن غريب وإسناده ليس بمتصل و ابو جعفر محمد بن علي بن الحسين لم يدرك علي بن أبي طالب
حسن: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Muhammad bin Ali bin Al Husain dari Ali bin Abi Thalib r.a dia berkata:
Rasulullah saw beraqiqah untuk Al Hasan dengan seekor kambing , lalu bersabda :
Wahai Fathimah , cukurlah kepalanya dan bershadaqahlah dengan perak seberat timbangan rambutnya.
Maka Fathimah r.a menumbang rambutnya dan beratnya adalah
Hadits ini sanadnya munqathi’ (terputus) . Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Al Husain tidak pernah
berjumpa dengan Ali bin Abi Thalib r.a
Hadits ini dinilai hasan oleh imam Tirmidzi
Imam Al Haitsami menilainya sebagai hadits hasan pada hadits yang semakna , yaitu riwayat Imam
Ahmad pada kitab Musnadnya 6/392 no 26655
Lihat :
• Kitab Al Mausuu’ah Al Hadiitsiyyah Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal jilid 45 halaman 164
hadits no. 27183
Penjelasan :
Dalam hadits ini dan yang semisal dengannya jelaslah bahwa rambut bayi disyari’atkan dicukur
semuanya , bukan digunting sebagian . Karena Nabi saw menyuruh bershadaqah dengan perak seberat
rambut bayi. Hal ini tidak dapat dilakukan kecuali dengan mencukurnya sampai habis.
Sehingga sunnah Nabi saw adalah mencukur rambut sampai habis. Apabila kita kesulitan menimbang
rambut bayi , maka dapat kita perkirakan dengan kembali kepada hadits Fathimah r.a bahwa berat
rambut putranya adalah 1 dirham atau kurang.
ء آبَاِئ ُك ْم3ِ « ِإ َّن ُك ْم ُت ْد َع ْو َن َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة ِبَأسْ مَاِئ ُك ْم َوَأسْ َما-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن َأ ِبى َز َك ِريَّا َء َعنْ َأ ِبى الدَّرْ دَ ا ِء َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
» َفَأحْ سِ ُنوا َأسْ َما َء ُك ْم.
َقا َل َأبُو َداوُ َد ابْنُ َأ ِبى َز َك ِريَّا َء لَ ْم ي ُْد ِركْ َأ َبا الدَّرْ َدا ِء
ضعيف: قال الشيخ األلباني
إسناده ضعيف: قال حسين سليم أسد
إسناده ضعيف النقطاعه فإن عبد هللا بن أبي زكريا لم يسمع من أبي الدرداء: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abdullah bin Abu Zakariyya dari Abud Darda’ , dia berkata :
Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari qiyamat dengan nama kalian
dan nama bapak kalian. Oleh karena itu baguskanlah nama kalian
Imam Abu Dawud berkata : Abdullah bin Abi Zakariya , dia tidak bertemu dengan Abud Darda’ r.a
( dengan demikian sanadnya terputus )
« ِإنَّ َأ َحبَّ َأسْ مَاِئ ُك ْم ِإلَى هَّللا ِ َع ْب ُد هَّللا ِ َو َع ْب ُد الرَّ حْ َم ِن-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن ُع َم َر َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ِ َع ِن اب
Bersumber dari Abdullah bin Umar r.a, dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya nama yang
paling dicintai Allah adalah : Abdullah dan Abdurrahman
LANJUTAN AQIQAH :
Hewan yang disebutkan oleh Nabi saw untuk aqiqah adalah kambing dan yang sejenisnya ( domba ,
kibasy dsb ). Untuk bayi laki laki hendaknya 2 ekor kambing , dan untuk bayi perempuan hendaknya 1
ekor kambing
Bersumber dari Ummu Kurzin Al Ka’biyyah r.a , dia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda :
Untuk anak laki laki : (aqiqahnya) 2 ekor kambing yang setara (sama besar), dan untuk anak perempuan
seekor kambing.
JIKA MEMANG TIDAK MAMPU ATAU TIDAK ADA LAGI KAMBING , MAKA BOLEH SEEKOR SAJA.
ِ َع َّق َع ِن ْال َح َس ِن َو ْال ُح َسي-صلى هللا عليه وسلم- ِ َّاس َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ْن َك ْب ًشا َك ْب ًشا ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
صحيح لكن في رواية النسائي كبشين كبشين وهو األصح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , sesungguhnya Rasulullah saw beraqiqah buat Hasan r.a dan Husain r.a
masing masing 1 ekor kambing kibasy
Syaikh Al Albani berkata : Hadits ini shahih , tetapi di dalam riwayat An Nasai yang menyebutkan 2 ekor
kibasy adalah lebih shahih
ِ ْن َك ْب َشي
ْن ِ َع َّق َع ِن ْال َح َس ِن َو ْال ُح َسي-صلى هللا عليه وسلم- ِ َّاس َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ِ ْن رضي هللا عنهما بكبشين َك ْب َشي ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , dia berkata : Rasulullah saw beraqiqah buat Hasan r.a dan Husain r.a
masing masing 2 ekor kambing kibasy
Hadits shahih riwayat Nasaai dalam Sunanul Kubra jilid 3 hal 76 Kitabul Aqiiqah bab 5 no 4545
Bersumber dari Siba’ bin Tsabit , bahwasanya Muhammad bin Tsabit bin Siba’ memberitahukan
kepadanya bahwa Ummu Kurzin r.a berkata kepadanya, sesungguhnya dia bertanya kepada Rasulullah
saw tentang aqiqah, maka Rasulullah saw bersabda :
Untuk anak laki laki 2 ekor kambing dan untuk anak perempuan 1 ekor. Dan tidak mengapa kambingnya
jantan atau betina
HUKUMNYA AQIQAH ADALAH SUNNAH. BAGI YANG MENINGGALKAN AQIQAH , DIA TIDAK BERDOSA .
HANYA SAJA DIA TELAH KEHILANGAN KEUTAMAAN YANG BANYAK.
َو َكَأ َّن ُه َك ِر َه.» َال ُيحِبُّ ْال ُع ُقوق َ َ َع ِن ْال َعقِي َق ِة َف َقا َل « ِإنَّ هَّللا-صلى هللا عليه وسلم- ِ ب َعنْ َأ ِبي ِه َعنْ َج ِّد ِه َقا َل سُِئ َل َرسُو ُل هَّللا ُ ْن
ٍ ش َع ْي ِ َعنْ َعمْ ِرو ب
ان َو َع ِن َأ َ ْ ْ ْ َ ْ َأ ُ ْ َأ َ َ َأ
ِ َقا َل « َمنْ َحبَّ ِمنك ْم نْ َينسُكْ َعنْ َول ِد ِه َفل َيف َع ْل َع ِن ال ُغال ِم َشا َت.ُك َعنْ َح ِد َنا يُول ُد له
3ِ ان ُم َكا َف َت َأ َّ هَّللا
َ االِسْ َم َقالُوا َيا َرسُو َل ِ ِإن َما َنسْ ل
ُ
ار َي ِة َشا ًة ِ ْال َج
إسناده حسن: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Amru bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya , dia berkata : Rasulullah saw ditanya
tentang aqiqah, maka beliau saw bersabda : Allah tidak menyukai ‘uquq (kedurhakaan), seolah olah
beliau saw tidak suka nama itu. Mereka berkata : Wahai Rasulullah , kami bertanya tentang salah
seorang dari kami yang melahirkan. Kemudian beliau saw bersabda : Barangsiapa diantara kalian yang
suka “berqurban” buat anaknya, maka lakukanlah. Untuk anak laki laki 2 ekor kambing yang setara
(sama besar) dan untuk anak perempuan seekor kambing.
Hadits riwayat Ahmad 2/ 182 no 6674 dengan sanad yang hasan
ت َأ ِبى ب َُر ْي َد َة َيقُو ُل ُك َّنا فِى ْال َجا ِهلِ َّي ِة ِإ َذا
ُ ْْن َح َّد َثنِى َأ ِبى َح َّد َث َنا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ ب َُر ْي َد َة َقا َل َسمِع َ ت َح َّد َث َنا َعلِىُّ بْنُ ْالح
ِ ُسي ِ َح َّد َث َنا َأحْ َم ُد بْنُ م َُح َّم ِد ب
ٍ ْن َث ِاب
ْأ ْ ْأ َأل
ٍ وُ لِدَ َح ِد َنا ُغالَ ٌم َذ َب َح َشا ًة َولَ َط َخ َر َس ُه ِبدَ ِم َها َفلَمَّا َجا َء هَّللا ُ ِباِإلسْ الَ ِم ُك َّنا َنذ َب ُح َشا ًة َو َنحْ ل ُِق َر َس ُه َو َن ْل َط ُخ ُه ِب َزعْ َف َر
ان
حسن صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari abdullah bin buraidah r.a, dia berkata : aku mendengar ayahku buraidah berkata : ketika
kami dulu masih berada di zaman jahiliyah, apabila salah seorang diantara kami dikaruniai anak , maka
dia menyembelih kambing dan mengolesi kepala anak tersebut dengan darahnya. Ketika allah
memberikan kepada kami dengan islam, maka kami menyembelih kambing lalu kami cukur rambut anak
kami dan mengolesinya dengan za’faron
TAHNIK :
Yaitu mengolesi langit langit yang sebelah atas dari bayi tersebut dengan makanan yang manis
ُ َفَأ َتي، َقا َل وُ لِدَ لِى ُغالَ ٌم- رضى هللا عنه- َعنْ َأ ِبى مُو َسى
َو َد َعا َل ُه، ه ِب َت ْم َر ٍة3ُ َف َح َّن َك، َف َسمَّاهُ ِإب َْراهِي َم- صلى هللا عليه وسلم- َّْت ِب ِه ال َّن ِبى
َِّب ْال َب َر َك ِة َو َد َف َع ُه ِإلَى
Bersumber dari Abu Musa r.a dia berkata : Aku mendapatkan anak , maka aku mendatangi Nabi saw
dengan anakku. Lalu Nabi saw memberinya nama Ibrahim , kemudian Nabi saw man tahniknya dengan
korma dan mendo’akannya agar diberikan keberkahan. Lalu dikembalikannya anak itu kepadaku
َمنْ وُ لِ َد َل ُه: َقا َل َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم: َقا َل، ْن َ َعنْ ح، ِ ْن ُع َب ْي ِد هَّللا
ٍ ُسي ِ َعنْ َط ْل َح َة ب، ْن َسال ٍِم ِ َعنْ َمرْ َو، عن َيحْ َيى بْنُ ْال َعال ِء
ِ ان ب
ُأ َ ْ ُ ُأ َأ ْ ُ ُأ َّ
ِّ ل ْم َتضُرَّ هُ ُّم ال، َف ذ َن فِي ذ ِن ِه ال ُي ْم َنى َو َقا َم فِي ذ ِن ِه اليُسْ َرى َأ
ِ ص ْب َي
ان
( وفيه مروان بن سالم الغفارى متروك، وابن عساكر عن السيد الحسين، وابن السنى فى عمل يوم وليلة، )أبو يعلى
Barangsiapa yang dikaruniai anak, lalu dia adzan di telinga kanan anak tersebut dan iqamat di telinga
kirinya maka dia tidak akan diganggu Ummush Shibyaan ( jin )
Syaikh Al Albani berkata : Maudhu’ ( hadits palsu = bukan sabda Nabi saw ), karena dalam sanadnya ada
rawi bernama Yahya bin Al ‘Ala’
Lihat :
ُأ
َّ ة ِبال3ُ ِين َولَ َد ْت ُه َفاطِ َم
صالَ ِة ِ َأ َّذ َن فِى ُذ ِن ْال َح َس ِن ب-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْت َرسُو َل هَّللا
َ ْن َعلِىٍّ ح ُ ْن َأ ِبى َراف ٍِع َعنْ َأ ِبي ِه َقا َل َرَأي
ِ عنْ ُع َب ْي ِد هَّللا ِ ب.
َ
صحِي ٌح ٌ َقا َل َأبُو عِ ي َسى َه َذا َحد
َ ٌِيث َح َسن
إسناده ضعيف: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Ubaidillah bin Abi Rafi’ dari ayahnya , dia berkata : Aku melihat Rasulullah saw
melakukan adzan di telinga Al Hasan seperti adzan untuk shalat ketika dia dilahirkan oleh Fathimah r.a
Riwayat Tirmidzi Kitabul Adhaahi bab 17 no 1514, dia berkata : hadits hasan shahih
Baihaqi dalam Syu’abul Iman dan dia berkata : kedua hadits tersebut dalam sanadnya ter
dapat kedha’ifan
Syaikh Al Albani pada awalnya menilai hadits ini derajatnya hasan, tetapi belakangan beliau meralatnya ,
dan berkata bahwa derajatnya adalah dha’if ( Silsilah Adh Dhai’fah no 321) .
Wallahu A’lam
Bismillah. Assalamualaikum. Ustadz, bolehkah seseorang berqurban dengan 1ekor sapi tanpa harus ikut
urunan 1ekor sapi untuk 7orng. Kalau boleh, apakah ada contoh dan dalilnya dan kalau tidak boleh
apakah ada dasarnya..? Jazakallahu khair.
Jawab :
Kalimat yang tepat adalah : Berqurban dengan seekor sapi atas nama satu orang tidak mengikuti sunnah
Nabi saw. Atau : cara ini bukan ajaran dari Nabi saw.
Pada zaman Nabi saw , para shahabat berqurban dengan seekor kambing atas nama dirinya beserta
anggota keluarga yang berada di rumahnya.
Bersumber dari ‘Umaarah bin Abdullah dia berkata : Aku mendengar ‘Atha’ bin Yasar berkata : Aku
bertanya kepada Abu Ayyub Al Anshari r.a tentang bagaimana qurban di zaman Nabi saw.
Maka dia menjawab : PADA ZAMAN NABI SAW, SESEORANG BERQURBAN DENGAN SEEKOR KAMBING
ATAS NAMA DIRINYA BESERTA SELURUH ANGGOTA KELUARGA DI RUMAHNYA.
Lalu mereka memakan daging qurbannya dan memberikan makan (kepada orang lain).
SETELAH ITU MANUSIA SALING BERBANGGA BANGGA ( berlebih lebihan ) dengan qurbannya , maka
jadilah pelaksanaan qurban itu sebagaimana engkau lihat sekarang
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabul Adhaahi bab 10 no 1505 dan dinilainya sebagai hadits hasan shahih
Ibnu Majah Kitabul Adhaahii bab 2 no 315 (Al Albani menilainya sebagai hadits shahih)
Penjelasan :
Pada zaman Nabi saw masih hidup , para shahabat Nabi saw berqurban dengan seekor kambing atas
nama dirinya beserta keluarganya.
Shahabat Abu Ayyub Al Anshari r.a berkata bahwa setelah Rasulullah saw wafat , manusia mulai
berbangga bangga dengan qurbannya.
Maknanya : tidak lagi mengikuti sunnah Nabi saw. Manusia saling berlomba dengan jumlah hewan
qurbannya, untuk membanggakan aamal shalihnya.
Sebutan “berbangga bangga” yang diucapkan shahabat Abu Ayyub r.a mengisyaratkan kepada
kekecewaan beliau karena umat Islam ketika itu tidak lagi mau mengikuti cara yang diajarkan oleh
Rasulullah saw.
Saya mengira (Wallahu A’lam), bahwa yang mulai melakukan qurban dengan jumlah melebihi seekor
kambing atau 1/7 sapi bukanlah para shahabat dari Nabi saw. Tetapi yang dimaksud oleh shahabat Abu
Ayyub r.a adalah generasi di bawahnya.
Ta’wil seperti ini harus diambil karena kesempurnaan para shahabat dalam mentaati Rasulullah saw.
ُأ َ َقا َل « َما مِنْ َن ِبىٍّ َب َع َث ُه هَّللا ُ فِى ُأ َّم ٍة َق ْبلِى ِإالَّ َك-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن َمسْ عُو ٍد َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ُّون
َ اري ِ ان لَ ُه مِنْ َّم ِت ِه َح َو ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
َ ون َما الَ يُْؤ َمر
ُون َف َمنْ َجا َه َد ُه ْم ِب َي ِد ِه َفه َُو َ ُون َو َي ْف َعل
َ ُون َما الَ َي ْف َعل َ ُُون ِبَأ ْم ِر ِه ُث َّم ِإ َّن َها َت ْخلُفُ مِنْ َبعْ ِد ِه ْم ُخلُوفٌ َيقُول َ َوَأصْ َحابٌ َيْأ ُخ ُذ
َ ون ِب ُس َّن ِت ِه َو َي ْق َتد
ُ
ان َحبَّة َخرْ د ٍَل َ
ِ ْس َو َرا َء ذل َِك م َِن اِإلي َم ْ
َ مُْؤ ِمنٌ َو َمنْ َجا َهدَ ُه ْم ِبلِ َسا ِن ِه َفه َُو مُْؤ ِمنٌ َو َمنْ َجا َهدَ ُه ْم ِب َقل ِب ِه َفه َُو مُْؤ ِمنٌ َولَي
Tidak ada seorang Nabipun yang Allah utus kepada ummatnya dimasa sebelum aku, melainkan ada
baginya beberapa penolong dan beberapa shahabat , yang mengambil (berpegang) dengan sunnahnya
dan mengikuti perintahnya. Kemudian sesungguhnya akan datang generasi pengganti setelah mereka,
yang mengatakan apa-apa yang tidak mereka perbuat , dan mereka mengerjakan apa-apa yang tidak
diperintahkan kepada mereka. Maka barangsiapa yang memerangi mereka dengan tangannya dia
adalah orang yang beriman , dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan lisannya maka dia
adalah orang yang beriman dan barangsiapa yang memerangi mereka dengan hatinya maka dia adalah
orang yang beriman. Dan setelah itu , iman sudah tidak ada lagi , walaupun sebesar biji sawi.
Wallahu A’lam.
Tambahan :
Bagi umat Islam yang ingin melakukan kebaikan sebanyak banyaknya berkaitan dengan harta yang
dimilikinya , maka dia dapat melakukan cara lainnya. Yang penting kebaikan yang diinginkannya dapat
diraihnya.
Misalnya : Dia dapat saja membeli seekor sapi atau 2 ekor atau lebih.
Maka dia dapat berqurban dengan 1/7 sapi , kemudian memberikan sisanya kepada orang yang kurang
mampu , atau kepada kerabatnya atau temannya atau tetangganya, supaya mereka dapat berqurban.
Atau dia langsung saja bershadaqah dengan 6/7 sapi kepada faqir miskin.
Allah Maha Tahu dengan apa yang tersembunyi di dalam hati para hamba-Nya. Jika dia melakukan hal
itu untuk mencari ridha Allah , pasti Allah akan membalasnya dengan kebaikan di dunia maupun di
akhirat.
Khawatir namanya tidak dikenang oleh masyarakat telah berqurban dengan seekor sapi ?
Bukankah tujuannya ingin meraih kebaikan sebanyak banyaknya di sisi Allah dengan harta yang
dimilikinya ?
Maka berqurban dengan 1/7 sapi dan sisanya diberikan kepada orang lain , tidak akan membuat
pahalanya berkurang.
Coba renungkan !
Barangsiapa membaca surat "Qul Huwallahu Ahad 10 (sepuluh) kali, maka Allah akan membangunkan
bagi dia istana di Surga."
JAWAB :
Hadits yang ditanyakan diriwayatkan oleh imam Ahmad bin Hanbal di dalam Kitab Musnadnya jilid 3
halaman 437.
Bersumber dari Mu’adz bin Anas Al Juhani r.a , seorang dari shahabat Nabi saw, dari Nabi saw yang
bersabda : Barangsiapa yang membaca “QUL HUWALLAHU AHAD” sampai selesai 10 kali maka Allah
membangunkan baginya sebuah istana di surga.
hadits ini dalam sanadnya ada rawi rawi yang dha’if , diantaranya :
* Zabbaan bin Faa-id Al Habraaniy . Dia dicela oleh banyak ulama ahli hadits, diantaranya adalah imam
Ahmad bin Hanbal. Hafalannya jelek. Tetapi Abu Hatim menilainya tsiqah.
* Sahal bin Mu’adz : penduduk Mesir yang baik, tapi sering meriwayatkan hadits hadits munkar.
* Risydin bin Sa’ad : yang dinilai dha’f oleh banyak ulama diantaranya : Al Hafidh Ibnu Hajar Al ‘Asqalani
Wallahu A’lam.
Assalamualaikum ustd. Bagaimana derajat hadist riwayah Muslim no. 235 apakah shahih?
Apakah benar nomor hadist itu meriwayatkan tentang berwudhu dengan gayung?
َف َد َعا بِِإ َنا ٍء.-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ِ ضْأ لَ َنا وُ ضُو َء َرس َّ َقا َل قِي َل لَ ُه َت َو- ت لَ ُه صُحْ َب ٌة ْ َو َكا َن- ِّارى ِ ص َ ْن عَاصِ ٍم اَأل ْن ِ ْن َز ْي ِد بِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
3ض َواسْ َت ْنشَقَ مِنْ َكفٍّ َوا ِح َد ٍة َف َف َع َل َذل َِك َثالَ ًثا ُث َّم َأ ْد َخ َل َي َدهُ َفاسْ َت ْخ َر َج َها َ َثالَ ًثا ُث َّم َأ ْد َخ َل َيدَ هُ َفاسْ َت ْخ َر َج َها َف َمضْ َم3غَسلَ ُه َما
َ َفَأ ْك َفَأ ِم ْن َها َعلَى َيدَ ْي ِه َف
َأ ْ َأ َ ْأ َ ْ َ َ َ َأ
ف َم َس َح ِب َر سِ ِه ف ق َب َل ِب َي َد ْي ِه َو ْد َب َر3ْن ث َّم ْدخ َل َي َدهُ فاسْ تخ َر َج َها ُ َ َ َ َ ْ َ َ فَغَ َس َل َوجْ َه ُه َثالَ ًثا ُث َّم َأ ْد َخ َل َيدَ هُ فاسْ تخ َر َج َها ف
َ ْ َ َ
ِ ْن مَرَّ تي ِ غَس َل َيدَ ْي ِه ِإلى المِرْ فقي
ِ ْن مَرَّ تي
صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ِ ان وُ ضُو ُء َرس ُ
َ ْن ث َّم َقا َل َه َك َذا َك ُ
ِ ث َّم غَ َس َل ِرجْ لَ ْي ِه ِإلَى ْال َكعْ َبي
Bersumber dari Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim Al Anshari r.a , dan dia adalah termasuk generasi shahabat.
Pernah dikatakan kepadanya : Berwudhu’lah dihadapan kami seperti wudhu’nya Rasulullah saw.
Maka Abdullah bin Zaid r.a minta dibawakan sebuah wadah ( sejenis baskom ) yang berisi air, kemudian
dia menuangkan air yang ada pada wadah tersebut pada kedua tangannya dan dia cuci kedua tangannya
, (dia berbuat seperti itu 3 kali)
Kemudian dia masukkan tangannya , lalu dia keluarkan dan dia berkumur kumur dan naikkan air ke
hidung dengan secedokan tangan itu saja. Dia berbuat seperti itu 3 kali. Kemudian dia masukkan
tangannya, lalu dia keluarkan dan dia cuci wajahnya, dia berbuat seperti itu 3 kali. Kemudian dia
masukkan tangannya , lalu dia keluarkan dan dia
cuci kedua tangannya sampai siku 2 kali 2 kali. Kemudian dia masukkan tangannya , lalu dia keluarkan,
terus dia mengusap kepalanya dengan kedua tangannya , dia memulainya dari bagian depan kemudian
dia tarik ke belakang. Kemudian dia membasuh kedua kakinya sampai dengan mata kaki. Setelah itu dia
berkata : seperti inilah sifat wudhu’ Rasulullah saw
Assalamualakum, Wr. Wb. Pak Utadz ada teman saya menanyakan tentang dalil sholat taubat beliau
akan menunaikan ibadah haji tahun depan jadi beliau bagaimana cara mengerjakan sholat taubat
mohon penjelasannya pak Ustadz.
Jawab : Wa alaikum salam wr wb
Bersumber dari Abu Bakar Ash Shiddiq r.a dia berkata : Aku mendengar Rasullah saw bersabda :
Tidaklah seseorang melakukan dosa kemudian dia berdiri , lalu dia bersuci kemudian mengerjakan
shalat, kemudian dia meminta ampun kepada Allah , melainkan Allah pasti mengampuni dosanya.
َ وب ِإال هَّللا ُ َولَ ْم يُصِ رُّ وا َعلَى َما َف َعلُوا َو ُه ْم َيعْ لَم
ُون َ الذ ُن ِ ِين ِإ َذا َف َعلُوا َفا ِح َش ًة َأ ْو َظلَمُوا َأ ْنفُ َس ُه ْم َذ َكرُوا هَّللا َ َفاسْ َت ْغ َفرُوا ل ُِذ ُن
ُّ وب ِه ْم َو َمنْ َي ْغفِ ُر َ َوالَّذ
Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka
ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat
mengampuni dosa selain daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang
mereka mengetahui.
Hadits riwayat Tirmidzi kitabush shalah bab (298) maa jaa-a fish shalaati ‘indat taubah No. 406 dan 3009.
dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani dan Ahmad Syakir.
Abu Dawud kitabut tafsiir bab (26) fil istighfaarNo. 3009. Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani
Ibnu Majah kitabu Iqaamatish shalaah bab (193) Maa jaa-a fii annash shalaata kaffaaratun No. 1395
Dinilai hasan oleh syaikh Al Albani.
Dari hadits ini didapati kesimpulan bahwa : shalat taubat adalah shalat yang dilakukan ketika seseorang
baru saja melakukan perbuatan dosa, sebagai bagian dari permohonan ampun yang akan dilakukannya
kepada Allah.
Gambarannya : seseorang melakukan perbuatan dosa yang tidak disadarinya , atau dia sangat tidak
mampu melawan godaan syaithan untuk melakukannya.
Setelah melakukan perbuatan dosa itu , dia ingat kepada Allah , dan sangat menyesali perbuatannya.
Kemudian dia memohon ampun kepada Allah atas apa yang baru saja dilakukannya.
Maka : dia mendapat janji dari Allah bahwa dosa yang baru dilakukannya tersebut diampuni oleh Allah
swt.
INILAH YANG DISEBUT OLEH PARA ULAMA DAN DITULIS DI KITAB KITAB FIQIH SEBAGAI SHALAT TAUBAT.
Catatan :
Di dalam riwayat Tirmidzi tidak disebutkan jumlah raka’at dan perintah membaguskan wudhu’
Jumlah shalat taubat 2 raka’at dan perintah membaguskan wudhu dalam shalat taubat , saya dapati di
dalam riwayat Abu Dawud no 3009 , Ibnu Majah no 1395 serta riwayat Ahmad 1/2 hadits no 2
TAMBAHAN :
Shalat taubat yang dikaitkan dengan akan berangkat haji tidak saya dapati sebagai ajaran dari Rasulullah
saw.
Wallahu A’lam.
Ustadz, mau tanya tuntunan Badal haji, ada atau tidak, ulama siapa yang menganjurkan dengan dasar
apa dan ulama siapa yg tidak setuju dan dasarnya apa ?.
Jawab :
Dalam masalah ini ada yang disepakati tentang bolehnya badal haji dan ada yang diperselisihkan :
1. YANG DISEPAKATI PARA ULAMA TENTANG BOLEHNYA BADAL HAJI ADALAH : ANAK MENGHAJIKAN
ORANG TUANYA :
َ ض ُة هَّللا ِ فِى ْال َح ِّج َوه َُو الَ َيسْ َتطِ ي ُع َأنْ َيسْ َت ِو
ى َ ت َيا َرسُو َل هَّللا ِ ِإنَّ َأ ِبى َش ْي ٌخ َك ِبي ٌر َعلَ ْي ِه َف ِري
ْ ََّاس َع ِن ْال َفضْ ِل َأنَّ امْ َرَأ ًة مِنْ َخ ْث َع َم َقال
ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
ْ « َفحُجِّ ى َعن ُه-صلى هللا عليه وسلم- ُّ َف َقا َل ال َّن ِبى.ِِيره َ
ِ َعلى ظه ِْر َبع َ
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , dari Fadl bin Abbas r.a , bahwasanya ada seorang perempuan dari
Khats’am berkata : "Wahai Rasulullah, sesungguhnya bapakku adalah seorang yang sudah tua,
sedangkan kewajiban yang Allah bebankan kepada hambanya dalam ibadah haji (telah menjadi
kewajiban ayahku) , padahal ia tidak mampu lagi duduk di atas untanya." Maka Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "KALAU BEGITU, HAJIKANLAH DIA."
Ahmad 34/345 no
Imam Ats Tsauri , Ibnul Mubarak, Asy Syafi’I, Ahmad ,Ishaq berpendapat agar orang yang telah wafat itu
dihajikan atas namanya.
Imam Malik berkata : Kalau orang tersebut berwashiyat agar dihajikan , maka hendaknya dia dihajikan
Dan sebagian ahli ilmu berpendapat ( adanya keringanan ) buat menghajikan orang yang masih hidup
apabila yang dihajikan tersebut adalah orang yang sudah tua yang tidak sanggup melakukan haji sendiri.
Dari saya :
Ini juga merupakan pendapat dari imam Ahmad dan golongan Hanafi
2. YANG DIPERSELISIHKAN TENTANG BOLEH TIDAKNYA BADAL HAJI :
قال الشيخ األلباني في االرواء :وقد تكلم فيه بعض العلماء بكالم كثير يراجهه من شاء في المبسوطات من التخريجات .مثل ( نصب
الراية ) و ( تلخيص الحبير ) وغيرهما وقال الحافظ ابن الملقن في ( خالصة البدر المنير ) ( ق ( : ) 1 / 104وإسناده صحيح على
شرط مسلم وقد أعله الطحاوي بالوقف والدارقطني باالرسال وابن المغلس الظاهري بالتدليس وابن الجوزي بالضعف وغيرهم
باالضطراب واالنقطاع وقد زال ذلك كله بما أوضحناه في االصل ) .قلت :وأوضح شيئا من ذلك الحافظ في ( التلخيص ) ومال إلى
تصحيح الحديث بالنظر
إلى أن له شاهدا مرسال رواه سعيد بن منصور عن سفيان بن عيينة عن ابن جريج عن عطاء عن النبي صلى هللا عليه وسلم فقال :
( لكنه يقوي المرفوع ( يعني الموصول ) النه من غير رجاله وقد رواه االسماعيلي في ( معجمه ) 3من طريق أخرى عن أبي الزبير
عن جابر وفي إسنادها من يحتاج إلى النظر في حاله فيجتمع من هذا صحة الحديث )
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , sesungguhnya Nabi saw mendengar seorang laki laki berkata : Aku
penuhi panggilan Mu ( untuk berhaji, wahai Allah ) , atas nama Syubrumah. Maka Nabi saw bersabda :
? siapakah Syubrumah itu
Dia menjawab : dia saudaraku ( atau keluargaku )
Nabi saw bersabda : Apakah engkau sudah melaksanakan haji buat dirimu sendiri ?
Nabi saw bersabda : lakukanlah haji untuk dirimu sendiri terlebih dahulu , kemudian lakukanlah haji
untuk Syubrumah
Hadits riwayat Abu Dawud Kitabul Manasik bab 29 no 1811 ( ini adalah lafadhnya )
Al Hafidz Ibnu Mulqan berkata : sanadnya shahih sesuai syarath imam Muslim
Imam Ath Thahawi berkata bahwa hadits ini mauquf (perkataan shahabat ,bukan sabda Nabi saw)
Imam Ahmad bin Hanbal berkata : Memarfu’kam hadits ini adalah kesalahan (maksudnya : menganggap
bahwa hadits ini berasal dari Nabi saw adalah kesalahan)
Sanadnya dinilai shahih oleh : Syaikh Al A’dhami, imam Baihaqi, Ath Thahawi dll
Penjelasan :
Hadits ini menjelaskan bahwa seseorang yang tidak ada hubungan antara anak dengan orang tua dapat
menghajikan antara satu dengan lainnya.
Perbedaan pendapat di kalangan ulama tentang boleh atau tidaknya menghajikan orang lain yang tidak
ada hubungan antara orang tua dan anak, dikarenakan perbedaan mereka di dalam menetapkan shahih
tidaknya hadits tesebut.
Bagi yang menilainya shahih , maka hadits ini dapat dijadikan dalil tentang bolehnya membadalkan haji
atas nama orang lain yang tidak ada kaitan hubungan antara anak dengan orang tua.
Saya menguatkan bahwa hadits syubrumah ini derajatnya shahih, sehingga seseorang dapat
menghajikan orang lain yang sudah wafat atau masih hidup tetapi memiliki halangan tetap, seperti
sudah tua dan tidak mampu melakukan perjalanan ibadah haji.
Wallahu A’lam.
CABANG PERMASALAHAN :
Terkadang terjadi tawar menawar antara pihak yang membadalkan dengan yang dibadalkan.
DARI SAYA :
Saya menentang keras adanya praktek “jual beli” ibadah haji, walaupun dibungkus dengan istilah “badal
haji”.
Seharusnya orang yang membadalkan haji memasang niat yang ikhlash untuk membantu saudaranya
sesama Muslim agar mendapatkan manfaat dari kebaikannya.
Jadi , pada asalnya , badal haji adalah bantuan gratis dari seorang Muslim untuk saudaranya sesama
Muslim karena Allah swt.
Tetapi karena haji tempatnya jauh , sudah selayaknya orang yang dibadalkan hajinya membiayai
perjalanan haji orang yang membadalkannya. Termasuk makan dan minumnya serta biaya
penginapannya.
Jika yang membadalkan berangkat dari Indonesia , maka hendaknya yang membadalkan membantu
biaya ongkos naik haji buat orang yang membadalkan.
Janganlah dia berkata : engkau harus ikhlash membadalkan haji untuk ayah saya. Maka keluarkan sendiri
ongkos naik haji buat ayah saya.
Jika dibalik kepada dirinya atau ada yang berperilaku demikian terhadap dirinya , dia disuruh melakukan
haji atas biaya dia sendiri tapi atas nama ayah orang lain, maukah dia melakukannya?
Jika yang membadalkan sudah menetap di Saudi Arabia, tetap saja dianjurkan agar orang yang
dibadalkan membantu biaya yang harus dikeluarkan oleh orang yang membadalkannya. Karena haji
waktunya panjang , sekurangnya 6 hari.
Dia perlu makan , transport , belanja anak dan istri yang ditinggalkannya. Walaupun dia tidak meminta
bayaran.
Jika kemudian ada dana yang diberikan kepada orang yang membadalkan , ini bukan jual beli ibadah ,
tetapi biaya perjalanan haji dengan segala kebutuhan penunjangnya seperti makan dan penginapan.
)39( ان ِإاَّل َما َس َعى َ ) َوَأنْ َلي38( از َرةٌ ِو ْز َر ُأ ْخ َرى
ِ ْس لِِإْل ْن َس ِ اَّل َت ِز ُر َو
َأ
Bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain,
Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya.
Penjelasan :
Makna ayat ini adalah : seseorang tidak akan memikul dosa yang dilakukan orang lain.
Dan seseorang hanya mendapat pahala dari usahanya sendiri, tidak bisa dia duduk saja kemudian
mendapat pahala ibadah yang diwakilkan atau dilakukan oleh orang lain.
Berdasarkan ayat ini , sebagian qaum Muslimin mengingkari badal haji secara muthlaq , baik itu antara
anak dan orang tua serta antara seseorang dengan orang lainnya. Alasannya , Allah telah menyatakan
bahwa seseorang hanya akan mendapat pahala dari ibadah yang dilakukannya sendiri ketika dia masih
hidup, dan tidak akan mendapatkan pahala ibadah yang dilakukan orang lain.
DARI SAYA :
Kita tentu yaqin bahwa Rasulullah saw juga sudah membaca ayat tersebut, karena ayat tersebut
disampaikan oleh Rasulullah saw kepada ummatnya lewat lisannya.
Kita juga harus yaqin bahwa Rasulullah saw senantiasa berada di dalam bimbingan wahyu dari Allah swt
, dan tidak akan pernah melawan atau mengingkari Al Qur’an dengan hawa nafsunya.
Kita juga telah yaqin bahwa hadits perempuan Khats’am serta hadits Syubrumah yang membenarkan
badal haji telah shahih dari Nabi saw.
MAKA :
Perkataan Nabi saw tentang bolehnya badal haji , tidak boleh seorangpun dari qaum Muslimin yang
mengingkarinya dengan asumsi atau tuduhan bahwa hadits tersebut mengingkari Al Qur’an.
Bahkan qaum Muslimin harus yaqin bahwa hadits tentang bolehnya badal haji adalah penjelasan dari Al
Qur’an itu sendiri.Karena salah satu tugas dari Nabi saw adalah menjelaskan makna Al Qur’an kepada
Ummatnya.
PERBANDINGAN :
Ada hadits shahih tentang seseorang mendapat dosa atau pahala dari amalan orang lain:
َ ُِور َمنْ َت ِب َع ُه الَ َي ْنقُصُ َذل ْ ُأ َأل َ َقا َل « َمنْ دَ َعا ِإلَى ه ًُدى َك-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ْك مِن ِ ان لَ ُه م َِن ا جْ ِر مِث ُل ج
ْ ْ
ان َعلَ ْي ِه م َِن اِإلث ِم مِث ُل آ َث ِام َمنْ َت ِب َع ُه الَ َي ْنقُصُ َذل َِك مِنْ آ َثام ِِه ْم َش ْيًئ ا َ ُور ِه ْم َش ْيًئ ا َو َمنْ دَ َعا ِإلَى
َ ضالَلَ ٍة َك ُأ
ِ ج
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , bahwasanya Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang mengajak
kepada petunjuk maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikitpun.
Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia akan mendapat dosa sebanyak dosa orang
yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.
« َمنْ َد َّل َعلَى-صلى هللا عليه وسلم- ِ َف َقا َل َرسُو ُل هَّللا...... صلى هللا عليه وسلم- ِّارىِّ َقا َل َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى ال َّن ِبى
ِ صَ َعنْ َأ ِبى َمسْ عُو ٍد اَأل ْن
َخي ٍْر َفلَ ُه م ِْث ُل َأجْ ِر َفاعِ لِ ِه
Bersumber dari Abu Mas’ud Al Anshari r.a dia berkata : Telah datang seorang laki laki kepada Nabi
saw ..... Maka Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka dia
mendapat pahala sebanyak pahala orang yang mengerjakannya.
Penjelasan :
Dua buah hadits ini menjelaskan tentang adanya “pengaruh atau dampak” amalan seseorang kepada
catatan amal orang lain.
Seseorang (A) melakukan perbuatan baik , maka orang lain (B) juga mendapat pahala sebanyak pahala
dari amal shalihnya (si A)
Seseorang (A) melakukan perbuatan dosa , maka orang lain (siB) mendapatkan dosa sebanyak dosa yang
didapatkan olehnya (si A).
Soal : Kelihatannya hadits ini bertentangan dengan ayat Al Qur’an surah An Najm ayat 38-39 yang
menyatakan sebaliknya ?
Jawab : Hadits riwayat Muslim no 2674 dan 1893 tersebut tidak bertentangan sama sekali dengan ayat
38-39 surah An Najm.
* Hadits tentang seseorang yang mengajarkan kebaikan akan mendapat pahala sebanyak orang yang
mengikutinya , maknanya : Pahala yang didapat oleh orang tersebut adalah buah jerih payahnya sendiri.
Dia sama sekali tidak mendapat pahala secara gratis dari orang lain. Dia mengajarkan , mengarahkan,
dan mendorong orang lain , sudah selayaknya mendapatkan balasan dari Allah terhadap usahanya
tersebut.
Mudahnya : seorang “murid” melakukan kebaikan karena pendapatkan pengetahuan tentang kebaikan
tersebut dari “gurunya”. Jika gurunya tidak mengajarkan kebaikan tersebut kepadanya maka dia tidak
mengetahui adanya kebaikan tersebut sehingga tidak akan mangamalkannya.
Allah menetapkan bahwa : balasan dari Allah adalah pahala sebanyak amalan muridnya yang
mendapatkan pengetahuan darinya. Jadi pahala yang didapat guru agama tersebut adalah hasil jerih
payahnya sendiri.
Demikian juga halnya tetang dosa : Seseorang yang mengajak orang lain kepada perbuatan dosa maka
dia akan mendapat dosa sebanyak dosa yang didapat oleh orang yang mengikutinya.
Dosa yang didapat “guru” tersebut memang hasil usahanya sendiri, bukan gratis didapatkannya dari
muridnya. Karena “murid” tersebut mendapat pengetahuan tentang dosa memang dari gurunya. Maka
dia mengamalkan perbuatan dosa itu. Jika gurunya tidak memberitahukan tentang amalan jelek
tersebut maka si murid tidak akan mengamalkannya.
Maka hadits ini sudah selaras dengan ayat tersebut serta tidak ada pertentangan apa apa.
Malah hadits tersebut menjadi penjelasan makna ayat 38-39 surah An Najm.
Soal : Dalam surah An Najm ayat 38-39 disebutkan bahwa seseorang tdak akan mendapat pahala yang
didapat orang lain. Demikian juga tentang dosa , seseorang tidak akan memikul dosa orang lain. Kalau
begitu , dosa dan pahala yang mana yang dimaksud oleh ayat ini ?
Jawab :
Yang dimaksud adalah : pahala dan dosa yang mana orang lain tidak mendapatkan dari orang lain adalah
: Seseorang tidak akan mendapatkan pahala atau dosa dari orang lan yang tidak ada kontribusi apapun
dari dirinya.
Misalnya : Seseorang (A) melakukan suatu amal shalih. Maka orang lain (B) yang tidak ada kontribusi
apa apa terhadap amalan orang (A) ini , tidak akan mendapatkan bagian pahalanya.
Walaupun si (A) mengatakan kepada si (B) : aku ikhlashkan pahalaku untukmu 25 %, dihadiri 2 orang
saksi, kemudian tanda tangan di atas meterai , tetap saja si (B) tidak akan mendapatkan pahala yang
dimiliki oleh si (A).
Misalnya : si (A) kasihan kepada si (B) yang banyak melakukan perbuatan dosa.
Maka si (A) berkata kepada si (B) : Aku menanggung dosamu 25 % , ikhlash karena Allah, dihadiri 2 orang
saksi dan tanda tangan di atas kertas bermeterai.
Tidak akan pernah si (B) bisa memindahkan dosa tersebut kepada si (A).
Kembali kepada badal haji : Seorang anak yang membadalkan haji untuk orang tuanya adalah hasil dari
jerih payah orang tuanya sendiri. Dia telah mendidik anaknya sehingga anaknya memiliki kekhawatiran
terhadap keselamatan orang tuanya di akhirat kelak. Anaknya jadi tahu bahwa siksa akhirat benar benar
ada. Maka dia merasa takut untuk mengalaminya serta khawatir terhadap keselamatan orang tuanya.
Sehingga anak yang seperti ini tidak lagi mempertimbangkan kerugian duniawi yang harus
ditanggungnya. Tabungan yang dikumpulkannya bertahun tahun dengan sangat mudahnya dihabiskan
untuk menghajikan orang tuanya.
Atau orang tua tersebut memiliki kebaikan lainnya sehingga Allah membalasnya dengan memberi
hidayah kepada anaknya atau Allah memberi hidayah kepada orang lain untuk membantu keselamatan
akhiratnya.
Beda dengan anak yang tidak dididik oleh orang tuanya. Atau
Dengan cara memahami seperti ini maka semua dalil dari ayat Al Qur’an dan hadits Nabi saw dapat
diamalkan dan didudukkan pada tempatnya masing masing serta tidak ada yang “dibuang”.
Wallahu A’lam.
ت فِى ٍ ان ُم ِح ًّقا َو ِب َب ْي َ ك ْالم َِرا َء َوِإنْ َكَ ض ْال َج َّن ِة لِ َمنْ َت َر ِ ت فِى َر َب ٍ « َأ َنا َزعِ ي ٌم ِب َب ْي-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ُأ َما َم َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ُ ُ َّ ْ َ
ت فِى عْ لى ال َجن ِة لِ َمنْ َحس ََّن خل َق ُه َأ ٍ ازحً ا َو ِب َب ْي َ ِب َوِإنْ َك ْ
َ ك ال َكذَ َو َسطِ ْال َج َّن ِة ِل َمنْ َت َر
ِ ان َم
حسن: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Abu Umamah r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Aku menjamin sebuah rumah di pinggiran surga bagi orang yang meninggalkan debat walaupun dia
adalah orang yang benar
Aku menjamin sebuah rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan dusta walaupun dengan
bergurau.
Aku menjamin rumah di surga yang tinggi bagi orang yang baik akhlaqnya.
JAWAB :
Penjelasan :
Kalimat ( ْالم َِرا َءdebat) maknanya adalah menonjolkan pendapatnya yang berbeda dengan orang lain
dengan tujuan untuk mendapatkan perhatian orang lain (riya’) atau untuk memamerkan dirinya bahwa
dia adalah seorang yang berilmu.
Assalamualaikum.Wr.Wb.pak Ustadz maaf pak mo tnya lg,mungkin bapak sudah kasih penjelasan tp sy
blm paham,apa beda bayar Dam nusuk dengan memotong hewan kurban ? Pada waktu haji ? terus klo
pemotongan hewan kurbannya afdolnya di kampung (pontianak Pil) atau di Mekah ? Dan bagaimana
tata cara melaksanakn membadalkan haj orang tua ( ayah dan ibu )yg sudah meninggal ? Klo tdk salah
dengar penjelasan dari Kemenag Kb.Raya ada byr biaya 5 juta apakah itu atau kita sendiri pak yg
melaksanakanya ? mohon penjelasan pak.trimakasih pak.
DAM adalah kata yang berasal dari bahasa Arab yang artinya darah. Dalam pelajaran fiqih, DAM memiliki
makna hewan (kambing) yang disembelih ketika menunaikan ibadah haji.
Para ulama memberi nama kepada jenis dam yang dilakukan untuk memudahkan kita memahaminya,
diantaranya :
* DAM NUSUK : artinya hewan yang disembelih sebagai bagian dari ibadah haji.
Maksudnya : hewan ini disembelih bukan karena kita melakukan kesalahan dalam ibadah yang mesti
terkena denda.
Dam nusuk mesti dilakukan oleh jamaah yang melakukan haji qiran dan tamattu’.
Hukumnya wajib.
Jika tidak mendapati hewan yang dapat disembelih, atau hewannya ada tapi tidak punya uang untuk
membelinya, maka hendaknya dia berpuasa 3 hari di dalam ibadah haji dan ditambah lagi puasa 7 hari
ketika pulang ke tanah air.
ان ِم ْن ُك ْم َم ِريضًا َأ ْو ِب ِه َأ ًذى َ ي َم ِحلَّ ُه َف َمنْ َك ُ َوَأ ِتمُّوا ْال َح َّج َو ْال ُع ْم َر َة هَّلِل ِ َفِإنْ ُأحْ صِ رْ ُت ْم َف َما اسْ َتي َْس َر م َِن ْال َه ْديِ َوال َتحْ ِلقُوا ُرءُو َس ُك ْم َح َّتى َي ْبلُغَ ْال َه ْد
صدَ َق ٍة َأ ْو ُنسُكٍ َفِإ َذا َأ ِم ْن ُت ْم َف َمنْ َت َم َّت َع ِب ْالعُمْ َر ِة ِإلَى ْال َح ِّج َف َما اسْ َتي َْس َر م َِن ال َه ْديِ َف َمنْ ل ْم َي ِج ْد َفصِ َيا ُم ثالث ِة ي ٍَّام فِي
َأ َ َ َ ْ َ مِنْ َرْأسِ ِه َفف ِْد َي ٌة مِنْ صِ َي ٍام َأ ْو
ِ ك َع َش َرةٌ َكا ِملَ ٌة َذل َِك لِ َمنْ لَ ْم َي ُكنْ َأهْ لُ ُه َحاضِ ِري ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام َوا َّتقُوا هَّللا َ َواعْ لَمُوا َأنَّ هَّللا َ َشدِي ُد ْال ِع َقا
ب َ ْال َح ِّج َو َس ْب َع ٍة ِإ َذا َر َجعْ ُت ْم ت ِْل
Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah. Jika kamu terkepung (terhalang oleh musuh
atau karena sakit), maka (sembelihlah) korban yang mudah didapat, dan jangan kamu mencukur
kepalamu, sebelum korban sampai di tempat penyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau
ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa atau
bersedekah atau berkorban. Apabila kamu telah (merasa) aman, maka bagi siapa yang ingin
mengerjakan `umrah sebelum haji (di dalam bulan haji), (wajiblah ia menyembelih) hadyu yang mudah
didapat. Tetapi jika ia tidak menemukan (binatang hadyu atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga
hari dalam masa haji dan tujuh hari (lagi) apabila kamu telah pulang kembali. Itulah sepuluh (hari) yang
sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar fidyah) bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada
(di sekitar) Masjidilharam (orang-orang yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada
Allah dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya.
* DAM IHSHAR : Hewan yang mesti disembelih ketika menunaikan haji karena membatalkan ihram.
Maksudnya , seseorang sudah berihram kemudian tidak jadi melanjutkan ibadah umrah atau hajinya.
* DAM JAZAA’ (SHAID) : Hewan yang mesti disembelih ketika menunaikan ibadah haji karena seseorang
membunuh hewan liar ketika sedang ihram.
* DAM FIDYAH : Hewan yang mesti disembelih ketika menunaikan ibadah haji karena seseorang
membunuh melanggar larangan ihram.
* DAM JIMA’ : Hewan yang mesti disembelih ketika menunaikan ibadah haji karena seseorang
membunuh melakukan hubungan suami istri ketika sedang ihram.
Sedangkan QURBAN adalah hewan yang disembelih sehubungan dengan hari Raya Qurban.
Jamaah haji Indonesia hanya diperintahkan melaksanakan dam nusuk (karena mengerjakan haji
Tamattu’) , tidak ada perintah untuk melaksanakan qurban ketika menunaikan haji.
Qurban diperintahkan kepada penghuni rumah. Maka jamaah haji yang masih memiliki kesanggupan
harta , disyari’atkan untuk menyiapkan hewan qurban buat keluarga yang ditinggalkannya.
ٍ ه َيقُو ُل « َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ َعلَى ُك ِّل َأهْ ِل َب ْي3ُ ت َف َسمِعْ ُت
ت فِى ُك ِّل َع ٍام ٍ ِب َع َر َفا-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن ُسلَي ٍْم َقا َل ُك َّنا وُ قُو ًفا َم َع ال َّن ِبى
ِ َعنْ م ِْخ َنفِ ب
ضْ ِح َي ٌة ُأ
Bersumber dari Mikhnaf bin Sulaim, dia berkata : Kami melakukan wuquf bersama dengan Nabi saw di
‘Arafah, lalu aku mendengar beliau saw bersabda : Wahai sekalian manusia, hendaknya setiap penghuni
rumah (setiap keluarga) menyembelih qurban setiap tahunnya
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabul Adhaa-hi bab 19 no 1518 (Dan ini adalah lafadhnya, dinilai shahih oleh
Syaikh Al Albani)
َ َقا َل « َمنْ َك-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا
َ ان لَ ُه َس َع ٌة َولَ ْم ُي
ض ِّح
ُصالَّ َنا
َ َفالَ َي ْق َربَنَّ م
حسن: قال الشيخ األلباني
وحسنه األلباني في " تخريج... إسناده ضعيف عبد هللا بن عياش ضعيف يعتبر به وقد اضطرب فيه أيضا: تعليق شعيب األرنؤوط
مشكلة الفقر " فأخطأ
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Barangsiapa yang memiliki keluasan ( kemampuan untuk berqurban ) tetapi tidak berqurban, maka
janganlah dia mendekati tempat shalat kami
Hadits riwayat Ibnu Majah Kitabul Adhaahi bab 2 no 3123 (dihasankan Al Albani)
Sanadnya dinilai dha’if oleh Syaikh Al Arnauth karena ada rawi yang bernama Abdullah bin ‘Ayyaasy.
Penjelasan :
Orang yang mampu berqurban tetapi tidak mau melaksanakannya adalah manusia yang buruk,
berkhianat terhadap titipan Allah kepada-Nya , serta mengambil haq orang miskin.
Begitu buruknya orang ini sehingga Nabi saw melarangnya berkumpul bersama kaum Muslimin di
tempat shalat.
Seakan akan : “ Bergabung saja dengan orang yang buruk lainnya “. Jangan bergabung dengan orang
yang shalat , karena kumpulan orang yang shalat adalah kumpulan hamba Allah yang baik , yang ta’at
kepada Allah.
KESIMPULAN :
1. DAM NUSUK wajib dilaksanakan karena merupakan bagian dari ritual ibadah haji sebagaimana ritual
lainnya seperti thawaf, melempar jumrah dll.
Tempat penyembelihan dam nusuk adalah seluruh kawasan Mina dan Makkah, sebagaimana hadits yang
bersumber dari Jabir r.a, bahwa Rasulullah saw bersabda :
Semua kawasan Mina adalah tempat penyembelihan…... dan semua lorong di Makkah adalah jalan dan
tempat menyembelih
PENTING :
Ketika Nabi saw melaksanakan ibadah haji, para shahabat yang menyertainya jumlahnya beribu ribu
orang.Yang melakukan haji qiran jumlahnya tidak lebih dari 100 orang, termasuk Nabi saw sendiri.
Selebihnya melakukan haji tamattu’ atas perintah Nabi saw, termasuk istri istri Beliau dan putrinya
sendiri Fathimah r.a dan tidak ada seorangpun dari mereka yang menyembelih sebelum tanggal 10
Dzulhijjah, padahal pada saat itu banyak orang yang membutuhkan daging.
Tentang penafsiran surah Al Baqarah ayat 196, Rasulullah saw adalah manusia dimuka bumi ini yang
paling faham makna Al Qur’an dan selalu berada dalam bimbingan wahyu Allah swt. Sedangkan para
shahabat radhiyallaahu ‘anhum adalah manusia yang paling ta’at terhadap sunnah Nabinya saw.
Kenyataannya , Nabi saw dan para shahabat tidak ada satupun yang menyembelih sebelum tanggal 10
Dzulhijjah. Maka waktu menyembelih yang menurut sunnah Nabi saw adalah hari nahr dan 3 hari
setelahnya ( tanggal 10 s/d 13 Dzulhijjah).
Cara seperti inilah yang dipilih oleh imam Asy Syafi’i, Al Auza’i, Al Hasan Al Bashri, Atha’, dan bahkan
shahabat Ali bin Abi Thalib r.a. Sedangkan Ibrahim An Nakha’i (ahli fiqih dikalangan tabi’in), berpendapat
waktu menyembelih adalah mulai tanggal 10 Dzulhijjah s/d akhir bulan Dzulhijjah.Sedangkan Imam
Maliki dan Imam Hanbali berpendapat bahwa hadyu sunnah maupun wajib,waktu penyembelihannya
adalah pada hari hari nahr. Sementara itu, pengikut Imam Hanafi juga berpendapat sama, yaitu apabila
hadyu tersebut dalam rangka haji tamattu’ dan qiran, maka disembelih pada hari hari nahr.
Wallahu a’lam
Lihat : Kitab Shahih Fiqhus Sunnah jilid 2 halaman 262, dan Fiqhus Sunnah jilid 1 halaman 658
َعنْ عَاِئ َش َة َب َق َر ًة َي ْو َم ال َّنحْ ِر-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َج ِاب ٍر َقا َل َذ َب َح َرسُو ُل هَّللا
Bersumber dari shahabat Jabir bin Abdullah r.a, dia berkata : Rasulullah saw menyembelih untuk Aisyah
r.a seekor sapi pada hari nahr (tanggal 10 Dzulhijjah)
ت ْ َ َقال، ص َفا َو ْال َمرْ َو ِة َأنْ َي ِح َّل َ ِإ َذا َط، ٌ َمنْ لَ ْم َي ُكنْ َم َع ُه َه ْدى- صلى هللا عليه وسلم- ِ َفلَمَّا دَ َن ْو َنا مِنْ َم َّك َة َأ َم َر َرسُو ُل هَّللا
َّ اف َو َس َعى َبي َْن ال
َأ هَّللا
َعنْ ز َوا ِج ِه- صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َما َه َذا َقا َل َن َح َر َرسُو ُل
ْ ُ َفقُ ْل. َف ُد ِخ َل َعلَ ْي َنا َي ْو َم ال َّنحْ ِر ِبلَحْ ِم َب َق ٍر
Maka ketika kami telah dekat (hampir sampai) di Makkah, Rasulullah saw memerintahkan agar orang
orang yang berihram untuk haji tetapi tidak membawa hadyu (hewan sembelihan ketika masuk tanah
haram ), maka hendaklah dia menjadikannya sebagai umrah. Apabila dia telah thawaf di Baitullah dan
sa’i antara Shafa dan Marwah wajib baginya tahallul. Aisyah r.a berkata: Maka pada hari nahr,
diantarkan daging sapi kepada kami. Aku (Aisyah) berkata : Apa ini ? Pengantar daging tersebut
menjawab : Rasulullah saw menyembelih buat para istrinya.
Ibnu Khuzaimah Kitabul Manasik bab 312 no 2905 bersumber dari Aisyah r.a
Al Hakim dalam Al Mustadrak Kitabul Manasik bab 658 no 1760 bersumber dari Abu Hurairah r.a )
Hadits yang lain : Bersumber dari Abu Hurairah r.a, dia berkata :
Rasulullah saw menyembelih seekor sapi buat para istrinya yang melakukan umrah pada haji wada’
Hadits shahih riwayat Ibnu Majah Kitabul Adhaahii bab 5 no 3133
ِ َقا َل « ُك ُّل َأي َِّام ال َّت ْش ِر- ص- ِّْن م ُْطع ٍِم َع ِن ال َّن ِبى
يق َذ ْب ٌح ِ ُوسى َعنْ ُج َبي ِْر ب
َ ْن م َ َعنْ ُسلَ ْي َم
ِ ان ب
حديث صحيح لغيره: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Dari Sulaiman bin Musa dari Jubair bin Muth’im dari Nabi saw, beliau bersabda : …..“
Semua hari hari tasyriq adalah hari hari penyembelihan”
Hadits riwayat Ahmad 4/82 no.1639 dengan sanad yang munqathi’ karena Sulaiman bin Musa tidak
berjumpa dengan Jubair bin Muth’im, tetapi Syaikh Syu’aib Al Arnauth menilainya sebagai hadits shahih
lighairihi.
Wallahu A’lam.
2. QURBAN tidak ada kaitannya dengan ibadah haji. Qurban disyari’atkan kepada setiap penanggung
jawab nafkah yang mampu melaksanakannya.
Qurban disembelih di sekitar kediamannya (di Pontianak) pada Hari Raya Qurban
Wallahu A’lam.
TENTANG BADAL HAJI , SAYA SUDAH JELASKAN DALAM GROUP SELASA MALAM RABU. SILAKAN
DIPERIKSA
Assalamualaikum saya mau bertanya perihal obat typus yang dibuat dari cacing tanah tetapi sudah
berbentuk bubuk. Apakah hukumnya, bolehkah kita mengkonsumsi nya
Jawab : Wa alaikumus salam wr wb
Hukum haram atau halal suatu obat bukan terletak kepada obat tersebut.
Tetapi dari haram atau halalnya bahan yang dapakai untuk membuatnya.
Babi ini dzatnya adalah haram. Hukum haram ini tidak dapat berubah menjadi halal walaupun dibeli
dengan uang yang halal.
2. Haram dari sisi sifatnya : Bendanya (dzatnya) hukum ashalnya halal , tapi sifatnya haram.
Misalnya : Ayam.
Tapi jika ayam ini didapat dengan cara mencuri maka haram hukumnya dimakan.
Jadi hukum ayam berubah dari halal menjadi haram karena sifatnya , yaitu sebagai barang curian.
Pertanyaan Andri adalah hukum haram bagi makanan dari sisi dzat nya (bendanya)
PEMBAHASAN :
Allah dan Rasul-Nya telah menyebutkan makanan yang dilarang :
Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi dan binatang yang
(ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.
لُحُو َم ْال ُحم ُِر اَألهْ لِ َّي ِة- صلى هللا عليه وسلم- ِ َقا َل َحرَّ َم َرسُو ُل هَّللا- رضى هللا عنه- َعنْ َأ ِبى َثعْ لَ َب َة
Bersumber dari Abu Tsa’labah r.a dia berkata : Rasulullah saw mengharamkan daging himar kampung.
Penjelasan :
Himar (keledai) kampung , adalah keledai yang dipakai sebagai sarana angkutan atau pembawa beban.
Rasulullah saw melarang kepada umatnya untuk memakan daging keledai kampung (keledai jinak).
Tentang apa yang membuat keledai ini diharamkan , para ulama berbeda pendapat .
Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al ‘Asqalani menjelaskan adanya kemungkinan yang melatarbelakangi keledai
diharamkan :
* Karena dzat keledai itu sendiri. Artinya , semua jenis keledai haram dimakan, baik itu keledai untuk
kendaraan, keledai ternak , keledai liar dsb.
* Karena fungsinya sebagai sarana pengangkutan. Maka keledai ternak atau keledai liar yang tidak
dipakai sebagai kendaraan halal hukumnya.
* Karena kotornya : maksudnya , dilarang makan keledai karena hewan ini dikenal suka makan barang
yang kotor. Maka keledai yang makan makanan bersih tidak dilarang.
* DLL
Lihat : Kitab Fat-hul Baari , Syarah terhadap Kitab Shahih Al Bukhari Kitabudz Dzabaaih bab 28 no 5527
Dari saya :
Tentang sebab yang melatar belakangi pengharaman keledai, akan dibahas pada bab tersendiri.
Kita di sini hanya membahas hewan yang dilarang dikonsumsi, untuk menetapkan apakah cacing
termasuk di dalamnya.
اع َفَأ ْكلُ ُه َح َرا ٌم ٍ َقا َل « ُك ُّل ذِى َنا-صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َع ِن ال َّن ِبى
ِ ب م َِن ال ِّس َب
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw yang bersabda : Setiap binatang buas yang bertaring
maka haram memakannya.
َّ ب م َِن
الطي ِْر ٍ َاع َو َعنْ ُك ِّل ذِى م ِْخل ٍ َعنْ ُك ِّل ذِى َنا-صلى هللا عليه وسلم- ِ َّاس َقا َل َن َهى َرسُو ُل هَّللا
ِ ب م َِن ال ِّس َب ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a dia berkata : Rasulullah saw melarang (memakan) setiap hewan buas
yang bertaring dan setiap burung yang bercakar (yang menyerang mangsanya dengan cakar seperti
elang))
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabush Shaidi bab 3 no 1934
َعنْ َأ ْك ِل ْال َجالَّلَ ِة َوَأ ْل َبا ِن َها-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن ُع َم َر َقا َل َن َهى َرسُو ُل هَّللا
ِ َع ِن اب
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Ibnu Umar r.a dia berkata : Rasulullah saw melarang makan hewan jallalah dan
meminum air susunya.
Penjelasan :
Hewan jallalah adalah hewan pemakan barang kotor, misalnya ayam yang memakan sampah atau
kotoran manusia dan semisalnya.
Larangan ini bersifat sementara. Jika hewan jallalah dikurung dan diberi makan barang yang bersih
selama beberapa hari sehingga diyaqini makanan kotor dalam perutnya sudah tidak ada , maka hewan
ini boleh dimakan.
Shahabat Ibnu Umar pernah mengurung ayam pemakan kotoran selama 3 hari , kemudian baru dia
memakan dagingnya.
Kesimpulan :
Dari makanan yang dilarang dalam Al Qur’an maupun hadits Nabi saw, cacing tidak disebutkan sebagai
hewan yang dilarang dimakan.
Maka obat yang ada campuran cacing tersebut hukumnya tidak haram.
Tapi :
Karena cacing adalah hewan darat yang mesti disembelih jika akan mengkonsumsinya , maka obat yang
berbahan cacing ini mesti jelas cara memproduksinya.
Jika langsung direbus tanpa disembelih , saya khawatir hukumnya sama dengan bangkai.
Maka saya memilih untuk tidak menggunakan obat yang berbahan baku cacing tersebut.
Wallahu A’lam.
10/08/16, 13.03 - Pesan-pesan yang Anda kirimkan ke grup ini kini diamankan dengan enkripsi end-to-
end. Ketuk untuk info selengkapnya.
pak ustadz...
JAWAB :
Yang diharamkan adalah makanan atau minuman yang memiliki efek dapat menutup aqal.
َقا َل « ُك ُّل مُسْ ك ٍِر َخ ْم ٌر َو ُك ُّل َخ ْم ٍر َح َرا ٌم-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن ُع َم َر َقا َل َوالَ َأعْ لَ ُم ُه ِإالَّ َع ِن ال َّن ِبى
ِ َع ِن اب
Bersumber dari Ibnu Umar r.a dari Nabi saw yang bersabda : Setiap yang dapat menutup aqal adalah
KHAMER dan setiap khamer adalah haram.
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Asyribah bab 7 no 2003
Penjelasan :
Hukum haram yang ditetapkan atas khamer sebagaimana dalam hadits ini , adalah berdasarkan sifatnya,
dengan tidak memandang bentuk atau bahan yang dipakai untuk membuatnya.
Sifat yang dimaksud adalah dapat menutup aqal. Yang kemudian dikenal dengan istilah mabuk (dengan
makna tertutup aqalnya).
Sehingga dalam pembahasan selanjutnya akan banyak menggunakan istilah mabuk atau memabukkan.
Dll
« َما َأسْ َك َر َكثِي ُرهُ َف َقلِيلُ ُه َح َرا ٌم-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن َع ْب ِد هَّللا ِ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ِ َعنْ َج ِاب ِر ب.
حسن صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Jabir bin Abdullah r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Apapun yang dalam jumlah
banyak dapat memabukkan , maka (jika diminum) sedikit hukumnya juga haram.
Hadits hasan shahih riwayat Abu Dawud Kitabul Asyribah bab5 no 3681
« َما َأسْ َك َر ال َفرْ ُق ِم ْن ُه ِإ َذا َش ِر ْب َت ُه َف ِم ْل ُء ْال َكفِّ ِم ْن ُه َح َرا ٌم-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Apapun yang jika jumlahnya 1 furuq
dapat memabukkan , maka jika engkau meminumnya 1 cedokan tangan juga haram.
Penjelasan :
Hadits ini sebagai dalil untuk membantah mitos yang mengatakan bahwa : minum arak atau makan
narkoba , asalkan tidak mabuk maka tidak haram.
Islam menyatakan bahwa , sesuatu yang menimbulkan efek memabukkan maka dikonsumsi sedikit juga
haram. Walaupun ketika memakannya tidak mabuk , tetap hukumnya haram.
Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa
besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan
mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan."
Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berpikir
ْْطانُ َأنَ ) ِإ َّن َما ي ُِري ُد ال َّشي90( ُونَ ان َفاجْ َت ِنبُوهُ لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِح َ األزال ُم ِرجْ سٌ مِنْ َع َم ِل ال َّشي
ِ ْط ْ صابُ َو َ َيا َأ ُّي َها الَّذ
َ ِين آ َم ُنوا ِإ َّن َما ْال َخ ْم ُر َو ْال َميْسِ ُر َواأل ْن
َأ هَّللا
َ ص َّد ُك ْم َعنْ ِذ ْك ِر ِ َو َع ِن الصَّال ِة َف َه ْل ْن ُت ْم ُم ْن َته
ُون ُ ضا َء فِي ْال َخ ْم ِر َو ْال َميْسِ ِر َو َي
َ يُوق َِع َب ْي َن ُك ُم ْال َعدَ َاو َة َو ْال َب ْغ
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah
perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu
lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan shalat;
maka berhentilah kamu (dari mengerjakan pekerjaan itu).
Penjelasan :
Dan pada akhirnya , khamer diharamkan secara muthlaq sampai hari qiyamat.
Dari penjelasan tentang khamer ini , saya tidak mendapati bahwa tape atau airnya sebagai khamer.
Tidak ada sifat khamer padanya , karena saya atau siapapun yang makan tape tidak akan tertutup
aqalnya.
Hal ini sama dengan durian atau buah lainya yang mengandung alcohol alami.
Juga air hasil perasan anggur. Kalau disimpan lama menjadi khamer , akan memabukkan.
Kalau tape disimpam lama , kemudian mengalami fermentasi maka sifatnya menjadi khamer.
Wallahu A’lam.
12/08/16, 07.31 - Pardiman & Tian: TENTANG PENTINGNYA BELAJAR ILMU AGAMA
Kalau tersiar khabar bahwa akan ada konser musik atau yang semisalnya, maka pada umumnya kegiatan
tersebut dihadiri banyak orang ( termasuk yang beragama Islam ), walaupun banyak rintangannya.
Misalnya cuaca hujan atau jarak tempuh yang jauh, atau harga tiket yang mahal dsb
Kalau ada kegiatan pengajian yang membicarakan tentang ibadah dan semisalnya, biasanya kegiatan
tersebut akan sepi dari pengunjung, padahal hampir tidak ada rintangan yang berarti untuk
menghadirinya. Jarak perjalanan yang dekat, tidak perlu keluar biaya, dan cuaca yang bagus tidak
membuat orang merasa mudah untuk mendatanginya.
Realita seperti itu bisa terjadi di mana saja. Penyebabnya bisa bermacam macam.
Sebab yang paling menonjol adalah : sebagian manusia belum mengetahui hakikat kebaikan dan
keburukan.
Sebagian manusia mengira suatu keburukan sebagai kebaikan.
Jika manusia mengetahui nilai sesuatu , maka dia akan berusaha untuk mendapatkannya.
Jika manusia mengetahui bahaya yang ditimbulkan oleh sesuatu maka dia akan berusaha untuk
menghindarinya.
Untuk mengetahui tentang kebenaran sesuatu ( apakah hal itu baik atau berbahaya ), dibutuhkan ilmu.
Untuk memiliki ilmu maka diharuskan belajar.
Islam sangat membenci kebodohan, dan melarang pemeluknya menjadi orang bodoh, dan lebih dilarang
lagi jika pemeluk Islam membiarkan dirinya sebagai orang bodoh (tidak ada usaha untuk memperbaiki
diri).
Salah satu ciri yang menonjol dari orang bodoh adalah : Dia melakukan sesuatu, sedangkan dia tidak
mengetahui kenapa dia melakukan hal itu.
Terkadang dia melakukan sesuatu hanya karena meniru perbuatan orang lain.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya
Orang yang berilmu sangat dipuji dalam Islam , dan mendapatkan kedudukan yang mulia disisi Allah.
Allah swt berfirman :
ِإ َّن َما َي ْخ َشى هَّللا َ مِنْ عِ َبا ِد ِه ْال ُعلَ َما ُء
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama (orang orang yang
berilmu)
Katakanlah: "Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?"
Sesungguhnya orang yang dapat menerima pelajaran hanyalah orang yang beraqal.
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat.
ِ « َمنْ ي ُِر ِد هَّللا ُ ِب ِه َخيْرً ا ُي َف ِّق ْه ُه فِى ال ِّد- صلى هللا عليه وسلم- ِ او َي َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ين ِ ُم َع
Barangsiapa yang dirinya dikehendaki dalam kebaikan oleh Allah , niscaya Allah akan membuat dia
faham dalam agama.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Ilmi bab 7 no 3116
Nabi saw bersabda : Dan sesungguhnya ilmu itu hanya bisa didapat dengan cara belajar
Riwayat Al Bukhari dalam kitab shahihnya secara mu’allaq dengan shighat jazm (pasti) : Kitabul Ilmi bab
10 sebelum hadits no 68
Juga diriwayatkan oleh imam Thabrani dalam kitab Mu’jam Al Kabiir dengan sanad yang bersambung :
َو ْالفِ ْق ُه ِبال َّت َف ُّق ِه، ِإ َّن َما ْالع ِْل ُم ِبال َّت َعلُّ ِم، ُ" َيا َأ ُّي َها ال َّناس:ُ َيقُول،صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
َ ِ ت َرسُو َل هَّللا
ُ ْ َسمِع: َقا َل،او َي َة
ِ َعنْ م َُع
Bersumber dari Mu’awiyah r.a dia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda :
Wahai sekalian manusia, ilmu hanya dapat diraih dengan cara belajar. Dan pemahaman hanya dapat
diraih dengan tafaqquh ( pengamatan yang cermat dan sungguh sungguh ).
Riwayat Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Kabiir jilid 19 hal 395 no 929
Dinilai sebagai hadits hasan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib
Lihat :
• Kitab Shahih At Targhiib wat Tarhiib jilid 1 halaman 136 hadits no 67.
َعن َأ ِبي اَألحْ َوص َقا َل َقا َل َع ْب ُد هللا إنَّ الرَّ ُج َل اَل يُولَ ُد َعالِمًا َوِإ َّن َما ْالع ِْل ُم ِبال َّت َعلُّ ِم
Bersumber dari Abu Al Ahwash , dia berkata : Abdullah bin Mas’ud r.a berkata :
Riwayat Ibnu Abi Syaibah dalam kitab Mushannafnya Kitabul Adab bab 19 no 26647
Bahkan Rasulullah saw yang mendapatkan wahyu dari Allah swt menyatakan bahwa menuntut ilmu
hukumnya wajib bagi umat Islam.
Artinya , seseorang sudah dianggap berdosa apabila dia tidak mau belajar.
Para kyai , ustadz , dosen , guru , mahasiswa , pemuda , orang yang sudah berusia lanjut, pria , wanita,
dst wajib menuntut ilmu.
Jika seorang Muslim menuntut ilmu, maka hal itu dilakukan karena kewajiban agama.
Kewajiban menuntut ilmu tidak hilang karena sudah jadi pengajar ( dosen, guru, ustadz ),
atau sudah menyelesaikan semua jenjang pendidikan ( S3 ) atau sudah berusia lanjut, atau alasan
kesehatan dsb
Selama seseorang merasa dirinya beragama Islam , wajib baginya menuntut ilmu
َ « َطلَبُ ْالع ِْل ِم َف ِري-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن َمالِكٍ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ض ٌة َعلَى ُك ِّل مُسْ ل ٍِم ِ َعنْ َأ َن
ِ سب
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Anas bin Malik r.a , dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Hadits shahih riwayat Ibnu Majah dalam Iftitah Kitab Sunannya bab 17 no 224
1) Dalam ilmu keduniawian , maka hukumnya fardhu kifayah ( kewajiban bersama ). Artinya , jika sudah
ada orang lain yang mempelajarinya , gugurlah kewajiban kita atasnya.
Misalnya : Ilmu kedokteran , ilmu tentang membangun gedung, kemiliteran dsb.
Maka ilmu ilmu tersebut tidak diharuskan semua umat Islam mempelajarinya.
2) Dalam masalah agama , maka hukumnya fardhu ‘ain. Semua umat Islam berkewajiban
mempelajarinya, apakah dia presiden , menteri, gubernur , komandan militer , polisi, pengusaha besar,
pedagang kaki lima, guru , murid, dsb
Jadi , belajar ilmu agama bukan hanya tugas para ustadz, tetapi kewajiban semua umat Islam.
2. Bisa dengan bertanya kepada ahlinya ( bertanya tentang agama yang bersumber dari Al Qur’an
dan sunnah Nabi saw , bukan bertanya tentang pendapatnya ).
4. Bisa dengan membaca sendiri ( cara ini khusus bagi yang sudah memiliki pengetahuan dasar
yang mapan. Jika tidak , cara ini cukup berbahaya karena dapat menyesatkan pelakunya tanpa sadar ).
5. Dsb.
Orang fasiq dan para pendosa lainnya tidak layak untuk menetap di surga.
Mereka adalah orang orang yang durhaka kepada Allah ketika di dunia.
Bagi orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, ancaman siksa neraka akan sangat menakutkan
baginya. Tetapi menjadi hamba Allah yang bertaqwa juga sulit dilakukannya.
Oleh karena itu :
Maka mendatangi majlis ilmu adalah kebutuhan yang tidak bisa dihindari lagi. Jika dia mau mendatangi
majlis ilmu karena Allah , insya Allah terjadi perubahan yang besar dalam kesehariannya :
* Kalau dulu susah mau menutup aurat , maka sekarang menjadi nyaman ketika memakai jilbab.
* Kalau dulu merasa berat untuk berpuasa Ramadhan, maka sekarang menjadi ringan dalam
mengamalkannya
* Kalau dulu merasa tersiksa karena tidak pergi ke diskotik maka sekarang menjadi benci dengan
perbuatan ma’shiyat tersebut.
* Kalau dulu sangat pelit dalam mengeluarkan zakat , maka sekarang merasa sangat berbahagia ketika
dapat membantu orang susah.
Inilah sebagian yang dijanjikan oleh Allah , bahwa orang yang menuntut ilmu akan dimudahkan
perjalanannya menuju surga.
َ َ َمنْ َسل-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ك َط ِري ًقا َي ْل َتمِسُ فِي ِه عِ ْلمًا َس َّه َل هَّللا ُ لَ ُه ِب ِه َط ِري ًقا ِإلَى ْال َج َّن ِة
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk mencari ilmu maka Allah memudahkan untuknya jalan
menuju surga.
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabudz Dzikri bab 11 no 2699 ( ini adalah lafadznya ).
Bersumber dari Abud Darda’ r.a , dia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda :
Barangsiapa yang meniti jalan mencari ilmu maka Allah memudahkan untuknya jalan menuju surga. Dan
sesungguhnya Malaikat akan meletakkan sayapnya untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha
dengan yang mereka lakukan.
Dan sesungguhnya orang yang berilmu (yang mengajarkan kebaikan) , maka seluruh penduduk yang ada
dilangit dan di bumi akan memohonkan ampun untuknya hingga ikan yang berada di dalam air (juga
memintakan ampunan kepada Allah untuknya).
Dan keutamaan orang yang berilmu dibanding orang yang ahli beribadah adalah seperti keutamaan
bulan dibanding dengan seluruh bintang.
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabul Ilmi bab 1 no 3641 ( ini adalah lafadznya )
َ ُِور َمنْ َت ِب َع ُه الَ َي ْنقُصُ َذل ْ ُأ َأل َ َقا َل « َمنْ دَ َعا ِإلَى ه ًُدى َك-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ْك مِن ِ ان لَ ُه م َِن ا جْ ِر مِث ُل ج
ان َعلَ ْي ِه م َِن اِإل ْث ِم م ِْث ُل آ َث ِام َمنْ َت ِب َع ُه الَ َي ْنقُصُ َذل َِك مِنْ آ َثام ِِه ْم َش ْي اًئ َ ُور ِه ْم َش ْيًئ ا َو َمنْ دَ َعا ِإلَى
َ ضالَلَ ٍة َك ُأ
ِ ج
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , bahwasanya Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang mengajak
kepada petunjuk maka dia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa
mengurangi pahala mereka sedikitpun.
Dan barangsiapa yang mengajak kepada kesesatan, maka dia akan mendapat dosa sebanyak dosa orang
yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun.
Bersumber dari Abu Mas’ud Al Anshari r.a dia berkata : Telah datang seorang laki laki kepada Nabi
saw ..... Maka Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan maka dia
mendapat pahala sebanyak pahala orang yang mengerjakannya.
-صلى هللا عليه وسلم- ِ اآلخ ُر َعالِ ٌم َف َقا َل َرسُو ُل هَّللا َ َر ُجالَ ِن َأ َح ُد ُه َما َع ِاب ٌد َو-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ِ َعنْ َأ ِبى ُأ َما َم َة ْال َبا ِهلِىِّ َقا َل ُذك َِر ل َِرس
ض ِ ْت َواَألر ِ « ِإنَّ هَّللا َ َو َمالَِئ َك َت ُه َوَأهْ َل ال َّس َم َوا-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُث َّم َقا َل َرسُو ُل هَّللا.» « َفضْ ُل ْال َعال ِِم َعلَى ْال َع ِاب ِد َك َفضْ لِى َعلَى َأ ْد َنا ُك ْم
َ ْ
اس الخي َْر ِ ون َعلَى ُم َعلِّ ِم الن
َّ َ ُُّصلَ َح َّتى ال َّن ْملَ َة فِى جُحْ ِر َها َو َح َّتى ْالحُوتَ لَي
اض َيقُو ُل ٍ ض ْي َل ب َْن عِ َي َ ُت ْالف ُ ْث ْال ُخ َزاعِ ىَّ َيقُو ُل َسمِع ٍ ت َأ َبا َعم
ٍ َّار ْال ُح َسي َْن ب َْن ح َُر ْي ُ ْ َقا َل َسمِع. ٌصحِي ٌح غَ ِريبَ ٌِيث َح َسن ٌ يسى َه َذا َحد َ َِقا َل َأبُو ع
ت
ِ ت ال َّس َم َوا ِ َعالِ ٌم َعا ِم ٌل م َُعلِّ ٌم ي ُْد َعى َك ِبيرً ا فِى َملَ ُكو.
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Abu Umamah Al Baahiliy r.a dia berkata : Telah disampaikan kepada Rasulullah saw
tentang 2 orang laki laki , yang salah satunya adalah seorang ahli ibadah sedangkan yang lainnya adalah
seorang yang berilmu. Maka Rasulullah saw bersabda : Keutamaan orang yang berilmu dibanding
dengan orang yang ahli ibadah (tapi tidak berilmu) adalah seperti keutamaan diriku dibanding dengan
seseorang yang paling rendah diantara kalian.
Kemudian Rasulullah saw melanjutkan : Sesungguhnya Allah dan para Malaikat-Nya serta seluruh
penghuni langit dan bumi hingga semut yang ada di dalam lubang sarangnya dan ikan paus, semuanya
bershalawat atas orang ang mengajarkan kebaikan kepada manusia.
Jika penuntut ilmu dan pengajarnya berkumpul di masjid untuk mempelajari Kitabullah , maka kegiatan
ini sangat dicintai Allah
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Tidaklah suatu kaum berkumpul di rumah Allah ( di Masjid ) untuk membaca Kitabullah dan
mempelajarinya diantara mereka , melainkan ketentraman akan turun kepada mereka
Dan rahmat akan meliputi mereka, serta Malaikat akan mengelilingi mereka.
Dan Allah akan menyanjung mereka ditengah para Malaikat yang berada disisiNya.
Barangsiapa yang lambat amalnya maka tidak akan bisa dikejar dengan nasabnya
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabudz Dzikri bab 11 no 2699 ( ini adalah lafadznya )
Abu Dawud Kitabu Sujudil Qur’an bab 14 no 1455
Al Qur’an adalah firman Allah swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw untuk disampaikan
kepada manusia
Umat Islam wajib beriman kepada Al Qur’an dan menerima segala hal yang diputuskan di dalamnya.
Jika ada umat Islam yang mengingkari kebenaran Al Qur’an , maka dia menjadi kafir secara I’tiqad
( keluar dari Islam ).
Afwan ustadz,.
Mohon penjelasan tentang hukum mengusap wajah dengan tangan selesai shalat setelah salam,
JAWAB :
Dalam realita , kita saksikan bahwa qaum Muslimin ada yang mengusap wajah setelah salam dari shalat
dan ada yang tidak.
Sebagian orang menjadikan masalah ini sebagai alat untuk menetapkan “identitas kelompok”.
Maksudnya : kalau mengusap wajah berarti berasal dari kelompok ini dan yang tidak mengusap wajah
berarti dari kelompok itu.
Dari saya :
Tidak sepatutnya qaum Muslimin memiliki pandangan seperti ini. Masalah perbedaan dalam amalan
jangan menjadi sebab timbulnya perpecahan.
Saya merasa perlu membuat ulasan singkat dalam masalah yang ditanyakan , agar orang awam dapat
mengetahui sebab terjadinya perbedaan tersebut.
Harapan saya , dengan memiliki wawasan yang luas, qaum Muslimin akan semakin mempererat tali
persaudaraan diantara mereka. Sehingga perbedaan dalam amalan diantara mereka tidak akan menjadi
sebab timbulnya perpecahan.
Maksudnya adalah : Setelah mengucapkan salam dari shalat, wajah diusap dengan telapak tangan
Terkadang mengusap wajah tersebut dengan telapak kanan saja , terkadang dilakukan dengan 2 telapak
tangan.
Hal ini biasanya dilakukan oleh imam atau makmum atau orang yang shalat sendirian.
Dalam realita sehari hari , ternyata ada perbedaan tentang mengusap wajah setelah shalat.
Ada yang mengusap wajah setelah shalat , ada juga yang tidak pakai mengusap
A) Yang mengusap wajah setelah salam dari shalat : adalah didasarkan kepada :
ُ َأ ْش َه ُد َأنْ اَل ِإلَ َه ِإاَّل هللا: صاَل َت ُه َم َس َح َج ْب َه َت ُه ِب َي ِد ِه ْال ُي ْم َنى ُث َّم َقا َل َ ان ِإ َذا َق
َ ضى َ س َقا َل َك
ٍ َعنْ اَ َن
اَللَّ ُه َّم َأ ْذهِبْ َع ِّنيْ ْال َه َّم َو ْالح ُْز َن، الرَّ حْ َمنُ الرَّ ِح ْي ُم
Bahwasanya Rasulullah saw apabila selesai dari shalatnya , beliau saw mengusap dahinya dengan
telapak tangan kanannya kemudian membaca :
AR RAHMAN , AR RAHIIM
Hadits riwayat Ibnus Sunni Kitabu Amalul Yaum Wal Lailah no 110
Dari jalan lain , Zaid Al ‘Ammiy meriwayatkan hadits serupa dari Jabbarah , dari Katsir dari Anas r.a.
Jabbarah adalah Ibnul Mughallis
Selain itu Ibnu ‘Adiy dalam Kitab Al Kamilnya ( 1/275 ) juga meriwayatkan beberapa hadits dari Katsir
( yang dikenal dengan nama Ibnu Sulaim ) , lalu Ibnu ‘Adiy berkata :
Dan riwayat riwayat tersebut yang bersumber dari Anas pada umumnya tidak terjaga.
Rawi Katsir ini ( yang dikenal dengan nama Ibnu Sulaim ) , sebagian ulama ahli hadits menuduhnya
sebagai pendusta
Sehingga Syaikh Al Albani menilai hadits ini dha’ifun jiddan ( sangat lemah )
صاَل َت ُه َم َس َح َج ْب َه َت ُه ِب َك ِّف ِه ْاليُمْ َنى ُث َّم َأمَرَّ َها َعلَى َوجْ ِه ِه َح َّتى َيْأت َِي ِب َها َ صلى هللا عليه وسلم ِإ َذا َق- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
َ ضى َ ْن َمالِكٍ َقا َل َك ِ َعنْ َأ َن
ِ سب
َعلَى لِحْ َي ِْت ِه َو َيقُ ْو ُل:
َو، ت ُ ص َر ْف َ اَللَّ ُه َّم ِب َح ْم ِد، اَللَّ ُه َّم َأ ْذهِبْ َع ِّنيْ ْال َغ َّم َو ْالح ُْز َن َو ْال َه َّم، ب َو ال َّش َهادَ ِة الرَّ حْ َمنُ الرَّ ِح ْي ُم
َ ك ا ْن ِ هللا الَّذِيْ اَل ِإلَ َه ِإاَّل ه َُو َعالِ ُم ْال َغ ْي
ِ ِبسْ ِم
ب اآْل خ َِر ِة
ِ َو مِنْ َع َذا، ك مِنْ ُج ْه ِد َباَل ِء ال ُّد ْن َيا َ ِب ذُ ْ
ُو ع َأ وَ ، ُ
ت ْ
ف ر
َ َ
ت ْ
ق ا ا مَ ِّر َ
ش ِْن م ك ب
َ ِ ذُ ْ
ُوع َأ ، ت ُ فْ رَ َ
ت ْاع ْي بنْ
ِ ِ َ
ذ ب "
Bahwasanya Rasulullah saw apabila selesai dari shalatnya , beliau saw mengusap dahinya dengan
telapak tangan kanannya kemudian diteruskan ke wajahnya hingga jenggotnya, lalu membaca :
ARRAHMAANUR RAHIIM
WABIDZNBI’ TARAFTU
Ya Allah ! dengan memuji-Mu akau berpaling ( dari shalatku )dan aku mengakui perbuatan dosaku
Aku berlindung kepada-Mu dari dari segala kejahatan yang aku lakukan
Wallahu A’lam
Penjelasan :
Yang dimaksud hadits maudhu’ (hadits palsu) adalah suatu berita yang dikatakan bersumber dari Nabi
Muhammad saw , padahal berita tersebut bukan berasal dari Nabi saw. Berita tersebut adalah buatan
orang .
Peringatan :
- Hadits dha’if ( lemah ) adalah hadits Nabi saw juga , yang merupakan perkataan Nabi saw . Yang
dha’if hanyalah riwayatnya saja.
- Hadits maudhu’ ( palsu ) adalah hadits Nabi saw juga , yang merupakan perkataan Nabi saw.
Yang maudhu’ hanyalah riwayatnya saja.
Jawaban :
Tidak pernah ada perkataan Nabi saw yang atau maudhu’ (= palsu).
Yang disebut dengan hadits dha’if adalah suatu berita yang dikatakan bersumber dari Nabi saw , tetapi
keyaqinan kita lemah untuk mempercayai bahwa berita tersebut benar benar datangnya dari Nabi saw.
Misalnya : salah satu orang yang meriwayatkan hadits tersebut dikenal sebagai orang yang suka berbuat
dosa dan sering membuat cerita bohong.
Apalagi orang tersebut pernah ketahuan membuat cerita bohong kemudian dia mengarang sanad dan
selanjutnya dia sandarkan kepada Rasulullah saw.
Maka berita yang muncul dari orang tersebut (tidak ada berita serupa yang bersumber dari orang lain) :
ditolak dan tidak dipercayai sebagai sabda Nabi saw.
Hal ini didasarkan kepada kenyataan bahwa tidak ada hadits shahih yang berasal dari Nabi saw tentang
mengusap wajah setelah shalat.
Hadits hadits tentang mengusap wajah setelah shalat sebagiannya derajatnya sangat lemah ,
sebagiannya adalah hadits palsu.
Hadits yang sangat lemah dan palsu tidak dapat dijadikan dalil untuk menetapkan adanya suatu amalan.
Maka : tidak disyari’atkan untuk mengusap wajah setelah salam dari shalat.
Saya menguatkan bahwa setelah salam dari shalat , saya tidak mengusap wajah saya
Wallahu A’lam.
HUKUM MEMBERI AMPLOP BERISI UANG KEPADA ORANG YANG MENGUNDANG MAKAN DALAM ACARA
WALIMAHAN.
Jawab :
Jika qaum Muslimin diundang makan (walimah) maka disyari’atkan untuk menghadirinya sekalipun
sedang dalam keadaan berpuasa sunnah.
َقا َل « ِإ َذا ُدعِ َى َأ َح ُد ُك ْم ِإلَى ْال َولِي َم ِة َف ْل َيْأ ِت َها- صلى هللا عليه وسلم- ِ َأنَّ َرسُو َل هَّللا- رضى هللا عنهما- ْن ُع َم َر
ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
Bersumber dari Abdullah bin Umar r.a , bahwasanya Rasulullah saw bersabda : Apabila seseorang
diantara kalian diundang ke walimah maka hadirilah undangan itu.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabun Nikah bab 71 no 5173 (ini adalah lafadznya)
ان ُم ْفطِ رً ا َف ْل َي ْط َع ْم َ « ِإ َذا ُدعِ َى َأ َح ُد ُك ْم َف ْل ُي ِجبْ َفِإنْ َك-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
َ ان صَاِئمًا َف ْل ُي
َ ص ِّل َوِإنْ َك
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Apabila seseorang diantara
kalian diundang maka penuhilah undangan itu. Jika dia berpuasa maka hendaknya dia mendo’akannya.
Jika dia tidak berpuasa maka hendaknya dia memakan hidangannya.
Jika dia berpuasa maka dia dapat memilih : membatalkan puasa , atau meneruskan puasa sunnahnya
dan mendo’akan kepada Allah buat orang yang mengundangnya.
Bagi umat Islam yang menghadiri undangan makan , kegiatan yang dia lakukan di tempat orang yang
mengundang hanya makan (minum) + mendo’akan orang yang mengundang.
Tentang memberikan imbalan berupa uang atau semisalnya kepada yang mengundang , maka hal ini
bukan menjadi kewajiban orang yang diundang. Dan orang yang mengundang tidak boleh meminta
imbalan kepada yang diundang dengan cara apapun. Karena tujuan dia mengundang adalah memberi
makan kepada orang yang diundang , bukan menjual makanan kepadanya.
Kalau ada orang yang jual makanan , kita tidak wajib menghadiri tempat jualannya
SELESAI.
Kesimpulan :
Orang yang mengundang makan tidak boleh meminta imbalan atau bayaran.
Karena sejak awal dia mengundang orang lain untuk makan gratis , bukan menjualnya.
Maka jika orang yang diundang tidak membayar apapun , hal ini sudah benar. Dia telah menjalankan
kewajibannya untuk menghadiri undangan saudaranya.
Islam sama sekali tidak memandang rendah kepada orang yang tidak memberikan apapun ketika
menghadiri undangan makan saudaranya.
Jika dia memberikan sesuatu kepada yang mengundang atas kerelaannya , maka hal ini tidak dilarang
dalam agama.
Wallahu A’lam.
Karena hampir setiap kali shalat jenazah, pada takbir ketiga, bacaan tersebut tidak pernah tuntas saya
membacanya, keduluan imam nya takbir lagi.
JAWAB :
Jika ada yang mengerjakan shalat janazah hanya berdo’a setelah takbir ke 3 saja dan langsung salam
setelah takbir ke 4 , maka saya tidak dapat menyalahkannya. Karena juga ada rujukannya.
َّ َأنَّ ال ُّس َّن َة فِى ال: -صلى هللا عليه وسلم- ِّب ال َّن ِبى
صالَ ِة َعلَى ِ َأ َّن ُه َأ ْخ َب َرهُ َر ُج ٌل مِنْ َأصْ َحا: ة بْنُ َسه ٍْل3َ الزهْ ِرىِّ َقا َل َأ ْخ َب َرنِى َأبُو ُأ َما َم ُّ َع ِن
ُ َوي ُْخلِص-صلى هللا عليه وسلم- ِّصلِّى َعلَى ال َّن ِبى ُ ُأل
َ ث َّم ُي، ير ِة ا ولَى سِ ًّرا فِى َن ْفسِ ِهَ ب َبعْ دَ ال َّت ْك ِب ُأ
ِ ث َّم َي ْق َر ِب َفات َِح ِة ْال ِك َتا، از ِة َأنْ ُي َكب َِّر اِإل َما ُم
ُ َ ْال َج َن
ْ َ ً ِّ ُ ْ َ ُأ ْ َ
ث َّم ُي َسل ُم سِ ّرا فِى نفسِ ِه، َّت ال َيق َر فِى شىْ ٍء ِمنهُنِ يرا ْ َّ َ َ ْ ُّ
َ الد َعا َء لِل َجناز ِة فِى التك ِب
Bersumber dari Az Zuhri dia berkata : telah mengkhabarkan kepadaku Abu Umamah bin Sahl ,
sesungguhnya telah memberitahukan kepadanya seorang dari shahabat Nabi saw :
Sesungguhnya yang menurut sunnah di dalam shalat janazah adalah :
Hendaknya imam bertakbir kemudian membaca surah Al Fatihah setelah takbir yang pertama tadi
secara sirr ( perlahan ) di dalam hati .
DAN HENDAKNYA MENGIKHLASHKAN DO’A UNTUK JANAZAH PADA TAKBIR BERIKUTNYA (TAKBIR KE 3),
di mana pada takbir takbir tersebut tidak lagi membaca ( Al Fatihah ).
Hadits riwayat Al Baihaqi dalam As Sunanul Kubra jilid 5 halaman 368 Kitabul Janaaiz
Para shahabat Nabi saw tidak akan mengatakan sunnah atau benar ( terhadap sesuatu ) kecuali hal itu
benar benar berdasarkan kepada sunnah Rasulullah saw
Bersumber dari Al Hajari dia berkata : Aku shalat bersama Abdullah bin Abi Aufa r.a , (seorang dari
shahabat Nabi saw) atas janazah seorang putrinya. Lalu dia bertakbir 4 kali. Setelah itu dia berdiam
setelah takbir ke 4 . Maka aku mendengar orang orang yang berada di pojok barisan mengucapkan
tasbih ( mengingatkannya ). Kamudian dia mengucapkan salam lalu berkata : Apakah kalian melihat aku
mengucapkan 5 kali takbir?
Abdullah bin Abi Aufa r.a berkata : Aku tidak akan melakukan hal itu.
Akan tetapi aku mendengar RASULULLAH SAW BERTAKBIR 4 KALI KEMUDIAN BERDIAM SEBENTAR LALU
BERDO’A DENGAN APA YANG DIKEHENDAKI ALLAH , kemudian mengucapkan salam
Hadits hasan riwayat Ibnu Majah Kitabul Janaiz bab 24 no 1503 ( ini adalah lafadznya )
Al Baihaqi dari Ya’fur dari Abdullah bin Abi Aufa r.a dengan sanad yang shahih
BEBERAPA MACAM DO’A YANG DIAJARKAN OLEH NABI SAW DI DALAM SHALAT JANAZAH :
َ ب اَأل ْب َي
ض َّ َالث ْلج َو ْال َب َر ِد َو َن ِّق ِه م َِن ْال َخ َطا َيا َك َما َن َّقيْت
َ الث ْو َّ ْ ْ ْ اغفِرْ لَ ُه َوارْ َح ْم ُه َو َعافِ ِه َواعْ فُ َع ْن ُه َوَأ ْك ِر ْم ُن ُزلَ ُه َو َوسِّعْ م ُْد َخلَ ُه َو
ِ اغسِ ل ُه ِبال َما ِء َو ْ اللَّ ُه َّم
َّ َ َأ َ ْ َ ْ َأ َ َّ ْ ْ ْ َأ َ َ َ َأ
ِ ار ِه َو هْ ال خيْرً ا مِنْ هْ لِ ِه َوز ْوجً ا خيْرً ا مِنْ ز ْو ِج ِه َو دخِل ُه ال َجنة َو عِ ذهُ مِنْ َعذا َ ً َأ َ ْ َأ َ
ِ م َِن ال َّدن
ار
ِ ب الن ِ ب القب ِْر ْو مِنْ َعذا ِ َس َو ْبدِل ُه دَارً ا خيْرً ا مِنْ د
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح على شرط مسلم: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Jubair bin Nufair dia berkata : Aku mendengar ‘Auf bin Malik Al Asyja’iy r.a berkata :
Rasulullah saw melakukan shalat atas janazah. Lalu aku menghafal diantara do’a beliau saw adalah :
Ya Allah berikanlah ampunan kepadanya , sayangilah dia, ma’afkanlah dia serta ampunilah dia.
Muliakanlah tempatnya. Luaskanlah tempat masuknya.
Bersihkanlah dia dari kesalahan kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju putih dari kotoran
Berikanlah dia pengganti tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya
Dan masukkanlah dia ke dalam surga serta lindungilah dia dari adzab qubur dan adzab neraka
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Janaaiz bab 26 no 963 ( ini adalah lafadznya )
ير َنا َو َذ َك ِر َنا َوُأ ْن َثا َنا اللَّ ُه َّم َمنْ َأحْ َي ْي َت ُه ِم َّنا َفَأحْ ِي ِه َع َلى اِإلسْ الَ ِم َو َمنْ َت َو َّف ْي َت ُه ِم َّنا َف َت َو َّف ُه
ِ ِير َنا َو َك ِب
ِ صغَ َاِئب َنا َو ْ اللَّ ُه َّم
ِ اغفِرْ ل َِح ِّي َنا َو َم ِّي ِت َنا َو َشا ِه ِد َنا َوغ
َّ ُ َ َأ
ُان الل ُه َّم ال َتحْ ِر ْم َنا جْ َرهُ َوال تضِ ل َنا َبعْ َده َ َّ ِ َعلى اِإلي َم َ
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Rasulullah saw melakukan shalat atas janazah , lalu beliau
saw berdo’a :
Dan orang orang yang hadir dan yang tidak hadir diantara kami
Dan orang orang yang masih kecil maupun yang sudah tua diantara kami
Dan Orang laki laki maupun perempuan diantara kami
Ya Allah , Siapapun diantara kami yang Engkau biarkan hidup maka hidupkanlah dia dalam keadaan
memeluk Islam
Dan siapapun diantara kami yang Engkau wafatkan maka wafatkanlah dia dalam keadaan beriman
Bersumber dari Waatsilah bin Al Asqa’ r.a dia berkata : Rasulullah saw melakukan shalat atas janazah
seorang muslim , lalu aku mendengar beliau saw berdo’a :
Ya Allah , sesungguhnya fulan bin fulan berada di dalam jaminan-Mu, juga berada di bawah lindungan-
Mu
Karena itu lindungilah dia dari fitnah qubur dan adzab neraka
Dan Engkau adalah Dzat yang selalu menepati janji dan pemegang kebenaran
Bersumber dari Yazid bin Rukaanah r.a , sesungguhnya Nabi saw jika melakukan shalat atas janazah ,
beliau saw bertakbir 4 kali kemudian membaca :
Hadits riwayat Al Hakim , Al Mustadrak jilid 1 halaman 685 Kitabul Janaaiz bab 499 no 1368 , Dia berkata
bahwa sanad hadits ini shahih
DARI SAYA :
Saya tidak tahu adanya do’a khusus untuk janazah dari Nabi saw, selain dari yang saya kutipkan.
Maka bisa di cek kepada orang yang mengamalkannya. Apakah dia mengamalkannya atas dasar
pendapatnya atau mengikuti sunnah Nabi saw. Jika dia mengikuti sunnah Nabi saw maka kita minta
kepadanya dalilnya , kemudian kita wajib untuk mengamalkannya.
Wallahu A’lam.
13/08/16, 06.18 - Ustadz Mubarok Ptk: TENTANG JAWABAN TERHADAP PERTANYAAN CIK RANI
Maksudnya : Seseorang yang mengundang makan saudaranya dalam acara walimah nikah , dia tidak
boleh meminta imbalan baik secara terang terangan maupun secara terselubung.
JAWAB :
Karena mengundang makan seorang Muslim dengan tujuan memberi makan kepadanya secara gratis ,
membuat saudaranya terkena kewajiban menghadirinya.
Dari hukum wajib tersebut , yang dapat saya fikirkan adalah : Seorang Muslim wajib menghadiri
undangan makan saudaranya , karena menghargai niat baik saudaranya yang ingin melakukan kebaikan,
yaitu mengundang makan secara gratis. Jadi , kebaikan dan keikhlasan dibalas dengan kebaikan dan
keikhlasan juga.
Rasulullah saw juga melarang undangan makan hanya dibatasi untuk orang kaya saja. Ini membuktikan
bahwa undangan makan memang diniatkan gratis sejak awal :
ِ الط َع ِام َط َعا ُم ْال َولِي َم ِة ُي ْم َن ُع َها َمنْ َيْأتِي َها َوي ُْد َعى ِإلَ ْي َها َمنْ َيْأ َبا َها َو َمنْ َل ْم ُي ِج
ب َّ ُّ َقا َل « َشر-صلى هللا عليه وسلم- ََّعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ ال َّن ِبى
صى هَّللا َ َو َرسُولَ ُهَ الدَّعْ َو َة َف َق ْد َع
Seburuk-buruk makanan adalah makanan pada jamuan makan , yang mana , orang yang ingin
menghadirinya tidak diundang . Sedangkan orang yang enggan mendatanginya malah diundang. Dan
barangsiapa yang tidak memenuhi undangan maka dia telah durhaka kepada Allah dan Rasul Nya
“ Seburuk-buruk makanan adalah makanan pada jamuan makan, yang mana, yang diundang hanya
orang kaya, sedangkan orang miskin ditinggalkan (tidak diundang “)
Dan barangsiapa yang tidak menghadiri undangan maka dia telah durhaka kepada Allah dan Rasul Nya
saw.
Tidak adanya pemberitahuan sebelumnya bahwa undangan makan tersebut tidak gratis.
Ketika seseorang menghadiri undangan saudaranya , di tempat undangan tersebut telah disiapkan
tempat untuk menampung uang atau semisalnya.
Dhahirnya , orang yang mengundang memang sejak awal mengharapkan agar yang diundang
memberikan imbalan kepadanya.
Ini jelas bukan undangan makan gratis , bukan undangan makan ikhlas untuk mencari ridha Allah. Bagi
saya , ini mirip dengan restaurant.
Bahkan saya mendengar adanya istilah “pelit” yang disandangkan kepada orang yang mengisi
amplopnya dengan uang yang tidak banyak.
Dan keluar ekspresi kegembiraan yang luar biasa ketika isi amplopnya besar.
yang diundang merasa “harus memberikan imbalan” atas makanan yang dimakannya.
Sebagian orang merasa malu jika berpamitan kepada orang yang mengundang , dia tidak memasukkan
sesuatu ke dalam wadah yang telah disiapkan di majlis walimah tersebut.
Jika berita seperti ini benar adanya , maka saya berpendapat bahwa undangan yang seperti ini
hukumnya sudah tidak lagi wajib bagi umat Islam untuk menghadirinya.
Saya memohon ampun kepada Allah jika yang saya sampaikan ini adalah sebuah kesalahan.
Wallahu A’lam.
Assalamualaikum ustadz... tentang sholat. Bila 1 orang meninggalkan shaff saat sholat dan kita tahu
tidak akan kembali maka apa yang harus kita lakukan. Posisi pas di samping. Mohon penjelasannya.
Trimakasih.
JAWAB :
Jika ada seorang makmum meninggalkan shaf karena batal wudhu atau karena sebab lainnya, maka
makmum yang berada di sebelahnya harus merapat kepadanya.
Yang mesti bergerak merapat adalah yang lebih jauh dari posisi imam, menuju ke makmum yang lebih
dekat kepada imam.
Karena :
1. Asal mula shaf adalah di belakang imam, sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ِ ار َرس ِ ْت َعنْ َي َس ُ ت َح َّتى قُم ُ ُث َّم ِجْئ... ُصلِّ َىَ ِلي-صلى هللا عليه وسلم- ِ َف َقا َم َرسُو ُل هَّللا... ِ ْن َع ْب ِد هَّللا
ِ َعنْ َج ِاب ِر ب
َ َفَأ َخذ-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ِ ار َرس ِ سَ ي
َ ْنعَ م
َ اقَ َ
ف ء
َ اجَ م
َّ ُ
ث َأضَّ و
َ َ
ت َ
ف رٍ ْ
خ ص
َ ُْن
ب ر
ُ َّا
ب ج
َ ء
َ اجَ م
َّ ُ
ث ه
ِ ن
ِ ِي
م ي
َ ْن ع
َ ِى
ن م
َ اقَ َأ ى َّ
ت ح
َ ِى
ن ار
َ َدَأفَ ِىَفَأ َخ َذ ِب َيد
َخ ْل َف ُه3 َح َّتى َأ َقا َم َنا3 ِب َي َد ْي َنا َجمِيعًا َف َد َف َع َنا-صلى هللا عليه وسلم- ِ َرسُو ُل هَّللا
Bersumber dari Jabir bin Abdullah r.a ……. Kemudian Rasulullah saw berdiri melakukan shalat ……
Kemudian aku datang dan berdiri di samping kiri Rasulullah saw.
Maka beliau saw memegang tanganku , dan mengedarkanku (menarikku) sehingga memposisikan aku
berdiri di sebelah kanannya. Kemudian datanglah Jabbar bin Shakhar r.a , dia berwudhu lalu datang dan
berdiri di sebelah kiri Rasulullah saw.
Lalu Rasulullah saw memegang kedua tangan kami , lalu beliau saw mendorong kami sehingga BELIAU
SAW MEMPOSISIKAN KAMI BERDIRI DI BELAKANGNYA
بِ ص ُفوفِ ْال َمالَِئ َك ِة َو َح ُاذوا َبي َْن ْال َم َنا ِكُ ون ِب َ ص ُّف ُ وف َفِإ َّن َما َت ُّ َقا َل « َأقِيمُوا ال-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن ُع َم َر َأنَّ َرسُو َل هَّللا
َ ُصف ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
ُ ص ًّفا َق َط َع ُه هَّللا
َ ك َو َت َعالَى َو َمنْ َق َط َعَ ار َ ص ًّفا َو
َ صلَ ُه هَّللا ُ َت َب َ ان َو َمنْ َو
َ ص َل ِ ْط 3ٍ » َو ُسدُّوا ْال َخلَ َل َولِي ُنوا فِى َأ ْيدِى ِإ ْخ َوا ِن ُك ْم َوالَ َت َذرُوا فُر َُجا
َ ت لِل َّشي
َ ِإ َذا َجا َء َر ُج ٌل ِإ َلى الصَّفِّ َف َذ َه.» َقا َل َأبُو دَ اوُ دَ َو َمعْ َنى « َولِي ُنوا ِبَأ ْيدِى ِإ ْخ َوا ِن ُك ْم.ََقا َل َأبُو دَ اوُ دَ َأبُو َش َج َر َة َكثِي ُر بْنُ مُرَّ ة
ب َي ْد ُخ ُل فِي ِه َف َي ْن َبغِى
َِّأنْ ُيلَي َِّن لَ ُه ُك ُّل َرج ٍُل َم ْن ِك َب ْي ِه َح َّتى َي ْد ُخ َل فِى الصَّف
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Ibnu Umar r.a , Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Luruskanlah shaf kalian . Hendaknya kalian berbaris seperti barisan para Malaikat. Sejajarkan antara
bahu dan tutuplah celah yang kosong. Lunakkanlah (tangan kalian) terhadap tangan saudara kalian (yang
berdampingan).
Penjelasan :
Yang dimaksud merapatkan shaf dalam shalat adalah : Bahu seseorang rapat dengan bahu saudaranya
yang di sebelahnya , dan mata kakinya rapat dengan mata kaki saudara yang ada di sebelahnya (di kanan
dan kirinya).
Sedangkan shaf yang tidak rapat adalah : adanya jarak diantara 2 orang makmum yang saling
berdampingan.
Jika seorang makmum melihat keadaan ini , dia diperintahkan untuk bergeser ke kiri atau ke kanan
untuk merapatkannya.
Jika dia berada di belakang shaf yang lowong , maka dia diperintahkan untuk maju ke depan , masuk ke
dalamnya , sehingga shaf yang lowong tadi menjadi rapat.
Bersumber dariAnas bin Malik r.a dari Nabi saw yang bersabda :
Rapatkanlah barisan kalian dan dekatkanlah jaraknya serta luruskanlah antar leher.
Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya , sesungguhnya aku melihat syaithan masuk diantara celah
shaf seperti seekor kambing kecil.
Penjelasan :
2. Orang yang memutuskan shaf (enggan merapatkannya) diancam akan diputus oleh Allah swt
dari rahmat dan pertolongan-Nya
Kalimat “Dan janganlah kalian membiarkan celah shaf untuk (ditempati) syaithan” maknanya adalah :
janganlah kalian memberi kesempatan syaithan untuk merusak shalat kalian, karena syaithan akan
senantiasa melakukannya dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah menemani kalian di dalam
shalat kalian , karena kalian telah menyediakan tempat untuknya , yaitu shaf yang tidak rapat diantara
kalian.
Shaf yang tidak rapat sangat dicela. Disamping shalatnya menjadi tidak sempurna , shaf tersebut akan
diisi oleh syaithan. Sehingga makmum yang berada di dalam shaf yang tidak rapat tersebut akan berdiri
sejajar dengan syaithan. Betapa jeleknya keadaan shaf yang seperti ini.
Kalimat “Barangsiapa yang menyambung shaf , maka Allah akan menyambungnya” maknanya : Allah
akan menyambung rahmat-Nya untuk hamba-Nya
Kalimat “Barangsiapa yang memutuskan shaf maka Allah akan memutuskannya” maknanya : Allah akan
memutuskan rahmat dan pertolongan-Nya
Lihat : Kitab ‘Aunul Ma’buud , syarah terhadap Kitab Sunan Abi Dawud jilid 2 halaman 258 Kitabush
Shalah bab 93 hadits no 662.
14/08/16, 22.33 - Ustadz Mubarok Ptk: PERTANYAAN H. ABU NASHAR MASJID MUJAHIDIN
Saya ditugaskan oleh yayasan Mujahidin untuk bimbingan shalat 'idul Adhha.
Saya mohon kepada bapak untuk dapat memberikan naskah/teks bimbingan shalat 'Idul Adha dalam WA
ini.
Saya buatkan tulisan berkaitan dengan masalah yang ditanyakan. Kemudian bapak bisa menyusun
sendiri dengan mengambil dari catatan yang saya berikan sebagai rujukannya.
Jika mau teks asli dalil dalilnya , silakan disampaikan kepada saya.
( Cara ini diamalkan para shahabat , diantaranya adalah Ibnu Umar r.a )
3. Tidak didapati adanya hadits shahih yang disandarkan kepada Rasulullah saw tentang susunan kalimat
takbir . Maka kita boleh bertakbir seperti takbirnya para shahabat , diantaranya takbirnya shahabat Ibnu
Mas’ud r.a :
( Shahih riwayat Ibnu Abi Syaibah Kitabush Shalawat bab 413 no 5633 )
Saya kurang menyukai tambahan tambahan dalam takbiran yang tidak jelas asal usulnya , seperti :
4. Shalat Ied dilakukan pada waktu dhuha ( setelah matahari terbit ). Dalam hal ini tidak didapati adanya
hadits shahih yang disandarkan kepada Nabi saw. Tetapi ada riwayat shahih dari shahabat Nabi saw
yang menjelaskan demikian.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari secara mu’allaq Kitabul Iedain bab 10 sebelum no 968
Abu Dawud Kitabush Shalah bab 240 no 1135 ( ini adalah lafadznya )
Imam tidak melakukan shalat apapun sebelum shalat Ied ataupun sesudahnya.
6. Tidak ada adzan atau iqamat sebelum shalat Ied. Juga tidak ada seruan Ash Shalaatu Jaami’ah atau
lainnya.
7. Shalat Ied dilakukan dengan 2 raka’at , caranya seperti shalat shubuh, dengan sedikit perbedaan :
8. Pada raka’at pertama bertakbir 7 kali sebelum membaca Al Fatihah sudah termasuk takbiratul ihram.
Pada raka’at kedua bertakbir 5 kali selain takbir ruku’, sebagaimana penjelasan shahabat Ibnu Abbas r.a
terhadap takbir 7 dan 5 pada shalat Ied.
9. Bacaan Iftitah dilakukan setelah 7 takbir ( dan sebelum Al Fatihah ) : hal ini didasarkan kepada
dhahirnya hadits , bahwa iftitah tempatnya adalah antara takbir dan bacaan ( Al Fatihah )
( Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Aadzan bab 89 no 744 )
10. Setelah salam dari shalatnya , imam langsung berdiri menghadap kepada makmum untuk
berkhutbah. Tidak ada dzikir dsb.
11. Makmum dianjurkan mendengarkan khutbah Ied , tetapi tidak diwajibkan. Yang ingin pulang setelah
shalat Ied tanpa mendengarkan khutbah , maka tidak dilarang.
12. Tentang khutbah Ied yang diawali dengan 9 takbir pada raka’at pertama , dan 7 takbir pada raka’at
kedua, haditsnya tidak shahih.
( Riwayat Al Baihaqi dalam As Sunanul Kubra Kitabu Shalatil Iedain bab 24 no 6012 )
Maka mengawali khutbah Ied dikembalikan kepada cara yang sudah dikenal dalam khutbah lainnya yaitu
diawali dengan hamdalah
Ahmad 1/392
Tentang khutbah Ied yang dilakukan dengan 2 kali yang diselingi dengan duduk ( seperti khutbah Jum’ah
)haditsnya tidak shahih
Hadits riwayat Ibnu Majah Kitabu Iqamatish Shalah bab 158 no 1289
Di dalam sanadnya ada rawi dha’if bernama Isma’il bin Muslim dan Abu Bahr
14. Setelah khutbah dilakukan , maka rangkaian shalat Ied sudah selesai.
Hadits riwayat Ibnu Abi Syaibah Kitabush Shalawat bab 412 no 5621
Hadits ini sanadnya shahih tetapi mursal karena Az Zuhri bukan shahabat . Beliau adalah seorang tabi’in.
16. Ucapan selamat antara sesama Muslim adalah : Taqabbalallahu minnaa wa minka. Kalau orangnya
banyak , boleh juga memakai bentuk jama’ : Taqabbalallahu minnaa wa minkum
Dan kami telah meriwayatkan di dalam kitab Al Muhamiliyyaat dengan sanad yang hasan, bersumber
dari Jubair bin Nufair, dia berkata : Para shahabat Rasulullah saw apabila bertemu di Hari Raya,
sebagian akan mengatakan kepada yang lain :
TAQABBALALLAAHU MINNAA WA MINKA (semoga Allah menerima amalan kami dan amalanmu)
( Dikutip dari : Kitab Fathul Baari jilid 3 halaman 567 Kitabul Iedain bab 3 no 952 )
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , dia berkata : Aku hadir melakukan shalat Ied bersama dengan Rasulullah
saw , dan dengan Abu Bakar r.a, Umar r.a , Utsman r.a. Mereka semuanya melakukan shalat Ied sebelum
khutbah
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a, sesungguhnya Nabi saw keluar ke tempat shalat Iedul Fithri, lalu shalat 2
raka’at. Beliau saw tidak shalat apapun sebelum dan sesudahnya
Bersumber dari Abdurrahman bin Abi Laila , dia berkata : Umar r.a berkata :
Shalat Jum’ah adalah 2 raka’at , Shalat Iedul Fithri adalah 2 raka’at, Shalat Iedul Adh-ha adalah 2 raka’at ,
Shalat dalam perjalanan adalah 2 raka’at.
Ahmad 1/ 37 no 259
َّ ت َوفِى
الثا ِن َي ِة َخمْسًا َ ان ُي َك ِّب ُر فِى ْالف ِْط ِر َواَألضْ َحى فِى اُألولَى َسب َْع َت ْك ِب
ٍ يرا َ َك-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ عَاِئ َش َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا
صحيح: قال الشيخ األلباني
حسن لغيره وهذا إسناد ضعيف لضعف ابن لهيعة: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Aisyah r.a , sesungguhnya Rasulullah saw biasa bertakbir pada Hari Raya Fitri dan Adh-ha
, pada raka’at pertama 7 takbir dan pada raka’at ke 2 adalah 5 takbir
Hadits riwayat Abu Dawud Ktabu bab 253 no 1151 ( ini adalah lafadznya )
Penjelasan :
Dalam hadits hadits yang disandarkan kepada Rasulullah saw hanya disebutkan bahwa pada raka’at
pertama Nabi saw bertaktir 7 kali dan pada raka’at ke 2 bertakbir 5 kali.
Tidak disebutkan apakah takbir tersebut termasuk takbiratul ihram atau takbir ruku’ atau lainnya?
Tetapi shahabat Ibnu Abbas r.a melakukan shalat Ied dengan 7 kali takbir pada raka’at pertama sudah
termasuk takbiratul Ihram dan pada raka’at kedua dengan 6 kali takbir termasuk takbir ruku’.
Bersumber dari ‘Atha’ dari Ibnu Abbas r.a, bahwasanya Ibnu Abbas r.a bertakbir pada shalat Ied pada
raka’at pertama dengan 7 takbir termasuk takbir pembuka ( takbiratul ihram ), dan pada raka’at akhir
dengan 6 takbir termasuk takbir ruku’. Semua takbir tersebut dilakukan sebelum melakukan bacaan
Penjelasan :
Prakteknya : hendaknya kita bertakbir ( takbiratul Ihram ) , kemudian ditambah dengan 6 takbir lagi
Prakteknya : hendaknya kita bangun dari sujud dengan bertakbir. Kemudian bertakbir lagi 5 kali.
Didapati riwayat yang dha’if bahwa shahabat Umar r.a senantiasa mengangkat tangan dalam takbir
shalat Ied dan shalat janazah
Bersumber dari Bakri bin Suwaadah , bahwasanya Umar bin Al Khaththab r.a mengangkat kedua
tangannya bersamaan dengan tiap tiap takbir dalam shalat janazah dan shalat 2 Hari Raya
Riwayat Al Baihaqi dalan As Sunanul Kubra Kitabu Shalatil Iedain bab 42 no 5984
Dalam shalat janazah , tidak didapati hadits yang menunjukkan apakah Nabi saw mengangkat tangan
pada sa’at takbir atau tidak . Tetapi Ibnu Umar r.a yang dikenal sebagai shahabat yang sangat
mencontoh sunnah Nabi saw, ternyata mengangkat tangannya ketika takbir.
Dengan keyaqinan bahwa Ibnu Umar r.a tidak akan melakukan hal tersebut kecuali mengikut sunnah
Nabi saw , maka mengangkat tangan ketika takbir pada shalat janazah adalah disunnahkan.
Selain berdasar kepada riwayat riwayat itu , juga didasarkan kepada kenyataan bahwa tidak didapati
dalil yang tegas tentang apakah Nabi saw mengangkat tangan atau tidak pada takbir shalat Ied
Karena tidak didapati dalil yang tegas dan shahih tentang bagaimana kedudukan tangan ketika bertakbir
dalam shalat Ied, maka kedudukan tangan ketika bertakbir dalam shalat Ied menjadi tidak berdalil.
Karena itulah kedudukan ini dikembalikan kepada cara yang sudah dikenal, yaitu sikap tangan ketika
bertakbir pada shalat ( fardhu ) ketika dalam keadaan berdiri , yaitu dengan mengangkat kedua tangan:
صالَ ِة ْال َم ْك ُتو َب ِة َ َيرْ َف ُع َي َد ْي ِه َم َع ُك ِّل َت ْك ِب-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
َّ ير ٍة فِى ال َ ب َقا َل َك ِ َعنْ ُع َمي ِْر ب
ٍ ْن َح ِبي
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari ‘Umair bin Habiib r.a, dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw mengangkat kedua
tangannya bersama tiap tiap takbir dalam shalat fardhu
Hadits shahih riwayat Ibnu Majah Kitabu Iqaamatish Shalah bab 15 no 861
4.Tidak ada bacaan tertentu antara 2 takbir, tetapi shahabat Ibnu Mas’ud r.a mengatakan bahwa antara
2 takbir dipanjatkan pujian kepada Allah dan pengagungan kepadaNya
‘Uqbah bin ‘Aamir berkata : Aku bertanya kepada Ibnu Mas’ud r.a tentang apa yang dibaca setelah
takbir takbir dalam shalat Ied. Dia menjawab : memanjatkan pujian kepada Allah, memberikan
sanjungan kepadaNya, bershalawat atas Nabi saw
Riwayat Al Atsram
5. Do’a iftitah dibaca setelah takbir ke 7 sebelum membaca Al Fatihah, tetapi ada juga yang berpendapat
bahwa do’a iftitah dibaca setelah takbiratul ihram, sebelum takbir yang lainnya
، ِ ت ِبَأ ِبى َوُأمِّى َيا َرسُو َل هَّللا ُ َفقُ ْل- ير َو َبي َْن ْالق َِرا َء ِة ِإسْ َكا َت ًةِ ت َبي َْن ال َّت ْك ِب ُ َيسْ ُك- صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا َ عن ابي ه َُري َْر َة َقا َل َك
اللَّ ُه َّم َن ِّقنِى م َِن، ب ْ ْ ْ َ َّ َأ ْ
ر ْ
غ مال و ق ر
ِ ِ َ َ ِ ِ َ َ َ ش مال ْن ي ب َت دْ ع اب ا
َ َ َ َ َم َ
ك اى ي اط َ
خ ْن ي ب
َ َ َو ِىنيْ ب ْ
د ب
َ َِّ َاعمهُ لال ل
ُ و ُ ق « ل
َ اقَ ل
ُ وُ ق َ
ت ا م
َ ِ َ َ َ ير
ة ءا ِر ق ال و ِ ك َبي َْن ال َّت ْك ِب
َ ِإسْ َكا ُت
ْ ْ َّ ْ َ
َ اغسِ ْل َخطا َي َّ
ْ الل ُه َّم، س َأل َّ َّ َ ْ
اى ِبال َما ِء َوالثل ِج َوال َب َر ِد ِ ال َخطا َيا َك َما ُي َنقى الث ْوبُ ا ْب َيضُ م َِن ال َّد َن
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw diam sejenak antara takbir
dan bacaan. Maka aku berkata : Dengan bapak dan ibuku ( sebagai tebusannya ), wahai Rasulullah,
engkau diam antara takbir dan bacaan, apakah yang engkau baca ?
Ya Allah, bersihkanlah diriku dari kesalahan kesalahan sebagaimana pakaian putih dibersihkan dari noda
Yang berpendapat bahwa do’a iftitah dibaca setelah takbiratul ihram, karena didapati hadits yang
menyatakan bahwa setelah selesai dari 7 takbir langsung membaca bacaan ( al Qur’an ) :
« ال َّت ْك ِبي ُر فِى ْالف ِْط ِر َس ْب ٌع فِى اُألولَى َو َخمْسٌ فِى اآلخ َِر ِة َو ْالق َِرا َء ُة-صلى هللا عليه وسلم- ِ اص َقا َل َقا َل َن ِبىُّ هَّللا
ِ ْن ْال َع ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
ِ ْن َعمْ ِرو ب
َبعْ َد ُه َما ك ِْل َتي ِْه َما
حسن: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash, dia berkata : Nabi saw bersabda :
Takbir pada Hari Raya Fithri adalah 7 kali pada raka’at pertama dan 5 kali pada raka’at kedua, serta
membaca bacaan setelah dua macam takbir tersebut
Penjelasan :
- Yang berpendapat bahwa do’a iftitah dibaca setelah takbir pertama ( sebelum takbir lainnya ) adalah
imam Syafi’i dan diriwayatkan dari bahwa imam Ahmad juga berpendapat seperti itu.
Alasan yang sefaham dengan pendapat ini adalah adanya sabda Nabi saw , bahwa bacaan Al Fatihah itu
adalah setelah takbir. Dalam hadits ini tidak disebutkan adanya bacaan iftitah , sedangkan bacaan iftitah
harus dibaca. Maka tempat bacaan iftitah dikembalikan kepada amalan shalat fardhu , yaitu dilakukan
setelah takbiratul ihram.
Maka prakteknya : Takbiratul ihram , kemudian membaca do’a iftitah , kemudian membaca Ta’awudz ,
lalu bacaan Al Fatihah.
- Yang berpendapat bahwa do’a iftitah dibaca setelah menyelesaikan 7 takbir adalah imam Ahmad
(dalam sebagian riwayat) , dan Al Khallal , imam Al Auza’i
Alasan yang sefaham dengan pendapat ini adalah : Tidak adanya hadits yang secara tegas menyebutkan
tentang tempat bacaan iftitah dalam shalat Ied. Maka bacaan iftitah dalam shalat Ied dikembalikan
kepada cara yang sudah dikenal yaitu shalat fardhu. Dalam shalat fardhu , bacaan iftitah dibaca antara
takbir dan surah Al Fatihah.
ت َيا َرسُو َل هَّللا ِ ِبَأ ِبى َأ ْنتَ َوُأمِّى ُ ت ُه َني ًَّة َق ْب َل َأنْ َي ْق َرَأ َف ُق ْل َ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َقا َل َك
َّ ِإ َذا َكب ََّر فِى ال-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
3َ صالَ ِة َس َك
ير َو ْالق َِرا َء ِة َما َتقُو ُل َقا َل َأقُو ُل
ِ ك َبي َْن ال َّت ْك ِب َ َأ َرَأيْتَ ُس ُكو َت:
اغسِ ْلنِى ِ الث ْوبُ اَأل ْب َيضُ م َِن ال َّد َن
ْ س اللَّ ُه َّم َّ اى َك َما ُي َن َّقى ِ اع ْدتَ َبي َْن ْال َم ْش ِر ِق َو ْال َم ْغ ِر
َ ب اللَّ ُه َّم َن ِّقنِى مِنْ َخ َطا َي َ اللَّ ُه َّم بَاعِ ْد َب ْينِى َو َبي َْن َخ َطا َي
َ اى َك َما َب
ْ ْ ْ َّ
اى ِبالثل ِج َوال َما ِء َوال َب َر ِد َ َ
َ مِنْ خطا َي
Bersumber dari Abu Hurairah r.a, dia berkata : Biasanya Rasulullah saw apabila mengucapkan takbir di
dalam shalat ( takbiratul ihram ), beliau saw diam sejenak sebelum membaca ( Al Fatihah ). Maka aku
berkata : Dengan bapak dan ibuku (sebagai tebusannya) , wahai Rasulullah, engkau diam antara takbir
dan bacaan ( Al Fatihah ). Apa yang engkau baca ?
Dalam redaksi lain , Nabi saw menyatakan bahwa bacaan ifitah adalah sebelum bacaan Al Qur’an :
َيعْ نِى.» ض َع ْالوُ ضُو َء َ ضَأ َف َي ِ صالَةٌ َأل َح ٍد م َِن ال َّن
َّ اس َح َّتى َي َت َو ِ َعنْ ِر َفا َع َة ب
َ « ِإ َّن ُه الَ َت ِت ُّم-صلى هللا عليه وسلم- ُّْن َراف ٍِع َقا َل َ َقا َل ال َّن ِبى
ُأ ْ ُ
ِ َْم َواضِ َع ُه « ث َّم ُي َك ِّب ُر َو َيحْ َم ُد هَّللا َ َج َّل َو َع َّز َويُثنِى َعلَ ْي ِه َو َي ْق َر ِب َما َت َيس ََّر م َِن ْالقُر
آن
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح: قال حسين سليم أسد
Bersumber dari Rifaa’ah bin Raafi’r.a , dia berkata : Nabi saw bersabda :
Sesungguhnya tidak sempurna shalatnya seseorang sehingga dia berwudhu’ sesuai pada tempatnya
( secara sempurna ) , kemudian dia bertakbir dan memuji Tuhannya Yang Maha Agung dan menyanjung
Nya, dan membaca Al Qur’an yang mudah baginya
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 144 no 857 (ini lafadznya)
Penjelasan :
Dalam hadits ini disebutkan urutannya : Takbir , kemudian iftitah , kemudian membaca Al Qur’an
Maka dalam shalat Ied , prakteknya : Takbir 7 kali , lalu baca iftitah , lalu ta’awudz ‘ lalu Al Fatihah
Tentang sabda Nabi saw : “Dan bacaan Al Fatihah dibaca setelah takbir “ tidaklah menunjukkan bahwa
bacaan setelah 7 takbir tidak ada iftitah , melainkan untuk menjelaskan yang dhahir saja.
Cara seperti ini pernah juga disampaikan oleh Nabi saw di dalam sabdanya :
آن َ َوا ْق َرْأ ِب َما َت َيس ََّر َم َع، ْ ُث َّم اسْ َت ْق ِب ِل ْالقِ ْبلَ َة َف َكبِّر، صالَ ِة َفَأسْ ِب ِغ ْالوُ ضُو َء
ِ ْك م َِن ْالقُر َّ ِإ َذا قُمْتَ ِإلَى ال
“Apabila engkau hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadaplah
ke arah Qiblat lalu bertakbirlah dan bacalah apa yang mudah bagimu dari Al Qur’an”
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Aiman bab 15 no 6667 ( ini adalah lafadznya )
Dalam hadits ini , Nabi saw tidak menyebut iftitah , tetapi setelah takbir langsung membaca Al Qur’an.
Sekalipun demikian , tetap saja hadits ini difahami bahwa setelah takbir hendaknya membaca iftitah
terlebih dahulu , baru kemudian membaca Al Qur’an..
Maka : Bacaan iftitah adalah dilakukan setelah takbir dan sebelum bacaan
Sehingga dalam pelaksanaan shalat Ied, bacaan iftitah adalah setelah 7 takbir , bukan setelah takbir
pertama
Wallahu A’lam
6. Setelah membaca Al Fatihah, hendaknya membaca surah Al A’laa pada raka’at pertama dan membaca
surah Al Ghaasyiyah pada raka’at kedua.
Bersumber dari An Nu’man bin Basyir r.a , dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw membaca di dalam
shalat 2 Hari Raya dan dalam shalat Jum’ah : Sabbihisma Rabbikal A’laa dan Hal Ataaka Hadiitsul
Ghaasyiyah. Jika Hari Raya bertepatan dengan hari Jum’ah, beliau saw juga membaca 2 surah tersebut di
dalam 2 shalatnya ( shalat Ied dan shalat Jum’ah )
7. Atau membaca surah Qaaf pada raka’at pertama dan pada raka’at kedua membaca surah Al Qamar.
فِى اَألضْ َحى َو ْالف ِْط ِر-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َي ْق َرُأ ِب ِه َرسُو ُل هَّللاَ ب َسَأ َل َأ َبا َواقِ ٍد اللَّ ْيثِىَّ َما َك
ِ ْن َع ْب ِد هَّللا ِ َأنَّ ُع َم َر ب َْن ْال َخ َّطا
ِ َعنْ ُع َب ْي ِد هَّللا ِ ب
ْ ْ ُ
َّاعة َوان َش َّق ال َق َم ُر ْ ْ
ِ آن ال َم ِجيدِ) َو (اق َت َر َب ُ ْ ُأ ْ َ َف َقا َل َك
َ ت الس ِ ْب (ق َوالقر
ِ 3ِيه َما
ِ ان َيق َر ف
Bersumber dari ‘Ubaidilla bin Abdillah, sesungguhnya ‘Umar bin Khaththab r.a bertanya kepada Abu
Waaqid Al Laitsii : Apa yang dibaca oleh Rasulullah saw di dalam shalat Iedul Adh-ha dan shalat Iedul
Fithri ?
Dia menjawab : di dalam shalat 2 Hari Raya tersebut Rasulullah saw membaca Qaaf Wal Qur’aanil Majiid
dan Iqtarabatis Saa’ah Wansyaqqal Qamar
Penjelasan :
Bacaan surah setelah Al Fatihah pada shalat Ied , boleh surah apa saja . Didasarkan kepada keumuman
sabda Nabi saw : “Kemudian bacalah yang mudah bagimu daripada Al Qur’an”.
(Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Aiman bab 15 no 6667, Muslim Kitabush Shalat bab 11 no 397).
Tetapi yang paling utama adalah membaca surah Al A’laa + Al Ghaasyiyah atau surah Qaaf + Al Qamar
sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi saw.
8. Tatacara shalat Ied adalah sama dengan shalat 2 raka’at yang lainnya, yang berbeda hanyalah jumlah
takbir pada awal raka’at
Karena tidak didapati dalil yang menerangkan tatacara shalat Ied secara khusus, maka cara shalat Ied
dikembalikan kepada cara shalat 2 raka’at yang sudah ada , yaitu shalat shubuh.
Penjelasan :
Maksudnya : Cara ruku’, I’tidal , sujud , duduk antara 2 sujud , bangun dari sujud , tahiyyat , dan salam ,
adalah dilakukan dengan cara yang sudah kita kenal pada shalat yang 2 raka’at lainnya yaitu shalat
shubuh.
9. Setelah shalat, dilakukan khutbah. Makmum dianjurkan mendengarkan khutbah, tetapi tidak
mengapa jika langsung pulang setelah shalat tanpa ikut mendengar khutbah.
Bersumber dari Abdullah bin Assaa-ib r.a , dia berkata : Aku hadir melakukan shalat Ied bersama dengan
Rasulullah saw. Maka ketika selesai shalat, beliau saw bersabda : Sesungguhnya aku akan berkhutbah,
maka barangsiapa yang mau duduk mendengarkan khutbah , hendaknya dia duduk mendengarkan.
Dan barangsiapa yang ingin pergi, maka dia boleh pergi ( tidak mendengarkan khutbah )
Penjelasan :
• Shalat Ied tidak sama dengan shalat Jum’ah. Khutbah dalam shalat Ied dilakukan setelah shalat ,
berbeda dengan jum’ah yang dilakukan khutbah dulu baru dikerjakan shalat.
• Tidak ada kewajiban bagi makmum untuk mendengarkan khutbah Ied, berbeda dengan jum’ah ,
yang mewajibkan makmumnya untuk mendengarkan khutbah.
• Khutbah Ied dilakukan tanpa mimbar, berbeda dengan jum’ah yang pakai mimbar
• Khutbah Ied tidak dilakukan 2 kali ( menurut satu pendapat ) , berbeda dengan khutbah jum’ah
yang disepakati harus dengan 2 kali khutbah yang diselingi dengan duduk.
Cabang permasalahan :
1. Apakah khutbah Ied dilakukan 2 kali seperti khutbah Jum’ah , atau dilakukan hanya sekali ?
A) Yang berpendapat bahwa khutbah Ied dilakukan dengan 2 kali seperti khutbah Jum’ah, yang diselingi
dengan duduk
ِ ْن ُخ ْط َب َتي
ٍ ُْن َي ْفصِ ُل َب ْي َن ُه َما ِب ُجل
وس ِ ب اِإل َما ُم فِى ْالعِي َدي ُ ال ُّس َّن ُة َأنْ َي ْخ: ْن ُع ْت َب َة َقا َل
َ ط ِ ْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب
ِ َعنْ ُع َب ْي ِد هَّللا ِ ب
Bersumber dari ‘Ubaidillah bin Abdullah bin ‘Utbah, dia berkata : Menurut sunnah, hendaknya imam
melakukan 2 kali khutbah dalam shalat 2 Hari Raya, yang dipisahkannya dengan duduk
Hadits riwayat Al Baihaqi dalam As Sunanul Kubra Kitabu Shalatil Iedain bab 23 no 6008
Imam Nawawi berkata : Hadits Ubaidillah diriwayatkan imam Syafi’I di dalam kitab Al Umm dengan
sanad yang dhaif.
Ubaidillah adalah seorang dari tabi’in ( yang tidak pernah berjumpa dengan Nabi saw )
َ َي ْو َم ف ِْط ٍر َأ ْو َأضْ حً ى َف َخ َط-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َج ِاب ٍر َقا َل َخ َر َج َرسُو ُل هَّللا
ب َقاِئمًا ُث َّم َق َع َد َقعْ َد ًة ُث َّم َقا َم
منكر: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Jabir r.a , dia berkata : Rasulullah saw keluar untuk shalat pada hari Raya Fithri atau Adh-
ha
Lalu beliau saw berkhutbah dengan berdiri, kemudian duduk, kemudian berdiri lagi
Hadits riwayat Ibnu Majah Kitabu Iqamatish Shalah bab 158 no 1289
Di dalam sanadnya ada rawi dha’if bernama Isma’il bin Muslim dan Abu Bahr
B) Yang berpendapat bahwa khutbah Ied dilakukan dengan sekali saja , dengan sekali berdiri tanpa
duduk
ُصالَة َّ َفَأ َّو ُل َشىْ ٍء َي ْب َدُأ ِب ِه ال، صلَّى َ َي ْخ ُر ُج َي ْو َم ْالف ِْط ِر َواَألضْ َحى ِإلَى ْال ُم- صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا َ َعنْ َأ ِبى َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِرىِّ َقا َل َك
َ َفِإنْ َك، يه ْم َو َيْأ ُم ُر ُه ْم
َأ ْو، ان ي ُِري ُد َأنْ َي ْق َط َع َبعْ ًثا َق َط َع ُه ُ َف َيع، صفُوف ِِه ْم
ِ ِِظ ُه ْم َويُوص ُ َوال َّناسُ جُلُوسٌ َعلَى، اس
ِ َف َيقُو ُم ُم َق ِاب َل ال َّن، ُص ِرفَ ُث َّم َي ْن
ُص ِرف ْ ُ َأ
َ ث َّم َين، َي م َُر ِب َشىْ ٍء َم َر ِب ِه ْأ
Bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri r.a , dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw keluar pada Hari Raya
Fithri dan Hari Raya Adh-ha ke mushalla ( = tanah lapang tempat melaksanakan shalat Ied ), dan yang
pertama kali dilakukannya adalah shalat kemudian beliau saw berpaling, berdiri menghadap kepada
orang orang sedangkan mereka tetap duduk dalam barisannya. Lalu Nabi saw menasihati dan
berwashiyat serta memerintahkan kepada mereka. Dan apabila Nabi saw hendak mengirim pasukan
atau menyuruh sesuatu maka beliau saw langsung melakukannya. Kemudian Nabi saw berpaling ( pergi )
Dalam lanjutan hadits riwayat Al Bukhari tersebut didapati bahwa Nabi saw berkhutbah pada hari Raya
tidak pakai mimbar. Yang pertama melakukan khutbah Ied di atas mimbar adalah Marwan.
Yang membuatkan mimbar tersebut adalah Katsir bin Shalt ( seorang dari Tabi’in ), yang tinggal di dekat
mushalla ( tanah lapang yang biasa dipakai Rasulullah saw untuk shalat Ied )
( Lihat : Fathul Baari jilid 3 halaman 571 Kitabul Iedain bab 6 no 956 )
َ َفلَمَّا َأ َت ْي َنا ْال ُم، ان َوهْ َو َأمِي ُر ْال َمدِي َن ِة فِى َأضْ حً ى َأ ْو ف ِْط ٍر
صلَّى ِإ َذا ِم ْن َب ٌر َب َناهُ َكثِي ُر ُ َْقا َل َأبُو َسعِي ٍد َفلَ ْم َي َز ِل ال َّناسُ َعلَى َذل َِك َح َّتى َخ َرج
َ ت َم َع َمرْ َو
ت ْ
ِ بْنُ الصَّل
Abu Sa’id Al Khudri r.a berkata : Manusia masih melakukan seperti itu ( seperti pada zaman Nabi saw ).
Sampai pada suatu ketika aku keluar pada hari raya Adh-ha atau Fitri bersama Marwan , dia adalah Amir
(Gubernur) Madinah. Ketika kami sampai di mushalla ( tanah lapang ), ternyata ada sebuah mimbar yang
dibangun oleh Katsir bin Ash Shalt
Riwayat ini menunjukkan bahwa pada masa Rasulullah saw tidak ada mimbar di mushalla ( tempat
shalat Ied). Dari sini disimpulkan bahwa yang pertama kali memakai mimbar adalah Marwan.
Di dalam hadits di atas didapati urutan kegiatan Nabi saw pada shalat Hari Raya :
1. Shalat
Dalam hal ini umat Islam berbeda pendapat : Ada yang memulai khutbah dengan membaca takbir , dan
ada yang mengawali khutbah dengan membaca hamdalah seperti khutbah Jum’ah.
ير َي ْو ِم اَألضْ َحى َو ْالف ِْط ِر َعلَى ْال ِم ْن َب ِر َق ْب َل ْال ُخ ْط َب ِة َأنْ َي ْب َتدَِئ اِإل َما ُم َق ْب َل ْال ُخ ْط َب ِة َوه َُو َقاِئ ٌم ِ ْن َع ْب ِد هَّللا ِ ب
ِ ال ُّس َّن ُة فِى َت ْك ِب: ْن ُع ْت َب َة َقا َل ِ َعنْ ُع َب ْي ِد هَّللا ِ ب
ت
ٍ يرا ْ ْ َّ ْ ُ ْ ُ ُ ً ْ ُ ُ ْ ُ ْ
َ ث َّم َيجْ لِسُ َجل َسة ث َّم َيقو ُم فِى الخط َب ِة الثا ِن َي ِة َف َيف َت ِت ُح َها ِب َسب ِْع َتك ِب، ُ ث َّم َيخطب، ت َتت َرى الَ َيفصِ ُل َب ْي َن َها ِب َكالَ ٍم ْ َ َعلَى ْال ِم ْن َب ِر ِبتِسْ ِع َتك ِب
ٍ يرا ْ
ُطب ُ َت ْت َرى الَ َي ْفصِ ُل َب ْي َن َها ِب َكالَم ُث َّم َي ْخ
ٍ
Bersumber dari ‘Ubaidillah bin Abdillah bin ‘Utbah , dia berkata : Menurut Sunnah , membaca takbir
pada Hari Raya Adh-ha dan Hari Raya Fithri di atas mimbar adalah sebelum khutbah.
Hendaknya imam memulai khutbahnya dengan berdiri di atas mimbar membaca 9 takbir dengan
berturut turut yang tidak diselingi dengan pembicaraan, kemudian dia berkhutbah. Kemudian dia duduk
1 kali , kemudian berdiri lagi pada khutbah yang ke 2, lalu dia memulainya dengan membaca 7 takbir
dengan berturut turut yang tidak diselingi dengan pembicaraan, kemudian dia berkhutbah
Riwayat Al Baihaqi dalam As Sunanul Kubra Kitabu Shalatil Iedain bab 24 no 6012
Ubaidillah adalah seorang dari tabi’in yang tidak pernah menerima hadits dari Nabi saw.
Menurut imam Ibnul Qayyim, semua khutbah adalah dimulai dengan hamdalah ( puji pujian kepada
Allah ).
Karena tidak ada hadits shahih yang membedakan khutbah Ied dengan yang lainnya, maka awal dari
khutbah Ied dikembalikan kepada asalnya yaitu dengan membaca hamdalah
Ustadz...bagaimana dg mamak kami yang makan sirih apakah mengganggu dalam pelaksanaan ibadah
nanti? Bagaimana sebaiknya. ..
JAWAB :
Tentang sirih :
1. Jika telah diketahui bahwa sirih tidak membahayakan kesehatan maka makan sirih hukumnya mubah
2. Jika dikaitkan dengan ibadah haji , maka ibadah hajinya tetap sah walaupun dengan makan sirih.
Kecuali dalam beberapa keadaan , saya sarankan jangan makan sirih.
Sedangkan ketika bermalam di Muzdzlifah dan di Mina , serta di Makkah dan Madinah, tidak mengapa
makan sirih.
3. Apakah dengan makan sirih akan mengganggu pelaksanaan ibadah hajinya , maka hal ini bergantung
keadaan.
Karena ibadah haji , ada yang berupa kegiatan khusus seperti thawaf , sa’i dan wuquf di Arafah.
Dalam keadaan ini makan sirih akan mengganggu pelaksanaan ibadah haji.
Ada kegiatan ibadah haji yang tidak berupa kegiatan khusus, seperti bermalam di Mina dan Muzdalifah,
makan sirih tidak mengganggu ibadah haji.
Dalam suatu keadaan , boleh makan sirih dan dalam keadaan lainnya jangan makan sirih.
WALLAHU A’LAM.
SELESAI.
17/08/16, 10.20 - Kiki Ummu Alila mengganti nomor dari +62 858-9002-3811 ke +62 896-7502-0648
Assalamualaikum pak ustadz,saya kerja kuli bangunan, istirahat jam 11,00 , masuk jam 12-00. Dan
pulang jam 4.00. Zhohor bisa tepat waktu., tapi sholat ashar nya ketinggalan, gimana menurut ustadz?
Terima Kasih .saya tunggu jawab nya, di forum selasa malam. Biar lama saya tunggu. Assalamualaikum.
JAWAB : Wa alaikum salam warahmatullahi wabara katuh
Shalat adalah kewajiban agama yang tidak menerima rukhshah (keringanan) untuk meninggalkannya.
Artinya , semua umat Islam wajib mengerjakan shalat dalam keadaan apapun , baik dia orang yang
sudah tua atau masih muda , sehat atau sakit , laki atau perempuan, kaya atau miskin , dalam waktu
senggang atau sibuk dll.
Selama seorang Muslim sehat aqalnya (tidak gila , tidak pikun , tidak pingsan) , maka dia wajib
melaksanakan shalat.
Berbeda dengan haji , maka orang yang tidak memiliki bekal , atau sudah tua dan lemah , dan yang
memiliki halangan lainnya , maka dia tidak berdosa apabila dia meninggalkan kewajiban hajinya.
Berbeda juga dengan puasa Ramadhan , maka orang yang sudah tua , musafir , orang yang sakit , dan
kelompok lainnya yang mendapatkan rukhshah, boleh tidak berpuasa pada bulan Ramadhan.
Sedangkan shalat , sama sekali tidak ada keringanan bagi umat Islam untuk meninggalkannya.
Allah dan Rasul-Nya saw hanya memberikan rukhshah dalam tatacara pelaksanaannya, yaitu :
صالَ ِة َ ْ َيقُو ُل « ِإنَّ َبي َْن الرَّ ج ُِل َو َبي َْن ال ِّشرْ كِ َو ْال ُك ْف ِر َتر-صلى هللا عليه وسلم- َّت ال َّن ِبى
َّ ك ال ُ ْت َج ِابرً ا َيقُو ُل َسمِع َ َعنْ َأ ِبى ُس ْف َي
ُ ْان َقا َل َسمِع
Bersumber dari Abu Sufyan dia berkata : Aku mendengar Jabir r.a berkata : Aku mendengar Nabi saw
bersabda : Diantara seseorang dengan kesyirikan dan kekafiran adalah meninggalkan shalat.
َّ « ْال َع ْه ُد الَّذِى َب ْي َن َنا َو َب ْي َن ُه ُم ال-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن ب َُريْدَ َة َعنْ َأ ِبي ِه َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
صالَةُ َف َمنْ َت َر َك َها َف َق ْد َك َف َر ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
قال أبو عيسى هذا حديث حسن صحيح غريب
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده قوي: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya (yaitu Buraidah r.a) dia berkata : Rasulullah saw
bersabda : Perjanjian antara kita dengan mereka adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkannya
maka sungguh dia telah kafir.
Ahmad 5/346
4-1. Ada yang berpendapat bahwa maknanya adalah meremehkan waktu shalat.
Ini adalah pendapat shahabat Ibnu Mas’ud r.a, khalifah Umar bin Abdul Aziz, imam Al Auza’i, Masruq
Alasannya : Makna inilah yang tepat. Jika yang dimaksud adalah meninggalkan shalat maka ini adalah
perbuatan orang kafir.
Ibnu Mas’ud r.a berkata : Yang dimaksud memelihara shalat adalah memelihara waktunya (yaitu
dikerjakan pada waktunya).
Lihat : Kitab Mu’jam Al Kabir imam Thabrani jilid 9 halaman 190 no 8938
Masruq berkata : Seseorang yang tidak memelihara shalat 5 waktu maka dia akan dicatat sebagai orang
yang lalai. Menelantarkan shalat 5 waktu menyebabkan kebinasaan.
Yang dimaksud dengan menelantarkan adalah menyia nyiakan shalat dari waktunya masing masing.
Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata : yang dimaksud menyia nyiakan bukanlah meninggalkannya ,
tetapi menyia nyiakan waktu waktunya .
PEMBAHASAN
Demikian seterusnya.
Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Al Qur’an surah An Nisa’ ayat 103
Tetapi dalam beberapa keadaan , umat Islam mendapat keringanan untuk dalam masalah waktu
pelaksanaan shalat :
A. ORANG YANG TERLUPA SEHINGGA TERLEWAT WAKTU SHALAT TIDAK DENGAN SENGAJA, MAKA DIA
DAPAT MENGERJAKAN SHALAT KETIKA DIA INGAT.
Bersumber dari Anas r.a dari Nabi saw yang bersabda : Barangsiapa yang lupa (tidak mengerjakan) shalat
, maka hendaknya dia mengerjakan shalat ketika dia ingat. Tidak ada kafarah baginya kecuali yang
demikian itu (tidak ada sanksi kecuali harus mengerjakan shalat ketika ingat)
B. ORANG YANG TERTIDUR SEHINGGA TERLEWAT WAKTU SHALAT TIDAK DENGAN SENGAJA, MAKA DIA
DAPAT MENGERJAKAN SHALAT KETIKA DIA BANGUN.
Bersumber dari Anas r.a dia berkata : Nabi saw yang bersabda : Barangsiapa yang lupa (tidak
mengerjakan) shalat atau tertidur, maka kafarahnya adalah mengerjakan shalat ketika dia ingat.
Misalnya : shalat dhuhur dan ashar , boleh dikerjakan pada waktu dhuhur. Sehingga pada waktu ashar
sudah tidak perlu lagi mengerjakan shala ashar.
Atau : shalat dhuhur dan ashar dikerjakan pada waktu ashar , yaitu : ketika sudah masuk waktu dhuhur ,
tidak mengerjakan shalat dhuhur sampai masuk waktu ashar.
Ketika masuk waktu ashar , mengerjakan shalat dhuhur sampai salam , kemudian mengerjakan shalat
ashar.
ُث َّم َن َز َل، ت ْال َعصْ ِر ُّ ِإ َذا ارْ َت َح َل َق ْب َل َأنْ َت ِزيغَ ال َّشمْسُ َأ َّخ َر- صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
ِ الظه َْر ِإلَى َو ْق َ ْن َمالِكٍ َقا َل َك ِ َعنْ َأ َن
ِ سب
َ َ
ف َج َم َع َب ْين ُه َما
Bersumber dari Anas bin Malik r.a, dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw apabila bepergian sebelum
matahari tergelincir ( sebelum masuk waktu dhuhur ) , beliau saw menunda shalat dhuhurnya hingga
masuk waktu ashar, kemudian beliau saw turun dari kendaraannya dan menjama’ 2 shalat tersebut.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabu Taqshirish Shalah bab 16 no 1112 ( ini adalah lafadznya )
Bersumber dari Mu’adz r.a dia berkata : Kami keluar bersama dengan Nabi saw dalam perang tabuk.
Maka Nabi saw mengerjakan shalat dhuhur dan ashar dengan cara jama’. Dan antara maghrib dan
isya’juga dengan cara jama’.
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , dia berkata : Rasulullah saw pernah menjama’ antara shalat dhuhur dan
ashar , serta antara maghrib dan isya’ di Madinah tanpa sebab ketakutan maupun hujan.
Penjelasan :
Jama’ ta’khir adalah rukhshah (keringanan) yang diberikan kepada umat Islam, baik yang sedang dalam
perjalanan , atau sedang berada di persinggahan dalam perjalanan , atau bagi yang berada di
kampungnya (tidak sedang melakukan perjalanan).
Yang dimaksud keringanan adalah sebuah pilihan yang boleh diambil dan boleh juga tidak diambil.
Sehingga setiap Muslim yang berada dalam perjalanan boleh mengerjakan shalat dengan cara jama’
ta’khir , dan boleh juga mengerjakan shalat pada waktu masing masing.
Khusus bagi yang sedang tidak bepergian , jama’ ta’khir juga boleh dilakukan sesekali. Karena Nabi saw
senantiasa mengerjakan shalat pada waktu masing masing ketika tidak sedang bepergian.
Beliau saw menjama’ shalatnya ketika tidak bepergian hanya sesekali saja.
D. ORANG YANG SEDANG TIDAK BEPERGIAN DAPAT MENJAMA’ SHALATNYA ANTARA DHUHUR DAN
ASHAR SERTA MENJAMA’ ANTARA MAGHRIB DAN ISYA’
Tetapi, yang saya fahami bahwa : jama’ ketika tidak sedang bepergian hanya boleh jama’ ta’khir , bukan
jama’ taqdim.
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , dia berkata : Rasulullah saw pernah menjama’ antara shalat dhuhur dan
ashar , serta antara maghrib dan isya’ di Madinah tanpa sebab ketakutan maupun hujan.
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , dia berkata : Rasulullah saw pernah menjama’ antara shalat dhuhur dan
ashar , serta antara maghrib dan isya’ di Madinah tanpa sebab ketakutan maupun hujan.
PENJELASAN :
Sebagian ulama menjadikan hadits ini sebagai dalil tentang dibolehkannya menjama’shalat ketika hujan.
Karena ada kalimat “tanpa sebab ketakutan maupun hujan”.
Kalimat ini difahami bahwa , pada masa itu menjama’ shalat ketika hujan sudah dikenal.
Pemahaman seperti ini diambil agar kalimat “hujan” ada manfaatnya. Jika tidak difahami demikian ,
maka penyebutan “hujan” menjadi tidak berarti.
2. RUKHSHAH (KERINGANAN) DALAM JUMLAH RAKA’AT.
Yang dimaksud adalah : shalat yang 4 raka’at dikerjakan hanya 2 raka’at, yaitu dhuhur , ashar dan isya’.
Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, tidaklah mengapa kamu mengqashar shalat
Aku menemani Rasulullah saw dalam perjalanan,maka beliau saw tidak pernah menambah dalam
shalatnya lebih dari 2 raka’at sampai akhirnya Allah swt mewafatkannya.
Dan aku menemani Abu Bakar r.a dalam perjalanan,maka beliau tidak pernah menambah dalam
shalatnya lebih dari 2 raka’at sampai akhirnya Allah swt mewafatkannya.
Dan aku menemani Umar r.a dalam perjalanan , maka beliau tidak pernah menambah dalam shalatnya
lebih dari 2 raka’at sampai akhirnya Allah swt mewafatkannya.
Kemudian aku menemani Utsman r.a dalam perjalanan , maka beliau tidak pernah menambah dalam
shalatnya lebih dari 2 raka’at sampai akhirnya Allah swt mewafatkannya
Dan Allah swt telah berfirman : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu ( Al Qur’an surah Al Ahzab : 21 )
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabu Taqshirish Shalah bab 11 no 1102
DARI SAYA :
Shalat qashar hanya boleh dikerjakan oleh orang YANG SUDAH MELAKUKAN SAFAR (PERJALANAN).
Tidak boleh dilakukan oleh orang yang sedang menetap di kampung halamannya.
Maksudnya adalah : Seseorang hendaknya mengerjakan shalat dengan berdiri, jika tak mampu karena
sedang sakit , atau sudah tua atau sebab lainnya , maka hendaknya dia mengerjakan shalat dengan
duduk. Kalau masih tidak mampu maka hendaknya dia mengerjakan shalat dengan berbaring.
Caranya diserahkan kepada masing masing sesuai dengan kemampuannya pada saat itu. Boleh miring ke
kanan, atau ke kiri , atau terlentang , atau dengan cara apa saja.
Demikian juga cara duduknya , boleh dengan cara iftirasy , boleh bersila , boleh berselonjor dll.
Semuanya diserahkan kepada yang melakukannya sesuai dengan kemampuannya saat itu.
ْ َفِإن، ص ِّل َقاِئمًا َ « صالَ ِة َف َقا َل 3ُ ت ِبى َب َواسِ ي ُر َف َسَأ ْل
َّ َع ِن ال- صلى هللا عليه وسلم- َّت ال َّن ِبى ْ َقا َل َكا َن- رضى هللا عنه- ْن
ٍ ُصي
َ ْن ح َ َعنْ عِ مْ َر
ِ ان ب
ب ْ َ َ ْع َ ْس َ َ ْن َ ً
ٍ فِإ ل ْم ت تطِ ف َعلى َجن، ل ْم ت تطِ فقاعِ دا َ َ ْع َ ْس َ َ
Bersumber dari Imran bin Hushain r.a dia berkata : Aku dulu menderita ambeien, lalu aku bertanya
kepada Nabi saw tentang shalat (dalam keadaan menderita ambeien).
Jika engkau tidak mampu maka shalatlah di atas pembaringan (shalat sambil berbaring)
KESIMPULAN AKHIR
- Karena mampu shalat dhuhur pada waktunya (mungkin maksudnya pada awal waktunya), maka
hendaknya dia melakukannya seperti itu.
- Karena selesai kerja jam 4 sore (setelah masuk waktu ashar), maka dicoba tetap mengerjakan shalat
pada awal waktu masuknya ashar. Kalau tidak memungkinkan , maka setelah selesai kerja (pada jam 4
tersebut) dia mengajak teman teman kerja untuk shalat berjama’ah di sekitar tempat kerjanya. Kalau
ada masjid , maka kerjakan di masjid . Kalau tidak ada , kerjakan di mana saja. Bisa di lokasi proyek dll.
Kalau tidak memungkinkan , maka carilah tempat lainnya , walaupun agak sedikit jauh dari lokasi proyek.
Selama masih belum masuk waktu maghrib maka masih dapat mengerjakan shalat ashar tersebut.
Kalau tidak dapat mengerjakan dengan cara berjama’ah , maka kerjakan shalat sendirian. (misalnya : tida
ada teman kerja yang beragama Islam atau ada yang beragama Islam tetapi tidak mau mengerjakan
shalat).
Dengan demikian , Zulkarnain tetap dapat melaksanakan kegiatan duniawinya seiring dengan kewajiban
agamanya.
Wallahu A’lam.
SELESAI.
20/08/16, 06.42 - Ustadz Mubarok Ptk: PERTANYAAN ZAKARIA 2007
Terkait dgn jawaban di atas khususnya hadits yg mengatakan perjanjian antara kita dgn mereka adalah
sholat. Barang siapa yg meninggal kannya maka sungguh dia telah kafir. Fenomena yg ada di
masyarakat mengaku islam tp tak sholat,,, jika tidak sholat ia kafir apakah yg bersangkutan boleh
disholatkan ketika ia meninggal atau sembelihan hewannya boleh dimakan karena ia kafir,,
Barakaallahu fik
JAWAB :
Wa alaikumus salam wr wb
Kalimat “KAFIR” bagi yang meninggalkan shalat yang terdapat dalam hadits tersebut difahami berbeda
oleh para ulama :
1. IMAM AHMAD BIN HANBAL (IMAM HAMBALI) : yang dimaksud kafir dalam hadits tersebut maknanya
adalah kafir secara i’tiqad. Yaitu : barang siapa yang meninggalkan shalat karena sebab apapun maka dia
dianggap telah keluar dari agama Islam. Sudah dianggap murtad.
Faham ini berkonsekwensi : Orang yang meninggal dunia dalam keadaan meninggalkan shalat karena
alasan apapun, maka dia tidak boleh diperlakukan sebagai orang Islam. Tidak boleh dishalatkan dan
dido’akan.
2. IMAM ASY SYAFI’I : Yang dimaksud “KAFIR” dalam hadits tersebut maknanya adalah : dia telah
melaukan perbuatan dosa besar , yang merupakan “salah satu cabang kekafiran”.
Makna ini diambil jika yang bersangkutan meninggalkan shalat karena malas.
JIka dia meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya , maka dia telah jatuh kepada kekafiran
yang sesungguhnya (keluar dari Islam.).
Alasan imam Asy Syafi’i dan yang sefaham dengannya adalah :
Didapati adanya dalil lain yang memalingkan arti “KAFIR” dalam hadits tersebut menjadi bukan
bermakna kafir betul betul , diantaranya :
َ ُِون َذل
ك ِل َمنْ َي َشا ُء َ ِإنَّ هَّللا َ ال َي ْغفِ ُر َأنْ ُي ْش َر
َ ك ِب ِه َو َي ْغفِ ُر َما د
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain
dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya
(Bersumber dari Ubadah bin Ash Shamit r.a ) , Rasulullah saw bersabda :
Shalat yang 5 waktu yang telah Allah wajibkan atas hamba-Nya, maka barangsiapa yang datang
menghadap Allah dengan membawa shalat 5 waktu tersebut (= mengerjakannya) , dia tidak menyia
nyiakannya serta tidak meremehkannya maka dia mendapatkan perjanjian dengan Allah , bahwa Allah
akan memasukkan dia ke dalam surga.
Dan barangsiapa yang tidak mengerjakannya maka dia tidak ada ikatan perjanjian dengan Allah.
Jika Allah menghendaki maka Allah akan mengadzabnya dan jika Allah menghendaki maka Allah akan
memasukkannya ke dalam surga.
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabul Witri bab 2 no 1420
Nasai no 461
Ahmad 5/315
PENJELASAN :
Dalam ayat di atas diterangkan bahwa Allah tidak akan mengampuni dosa syirik dan akan mengampuni
dosa yang selain syirik yang Allah kehendaki.
Maksudnya : seseorang yang meninggal dunia dalam keadaan menyekutukan Allah , ataupun dia
menganut agama selain Islam, maka Allah tidak akan mengampuni dia . Dia akan dimasukkan ke dalam
neraka dan tidak akan ditolong oleh Allah untuk dimasukkan surga.
Sedangkan seseorang yang meninggal dunia tidak dalam keadaan sebagaimana di atas , maka Allah akan
mengampuninya jika Allah menghendaki.
Maka seorang Muslim yang meninggalkan shalat karena malas, yang mana dia masih mengakui Allah
sebagai Tuhannya, dan tidak ada Tuhan yang dia sembah selain Allah, tetap mendapat peluang untuk
diampuni dosanya.
Ayat ini secara terang benderang menjelaskan bahwa orang Muslim yang wafat dalam keadaan
meningglkan shalat karena malas, dia tidak jadi kafir.
2. Hadits di atas menjelaskan bahwa barangsiapa yang meninggalkan shalat (karena malas) maka dia
tidak ada perjanjian dengan Allah bahwa dia pasti masuk surga.
Selanjutnya Rasulullah saw melanjutkan : kalau Allah mau , maka Allah akan menyiksa dia.
DAN KALAU ALLAH MAU MAKA ALLAH AKAN MEMASUKKAN DIA KE DALAM SURGA.
Padahal kita tahu bahwa orang kafir tidak akan masuk surga selama lamanya.
Maka seorang Muslim yang meninggalkan shalat karena malas, dia tidak jadi kafir , tetapi dia berdosa
besar yang diancam dengan siksa neraka. Tetapi dia tidak selama lamanya di neraka . Dia akan tetap
masuk surga pada waktu yang dikehendaki oleh Allah swt.
Karena itu seorang yang diketahui sebagai Muslim , jika dia meninggalkan shalat karena malas, maka dia
wajib diperlakukan sebagai Muslim. Wajib dimandikan , dikafankan , dishalatkan , dan diquburkan dan
dido’akan sebagaimana Muslim lainnya.
Wallahu A’lam.
SELESAI
dari saya :
yang saya pilih dan saya kuatkan adalah pendapat imam Asy Syafi’i.
Orang Muslim yang meninggalkan shalat karena malas maka dia telah melakukan perbuatan dosa besar
yang diancam neraka, tetapi dia tidak jadi kafir. Maka jika dia meninggal dunia , dia berhaq diperlakukan
selayaknya seorang Muslim.
Wallahu A’lam.
Saya pernah mengikuti acara akad nikah d suatu tempat, mempelai perempuan statusnya masih gadis
dan anak angkat,pada ijab kabul wali dan mempelai laki2 tdk menyebutkan binti mempelai perempuan
JAWAB :
Jika syarat dan rukunnya telah dipenuhi , dan persoalan hanya tidak ada penyebutan “BINTI” saja maka
pernikahannya sah
Wallahu A’lam.
Orang pikun adalah orang yang mengalami penurunan daya ingat. Biasanya karena faktor usia.
1. Hilang daya ingat secara keseluruhan. Bahkan dia tidak ingat lagi istri dan anaknya. Dia juga tidak ingat
lagi aktifitas kesehariannya.
2. Hilang daya ingatnya sebagian. Artinya : dia masih dapat mengingat keluarganya atau sebagian
aktifitasnya . Terkadang dia ingat sesuatu tapi pada kali yang lain dia tidak ingat lagi.
ون َح َّتى ِ اِئم َح َّتى َيسْ َت ْيقِ َظ َو َع ِن الص َِّبىِّ َح َّتى َيحْ َتلِ َم َو َع ِن ْال َمجْ ُن ْ
ِ َقا َل « ُرف َِع ال َقلَ ُم َعنْ َثالَ َث ٍة َع ِن ال َّن-صلى –هلل عليه وسلم- َِّعنْ َعلِىٍّ َع ِن ال َّن ِبى
َيعْ قِ َل
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Ali r.a dari Nabi saw yang bersabda : Diangkat pena dari tiga golongan :
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan “diangkat pena” maknanya : pelanggaran agama yang dilakukannya , tidak
dicatat dalam buku amal buruknya.
Dalam hal ini termasuk meninggalkan kewajiban agama seperti shalat , puasa dll.
1. Jika orang yang pikun (yang ditanyakan) telah kehilangan daya ingat secara keseluruhan maka
hukumnya disamakan dengan orang yang tidak waras (kehilangan aqal = gila).
2. Jika orang yang pikun (yang ditanyakan) kehilangan daya ingat sebagian , dan dia masih ingat dengan
shalat beserta tatacara melaksanakannya , maka kewajiban shalat tidak gugur darinya. Dia wajib
melaksanakan shalat.
3. Jika orang yang pikun (yang ditanyakan) telah kehilangan daya ingat sementara, dan ingat lagi pada
kali yang lain , dan lupa lagi pada kali lainnya dst, maka dia wajib shalat ketika ingat , dan tidak wajib
shalat ketika datang pikunnya.
Maka keluarga yang tinggal bersama dengan orang ini harus memperhatikan benar benar keadaan dia ,
serta membantunya dalam melaksanakan kewajiban agama ketika dia ingat.
Tetapi ketika datang pikunnya maka jangan memaksanya untuk melakukan shalat.
Wallahu A’lam.
* Bolehkan menyentuh mush-haf Al Qur’an tanpa wudhu ? (hadats kecil dan hadats besar)
Saya tambahkan :
Tidak didapati dalil yang shahih tentang kewajiban berwudhu ketika akan membaca Al Qur’an, jika hal
itu dilakukan tanpa menyentuh mush-haf. Misalnya membaca Al Qur’an dengan hafalan. Maka semata
mata membaca Al Qur’an dengan hafalan tanpa berwudhu adalah dibolehkan.
Jika membaca dengan memegang atau menyentuh Mush-haf Al Qur’an maka hal ini diperselisihkan
ulama.
Jika seseorang dalam keadaan hadats besar karena haidh atau nifas atau junub, para ulama berbeda
pendapat tentang hukumnya membaca Al Qur’an :
A) YANG BERPENDAPAT BAHWA HARAM HUKUMNYA MEMBACA AL QUR’AN DALAM KEADAAN HAIDH,
NIFAS ATAU JUNUB.
Ini adalah pendapat Imam Asy Syafi’i, Imam Hanbali, Sufyan Ats Tsauri, Ibnul Mubarak, Ishaq dll.
ْن ُع َم َر َع ِن ال َّن ِبىِّ -صلى هللا عليه وسلمَ -قا َل « الَ َت ْق َرِإ ْال َحاِئضُ َوالَ ْال ُج ُنبُ َش ْيًئ ا م َِن ْالقُرْ ِ
آن َع ِن اب ِ
قال الشيخ األلباني :منكر
ْن ُع َم َر َع ِن ال َّن ِبىِّ - ْن ُع ْق َب َة َعنْ َناف ٍِع َع ِن اب ِ َّاش َعنْ مُو َسى ب ِ ْن َعي ٍ ِيث الَ َنعْ ِر ُف ُه ِإالَّ مِنْ َحدِي ِ
ث ِإسْ مَاعِ ي َل ب ِ ْن ُع َم َر َحد ٌ َقا َل َأبُو عِ ي َسى َحد ُ
ِيث اب ِ
ِين َّ
ب الن ِبىِّ -صلى هللا عليه وسلمَ -والت ِابع َ َّ َأ ْ ْ َأ َ ْ َأ َ ْ َ ُ ْ ْ َ
صلى هللا عليه وسلم -قا َل « ال َيق َرِإ ال ُجنبُ َوال ال َحاِئضُ »َ .وه َُو ق ْو ُل كث ِر هْ ِل العِل ِم مِنْ صْ َحا ِ َ
ف اآل َي ِة آن َش ْيًئ ا ِإالَّ َط َر َ
ِ رْ ُ ق ْ
ال ِن
َ م بُنُ ج
ُ ْ
ال َ ال اركِ َوال َّشافِعِىِّ َوَأحْ َمدَ َوِإسْ َحاقَ َقالُوا الَ َت ْق َرُأ ْال َحاِئضُ َو ْن ْال ُم َب َ ان َّ
الث ْو ِرىِّ َواب ِ َو َمنْ َبعْ دَ ُه ْم م ِْث ِل ُس ْف َي َ
فَو ْال َحرْ َ
Bersumber dari Ibnu Umar r.a, dari Nabi saw yang bersabda : Tidak boleh bagi orang yang haidh dan
junub membaca sesuatu daripada Al Qur’an.
Dalam sanadnya ada rawi Ismail bin Ayyasy seorang rawi yang dinilai lemah oleh imam Ahmad dan imam
Al Bukhari
ال َما لَ ْم َي ُكنْ ُج ُنبًا ان َرسُو ُل هَّللا ِ -صلى هللا عليه وسلمُ -ي ْق ِرُئ َنا ْالقُرْ َ
آن َعلَى ُك ِّل َح ٍ َعنْ َعلِىٍّ َقا َل َك َ
صحِي ٌح
ِيث َح َسنٌ َ َقا َل َأبُو عِ ي َسى َحد ُ
ِيث َعلِىٍّ َه َذا َحد ٌ
Ahmad 1/83
Penjelasan :
Kalimat “Bahwasanya Rasulullah saw sering membaca Al Qur’an buat kami ketika beliau saw tidak dalam
keadaan junub” difahami bahwa : Kalau dalam keadaan junub maka Nabi saw tidak membaca Al Qur’an
buat kami.
Hadits ini didalam sanadnya ada Abdullah bin Salamah yang menurut imam Al Baihaqi dia meriwayatkan
hadits tersebut ketika sudah tua dan pikun
Tetapi hadits ini dinilai sebagai hadits dha’if oleh Syaikh Al Albani
ْآن َو َيْأ ُك ُل َم َع َنا اللَّحْ َم َولَ ْم َي ُكن َ َك-صلى هللا عليه وسلم- ِ َقا َل ِإنَّ َرسُو َل هَّللا- رضى هللا عنه- ٍَّعنْ َعلِى
َ ْان َي ْخ ُر ُج م َِن ْال َخالَ ِء َف ُي ْق ِرُئ َنا ْالقُر
ْس ْال َج َنا َب َة َ آن َشىْ ٌء لَي ِ ْ َع ِن ْالقُر- ُ َأ ْو َقا َل َيحْ ُج ُزه- َيحْ ُج ُب ُه
ضعيف: قال الشيخ األلباني
إسناده حسن: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Ali r.a, dia berkata : Sesungguhnya Rasulullah saw pernah keluar dari tempat buang air,
lalu mengajar kami Al Qur’an dan makan daging bersama kami. Dan tidak ada satupun yang menghalangi
beliau saw dari membaca Al Qur’an selain junub.
Hadits riwayat Abu Dawud Kitabuth Thaharah bab 89 no 28 ( ini adalah lafadznya )
Penjelasan :
Kalimat “Dan tidak ada satupun yang menghalangi beliau saw dari membaca Al Qur’an selain junub”
difahami bahwa : Kalau sedang junub maka Nabi saw tidak membaca Al Qur’an.
Dalam sanadnya terdapat Abdullah bin Salamah yang ketika sudah tua dia pikun.
Sehingga Syaikh Al Albani menilai hadits ini dha’if ( Irwaul Ghalil no 485 )
Wallahu A’lam.
B) YANG BERPENDAPAT BAHWA HUKUMNYA BOLEH MEMBACA AL QUR’AN DALAM KEADAAN HADATS
BESAR KARENA HAIDH, NIFAS ATAU JUNUB
ب َبْأسًا
ِ َّاس ِب ْالق َِرا َء ِة ل ِْل ُج ُن
ٍ َولَ ْم َي َر ابْنُ َعب
ِيم َو ( َيا َأهْ َل هَّللا َأ ِ ان َأنَّ ه َِر ْق َل دَ َعا ِب ِك َتا
ِ َف َق َر َفِإ َذا فِي ِه « ِبسْ ِم ِ الرَّ حْ َم ِن الرَّ ح- صلى هللا عليه وسلم- ِّب ال َّن ِبى َ َّاس َأ ْخ َب َرنِى َأبُو ُس ْف َي
ٍ َو َقا َل ابْنُ َعب
َ اآل َية. » ) ب َت َعالَ ْوا ِإلَى َكلِ َم ٍة ْ
ِ ال ِك َتا
Bahwa Ibnu Abbas r.a memandang, tidak mengapa orang junub membaca ( Al Qur’an )
Ibnu Abbas r.a berkata : Telah mengkhabarkan kepadaku Abu Sufyan bahwa Hiraklius
(raja Romawi) meminta surat yang dikirim Nabi saw. Kemudian Hiraklius membacanya. Di dalam surat
itu ada (ayat Qur’an ) : Bismillahirrahmanirrahim. Ya Ahlal kitabi ta’aalau ilaa kalimatin dst ( hai Ahli
Kitab ! Marilah ( berpegang ) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami
dan kamu ( Al Qur’an surah Ali Imran ayat 64 )
Riwayat Al Bukhari secara mu’allaq dalam Kitabul Haidh bab 7 sebelum no 305
Penjelasan :
Dalam hadits di atas disebutkan bahwa Nabi saw mengirim surat kepada raja kafir dengan menyertakan
ayat Al Qur’an di dalamnya. Nabi saw tentu bermaksud agar surat yang ada ayat Al Qur’an tersebut
dibaca oleh raja kafir itu.
Sedangkan kita tahu bahwa orang kafir tentu tidak suci dari hadats. Maka disimpulkan bahwa membaca
Al Qur’an boleh dilakukan walaupun dalam keadaan hadats besar (haidh , nifas dan junub).
Jika orang yang berhadats besar dilarang membaca Al Qur’an , tidak mungkin Rasulullah saw mengirim
surat kepada raja kafir disertai dengan ayat Al Qur’an di dalamnya.
َي ْذ ُك ُر هَّللا َ َعلَى ُك ِّل َأحْ َيا ِن ِه- صلى هللا عليه وسلم- ُّان ال َّن ِبى
َ ت عَاِئ َش ُة َك
ْ ََو َقال
Aisyah r.a berkata : Bahwasanya Rasulullah saw biasa berdzikir kepada Allah dalam segala keadaannya.
Hadits riwayat Al Bukhari secara mu’allaq Kitabul Adzan bab 19 sebelum no 634
Penjelasan :
Nabi saw biasa berdzikir kepada Allah ( mengingat Allah ) dalam segala keadaannya
Dalam segala keadaan artinya : dalam keadaan suci dari hadats atau tidak .
Hal ini termasuk dalam keadaan hadats besar yaitu junub.
Aku tiba di Makkah ( dalam perjalanan haji bersama Rasulullah saw ) lalu aku haidh’ padahal aku belum
thawaf di Baitullah , dan belum juga sa’i antara Shafa dan Marwah.
Maka aku mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw , lalu beliau saw bersabda :
Lakukanlah (seluruh amalan) yang dilakukan oleh orang yang melakukan ibadah haji, hanya saja tidak
boleh thawaf di Baitullah sehingga engkau bersuci (dari haidh).
Penjelasan :
Nabi saw memerintahkan kepada Aisyah r.a yang sedang haidh agar melakukan seluruh amalan yang
dilakukan oleh orang yang menunaikan haji kecuali thawaf di Baitullah.
Orang yang melakukan ibadah haji sudah tentu mengingat Allah dan membaca Al Qur’an
Sedangkan Nabi saw memerintahkan Aisyah r.a yang sedang haidh untuk melakukan seperti orang yang
sedang tidak haidh ( di dalam amalan hajinya ).
Kesimpulan :
Dari saya : Sebaik baiknya adalah : Orang yang berhadats besar (haidh , nifas dan junub) tidak membaca
Al Qur’an , kecuali bagi para guru yang harus mengajarkan bacaan Al Qur’an kepada muridnya .
Sedangkan kalau dia tidak mengajar membuat muridnya harus diliburkan. Jika dalam kondisi seperti ini
membaca sekedar beberapa ayat untuk mengajar maka hukumnya diperbolehkan.
Walaupun orang yang berhadats besar tidak membaca Al Qur’an , dia tidak terhalang untuk melakukan
amal shalih lainnya.
Misalnya berdzikir dan berdo’a , beristighfar , karena amalan ini boleh dilakukan walaupun dalam
keadaan hadats besar
Wallahu A’lam.
Sekurangnya ada 2 pendapat , yaitu ada yang tidak membolehkan dan ada yang membolehkan
Ini adalah pendapat dari imam Malik , imam Syafi’i , imam Ahmad dll
Alasannya :
ُون َ اَل َي َم ُّس ُه ِإاَّل ْالم
َ ُط َّهر
Al Qur’an.
Bersumber dari Abdullah bin Abu Bakar bin Hazm , sesungguhnya di dalam kitab yang dikirim oleh
Rasulullah saw untuk ‘Amru bin Hazm : Tidak boleh seseorang menyentuh Al Qur’an kecuali orang yang
thahir (suci)
Sanad hadits ini dinilai dha’if oleh Syaikh Husain Sulaim Asad
Tetapi redaksi yang diriwayatkan oleh imam Ad Daraquthni dianggap sanadnya bersambung oleh Syaikh
Al Albani, dan beliau menilainya shahih.
Ini adalah pendapat shahabat Ibnu Abbas r.a , imam Hanafi , Ibnu Hazm , Ibnul Mundzir dll
Alasannya :
1. Dlamir ( kata ganti ) orang ke 3 pada kalimat “ Laa Yamassuhu = tidak menyentuhnya“ difahami bahwa
kata “ NYA “ pada kalimat tersebut diartikan dengan : Kitab yang ada di langit ( Lauhil Mahfudz ) , bukan
Mus-haf Al Qur’an yang ditulis atau dicetak oleh manusia yang ada di bumi.
Sehingga kata “ Laa Yamassuhuu “ artinya : Tidaklah menyentuh terhadap Kitab yang ada di langit
( Lauhil Mahfudz )
Sedangkan kata : Al Muthahharuun diartikan dengan : Hamba hamba yang disucikan, yaitu para
Malaikat.
Maka arti selengkapnya dari kalimat “ Laa Yamassuhuu Illal Muthahharuun adalah :
TIDAK ADA YANG MENYENTUH KITAB YANG ADA DI LANGIT TERSEBUT MELAINKAN PARA MALAIKAT
YANG DICUCIKAN
Ayat ini diturunkan sehubungan dengan tuduhan orang orang kafir bahwa Al Qur’an diturunkan oleh
syaithan , sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lainnya :
َ ُ) ِإ َّن ُه ْم َع ِن ال َّس ْم ِع لَ َمعْ ُزول211( ُون
)212( ون َ ) َو َما َي ْن َبغِي لَ ُه ْم َو َما َيسْ َتطِ يع210( ُت ِب ِه ال َّشيَاطِ ين
ْ ََو َما َتنزل
Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al Qur'an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa.
Maka hal ini dibantah oleh Allah swt dengan ayat tersebut.
)16( ) ك َِر ٍام َب َر َر ٍة15( ) ِبَأ ْيدِي َس َف َر ٍة14( وع ٍة ُم َطه ََّر ٍة
َ ُ) َمرْ ف13( صحُفٍ ُم َكرَّ َم ٍة
ُ فِي
Di dalam kitab-kitab yang dimuliakan,
2. Mush-haf Al Qur’an yang dibukukan 30 juz belum ada di zaman Nabi saw, karena Al Qur’an baru
dibukukan pada zaman kekhalifahan Abu Bakar r.a
Ketika Nabi saw masih hidup , Al Qur’an yang 30 juz diturunkan secara lengkap oleh Allah swt ke langit
dunia dan setelah itu diturunkan ke bumi sedikit demi sedikit sampai lebih dari 20 tahun.
َ ِ ُث َّم ُأ ْن ِز َل َبعْ د َذل، َعنْ ِابْن َعبَّاس َقا َل " ُأ ْن ِز َل ْالقُرْ آن جُمْ لَة َواحِدَة ِإلَى َس َماء ال ُّد ْن َيا فِي لَ ْيلَة ْال َق ْدر
َ ك فِي عِ ْش ِر
ين َس َنة
Al Qur’an diturunkan sekaligus ke langit dunia pada Lailatul Qadar. Kemudian diturunkan setelah itu
dalam masa dua puluh tahun
Diletakkan di Baitul ‘Izzah di langit dunia , lalu Jibril menurunkan kepada Nabi saw
Sesungguhnya Jibril menurunkan Al Qur’an dari Lauhul Mahfudz ( Lembaran yang terpelihara ) ke langit
dunia pada Lailatul Qadar
Lihat : Kitab Fathul Baari jilid 11 halaman 5 Kitabu Fadhaailil Qur’an bab1 no 4983
3. Dalam realita didapati bahwa mush-haf Al Qur’an yang berada di dunia ini ternyata dapat disentuh
oleh orang kafir. Maka mush-haf yang dimaksud dalam Al Qur’an yang hanya disentuh oleh hamba Allah
yang disucikan adalah yang di Lauhil Mahfudz. Bukan mush-haf yang berada di dunia ini.
Tidak ada yang dapat menyentuh Al Qur’an di sisi Allah kecuali hamba hamba yang disucikan. Adapun
didunia , maka mus-haf Al Qur’an ternyata dapat dipegang juga oleh orang majusi yang najis dan orang
musyrik yang kotor.
Lihat : Kitab Tafsiir Ibnu Katsiir jilid 4 halaman 272, surah Al Waqi’ah ayat 79 )
4. Nabi saw pernah mengirim surat kepada raja raja kafir dengan menyertakan ayat Al Qur’an, padahal
raja kafir tidak pernah berwudhu’ .
Diantara surat Rasulullah saw adalah yang dikutip dalam hadits yang panjang , yang dikutipkan
sebagiannya saja :
Abu Sufyan berkata : Kemudian raja Haraqlius meminta surat dari Rasulullah saw kemudian surat
tersebut dibacakan . Didalamnya ada kalimat :
Mudah mudahan keselamatan dilimpahkan oleh Allah kepada orang yang mengikuti petunjuk.
"Wahai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan
antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan
sesuatu pun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika
mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang
berserah diri (kepada Allah)".
Hadits tersebut dha’if , sanad sanadnya lemah. Sebagiannya hanya berupa lembaran yang tidak memiliki
sanad dan permasalahan meningkatkan hadits ini menjadi hasan adalah sebuah perdebatan. Hadits ini
dinilai shahih oleh syaikh Al Albani dalam Kitab Irwaaul Ghaliil jilid 1 halaman 58 hadits no 122
Wallahu A’lam.
Jika hadits ini derajatnya shahih , dan kata ganti pada kalimat “La Yamassuhu” diharuskan kembali
kepada mush-haf Al Qur’an , maka kami katakan:
Bahwa kata “ Ath Thahir” adalah lafadz yang musytarak (memiliki beberapa makna) :
• Seorang mukmin
• Dll
Barangsiapa mengatakan bahwa lafadz musytarak bersifat umum , maka lafadz ini tidak dapat
dipergunakan sampai dia diperjelas (maknanya ke arah yang mana.)
Tidak ada hujjah dalam ayat dan hadits di atas meskipun kata “thahir” diartikan dengan makna orang
yang tidak berhadats kecil maupun besar.
Lihat : Kitab Shahih Fiqih Sunnah jilid 1 halaman 145
Dari saya
Seandainya hadits tentang larangan menyentuh Al Qur’an adalah shahih maka maknanya adalah: tidak
patut menyentuh Al Qur’an kecuali orang yang beriman, karena orang yang beriman tidak najis
sedangkan orang kafir adalah najis, sebagaimana yang disebutkan di dalam Al Qur’an maupun hadits
Nabi saw :
ون َن َجسٌ َفاَل َي ْق َربُوا ْال َمسْ ِج َد ْال َح َرا َم َبعْ َد َعام ِِه ْم َه َذا َ َيا َأ ُّي َها الَّذ
َ ِين َآ َم ُنوا ِإ َّن َما ْال ُم ْش ِر ُك
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang yang musyrik itu najis, maka janganlah
mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini.
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , sesungguhnya Nabi saw berjumpa dengannya pada salah satu jalan di
kota Madinah, sedangkan Abu Hurairah dalam keadaan junub.
Abu Hurairah r.a berkata : Maka aku menghindar dari Rasulullah saw lalu pergi untuk mandi kemudian
datang lagi (menemui Rasulullah saw)
Abu Hurairah r.a berkata : Aku tadi junub, maka aku tidak menyukai duduk di majlis engkau sedangkan
aku dalam keadaan junub.
Lalu Nabi saw bersabda : Subhanallah, sesungguhnya orang mukmin itu tidak najis.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Ghusli bab 23 no 283 (ini adalah lafadznya)
Bersumber dari Abdullah bin Umar r.a , sesungguhnya Rasulullah saw melarang seseorang bepergian ke
negeri musuh dengan membawa Al Qur’an
Kesimpulan :
Makna “ Laa yamassul Qur’an illaa Thaahir “ adalah : Tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali orang
yang beriman. Artinya : orang kafir tidak layak menyentuh Al Qur’an.
Bukan bermakna : mewajibkan berwudhu bagi orang yang beriman ketika akan menyentuh mush-haf Al
Qur’an.
Wallahu A’lam.
Bantahan :
Orang kafir najis : ada yang berpendapat bahwa maknanya bukan najis badannya tetapi najis (kotor)
hatinya. Karena Rasulullah saw mengidzinkan shahabatnya untuk mengikat orang kafir di masjid , dan
setelah itu tidak diperintahkan untuk dicuci atau disiram bekasnya.
Sehingga umat Islam tidak diperintahkan untuk mencuci bagian tubuhnya yang bersentuhan dengan
orang kafir , baik terkena pakaiannya atau kulitnya secara langsung, seperti berjabat tangan atau
lainnya.
ُطوه ٍ ت ِب َرج ٍُل مِنْ َبنِى َحنِي َف َة ُي َقا ُل لَ ُه ُث َما َم ُة بْنُ ُأ َث
ُ َف َر َب، ال 3ْ َف َجا َء، َخ ْيالً قِ َب َل َنجْ ٍد- صلى هللا عليه وسلم- ُّث ال َّن ِبى
َ عن ابى ه َُري َْر َة َقا َل َب َع
، ب م َِن ْال َمسْ ِج ِد ُ ْ َأ
ٍ َفا ْن َطلَقَ ِإلَى َن ْخ ٍل َق ِري. » َف َقا َل « طلِقُوا ث َما َم َة- صلى هللا عليه وسلم- ُّ َف َخ َر َج ِإلَ ْي ِه ال َّن ِبى، ارى ْال َمسْ ِج ِد ِ ار َي ٍة مِنْ َس َو
ِ ِب َس
هَّللا ً َأ هَّللا َّ َ َ َأ ُ ْ َأ َ َ
ِ د فقا َل ش َهد نْ ال ِإل َه ِإال ُ َو نَّ م َُح َّمدا َرسُو ُل3َ فاغت َس َل ث َّم دَخ َل ال َمسْ ِج ْ َ ُ َ ْ َ
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , dia berkata : Nabi saw mengutus pasukan berkuda ke arah Nejed.
Lalu pasukan tersebut kembali dengan membawa seorang laki laki dari bani Hanifah yang dipanggil
dengan Tsumamah bin Utsal ( pemimpin suku Yamamah ).
Maka Tsumamah pergi ke kebun korma yang berada di dekat masjid dan dia mandi di sana. Setelah itu
dia masuk masjid dan mengucapkan : ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAR RASULULLAH
Dari saya :
Saya setuju dengan makna ini. Maka larangan untuk membawa Al Qur’an ke tempat musuh
dimaksudkan agar orang kafir yang najis (kotor) hatinya tidak melecehkan Al Qur’an dengan melakukan
penghinaan atau hal lainnya kepada Al Qur’an.
KESIMPULAN :
Yang saya kuatkan adalah : boleh menyentuh mush-haf Al Qur’an dalam keadaan tidak berwudhu.
Wallahu A’lam.
Jawab : hukumnya diperselisihkan, sebagaimana yang sudah diterangkan panjang lebar di atas.
Wallahu A'lam
PERTANYAAN HIDAYAH
Assalamu'alaikum. Wr. Wb
1. Apakah diperbolehkan di dalam tuntunan Al Qur'an & As Sunnah, untuk berwudhu’ ketika dalam
keadaan haidh?
2. Bagaimanakah shalat orang yang masbuq di dalam shalat, kemudian dia tertinggal Al Fatihahnya tapi
dia dapat ruku’nya saja.. Karena ada 2 pendapat ulama yg mengatakan dia terhitung 1 rakaat &
pendapat yg lain mengatakan tidak terhitung 1 rakaat, karena ketinggalan Al Fatihah. Manakah diantara
kedua pendapat ini yang kuat untuk dijadikan pegangan ?
3. Bagaimanakah cara mengetahui seorang pria atau wanita yg layak untuk menjadi pendamping atau
pasangan, menurut ketentuan Allah & RasulNya ?
4. Adakah tuntunan untuk bermasbuq didalam shalat sunah? Karena saya pernah melihat seseorang
bermasbuq ketika melakukan shalat dhuha ?
Untuk jawaban & penjelasannya, saya ucapkan terima kasih banyak ustadz.
Tetapi umat Islam berbeda pendapat tentang anjuran berwudhu bagi wanita haidh ketika akan tidur.
Sebagian umat Islam tidak menganjurkan wanita haidh untuk berwudhu’ ketika akan tidur berdasarkan
kepada kenyataan tidak adanya perintah yang tegas dari Rasulullah saw.
Sebagian yang lain menganjurkan agar wanita haidh berwudhu’ ketika akan tidur , berdasarkan
keumuman hadits tentang anjuran berwudhu’ kepada umat Islam sebelum tidur :
كَ « ِإ َذا َأ َتيْتَ َمضْ َج َع- صلى هللا عليه وسلم- ِ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا- رضى هللا عنهما- ب ٍ از ِ ْن ُع َبيْدَ َة َقا َل َح َّد َثنِى ْال َب َرا ُء بْنُ َع ِ َعنْ َسعْ ِد ب
،ك َ ت َظه ِْرى ِإلَ ْي ْأ
ُ َو ْل َج، ك َأ َأ
َ ت ْم ِرى ِإلَ ْي ُ ْ َو َف َّوض، ك َ ْت َن ْفسِ ى ِإلَ ْي َأ َأل
ُ َوقُ ِل اللَّ ُه َّم سْ لَم، ك ا ْي َم ِن َ ُث َّم اضْ َط ِجعْ َعلَى شِ ِّق، صالَ ِة َّ ك لِل َ ضْأ َوضُو َء َّ َف َت َو
ْ ْ َ َّ َّ َ
، فِإنْ مُت مُت َعلى الفِط َر ِة. ِّك الذِى رْ َسل َت ْ َأ َّ َ َت ْ
َ َو ِبن ِبي، ك الذِى نزلَ ْ َأ َّ َ ُ ْ
َ آ َمنت ِب ِكت ِاب، ك َ َّ
َ ك ِإال ِإل ْي ْ ْ َ َأ ْ
َ ال َمل َج َوال َمن َجا ِمن، ْك َ َ ً ْ
َ َرهْ َبة َو َرغ َبة ِإليً
َِّك الَّذِى َأرْ َس ْلتَ َو ِب َن ِبي، َ َقا َل « ال. َك الَّذِى َأرْ َس ْلت َ ِت َأسْ َت ْذ ِك ُرهُنَّ َو ِب َرسُول ُ َفقُ ْل. » َفاجْ َع ْلهُنَّ آخ َِر َما َتقُو ُل
Bersumber dari Sa’ad bin Ubaidah dia berkata telah mengkhabarkan kepadaku Al Baraa’ bin ‘Aazib r.a
dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Apabila engkau mendatangi tempat tidurmu maka berwudhulah
seperti wudhu hendak shalat , lalu berbaringlah di atas bagian tubuhmu yang sebelah kanan (miring ke
kanan) dan bacalah : Allahumma dst.
( Ya Allah ! Aku serahkan jiwaku kepada-Mu , dan aku serahkan urusanku kepada-Mu, dan aku
sandarkan punggungku kepada-Mu, karena berharap (rahmat-Mu) dan takut (dengan siksa-Mu).
Tidak ada tempat perlindungan dan penyelamatan (dari ancaman-Mu) kecuali berlindung kepada-Mu.
Aku beriman kepada Kitab-Mu yang telah Engkau turunkan dan beriman kepada Nabi-Mu yang telah
Engkau utus.
(Nabi saw bersabda ) : Jika engkau meninggal dunia (pada malam itu) maka engkau meninggal dalam
keadaan fitrah (dalam keadaan Islam).
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabud Da’awaat bab no 6311 (ini adalah lafadznya)
...... Jika dia meninggal dunia maka akan dibangunkan sebuah rumah di surga baginya
(riwayat Ahmad 4/296 no 18143 tetapi tambahan kalimat ini sanadnya dha’if).
ك َفاَل َيسْ َت ْيق ِْظ ِإاَّل َقا َل ٌ َار ِه َمل ِ َمنْ َباتَ َطاهِرً ا َباتَ فِي شِ َع- صلى هللا عليه وسلم- ِ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا- رضى هللا عنهما- ْن ُع َم َر
ِ َع ِن اب
َ
ك ف ٍن فِإن ُه َباتَ طاهِرً اَّ َ اَل ُ ْ َّ
َ الل ُه َّم اغفِرْ لِ َع ْب ِد: ك َ ْ
ُ ال َمل
رجاله رجال الصحيح: قال شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Ibnu Umar r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Tidaklah seseorang bermalam
dalam keadaan telah bersuci maka akan ada seorang Malaikat yang berjaga di dekatnya. Tidaklah dia
bangun dari tidurnya melainkan Malaikat tersebut akan berdo’a : Ya Allah ! ampunilah hamba-Mu si
fulan ini karena sesungguhnya dia bermalam dalam keadaan suci.
Hadits riwayat Ibnu Hibban jilid 3 halaman 328 Kitabuth Thaharah no 1051, seluruh perawinya adalah
perawi kitab shahih (Al Bukhari dan Muslim)
يت َعلَى ِذ ْك ٍر َطاهِرً ا َف َي َتعَارُّ م َِن اللَّي ِْل َف َيسْ َأ ُل هَّللا َ َخيْرً ا م َِن ال ُّد ْن َيا
ُ َقا َل « َما مِنْ مُسْ ل ٍِم َي ِب-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن َج َب ٍل َع ِن ال َّن ِبى
ِ َعنْ ُم َعا ِذ ب
َ َأ
َُواآلخ َِر ِة ِإالَّ عْ طاهُ ِإيَّاه
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده من جهة ثابت صحيح رجاله ثقات رجال الصحيح غير أبي ظبية: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Mu’adz bin Jabal r.a dari Nabi saw yang bersabda : Tidaklah seorang Muslim tidur dalam
keadaan telah berdzikir dan bersuci kemudian dia bangun di malam hari lalu memohon kepada Allah
tentang kebaikan kehidupan dunia dan kebaikan akhirat melainkan Allah pasti akan memberikannya
kepadanya (apa yang diminta tersebut).
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabul Adab bab 105 no 5042 (ini adalah lafadznya)
PENJELASAN :
Sebagian umat Islam memahami bahwa : perintah berwudhu’ di dalam hadits ini bersifat umum, berlaku
untuk laki laki maupun wanita, baik yang dalam keadaan berhadats kecil maupun yang berhadats besar (
haidh , nifas , junub).
Bersumber dari Aisyah r.a sesungguhnya Rasulullah saw apabila ingin tidur sedangkan beliau saw dalam
keadaan junub , maka beliau saw berwudhu’ seperti wudhu’ untuk shalat sebelum tidur
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Haidh bab 6 no 305
PENJELASAN :
Karena junub adalah hadats besar , maka haidh dan nifas juga disamakan keadaannya dengan junub
dalam hal anjuran berwudhu’, karena kedudukannya sama sama sebagai hadats besar.
Berdasarkan pertimbangan ini maka , kelompok ini menganjurkan kepada wanita haidh agar berwudhu’
ketika akan tidur.
TAMBAHAN :
Saya juga mendapati anjuran berwudhu’ bagi orang junub ketika akan makan atau minum.
صالَ ِة َّ ان ُج ُنبًا َفَأ َرا َد َأنْ َيْأ ُك َل َأ ْو َي َنا َم َت َو
َّ ضَأ وُ ضُو َءهُ لِل َ ِإ َذا َك-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
َ ت َك
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw apabila dalam keadaan junub lalu
beliau saw ingin makan atau tidur maka beliau saw berwudhu’ seperti wudhu’ hendak shalat
PENJELASAN :
Jika hukum junub disetarakan dengan haidh atau nifas , maka mestinya anjuran berwudhu’ juga
diberlakukan ketika akan makan atau minum bagi wanita haidh.
Karena haidh dan nifas serta junub adalah sama sama hadats besar. Sedangkan orang junub dianjurkan
berwudhu’ ketika akan makan atau minum.
DARI SAYA :
Saya menguatkan bahwa wanita haidh tidak dianjurkan berwudhu’ dalam segala keadaannya, baik
ketika akan tidur , atau makan , atau lainnya , karena sejak zaman Nabi saw, wanita haidh sudah ada.
Istri istri Nabi saw juga mengalami haidh.
Sekalipun demikian , tidak didapati adanya perintah dari Nabi saw agar wanita haidh berwudhu’ ketika
akan tidur atau makan atau lainnya.
Sekalipun demikian , saya tidak menyalahkan jika wanita haidh berwudhu’ ketika akan tidur.
Wallahu A’lam.
Yang agak berat bagi saya untuk menjawabnya, maka saya simpan dulu.
Kalau saya sudah pulang ke Ptk insya Allah akan saya jawab.
2. Bagaimanakah shalat orang yang masbuq , kemudian dia tertinggal Al Fatihahnya tapi dia dapat
ruku’nya saja.. Karena ada 2 pendapat ulama yg mengatakan dia terhitung 1 rakaat & pendapat yg lain
mengatakan tidak terhitung 1 rakaat, karena ketinggalan Al Fatihah. Manakah diantara kedua pendapat
ini yang kuat untuk dijadikan pegangan ?
JAWAB :
Makmum masbuq artinya : makmum yang terlambat hadir pada shalat berjama’ah sehingga ketinggalan
sekurangnya 1 raka’at bersama imamnya.
Tentang makmum masbuq yang ketinggalan Al Fatihah bersama imamnya , hukumnya diperselisihkan
oleh umat Islam.
1. YANG BERPENDAPAT BAHWA MAKMUM YANG TIDAK MENDAPAT AL FATIHAH BERSAMA IMAMNYA
MAKA DIA TIDAK MENDAPATKAN RAKA’AT TERSEBUT.
Bahkan jika dia ketinggalan 1 ayat saja dari Al Fatihah maka dia dianggap tidak mendapatkan raka’at
tersebut. Misalnya imam sudah membaca “ Arrahmanirrahiim”.
Dia dianggap tidak mendapatkan raka’at tersebut, karena dia hanya mendapatkan sebagian Al Fatihah
bersama imamnya.
Kelompok ini mendasarkan pendapatnya kepada : tidak diwajibkannya makmum membaca Al Fatihah di
belakang imam yang membaca dengan jahar (nyaring = shubuh , maghrib dan isya’)
1. Adanya hadits yang berisi perintah keras untuk membaca Al Fatihah di dalam shalat.
Bersumber dari “Ubadah bin Ash Shamit r.a , sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Adzan bab 95 no 756 (ini adalah lafadznya)
Muslim Kitabush Shalah bab 11 no 394.
Penjelasan :
Hadits ini sifatnya umum, yaitu setiap orang yang mengerjakan shalat, wajib membaca Al Fatihah. Hal
ini berlaku bagi imam dan makmumnya.
Kemudian hadits ini dibatasi keumumannya dengan dalil dalil yang lain, yang bersumber dari ayat Al
Qur’an maupun hadits Nabi saw.
SEDANGKAN MAKMUM DALAM SHALAT YANG BACAAN IMAMNYA DIJAHARKAN , MAKMUMNYA TIDAK
ADA KEWAJIBAN MEMBACA AL FATIHAH
2. Adanya ayat Al Qur’an yang berisi perintah untuk mendengarkan dan diam ketika ayat Al Qur’an
dibacakan.
َ َوِإ َذا قُ ِرَئ ْالقُرْ آنُ َفاسْ َت ِمعُوا َل ُه َوَأ ْنصِ ُتوا لَ َعلَّ ُك ْم ُترْ َحم
ُون
Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar
kamu mendapat rahmat.
PENJELASAN :
Perintah untuk mendengarkan dan diam ketika ada Al Qur’an dibacakan hukumnya wajib. Tetapi
kewajiban untuk mendengarkan dan diam ini khusus ketika di dalam shalat. Sedangkan di luar shalat
hanya bersifat anjuran.
Maka seorang sopir bis tidak wajib menghentikan bisnya ketika mendengar Al Qur’an dibacakan di
sebuah masjid yang dilaluinya.
Seseorang yang sedang mengoperasikan mesin pabrik tidak wajib berhenti bekerja dan membiarkan
mesinnya berjalan sendiri ketika mendengar temannya membaca Al Qur’an.
Tukang bangunan yang sedang mengaduk semen tidak wajib berhenti dari pekerjaannya ketika
mendengar alunan ayat Al Qur’an.
Pelayan rumah makan juga tidak wajib berhenti melayani pembeli karena mendengar kaset yang berisi
bacaan Al Qur’an diperdengarkan.
Dan seterusnya.
Banyak umat Islam berpendapat bahwa kewajiban mendengarkan dan diam (memperhatikan) ketika Al
Qur’an dibacakan , adalah khusus ketika sedang shalat. Sedangkan dalam keadaan lainnya hukumnya
hanya sebagai anjuran.
Ibnu mas’ud r.a , Abu Hurairah r.a , Ibnu Abbas r.a , Mujahid, Sa’id bin Al Musayyab, imam Ahmad dll
Ibnu Mas’ud r.a : Dia mendengar orang orang membaca di belakang imam, maka ketika selesai dari
shalat dia berkata : Apakah kalian belum faham ? Apakah kalian tidak mau berfikir ? Apabila dibacakan
Al Qur’an maka dengarkanlah dan diamlah sebagaimana yang diperintahkan Allah kepada kalian. (Tafsiir
Ath Thabari no 15584).
Abu Hurairah r.a : Ayat ini diturunkan sehubungan dengan para shahabat yang mengeraskan
suaranya dibelakang Nabi saw di dalam shalat ( Tafsiir Ath Thabari
no 15586 , dalam sanadnya ada Abdullah bin Amir , seorang rawi yang dhaif ).
Ibnu Abbas r.a : Maka dengarkanlah dan diamlah, ya’ni di dalam shalat ( Tafsiir Ath Thabari no 15604 ).
Sa’id bin Al Musayyab ( seorang pembesar tabi’in ) : Ayat ini diturunkan berkaitan dengan shalat ( Tafsiir
Ath Thabari no 15588 ).
Mujahid ( tabi’in ) : Ayat ini diturunkan sehubungan dengan shalat ( Tafsiir Ath Thabari no 15587).
Imam Ahmad : Orang-orang telah sepakat bahwa ayat ini diturunkan sehubungan dengan
shalat.
3. Didapati adanya hadits yang kandungannya difahami bahwa makmum tidak diwajibkan membaca Al
Qur’an ketika imamnya membaca dengan keras.
َف َقا َل.» صالَ ٍة َج َه َر فِي َها ِب ْالق َِرا َء ِة َف َقا َل « َه ْل َق َرَأ َمعِى َأ َح ٌد ِم ْن ُك ْم آ ِن ًفا
َ ْف مِن َ ا ْن-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا
َ ص َر
فِي َما-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ِ َقا َل َفا ْن َت َهى ال َّناسُ َع ِن ْالق َِرا َء ِة َم َع َرس.» آن َ َقا َل « ِإ ِّنى َأقُو ُل َما لِى ُأ َن.ِ َر ُج ٌل َن َع ْم َيا َرسُو َل هَّللا
َ ْاز ُع ْالقُر
صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ِ ك مِنْ َرس َ
َ ِِين َس ِمعُوا ذل ْ
َ ت ِبالق َِرا َء ِة ح َّ م َِن ال-صلى هللا عليه وسلم- ِ َج َه َر فِي ِه َرسُو ُل هَّللا
ِ صلَ َوا
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح رجاله ثقات رجال الشيخين غير ابن أكيمة: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abu Hurairah r.a, Bahwasanya Rasulullah saw selesai dari shalat yang beliau saw
mengeraskan bacannya, kemudian beliau saw bertanya : Apakah ada seseorang diantara kalian yang
membaca bersama sama dengan aku ?
Abu Hurairah r.a berkata : Maka orang orang berhenti membaca bacaan ( Al Qur’an ) bersama dengan
Rasulullah saw dalam shalat shalat yang mana Rasulullah saw mengeraskan bacaannya, sejak mereka
mendengar hal itu dari Rasulullah saw
Hadits riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 137 no 827
Syaikh Al Arnauth berkata : Sanad hadits ini shahih. Semua perawinya adalah perawi imam Al Bukhari
dan Muslim kecuali Ibnu Ukaimah (Al Laitsi).
PENJELASAN :
Didasarkan kepada dalil dalil tentang tidak sahnya shalat tanpa Al Fatihah dan wajibnya makmum
mendengar bacaan Al Fatihah imamnya serta adanya ketetapan bahwa bacaan imam adalah bacaan
makmum maka disimpulkan bahwa :
Makmum yang tidak mendapat Al Fatihah imamnya secara utuh dalam shalat yang jahar (yang bacaan
imamnya nyaring) , tidak dianggap mendapat raka’at tersebut.
Dia wajib menyempurnakan raka’atnya ketika imam telah mengucapkan salam dari shalatnya.
Artinya : makmum yang tidak mendapat bacaan Al Fatihah imamnya dalam shalat jahar (yang bacaan
ayatnya nyaring), tidak juga mendapat bacaan surahnya, tetap dianggap mendapat raka’at tersebut jika
dia mendapati ruku’ bersama imamnya.
Hal ini berlaku hanya dalam shalat yang bacaan imamnya nyaring (seperti maghrib , isya’ dan shubuh).
Sedangkan dalam shalat yang sirr (bacaan imamnya perlahan) , maka makmum yang tidak sempat
membaca Al Fatihah dianggap tidak mendapatkan raka’at tersebut.
Dalilnya : Sama dengan kelompok no 1 , hanya saja ada tambahan hadits Abu Bakrah tentang dia
mendapati imam sedang ruku’ yang tidak diperintahkan oleh Rasulullah saw untuk menambah
raka’atnya setelah imam salam.
1. Adanya hadits yang berisi perintah keras untuk membaca Al Fatihah di dalam shalat.
Bersumber dari “Ubadah bin Ash Shamit r.a , sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Adzan bab 95 no 756 (ini adalah lafadznya)
Penjelasan :
Hadits ini sifatnya umum, yaitu setiap orang yang mengerjakan shalat, wajib membaca Al Fatihah. Hal
ini berlaku bagi imam dan makmumnya.
Kemudian hadits ini dibatasi keumumannya dengan dalil dalil yang lain, yang bersumber dari ayat Al
Qur’an maupun hadits Nabi saw.
SEDANGKAN MAKMUM DALAM SHALAT YANG BACAAN IMAMNYA DIJAHARKAN , MAKMUMNYA TIDAK
ADA KEWAJIBAN MEMBACA AL FATIHAH
2. Adanya ayat Al Qur’an yang berisi perintah untuk mendengarkan dan diam ketika ayat Al Qur’an
dibacakan.
َ َوِإ َذا قُ ِرَئ ْالقُرْ آنُ َفاسْ َت ِمعُوا َل ُه َوَأ ْنصِ ُتوا لَ َعلَّ ُك ْم ُترْ َحم
ُون
Dan apabila dibacakan Al Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar
kamu mendapat rahmat.
PENJELASAN :
Perintah untuk mendengarkan dan diam ketika ada Al Qur’an dibacakan hukumnya wajib. Tetapi
kewajiban untuk mendengarkan dan diam ini khusus ketika di dalam shalat. Sedangkan di luar shalat
hanya bersifat anjuran.
Maka seorang sopir bis tidak wajib menghentikan bisnya ketika mendengar Al Qur’an dibacakan di
sebuah masjid yang dilaluinya.
Seseorang yang sedang mengoperasikan mesin pabrik tidak wajib berhenti bekerja dan membiarkan
mesinnya berjalan sendiri ketika mendengar temannya membaca Al Qur’an.
Tukang bangunan yang sedang mengaduk semen tidak wajib berhenti dari pekerjaannya ketika
mendengar alunan ayat Al Qur’an.
Pelayan rumah makan juga tidak wajib berhenti melayani pembeli karena mendengar kaset yang berisi
bacaan Al Qur’an diperdengarkan.
Dan seterusnya.
Banyak umat Islam berpendapat bahwa kewajiban mendengarkan dan diam (memperhatikan) ketika Al
Qur’an dibacakan , adalah khusus ketika sedang shalat. Sedangkan dalam keadaan lainnya hukumnya
hanya sebagai anjuran.
Ibnu mas’ud r.a , Abu Hurairah r.a , Ibnu Abbas r.a , Mujahid, Sa’id bin Al Musayyab, imam Ahmad dll
Ibnu Mas’ud r.a : Dia mendengar orang orang membaca di belakang imam, maka ketika selesai dari
shalat dia berkata : Apakah kalian belum faham ? Apakah kalian tidak mau berfikir ? Apabila dibacakan
Al Qur’an maka dengarkanlah dan diamlah sebagaimana yang diperintahkan Allah kepada kalian. (Tafsiir
Ath Thabari no 15584).
Abu Hurairah r.a : Ayat ini diturunkan sehubungan dengan para shahabat yang mengeraskan
suaranya dibelakang Nabi saw di dalam shalat ( Tafsiir Ath Thabari
no 15586 , dalam sanadnya ada Abdullah bin Amir , seorang rawi yang dhaif ).
Ibnu Abbas r.a : Maka dengarkanlah dan diamlah, ya’ni di dalam shalat ( Tafsiir Ath Thabari no 15604 ).
Sa’id bin Al Musayyab ( seorang pembesar tabi’in ) : Ayat ini diturunkan berkaitan dengan shalat ( Tafsiir
Ath Thabari no 15588 ).
Mujahid ( tabi’in ) : Ayat ini diturunkan sehubungan dengan shalat ( Tafsiir Ath Thabari no 15587).
Imam Ahmad : Orang-orang telah sepakat bahwa ayat ini diturunkan sehubungan dengan
shalat.
3. Didapati adanya hadits yang kandungannya difahami bahwa makmum tidak diwajibkan membaca Al
Qur’an ketika imamnya membaca dengan keras.
َف َقا َل.» صالَ ٍة َج َه َر فِي َها ِب ْالق َِرا َء ِة َف َقا َل « َه ْل َق َرَأ َمعِى َأ َح ٌد ِم ْن ُك ْم آ ِن ًفا َ ْف مِن َ ا ْن-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا
َ ص َر
فِي َما-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ْ َّ َ
ِ قا َل فانت َهى الناسُ َع ِن الق َِرا َء ِة َم َع َرس.» آنْ َ َ َ َقا َل « ِإ ِّنى َأقُو ُل َما لِى ُأ َن.ِ َر ُج ٌل َن َع ْم َيا َرسُو َل هَّللا
َ ْاز ُع ْالقُر
صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ِ ك مِنْ َرس َ ِِين َس ِمعُوا َذل ْ
َ ت ِبالق َِرا َء ِة ح ِ صلَ َوا َّ م َِن ال-صلى هللا عليه وسلم- ِ َج َه َر فِي ِه َرسُو ُل هَّللا
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح رجاله ثقات رجال الشيخين غير ابن أكيمة: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abu Hurairah r.a, Bahwasanya Rasulullah saw selesai dari shalat yang beliau saw
mengeraskan bacannya, kemudian beliau saw bertanya : Apakah ada seseorang diantara kalian yang
membaca bersama sama dengan aku ?
Abu Hurairah r.a berkata : Maka orang orang berhenti membaca bacaan ( Al Qur’an ) bersama dengan
Rasulullah saw dalam shalat shalat yang mana Rasulullah saw mengeraskan bacaannya, sejak mereka
mendengar hal itu dari Rasulullah saw
Syaikh Al Arnauth berkata : Sanad hadits ini shahih. Semua perawinya adalah perawi imam Al Bukhari
dan Muslim kecuali Ibnu Ukaimah (Al Laitsi).
Bersumber dari Al Hasan dari Abi Bakrah r.a , sesungguhnya dia sampai kepada Nabi saw yang sedang
ruku’, lalu dia melakukan ruku’ sebelum sampai ke dalam shaf.
Setelah itu dia menyampaikan hal itu kepada Nabi saw, maka Nabi saw bersabda :
Semoga Allah menambahkan semangatmu (dalam kebaikan) , tapi jangan kamu ulangi.
PENJELASAN :
Shahabat Abi Bakrah r.a datang ke masjid hendak menunaikan shalat berjama’ah.
Ketika itu dia mendapati Nabi saw sedang melakukan ruku’. Maka Abi Bakrah r.a langsung melakukan
ruku’ padahal dia belum sampai ke dalam shaf. Kemudian dia berjalan dalam keadaan ruku’ lalu
bergabung dalam shaf.
Ketika selesai dari shalatnya, dia menceritakannya kepada Rasulullah saw dan ternyata dia tidak
diperintahkan mengulangi shalatnya. Dia juga tidak diperintahkan untuk menambah raka’atnya. Berarti
shalatnya sah, padahal dalam salah satu raka’atnya, dia tidak membaca Al Fatihah sama sekali.
Dhahirnya, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam shalat yang jahar, makmum yang mendapati ruku’
bersama imamnya , dianggap mendapatkan raka’at tersebut.
3. PENDAPAT YANG MENGATAKAN BAHWA MAKMUM WAJIB MEMBACA AL FATIHAH DALAM SEMUA
SHALAT.
Diantara dalil yang dijadikan pegangan tentang wajibnya makmum membaca Al Fatihah dalam shalat
apapun :
ِ صالَ َة لِ َمنْ َل ْم َي ْق َرْأ ِب َفات َِح ِة ْال ِك َتا
ب َ َ َقا َل « ال- صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َأنَّ َرسُو َل هَّللا ِ َعنْ ُع َبادَ َة ب
3ِ ْن الصَّا ِم
Bersumber dari “Ubadah bin Ash Shamit r.a , sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Adzan bab 95 no 756 (ini adalah lafadznya)
Penjelasan :
Hal ini berlaku bagi imam dan makmum serta orang yang shalat sendirian.
Maka makmum wajib membaca Al Fatihah dalam shalat apapun di belakang imamnya.
َغ ْي ُر َت َم ٍام- َثالَ ًثا- ْى ِخ َدا ٌج ُأ ْأ َ ْ َقا َل « َمن-صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َع ِن ال َّن ِبى
ِ ْصالَ ًة لَ ْم َي ْق َر فِي َها ِب ِّم ْالقُر
َ آن َفه َ صلَّى
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw yang bersabda : Barangsiapa yang mengerjakan shalat
tanpa membaca Ummul Qur’an ( surah Al Fatihah ) di dalamnya maka shalatnya kurang, shalatnya
kurang, shalatnya kurang, tidak sempurna
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabush Shalah bab 11 no 395 ( ini adalah lafadznya )
Penjelasan :
Kalimat “shalatnya kurang, tidak sempurna” diartikan dengan rusak dan batal.
Hal ini dianggap berlaku umum, yaitu untuk imam dan makmumnya serta orang yang shalat sendirian.
Sehingga makmum wajib membaca Al Fatihah dalam shalat apapun di belakang imamnya.
َ ِِإ َّنا َن ُكونُ َو َرا َء اِإل َم ِام ؟ َف َقا َل ا ْق َرْأ ِب َها فِى َن ْفس
ك
Shahih riwayat Muslim Kitabush Shalah bab 11 no 395 ( ini adalah lafadznya )
PENJELASAN :
Bagi kelompok ini , tidak ada masalah buat makmum yang tidak mendapati Al Fatihah imamnya. Karena
dia tetap akan membaca Al Fatihah sendiri. Sehingga tidak membutuhkan pembahasan yang panjang.
KESIMPULAN AKHIR :
Yang saya pilih adalah :
1. MAKMUM DALAM SHALAT JAHAR (bacaan imamnya nyaring) , dia dianggap mendapat raka’at apabila
sekurangnya dia mendapati ruku’ bersama dengan imamnya.
2. MAKMUM DALAM SHALAT SIRR (bacaan imamnya perlahan) , maka dia wajib membaca Al Fatihah
sendirian. Jika dia tidak sempat membaca Al Fatihah sendirian maka dia tidak dianggap mendapat
raka’at tersebut. Dia wajib menyempurnakan raka’at ketika imamnya mengucapkan salam.
Wallahu A’lam.
3. Bagaimanakah cara mengetahui seorang pria atau wanita yg layak untuk menjadi pendamping atau
pasangan, menurut ketentuan Allah & RasulNya ?
JAWAB :
Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan kriteria calon suami / istri bagi Mukminin atau Mukminat. Qaum
Muslimin mesti menjadikan seruan Allah dan Rasul-Nya ini sebagai pedoman.
A. BERIMAN KEPADA ALLAH SWT, BUKAN ORANG KAFIR ATAU PUNYA KESAMAAN DENGAN ORANG
KAFIR
Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan
izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.
ض ْو َن دِي َن ُه َو ُخلُ َق ُه َف َزوِّ جُوهُ ِإالَّ َت ْف َعلُوا َت ُكنْ فِ ْت َن ٌة فِى َ « ِإ َذا َخ َط-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
َ ْب ِإلَ ْي ُك ْم َمنْ َتر
ٌض َو َف َسا ٌد َع ِريض ِ ْاَألر
حسن: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Abu Hurairah r.a, dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Apabila ada seorang laki laki yang kalian ridhai (karena ) agama dan akhlaqnya , dia meminang (putri)
kalian maka nikahkanlah putri kalian dengan dia.
Jika kalian tidak melakukannya, maka akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabun Nikah bab 3 no 1084 ( ini adalah lafadznya )
.ٍِط ْت ُه َف َقا َل َوهَّللا ِ َما لَكِ َع َل ْي َنا مِنْ َشىْ ء َ ِير َف َسخ ٍ ص َطلَّ َق َها ْال َب َّت َة َوه َُو غَ اِئبٌ َفَأرْ َس َل ِإلَ ْي َها َوكِيلُ ُه ِب َشع ٍ ْس َأنَّ َأ َبا َع ْم ِرو ب َْن َح ْف
ٍ ت َقي ِ َعنْ َفاطِ َم َة ِب ْن
كَ ْ
ِلت « ل ا
َ ََّ
ق م ُ
ث ٍيك ر َ
ش مُأ ت
ِ ْ
ي ب
َ ِى ف َّ
د َ
ت ْع َ
ت ْنَأ اه ر
َ َ َمَأفَ .» ٌ
ة َ
ق َ
ف َ
ن ه
ِ ْ
ي َ ل ع
َ ِكَ ل ْس
َ ي َ ل « ل
َ اقَ َ
ف ه
ُ َ ل ك
َ ل
ِ ذَ تْ رَ َ
ك َ
ذ َ
ف -وسلم عليه هللا صلى- هَّللا
ِ َ ت َرسُو
ل 3ْ َف َجا َء
ِ ِّ
َأ َأ ُأ
َاو َية َ
ِ ت ل ُه نَّ ُم َع َ
ُ ْت ذ َكر ْ َ َ ْ َ
ُ َقالت َفلمَّا َحلل.» ت َفآ ِذنِينِى ْ َ َ
ِ ِين ِث َيابَكِ َفِإذا َحلل َ ضع َّ
َ وم َفِإن ُه َر ُج ٌل عْ َمى َت ُ ْ
ٍ ْن ِّم َمكت ِ امْ َرَأةٌ َي ْغ َشا َها صْ َح ِابى اعْ َت ِّدى عِ ندَ اب
ْ َأ
ٌ او َي ُة َفصُعْ لُو
ك ِ صاهُ َعنْ َعا َتقِ ِه َوَأمَّا ُم َع َ ض ُع َع َ « َأمَّا َأبُو َجه ٍْم َفالَ َي-صلى هللا عليه وسلم- ِ َف َقا َل َرسُو ُل هَّللا.ان َوَأ َبا َجه ٍْم َخ َط َبانِى َ ب َْن َأ ِبى ُس ْف َي
َ َ ُأ ْ َ
ة ب َْن ز ْي ٍد3 » ال َما َل ل ُه ان ِكحِى َسا َم. َ
ْ َف َن َكحْ ُت ُه َف َج َع َل هَّللا ُ فِي ِه َخيْرً ا َو.» ة3َ َف َك ِرهْ ُت ُه ُث َّم َقا َل « ا ْن ِكحِى ُأ َسا َم
ُ اغ َت َب ْط
ت ِب ِه
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Fathiman binti Qais r.a , dia berkata : Sesunggunya Abu Amr bin Hafsh menjatuhkan
talaq kepadanya dengan talaq battah ( talaq ba’in ) ketika dia tidak berada disisinya. Abu Amr mengirim
utusannya dengan membawa gandum. Fathimah menjadi marah kepada Abu Amr. Abu Amr berkata :
Demi Allah , engkau tidak mempunyai hak sedikitpun atas kami.
Nabi saw bersabda : engkau tidak memiliki hak nafkah darinya ( mantan suaminya )
Kemudian Nabi saw menyuruh Fathimah tinggal di rumah Ummu Syarik selama masa ‘iddahnya. Lalu
Nabi saw bersabda : Dia adalah seorang wanita yang sering didatangi shahabatku.
Jalanilah masa ‘iddahmu di rumah Ibnu Ummi Maktum, dia seorang yang buta. Engkau dapat
melepaskan pakaianmu. Jika masa ‘iddahmu berakhir, beritahukanlah kepadaku.
Fathimah berkata : Ketika masa ‘iddahku berakhir , maka aku sampaikan kepada Rasulullah saw bahwa
Mu’awiyah bin Abu Sufyan dan Abu Jahm melamarku.
Maka Rasulullah saw bersabda : Adapun Abu Jahm, maka dia tidak bisa meletakkan tongkatnya di atas
pundaknya ( suka memukul ). Sedangkan Mu’awiyah adalah seorang yang miskin dan tidak memiliki
harta. MENIKAHLAH DENGAN USAMAH BIN ZAID.
Tetapi aku tidak suka dengan Usamah bin Zaid. Kemudian Nabi saw bersabda : MENIKAHLAH DENGAN
USAMAH BIN ZAID. Akupun menikah dengannya. Maka Allah menjadikan kebaikan di dalam
pernikahanku. Maka aku membuat orang lain cemburu (terhadap kebaikan yang kudapat dari
pernikahanku dengan Usamah)
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabuth Thalaq bab 6 no 1480 ( ini adalah lafadznya )
ة َولَ ْو َأعْ َج َب ْت ُك ْم3ٍ ت َح َّتى يُْؤ مِنَّ َوأل َم ٌة مُْؤ ِم َن ٌة َخ ْي ٌر مِنْ ُم ْش ِر َك
3ِ َوال َت ْن ِكحُوا ْال ُم ْش ِر َكا
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita
budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.
ْ َف، َو َج َمالِ َها َولِدِي ِن َها3 َقا َل « ُت ْن َك ُح ْال َمرْ َأةُ َألرْ َبع لِ َمالِ َها َول َِح َس ِب َها- صلى هللا عليه وسلم- ِّ َع ِن ال َّن ِبى- رضى هللا عنه- َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة
ْاظ َفر ٍ
ك ْ ين َت ِر َب
َ ت َي َدا ِ ت ال ِّدِ ِب َذا
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , dari Nabi saw yang bersabda :
Wanita itu dinikahi karena 4 hal : Yaitu karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya,
dan karena agamanya.
Maka pilihlah wanita karena ta’atnya dalam beragama niscaya engkau beruntung (bahagia)
َأىُّ ال ِّن َسا ِء َخ ْي ٌر َقا َل « الَّذِى َتسُرُّ هُ ِإ َذا َن َظ َر َو ُتطِ ي ُع ُه ِإ َذا َأ َم َر َوالَ ُت َخالِفُ ُه فِي َما َي ْك َرهُ فِى-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة سُِئ َل َرسُو ُل هَّللا
َن ْفسِ َها َو َمالِ ِه
حسن صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده قوي: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , dia berkata : Rasulullah saw ditanya mengenai sebaik baik wanita.
Maka beliau saw bersabda : Yang menyenangkan hati suami bila suami memandangnya, dan ta’at
kepada suami kalau dia diperintah, dan tidak melakukan sesuatu yang dibenci suaminya, yaitu yang
mengenai dirinya ataupun yang mengenai harta suaminya
Bersumber dari Abu Hurairah r.a, Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Sebaik baik wanita
penunggang kuda adalah wanita Quraisy yang shalihah. Sangat penyayang terhadap anak ketika kecilnya
dan sangat memelihara suami pada apa yang ada di tangannya
( wanita penunggang kuda maksudnya adalah wanita bangsa arab : lihat penjelasan dalam Fathul Baari
terhadap hadits tersebut )
Hadits shahih riwayat Bukhari Kitabun Nafaqaat bab 10 no 5365 ( ini lafadznya )
Muslim Kitabu Fadlaailish Shahabah bab 49 no 2527
D. MENDORONG SUAMI KEPADA KETA’ATAN DAN TIDAK MENGAJAKNYA KEPADA PERBUATAN DOSA
Bersumber dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw bersabda : Mudah mudahan Allah merahmati wanita
yang bangun malam untuk mengerjakan shalat, lalu dia membangunkan suaminya ( untuk shalat ). Jika
suaminya menolak, maka dia memercikkan air kepadanya.
Hadits riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 307 no 1308 ( ini adalah lafadznya ) dan dinilai sebagai
hadits hasan shahih oleh Syaikh Al Albani
ظ ُر ُ َكَأ َّن ُه َي ْن، « الَ ُتبَاشِ ر ْال َمرْ َأةُ ْال َمرْ َأ َة َف َت ْن َع َت َها ل َِز ْو ِج َها- صلى هللا عليه وسلم- ُّ َقا َل َقا َل ال َّن ِبى- رضى هللا عنه- ْن َمسْ عُو ٍد
ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
ِ
ِإلَ ْي َها
Bersumber dari Abdullah bin Mas’ud r.a , Nabi saw bersabda : Janganlah seorang wanita bergaul
dengan wanita lainnya, kemudian dia menceritakan kepada suaminya, sehingga suaminya seakan seakan
melihat kepada wanita tersebut
JAWAB :
Masbuq artinya makmum yang datang terlambat dalam shalat berjamaah , sekurangnya dia ketinggalan
1 raka’at bersama imamnya.
Makmum masbuq bisa terjadi dalam shalat fardhu maupun shalat sunnah. Tidak ada bedanya.
، ار َوالَ ُتسْ ِرعُوا ِ َو َعلَ ْي ُك ْم ِبال َّسكِي َن ِة َو ْال َو َق، صالَ ِة ُ ْة َفام3َ َقا َل « ِإ َذا َسمِعْ ُت ُم اِإل َقا َم- صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َع ِن ال َّن ِبى
َّ شوا ِإلَى ال
َأ
صلوا َو َما َفا َت ُك ْم َف ِتمُّوا ُّ َأ
َ َف َما ْد َر ْك ُت ْم َف
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw yang bersabda : Apabila kalian mendengar iqamah
dikumandangkan maka berjalanlah kalian menuju shalat (berjama’ah) dengan tenang. Dan janganlah
kalian tergesa gesa.
Apa yang kalian dapati maka kerjakanlah dan APA YANG LUPUT MAKA SEMPURNAKAN
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Adzan bab 21 no 636 (ini adalah lafadznya)
PENJELASAN :
Kalimat “As sakinah wal waqaar “ : Arti sakinah dan waqaar adalah sama yaitu : tenang.
Kalimat “ apa yang kamu dapatkan maka shalatlah” : hadits ini menjadi dalil bagi orang yang masbuq
(terlambat) agar langsung shalat mengikuti imam dalam posisi apapun.
Kalimat “APA YANG LUPUT MAKA SEMPURNAKAN” maknanya : jika seorang Muslim ketinggalan satu
raka’at atau lebih bersama imamnya , maka ketika imamnya salam , hendaknya makmum tersebut
berdiri menyempurnakan (manambah) kekurangan raka’atnya.
Hal ini berlaku umum , baik dalam shalat fardhu maupun dalaam shalat sunnah
Hadits ini juga dijadikan dalil bagi sebagian umat Islam , bahwa ketika seorang makmum masbuq (yang
terlambat) sedangkan dia mendapati imam sedang dalam posisi tidak berdiri , maka hendaknya dia
bertakbir dengan mengangkat tangan , kemudian langsung mengikuti gerakan imam tanpa bersedekap
terlebih dahulu.
Wallahu A’lam.
Asslamualaikum ustadz.. bagaimana cara pelaksanaanya dan apa fadhilahnya puasa sunnah di bulan
Dzulhijah ustadz? Apakah dari tanggal 1 atau hanya di tanggal 8 dan 9 dzulhijah. Jazakallah khair ustadz.
Bersumber dari Hunaidah bin Khalid dari istrinya , dari sebagian istri Nabi saw yang berkata :
Bahwasanya Rasulullah saw biasa berpuasa pada 9 hari (pertama) bulan Dzulhijjah dan pada hari Asyura’
dan 3 hari setiap bulan.
Affan (salah seorang rawi) berkata : pada hari senin pertama setiap bulan dan pada 2 hari Kamis.
Hadits ini dinilai dha’if oleh imam Az Zaila’iy dalam Kitabnya Nashbur Rayah 2/157
* Dalam riwayat lainnya : dari Hunaidah dari ibunya dari Ummu Salamah r.a (istri Nabi saw).
* Dalam riwayat lainnya disebutkan dari Hafshah r.a binti Umar r.a (istri Nabi saw).
LIHAT : Kitab Al Mausuu’ah Al Hadiitsiyah Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal jilid 37 halaman 24
PENJELASAN :
Kalimat تِسْ َع ذِى ْالحِجَّ ِةdiartikan dengan 9 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Dalam riwayat Nasai didapati
redaksi yang mendukung kepada makna ini :
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ْ َْن َخالِ ٍد َعنْ ا ْم َرَأ ِت ِه َقال
َ ِّت َح َّد َث ْتنِي َبعْ ضُ ن َِسا ِء ال َّن ِبي ِ َعنْ ُه َنيْدَ َة ب
ورا َء َوتِسْ عًا مِنْ ذِي ْالحِجَّ ِةَ ش ُ ان َيصُو ُم َي ْو َم َعا َ ََّأنَّ ال َّن ِبي
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َك
ْنِ ِيسي ِ َوثَاَل َث َة َأي ٍَّام مِنْ ال َّشه ِْر َأوَّ َل ْاث َني
َ ْن مِنْ ال َّشه ِْر َو َخم
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Hunaidah bin Khalid dari istrinya dia berkata : telah mengkhabarkan kepadaku sebagian
istri Nabi saw : Bahwasanya Rasulullah saw biasa berpuasa pada pada hari Asyura’ dan 9 hari (pertama)
bulan Dzulhijjah dan dan 3 hari setiap bulan dan pada hari senin pertama setiap bulan dan pada 2 hari
Kamis.
َقا َل « َما مِنْ َأي ٍَّام َأ َحبُّ ِإلَى هَّللا ِ َأنْ ُي َت َع َّب َد َل ُه فِي َها مِنْ َع ْش ِر ذِى ْالحِجَّ ِة َيعْ ِد ُل صِ َيا ُم ُك ِّل َي ْو ٍم-صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َع ِن ال َّن ِبى
ِم ْن َها ِبصِ َي ِام َس َن ٍة َوقِ َيا ُم ُك ِّل لَ ْيلَ ٍة ِم ْن َها ِبقِ َي ِام لَ ْيلَ ِة ْال َق ْد ِر
ضعيف مع بعض االختالف في األلفاظ: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw yang bersabda : Tidak ada satupun hari yang lebih
dicintai oleh Allah untuk beribadah kepadanya melebihi kecintaan Allah kepada amalan yang dilakukan
pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Puasa 1 hari dari padanya setara dengan puasa 1 tahun dan
shalat malamnya , setiap malam setara dengan shalat pada saat lalatul Qadr
. َيعْ نِى َأيَّا َم ْال َع ْش ِر.» « َما مِنْ َأي ٍَّام ْال َع َم ُل الصَّالِ ُح فِي َها َأ َحبُّ ِإلَى هَّللا ِ مِنْ َه ِذ ِه اَألي َِّام-صلى هللا عليه وسلم- ِ َّاس َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
يل هَّللا ِ ِإالَّ َر ُج ٌل َخ َر َج ِب َن ْفسِ ِه َو َمالِ ِه َفلَ ْم َيرْ ِجعْ مِنْ َذل َِك ِب َشىْ ٍء
ِ ِب س
َ ِى ف د ُ اهَ ج
ِ ْ
ال َ ال و
َ « ل
َ اقَ ِ هَّللا يل
ِ ِب س
َ ِى ف ُ
د اهَ ج
ِ ْ
ال َ الوَ ِ هَّللا ل
َ ُو
س ر
َ ايَ واُ القَ
Rasulullah saw bersabda : Termasuk jihad di jalan Allah. Kecuali seseorang yang berangkat jihad dengan
membawa jiwa dan hartanya , kemudian dia tidak kembali dengan membawa apapun (gugur sebagai
syahid).
Ahmad 1/224
PENJELASAN :
Hadits ini menjelaskan keutamaan amal shalih pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah secara umum.
Termasuk di dalamnya : shalat , puasa , shadaqah , dzikir , membaca Al Qur’an dll.
Maka : sekalipun hadits tentang keutamaan puasa pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah tidak
disepakati keshahihannya , bahkan ada yang menganggapnya dha’if , tetapi hadits shahih tentang
keutamaan amal shalih secara umum ini sudah dapat dijadikan dalil tentang keutamaan berpuasa pada
10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
Yang dimaksud 10 hari pertama adalah tanggal 1 sampai tanggal 9 Dzulhijjah saja, tidak termasuk
tanggal 10.
Karena tanggal 10 Dzulhijjah adalah hari Raya Qurban , yang mana diharamkan bagi setiap Muslim
untuk berpuasa di dalamnya.
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , bahwasanya Rasulullah saw melarang berpuasa pada 2 hari , yaitu
Hari Raya Adh-ha dan Hari raya Fithri
صلى هللا عليه- ِ ان َن َهى َرسُو ُل هَّللا ِ َف َقا َل َه َذ- رضى هللا عنه- ب
ِ ان َي ْو َم ِ ْن ْال َخ َّطا ُ ْن َأ ْز َه َر َقا َل َش ِه ْد
ِ ت ْالعِيدَ َم َع ُع َم َر ب ِ َعنْ َأ ِبى ُع َب ْي ٍد َم ْولَى اب
ْأ َ َو ْال َي ْو ُم، َعنْ صِ َيام ِِه َما َي ْو ُم ف ِْط ِر ُك ْم مِنْ صِ َيا ِم ُك ْم- وسلم
َ ُاآلخ ُر َت ُكل
ون فِي ِه مِنْ ُن ُس ِك ُك ْم
Bersumber dari Abu Ubaid maula Ibnuz Azhar dia berkata : Aku Hadir pada hari Raya bersama Umar bin
Al Khaththab r.a , lalu dia berkata : 2 hari ini , Rasulullah saw melarang untuk berpuasa di dalamnya.
(Yaitu hari Raya Fithri) , hari dimana kalian berbuka dari puasa kalian.
Hadits riwayat Al Bukhari Kitabush Shaum bab 66 no 1990 (ini adalah lafadznya)
ٍ الَ َي ْغدُو َي ْو َم ْالف ِْط ِر َح َّتى َيْأ ُك َل َت َم َرا- صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
ت ٍ َعنْ َأ َن
َ س َقا َل َك
Bersumber dari Anas r.a , dia berkata : Rasulullah saw tidak pergi menunaikan shalat Iedul Fithri , kecuali
beliau saw makan beberapa biji korma terlebih dahulu ( dengan jumlah ganjil )
Bersumber dari Abdullah bin Buraidah dari bapaknya ( yaitu Buraidah r.a ), dia berkata :
Bahwasanya Nabi saw tidak pergi ( shalat ) pada Hari Raya Fithri kecuali makan terlebih dahulu.
Dan beliau saw tidak makan pada Hari Raya Adh-ha sehingga melakukan shalat (terlebih dahulu)
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabush Shalah bab 278 no 542 ( ini adalah lafadznya ).
Penjelasan :
Diantara perkara yang diajarkan oleh Nabi saw adalah makan pagi ( sarapan ) sebelum pergi ke tempat
shalat Ied pada Hari Raya Fithri
Sedangkan pada Hari Raya Adh-ha , Nabi saw tidak makan apapun sebelum berangkat ke tempat shalat
Ied.
Sebagian umat Islam beranggapan bahwa Nabi saw makan pagi sebelum berangkat ke tempat shalat
pada Hari Raya Fithri adalah : agar tidak ada orang yang mengira bahwa masih ada kewajiban puasa
sebelum shalat Ied dilaksanakan. Demikianlah yang dikatakan oleh Al Muhallab
( Lihat : Fat-hul Baari jilid 3 halaman 568 Kitabul Iedain bab 4 no 953 )
Sedangkan menunda makan sampai pulang dari shalat pada Hari Raya Adh-ha , adalah dikarenakan
adanya syari’at penyembelihan qurban pada hari itu dan memakan sebagian daging qurbannya.
Imam Ahmad bin Hanbal mengkhususkan anjuran makan setelah shalat pada hari Raya Adh-ha adalah
bagi orang yang berqurban.
( Lihat : Tuhfatul Ahwadzi jilid 3 halaman 68 Abwabul Iedain bab 390 no 542 )
Terlepas apakah kemungkinan itu benar atau tidak , yang jelas amalan tersebut dilakukan oleh Nabi saw,
sehingga kita dituntut untuk mengikutinya, yaitu :
• Tidak makan apapun pada hari Raya Adh-ha , sampai mengerjakan shalat Ied . Setelah shalat
ditunaikan , maka dipersilakan makan.
Wallahu A’lam
Assalamualaikum ustadz . Kalau laki laki shalat subuh berjamaah di masjid dan berdzikir sampai terbit
matahari , terus shalat sunaah dua rakaat, pahalanya setara haji dan umroh. Kalau wanita shalatnya di
rumah bagaimana supaya mendapatkan pahala seperti laki laki ustadz. Syukron
JAWAB :
Artinya : Bersumber dari shahabat Anas bin Malik r.a : Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang
shalat shubuh denga cara berjama’ah , kemudian duduk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit
kemudian mengerjakan shalat 2 raka’at maka baginya seperti pahala haji dan ‘umrah secara sempurna ,
sempurna , sempurna
PENJELASAN :
Dhahir hadits yang ditanyakan memang berlaku untuk orang yang melakukan shalat di masjid.
Artinya : pahala haji dan umrah akan didapatkan jika shalat shubuhnya di masjid dengan cara
berjama’ah , kemudian menetap di masjid dengan membanyakkan amal shalih seperti dzikir , membaca
Al Qur’an, berdo’a , istighfar dll sampai matahari naik , kemudian shalat 2 raka’at.
Maka dia akan mendapat pahala setara haji dan umrah secara sempurna
Sedangkan bagi yang mampu datang ke masjid , kemudian dia sengaja shalat di rumah, dia tidak
mendapat pahala haji dan umrah walaupun dia berdzikir setelah shalat sampai matahari naik dan
ditutup dengan shalat 2 raka’at.
Adapun orang yang memiliki udzur untuk menghadiri masjid , seperti orang yang sudah tua dan tidak
sanggup berjalan, atau orang yang sedang sakit , atau keadaan tidak aman (suasana perang dll) , maka
jika dia melakukan shalat shubuh di rumahnya kemudian dia berdzikir sampai matahari naik , lalu dia
shalat 2 raka’at , maka pahala haji dan umrah insya Allah akan didapatkannya. Karena dia shalat di
rumah bukan karena malas atau mengingkari kebaikan shalat di masjid. Tetapi hal itu dilakukannya
karena tidak mampu, sedangkan hatinya sangat ingin melakukan shalat di masjid.
Demikian juga dengan para wanita yang memang di arahkan untuk shalat di rumahnya oleh Rasulullah
saw. Maka wanita yang shalat shubuh di rumahnya karena mengikuti perintah Rasulullah saw ,
kemudian dia berdzikir sampai matahari naik , kemudian dia shalat 2 raka’at , insya Allah dia juga
mendapat pahala haji dan umrah sebagaimana yang didapatkan laki laki yang shalat shubuhnya di
masjid. Karena dia shalat di rumah bukan karena malas atau mengingkari kebaikan shalat di masjid.
Tetapi karena ketaatannya kepada Rasulullah saw.
ت َيا َرسُو َل ْ َ َف َقال-صلى هللا عليه وسلم- ِّت ِإلَى ال َّن ِبى 3ْ ارىِّ َعنْ َع َّم ِت ِه ُأ ِّم ُح َم ْي ٍد امْ َرَأ ِة َأ ِبى ُح َم ْي ٍد السَّاعِ دِىِّ َأ َّن َها َجا َءِ ص َ ْن س َُو ْي ٍد اَأل ْن
ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
صالَ ُتكِ فِى َ صالَتِكِ فِى حُجْ َرتِكِ َو َ ْصالَ ُتكِ فِى َب ْيتِكِ َخ ْي ٌر لَكِ مِن َ صالَ َة َمعِى َو َ ْت َأ َّنكِ ُت ِحب
َّ ِّين ال ُ َقا َل « َق ْد َعلِم.ك َّ هَّللا ِ ِإ ِّنى ُأحِبُّ ال
َ صالَ َة َم َع
ْصالَ ُتكِ فِى َمسْ ِج ِد َق ْومِكِ َخ ْي ٌر لَكِ مِن َ صالَتِكِ فِى َمسْ ِج ِد َق ْومِكِ َو َ ْاركِ َخ ْي ٌر لَكِ مِن ِ َصالَ ُتكِ فِى د َ اركِ َو ِ َصالَتِكِ فِى د َ ْحُجْ َرتِكِ َخ ْي ٌر مِن
ت هَّللا َ َع َّز َو َج َّلِ صلِّى فِي ِه َح َّتى لَقِ َي
َ ت ُتْ صى َشىْ ٍء مِنْ َب ْي ِت َها َوَأ ْظلَ ِم ِه َف َكا َن َ ت َف ُبن َِى لَ َها َمسْ ِج ٌد فِى َأ ْق ْ َفَأ َم َر- َقا َل- .» صالَتِكِ فِى َمسْ ِجدِى َ
حديث حسن: تعليق شعيب األرنؤوط
حديث حسن: قال األلباني
Bersumber dari Abdullah bin Suwaid Al Anshari r.a dari bibinya ( yaitu ) Ummu Humaid istri Abu Humaid
As Sa’idi r.a, Dia datang kepada Rasulullah saw lalu berkata :
Nabi saw bersabda : Sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa engkau sangat suka shalat ( berjama’ah
) bersamaku , akan tetapi :
Shalatmu di ruanganmu ( yang khusus untuk shalat ) adalah lebih baik daripada shalatmu di kamarmu
Dan shalatmu di rumahmu adalah lebih baik daripada shalatmu di masjid kaummu.
Dan shalatmu di masjid kaummu adalah lebih baik daripada shalatmu di masjidku.
Dia ( Abdullah bin Suwaid ) berkata : lalu Ummu Humaid r.a menyuruh agar dibuatkan tempat untuk
shalat secara khusus di bagian dalam rumahnya yang paling gelap.
Lalu dia senantiasa shalat di tempat tersebut sampai dia berjumpa Allah Azza Wajalla
( sampai wafatnya )
Ibnu Khuzaimah jilid 2 halaman 815 Kitabush Shalah bab 177 no 1689
PENJELASAN :
Hadits Ummu Humaid r.a ini dengan jelas menyebutkan bahwa shalatnya wanita di rumahnya adalah
lebih baik daripada shalatnya di masjid.
Bahkan perkataan ini disampaikan oleh Nabi saw ketika beliau saw berada di Masjid Nabawi yang
pahalanya 1000 kali lipat daripada masjid lainnya.
Sangat berat untuk memahami jika wanita dianjurkan shalat di rumah, sedangkan shalatnya di masjid
lebih baik baginya , teristimewa masjid Nabawi yang pahalanya 1.000 kali lipat dari masjid lainnya.
Padahal wanita juga ingin dan berhaq mengumpulkan kebaikan sebanyak banyaknya sebagai bekal hari
akhiratnya , sebagaimana yang dilakukan laki laki.
Selain itu Ummu Humaid r.a bukanlah wanita yang “nakal” , yang suka tabarruj (memamerkan pesona
kewanitaannya). Beliau adalah wanita shalihah yang sangat patuh kepada Nabinya saw.
Buktinya beliau melakukan shalat di tempat yang paling tersembunyi dan paling gelap di rumahnya
sampai akhir hayatnya , setelah diberitahu oleh Nabi saw bahwa tempat tersebut adalah yang paling
baik baginya untuk mengerjakan shalat.
Maka makna yang tepat adalah : Shalatnya wanita di rumahnya adalah lebih baik daripada shalatnya di
masjid apapun. Kebaikan yang didapat wanita yang shalat di rumahnya diartikan seluas luasnya , yaitu
aman dari fitnah dan mendapatkan pahala yang tidak kalah banyaknya dibanding dengan shalatnya di
masjid apapun.
Wallahu A’lam.
Saya ingin bertanya tentang Ustadz sebagai pembimbing jamaah haji ataupun umrah.
1.
Mengapa ya, status Ustadz sebagai pembimbing jamaah haji mesti visa TKI??, sedangkan status Ustadz
kan resmi dari Muhammadiyah.
Apakah pembimbing jamaah haji yang lain [ dari Indonesia, ataupun negara lain ] statusnya juga
begitu??
2.
Ada berapa banyak KBIH yg ada di Indonesia??, biaya operasional mereka [ gaji dll ] didapat darimana?
3.
Mengapa dalam perjalanan Umrah [ seperti pada umrah nya kita dulu ] resiko biaya kerugiannya
ditanggung oleh Ustadz ??,
Saat kita umrah dulu, terdengar rencana dari inisiatif beberapa jamaah untuk mengumpulkan dana guna
membantu menutupi kerugian yg ada. Tapi tidak jadi.
Pemerintah Arab Saudi telah memberikan kuota jumlah jama’ah haji kepada pemerintah Indonesia
setiap tahunnya.
Yang dimaksud dengan kuota adalah : jumlah maksimal jama’ah suatu negara yang boleh menunaikan
haji pada tahun tersebut.
Kemudian dibentuk PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) , yang diamanahkan kepada Kemenag
(Kementrian Agama) sebagai koordinatornya.
Bahwa bagi bangsa Indonesia yang ingin berangkat haji harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan
jatah kepastian berangkat , yang kemudian diberi nama “PORSI”.
Tahapannya :
1. Menyetorkan sejumlah uang ke bank penerima setoran haji. Jumlah uangnya adalah Rp 25.000.000
(dua puluh lima juta Rupiah).
Jama’ah haji yang menyetorkan uang tersebut akan mendapatkan BUKTI SETORAN AWAL.
2. Bukti setoran awal ini harus dibawa ke Kemenag Kota atau Kabupaten untuk mendapatkan SPPH
(Surat Pendaftaran Pergi Haji) , yang harus ditandatangani oleh kepala Kemenag setempat atau
sekurangnya Kasi Hajinya.
3. SPPH ini kemudian dibawa lagi ke bank penerima setoran , untuk mengambil nomor PORSI.
4. Nomor porsi ini dibawa lagi ke Kemenag untuk mendapatkan kepastian tahun berangkat.
Dari saya :
Tahapan yang harus dilalui ini berlaku umum, untuk semua bangsa Indonesia.
Bahkan pegawai kemenag sekalipun harus melalui tahapan ini jika ingin berangkat haji.
Bahkan kepala Kemenag sekalipun tidak akan dapat berangkat haji sesukanya. Dia harus melalui tahapan
yang sama dengan bangsa Indonesia lainnya.
Saya adalah salah seorang dari bangsa Indonesia, yang harus melalui tahapan di atas jika ingin berangkat
haji. Hal ini tidak ada bedanya , apakah saya berangkat haji sebagai pribadi ataupun sebagai pembimbing
haji.
Saya adalah pembimbing haji yang ditugaskan oleh KBIH Muhammadiyah (Kelompok Bimbingan Haji
Muhammadiyah) , yang bertanggung jawab kepada Perserikatan Muhammadiyah. Dalam hal ini adalah
Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Kalbar.
Sekarang ini , jumlah pendaftar haji sudah sangat banyak. Di kota Pontianak , kalau daftar sekarang ,
mungkin berangkatnya ke tanah suci masih harus menunggu giliran berangkat tidak kurang dari 15
tahun lagi. Mungkin lebih.
Padahal jama’ah saya yang ingin dibimbing harus berangkat tahun ini.
Maka saya harus berusaha berangkat dengan cara lain, untuk dapat mendampingi jamaah yang sangat
ingin melaksanakan ibadah hajinya sesuai dengan sunnah Nabi saw.
Saya dapat informasi bahwa ada peluang untuk berangkat ke tanah suci dengan menggunakan visa lain ,
misalnya visa kunjungan atau visa tenaga kerja musiman.
Bagi yang belum pernah haji , maka menggunakan visa seperti ini sangat beresiko. Bisa terlantar. Karena
tidak diurus penginapan dan makannya oleh pengurusnya. Juga tidak diurus ibadah hajinya, karena
memang visanya bukan visa haji.
Kalau sampai terlantar maka akan sangat memalukan bangsa Indonesia. Maka sangat tidak dianjurkan
untuk berangkat haji dengan cara ini. Bahkan Pemerintah Indonesia memandang bahwa cara haji seperti
ini adalah illegal. Jika ketahuan akan dilakukan pencegahan agar tidak jadi berangkat
Sedangkan saya , karena tanggung jawab moral , saya ambil resiko ini. Saya memaksa berangkat
Saya adalah pembimbing haji yang bertanggung jawab terhadap jama’ah saya yang jumlahnya sekitar 80
s/d 90 orang. Sedangkan saya tidak mendapat porsi khusus untuk dapat berangkat mendampingi
jama’ah haji saya.
Ringkasnya : saya berangkat menggunakan visa resmi , tetapi bukan visa haji.
Tambahan :
Karena KBIH sangat membantu Kemenag dalam memberikan bimbingan haji kepada jamaah serta
memberikan pendampingan kepada mereka , maka Kemenag sangat memperhatikan keadaan
pembimbing yang tidak mendapatkan porsi.
Di satu sisi , Pemerintah Daerah seluruh Indonesia mendapatkan “JATAH” porsi khusus untuk dapat
memberangkatkan pegawai negeri di lingkungan pemda setiap tahun tanpa melalui antri panjang
sampai 15 tahun.
JATAH Porsi khusus tanpa antri ini untuk memberangkatkan TPHD (Team pemantau Haji daerah).
Tugasnya untuk mencatat perjalanan haji serta palayanan dan lain lain , selanjutnya dilaporkan kepada
kepala daerah masing masing.
TPHD ini diberangkatkan dengan biaya APBD dan juga mendapatkan uang saku.
Di Kalbar , kalau tidak salah jumlah TPHD ini mencapai sekitar 14 orang.
Sedangkan propinsi lain jumlahnya ada yang lebih besar , sebanding dengan jumlah penduduknya.
Maka Menteri Agama RI mengirimkan surat kepada seluruh gubernur di Indonesia agar jatah
TPHD diberikan kepada pembimbing haji dari KBIH. Karena KBIH berangkat untuk jamaah , bukan untuk
pribadi. Selain itu , KBIH juga akan bayar ongkos hajinya sendiri, tidak usah membebani APBD. Juga tidak
minta uang saku.
KBIH hanya perlu porsi untuk berangkat agar dapat membimbing jamaah.
Dari 33 propinsi , saya dengar hanya Kalbar dan Batam yang belum mengabulkan surat Menteri Agama
untuk memberikan porsi TPHD kepada KBIH.
Sedangkan propinsi lainnya khabarnya sudah memberikan jatah porsi haji dari TPHD kepada KBIH yang
berada di wilayahnya.
Jumlahnya ribuan. Pastinya berapa , saya tidak punya datanya. Ada di sekretariat Forum KBIH.
Yang dekat dengan sunnah yang mana, saya juga belum tahu sepenuhnya.
Gaji pembimbing ?
Saya tidak tahu , berapa gaji pembimbing pada masing masing KBIH.
Karena di KBIH Muhammadiyah , semua pembimbing tidak mendapatkan gaji atau imbalan apapun.
Di KBIH Muhammadiyah , pembimbing diambil perjanjiannya : hanya membimbing untuk ummat , tidak
mencari makan di KBIH. Tidak ada gaji.
3. TENTANG UMRAH.
Pada saat KBIH Muhammadiyah hanya memberikan bimbingan haji (belum ada bimbingan umrah) ,
maka jamaah umrahnya saya berangkatkan dan saya urus sendiri. Dananya saya kumpulkan dan saya
setorkan ke sana kemari untuk kelangsungan umrah jamaah. Maka kalau rugi , saya harus tanggung
sendiri.
Sekarang di Muhammadiyah sudah ada divisi Umrah, yang mengatur umrah para jamaah.
1. Visa terlambat keluar , sehingga hotel yang sudah di booking, pembayarannya menjadi hangus
Dan tiket pesawat yang sudah terlanjur dibeli juga menjadi hangus.
Sebagian travel membeli tiket pesawat carteran, karena tarifnya murah. Tapi pesawat seperti ini
jumlahnya hanya 1 buah. Kalau tidak jadi berangkat , maka hotel dll menjadi hangus semua.
Ada juga penjual tiket bodong. Setelah tiket dibeli oleh travel , dananya dibawa kabur. Ternyata pesawat
carternya tidak ada.
Kesalahan seperti ini dari travel , seharusnya travel bertanggung jawab. Tapi sebagian travel siap
menggadaikan harga dirinya. Langsung angkat tangan dan tidak mau tahu.
Maka saya yang telah menerima kepercayaan dari masyarakat , harus menanggung resiko ini.
Bagi saya , kehilangan harta masih bisa dicari . Tapi kehilangan kepercayaan adalah malapetaka. Ini
imbasnya kemana mana, termasuk kepada dakwah yang saya lakukan.
Saya mengambil resiko menaggung kerugian uang dari pada kehilangan kepercayaan.
Wallahu A’lam.
SELESAI.
Assalamualaikum ustadz. Afwan ustadz. Saya sampaikan kembali pertanyaan saya tentang keutamaan
sholat di masjid ? Bagaimana khilafiyah antara 4 imam wajib atau sunahnya sholat di masjid. Ada kawan
yang menanyakan hal tersebut. Ada yang berpendapat bahwa sholat di rumah lebih baik bagi laki2
karena untuk mengajari istri dan anaknya untuk taat beribadah.
Sedangkan hukum melaksanakan shalat 5 waktu dengan cara berjama’ah di masjid BAGI LAKI LAKI
MUSLIM, umat Islam berbeda pendapat, sekurangnya ada 4 pendapat.
Dari pendapat yang banyak tersebut , tidak ada satupun yang memandang baik untuk melakukan shalat
di rumah bagi laki laki Muslim.
Hukum shalat berjama’ah di masjid bagi laki laki diperselisihkan umat Islam :
1. YANG BERPENDAPAT BAHWA HUKUM SHALAT BERJAMA’AH ADALAH FARDHU ’AIN ( KEWAJIBAN
PERORANGAN )
Maksudnya : Jika seseorang melakukan shalat sendirian di rumahnya , hukum shalatnya tetap sah tetapi
dia berdosa karena tidak hadir dalam shalat berjama’ah.
Ini adalah pendapat imam Ahmad , Atha’ , Auza’i dan yang sefaham dengannya
Juga menjadi pendapat beberapa ulama ahli hadits : Abu Tsaur , Ibnu Khuzaimah , Ibnul Mundzir , Ibnu
Hibban
Lihat :
• Tuhfatul Ahwadzi Syarah terhadap kitab sunan At Tirmidzi jilid 1 halaman 458 Kitabush Shalah
bab 162 no 217
Dasarnya :
صلُّواَ ت َطاِئ َف ٌة ُأ ْخ َرى لَ ْم ُي ِ ك َو ْل َيْأ ُخ ُذوا َأسْ ل َِح َت ُه ْم َفِإ َذا َس َجدُوا َف ْل َي ُكو ُنوا مِنْ َو َراِئ ُك ْم َو ْل َتْأ
َ ِيه ْم َفَأ َقمْتَ لَ ُه ُم الصَّال َة َف ْل َتقُ ْم َطاِئ َف ٌة ِم ْن ُه ْم َم َع
ِ َوِإ َذا ُك ْنتَ ف
َأ ْ ُ ْأ
ك َو ْل َي ُخذوا حِذ َر ُه ْم َو سْ ل َِح َت ُه ْم َ صلُّوا َم َع َ َف ْل ُي
Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat
bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan
menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan
serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah
datang golongan yang kedua yang belum bershalat, lalu bershalatlah mereka denganmu, dan hendaklah
mereka bersiap siaga dan menyandang senjata.
PENJELASAN :
Ayat di atas menggambarkan cara melakukan shalat ketika dalam suasana perang.
Dalam ayat tersebut terkandung pelajaran bahwa : sekalipun di dalam suasana perang , Allah tetap
mensyari’atkan agar umat Islam melakukan shalat dengan cara berjama’ah.
Dan perintah berjama’ah ini adalah untuk semua laki laki yang ikut berperang , bukan sebagian saja.
Maka shalat berjama’ah adalah fardhu ‘ain (kewajiban perorangan) bagi laki laki.
Sedangkan tempat pelaksanaan shalat berjama’ah ketika suasana aman (tidak dalam keadaan perang)
adalah di masjid.
Hal ini diterangkan oleh Nabi saw dengan perbuatan maupun sabdanya.
Yaitu : Nabi saw senantiasa shalat berjama’ah di masjid dan mengecam laki laki Muslim yang tidak
menghadiri shalat berjama’ah di masjid
B) ADANYA PERINTAH SECARA UMUM UNTUK MENGERJAKAN SHALAT DENGAN CARA BERJAMA’AH
PENJELASAN :
Ayat ini menggambarkan cara melakukan shalat , yaitu umat Islam agar melakukan shalat dengan cara
berjama’ah. Yang dimaksud orang Islam adalah semuanya , bukan sebagian saja.
Kemudian Nabi saw memberikan penjelasan , bahwa perintah untuk menunaikan shalat berjama’ah
adalah dikhususkan untuk laki laki. Sedangkan kaum wanita lebih baik mengerjakan shalat di rumahnya.
Maka shalat berjama’ah adalah fardhu ‘ain (kewajiban perorangan) bagi laki laki.
Ayat ini tidak membicarakan masjid , tetapi Nabi saw menjelaskan dengan perbuatan dan sabdanya ,
bahwa tempat melaksanakan shalat berjama’ah adalah di masjid.
Yaitu : Nabi saw senantiasa shalat berjama’ah di masjid dan mengecam laki laki Muslim yang tidak
menghadiri shalat berjama’ah di masjid.
3. ADANYA KEINGINAN DARI NABI SAW UNTUK MEMBAKAR RUMAH ORANG YANG TIDAK HADIR SHALAT
BERJAMA’AH
صالَ ِة َف ُيَؤ َّذ َن َّ ُث َّم آم َُر ِبال، ب َ ب َفيُحْ َطٍ ْت َأنْ آم َُر ِب َح َطُ َقا َل « َوالَّذِى َن ْفسِ ى ِب َي ِد ِه َل َق ْد َه َمم- صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا
َ ُأ
ال َف َحرِّ قَ َعلي ِْه ْم ُبيُو َت ُه ْم َ
ٍ ِف ِإلى ِر َج ُأ ُ
َ ث َّم َخال، اس َ ُث َّم آم َُر َر ُجالً َف َيُؤ َّم الن، لَ َها
َّ
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Adzan bab 29 no 644 ( ini adalah lafadznya )
PENJELASAN :
Membakar rumah orang adalah perbuatan dosa. Tidak mungkin Nabi saw berkeinginan membakar
rumah orang seandainya pemilik rumah tersebut tidak melakukan pelanggaran berat terhadap
kewajiban agama.
Sedangkan keinginan Nabi saw untuk membakar rumah tersebut dikaitkannya dengan tidak hadirnya
orang tersebut ke masjid untuk shalat berjama’ah.
Di sisi lain , ada keinginan Nabi saw untuk mewakilkan imam shalat kepada orang lain , lalu Nabi saw
mendatangi rumah laki laki yang tidak hadir shalat berjama’ah.
Berarti shalat berjama’ah sudah didirikan , tetapi laki laki yang tidak menghadirinya tetap dianggap salah
Maka difahami bahwa shalat berjama’ah di masjid hukumnya adalah fardhu ‘ain
( kewajiban perseorangan ).
Seandainya shalat berjama’ah adalah fardhu kifayah , maka keberadaan shalat berjama’ah yang
dilakukan beberapa orang sudah mencukupi. Kenyatannya Nabi saw tetap menyalahkan orang yang
tidak menghadiri shalat berjama’ah tersebut.
Bersumber dari Ibnu Ummi Maktum r.a , sesungguhnya dia bertanya kepada Nabi saw. Dia berkata :
Wahai Rasulullah , sesungguhnya aku ini adalah seorang laki laki yang buta dan bertempat tinggal jauh
( dari masjid ) dan aku memiliki penuntun jalan yang tidak sesuai denganku. Apakah aku mendapatkan
keringanan untuk shalat di rumah ?
Hadits hasan shahih riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 47 no 552 ( ini lafadznya )
PENJELASAN :
Ibnu Ummi Maktum r.a adalah seorang yang sudah tua , buta , rumahnya jauh dari masjid dan tidak
memiliki penuntun jalan. Keadaan yang dimiliki oleh beliau sudah sangat cukup untuk mendapatkan
keringanan dalam agama , yaitu melakukan shalat di rumah.
Tidak ada pemahaman lain dalam hal ini kecuali satu pengertian :
27/08/16, 05.58 - Ustadz Mubarok Ptk: Lanjutan : HUKUM SHALAT BERJAMA’AH DI MASJID BAGI LAKI
LAKI
2. YANG BERPENDAPAT BAHWA HUKUM SHALAT BERJAMA’AH ADALAH FARDHU KIFAYAH ( KEWAJIBAN
BERSAMA )
Ini adalah pendapat imam Asy Syafi’i , dan sebagian pengikut madzhab Hanbali , sebagian pengikut
madzhab Maliki dan yang sefaham dengannya serta yang dipilih oleh imam Nawawi.
Lihat :
Kitab Tuhfatul Ahwadzi , Syarah terhadap Kitab sunan Tirmidzi jilid 1 halaman 458 Kitabush Shalah bab
162 no 217
Pendapat ini mengatakan bahwa : Jika suatu kaum sudah ada yang melakukan shalat berjama’ah , maka
telah gugur kewajiban umat Islam lainnya dalam melaksanakan shalat berjama’ah di tempat tersebut.
Maksudnya : jika sudah ada beberapa orang yang melakukan shalat berjama’ah , maka kalau ada yang
melakukan shalat sendirian di rumahnya , shalatnya tetap sah dan dia tidak berdosa.
Tetapi kalau pada suatu kaum terdapat beberapa laki laki dan tidak didirikan shalat berjama’ah, maka
seluruh laki laki dalam kaum tersebut berdosa , walaupun shalatnya sah dilakukan di rumahnya.
Dasarnya :
Penggabungan hadits tentang diakuinya keberadaan shalat yang dilakukan dengan sendirian dan hadits
tentang dicelanya orang yang tidak hadir shalat berjama’ah.
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Shalat berjama’ah lebih
utama 25 bagian dibandingkan dengan shalatnya seseorang yang dilakukan dengan sendirian
Shahih Muslim Kitabul Masaajid bab (42) Fadhlu Shalaatil Jamaa’ah no 650 ( Ini adalah lafadznya )
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw yang bersabda :
Shalat berjama’ah lebih utama 25 derajat daripada shalatnya seseorang yang dilakukan di rumahnya
atau di pasarnya
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabush Shalah bab 87 no 477 ( ini adalah lafadznya )
Berjama’ah bukan menjadi syarat sahnya shalat karena adanya sabda Nabi saw :
“ dibanding shalatnya sendirian “ yang menunjukkan bahwa shalat yang dilakukan sendirian adalah sah.
Dan juga adanya susunan kalimat : “ lebih (utama ) “ yang berarti keduanya ( sendirian atau berjama’ah )
berserikat di dalam keutamaan ( sama sama memiliki keutamaan ).
Ini berarti shalat sendirian juga memiliki keutamaan , sedangkan sesuatu yang tidak sah tidak memiliki
keutamaan apapun.
Berdasarkan hadits hadits tersebut maka shahabat shahabat kami dan jumhur (ulama) berpendapat
bahwa berjama’ah bukan merupakan sahnya shalat.
Bahkan hukum shalat berjama’ah bukan fardhu ‘ain . Hal ini berbeda dengan pendapat sekelompok
ulama (yang mengatakan hukumnya fardhu ‘ain)
Lihat :
- Kitab Fat-hul Baari, syarah Shahih Al Bukhari jilid 3 halaman 173 Kitabul Adzan bab no 647
- Syarah Muslim oleh Imam Nawawi jilid 5 halaman 53 Kitabul Masajid bab 42 no 639
Wallahu A’lam
2. Adanya hadits tentang dicelanya orang yang tidak menghadiri shalat berjama’ah
Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya , aku benar benar ingin memerintahkan (seseorang) agar
mengumpulkan kayu bakar, lalu aku perintahkan agar shalat didirikan dan dikumandangkan adzan
untuknya , lalu aku perintahkan seseorang untuk mengimami orang orang. Lalu aku pergi mendatangi
laki laki (yang tidak ikut shalat berjama’ah), untuk membakar rumah mereka.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Adzan bab 29 no 644 ( ini adalah lafadznya )
Penjelasan :
1. Dari hadits hadits tentang keutamaan shalat berjama’ah disebutkan bahwa shalat berjama’ah lebih
utama daripada shalat sendirian.
Kalimat “lebih utama daripada shalat sendirian” difahami bahwa shalat sendirian juga diakui dan
dibenarkan. Jika diartikan bahwa shalat sendirian adalah berdosa , maka tidak ada manfa’atnya kalimat “
lebih utama dari shalat sendirian “.
Karena kalimat di dalam hadits tersebut untuk perbandingan keutamaan , bukan meniadakan salah
satunya.
Bahkan dalam redaksi lain disebutkan dengan jelas masalah tempat shalat , yaitu :
“shalat berjama’ah lebih utama dari shalatnya seseorang di rumahnya atau di pasarnya”.
Maknanya : Shalatnya seseorang ( sendirian ) di rumahnya juga sah , demikian juga di pasarnya.
2. Dari hadits tentang keinginan Nabi saw untuk membakar rumah bagi yang tidak menghadiri shalat
berjama’ah, maka disimpulkan bahwa shalat berjama’ah merupakan kewajiban yang keras. Hanya saja
tidak didapati sabda Nabi saw yang menyatakan bahwa yang tidak hadir shalat berjama’ah diancam
dengan siksa akhirat. Tidak juga didapati hadits yang menyatakan bahwa dia berdosa karena tidak hadir
shalat berjama’ah.
Sedangkan shalat berjama’ah senantiasa dilakukan oleh Nabi saw dengan cara berjama’ah dimasjid.
Maka difahami bahwa shalatnya beberapa shahabat di rumahnya pada sa’at itu adalah sah dan dia tidak
berdosa lantaran shalat berjama’ah telah didirikan di masjid oleh shahabat lainnya.
Sehingga difahami bahwa shalat berjama’ah hukumnya adalah fardhu kifayah (kewajiban bersama)
Ringkasnya :
27/08/16, 05.58 - Ustadz Mubarok Ptk: Lanjutan : HUKUM SHALAT BERJAMA’AH DI MASJID BAGI LAKI
LAKI
Ini adalah pendapat shahabat imam Hanafi , shahabat imam Malik , shahabat imam Syafi’i , dan salah
satu riwayat dari imam Ahmad
( Lihat : Kitab Shalatul Mukmin jilid 1 halaman 410 )
Jika dalam suatu kaum terdapat banyak laki laki , maka mereka tidak berdosa walaupun tidak ada yang
melakukan shalat berjama’ah.
Shalat berjama’ah lebih utama 25 kali bagian dari shalatnya seseorang diantara kalian yang dilakukan
sendirian
Shahih Muslim Kitabul Masaajid bab (42) Fadhlu Shalaatil Jamaa’ah no 650 ( Ini adalah lafadznya )
َ صالَ ِت ِه فِى سُوقِ ِه َخ ْم ًسا َوعِ ْش ِر
ين َ ِيع َت ِزي ُد َعلَى
َ َو، صالَ ِت ِه فِى َب ْي ِت ِه ْ َ « َقا َل- صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َع ِن ال َّن ِبى
ِ صالَةُ ال َجم
َد َر َج ًة
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw yang bersabda :
Shalat berjama’ah lebih utama 25 derajat daripada shalatnya seseorang yang dilakukan di rumahnya
atau di pasarnya
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabush Shalah bab 87 no 477 ( ini lafadznya )
Penjelasan :
Kalimat “ shalat berjama’ah lebih utama dari shalat sendirian “ difahami bahwa shalat sendirian juga sah
dan diperbolehkan.
Hanya saja , shalat yang dilakukan dengan berjama’ah lebih utama 27 derajat.
Kalau shalat sendirian diperbolehkan , maka hukum berjama’ah adalah bersifat anjuran , bukan sebagai
kewajiban. Sehingga seseorang tidak berdosa walaupun dia melakukan shalat sendirian di rumahnya
atau di tempat lainnya.
Tentang hadits yang menyatakan bahwa Nabi saw sangat ingin membakar rumah orang yang tidak hadir
shalat berjama’ah , tidak dapat diartikan bahwa shalat berjama’ah adalah wajib. Karena kenyataannya
Nabi saw tidak pernah membakar rumah orang yang tidak hadir dalam shalat berjama’ah.
Maknanya : Nabi saw ingin menunjukkan kepada ummatnya bahwa orang yang tidak hadir shalat
berjama’ah di masjid adalah tercela dan berada di dalam kerugian besar. Karena amalan tersebut sangat
membantu keselamatan hari akhiratnya. Ketika seseorang mengetahui keutamaan shalat berjama’ah di
masjid kemudian dia tidak menghadirinya , maka orang ini dianggap meremehkan janji Allah , tidak
berusaha menggapainya selayaknya orang yang beriman.
Ringkasnya : makna yang tepat bagi hadits tersebut adalah : Orang yang tidak hadir dalam shalat
berjama’ah sangat dicela , tetapi dia tidak berdosa.
Dia tercela karena tidak mau hadir untuk mendapatkan keutamaan yang sangat besar yang disediakan
oleh Allah swt
Imam Nawawi juga menyebutkan adanya pendapat yang mengatakan bahwa shalat dengan cara
berjama’ah hukumnya adalah sunnah
( Lihat : Syarah Muslim oleh imam Nawawi dalam Kitabul Masaajid bab 49 no 649 )
Dari saya :
Inilah yang saya pilih : bahwa hukum berjama’ah dalam shalat fardhu adalah sunnah muakkad ( sangat
dianjurkan ).
Wallahu A’lam
27/08/16, 05.59 - Ustadz Mubarok Ptk: Lanjutan : HUKUM SHALAT BERJAMA’AH DI MASJID BAGI LAKI
LAKI
Lihat Kitab :
Maksudnya : Jika seorang laki laki tidak hadir shalat berjama’ah maka dia berdosa. Dan jika dia
mengerjakan shalatnya sendirian di rumahnya atau di kantornya dsb , maka shalatnya tidak sah.
Dasarnya :
Adanya perintah melakukan shalat berjama’ah walaupun dalam keadaan yang sulit
Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat
bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan
menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan
1 rakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah
datang golongan yang kedua yang belum bershalat, lalu bershalatlah mereka denganmu, dan hendaklah
mereka bersiap siaga dan menyandang senjata.
Penjelasan :
1. Ayat ini menggambarkan cara mengerjakan shalat dalam keadaan perang , yang disebut dengan
Shalat Khauf
Ada beberapa hadits yang menggambarkan tatacara shalat khauf yang diajarkan oleh Nabi saw
Cara shalat khauf selengkapnya akan dibahas pada bab tentang shalat khauf
Dalam suasana perang sekalipun , Allah swt memerintahkan shalat dilakukan dengan berjama’ah.
Jika shalat berjama’ah hukumnya adalah sunnah , suasana perang sudah menjadi alasan yang tepat
untuk tidak melaksanakannya.
Kenyatannya : Allah swt tetap memerintahkan shalat berjama’ah dalam keadaan yang sangat takut
tersebut.
Jika shalat berjama’ah adalah fardhu kifayah , maka Allah menggugurkan kewajiban berjama’ah untuk
kelompok kedua karena telah dilakukan oleh kelompok pertama.
Kenyataannya : Allah swt tetap mewajibkan kelompok kedua untuk melakukan shalat dengan cara
berjama’ah
Jika shalat berjama’ah adalah fardhu ‘ain saja , sedangkan shalatnya seseorang dengan sendirian tetap
sah dan hanya berdosa jika tidak hadir berjama’ah , maka
suasana perang sudah cukup sebagai alasan untuk tidak mengerjakan shalat berjama’ah.
Kenyatannya : Allah swt tetap memerintahkan shalat berjama’ah dalam keadaan yang sangat takut
tersebut.
DARI 4 MACAM PENDAPAT TERSEBUT , YANG SAYA PILIH ADALAH PENDAPAT KE 3 YAITU : HUKUM
SHALAT BERJAMA’AH DI MASJID BAGI LAKI LAKI ADALAH SUNNAH MUAKKAD. (ANJURAN KERAS)
Wallahu A’lam.
CABANG PERMASALAHAN :
Jika dalam suasana takut ( perang , bencana alam dsb ) yang tidak memungkinkan untuk mengerjakan
shalat berjama’ah maka Allah mewajibkan shalat tetap dikerjakan walaupun dengan berlari. Tidak pakai
ruku’ atau sujud , tetapi hanya berisyarat dengan sedapat dapatnya
َ َفِإنْ ِخ ْف ُت ْم َف ِر َجاال َأ ْو ُر ْك َبا ًنا َفِإ َذا َأ ِم ْن ُت ْم َف ْاذ ُكرُوا هَّللا َ َك َما َعلَّ َم ُك ْم َما َل ْم َت ُكو ُنوا َتعْ لَم
ُون
Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian
apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada
kamu apa yang belum kamu ketahui.
Bersumber dari Nafi’ , sesungguhnya Ibnu Umar r.a ditanya tentang shalat Khauf,dia menjawab : ……….
Jika keadaan takutnya lebih genting dari itu maka mereka boleh shalat sambil berjalan , berdiri diatas
kaki mereka atau berkendaraan , baik itu sambil menghadap Qiblat atau tidak.
Imam Malik berkata : Nafi’ berkata : Ibnu Umar r.a tidak akan berpendapat seperti itu melainkan dari
Nabi saw
Penjelasan :
Imam Malik adalah Malik bin Anas , pendiri madzhab Maliki , dan merupakan guru dari imam Syafi’i dan
imam Ahmad bin Hanbal ( Hanbali ).
Nafi’ adalah seorang dari Tabi’in . Beliau mantan budak dari Ibnu Umar r.a yang telah dimerdekakan ,
yang kemudian menjadi murid dari Ibnu Umar r.a dan banyak meriwayatkan hadits darinya.
Perkataan Nafi’ : “ Ibnu Umar r.a tidak akan berpendapat seperti itu melainkan dari Nabi saw ” artinya :
Hukum yang ditetapkan oleh Ibnu Umar r.a sebagaimana di dalam riwayat Al Bukhari no 4535 adalah
didasarkan kepada pemahaman Ibnu Umar r.a terhadap apa yang diajarkan oleh Nabi saw kepadanya.
Sehingga mengamalkannya dianggap mengamalkan sunnah Nabi saw.
Ringkasnya : Jika dalam keadaan genting yang tidak memungkinkan shalat dilakukan sebagaimana
biasanya , maka shalat dapat dilakukan sebisanya dengan berjalan , atau berlari , atau naik kendaraan ,
dengan cara menghadap Qiblat atau tidak menghadap Qiblat.
Dalam kondisi seperti ini shalat tetap sah walaupun tidak pakai ruku’atau sujud dll.
Wallahu A’lam.
Yang berpendapat bahwa : bagi laki laki , shalat berjama’ah lebih baik dilakukan di rumah dengan alasan
untuk mengajari istri dan anak agar ta’at beribadah .
JAWAB : Pendapat ini memang cocok bagi yang mendasarkan amalan agama kepada aqal semata.
Pada zaman Rasulullah saw , istri sudah ada. Anak juga sudah ada.
Bahkan Rasulullah saw dan para shahabatnya juga punya istri dan anak.
Tetapi Rasulullah saw dan para shahabatnya tidak mengerjakan shalat wajib 5 waktu di rumah.
Rasulullah saw dan para shahabatnya mengerjakannya di masjid dengan cara berjama’ah.
Bahkan Rasulullah saw ingin membakar rumah yang di dalamnya ada laki laki dewasa yang tidak hadir ke
masjid untuk shalat berjama’ah.
Walaupun peristiwa membakar rumah tidak pernah terjadi pada zaman Rasulullah saw , hadits tentang
bakar rumah tersebut bermakna : laki laki mesti mengerjakan shalat berjama’ah di masjid
Kalau ingin mengajari anak dan istri bisa dengan cara lain, bahkan banyak cara yang dapat dilakukannya
tanpa harus menggugurkan perintah agama untuk mendatangi masjid.
Bahkan tidak ada satupun ulama dari 4 madzhab yang berpendapat seperti ini.
PERTANYAAN SOTIBI
Assalamualaikum wr wb
Ustadz saya mau tanya tentang perempuan yang ikut sholat jumat...apakah masih wajib mengerjakan
sholat dhuhur..terimakasih
َولَ ْم َيسْ َمعْ ِم ْن ُه َش ْيًئ ا-صلى هللا عليه وسلم- َّب َق ْد َرَأى ال َّن ِبى َأ
ِ َقا َل بُو دَ اوُ دَ َط
3ٍ ار ُق بْنُ شِ َها
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Thariq bin Syihab r.a dari Nabi saw yang bersabda :
Jum’ah adalah kewajiban yang keras atas setiap Muslim dengan cara berjama’ah kecuali 4 kelompok :
- Atau wanita.
Imam Abu Dawud berkata : Bahwa Thariq bin Syihab pernah berjumpa dengan Nabi saw tetapi tidak
mendengar hadits dari Nabi saw.
Seakan imam Abu Dawud memberi isyarat bahwa Thariq bin Syihab r.a menerima hadits ini dari orang
lainnya yang kita tidak mengetahui siapa orangnya.
PENJELASAN :
Jika telah tsabit bahwa Thariq bin Syihab ini adalah seorang shahabat , maka hadits ini adalah mursal
shahaabiyyi (mursal dari shahabat). Dan hadits yang seperti ini adalah dapat diterima menurut pendapat
yang kuat.
Lihat : Kitab ‘Aunul Ma’buud , syarah terhadap Kitab Sunan Abi Dawud , Kitabush Shalah bab 215 no
1067
Dari saya :
Saya menguatkan bahwa hadits ini adalah shahih sehingga dapat dijadikan sebagai dalil.
Berdasarkan hadits ini maka umat Islam berbeda pendapat , sekurangnya ada 2 pendapat :
1. YANG BERPENDAPAT BAHWA HUKUM SHALAT JUM’AH BAGI WANITA ADALAH SUNNAH.
Sehingga jika dia telah melaksanakan shalat Jum’ah , kewajibannya terhadap shalat dhuhur tidak gugur.
Pemahaman seperti ini didasarkan kepada redaksi hadits di atas , bahwa ibadah Jum’ah adalah
kewajiban yang keras atas setiap Muslim kecuali 4 kelompok.
Maka qaum wanita yang masuk dalam 4 kelompok tersebut dianggap tidak wajib shalat jum’ah.
Karena jum’ah tidak wajib bagi wanita , maka hukumnya jatuh sebagai sunnah. Artinya : jika seorang
wanita mengerjakan jum’ah , maka dia dianggap mengerjakan shalat sunnah. Sehingga kewajibannya
terhadap shalat dhuhur masih berlaku.
Jika wanita tersebut tidak mengerjakan shalat jum’ah maka dia tidak berdosa.
Ringkasnya : semua wanita tetap wajib shalat dhuhur , baik dia mengerjakan shalat Jum’ah atau tidak.
2. YANG BERPENDAPAT BAHWA HUKUM SHALAT JUM’AH BAGI WANITA ADALAH WAJIB MUKHAYYAR.
Maknanya : kewajiban yang dapat dipilih. Boleh dikerjakan dan boleh tidak.
Artinya : Wanita berkewajiban mengerjakan shalat Jum’ah. Tetap kewajibannya boleh dipilih , antara
dikerjakan atau tidak.
Jika wanita mengerjakan shalat Jum’ah , maka kedudukannya sama dengan laki laki lainnya yang
mengerjakan shalat Jum’ah. Wanita tersebut dianggap telah mengerjakan kewajiban Jum’ah. Sehingga
kewajiban shalat dhuhurnya telah gugur darinya, sebagaimana halnya laki laki
Rasulullah saw menyatakan bahwa shalat yang Allah wajibkan atas hamba-Nya hanya 5 waktu sehari
semalam.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa seorang wanita yang mengerjakan jum’ah dianggap telah
mengerjakan dhuhur
Di sisi lain , seorang Muslim tidak boleh mengerjakan 1 macam shalat fardhu sebanyak 2 kali dalam
sehari semalam.
Didapati adanya hadits bahwa Nabi saw pernah melarang mengerjakan shalat yang sama sebanyak 2 kali
dalam sehari.
Maksudnya : Jika seorang Muslim telah mengerjakan shalat dhuhur , maka dia dilarang mengerjakan
shalat dhuhur lagi pada hari yang sama.
Hadits hasan shahih riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 58 no 579 (ini adalah lafadznya)
Penjelasan :
Jika seorang shahabat besar sekelas Ibnu Umar r.a tidak mau bergabung dengan shalat berjama’ah yang
sedang didirikan , maka kita menduga adanya masalah dalam shalat berjama’ah tersebut.
Ternyata Ibnu Umar r.a menjelaskan bahwa dia tidak dibenarkan melakukan shalat lagi karena dia telah
mengerjakan shalat serupa di tempat lainnya. Dia berkata bahwa Nabi saw yang memerintahkan
demikian.
B) Jika wanita tidak mengerjakan shalat Jum’ah maka dia wajib melakukan shalat dhuhur.
Hal ini tidak sulit difahami , karena jika wanita memilih meninggalkan kewajiban Jum’ahnya maka dia
kembali kepada ashalnya , yaitu wajib melaksanakan dhuhur.
KESIMPULAN :
Wanita yang mengerjakan Jum’ah akan masuk kepada khilafiyah yang berat. Karena hukum shalat
dhuhurnya diperselisihkan. Satu pendapat mengatakan wajib shalat dhuhur , sedangkan pendapat yang
lainnya mengatakan dilarang shalat dhuhur.
1. Hal ini adalah rukhshah (keringanan) yang diberikan oleh Allah kepadanya. Wanita tidak akan berdosa
jika meninggalkan shalat Jum’ah.
2. Jika wanita meninggalkan Jum’ah dan hanya melaksanakan shalat dhuhur , maka dia telah terlepas
dari kekhawatiran melakukan kesalahan.
Jika dia melaksanakan Jum’ah maka dia berada di dalam kebimbangan terhadap kewajiban dhuhurnya.
Seandainya dia memilih salah satunya (antara shalat dhuhur atau tidak) peluangnya tetap sama :
mungkin benar , mungkin salah .
Sedangkan jika dia tidak melaksanakan Jum’ah , dan melaksanakan dhuhur , maka tidak ada keraguan
lagi bahwa dia melaksanakan sesuatu yang benar.
3. Jika dia tidak melaksanakan Jum’ah maka dia telah memberi kesempatan kepada qaum Muslimin laki
laki agar dapat melaksanakan kewajiban jum’ah dengan sebaik baiknya.
Betapa banyak qaum Muslimin laki laki yang tidak mendapat tempat di dalam masjid, dan harus shalat di
jalan jalan atau halaman dengan harus kepanasan , karena sebagian dari tempat shalat di masjid
dipadati oleh qaum wanita.
Dengan tidak hadirnya wanita di masjid untuk shalat Jum’ah , maka dia telah menghimpun kebaikan
yang banyak , diantaranya adalah : melepaskan diri dari khilafiyah , dan memberi kesempatan kepada
qaum Muslimin laki laki agar dapat melaksanakan kewajiban Jum’ahnya dengan sebaik baiknya.
Wallahu A’lam.
Bismillah..ust..mohon penjelasan tentang keutamaan ibadah antara tgl 1-10 bln dhulhijjah...syukron
katsiron...
JAWAB :
. َيعْ نِى َأيَّا َم ْال َع ْش ِر.» « َما مِنْ َأي ٍَّام ْال َع َم ُل الصَّالِ ُح فِي َها َأ َحبُّ ِإلَى هَّللا ِ مِنْ َه ِذ ِه اَألي َِّام-صلى هللا عليه وسلم- ِ َّاس َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللاٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
ْى َ َ ِْن ْع ْر َ َ ْ َ
يل ِ ِإال َر ُجل خ َر َج ِبنفسِ ِه َو َمالِ ِه فل ْم َي ِج م ذل َِك ِبش ٍءَ ٌ َّ هَّللا ُ ْ َ َ
ِ يل ِ قا َل « َوال ال ِج َهاد فِى َس ِبهَّللا ُ ْ َ هَّللا ُ
ِ قالوا َيا َرسُو َل ِ َوال ال ِج َهاد فِى َس ِبَ
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Tidak ada satupun hari yang mana
amal shalih di dalamnya lebih dicintai Allah dibanding dengan beberapa hari ini - yaitu 10 hari pertama
bulan Dzulhijjah-
Rasulullah saw bersabda : Termasuk jihad di jalan Allah. Kecuali seseorang yang berangkat jihad dengan
membawa jiwa dan hartanya , kemudian dia tidak kembali dengan membawa apapun (gugur sebagai
syahid).
Ahmad 1/224
PENJELASAN :
Hadits ini menjelaskan keutamaan amal shalih pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah secara umum.
Termasuk di dalamnya : shalat , puasa , shadaqah , dzikir , membaca Al Qur’an dll.
Khusus : tentang puasa pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah, maka saya sudah jelaskan pada
PERTANYAAN MUJI RASAU JAYA.
Saya kutipkan kembali pembahasan saya berkaitan dengan masalah ini , agar jamaah yang baru
bergabung dapat mengikutinya :
Bersumber dari Hunaidah bin Khalid dari istrinya , dari sebagian istri Nabi saw yang berkata :
Bahwasanya Rasulullah saw biasa berpuasa pada 9 hari (pertama) bulan Dzulhijjah dan pada hari Asyura’
dan 3 hari setiap bulan.
Affan (salah seorang rawi) berkata : pada hari senin pertama setiap bulan dan pada 2 hari Kamis.
* Dalam riwayat lainnya : dari Hunaidah dari ibunya dari Ummu Salamah r.a (istri Nabi saw).
* Dalam riwayat lainnya disebutkan dari Hafshah r.a binti Umar r.a (istri Nabi saw).
LIHAT : Kitab Al Mausuu’ah Al Hadiitsiyah Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal jilid 37 halaman 24
PENJELASAN :
Kalimat تِسْ َع ذِى ْالحِجَّ ِةdiartikan dengan 9 hari pertama di bulan Dzulhijjah. Dalam riwayat Nasai didapati
redaksi yang mendukung kepada makna ini :
Bersumber dari Hunaidah bin Khalid dari istrinya dia berkata : telah mengkhabarkan kepadaku sebagian
istri Nabi saw : Bahwasanya Rasulullah saw biasa berpuasa pada pada hari Asyura’ dan 9 hari (pertama)
bulan Dzulhijjah dan dan 3 hari setiap bulan dan pada hari senin pertama setiap bulan dan pada 2 hari
Kamis.
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw yang bersabda : Tidak ada satupun hari yang lebih
dicintai oleh Allah untuk beribadah kepadanya melebihi kecintaan Allah kepada amalan yang dilakukan
pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Puasa 1 hari dari padanya setara dengan puasa 1 tahun dan
shalat malamnya , setiap malam setara dengan shalat pada saat lalatul Qadr
. َيعْ نِى َأيَّا َم ْال َع ْش ِر.» « َما مِنْ َأي ٍَّام ْال َع َم ُل الصَّالِ ُح فِي َها َأ َحبُّ ِإلَى هَّللا ِ مِنْ َه ِذ ِه اَألي َِّام-صلى هللا عليه وسلم- ِ َّاس َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
يل هَّللا ِ ِإالَّ َر ُج ٌل َخ َر َج ِب َن ْفسِ ِه َو َمالِ ِه َفلَ ْم َيرْ ِجعْ مِنْ َذل َِك ِب َشىْ ٍء
ِ يل هَّللا ِ َقا َل « َوالَ ْال ِج َها ُد فِى َس ِب
ِ َقالُوا َيا َرسُو َل هَّللا ِ َوالَ ْال ِج َها ُد فِى َس ِب
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Tidak ada satupun hari yang mana
amal shalih di dalamnya lebih dicintai Allah dibanding dengan beberapa hari ini - yaitu 10 hari pertama
bulan Dzulhijjah-
Rasulullah saw bersabda : Termasuk jihad di jalan Allah. Kecuali seseorang yang berangkat jihad dengan
membawa jiwa dan hartanya , kemudian dia tidak kembali dengan membawa apapun (gugur sebagai
syahid).
Ahmad 1/224
PENJELASAN :
Hadits ini menjelaskan keutamaan amal shalih pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah secara umum.
Termasuk di dalamnya : shalat , puasa , shadaqah , dzikir , membaca Al Qur’an dll.
Maka : sekalipun hadits tentang keutamaan puasa pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah tidak
disepakati keshahihannya , bahkan ada yang menganggapnya dha’if , tetapi hadits shahih tentang
keutamaan amal shalih secara umum ini sudah dapat dijadikan dalil tentang keutamaan berpuasa pada
10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
Yang dimaksud 10 hari pertama adalah tanggal 1 sampai tanggal 9 Dzulhijjah saja, tidak termasuk
tanggal 10.
Karena tanggal 10 Dzulhijjah adalah hari Raya Qurban , yang mana diharamkan bagi setiap Muslim
untuk berpuasa di dalamnya.
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , bahwasanya Rasulullah saw melarang berpuasa pada 2 hari , yaitu
Hari Raya Adh-ha dan Hari raya Fithri
صلى هللا عليه- ِ ان َن َهى َرسُو ُل هَّللا ِ َف َقا َل َه َذ- رضى هللا عنه- ب
ِ ان َي ْو َم ِ ْن ْال َخ َّطا ُ ْن َأ ْز َه َر َقا َل َش ِه ْد
ِ ت ْالعِيدَ َم َع ُع َم َر ب ِ َعنْ َأ ِبى ُع َب ْي ٍد َم ْولَى اب
َ ُاآلخ ُر َتْأ ُكل
ون فِي ِه مِنْ ُن ُس ِك ُك ْم َ َو ْال َي ْو ُم، َعنْ صِ َيام ِِه َما َي ْو ُم ف ِْط ِر ُك ْم مِنْ صِ َيا ِم ُك ْم- وسلم
Bersumber dari Abu Ubaid maula Ibnuz Azhar dia berkata : Aku Hadir pada hari Raya bersama Umar bin
Al Khaththab r.a , lalu dia berkata : 2 hari ini , Rasulullah saw melarang untuk berpuasa di dalamnya.
(Yaitu hari Raya Fithri) , hari dimana kalian berbuka dari puasa kalian.
Hadits riwayat Al Bukhari Kitabush Shaum bab 66 no 1990 (ini adalah lafadznya)
ٍ الَ َي ْغدُو َي ْو َم ْالف ِْط ِر َح َّتى َيْأ ُك َل َت َم َرا- صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
ت ٍ َعنْ َأ َن
َ س َقا َل َك
Bersumber dari Anas r.a , dia berkata : Rasulullah saw tidak pergi menunaikan shalat Iedul Fithri , kecuali
beliau saw makan beberapa biji korma terlebih dahulu ( dengan jumlah ganjil )
َ الَ َي ْخ ُر ُج َي ْو َم ْالف ِْط ِر َح َّتى َي ْط َع َم َوالَ َي ْط َع ُم َي ْو َم اَألضْ َحى َح َّتى ُي-صلى هللا عليه وسلم- ُّان ال َّن ِبى
صلِّ َى َ ْن ب َُريْدَ َة َعنْ َأ ِبي ِه َقا َل َك
ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده حسن: قال األعظمي
إسناده حسن: قال شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abdullah bin Buraidah dari bapaknya ( yaitu Buraidah r.a ), dia berkata :
Bahwasanya Nabi saw tidak pergi ( shalat ) pada Hari Raya Fithri kecuali makan terlebih dahulu.
Dan beliau saw tidak makan pada Hari Raya Adh-ha sehingga melakukan shalat (terlebih dahulu)
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabush Shalah bab 278 no 542 ( ini adalah lafadznya ).
Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani
Penjelasan :
Diantara perkara yang diajarkan oleh Nabi saw adalah makan pagi ( sarapan ) sebelum pergi ke tempat
shalat Ied pada Hari Raya Fithri
Sedangkan pada Hari Raya Adh-ha , Nabi saw tidak makan apapun sebelum berangkat ke tempat shalat
Ied.
Sebagian umat Islam beranggapan bahwa Nabi saw makan pagi sebelum berangkat ke tempat shalat
pada Hari Raya Fithri adalah : agar tidak ada orang yang mengira bahwa masih ada kewajiban puasa
sebelum shalat Ied dilaksanakan. Demikianlah yang dikatakan oleh Al Muhallab
( Lihat : Fat-hul Baari jilid 3 halaman 568 Kitabul Iedain bab 4 no 953 )
Sedangkan menunda makan sampai pulang dari shalat pada Hari Raya Adh-ha , adalah dikarenakan
adanya syari’at penyembelihan qurban pada hari itu dan memakan sebagian daging qurbannya.
Imam Ahmad bin Hanbal mengkhususkan anjuran makan setelah shalat pada hari Raya Adh-ha adalah
bagi orang yang berqurban.
( Lihat : Tuhfatul Ahwadzi jilid 3 halaman 68 Abwabul Iedain bab 390 no 542 )
Terlepas apakah kemungkinan itu benar atau tidak , yang jelas amalan tersebut dilakukan oleh Nabi saw,
sehingga kita dituntut untuk mengikutinya, yaitu :
Wallahu A’lam.
DARI SAYA :
Demi fajar,
Ini adalah perkataan dari Shahabat Ali r.a , Ibnu Abbas r.a dan tabi’in Mujahid, ‘Ikrimah, As Saddiy.
Sedangkan Masruq , Mujahid, Muhammad bin Ka’ab berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “ AL
FAJR” adalah shubuh pada khusus pada hari nahr (tanggal 10 Dzulhijjah), yang merupakan penutup dari
10 malam (10 hari pertama bulan Dzulhijjah)
Yang dimaksud dengan 10 malam adalah 10 hari (pertama) di bulan Dzulhijjah, sebagaimana yang
dikatakan oleh Ibnu Abbas r.a , Ibnuz Zubair r.a , Mujahid dan tidak hanya seorang dari para ulama salaf
dan khalaf
Lihat : Kitab Tafsir Ibnu Katsir pada surah Al Fajr ayat 1-2
1. Allah swt bersumpah dengan menyebutkan malam yang 10 (yang maksudnya adalah 10 hari pertama
bulan Dzulhijjah), yang mana hal ini menunjukkan bahwa 10 hari pertama tersebut harus diperhatikan
oleh qaum Muslimin.
2. Amal shalih yang dilakukan pada hari apa saja dan dalam bulan apa saja adalah kebaikan yang
DICINTAI OLEH ALLAH SWT.
Tetapi amal shalih yang dilakukan pada 10 hari pertama dalam bulan Dzulhijjah LEBIH DICINTAI OLEH
ALLAH dari pada yang dilakukan pada hari lainnya.
KARENA AMALANNYA DICINTAI OLEH ALLAH , MAKA ORANG YANG MENGAMALKANNYA JUGA AKAN
SANGAT DICINTAI OLEH ALLAH SWT.
Sehingga : Seorang Muslim yang ingin dicintai oleh Allah swt hendaknya bersungguh sungguh melakukan
segala upaya untuk melakukan amal shalih yang mampu dilakukannya siang dan malam dalam 10 hari
pertama bulan Dzulhijjah tersebut , misalnya ;
- Bershadaqah sebanyak yang bisa dilakukannya, baik dengan harta, ilmu , tenaga dll.
- Berkata yang baik. Kalau tidak bisa berkata baik hendaknya dia diam.
- DLL
Wallahu A’lam.
*************************************************************
Assalamualaikum...ustadz, mohon penjelasan mengenai hadist larangan potong kuku dan rambut jika
akan berqurban
Assalamu'alaikum ... ustadz meneruskan pertanyaan ibu Devi Yasmin, berapa hari sebelum berqurban
larangan potong kuku dan rambut tsb.
Larangan memotong kuku dan rambut berlaku kepada orang yang sudah berniat berqurban pada tahun
itu.
Larangan itu berlaku dimulai dari sejak MUNCULNYA HILAL BULAN DZULHIJJAH sampai qurbannya
disembelih pada hari penyembelihan (tanggal 10 s/d 13 Dzulhijjah)
ْ َأ َ َقا َل « ِإ َذا َرَأ ْي ُت ْم ِهالَ َل ذِى ْالحِجَّ ِة َوَأ َرا َد َأ َح ُد ُك ْم َأنْ ُي-صلى هللا عليه وسلم- ََّعنْ ُأ ِّم َسلَ َم َة َأنَّ ال َّن ِبى
ِ ضحِّ َى َف ْل ُيمْسِ كْ َعنْ َشعْ ِر ِه َو ظ َف
ار ِه
Bersumber dari Ummu Salamah r.a , sesungguhnya Nabi saw bersabda : Apabila kalian melihat hilal
Dzulhijjah , dan salah seorang diantara kalian berniat untuk berqurban , maka hendaklah dia menahan
rambut dan kukunya.
Penjelasan :
Kalimat “ apabila kalian melihat hilal Dzulhijjah” maknanya : apabila telah masuk bulan Dzulhijjah , yaitu
ketika terbenam matahari , pada hari akhir bulan Dzulqa’dah.
Kalimat “hendaknya dia menahan rambut dan kukunya” maknanya : hendaknya dia tidak memotong
rambut dan kukunya. Larangan ini berlaku sampai hewan qurbannya disembelih.
Ringkasnya : Orang yang berniat berqurban , dilarang memotong rambut dan kukunya dari tanggal
1Dzulhijjah sampai hewan tersebut disembelih ( pada tanggal 10 s/d 13 Dzulhijjah )
(Maksudnya : apabila telah masuk bulan Dzulhijjah , maka orang yang telah berniat berqurban
hendaknya tidak memotong rambut dan kukunya), sampai hewan qurbannya disembelih)
ى م َِن ْال َمدِي َن ِة َفالَ َيجْ َتنِبُ َش ْيًئ ا ِممَّا َيجْ َتنِبُ ِم ْن ُه ْالمُحْ ِر ُم
ِ ث ِب ْال َه ْد َ َك-صلى هللا عليه وسلم- ََّعنْ عَاِئ َش َة َأنَّ ال َّن ِبى
ُ ان َي ْب َع
Bersumber dari Aisyah r.a , sesungguhnya Nabi saw mengirim hewan qurban dari Madinah. Beliau saw
tidak sedikitpun menghindari hal hal yang harus dijauhi oleh orang yang sedang ihram
Penjelasan :
Kalimat “mengirim hewan qurban dari Madinah” maknanya : mengirimkannya ke Makkah. Dalam hadits
lainnya , didapati penyebutan tempat tujuan pengiriman hewan qurban yaitu ke Baitullah di Makkah.
ِ مَرَّ ًة ِإلَى ْال َب ْي-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َأهْ دَى َرسُو ُل هَّللا
ت َغ َنمًا َف َقلَّ َد َها ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : Rasulullah saw pernah sekali waktu mengirimkan kambing
sebagai hewan qurban ke Baitullah, lalu beliau saw memberinya kalung.
Tentang mengirim hewan qurban ke Makkah akan diterangkan pada pembahasan terpisah : Bolehkah
mengirim hewan qurban ke tempat lain.
Kalimat : “Nabi saw tidak menghindari hal hal yang harus dijauhi oleh orang sedang berihram”
maknanya : Nabi saw tidak menghindari memotong rambut , memakai minyak wangi dll.
Kasaksian Aisyah r.a terhadap perilaku Nabi saw ini sebagai bantahan terhadap fatwa shahabat Ibnu
Abbas r.a yang mengatakan bahwa orang yang berniat berqurban dilarang memotong rambut dan
kukunya sejak tanggal 1 Dzulhijjah sampai dengan hewan disembelih sebagaimana yang terdapat pada
hadits Ummu Salamah ( riwayat Muslim no 1977 dan Tirmidzi no 1523 )
َقا َل- رضى هللا عنهما- َّاس ٍ ِإنَّ َع ْب َد هَّللا ِ ب َْن َعب- رضى هللا عنها- ب ِإلَى عَاِئ َش َة َ ان َك َتَ َأنَّ ِز َيادَ ب َْن َأ ِبى ُس ْف َي... ت َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن
ِ َعنْ َعمْ َر َة ِب ْن
، َّاس َ
ٍ ْس ك َما قا َل ابْنُ َعب َ َ لي- رضى هللا عنها- قالت َع َرة فقالت عَاِئشة. َمنْ َأهْ دَى َه ْديًا َح ُر َم َعلي ِه َما َي ُر ُم َعلى ال َحا ِّج َحتى ُين َح َر َهد ُي ُه
َ ُ َ ْ َ َ َ ُ ْم ْ َ َ ْ ْ َّ ْ َ ْح ْ َ
َأ
ث ِب َها َم َع ِبى َفلَ ْم َ ث َّم َب َع، ِب َي َد ْي ِه- صلى هللا عليه وسلم- ِ ُث َّم َقلَّدَ َها َرسُو ُل هَّللا، َّ ِبيَدَى- صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا
ُ ِ ى َرس ِ ت َقالَِئدَ َه ْد ُ َأ َنا َف َت ْل
ى ُ َشىْ ٌء َأ َحلَّ ُه هَّللا ُ َح َّتى ُنح َِر ْال َه ْد- صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ِ َيحْ ُر ْم َعلَى َرس
Bersumber dari ‘Amrah binti Abdurrahman , sesungguhnya Ziyad bin Abu Sufyan menulis surat kepada
Aisyah r.a , bahwasanya Ibnu Abbas r.a berkata :
Barangsiapa yang berniat menyembelih qurban maka diharamkan baginya hal hal yang diharamkan bagi
orang yang berihram untuk haji sampai dia menyembelih qurbannya.
Maka Aisyah r.a menjawab : Yang sebenarnya tidaklah seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas r.a
( maksudnya : Ibnu Abbas r.a keliru ).
( Aisyah r.a melanjutkan ) : Aku pernah memintal tali untuk hewan qurbannya Rasulullah saw dengan
tanganku sendiri , kemudian Rasulullah saw mengalungkannya ke hewan tersebut dengan kedua
tangannya. Kemudian beliau saw mengirimkan hewan tersebut (ke Makkah) bersama dengan bapakku
(yaitu Abu bakar r.a ).
Dan tidaklah haram bagi Rasulullah saw sedikitpun hal hal yang Allah halalkan kepadanya sampai hewan
qurbannya disembelih.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Haj bab 109 no 1700 ( ini adalah lafadznya )
Penjelasan :
Shahabat Abu Bakar r.a pernah ditunjuk untuk memimpin rombongan haji yang berangkat dari Madinah
pada tahun 9 H . Ketika itu Nabi saw tidak ikut menunaikan haji bersama mereka. Nabi saw melakukan
haji hanya sekali yaitu pada saat haji wada’.
Ketika Abu Bakar r.a berangkat ke Makkah untuk menunaikan haji, Nabi saw menitipkan kepadanya
hewan qurban (kambing) untuk disembelih di Makkah.
Lihat : Kitab Fat-hul Baari jilid 4 halaman 697 Kitabul Haj bab 109 hadits no 1700.
Disunnahkan mengirimkan hewan qurban ke Baitullah bagi yang tidak pergi ke Makkah, yaitu dengan
menitipkannya kepada orang yang berhaji.
Dari saya :
Setelah menitipkan hewan qurban kepada Abu Bakar r.a , Nabi saw melakukan aktifitas kesehariannya
di Madinah sebagaimana biasa. Beliau saw tidak menghindari larangan bagi orang yang ihram , termasuk
memotong rambut dll.
Berdasarkan hadits Aisyah ini , imam Syafi’I dan yang sependapat dengannya berpendapat bahwa tidak
ada larangan apapun bagi orang yang berniat berqurban sampai hewannya disembelih. Termasuk di
dalamnya memotong rambut dll.
Wallahu A’lam.
Kemudian Nabi saw tidak menjauhi hal hal yang dilakukan oleh orang yang sedang dalam keadaan halal
(tidak sedang berihram).
حديث صحيح وهذا إسناد حسن من أجل محمد بن عبد الرحمن الطفاوي فقد وثقه ابن المديني والذهبي: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Aisyah r.a , sesungguhnya Nabi saw mengirimkan hewan qurban , lalu beliau saw tidak
melakukan sesuatu yang dilakukan oleh orang yang sedang ihram.
Dianjurkan bagi orang yang berniat berqurban agar tidak memotong rambut dan kukunya mulai tanggal
1 Dzulhijjah sampai hewan qurbannya disembelih.
Hal ini dimaksudkan untuk mengamalkan perintah Nabi saw dalam hadits shahih riwayat
Kecuali jika qurban yang dimaksudkan dikirim ke Makkah untuk disembelih di musim haji , yang terdapat
di dalam hadits shahih riwayat Al Bukhari no 1700, Muslim no 1325.
Dengan demikian , kita dapat mengamalkan semua hadits yang ada, dan tidak ada hadits yang
“dibuang”.
Wallahu A’lam.
PENTING !!
Di Indonesia , pada tahun 2016 ini , tanggal 1 Dzulhijjah 1437 H jatuh pada tanggal 3 September 2016.
Karena sistem kalender Islam adalah : Malamnya mendahului siang , maka sejak tanggal 2 September
waktu terbenamnya matahari , larangan ini sudah berlaku.
Artinya : bagi yang menguatkan pendapat tentang larangan memotong kuku dan rambut bagi yang mau
berqurban , maka larangan itu mulai berlaku hari Jum’at tanggal 02 September 2016 ketika
terbenamnya matahari (ketika masuk waktu maghrib).
Hari Jum’at tanggal 02 September 2016 pagi hari sampai sore hari , larangan ini belum berlaku.
Batas akhir larangan ini adalah : ketika hewan qurbannya sudah disembelih. Bisa tanggal 10 Dzulhijjah ,
atau hari tasyriq , yaitu tanggal 11 s/d 13 Dzulhijjah.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
Assalamualaikum ........ustadz, ana mau tanya apakah muslim yang sedang menunaikan ibadah haji juga
disunnahkan berpuasa pada 10 hari awal Dzulhijjah....syukran,jazakallohu khoir ustadz
. َيعْ نِى َأيَّا َم ْال َع ْش ِر.» « َما مِنْ َأي ٍَّام ْال َع َم ُل الصَّالِ ُح فِي َها َأ َحبُّ ِإ َلى هَّللا ِ مِنْ َه ِذ ِه اَألي َِّام-صلى هللا عليه وسلم- ِ َّاس َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
َ َ ْ َّ
يل ِ ِإال َر ُج ٌل َخ َر َج ِب َنفسِ ِه َو َمالِ ِه َفل ْم َيرْ ِجعْ مِنْ ذل َِك ِب َشىْ ٍء هَّللا ْ َ هَّللا
ِ يل ِ َقا َل « َوال ال ِج َها ُد فِى َس ِب ْ َ هَّللا ُ
ِ َقالوا َيا َرسُو َل ِ َوال ال ِج َها ُد فِى َس ِب
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Tidak ada satupun hari yang mana
amal shalih di dalamnya lebih dicintai Allah dibanding dengan beberapa hari ini - yaitu 10 hari pertama
bulan Dzulhijjah-
Rasulullah saw bersabda : Termasuk jihad di jalan Allah. Kecuali seseorang yang berangkat jihad dengan
membawa jiwa dan hartanya , kemudian dia tidak kembali dengan membawa apapun (gugur sebagai
syahid).
Ahmad 1/224
PENJELASAN :
Hadits ini menjelaskan keutamaan amal shalih pada 10 hari pertama bulan Dzulhijjah secara umum.
Termasuk di dalamnya : shalat , puasa , shadaqah , dzikir , membaca Al Qur’an dll.
Hanya saja , bagi qaum Muslimin yang tidak menunaikan haji sangat dianjurkan untuk menunaikan
puasa Arafah. Sedangkan bagi qaum Muslimin yang menunaikan haji , maka puasa Arafah tidak
disyari’atkan baginya.
Jadi, qaum Muslimin yang menunaikan haji , yang ingin puasa pada awal Dzulhijjah , dibatasi maksimal 8
hari saja yaitu dari tanggal 1 sampai 8 Dzulhijjah.
Karena tanggal 9 dan 10 Dzulhijjah tidak dibenarkan berpuasa baginya.
َ ْ َن َهى َعن-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َم ْهدِىٍّ ْال َه َج ِرىِّ َح َّد َث َنا عِ ْك ِر َم ُة َقا َل ُك َّنا عِ ْندَ َأ ِبى ه َُري َْر َة فِى َب ْي ِت ِه َف َح َّد َث َنا َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ص ْو ِم َي ْو ِم َع َر َف َة
ِب َع َر َف َة
ضعيف: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Mahdi Al Hajari dia berkata telah mengkhabarkan kepadaku ‘Ikrimah dia berkata : Kami
bersama Abu Hurairah r.a di rumahnya, lalu dia memberitahukan kepada kami bahwa Rasulullah saw
melarang puasa Arafah di Arafah.
Hadits dha’if riwayat Abu Dawud Kitabush Shaum bab 63no 2440.
PENJELASAN :
Yang dimaksud adalah : Jama’ah haji yang sedang wuquf di Arafah dilarang berpuasa.
Maka puasa di Arafah hanya disyari’atkan untuk Qaum Muslimin yang tidak sedang mengerjakan haji.
Tetapi saya dapati adanya hadits lain bahwa Rasulullah saw tidak berpuasa ketika sedang wuquf di
Arafah.
Bersumber dari Ummu Fadhl binti Al Harits r.a , bahwasanya manusia dalam keadaan ragu pada hari
Arafah tentang puasanya Nabi saw.
Wallahu A’lam.
02/09/16, 13.21 - Kode keamanan Novi berubah. Ketuk untuk info selengkapnya.
****************************************************************
Assalamualaikum. Pak Ustadz...saya mau bertanya...semoga Bapak mau menjawabnya. Apakah jenazah
perempuan harus diberi celak pada alisnya dan diberi bedak pada saat sebelum dikafankan? Hal ini
selalu dilakukan oleh pemandi jenazah perempuan. Terima kasih Pak Ustadz. Semoga Allah SWT selalu
melindungi Bapak saat di Tanah Suci.
Rasulullah saw masuk menemui kami ketika putrinya wafat, kemudian bersabda :
Mandikanlah dia 3 kali atau 5 kali atau lebih dari itu jika kalian menganggap hal itu perlu, dengan
menggunakan air dan daun sidr ( bidara ). Lalu jadikanlah pada yang terakhir (dicampur dengan) kapur
atau ( campuran ) dengan sedikit kapur
Memandikan janazah 1 kali bukanlah sekali melakukan siraman atas tubuh janazah , tetapi yang
dimaksud adalah proses mandi mulai awal sampai akhir. Sehingga sekali memandikan bisa
menggunakan beberapa kali siraman air.
Daun sidr terlebih dahulu dibasahi dengan air lalu dikeluarkan lendirnya , kemudian digosokkan pada
badan mayat. Dan selanjutnya disiram dengan air. Maka ini dinamakan 1 kali mandi.
Lihat : Kitab Fat-hul Baari jilid halaman Kitabul Janaaiz bab no 1253
Jika daun ini diremas kemudian terkena air , maka akan keluar lendir seperti sabun.
Lalu digosokkan ke badan mayat , setelah itu dibilas dengan air. Inilah yang disebut dengan memandikan
1 kali.
Jika tidak ada daun bidara maka boleh digantikan dengan sabun atau lainnya , yang penting tujuan
membersihkan badan mayat dapat tercapai.
Wallahu A’lam.
3. Memandikan janazah dengan menggunakan daun sidr atau sabun adalah dengan proses memandikan
dengan bilangan genap. Bisa 2 kali , 4 kali dst.
Sedangkan akhir proses memandikan adalah dengan air yang dicampur “kafur”.
Saya tidak tahu dan tidak pernah melihat benda “kafur” yang disebut oleh Nabi saw.
Pada umumnya , di Indonesia digunakan kapus barus sebagai ganti “kafur” yang disebutkan oleh Nabi
saw dalam haditsnya.
Sehingga gambarannya : Jika dirasa total memandikannya cukup 3 kali , maka yang 2 kali menggunakan
air yang bercampur daun sidr atau sabun. Sedangkan proses memandikan yang terakhir (yang ke 3 kali)
adalah menggunakan air yang dicampur dengan kapur barus. Setelah itu janazah siap untuk dikafankan.
Wallahu A’lam.
2. Hendaknya memandikan janazah di mulai dari bagian wudhu’nya dan dari bagian tubuh sebelah
kanannya.
فِى غَسْ ِل ا ْب َن ِت ِه « ا ْب َدْأ َن ِب َم َيا ِم ِن َها َو َم َواضِ ِع ْالوُ ضُو ِء ِم ْن َها- صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ْ َ َقال- رضى هللا عنها- َعنْ ُأ ِّم َعطِ َّي َة
Bersumber dari Ummu Athiyah r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda ketika proses memandikan
putrinya : Mulailah memandikan dia dari bagian tubuh sebelah kanannya dan dari bagian bagian
wudhu’nya.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Janaaiz bab 10 no 1255 (ini adalah lafadznya).
Penjelasan :
Az Zaini bin Al Manayyar berkata : Secara lahiriah , daun sidr tersebut dicampurkan pada setiap kali
memandikan. Maka hal ini menunjukkan bahwa memandikan mayat adalah untuk membersihkan ,
bukan untuk mensucikan.
Lihat : Kitab Fat-hul Baari jilid 4 halaman 162 Kitabul Janaaiz bab no 1253
Dari saya :
Di dalam banyak kitab fiqih disebutkan bahwa : hendaknya mayat diwudhu’kan dahulu sebelum
dimandikan.
Saya tidak mendapati adanya hadits yang memerintahkan untuk mewudhu’kan mayat.
Mungkin hadits Ummu Athiyah r.a ini difahami oleh banyak umat Islam bahwa hendaknya memandikan
janazah adalah dengan cara mewudhu’kannya terlebih dahulu.
Dimana redaksinya : Mulailah memandikan dia dari bagian tubuh sebelah kanannya dan dari bagian
bagian wudhu’nya.
Sebagian umat Islam memandang bahwa mewudhu’kan dengan memulai memandikan dari bagian
wudhu’nya adalah 2 kalimat yang berbeda .
Mewudhu’kan : membasuh anggota wudhu dengan cara seperti berwudhu , yang harus dilakukan
dengan tertib (berurutan). Yaitu diawali dengan mencuci kedua tangan , membersihkan mulutnya ,
hidung , membasuh wajah , kedua tangan sampai siku , mengusap kepala dan telinga, mencuci kadua
kaki.
Membasuh anggota wudhu‘ : membasuh anggota wudhu dengan tidak memperhatikan tertib basuhan
(tidak berurutan). Bisa saja dimulai dengan mengusap kepala , kemudian mencuci tangan tangan dst.
Sehingga hadits Ummu Athiyah r.a difahami : tidak ada kewajiban mewudhu’kan mayat.
Tetapi jika ada mayat yang tidak diwudhu’kan, dan langsung dimandikan maka tidak dapat disalahkan.
TENTANG MENGKAFANKAN :
Bersumber dari Ummu ‘Athiyyah r.a dia berkata : maka kami mengkafaninya dengan 5 kain, dan
memberinya kerudung sebagaimana kerudung orang hidup.
Imam Al Haafidh Ibnu Hajar Al ‘Asqalaani berkata : keterangan tambahan ini memiliki sanad yang shahih
(Dikutip dari kitab fat hul baari jilid 4 hal 172.)
Tetapi riwayat ini dinilai syadz atau munkar oleh Syaikh Al Albani (Ahkaamul Janaaiz hal 85 dan Silsilah
Adh Dha’iifah jilid 12(2) hal 752 hadits no 5844.
Walllahu A’lam.
TENTANG MENYISIR RAMBUT JANAZAH
ٍ َتعْ نِى َثالَ َث َة قُر. - صلى هللا عليه وسلم- ِّت ال َّن ِبى
ُ َو َقا َل َوكِي ٌع َقا َل ُس ْف َيان. ُون ِ ض َفرْ َنا َش َع َر ِب ْن ْ َ َقال- رضى هللا عنها- َعنْ ُأ ِّم َعطِ َّي َة
َ ت
َناصِ َي َت َها َو َقرْ َن ْي َها
Bersumber dari ummu Athiyah r.a dia berkata : Kami mengepang (menjalin) rambut janazah putri Nabi
saw menjadi 3 kepang.
KESIMPULAN
Ketika putri Rasulullah saw wafat , yang dilakukan atas janazahnya adalah :
Dari beberapa macam perlakuan terhadap putri Rasulullah saw ketika wafatnya , tidak saya dapati
adanya pakai celak pada alisnya atau bedak pada pipinya.
Maka saya melihat bahwa pekai celak dan bedak sebagaimana yang ditanyakan adalah adat. Bukan
perintah anjuran dari agama.
Saya tidak melihat ada kepentingan dan manfaat yang bisa dirasakan dengan menambahkan sesuatu
perlakuan kepada janazah dengan memakaikan celak untuknya.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
PERTANYAAN BU SYUKRI
Assalamualaikum..Pak Ustadz maaf mengganggu.Saya mau tanya.Untuk qurban dalam satu rumah
(keluarga) cukup 1 orang saja yg berqurban misalnya : kepala keluarga, atau masing2 harus berqurban
juga?
Selama ini kami tiap2 orang berqurban, tapi saya dapat info di medsos bahwa cukup 1 orang yang
berqurban, mana yang benar Ustadz dalam Islam? Mohon pencerahannya.Terima kasih
sebelumnya.Semoga Allah SWT memberikan kelancaran dan kemudahan bagi Ustadz dalam
melaksanakan ibadah haji.Aamiin ya robbal alamiin..
Maka dia menjawab : PADA ZAMAN NABI SAW, SESEORANG BERQURBAN DENGAN SEEKOR KAMBING
ATAS NAMA DIRINYA BESERTA SELURUH ANGGOTA KELUARGA DI RUMAHNYA. Lalu mereka memakan
daging qurbannya dan memberikan makan (kepada orang lain). Setelah itu manusia saling berbangga
bangga ( berlebih lebihan ) dengan qurbannya , maka jadilah pelaksanaan qurban itu sebagaimana
engkau lihat sekarang
PENJELASAN :
1. Hewan yang sah dijadikan qurban adalah hewan ternak dari jenis :
• Kambing dan yang sejenisnya ( misalnya domba , biri biri , kacangan dsb )
Dan semuanya mesti hewan ternak , tidak boleh dengan hewan liar.
َولِ ُك ِّل ُأ َّم ٍة َج َع ْل َنا َم ْن َس ًكا لِ َي ْذ ُكرُوا اسْ َم هَّللا ِ َعلَى َما َر َز َق ُه ْم مِنْ َب ِهي َم ِة األ ْن َع ِام
Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama
Allah terhadap binatang ternak yang telah direzeqikan Allah kepada mereka
Padahal di zaman Nabi saw sudah ada ayam , ikan dll yang disebut oleh Nabi saw di dalam haditsnya.
Maka tidak boleh seorang Muslim berqurban dengan selain 3 jenis hewan tersebut.
Wallahu A’lam.
َعا َم ْال ُح َدي ِْب َي ِة ْال َب َد َن َة َعنْ َس ْب َع ٍة َو ْال َب َق َر َة َعنْ َس ْب َع ٍة-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا
ِ ْن َع ْب ِد هَّللا ِ َقا َل َن َحرْ َنا َم َع َرس
ِ َعنْ َج ِاب ِر ب
Bersumber dari Jabir bin Abdullah r.a dia berkata : Kami menyembelih bersama Nabi saw pada tahun
Hudaibiyah , seekor onta untuk 7 orang dan seekor sapi untuk 7 orang
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , sesungguhnya Aisyah r.a berkata : Apabila Rasulullah saw berqurban ,
beliau saw membeli 2 ekor kambing kibasy yang besar , gemuk, bertanduk , berwarna putih bercampur
hitam, dan terawat
Abu Hurairah r.a berkata : Lalu Nabi saw menyembelih salah satunya untuk ummatnya yang mengakui
tauhid dan bersaksi bahwa beliau saw telah menyampaikan risalah (sebagai Rasul)
Dan beliau saw menyembelih satunya lagi untuk Muhammad saw dan keluarganya
1. Seseorang hendaknya berqurban dengan seekor kambing atas nama dirinya dan anggota keluarganya.
Jadi : seekor kambing cukup sebagai Qurban atas nama sebuah keluarga : suami, istri , dan anak
anaknya.
Insya Allah pahala qurban akan didapatkan oleh semua anggota keluarga tersebut.
2. Shahabat Abu Ayyub Al Anshari r.a menggunakan kalimat “BERBANGGA BANGGA” dengan qurban
bagi orang yang berqurban melebihi seekor kambing untuk satu keluarga. Tentu ini adalah sebutan yang
jelek. Tidak mungkin kalimat yang jelek disandarkan kepada qaum Muslimin oleh seorang shahabat Nabi
saw yang mulia kecuali perbuatan tersebut memang dianggapnya telah menyelisihi sunnah Rasulullah
saw.
3. Jika seseorang punya harta yang banyak maka tidak salah jika dia memiliki semangat yang besar untuk
membelanjakan hartanya dalam kebaikan. Dia bisa bershadaqah sebanyak mungkin.
Berikan kelebihan hartanya kepada faqir miskin atau kelompok lainnya yang berhaq menerimanya.
Kalau dia suka bershadaqah dengan daging , tidak salah dia membeli sapi , kemudian dia berqurban
dengan 1/7 sapi . Sedangkan yang 6/7 diniatkan sebagai shadaqah biasa.
Atau yang 6/7 sapi dia berikan kepada 6 keluarga Muslim lainnya yang belum mampu berqurban ,
sehingga mereka dapat berqurban bersama dengan umat Islam lainnya.
4. Dengan demikian dia dapat menghimpun kebaikan yang banyak , dan tetap berada dalam sunnah
Nabi saw.
Wallahu A’lam
*************************************************************
Assalamualaikum..
jika ada seorang isteri yg menyontoh perbuatan yg menjadi kebiasaan ibu mertuanya...
suatu saat sang suami melihat isterinya sdg melakukan kebiasaan tsb dan berkata., "kamu seperti ibu
saya saja, suka melakukan itu..."
Perkataan suami sebagaimana yang ditanyakan tidak ada salah apa apa.
Kalau hal ini untuk menggambarkan kejelekan ibunya , maka tidak sepatutnya suami mengatakan
perkataan seperti itu kepada istrinya. Maksudnya , ibu suami (misalnya) memiliki keburukan , kemudian
keburukan itu disandarkan kepada istrinya. Maka hal ini tidak patut dilakukan.
Kalau hal ini untuk menggambarkan kebaikan akhlaq ibunya , maka boleh saja hal ini dilakukan. Karena
menyandarkan akhlaq baik ibu kepada istri adalah sebuah pujian dari suami kepada istrinya. Hal ini
dipandang baik dan boleh dilakukan.
CABANG PERMASALAHAN :
Mungkin arah pertanyaan ini adalah : adanya kekhawatiran istrinya menjadi seperti ibu kandungnya
dalam hukum perkawinan , sehingga suaminya menjadi “haram” menggauli istrinya.
Bahkan sebagian umat Islam juga mengatakan dilarang bagi suami memanggil istrinya dengan “IBU” ,
dan sebaliknya istri juga dilarang memanggil suaminya dengan sebutan “BAPAK” karena dianggap akan
menjadi ibu atau bapak kandung betul betul dalam hubungan perkawinan.
( ون ُم ْن َكرً ا م َِن ْال َق ْو ِل َو ُزورً ا َوِإنَّ هَّللا َ لَ َعفُ ٌّو َغفُو ٌر َ ُم ِإاَّل الاَّل ِئي َولَ ْد َن ُه ْم َوِإ َّن ُه ْم َل َيقُول3ْ اِئه ْم َما هُنَّ ُأ َّم َهات ِِه ْم ِإنْ ُأ َّم َها ُت ُه َ ِين ي َُظا ِهر
ِ ُون ِم ْن ُك ْم مِنْ ن َِس َ الَّذ
) َف َمنْ َل ْم3( ون َخ ِبي ٌر ُ هَّللا
َ ون ِب ِه َو ُ ِب َما َتعْ َمل ُ َ َأ
َ ُون لِ َما َقالوا َف َتحْ ِري ُر َر َق َب ٍة مِنْ َقب ِْل نْ َي َت َماسَّا ذلِ ُك ْم ُتو َعظ ُ ُ ِ ُون مِنْ ِن َس
َ اِئه ْم ث َّم َيعُود َ
َ ِين يُظا ِهر َّ
َ ) َوالذ2
ينَ ِ ِر فا كَ ْ
ِل ل و
َ ِ هَّللا ُ
د ُو
د ح
ُ ك
َ َْ
ِلت و ه
ِ ل
ِ ُوس ر و هَّلل
َ َ ِ ِ اب وا ُ
ن م
ِ ْؤتُ ل
ِ ك
َ ل
ِ َ
ذ انً ِي
ك ِْسم ينَ ِّ
ت ِس ماعطْ
ُ َ ِإ َ
ف ْع ِط َ
ت ْس ي م
َ ْ َ َ ل ْن مفَ َّا
س ام َ
ت
َ َ ي ْنَأ ْل
ِ ب َ
ق ِْنم ْني
ِ َِعابتَ َ
ت م
ُ ْن
ِ َي ْر ه َ
ش ُ َ َي ِج ْد َف
م اي ِص
َأ
)4( َعذابٌ لِي ٌم َ
Sesungguhnya Allah telah mendengar perkataan wanita yang memajukan gugatan kepada kamu tentang
suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah. Dan Allah mendengar soal jawab antara kamu
berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Orang-orang yang menzihar istrinya di antara kamu, (menganggap istrinya sebagai ibunya, padahal)
tiadalah istri mereka itu ibu mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah wanita yang melahirkan mereka.
Dan sesungguhnya mereka sungguh-sungguh mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta.
Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
Orang-orang yang menzihar istri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa yang mereka
ucapkan, maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur.
Demikianlah yang diajarkan kepada kamu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Barang siapa yang tidak mendapatkan (budak), maka (wajib atasnya) berpuasa dua bulan berturut-turut
sebelum keduanya bercampur. Maka siapa yang tidak kuasa (wajiblah atasnya) memberi makan enam
puluh orang miskin. Demikianlah supaya kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan itulah hukum-
hukum Allah, dan bagi orang-orang kafir ada siksaan yang sangat pedih.
Ayat ini turun berkaitan dengan seorang shahabat yang marah kepada istrinya , lalu dia mengucapkan
kepada istrinya “ BAGIKU , ENGKAU ADALAH SEPERTI PUNGGUNG IBUKU”.
Menurut adat jahiliyah , perkataan ini sudah mengharamkan hubungan suami istri.
Ketika marahnya sudah reda , dia berkeinginan untuk menggauli istrinya, maka istrinya menolak.
Kemudian istrinya mengadukannya kepada Rasulullah saw , sehingga turunlah ayat tentang masalah ini.
Lihat : Kitab tafsir Ibnu Katsir pada surah Al Mujadilah ayat 1-4.
DARI SAYA :
Perkataan suami kepada istrinya “ engkau seperti ibuku” dengan maksud bahwa istrinya memiliki
perangai atau wajah seperti ibunya , tidaklah menjadikan istrinya sebagai ibunya betul betul. Bahkan
kepercayaan jahiliyah seperti ini sudah dibantah oleh Allah swt sebagaimana yang disebutkan dalam Al
Qur’an surah Al Mujadilah ayat 1-4.
Wallahu A’lam.
************************************************************
Apakah diperintah wudhu lagi bagi yang sudah memandikan jenazah dan dia bermaksud hendak
menshalatkan jenazah, sedangkan wudhunya masih belum batal ?
Sedangkan memandikan jenazah bukanlah pembatal wudhu, tapi sempat membuat ragu.
JAWAB :
- ِ ْن ُع َمي ٍْر َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا ِ َّاس َعنْ َع ْم ِرو ب ٍ صال ٍِح َح َّد َث َنا ابْنُ َأ ِبى فُدَ يْكٍ َح َّد َثنِى ابْنُ َأ ِبى ِذْئ
ِ ب َع ِن ْال َقاسِ ِم ب
ٍ ْن َعب َ َُح َّد َث َنا َأحْ َم ُد بْن
ضْأ ْ َ ْ ْ
َّ َقا َل « َمنْ َغ َّس َل ال َميِّتَ َفل َي ْغ َتسِ ْل َو َمنْ َح َمل ُه َفل َي َت َو-صلى هللا عليه وسلم
صحيح: قال الشيخ األلباني
رجاله ثقات رجال الشيخين غير صالح مولى التوأمة صدوق كان قد اختلط وقد اختلف في رفعه ووقفه: تعليق شعيب األرنؤوط
ُف َأهْ ُل ْالع ِْل ِم فِى الَّذِى ُي َغ ِّس ُل ْال َميِّتَ َف َقا َل َبعْ ض ْ َو َق ِد.ى َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َم ْو ُقو ًفا
َ اخ َت َل ٌ ِيث َأ ِبى ه َُري َْر َة َحد
َ ِيث َح َسنٌ َ َق ْد ر ُِو ُ يسى َحد َ َِقا َل َأبُو ع
س ٍ ك بْنُ َأ َن
ُ ِ َو َقا َل َمال.ُض ُه ْم َعلَ ْي ِه ْالوُ ضُوء ُ ْ َو َقا َل َبع.ُ َو َغي ِْر ِه ْم ِإ َذا غَ َّس َل َم ِّي ًتا َف َعلَ ْي ِه ْال ُغسْ ل-صلى هللا عليه وسلم- ِّب ال َّن ِبى ِ َأهْ ِل ْالع ِْل ِم مِنْ َأصْ َحا
ُّ َو َه َك َذا َقا َل ال َّشافِعِى.ك َوا ِجبًا َأ
َ ِت َوالَ َرى َذل ْ ْ
ِ سْ َتحِبُّ ال ُغسْ َل مِنْ ُغسْ ِل ال َم ِّي. َأ
ْى َعن َ َقا َل َو َق ْد ر ُِو.اق الَ ُب َّد م َِن ْالوُ ضُو ِء ُ َو َقا َل ِإسْ َح.ِب َعلَ ْي ِه ْال ُغسْ ُل َوَأمَّا ْالوُ ضُو ُء َفَأ َق ُّل َما قِي َل فِيه
َ َو َقا َل َأحْ َم ُد َمنْ غَ َّس َل َم ِّي ًتا َأرْ جُو َأنْ الَ َي ِج
ْ
َض َمنْ َغ َّس َل ال َميِّت َأ َأ
َّ س نْ الَ َي ْغ َتسِ َل َوالَ َي َت َو ْأ َأ
َ اركِ َّن ُه َقا َل الَ َب ْ هَّللا
ِ َع ْب ِد ِ ب
َ ْن ال ُم َب
Bersumber dari Abu Hurairah r.a, Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang telah
memandikan janazah, hendaklah dia mandi. Dan barangsiapa yang telah mengusung janazahnya ,
hendaklah dia berwudhu’
PENJELASAN :
Syaikh Al Arnauth berkata : Hadits ini semua rawinya adalah rawi yang tsiqah , para perawi imam Al
Bukhari dan Muslim, kecuali Shalih saja yang shaduq. Karena ketika sudah tua dia pikun. Selain itu ,
hadits ini diperselisihkan antara marfu’ (sampai kepada Nabi saw) dan mauqufnya (perkataan shahabat
saja).
Dari saya : Tetapi Imam Abu Dawud meriwayatkan dari jalur lain, bukan dari Shalih ini , tetapi dari Al
Qasim bin Abbas dari ‘Amr bin Umair dari Abu Hurairah r.a secara marfu’
TENTANG HUKUM MANDI SETELAH MEMANDIKAN MAYAT , MAKA PARA ULAMA BERBEDA PENDAPAT :
1. Sebagian shahabat Nabi saw dan selain mereka berpendapat : Hukumnya wajib mandi setelah
memandikan mayat.
2. Sebagian shahabat Nabi saw yang lainnya berpendapat : wajib atasnya wudhu’ setelah memandikan
mayat.
3. Imam Malik bin Anas (imam Maliki) berpendapat : dianjurkan mandi tapi hukumnya tidak wajib.
Sekurangnya Saya menyukai agar orang yang memandikan mayat agar dia mandi (setelahnya), tetapi
saya tidak berpendapat wajib hukumnya.
4. Imam Asy Syafi’i berpendapat : sama dengan imam Malik (dianjurkan mandi , tapi tidak wajib)
5. Imam Ahmad bin Hanbal berpendapat : tidak wajib atasnya mandi. Sekurangnya dia berwudhu’
7. Ibnul Mubarak berkata : tidak wajib mandi dan tidak wajib wudhu.
LIHAT : Kitab Sunan Tirmidzi pada catatan kaki Kitabul Janaiz bab 17 no 993
DARI SAYA :
Masalah hukum mandi untuk orang yang telah memandikan mayat , terdapat perbedaan yang banyak.
Hal ini disebabkan karena hadits Abu Hurairah r.a yang kita kutipkan di atas , dinilai marfu’ dan shahih
oleh sebagian dan dinilai mauquf (bukan perkataan Nabi saw) oleh ulama lainnya..
Hadits Abu Hurairah r.a yang kita kutipkan di atas , dianggap shahih oleh sebagian ulama dan dinilai
mauquf (bukan perkataan Nabi saw) oleh ulama lainnya.
Para shahabat Nabi saw juga berbeda amalannya tentang masalah ini. Ada yang mandi setelah
memandikan janazah dan ada pula yang tidak.
َو ِم َّنا َمنْ اَل َي ْغ َتسِ ُل، َف ِم َّنا َمنْ َي ْغ َتسِ ُل، َ ُك َّنا ُن َغ ِّس ُل ْال َميِّت: ْن ُع َم َر
ِ " َعنْ اب
وإسناده صحيح كما قال الحافظ في التلخيص
Bersumber dari shahabat Ibnu Umar : Kami memandikan mayat, maka ada diantara kami yang mandi
( setelahnya ), dan ada diantara kami yang tidak mandi
Riwayat Ahmad dalam 2/272 no 7632 dan dinilai shahih oleh Syaikh Syua’ib Al Arnauth dalam Al
Mausuu’ah Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal.
PENJELASAN :
Riwayat ini shahih dan dapat dijadikan penguat untuk mengambil kesimpulan.
Bahwa seseorang yang telah memandikan mayat , maka sebaik baiknya dia mandi setelahnya.
Pilihan ini saya ambil karena : hadits tentang perintah mandi setelah memandikan mayat jelas ada. Para
shahabat yang mandi setelah memandikan mayat juga ada.
MAKA : MANDI SETELAH MEMANDIKAN MAYAT SUDAH PASTI BENAR, TIDAK ADA YANG SALAH.
Tetapi jika terdapat kesulitan yang banyak untuk mandi setelah memandikan mayat, maka tidak
mengapa jika tidak mandi.
Wallahu A’lam.
CABANG PERMASALAHAN :
SOAL : Seseorang dalam keadaan berwudhu’ kemudian mengusung mayat. Apakah tetap disyari’atkan
berwudhu’ lagi ?
Untuk apa wudhu’ yang kedua jika seseorang masih belum batal dari wudhu’ pertama ?
ضْأ
َّ َقا َل « َمنْ َغ َّس َل ْال َميِّتَ َف ْل َي ْغ َتسِ ْل َو َمنْ َح َملَ ُه َف ْل َي َت َو-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا
صحيح: قال الشيخ األلباني
رجاله ثقات رجال الشيخين غير صالح مولى التوأمة صدوق كان قد اختلط وقد اختلف في رفعه ووقفه: تعليق شعيب األرنؤوط
ٌ ِيث َأ ِبى ه َُري َْر َة َحد
ٌِيث َح َسن ُ َقا َل َأبُو عِ ي َسى َحد
PENJELASAN :
Hadits ini sebagai dasar hukum bagi yang mensyari’atkan wudhu setelah mengusung mayat.
Maka pembicaraan akan kita batasi kepada yang menganggap bahwa hadits ini shahih, sehingga
pertanyaannya ada relevansinya dengan hadits ini, yaitu : kenapa harus wudhu’ setelah mengusung
mayat padahal wudhu’nya belum batal ?
Karena bagi yang menganggap hadits ini tidak shahih atau shahih tapi mauquf saja , maka dia tidak akan
tertarik lagi untuk membahasnya lebih lanjut tentang wudhu’ tersebut.
JAWAB :
Wudhu’ yang diperintahkan dikaitkan dengan mengusung janazah, bukan karena akan shalat.
Contoh : Jika seorang Muslim mengusung mayat setelah matahari terbit , maka dia disyari’atkan
berwudhu’ setelah mengusung mayat tersebut :
PERBANDINGAN :
Bersumber dari Sufyan dia berkata : telah mengkhabarkan kepadaku ‘Amr bin ‘Aamir dari Anas r.a dia
berkata : Bahwasanya Nabi saw biasa berwudhu’ setiap kali mengerjakan akan mengerjakan shalat.
Anas r.a menjawab : Sekali wudhu’ sudah mencukupi bagi seseorang diantara kami selama dia belum
berhadats (belum batal wudhu’nya)
PENJELASAN :
Rasulullah saw sering memperbaharui wudhu’ setiap kali akan mengerjakan shalat.
Hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw dalam keadaan beliau saw masih ada wudhu’nya ataupun telah
batal.
Kita memaklumi bahwa setelah shalat tentu Rasulullah saw melakukan aktifitas lainnya , seperti makan,
minum, berbicara , membaca Al Qur’an , berdzikir dll.
Sedangkan para shahabat mengerjakan shalat dengan sekali wudhu untuk beberapa shalat jika masih
belum batal
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Seandainya aku tidak khawatir akan memberatkan umatku maka aku akan perintahkan kepada mereka
untuk berwudhu’ setiap kali akan mengerjakan shalat atau bersiwak setiap kali berwudhu’
Dinilai sebagai hadits hasan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam shahih At Targhiib no 200
Hadits ini juga menjadi penguat hadits sebelumnya , bahwa dianjurkan untuk berwudhu’ setiap akan
mengerjakan shalat , baik ketika belum berhadats ataupun sudah berhadats.
CATATAN :
Dalam hadits lainnya , saya dapati bahwa Rasulullah saw mengerjakan 2 shalat atau lebih hanya dengan
1 kali wudhu’, misalnya
Bersumber dari Zaid bin Khalid Al Juhani r.a , bahwasanya dia berkata :
Kemudian Rasulullah saw melakukan shalat 2 raka’at dengan sangat panjang ( lama ). Kemudian beliau
saw shalat 2 raka’at yang kurang panjang jika dibanding dengan 2 raka’at sebelumnya.
Kemudian beliau saw shalat 2 raka’at yang kurang panjang jika dibanding dengan 2 raka’at sebelumnya.
Kemudian beliau saw shalat 2 raka’at yang kurang panjang jika dibanding dengan 2 raka’at sebelumnya.
Kemudian beliau saw shalat 2 raka’at yang kurang panjang jika dibanding dengan 2 raka’at sebelumnya.
Kemudian beliau saw shalat witir ( 1 raka’at ). Jumlah keseluruhannya adalah 13 raka’at.
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabu Shalatil Musaafiriin bab (26) Ad Du’aai fii Shalaatil Laili wa
Qiyaamihi no 765 ( ini adalah lafadznya )
PENJELASAN :
Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw mengerjakan shalat dengan berkali kali salam tanpa
diselingi dengan wudhu’ terlebih dahulu. Satu wudhu’ untuk beberapa kali shalat.
Bersumber dari Jabir bin Abdullah r.a , dia berkata : ………………Apabila matahari telah tergelincir (masuk
waktu dhuhur), Beliau saw menyuruh supaya qaswa’ ( onta Nabi saw ) dipersiapkan, lalu Beliau saw
menuju perut lembah kemudian berkhutbah……….
Kemudian ( muadzdzin) mengumandangkan adzan, kemudian dibacakan iqamah. Maka Rasulullah saw
melaksanakan shalat dhuhur. Kemudian dibacakan iqamah lagi, maka Rasulullah saw shalat ashar, dan
Beliau saw tidak shalat sunnah apapun diantara 2 shalat fardhu tsb. Kemudian Nabi saw mengendarai
kendaraannya sampai tiba ditempat wuquf . . . . .dan menghadap ke arah qiblat. Beliau saw senantiasa
berada ditempat wuqufnya sampai matahari terbenam.
PENJELASAN :
Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw mengerjakan 2 kali shalat hanya dengan 1 wudhu’. Artinya
: satu wudhu’ untuk beberapa kali shalat.
- ATAU MENGERJAKAN SHALAT MALAM , KEMUDIAN SHALAT SUNNAH SEBELUM SHUBUH KEMUDIAN
SHALAT SHUBUH DALAM 1 WUDHU’ SAJA
صلى هللا- ِ َواضْ َط َج َع َرسُو ُل هَّللا، ض ِو َسا َد ٍة 3ُ ْ َفاضْ َط َجع، َوهْ َى َخالَ ُت ُه، َّاس َأ ْخ َب َرهُ َأ َّن ُه َباتَ عِ ْندَ َم ْيمُو َن َة
ِ ْت فِى َعر ٍ ب َأنَّ اب َْن َعب ٍ َعنْ ُك َر ْي
، ان َ آل عِ مْ َرِ ْت مِن ْ َأ َ ُ َّ
ٍ ث َّم ق َر َعش َر آ َيا، ْس ُح الن ْو َم َعنْ َوجْ ِه ِه َ َ َ َ ْ َ َأ َّ
َ فاسْ ت ْيقظ َيم، ف الل ْي ُل ْو ق ِريبًا ِمن ُه َ ص َ ْ َّ َ َ ُ ُ َأ
َ فنا َم َحتى انت، َو هْ ل ُه فِى طولِ َها- عليه وسلم
ُث َّم َقا َم، ضَأ َفَأحْ َس َن ْالوُ ضُو َء
َّ َف َت َو، ِإلَى َشنٍّ م َُعلَّ َق ٍة- صلى هللا عليه وسلم- ِ ُث َّم َقا َم َرسُو ُل هَّللا
َوَأ َخ َذ ِبُأ ُذنِى َي ْفتِلُ َها، ض َع َي َدهُ ْال ُي ْم َنى َعلَى َرْأسِ ى ُ ُت م ِْثلَ ُه َفق
َ َف َو، مْت ِإلَى َج ْن ِب ِه َ ُصلِّى َف
ُ ْص َنع َ ي،
صلَّى َ ُث َّم َأ ْو َتر ُث َّم اضْ َط َج َع َح َّتى َجا َء ْال ُمَؤ ِّذنُ َف َقا َم َف، ْن
ِ ُث َّم َر ْك َع َتي، ْن
ِ ُث َّم َر ْك َع َتي، ْن
ِ ُث َّم َر ْك َع َتي، ْن
ِ ُث َّم َر ْك َع َتي، ْن
ِ ُث َّم َر ْك َع َتي، ْن َ ُث َّم
ِ صلَّى َر ْك َع َتي
ُّ صلَّى ال
صب َْح َ ْن ُث َّم َخ َر َج َف ِ َر ْك َع َتي
ِ ْن َخفِي َف َتي
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح على شرط الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Kuraib, sesungguhnya Ibnu Abbas r.a bercerita kepadanya bahwa dia bermalam di
rumah Maimunah r.a, dia adalah bibinya.
Ibnu Abbas berkata : Aku tidur diatas selimut yang dibentangkan, sedangkan Rasulullah saw dan istrinya
tidur diruangan istrinya sampai tengah malam atau mendekati tengah malam.
Lalu Rasulullah saw bangun sambil mengusap wajahnya , lalu membaca 10 ayat dari surah Ali Imran.
Kemudian beliau saw bangkit menuju tempat air dari kulit yang digantung dan berwudhu dengan
membaguskan wudhu’nya lalu melaksanakan shalat.
Beliau saw meletakkan tangan kananya diatas kepalaku dan menarik telingaku.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Witr bab 1 no 992 ( ini adalah lafadznya )
Abu Dawud Kitabut Tathawwu’ bab 26 no 1367 ( dinilai shahih oleh Al Albani )
Ibnu Majah Kitabu Iqamatish Shalah bab 181 no 1363 ( di shahihkan oleh Al Albani )
Ahmad 1/242 no 2165 (sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
PENJELASAN :
Hadits ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw mengerjakan shalat dengan berkali kali salam tanpa
diselingi dengan wudhu’ terlebih dahulu. Satu wudhu’ untuk beberapa kali shalat.
Shalat sunnah malam , shalat sunnah qabliyah shubuh , shalat fardhu shubuh dilakuakn hanya dengan 1
kali wudhu’
KESIMPULAN AKHIR
Maka saya berpendapat bahwa anjuran memperbaharui wudhu adalah ketika akan mengerjakan shalat
fardhu yang tidak dijama’.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
PERTANYAAN ERNAWATI
Tentang hukum wudhu’ yang dikaitkan dengan makan daging onta , maka umat Islam berbeda
pendapat :
Ada yang berpendapat bahwa makan daging onta mewajibkan wudhu’ dan ada juga yang berpendapat
tidak mewajibkan wudhu’
Ini adalah pendapat imam Ahmad bin Hanbal , Ishaq bin Rahawaih, Yahya bin Yahya , Abu Bakar bin Al
Mundzir , imam Ibnu Khuzaimah , Al Baihaqi dll.
.» ضْأ َّ ضْأ َوِإنْ شِ ْئ تَ َفالَ َت َوَّ ُوم ْالغَ َن ِم َقا َل « ِإنْ شِ ْئ تَ َف َت َو ُ
ِ ض مِنْ لح
َأَأ َت َو َّ ُأ-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َجابر بْن َسم َُر َة َأنَّ َر ُجالً َسَأ َل َرسُو َل هَّللا
ِ ِِ
ُوم اِإل ِب ِل ح ُ ل ِْن
م ْأضَّ وَ َ
ت َ
ف م
ْ ع
َ ن َ « لَ اقَ ل
ِ ب ا ُوم
ح ُ ل ِْن
م ُأضَّ وَ َ
ت َأ ل
َ اقَ
ِ ِ ِإل ِ
Bersumber dari Jabir bin Samurah r.a , sesungguhnya ada seorang laki laki bertanya kepada Rasulullah
saw : Apakah aku harus berwudhu’ setelah makan daging kambing ?
Beliau saw menjawab : Jika engkau mau berwudhu’, maka berwudhu’lah dan jika engkau menghendaki
( tidak berwudhu’ ) maka tidak usah berwudhu’
Laki laki itu bertanya lagi : Apakah aku harus berwudhu’ jika makan daging onta ?
Bersumber dari Al Baraa’ bin Aazib r.a dia berkata : Nabi saw ditanya tentang wudhu’ setelah makan
daging onta , maka beliau saw memerintahkannya (untuk berwudhu’)
Hadits riwayat Al Baihaqi dalam As Sunanul Kubra Kitabuth Thaharah bab 164 no 716
Di dalam masalah ini (wajib wudhu’ setelah makan daging onta) telah datang 2 buah hadits yang shahih
dari Nabi saw, yaitu hadits Jabir bin Samurah r.a dan hadits Al Baraa’ bin ‘Aazib r.a.
Jumhur ulama memberikan bantahan dengan menggunakan hadits Jabir r.a , bahwasanya perkara di
akhir (kehidupan) Rasulullah saw adalah membiarkan wudhu’ (tidak berwudhu’) setelah makan sesuatu
yang disentuh ( dimasak ) dengan api. Akan tetapi hadits ini bersifat umum sedangkan hadits tentang
perintah berwudhu’ setelah makan daging onta adalah khusus. Dan yang khusus harus didahulukan dari
pada yang umum.
Ini adalah pendapat 4 khalifah ( Abu Bakar r.a, Umar r.a, Utsman r.a, Ali r.a )
Serta shahabat yang lainnya : Ibnu Mas’ud r.a , Ibnu Abbas r.a , Ubay bin Ka’ab r.a , Abud Darda’ r.a ,
Abu Thalhah r.a , Amir bin Rabi’ah, Abu Umamah r.a
Juga generasi yang di bawahnya : Imam Hanafi , imam Malik, imam Syafi’i
Bahwasanya perkara di akhir (kehidupan) Rasulullah saw adalah membiarkan wudhu (tidak berwudhu)
setelah makan sesuatu yang disentuh ( dimasak ) dengan api
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabuth Thaharah bab 75 no 192
Ahmad 1/226
Penjelasan :
Pada hari hari akhir kehidupannya , Rasulullah saw memberikan kelonggaran untuk tidak berwudhu
setelah makan daging onta.
Hal ini difahami dari redaksi hadits ini : “Rasulullah saw adalah membiarkan wudhu (tidak berwudhu)
setelah makan sesuatu yang disentuh ( dimasak ) dengan api”
Tidak berwudhu setelah makan makanan yang disentuh api , difahami dengan semua jenis makanan ,
termasuk daging onta. Karena tidak pernah daging onta dimakan tanpa dimasak.
Sebagaimana penjelasan shahabat Jabir r.a , bahwa pada akhir perjalanan hidupnya Rasulullah saw
memberi kelonggaran untuk tidak berwudhu setelah makan daging onta.
Maka saya menguatkan bahwa setelah makan daging onta , tidak disyari’atkan berwudhu’.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
PUASA ARAFAH.
Puasa ini diperintahkan bagi umat Islam yang tidak menunaikan ibadah haji.
Sedangkan bagi yang menunaikan haji ( sedang wuquf di Arafah ) , maka puasa Arafah tidak disyari’atkan
kepadanya , karena Rasulullah saw tidak melakukan puasa ketika sedang wuquf di Arafah.
Bersumber dari Abu Qatadah r.a dia berkata : Rasulullah saw ditanya tentang puasa Arafah , maka beliau
saw menjawab : Puasa tersebut menghapuskan dosa selama 2 tahun. Lalu beliau saw ditanya tentang
puasa Asyura’ , maka beliau saw menjawab : menghapuskan dosa selama 1 tahun
Ahmad 5/295
َ ْ َن َهى َعن-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َم ْهدِىٍّ ْال َه َج ِرىِّ َح َّد َث َنا عِ ْك ِر َم ُة َقا َل ُك َّنا عِ ْندَ َأ ِبى ه َُري َْر َة فِى َب ْي ِت ِه َف َح َّد َث َنا َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ص ْو ِم َي ْو ِم َع َر َف َة
ِب َع َر َف َة
ضعيف: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Mahdi Al Hajari dia berkata telah mengkhabarkan kepadaku ‘Ikrimah dia berkata : Kami
bersama Abu Hurairah r.a di rumahnya, lalu dia memberitahukan kepada kami bahwa Rasulullah saw
melarang puasa Arafah di Arafah.
Hadits dha’if riwayat Abu Dawud Kitabush Shaum bab 63no 2440.
PENJELASAN :
Yang dimaksud adalah : Jama’ah haji yang sedang wuquf di Arafah dilarang berpuasa.
Maka puasa di Arafah hanya disyari’atkan untuk Qaum Muslimin yang tidak sedang mengerjakan haji.
Tetapi saya dapati adanya hadits lain bahwa Rasulullah saw tidak berpuasa ketika sedang wuquf di
Arafah.
Bersumber dari Ummu Fadhl binti Al Harits r.a , bahwasanya manusia dalam keadaan ragu pada hari
Arafah tentang puasanya Nabi saw.
Maka Ummu Fadl mengirim segelas susu kepada Rasulullah saw ketika beliau saw sedang wuquf di atas
hewan tunggangannya , lalu Nabi saw meminumnya.
TANGGAL 9 DZULHIJJAH ATAU PADA HARI KETIKA JAMA’AH HAJI WUQUF DI ARAFAH ?
Bagi umat Islam di Indonesia , penetapan puasa Arafah didasarkan kepada terbitnya hilal setempat
( yaitu didasarkan kepada tanggal 09 Dzulhijjah ).
Seperti inilah yang diamalkan oleh para salafush shalih dari generasi shahabat dan orang yang mengikuti
mereka termasuk para imam madzhab.
Dalam banyak kitab Fiqih madzhab Maliki , Syafi’i, Hanbali dll, disebutkan bahwa puasa Arafah adalah
puasa yang dikerjakan pada hari ke 9 bulan Dzulhijjah.
Bagi umat Islam di Indonesia, jika hari wuquf di Arafah berbeda dengan terbitnya hilal 9 Dzulhijjah di
Indonesia , maka yang menjadi pegangan adalah terbitnya hilal di Indonesia.
Kesimpulan seperti ini harus diambil karena ketika Nabi saw masih hidup dan pada masa setelah
wafatnya (pada zaman shahabat) , belum ada hand phone atau siaran langsung televisi.Sehingga
penduduk Bashrah tidak tahu kapan jama’ah haji wuquf di Arafah. Yang dijadikan pegangan pada waktu
itu adalah terbitnya bulan pada tempat masing masing. Sehingga orang orang berpuasa Arafah adalah
pada tanggal 09 Dzulhijjah.
Tambahan :
Bagaimana cara qaum Muslimin yang berada jauh dari padang Arafah melaksanakan puasa Arafahnya ?
Misalnya : penduduk Papua, dimana perbedaan waktunya adalah 6 jam dengan Arab Saudi.
Kalau dikatakan puasa Arafah bagi penduduk Papua dimulai sejak masuk waktu shubuh waktu Papua
(sekitar jam 04.30 waktu Papua), maka di Arafah ketika itu masih jam 10.30 malam. Berarti di Arafah
belum ada wuquf. Kita tahu bahwa wuquf di Arafah dilakukan setelah adanya khutbah Arafah dan shalat
dhuhur serta ashar dengan cara jama’ taqdim.
Kalau dikatakan bahwa penduduk Papua hendaknya memulai puasa Arafahnya ketika kegiatan wuquf di
Arafah dilakukan, maka saat itu di Papua sudah di atas jam 6 sore. Mungkin sudah masuk waktu
maghrib.
Wallahu A’lam.
ُص ْو ُم َي ْو ِم َع َر َف َة َوه َُو َتاسِ ُع ْالحِجَّ ِة َوه َُو ُي َك ِّف ُر ال َّس َن َة الَّتِي َق ْبلَ ُه َوال َّس َن َة الَّتِي َبعْ َده
َ
Puasa Arafah adalah puasa hari ke 9 dari bulan Dzul Hijjah. Puasa ini menghapuskan dosa 1 tahun lalu
dan dosa 1 tahun yang akan datang.
ِ ص ْو ُم َي ْو ِم َع َر َف َة َوه َُو ال َّتاسِ ُع مِنْ ذِي ْالحِجَّ ِة م َُر َّغبٌ فِي ِه ل َِحدِي
ث مُسْ ل ٍِم َ
1. Fat-hul Wahhaab
2. Mughni Al Muhtaaj
3. Nihaayatul Muhtaaj
4. Haasyiyah Al Jamal
ص ْو ُم َي ْو ِم َع َر َف َة َوه َُو َتاسِ ُع ذِي ْالحِجَّ ِة
َ َّسُن
6. Fat-hul Mu’iin
( وهو تاسع ذي الحجة )ويسن- كما في خبر مسلم- النه يكفر السنة التي هو فيها والتي بعدها،متأكدا (صوم يوم عرفة) لغير حاج
Sebagaimana puasa Arafah, yaitu puasa hari ke 9 dari bulan Dzul Hijjah
CABANG PERMASALAHAN :
ْن َ ص ْو ُم َي ْو ِم َع َر َف َة َك َّف
ِ ارةُ َس َن َتي َ ص ْو ُم َي ْو ِم ال َّترْ ِو َي ِة َك َّف
َ ارةُ َس َن ٍة و َ : عن ابن عباس مرفوعا.
تخريج السيوطي
تحقيق األلباني
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a secara marfu’ : Puasa pada hari tarwiyah ( 8 Dzulhijjah )
Menghapuskan dosa selama 1 tahun dan puasa pada hari Arafah ( 9 Dzulhijjah ) menghapuskan dosa
selama 2 tahun
Riwayat Abu Syaikh dan dinilai sebagai HADITS MAUDLU’ oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih wadl dla’if
Al Jaami’ush shaghir no 7941
Kalau dikaitkan dengan amal shalih 10 hari pertama bulan Dzulhijjah yang sangat dicintai Allah, maka
tidak ada salahnya berpuasa pada hari ke 8 (hari Tarwiyah).
Jadi, puasa ini bukan karena hari Tarwiyah , tetapi kita melakukan puasa ini karena merupakan bagian
dari 10 hari pertama bulan Dzulhijjah.
Wallahu A’lam
*************************************************************
PERTANYAAN RUSDI
Saya berpendapat bahwa pelaku dosa syirik tidak sepatutnya dijadikan imam dalam shalat berjama’ah.
Kalau tetap saja pelaku dosa syirik menjadi imam, maka saya memilih untuk tidak mau shalat di
belakangnya sebagai makmumnya.
Saya akan cari masjid lain yang imamnya bukan pelaku syirik.
Wallahu A’lam.
03/09/16, 15.58 - Ustadz Mubarok Ptk: MOHON MAAF , KETIKA MEMPOSTING JAWABAN ,
SEBAGIANNYA TIDAK SAYA SERTAKAN PERTANYAAN DARI PENANYA.
MAKA SEKARANG SAYA KUTIPKAN PERTANYAAN PERTANYAAN TERSEBUT , YANG MANA JAWABANNYA
SUDAH SAYA POSTINGKAN TADI PAGI
Apakah diperintah wudhu lagi bagi yang sudah memandikan jenazah dan dia bermaksud hendak
menshalatkan jenazah, sedangkan wudhunya masih belum batal ?
Sedangkan memandikan jenazah bukanlah pembatal wudhu, tapi sempat membuat ragu.
**************************************************************
Assalamualaikum ustadz.. boleh sekalian di jabarkan fadhilah puasa arafah ustd? Apakah harus 2 hari tg
8 dan 9 atau bisa hanya satu kali?
******************************************************************
PERTANYAAN ERNAWATI
Assalamualaikum ustadz.Sy pernah dgr mkn daging kambing n sapi, kalo kt sdh berwudhu
mkn daging kambing n sapi gak batal, trus kumur2 lsg bisa sholat sedang kan kalo mkn daging unta biar
sdh wudhu, hbs mkn kt nya di anjurkan wudhu lg..Apa benar n apa ada dalil nya ustad. Sukron ustadz.
*******************************************************************
PERTANYAAN RUSDI
Assalamu alaikum pak ustadz.,bolehkah kita menghidar/memilih masjid yang agak jauh dari rumah
kita,soalnya masjid di dekat rumh kita itu imamnya melakukan kesyirikan seperti buang telur kesungai
dan meminta berkah di air tersebut..imamnya ne termasuk imam besar di masjid tersebut...
Bolehkah kita melewati masjid tersebut ketika azan berkumandang...Dan apa hukumnya?
04/09/16, 04.30 - Kode keamanan +62 853-8702-8683 berubah. Ketuk untuk info selengkapnya.
*************************************************************
PERTANYAAN AWANG SA
Bismillah
Assalamualaikum ustadz, mohon penjelasan : Jika pada saat shalat lail antara (suami, istri, anak) mana yg
lebih afdhol berjamaah atau sendiri2. Jazakallohu khoiron
SHALAT MALAM YANG DILAKUKAN DENGAN CARA BERJAMA’AH DENGAN ANAK DAN ISTRI ATAU
DENGAN ORANG LAINNYA, ADA 3 KEMUNGKINAN :
1. SHALAT MALAM BERJAMA’AH DILAKUKAN DENGAN TUJUAN PEMBINAAN.
Maksudnya : tujuan berjama’ahnya adalah untuk melatih , atau mengajari atau memberikan motivasi
kepada seseorang atau sekelompok orang agar rajin untuk mengerjakan shalat malam.
Misalnya : anak dan istrinya akan sulit mengerjakan shalat malam (malas) jika dilepas sendirian.
Artinya : ketika mengerjakan shalat malam , ada orang lain yang ingin bergabung .
صلى هللا- ِ َواضْ َط َج َع َرسُو ُل هَّللا، ض ِو َسا َد ٍة 3ُ ْ َفاضْ َط َجع، َوهْ َى َخالَ ُت ُه، َّاس َأ ْخ َب َرهُ َأ َّن ُه َباتَ عِ ْندَ َم ْيمُو َن َة
ِ ْت فِى َعر ٍ ب َأنَّ اب َْن َعب ٍ َعنْ ُك َر ْي
، ان َ آل عِ مْ َرِ ْت مِن ْ َأ ُ
ٍ ث َّم َق َر َعش َر آ َيا، ْس ُح ال َّن ْو َم َعنْ َوجْ ِه ِه َ ْ َأ َّ
َ َفاسْ َت ْي َقظ َيم، ف الل ْي ُل ْو َق ِريبًا ِمن ُه
َ ص ْ ُ ُ َأ
َ َف َنا َم َح َّتى ان َت، َو هْ ل ُه فِى طولِ َها- عليه وسلم
ُث َّم َقا َم، ضَأ َفَأحْ َس َن ْالوُ ضُو َء
َّ َف َت َو، ِإلَى َشنٍّ م َُعلَّ َق ٍة- صلى هللا عليه وسلم- ِ ُث َّم َقا َم َرسُو ُل هَّللا
َوَأ َخ َذ ِبُأ ُذنِى َي ْف ِتلُ َها، ض َع َي َدهُ ْال ُي ْم َنى َعلَى َرْأسِ ى ُ ُت م ِْثلَ ُه َفق
َ َف َو، مْت ِإلَى َج ْن ِب ِه َ ُصلِّى َف
ُ ْص َنع َ ي،
ُث َّم َأ ْو َتر، ْن
ِ ُث َّم َر ْك َع َتي، ْن
ِ ُث َّم َر ْك َع َتي، ْن
ِ ُث َّم َر ْك َع َتي، ْن
ِ ُث َّم َر ْك َع َتي، ْن
ِ ُث َّم َر ْك َع َتي، ْن َ ُث َّم
ِ صلَّى َر ْك َع َتي
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح على شرط الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Kuraib, sesungguhnya Ibnu Abbas r.a bercerita kepadanya bahwa dia bermalam di
rumah Maimunah r.a, dia adalah bibinya.
Ibnu Abbas berkata : Aku tidur diatas selimut yang dibentangkan, sedangkan Rasulullah saw dan istrinya
tidur diruangan istrinya sampai tengah malam atau mendekati tengah malam.
Lalu Rasulullah saw bangun sambil mengusap wajahnya , lalu membaca 10 ayat dari surah Ali Imran.
Kemudian beliau saw bangkit menuju tempat air dari kulit yang digantung dan berwudhu dengan
membaguskan wudhu’nya lalu melaksanakan shalat.
Beliau saw meletakkan tangan kananya diatas kepalaku dan menarik telingaku.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Witr bab 1 no 992 ( ini adalah lafadznya )
Abu Dawud Kitabut Tathawwu’ bab 26 no 1367 ( dinilai shahih oleh Al Albani )
Ibnu Majah Kitabu Iqamatish Shalah bab 181 no 1363 ( di shahihkan oleh Al Albani )
Ahmad 1/242 no 2165 (sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
3. SHALAT MALAM BERJAMA’AH DILAKUKAN SECARA TERUS MENERUS KARENA MEMANDANG BAHWA
CARA SEPERTI INI ADALAH LEBIH UTAMA.
Jika benar demikian, maka saya tidak sependapat. Bahkan saya tidak menyukainya.
Karena saya dapati banyak sekali hadits Nabi saw yang mengisyaratkan bahwa Rasulullah saw
mengerjakan shalat malam tidak dengan cara berjama’ah.
Aku pernah tidur di depan Nabi saw dan kakiku berada di arah Qiblatnya. Jika akan sujud beliau saw
menyentuhku dengan tangannya , maka akupun menarik kakiku. Dan jika beliau saw berdiri maka aku
meluruskan kembali kakiku.
Aisyah r.a berkata : Pada waktu itu rumah rumah tidak ada lampunya
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabush Shalah bab 22 no 382 ( ini adalah lafadznya )
PENJELASAN :
Suatu hari Rasulullah saw mengerjakan shalat , sedangkan Aisyah r.a berbaring melintang di depan
Rasulullah saw di arah Qiblat, sehingga menghalangi tempat sujudnya Rasulullah saw.
Ketika akan sujud , Rasulullah saw menyentuh kaki Aisyah r.a supaya dia menariknya agar Rasulullah saw
tidak terhalang sujudnya. Katika Rasulullah saw berdiri , maka Aisyah r.a meluruskan kembali kakinya.
Nampak dalam hadits ini bahwa Rasulullah saw TIDAK MENGERJAKAN SHALAT MALAMNYA DENGAN
CARA BERJAMA’AH DENGAN ISTRINYA.
BANTAHAN :
Mungkin saja ketika itu Aisyah r.a sedang haidh , sehingga tidak mengerjakan shaat malam bersama
dengan Rasulullah saw.
JAWAB :
Jika dikatakan bahwa Aisyah r.a mungkin sedang haidh , maka mungkin juga ketika itu dia tidak sedang
haidh. Sama sama mungkinnya.
Yang pasti , ketika itu Rasulullah saw tidak melakukan shalat malamnya dengan cara berjama’ah
bahkan didapati riwayat yang sangat jelas bahwa Aisyah r.a tidak dalam keadaan haidh ketika Rasulullah
saw mengerjakan shalat malam sendirian.
ُ ْ َفِإ َذا َأ َرا َد َأنْ يُوت َِر َأ ْي َق َظنِى َفَأ ْو َتر، ض ًة َعلَى ف َِراشِ ِه
ت َ َوَأ َنا َراقِدَ ةٌ مُعْ َت ِر، ُصلِّى
َ ي- صلى هللا عليه وسلم- ُّان ال َّن ِبى ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
َ ت َك
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : Bahwasanya Nabi saw mengerjakan shalat malam sedangkan
saya tidur melintang di atas pembaringannya. Ketika Rasulullah saw akan witir , maka beliau saw
membangunkanku , lalu aku juga melakukan shalat witir.
ت َيدِى َعلَى َب ْط ِن َق َد َم ْي ِه َوه َُو فِى ْال َمسْ ِج ِد َو ُه َما ِ لَ ْيلَ ًة م َِن ْالف َِر-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َرسُو َل هَّللا
ْ اش َف ْال َت َمسْ ُت ُه َف َو َق َع ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
ُ ت َف َق ْد
ِ َمنصُو َب َت
ان ْ
Bersumber dari Aisyah r.a , dia berkata : Pada suatu malam aku kehilangan Rasulullah saw. Lalu aku
mencarinya. Kemudian tanganku menyentuh dua telapak kaki Nabi saw, sedangkan beliau saw berada di
dalam masjid dan kedua kakinya dalam keadaan tegak
Penjelasan :
Hadits ini menceritakan kejadian lainnya pada waktu yang lain pula.
Bahwa suatu malam Aisyah r.a terbangun dari tidurnya , lalu dia mencari Rasulullah saw dengan cara
meraba raba, maka terpeganglah olehnya kaki Rasulullah saw yang ketika itu sedang sujud.
Ini menunjukkan bahwa ketika itu Rasulullah saw mengerjakan shalat malamnya tidak dengan cara
berjama’ah dengan istrinya.
- صلى هللا عليه وسلم- ِ ب َأ ْخ َب َرهُ َأنَّ َرسُو َل هَّللا ٍ ُسي َْن ب َْن َعلِىٍّ َأ ْخ َب َرهُ َأنَّ َعلِىَّ ب َْن َأ ِبى َطا ِلَ ْن َأنَّ ح َ الزهْ ِرىِّ َقا َل َأ ْخ َب َرنِى َعلِىُّ بْنُ ح
ٍ ُسي ُّ َع ِن
َ َ َأ َ هَّللا ُ ْ َأ هَّللا
. َفِإذا َشا َء نْ َي ْب َعث َنا َب َعث َنا، ِ نف ُس َنا ِب َي ِد، ِ ت َيا َرسُو َل ْ ُ
ُ َفقل. » ان ِ صل َيِّ ُ َأ ً
َ ل ْيلة َف َقا َل « الَ ت- َعل ْي ِه ال َّسالَ ُم- َِّط َر َق ُه َو َفاطِ َمة ِبنتَ ال َّن ِبى
َ َ َ ْ َ
) ًان اِإل ْن َسانُ َأ ْك َث َر َشىْ ٍء َج َدال
َ ُث َّم َسمِعْ ُت ُه َوهْ َو م َُو ٍّل َيضْ ِربُ َف ِخ َذهُ َوهْ َو َيقُو ُل « ( َو َك. ك َولَ ْم َيرْ ِجعْ ِإلَىَّ َش ْيًئ ا َ ِِين قُ ْل َنا َذل
َ فح َ َفا ْن
َ ص َر
Bersumber dari Az Zuhri dia berkata : telah mengkhabarkan kepadaku Ali bin Husain , bahwasanya
Husain bin Ali memberitahukan kepadanya , bahwasanya Ali bin Abi Thalib r.a memberitahukannya
bahwasanya pada suatu malam Rasulullah saw mendatangi dirinya dan Fathimah putri Rasulullah saw ,
lalu beliau saw bersabda : Tidakkah kalian mengerjakan shalat ?
Aku berkata : Wahai Rasulullah , jiwa kami berada di tangan Allah. Jika Allah menghendaki untuk
membengunkan kami maka kami pasti akan bangun.
Maka Rasulullah saw pergi setelah kami mengatakan yang demikian dan tidak menjawab perkataanku
sedikitpun.
Kemudian ketika beliau saw pergi aku mendengar beliau saw memukul pahanya sambil mengucapkan :
ًان اِإل ْن َسانُ َأ ْك َث َر َشىْ ٍء َج َدال
َ َو َكDan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (surah Al Kahfi
ayat 54)
Dalam hadits ini disebutkan bahwa Rasulullah saw membangunkan putrinya dan menantunya (Fathimah
r.a dan Ali r.a) agar mengerjakan shalat malam, TETAPI TIDAK MENGAJAK MEREKA UNTUK
MELAKUKANNYA SECARA BERJAMA’AH.
صلى هللا- ِ َواضْ َط َج َع َرسُو ُل هَّللا، ض ِو َسا َد ٍة ِ ْت فِى َعر3ُ ْ َفاضْ َط َجع، َوهْ َى َخالَ ُت ُه، َّاس َأ ْخ َب َرهُ َأ َّن ُه َباتَ عِ ْندَ َم ْيمُو َن َة
ٍ ب َأنَّ اب َْن َعب ٍ َعنْ ُك َر ْي
، ان ْم
َ آل عِ َر ِْن
ِ تم ْ َأ َ ُ ْج ْن
ٍ ث َّم ق َر َعش َر آ َيا، ْس ُح النو َم َع َو ِه ِه ْ َّ َ َ ْ َ ْاس َ ْ َ ْ َأ
َ ف تيقظ َيم، ف اللي ُل و ق ِريبًا ِمن ُه ْ َّ َ ص َ ْ َّ َ َ ُ ُ ْه
َ فنا َم َحتى انت، َو ل ُه فِى طولِ َها- عليه وسلمَأ
ُث َّم َقا َم، ضَأ َفَأحْ َس َن ْالوُ ضُو َء
َّ َف َت َو، ِإلَى َشنٍّ م َُعلَّ َق ٍة- صلى هللا عليه وسلم- ِ ُث َّم َقا َم َرسُو ُل هَّللا
َوَأ َخ َذ ِبُأ ُذنِى َي ْف ِتلُ َها، ض َع َي َدهُ ْال ُي ْم َنى َعلَى َرْأسِ ى ُ ُت م ِْثلَ ُه َفق
َ َف َو، مْت ِإلَى َج ْن ِب ِه َ ُصلِّى َف
ُ ْص َنع َ ي،
ُث َّم َأ ْو َتر، ْن
ِ ُث َّم َر ْك َع َتي، ْن
ِ ُث َّم َر ْك َع َتي، ْن
ِ ُث َّم َر ْك َع َتي، ْن
ِ ُث َّم َر ْك َع َتي، ْن
ِ ُث َّم َر ْك َع َتي، ْن َ ُث َّم
ِ صلَّى َر ْك َع َتي
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح على شرط الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Kuraib, sesungguhnya Ibnu Abbas r.a bercerita kepadanya bahwa dia bermalam di
rumah Maimunah r.a, dia adalah bibinya.
Ibnu Abbas berkata : Aku tidur diatas selimut yang dibentangkan, sedangkan Rasulullah saw dan istrinya
tidur diruangan istrinya sampai tengah malam atau mendekati tengah malam.
Lalu Rasulullah saw bangun sambil mengusap wajahnya , lalu membaca 10 ayat dari surah Ali Imran.
Kemudian beliau saw bangkit menuju tempat air dari kulit yang digantung dan berwudhu dengan
membaguskan wudhu’nya lalu melaksanakan shalat.
Beliau saw meletakkan tangan kananya diatas kepalaku dan menarik telingaku.
Abu Dawud Kitabut Tathawwu’ bab 26 no 1367 ( dinilai shahih oleh Al Albani )
Ibnu Majah Kitabu Iqamatish Shalah bab 181 no 1363 ( di shahihkan oleh Al Albani )
Ahmad 1/242 no 2165 (sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
PENJELASAN :
Dalam hadits ini disebutkan bahwa Rasulullah saw mengerjakan shalat malam di rumah istrinya yang
bernama Maimunah r.a sendirian , TIDAK BERJAMA’AH DENGAN ISTRINYA. Kemudian Ibnu Abbas r.a
yang juga merupakan keponakan dari Maimunah r.a bergabung untuk shalat bersama dengan Rasulullah
saw.
Bersumber dari Zaid bin Khalid Al Juhani r.a , bahwasanya dia berkata :
Kemudian Rasulullah saw melakukan shalat 2 raka’at dengan sangat panjang ( lama ). Kemudian beliau
saw shalat 2 raka’at yang kurang panjang jika dibanding dengan 2 raka’at sebelumnya.
Kemudian beliau saw shalat 2 raka’at yang kurang panjang jika dibanding dengan 2 raka’at sebelumnya.
Kemudian beliau saw shalat 2 raka’at yang kurang panjang jika dibanding dengan 2 raka’at sebelumnya.
Kemudian beliau saw shalat 2 raka’at yang kurang panjang jika dibanding dengan 2 raka’at sebelumnya.
Kemudian beliau saw shalat witir ( 1 raka’at ). Jumlah keseluruhannya adalah 13 raka’at.
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabu Shalatil Musaafiriin bab (26) Ad Du’aai fii Shalaatil Laili wa
Qiyaamihi no 765 ( ini adalah lafadznya )
WALLAHU A’LAM.
SELESAI.
*************************************************************
PERTANYAAN ERNA
Assalamualaikum wr wb, ustadz saya ingin bertanya tentang zakat harta. Perhitungannya sesuai syariat
itu seperti apa. Lebih jelasnya , saya seorang pedagang dan saya juga sekarang tidak pernah lagi
menghitung tiap bulan penghasilan saya berapa. Alasannya saya merasa lebih tenang karena saya tidak
tahu berapa uang atau harta yang saya punya. Tetapi selama ini saya menzakatkan tiap bulannya selalu
saya lebihkan dari perkiraan (karena sebelumnya saya juga pernah menghitung penghasilan saya tiap
bulan)..mohon penjelasannya dan terima kasih sebelum dan sesudahnya..
1. Simpanan emas dan perak (termasuk zaman sekarang adalah simpanan uang tunai)
2. Modal perniagaan.
3. Hasil bumi.
ZAKAT PERNIAGAAN
Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik
dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu.
Bersumber dari Samurah bin Jundub r.a dia berkata : Ammaa Ba’du
Maka sesungguhnya Rasulullah saw memerintahkan kepada kami untuk mengeluarkan zakat terhadap
barang barang yang kami sediakan buat diperdagangkan
Hadits riwayat Abu Dawud Kitabuz Zakaah bab 3 no 1564, dinilai dha’if oleh Al Albani
ار ِة ِ ْس فِى ْال ُعر
َ ُوض َز َكاةٌ ِإالَّ َما َك
َ ان لِل ِّت َج َ َلي: ْن ُع َم َر َقا َل
ِ َع ِن اب
Bersumber dari Ibnu Umar r.a dia berkata : Tidak ada kewajiban zakat terhadap barang perabotan,
kecuali jika barang tersebut diperdagangkan
Atsar shahih riwayat Al Baihaqi dalam As Sunanul Kubra jilid 6 halaman 64 Kitabuz Zakaah bab 82 no
7698
Dinilai sebagai atsar shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Tamamul Minnah
Bersumber dari Zuraiq bin Hayyaan, sesungguhnya Umar bin Abdul Aziz menulis surat kepadanya :
Perhatikanlah setiap orang muslim yang singgah di tempatmu. Pungutlah zakat dari barang mereka yang
diperdagangkan, setiap 40 dinar (dipungut) 1 dinar
Riwayat Malik Kitabuz Zakaah bab 9 no 662 dengan sanad yang shahih
Tentang wajibnya zakat terhadap barang yang diperdagangkan telah menjadi ketentuan sejak zaman
shahabat sampai tabi’in dan seterusnya
- Atha’ dll
DARI SAYA :
Zakat perdagangan besarnya 2,5 persen dari total modal yang diperdagangkan (bukan dari keuntungan).
- Modal keseluruhan mencapai nishab (batas minimal harta yang wajib dizakati)
Maka Erna dapat menghitung sendiri berapa besaran zakat yang wajib dikeluarkan.
CABANG PERMASALAHAN :
Bolehkan seseorang mengeluarkan zakat perdagangan sebelum sampai haulnya ? (belum 1 tahun? )
JAWAB :
Pada umumnya para ulama membolehkannya, tetapi sifatnya hanya sebagai cicilan sementara dari
zakat. Bukan angka pasti dari zakat itu sendiri. Maksudnya : seorang wajib zakat mengeluarkan sejumlah
harta sebagai cicilan atas zakatnya yang belum sampai tempo.
Nanti setelah sampai tempo , dihitung jumlah zakatnya secara keseluruhan. Maka kekurangannya harus
dilunasi .
CONTOH :
Setelah dihitung ternyata total zakatnya yang wajib dikeluarkan adalah : Rp 8.000.000,-.
Tapi jika total zakat yang harus dikeluarkan lebih kecil dari jumlah cicilan zakat , maka terserah kepada
wajib zakat : mau dianggap shadaqah (dianggap lunas) , atau akan dikompensasikan dengan kewajiban
zakat tahun depannya.
CONTOH :
Setelah dihitung ternyata total zakatnya yang wajib dikeluarkan adalah : Rp 4.000.000,-.
Wallahu A’lam .
SELESAI.
*************************************************************
PERTANYAAN ENDAH
Assalamualaikum pak Ustadz, mau tanya. Kalau seorang suami sudah sering mengucapkan kata cerai
dan jika dihitung sampai 7x diucapkan, apa yg harus istri lakukan? Apakah keluar dari rumah tersebut?
Dan jika ingin rujuk lagi bagaimana prosedurnya? Syukron ustadz.
JAWAB : Wa alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh
ان َواَل َي ِح ُّل لَ ُك ْم َأنْ َتْأ ُخ ُذوا ِممَّا َآ َت ْي ُتمُوهُنَّ َش ْيًئ ا ِإاَّل َأنْ َي َخا َفا َأاَّل ُيقِي َما ُحدُو َد هَّللا ِ َفِإنْ ِخ ْف ُت ْم َأاَّل
ٍ ك ِب َمعْ رُوفٍ َأ ْو َتسْ ِري ٌح بِِإحْ َس َ ان َفِإم
3ٌ ْسا َّ
ِ الطاَل ُق مَرَّ َت
) َفِإنْ َطلَّ َق َها َفاَل229( ُون َّ
َ ك ُه ُم الظالِم َ ُأ َ هَّللا َ َ َ
َ ك ُحدُو ُد ِ ف تعْ تدُو َها َو َمنْ َيت َع َّد ُحدُو َد ِ ف ولِئاَل َ هَّللا ْ ْ َ ْ َ َ اَل َ هَّللا
َ ُيقِي َما ُحدُودَ ِ ف ُجنا َح َعلي ِْه َما فِي َما افتدَت ِب ِه تِل
َ اج َعا ِإنْ َظ َّنا َأنْ ُيقِي َما ُحدُو َد هَّللا ِ َوت ِْل
َ ك ُحدُو ُد هَّللا ِ ُي َب ِّي ُن َها ِل َق ْو ٍم َيعْ لَم
ُون َ َت ِح ُّل لَ ُه مِنْ َبعْ ُد َح َّتى َت ْن ِك َح َز ْوجً ا غَ ي َْرهُ َفِإنْ َطلَّ َق َها َفاَل ُج َنا َح َعلَي ِْه َما َأنْ َي َت َر
)230(
Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang makruf atau
menceraikan dengan cara yang baik. Tidak halal bagi kamu mengambil kembali dari sesuatu yang telah
kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-
hukum Allah. Jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami istri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum
Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh istri untuk menebus
dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, maka janganlah kamu melanggarnya. Barang siapa yang melanggar
hukum-hukum Allah mereka itulah orang-orang yang dzalim.
Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah talak yang kedua), maka perempuan itu tidak halal lagi
baginya hingga dia kawin dengan suami yang lain. Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya,
maka tidak ada dosa bagi keduanya (bekas suami pertama dan istri) untuk kawin kembali jika keduanya
berpendapat akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. Itulah hukum-hukum Allah, diterangkan-Nya
kepada kaum yang (mau) mengetahui.
PENJELASAN :
Berdasarkan ayat tersebut , talaq yang boleh diruju’ dalam Islam hanya 2 kali.
Jika suami mentalaq ke 3 kalinya , maka istri tidak dapat diruju’ kembali.
Maksudnya :
- Seorang suami mentalaq istrinya , kemudian dia meruju’nya.
Istrinya menjadi wanita merdeka , bebas menikah dengan laki laki manapun yang melamarnya.
Jika istrinya menikah dengan laki laki lain , kemudian suami baru tersebut menceraikannya , maka
setelah habis masa iddah , suami lama boleh melamarnya kembali. Kalau istri tersebut mau, maka
mereka boleh menikah kembali.
TETAPI SYARATNYA :
1. Istri tersebut sudah melakukan hubungan suami istri dengan suami barunya.
Jika belum terjadi hubungan suami istri , maka tidak boleh dia menikah kembali dengan suami lamanya.
الز َبي ِْر َأنَّ عَاِئ َش َة َأ ْخ َب َر ْت ُه َأنَّ امْ َرَأ َة ِر َفا َع َة
ُّ ُب َقا َل َأ ْخ َب َرنِى عُرْ َوةُ بْن 3ٍ ْن شِ َهاِ ْث َقا َل َح َّد َثنِى ُع َق ْي ٌل َع ِن ابُ َح َّد َث َنا َسعِي ُد بْنُ ُع َفي ٍْر َقا َل َح َّد َثنِى اللَّي
ت َبعْ َدهُ َع ْب َد الرَّ حْ َم ِن ُ ْ َوِإ ِّنى َن َكح، ت َطالَقِى َّ ت َيا َرسُو َل هَّللا ِ ِإنَّ ِر َفا َع َة َطلَّ َقنِى َف َب ْ َ َف َقال- صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ِ ت ِإلَى َرس 3ْ ْالقُ َرظِ ىِّ َجا َء
َّ
َحتى، ال، اعةَ َ َ َ
َ ِين نْ ترْ ِجعِى ِإلى ِرف َ َأ ُ َّ َ هَّللا َ ْ ْ
َ « ل َعلكِ ت ِريد- صلى هللا عليه وسلم- ِ قا َل َرسُو ُل. َوِإن َما َم َع ُه مِث ُل الهُد َب ِة، َّير الق َرظِ ى ْ َّ ُ ْ َّ ب َْن
ِ الز ِب
ُ
َيذوقَ ُع َس ْيلَ َتكِ َو َتذوقِى ُع َس ْيلَ َت ُه ُ
Bersumber dari Aisyah r.a : Istri Rifa’ah Al Quradhi r.a datang kepada Nabi saw lalu dia berkata:
Wahai Rasulullah , sesungguhnya Rifa’ah telah mentalaq aku dengan talaq batta (talaq 3). Dan
sesungguhnya setelah itu aku menikah dengan Abdurrahman bin Az Zubair Al Quradhiy, akan tetapi dia
seperti ujung kain (impoten)
Rasulullah saw bersabda : Kamu ingin kembali kepada Rifa’ah ? Tidak boleh , sehingga (suami baru)
merasakan madumu dan engkau merasakan madunya dia)
ُان َقا َل ُع ْق َب ُة بْن َ اع َ ب ِم ْش َر ُح بْنُ َه 3ٍ ْث ب َْن َسعْ ٍد َيقُو ُل َقا َل لِى َأبُو مُصْ َع 3ُ ْصال ٍِح ْالمِصْ ِرىُّ َح َّد َث َنا َأ ِبى َقا َل َسمِع
َ ت اللَّي َ ْن َ َح َّد َث َنا َيحْ َيى بْنُ ع ُْث َم
ِ ان ب
ُأ
َقالُوا َبلَى َيا َرسُو َل هَّللا ِ َقا َل « ه َُو ْالم َُحلِّ ُل لَ َع َن هَّللا ُ ْالم َُحلِّ َل.» ار ِ « َأالَ ْخ ِب ُر ُك ْم ِبال َّتي-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعام ٍِر َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ِ ْس ْالمُسْ َت َع
ََو ْالم َُحلَّ َل ل ُه
Bersumber dari ‘Uqbah bin ‘Aamir r.a dia berkata : Rasulullahs aw bersabda : Maukah aku beritahukan
ِ ْس ْالمُسْ َت َع
kepada kalian tentang ار ِ ( ال َّتيdomba pejantan yang dipinjamkan).
Para shahabat menjawab : Tentu wahai Rasulullah .
PENJELASAN :
Muhallil maksudnya : suami kedua (yang dipinjam sementara untuk menikahi istrinya)
Muhallala lahu artinya : suami pertama yang terlanjur mentalaq istrinya dengan talaq 3 dan ingin
kembali kepada istrinya tersebut. Maka dia memakai jasa muhallil.
KESIMPULAN :
Seorang suami yang mentalaq istrinya sampai 3 kali maka istrinya tersebut tidak dapat diruju’nya
kembali sampai mantan istri tersebut menikah dengan orang lain.
Jika mantan istri tersebut belum menikah dengan laki laki lain , maka suami tersebut menjadi haram
dengan mantan istrinya sebagaimana dia dengan wanita lain.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
PERTANYAAN ANDRI
Assalamu alaikum wr wb. Apa khabar ustadz? Mau nanya ustadz apakah boleh panitia qurban memakan
daging hewan qurban yang disembelihnya? (Makan siang ramai2) dan apakah boleh menjual kulitnya
karena tidak tahu cara olahnya tapi uangnya dijadikan utk infaq masjid.
1. PANITIA QURBAN.
Panitia tidak sama dengan tukang sembelih , karena panitia bertindak atas nama orang yang berqurban.
Dia bukan orang yang diupah atas pekerjaaan yang diberikan kepadanya.
Dengan kata lain , panitia adalah orang yang mendapat kuasa dari orang yang berqurban. Sehingga
kedudukannya sama seperti orang yang berqurban itu sendiri.
Ringkasnya : jika panitia qurban mengambil sebagian daging qurban untuk dirinya , maka kedudukannya
bukan sebagai upah kerja. Sehingga daging tersebut halal baginya.
Wallahu A’lam.
2. HUKUM ASAL MENJUAL SEBAGIAN DARI TUBUH BINATANG QURBAN ADALAH DILARANG, BAIK ITU
DAGINGNYA , KULITNYA DSB.
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang menjual kulit
hewan qurbannya, maka tidak ada qurban baginya
Hadits riwayat Al Baihaqi dalam As Sunanul Kubra jilid 14 halaman 243 Kitabudl Dlahaayaa bab 37 no
19771
Al Hakim dalam Al Mustadrak jilid 3 halaman 149 Kitabut Tafsiir bab no 3521
Dinilai oleh Syaikh Al Albani sebagai hadits hasan ( Lihat : Shahih At Targhiib no 1088 dan Shahiih Al
Jaami’ush Shaghiir no 6118
Penjelasan :
Yang disebut di dalam hadits ini hanya larangan untuk menjual kulit , tetapi maknanya berlaku untuk
seluruh bagian dari tubuh hewan qurban.
Kulit binatang qurban boleh dimakan oleh orang yang berqurban, boleh dishadaqahkan, dan boleh juga
dimanfa’atkan oleh orang yang berqurban. Misalnya dimanfa’atkan untuk alas kaki ( sandal dsb ).
Jika tidak ada yang mau menerima shadaqah kulit , dan orang yang berqurban juga tidak berkenan
dengan kulit tersebut , maka kemungkinannya ada 2 :
A) Kulit tersebut dibuang.
Sedangkan menjual kilit hewan qurban juga salah, walaupun hasilnya di shadaqahkan.
Kita tidak bisa lari dari 2 kemungkinan tersebut dan harus kita pilih salah satu.
Jika ditimbang , kesalahan yang lebih kecil adalah menjualnya dan kemudian hasilnya dishadaqahkan.
Tetapi kalau kulit hewan qurban dijual dan hasil penjualan dimanfa’atkan oleh orang yang berqurban
atau panitia , maka hal ini dilarang.
Di Pontianak , saya menyaksikan bahwa masih banyak orang miskin yang menghajatkan kulit sapi untuk
dimakan. Karena bisa disimpan lama. Maka kulit sapi qurban jangan dijual. Potong saja menjadi
beberapa bagian, kemudian shadaqahkan.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
PERTANYAAN ANDI
Saya pindah kerja dari pontianak ke Jakarta, sementara anak dan istri saya masih menetap di rumah di
pontianak, jadi yang ingin saya tanyakan...
1. Apakah di Jakarta nanti saya masih dihitung safar selamanya...?
2. Jika tidak, setelah berapa hari saya sudah tidak berstatus safar sejak pertama mulai pindah kerja...?
3. Jika saya pulang ke rumah di pontianak sebulan sekali, apakah saya di anggap safar atau tidak...?
JAWAB :
Seorang Muslim yang kedudukannya sebagai musafir mendapatkan rukhshah (keringanan) dalam ajaran
Islam, diantaranya :
- BOLEH TIDAK BERPUASA RAMADHAN PADA HARI ITU DAN PUASANYA DAPAT DIGANTI PADA HARI
LAIN DI LUAR RAMADHAN.
Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain
Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, tidaklah mengapa kamu mengqashar shalat
Al Qur’an surah An Nisa’ ayat 101
Aku menemani Rasulullah saw dalam perjalanan,maka beliau saw tidak pernah menambah dalam
shalatnya lebih dari 2 raka’at sampai akhirnya Allah swt mewafatkannya.
Dan aku menemani Abu Bakar r.a dalam perjalanan,maka beliau tidak pernah menambah dalam
shalatnya lebih dari 2 raka’at sampai akhirnya Allah swt mewafatkannya.
Dan aku menemani Umar r.a dalam perjalanan , maka beliau tidak pernah menambah dalam shalatnya
lebih dari 2 raka’at sampai akhirnya Allah swt mewafatkannya.
Kemudian aku menemani Utsman r.a dalam perjalanan , maka beliau tidak pernah menambah dalam
shalatnya lebih dari 2 raka’at sampai akhirnya Allah swt mewafatkannya
Dan Allah swt telah berfirman : Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu ( Al Qur’an surah Al Ahzab : 21 )
- SHALAT DHUHUR DAN ASHAR SERTA MAGHRIB DAN ISYA’ DAPAT DIJAMA’ TAQDIM MAUPUN TA’KHIR.
Bersumber dari Mu’adz r.a dia berkata : Kami keluar bersama dengan Nabi saw dalam perang tabuk.
Maka Nabi saw mengerjakan shalat dhuhur dan ashar dengan cara jama’. Dan antara maghrib dan
isya’juga dengan cara jama’.
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabu Shalatil Musaafiriin bab 6 no 706
DEFINISI MUSAFIR :
Misalnya : seorang warga Pontianak pergi ke Jakarta, kemudian menginap di hotel di Jakarta selama 10
hari. Ini yang disebut di persinggahan dalam perjalanan.
TENTANG SEORANG MUSLIM YANG BERADA DI PERSINGGAHAN DALAM PERJALANAN , MAKA UMAT
ISLAM BERBEDA PENDAPAT TENTANG KEDUDUKANNYA , APAKAH SEBAGAI MUSAFIR ATAU BUKAN ?
Diriwayatkan bahwa ini adalah pendapat shahabat Utsman bin Affan r.a
Generasi di bawahnya : Imam Malik , imam Asy Syafi’i , Abu Tsaur dll
Jika dia tinggal di persinggahan kurang dari 4 hari , maka kedudukannya adalah sebagai musafir. Jika
lebih dari 4 hari maka kedudukannya sebagai musafir sudah tidak ada lagi. Kedudukannya sudah sebagai
orang muqim. Dia tidak mendapat rukhshah (keringanan) untuk mengqashar shalat dll.
2. Yang berpendapat bahwa batas maksimalnya adalah 15 hari
3. Yang berpendapat bahwa batas maksimalnya adalah 15 hari termasuk hari pertama dia masuk
Jika dia tinggal di persinggahan kurang dari 19 hari , maka kedudukannya adalah sebagai musafir. Jika
lebih dari 19 hari maka kedudukannya sebagai musafir sudah tidak ada lagi. Kedudukannya sudah
sebagai orang muqim. Dia tidak mendapat rukhshah (keringanan) untuk mengqashar shalat dll.
5. Ada juga yang berpendapat tidak ada batasan hari. Selama dia tidak berniat menetap di persinggahan
tersebut maka kedudukannya adalah sebagai musafir dengan bilangan hari yang tidak terbatas.
Saya menguatkan pendapat shahabat Ibnu Abbas r.a , bahwa seorang yang sedang dalam persinggahan
dalam perjalanan , kedudukannya adalah sebagai musafir jika masih kurang dari 19 hari.
Dari penjelasan ini , kedudukan Andi di Jakarta bukan sebagai musafir, karena :
1. Andi tidak sedang dalam perjalanan.
2. Andi tidak sedang dipersinggahan dalam perjalanan , karena sejak awal Andi sudah berniat menetap
di Jakarta.
Maka :
1. Ketika berada di dalam perjalanan ke Jakarta , Andi adalah musafir , boleh mengqashar shalat dan
mengambil rukhshah lainnya.
2. Ketika sudah sampai Jakarta , kedudukan Andi sudah sebagai orang muqim , bukan musafir. Sehingga
tidak berhaq mengqashar shalat ataupun mengambil rukhshah lainnya buat musafir
3. Ketika pulang ke Pontianak , selama dalam perjalanan dari Jakarta ke Pontianak kedudukannya adalah
sebagai musafir.
Ketika sudah sampai di Pontianak , maka kedudukannya sudah bukan musafir lagi
Maka : Bagi penuntut ilmu yang harus belajar ke tempat yang jauh , keadaannya sama dengan Andi ,
sehingga hukum yang dibangun di atasnya adalah sama dengannya.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
2. Dalam satu keluarga yang berqurban anaknya yang sudah bekerja tapi belum menikah , bukan bapak
dari anak tersebut. Jadi sebaiknya atas nama siapa qurban tsb ?(bapak atau anaknya.
3. Dalam 1 rumah ada 2 keluarga (anaknya sudah menikah dan tinggal serumah dengan orang tuanya).
Apakah qurbannya cukup bapaknya saja atau anaknya juga?
Bersumber dari ‘Umaarah bin Abdullah dia berkata : Aku mendengar ‘Atha’ bin Yasar berkata : Aku
bertanya kepada Abu Ayyub Al Anshari r.a tentang bagaimana qurban di zaman Nabi saw.
Maka dia menjawab : PADA ZAMAN NABI SAW, SESEORANG BERQURBAN DENGAN SEEKOR KAMBING
ATAS NAMA DIRINYA BESERTA SELURUH ANGGOTA KELUARGA DI RUMAHNYA.
Lalu mereka memakan daging qurbannya dan memberikan makan (kepada orang lain). SETELAH ITU
MANUSIA SALING BERBANGGA BANGGA ( berlebih lebihan ) dengan qurbannya , maka jadilah
pelaksanaan qurban itu sebagaimana engkau lihat sekarang
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabul Adhaahi bab 10 no 1505 dan dinilainya sebagai hadits hasan shahih
Ibnu Majah Kitabul Adhaahii bab 2 no 315 (Al Albani menilainya sebagai hadits shahih)
PENJELASAN :
Qurban disyari’atkan kepada setiap penghuni rumah , yaitu seekor kambing atas nama seseorang
beserta anggota keluarganya.
Maksudnya : setiap orang dalam sebuah rumah mesti berqurban , dan hal itu sudah terwakili dengan
seekor kambing atas nama seorang beserta anggota keluarganya.
SOAL :
1. Boleh tidak qurban 1 ekor kambing biayanya urunan/patungan 2 bersaudara (kakak dan adiknya).
JAWAB :
Maka saya jawab dengan pertimbangan aqal : bahwa qurban diperintahkan kepada penghuni rumah,
dan ketika disembelih , diatas namakan seseorang beserta penghuni rumah itu.
Hal ini berbeda dengan patungan dengan orang lain. Cara ini tidak dapat dibenarkan.
Misalnya : 20 orang dari 20 rumah patungan membeli seekor kambing untuk qurban.
Wallahu A’lam.
SOAL :
2. Dalam satu keluarga yang berqurban anaknya yang sudah bekerja tapi belum menikah , bukan bapak
dari anak tersebut. Jadi sebaiknya atas nama siapa qurban tsb ?(bapak atau anaknya.
JAWAB : Telah diuraikan di atas bahwa yang dipentingkan adalah : setiap penghuni rumah berqurban
setiap tahunnya, yaitu dengan menyembelih seekor kambing atau 1/7 sapi.
Tentang sumber dananya tidak masalah. Bisa dari diri sendiri , bisa juga dari pemberian orang lain. Maka
dalam pertanyaan di atas , tidak masalah jika dananya bukan berasal dari pemegang serfifikat rumah itu.
Misalnya dari anaknya.
Tetapi saya menimbang , lebih saya sukai jika diatas namakan ayahnya beserta seluruh isi rumah
tersebut. Cara seperti ini dapat menghimpun banyak keutamaan, yaitu : Qurban dapat terlaksana , serta
dapat menggembirakan hati orang tua.
Saya sangat yaqin jika ada anak yang seperti ini maka orang tuanya akan sangat gembira, terharu dan
sangat bahagia memiliki anak seperti ini, yang sanggup mengorbankan kepentingan dirinya untuk
kebahagiaan orang tuanya. Anaknya tidak peduli namanya tidak disebutkan dalam proses
penyembelihan. Anaknya justru senang jika nama yang disebutkan adalah nama orang tuanya.
Wallahu A’lam.
SOAL :
3. Dalam 1 rumah ada 2 keluarga (anaknya sudah menikah dan tinggal serumah dengan orang tuanya).
Apakah qurbannya cukup bapaknya saja atau anaknya juga?
JAWAB :
Jika anak dan orang tuanya adalah sama sama orang yang mampu, tidak menjadi berat jika masing
masing berqurban atas nama dirinya dan keluarganya, maka saya sukai jika qurban yang disembelih
adalah 2 ekor kambing.
Jika anak dan ayahnya sama sama tidak mampu maka tidak usah ada qurban sama sekali.
Jika salah satunya saja yang mampu sedangkan yang lainnya tidak mampu , maka qurbannya cukup 1
ekor saja.
Rujukan saya :
Bersumber dari ‘Umaarah bin Abdullah dia berkata : Aku mendengar ‘Atha’ bin Yasar berkata : Aku
bertanya kepada Abu Ayyub Al Anshari r.a tentang bagaimana qurban di zaman Nabi saw.
Maka dia menjawab : PADA ZAMAN NABI SAW, SESEORANG BERQURBAN DENGAN SEEKOR KAMBING
ATAS NAMA DIRINYA BESERTA SELURUH ANGGOTA KELUARGA DI RUMAHNYA.
Lalu mereka memakan daging qurbannya dan memberikan makan (kepada orang lain). SETELAH ITU
MANUSIA SALING BERBANGGA BANGGA ( berlebih lebihan ) dengan qurbannya , maka jadilah
pelaksanaan qurban itu sebagaimana engkau lihat sekarang
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabul Adhaahi bab 10 no 1505 dan dinilainya sebagai hadits hasan shahih
Ibnu Majah Kitabul Adhaahii bab 2 no 315 (Al Albani menilainya sebagai hadits shahih)
Aisyah r.a berkata : Aku mengerjakan apa yang disuruh oleh beliau saw. Selanjutnya beliau saw
mengembil pisau itu dan membaringkan kambing kibasy tersebut untuk disembelih seraya membaca :
Bismillah. Ya Allah terimalah qurban ini dari Muhammad dan dari keluarga Muhammad dan dari ummat
Muhammad
Wallahu A’lam.
*************************************************************
Assalamualaikum ustadz....kalau pada tanggal 10 Dzulhijjah kita thawaf ifadhah setelah jumroh aqobah
bagaimana kalau kembali ke Mina nya terlambat sampai jam 10 malam
Setelah melempar jumrah aqabah tanggal 10 Dzulhijjah , langsung menyembelih hadyu kemudian
bercukur , kemudian melepas ihramnya.
Kemudian melakukan thawaf ifadhah dan sa’i haji dalam keadaan memakai pakaian biasa.
Tetapi Rasulullah saw memberikan kelonggaran untuk mendahulukan thawaf ifadhah sebelum
menyembelih hadyu.
Maka : Jika Heru Abu Adnan melempar jumrah Aqabah , kemudian tahallul awal , kemudian thawaf
ifadhah , kemudian kembali ke Mina untuk bermalam, maka hal ini diperbolehkan.
JAWAB : Saya mendengar bahwa : wajib kembali ke Mina sebelum matahari terbenam.
Jika kembali ke Mina setelah matahari terbenam , maka diwajibkan membayar dam (menyembelih
seekor kambing)
Saya tidak mengetahui dalil dari pendapat ini. Tetapi pendapat ini sangat populer.
Saya menduga (Wallahu A’lam) , pendapat ini didasarkan kepada ketentuan agama tentang wajibnya
bermalam di Mina pada hari nahr dan hari tasyriq (tanggal 10 s/d 13 Dzulhijjah)
Sebagian orang berpendapat bahwa kewajiban bermalam di Mina ini sekurangnya adalah setengah
malam , yang diawali dari mulai datangnya malam (yaitu terbenam matahari) sampai pertengahan
malam lewat sedikit.
Dari pendapat ini kemudian berkembang : Seseorang yang tidak mendapati dirinya berada di Mina
ketika matahari terbenam maka dianggap telah melewatkan bermalam di Mina , maka wajib atasnya
membayar dam yaitu menyembelih seekor kambing , kemudian dishadaqahkan kepada faqir miskin di
tanah Haram.
Maka sebaiknya jamaah haji jangan terlambat ketika kembali ke Mina supaya tidak menghadapi
keraguan , apakah dirinya telah melakukan pelanggaran agama atau tidak.
Rasulullah saw kembali ke Mina sebelum masuk waktu ashar, karena itu beliau saw masih sempat
mengerjakan shalat dhuhur bersama dengan para shahabatnya di Mina.
Padahal Rasulullah saw telah melakukan tahapan ibadah haji sebagaimana yang disebutkan di atas :
melempar jumrah aqabah , menyembelih hadyu , bercukur , berganti pakaian biasa, berangkat ke
Masjidil Haram untuk thawaf ifadhah, sa’i , dan kembali ke Mina , shalat dhuhur di Mina.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
Assalamu'alaikum ustadz, saya ingin menanyakan bagaimana hukum makan di rumah tetangga non
muslim? Karena sudah beberapa kali saya mendapat undangan makan di rumah mereka & seringkali
pula saya tidak datang.
Jika makanannya halal,tapi bagaimana dengan wadah yang pernah dipakai untuk memasak Babi (hanya
menduga2) .. apakah setelah dicuci menjadi suci? Syukron ustadz..
3841 - م َعنْ َأ ِبى َثعْ لَ َب َة3ٍ ْن ِم ْش َك ِ ْن َزب ٍْر َعنْ َأ ِبى ُع َب ْي ِد هَّللا ِ مُسْ ل ِِم ب ِ ب َأ ْخ َب َر َنا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ ْال َعالَ ِء ب ُ َُح َّد َث َنا َنصْ ُر بْنُ عَاصِ ٍم َح َّد َث َنا م َُح َّم ُد بْن
ٍ ش َع ْي
ُون فِى آ ِن َيت ِِه ُم َ ُور ِه ُم ْال ِخ ْن ِز
َ ير َو َي ْش َرب ِ ون فِى قُد َ ب َو ُه ْم َي ْط ُب ُخِ او ُر َأهْ َل ْال ِك َتا ِ َقا َل ِإ َّنا ُن َج-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْال ُخ َشنِىِّ َأ َّن ُه َسَأ َل َرسُو َل هَّللا
« ِإنْ َو َج ْد ُت ْم غَ ي َْر َها فكلوا فِي َها َواش َربُوا َوِإنْ ل ْم ت ِجدُوا َغي َْر َها فارْ َحضُو َها ِبال َما ِء َوكلوا-صلى هللا عليه وسلم- ِ َف َقا َل َرسُو ُل هَّللا.ْال َخمْ َر
ُ ُ ْ َ َ َ ْ ُ ُ َ
َوا ْش َربُوا
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Abu Tsa’labah Al Khusyaniy r.a , bahwasanya dia bertanya kepada Rasulullah saw :
sesungguhnya kami bertetangga dengan ahli kitab. Mereka memasak babi di dalam panci mereka dan
minum khamer dengan periuk mereka.
Maka Rasulullah saw bersabda : Jika kalian mendapati wadah lainnya, maka makanlah dengan
menggunakan periuk tersebut. Jika kalian tidak mendapati periuk lainnya , maka cucilah periuk mereka
dengan air (periuk ahli kitab tersebut), kemudian makan dan minumlah dengan menggunakan periuk
tersebut.
Abu Dawud Kitabul Ath ‘imah bab 46 no 3839 (ini adalah lafadznya)
PENJELASAN :
Menggunakan wadah milik orang kafir ahli kitab untuk makan dan minum , hukum ashalnya adalah
halal. Walaupun wadah tersebut pernah dipakai untuk makan babi atau minum khamer. Caranya : dicuci
sampai bersih , kemudian dipergunakan.
Tetapi ini adalah pilihan terakhir setelah wadah lainnya tidak ada.
Jika ada pilihan wadah lainnya , maka jangan menggunakan wadah milik orang kafir untuk makan dan
minum kita.
JAWAB : Hukum asalnya boleh , tidak ada larangan. Yang dipermasalahkan bukan makan di rumah orang
kafir , tetapi masalahnya terletak pada makanan itu sendiri, berasal dari bahan yang halal atau haram ?
Kalau bahannya haram , maka makan tersebut haram dimakan.
Kalau terbuat dari bahan yang halal maka halal pula dimakan.
Jika wadah yang dipakai untuk makan (piring, mangkok , gelas dll) adalah bekas tempat menaruh barang
yang haram semisal babi dan khamer , maka cucilah wadah tersebut sampai bersih kemudian bisa
dimanfaatkan.
Jika wadah tersebut sudah dicuci oleh orang lain , maka lihatlah baik baik. Jika kita yaqin bahwa wadah
tersebut sudah bersih maka boleh digunakan.
Jika ragu ?
Wallahu A’lam.
*************************************************************
PERTANYAAN AZIZAH
Assalamualaikum ustadz,ada titipan pertanyaan dari ibu Widuri(jama'ah pengajian jum'at sore di
komplek angkasa permai )
"Bagaimana jika terlambat membayar fidiyah dan baru membayar fidiyah pada bulan ini?
"Dan apa ada niat khusus atau ucapan yang harus diucapkan ketika membayar fidyah tersebut?
Jazakallah khairan katsira..
Mungkin yang dimaksud adalah fidyah karena meninggalkan puasa Ramadhan dengan sebab yang
dibenarkan. Misalnya orang yang sudah tua yang sudah tidak mampu berpuasa , maka jika dia tidak
berpuasa Ramadhan , wajib membayar fidyah dengan memberi makan seorang miskin untuk setiap hari
dia meninggalkan puasanya.
Jika dia meninggalkan puasa Ramadhan 30 hari maka wajib memberi makan 30 orang miskin , boleh 30
orang yang berbeda , boleh juga memberi makan setiap hari kepada seorang miskin sampai 30 hari.
Jika pada bulan Ramadhan tidak membayar fidyah tersebut sampai bulan Syawal ?
JAWAB : Jika pada bulan Ramadhan belum menunaikan kewajiban membayar fidyah , maka kewajiban
itu tidak dapat gugur darinya .
Dia tetap berkewajiban untuk menunaikan kewajiban tersebut walapun pada bulan lainnya.
JAWAB : Sebagai seorang Muslim yang baik , tentu tidak patut menunda kewajiban padahal dia mampu.
Ini sama dengan bermain main dengan agama. Maka tidak patut dilakukan.
- seseorang yang tidak memiliki kemampuan membayar fidyah dalam bulan Ramadhan.
- Seseorang yang tidak mengetahui adanya hukum membayar fidyah , kemudia dia mengetahuinya
setelah keluar dari bulan Ramadhan.
Untuk kelompok seperti ini , hendaknya segera menunaikan kewajiban membayar fidyah tersebut
sesegera mungkin ketika ingat atau ketika sudah ada kemampuan.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
Assalamualaikum ustadz, mohon penjelasan, apakah ada hadist yang mengatakan mengenai fadhilah
surat Al Fatihah dan surat-surat lain dalam Al Qur'an?
JAWAB : Wa alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh
Iya ada.
*************************************************************
Assalammualaikum ustadz, Alhamdulillah bertambah wawasan saya dan teman2 di group ini....mau
nanya untuk larangan memotong rambut, kuku dsb..sejak berniat qurban apa diberlakukan hanya
kepala rumah tangga atau sipelaku qurban atau 1 keluarga inti..atau bagaimana pak
ustadz...jazakumullah khairan katsiran....smg dimudahkan ibadah hajinya beserta jamaah....aamiin...
Assalamukalaikum. pak ustadz apa boleh mengqadha’ puasa bayar , sekalian puasa sunnat.....atau harus
puasa sunah Dzulhijjah dulu baru bayar....sama halnya dengan puasa syawal dulu baru bayar....mohon
petunjuk...jazakumullah....
2. Puasa qadha’ artinya puasa Ramadhan yang dikerjakan di luar bulan Ramadhan karena adanya sebab
yang dibenarkan , misalnya karena mengalami haidh ketika berada di bulan Ramadhan.
Keadaannya sama saja dengan puasa Ramadhan yang digabung dengan niat puasa senin kamis. Maka
hukumnya tidak boleh.
Wallahu A’lam.
06/09/16, 19.32 - Kode keamanan +62 821-4822-3311 berubah. Ketuk untuk info selengkapnya.
07/09/16, 17.46 - Kode keamanan Wahyudi Jamaah Selasa berubah. Ketuk untuk info selengkapnya.
07/09/16, 17.46 - Kode keamanan +62 856-5480-3131 berubah. Ketuk untuk info selengkapnya.
07/09/16, 17.46 - Kode keamanan +62 898-2646-713 berubah. Ketuk untuk info selengkapnya.
07/09/16, 17.46 - Kode keamanan +62 812-5725-601 berubah. Ketuk untuk info selengkapnya.
07/09/16, 17.50 - Kode keamanan +62 816-200-509 berubah. Ketuk untuk info selengkapnya.
07/09/16, 19.39 - Kode keamanan +62 853-8702-8683 berubah. Ketuk untuk info selengkapnya.
Assalamualaikum ustadz
Mana yang lebih utama? Puasa ayyamul bidh atau puasa senin kamis?
Jazakallah Khairan Katsiran
Yaitu puasa pada hari hari putih (terang bulan) maksudnya : puasa yang dilakukan pada hari ke 13,14, 15
pada bulan Qamariyah , yaitu sistem kalender berdasarkan peredaran bulan. Misalnya : bulan Muharram
, Shafar, dst.
Kalau bulan januari dst namanya bulan syamsiyah, yaitu sistem kalender berdasarkan peredaran
matahari.
Bersumber dariAbu Hurairah r.a dia berkata : kekasihku (Rasulullah saw) berwashiyat kepadaku tentang
3 hal , yang mana aku tidak akan meninggalkannya sampai aku mati, yaitu : puasa 3 hari setiap bulan,
shalat dhuha, dan tidur dalam keadaan telah melakukan shalat witir.
ِ ت َع ْب َد هَّللا 3ُ ْ َقا َل َسمِع- ان الَ ُي َّت َه ُم فِى َحدِي ِث ِه َ ان َشاعِ رً ا َو َكَ َو َك- ََّّاس ْال َم ِّكى ِ ت َأ َبا ْال َعب ٍ شعْ َب ُة َح َّد َث َنا َح ِبيبُ بْنُ َأ ِبى َث ِاب
3ُ ْت َقا َل َسمِع ُ َح َّد َث َنا آدَ ُم َح َّد َث َنا
. ت َن َع ْم ْ َّ
ُ َفقُل. » َو َتقُو ُم الل ْي َل، ك لَ َتصُو ُم الدَّهْ َر َ « ِإ َّن- صلى هللا عليه وسلم- ُّ َقا َل َقا َل لِى ال َّن ِبى- رضى هللا عنهما- اص ِ ْن ْال َع
ِ ب َْن َعمْ ِرو ب
ص ْو ُم الدَّهْ ِر ُكلِّ ِه َ ٍ َّام
ي َأ ة
ِ َ
ث َ الثَ موْ
ُ َ ص ، رَ َّْه
د ال ماص
َ َ ْن م ماص
َ َ َ َ ال ، ُس ْ
ف َّ
ن ال ه
ُ َ ل ْ
ت ه ف
ِ ن
َ َ َ َ و ُْني ع ْ
ال هُ َ
ل ْ
ت م ج ه
َ َ َ َ ِك ل َ
ذ َت ْ
ل عفَ ا َ
ذ ك
َ َ ِإ َ ِإ َّ
ن « ل ا َ
ق
Bersumber dari Abdullah bin ‘Amr bin Al ‘Ash r.a dia berkata : Nabi saw telah bersabda kepadaku :
Apakah benar engkau berpuasa dahr (terus menerus sepanjang tahun) dan mengerjakan shalat
sepanjang malam ?
Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya jika jika engkau mengerjakan seperti itu maka matamu akan
mengantuk dan badanmu akan menjadi lemah. Tidak ada puasa bagi yang berpuasa terus menerus
sepanjang tahun). Puasa 3 hari setiap bulan setara dengan puasa sepanjang tahun.
Penejelasan :
Kalimat “ PUASA 3 HARI SETIAP BULAN SETARA DENGAN PUASA SEPANJANG TAHUN “ maknanya :
puasa 3 hari yang dilakukan dalam satu bulan maka akan dicatat dalam catatan amal sebagai puasa 30
hari (1 bulan) , karena sebuah amal shalih akan dicatat 10 kali lipatnya dalam catatan amal.
Jika seseorang berpuasa 3 hari setiap bulan secara kontinyu , maka akan dicatat sebagai orang yang
berpuasa sepanjang tahun.
ث ُ « َيا َأ َبا َذرٍّ ِإ َذا صُمْتَ م َِن ال َّشه ِْر َثالَ َث َة َأي ٍَّام َف-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َأ َبا َذرٍّ َيقُو ُل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
َ َص ْم َثال ُ ْْن َط ْل َح َة َقا َل َسمِع َ َعنْ م
ِ ُوسى ب
ْس َع ْش َر َة َأ
َ َع ْش َر َة َو رْ َب َع َع ْش َر َة َو َخم
قال أبو عيسى حديث أبي ذر حديث حسن وقد روى في بعض الحديث أن من كل شهر كان كمن صام الدهر
حسن صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده حسن من أجل يحيى بن سام وباقي رجال اإلسناد ثقات رجال الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Musa bin Thalhah dia berkata : Aku mendengar Abu Dzar r.a berkata : Rasulullah saw
bersabda : Wahai Abu Dzar , jika engkau berpuasa 3 hari dalam setiap bulannya maka berpuasalah pada
tanggal 13, 14, 15.
Ahmad 5/162
Yaitu puasa yang dilakukan pada hari senin dan kamis, sepanjang tahun.
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : Bahwasanya Nabi saw bersungguh sungguh melakukan puasa
senin dan kamis
Ahmad 6/80
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , bahwasanya Rasulullah saw bersabda : Amal perbuatan dinaikkan
(kepada Allah) pada hari senin dan kamis, maka aku menyukai jika amalku dinaikkan (kepada Allah)
ketika aku sedang puasa
JAWAB : Saya tidak mendapati penjelasan dari Rasulullah saw , mana yang lebih utama : puasa ayyamul
bidh atau puasa senin kamis. Maka saya tidak mengetahui mana yang lebih utama.
Yang jelas : Rasulullah saw memerintahkan kepada umatnya untuk mengamalkan puasa senin kamis dan
puasa ayyamul bidh.
Saya hanya dapat menganjurkan agar melaksanakan keduanya, atau melaksanakan mana yang mampu
dilakukan ketika itu.
Mungkin suatu hari yang mampu kita laksanakan adalah puasa ayyamul bidh , sedangkan pada hari
lainnya mampunya puasa senin atau kamis.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
PERTANYAAN IMRAN
Misal : saya tahun 2016 ini pergi ketanah suci untuk menunaikan ibadah gaji.
Seperti yg Ustadz katakan , kalau seseorang belum pernah menunaikan ibadah haji, tidak boleh
menunaikan ibadah haji atas nama orang tua [badal haji].
Lalu, kapan waktunya saya bisa menunaikan ibadah haji atas nama orang tua saya yg telah meninggal
dunia??
Tentang badal haji sudah saya sampaikan pada tanggal 09 Agustus 2016 pada PERTANYAAN ANAS.
Maka : jika Imran akan menghajikan orang tuanya dengan berangkat sendiri ke tanah suci , maka Imran
harus haji dulu. Baru kemudian boleh menghajikan orang tuanya.
Jika mewakilkannya kepada orang lain yang sudah berhaji dengan biaya perjalanan orang tsb dari Imran
maka badal haji tersebut dapat dilakukan tahun berapa saja. Dan boleh dilakukan sekalipun Imran belum
haji.
*************************************************************
Assalamu’alaikum ustadz, untuk puasa arafah apakah 2 hari tgl 8 dan 9 atau cuma 1 hari di tanggal 9
saja, makasih
Puasa ini diperintahkan bagi umat Islam yang tidak menunaikan ibadah haji.
Sedangkan bagi yang menunaikan haji ( sedang wuquf di Arafah ) , maka puasa Arafah tidak disyari’atkan
kepadanya , karena Rasulullah saw tidak melakukan puasa ketika sedang wuquf di Arafah.
Bersumber dari Abu Qatadah r.a dia berkata : Rasulullah saw ditanya tentang puasa Arafah , maka beliau
saw menjawab : Puasa tersebut menghapuskan dosa selama 2 tahun. Lalu beliau saw ditanya tentang
puasa Asyura’ , maka beliau saw menjawab : menghapuskan dosa selama 1 tahun
Ahmad 5/295
Perkara ini sudah saya jelaskan panjang lebar pada PERTANYAAN MUJI RASAU pada tanggal 03
September 2016.
Silakan diperiksa.
*************************************************************
PERTANYAAN JAMILAH
Assalamualaikum,,bagaimanakah do’a untuk orang tua yang sudah meninggal
Saya sangat kagum dengan pertanyaan ini. Karena dia bertanya sesuatu bukan untuk kepentingan
dirinya , tetapi untuk kepentingan orang tuanya. Pertanyaan seperti ini tidak akan muncul kecuali dari
seorang anak yang sangat mencintai orang tuanya.
Saya merasakan bahwa penanya sangat ingin membantu orang tuanya yang telah meninggal dunia.
Penanya sangat ingin menjadi anak yang dapat memberikan manfaat kepada orang tuanya. Ini adalah
potret anak yang berbakti kepada orang tuanya.
Semoga Allah menambahkan semangatmu dalam kebaikan dan menjadikanmu anak yang shalihah.
Anak yang seperti ini akan sangat bermanfaat bagi orang tuanya, karena do’a yang dipanjatkannya untuk
kebaikan kedua orang tuanya yang telah wafat , dijamin akan diqabulkan oleh Allah swt.
ار َي ٍة َأ ْو عِ ْل ٍم َ ْ َقا َل « ِإ َذا َماتَ اِإل ْن َسانُ ا ْن َق َط َع َع ْن ُه َع َملُ ُه ِإالَّ مِنْ َثالَ َث ٍة ِإالَّ مِن-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ِ ص َد َق ٍة َج
صال ٍِح َي ْدعُو لَ ُه َ ُي ْن َت َف ُع ِب ِه َأ ْو َولَ ٍد
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , bahwasanya Rasulullah saw bersabda : Apabila seorang manusia
meninggal dunia maka terputuslah darinya amalnya kecuali dari 3 hal :
- Shadaqah jariyahnya
PENJELASAN:
Kalimat ( ا ْن َق َط َع َع ْن ُه َع َملُ ُهterputuslah darinya amalnya) maknanya : terputuslah amal shalihnya dari
perkara yang dapat memperbarui pahalanya. Maksudnya : semua amal shalihnya yang telah
diperbuatnya tidak akan bertambah banyak dengan kematiannya, kecuali 3 hal saja.
Artinya , 3 macam amal shalih yang dulu pernah diusahakannya ketika di dunia , maka amal shalih itu
akan berkembang pahalanya dan bertambah banyak setelah kematiannya
Yaitu : shadaqah jariyah , ilmu yang bermanfaat dan anak shalih yang mendokannya.
Pahala ini tidak berhenti sekali saja ketika dia membangun masjid.
Walaupun dia sudah wafat, pahalanya terus bertambah seiring dengan banyaknya orang yang
mengambil manfaat dari masjid tersebut untuk beribadah kepada Allah.
Demikian juga mengajarkan ilmu (kebaikan) kepada manusia. Pahalanya tidak berhenti ketika dia
mengajarkan pada hari itu saja. Melainkan terus bertambah dan berkembang, walaupun dia sudah tidak
mengajar lagi. Walaupun dia sudah meninggal dunia. Selama ilmu yang diajarkan kepada manusia
diamalkan dan diambil manfaatnya , maka yang mengajarkannya akan mendapatkan pahalanya.
Demikian juga anak shalih yang dimilikinya. Akan dapat memberi manfaat kepada orang tuanya
walaupun orang tuanya sudah meninggal dunia.
Lihat : Kitab ‘Aunul Ma’buud , Syarah terhadap Kitab Sunan Abi Dawud Kitabul Washaayaa bab 14 no
2880
ANAK SHALIH ADALAH HASIL JERIH PAYAH ORANG TUA KETIKA DI DUNIA :
- Orang tua memberikan makan dari harta yang halal, sehingga anaknya mudah untuk dididik.
- Orang tua memilihkan tempat tinggal yang baik buat anaknya sehingga lingkungan yang baik ini dapat
membantu anaknya memiliki kebiasaan yang baik.
- Orang tuanya memilihkan teman yang baik buat anaknya sehingga anaknya terhindar dari pengaruh
yang jahat.
- Orang tua menciptakan suasana Islami di rumahnya sehingga anak terbiasa dengan perkara yang baik.
- Orang tua menjauhkan anaknya dari segala perkara yang dapat merusak.
- Orang tua mendidik anaknya dengan pendidikan yang islami dalam kesehariannya.
- DLL.
Dengan usaha keras dari orang tua untuk anaknya ini maka Allah memberikan balasan yang sangat besar
, yaitu kebaikan yang terus mengalir sekalipun dia telah meninggal dunia, disebabkan oleh kebaikan
yang dilakukan oleh anaknya.
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : Nabi saw bersabda : Aku tertidur , lalu aku bermimpi berada di
dalam surga, maka aku mendengar suara seseorang yang sedang membaca (Al Qur’an). Aku bertanya :
siapakah ini ? Mereka menjawab : Dia adalah Haaritsah bin An Nu’man.
Hadits riwayat Ahmad 6/152 no 24656 dengan sanad yang shahih ( ini adalah lafadznya )
Syaikh Al Albani dan Al Arnauth berkata : Sanadnya shahih atas syarath imam Al Bukhari dan Muslim
Penjelasan :
Nabi saw bermimpi , kemudian beliau saw menceritakan mimpinya kepada shahabatnya.
Bahw Nabi saw masuk ke dalam surga , kemudian mendengar seseorang yang membaca.
(Al Qur’an).
Lalu para malaikat menjawab : Dia adalah Haaritsah bin An Nu’man r.a.
Dalam hadits ini Nabi saw menunjukkan kepada shahabatnya bahwa ada seorang dari shahabat Nabi
saw yang dinyatakan sebagai ahli surga, padahal dia masih hidup.
Kedudukan yang diperolehnya di sisi Allah adalah karena dia sangat berbakti kepada ibunya
B) ORANG YANG BERBAKTI KEPADA ORANG TUA , DO’ANYA DIKABULKAN ALLAH, KEHIDUPANNYA
DIMUDAHKAN , PENYAKITNYA DISEMBUHKAN .
« َيقُو ُل-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َرسُو َل هَّللا 3ُ ْ َقا َل َسمِع.ك َوالِدَ ةٌ َقا َل َن َع ْم َ َقا َل َل.ك َب َرصٌ َف َب َرْأتَ ِم ْن ُه ِإالَّ َم ْوضِ َع دِرْ َه ٍم َقا َل َن َع ْم َ ان ِب َ َقا َل َف َك
ان ِب ِه َب َرصٌ َف َب َرَأ ِم ْن ُه ِإالَّ َم ْوضِ َع دِرْ َه ٍم لَ ُه َوالِ َدةٌ ه َُو ِب َها بَرٌّ لَ ْو َأ ْق َس َم َ َيْأتِى َعلَ ْي ُك ْم ُأ َويْسُ بْنُ َعام ٍِر َم َع َأ ْمدَ ا ِد َأهْ ِل ْال َي َم ِن مِنْ م َُرا ٍد ُث َّم مِنْ َق َر ٍن َك
ك ِإلَى َ َ َقا َل َأالَ َأ ْك ُتبُ ل. َف َقا َل َل ُه ُع َم ُر َأي َْن ُت ِري ُد َقا َل ْال ُكو َف َة.ُ َفاسْ َت ْغ َف َر َله. َفاسْ َت ْغفِرْ لِى.» ك َفا ْف َع ْل َ ََعلَى هَّللا ِ َألبَرَّ هُ َفِإ ِن اسْ َت َطعْ تَ َأنْ َيسْ َت ْغف َِر ل
ُأ َأ َأ َ َقا َل َفلَمَّا َك. َّاس َأ َحبُّ ِإلَى
ْس َقا َل َت َر ْك ُت ُه ٍ ان م َِن ْال َع ِام ْال ُم ْق ِب ِل َح َّج َر ُج ٌل مِنْ ْش َراف ِِه ْم َف َوافَقَ ُع َم َر َف َس لَ ُه َعنْ َوي ِ َعا ِملِ َها َقا َل َأ ُكونُ فِى غَ ب َْرا ِء ال َّن
َيقُو ُل « َيْأتِى َعلَ ْي ُك ْم ُأ َويْسُ بْنُ َعام ٍِر َم َع َأمْ َدا ِد َأهْ ِل ْال َي َم ِن مِنْ م َُرا ٍد ُث َّم-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َرسُو َل هَّللا 3ُ ْ َقا َل َسمِع.اع ْ
ِ ت َقلِي َل ال َم َت ِ ث ْال َب ْي
َّ َر
َأ
َف َتى.» ك َفا ْف َع ْل َأ َ َأل هَّللا َأ
َ َان ِب ِه َب َرصٌ َف َب َر ِم ْن ُه ِإالَّ َم ْوضِ َع دِرْ َه ٍم لَ ُه َوالِدَ ةٌ ه َُو ِب َها بَرٌّ لَ ْو ْق َس َم َعلَى ِ بَرَّ هُ َفِإ ِن اسْ َتطعْ تَ نْ َيسْ َت ْغف َِر ل َأ َ مِنْ َق َر ٍن َك
َقا َل.صال ٍِح َفاسْ َت ْغفِرْ لِى َ ٍ َ ِ ر َ
ف س ب ا ً
د ْ
ه ع
َ ُ
َث د ْح َأ َتنْ َأ لَ اقَ .ِى ل ِْر ف ْ
غ َ
ت ْاس ل
َ اقَ .ِى ل ِْر ف ْ
غ َ
ت ْاس َ
ف ِح ل ا ص
ٍ َ ٍ َ ِ ر َ
ف س ب ا ً
د ْ
ه ع
َ ُ
دَث ْحَأ َت ْ
ن َأ ل
َ اقَ .ِى ل ِْر ف ْ
غ ُأ َويْسًا َف َقا َل اسْ َت
ُأل َأ ْ َّ ُ ُأ َ ْ
َ َقا َل َس ْي ٌر َو َك َس ْوت ُه بُرْ َدة َف َك.ِ َف َفطِ َن ل ُه الناسُ َفانطلقَ َعلى َوجْ ِهه.ُ َفاسْ َتغ َف َر له.لَقِيتَ ُع َم َر َقا َل َن َع ْم
ً ُ َ َ َّ َ َ ْ
ْس َه ِذ ِه ٍ ان كل َما َرآهُ ِإن َسانٌ َقا َل مِنْ ي َْن َوي
ُْالبُرْ َدة
Bersumber dari Usair bin Jabir dia berkata; "Bahwasanya Umar bin Khaththab jika didatangi oleh
rombongan orang-orang Yaman, ia selalu bertanya kepada mereka; 'Apakah Uwais bin Amir dalam
rombongan kalian? ' Hingga pada suatu hari, Khalifah Umar bin Khaththab bertemu dengan Uwais
seraya bertanya; 'Apakah kamu Uwais bin Amir? ' Uwais menjawab; 'Ya. Benar saya adalah Uwais.'
Khalifah Umar bertanya lagi; 'Kamu berasal dari Murad dan kemudian dari Qaran? ' Uwais menjawab;
'Ya benar.' Selanjutnya Khalifah Umar bertanya lagi; 'Apakah kamu pernah terserang penyakit kusta lalu
sembuh kecuali tinggal sebesar mata uang dirham pada dirimu? ' Uwais menjawab : 'Ya benar.' Khalifah
Umar bertanya lagi; 'Apakah ibumu masih ada? ' Uwais menjawab : 'Ya, ibu saya masih ada.' Khalifah
Umar bin Khaththab berkata: 'Hai Uwais, sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: 'Uwais bin Amir akan datang kepadamu bersama rombongan orang-orang
Yaman yang berasal dari Murad kemudian dari Qaran. Ia pernah terserang penyakit kusta lalu sembuh
kecuali tinggal sebesar uang dirham. Ibunya masih hidup dan ia selalu berbakti kepadanya. Kalau ia
bersumpah atas nama Allah maka akan dikabulkan sumpahnya itu, maka jika kamu dapat memohon
agar dia memohonkan ampunan untuk kalian, lakukanlah! ' Oleh karena itu hai Uwais, mohonkanlah
ampunan untukku! ' Lalu Uwais pun memohonkan ampunan untuk Umar bin Khaththab. Setelah itu,
Khalifah Umar bertanya kepada Uwais; 'Hendak pergi kemana kamu hai Uwais? ' Uwais bin Amir
menjawab; 'Saya hendak pergi ke Kufah ya Amirul mukminin.' Khalifah Umar berkata lagi; 'Apakah aku
perlu membuatkan surat khusus kepada pejabat Kufah? 'Uwais bin Amir menjawab; 'Saya Iebih senang
berada bersama rakyat jelata ya Amirul mukminin.' Usair bin Jabir berkata; 'Pada tahun berikutnya,
seorang pejabat tinggi Kufah pergi melaksanakan ibadah haji ke Makkah. Selesai melaksanakan ibadah
haji, ia pun pergi mengunjungi Khalifah Umar bin Khaththab. Lalu Khalifah pun menanyakan tentang
berita Uwais kepadanya. Pejabat itu menjawab; 'Saya membiarkan Uwais tinggal di rumah tua dan hidup
dalam kondisi yang sangat sederhana.' Umar bin Khaththab berkata; 'Sesungguhnya aku pernah
mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Kelak Uwais bin Amir akan datang
kepadamu bersama rombongan orang-orang Yaman. Ia berasal dari Murad dan kemudian dari Qaran. Ia
pernah terserang penyakit kusta lalu sembuh kecuali tinggal sebesar mata uang dirham. Kalau ia
bersumpah dengan nama Allah, niscaya akan dikabulkan sumpahnya. Jika kamu dapat meminta agar ia
berkenan memohonkan ampunan untukmu, maka laksanakanlah! ' Setelah itu, pejabat Kufah tersebut
Iangsung menemui Uwais dan berkata kepadanya; 'Wahai Uwais, mohonkanlah ampunan untukku! '
Uwais bin Amir dengan perasaan heran menjawab; 'Bukankah engkau baru saja pulang dari perjalanan
suci, ibadah haji di Makkah? Maka seharusnya engkau yang memohonkan ampunan untuk saya.' Pejabat
tersebut tetap bersikeras dan berkata; 'Mohonkanlah ampunan untukku hai Uwais? ' Uwais bin Amir
pun menjawab; 'Engkau baru pulang dari ibadah haji, maka engkau yang lebih pantas mendoakan saya.'
Kemudian Uwais balik bertanya kepada pejabat itu; 'Apakah engkau telah bertemu dengan Khalifah
Umar bin Khaththab di Madinah? ' Pejabat Kufah itu menjawab; 'Ya. Aku telah bertemu dengannya.'
Akhirnya Uwais pun memohonkan ampun untuk pejabat Kufah tersebut. Setelah itu, Uwais dikenal oleh
masyarakat luas, tetapi ia sendiri tidak berubah hidupnya dan tetap seperti semula. Usair berkata; 'Maka
aku memberikan Uwais sehelai selendang yang indah, hingga setiap kali orang yang melihatnya pasti
akan bertanya; 'Dari mana Uwais memperoleh selendang itu? '"
C) SESEORANG YANG HIDUP DISAMPING ORANG TUANYA MEMILIKI KESEMPATAN YANG BESAR MASUK
SORGA. JIKA TIDAK MASUK SURGA , MAKA DIA ADALAH ORANG YANG BODOH.
َ قِي َل َمنْ َيا َرسُو َل هَّللا ِ َقا َل « َمنْ َأ ْد َر.» ُ َقا َل « َرغِ َم َأ ْنفُ ُث َّم َرغِ َم َأ ْنفُ ُث َّم َرغِ َم َأ ْنف-صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َع ِن ال َّن ِبى
ك
َأ َب َو ْي ِه عِ ْن َد ْال ِك َب ِر َأ َح َد ُه َما َأ ْو ِكلَي ِْه َما َفلَ ْم َي ْد ُخ ِل ْال َج َّن َة
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw yang bersabda :
Beliau saw menjawab : Dia adalah orang yang mendapati kedua orang tuanya atau salah dari kedua
masih hidup ketika sudah tua, namun anak tersebut tidak bisa masuk surga.
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Birr Wash Shilah bab 3 no 2551.
PENJELASAN :
Salah satu peluang untuk masuk surga adalah berbakti kepada kedua orang tuanya atau salah satunya
ketika orang tua tersebut masih hidup.
Kalau seseorang mendapatkan kesempatan berbakti kepada orang tua yang masih hidup seharusnya dia
memanfa’atkannya. Tidak semua umat Islam mendapatkan kesempatan mendapati orang tuanya masih
hidup ketika dia sudah dewasa.
Hadits ini membicarakan seorang Muslim yang bodoh , yaitu dia mendapati orang tuanya masih hidup ,
tetapi dia tidak berbakti kepadanya , sehingga dia masuk neraka .
Padahal Allah memberikan peluang emas baginya untuk dapat dengan mudah masuk surga , yaitu
dengan berbakti kepada orang tuanya.
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia.
Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai
Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
ْك َعلى َأن َ ) َوِإنْ َجا َه َدا14( ك ِإلَيَّ ْالمَصِ ي ُر َ ْن َأ ِن ا ْش ُكرْ لِي َول َِوالِ َد ْي َ ان ِب َوالِدَ ْي ِه َح َملَ ْت ُه ُأ ُّم ُه َوهْ ًنا َعلَى َوهْ ٍن َوف
ِ ِصالُ ُه فِي َعا َمي َ ص ْي َنا اإل ْن َس
َّ َو َو
ًصا ِح ْب ُه َما فِي ال ُّد ْن َيا َمعْ رُوفا ُ ْ
َ ك ِب ِه عِ ل ٌم َفال تطِ عْ ُه َما َو َ
َ ْس ل َ
َ ك ِبي َما لي ْ
َ تش ِر ُ
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.
Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada
pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di
dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah
kembalimu, maka Ku-beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan
PENJELASAN :
Ayat ini mengingatkan kita tentang jasa orang tua yang sangat besar dalam proses keberadaan kita di
dunia ini. Mulai dari proses hamil dst.
Kemudian Allah memerintahkan agar setiap manusia berbakti kepada orang tuanya.
Ketika orang tua berada di dalam pemeliharaan anaknya : maksudnya, ini adalah sebuah permisalan
yang sangat ekstrim. Allah swt membuka kalimat dengan kata kata “ jika orang tuamu berada di dalam
pemeliharaanmu” , artinya ketika itu orang tua sudah menjadi sosok yang tidak dapat diambil
keuntungannya. Bukan sosok berharta yang bisa diharapkan hartanya.
Bukan sosok orang berpangkat yang bisa diambil manfaat pengaruhnya. Bahkan orang tua ketika itu
adalah sosok yang membebani biaya hidup anaknya , mengganggu kenyamanannya , menyusahkannya.
Kencing dan buang air besar di tempat, mengotori rumah , rewel dll.
- Jika orang tua berbicara jangan diputus pembicaraannya sampai dia selesai berbicara , baik isi
pembicaraan itu kita suka atau tidak.
- Hanya boleh mengucapkan kalimat yang baik kepadanya. Maksudnya : jangan mengucapkan kalimat
yang dapat membuat orang tua khawatir , resah , takut, sakit hati , tersinggung , dan segala hal yang
membuatnya tidak tenteram.
- Hendaknya seorang anak merendahkan dirinya ketika berbicara dengan orang tuanya.
Artinya : bukan hanya isi pembicaraan saja yang dilarang membuat hati orang tua tidak nyaman , tetapi
sikap anak dalam berbicara juga harus membuat mereka tenteram. Ini dikembalikan kepada adat , yaitu
sikap dalam berbicara yang dianggap melanggar kesopanan , tidak boleh dilakukan oleh seorang anak
ketika berbicara dengan orang tuanya. Misalnya di Indonesia : Janganlah seorang anak berbicara dengan
orang tua dengan berkacak pinggang, dsb.
- Dalam keadaan orang tua merepotkan seperti ini , seorang anak bahkan dituntut untuk mendokan
orang tuanya kepada Allah , agar orang tuanya menjadi sosok yang disayang oleh Allah swt. Bukan
malah berharap agar Allah mempercepat kematiannya, karena dia sudah tak sanggup menanggung
kesusahan yang ditimbulkan oleh orang tuanya.
- Diberikan lagi contoh yang paling ekstrim , yaitu orang tua yang tidak baik.
Jika memiliki orang tua yang baik , shalih , ahli ibadah , mungkin sebagian anak akan merasa senang
berada di dekat orang tua yang merepotkan ini.
Tapi Allah swt memberikan contoh adanya orang tua yang sangat jelek , yaitu menyuruh anaknya
melakukan kesyirikan. Mungkin sampai menyuruh anaknya murtad dari Islam. Ini adalah kejelekan yang
paling tinggi. Tidak ada orang tua yang lebih jelek dari ini.
Sekalipun demikian , tetap saja seorang akan diperintahkan mempergauli orang tuanya dengan cara
yang baik, tetapi tidak diperbolehkan mematuhi keinginan orang tuanya untuk melakukan kesyirikan
tersebut.
Maka : memberi belanja orang tua setiap bulan adalah perkara kecil.
Bahkan semua yang kita sangka sebagai kebaikan adalah kecil , jika dibanding dengan perintah berbuat
baik kepada orang tua sebagaimana yang disebutkan oleh Allah dalam Al Qur’an.
SEORANG ANAK TIDAK AKAN PERNAH DAPAT MEMBALAS JASA KEDUA ORANG TUANYA
« الَ َيجْ ِزى َولَ ٌد َوالِ ًدا ِإالَّ َأنْ َي ِج َدهُ َممْ لُو ًكا َف َي ْش َت ِر َي ُه َفيُعْ ِت َق ُه-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :
Tidak mungkin seorang anak dapat membalas jasa orang tuanya kecuali dia mendapati orang tuanya
sebagai budak, kemudian dia dibelinya dan dibebaskannya
Bersumber dari Abi Burdah bahwasanya dia melihat Ibnu Umar dan seorang laki laki dari Yaman sedang
thawaf di Baitullah sedang menggendong ibunya di punggungnya kemudian dia bersenandung : “ Bagi
ibuku aku adalah onta yang patuh.
Kemudian orang tersebut bertanya kepada Ibnu Umar r.a : Wahai Ibnu Umar , apakah engkau melihat
bahwa aku sudah membalas budi baik ibuku ?
Ibnu Umar menjawab : belum , engkau belum membalas kebaikan ibumu walaupun seujung kuku
Riwayat Al Bukhari dalam Kitab Al Adabul Mufrad bab (6) Jazaail Walidain no 11
BERBAKTI KEPADA ORANG TUA LEBIH DIDAHULUKAN / LEBIH UTAMA DIBANDING JIHAD
Bersumber dari Ibnu Mas’ud r.a dia berkata : Aku bertanya kepada Nabi saw :
ك َعلَى ْال ِهجْ َر ِة َو ْال ِج َها ِد َ َف َقا َل ُأ َب ِاي ُع-صلى هللا عليه وسلم- ِ رضى هللا عنهما َقا َل َأ ْق َب َل َر ُج ٌل ِإلَى َن ِبىِّ هَّللا- اص ِ ْن ْال َع
ِ ْن َع ْم ِرو ب ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
َقا َل « َفارْ ِجعْ ِإلَى. َقا َل َن َع ْم.» ِ َقا َل « َف َت ْب َتغِى اَألجْ َر م َِن هَّللا. َقا َل َن َع ْم َب ْل ِكالَ ُه َما.» ٌّك َأ َح ٌد َحى َ َقا َل « َف َه ْل مِنْ َوالِدَ ْي.ِ َأ ْب َتغِى اَألجْ َر م َِن هَّللا
ن صُحْ َب َت ُه َما3ْ ِك َف حْ س َأ َ َوالِ َد ْي
Bersumber dari Abdullah bin Amr bin Al ‘Ash r.a dia berkata : Ada seorang laki laki datang kepada Nabi
saw lalu dia berkata : Aku berbai’at kepadamu (berjanji setia), untuk hijrah dan ikut jihad karena
mengharap pahala dari Allah swt.
Nabi saw bertanya : Apakah kedua orang tuamu atau salah satu dari mereka masih hidup?
Laki laki tersebut menjawab : Iya , kadua orang tuaku masih hidup.
Nabi saw bersabda : Kembalilah kepada kedua orang tuamu dan berbaktilah kepada mereka
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Birri Wash Shilah Wal Adab bab 1 no 2549.
Bersumber dari Mu’awiyah bin Jaahimah As Salamiy, sesungguhnya Jaahimah r.a datang kepada Nabi
saw lalu dia berkata : Wahai Rasulullah , aku ingin berjihad maka aku datang untuk meminta nasehat
kepadamu.
Nabi saw bersabda : Kalau demikian , berbaktilah kepadanya , karena surga terletak di bawah kedua
kakinya.
Hadits riwayat Nasai Kitabul Jihad bab 6 no 3104
PENJELASAN :
Berbakti kepada kedua orang tua adalah amalan yang paling dicintai Allah setelah shalat pada
waktunya , bahkan lebih didahulukan dari jihad di jalan Allah.
Pernah Nabi saw melarang seorang shahabatnya ikut berperang di jalan Allah karena dia memiliki orang
tua yang harus dijaga. Bahkan Nabi saw mengatakan bahwa dengan mengasuh orang tuanya tersebut
dia sudah mendapatkan pahala jihad yang tidak dilakukannya.
Sesungguhnya ibuku telah bernadzar untuk menunaikan haji tetapi dia belum menunaikan (nadzar) haji
sampai wafatnya. Apakah aku harus menunaikan haji atasnya ? Nabi saw bersabda : Iya , tunaikanlah
haji untuknya. Bukankah jika ibumu memiliki hutang maka engkau yang akan melunasinya ? Tunaikanla
haq Allah , karena haq Allah lebih patut untuk ditunaikan.
ُأ
ِ ِإ َذا َجا َءهُ َر ُج ٌل مِنْ َبنِى َسلِ َم َة َف َقا َل َيا َرسُو َل هَّللا-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ِ يع َة السَّاعِ دِىِّ َقا َل َب ْي َنا َنحْ نُ عِ ْندَ َرس ِ َعنْ َأ ِبى َس ْي ٍد َمالِكِ ب
َ ْن َر ِب
َّ َه ْل َبق َِى مِنْ ِبرِّ َأ َب َوىَّ َشىْ ٌء َأبَرُّ ُه َما ِب ِه َبعْ دَ َم ْوت ِِه َما َقا َل « َن َع ِم ال
صالَةُ َعلَي ِْه َما َواالِسْ ت ِْغ َفا ُر لَ ُه َما َوِإ ْن َف ُاذ َع ْه ِد ِه َما مِنْ َبعْ ِد ِه َما َوصِ لَ ُة الرَّ ح ِِم الَّتِى
صدِيق ِِه َما َ وص ُل ِإالَّ ِب ِه َما َوِإ ْك َرا ُم
َ الَ ُت
ضعيف: قال الشيخ األلباني
إسناده ضعيف لجهالة حال علي بن عبيد فقد انفرد بالرواية عنه ابنه أسيد بن علي ولم يؤثر توثيقه عن غير ابن: تعليق شعيب األرنؤوط
حبان
علي بن عبيد مجهول لم يوثقه غير المؤلف وباقي رجاله ثقات: قال شعيب األرنؤوط
هذا حديث صحيح اإلسناد و لم يخرجاه: قال الحاكم
صحيح: تعليق الذهبي قي التلخيص
Bersumber dari Abu Usaid Malik bin Rabi’ah As Saa’idiy r.a dia berkata : Kami bersama Rasulullah saw
lalu ada seorang laki laki dari bani Salamah berkata : Wahai Rasulullah , apakah masih tersisa (masih
ada) bentuk berbakti kepada orang tua setelah kematian mereka ?
Mendoakan mereka, memintakan ampunan untuk mereka , menunaikan janji mereka (termasuk
washiyat) setelah kematiannya, menyambung silatur rahim yang tidak terjalin kecuali oleh mereka dan
memuliakan para shahabatnya.
Ahmad 3/497
Al Hakim no 7260
Hadits ini dalam sanadnya ada rawi yang majhul bernama Ali bin Ubaid.
PENJELASAN :
Kalimat “menyambung silatur rahim yang tidak terjalin kecuali oleh mereka” maknanya : menjalin
silaturrahim dengan orang orang yang tidak pernah terjalin hubungan dengan si anak. Hubungan itu
hanya pernah terjadi antara orang tuanya dengan mereka.
Jika menjalin hubungan silaturrahim dengan orang yang sudah dikenal anaknya , dan sudah terjalin
hubungan baik antara anaknya dengan orang tersebut , ini mudah.
Yang dituntut adalah : mencari orang orang yang pernah menjalin hubungan silatur rahim dengan orang
tua , kemudian si anak melanjutkan hubungan itu walaupun si anak tersebut tidak pernah melakukannya
kepada orang tersebut sebelumnya.
َقا َل « َأبَرُّ ْال ِبرِّ َأنْ يَصِ َل الرَّ ُج ُل وُ َّد َأ ِبي ِه-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن ُع َم َر َأنَّ ال َّن ِبى
ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
Bersumber dari Abdullah bin Umar r.a , bahwasanya Nabi saw bersabda :
Sesungguhnya sebaik baik bentuk berbakti kepada orang tua adalah menyambung hubungan dengan
keluarga dari kenalan baik ayahnya.
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a dia berkata : Bahwasanya ibunya Sa’ad bin Ubadah r.a menunggal dunia
ketika dia tidak ada (disampingnya), lalu dia berkata : wahai Rasulullah , sesungguhnya ibuku meninggal
dunia ketika aku tidak ada di sampingnya. Apakan akan bermanfa’at jika aku bershadaqah atas
namanya ?
4.. MENGHAJIKANNYA
َ ض ُة هَّللا ِ فِى ْال َح ِّج َوه َُو الَ َيسْ َتطِ ي ُع َأنْ َيسْ َت ِو
ى َ ت َيا َرسُو َل هَّللا ِ ِإنَّ َأ ِبى َش ْي ٌخ َك ِبي ٌر َعلَ ْي ِه َف ِري
ْ ََّاس َع ِن ْال َفضْ ِل َأنَّ امْ َرَأ ًة مِنْ َخ ْث َع َم َقال
ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
ْ « َفحُجِّ ى َعن ُه-صلى هللا عليه وسلم- ُّ َف َقا َل ال َّن ِبى.ِِيره َ
ِ َعلى ظه ِْر َبع َ
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , dari Fadl bin Abbas r.a , bahwasanya ada seorang perempuan dari
Khats’am berkata : "Wahai Rasulullah, sesungguhnya bapakku adalah seorang yang sudah tua,
sedangkan kewajiban yang Allah bebankan kepada hambanya dalam ibadah haji (telah menjadi
kewajiban ayahku) , padahal ia tidak mampu lagi duduk di atas untanya." Maka Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "KALAU BEGITU, HAJIKANLAH DIA."
Ahmad 34/345 no
Abu Dawud Kitabul Manasik bab 26 no 1809
CARA BERDO’A ?
Hendaknya seorang anak mendo’akan untuk keselamatan orang tuanya di alam qubur dan
keselamatannya pada hari akhir nanti. Hendaknya anak mendo’akan orang tuanya sebanyak banyaknya,
tidak pakai hitungan. Juga tidak mendo’akan orang tuanya pada hari khusus saja.
Waktunya juga bebas, teristimewa pada waktu waktu yang mana do’a sangat diqabulkan oleh Allah swt.
Seperti setiap selesai shalat dll.
Contoh do’a :
دَك ْال ِك َب َر َأ َح ُد ُه َما َأ ْو كِال ُه َما َفال َت ُق ْل َل ُه َما ُأفٍّ َوال َت ْن َهرْ ُه َما َوقُ ْل َل ُه َما َق ْوال ِ ك َأال َتعْ ُبدُوا ِإال ِإيَّاهُ َو ِب ْال َوالِدَ ي
َ ْن ِإحْ َسا ًنا ِإمَّا َي ْبلُ َغنَّ عِ ْن َ َو َق
َ ضى َر ُّب
صغِيرً ا ُ ُّ
َ َك َما َر َّب َيانِي3اح الذ ِّل م َِن الرَّ حْ َم ِة َوق ْل َربِّي ارْ َحمْ ُه َما َ ْ
َ َواخفِضْ ل ُه َما َج َن،َك ِريمًا
Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau
kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu
mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah
kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh
kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua
telah mendidik aku waktu kecil".
ْ َِّرب
َّاغفِرْ لِي َول َِوالِدَي
Dari saya : silakan berdo’a untuk kebaikan orang tua sebanyak banyaknya , dengan redaksi yang mudah
kita ucapkan.
Ya Allah lindungilah kedua orang tuaku dari siksa qubur, luaskanlah quburnya , dan terangilah mereka di
dalamnya.
Jangan engkau siksa mereka ya Allah , sesungguhnya mereka adalah hamba-Mu dan mereka adalah
putra putri dari hamba-Mu.
DLL.
ANAK DURHAKA ?
Anak durhaka adalah anak yang tidak dapat memberikan manfaat apa apa kepada kedua orang tuanya.
Bahkan mendatangkan kesusahan bagi orang tuanya ketika orang tuanya masih hidup bahkan ketika
telah wafat.
DURHAKA KEPADA ORANG TUA DIANCAM NERAKA. DIA DISEJAJARKAN DENGAN PECANDU KHAMR
ُّ َأ َّن ُه َقا َل « الَ َي ْد ُخ ُل ْال َج َّن َة َم َّنانٌ َوالَ َع-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن َع ْم ٍرو َع ِن ال َّن ِبى
اق َوالِ َد ْي ِه َوالَ م ُْدمِنُ َخ ْم ٍر ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
صحيح لغيره وهذا إسناد ضعيف: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abdullah bin 'Amru r.a dari Nabi saw, bahwa beliau bersabda:
"Tidak akan masuk surga seorang Mannan (orang yang mengungkit pemberian), orang yang durhaka
kepada orang tuanya, dan pecandu khamer."
PENJELASAN :
Jika seorang Muslim durhaka kepada kedua orang tuanya , maka tiket untuk masuk ke neraka sudah
berada di tangannya. Nabi saw menyatakan bahwa seorang Muslim yang durhaka tidak akan masuk
surga.
وعن عبد هللا بن عمرو رضي هللا عنهما قال قال رسول هللا صلى هللا
عليه وسلم رضا هللا في رضا الوالد وسخط هللا في سخط الوالد
Kesimpulan :
Jika seseorang adalah anak yang berbakti kepada kedua orang tua , maka :
- Jika memiliki masa lalu yang kelam , banyak dosa, tidak apa apa. Segera bertaubat kepada Allah.
Memperbanyak membaca istighfar dan memperbaiki diri dengan memperbanyak amal shalih baik
fardhu maupun sunnah.
DLL
Walahu A’lam.
Tahallul dari ihram haji dilakukan setelah melempar jumrah Aqabah pada tanggal 10 Dzulhijjah di Mina.
Setelah melempar jumrah aqabah , mencukur rambut , melepas ihram. Sejak saat itu sampai pulang ke
ranah air sudah tidak memakai ihram lagi.
Pada tanggal 11 s/d 13 Dzulhijjah , semua kegiatan melempar jumrah adalah dengan menggunakan
pakaian biasa
Thawaf ifadhah , sa'i haji serta thawaf wada' dilakukan dengan menggunakan pakaian biasa.
*************************************************************
PERTANYAAN WARMAN.
Jika rumah yang dijual tersebut adalah rumah yang diperdagangkan (memang yang bersangkutan adalah
pedagang - jual beli- rumah) maka wajib dikeluarkan zakatnya setiap tahunnya.
Jika rumah tersebut bukan barang dagangan, maka tidak ada kewajiban zakat atas penjualan runah
tersebut , baik dijual utuh , atau tukar tambah , atau dijual kemudian dibelikan rumah yang lebih murah
dengan harapan ada sisa uang untuk keperluan lainnya dll.
Wallahu A’lam
09/09/16, 12.13 - Ustadz Mubarok Ptk:
*************************************************************
*************************************************************
PERTANYAAN SUDOMO
Yang lebih harus didahulukan adalah membantu orang yang akan operasi tapi tidak memiliki biaya.
Umrahnya bisa ditunda. Saya tidak memiliki dalil yang khusus dan tegas dalam masalah ini.
Jawaban yang saya berikan saya dasarkan kepada pertimbangan aqal berdasarkan kepada pemahaman
saya terhadap dalil dalil umum.
) َيتِيمًا َذا َم ْق َر َب ٍة14( ) َأ ْو ِإ ْط َعا ٌم فِي َي ْو ٍم ذِي َمسْ َغ َب ٍة13( ك َر َق َب ٍة َ ) َو َما َأ ْد َرا11( ) َفال ا ْق َت َح َم ْال َع َق َب َة10( ْن
ُّ ) َف12( ك َما ْال َع َق َب ُة ِ َو َهدَ ْي َناهُ ال َّنجْ دَ ي
َأ
)16( ) ْو مِسْ كِي ًنا َذا َم ْت َر َب ٍة15(
Maka tidakkah sebaiknya (dengan hartanya itu) ia menempuh jalan yang mendaki lagi sukar?.
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang
membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan di dunia , maka Allah akan membebaskannya dari
suatu kesulitan di hari qiyamat.. Barang siapa yang memudahkan urusan orang yang sedang berada
dalam kesulitan maka Allah akan memudahkan baginya urusannya di dunia dan di akhirat.
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabudz Dzikri wad Du’aa’ bab 11 no 2699
Penjelasan :
Umrah adalah ibadah yang agung di sisi Allah. Diberikan balasan yang sangat banyak kepada orang yang
melakukannya.
Membebaskan seorang mukmin dari kesulitan juga merupakan sebuah amal shalih yang sangat dipuji
dalam Islam.
Seorang Muslim yang memiliki bekal pas pasan dan hanya cukup untuk 1 kali umrah saja , kemudian dia
korbankan kepentingannya untuk umrah buat orang lain yang sangat kesulitan , maka dia adlaah
seorang yang sangat dicintai oleh Allah swt. Dia dijanjikan akan dibebaskan dari kesulitan pada hari
qiyamat nanti.
Saya menyangka (wallahu A’lam) , janji yang akan diberikan Allah tentu tidak akan kurang dari apa yang
semestinya dia dapatkan dari perjalanan umrahnya secara keseluruhan , baik ibadah umrahnya ataupun
amalan yang mengirinya seperti shalat di Masjidil Haram dll.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
PERTANYAAN ERLAN
ان َي ْو ُم ال َّترْ ِو َي ِة َت َوجَّ هُوا ِإلَى ِم ًنى َفَأ َهلُّوا ِب ْال َح ِّج
َ َفلَمَّا َك
Artinya : Maka ketika hari tarwiyah ( tanggal 8 Dzul Hijjah), para shahabat berangkat ke Mina (bersama
dengan Nabi saw) dan berihram untuk haji.
(Hadits shahih riwayat Muslim kitabul haj bab 19 no.1218 bersumber dari shahabat Jabir bin Abdullah
r.a)
Artinya : Bersumber dari Anas bin Malik r.a ,dia berkata bahwa Rasulullah saw melempar jumrah aqabah
pada hari nahr, kemudian kembali ketempat tinggalnya di Mina. Setelah itu Beliau saw meminta hewan
sembelihan, maka disembelihnya. Kemudian dipanggilnya tukang cukur ( yaitu Ma’mar bin Abdillah r.a),
maka dipegangnya kepala Nabi saw yang bagian kanan kemudian dia mencukurnya . . . . . .( sampai akhir
hadits)
( Hadits shahih riwayat Abu Dawud kitabul manasik bab 78 no. 1981)
Setelah mencukur rambut, maka larangan ihram sudah tidak ada lagi kecuali melakukan hubungan
suami istri. Inilah yang disebut TAHALLUL AWAL
ِّ الطيبُ َو
الث َيابُ َو ُك ُّل َشىْ ٍء ِإالَّ ال ِّن َسا َء ِّ « ِإ َذا َر َم ْي ُت ْم َو َحلَ ْق ُت ْم َف َق ْد َح َّل لَ ُك ْم-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
Artinya : Bersumber dari Aisyah r.a , dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : “Apabila kalian telah
melempar dan mencukur rambut, maka telah halal bagi kalian wangi wangian, pakaian, dan segala
sesuatu kecuali wanita(hubungan suami istri)
( Hadits riwayat Ahmad 6/143 no 24579 , tetapi hadits ini sanadnya adalah dha’if karena ada rawi
bernama Hajjaj bin Arthah)
« ِإ َذا َر َم ْي ُت ُم ْال َجمْ َر َة َف َق ْد َح َّل لَ ُك ْم ُك ُّل َشىْ ٍء ِإالَّ ال ِّن َسا َء-صلى هللا عليه وسلم- ِ َّاس َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
Artinya : Bersumber dari Ibnu Abbas r.a. dia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda :”Apabila kalian
telah melempar jumrah maka telah halal bagi kalian segala sesuatu kecuali wanita (hubungan suami istri
”. Dalam riwayat ini tanpa ada penyebutan “dan mencukur rambut”
Hadits ini seluruh rawinya adalah tsiqat, semuanya perawi Bukhari dan Muslim,tetapi sanadnya terputus
antara Hasan Al ‘Uraniy dan Ibnu Abbas r.a. Akan tetapi terdapat hadits pendukungnya dari Aisyah r.a
tentang memakaikan wewangian kepada Nabi saw sebelum thawaf ifadhah (Shahih Bukhari no 1539).
Sehingga hadits ini dinilai oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth sebagai hadits shahih ligairihi.
َ ِإلحْ َرا ِم ِه ح- صلى هللا عليه وسلم- ِ ت ُأ َطيِّبُ َرسُو َل هَّللا
ِين ُ ت ُك ْن
ْ َ َقال- صلى هللا عليه وسلم- ِّ َز ْو ِج ال َّن ِبى- رضى هللا عنها- َعنْ عَاِئ َش َة
ْ
ِ وف ِبال َب ْي
ت ُ َأ ِّ
َ َولِحِل ِه َق ْب َل نْ َيط، يُحْ ِر ُم
Bersumber dari Aisyah r.a , istri Nabi saw dia berkata : Aku memakaikan wewangian kepada Rasulullah
saw untuk (persiapan) ihramnya dan kpada saat tahallulnya sebelum melakukan thawaf (ifadhah) di
Baitullah.
Wallahu A’lam.
PENJELASAN :
Berdasarkan hadits hadits tersebut maka :
Rumah bisa bermakna rumah betul betul , bisa juga bermakna tenda, hotel, atau rumah sementara
lainnya selama berada di Makkah.
2. TAHALLUL AWAL DILAKUKAN DI MINA SETELAH MELEMPAR JUMRAH AQABAH DAN MENYEMBELIH
HADYU.
Maka : boleh langsung tahallul setelah melempar jumrah aqabah, yaitu bercukur dan melepas kain
ihramnya untuk berganti dengan pakaian biasa.
Wallahu A’lam.
Wajib mengikuti semua amalan yang dilakukan Rasulullah saw dalam ibadah hajinya. Termasuk
didalamnya adalah melempar jumrah pada waktu yang dicontohkan.
Jika ada aturan dari pemerintah Saudi untuk membagi jadwal waktu pelemparan untuk memecah
kepadatan , maka sepatutnya dipatuhi. Ini adalah udzur syar'i yang mudah mudahan diampuni Allah swt.
Tetapi tanggal 10 dan 11 masih aman. Masih bisa mengambil rukhshah yang dibenarkan. Tanggal 10
dibolehkan ole Rasulullah saw melempar sore hari.
Karena saya mengambil nafar awal, saya terpaksa melempar pagi. Karena jam 9 pagi jamaah sudah
mulai digerakkan ke Makkah. Berakhir sekitar jam 4 atau 5 sore.
********************************************************
Assalamualaikum .......ustadz....bagaimana kalau kita mabit di muzdalifah dan di mina pada hari tasyriq
sengaja hanya lewat tengah malam.....jazakallahu khairan
Rasulullah saw melakukan mabit (bermalam) di Muzdalifah dan melakukan shalat shubuh di sana. Tetapi
Rasulullah saw memberikan kelonggaran kepada istrinya yang bernama Saudah , beserta orang yang
lemah serta anak anak untuk meninggalkan Muzdalifah setelah pertengahan malam.
Artinya : Dan Nabi saw mengerjakan shalat shubuh (setelah nyata baginya masuk waktu shubuh) dengan
sekali adzan dan sekali iqamat, kemudian Beliau saw menunggang qashwaa’ , sehingga sampai di
Masy’aril Haram, lalu sambil menghadap qiblat, Rasulullah saw memanjatkan do’a kepada Allah,
membaca takbir, tahlil dan mentauhidkan Allah dan Beliau saw tetap berada disitu sehingga fajar
bersinar terang, kemudian meninggalkan tempat tersebut sebelum matahari terbit (menuju jumrah
aqabah melewati lembah Muhassir).
( Hadits shahih riwayat Muslim kitabul haj bab 19 no. 1218 bersumber dari shahabat Jabir bin Abdullah
r.a)
Bersumber dari ‘Urwah bin Mudharris r.a dia berkata : Aku mendatangi Nabi saw ketika beliau saw di
Jam’in (Muzdalifah)…….. lalu Nabi saw bersabda : Barangsiapa yang hadir bersama kami untuk
melakukan shalat ini – ya’ni shalat shubuh di Jam’in (Muzdalifah) – dan tinggal bersama kami sampai
kami berangkat daripadanya , sedangkan sebelumnya dia melakukan wuquf di ‘Arafah siang atau malam
maka telah sempurna hajinya dan (berhak) mendapatkan balasannya
ِيض مِنْ َج ْم ٍع ِبلَي ٍْل َفَأذ َِن لَ َها ْ ض ْخ َم ًة َث ِب َط ًة َفاسْ َتْأ َذ َن
َ َأنْ ُتف-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َرسُو َل هَّللا َ ت َس ْودَ ةُ امْ َرَأ ًة ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
ْ ت َكا َن
Artinya : Bersumber dari Aisyah r.a, dia berkata : Bahwasanya Saudah r.a adalah perempuan yang gemuk
yang berat bergeraknya, maka dia meminta izin kepada Rasulullah saw untuk meninggalkan Muzdalifah
diwaktu malam, maka Rasulullah saw mengizinkannya.
ض َع َف ِة َأهْ ِل ِه
َ لَ ْيلَ َة ْالم ُْز َد ِل َف ِة فِى- صلى هللا عليه وسلم- ُّ َيقُو ُل َأ َنا ِممَّنْ َق َّد َم ال َّن ِبى- رضى هللا عنهما- َّاس
ٍ عن اب َْن َعب
Artinya : Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , dia berkata : Saya adalah termasuk yang diberangkatkan lebih
dahulu oleh Rasulullah saw dalam rombongan keluarganya yang lemah untuk meninggalkan Muzdalifah
dimalam hari
PENJELASAN :
Yang dimaksud orang yang lemah adalah : para wanita dan laki laki yang lemah.
Diantara yang diidzinkan oleh Rasulullah saw meninggalkan Muzdalifah sebelum masuk waktu shubuh
adalah istrinya yang bernama Saudah r.a , karena Saudah adalah seorang wanita yang gemuk dan
lambat bergeraknya.
Sedangkan istri Rasulullah saw yang lainnya serta putrinya dan para shahabat lainnya , tetap berada di
Muzdalifah sampai setelah mengerjakan shalat shubuh.
Pada pada zaman sekarang , jama’ah haji dari seluruh dunia tidak mengerjakan haji sendiri sendiri atau
masing masing. Mereka diurus oleh pihak Saudi yang diberi nama maktab. Maka dengan pertimbangan
tertentu , maktab biasanya akan memberangkatkan jama’ah haji dari Muzdalifah ke Mina setelah lewat
tengah malam, jauh sebelum masuk waktu shubuh. Hal ini dilakukan oleh maktab tanpa membedakan
laki atau perempuan , yang kuat atau lemah dll.
Jamaah haji dalam posisi yang lemah, tidak memiliki kekuatan untuk tawar menawar. Mau ikut maktab
silakan , yang tidak mau akan ditinggal. Dalam posisi seperti ini , sebaiknya jamaah haji ikut saja dengan
sistem yang diberlakukan maktab, sambil meminta ampun kepada Allah. Ini untuk menghindari bahaya
yang lebih besar.
Jika jamaah haji nekat menunggu sampai shubuh dan ditinggal oleh maktab , maka akan beresiko
kesulitan kembali ke tenda di Mina, bahkan berpotensi tersesat. Belum lagi jaraknya yang jauh.
Pada umumnya , para ulama memandang bahwa , jika seseorang sudah menginap di Mina sejak
matahari terbenam sampai lewat pertengahan malam , sudah dianggap telah melaksanakan mabit. Jika
dia meninggalkan Mina dengan sengaja saat itu (tanpa udzur sekalipun) maka tidak ada sanksi denda
(dam) baginya.
Dari saya : Mungkin pernyataan ini benar , mungkin juga salah. Yang pasti Rasulullah saw tidak
meninggalkan Mina sama sekali selama hari Tasyriq.
Nabi saw menginap di Mina , kemudian melempar jumrah pada hari hari tersebut.
Nabi saw hanya memberikan keringanan tidak menginap di Muna bagi pemberi minum para tamu Allah
(pelayanan umum) serta penggembala ternak.
Didasarkan kepada washiyat Rasulullah saw tersebut, sudah seharusnya kaum muslimin yang imannya
benar agar bersikap : Menteladani semua cara ibadah haji Rasulullah saw, kecuali ada udzur syar’i yang
tidak sanggup dilawannya.
Bukan malah bersenang senang atau bangga untuk mengingkari atau berbeda tatacara ibadah hajinya
dengan Rasulullah saw , atau sudah merencanakan sebelumnya akan begini dan begitu , yang mana
rencana tersebut menyelisihi tatacara ibadah haji Rasulullah saw hanya berdasarkan : ulama ini berkata
begini, atau saya ikut ulama ini.
Ingat ! Rasulullah saw berpesan : Ambillah dariku tatacara ibadah haji kalian.
(bukan dari ustadz fulan atau kyai fulan, tetapi DARI RASULULLAH SAW)
Wallahu A’lam.
1. Group WA Forum Selasa Malam Rabu adalah group tanya jawab masalah agama.
Anggota group tidak boleh menyampaikan perkataan di luar pembahasan atau pertanyaan tentang
agama.
2. Tidak boleh memposting artikel atau share dari group lain atau sumber lainnya sebelum dikirim ke WA
saya (Mubarak AR) untuk diperiksa atau dicek kebenarannya.
3. Yang boleh menjawab pertanyaan tentang agama hanya saya saja (Mubarak AR).
4. Bagi yang keberatan dengan jawaban saya bisa membuat bantahan lewat pengajian yang saya asuh.
Jika dirasa dalam jawaban saya ada kesalahan dan mendesak untuk diluruskan maka bisa
membantahnya di WA saya pribadi.
5. Anggota group boleh keluar. Diharapkan pamit kepada admin dan anggota group lainnya. Hal ini
untuk menjaga perpecahan hati.
6. Anggota group boleh men share semua jawaban dari saya ke mana saja.
8. Dalam keadaan tertentu , admin akan menjadikan group sebagai sarana untuk menyampaikan
informasi berkaitan dengan kepentingan bersama.
ATURAN INI KAMI BUAT DEMI KEMASLAHATAN BERSAMA DAN UNTUK MEMBANTU TERCAPAINYA
TUJUAN GROUP YAITU : SEBAGAI FORUM KAJIAN ILMIAH TENTANG KEISLAMAN.
Hal hal yang belum disampaikan kemungkinan akan di umumkan di belakang hari jika dirasa perlu.
Jazakumullahu khairan.
10/09/16, 12.31 - Ustadz Mubarok Ptk: Orang tua atau siapa saja yang Muslim dan meninggalkan shalat
karena malas tetapi masih mengakui kewajiban shalat , maka imam Ahmad bin Hambal menganggapnya
kafir. Sedangkan imam Asy Syafi'i menganggapnya sebagai pelaku dosa besar tetapi tidak kafir.
Orang tua sebagaimana yang ditanyakan , selama dia tidak kafir maka boleh dimintakan ampunan
kepada Allah untuknya jika sudah wafat dan dido'akan agar diberikan hidayah jika dia masih hidup
MUNGKIN MAKSUDNYA AGAR DAPAT DIAMBIL MANFAAT OLEH SIAPA SAJA YANG AKAN BERANGKAT
HAJI RAHUN TAHUN YANG AKAN DATANG.
INSYA ALLAH AKAN SAYA TULIS DAN DI SHARE KE GROUP , MULAI DARI BERANGKAT SAMPAI DENGAN
AKTIFITAS HAJI TERLAKSANA SEMUA.
10/09/16, 12.58 - Ustadz Mubarok Ptk: 1. Tanggal 30 Agustus 2016 , 27 Dzulqa'dah 1437 H dini hari saya
tiba di Makkah.
2. Tanggal 30-8-2016 setelah isya ' saya melaksanakan umrah bersama jamaah.
Selesai umrah sekitar jam 03.00 tanggal 31 Agustus 2016. Setelah itu langsung tahallul (memendekkan
rambut) dan melepas pakaian ihramnya.
Umrah ini adalah bagian dari ritual haji tamattu'. Yaitu mendahulukan umrah daripada haji , pada bulan
haji.
2. Hari hari selanjutnya kegiatannya bebas, tidak memakai pakaian ihram. Memperbanyak ibadah
masing masing.
Materi tentang haji dan yang berkaitan dengannya. Baik itu tentang hukum , amaliah haji , ataupun
akhlaq dalam menunaikan haji.
Termasuk didalamnya adalah informasi tentang tempat pelaksanaan haji dan lain lain dalam arti yang
seluas luasnya.
Pengajian terakhir (sementara) Hari kamis, 6 Dzulhijjah 1437 H atau 08 September 2016.
5. Pada tanggal 08 Dzulhijjah , Panitia Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) memberangkatkan
jamaah dari Makkah ke Arafah dengan pertimbangan untuk kebaikan jamaah.
Karena Rasulullah saw dan SEMUA shahabatnya yang ikut haji tanggal 08 Dzulhijjah menuju Mina (dari
Makkah), maka saya dan teman teman berkeinginan mengikuti sunnah ini.
Maka kami mengajukan permohonan ke ketua kloter dan ke maktab ( semacam travel yang bertanggung
jawab dalam hal penyediaan sarana angkutan , tanda , dll selama pelaksanaan ibadah haji).
Maktab setuju dengan syarat membayar 250 riyal per orang ( biasanya 200 riyal).
Jadi mahal karena jumlah orangnya sedikit, hanya kami yang berangkat ke Mina).
Setelah semuanya oke, maka baru kami memastikan memisahkan diri dari kloter ( kelompok terbang = 1
pesawat =450 orang yang diketuai oleh ketua kloter).
6. Karena tanggal 08 Dzulhijjah pagi pihak maktab konsentrasi memberangkatkan jamaah ke Arafah ,
maka kami yang menginginkan ke Mina diberangkatkan pada malam harinya (setelah matahari
terbenam pada tanggal 7 Dzulhijjah).
Kami berpakaian ihram dan berniat ihram haji di atas bis ketika akan berangkat ke Mina.
7. Berangkat ke Mina di malam hari tanggal 08 Dzulhijjah.
Shalat dilaksanakan dengan cara qashar (2 rakaat) tapi tanpa jama'. Artinya masing masing shalat
dilaksanakan pada waktunya masing masing.
9. Pagi hari tanggal 8 Dzulhijjah kami melakukan survey ke lapangan , supaya jamaah tahu arah jalan ke
tempat melempar jumrah serta jalan pulangnya. Ini penting , jika sewaktu waktu ada jamaah yang
terpisah dari rombongan maka diharapkan dia bisa pulang sendirian.
10. Sebelum berangkat ke Mina , saya di Makkah senantiasa shalat dengan cara qashar, karena saya
berada di Makkah kurang dari 19 hari. Saya menguatkan pendapat shahabat Ibnu Abbas r.a.
Jika berjamah dengan imam setempat maka saya ikut 4 rakaat dengannya.
Kami berada di Mina. Insya Allah sampai tanggal 09 Dzulhijjah di waktu dhuha sebagaimana yang
diperbuat Rasulullah saw dalam ibadah hajinya.
10/09/16, 21.19 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamualaikum wr ,,,ustad saya mau bertanya,,apakah orang
yang mati tertabrak mobil itu bisa di katakan mati syahid??
Pada zaman Nabi saw belum ada orang mati karena tertabrak mobil. Maka kita cari sesuatu yang mirip
dengan hal itu .
Dalam sebuah hadits didapati bahwa mati syahid selain perang ada beberapa macam :
2. Karena tenggelam.
3. Karena sakit perut.
5. Karena melahirkan
6. Dll.
Sebagian qaum Muslimin melihat kemiripan antara tertimpa reruntuhan dengan tertabrak mobil yaitu
sama sama terkena benturan , sehingga menganggapnya syahid. Terlepas persamaan ini benar atau
tidak, kita harapkan yang bersangkutan diampuni dosanya dan diberi tempat kembali yang baik di sisi
Allah swt.
10/09/16, 21.21 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamualaikum Ustadz, bolehkah orang yg masih memiliki
hutang di bank (cicilan pinjaman di bank), pergi berhaji. Lebih didahulukan yg mana, apakah melunasi
hutang terlebih dahulu ataukah pergi berhaji? Bagaimana dgn berumroh? Apakah aturannya sama dgn
berhaji?
Jawab :
1. Jika dia memiliki kekayaan yang melebihi hutangnya , dan ketika dia mati , harta yang ditinggalkan
cukup untuk membayar hutangnya, maka tidak disalahkan dia berhaki atau umrah walaupun belum
dilunaskan hutangnya.
2. Dia tidak punya harta untuk melunasi hutangnya. Maka dia dalam keadaan tidak mampu untuk
berziarah ke tanah suci. Hendaknya dia berusaha membayar hutangnya dulu kemudian kalau masih ada
sisa harta , baru ke tanah suci.
Wallahu A'lam.
10/09/16, 21.21 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamualaikum wr.wb. Ust. Mau tanya tentang puasa arafah,
pd hr rayakan disunahkan makan setelah shalat id, bagai mana diwaktu malam menjelang subuhnya
apakah kita dibolehkan makan dan minum seperti sahur
Tidak salah makan dan minum di malam hari raya Adh-ha. Bukan makan sahur. Tetapi makan biasa,
karena pada hari raya diharamkan berpuasa.
Yang dianjurkan adalah sebelum berangkat ke tempat shalat hari raya , tidak makan apapun sehingga
pulang ke rumah.
10/09/16, 21.22 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamualaikum wr wb. Ustadz 1. Apakah ada dalilnya kita
takbir dimulai ba'da subuh dihari Arafah ?2. Apakah boleh salat dhuha setelah salat ied? Jazakallah
khairan Ustaz.
Saya mendapati bahwa para shahabat besar dari Nabi saw bertakbir yang terkait dengan hari Raya
Qurban adalah dimulai setelah shubuh hari Arafah sampai dengan akhir hari tasyrik sebelum maghrib.
Yaitu : setelah shubuh tanggal 9 sampai sebelum maghrib tanggal 13 Dzulhijjah. Mereka adalah :
Umar bin Al Khaththab r.a , Ali r.a , Ibnu Mas'ud r.a , Ibnu Abbas r.a dll.
10/09/16, 21.22 - Ustadz Mubarok Ptk: Asw ww. Ustadz mohon penjelasannya. Selama di mina
rasulullah mengerjakan sholat sunnah qabliyah subuh dan witir. Bagaimana dg amalan sholat tahajud
dan dhuha. Mana yg lebih utama tetap melaksanakannya atau tdk? Terima kasih
2. Shalat malam secara keseluruhan yang jumlah rakaatnya memang ganjil , yaitu gabungan tahajjud dan
witir. Makna ini sering disebut dalam hadits dengan hanya menggunakan kalimat WITIR saja.
Sekalipun demikian saya tidak menyalahkan jika ada yang mengerjakan witir di Mina dengan makna ke 2
yaitu shalat tahajjud dan witir.
Sedangkan shalat dhuha di Mina , saya tidak mendapati bahwa Nabi saw mengerjakannya. Saya cari
hadits umum juga tidak saya temukan.
Rasululullah saw pernah mengerjakan dhuha dalam safar adalah ketika tahun penaklukan Makkah.
Selain itu saya tidak mengetahuinya. Maka saya memilih agar : di Mina tidak mengerjakan shalat dhuha.
Wallahu A'lam.
1. Selama berada di Mina, sy melihat ada sebagian jemaah dari kota TIDAK MAU sekali melihatkan
auratnya ketika berwudu ( tangan, kaki, telinga. Kepala). Mereka melakukannya dengan sekadar
mengusapnya dengan sedikit air. Mereka bahkan tidak melepas kaos kakinya saat wudhu.
Saya/kami memang menutup aurat kami tetapi ketika berwudhu kami membuka kaos kaki /menyingsing
kengan kami dan dapat terlihat sesama kami.
Sekiranya saya/kami melakukan hal yg salah, kami akan memperbaiki apa yg seharusnya kami lakukan
selama dlm ihram ini.
Maka tidak salah jika seorang wanita Muslimah membuka kerudungnya dan kaos kakinya ketika
berwudhu dan boleh terlihat oleh wanita muslimah lainnya ketika sedang dalam keadaan ihram.
Kalau enggan membuka kaos kaki karena memanfaatkan rukhshah sebagai musafir maka hal ini boleh
saja. (3 hari tak buka sepatu dan cukup mengusapnya saja ).
Tapi keringanan ini hanya untuk sepatu atau kaos kaki. Sedangkan mengusap di atas kerudung tidak ada
rukhshah bagi musafir.
Sekalipun demikian , saya dapati sebagian istri Nabi saw yang sesekali mengusap di atas kerudungnya.
Bukan karena statusnya sebagai musafir.
Rasulullah saw juga pernah mengusap diatas serbannya. Tapi tidak selalu dilakukan. Dan bukan karena
kedudukannya sebagai musafir
2. Thawaf wada' sama dengan thawaf lainnya. Tang setelah itu juga ditutup dengan shalat 2 rakaat.
Wallahu A'lam.
SELAMA DI MINA , ARAFAH , MUZDALIFAH, KE MINA LAGI, KE MAKKAH dari tanggal 08 Dzulhijjah sampai
14 Dzulhijjah nanti , jawaban saya atas pertanyaan tidak disertai matan haditsnya. Karena saya tidak
membawa komputer saya selama hari hari tersebut.
10/09/16, 22.25 - Ustadz Mubarok Ptk: Mungkin saja mereka mengamalkan sesuatu yang luput dari
pengetahuan saya.
Tetapi sepanjang pengetahuan saya , cara seperti itu tidak didapati tuntunannya dari Rasulullah saw.
Saya menduga ( wallahu A'lam) , hal ini dilakukan karena adanya anggapan bahwa membuka aurat
adalah pelanggaran ihram. Saya menduga demikian karena banyaknya pertanyaan yang diajukan kepada
saya tentang membuka pakaian ketika sedang ihram , apakah terkena dam ?
10/09/16, 22.26 - Ustadz Mubarok Ptk: Maaf ustad melanjutkan jawaban pertanyaan bu siska no. 2
thawaf lainnya apakah sama dgn thawaf sunnah... Berarti tawaf sunnah diakhiri jg dgn sholat sunnah 2
rakaat
10/09/16, 22.26 - Ustadz Mubarok Ptk: Iya benar. Semua thawaf caranya sama.
Saya tidak mendapati cara khusus berkaitan dengan thawaf selain yang demikian itu.
10/09/16, 22.26 - Ustadz Mubarok Ptk: Bapak....klo Thawaf Sunah juga di akhiri dengan shalat 2 rakaat
ya Pak?
10/09/16, 22.27 - Ustadz Mubarok Ptk: Thawaf Sunah itu klo yang ketika masuk ke Masjidil Haram
langsung Thawaf Sunah sbg pengganti Tahiyat Masjid ya Pak?
10/09/16, 22.27 - Ustadz Mubarok Ptk: Iya benar. Thawaf sunnah adalah thawaf yang bukan karena haji
atau umrah. Yaitu thawaf yang dilakukan kapan saja , pada bulan atau hari atau jam apa saja.
Kalimat "THAWAF SUNNAH SEBAGAI PENGGANTI TAHIYYATUL MASJID" bukanlah hadits Nabi saw ,
bukan pula perkataan shahabat r.a.
Dari perkataan ini muncullah berbagai anggapan , sehingga seperti sebuah hukum yang tetap.
Misalnya : kalau tidak thawaf maka masuk masjidl Haram tidak boleh tahiyyatul masjid. Langsung duduk
saja. Perkataan seperti ini tidak saya ketahui asal usulnya.
Yang benar adalah : setelah thawaf langsung shalat 2 rakaat.
Kalau tidak thawaf , maka masuk masjidil Haram harus shalat 2 rakaat sebelum duduk.
Wallahu A'lam.
Menggosok gigi dengan maksud membersihkan gigi tidak dilarang walaupun keluar aroma harum
daripadanya.
Karena Rasulullah saw juga menggosok gigi pakai kayu arak yang mengeluarkan aroma harum (yang kita
sebut siwak).
11/09/16, 01.42 - Ustadz Mubarok Ptk: Termasuk sabun mandi juga tidak dilarang jika tujuannya adalah
untuk membersihkan badan , bukan untuk mengharumkannya.
Kalau tujuannya untuk mengharumkan badan maka sabun dan semisalnya berubah fungsi menjadi
parfum . Dan yang seperti ini tidak dibenarkan.
Kemungkinan shalat hari raya Adh -ha di Thailand, 10 Dzulhijjah tahun ini jatuh oada hari senin 12 Sept
2016.
Cara shalat Ied seperti yang ditanyakan belum saya ketahui asal usulnya.
Wallahu A'lam.
Jika saya berada dalam keadaan itu maka saya tidak ikut shalat bersama mereka sebelum saya yaqin
benar bahwa cara tersebut adalah tuntunan dari Rasulullah saw. Hal ini saya pilih karena tatacara
shalatnya telah keluar dari petunjuk shalat yang baku. (Adanya ruku' 2 kali)
11/09/16, 10.11 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamualaikum ustd. Afwan.. sepertinya dari pertanyaan si
penanya rukunya satu kali ustd. Hanya takbir 7x di waktu akan turun untuk sùjud...afwan saya copy
pastekan kutipan pertanyaannya ustd.... mungkin yg bikin bingun si penanya pada umumnya takbir 7x di
awal sebelum alfatihah. Tapi di thailand takbir 7x di lakukan setelah bangun dari rukuk.
*Takbir di pertamanya cuma 1 kali - baca Al Fatihah - surah lain -rukuk - bangkit rukuk - takbir 7 kali -
setelah itu baru sujud, kmudian msk Rakaat ke 2 mengulangi urutan yg dirakaat prtama tadi.*
Iya , kayaknya ruku'nya 1 kali ya ? Hanya saja takbir 7 kali dilakukan ketika berdiri i'tidal.
Saya minta maaf , pertanyaan ini belum bisa saya jawab sekarang. Pertanyaan yang diajukan kepada
saya ini , tidak pernah saya ketahui sebelumnya.
Dulu saya pernah shalat dengan imam yang bermadzhab Hanafi di propinsi Tak (Thailand), caranya mirip
dengan yang dilakukan di Indonesia dan tempat lainnya , hanya saja jumlah takbirny hanya 3 kalu selain
takbiratul ihram , bukan 7 kali.
Yang ditanyakan di khon kaen ini belum saya ketahui sama sekali.
11/09/16, 10.53 - Ustadz Mubarok Ptk: Lanjutan perjalanan haji 1437 H / 2016M.
12. Kami di Mina tanggal 08 Dzulhijjah adalah dalam rangka mengikuti perilaku haji Rasulullah saw.
Sebagian orang menyebutnya ikut program tarwiyah, karena memang hari tarwiyah adalah 08
Dzulhijjah.
Kami yang ikut program tarwiyah ini diperlakukan sangat baik oleh pihak maktab.
Kami disediakan tenda full AC dengan penerangan lampu yang maksimal.
Alas tenda terbuat dari karpet . Tersedia toilet cukup banyak sehingga kami tidak pernah mengantri.
Airnya melimpah dan tidak pernah kurang.
Pihak maktab juga menyediakan makan 3 kali sehari dengan menu yang sesuai untuk kami.
Pihak maktab juga menyediakan banyak tenaga tambahan untuk kami seperti : security , guide yang
sewaktu waktu menjadi sumber informasi jika kami perlukan.
Maktab juga menyediakan sarana berupa angkutan bis full AC. Kami dijemput di Makkah dan diantarkan
ke tenda yang telah disiapkan di Mina.
Selanjutnya tanggal 09 Dzulhijjah di pagi hari , kami dijemput dengan bis full AC menuju Arafah.
Kami bersyukur mengikuti program TARWIYAH ini , karena selain mengikuti sunnah Nabi saw , juga
mendapatkan fasilitas yang sangat memuaskan.
13. Mina adalah sebuah kota yang permanen. Tenda permanen full AC. Hanya saja , kota Mina ini hidup
dan dibuka hanya musim haji saja , yaitu dari tanggal 08 Dzulhijjah sampai tanggal 13.
Setelah itu kota ini ditutup dan tidak ada penduduk tetap tang tinggal di sana.
Mina seperti kota lainnya. Dipenuhi dengan toko toko yang menjual hampir seluruh kebutuhan jamaah
haji.
Mulai dari nasi putih , nasi kebuli, roti canai, gulai ayam atau kambing, kopi, teh, indomie, segala aneka
buah buahan, pakaian, payung, sandal, tikar dll.
Kami yang berada di Mina tidak kurang apapun. Disamping telah dilayani dengan sangat baik oleh
maktab, di luar tenda juga dijual segala macam kebutuhan bagi jamaah haji.
11/09/16, 11.31 - Esti Ummu: Maaf pak ustadz, saya hanya ingin tahu saja, kira" berapa banyak/ berapa
persen dr jamaah yg ke Mina pd 8 Dzulhijjah ini ? mengingat ini dianggap keluar dr tata cara berhaji
Depag.
11/09/16, 11.35 - Ustadz Mubarok Ptk: Dari kloter 13 Batam hanya 78 orang. (Berbanding 450 orang
dalam 1 kloter)
Kalau dari negara cina , india dll kayaknya semuanya ikut program tarwiyah
11/09/16, 13.22 - Ustadz Mubarok Ptk: PPIH Indonesia memberangkatkan jamaah pada tanggal 08
Dzulhijjah dari Makkah ke Arafah (tidak ke Mina sebagaimana sunnah) adalah dengan pertimbangan :
demi kemaslahatan jamaah.
Karena dengan jumlah jamaah haji yang mencapai 200 ribu orang , sangat berat memberangkatkan
mereka dari Mina ke Arafah tanggal 9 pagi tepat waktu sehingga dikhawatirkan mempengaruhi
wuqufnya.
Dengan melihat pendapat beberapa ulama yang memandang bahwa wuquf di Arafah adalah rukun haji
dan mabit di Mina adalah sunnah (dengan makna tidak berdosa jika ditinggalkan), maka PPIH memilih
memberangkatkan jamaah langsung ke Arafah dan "meniadakan" mabit di Mina.
Sedangkan kami, kalau diidzinkan dan difasilitasi kendaraan , p3nginapan, konsumsi dll , maka kami
memilih ke Mina tanggal 8
Jika suatu hari nanti kami dilarang maka kami akan patuh.
Karena saat ini peluang itu ada, tidak ada larangan, bahkan difasilitasi (walaupun harus bayar), maka
kami merasa "harus " mangambilnya.
Maka jamaah haji yang mabit di Mina (tarwiyah) tanggal 8 Dzulhijjah bukan kelompok "pembelot" atau
tidak patuh kepada pemerintah. Karena kami sudah meminta idzin dan tidak dilarang.
Kami berterima kasih kepada PPIH yang telah mengakomodir keinginan kami untuk melaksanakan
sunnah Nabi saw walaupun berlainan dengan kebijakannya.
11/09/16, 13.25 - Ustadz Mubarok Ptk: Tambahan : yang dimaksud bayar adalah bayar ke Maktab ,
bukan kepada PPIH. Bayaran ini sebagai kompensasi fasilitas yang disediakan oleh maktab untuk
kelompok "tarwiyah" ini.
Maka sepatutnya umat Islam yang menunaikan haji tidak sengaja melakukan shalat Ied. Kecuali berada
di tempat pelaksanaan shalat Ied tidak sengaja maka tidak apa ikut bergabung dengan mereka.
Sedangkan yang sengaja melaksanakan shalat Ied dan bahkan mengusahakannya maka hal ini bukan
berasal dari ajaran Nabi saw. Maka tidak patut ummat Nabi saw melakukannya.
Thawaf ifadhah diberikan kelonggaran waktu untuk melaksanakannya. Boleh sampai akhir tasyriq atau
lebih . Bahkan boleh lebih dari itu.
Setelah tahallul dari ihram setelah melempar jumrah Aqabah, maka tidak ada lagi ihram sampai akhir
pelaksanaan rangkaian ibadah haji.
Maka perkataan yang mengharuskan memakai ihram ketika thawaf ifadhah adalah perkataan yang tidak
ada usulnya.
Wallahu A'lam.
12/09/16, 15.59 - Ustadz Mubarok Ptk: Saya juga belum tahu. Pertanyaan hampir serupa juga
ditanyakan kepada saya , tapi kejadiannya di Thailand. Konon yang mengamalkan tersebut berkata
bahwa cara yang dilakukan tersebut berasal dari madzhab Hanafi.
Nanti kalau saya sudah pulang ke Tanah Air , akan saya periksa. Sekarang literatur saya terbatas di
Mina..
Insya Allah.
12/09/16, 17.12 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamualaikum pak ustadz...saya ingin bertanya apakah boleh
kita membaca takbir bersama jamaah masjid selesai sholat fardu di hari hari tasrik dihari idul adha ini
Bertakbir setiap selesai shalat fardhu pada hari Raya dan hari tasyriq diamalkan atau dianggap benar
oleh banyak ulama ahlus sunnah, diantaranya adalah imam Ibnu Taimiyyah.
Sekalipun demikian , tidak saya dapati cara seperti ini bagian dari amalan Nabi saw.
Maka saya kembalikan hal ini kepada ashal, bahwa setelah shalat fardhu mesti membaca dzikir yang
disyariatkan, setelah itu silakan bertakbir. Karena takbir disyari'atkan setiap waktu sedangkan dzikir
ba'da shalat terikat dengan waktu.
Kalau tidak salah Syaikh Al Albani dan Al Utsaimin juga berpandangan demikian. Dan menurut saya inilah
yang kuat.
Wallahu A'lam.
12/09/16, 17.17 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamualaikum pak ustadz...saya ingin bertanya apakah boleh
kita membaca takbir bersama jamaah masjid selesai sholat fardu di hari hari tasrik dihari idul adha ini
12/09/16, 17.18 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamualaikum wr,,,saya mau tanya. APA KAH boleh
mengamalkan zikir pagi sore di sembarang tempat
Kalau yang dimaksudkan "sembarang tempat" termasuk di WC , diskotik dll , maka saya tidak
menyukainya.
Kalau yang dimaksud "sembarang tempat" adalah segala keadaan dan di tempat tempat apapun yang
baik dan bersih , maka saya berpendapat boleh. Dan memang dzikir dzikir apapun, atau istighfar ,
shalawat, do'a, baca Al Qur'an boleh diamalkan kapan saja , dan di mana saja.
Wallahu A'lam.
Nafar awal dan nafar tsani adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan maksud firman Allah :
Barangsiapa yang bersegera meninggalkan Mina setelah bermalam 2 hari maka tidak ada dosa baginya
dan barangsiapa yang menunda meninggaljan Mina sampai 3 hari maka tidak ada dosa baginya.
Auat ini adalah tawaran kepada jamaah haji : boleh meninggalkan Mina setelah bermalam 2 hari , yaitu
tanggal 12 Dzulhijjah atau menunda sampai 3 hari yaitu tanggal 13 Dzulhijjah.
Jadi , nafar awal adalah bermalam di Mina sampai tanggal 12 Dzulhijjah, kamudian pulang ke Makkah
atau tempat lainnya.
Nafar tsani adalah bermalam di Mina sampai tanggal 13 Dzulhijjah , kemudian pulang ke Makkah atau
tempat lainnya.
Ayat ini adalah isyarat bahwa bermalam di Mina pada hari tasyriq adalah wajib dan dianggap berdosa
jika tidak dilakukan. Jamaah haji dianggap tidak berdosa apabila telah bermalam 2 hari.
Maka : setelah melempar jumrah aqabah kemudian langsung ke hotel dan tidur di hotel selama hari
tasyriq , bukanlah nafar awal.
Wallahu A'lam.
12/09/16, 19.41 - Ustadz Mubarok Ptk: LANJUTAN PERJALANAN HAJI 1437 H/2016 M.
14. Pada waktu dhuha , jamaah yang mengikuti program tarwiyah , digerakkan menuju ke Arafah secara
bergiliran. Kami dapat giliran jam 08.00 pagi. Perjalanan dari Mina ke Arafah sekitar 10 menit dengan
bis.
14. Sambil menunggu waktu wuquf , kegiatan jamaah bebas. Ada yang sarapan dll.
Sejak mulai tahun ini jamaah haji tidak kekurangan minum air. Di arafah disediakan minuman botol
sangat banyak. Di Makkah juga demikian. Di hotel tempat kami menginap, PPIH menyediakan air minum
dalam kemasan botol dengan jumlah sangat banyak. Barangkali ribuan dus. Jamaah bebas menggunakan
air ini secara gratis. Selama di Madinah dan di Makkah , juga disediakan makanan padat pakai kotak
gratis 2 kali sehari.
15. Setelah hampir masuk waktu dhuhur , dilakukan persiapan kegiatan wuquf. Petugas menyampaikan
rencana kegiatan :
Jika sudah masuk waktu dhuhur maka adzan dikumandangkan , lalu khutbah, adzan, iqamat, shalat
dhuhur dengan cara qashar 2 rakaat, iqamat, shalat ashar dengan cara qashar 2 rakaat.
Kami terkejut karena dalam kegiatan wuqufnya , Rasulullah saw mendahulukan khutbah daripada
adzan.
Ini beda dengan jum'ah. Sedangkan dari team pembimbing, disamakan dengan jum'ah.
Kami memberikan koreksi kepada team pembimbing haji dari PPIH. Kami tunjukkan dalilnya dan kami
katakan bahwa ini bukan khilafiyah. Bahkan kami mengutipnya dari Kitab Syarah Muslim karya imam
Nawawi, seorang ulama besar madzhab Syafi'i.
Ternyata team pembimbing berdasarkan buku panduan. Hanya saja di buku tersebut tidak disebutkan
sumber rujukannya.
Khatib menyampaikan
khutbah. Kemudian muadzin adzan, langsung iqamat, shalat dhuhur 2 rakaat, iqamat, shalat ashar 2
rakaat. SELESAI.
17. Ketua kloter kemudian membacakan dzikir dan do'a dengan jahar(nyaring) selama sekitar 1 jam.
Nabi saw ketika wuquf , beliau saw menadahkan tangan kepada Allah , berdo'a sendiri tanpa suara
keras. Demikian juga semua shahabatnya yang ketika itu ikut haji, tidak didapati satupun riwayat yang
menyatakan adanya do'a atau dzikir bersama keras keras.
18 . Saya tidak dapat menyampaikan keberatan karena : konon berdzikir dan berdoa dengan suara
keras bersama sama adalah bagian dari metode pembinaan. Betapa banyak jamaah haji setiap tahunnya
yang tidak mengerti tentang apa yang harus dilakukan di Arafah. Banyak yang bersenda gurau, jalan
jalan , berfoto , dll.
Maka PPIH melakukan pembinaan dengan cara mengajak berdzikir dan berdoa sama sama.
Saya tidak ikut , tapi juga tidak menyingkir. Karena tempat pelaksanaan dzikir keras bersama adalah
tempat yang saya pakai juga untuk berdoa sepanjang wuquf saya.
Kegiatan dzikir bersama selama sekitar 1 jam. Setelah itu kegiatan dilakukan masing masing
( perorangan).
19. Wuquf di Arafah adalah puncak kegiatan haji. Banyak perkara yang Allah berikan kepada jamaah haji
yang wuquf di Arafah :
B). Hari Arafah adalah waktu istimewa karena Allah membebaskan banyak hambaNya dari siksa neraka.
C). Haji dianggap sah apabila sudah wuquf di arafah. Jika gagal wuquf maka tidak sah hajinya.
Shalat maghrib tidak dilakukan di Afarah, karena Rasulullah saw menolak ketika diajak shalat maghrib di
Arafah oleh shahabatnya Usamah bin Zaid r.a.
22. Tiba di Muzdalifah kami melaksanakan shalat maghrib dan isya' secara jama' ta'khir dan isya'nya
sekalian di qashar.
Cara yang diajarkan oleh Nabi saw adalah : adzan + iqamat + shalat maghrib 3 rakaat + iqamat + shalat
isya' 2 rakaat.
Setelah itu kami istirahat (tidur). Rasulullah saw tidak menghidupkan malam Muzdalifah dengan ibadah.
Beliau saw istirahat sampai masuk waktu shubuh.
Tahun ini (2016) ada yang istimewa bagi kami berkaitan dengan Muzdalifah karena :
Tahun ini jamaah haji istirahat lebih nyaman karena pakai karpet baru. Dulu tidak disediakan alas sama
sekali. Sebagian maktab pakai alas terpal untuk membungkus truk.
Selain itu di sana sini ada petugas sektor (dari Indonesia) , sambil menawarkan air minum dalam
kemasan (botol) yang jumlahnua sangat banyak. Jamaah boleh minum sepuasnya. Juga dibagikan kue.
Yang mana hal ini sepanjang pengetahuan kami adalah pertama kali terjadi bagi jamaah haji Indonesia.
Dalam tinjauan syari'at , muzdalifah juga istimewa karena Rasulullah saw menyampaikan bahwa
barangsiapa yang shalat shubuh di Muzdalifah dan sebelumnya telah melakukan wuquf di Arafah siang
atau malam, maka TELAH SEMPURNA HAJINYA.
Bagi jamaah haji yang terbina ilmu dengan baik dam mengerti sunnah, sangat mendambakan untuk
dapat diangkut paling akhir dari Muzdalifah ke Mina karena ingin hajinya sempurna.
Sedangkan sebagian lainnya berebut ingin meninggalkan Muzdalifah secepatnya. Ada yang melakukan
ini karena ingin melempar jumrah Aqabah malam hari dsb.
Saya berusaha meninggalkan Muzdalifah setelah shalat shubuh di sana, dengan beberapa jamaah haji
lainnya yang mengerti sunnah.
Tetapi .... jamaah kami tahun ini dilanda kesedihan karena 1 jam sebelum shubuh jamaah haji sudah
diberangkatkan ke Mina. Tinggal kami dan beberapa lainnya. Pihak maktab "mamaksa" agar segera
masuk bis karena bis tidak boleh berhenti lama di tepi jalan.
Akhirnya dengan perasaan sedih jamaah haji kami meninggalkan Muzdalifah dengan berdoa kepada
Allah agar kami tetap mendapatkan haji yang sempurna walaupun amalan kami tidak sebagaimana yang
diajarkan oleh Nabi saw. Kami lakukan hal ini karena tidak ada pilihan.
12/09/16, 20.33 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalammualaikum wr wb
Pak, maaf mengganggu di tengah kesibukan ibadah haji. Sy ada pertanyaan yg mungkin bagi bbrp org
tdk penting tp sy memerlukan jawabannya. Sy punya peliharaan kucing semi persia. Dari 1 ekor skrg sdh
beranak menjadi 15 ekor dlm wkt 2,5 thn. Skrg di rmh msh ada 9 ekor. Yg 6 ekor sdh ada yg akan
mengadopsi. Pertanyaan saya:
1. Jual beli kucing bolehkah? Sblm ini anak2 kucing sy beri gratis. Tp pd org2 yg sy pilih yg dpt
bertanggung jwb. Nah mendengar sy memberi gratis yg antri minta jd banyak. Nah sy khawatir Pak,
biasanya sesuatu yg dptnya mudah atau gratis akan disia2kan. Sedang kucing ini kan makhluk hdp Pak.
Kasian kalo tersia2. Jd blh kah sy menjual kucing?
2. Solusi utk mengatasi ledakan pertumbuhan kucing oleh kwn sy disuruh steril aja kucingnya. Berdosa
tdk Pak? Krn steril pd kucing hampir sama pd manusia.
Saya mohon jwbannya Pak. Tanpa penjelasan dulu pun tak apa Pak. Terus terang saya juga sdh
kewalahan dg ledakan jumlah kucing ini. Terima kasih sebelumnya Pak.
Jual beli kucing hukumnya haram. Yang jual dan yang beli sama hukumnya
Hal ini berlaku dengan alasan apapun. Ada yang berlasan bukan jual tapi mengganti biaya makannya.
Ada yang dengan alasan lain.
Kalau diberika gratis maka boleh. Kalau khawatir kucingnya tidak diperlakukan dengan baik karena
mebdaoatkannya mudah (gratis) maka dicari orang lain yang dapat menerima amanah tersebut.
Mengebiri binatang saya lupa hukumnya. Walaupun ingatan saya menguatkan tentang bolehnya. Tapi
saya ragu ragu.
12/09/16, 20.45 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamu 'alaikum pak ustadz,bolehkah kita membaca buku yang
judulnya l'tiqad ahlus sunnah wal jamaah karya K.H Siradjudin Abbas. "Syukran"
Buku agama boleh dibaca. Yang benar diamalkan dan yang salah ditinggalkan.
Serta untuk memperingatkan sesama Muslim tentang kesalahan di dalamnya.
Bagi umat Islam yang belum memiliki pengetahuan untuk dapat membedakan yang mana yang benar
dan yang mana salah maka jangan membaca buku yang reputasi pengarangnya belum dikenal atau
sudah dikenal banyak melakukan kesalahan.
12/09/16, 20.45 - Ustadz Mubarok Ptk: Baca saja buku yang reputasi pengarangnya sudah diakui dalam
dunia Islam , misalnya : imam Nawawi dengan Riyadhush Shalihinnya. Dll.
12/09/16, 20.49 - Ustadz Mubarok Ptk: Kami menginap di perkemahan Mina betul betul. Bukan Mina
jadid. (sebenarnya Mina jadid adalah Muzdalifah, bukan di Mina).
Kami di Maktab 25. Pas di belakang masjid besar Al Birr yang biasa disebut dengan masjid Kuwait.
Kalau dari Mina jadid ke terowongan jaraknya tidak kurang dari 2,5 km.
12/09/16, 20.51 - Ustadz Mubarok Ptk: Kami shalat shubuhnya di tenda di Mina.
Perjalanan dari Muzdalifah ke Mina semalam sekitar 1 jam. Kami sampai Mina langsung shalat shubuh.
12/09/16, 20.54 - Ustadz Mubarok Ptk: Ustadz isteri saya sedang datang bulan, untuk tahallul awal
setelah jumrah aqobah tetap potong rambut apa menunggu suci ?
12/09/16, 20.54 - Ustadz Mubarok Ptk: Langsung potong rambut. Tidak menunggu sampai suci. Setelah
itu semua larangan ihram sudah tidak berlaku , kecuali hubungan suami istri . Larangan ini batasnya
sampai selesai thawaf ifadhah dilaksanakan (ketika sudah suci dari haidhnya).
Trimakasih sblumnya, smg ustadz&rombongan slalu dlm rahmat Allah 'Azza wa Jalla_amiin
Menggunakan parfum yang bercampur alkohol untuk dipakai di baju tidak haram.
Sekalipun demikian, jika ada yang tidak pakai alkohol maka lebih saya sukai.
13/09/16, 15.25 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamu'alaikum Ustadz, afwan ganggu kegiatan ibadah haji
nya..
13/09/16, 15.25 - Ustadz Mubarok Ptk: Afwan ada yg mau saya konsultasikan mngenai jawaban ustadz
mngenai takbir Muqayyad sbaiknya stlh dzikir solat fardhu
13/09/16, 15.26 - Ustadz Mubarok Ptk: Saya ada dpt artikel: 👇🏽👇🏽👇🏽
.......................................
🌅🔗 *Hujjah tentang disyari'atkanya TAKBIR MUQAYYAD setelah shalat fardhu pada hari Arafah, Idul
Adha, dan hari-hari Tasyriq adalah :*
☀ Ijma'
🔹 Ibnu Rusyd,
🔸 Ibnu Qudamah,
🔹 an-Nawawi,
🔹 Ibnu Rajab
Sumber : @aljuned77
•••••••••••••••••••••
~~~~~~~~~~~~~~~~~~
13/09/16, 15.26 - Ustadz Mubarok Ptk: Mohon masukkan dari Ustadz mana yg sebaiknya saya ikuti, krn
saya merasa saya lbh percaya Ustadz dan ada kekhawatiran kesalahan dari artikel diatas..
13/09/16, 15.26 - Ustadz Mubarok Ptk: Ada 2 istilah yang banyak dibicarakan :
1. Takbir muthlaq. Artinya takbir yang diucapkan di segala waktu dan tempat. Bebas saja.
2. Takbir muqayyad artinya takbir yang diucapkan terikat dengan shalat. Arahnya : diucapkan setelah
shalat 5 waktu.
Dua macam istilah ini bukan hadits. Tetapi dibuat oleh sebagian ulama sebagai bagian dari metode
pengajaran. Supaya mudah difaham.
Saya sudah jelaskan pada pertanyaan sebelumnya bahwa menetapkan takbiran setelah salam dari shalat
5 waktu tidak ada hadits yang shahih dari Nabi saw.
Tetapi banyak ulama besar ahlus sunnah yang mengamalkannya. Ada imam Nawawi, ibnu Taimiyah dll.
Kita mengetahui bahwa Rasulullah saw biasa mengucapkan istighfar dan bacaan lainnya setelah shalat.
Cara ini dilakukan secara rutin. Maka membaca istighfar setelah shalat adalah sunnah yang tetap dari
Nabi saw.
Kalau mau mengganti dengan cara lain (misalnya takbiran) , perlu sebuah hadits yang shahih yang
khusus, yang menyatakan bahwa Rasulullah saw mengamalkan takbiran setelah shalat tanpa beristighfar
lebih dulu.
Sedangkan hadits tersebut tidak ada.
Kalau dikatakan bahwa beberapa shahabat (Ali r.a , Ibnu Abbas r.a ) bertakbir setelah shalat shubuh hari
tasyriq , maka pertanyaannya : apakah dua shahabat tersebut telah mengganti tatacara yang telah
diajarkan oleh Rasulullah saw yaitu membaca istighfar diganti dengan takbir karena merasa hal ini lebih
baik ?
Saya tidak akan mengambil kesimpulan seperti ini. Karena para shahabat adalah manusia pilihan yang
senantiada mengambil sunnah Nabinya saw serta patuh kepada perintahnya.
Kalau begitu, kenapa 2 shahabat itu melakukannya ? Maka saya setuju jika riwayat 2 shahabat itu
ditakwil (ditafsirkan).
Bahwa kalimat "bertakbir setelah shalat shubuh" tidak diartikan dengan takbiran setelah salam.
Tetapi diartikan dengan "takbiran setelah menyelesaikan shalat shubuh dengan dzikir shalatnya".
Dengan demikian kita dapat menghimpun semua riwayat yang ada, dan didudukkan pada tempatnya
masing masing serta tidak ada yang "dibuang".
Perbandingan :
Misalnya :
Ini tidak berarti bahwa yang mengundang mengharuskan undangannya harus langsung makan setelah
salam dari shalat. Tetapi kalimat "setelah shalat isya'" difahami sebagai shalat isya' sekalian dengan
tetek bengeknya yang berkaitan dengan isya itu. Yaitu istighfar, dzikir, do'a , shalat ba'diyah 2 rakaat.
Contoh lain :
Ini tidak difahami dengan makna : langsung melaksanakan aqad nikah ditempat ujian skripsi.
Kalimat seperti ini sudah difahami secara luas oleh umat manusia di segala tempat di muka bumi ini.
Maka saya mengambil kesimpulan bahwa riwayat tentang adanya shahabat yang takbiran setelah shalat
shubuh difahami dengan : takbiran setelah shalat shubuh dengan segala istighfar dan dzikir dll
sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
Sekalipun demikian , kita jangan mencela saudara kita yang bersemangat untuk takbiran dengan
meninggalkan atau menunda dzikir setelah shalat sebagaimana yang diajarkan oleh Rasulullah saw.
Karena umat Islam yang mengamalkan seperti ini berusaha menghormati dan mengikuti ulama yang
memang punya reputasi sebagai pembela sunnah dan punya kapasitas keilmuan yang mumpuni.
Wallahu A'lam.
13/09/16, 17.10 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamu'alaikum ustad..apa hukumnya kita melayat org non
muslim meninggal, dan jika ada lembaran Al-quran yg robek apa yg sebaiknya kita lakukan?disimpan aja
ato bgaimana?
1. Melayat orang non Muslim. Kalau maksudnya adalah sekedar hadir sebagai bagian dari menghibur
keluarga duka , saya memandangnya tidak salah. Kalau maksudnya ikut dalam ritual agamanya atau
duduk di tempat yang sama dengan adanya ritual agama lain berkaitan dengan penyelenggaraan
janazah mereka , maka hal ini dilarang.
Kalau ada robekan kecil yang tidak ada mush-haf induknya, maka kita lihat : jika robekan itu utuh dan
dapat dibaca dengan utuh , kita simpan.
Kalau robekan kecil ini tidak utuh , ayatnya terputus dan tidak dapat dibaca dengan benar maka dibakar
saja.
Cara ini tidak berarti membakar Al Qur'an, tetapi menyelamatkannya dan memuliakannya dari sebab
yang membuat tulisan ayat tersebut diinjak atau dihinakan orang lain.
Wallahu A'lam.
Bergantung keadaan.
Kalau kertas yang bertuliskan ayat tersebut bisa disimpan dan dibaca kapan saja, bagus disimpan.
Tentang membakar kertas yang berisi tulisan ayat Al Qur'an , maka hal ini adalah keputusan akhir yang
harus diambil setelah pilihan lain tidak ada.
Maksudnya : jika dibaca pun tidak bisa, atau khawatir tulisan ayat tersebut dihinakan orang dengan
diinjak atau jadi bungkus martabak , maka sebagai wujud penghormatan dan memuliakannya maka kita
boleh membakarnya.
13/09/16, 18.22 - Ustadz Mubarok Ptk: Assalamu'alaikum ust, saya mau bertanya tentang shalatnnya
seorang musafir, sebelumnya antum pernah membahas tentang itu, yang mau saya tanyakan apabila
saya musafir bolehkah saya menjama' dan mengqashar shalat sekaligus, misalnya, saya melaksanakan
shalat zuhur dan ashar di waktu zuhur, masing-masing saya kerjakan 2 raka'at
Musafir MESTI mengqashar shalat. Dan dia BOLEH manjama' antara 2 shalat
1. Qashar adalah sunnah yang tetap dari Nabi saw untuk musafir. Karena Rasulullah saw tidak pernah
meninggalkan qashar dalam safar (perjalanan).
Rasulullah saw pernah menjama' dalam safar dan pernah tidak menjama'.
Untuk jamaah haji yang sedang mabit di Mina , maka shalatnya hanya qashar tanpa jama'. Karena
Rasulullah saw ketika berada di Mina hanya melakukan shalat dengan cara qashar tanpa jama'.
Shalatnya dilakukan pada waktu masing masing.
Sedangkan di Arafah dan di Muzdalifah Rasulullah saw melakukan shalat dengan qashar sekalian jama'.
Maka bagi jamaah haji yang sedang berada di Arafah atau Muzdalifah hendaknya melakukan shalat
dengan cara tersebut.
Wallahu A'lam.
13/09/16, 21.37 - Ustadz Mubarok Ptk: LANJUTAN PERJALANAN HAJI 1437 H / 2016 M
Adzan + shalat sunnah 2 rakaat qabliyah shubuh + iqamat + shalat shubuh 2 rakaat. SELESAI
Jika mengikuti perjalanan haji Rasulullah saw , semestinya dari Muzdalifah langsung ke pelemparan
jumrah untuk melempar jumrah Aqabah. Tapi dari Muzdalifah ke tempat melempar jumrah sekitar 6 km
tidak disediakan kendaraan. Lagi pula kami membawa banyak barang atau bekal untuk kegiatan di
Arafah , Muzdalifah dan Mina. Maka kami ikut prosedur yang diatur maktab langsung ke Mina.
25. Setelah selesai shalat shubuh kami diberitahu bahwa kami dilarang melempar antara jam 07.00
sampai jam 12.00
Nabi saw melempar jumrah Aqabah tanggal 10 Dzulhijjah pada waktu dhuha. Beliau saw berangkat dari
Muzdalifah menjelang terbit matahari dan sampai di jumrah Aqabah pada beberapa waktu setelah
matahari terbit (waktu dhuha).
Melempar jumrah Aqabah tanggal 10 pada waktu dhuha ini adalah amalan yang diidamkan oleh jamaah
haji dari seluruh dunia.
Beberapa kali terjadi insiden jatuh korban jiwa karena berdesakan juga terjadi pada tanggal 10
Dzulhijjah dalam perjalanan melempar jumrah aqabah.
Maka pihak berwenang di Saudi membagi kepadatan jamaah dengan menerapkan sistem giliran
melempar.
Uniknya , setiap tahun yang dapat giliran melempar pada waktu yang diajarkan oleh Rasulullah saw
selalu bukan bangsa Indonesia.
Setiap tahun , jamaah haji asal Indonesia diberikan giliran melempar pada waktu lainnya.
Pada tanggal 10 Dzulhijjah, kami tidak melihat ada masalah. Karena Rasulullah saw melempar pada
waktu dhuha tetapi beliau saw memberikan rukhshah bagi umatnya untuk melempar sore hari bahkan
menjelang malam.
Bahkan sebagian ulama membolehkan batas akhir melempar adalah sampai shubuh tanggal 11
Dzulhijjah.
Maka kami memilih jadwal yang diidzinkan pada sore hari.
Dari pihak maktab memberikan bantuan guide (penunjuk jalan) , yaitu untuk seorang guide membawa
250 jamaah haji.
Awalnya ini sebuah keharusan. Jamaah tidak dibenarkan berangkat ke pelemparan sendirian.
Karena letak kemah kami hanya sekitar 3 km dari pelemparan maka pulang pergi (6 km) kami jalani
selama sekitar 2 jam.
& bagaimana pula org yg meninggalkannya karena menganggap itu bukan sholat wajib..???
Orang Muslim yang meninggalkan shalat karena malas , hukumnya diperselisihkan oleh umat Islam.
Imam Asy Syafi'i menganggapnya berdosa besar tapi tidak jadi kafir.
Seorang Muslim yang meninggalkan shalat karena malas maka dia berdosa besar tapi tidak jadi kafir.
Maka haq haqnya sebagai Muslim harus ditunaikan.
Sedangkan yang meninggalkan shalat karena mengingkari kewajibannya , dia menjadi kafir. Ini tidak ada
khilafiyah di kalangan ulama.
JAWAB : urusan meninggalkan shalat karena malas atau karena mengingkari kewajibannya adalah
pekerjaan hati yang mana orang lain tidak dapat mengetahuinya kecuali dia dengan Allah swt.
Maka seseorang yang secara dhahir mengetahui bahwa seseorang adalah Muslim sejak awal., kemudian
dia mengetahui atau menduga dia meninggalkan shalat , jangan tergesa gesa memfonisnya sebagai
orang kafir.
Sehingga dia harus diperlakukan sebagai Muslim , termasuk dapat dimakan sembelihannya.
Jika kita tidak tahu apakah sembelihannya pakai bismillah apa tidak , maka ketika menghadapi hidangan
bacalah basmalah kemudian makanlah makanan itu.
Wallahu A'lam
Memberikan sebagian daging qurban kepada non Muslim tidak dilarang, teristimewa kepada orang yang
secara dhahir , ada harapan dapat terbukuk hatinya untuk masuk Islam.
Tetapi jika ada orang Muslim yang miskin maka harus diprioritaskan untuk memdapatkan bagian daging
qurban dibanding dengan nom Muslim.
Jika ada kelebihan maka boleh sebagiannya diberikan kepada non Muslim.
Wallahu A'lam.
14/09/16, 11.07 - Ustadz Mubarok Ptk: Assamualaikum ustazd mau bertanya ķita masbuk rakaat kedua
baca alfatehah atau baca inni wajjahtu ustazd
Assalamu' alaikum Ustadz...apa khabar semoga senantiasa dalam keberkahan Allah swt. Amiin....
2) Bolehkah qurban itu dilakukan oleh anak atau warisnya utk Almahrum ....
3)Bolehkah dia berqurban , padahal dia belum yakin betul bahwa waktu bayinya (7 hari sebagaimana
disyari’atkan ) dia telah di Aqiqahkan oleh orang tuanya....
Orang yang sudah wafat tidak disyari’atkan penyembelihan qurban atas namanya.
Rasulullah saw tidak pernah berqurban atas nama orang yang sudah wafat , dan tidak pernah pula
mengajarkannya serta tidak pernah didapati shahabatnya yang mengamalkannnya.
Selain itu qurban disyari’atkan untuk orang yang hidup, bukan untuk orang yang sudah wafat.
Perintah Allah swt tentang qurban di dalam Al Qur’an mengisyaratkan bahwa qurban disyari’atkan untuk
orang yang hidup.
PENJELASAN :
Allah swt mengingatkan tentang nikmat yang banyak yang telah diberikan kepada hamba-Nya. Setelah
itu Allah memerintahkan agar hamba-Nya bersyukur atas nikmat tersebut dengan mendirikan shalat dan
menyembelih qurban.
Perintah menyembelih qurban disebutkan beriringan dengan perintah mendirikan shalat. Amalan shalat
tidak dapat dilakukan kecuali oleh orang yang masih hidup , karena itu kewajiban shalat tidak berlaku
terhadap orang yang sudah wafat.Maka perintah shalat dan berqurban tidak disyari’atkan untuk orang
yang sudah wafat.
Ringkasnya : Allah memerintahkan kepada orang yang masih hidup agar banyak mensyukuri nikmat-Nya
dengan mendirikan shalat dan menyembelih qurban.
َولِ ُك ِّل ُأ َّم ٍة َج َع ْل َنا َم ْن َس ًكا لِ َي ْذ ُكرُوا اسْ َم هَّللا ِ َعلَى َما َر َز َق ُه ْم مِنْ َب ِهي َم ِة األ ْن َع ِام
Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (qurban), supaya mereka menyebut nama
Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka.
PENJELASAN :
Kalimat “ supaya mereka meyebut nama Allah (ketika menyembelih) ” maknanya : perintah berqurban
adalah untuk orang yang masih hidup. Karena orang yang sudah wafat tidak dapat menyembelih.
Amalan tersebut hanya dapat dilakukan oleh orang yang masih hidup.
Di zaman Nabi saw , sudah ada orang yang wafat . Tetapi tidak diperintahkan oleh Nabi saw untuk
disembelihkan hewan qurban atas namanya.
Tidak ada satupun diantara mereka yang disembelihkan qurban atas namanya.
ٍ ه َيقُو ُل « َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ َعلَى ُك ِّل َأهْ ِل َب ْي3ُ ت َف َسمِعْ ُت
ت فِى ُك ِّل َع ٍام ٍ ِب َع َر َفا-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن ُسلَي ٍْم َقا َل ُك َّنا وُ قُو ًفا َم َع ال َّن ِبى
ِ َعنْ م ِْخ َنفِ ب
ٌُأضْ ِح َية
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabul Adhaa-hi bab 19 no 1518 (Dan ini adalah lafadhnya, dinilai shahih oleh
Syaikh Al Albani)
Penjelasan :
Perintah dari Nabi saw : “ Hendaknya setiap penghuni rumah menyembelih qurban” maknanya : setiap
keluarga yang masih hidup hendaknya menyembelih qurban setiap tahunnya. Makna ini mesti diambil
karena orang yang sudah wafat tidak lagi dikatakan sebagai penghuni rumah karena mereka sudah
berada di alam qubur.
َ َقا َل « َمنْ َك-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َرسُو َل هَّللا
َ ان لَ ُه َس َع ٌة َولَ ْم ُي
ض ِّح
ُصالَّ َنا
َ َفالَ َي ْق َربَنَّ م
حسن: قال الشيخ األلباني
وحسنه األلباني في " تخريج... إسناده ضعيف عبد هللا بن عياش ضعيف يعتبر به وقد اضطرب فيه أيضا: تعليق شعيب األرنؤوط
مشكلة الفقر " فأخطأ
Barangsiapa yang memiliki keluasan ( kemampuan untuk berqurban ) tetapi tidak berqurban, maka
janganlah dia mendekati tempat shalat kami
Hadits riwayat Ibnu Majah Kitabul Adhaahi bab 2 no 3123 (dihasankan Al Albani)
Ahmad 2/321 no 8074 sanadnya dinilai dha’if oleh Syaikh Al Arnauth karena ada rawi yang bernama
Abdullah bin ‘Ayyaasy
PENJELASAN :
Dalam hadits ini difahami bahwa orang yang mampu berqurban tetapi enggan melaksanakannya maka
dia tidak patut berkumpul dengan kaum Muslimin di tempat shalat. Bahkan dia tidak patut mendekati
tempat shalat.
Rangkaian kalimat tersebut tentu ditujukan kepada orang yang masih hidup , karena orang yang sudah
wafat tidak dapat mendekati tempat shalat.
Ringkasnya : Qurban tidak disembelih untuk orang wafat. Selain hal tersebut tidak diajarkan oleh Nabi
saw , juga tidak pernah diperbuat oleh para shahabatnya serta generasi salaf lainnya , termasuk 4 imam
madzhab.
Wallahu A’lam.
Tambahan :
Jika kita memang ingin berbuat baik kepada orang tua yang telah wafat , maka kita dapat bershadaqah
atas namanya. Hal ini dibenarkan oleh Nabi saw.
Bersumber dari ‘Ikrimah ( maula = bekas budak Ibnu Abbas r.a ) berkata : Ibnu Abbas r.a
mengkhabarkan kepadaku bahwa Sa’ad bin ‘Ubadah r.a- saudara Bani Saa’idah- ditinggal wafat oleh
ibunya sedangkan dia tidak berada bersamanya , maka dia mendatangi Nabi saw lalu bertanya
kepadanya : Wahai Rasulullah ! Sesungguhnya ibuku wafat sedangkan aku tidak bersamanya. Apakah
bermanfa’at baginya jika aku bershadaqah sesuatu atas namanya ?
Nabi saw menjawab : Ya !
Sa’ad berkata : Sesungguhnya aku menjadikan engkau sebagai saksi bahwa kebun Al Mikhraaf adalah
menjadi shadaqah atas nama ibuku
Setelah kita mengetahui bahwa qurban disyari’atkan untuk orang yang hidup , maka saya memilih
bahwa : saya tidak akan menyembelih qurban untuk (atas nama) orang yang telah meninggal dunia.
3. AQIQAH /QURBAN ?
A) AQIQAH
- Dikaitkan dengan bayi yang baru lahir (pada hari ke 7 dari kelahirannya).
Bersumber dari Salman bin ‘Amir Adh Dhabiyyi r.a , dia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda : Bersama kelahiran bayi ada aqiqahnya, maka sembelihlah hewan , dan singkirkanlah kotoran
darinya ( cukurlah rambutnya )
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Aqiqah bab 2 no 5472
َقا َل « ُك ُّل ُغالَ ٍم َرهِي َن ٌة ِب َعقِي َق ِت ِه ُت ْذ َب ُح َع ْن ُه َي ْو َم َس ِاب ِع ِه َويُحْ لَ ُق َو ُي َسمَّى-صلى هللا عليه وسلم- ِ ب َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ٍ ْن ُج ْن ُد
ِ » َعنْ َسم َُر َة ب
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح رجاله ثقات رجال الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Samurah bin Jundub r.a , Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Setiap bayi yang lahir, tergadai dengan aqiqahnya , yang disembelih pada hari ke 7 dari kelahirannya,
dan dicukur rambutnya serta diberi nama (pada hari itu)
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabudl Dlahaayaa bab (21) Fil Aqiiqah no 2840
B) QURBAN
Bersumber dari Anas bin Malik r.a, dia berkata : Nabi saw bersabda : Barangsiapa yang menyembelih
sebelum shalat ( ‘Ied ), maka dia menyembelih buat dirinya sendiri.
Barangsiapa yang menyembelih setelah shalat ( ‘Ied ), maka telah sempurna qurbannya dan sesuai
dengan sunnah kaum muslimin
ِ َقا َل « ُك ُّل َأي َِّام ال َّت ْش ِر-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن م ُْطع ٍِم َع ِن ال َّن ِبى
يق َذ ْب ٌح ِ ْن مُو َسى َعنْ ُج َبي ِْر ب َ َعنْ ُسلَ ْي َم
ِ ان ب
صحيح: تحقيق األلباني
حديث صحيح لغيره وهذا إسناده ضعيف: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Sulaiman bin Musa dari Jubair bin Muth’im dari Nabi saw yang
Sanad hadits ini munqathi’, karena Sulaiman bin Musa tidak pernah bertemu dengan Jubair bin Muth’im
r.a.
Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al ‘Asqalani mengatakan bahwa hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ad
Daraaquthniy dengan sanad yang bersambung dan dengan rawi rawi yang tsiqah.
Wallahu a’lam
Lihat :
Bersumber dari Muhammad dari Anas bin Malik r.a, dia berkata :
Sesungguhnya Rasulullah saw melakukan shalat pada hari raya qurban, kemudian berkhutbah dan
memerintahkan kepada orang orang yang menyembelih qurban sebelun shalat ( Ied ) agar mengulangi
penyembelihannya (yaitu menyembelih qurban lagi )
Penjelasan :
Kalimat “hendaknya dia mengulanginya” maknanya : hendaknya dia menyembelih hewan lain sebagai
gantinya , karena hewan qurban yang disembelih sebelum shalat Ied tidak sah sebagai qurban.
Penjelasan :
Kalimat “kambingmu adalah kambing daging” maknanya : Qurbanmu tidak sah, dan kedudukan
kambingmu sama dengan kambing yang disembelih untuk dimakan dagingnya atau untuk dijual dan
tidak ada pahala qurbannya.
ٍ ه َيقُو ُل « َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ َعلَى ُك ِّل َأهْ ِل َب ْي3ُ ت َف َسمِعْ ُت
ت فِى ُك ِّل َع ٍام ٍ ِب َع َر َفا-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن ُسلَي ٍْم َقا َل ُك َّنا وُ قُو ًفا َم َع ال َّن ِبى
ِ َعنْ م ِْخ َنفِ ب
ُأضْ ِح َي ٌة
صحيح: قال الشيخ األلباني
حسن لغيره وهذا إسناد ضعيف لجهالة أبي رملة: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Mikhnaf bin Sulaim, dia berkata : Kami melakukan wuquf bersama dengan Nabi saw di
‘Arafah, lalu aku mendengar beliau saw bersabda : Wahai sekalian manusia, hendaknya setiap keluarga
menyembelih qurban setiap tahunnya
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabul Adhaa-hi bab 19 no 1518 (Dan ini adalah lafadhnya, dinilai shahih oleh
Syaikh Al Albani)
Bersumber dari ‘Umaarah bin Abdullah dia berkata : Aku mendengar ‘Atha’ bin Yasar berkata : Aku
bertanya kepada Abu Ayyub Al Anshari r.a tentang bagaimana qurban di zaman Nabi saw.
Maka dia menjawab : Pada zaman Nabi saw, seseorang berqurban dengan seekor kambing atas nama
dirinya beserta seluruh anggota keluarga di rumahnya. Lalu mereka memakan daging qurbannya dan
memberikan makan (kepada orang lain). Setelah itu manusia saling berbangga bangga ( berlebih
lebihan ) dengan qurbannya , maka jadilah pelaksanaan qurban itu sebagaimana engkau lihat sekarang
KESIMPULAN :
Dari uraian singkat ini , nampak oleh kita bahwa qurban berbeda dengan aqiqah.
Maka seseorang yang belum melaksanakan aqiqah , tidak salah jika dia berqurban pada hari Raya Adh-
ha.
Bahkan dia tidak boleh menunda qurbannya jika sudah mampu , dengan alasan belum diaqiqahkan oleh
orang tuanya.
Wallahu A’lam.
17/09/16, 17.13 - Ustadz Mubarok Ptk: LANJUTAN PERJALANAN HAJI 1437 H /2016 M
26. Setelah melempar jumrah Aqabah kami kembali ke tenda kami di Mina.
Kemudian kami mengajak semua jamaah laki laki untuk mencukur habis rambutnya sebagaimana yang
diperbuat oleh Nabi saw di dalam ibadah hajinya. Sedangkan jamaah wanita hanya menggunting bagian
bawah rambutnya secara rata.
Sebagian shahabat Nabi saw ada yang hanya memendekkan rambutnya dan tidak dilarang oleh Nabi
saw. Hanya saja mencukur rambut sampai habis ketika tahallul awal ini adalah lebih utama karena
dido'akan oleh Rasulullah saw sebanyak 3 kali agar diampuni dosanya oleh Allah swt. Dan yang
memendekkan rambutnya didoakan hanya 1 kali oleh Rasullullah saw.
Yang dimaksud dengan memendekkan rambut adalah menggunting semua permukaan rambut .
Mencukur habis dan memendekkan rambut ini adalah 2 macam cara yang diajarkan dan yang
dibenarkan oleh Rasulullah saw.
Adapun cara bertahallul model lainnya belum saya ketahui sebagai bagian dari ajaran Rasulullah saw.
27. Setelah mencukur rambut, kami melepaskan pakaian ihram dan berganti dengan pakaian sehari
hari.
Semua larangan ihram sudah tidak berlaku lagi , kecuali hubungan suami istri.
28. Selama di Mina shalat 5 waktu dilakukan pada waktu masing masing, tidak di jama'.
Pràkteknya :
Nabi saw melempar 3 jumrah pada tanggal 11 s/d 13 Dzulhijjah adalah setelah masuk waktu dhuhur.
Sedangkan waktu melempar sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi saw yaitu setelah masuk waktu
dhuhur, adalah "untuk selain bangsa Indonesia"
Persoalan muncul lagi : ternyata jadwal yang ditetapkan maktab tersebut tidak dapat kami pilih
sesukanya , melainkan ditetapkan lagi secara sefihak oleh pihak maktab.
Dari sisi hukum tidak masalah karena Rasulullah saw memberikan rukhshah untuk melempar pada
waktu sore menjelang malam.
Ternyata maktab tidak mau. Kami dijadwalkan melempar jam 20.00 atau 21.00.
Kami merasa berat, maka kami sampaikan bahwa kami ingin melempar jam 18.00.
Jika maktab keberatan mengawal, kami bersedia berangkat sendiri. Akhirnya maktab mengidzinkan.
Kami diminta tanda tangan , siap bertanggung jawab atas diri sendiri.
Maka tanggal 11 Dzulhijjah kami berangkat melempar jam 18.00 atau setengah jam sebelum maghrib.
Melempar jumrah wustha , mengambil kemudian berdo'a di sebelah kiri jumrah , menghadap Qiblat.
1) Apa hukumnya meninggalkan Makkah saat haji untuk jalan jalan ke Jeddah?
Mungkin maksudnya : sebelum pulang ke tanah air , melakukan perjalanan ke Jeddah atau tempat
lainnya SETELAH HAJI , yaitu setelah semua ritual haji ditunaikan. Bukan ketika sedang ihram haji. Atau
sedang melakukan ritual haji yang lainnya.
JAWAB :
Setelah mengerjakan semua ritual haji , maka jama’ah haji keadaannya sama dengan orang lainnya.
Maka jika mereka melakukan perjalanan ke Jeddah tidak ada larangan. Ini termasuk perkara dunia , yang
diberikan kebebasan bagi umat Islam untuk melaksanakannya atau tidak.
2. APAKAH ROMBONGAN HARUS MELAKSANAKAN THAWAF WADA’ jika melakukan acara rekreasi ke
Jeddah sebelum pulang ke tanah air ?
JAWAB :
A). Jika jamaah haji tersebut adalah penduduk Jeddah , maka setelah dia melaksanakan seluruh
rangkaian ibadah hajinya , wajib baginya untuk melaksanakan thawaf wada’nya sebelum dia pulang ke
Jeddah.
B) Jika jama’ah haji tersebut berasal dari tempat lainnya, termasuk dari Indonesia , kemudian pergi
dengan pesawat terbang atau kendaraan lainnya menuju ke tempat tinggalnya , maka HARUS
MELAKUKAN THAWAF WADA’
Artinya : Bersumber dari Ibnu Abbas r.a, dia berkata : Manusia diperintahkan untuk melakukan thawaf di
Baitullah pada masa akhir tinggalnya di Makkah, hanya saja hal itu diberi keringanan buat wanita yang
haid.
PENJELASAN :
Kalimat ُ( ُأم َِر ال َّناسManusia diperintahkan) maknanya adalah : yang memerintahkan thawaf ini adalah
Rasulullah saw, sekalipun yang berkata ini dhahirnya adalah shahabat Ibnu Abbas r.a. Karena kalimat :
manusia diperintahkan , tidak boleh ada makna lain kecuali yang memerintahkan adalah Rasulullah saw.
Thawaf yang diperintahkan ini oleh para ulama disebut dengan thawaf wada’, yaitu thawaf perpisahan
sebelum pergi meninggalkan kota Makkah.
Perintah melakukan thawaf wada’ ini diberikan oleh Rasulullah saw ketika beliau melaksanakan ibadah
hajinya.
Berdasarkan hadits ini , para ulama menyatakan bahwa thawaf wada’ hukumnya adalah wajib bagi
orang yang telah menunaikan ibadah haji dan umrah sebelum pergi meninggalkan Makkah.
Bagi seorang Muslim yang masuk kota Makkah TIDAK UNTUK HAJI ATAU UMRAH , maka dia tidak
disyari’atkan melaksanakan thawaf wada’ ketika meninggalkan kota Makkah.
Misalnya para sopir dll yang mondar mandir keluar masuk Makkah.
Perintah wajib ini tidak berlaku kepada wanita yang sedang haidh ketika dia akan meninggalkan Makkah.
Wanita haidh boleh meninggalkan Makkah tanpa thawaf wada’.
C) Jika jama’ah haji tersebut berasal dari Indonesia kemudian hendak bepergian ke Jeddah , kemudian
ke Makkah lagi , kemudian pulang ke tanah air maka dia dapat memilih :
Artinya : Bersumber dari Ibnu Abbas r.a, dia berkata : Manusia diperintahkan untuk melakukan thawaf di
Baitullah pada masa akhir tinggalnya di Makkah, hanya saja hal itu diberi keringanan buat wanita yang
haid.
PENJELASAN :
Hadits ini bersifat umum, yaitu barangsiapa yang telah menunaikan haji kemudian akan meninggalkan
Makkah , maka disyari’atkan melakukan thawaf di Baitullah.
Dalam hadits ini tidak disebutkan meninggalkan sementara atau seterusnya. Maka dapat difahami apa
adanya , yaitu : jika akan meninggalkan Makkah setelah haji , maka wajib atasnya thawaf (wada’).
Ketika dia kembali ke Makkah, kemudian akan keluar lagi dari Makkah menuju ke tanah air , maka tidak
perlu lagi melakukan thawaf wada’, karena dia meninggalkan kota Makkah bukan setelah melaksanakan
haji.
2. TIDAK MELAKUKAN THAWAF WADA’ ketika meninggalkan Makkah untuk pergi ke sementara ke
Jeddah.
Ini berdasarkan pemahaman saya terhadap hadits Ibnu Abbas r.a secara umum.
اِئض َ ِإالَّ َأ َّن ُه ُخ ِّف، ت
ِ ف َع ِن ْال َح َ َقا َل ُأم َِر ال َّناسُ َأنْ َي ُك- رضى هللا عنهما- َّاس
ِ ون آ ِخ ُر َع ْه ِد ِه ْم ِب ْال َب ْي ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
Artinya : Bersumber dari Ibnu Abbas r.a, dia berkata : Manusia diperintahkan untuk melakukan thawaf di
Baitullah pada masa akhir tinggalnya di Makkah, hanya saja hal itu diberi keringanan buat wanita yang
haid.
PENJELASAN :
Kalimat “pada masa akhir tinggalnya di Makkah” difahami dengan makna akhir betul betul , yaitu
ketika akan meinggalkan Makkah menuju tempat tinggalnya dengan segala bekalnya.
Saya memahami demikian karena saya dapati hadits lainnya yang mengarahkan kepada makna ini :
ت َ « الَ َي ْنف َِرنَّ َأ َح ٌد َح َّتى َي ُك-صلى هللا عليه وسلم- ِ ون فِى ُك ِّل َوجْ ٍه َف َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ِ ون آ ِخ ُر َع ْه ِد ِه ِب ْال َب ْي َ ان ال َّناسُ َي ْن
َ ُص ِرف َ َّاس َقا َل َك
ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a dia berkata : Bahwasanya manusia berpaling ke segala arah maka
Rasulullah saw bersabda : jangan ada seorangpun yang pergi (pulang ke tempat tinggalnya) kecuali
menjadikan akhir kegiatannya (thawaf) di Baitullah.
Kalimat ( الَ َي ْنف َِرنَّ َأ َح ٌدjangan ada seorangpun yang pergi) diartikan dengan pulang ke tempat tinggalnya .
Makna ini diambil karena kemungkinan besar kalimat ini disampaikan oleh Rasulullah saw di Mina ketika
selesai melempar jumrah, yaitu ditujukan kepada yang mengambil nafar awal maupun yang mengambil
nafar tsani.
Lihat : Kitab ‘Aunul Ma’bud , syarah terhadap Kitab Sunan Abi Dawud Kitabul Manasik bab 85 no 2002
Dari saya :
Kita tahu bahwa sebagian dari tahapan ibadah haji Rasulullah saw adalah :
- Menyembelih hadyu
- Thawaf ifadhah.
- Kembali ke Mina
- Pulang ke Madinah.
Akhir kegiatan haji yang difahami oleh para shahabat ketika itu adalah melempar jumrah pada hari
tasyriq. Ketika itu , setelah melempar jumrah , para shahabat berpaling ke segala arah , yaitu mengarah
pulang ke kampung halaman masing masing. Maka Rasulullah saw melarang mereka pulang sebelum
kembali lagi ke Baitullah untuk melakukan thawaf (wada’).
Maka kalimat “jangan ada seorangpun yang pergi” ditujukan oleh Rasulullah saw kepada jamaah haji
yang telah melaksanakan semua ritual ibadah hajinya, sehingga makna larangan tersebut adalah :
JANGAN ADA SEORANGPUN YANG PULANG KE KAMPUNG HALAMANNYA sebelum thawaf (wada’) di
Baitullah.
Sehingga saya berpendapat bahwa : Bagi jamaah haji yang keluar dari Makkah sebentar untuk suatu
hajat (misalnya ke Jeddah atau tempat lainnya), sedangkan dia belum mau meninggalkan Makkah betul
betul , segala bekalnya masih berada di Makkah, dan dia berencana masuk kembali ke Makkah untuk
mengambil bekalnya , maka saya fahami bahwa dia belum menjadikan perjalanan ke Jeddah ini sebagai
akhir dari kegiatannya di Makkah.
MAKA DIA DAPAT MENUNDA THAWAF WADA’NYA SAMPAI KETIKA DIA AKAN MENINGGALKAN MAKKAH
MENUJU TANAH AIR.
KESIMPULAN AKHIR :
Jamaah haji Indonesia yang telah menyelesaikan semua ritual hajinya , sebelum pulang ke tanah air dia
boleh melakukan ziarah ke kota Jeddah.
Ketika dia akan berangkat dari Makkah menuju Jeddah , maka dia dapat memilih :
1. Dia dianjurkan melakukan thawaf wada’. Setelah pulang dari Jeddah (kembali ke Makkah) , kemudian
akan meninggalkan Makkah menuju tanah air , sudah tidak ada kewajiban untuk melakukan thawaf
wada’ lagi.
Jika dia telah kembali ke Makkah , kemudian akan pulang ke tanah air , maka dia diwajibkan melakukan
thawaf wada’.
Wallahu A’lam .
************************************************************
Bismillah, afwan ustadz ini pertanyaan teman, kemaren teman kurban kambing, pas disembelih dan
dibelah saat akan dikuliti baru ketahuan ternyata kambingnya lagi hamil dan ada anak diperutnya, apa
yang harus dilakukan sama anak kambing itu ustadz? Kemaren dia kuburkan anaknya, tapi dia takut yang
dia lakukan salah, mohon penjelasannya ustadz, syukron, jazaakallahu khairan.
1. KETIKA KAMBING DISEMBELIH , KEMUDIAN PERUTNYA DIBELAH , DIDAPATI ANAKNYA SUDAH MATI.
Maka anak kambing ini halal dimakan. Karena dia mati setelah ibunya disembelih.
Ini adalah pendapat dari banyak shahabat , imam Asy Syafi’i , imam Ahmad bin Hanbal , Sufyan Ats
Tsauri, Ibnul Mubarak , Ishaq bin Rahawaih dll
LIHAT : Kitab Sunan Tirmidzi Kitabul Ath’imah bab 2 no 1476 pada catatan kaki
Bersumber dari Abu Sa’id r.a dia berkata : kami bertanya kepada Rasulullah saw tentang janin (hewan) ,
maka Nabi saw bersabda : Makanlah jika engkau mau, karena sesungguhnya sembelihan janin adalah
(mengikuti) sembelihan ibunya
2. KETIKA INDUK KAMBING SUDAH DISEMBELIH , KEMUDIAN DIBELAH PERUTNYA , JIKA DIDAPATI
ANAKNYA MASIH HIDUP , MAKA WAJIB DISEMBELIH.
Jika tidak disembelih kemudian anak kambing itu mati maka haram dimakan.
Karena dengan dikeluarkannya dia dari dalam perut induknya dalam keadaan hidup , kedudukannya
sudah bukan janin lagi , tapi merupakan hewan darat sebagaimana kambing lainnya. Sehingga jika dia
mati sebelum sempat disembelih , kedudukannya sebagai bangkai yang haram dimakan.
َ ِير َو َما ُأ ِه َّل لِ َغي ِْر هَّللا ِ ِب ِه َو ْال ُم ْن َخ ِن َق ُة َو ْال َم ْوقُو َذةُ َو ْال ُم َت َر ِّد َي ُة َوال َّنط
يح ُة َو َما َأ َك َل ال َّس ُب ُع ِإاَّل َما َذ َّك ْي ُت ْم َو َما ِ ت َعلَ ْي ُك ُم ْال َم ْي َت ُة َوال َّد ُم َولَحْ ُم ْال ِخ ْن ِز
ْ حُرِّ َم
َأْل
ب َو نْ َتسْ َت ْقسِ مُوا ِبا ْزاَل ِم َذلِ ُك ْم فِسْ ٌق َأ ُ ذ ِب َح َعلَى ال ُّن
ِ ص ُ
Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama
selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas,
kecuali yang sempat bagi kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk
berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak
panah itu) adalah kefasikan.
PENJELASAN :
Dalam ayat ini Allah haramkan bagi qaum Muslimin untuk memakan bangkai , yaitu hewan darat yang
mati sebelum disembelih.
Maka janin kambing yang sudah keluar dari perut ibunya dalam keadaan hidup , kemudian beberapa
saat mati sebelum disembelih , kedudukannya adalah sama dengan bangkai. Hukumnya haram bagi
qaum Muslimin untuk memakannya.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
PERTANYAAN KENI WONODADI
Sesungguhnya kehidupan menuju Surga itu dikelilingi oleh perbuatan Yang Dibenci, dan Kehidupan di
Dunia itu dikelilingi oleh Hawa Nafsu. ( H.R. Muslim )
Maaf Ustadz apakah hadist tersebut benar dan shahih Ustadz? Jazakallahu khairan.
Bersumber dari Anas bin Malik r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Surga dikelilingi perkara yang
tidak disukai dan neraka dikelilingi oleh syahawat (kesenangan)
PENJELASAN
Jika seseorang sangat ingin masuk surga maka dia harus berbekal amal shalih , yang jika diukur dengan
naluri manusia , maka amal shalih ini umumnya tidak disukainya. Dia menjalankannya bukan menuruti
nalurinya , tapi karena iman dan ketaatannya kepada Allah.
Misalnya :
Harus puasa , shalat , zakat dll.
Jika puasa diukur dengan naluri manusia , maka puasa adalah pekerjaan yang sangat berat. Banyak umat
manusia yang tidak mau berpuasa.
Zakat juga berat, karena naluri manusia menuntunnya menjadi bakhil (pelit).
Jika zakat diukur dengan naluri manusia , maka zakat adalah pekerjaan yang sangat berat. Banyak umat
manusia yang tidak mau mengeluarkan zakat.
DST
Sedangkan untuk masuk neraka , mudah saja dilakukannya , karena bekal masuk neraka adalah perkara
yang memang disukai oleh manusia menurut panggilan nalurinya,
Sex bebas (zina) adalah perkara yang disukai manusia menurut nalurinya.
Banyak manusia melakukan perbuatan ini karena memang cara ini adalah kesukaannya.
Yang tidak mau zina hanya orang yang mau “melawan” nalurinya demi mendapatkan ridha Allah swt.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
PERTANYAAN ANA
Assalamualaikum ustazd saya mau bertanya apa hukum nya bagi orang muslim yang menunda shalat
karena pekerjaan?
Kalau maksudnya menunda shalat adalah tidak mengerjakan shalat pada awal waktunya , tetapi
dikerjakan masih dalam waktu shalat tersebut , maka dia tidak berdosa.
Misalnya : shalat dhuhur tidak dikerjakan ketika adzan baru saja dikumandangkan , kemudian dikerjakan
jam 2 siang , maka dia tidak berdosa, tetapi telah kehilangan banyak keutamaan.
Kalau maksudnya menunda adalah tidak mengerjakan shalat pada waktunya sampai habis waktu shalat
tersebut, maka dia berdosa dan sangat dicela dalam Islam.
Misalnya : dia menunda shalat ashar sampai habis waktunya dan masuk waktu maghrib.
Dia harus bertaubat dari kebiasaan buruk ini dan meminta ampun kepada Allah.
“ Maka datanglah sesudah mereka generasi pengganti yang jelek yang menyia-nyiakan shalat dan
memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui kesesatan.”
Kalau shalat yang menjadi tiang agama sudah disia siakan , maka perkara yang lainnya tentu akan lebih
mudah diremehkan.
Maka Allah menyampaikan dalam sambungan ayat tersebut , bahwa orang yang suka meremehkan
shalat akan menjadi orang yang suka memperturutkan hawa nafsunya.
Pada tingkatan ini , yang dicari adalah kesenangan dunia tanpa mempertimbangkan halal atau
haramnya.
Maksudnya , dia akan mengalami kerugian yang besar pada hari akhir nanti.
Jadi , orang yang suka meremehkan shalat akan memiliki kecenderungan memperturutkan hawa
nafsunya , dan akhirnya akan menjadi orang yang menderita pada hari qiyamat.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
PERTANYAAN EKA
Assalamuaikum ustadz...Apakah hukumnya bila kita (perempuan) pergi umroh tanpa didampingi
mahrom?
َقا َل « الَ ُت َساف ِِر ْال َمرْ َأةُ َثالَ َث َة َأي ٍَّام ِإالَّ َم َع ذِى َمحْ َر ٍم- صلى هللا عليه وسلم- َّ َأنَّ ال َّن ِبى- رضى هللا عنهما- ْن ُع َم َر
ِ َع ِن اب
Janganlah seorang wanita bepergian seorang diri selama 3 hari kecuali dia bersama mahramnya
- ِّت َأرْ َبعًا م َِن ال َّن ِبى 3ُ ْ ِث ْن َتىْ َع ْش َر َة غَ ْز َو ًة َقا َل َسمِع- صلى هللا عليه وسلم- ِّان َغ َزا َم َع ال َّن ِبى َ َو َك- رضى هللا عنه- ََّعنْ َأبى َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِرى
ْ ْ
ْن الفِط ِر ِ ص ْو َم فِى َي ْو َمي َ ُ َأ
َ َوال، ْن ِإال َو َم َع َها َز ْو ُج َها ْو ذو َمحْ َر ٍم َّ َ ِ َفَأعْ َج ْب َننِى َقا َل « الَ ت َساف ِِر ال َمرْ ةُ مَس- صلى هللا عليه وسلم
ِ ير َة َي ْو َمي َأ ْ ُ
د3ِ َوالَ ُت َش ُّد الرِّ َحا ُل ِإالَّ ِإلَى َثالَ َث ِة َم َسا ِج َد َمسْ ِج، ُب َ َوالَ َبعْ دَ ْال َعصْ ِر َح َّتى َت ْغر، ُْح َح َّتى َت ْطلُ َع ال َّش ْمس َ َ َوال، َواَألضْ َحى
ُّ صالَ َة َبعْ دَ ال
ِ صب
َو َمسْ ِجدِى َه َذا، صى َ َو َمسْ ِج ِد اَأل ْق، ْال َح َر ِام
Bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri r.a (dia ikut berperang bersama Nabi saw 12 kali), dia berkata : Aku
mendengar 4 hal dari Nabi saw dan aku merasa takjub dengannya :
Janganlah seorang wanita melakukan perjalanan selama 2 hari kecuali dia bersama dengan suaminya
atau bersama mahramnya
Dan tidak ada puasa pada 2 hari yaitu Hari Raya Fithri dan Hari Raya Adha
Dan tidak ada shalat setelah shalat shubuh sehingga matahari naik, dan tidak ada shalat setelah ashar
sehingga matahari terbenam
Dan tidak dipersiapkan perjalanan ( untuk mencari berkah ) kecuali kepada 3 masjid : Masjidil haram,
Masjidil Aqsha dan Masjidku ini ( Masjid Nabawi )
َوالَ َي ْد ُخ ُل َعلَ ْي َها َر ُج ٌل، « الَ ُت َساف ِِر ْال َمرْ َأ ُة ِإالَّ َم َع ذِى َمحْ َر ٍم- صلى هللا عليه وسلم- ُّ َقا َل َقا َل ال َّن ِبى- رضى هللا عنهما- َّاس ٍ ْن َعبِ َع ِن اب
ْ ْ ُ َأ َ
َف َقا َل « اخرُجْ َم َع َها. َوا ْم َر تِى ت ِري ُد ال َح َّج، ْش َكذا َو َكذا َ ْ َأ َأ ُأ ِّ هَّللا َّ
َ َف َقا َل َر ُج ٌل َيا َرسُو َل ِ ِإنى ِري ُد نْ خر. » َمحْ َر ٌم3ِإال َو َم َع َها
ِ ُج فِى َجي
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a, dia berkata : janganlah seorang wanita bepergian kecuali disertai
mahramnya. Janganlah seorang laki laki masuk kepadanya (menjumpainya) kecuali dia sedang bersama
mahramnya.
Ada seorang laki laki yang bertanya : Wahai Rasulullah, saya pergi dengan pasukan (berperang) ini dan
itu sedangkan istri saya ingin berangkat haji.
PENJELASAN :
Hadits hadits yang dikutipkan di atas difahami secara umum , bahwa : wanita dilarang melakukan
perjalanan tanpa didampingi mahramnya. Larangan ini bersifat umum , baik perjalanan biasa atau untuk
haji dan umrah.
B) YANG MEMPERBOLEHKAN WANITA MENUNAIKAN HAJI SEORANG DIRI TANPA MAHRAM ASALKAN
AMAN DARI FITNAH.
َف َقا َل « َيا. يل ِ َق ْط َع الس َِّب3 َف َش َكا، آخ ُر َ ُ ُث َّم َأ َتاه، ِإلَ ْي ِه ْال َفا َق َة3 ِإ ْذ َأ َتاهُ َر ُج ٌل َف َش َكا- صلى هللا عليه وسلم- ِّْن َحات ٍِم َقا َل َب ْي َنا َأ َنا عِ ْندَ ال َّن ِبىِ َعنْ َعدِىِّ ب
وف ُ َ
َ َحتى تط، ِير ِة َّ ْ َ ْر َ َ َ َّ
َ ك َح َياة لت َريَنَّ الظعِينة ت ت ِح ُل م َِن الح َ َ ٌ ْ َ َ ْن َ َ ْ ُ ْئ ْ ُأ ْ َ َأ َ
َ قا َل « فِإ طالت ِب. قلت ل ْم َر َها َوقد ن ِب ت َعن َها. » ِيرة ُ ْ ُ َ ْ َْت َأ
َ َعدِىُّ َهل َر ي الح ْ
َ الَ َت َخافُ َأ َح ًدا ِإالَّ هَّللا، ِب ْال َكعْ َب ِة
قوله الحيرة بالكسر بلد بالعراق
Bersumber dari ‘Ady bin Haatim dia berkata : Ketika kami bersama dengan Nabi saw, tiba tiba datang
seorang laki laki kepada Nabi saw yang mengeluhkan tentang kemiskinan
Kemudian datang laki laki lain yang mengeluhkan tentang para perampok.
Maka Rasulullah saw bersabda : Wahai ‘Ady, apakah engkau pernah melihat Al Hiirah ?
Aku menjawab : Aku belum pernah melihatnya , tetapi aku pernah diberitahu tentangnya
Maka Rasulullah saw bersabda : Jika engkau berumur panjang maka engkau akan menyaksikan seorang
wanita berkendara (dengan aman) dari Al Hirah sehingga dia melakukan thawaf di Ka’bah. Dia tidak ada
rasa takut sedikitpun kecuali kepada Allah
Bahwasanya Umar r.a mengidzinkan para istri Nabi saw (para jandanya) untuk menunaikan haji terakhir
bagi mereka dengan mengutus Utsman bin Affan r.a dan Abdurrahman bin Auf r.a bersama mereka.
hadits dan atsar ini menjelaskan bahwa : untuk urusan haji dan umrah , para wanita diperbolehkan pergi
tanpa mahramnya dengan syarat perjalanannya aman dan tidak dikhawatirkan terjadi fitnah.
DARI SAYA :
Saya menguatkan bahwa : wanita diidzinkan menunaikan haji atau umrah tanpa mahram jika diyaqini
benar bahwa tidak akan terjadi fitnah dan perjalanannya aman.
Misalnya :
* Tersedianya penginapan yang dapat menjamin dia aman dari bahaya atau gangguan atau fitnah
* Tersedianya konsumsi yang cukup , sehingga dia tidak perlu ke sana kemari mencari makan
* Wanita tersebut adalah hamba Allah yang taat dan menjaga kehormatannya, dengan menutup aurat
dengan baik. Adapun wanita yang bepergian dengan membuka aurat , maka tidak halal sama sekali
walaupun untuk pergi haji atau umrah.
Wallahu A’lam
*************************************************************
PERTANYAAN ENDAH
Assalamualaikum ustadz, ada pertanyaan titipan dr temen. Apa itu sholat dan makna sholat itu bagi
umat muslim itu apa?
1. Shalat adalah ibadah yang dimulai dari takbir dan diakhiri dengan salam.
PERTANYAAN MAI
Benar kah ada larangan menembok kuburan dengan semen atau beton??!
Dalilnya apa??
Kalaulah benar, mengapa makam Rasulullah saw dipasang tembok juga seperti itu???!
1. PENDAHULUAN
Sudah menjadi hal yang tidak aneh jika kita melihat quburan di Indonesia , kebanyakannya di semen
atau dihias sedemikian rupa sehingga nampak megah.
Saya menyangka bahwa , bagusnya quburan tersebut tidak terlepas dari rasa cinta anak atau istri atau
suami terhadap keluarganya yang telah wafat mendahuluinya.
Terus terang saya kagum dengan ekspresi cinta yang dilakukan secara istiqamah kepada keluarganya.
Bayangkan , orang yang telah wafat , yang tidak dapat memberikan balasan atau pujian atau apapun
kepadanya , tetap “dimuliakan” dengan membaguskan quburannya.
Maka saya tidak mau membenci orang yang membaguskan quburan dengan cara menyemen atau
lainnya . Semangatnya yang sudah sangat baik kepada keluarganya ini , jika diarahkan , maka akan
sangat bermanfaat dan sangat membantu keselamatan orang meninggal dunia tersebut di alam
quburnya , bahkan sampai pada hari akhir nanti.
2. SOAL : APAKAH ADA LARANGAN MEMBANGUN SESUATU DI ATAS QUBURAN ?
JAWAB : Benar, ada larangan membangun sesuatu di atas quburan , baik berupa atap seng , atau pagar ,
atau sesuatu yang lebih permanen seperti cor beton dan semisalnya.
Bersumber dari Jabir r.a dia berkata : Rasulullah saw melarang qubur dikapur (dicat) , dan dilarang
diduduki di atasnya dan dilarang dibangun di atasnya.
Penjelasan :
Kalimat “dan dilarang dibangun di atasnya” maknanya termasuk disekelilingnya , walaupun tidak persis
di atas qubur tersebut.
Maka umat Islam dilarang membuat pagar yang mengelilingi qubur seseorang.
Apalagi sifatnya permanen dengan bahan yang terbuat dari semen, Terkadang dihias dengan keramik
dsb. Juga dilarang membangun qubur dengan memberinya atap seperti sebuah rumah.
َقا َل ال َّشافِعِيّ فِي. َنصَّ َعلَ ْي ِه ال َّشافِعِيّ َواَأْلصْ َحاب. ان فِي َم ْق َب َرة م َُس َّبلَة َف َح َرام َ َوَأمَّا ْال ِب َناء َعلَ ْي ِه َفِإنْ َك
َ َوِإنْ َك، ان فِي م ِْلك ْال َبانِي َف َم ْكرُوه
ْأ ُأْل
َ َو َرَأيْت اَأْلِئمَّة ِب َم َّكة َي ُمر: ا ّم:
َو ُيَؤ ِّي ُد ْال َه ْد َم َق ْولُ ُه، ُون ِب َه ْد ِم َما ُي ْب َنى
IMAM ASY SYAFI’I BERKATA (dalam kitab Al Umm) : Aku melihat para imam di Makkah memerintahkan
untuk merobohkanapa apa yang dibangun (di atas qubur) , berdasarkan kepada sabda Rasulullah saw :
dan jangan engkau biarkan satupun quburan yang ditinggikan, melainkan engkau ratakan dia
LIHAT : Kitab Syarah Muslim oleh Imam Nawawi Kitabul Janaaiz bab 32 no 972
Hukumnya makruh membangun di atas lubang qubur atau di atas timbunan tanahnya karena ada hadits
shahih yang melarangnya , apabila tanpa ada keperluan , misalnya : khawatir terjadi pembongkaran atau
penggalian oleh binatang buas , atau khawatir runtuh oleh banjir.
Hukum makruh (membangun qubur) seperti itu, jika quburannya adalah tanah milik sendiri.
Apabila membangun di atas qubur tanpa ada keperluan sebagaimana disebutkan di atas atau
membangun semacam qubah di atas qubur dilakukan pada tanah pekuburan “musabbalah” yaitu
sebidang tanah yang disediakan oleh penduduk suatu kota untuk mayat , baik yang masih diketahui
pemilik asalnya atau pemusabbalahnya atau tidak , atau dilakukan pada tanah waqaf maka HUKUMNYA
ADALAH HARAM DAN WAJIB DIBONGKAR.
Sebab bangunan tersebut menjadi permanen setelah mayat membusuk atau punah , sehingga
mempersempit tanah buat Muslimin yang lainnya.
Lihat : Kitab Fat-hul Mu’in halaman 72 , bab Shalat : Fasal Menshalati Mayat.
DARI SAYA :
Kitab Fat-hul Mu’in adalah Kitab dasar dalam mempelajari fiqih madzhab Syafi’i.
Sekalipun kitab ini kecil , tetapi memuat pembahasan yang luas dan padat.
Jarang ada pengikut madzhab Syafi’i pada masa ini yang tidak kenal dengan kitab Fat-hul Mu’in
Di dalam Kitab tersebut dinyatakan bahwa membangun sesuatu di atas qubur seseorang yang berada di
atas tanah waqaf , hukumnya adalah haram.
Jika dibangun sesuatu di atas quburan yang berada di atas tanah milik sendiri maka hukumnya makruh.
Hukum makruh dan haram yang disampaikan di dalam kitab Fat-hul Mu’in ini berkaitan dengan
membangun sesuatu di atas quburan, telah sesuai dengan hadits Nabi saw.
Maka saya tidak punya alasan untuk menolaknya, bahkan saya wajib mengikutinya
SOAL : mengapa makam Rasulullah saw dipasang tembok juga seperti itu???!
JAWAB :
-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ِ ت مِنْ َرس ُ ْاخ َتلَفُوا فِى دَ ْف ِن ِه َف َقا َل َأبُو َب ْك ٍر َسمِع
ْ -صلى هللا عليه وسلم- ِ ض َرسُو ُل هَّللا َ ت لَمَّا قُ ِب
ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
ْ ُ ْ َ ْ ْن َأ َّ ْ ْ
ادفِنوهُ فِى َموضِ ِع ف َِراشِ ِه.» ض ُ ن ِب ّيا ِإال فِى ال َموضِ ِع الذِى ُيحِبُّ يُدف َن فِي ِهَّ ً َ هَّللا َ َ ُ َ ًئ
َ شي ا َما نسِ يت ُه قا َل « َما ق َبْ َ
Bersumber dariAisyah r.a dia berkata : Ketika Rasulullah saw diwafatkan Allah para shahabat berbeda
pendapat tentang pemakamannya. Maka Abu Bakar r.a berkata : Aku mendengar sesuatu dari Rasulullah
saw yang tidak aku lupakan, yaitu : Allah tidak akan mewafatkan seorang Nabi kecuali di tempat yang dia
sukai untuk dimakamkan di situ.
PENJELASAN :
Rasulullah saw diquburkan di kamar Aisyah r.a, bukan di quburan umum atau di tempat terbuka lainnya.
Hal ini atas keinginan Rasulullah saw sendiri.
، ارى َ صَ َقا َل فِى َم َرضِ ِه الَّذِى َماتَ فِي ِه « لَ َع َن هَّللا ُ ْال َيهُو َد َوال َّن- صلى هللا عليه وسلم- ِّ َع ِن ال َّن ِبى- رضى هللا عنها- َعنْ عُرْ َو َة َعنْ عَاِئ َش َة
ًك َألب َْر ُزوا َقب َْرهُ َغي َْر َأ ِّنى َأ ْخ َشى َأنْ ُي َّت َخ َذ َمسْ ِجدا
َ ِت َولَ ْوالَ َذل ِ ُور َأ ْن ِب َي
ْ َ َقال. » اِئه ْم َمسْ ِج ًدا َ ا َّت َخ ُذوا قُب
Bersumber dari Aisyah r.a dari Nabi saw yang bersabda pada saat sakitnya yang berujung dengan
wafatnya : Allah mela’nat orang yahudi dan nasrani. Mereka telah menjadikan qubur para Nabinya
sebagai masjid.
Aisyah r.a berkata : seandainya bukan karena sebab itu maka mereka akan memakamkan Nabi saw di
tempat terbuka ,hanya saja saya khawatir quburnya dijadikan masjid
PENJELASAN :
Sebagaimana disebutkan dalam hadits sebelumnya bahwa Rasulullah saw diquburkan di kamar Aisyah
r.a, bukan di quburan umum atau di tempat terbuka lainnya. Hal ini atas keinginan Rasulullah saw
sendiri, yang diqabulkan oleh Allah swt. Bahwa Allah telah mencabut ruh Nabi saw di tempat yang mana
Nabi saw sangat ingin diquburkan di situ, yaitu : di kamar Aisyah r.a
Beliau saw sangat khawatir jika diquburkan di tempat umum , quburannya akan dijadikan tempat ibadah
oleh umatnya sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang yahudi dan nashrani. Sehingga mereka
mendapat la’nat dari Allah swt. Hal ini disampaikan oleh Aisyah r.a dlah alam hadits di atas.
JIKA DIKATAKAN BAHWA : QUBURAN RASULULLAH SAW DITEMBOK, MAKA HAL INI TIDAK BENAR.
Yang benar adalah : Rasulullah saw diquburkan di kamar Aisyah r.a , atas keinginan beliau saw , supaya
tidak dijadikan sebagai tempat ibadah oleh umatnya.
Hal ini tidak sulit untuk difahami karena : Aisyah r.a adalah janda Nabi saw yang masih sangat muda.
Dalam satu riwayat , Aisyah r.a menjadi janda ketika berumur 18 tahun. Setelah Rasulullah saw
diquburkan di kamar tidur Aisyah r.a , maka siapakah yang berani berkunjung ke quburan Rasulullah saw
? Karena quburan Rasulullah saw berada di kamar Aisyah r.a.
Siapapun yang ingin berziarah ke quburan Nabi saw berarti harus masuk ke kamar Aisyah r.a , janda Nabi
saw yang masih berumur 18 tahun. Ini tidak akan dilakukan oleh siapapun , kecuali kerabat Aisyah r.a
sendiri.
َأ
صلُّوا ِإلَ ْي َها ِ « الَ َتجْ لِسُوا َعلَى ْالقُب-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ ِبى َمرْ َث ٍد ْال َغ َن ِوىِّ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
َ ُور َوالَ ُت
Bersumber dari Abu Martsad Al Ghanawiy r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Janganlah kalian duduk di atas qubur dan janganlah shalat menghadap kepadanya
Pada zaman Umar bin Abdul Aziz menjadi gubernur Madinah , dia diperintah memperluas masjid
Nabawi oleh Khalifah Al Walid bin Abdul Malik yang berkuasa pada saat itu . Penambahan luas masjid
sampai memasukkan rumah istri istri Nabi saw ke dalam masjid ,yang diantaranya adalah kamar Aisyah
r.a yang juga merupakan makam Nabi saw beserta 2 orang shahabat beliau yaitu Abu Bakar r.a dan
Umar r.a. Sehingga quburan Nabi saw masuk menjadi berada di dalam masjid.
Para tabi’in pada masa itu merasa berat shalat di belakang quburan Nabi saw , sehingga dibangun lagi
dinding yang mengelilingi bekas rumah Aisyah r.a sebagaimana yang kita lihat sekarang.
Keberatan para tabi’in tersebut berkenaan dengan larangan dari Rasulullah saw untuk shalat
menghadap quburan :
َأ
صلُّوا ِإلَ ْي َها ِ « الَ َتجْ لِسُوا َعلَى ْالقُب-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ ِبى َمرْ َث ٍد ْال َغ َن ِوىِّ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
َ ُور َوالَ ُت
Bersumber dari Abu Martsad Al Ghanawiy r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Janganlah kalian duduk di atas qubur dan janganlah shalat menghadap kepadanya
Lihat : Kitab Shifat Shalat Nabi (atau kitab Ahkamul Janaiz ) .... saya lupa.
Nanti setelah pulang ke tanah air insya Allah akan saya periksa lagi.
Bersumber dari Abu Bakar bin Ayyasy dari Sufyan At Tammaar, bahwasanya dia memberitahukan
kepadanya bahwa dia melihat quburan Nabi saw dinaikkan (berupa gundukan)
PENJELASAN :
Kalimat م َُس َّنمًاmaknanya adalah : tanahnya digundukkan (di atas quburan dibuat gundukan)
Ini adalah pendapat imam Hanafi , imam Malik , imam Ahmad bin Hanbal dan mayoritas pengikut
madzhab Asy Syafi’i.
Lihat : Kitab Fat-hul Baari , Syarah terhadap Kitab Shahih Al Bukhari Kitabul janaaiz bab 96 no 1390
KESIMPULAN :
Nabi saw tidak diquburkan di pemakaman umum atau tanah terbuka lainnya.
Nabi saw sejak awal diquburkan di kamar Aisyah r.a yang memang sudah ada dindingnya.
Diquburkannya Nabi saw di kamar Aisyah r.a adalah atas keinginan Nabi saw sendiri yang kemudian
diqabulkan oleh Allah swt
Nabi saw ingin diquburkan di kamar Aisyah r.a , tidak di tempat umum , karena khawatir quburannya
akan dijadikan tempat beribadah oleh umatnya sebagaimana yang dilakukan oleh yahudi dan nashrani ,
yang akhirnya berbuah la’nat dari Allah swt.
3. BOLEH MEMBUAT GUNDUKAN TANAH PAS DI ATAS QUBURAN , BOLEH JUGA DIBIARKAN RATA.
Wallahu A’lam.
Sekarang quburan Nabi saw memang sudah dikelilingi dinding. Yang saya maksud dengan “ quburan
Nabi saw tidak di cor atau disemen” adalah pada awal diquburkannya sampai semua shahabat sudah
wafat semua.
Pembuatan pagar di quburan Nabi saw dilakukan pada zaman tabi’in , yang mana kejadian tersebut
disebabkan adanya perintah dari khalifah yang berkuasa pada zaman itu , yaitu Al Walid bin Abdul Malik
untuk memperbesar masjid Nabawi sehingga kamar Aisyah r.a yang di dalamnya ada quburan Nabi saw
menjadi masuk ke dalam bangunan masjid. Maka dibuat dinding baru yang mengelilingi quburan Nabi
saw agar orang yang shalat di dalam masjid Nabawi yang posisinya persis di belakang quburan Nabi
saw , tidak dianggap shalat dengan menghadap quburan , karena sudah ada dinding berlapis lapis yang
menghalanginya.
19/09/16, 17.16 - Kode keamanan +62 853-4600-0999 berubah. Ketuk untuk info selengkapnya.
19/09/16, 20.35 - Ustadz Mubarok Ptk: LANJUTAN PERJALANAN HAKI 1437 H / 2016 M
30. Kami sampai di tenda Mina setelah melempar tanggal 11 Dzulhijjah sekitar jam 21.00.
Lebih jauh dari hari sebelumnya , karena kami lewat terowongam Mina.
Walaupun jauh , tidak masalah bagi jamaah karena di terowongan Mina sudah dipasang eskalator
berjalan (datar), sehingga jamaah dapat beristirahat , lumayan untuk mengurangi capek .
Sesampainya di tenda , kami diberitahu bahwa kami harus berangkat melempar lagi jam 02.00.
Hal ini harus dilakukan karena kloter kami dapat giliran naik bis untuk pulang ke Makkah jam 07.00 pagi.
Kami merasa berat. Disamping jamaah masih letih baru saja tiba dari melempar , juga tidak ikut sunnah
jika melempar jam 2 malam. Apalagi ada larangan melempar sebelum terbit matahari , walaupun
haditsnya diperselisihkan shahih dan tidaknya.
Melempar tanggal 12 Dzulhijjah mesti setelah dhuhur. Kalau terpaksa dan tidak ada pilihan rencananya
kami melempar setelah matahari terbit. Ini juga bukan sunnah. Juga tidak ada rukhshah melempar
sebelum dhuhur.
Tetapi akan kami lakukan jika terpaksa. Karena jika kami nekat melempar setelah dhuhur sebagaimana
sunnah Nabi saw maka ada resiko akan ditinggal bis. Tidak ada kendaraan yang akan mengantarkan kami
untuk pulang ke hotel di Makkah.
Tetapi rencaba melempar setelah matahari terbit menjadi berantakan ketika kami diberitahu bahwa
giliran kami , bisnya akan berangkat jam 7 pagi.
Kami segera berunding dengan jamaah. Saya bersyukur memiliki pengalaman dalam hal ini.
Jamaah pulang pagi sesuai jadwal ke Makkah yaitu jam 7 pagi tanpa melempar jumrah lebih dulu.
Setelah itu langsung ke Baitullah untuk thawaf ifadhah. Setelah thawaf ifadhah , kembali ke pelemparan
untu melempar 3 jumrah. Karena jaraknya jauh , mesti sewa bis pulang pergi.
Jamaah setuju.
Alhamdulillah.
19/09/16, 21.26 - Ustadz Mubarok Ptk: LANJUTAN PERJALANAN HAJI 1437 H / 2016 M
31. Tanggal 12 Dzulhijjah kami berangkat dari Mina lebih awal dari yang direncanakan. Sebelum jam 7
pagi.
Kalau berangkat dari Mina ke Makkah sore hari tanggal 12 Dzulhijjah , jalan jalan di Makkah macet total.
Perjalanan bisa sampai 6 atau 8 jam.
Karena pulang ke Makkah pagi hari maka perjalanan dari Mina ke Makkah sekitar setengah jam saja.
Setelah sampai di hotel kami bersiap siap ke Masjidil Haram untuk thawaf ifadhah.
32. Setelah selesai thawaf ifadhah dan sa'i haji maka kami bersiap kembali ke Mina untuk melempar 3
jumrah dengan menggunakan bis.
Ketika itu jalanan Makkah macet. Sopir bis mencari jalan alternatif sehingga sampai di jalan Malik Fahd.
Alhamdulillah , Allah memudahkan perjalanan kami sehingga kami dapat melempar jumrah pada waktu
yang diperbolehkan.
Hari biasa 500 riyal, sedangkan sore tanggal 12 Dzulhijjah 1.500 riyal dari Makkah ke Mina pulang pergi.
Kami dapat kambing kibasy sangat besar. Beratnya sekitar 50 kg per ekor.
Harganya juga murah, 350 riyal per ekor ( sekitar 1,3 juta rupiah).
Seperti biasanya , sebagian dagingnya kami shadaqahkan dan sebagiannya kami ambil untuk dimasak
dagingnya.
Tetapi pada saat itu tempat penyembelihan di pasar kambing KA'KIAH sangat ramai. Banyak orang yang
menyembelih. Kambing menumpuk. Campur dengan milik orang lain.Antrinya sangat lama. Tiba tiba
banyak anak anak mengambil kambing yang belum dikuliti untuk dibawa ke ruang sebelah.
Kami merasa itu adalah kambing kami. Sempat terjadi adu mulut.
Tetapi ustadz Didik Haris Lc memberitahu saya bahwa kambing yang diambil tersebut dibawa ke ruang
sebelah yang berdinding kaca. Di sana nampak kambing kambing kami dikuliti dan banyak anak anak
miskin masuk menyayat dagingnya sesukanya.
Sisanya yang ada , kami bawa dan dibagi bagikan kepada peminta minta di pasar kambing.
Selebihnya kami bawa ke tempat H Siraj, keluarga ustadz Halidi (orang Indonesia yang bermuqim di
Makkah 30 tahun) untuk dimasak.
Shubuh tanggal 14 Dzulhijjah masakan sudah siap. Ada nasi kebuli kambing , gulai kambing dll.
Kami ajak semua jamaah serta tetangga kamar untuk makan sama sama.
Dengan demikian tatanan sunnah dalam ibadah haji sudah kami jalani.
5 . Kegiatan wuquf dilaksanakan dengan cara sunnah : khutbah + adzan+ iqamat + shalat dhuhur 2
rakaat + iqamat + shalat ashar 2 rakaat + berdo'a ...
7. Shalat maghrib dan isya' dikerjakan dengan cara jama' ta'khir qashar di Muzdalifah.
9. Meninggalkan Muzdalifah menuju Mina menjelang masuk waktu shubuh ( kami sangat menyesal
karena tidak dapat shalat shubuh di Muzdalifah sebagaimana sunnah Nabi saw, tidak ada pilihan ...
dipaksa maktab).
10. Melempar jumrah Aqabah tanggal 10 Dzulhijjah pada awal malam 11 Dzulhijjah (waktu yang
dibolehkan walaupun Nabi saw tidak melakukannya).
(Seharusnya sore hari, tapi kami terjebak macet sehingga sampai di pelemparan pas adzan maghrib).
15. Tanggal 13 Dzulhijjah menyembelih hadyu , bershadaqah dagingnya dan sebagian di masak.
20/09/16, 14.47 - Kode keamanan +62 813-4548-6265 berubah. Ketuk untuk info selengkapnya.
20/09/16, 14.47 - Kode keamanan +62 812-5366-2468 berubah. Ketuk untuk info selengkapnya.
20/09/16, 14.47 - Kode keamanan +62 899-8280-666 berubah. Ketuk untuk info selengkapnya.
20/09/16, 14.47 - Kode keamanan +62 857-5014-0511 berubah. Ketuk untuk info selengkapnya.
20/09/16, 21.27 - Kode keamanan +62 898-2646-713 berubah. Ketuk untuk info selengkapnya.
********************************************************
PERTANYAAN ERNA
Assalamu'alaikum ustadz , saya mau bertanya bagaimana hukumnya mengaqiqahkan orang yang sudah
meninggal dan mengaqiqahkan diri sendiri?
Karena sekarang banyak yang saya dengar saudara2 kita melakukan hal seperti di atas.
Jazakallahu khayran..
2. Sedangkan aqiqah untuk orang yang sudah dewasa , didapati haditsnya , hanya saja derajatnya tidak
shahih.
Aqiqah dilakukan berkaitan dengan bayi yang baru lahir. Selain aqiqah , ada beberapa perkara yang
mesti dilakukan berkaitan dengan bayi yang baru lahir.
Saya kutipkan tulisan saya sehubungan dengan hal ini , supaya anggota group dapat mengambil manfaat
darinya :
Aqiqah adalah perintah dari Nabi Muhammad saw , maka mengamalkannya bernilai ibadah di sisi Allah
swt. Umat Islam hendaknya berusaha untuk mengamalkannya.
Aqiqah berbeda dengan kegiatan pada hari ke 40 dari kelahiran bayi , yang sebagian umat Islam
menyebutnya dengan selapan , atau gunting rambut dsb. Karena acara tersebut adalah adat , bukan
perintah agama, bukan berasal dari ajaran Nabi Muhammad saw.
2. AQIQAH DILAKSANAKAN PADA HARI KE 7 DARI KELAHIRAN BAYI ( BUKAN BAYI BERUMUR 7 HARI )
Kalau bayi lahir pada hari Senin , maka hari Senin tersebut adalah hari pertama dari kelahirannya, maka
aqiqahnya adalah pada hari Ahad ( hari ke 7 nya )
َقا َل « ُك ُّل ُغالَ ٍم َرهِي َن ٌة ِب َعقِي َق ِت ِه ُت ْذ َب ُح َع ْن ُه َي ْو َم َس ِاب ِع ِه َويُحْ لَ ُق َو ُي َسمَّى-صلى هللا عليه وسلم- ِ ب َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ٍ ْن ُج ْن ُد
ِ » َعنْ َسم َُر َة ب
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح رجاله ثقات رجال الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Samurah bin Jundub r.a , Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Setiap bayi yang lahir, tergadai dengan aqiqahnya , yang disembelih pada hari ke 7 dari kelahirannya,
dan dicukur rambutnya serta diberi nama (pada hari itu)
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabudl Dlahaayaa bab (21) Fil Aqiiqah no 2840
* Mengumumkan namanya
َ َقا َل « ُك ُّل ُغالَ ٍم َرهِي َن ٌة ِب َعقِي َق ِت ِه ُت ْذ َب ُح َع ْن ُه َي ْو َم َس ِاب ِع ِه َويُحْ لَ ُق َوي َُسمَّى-صلى هللا عليه وسلم- ِ ب َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ٍ ْن ُج ْن ُد
ِ » نْ َسم َُر َة ب
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح رجاله ثقات رجال الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Samurah bin Jundub r.a , Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Setiap bayi yang lahir, tergadai dengan aqiqahnya , yang disembelih pada hari ke 7 dari kelahirannya,
dan dicukur rambutnya serta diberi nama (pada hari itu)
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabudl Dlahaayaa bab (21) Fil Aqiiqah no 2840
َأنَّ ْال َح َس َن ب َْن َعلِىٍّ َلمَّا وُ لِدَ َأ َراد ْ ُأ-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا
ْن َف َقا َل « الَ َت ُع ِّقى ِ َت ُّم ُه َفاطِ َم ُة َأنْ َتع َُّق َع ْن ُه ِب َك ْب َشي ِ َعنْ َأ ِبى َراف ٍِع َم ْولَى َرس
ص َنعْ تَ م ِْث َل َذل َِك
َ ُسيْنٌ َبعْ َد َذل َِك َف َ ُث َّم وُ ِل َد ح.» ِ يل هَّللا َ ِن احْ ِلقِى َشعْ َر َرْأسِ ِه ُث َّم َت
ِ ص َّدقِى ِب َو ْز ِن ِه م َِن ْال َو ِر ِق فِى َس ِب ِ َع ْن ُه َولَك
إسناده ضعيف لضعف عبد هللا بن محمد بن عقيل: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abu Rafi’ , maula Rasulullah saw, dia berkata : Ketika Ketika Hasan bin Ali dilahirkan,
ibunya ( Fathimah r.a ) bermaksud beraqiqah dengan 2 ekor kambing kibasy, maka Rasulullah saw
bersabda : Janganlah engkau aqiqahkan dia, tetapi cukurlah rambut kepalanya kemudian
bershadaqahlah dengan perak seberat rambutnya di jalan Allah. Kemudian ketika Husain dilahirkan,
Fathimah berbuat seperti itu
Hadits riwayat Ahmad 6/392 no 26655 dengan sanad yang dhaif ( karena ada rawi Abdullah bin
Muhammad bin ‘Aqil yang dikenal dha’if ).
PENJELASAN :
Kalimat : “Janganlah engkau aqiqahkan dia” maksudnya : Bukan berarti aqiqah dilarang , tetapi Nabi saw
akan membantu menyediakan kambing buat dijadikan aqiqah sehubungan dengan kelahiran cucunya ,
yaitu putri Fathimah r.a.
Nabi saw hanya meminta Fathimah r.a menyediakan dana buat bershadaqah dengan perak seberat
rambut bayinya.
Hadits ini sanadnya adalah dha’if karena ada rawi bernama Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqiil dan
Syariik yang dikenal jelek hafalannya
ة احْ لِقِى3ُ َع ِن ْال َح َس ِن ِب َشا ٍة َو َقا َل « َيا َفاطِ َم-صلى هللا عليه وسلم- ِ ب َقا َل َع َّق َرسُو ُل هَّللا ٍ ِْن َأ ِبى َطال
ِ ْن َعنْ َعلِىِّ ب َ ْن ْالح
ِ ُسي ِ َعنْ م َُح َّم ِد ب
ِ ْن َعلِىِّ ب
ض دِرْ َه ٍمَ ْان َو ْز ُن ُه دِرْ َهمًا َأ ْو َبع َ َقا َل َف َو َز َن ْت ُه َف َك.» ص َّدقِى ِب ِز َن ِة َشعْ ِر ِه فِض ًَّة ْأ
َ َر َس ُه َو َت
قال ابو عيسى هذا حديث حسن غريب وإسناده ليس بمتصل و ابو جعفر محمد بن علي بن الحسين لم يدرك علي بن أبي طالب
حسن: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Muhammad bin Ali bin Al Husain dari Ali bin Abi Thalib r.a dia berkata:
Rasulullah saw beraqiqah untuk Al Hasan dengan seekor kambing , lalu bersabda :
Wahai Fathimah , cukurlah kepalanya dan bershadaqahlah dengan perak seberat timbangan rambutnya.
Maka Fathimah r.a menumbang rambutnya dan beratnya adalah
1 dirham atau sebagian dirham (kurang dari 1 dirham)
Hadits ini sanadnya munqathi’ (terputus) . Abu Ja’far Muhammad bin Ali bin Al Husain tidak pernah
berjumpa dengan Ali bin Abi Thalib r.a
Imam Al Haitsami menilainya sebagai hadits hasan pada hadits yang semakna , yaitu riwayat Imam
Ahmad pada kitab Musnadnya 6/392 no 26655
Lihat :
• Kitab Al Mausuu’ah Al Hadiitsiyyah Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal jilid 45 halaman 164
hadits no. 27183
PENJELASAN :
Dalam hadits ini dan yang semisal dengannya jelaslah bahwa rambut bayi disyari’atkan dicukur
semuanya , bukan digunting sebagian . Karena Nabi saw menyuruh bershadaqah dengan perak seberat
rambut bayi. Hal ini tidak dapat dilakukan kecuali dengan mencukurnya sampai habis.
Sehingga sunnah Nabi saw adalah mencukur rambut sampai habis. Apabila kita kesulitan menimbang
rambut bayi , maka dapat kita perkirakan dengan kembali kepada hadits Fathimah r.a bahwa berat
rambut putranya adalah 1 dirham atau kurang.
Tentang ukuran 1 dirham :
Untuk langkah hati hati , kalau kita genapkan sampai 5 gram adalah lebih baik.
Hewan yang disebutkan oleh Nabi saw untuk aqiqah adalah kambing dan yang sejenisnya ( domba ,
kibasy dsb ). Untuk bayi laki laki hendaknya 2 ekor kambing , dan untuk bayi perempuan hendaknya 1
ekor kambing.
Bersumber dari Ummu Kurzin Al Ka’biyyah r.a , dia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda :
Untuk anak laki laki : (aqiqahnya) 2 ekor kambing yang setara (sama besar), dan untuk anak perempuan
seekor kambing.
Tirmidzi Kitabul Adhaahi bab (16) Maa Jaa a fil Aqiiqah no 1513
Ibnu Maajah Kitabudz Dzabaaih bab 1 no 3162
5. JIKA MEMANG TIDAK MAMPU ATAU TIDAK ADA LAGI KAMBING , MAKA BOLEH SEEKOR SAJA.
ِ َع َّق َع ِن ْال َح َس ِن َو ْال ُح َسي-صلى هللا عليه وسلم- ِ َّاس َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ْن َك ْب ًشا َك ْب ًشا ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
صحيح لكن في رواية النسائي كبشين كبشين وهو األصح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , sesungguhnya Rasulullah saw beraqiqah buat Hasan r.a dan Husain r.a
masing masing 1 ekor kambing kibasy
Syaikh Al Albani berkata : Hadits ini shahih , tetapi di dalam riwayat An Nasai yang menyebutkan 2 ekor
kibasy adalah lebih shahih
ِ ْن َك ْب َشي
ْن ِ َع َّق َع ِن ْال َح َس ِن َو ْال ُح َسي-صلى هللا عليه وسلم- ِ َّاس َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ِ ْن رضي هللا عنهما بكبشين َك ْب َشي ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , dia berkata : Rasulullah saw beraqiqah buat Hasan r.a dan Husain r.a
masing masing 2 ekor kambing kibasy
Hadits shahih riwayat Nasaai dalam Sunanul Kubra jilid 3 hal 76 Kitabul Aqiiqah bab 5 no 4545.
Bersumber dari Siba’ bin Tsabit , bahwasanya Muhammad bin Tsabit bin Siba’ memberitahukan
kepadanya bahwa Ummu Kurzin r.a berkata kepadanya, sesungguhnya dia bertanya kepada Rasulullah
saw tentang aqiqah, maka Rasulullah saw bersabda :
Untuk anak laki laki 2 ekor kambing dan untuk anak perempuan 1 ekor. Dan tidak mengapa kambingnya
jantan atau betina
7. HUKUMNYA AQIQAH ADALAH SUNNAH. BAGI YANG MENINGGALKAN AQIQAH , DIA TIDAK BERDOSA .
HANYA SAJA DIA TELAH KEHILANGAN KEUTAMAAN YANG BANYAK.
َو َكَأ َّن ُه َك ِر َه.» َال ُيحِبُّ ْال ُع ُقوق َ َ َع ِن ْال َعقِي َق ِة َف َقا َل « ِإنَّ هَّللا-صلى هللا عليه وسلم- ِ ب َعنْ َأ ِبي ِه َعنْ َج ِّد ِه َقا َل سُِئ َل َرسُو ُل هَّللا ُ ْن
ٍ ش َع ْي ِ َعنْ َعمْ ِرو ب
ان َو َع ِن َأ َ ْ ْ ْ َ ْ َأ ُ ْ َأ َ َ َأ
ِ َقا َل « َمنْ َحبَّ ِمنك ْم نْ َينسُكْ َعنْ َول ِد ِه َفل َيف َع ْل َع ِن ال ُغال ِم َشا َت.ُك َعنْ َح ِد َنا يُول ُد له
3ِ ان ُم َكا َف َت َأ َّ هَّللا
َ االِسْ َم َقالُوا َيا َرسُو َل ِ ِإن َما َنسْ ل
ُ
ار َي ِة َشا ًة ِ ْال َج
إسناده حسن: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Amru bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya , dia berkata : Rasulullah saw ditanya
tentang aqiqah, maka beliau saw bersabda : Allah tidak menyukai ‘uquq (kedurhakaan), seolah olah
beliau saw tidak suka nama itu. Mereka berkata : Wahai Rasulullah , kami bertanya tentang salah
seorang dari kami yang melahirkan. Kemudian beliau saw bersabda : Barangsiapa diantara kalian yang
suka “berqurban” buat anaknya, maka lakukanlah. Untuk anak laki laki 2 ekor kambing yang setara
(sama besar) dan untuk anak perempuan seekor kambing.
Hadits riwayat Ahmad 2/ 182 no 6674 dengan sanad yang hasan
ت َأ ِبى ب َُر ْي َد َة َيقُو ُل ُك َّنا فِى ْال َجا ِهلِ َّي ِة ِإ َذا
ُ ْْن َح َّد َثنِى َأ ِبى َح َّد َث َنا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ ب َُر ْي َد َة َقا َل َسمِع َ ت َح َّد َث َنا َعلِىُّ بْنُ ْالح
ِ ُسي ِ َح َّد َث َنا َأحْ َم ُد بْنُ م َُح َّم ِد ب
ٍ ْن َث ِاب
ْأ ْأ
ٍ وُ لِدَ َأل َح ِد َنا ُغالَ ٌم َذ َب َح َشا ًة َولَ َط َخ َر َس ُه ِبدَ ِم َها َفلَمَّا َجا َء هَّللا ُ ِباِإلسْ الَ ِم ُك َّنا َن ْذ َب ُح َشا ًة َو َنحْ ل ُِق َر َس ُه َو َن ْل َط ُخ ُه ِب َزعْ َف َر
ان
حسن صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Abdullah bin Buraidah r.a, dia berkata : Aku mendengar ayahku Buraidah berkata :
Ketika kami dulu masih berada di zaman jahiliyah, apabila salah seorang diantara kami dikaruniai anak ,
maka dia menyembelih kambing dan mengolesi kepala anak tersebut dengan darahnya. Ketika Allah
memberikan kepada kami dengan Islam, maka kami menyembelih kambing lalu kami cukur rambut anak
kami dan mengolesinya dengan za’faron
9. TAHNIK :
Yaitu mengolesi langit langit yang sebelah atas dari bayi tersebut dengan makanan yang manis
ُ َفَأ َتي، َقا َل وُ لِدَ لِى ُغالَ ٌم- رضى هللا عنه- َعنْ َأ ِبى مُو َسى
َو َد َعا لَ ُه، ه ِب َت ْم َر ٍة3ُ َف َح َّن َك، َف َسمَّاهُ ِإب َْراهِي َم- صلى هللا عليه وسلم- َّْت ِب ِه ال َّن ِبى
ْ
َِّبال َب َر َك ِة َو َد َف َع ُه ِإلَى
Bersumber dari Abu Musa r.a dia berkata : Aku mendapatkan anak , maka aku mendatangi Nabi saw
dengan anakku. Lalu Nabi saw memberinya nama Ibrahim , kemudian Nabi saw man tahniknya dengan
korma dan mendo’akannya agar diberikan keberkahan. Lalu dikembalikannya anak itu kepadaku
َ « ْال َعقِي َق ُة ُت ْذ َب ُح ِل َسب ٍْع َوَألرْ َب َع َع ْش َر َة َوِإلحْ دَى َوعِ ْش ِر: َقا َل-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن ب َُريْدَ َة َعنْ َأ ِبي ِه َع ِن ال َّن ِبى
ين ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
Bersumber dari Abdullah bin Buraidah r.a dari ayahnya dari Nabi saw yang bersabda : Aqiqah itu
disembelih pada hari ke 7 , dan hari ke 14 , dan hari ke 21
Hadits ini dha’if karena dalam sanadnya ada rawi yang dha’if bernama : Ismail bin Muslim Al Makkiy
yang sering melakukan kesalahan dalam periwayatan
Syaikh Nashiruddin Al Albani dalam Kitab Irwa’ no 1170 berkata : Hadits ini dhaif
َب ْل ال ُّس َّن ُة، اَل: ت عَاِئ َش ُة َرضِ َي هللاُ َع ْن َها ْ َدَت ا ْم َرَأةُ َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن َن َحرْ َنا َج ُزورً ا َف َقال
ْ َْن َأ ِبى َب ْك ٍر إنْ َول
ِ آل َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن بِ ْت ام َْرَأةٌ مِن ِ َن َذ َر
َ َِّق َو ْل َي ُكنْ َذل ْ ْأ ْ ُ
َ ار َي ِة َشاةٌ ُت ْق َط ُع جُذواًل َواَل ُي ْك َس ُر لَ َها َعظ ٌم َف َي ُك ُل َويُط ِع ُم َو َي َت َ َأ ْف
َّاب ِع َفِإنْ لَ ْمِ ك َي ْو َم الس ُ صد ِ ان َو َع ِن ْال َج ِ ض ُل َعنْ ْالغُاَل ِم َشا َت
ِ ان ُم َت َكافَِئ َت
َ َي ُكنْ َففِي َأرْ َب َع َة َع ْش َر َفِإنْ َل ْم َي ُكنْ َففِي إحْ دَى َوعِ ْش ِر
ين
هذا حديث صحيح اإلسناد و لم يخرجاه
صحيح: تعليق الحافظ الذهبي في التلخيص
Bersumber dari Atha’ dari Ummu Kurzin dan Abu Kurzin bahwa mereka berkata :
Seorang perempuan dari keluarga Abdurrahman bin Abu Bakar pernah bernadzar bahwa jika istri
Abdurrahman melahirkan maka kami menyembelih seekor onta. Maka Aisyah r.a berkata : Jangan
lakukan hal itu. Mengikut sunnah adalah lebih utama : Yaitu buat bayi laki laki (aqiqahnya) 2 ekor
kambing yang seimbang dan bagi bayi perempuan seekor kambing. Dan jangan dipecahkan tulangnya.
Hendaknya dia makan (dagingnya) dan memberi makan (kepada orang lain) serta bershadaqah.
Dan laksanakanlah penyembelihan kambing itu pada hari ke 7 dari kelahirannya. Kalau tidak bisa , maka
pada hari ke 14 dan kalau tidak bisa maka pada hari ke 21.
Hadits riwayat Al Hakim dalam Al Mustadrak jilid 5 halaman 338 Kitabudz Dzabaa-ih no 7669
• Yang pertama : Sanadnya munqathi’ (terputus). Atha’ tidak pernah berjumpa dengan Ummu
Kurzin
• Yang kedua : lafadznya Syadz (ganjil). Karena telah diriwayatkan dari Aisyah dengan 2 jalan
tanpa ada kalimat tambahan Tuqaththa’u dst.
Dan dhairnya kalimat tersebut adalah perkataan Atha’… Dan hal ini dikuatkan dengan penjelasan ‘Aamir
Al Ahwal kemudian Atha’ berkata …..
ان َو َع ِن 3ِ ان ُم َكا َفَأ َتِ « َع ِن ْال ُغالَ ِم َشا َت: -صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َقا َل َرسُو ُل هَّللا ْ ََعنْ َعام ٍِر اَألحْ َو ِل َعنْ َع َطا ٍء َعنْ ُأ ِّم ُكرْ ٍز َرضِ َى هَّللا ُ َع ْن َها َقال
ُ ِإ َذا َذ َبحْ تَ َفقُ ْل ِبسْ ِم هَّللا ِ َوهَّللا: ظ ُّن ُه َقا َل َو ُت ْط َب ُخ َقا َل َو َقا َل َع َطا ٌء
ُ ُت َق َّط ُع ُجدُوالً َوالَ ُي ْك َس ُر لَ َها َع ْظ ٌم َأ: ان َع َطا ٌء َيقُو ُل
ِ ْال َج
َ َقا َل َو َك.» ٌار َي ِة َشاة
ى َ َور ُِو.ان ِ ير ْ ْ ْ
َ آرابًا َو ُتط َب ُخ ِب َما ٍء َومِل ٍح َو ُي ْهدِى فِى ال ِج َ آرابًا َّ ْ َأ َ
َ ُت َقط ُع: ْج َعنْ َعطا ٍء َّن ُه َقا َل فِى ال َعقِي َق ِة ِ َأ ْك َب ُر َه ِذ ِه َعقِي َقة فُالَ ٍن َوفِى ِر َوا َي ِة اب
ُ
ٍ ْن ج َُري
ْن َع ْب ِد هَّللا ِ مِنْ َق ْولِ ِه ِ ك َعنْ َج ِاب ِر ب َ ِفِى َذل
Bersumber dari ‘Aamir Al Ahwal dari Atha’ dari Ummu Kurzin r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Bagi bayi lakii laki (aqiqahnya) 2 ekor kambing yang seimbang dan bagi bayi perempuan seekor kambing.
Hadits riwayat Al Baihaqi dalam As Sunanul Kubra jilid 14 halaman 258 no 19827
DARI SAYA :
Yang paling utama adalah menyembelih kambing sebagai aqiqah adalah pada hari ke 7 dari kelahiran
bayi.
Hadits tentang dibolehkannya menyembelih pada hari ke 14 dan ke 21 tidak sunyi dari perselisihan
tentang shahih dan tidaknya.
Sebaiknya umat Islam mempersiapkan diri dengan cara menabung sejak diketahuinya kehamilan sejak
dini sehingga sunnah Nabi saw dapat diamalkannya sebaik baiknya.
َع َّق َعنْ َن ْفسِ ِه َبعْ َد ال ُّنبُوَّ ِة-صلى هللا عليه وسلم- َّ َأنَّ ال َّن ِبى: س َرضِ َى هَّللا ُ َع ْن ُه
ٍ َعنْ َأ َن
Bersumber dari Anas r.a , sesungguhnya Nabi saw beraqiqah buat dirinya setelah beliau saw menjadi
Nabi
Hadits riwayat Baihaqi kitabudh Dhahaaya bab 43 no 19273,
Hadits ini dha’if karena dalam sanadnya ada rawi yang matruk bernama Abdullah bin Muharrar
3. MEMBERI NAMA :
ء آبَاِئ ُك ْم3ِ « ِإ َّن ُك ْم ُت ْد َع ْو َن َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة ِبَأسْ مَاِئ ُك ْم َوَأسْ َما-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن َأ ِبى َز َك ِريَّا َء َعنْ َأ ِبى الدَّرْ دَ ا ِء َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
» َفَأحْ سِ ُنوا َأسْ َما َء ُك ْم.
َقا َل َأبُو َداوُ َد ابْنُ َأ ِبى َز َك ِريَّا َء لَ ْم ي ُْد ِركْ َأ َبا الدَّرْ َدا ِء
ضعيف: قال الشيخ األلباني
إسناده ضعيف: قال حسين سليم أسد
إسناده ضعيف النقطاعه فإن عبد هللا بن أبي زكريا لم يسمع من أبي الدرداء: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abdullah bin Abu Zakariyya dari Abud Darda’ , dia berkata :
Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya kalian akan dipanggil pada hari qiyamat dengan nama kalian
dan nama bapak kalian. Oleh karena itu baguskanlah nama kalian
Imam Abu Dawud berkata : Abdullah bin Abi Zakariya , dia tidak bertemu dengan Abud Darda’ r.a
( dengan demikian sanadnya terputus )
Bersumber dari Abdullah bin Umar r.a, dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya nama yang
paling dicintai Allah adalah : Abdullah dan Abdurrahman
َمنْ وُ لِ َد َل ُه: َقا َل َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم: َقا َل، ْن َ َعنْ ح، ِ ْن ُع َب ْي ِد هَّللا
ٍ ُسي ِ َعنْ َط ْل َح َة ب، ْن َسال ٍِم ِ َعنْ َمرْ َو، عن َيحْ َيى بْنُ ْال َعال ِء
ِ ان ب
ُأ َ ْ ُ ُأ َأ ْ ُ ُأ َّ
ِّ ل ْم َتضُرَّ هُ ُّم ال، َف ذ َن فِي ذ ِن ِه ال ُي ْم َنى َو َقا َم فِي ذ ِن ِه اليُسْ َرى َأ
ِ ص ْب َي
ان
( وفيه مروان بن سالم الغفارى متروك، وابن عساكر عن السيد الحسين، وابن السنى فى عمل يوم وليلة، )أبو يعلى
Barangsiapa yang dikaruniai anak, lalu dia adzan di telinga kanan anak tersebut dan iqamat di telinga
kirinya maka dia tidak akan diganggu Ummush Shibyaan ( jin )
Syaikh Al Albani berkata : Maudhu’ ( hadits palsu = bukan sabda Nabi saw ), karena dalam sanadnya ada
rawi bernama Yahya bin Al ‘Ala’
Lihat :
ُأ
صالَ ِةَّ ة ِبال3ُ ِين َولَ َد ْت ُه َفاطِ َم ِ َأ َّذ َن فِى ُذ ِن ْال َح َس ِن ب-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْت َرسُو َل هَّللا
َ ْن َعلِىٍّ ح ُ ْن َأ ِبى َراف ٍِع َعنْ َأ ِبي ِه َقا َل َرَأي
ِ عنْ ُع َب ْي ِد هَّللا ِ ب.
َ
صحِي ٌحَ ٌِيث َح َسن ٌ َقا َل َأبُو عِ ي َسى َه َذا َحد
Bersumber dari Ubaidillah bin Abi Rafi’ dari ayahnya , dia berkata : Aku melihat Rasulullah saw
melakukan adzan di telinga Al Hasan seperti adzan untuk shalat ketika dia dilahirkan oleh Fathimah r.a
Riwayat Tirmidzi Kitabul Adhaahi bab 17 no 1514, dia berkata : hadits hasan shahih
Baihaqi dalam Syu’abul Iman dan dia berkata : kedua hadits tersebut dalam sanadnya ter
dapat kedha’ifan
Syaikh Al Albani pada awalnya menilai hadits ini derajatnya hasan, tetapi belakangan beliau meralatnya ,
dan berkata bahwa derajatnya adalah dha’if ( Silsilah Adh Dhai’fah no 321) .
KESIMPULAN :
1. Aqiqah untuk diri sendiri setelah dewasa, banyak dari para ulama yang membolehkan.
2. Aqiqah untuk orang yang sudah wafat , tidak saya dapati sebagai bagian dari ajaran Nabi saw.
3. Aqiqah harus dilakukan pada hari ke 7 dari kelahiran bayi. Jika pada hari itu tidak memiliki
kemampuan untuk mengamalkannya , maka saya memilih untuk tidak mengamalkannya pada hari
lainnya.
Wallahu A’lam.
Assalamualaikum pak ustadz,...saya ingin bertanya sampai umur berapa bulan / tahun batas anak untuk
di aqiqahkan . Karena hingga sekarang anak saya sudah berumur 8 tahun belum di aqiqahkan . Apakah
bisa diganti dengan qurban saja . Mohon jawabanya pak ustadz...jazakallahu khair..
Maka jawabannya juga sama dengan jawaban saya terhadap pertanyaan Erna. Silakan diperiksa.
Hanya saja ada tambahan pertanyaan dari Erna : Apakah anak yang belum diaqiqahkan diganti dengan
qurban saja.
JAWAB : Aqiqah dan qurban adalah ibadah yang berbeda. Maka aqiqah tidak dapat diganti dengan
qurban. Saya sudah membuat uraian tentang hal ini ketika menjawab pertanyaan Saiful Bahri . Saya
kutipkan lagi jawaban yang pernah saya sampaikan kepada Saiful Bahri :
A) AQIQAH
- Dikaitkan dengan bayi yang baru lahir (pada hari ke 7 dari kelahirannya).
Bersumber dari Salman bin ‘Amir Adh Dhabiyyi r.a , dia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw
bersabda : Bersama kelahiran bayi ada aqiqahnya, maka sembelihlah hewan , dan singkirkanlah kotoran
darinya ( cukurlah rambutnya )
َقا َل « ُك ُّل ُغالَ ٍم َرهِي َن ٌة ِب َعقِي َق ِت ِه ُت ْذ َب ُح َع ْن ُه َي ْو َم َس ِاب ِع ِه َويُحْ لَ ُق َو ُي َسمَّى-صلى هللا عليه وسلم- ِ ب َأنَّ َرسُو َل هَّللا
ٍ ْن ُج ْن ُد
ِ » َعنْ َسم َُر َة ب
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح رجاله ثقات رجال الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Samurah bin Jundub r.a , Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda :
Setiap bayi yang lahir, tergadai dengan aqiqahnya , yang disembelih pada hari ke 7 dari kelahirannya,
dan dicukur rambutnya serta diberi nama (pada hari itu)
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabudl Dlahaayaa bab (21) Fil Aqiiqah no 2840
B) QURBAN
Barangsiapa yang menyembelih setelah shalat ( ‘Ied ), maka telah sempurna qurbannya dan sesuai
dengan sunnah kaum muslimin
ِ َقا َل « ُك ُّل َأي َِّام ال َّت ْش ِر-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن م ُْطع ٍِم َع ِن ال َّن ِبى
يق َذ ْب ٌح ِ ْن مُو َسى َعنْ ُج َبي ِْر ب َ َعنْ ُسلَ ْي َم
ِ ان ب
صحيح: تحقيق األلباني
حديث صحيح لغيره وهذا إسناده ضعيف: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Sulaiman bin Musa dari Jubair bin Muth’im dari Nabi saw yang
Sanad hadits ini munqathi’, karena Sulaiman bin Musa tidak pernah bertemu dengan Jubair bin Muth’im
r.a.
Imam Al Hafidz Ibnu Hajar Al ‘Asqalani mengatakan bahwa hadits ini juga diriwayatkan oleh Imam Ad
Daraaquthniy dengan sanad yang bersambung dan dengan rawi rawi yang tsiqah.
Syaikh Al Albani menilainya hasan dalam Silsilah Ash Shahihah no 2476 , sedangkan dalam Shahih Wadh
Dha’if Al Jaami’ush Shaghiir no 8666 beliau menilainya shahih.
Wallahu a’lam
Lihat :
* Kitab Fat-hul Baari jilid 13 halaman 10
Bersumber dari Muhammad dari Anas bin Malik r.a, dia berkata :
Sesungguhnya Rasulullah saw melakukan shalat pada hari raya qurban, kemudian berkhutbah dan
memerintahkan kepada orang orang yang menyembelih qurban sebelun shalat ( Ied ) agar mengulangi
penyembelihannya (yaitu menyembelih qurban lagi )
Penjelasan :
Kalimat “hendaknya dia mengulanginya” maknanya : hendaknya dia menyembelih hewan lain sebagai
gantinya , karena hewan qurban yang disembelih sebelum shalat Ied tidak sah sebagai qurban.
Bersumber dari Al Barra’ bin ‘Aazib r.a, sesungguhnya menyembelih qurbannya sebelum dia melakukan
shalat ‘Ied, maka Nabi saw bersabda : Kambingmu adalah kambing daging dan tidak termasuk ibadah
qurban sama sekali
Penjelasan :
Kalimat “kambingmu adalah kambing daging” maknanya : Qurbanmu tidak sah, dan kedudukan
kambingmu sama dengan kambing yang disembelih untuk dimakan dagingnya atau untuk dijual dan
tidak ada pahala qurbannya.
ٍ ه َيقُو ُل « َيا َأ ُّي َها ال َّناسُ َعلَى ُك ِّل َأهْ ِل َب ْي3ُ ت َف َسمِعْ ُت
ت فِى ُك ِّل َع ٍام ٍ ِب َع َر َفا-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن ُسلَي ٍْم َقا َل ُك َّنا وُ قُو ًفا َم َع ال َّن ِبى
ِ َعنْ م ِْخ َنفِ ب
ٌُأضْ ِح َية
Bersumber dari Mikhnaf bin Sulaim, dia berkata : Kami melakukan wuquf bersama dengan Nabi saw di
‘Arafah, lalu aku mendengar beliau saw bersabda : Wahai sekalian manusia, hendaknya setiap keluarga
menyembelih qurban setiap tahunnya
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabul Adhaa-hi bab 19 no 1518 (Dan ini adalah lafadhnya, dinilai shahih oleh
Syaikh Al Albani)
Bersumber dari ‘Umaarah bin Abdullah dia berkata : Aku mendengar ‘Atha’ bin Yasar berkata : Aku
bertanya kepada Abu Ayyub Al Anshari r.a tentang bagaimana qurban di zaman Nabi saw.
Maka dia menjawab : Pada zaman Nabi saw, seseorang berqurban dengan seekor kambing atas nama
dirinya beserta seluruh anggota keluarga di rumahnya. Lalu mereka memakan daging qurbannya dan
memberikan makan (kepada orang lain). Setelah itu manusia saling berbangga bangga ( berlebih
lebihan ) dengan qurbannya , maka jadilah pelaksanaan qurban itu sebagaimana engkau lihat sekarang
KESIMPULAN :
Dari uraian singkat ini , nampak oleh kita bahwa qurban berbeda dengan aqiqah.
Maka seseorang yang belum melaksanakan aqiqah , tidak salah jika dia berqurban pada hari Raya Adh-
ha.
Bahkan dia tidak boleh menunda qurbannya jika sudah mampu , dengan alasan belum diaqiqahkan oleh
orang tuanya.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
PERTANYAAN MIZAN
Assalamualaikum wr wb,
Ustadz, bagaimana hukum haji kedua dst, umrah kedua dst, kalo kita ada rejeki nya, apakah kita lebih
baik pergi haji / umrah kedua dst , untuk diri kita sendiri ????
Atau dana / uang utk haji / umrah kedua, dst kita tersebut kita gunakan untuk kegiatan ibadah lainnya,
misalnya sumbang masjid dsb (amal jariah), atau kita bantu orang lain / saudara untuk berhaji atau
berumrah, mana yang lebih baik ustadz, terima kasih,
Wassalamu’alaikum wr wb.
MANA YANG LEBIH BAIK , BERBAKTI KEPADA ORANG TUA ATAU TAAT KEPADA SUAMI ?
Maka jawabnya adalah : berbakti kepada orang tua atau taat kepada suami adalah 2 macam amal shalih
yang dipuji dalam Islam yang mana umat Islam harus mengamalkan kedua duanya.
Jika tidak mampu mengamalkan kedua duanya , baru kita amalkan salah satunya yang lebih prioritas ,
tanpa menganggap yang lainnya jelek.
Misalnya :
Seorang wanita hendaknya taat kepada suaminya dan berbakti kepada orang tuanya.
Tapi ;
Hal ini tidak berarti ikut ayah adalah tidak baik atau kurang baik. Istri ikut suami dikarenakan besarnya
haq suami atas dirinya melebihi haq orang tuanya.
Maka ketika dihadapkan kepada 2 pilihan tersebut, mesti dipilih yang prioritas tanpa menganggap yang
lainnya salah atau jelek.
Umrah dan shadaqah adalah 2 amal shalih yang dipuji dalam Islam.
Jika dia dalam suatu keadaan diharuskan untuk mengamalkan salah satunya , maka hendaknya memilih
yang prioritas :
Misalnya :
1. DALAM SUATU KAWASAN YANG PENDUDUKNYA SUDAH MAPAN SEMUA SERTA TIDAK ADA YANG
MEMBUTUHKAN SHADAQAH , MAKA ORANG YANG MEMILIKI BEKAL YANG CUKUP UNTUK UMRAH
HENDAKNYA BERANGKAT UMRAH PALING LAMA 5 TAHUN SEKALI.
ْت َعلَ ْي ِه فِي ْال َم ِع ْي َش ِة يَمْضِ ي ُ ْ ِإنَّ َعب ًْدا صَحَّ ح: ( قال هللا: َأنَّ رسول صلى هللا عليه و سلم قال: َِّعنْ َأ ِبى َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِرى
ُ ْت لَ ُه ِجسْ َم ُه َو َوسَّع
) َعلَ ْي ِه َخمْ َس ُة َأعْ َو ٍام اَل َيفِ ُد ِإلَيَّ لَ َمحْ ر ُْو ُم
Bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri r.a : Bahwasanya Rasulullah saw bersabda :
Allah berfirman : Sesungguhnya seorang hamba yang telah Aku sehatkan badannya dan telah aku
luaskan penghidupannya (rizqinya) sehingga berlalu atasnya 5 tahun kemudian dia tidak datang kepada-
Ku maka dia telah terhalang.
Hadits shahih riwayat Ibnu Hibban dalam Kitab shahihnya Kitabul Haj bab no 3703
ت َعلَ ْي ِه فِي ُ ْ َوَأ ْو َسع، ت َل ُه َب َد َن ُه َ ِإنَّ َع ْب ًدا أ: « َيقُ ْو ُل هللاُ َع َّز َو َج َّل: َأنَّ رسول صلى هللا عليه و سلم َقا َل: َِّعنْ َأ ِبى َسعِي ٍد ْال ُخ ْد ِرى
ُ ْص َحح
َ َأ َأ ُ َّ
َل ْم َيف ِْد إلي فيْ ك ِّل رْ َب َع ِة عْ َو ٍام ل َمحْ ر ُْو ٌم، رز ِق ْ ِّال
Bersumber dari Abu Sa’id Al Khudri r.a : Bahwasanya Rasulullah saw bersabda :
Allah berfirman : Sesungguhnya seorang hamba yang telah Aku sehatkan badannya dan telah aku
luaskan rizqinya kemudian dia tidak datang kepada-Ku setiap 4 tahun sekali maka dia telah terhalang.
Hadits riwayat Ath Thabrani dalam Mu’jam Al Ausath jilid 1 halaman 151 hadits no 493
Imam Al Haitsami berkata : perwinya adalah perawi kitab Shahih
Lihat : Kitab Majma’uz Zawaaid jilid 3 halaman 356 Kitabul Haj bab 3 hadits no 5259
Penjelasan :
Kalimat َّ “ اَل َيفِ ُد ِإلَيdia tidak datang kepada-Ku” maknanya adalah أي ال يزور بيتي وهو الكعبة: Dia tidak
berziarah ke rumah-Ku yaitu Ka’bah (untuk haji atau umrah).
Kalimat “terhalang” maknanya : terhalang dari kebaikan atau keutamaan dari haji dan umrah, tambahan
pahala serta diampuni dosa dll.
Sebagian ulama berdalil dengan hadits ini untuk menyatakan wajibnya menunaikan ibadah haji setiap 5
tahun sekali bagi orang yang sehat badan dan luas rizqinya (kaya)
Lihat : Kitab Faidhul Qadir , Syarah terhadap Kitab Al Jaami’ush Shaghiir jilid 2 halaman 393 pada hadits
no 1930
Dari saya :
Kewajiban haji sudah disepakati oleh umat Islam hanya 1 kali seumur hidup. Maka hadits ini bukan
sebagai dalil tentang wajibnya haji berulang ulang , tetapi sebagai celaan dari Allah kepada qaum
Muslimin yang tidak mau berziarah ke Baitullah di Makkah padahal Allah telah sehatkan badannya dan
telah mencukupkan rizqinya. Seakan dia kurang mencintai Allah.
Kurang dalam semangat mencari kebaikan. Padahal kebaikan yang Allah siapkan dalam ibadah haji dan
umrah sangat banyak, baik untuk kehidupan dunianya maupun akhiratnya.
BETAPA TIDAK :
- SHALAT DI MASJIDIL HARAM PAHALANYA 100.000 KALI LIPAT DARI MASJID LAINNYA SEDANGKAN DI
MASJID NABAWI 1000 KALI LIPAT.
Bersumber dari Jabir r.a , sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Shalat di masjidku ini adalah lebih
utama 1.000 kali lipat dibanding shalat dimasjid lainnya kecuali di Masjidil Haram. Dan shalat di Masjidil
Haram adalah lebih utama 100.000 kali lipat dibanding masjid lainnya.
Hadits shahih riwayat Ibnu Majah Kitabu Iqamatish Shalah bab 195 no 1406
- ORANG YANG MENUNAIKAN HAJI / UMRAH DIJANJIKAN TIDAK AKAN JATUH MISKIN.
- ORANG YANG MENUNAIKAN HAJI / UMRAH DIJANJIKAN AKAN DIAMPUNI DARI DOSA DOSA
َأ ْو، ب هللاُ َل ُه ِب َها َح َس َن ًةَ ض ُع َي ًدا ِإاَّل َك َتَ « َما َيرْ َف ُع ِإ ِب ُل ْال َحا ِّج ِرجْ اًل َواَل َي: النبي صلى هللا عليه وسلم يقول3 سمعت: قال، عن ابن عمر
ً َأ ْو َر َف َع ُه ِب َها َد َر َجة، َم َحا َ َع ْن ُه َس ِّيَئ ًة
Bersumber dari Ibnu Umar r.a dia berkata : Aku mendengar Nabi saw bersabda : Tidaklah onta yang
dikendarai orang yang berangkat haji mengangkat kakinya dan meletakkan tangannya, melainkan Allah
menetapkan baginya 1 kebaikan atau menghapus darinya 1 kesalahan atau mengangkat kedudukannya
1 derajat.
ث َولَ ْم َي ْفس ُْق َر َج َع َك َي ْو ِم َولَ َد ْت ُه ُأ ُّم ُه ُ ْ َقا َل َسمِع- رضى هللا عنه- َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة
ْ ُ َيقُو ُل « َمنْ َح َّج هَّلِل ِ َفلَ ْم َيرْ ف- صلى هللا عليه وسلم- َّت ال َّن ِبى
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Aku mendengar Nabi saw bersabda : Barangsiapa yang
menunaikan haji karena Allah , kemudian dia tidak melakukan rafats serta perbuatan fasiq, maka dia
akan kembali ke rumahnya seperti pada hari ketika dia dilahirkan oleh ibunya (bersih dari dosa dosa)
يل هَّللا ِ َو ْال َحا ُّج َو ْالمُعْ َت ِم ُر َو ْف ُد هَّللا ِ َد َعا ُه ْم َفَأ َجابُوهُ َو َسَألُوهُ َفَأعْ َطا ُه ْم ِ َقا َل « ْالغ-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن ُع َم َر َع ِن ال َّن ِبى
ِ َازى فِى َس ِب ِ َع ِن اب
حسن: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Ibnu Umar r.a dari Nabi saw yang bersabda : Pejuang di jalan Allah, orang yang
menunaikan ibadah haji serta orang yang menunaikan ibadah umrah adalah para tamu Allah.
Dan jika mereka meminta kepada Allah maka Allah akan memberikannya kepada mereka
Kesimpulan :
- Umat Islam yang mampu dalam masalah kesehatan dan hartanya , disyari’atkan berziarah ke Baitullah
untuk haji atau umrah setiap 4 atau 5 tahun sekali.
- Melakukan haji atau umrah berulang setiap sekurangnya 5 tahun sekali tidak melanggar hukum Allah
dan Rasul-Nya saw.
- Bahkan bagi yang mengingkari bepergian ke Baitullah setiap 5 tahun sekali padahal dia mampu bekal
dan fisik , dia dicela dalam Islam. Karena dianggap kurang cintanya kepada kebaikan , karena
keberangkatan ke tanah suci disediakan kebaikan yang sangat banyak untuk kepentingan dunia dan
akhiratnya.
Tapi semua itu dengan catatan : kewajibannya kepada sesama telah ditunaikan.
Jika dia umrah , tidak ada lagi dana yang bisa dipakai untuk membantu kesulitan orang yang berada di
kawasan tempat tinggalnya.
Dalam kondisi ini saya memilih menshadaqahkan dana tersebut untuk membantu kesulitan orang lain.
Maka dia dapat melaksanakan 2 kebaikan sekaligus. Pahala shadaqah , dan melepaskan muslim lainnya
dari kesulitan.
Gagalnya seorang Muslim untuk berangkat umrah karena membantu kesulitan saudaranya , insya Allah
akan diganti oleh Allah swt dengan pertolongan kepadanya di dunia dan di akhirat , yang tidak akan
kalah dengan kebaikan atau balasan umrah yang seharusnya didapatkannya.
Barangsiapa yang memudahkan urusan seorang yang sedang kesulitan maka Allah akan memudahkan
urusannya di dunia dan di akhirat.
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabudz Dzikri wad Du’aa’ bab 11 no 2699
1. SEORANG MUSLIM YANG BAIK HARUS BERDAYA GUNA TERHADAP LINGKUNGAN YANG ADA DI
SEKITARNYA (MEMILIKI KEPEKAAN SOSIAL YANG TINGGI).
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi
sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab,
nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang
miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang
menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan
dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang
yang bertaqwa.
َأ ُ
ِين ِ َّقُ ْل ِإنَّ َربِّي َي ْبسُط الرِّ ْزقَ لِ َمنْ َي َشا ُء مِنْ عِ َبا ِد ِه َو َي ْق ِد ُر لَ ُه َو َما ْن َف ْق ُت ْم مِنْ َشيْ ٍء َفه َُو ي ُْخلِفُ ُه َوه َُو َخ ْي ُر الر
َ ازق
Katakanlah: "Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara
hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang
kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.
Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah
adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir : seratus biji.
Allah melipat gandakan (balasan) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengetahui.
Sesungguhnya orang-orang yang bershadaqah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan
kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya akan dilipat gandakan (pembayarannya) kepada mereka, dan
bagi mereka pahala yang banyak.
Al Qur’an surah Al Hadiid ayat 18
ِإنْ ُت ْق ِرضُوا هَّللا َ َقرْ ضًا َح َس ًنا ُيضَاعِ ْف ُه لَ ُك ْم َو َي ْغفِرْ َل ُك ْم َوهَّللا ُ َش ُكو ٌر َحلِي ٌم
Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan
(pembalasannya) kepadamu dan mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pembalas Jasa lagi Maha
Penyantun.
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa bershadaqah setara
dengan sebiji kurma dari usaha yang baik (halal) – dan Allah tidak menerima kecuali yang baik(halal) -
maka sesungguhnya Allah akan menerimanya dengan tangan kanannya selanjutnya Allah akan
menyuburkannya untuk pemiliknya sebagaimana seseorang diantara kalian mengembang biakkan anak
kuda sehingga akhirnya menjadi sepenuh gunung
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabuz Zakah bab 8 no 1410 ( ini lafadznya )
Harta tidak akan berkurang karena ( dikeluarkan ) shadaqahnya. Dan tidaklah seseorang memberi ma’af
melainkan Allah akan menambah kemuliaan kepadanya, dan tidaklah seseorang berlaku tawadhdhu’
karena Allah melainkan Allah akan meninggikan (derajatnya )
Hadits shahih riwayat Muslim kitabul birr wash shilah wal aadaab bab 19 no 2588
« َيقُو ُل-صلى هللا عليه وسلم- ِ َأ َّن ُه َسم َِع َرسُو َل هَّللا-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا 3ِ ْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْال َي َزنِىِّ َح َّد َثنِى َبعْ ضُ َأصْ َحا
ِ ب َرس ِ َعنْ َمرْ َث ِد ب
ص َد َق ُت ُه ْ
َ ِن َي ْو َم القِ َيا َم ِة ْ
ِ ِإنَّ ظِ َّل المُْؤ م
حديث صحيح: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Martsad bin Abdullah Al Zaraniy dia berkata : telah mengkhabarkan kepadaku salah
seorang dari shahabat Rasulullah saw bahwa dia mendengar Rasulullah saw bersabda :
Sesungguhnya yang akan menaungi seorang mukmin pada hari qiyamat adalah shadaqahnya
Wallahu A’lam
21/09/16, 11.41 - +62 812-5022-2229: Trmksh Ustad, atas pencerahannya, semoga Ustad dan Keluarga
serta seluruh Jamaah dan Keluarga Forum Selasa malam Rabu, selalu Sehat wal Afiat dan didalam
Lindungan Allah SWT, Amiin ya Rabbal Alamiin.
PERTANYAAN WAHYUDI
Ustadz, saya mau tanya semoga tidak mengganggu kesibukan ustadz di tanah suci:
Bacaan tahiyat awal dan tahiyat akhir apakah sama panjangnya atau setengah dari panjangnya bacaan
tahiyatul akhir
Karena saya pernah baca, semestinya bacaan yang kita baca pada tahiyat awal sama dengan yang kita
baca pada tahiyat akhir.
Kalau dicermati , masalah yang diperselisihkan mengarah kepada sebuah persoalan , yaitu bacaan
shalawatnya. Apakah pada tahiyyat awal membaca shalawat atau tidak ?
Diantara alasannya :
ِْن َكَأ َّن ُه َعلَى الرَّ ضْ ف ان فِى الرَّ ْك َع َتي ُأل
َ َك-َعنْ َأ ِبى ُع َبيْدَ َة َعنْ َأ ِبي ِه َأنَّ ال َّن ِبىَّ –صلى هللا عليه وسلم
ِ ْن ا ولَ َيي
ِ
ضعيف: قال الشيخ األلباني
إسناده ضعيف النقطاعه: تعليق شعيب األرنؤوط
ُون َأنْ الَ يُطِ ي َل الرَّ ُج ُل ْالقُعُو َد فِى َ َو ْال َع َم ُل َعلَى َه َذا عِ ْن َد َأهْ ِل ْالع ِْل ِم َي ْخ َتار.ِِيث َح َسنٌ ِإالَّ َأنَّ َأ َبا ُع َبيْدَ َة لَ ْم َيسْ َمعْ مِنْ َأ ِبيه َ َِقا َل َأبُو ع
ٌ يسى َه َذا َحد
ْن َوالَ َي ِزي َد َعلَى ال َّت َش ُّه ِد َش ْيًئ ا الرَّ ْك َع َتي ُأل.
ِ ْن ا ولَ َيي
ِ
َ َه َك َذا ر ُِو.َو َقالُوا ِإنْ َزادَ َعلَى ال َّت َش ُّه ِد َف َعلَ ْي ِه َسجْ َد َتا ال َّسه ِْو
ى َع ِن ال َّشعْ ِبىِّ َوغَ ي ِْر ِه
وأحمد واألربعة والحاكم من رواية أبي عبيدة بن عبد هللا بن مسعود عن أبيه وهو منقطع ألن أبا عبيدة لم يسمع من أبيه3ورواه الشافعي
قال شعبة عن عمرو بن مرة سألت أبا عبيدة هل تذكر من عبد هللا شيئا قال ال
Bersumber dari Abu ‘Ubaidah dari bapaknya (Ibnu Mas’ud) r.a, bahwa apabila Nabi saw (duduk) pada
dua raka’at pertama, SEAKAN AKAN BELIAU SAW DUDUK DIATAS BARA API
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabush shalah bab 270 no 366 shalaah bab (4) shifatish shalaah no 406
Semua riwayat tersebut dinilai dla’if oleh Syaikh Al Albani dan Al Arnauth ,
(Sanadnya munqathi’, Abu Ubaidah tidak pernah mendengarnya dari bapaknya yaitu Ibnu Mas’ud r.a)
Kitab Talkhiish Al Khabiir Kitabush Shalah bab (3) Shifat Shalah no 407
Kalimat “ SEAKAN AKAN DUDUK DI ATAS BARA API “ difahami dengan makna sebentar, tidak perlu
membaca shalawat
َ َف ْال َتفَت. ال َّسالَ ُم َعلَى فُالَ ٍن َوفُالَ ٍن، ف ال َّن ِبىِّ – صلى هللا عليه وسلم – قُ ْل َنا ال َّسالَ ُم َعلَى ِجب ِْري َل َومِي َكاِئي َل َ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ قال ُك َّنا ِإ َذا
َ صلَّ ْي َنا َخ ْل
َّ ات َو
ُ الط ِّي َب
ات ُ صلَ َو ُ صلَّى َأ َح ُد ُك ْم َف ْل َيقُ ِل ال َّت ِحي
َّ َوال، ِ َّات هَّلِل َ َفِإ َذا، ِإلَ ْي َنا َرسُو ُل هَّللا ِ – صلى هللا عليه وسلم – َف َقا َل « ِإنَّ هَّللا َ ه َُو ال َّسالَ ُم
َ ال َّسالَ ُم َعلَ ْي َنا َو َعلَى عِ َبا ِد هَّللا ِ الصَّالِح، ْك َأ ُّي َها ال َّن ِبىُّ َو َرحْ َم ُة هَّللا ِ َو َب َر َكا ُت ُه
َفِإ َّن ُك ْم. ِين َ ال َّسالَ ُم َعلَي، ْك َأ ُّي َها ال َّن ِبىُّ َو َرحْ َم ُة هَّللا ِ َو َب َر َكا ُت ُه
َ ال َّسالَ ُم َعلَي
َأ َأ هَّللا َأ
َو ْش َه ُد نَّ م َُحم ًَّدا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُ ُه، ُ َّض ْش َه ُد نْ الَ ِإلَ َه ِإال َأ َأل
ِ ْصال ٍِح فِى ال َّس َما ِء َوا ر هَّلِل
َ ِ ت ُك َّل َع ْب ٍد ْ صا َب َأ
َ ِإ َذا قُ ْل ُتمُو َها
Bersumber dari Abdullah r.a , dia berkata : Bahwasanya kami apabila shalat di belakang Nabi saw , kami
mengucapkan “ Assalaamu ‘alaa Jibriil wa Mikail. Assalaamu ‘alaa fulan wa fulan.
Sesungguhnya Allah adalah Ass Salaam. Apabila seseorang diantara kalian shalat, ucapkanlah :
“ Attahiyyatu lillah wash shalawaatu wath thayibatu. Assalaamu alaika ayyuhan Nabiyyu warahmatullahi
wabarakatuh. Assalaamu alainaa wa alaa ‘ibaadillahish shalihiin. Maka sesungguhnya jikalau kalian
mengucapkannya, hal itu meliputi semua hamba Allah yang shalih di langit dan di bumi. ( kemudian
membaca ) : Asyhadu an Laa ilaaha illallah wa asy hadu annaa Muhammadan ‘abduhu warasuuluhu.
PENJELASAN :
Dalam hadits di atas , Rasulullah saw mengajarkan bacaan ketika duduk tasyahhud yang hanya diakhiri
dengan bacaan syahadat , tanpa bacaan shalawat.
Maka bacaan ketika duduk pada 2 raka’at pertama ( tasyahhud awal ) hanya sampai syahadat , tanpa
tambahan shalawat.
ُورهُ َف َي ْب َع ُث ُه هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل ِل َما َشا َء َأنْ َي ْب َع َث ُه مِنْ اللَّي ِْل
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم سِ َوا َك ُه َو َطه َ ِ ُول هَّللاِ ت ُك َّنا ُن ِع ُّد ل َِرس ْ َْن ِه َش ٍام َأنَّ عَاِئ َش َة َقال ِ َعنْ َسعْ ِد ب
َّ هَّللا
صلى ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َم َو َي ْدعُو َب ْي َنهُنَّ َواَل َّ َ صلي َعلَى َن ِب ِّي ِه ِّ هَّللا َّ
َ ِيهنَّ ِإ عِ ْندَ الثا ِم َن ِة َو َيحْ َم ُد َ َو ُياَّل ف ُِس ل ْج ي
َ اَل ت
ٍ اعَ َ
ك ر
َ ع
َ ِْست ي ِّ ل ُص
َ ي و
َ ضُأ
َّ وَ َ
ت ي
َ وَ كُ َف َيسْ َتا
ِ
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َي ْدعُو ُث َّم ُي َسلِّ ُم َتسْ لِيمًا يُسْ ِم ُع َنا ُث َّم
َ ه
ِ يِّ ب
ِ َ
ن ى َ ل ع
َ يِّ ل ُصيو هَّللا
َ َ َ َ َ َ َ َُ
د م ْحي و اه و ْحنَ ً
ة م ل
ِ
َ َ ََ
ك ر ك َ ذ َ و ُ
د ع
ُ ق ْ يو
ََ َ َ
ة ع ِاس َّ
ت ال ي ِّ ل ص
َ َّ ي
ُ م ُ
ث ًا
م ِي ُي َسلِّ ُم َتسْ ل
ْن َوه َُو َقاعِ ٌد ْ
ِ ُصلي َرك َع َتي ِّ َ ي
صحيح: قال الشيخ األلباني
“Kami dulu mempersiapkan siwak dan perlengkapan bersucinya Nabi saw, setelah itu Allah
membangunkan Nabi saw di malam hari di waktu yang dikehendaki Nya .
Beliau saw lalu menggosok gigi dan berwudhu` dan shalat sembilan rakaat.
Beliau saw tidak duduk tahiyyat dalam sembilan rakaat itu selain pada rakaat kedelapan. Beliau saw
memuji Allah, dan bershalawat atas Nabi-Nya saw, dan berdo’a diantaranya, kemudian beliau saw
bangkit dan tidak mengucapkan salam.
Setelah itu beliau saw berdiri dan shalat untuk rakaat ke sembilannya, lalu duduk tahiyyat ( lalu perawi
menyebutkan kalimat yang serupa ) .
Kemudian beliau saw memuji Allah, dan bershalawat atas Nabi Nya saw, dan berdo’a, lalu beliau saw
mengucapkan salam dengan nyaring sampai terdengar oleh kami. Setelah itu beliau saw shalat dua
rakaat setelah salam sambil duduk
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabu Shalatil Musaafiriin bab 18 no 748
Dalam hadits di atas disebutkan dengan jelas bahwa Nabi saw membaca shalawat pada tahiyyat awal
dan tahiyyat akhir
PENJELASAN :
1. Tentang riwayat yang menyebutkan bahwa Nabi saw pada tahiyyat awal duduknya seperti diatas bara
api ( maksudnya hanya sebentar ) : Riwayat Abu Dawud no 995, Tirmidzi no 366, Nasai no 1176.
Hadits ini derajatnya dha’if , sanadnya munqathi’ ( terputus ). Abu Ubaidah tidak pernah mendengar
hadits ini dari bapaknya yaitu Ibnu Mas’ud r.a
Seandainya hadits ini shahih , tidak dapat diartikan bahwa Nabi saw tidak membaca shalawat pada
tahiyyat awal. Selain terdapat hadits yang menyatakan Nabi saw membaca shalawat dalam tahiyyat
awal ( Nasai no 1720, Ibnu Majah no 1191 ) , riwayat tersebut juga dapat diartikan bahwa duduk pada
tahiyyat akhir memang lebih lama dari tahiyyat awal karena pada tahiyyat akhir ada tambahan
ta’awwudz dan do’a .
ِ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َذا َف َر َغ َأ َح ُد ُك ْم م َِن ال َّت َش ُّه ِد اآلخ ِِر َف ْل َي َت َعوَّ ْذ ِباهَّلل ِ مِنْ َأرْ َب ٍع مِنْ َع َذا
ْب َج َه َّن َم َومِن َ ِ َعنْ َأ ِبي ه َُري َْر َة َيقُو ُل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ْ ْ ْ ْ ْ َ
ِ َّيح ال َّدج
ال ِ ِت َومِنْ َشرِّ المَس ِ ب ال َقب ِْر َومِنْ فِت َن ِة ال َمحْ َيا َوال َم َما ِ َعذا
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Apabila salah seorang diantara
kalian selesai dari ( membaca ) tasyahhud akhir maka hendaknya dia meminta perlindungan kepada
Allah ( berta’awwudz ) dari 4 perkara : Dari adzab jahannam dan dari adzab qubur, dan dari fitnahnya
hidup dan mati dan dari fitnahnya al masiih ad dajjal
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Masaajid bab 25 no 588 ( ini adalah lafadznya )
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Apabila salah seorang diantara
kalian (selesai dari) membaca tasyahhud akhir maka hendaknya dia meminta perlindungan kepada Allah
( berta’awwudz ) dari 4 perkara :
Dari adzab jahannam dan dari adzab qubur, dan dari fitnahnya hidup dan mati dan dari fitnahnya al
masiih ad dajjal, kemudian hendaknya dia berdo’a , meminta apa yang diinginkan buat dirinya
PENJELASAN :
Hadits hadits tentang tahiyyat akhir yang menjelaskan adanya tambahan bacaan permintaan
perlindungan kepada Allah dari 4 hal dan perintah agar berdo’a , membuat tahiyyat akhir menjadi lebih
lama daripada tahiyyat awal.
Maka jika tahiyyat awal dilakukan lebih singkat daripada tahiyyat akhir maka hal ini tidak berarti tidak
ada bacaan shalawatnya. Bahkan bacaan shalawat disyari’atkan pada tahiyyat awal sebagaimana yang
terdapat pada hadits shahih riwayat An Nasai no 1720.
Wallahu A’lam
2. Tentang riwayat bahwa Nabi saw mengajarkan bacaan tahiyyat hanya sampai syahadat saja, tidak ada
shalawatnya (Hadits shahih riwayat Al Bukhari no 831, Muslim no 402).
Kalimat yang diajarkan oleh Nabi saw kepada Abdullah bin Mas’ud r.a dan shahabat lainnya tersebut
adalah koreksi terhadap bacaan tasyahhud ( yang salah ) yang dibaca oleh sebagian shahabat ketika
shalat di belakang Nabi saw.
HAL INI SAMA SEKALI TIDAK MENGISYARATKAN BAHWA PADA TAHIYYAT AWAL TIDAK ADA BACAAN
SHALAWATNYA
KESIMPULAN :
1. Pendapat yang menyatakan bahwa pada tasyahhud awal tidak ada bacaan shalawat didasarkan pada
penafsiran terhadap hadits yang membicarakan tentang tasyahhud awal
2. Pendapat yang menyatakan bahwa pada tasyahhud awal ada bacaan shalawat karena adanya hadits
shahih yang difahami bahwa Rasulullah saw membaca shalawat pada tasyahhud awal. ( shahih Muslim
no 748 dll )
Padahal Rasulullah saw bersabda : Shalatlah kalian seperti kalian melihat aku shalat.
Wallahu A’lam.
Bagi umat Islam yang menerima pendapat tentang disyari’atkannya membaca shalawat pada tahiyyat
awal , ternyata memiliki redaksi yang beragam dalam bacaan shalawatnya.
1. YANG BERPENDAPAT BAHWA REDAKSI SHALAWAT PADA TAHIYYAT AWAL DAN TAHIYYAT AKHIR
ADALAH BERBEDA.
َ اللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل م َُح َّم ٍد
Maksudnya : tidak didapati hadits yang menjelaskan bahwa Nabi saw mengajarkan bacaan seperti ini
pada tahiyyat awal
2. YANG BERPENDAPAT BAHWA REDAKSI SHALAWAT PADA TAHIYYAT AWAL DAN TAHIYYAT AKHIR
ADALAH BERBEDA , TETAPI ADA TAMBAHAN SAYYIDINAA :
َ اللَّ ُه َّم
ِ ص ِّل َعلَى َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َو َعلَى
آل َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد
Maksudnya : tidak didapati hadits yang menjelaskan bahwa Nabi saw mengajarkan bacaan seperti ini
pada tahiyyat awal
3. YANG BERPENDAPAT BAHWA REDAKSI SHALAWAT PADA TAHIYYAT AWAL DAN TAHIYYAT AKHIR
ADALAH SAMA
َو َنحْ نُ عِ ْن َدهُ َف َقا َل َيا َرسُو َل هَّللا ِ َأمَّا-ُول هَّللا ِ –صلى هللا عليه وسلم ِ س َبي َْن َيدَىْ َرس َ َْن َعمْ ٍرو َقا َل َأ ْق َب َل َر ُج ٌل َح َّتى َجلِ َعنْ َأ ِبى َمسْ عُو ٍد ُع ْق َب َة ب
َح َّتى-ت َرسُو ُل هَّللا ِ –صلى هللا عليه وسلم َ ك َقا َل َف
3َ ص َم َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي
َ صالَ ِت َنا َ صلَّ ْي َنا فِى
َ ُك ِإ َذا َنحْ ن َ صلِّى َعلَ ْيَ ْف ُنَ ك َف َق ْد َع َر ْف َناهُ َف َكي
َ ال َّسالَ ُم َعلَ ْي
صليْتَ َعلَى ِإب َْراهِي َم َّ ُأل
ِ صلى َعلَى م َُح َّم ٍد ال َّن ِبىِّ ا مِّىِّ َو َعلَى
َ آل م َُح َّم ٍد َك َما ِّ َّ ُ َّ
َ صل ْي ُت ْم َعلَىَّ َفقُولوا الل ُه َّم َ َأحْ َب ْب َنا َأنَّ الرَّ ُج َل َل ْم َيسْ ل ُه ث َّم َقا َل « ِإذا ْن ُت ْم
َأ َ ُ ْ َأ
ك َحمِي ٌد َم ِجي ٌد ِ ار ْكتَ َعلَى ِإب َْراهِي َم َو َعلَى
َ آل ِإب َْراهِي َم ِإ َّن ُأل
َ اركْ َعلَى م َُح َّم ٍد ال َّن ِبىِّ ا مِّىِّ َك َما َب ِ آل ِإب َْراهِي َم َو َبِ َو
حديث صحيح: تعليق شعيب األرنؤوط
إسناده حسن: قال األعظمي
Bersumber dari Abi Mas’ud ‘Uqbah bin ‘Amr r.a , dia berkata : Seorang laki laki datang, kemudian duduk
didepan Rasulullah saw , dan ketika itu kami berada disana. Laki laki itu berkata : Ya Rasulullah saw,
tentang mengucap salam kepada engkau, kami sudah mengetahuinya, akan tetapi bagaimana caranya
kami mengucapkan shalawat kepada engkau didalam shalat kami ?
Maka Rasulullah saw diam, sehingga kami merasa , alangkah baiknya kalau laki laki itu tidak melontarkan
pertanyaan kepada Rasulullah saw.
Kemudian Rasulullah saw bersabda : Jika kalian bershalawat atasku, ucapkanlah :
Allahumma shalli alaa Muhammadin Nabiyyil ummiyyi wa ‘alaa aali Muhammad. Kamaa shallaita ‘alaa
Ibrahim wa aali Ibrahim,
( Ya Allah , limpahkanlah kesejahteraan kepada Muhammad , Nabi yang Ummi dan keluarga Muhammad
Sesungguhnya Engkau adalah Dzat Yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia )
Ibnu Khuzaimah Kitabush Shalah bab ash shalaati alan Nabi saw fit tasyahhudi no 711, Syaikh Al A’dhomi
berkata: sanadnya hasan,
PENJELASAN :
Ketika Nabi saw ditanya tentang sifat bacaan shalawat di dalam shalat , maka beliau saw
menjelaskannya dengan tidak membedakan antara tahiyyat awal maupun tahiyyat akhir.
MAKA BACAAN SHALAWAT PADA TAHIYYAT AWAL DAN TAHIYYAT AKHIR ADALAH SAMA
Kalau harus ada perbedaan antara bacaan shalawat pada tahiyyat awal dan tahiyyat akhir , tidak patut
tidak diterangkan oleh Nabi saw.
Maka kita tidak boleh membuat cara cara sendiri dalam bershalawat kepada Nabi saw di dalam shalat ,
kecuali ada dalil yang shahih dari Nabi saw.
Hal ini diperkuat dengan adanya hadits shahih yang menjelaskan bahwa Nabi saw membaca bacaan
shalawat dengan redaksi yang sama antara tahiyyat awal dan tahiyyat akhir ( Hadits shahih riwayat
Muslim no 748, Nasai no 1720 dll )
ُورهُ َف َي ْب َع ُث ُه هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل ِل َما َشا َء َأنْ َي ْب َع َث ُه مِنْ اللَّي ِْل
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم سِ َوا َك ُه َو َطه َ ِ ُول هَّللا
ِ ت ُك َّنا ُن ِع ُّد ل َِرس ْ َْن ِه َش ٍام َأنَّ عَاِئ َش َة َقال ِ َعنْ َسعْ ِد ب
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َي ْدعُو َب ْي َنهُنَّ َواَل
َ صلِّي َعلَى َن ِب ِّي ِه َّ َِيهنَّ ِإاَّل عِ ْند
َ الثا ِم َن ِة َو َيحْ َم ُد هَّللا َ َو ُي ف ُِس ل ْجيَ اَل ت
ٍ اع َ َ
ك ر
َ عَ ِْس
ت ي ِّ لُص
َ ي و
َ ضُأ
َّ وَ َ
ت ي
َ و ُ َف َيسْ َتا
َ ك
ِ
ُِّي َسل ُم
صلِّيَ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َو َي ْدعُو ُث َّم ُي َسلِّ ُم َتسْ لِيمًا يُسْ ِم ُع َنا ُث َّم ُي َ َتسْ لِيمًا ُث َّم ُي
َ صلِّي ال َّتاسِ َع َة َو َي ْق ُع ُد َو َذ َك َر َكلِ َم ًة َنحْ َو َها َو َيحْ َم ُد هَّللا َ َوي
َ ُصلِّي َعلَى َن ِب ِّي ِه
ْن َوه َُو َقاعِ ٌدِ َر ْك َع َتي
صحيح: قال الشيخ األلباني
“Kami dulu mempersiapkan siwak dan perlengkapan bersucinya Nabi saw, setelah itu Allah
membangunkan Nabi saw di malam hari di waktu yang dikehendaki Nya .
Beliau saw lalu menggosok gigi dan berwudhu` dan shalat sembilan rakaat.
Beliau saw tidak duduk tahiyyat dalam sembilan rakaat itu selain pada rakaat kedelapan. Beliau saw
memuji Allah, dan bershalawat atas Nabi-Nya saw, dan berdo’a diantaranya, kemudian beliau saw
bangkit dan tidak mengucapkan salam.
Setelah itu beliau saw berdiri dan shalat untuk rakaat ke sembilannya, lalu duduk tahiyyat ( lalu perawi
menyebutkan kalimat yang serupa ).
Kemudian beliau saw memuji Allah, dan bershalawat atas Nabi Nya saw, dan berdo’a, lalu beliau saw
mengucapkan salam dengan nyaring sampai terdengar oleh kami. Setelah itu beliau saw shalat dua
rakaat setelah salam sambil duduk
Wallahu A’lam
***********************************************************
Bismillah. Assalamu"alaikum.
Ustadz, bagaimanakah hukumnya orang yang sudah mendapatkan ilmu tentang sunnah Rasulullah SAW
tetapi enggan atau malas mengamalkannya. Misalnya: ada hadits yang memerintahkan untuk
merapatkan shaf dalam sholat berjama'ah dengan merapatkan telapak kaki dan merapatkan bahu tetapi
banyak yang tidak mau melaksanakannya. Dan masih banyak lagi pengamalan sunnah yang lainnya.
TENTANG SUNNAH
1. MENURUT AHLI FIQIH : sunnah adalah amalan yang jika dikerjakan mendapat pahala dan jika tidak
dikerjakan maka tidak berdosa.
2. MENURUT AHLI HADITS : sunnah adalah segala hal yang disandarkan kepada Rasulullah saw , yaitu
berupa : perkataannya , perbuatannya , persetujuannya , apa yang dicita citakannya , dan apapun yang
ditinggalkannya.
Kemungkinan yang ditanyakan adalah sunnah menurut makna ke 2 , yaitu menurut ahli hadits.
SOAL : Kenapa sebagian qaum Muslimin tidak mengamalkan sunnah padahal dia telah mengetahuinya ?
JAWAB :
SAYA MEMBUAT SEBUAH KEMUNGKINAN , MUSLIM YANG TIDAK MENGAMALKAN SUNNAH KARENA
BEBERAPA SEBAB :
1. Dia tidak mengerti tentang sunnah. Dia tidak dapat membedakan mana yang sunnah dan mana yang
bukan. Seringkali ada orang berkata kepada gurunya : Tadi pak guru berpendapat bahwa shalat tidak
sah bagi orang yang berhadats sehingga dia berwudhu terlebih dahulu.
Padahal gurunya tadi berkata : Rasulullah saw bersabda : tidak ada shalat bagi orang yang berhadats
sehingga dia berwudhu terlebih dahulu.
Seorang Muslim yang tidak dapat membedakan perkataan Rasulullah saw dengan perkataan manusia
lainnya , seringkali menganggap bahwa SETIAP MANUSIA MEMILIKI OTORITAS (KEKUASAAN) UNTUK
MENETAPKAN HUKUM AGAMA.
Maka ketika diajarkan kepadanya suatu “SUNNAH” , dia akan berani berkata tanpa beban : SAYA TIDAK
IKUT PENDAPAT INI. Saya ikut pendapat si fulan saja.
SEAKAN HUKUM YANG DITETAPKAN OLEH RASULULLAH SAW ADALAH PENDAPAT , SETARA DENGAN
PENDAPAT SIAPAPUN.
SEAKAN SI FULAN MEMILIKI KEKUASAAN UNTUK MENETAPKAN HUKUM AGAMA SETARA DENGAN
RASULULLAH SAW.
Maka amalannya dikerjakan berdasarkan nalurinya. Atau lebih jauh lagi , amalannya didasarkan kepada
kesukaannya. Jika sesuatu dipandang baik olehnya maka akan dikerjakannya. Jika dipandang kurang
cocok dengan kesukaannya maka akan ditinggalkannya . Dia tidak peduli apakah amalan tersebut
berasal dari sunnah atau tidak.
Contoh :
Rasulullah saw melarang muhallil, yaitu seorang laki laki yang dinikahkan ‘SEMENTARA” dengan mantan
istrinya yang telah ditalaq 3 , dengan tujuan beberapa waktu kemudian muhallil ini menceraikan mantan
istrinya sehingga dia dapat mengambil kembali istrinya tersebut.
Ketika disampaikan ajaran sunnah ini , sebagian orang akan menolak , melanggarnya (malah
mengamalkan jadi muhallil) , karena ada seseorang yang berpendapat membolehkannya.
Ringkasnya : orang seperti ini mensejajarkan Rasulullah saw dengan manusia lainnya dalam penetapan
suatu hukum. Bahkan dia berani menentang hukum yang ditetapkan Rasulullah saw
2. Dia mendengar tentang sunnah tetapi dia dia tidak memahami sepenuhnya bagaimana seharusnya
bersikap terhadap sunnah tersebut.
Bahkan dia mengambil amalan lain berdasar dalil yang lain yang sesuai dengan keinginannya, walaupun
Rasulullah saw tidak melakukannya.
Misalnya :
Rasulullah saw ketika selesai salam dari shalat membaca istighfar 3 kali.
Kemudian (misalnya) ada seorang Muslim selesai salam dari shalat membaca “surah Al Kahfi ” , tidak
mau membaca istighfar , karena surah Al Kahfi adalah surah yang sangat agung.
Jadi , dia mengganti bacaan istighfar setelah shalat dengan surah Al Kahfi karena menurutnya surah Al
Kahfi lebih baik dan lebih agung dari istighfar.
Ketika diberitahu , maka dia membacakan dalil dalil shahih tentang fadhilah membaca surah Al Kahfi.
Maka membaca surah Al Kahfi setelah salam dari shalat dianggapnya telah sesuai dengan sunnah Nabi
saw , karena adanya hadits shahih yang menyatakan tentang tingginya kedudukan surah Al Al Kahfi
dalam Islam.
Keyaqinan ini tetap dipegang walaupun Rasulullah saw tidak mengamalkan membaca Al Kahfi setelah
salam dari shalatnya.
3. Dia mendengar tentang sunnah tetapi tidak percaya kepada orang yang meyampaikannya. Maka dia
menyangka bahwa ajaran sunnah yang disampaikan tersebut adalah sebuah kesalahan.
Dia lebih cenderung kepada amalan lainnya yang diajarkan oleh gurunya karena menyangka itulah
ajaran Islam yang benar.
Misalnya :
Seseorang menyampaikan bahwa Rasulullah saw ketika salam dari shalatnya , beliau saw menghadap
kepada makmumnya, atau ke kanan atau ke kiri.
Sebagian yang mendengar “ajaran sunnah” ini tidak mau mengamalkannya karena gurunya yang sangat
dipercayainya senantiasa menghadap Qiblat ketika salam dari shalatnya sampai selesai dari semua dzikir
dan do’a yang dibacanya.
Apalagi gurunya tersebut dikhabarkan pernah belajar di sana dan di sini sekian tahun dan sekian puluh
tahun.
Dia menyangka bahwa apa yang disampaikan berkaitan dengan sunnah Nabi saw ini adalah sebuah
kesalahan yang dilakukan oleh ustadz yang tidak dipercayainya
Dan dia percaya bahwa justru amalan gurunya tersebut adalah ajaran Islam yang benar, yang sesuai
dengan sunnah.
4. Dia mendengar tentang sunnah , tetapi belum berani mengamalkannya sepenuhnya secara terbuka
karena bertentangan dengan kebiasaan di sekitarnya.
Orang yang seperti ini kemungkinan belum memiliki pondasi aqidah yang kuat.
Atau dia memang sengaja melakukan strategi dakwah yang dianutnya , yaitu tidak berubah secara tiba
tiba , yang dikhawatirkan membawa dampak yang tidak baik baginya.
5. Dia mendengar tentang sunnah tetapi sebelumnya dia sudah terbiasa mengamalkan sesuatu yang
bertentangan dengan sunnah tersebut. Karena takut malu, maka ditinggalkannya sunnah tersebut dan
tetap berpegang dengan kebiasaannya yang bukan sunnah tersebut.
Misalnya :
Seseorang sudah terbiasa melakukan selamatan 40 hari sehubungan dengan kelahiran bayi. Kemudian
dia mendengar bahwa sunnah Nabi saw adalah aqiqah pada hari ke 7 dari kelahiran bayi. Dia baru
menyadari kesalahannya. Dia sekarang mengerti bahwa inilah yang benar.
Tetapi dia menimbang nimbang, jika dia berubah ikut sunnah , maka sama saja dengan mengakui bahwa
selama ini dia telah melakukan kesalahan. Terbayang olehnya kerugian yang akan dideritanya. Yaitu rasa
malu atau perasaan tidak lagi dianggap sebagai orang pandai. Apalagi yang mempelopori atau
mengajarkan sunnah ini adalah orang yang tidak dianggap pandai oleh kebanyakan orang.
6. Dia mendengar nash tentang sunnah tetapi pemahamannya berbeda dengan orang lain terhadap
nash tersebut , sehingga sebagian orang menyangka dia tidak mengamalkan sunnah.
Di sebuah komunitas Muslim , shalat yang hanya ada 1 tahiyyat (seperti shubuh) , duduknya adalah
dengan cara iftirasy.
Ini adalah pendapat imam Ahmad bin Hanbal (imam Hanbali) berdasarkan pemahamannya terhadap
hadits Aisyah r.a
Maka seorang Muslim yang duduk dengan cara tawarruk akan disangka oleh sebagian dari mereka
sebagai kelompok yang “TIDAK IKUT SUNNAH”
Padahal ini adalah pendapat imam Asy Syafi’i berdasarkan pemahamannya kepada hadits Abu Humaid
r.a.
Demikian juga sebaliknya, jika yang menguatkan pendapat imam Ahmad bin Hanbal ini berada di
lingkungan yang menguatkan pendapat imam Asy Syafi’i maka dia akan disangka tidak mengamalkan
sunnah oleh sebagian dari mereka.
7. Dia mendengar tentang sunnah dan mengakui kebenarannya , tetapi hatinya dengki kepada orang
yang menyampaikannya. Maka dia berani mengambil resiko menentangnya dengan segala cara.
Asalkan yang menyampaikan adalah orang yang tidak disukainya , maka dia langsung bersikap
menentangnya. Tidak peduli lagi bahwa yang disampaikannya adalah kebenaran atau tidak.
KESIMPULAN :
Seseorang yang “kelihatannya tidak mengamalkan sunnah” , kemungkinan termasuk salah satu dari 7
kelompok yang saya sebutkan di atas.
Wallahu A’lam.
Cara merapatkan dan meluruskan shaf tidak didasarkan kepada selera atau sangkaan kita , tetapi harus
mengikuti apa yang telah diajarkan oleh Nabi saw :
Luruskanlah barisan kalian. Sesungguhnya aku dapat melihat kalian dari balik punggungku.
Anas berkata : Maka salah seorang dari kami menempelkan pundaknya dengan pundak temannya (yang
disebelahnya) , dan menempelkan kakinya dengan kaki temannya (yang di sebelahnya).
Penjelasan :
(Lihat : pembahasan tentang perintah untuk merapatkan dan meluruskan shaf pada bab 2 yaitu :
Aqiimuu shufuufakum.
Setelah Nabi saw memerintahkan agar makmum merapatkan dan meluruskan shaf , para shahabatnya
meresponnya dengan perbuatan : yaitu mereka saling menempelkan pundak dan kaki mereka kepada
makmum yang ada di sebelah mereka.
maknanya adalah : para shahabat saling mendekat antara satu dengan yang lainnya sehingga pundak
mereka saling menempel dengan teman yang ada di sebelahnya. Tidak ada celah sama sekali diantara
mereka.
Kalimat “menempelkan kakinya dengan kaki temannya (yang di sebelahnya)” maknanya sama
dengan sebelumnya, yaitu para makmum saling mendekat sehingga kaki mereka saling menempel
antara seseorang dengan orang yang ada di sebelahnya.
Maka hal ini menjadi taqrir atau persetujuan dari Rasulullah saw sehingga menjadi sunnah yang mesti
diamalkan.
Dari saya :
Merapatkan pundak dan kaki secara serentak seperti ini hanya dapat dilakukan apabila ketika seseorang
berdiri, jarak antara kedua kakinya adalah sama dengan lebar pundaknya.
Jika dia berdiri dengan membuka kaki lebih lebar dari pundaknya, maka kakinya dapat merapat dengan
teman yang ada di sebelahnya, tetapi pundak mereka akan saling berjauhan.
Jika dia membuka kaki yang lebarnya kurang dari lebar pundaknya , maka pundaknya akan merapat
dengan pundak temannya sedangkan kaki mereka akan saling berjauhan.
Bersumber dari Abul Qasim Al Jadali dia berkata : Aku mendengar An Nu’man bin Basyiir r.a berkata :
Demi Allah , luruskanlah barisan kalian , atau Allah benar benar akan membuat hati kalian berselisih.
An Nu’man bin Basyiir r.a berkata : Maka aku melihat seorang laki laki menempelkan pundaknya dengan
pundak temannya (di sebelahnya) , dan menempelkan lututnya dengan lutut temannya, dan mata
kakinya dengan mata kaki temannya (di sebelahnya)
Ahmad 4/276 no. 17.926 ( Dinilai shahih oleh Syaikh Al Arnauth ) tetapi kalimat : Lutut dengan lutut
diragukannya karena Abul Qasim Al Jadali menyendiri periwayatannya.
Ibnu Khuzaimah Kitabul Wudhu’ no 160 ( sanadnya dinilai shahih oleh Al A’dhami)
Ibnu Hibban Kitabush Shalah bab 12 no 2176 (Sanadnya dinilai kuat oleh Al Arnauth).
PENJELASAN :
Dalam hadits ini disebutkan bahwa yang dirapatkan adalah : pundak, lutut dan mata kaki.
Tetapi kalimat : “dan menempelkan lututnya dengan lutut temannya” diragukan keshahihannya oleh
Syaikh Al Arnauth karena hanya bersumber dari seorang rawi Abul Qasim Al Jadali, sedangkan dia adalah
rawi yang shaduq
Lihat : Kitab Al Mausuu’ah Al Hadiitsiyah Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal jilid 30 halaman 378.
Rawi yang shaduq adalah rawi yang ‘adil (diterima periwayatannya) tetapi dia kurang baik dari sisi
hafalan. Sehingga jika dia sendirian di dalam meriwayatkan hadits dengan redaksi yang berbeda dengan
redaksi yang berasal dari rawi lainnya, hal ini meragu ragukan kita. Ada kemungkinan dia melakukan
kesalahan karena kurang kuatnya dia dari sisi hafalan.
Beliau berkata : Hadits ini shahih dan diriwayatkan oleh imam Al Bukhari dan Muslim dengan kalimat
yang berisi perintah untuk meluruskan dan merapatkan shaf.
Sedangkan kalimat “(merapatkan) pundak dengan pundak” , imam Al Bukhari meriwayatkan secara
mu’allaq (tanpa sanad) dari Anas bin Malik r.a.
Lihat :
Dari saya :
An Nu’man bin Basyiir r.a. Karena yang bersumber dari Anas r.a diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari
dengan sanad yang maushul (sanadnya bersambung=lengkap), bukan secara mu’allaq.
Bahwasanya Rasulullah saw meluruskan barisan kami sehingga seakan akan beliau saw meluruskan anak
panah. (Hal itu dilakukan) sampai Nabi saw melihat bahwa kami telah memahaminya (memahami
tentang merapatkan dan meluruskan barisan).
Kemudian pada suatu hari , Nabi saw keluar untuk menjadi imam shalat.
Lalu beliau saw berdiri sehingga hampir bertakbir , tiba tiba beliau saw melihat ada seorang laki laki
dadanya menonjol keluar dari barisan shalat, maka beliau saw bersabda :
Wahai hamba hamba Allah ! Luruskanlah barisan kalian ! Atau Allah akan membuat wajah kalian
berlainan ( maksudnya : Allah akan memunculkan perselisihan diantara kalian)
Penjelasan :
Dalam hadits ini disebutkan bahwa Nabi saw memerintahkan agar shaf para makmum lurus, kemudian
beliau saw menegur seseorang yang dadanya menonjol ke depan.
Sehingga dapat difahami bahwa ukuran lurus adalah lurusnya dada para makmum. Tidak ada yang
menonjol keluar atau terlalu mundur ke belakang.
KESIMPULAN :
Dalam hadits Anas r.a yang diriwayatkan oleh imam Al Bukhari disebutkan bahwa kaki merapat dengan
kaki, tidak ada penyebutan mata kaki. Tapi hadits An Nu’man bin Basyir r.a menjelaskan makna
merapatkan kaki , yaitu mata kaki seseorang merapat dengan mata kaki orang yang berada
disebelahnya. Sehingga kedua duanya dapat diamalkan.
Wallahu A’lam.
******************************************************************
PERTANYAAN FEBY
Assalamu'alaiku Ustadz..
Mau bertanya tentang apa keutamaan bagi kita menjaga Wudhu, atau menjaga diri tetap suci.
Jadi tidak membatalkan wudhu dengan tidak bersalaman dengan orang yang bukan muhrim kita??
Syukron Ustadz
1. Keutamaan berwudhu’
PEMBAHASAN :
1. KEUTAMAAN BERWUDHU’
Bersumber dari Utsman bin Affan r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Barangsiapa yang berwudhu dan membaguskan wudhunya maka dosa dosanya keluar dari tubuhnya
sehingga keluar dari bawah kukunya
ِ صلِّى َر ْك َع َتي
ْن ُم ْق ِب ٌل َعلَي ِْه َما َ ضُأ َفيُحْ سِ نُ وُ ضُو َءهُ ُث َّم َيقُو ُم َف ُي
َّ صلى هللا عليه وسلم « َما مِنْ مُسْ ل ٍِم َي َت َو- ِ ْن َعام ٍِر َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ِ َعنْ ُع ْق َب َة ب
ُت َل ُه ْال َج َّنة ْ
ْ ِب َقل ِب ِه َو َوجْ ِه ِه ِإالَّ َو َج َب
Bersumber dari ‘Uqbah bin ‘Aamir r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Tidaklah seorang Muslim melakukan wudhu’ dan membaguskan wudhu’nya kemudian berdiri
mengerjakan shalat 2 raka’at dengan segenap hati dan wajahnya
C). DENGAN WUDHU’ SESEORANG DIKENALI SEBAGAI UMMAT NABI MUHAMMAD SAW
ار ْالوُ ضُو ِء َ َيقُو ُل « ِإنَّ ُأ َّمتِى ي ُْد َع ْو َن َي ْو َم ْالقِ َيا َم ِة ُغ ًّرا م َُحجَّ ل- صلى هللا عليه وسلم- َّت ال َّن ِبى
ِ ِين مِنْ آ َث ُ َْعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َقا َل ِإ ِّنى َسمِع
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : sesungguhnya aku mendengar Nabi saw bersabda :
Sesungguhnya ummatku akan dipanggil pada hari qiyamat dalam keadaan bercahaya dari bekas
wudhu’nya
Bersumber dari Abu Buraidah r.a dia berkata : Pada suatu pagi Rasulullah saw memanggil Bilal. Beliau
saw bersabda : Wahai Bilal ! Dengan apa engkau mendahuluiku masuk sorga ? Tidaklah aku masuk sorga
melainkan aku mendengar suara langkahmu di hadapanku. ………Bilal berkata : Wahai Rasulullah !
Tidaklah aku mengumandangkan adzan melainkan aku selalu shalat 2 raka’at ( setelahnya ). Dan tidaklah
aku berhadats melainkan aku senantiasa berwudhu karenanya
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan
tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata
kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari
tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka
bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu
PENJELASAN :
Kalimat ( َأ ْو اَل َمسْ ُت ُم ال ِّن َسا َءatau bersentuh dengan wanita) diartikan dengan bersentuhan betul betul. Yaitu
bersentuhan kulit dengan kulit pada bagian tubuh yang manapun.
Dalam ayat ini disampaikan bahwa jika akan shalat kemudian bersentuh dengan wanita sedangkan air
tidak ada , maka wajib atasnya bertayammum.
Maka seakan perintahnya : jika bersentuh dengan wanita kemudian akan mengerjakan shalat maka
hendaknya berwudhu’
Dan merupakan pendapat Imam Al Hasan Al Bashri , Thawus,Atha’, Imam Hanafi , imam Malik, Imam
Ahmad bin Hanbal
Alasannya :
Nabi saw adalah manusia yang paling faham tentang makna Al Qur’an.
Karena salah satu tugas beliau saw adalah menjelaskan makna Al Qur’an kepada manusia
maka kita harus mendahulukan pemahaman Nabi saw dalam menafsirkan Al Qur’an.
Nabi saw memahami bahwa kalimat : AU LAAMASTUMUN NISAA’ : Tidak diartikan dengan bersentuh
biasa.
Aku pernah tidur di depan Nabi saw dan kakiku berada di arah Qiblatnya. Jika akan sujud beliau saw
menyentuhku dengan tangannya , maka akupun menarik kakiku. Dan jika beliau saw berdiri maka aku
meluruskan kembali kakiku.
Aisyah r.a berkata : Pada waktu itu rumah rumah tidak ada lampunya
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabush Shalah bab 22 no 382 ( ini adalah lafadznya )
ت َيدِى َعلَى َب ْط ِن َق َد َم ْي ِه َوه َُو فِى ْال َمسْ ِج ِد َو ُه َما ِ لَ ْيلَ ًة م َِن ْالف َِر-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َرسُو َل هَّللا
ْ اش َف ْال َت َمسْ ُت ُه َف َو َق َع ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
ُ ت َف َق ْد
ِ َم ْنصُو َب َت
ان
Bersumber dari Aisyah r.a , dia berkata : Pada suatu malam aku kehilangan Rasulullah saw. Lalu aku
mencarinya. Kemudian tanganku menyentuh dua telapak kaki Nabi saw, sedangkan beliau saw berada di
dalam masjid dan kedua kakinya dalam keadaan tegak
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabush Shalah bab 42 no 482 ( Ini adalah lafadznya )
Bersumber dari ‘Urwah bin Az Zubair dari Aisyah r.a , sesungguhnya Rasulullah saw mencium salah
seorang dari istrinya kemudian mengerjakan shalat dengan tidak berwudhu’ lagi.
Urwah berkata : Aku berkata kepada Aisyah r.a : siapa lagi yang dicium kalau bukan anda ? Lalu Aisyah
r.a tertawa.
Hadits riwayat Ahmad 6/210 no. 25238 (sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Al Arnauth)
Ibnu majah Kitabuth Thaharah bab 69 no 502 ( Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani )
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabuth Thaharah bab 63 no 86 (Dinilai shahih oleh Syaikh Al Albani).
Tetapi imam Al Bukhari menilai sanad hadits ini adalah dha’if karena terputus sanadnya , Habib bin Abi
Tsabit tidak mendengar dari ‘Urwah
Orang orang membicarakan tentang kata “AL LAMS” ( dalam surah Al Maidah ayat 6 )
Maka aku datang kepada Ibnu Abbas r.a , lalu aku berkata : Orang dari Al Mawali dan Al Arab berselisih
pendapat tentang kata AL LAMS.
Ibnu Abbas r.a bertanya kepadaku : dari 2 pendapat ini kamu pilih yang mana ?
Sesungguhnya kata AL MAS , dan AL LAMS dan kata AL MUBAASYARAH, semuanya bermakna jima’
Tetapi Allah memberi sebutan terhadap sesuatu sesuai dengan dengan yang Dia kehendaki
Hal ini diperkuat dengan urutan kalimat yang ada pada surah Al Maidah ayat 6 tersebut :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah”
Ini merupakan cara bersuci dengan menggunakan air akibat dari hadats kecil
Ini merupakan cara bersuci dengan menggunakan air karena hadats besar
“dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh
perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah”
Ini merupakan cara bersuci dari dua macam sebab : Sebab yang kecil dan sebab yang besar (Tayammum
adalah bersuci dari hadats kecil maupun hadats besar, sebagai pengganti wudhu dan mandi )
Kembali dari tempat buang air (kakus) : Sebab yang kecil ( hadats kecil )
KESIMPULAN :
Bersentuh dengan wanita tidak membatalkan wudhu’ karena ma’na AULAAMASTUMUN NISAA’
diartikan dengan bersetubuh ( jima’), bukan bersentuhan biasa.
Dhahirnya, Imam Syafi’i dalam menetapkan batal berwudhu karena bersentuh laki dan perempuan
adalah didasarkan kepada kehati hatian. Ini nampak dari kalimat beliau :
“ Seandainya hadits Ma’bad bin Nabatah (tentang Nabi mencium istrinya) itu tsabit
( telah ditetapkan kebenarannya = shahih ), maka aku akan berpendapat bahwa ciuman dan sentuhan
itu tidak membatalkan wudhu’
Wallahu A’lam.
C) BERSENTUHAN ANTARA LAKI LAKI DAN WANITA TIDAK MEMBATALKAN WUDHU JIKA TIDAK DISERTAI
SYAHWAT . JIKA DISERTAI SYAHWAT MAKA BATAL WUDHUNYA
SELESAI.
Wallahu A’lam.
********************************************************
PERTANYAAN ERLY
JAWAB : Hadits tentang shalat arba’in memang ada , tapi diperselisihkan kedudukannya oleh umat
Islam.
SHALAT ARBA’IN
Yang dimaksud adalah melakukan shalat 40 kali di Masjid Nabawi secara berturut turut
َح َّد َث َنا َع ْب ُد الرَّ حْ َم ِن بْنُ َأ ِبى- ْن مُو َسى ِ َقا َل َأبُو َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن َو َسمِعْ ُت ُه َأ َنا م َِن ْال َح َك ِم ب- ُوسى
َ َح َّد َث َنا َع ْب ُد هَّللا ِ َح َّد َثنِى َأ ِبى َح َّد َث َنا ْال َح َك ُم بْنُ م
صالَ ًة الَ َيفُو ُت ُهَ ِين َ َأرْ َبع3صلَّى فِى َمسْ ِج ِدى َ ْ َأ َّن ُه َقا َل « َمن-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن َمالِكٍ َع ِن ال َّن ِبى ِ سب ِ ْن ُع َم َر َعنْ َأ َن ِ ال َعنْ ُن َبيْطِ ب ِ الرِّ َج
اق
ِ َ
ف ِّ
ن ال ِن
َ م َئر ِ ب
َ و
َ ب
ِ ا َ
ذ ع
َ ْ
ال ِن
َ م ٌ ة اجَ َ
ن و
َ ار
ِ َّ
ن ال ِن
َ م ٌ ةءَ ا ر
َ ب
َ ه
ُ َ
ل ت ْ بَ ت
ِ ُ
ك ٌ ةَ ال ص
َ
Bersumber dari Anas bin Malik r.a dari Nabi saw , bahwasanya beliau saw bersabda :
Barangsiapa yang mengerjakan shalat di masjidku ini 40 kali shalat yang tidak ada satupun shalat yang
tertinggal maka ditetapkan baginya kebebasan dari neraka dan selamat dari adzab dan kebebasan dari
kemunafiqan.
Ath Thabrani dalam kitab Mu’jam Al Ausath jilid 4 halaman 127 hadits no 5444
Semua riwayat ini bersumber dari Al Hakam bin Musa dari Abdurrahman bin Abir Rijaal dari Nubaith bin
Umar.
Imam Ath Thabrani berkata : Tidak ada satu orangpun yang meriwayatkan hadits ini dari Anas kecuali 1
orang yaitu Nubaith bin Umar.
1. Imam Al Haitsami berkata : Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dan Ath Thabrani dalam kitab Mu’jam
Al Ausath , dan para perawinya adalah perawi yang tsiqah (terpercaya).
Dhahirnya , penilaian imam Al Haitsami ini mengikuti apa yang disampaikan oleh imam Ibnu Hibban
dalam Kitab Tsiqatnya, yang mana Ibnu Hibban memasukkan nama Nubaith ini dalam Kitabnya. Selain
Ibnu Hibban , tidak ada yang menilai rawi Nubaith ini sebagai rawi yang tsiqah
2. Imam Al Mundziri berkata : para perawinya adalah perawi kitab shahih (Al Bukhari dan Muslim)
Lihat : Kitab Dha’if At Targhiib wat Tarhiib jilid 1 halaman 378 hadits no 755
1. Syaikh Al Arnauth menilai sanadnya dha’ih karena ada rawi bernama Nubaith bin Umar yang majhul
(tidak dikenal). Yang menyatakan bahwa Nubaith ini rawi yang tsiqah (terpercaya) hanya imam Ibnu
Hibban, tidak ada yang lainnya.
2. Syaikh Al Albani juga menilai sanadnya dha’if karena rawi Nubaith bin Umar ini (yang majhul = tidak
dikenal).
Selain itu pernyataan imam Al Mundiri bahwa perawi hadits ini adalah perawi kitab shahih (imam Al
Bukhari dan Muslim) dianggap tidak benar karena nama Nubaith bin Umar tidak pernah dipakai oleh
imam Al Bukhari dan imam Muslim dalam kitab shahih mereka. Bahkan Nubaith juga tidak dipakai oleh
penulis hadits pada Kutubus Sittah lainnya (Imam : Abu Dawud , Tirmidzi , Nasai , Ibnu Majah).
3. Adanya riwayat yang shahih yang mirip dengan riwayat arba’in ini , yang juga bersumber dari
shahabat yang sama (yaitu shahabat Anas bin Malik r.a) tetapi bukan 40 shalat , melainkan shalat 40 hari
( 40x5 = 200 shalat)
ٍ ت َعنْ َأ َن
س ٍ ْن َأ ِبى َث ِاب
ِ بب ُ ْقُ َت ْي َب َة َعن
ِ طعْ َم َة ب
ِ ْن َعمْ ٍرو َعنْ َح ِبي
حسن: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Anas bin Malik r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Barangsiapa yang mengerjakan shalat selama 40 hari dengan cara berjama’ah, dan dia mendapati takbir
pertama (mendapati raka’at pertama dengan imamnya) maka ditetapkan baginya 2 kebebasan :
- Kebebasan dari neraka
Hadits ini diperselisihkan antara marfu’ (sampai kepada Nabi saw) atau mauqufnya (hanya perkataan
shahabat Anas r.a ).
Syaikh Al Arnauth berkata bahwa : yang rajih adalah : riwayat ini adalah mauquf
Lihat :
- Kitab Al Mausuu’ah Al Hadiitsiyah Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal jilid 20 halaman 40 hadits no
1258
- Kitab Silsilah Al Ahaadiitsa Adh Dha’iifah Al Maudhuu’ah jilid 1 halaman 540 hadits no 364
Dari saya :
Seandainya riwayat ini mauquf (berupa perkataan Anas r.a) , hukumnya adalah marfu’. Karena Anas bin
Malik r.a yang merupakan seorang shahabat , tidak akan mengetahui seseorang dijamin bebas dari siksa
neraka kecuali mendapatkan pemberitahuan dari Nabi saw. Karena urusan seseorang masuk neraka
atau sorga adalah perkara yang ghaib yang tidak akan diketahui oleh siapapaun kecuali diberitahu oleh
Allah dan Rasulnya saw.
Kesimpulan :
Yang saya pilih :
Terlepas hadits tentang shalat arba’in ini shahih atau tidak, saya mengajak qaum Muslimin untuk
membanyakkan shalat di masjid Nabawi ketika sudah berada di Madinah.
Hendaknya qaum Muslimin bersemangat untuk melakukan shalat di masjid Nabawi karena disediakan
pahala yang besar oleh Allah swt , yaitu 1000 kali lipat dibanding masjid apapun di dunia ini kecuali
Masjidil Haram.
Semangat ini harus dimiliki tanpa patokan 40 kali shalat. Pokoknya sebanyak banyaknya sesuai
kemampuannya.
Sebagian qaum Muslimin menjadi tidak lagi bersemangat shalat di Masjid Nabawi karena
keberadaannya di Madinah tidak menjangkau jumlah 40 kali shalat (8 hari) berturut turut.
Sebagian lainnya juga hilang semangat ketika shalat yang berturut turut dilakukannya selama 20 kali tiba
tiba terputus 1 kali karena sakit. Setelah sembuh dia tidak lagi bersemangat shalat di masjid Nabawi
karena menganggap “sudah kehilangan arba’in”.
Nasehat saya : hilangkan semangat shalat karena mengejar arba’in , tetapi lakukanlah shalat di masjid
Nabawi karena membenarkan sabda Nabi saw bahwa shalat di sana lebih utama 1000 kali shalat dari
masjid apapun di dunia ini kecuali Masjidil Haram di Makkah.
Dengan demikian, seluruh kesempatan yang dimilikinya akan diarahkan untuk mengejar keutamaan ini.
Jika dia sakit dia bisa beristirahat. Ketika sembuh , bersemangat lagi shalat di Masjid Nabawi . Demikian
seterusnya.
Wallahu A’lam.
***********************************************************
PERTANYAAN ANA (ZULKARNAIN)
Assalamualaikum ustazd saya mau bertanya : jika ada seorang wanita non muslim menikah sama pria
muslim dan menjadi muallaf, jika sampai anaknya tumbuh besar wanita itu tidak bisa atau tidak pernah
mengerjakan shalat tetapi suaminya sudah meninggal maka siapakah yang akan mendapatkan dosa
tersebut
ة َولَ ْو َأعْ َج َب ْت ُك ْم3ٍ ت َح َّتى يُْؤ مِنَّ َوأل َم ٌة مُْؤ ِم َن ٌة َخ ْي ٌر مِنْ ُم ْش ِر َك
3ِ َوال َت ْن ِكحُوا ْال ُم ْش ِر َكا
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita
budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu.
2. HUKUM HARAM MENIKAHI WANITA NON MUSLIM , DIKECUALIKAN WANITA AHLI KITAB.
4. ISLAM MEMBEDAKAN ANTARA ORANG KAFIR AHLI KITAB DENGAN KAFIR MUSYRIKIN
ين َح َّتى َتْأ ِت َي ُه ُم ْال َب ِّي َن ُة ِ ِين َك َفرُوا مِنْ َأهْ ِل ْال ِك َتا
َ ب َو ْال ُم ْش ِرك
َ ِين ُم ْن َف ِّك َ لَ ْم َي ُك ِن الَّذ
Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan
meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata,
PENJELASAN :
ُ ك ْال َب
الغ َ ِّين َأَأسْ لَمْ ُت ْم َفِإنْ َأسْ لَمُوا َف َق ِد اهْ َت َد ْوا َوِإنْ َت َولَّ ْوا َفِإ َّن َما َعلَ ْي َ ِين ُأو ُتوا ْال ِك َت
َ اب َواأل ِّمي ُ ك َفقُ ْل َأسْ لَم
َ ْت َوجْ ِه َي هَّلِل ِ َو َم ِن ا َّت َب َع ِن َوقُ ْل لِلَّذ َ َفِإنْ َحاجُّ و
َوهَّللا ُ بَصِ ي ٌر ِب ْال ِع َبا ِد
Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran Islam), maka katakanlah: "Aku menyerahkan
diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". Dan KATAKANLAH KEPADA
ORANG-ORANG YANG TELAH DIBERI AL KITAB dan kepada orang-orang yang ummi: "Apakah kamu (mau)
masuk Islam?" Jika mereka masuk Islam, sesungguhnya mereka telah mendapat petunjuk, dan jika
mereka berpaling, maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). Dan Allah Maha
Melihat akan hamba-hamba-Nya.
5. AHLI KITAB TELAH MERUBAH KITAB YANG DITURUNKAN ALLAH KEPADA MEREKA BAHKAN SEBELUM
AL QUR’AN DITURUNKAN OLEH ALLAH SWT
َ ُون َكال َم هَّللا ِ ُث َّم ي َُحرِّ فُو َن ُه مِنْ َبعْ ِد َما َع َقلُوهُ َو ُه ْم َيعْ لَم
ُون َ يق ِم ْن ُه ْم َيسْ َمع َ ُون َأنْ يُْؤ ِم ُنوا لَ ُك ْم َو َق ْد َك
ٌ ان َف ِر َ َأ َف َت ْط َمع
Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka
mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka
mengetahui?
ض َجمِيعًا ِ ْك ْالمَسِ ي َح اب َْن َمرْ َي َم َوُأ َّم ُه َو َمنْ فِي األر
َ ِك م َِن هَّللا ِ َش ْيًئ ا ِإنْ َأ َرادَ َأنْ ُي ْهل ُ ِِين َقالُوا ِإنَّ هَّللا َ ه َُو ْالمَسِ ي ُح ابْنُ َمرْ َي َم قُ ْل َف َمنْ َي ْمل
َ لَ َق ْد َك َف َر الَّذ
َ َ ُ َ هَّللا َ ُ ُ ْ َ
ض َو َما َب ْين ُه َما يخلق َما َيشا ُء َو ُ َعلى ك ِّل شيْ ٍء قدِي ٌر ِ ْت َواألر ِ ك ال َّس َم َاوا ْ
ُ َو ِ مُل هَّلِل
Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah itu ialah Al Masih putra
Maryam". Katakanlah: "Maka siapakah (gerangan) yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah, jika
Dia hendak membinasakan Al Masih putra Maryam itu beserta ibunya dan seluruh orang-orang yang
berada di bumi semuanya?" Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang di antara
keduanya; Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Telah kafirlah orang-orang yang berkata: "Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putra Maryam", padahal
Al Masih (sendiri) berkata: "Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu" Sesungguhnya
orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya
surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang penolong pun.
PENJELASAN :
Kepercayaan tentang Nabi Isa a.s adalah putra Allah sebagaimana keyaqinan orang nashrani , sudah ada
sejak dulu , sejak sebelum Al Qur’an diturunkan oleh Allah swt.
Artinya : ketika Al Qur’an diturunkan Allah , kitab injil telah dirubah. Bukan asli sebagaimana diturunkan
oleh allah swt.
6. KEYAQINAN TRINITAS ( ALLAH ADALAH SALAH SATU DARI YANG 3) JUGA SUDAH ADA SEJAK AL
QUR’AN BELUM DITURUNKAN OLEH ALLAH.
ِين َك َفرُوا ِم ْن ُه ْم َع َذابٌ َألِي ٌم ُ ِين َقالُوا ِإنَّ هَّللا َ َثال
َ ُِث َثال َث ٍة َو َما مِنْ ِإلَ ٍه ِإال ِإلَ ٌه َوا ِح ٌد َوِإنْ لَ ْم َي ْن َتهُوا َعمَّا َيقُول
َ ون لَ َي َمسَّنَّ الَّذ َ لَ َق ْد َك َف َر الَّذ
Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: "BAHWASANYA ALLAH SALAH SATU DARI YANG
TIGA", padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka
tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan
ditimpa siksaan yang pedih.
ب ال َت ْغلُوا فِي دِي ِن ُك ْم َوال َتقُولُوا َعلَى هَّللا ِ ِإال ْال َح َّق ِإ َّن َما ْالمَسِ ي ُح عِ ي َسى ابْنُ َمرْ َي َم َرسُو ُل هَّللا ِ َو َكلِ َم ُت ُه َأ ْل َقا َها ِإلَى َمرْ َي َم َورُو ٌح ِم ْن ُه ِ َيا َأهْ َل ْال ِك َتا
ض َو َك َفى ِ ْت َو َما فِي األر ِ ون لَ ُه َولَ ٌد لَ ُه َما فِي ال َّس َم َاوا َ َفآ ِم ُنوا ِباهَّلل ِ َو ُر ُسلِ ِه َوال َتقُولُوا َثال َث ٌة ا ْن َتهُوا َخيْرً ا َل ُك ْم ِإ َّن َما هَّللا ُ ِإلَ ٌه َوا ِح ٌد ُسب َْحا َن ُه َأنْ َي ُك
ِبا ِ َوكِيالهَّلل
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan
terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah
dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan)
roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Rasul-Nya DAN JANGANLAH KAMU
MENGATAKAN: "(TUHAN ITU) TIGA", berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu.
Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit
dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah sebagai Pemelihara.
Hai Rasul, janganlah hendaknya kamu disedihkan oleh orang-orang yang bersegera (memperlihatkan)
kekafirannya, yaitu di antara orang-orang yang mengatakan dengan mulut mereka: "Kami telah
beriman", padahal hati mereka belum beriman; dan (juga) di antara orang-orang Yahudi. (Orang-orang
Yahudi itu) amat suka mendengar (berita-berita) bohong dan amat suka mendengar perkataan-
perkataan orang lain yang belum pernah datang kepadamu; MEREKA MEROBAH PERKATAAN-
PERKATAAN (TAURAT) DARI TEMPAT-TEMPATNYA. Mereka mengatakan: "Jika diberikan ini (yang sudah
dirobah-robah oleh mereka) kepada kamu, maka terimalah Dan jika kamu diberi yang bukan ini, maka
hati-hatilah"
Barang siapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu menolak
sesuatu pun (yang datang) daripada Allah. Mereka itu adalah orang-orang yang Allah tidak hendak
menyucikan hati mereka. Mereka beroleh kehinaan di dunia dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang
besar.
KESIMPULAN :
Laki laki Muslim boleh menikahi wanita ahli kitab , yaitu wanita yang beragama yahudi dan nashrani
dengan syarat :
- Laki laki Muslim tersebut dapat membimbing istri dan anaknya untuk menjadi Muslimin yang taat
kepada Allah swt.
Pernikahan laki laki Muslim dengan wanita yahudi atau nashrani hanya untuk menghalalkan hubungan
suami istri.
Setelah itu suami Muslim tersebut terkena beban tanggung jawab menjaga keselamatan akhirat istri dan
anaknya. Maka dia harus dapat membuat istrinya yang ahli kitab tersebut masuk Islam dan
membimbingnya sehingga dapat menjadi Muslimah yang taat kepada Allah swt.
اع فِى َأهْ لِ ِه َوهْ َو َمسْ ُئو ٌل َعنْ َرعِ َّي ِت ِه ٍ اِإل َما ُم َر، َو ُكلُّ ُك ْم َمسْ ُئو ٌل َعنْ َرعِ َّي ِت ِه، اع
ٍ َوالرَّ ُج ُل َر، اع َو َمسْ ُئو ٌل َعنْ َرعِ َّي ِت ِه ٍ ُكلُّ ُك ْم َر
Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai tanggung jawab dari apa yang dipimpinnya.
Imam adalah pemimpin dan akan dimintai tanggung jawab terhadap apa yang dipimpinnya.
Seorang laki laki adalah pemimpin dalam keluarganya dan akan dimintai tanggung jawab terhadap apa
yang dipimpinnya.
BANTAHAN :
Sebagian qaum Muslimin mengharamlan pernikahan wanita yahudi dan nashrani dengan alasan :
1. Sekarang ahli kitab sudah tidak ada lagi, karena kitab injil dan taurat sudah berubah, tidak asli lagi.
JAWAB : kitab Taurat dan injil telah dirubah sejak sebelum turunnya ayat tentang pembolehan menikah
dengan wanita yahudi dan nashrani diperbolehkan.
Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir
JAWAB : Yang dimaksud dengan perempuan kafir dalam ayat ini adalah wanita non muslim selain ahli
kitab, yaitu yang beragama selain yahudi dan nashrani.
Sehingga ayat ini dengan surah Al Maidah ayat 3 yang menghalalkan pernikahan laki Muslim dengan
perempuan ahli kitab , tidak ada petentangan apa apa. Karena yang dihalalkan dinikahi adalah wanita
ahli kitab dan yang diharamkan adalah yang selain mereka.
SOAL :
Jika laki Muslim menikahi wanita ahli kitab, kemudian mereka tetap berada di dalam agama masing
masing ?
JAWAB : Suaminya (laki laki Muslim) tersebut akan dimintai tanggung jawab di sisi Allah pada hari
qiyamat kelak.
SOAL : Kalau istri yang ahli kitab ini mau masuk Islam tapi tidak shalat ?
JAWAB : Para suami bertanggung jawab tentang perilaku istri dan anaknya. Baik istrinya sudah Islam
sejak awal atau baru masuk Islam , hal ini tidak ada bedanya.
Tidak ada alasan bagi seorang suami untuk mengelak dari tanggung jawab jika istri dan anaknya tidak
mengerjakan shalat.
Wallahu A’lam.
*************************************************************
Assalamualaikum ustazd saya mau bertanya : jika ada seorang pria muslim menikahi wanita kristen tapi
pendiriannya masih masing-masing apa hukumnya, terus apakah di bolehkan berhubungan intim ,
karena sebagian pendapat tidak boleh, tetapi dengan hal seperti itu akan timbul permasalahan dalam
rumah tangga, mohon bimbingannya ustadz
Perkara ini sudah saya jelaskan pada PERTANYAAN ANA tanggal 24-09-2016
Silakan diperiksa
****************************************************************
PERTANYAAN ARKI
Assalamu’alaikum ustadz saya mau tanya tentang jihad yang sesuai ajaran sunnah Rasulullah saw
****************************************************************
Ustadz bisa tolong jelaskan nggak tentang makam Nabi yang sekarang masuk ke dalam masjid..syukran..
JAWAB : Wa alaikumus salam warahmatullahi wabarakatuh
Saya sudah jelaskan masalah ini pada PERTANYAAN MAI tanggal 19 September 2016
Silakan diperiksa.
*************************************************************
PERTANYAAN
Apakah ada tuntunan dalam merayakan 4 bulanan & 7 bulanan kehamilan sesuai tuntunan Rasulullah
saw ?
JAWAB :
Perayaan atau selamatan atau semisalnya sehubungan dengan kehamilan , adalah adat. Bukan
bersumber dari ajaran Islam.
Saya melihat di Thailand bahwa selamatan 7 bulan hamil juga dilakukan oleh masyarakat di sana yang
beragama budha.
Tetapi sebagian umat Islam merayakannya. Ikut kepada kebiasaan masyarakat disekitarnya.
Wallahu A'lam.
Assalamu'alaikum wr.wb.
Mohon izin pak ustadz mau nanyak boleh ndak kita shalat memakai kaos kaki.
wassalamu’alaikum
Malahan Rasulullah saw biasa shalat pakai khuf (sepatu yang menutupi mata kaki) dan beliau saw juga
membolehkan kepada umatnya.
Ustad sya mau bertanya tentang jihad sesuai apa yang di ajarkan rosulullah.sesuai al quran dan sunnah
Coba diperiksa.
Kebetulan beliau menikah dengan pria non muslim. Sekarang suaminya jadi muslim. Pertanyaannya
"Kalo kebalikan dari pertanyaan ini?
Dan ditengah perjalanan si pria kembali ke agama asalnya, bagaimana status pernikahannya?
Setahu saya jika wanita muslim menikah dengan ahli kitab tidak boleh ustd. Tapi akhwat perlu
penjabaran yg luas..
ار َوهَّللا ُ َي ْدعُو ِإلَى ْال َج َّن ِة َو ْال َم ْغف َِر ِة بِِإ ْذ ِن ِه
ِ ُون ِإلَى ال َّن َ ِين َح َّتى يُْؤ ِم ُنوا َولَ َع ْب ٌد مُْؤ ِمنٌ َخ ْي ٌر مِنْ ُم ْش ِركٍ َولَ ْو َأعْ َج َب ُك ْم ُأولَِئ
َ ك َي ْدع َ َوال ُت ْن ِكحُوا ْال ُم ْش ِرك
ُون َّ َ َ
َ اس ل َعل ُه ْم َيتذكر َّ َ َّ
ِ َو ُي َبيِّنُ آ َيا ِت ِه لِلن
Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan
izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang
beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan
mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka JANGANLAH
KAMU KEMBALIKAN MEREKA KEPADA (SUAMI-SUAMI MEREKA) ORANG-ORANG KAFIR. Mereka tiada
halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi mereka. Dan berikanlah
kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini
mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada tali
(perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu
bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang
ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
PENJELASAN :
Surah Al Baqarah ayat 221 : melarang wanita mukminat menikah dengan laki laki non Mualim secara
umum.
Surah Al Mumthahanah ayat 10 : jika ada wanita masuk Islam , sedangkan suaminya masih tetap berada
dalam kekafirannya , maka wanita tersebut tidak boleh dikembalikan kepada suaminya.
Bahkan Allah swt menyatakan bahwa WANITA MUKMINAT TIDAK HALAL BERSAMA SUAMI YANG KAFIR
Dua ayat yang kami kutipkan di atas adalah dalil yang jelas dan terang bahwa :
HARAM HUKUMNYA WANITA MUKMINAT MENIKAH DENGAN NON MUSLIM APAPUN AGAMANYA, BAIK
DIA AHLI KITAB ATAU BUKAN.
Hukum ini tidak ada kompromi. Jika dilanggar maka nikahnya tidak sah (dianggap tidak ada pernikahan).
Jika terjadi hubungan suami istri maka keadaannya sama dengan berzina.
Jika seorang suami murtad dari Islam (mengganti agamanya dengan agama apapun selain Islam) maka
berdasarkan hukum Islam , secara otomatis batal pernikahannya. Karena Allah tidak menghalalkan
wanita Mukminat bersuamikan orang kafir , apapun agamanya , baik ahli kitab ataupun bukan.
Jika setelah suaminya murtad masih terjadi hubungan suami istri maka kedudukannya sama dengan
berzina.
Wallahu A’lam.
24/09/16, 11.35 - Ustadz Mubarok Ptk: SAYA BERHENTI DULU. MAU MEMBERIKAN BIMBINGAN KEPADA
JAMAAH SEBAGAI BEKAL PERSIAPAN PULANG KE TANAH AIR. PERTANYAAN BOLEH DIAJUKAN TERUS.
INSYA ALLAH AKAN KAMI JAWAB JIKA SUDAH LAPANG.
***************************************************************
Assalamualaikum pak ustadz,...saya ingin bertanya apakah ada do’a khusus yang dituntunkan Nabi
Muhammad SAW ketika mentahnik. Mohon jawabannya pak ustadz...jazakallahu khair..
َ ِب- صلى هللا عليه وسلم- ُّت ُأت َِى ال َّن ِبى
َفَأ ْت َب َع ُه ْال َما َء، َف َبا َل َعلَ ْي ِه، ص ِبىٍّ ي َُح ِّن ُك ُه ْ َ َقال- رضى هللا عنها- َعنْ عَاِئ َش َة
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : Seorang bayi laki laki didatangkan kepada Nabi, lalu beliau saw
mantahniknya. Kemudian bayi itu mengencinginya , lalu Nabi saw memercikinya dengan air
Bersumber dari Aisyah r.a istri Nabi saw , bahwasanya didatangkan kepada Rasulullah saw beberapa
bayi laki laki kemudian beliau saw mendo’akan keberkahan atas mereka, lalu mentahnik mereka.
Kemudian didatangkan kepada beliau seorang bayi laki laki lalu bayi itu mengencinginya. Maka
Rasulullah saw meminta air , lalu memerciki kencingnya dan beliau saw tidak mencucinya
PENJELASAN :
TAHNIK ARTINYA : menggosok langit langit bayi (bagian atas) dengan korma yang sudah dilembekkan.
Bisa dengan mengunyahnya dulu , atau melembekkan dengan cara lain.
Kalau tidak ada korma bisa menggosoknya dengan seuatu yang manis seperti madu.
Ketika mentahnik bayi , Rasulullah saw mendo’akannya. Saya tidak mendapatkan riwayat lainnya yang
menjelaskan tentang redaksi do’a secara khusus ketika mentahnik bayi.
َأ
ِ ْو اللَّ ُه َّم َب، ك هَّللا فِي ِه
اركْ فِي ِه َ ار
َ َب.
ATAU
DARI SAYA :
Wallahu A’lam.
*************************************************************
PERTANYAAN JULMIHAYATI
Assalamu’alaikum pak ustadz saya bertanya , kita berdzikir dan bershalawat dalam sehari apakah ada
ketentuannya , karena saya pernah membaca sehari tidak lebih dari 100x saja kita berdzikir dan berdo’a.
Jazakallahu khairan
TIDAK ADA LARANGAN BERSHALAWAT ATAU BERDZIKIR LEBIH DARI 100 KALI DALAM SEHARI.
Allah dan Rasulnya saw memrintahkan agar qaum Muslimin berdzikir sebanyak banyaknya.
Hai orang-orang yang beriman, berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-
banyaknya.
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan
perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang
bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara
kehormatannya, LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN YANG BANYAK MENYEBUT (NAMA) ALLAH, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
Makkah , kemudian beliau saw melewati gunung yang dinamakan dengan “jumdan”.
Lalu Rasulullah saw bersabda : ayo lewatilah ! ini adalah Jumdan. AL MUFARRIDUUN telah menang.
Rasulullah saw menjawab : Mereka adalah para laki laki atau wanita yang banyak berdzikir kepada Allah
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabudz Dzikri wad Du’aa’ bab 1 no 2676
َي ْذ ُك ُر هَّللا َ َعلَى ُك ِّل َأحْ َيا ِن ِه-صلى هللا عليه وسلم- ُّان ال َّن ِبى ْ ََعنْ عَاِئ َش َة َقال
َ ت َك
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : Bahwasanya Nabi saw mengingat Allah dalam segala keadaannya
Hadits shahih riwayat Al Bukhari secara mu’allaq Kitabul Haidh bab 7 sebelum no 305
َقا َل « الَ َي َزا ُل.َِّث ِبه ُ ت َعلَىَّ َفَأ ْخ ِبرْ نِى ِب َشىْ ٍء َأ َت َشب َ ْن بُسْ ٍر رضى هللا عنه َأنَّ َر ُجالً َقا َل َيا َرسُو َل هَّللا ِ ِإنَّ َش َر
ْ اِئع اِإلسْ الَ ِم َق ْد َك ُث َر ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
ِ ك َر ْطبًا مِنْ ِذ ْك ِر هَّللا
َ لِ َسا ُن
قال أبو عيسى هذا حديث غريب من هذا الوجه
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abdullah bin Busyri r.a , bahwasanya ada seorang laki laki berkata : Wahai Rasulullah ,
sesungguhnya syari’at Islam telah banyak (dibebankan) atas diriku.
Beritahukanlah kepadaku tentang sesuatu yang mana aku dapat senantiasa berpegangan atasnya
(senantiasa dapat mengamalkannya dengan tidak terputus).
Rasulullah saw bersabda : Jagalah lidahmu agar senantiasa basah karena dzikir kepada Allah.
Ahmad 4/188
َو َل ُه، ك ُ لَ ُه ْالم ُْل، ك لَ ُه َ َقا َل « َمنْ َقا َل الَ ِإلَ َه ِإالَّ هَّللا ُ َوحْ َدهُ الَ َش ِري- صلى هللا عليه وسلم- ِ َأنَّ َرسُو َل هَّللا- رضى هللا عنه- َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة
، ت َع ْن ُه ِماَئ ُة َس ِّيَئ ٍة ْ َو ُم ِح َي، ت لَ ُه ِماَئ ُة َح َس َن ٍة ْ َو ُك ِت َب، ب ٍ ت لَ ُه َع ْد َل َع ْش ِر ِر َقا ْ َكا َن، فِى َي ْو ٍم ِماَئ َة مَرَّ ٍة. َوه َُو َعلَى ُك ِّل َشىْ ٍء َقدِي ٌر، ْال َح ْم ُد
َ َ َأ َأ َأ َأ ْأ
ِ َول ْم َي، ان َي ْو َم ُه َذل َِك َحتى ُيمْسِ َى
ْ َّ
َ ِ ِإال َح ٌد َع ِم َل كث َر مِنْ ذل، ض َل ِممَّا َجا َء ِب ِه
ك ْ
َ ت َح ٌد ِب ف َ َّ ِ ت لَ ُه حِرْ ًزا م َِن ال َّش ْي َطْ َو َكا َن
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , bahwasanya Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang membaca
LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKALAH
Dan bacaan itu akan menjadi pelindung baginya dari godaan syaithan sampai sore hari
Dan tidak ada orang yang amalannya lebih baik darinya (pada hari itu) kecuali seseorang yang
membacanya lebih banyak dari itu (lebih banyak dari 100 kali)
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabu Bad-il Khalqi bab 11 no 3293 (ini adalah lafadznya)
تْ ُط ٍ َ َقا َل « َمنْ َقا َل ُسب َْح- صلى هللا عليه وسلم- ِ َأنَّ َرسُو َل هَّللا- رضى هللا عنه- َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة
َّ فِى َي ْوم ِماَئ َة مَرَّ ٍة ح. ان هَّللا ِ َو ِب َح ْم ِد ِه
ت م ِْث َل َز َب ِد ْال َبحْ ِر
ْ َوِإنْ َكا َن، َُخ َطا َياه
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , bahwasanya Rasulullah saw bersabda : barangsiapa yang membaca
subhanallah wabihamdihi 100 kali dalam sehari maka akan diampuni dosanya walaupun sebanyak buih
di lautan.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabud Da’awaat bab 65 no 6405 (ini adalah lafadznya)
صلى هللا عليه- ِ ت َرسُو َل هَّللا 3ُ ْالزهْ ِرىِّ َقا َل َأ ْخ َب َرنِى َأبُو َسلَ َم َة بْنُ َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن َقا َل َقا َل َأبُو ه َُري َْر َة َسمِع ُ ان َأ ْخ َب َر َنا
ُّ ش َعيْبٌ َع ِن ِ َح َّد َث َنا َأبُو ْال َي َم
َأ َأ هَّللا َأل هَّللا
َ َيقُو ُل « َو ِ ِإ ِّنى سْ َت ْغفِ ُر َ َو ُتوبُ ِإلَ ْي ِه فِى ْال َي ْو ِم ْك َث َر مِنْ َس ْبع- وسلم
ِين مَرَّ ًة
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda : Demi Allah ,
sesungguhnya aku memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih banyak
dari 70 kali.
Hadits shahih riwayat al Bukhari Kitabud Da’awaat bab 3 no 6307
KESIMPULAN :
Umat Islam disyari’atkan banyak berdzikir , membaca istighfar , bershalawat , berdo’a kepada Allah.
Kalimat BANYAK maknanya adalah sebanyak banyaknya. Tanpa batasan hitungan.
Wallahu A’lam.
**************************************************************
PERTANYAAN TINA
Assalamu’alaikum pak ustadz , saya mau bertanya boleh tidak kita percaya dengan orang kesurupan
yang mengatas namakan nenek buyut kita. Itu termasuk syirik apa tidak ? Dan apa hukumnya.?
Kesurupan artinya : aqalnya dikuasai oleh jin , sehingga yang dilakukannya sudah tidak berada di bawah
kontrol kesadarannya. Seperti perkataannya , perbuatannya dsb.
Jadi , bukan kakek buyutnya yang telah meninggal dunia yang masuk ke dalam tubuhnya.
Tentang syaithan atau jin bisa masuk ke tubuh manusia , didapati banyak hadits yang bersumber dari
Rasulullah saw , diantaranya:
. ْت َف َقا َم َمعِى لِ َي ْقلِ َبنِى ُ َفَأ َت ْي ُت ُه َأ ُزو ُرهُ لَ ْيالً َف َحد َّْث ُت ُه ُث َّم قُم، مُعْ َت ِك ًفا- صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
ُ َفا ْن َقلَب، ْت َ ت َك ْ َصفِ َّي َة ا ْب َن ِة ُحيَىٍّ َقال
َ َْعن
َأ
صلى هللا- ُّ َف َقا َل ال َّن ِبى، سْ َر َعا- صلى هللا عليه وسلم- َّ َفلَمَّا َر َيا ال َّن ِبى، ار َأ ص
َ ْ
ن َأل ا ِن
َ م ن َ ال ج ُ ر
َ ََّر مفَ ، د
ٍ ْ
ي َ
ز ْن ب َ
ة م
َ ا س
َ فِى دَ ار ُأ3ان َمسْ َك ُن َها َ َو َك
ِ ِ ِ ِ
، ان َمجْ َرى الد َِّم س ن
ِ َ َ ِإل ْ ا ِنم ى ر ْج
ِ َ َ ي ان طَ ْ
ي َّ
ش ال َّن «
َ ِإ ل اقَ . هَّللا
ِ َ ل ُو س ر ا ي
َ َ ِ َ َ هَّللا انْح ب س
ُ َ ال ا َ
ق َ
ف . » ٍَّى ي ح
ُ ُ
ت ْ
ن ب ُ
َّة
ي ف
ِ
ِ َ َ َ ِإ ص اه َّ
ن ا م ُ
ك ل
ِ ْس رِ ى َ ل ع
َ « - وسلم عليه
وبك َما سُوءًا ُ ُ ُ
ِ ِف فِى قل ْ
َ يت نْ َيقذ َأ ُ َِوِإنى َخش ِّ
Bersumber dari Shafiyyah binti Huyay, dia berkata : Rasulullah saw pernah beri’tikaf lalu aku datang
untuk mengunjungi beliau saw di malam hari. Aku berbicara dengan beliau saw kemudian aku berdiri
dan pulang. Beliau saw berdiri bersamaku untuk mengantarku pulang (Adapun tempat tinggalnya adalah
di rumah Usamah bin Zaid ). Tiba tiba lewat 2 laki laki dari kalangan anshar. Ketika keduanya melihat
Nabi saw, merekapun berjalan tergesa gesa. Nabi saw bersabda : Tetaplah sebagaimana keadaan kalian,
sesungguhnya dia adalah Shafiyyah binti Huyay. Kedua orang tersebut berkata : Maha suci Allah wahai
Rasulullah. Beliau saw bersabda : SESUNGGUHNYA SETAN BERJALAN DALAM DIRI MANUSIA DI DALAM
ALIRAN DARAH dan sesungguhnya aku khawatir setan mencampakkan keburukan didalam hati kalian
صالَتِى َح َّتى َما َ الطاِئفِ َج َع َل َيعْ ِرضُ لِى َشىْ ٌء فِى َّ َعلَى-صلى هللا عليه وسلم- ِ اص َقا َل َلمَّا اسْ َتعْ َم َلنِى َرسُو ُل هَّللا ِ ْن َأ ِبى ْال َع
ِ ان ب َ َعنْ ع ُْث َم
هَّللا
َقا َل « َما.ِ ت َن َع ْم َيا َرسُو َل ْ ُ
ُ قل.» اص ْ َأ
ِ َف َقا َل « ابْنُ ِبى ال َع-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا َ
ِ ت ِإلى َرس ْ َ
ُ ْت ذل َِك َر َحل َأ َ
ُ صلى َفلمَّا َر يِّ َ َأ ْد ِرى َما ُأ
ت َعلَى ُ ْت ِم ْن ُه َف َجلَسُ َف َد َن ْو.» ك ال َّش ْي َطانُ ْاد ُن ْه َ َقا َل « َذا.صلِّى ُأ َأ
َ صالَتِى َح َّتى َما ْد ِرى َما
َ ض لِى َشىْ ٌء فِى َ ت َيا َرسُو َل هَّللا ِ َع َر ُ قُ ْل.» ك َ َجا َء ِب
َ ْ ْ َ
قا َل.» ت ث َّم قا َل « ال َحق ِب َع َمل َِك ُ َ
ٍ ك ثالث مَرَّ اَ َ َ َ َ هَّللا ْ َ َ َ َ
َ ِ فف َع َل ذل.» ِ صد ِرى ِب َي ِد ِه َوتف َل فِى فمِى َوقا َل « اخرُجْ َعد َُّو ْ َ ب َ ض َر َ َ َ
َ قا َل ف. َُّور قدَ مَى ِ صد ُ
َف َقا َل ع ُْث َمانُ َفلَ َع ْم ِرى َما َأحْ سِ ُب ُه َخالَ َطنِى َبعْ ُد
ورواه الحاكم وقال هذا حديث صحيح اإلسناد. في الزوائد إسناده صحيح رجاله ثقات.
Bersumber dari Utsman bin Abi Al’Ash r.a dia berkata : Ketika Rasulullah saw memberi aku tugas di Thaif
,ada sesuatu yang selalu menggangguku di dalam shalatku sehingga aku tidak tahu apa yang aku
kerjakan di dalam shalatku.
Ketika aku menyadari hal itu maka aku segera pergi menjumpai Rasulullah saw. Maka beliau saw
bersabda : Putra Abi Abi Al ‘Ash ?
Aku berkata : Ada sesuatu yang menggangguku di dalam shalatku sehingga aku tidak tahu apa yang aku
lakukan di dalam shalatku.
Maka aku mendekat kepadan beliau dan aku duduk di atas dada (telapak) kakiku.
Lalu beliau saw menepuk dadaku dengan tangannya , lalu meniup ke dalam mulutku sambil bersabda :
KELUARLAH ENGKAU WAHAI MUSUH ALLAH.
Utsman berkata : Demi Dzat yang menguasai umurku (yang menghidupkanku) , setelah itu aku tidak lagi
merasakan ada yang menggangguku
صلى هللا- ُّصا َب ُه لَ َم ٌم َف َقا َل َل ُه ال َّن ِبى َ ْن َل َها َق ْد َأ ٍ َأ َّن ُه َأ َت ْت ُه ا ْم َرَأ ٌة ِباب-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن مُرَّ َة َع ِن ال َّن ِبى
ِ ْن َعمْ ٍرو َعنْ َيعْ لَى ب ِ َع ِن ْال ِم ْن َه
ِ ال ب
هَّللا
« -صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن َوشيْئا م قِطٍ َو َسم ٍن فقا َل َرسُو ُل َ َ ْ َأ ِْن ً َ َ ْ َ َ ْ ْهَأ َ َأ َ َ هَّللا َ َأ هَّللا ُ ُْج
ِ قا َل ف َب َر ف دَت ل ُه كبشي.» ِ « اخر َعدوَّ ِ نا َرسُو ُل-عليه وسلم ْ
َ ْن َو ُر َّد َعلَ ْي َها
اآلخ َر ي شَ ْ
ب َ
ك ْ
ال دَ حَ َأ ْ
ذ ُ
خ وَ نَ َّْم
س الوَ ِطَ قَأل ا ذِ ُ
خ ى َ ل ْع ي
َ ا ي
َ
ِ
إسناده ضعيف المنهال بن عمرو لم يسمع من يعلى بن مرة: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Al Minhal bin ‘Amru dari Ya’la bin Murrah r.a dari Nabi saw , bahwasanya ada seorang
wanita yang mendatangi Rasulullah saw dengan membawa anaknya yang menderita gangguan jiwa.
Maka Nabi saw mengucapkan kepadanya : KELUARLAH ENGKAU WAHAI MUSUH ALLAH. AKU ADALAH
UTUSAN ALLAH.
Anak itu lalu siuman (sembuh) . Lalu ibunya menghadiahkan 2 ekor kambing kepada Rasulullah saw dan
keju serta mentega kepada Rasulullah saw.
Rasulullah saw bersabda : Ambillah keju dan menteganya, serta seekor kambing kibasynya .
KESIMPULAN :
Setelah itu jin mengacaukan aqalnya. Terkadang aqalnya kacau tapi masih sadar.
Mempercayai bahwa ada jin bisa masuk ke tubuh manusia , bukan perbuatan syirik
2. Jika mendapati ada umat Islam yang aqalnya kacau karena gangguan jin maka hendaknya dia
diruqyah.
3. Boleh menerima upah dari ruqyah. Hadita yang kami kutipkan di atas tentang upah ruqyah sanadnya
dha’if , tetapi didapati hadits lainnya yang shahih tentang bolehnya upah ruqyah, riwayat Al Bukhari
Kitabuth Thib bab 33 no 5736.
4. Orang yang telah wafat “disimpan” di alam qubur. Dia tidak bisa sesuka hatinya datang ke dunia
berjumpa dengan manusia atau masuk ke jasadnya untuk berkomunikasi dengan yang hidup
sebagaimana dalam filem filem horor karangan manusia.
Jadi yang masuk ke tubuh manusia adalah jin , bukan kakek buyut. Tetapi jin mau menipu manusia
dengan mengaku sebagai kakek buyutnya , bahkan meniru suaranya.
Kisah seseorang yang “disimpan” di alam qubur diterangkan dalam banyak hadits , diantaranya hadits
yang panjang ini :
س َرسُو ُل َ َار َفا ْن َت َه ْي َنا ِإلَى ْال َقب ِْر َولَمَّا ي ُْل َح ْد َف َجل
ِ ص َ از ِة َرج ٍُل م َِن اَأل ْن َ فِى َج َن-صلى هللا عليه وسلم- ِّب َقا َل َخ َرجْ َنا َم َع ال َّن ِبى ٍ از ِ ْن َعِ َع ِن ْال َب َرا ِء ب
هَّلل ُ
ْض َف َر َف َع َر َس ُه َف َقا َل « اسْ َتعِيذوا ِبا ِ مِنْأ َأل
ِ ْت ِب ِه فِى ا ر َّ َأ
ُ َو َجلَسْ َنا َح ْولَ ُه َك نَّ َعلَى ُرءُوسِ َنا الطي َْر َوفِى َي ِد ِه عُو ٌد َي ْن ُك-صلى هللا عليه وسلم- ِ هَّللا
ُال م َِن اآلخ َِر ِة َن َز َل ِإلَ ْي ِه َمالَِئ َك ٌة م َِن ال َّس َما ِء ِبيض ٍ ان فِى ا ْنق َِط
ٍ اع م َِن ال ُّد ْن َيا َوِإ ْق َب َ ْن َأ ْو َثالَثا ً ُث َّم َقا َل « ِإنَّ ْال َعبْدَ ْالمُْؤ م َِن ِإ َذا َك ِ مَرَّ َتي.» ب ْال َقب ِْر ِ َع َذا
ْ ُ ْ ْ ٌ ْ َأ َأ
َ
ت َعل ْي ِه ِ ك ال َم ْو َ
ُ ص ِر ث َّم َي ِجى ُء َمل ْ َّ َّ ُ
َ ان ال َجن ِة َو َحنوط مِنْ َحنوطِ ال َجن ِة َحتى َيجْ لِسُوا ِمن ُه َم َّد ال َب ُ َّ ِ ْالوُ جُو ِه َك نَّ وُ جُو َه ُه ُم الشمْسُ َم َع ُه ْم َك َفنٌ مِنْ ك َف
ْ َّ
َف َت ْخ ُر ُج َتسِ ي ُل َك َما َتسِ ي ُل ْال َق ْط َرةُ مِنْ فِى- َقا َل- ان ٍ اخ ُر ِجى ِإلَى َم ْغف َِر ٍة م َِن هَّللا ِ َو ِرضْ َو َّ ُِس عِ ْندَ َرْأسِ ِه َف َيقُو ُل َأ َّي ُت َها ال َّن ْفس
ْ الط ِّي َب ُة َ ال َّسالَ ُم َح َّتى َيجْ ل
ْ َأ ُ ْأ َأ ْأ
ب نف َح ِة ْ َ َ ْ ْ ُ ْ َ َ َ ْ َ
ِ ْن َحتى َي خذو َها ف َيجْ َعلو َها فِى ذل َِك الكف ِن َوفِى ذل َِك ال َحنوطِ َو َيخ ُر ُج ِمن َها ك ط َي ُ َ ُ َّ ٍ ال ِّس َقا ِء َف َي ُخ ُذ َها َفِإذا خذ َها ل ْم َيدَ عُو َها فِى َي ِد ِه طرْ فة َعي
َ َ َ َ َ َ َ
الطيِّبُ ون َ -يعْ نِى ِب َها َ -ع َلى مٍَأل م َِن ْال َمالَِئ َك ِة ِإالَّ َقالُوا َما َه َذا الرُّ و ُح َّ ُون ِب َها َفالَ َيمُرُّ َ ض َ -قا َل َ -ف َيصْ َعد َ دَت َع َلى َوجْ ِه اَألرْ ِ مِسْ كٍ وُ ِج ْ
ُون َل ُه َف ُي ْف َت ُح َل ُه ْم َف ُي َش ِّي ُع ُه مِنْ ْ َ سْ َ ْ ُّ َ ْ َّ ْ
ون فُالَنُ بْنُ فال ٍن ِب َس ِن مَاِئ ِه التِى كانوا ي َُسمُّون ُه ِب َها فِى الدن َيا َحتى َينتهُوا ِب َها ِإلى ال َّس َما ِ3ء الدن َيا ف َي تف ِتح َ
َ ُّ َ ُ َ َّ سْ َأ حَْأ َ ُ َف َيقُولُ َ
ِّين َو عِ يدُوهُ ِإلَى َأ ِّ
اب َع ْبدِى فِى عِ لي َ ْ
َّاب َع ِة َف َيقُو ُل ُ َع َّز َو َج َّل اك ُتبُوا ِك َت َ هَّللا ْ َّ
ُك ِّل َس َما ٍ3ء ُم َقرَّ بُو َها ِإلَى ال َّس َما ِ3ء التِى َتلِي َها َح َّتى ُين َت َهى ِب ِه ِإلَى ال َّس َما ِ3ء الس ِ
ان َفيُجْ لِ َسا ِن ِه َف َيقُوالَ َن لَ ُه َمنْ كَ َ ل م َ ه
ِ ِي
ت ار ًة ُأ ْخ َرى َ -قا َل َ -ف ُت َعا ُد رُو ُح ُه فِى َج َس ِد ِه َف َيْأ ض َفِإ ِّنى ِم ْن َها َخلَ ْق ُت ُه ْم َوفِي َها ُأعِ ي ُد ُه ْم َو ِم ْن َها ُأ ْخ ِر ُج ُه ْم َت َ اَألرْ ِ
ِ
ِث فِي ُك ْم َف َيقُو ُل ه َُو َرسُو ُل هَّللا ِ َ .ف َيقُوالَ ِن ل ُهَ ك َف َيقُو ُل دِين َِى اِإلسْ الَ ُمَ .ف َيقُوالَ ِن لَ ُه َما َه َذا الرَّ ُج ُل الَّذِى ُبع َ ُ َ َ ُ
ُّك َف َيقو ُل َرب َِّى ُ .ف َيقوال ِن ل ُه َما دِين ََ هَّللا ُ َرب َ
َأ
شوهُ م َِن ْال َج َّن ِة َو ْل ِبسُوهُ م َِن ْال َج َّن ِة َأ
صدَقَ َع ْبدِى َف ْف ِر ُ َأ
ت َ .ف ُي َنادِى ُم َنا ٍد فِى ال َّس َما ِء نْ َ ص َّد ْق ُ ت ِب ِه َو َ اب هَّللا ِ َفآ َم ْن ُ3 ت ِك َت َ ُك َف َيقُو ُل َق َرْأ ُ َو َما عِ ْلم َ
صر ِه َ -قا َل َ -و َيْأتِي ِه َر ُج ٌل َح َسنُ ْال َوجْ ِه َح َسنُ ِّ ْأ
ب الث َيا ِ َوا ْف َتحُوا لَ ُه َبابا ً ِإلَى ْال َج َّن ِة َ -قا َل َ -ف َي تِي ِه مِنْ َر ْو ِح َها َوطِ ِيب َها َو ُي ْف َس ُح لَ ُه فِى َقب ِْر ِه َم َّد َب َ ِ
ك الصَّالِحُ. ُ َأ ْ
ك ال َوجْ ُه َي ِجى ُء ِبال َخي ِْر َف َيقُو ُل َنا َع َمل َ ْ َأ
ُك الذِى ُك ْنتَ ُتو َع ُد َف َيقُو ُل لَ ُه َمنْ ْنتَ َف َوجْ ُه َ َّ ك َهذا َي ْوم َ َ يح َف َيقُو ُل َأبْشِ رْ ِبالَّذِى َيسُرُّ َ َ
طيِّبُ الرِّ ِ
ال م َِن اآلخ َِر ِة َن َز َل ِإلَ ْي ِه م َِن اع م َِن ال ُّد ْن َيا َوِإ ْق َب ٍ ان فِى ا ْنقِ َط ٍ َّاع َة َح َّتى َأرْ ِج َع ِإلَى َأهْ لِى َو َمالِىَ .قا َل َوِإنَّ ْال َعبْدَ ْال َكاف َِر ِإ َذا َك َ َف َيقُو ُل َربِّ َأق ِِم الس َ
ِس عِ ْن َد َرْأسِ ِه َف َيقُو ُل َأ َّي ُت َها ال َّن ْفسُ ْال َخ ِبي َثةُ َّ
ت َحتى َيجْ ل َ ك ال َم ْو ِ ْ َ
ص ِر ث َّم َي ِجى ُء َمل ُ ُ ْ
ُون ِمن ُه َم َّد ال َب َْ ال َّس َما ِء َمالَِئ َك ٌة سُو ُد ْالوُ جُو ِه َم َع ُه ُم ال ُمسُو ُح َف َيجْ لِس َ
ْ
ول َف َي ُخ ُذ َها َفِإ َذا َأ َخ َذ َها َل ْم َي َدعُو َها ْأ ب َ -قا َل َ -ف ُت َفرَّ ُق فِى َج َس ِد ِه َف َي ْن َت ِز ُع َها َك َما ُي ْن َت َز ُع ال َّس ُّفو ُد م َِن الصُّوفِ ْال َم ْبلُ ِ ض ٍ اخ ُر ِجى ِإلَى َس َخطٍ م َِن هَّللا ِ َو َغ َ ْ
ون ِب َها َ َ
ُون ِب َها فال َيمُرُّ َ ض ف َيصْ َعد َ َ َأل َ
يح ِجيف ٍة وُ ِجدَت َعلى َوجْ ِه ا رْ ِ ْ َ َ ْ َأ َ ْ ْ ْ ْ
ْن َحتى َيجْ َعلو َها فِى تِل َ ُ َّ َ َ َ
فِى َي ِد ِه طرْ فة َعي ٍ
ُوح َو َيخ ُر ُج ِمن َها ك نت ِن ِر ِ ك ال ُمس ِ
ان ُي َسمَّى ِب َها فِى ال ُّد ْن َيا َح َّتى ُي ْن َت َهى ِب ِه ِإلَى ون فُالَنُ بْنُ فُالَ ٍن ِبَأ ْق َب ِح َأسْ مَاِئ ِه الَّتِى َك َ يث َف َيقُولُ َ َعلَى مٍَأل م َِن ْال َمالَِئ َك ِة ِإالَّ َقالُوا َما َه َذا الرُّ و ُح ْال َخ ِب ُ
ون ْال َج َّن َة َح َّتى َيل َِج ال َّس َما ِ3ء ال ُّد ْن َيا َفيُسْ َت ْف َت ُح لَ ُه َفالَ ُي ْف َت ُح َل ُه »ُ .ث َّم َق َرَأ َرسُو ُل هَّللا ِ -صلى هللا عليه وسلم( -الَ ُت َف َّت ُح َل ُه ْم َأب َْوابُ ال َّس َما ِء َوالَ َي ْد ُخلُ َ
هَّلل
(و َمنْ ُيش ِركْ ِبا ِ ْ ض ال ُّس ْفلَى َف ُت ْط َر ُح رُو ُح ُه َطرْ حا ً »ُ .ث َّم َق َرَأ َ ين فِى اَألرْ ِ ْال َج َم ُل فِى َس ِّم ْال ِخيَاطِ ) « َف َيقُو ُل هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل ا ْك ُتبُوا ِك َتا َب ُه فِى سِ جِّ ٍ
ْأ
ان َفيُجْ لِ َسا ِن ِه َف َيقُوالَ ِن َل ُه َمنْ ِيق) « َف ُت َعا ُد رُو ُح ُه فِى َج َس ِد ِه َو َي تِي ِه َملَ َك ِ ان َسح ٍ الط ْي ُر َأ ْو َته ِْوى ِب ِه الرِّ ي ُح فِى َم َك ٍ َف َكَأ َّن َماَ 3خرَّ م َِن ال َّس َما ِ3ء َف َت ْخ َطفُ ُه َّ
َأ َ
ك َف َيقو ُل َها ْه َها ْه ال ْد ِرى ُ .ر ُّب َ َ
ِث فِي ُك ْم َف َيقُو ُل َها ْه َها ْه الَ َأ ْد ِرىَ .ف ُي َنادِى ُم َنا ٍد م َِن ال َّس َما ِ3ء َأنْ ك َف َيقُو ُل َها ْه َها ْه الَ َأ ْد ِرىَ .ف َيقُوالَ ِن لَ ُه َما َه َذا الرَّ ُج ُل الَّذِى ُبع َ َف َيقُوالَ ِن لَ ُه َما دِي ُن َ
ْأ َأ ْ َ ْأ َ ً َ ْ ب َفا ْف ِر ُ َك َذ َ
ِف فِي ِه ضْ ال ُع ُه َو َي تِي ِه َر ُج ٌل َ َ َ
ضيَّق َعل ْي ِه ق ْب ُرهُ َحتى تختل َ َّ َ ُ ار ف َي تِي ِه مِنْ َحرِّ َها َو َسمُو ِم َهاَ 3و ُي َ َ َّ
ار َوافتحُوا ل ُه َبابا ِإلى الن ِ َ شوا لَ ُه م َِن الن ِ
َّ
ك ْال َوجْ ُه َي ِجى ُء ِبال َّشرِّ وعدَُ .ف َيقُو ُل َمنْ ْنتَ َف َوجْ ُه َ َأ ك الَّذِى ُك ْنتَ ُت َ ُك َه َذا َي ْو ُم َ يح َف َيقُو ُل بْشِ رْ ِبالَّذِى َيسُوء َ َأ ِّ
َق ِبي ُح ْال َوجْ ِه َق ِبي ُح الث َيا ِ
ب ُم ْنتِنُ الرِّ ِ
يث َف َيقُو ُل َربِّ الَ ُتق ِِم السَّا َعةَ ك ْال َخ ِب ُ َف َيقُو ُل َأ َنا َع َمل َُ
Bersumber dari Al Baraa’ bin ‘Aazib r.a dia berkata : kami keluar bersama Nabi saw mengantarkan
janazah seorang laki laki anshar. Kemudian kami sampai di quburan. Ketika janazah sudah dimasukkan
ke liang lahad , Rasulullah saw duduk. Kami juga duduk mengelilingi beliau saw , seakan akan di atas
kepala kami ada burung. Di tangan Rasulullah saw ada sebatang kayu, lalu beliau saw menancapkannya
ke bumi. Lalu beliau saw mengangkat kepalanya kemudian bersabda : Berlindunglah kepada Allah dari
siksa qubur. Nabi saw mengucapkannya 2 atau 3 kali , lalu bersabda :
“Sesungguhnya seorang hamba apabila akan menjumpai kehidupan akhirat dan berpisah dengan
kehidupan dunia, para Malaikat turun mendatanginya, wajah mereka bagaikan matahari. Mereka
membawa kain kafan dan minyak wangi dari surga. Para Malaikat tersebut duduk dengan jarak sejauh
mata memandang. Kemudian Malaikat maut mendatanginya dan duduk dekat kepalanya seraya berkata,
“Wahai jiwa yang baik keluarlah menuju ampunan dan keridhaan Allah.” Maka keluarlah ruh itu
bagaikan air yang mengalir dari mulut wadah air minum. Maka Malaikat maut mengambil ruhnya. Bila
ruh itu telah diambil, para Malaikat (yang membawa kafan dan minyak wangi) tidak membiarkan berada
di tangannya walaupun sekejap mata hingga mengambilnya. Lalu mereka bungkus ruh itu dengan kafan
dan minyak wangi tersebut. Maka keluarlah darinya aroma, bagaikan aroma minyak kasturi yang paling
harum di muka bumi. Mereka membawa ruh itu naik menuju (ke langit). Mereka melewati para Malaikat
yang bertanya, “Siapa bau harum yang wangi ini?” Maka mereka menyebutnya dengan panggilan yang
paling baik di dunia. Sampai naik ke langit, lalu mereka meminta dibukakan pintu langit, maka lalu
dibukalah untuknya. Malaikat penghuni setiap langit mengiringinya sampai pada langit berikutnya. Dan
mereka berakhir pada langit ketujuh. Allah berkata, ‘Tulislah kitab hamba-Ku pada ‘Illiyyin (tempat yang
tinggi) dan kembalikan ia ke bumi, sesungguhnya Aku menciptakan mereka dari bumi, kemudian di
sanalah mereka dikembalikan dan akan dibangkitkan kelak. Selanjutnya, ruhnya dikembalikan ke
jasadnya. Lalu datanglah kepadanya dua Malaikat,keduanya menyuruhnya untuk duduk. Kedua Malaikat
itu bertanya kepadanya, ‘Siapa Rabbmu?’ Ia menjawab, “Rabbku adalah Allah”. ‘Apa agamamu?’ Ia
menjawab,agamaku Islam’. ‘Siapa orang yang diutus kepadamu ini?’ Ia menjawab, ‘Ia adalah Rasulullah.
‘Apa ilmumu?’ Ia menjawab, ‘Aku membaca kitab Allah dan beriman dengannya’. Lalu diserukan dari
langit, ‘Sungguh benar hamba-Ku’. Maka bentangkanlah untuknya tikar dari surga-Ku. Dan bukakan
baginya pintu surga. Maka datanglah kepadanya wangi surga dan dilapangkan kuburnya sejauh mata
memandang. Selanjutnya, datang kepadanya orang yang berwajah tampan, berpakaian bagus dan
harum mewangi. Ia (orang berwajah tampan) berkata, “Bergembiralah dengan semua yang
menyenangkanmu. Inilah hari yang dijanjikan untukmu.” Maka ia (mayat) pun bertanya, “Siapa anda,
wajahmu yang membawa kebaikan?” Maka ia menjawab, “Aku adalah amalmu yang shaleh”. Ia
bertanya lagi, “Ya Allah, segerakanlah Kiamat agar aku bisa kembali kepada keluarga dan hartaku.”
Dan bila seorang kafir, ia berpindah dari dunia dan menuju ke alam akhirat. Dan para Malaikat turun dari
langit menuju kepadanya dengan wajah yang hitam. Mereka membawa kain yang kasar, mereka duduk
dengan jarak dari mayat sejauh mata memandang. Kemudian datanglah Malaikat maut duduk di dekat
kepalanya. Ia berkata, “Wahai jiwa yang kotor, keluarlah menuju kemurkaan Allah.” Selanjutnya, ruhnya
pun menyebar ke seluruh tubuhnya dan Malaikat maut mencabut ruhnya dengan kuat seperti mencaput
sisir besi dari ijuk yang basah. Bila ruh itu telah diambil, para Malaikat itu tidak membiarkannya sekejap
mata di tangan Malaikat maut, sampai para Malaikat meletakkannya pada kain yang kasar tersebut.
Kemudian ia mengeluarkan bau yang paling busuk di muka bumi. Selanjutnya para Malaikat membawa
naik ruh tersebut. Tidak ada Malaikat yang mereka lewati kecuali mereka mengatakan, ‘Bau apa yang
sangat keji ini?’ ia dipanggil dengan namanya yang paling jelek waktu di dunia. ketika arwahnya sampai
pada langit dunia dan Malaikat meminta pintunya dibuka, akan tetapi tidak diizinkan. Kemudian
Rasulullah saw membaca firman Allah:
Tidak dibukakan untuk mereka pintu langit, dan mereka tidak akan masuk surga sampai onta masuk ke
dalam lubang jarum”.
Setelah itu, Allah Azza wa Jalla berfirman “Tulislah catatan amalnya di Sijjin pada lapisan bumi yang
paling bawah”.Dan ruhnya dilemparkan jauh-jauh. Kemudian Rasulullah saw membaca ayat:
Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, maka seolah-olah ia telah terjatuh dari langit lalu
disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh
Wallahu A’lam.
*************************************************************
PERTANYAAN PATRIANI
Billahirrahmanirrahim.
Menanyakan tentang shalat yang dilakukan Rasulullah saw pada penjelasan diatas.
Redaksi :......lalu beliau saw mengucapkan salam dengan nyaring sampai terdengar oleh kami. Setelah
itu beliau saw shalat 2 rakaat setelah salam sambil duduk.
Mungkin yang ditanyakan adalah “shalatnya Rasulullah saw yang 2 raka’at sambil duduk setelah yang 9
raka’at yang diriwayatkan oleh imam Muslim Kitabu Shalatil Musaafiriin bab 18 no 746 sebagaimana
yang pernah saya kutip ketika menjawab pertanyaan tentang “ DUDUK PADA TAHIYYAT AWAL PAKAI
BACAAN SHALAWAT ATAU TIDAK ?
Sebagian qaum Muslimin merasa bingung setelah membaca hadits ini. Karena dalam hadits ini
disebutkan bahwa Rasulullah saw melaksanakan shalat dengan raka’at ganjil (witir) kemudian
dilanjutkan dengan shalat 2 raka’at (genap).
JAWAB :
َ َقا َل « اجْ َعلُوا آخ َِر-صلى هللا عليه وسلم- ِّْن ُع َم َر َع ِن ال َّن ِبى
صالَ ِت ُك ْم ِباللَّي ِْل ِو ْترً ا ِ َع ِن اب
Bersumber dari Ibnu Umar r.a dari Nabi saw yang bersabda : Jadikanlah witir sebagai akhir dari shalat
malam kalian
Penjelasan :
Berdasarkan hadits ini , shalat witir dilakukan sebagai penutup shalat malam. Artinya , qaum Muslimin
disyari’atkan mengerjakan shalat malam dengan bilangan raka’at genap , kemudian menutupnya dengan
raka’at ganjil
Tetapi jika suatu ketika mengerjakan shalat dengan bilangan ganjil lebih dulu dan diakhiri dengan shalat
dengan bilangan raka’at genap maka hel ini tidak dapat disalahkan.
Karena Rasulullah saw pernah mengamalkannya.
BAHKAN HAL INI SEBAGAI JALAN KELUAR BAGI UMAT ISLAM YANG MELAKUKAN SHALAT WITIR
SEBELUM TIDUR MALAM. BAGAIMANA SIFAT SHALATNYA JIKA DIA TERBANGUN DI MALAM HARI ?
JAWAB : Dia cukup shalat dengan bilangan raka’at genap saja , tidak perlu ditutup dengan witir lagi.
Karena witirnya telah dikerjakannya sebelum tidur.
ٍ َأل ِبى َب ْك ٍر « َأىَّ ح-صلى هللا عليه وسلم- ِ ْن َع ْب ِد هَّللا ِ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
َقا َل « َفَأ ْنتَ َيا.ِِين ُتو ِت ُر » َقا َل َأ َّو َل اللَّي ِْل َبعْ َد ْال َع َت َمة ِ َعنْ َج ِاب ِر ب
ُ ْ َت ْ َ َأ َ َت ْ َأ َأ َ ْ ْ َت ْ َ َأ َ ْ َأ َت ْ َأ َأ َّ
« مَّا ن َيا َبا َبك ٍر ف خذ ِبالوُ ثقى َو مَّا ن َيا ُع َم ُر ف خذ ِبالقوَّ ِة-صلى هللا عليه وسلم- ُّ فقا َل الن ِبى. فقا َل آخ َِر اللي ِْل.» ُع َم ُر َ َ َّ َ َ
Rasulullah saw bertanya kepada Abu Bakar r.a : Kapan engkau mengerjakan witir ?
Abu Bakar r.a menjawab : Pada awal malam setelah melakukan shalat isya’
Kemudian Rasulullah saw bertanya kepada Umar r.a : Kapan engkau mengerjakan witir ?
Maka Nabi saw bersabda : Engkau wahai Abu Bakar , adalah orang yang hati hati
Sedangkan engkau wahai Umar , adalah orang yang berpegang dengan teguh (kuat).
Ibnu Majah Kitabu Iqamatish Shalah bab 128 no 1202 (ini adalah lafadznya)
Ahmad 3/309
اف َأنْ الَ َيقُو َم مِنْ آخ ِِر اللَّي ِْل َف ْليُوتِرْ ُث َّم ْل َيرْ ُق ْد َو َمنْ َو ِثقَ ِبقِ َي ٍام م َِن اللَّي ِْل
َ َيقُو ُل « َأ ُّي ُك ْم َخ-صلى هللا عليه وسلم- َّت ال َّن ِبى
3ُ َْعنْ َج ِاب ٍر َقا َل َسمِع
ض ُلَ ُورةٌ َو َذل َِك َأ ْف َ َف ْليُوتِرْ مِنْ آخ ِِر ِه َفِإنَّ ق َِرا َء َة آخ ِِر اللَّي ِْل َمحْ ض
Bersumber dari Jabir r.a ia berkata: Saya mendengar Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa
di antara kalian yang khawatir tidak bisa bangun di akhir malam, hendaklah ia witir (pada awal malam)
kemudian dia tidur. Dan siapa yang yakin akan terbangun di akhir malam, hendaklah ia witir di akhir
malam, karena bacaan di akhir malam dihadiri (oleh para Malaikat) dan hal itu adalah lebih afdhal."
اف َأنْ الَ َيقُو َم مِنْ آخ ِِر اللَّي ِْل َف ْليُوتِرْ َأوَّ لَ ُه َو َمنْ َطم َِع َأنْ َيقُو َم آخ َِرهُ َف ْليُوتِرْ آخ َِر
َ « َمنْ َخ-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َج ِاب ٍر َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ض ُل َأ
َ صالَ َة آخ ِِر اللَّي ِْل َم ْشهُو َدةٌ َو َذل َِك ْف
َ َّاللَّي ِْل َفِإن
Bersumber dari Jabir r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang khawatir tidak dapat
bangun pada akhir malam maka hendaknya dia mengerjakan shalat witir pada awal malam. Barangsiapa
yang merasa mampu bangun di akhir malam maka hendaknya dia mengerjakan witir di akhir malam.
Karena sesungguhnya shalat yang dikerjakan di akhir malam disaksikan (oleh para malaikat). Dan itulah
yang paling utama.
KESIMPULAN :
1. Yang paling utama , shalat witir dijadikan sebagai penutup shalat malam.
2. Tidak dilarang mengerjakan shalat witir lebih dahulu , kemudian ditutup dengan shalat dengan
bilangan raka’at genap.
3. Bagi yang khawatir tidak dapat bangun malam , maka dianjurkan mengerjakan shalat witir sebelum
tidur.
4. Bagi yang shalat witir sebelum tidur dan ternyata bangun di sebagian malam , dianjurkan
mengerjakan shalat malam , tetapi tidak ditutup dengan shalat witir. Karena Rasulullah saw melarang
shalat witir dikerjakan 2 kali dalam 1 malam.
ِ الَ ِو ْت َر
ان فِى َل ْيلَ ٍة
Wallahu A’lam
***************************************************************
Assalamu’alaikum wr.wb.
Ustadz, apa ada larangan memotong rambut dan kuku pada saat haidh. Dan apakah dibolehkan
pewarna kuku maupun rambut menggunakan produk heina alamiah.
Dan apakah rambut yang diwarnai jika sudah wafat tidak menjadi cahaya dalam alam kubur, apa ada
haditsnya ustadz.
Mohon penjelasan
2. Boleh mewarnai rambut atau kuku dengan menggunakan pewarna alami seperti pacar atau inai atau
heina.
3. Rambut yang diwarna tidak dapat menjadi cahaya di dalam alam qubur ?
Tidak saya dapati dalilnya. Bahkan Rasulullah saw memerintahkan agar uban diwarnai :
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , Nabi saw bersabda : Sesungguhnya orang yahudi dan nashrani tidak
mau menyemir ubannya , maka hendaknya kalian menyelisihi mereka.
Wallahu A’lam.
**********************************************************
Assalamualaikum pak ustadz. Saya ingin bertanya. Apakah boleh kita shalat tidak baca ushalli. Hanya niat
dalam hati , kemudian baca Allahu Akbar disertai angkat ke dua belah tangan kita. Mohon berikan
pertunjuk pak ustadz.
Rasulullah saw mengajarkan shalat kepada shahabatnya juga tidak pakai ushalli.
Tidak ada seorangpun ulama dari 4 madzhab yang mengatakan bahwa shalat yang tidak pakai ushalli
tidak sah.
Bersumber dari Ibnu Umar r.a, dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw apabila berdiri mengerjakan
shalat , beliau saw mengangkat kedua tangannya hingga sejajar dengan bahunya , kemudian bertakbir
ِى ِب ِه َما َم ْن ِك َب ْي ِه ُث َّم ُي َك ِّب ُر َّ ِإ َذا َقا َم ِإلَى ال-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
َ صالَ ِة َيرْ َف ُع َي َد ْي ِه َح َّتى ي َُحاذ َ عن ابي حميد الساعدي َقا َل َك
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Abu Humaid As Sa’idi r.a , dia berkata : Bahwasanya Rasulullah saw apabila berdiri
mengerjakan shalat, beliau saw mengangkat kedua tangannya sejajar dengan bahunya kemudian
bertakbir.
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 117 no 730
Bersumber dari Ibnu Umar r.a, dia berkata : Aku melihat Nabi saw memulai dengan takbir ketika shalat.
Beliau saw mengangkat kedua tangannya ketika bertakbir sampai kedua tangannya sejajar dengan
kedua bahunya
صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َ ِّب ال َّن ِبيِ ان مِنْ َأصْ َحا َ ث َو َكِ ْن ْالح َُوي ِْر ِ َعنْ َمالِكِ ب
ِين ُي َك ِّب ُر ِح َيا َل ُأ ُذ َن ْي ِه
َ صلَّى َر َف َع َي َد ْي ِه ح َ ِ َأنَّ َرسُو َل هَّللا
َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َك
َ ان ِإ َذا
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Malik bin Al Huwairits r.a , dia adalah salah seorang dari shahabat Nabi saw . Dia berkata
bahwa apabila Rasulullah saw mengerjakan shalat, beliau saw mengangkat kedua tangannya ketika
bertakbir , sejajar dengan dengan kedua telinganya.
ك َعلَى َ آن ُث َّم ا ْق َرْأ ِب َما شِ ْئ تَ َفِإ َذا َر َكعْ تَ َفاجْ َع ْل َر
َ اح َت ْي ْأ ُأ
ِ ْالز َرقِىِّ َقا َل َرسُو ُل هَّللا ِ « ِإ َذا اسْ َت ْق َب ْلتَ ْالقِ ْبلَ َة َف َكبِّرْ ُث َّم ا ْق َر ِب ِّم ْالقُر ِ اع َة ب
ُّ ْن َراف ٍِع َ َعنْ ِر َف
ك َ ْ
َ ْك َوا ْمدُد ظه َْر َ ْ
َ ُرك َبتي
حسن: قال الشيخ األلباني
حديث صحيح وهذا إسناد اختلف فيه على علي بن يحيى بن خالد الزرقي: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Rifa’ah bin Raafi’ Az Zuraqiy r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Apabila engkau menghadap qiblat maka bertakbirlah kemudian bacalah Ummul Qur’an (Al Fatihah)
kemudian bacalah (surah lain) yang engkau kehendaki .
Apabila engkau ruku’ maka letakkanlah kedua tanganmu pada lututmu dan luruskan punggungmu
ْ َف َجا َء َف َسلَّ َم َعلَ ْي ِه َف َقا َل لَ ُه « ارْ ِجع، فِى َنا ِح َي ِة ْال َمسْ ِج ِد- صلى هللا عليه وسلم- ِ صلِّى َو َرسُو ُل هَّللا َ ًَعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َأنَّ َر ُجال
َ دَخ َل ْال َمسْ ِجدَ ُي
َقا َل « ِإ َذا. الثالِ َث ِة َفَأعْ لِ ْمنِى َّ َقا َل فِى. » ص ِّل َ ك لَ ْم ُت َ َفِإ َّن، ص ِّل
َ ارْ ِجعْ َف، ك َ ُث َّم َسلَّ َم َف َقا َل « َو َعلَ ْي، صلَّى
َ َف َر َج َع َف. » ص ِّل َ ك لَ ْم ُت َ َفِإ َّن، ص ِّل َ َف
ْأ ُ ْ َّ
َ ث َّم ارْ َفعْ َر َس، ث َّم ارْ َكعْ َحتى َتطمَِئنَّ َراكِعً ا، آن ُ ُ ْ ْأ ْ َ َ ْ ْ ُ ْ َأ َ
َ َواق َر ِب َما َت َيس ََّر َم َع، ْ ث َّم اسْ َتق ِب ِل القِ ْبلة َف َكبِّر، صال ِة َف سْ ِب ِغ الوُ ضُو َء َّ قُمْتَ ِإلى ال
َ
ك ِ ْك م َِن القر
ُث َّم ارْ َفعْ َح َّتى، ُث َّم اسْ ج ُْد َح َّتى َت ْطمَِئنَّ َسا ِج ًدا، ى َو َت ْطمَِئنَّ َجالِ ًسا َ َسا ِج ًدا ُث َّم ارْ َفعْ َح َّتى َتسْ َت ِو، َّ ُث َّم اسْ ج ُْد َح َّتى َت ْطمَِئن، َح َّتى َتعْ َت ِد َل َقاِئمًا
ِّ
ِك كل َهاُ َ
َ صالت
َ ك فِى َ ْ ُ
َ ِ ث َّم اف َع ْل ذل، ى قاِئمًا َ َ
َ تسْ ت ِوَ
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , Bahwasanya ada seorang laki laki masuk masjid kemudian
mengerjakan shalat, sedangkan Rasulullah saw berada di sudut masjid.
Laki laki itu kemudian mendatangi Nabi saw lalu memberikan salam kepadanya, lalu beliau saw
bersabda kepadanya :
Maka laki laki itu mengerjakan shalat ( lagi ) kemudian mengucapkan salam kepada Rasulullah saw, lalu
beliau saw menjawab salamnya : Semoga juga dilimpahkan kepadamu. Kemudian beliau saw bersabda :
Kembalilah , lalu shalatlah ! Karena sesungguhnya engkau belum shalat.
Untuk ketiga kalinya, laki laki itu berkata : Ajarilah aku ( wahai Rasulullah ).
Beliau saw bersabda : Apabila engkau hendak mengerjakan shalat, maka sempurnakanlah wudhu,
kemudian menghadaplah ke arah Qiblat lalu bertakbirlah dan bacalah apa yang mudah bagimu dari Al
Qur’an.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabul Aiman bab 15 no 6667 ( ini adalah lafadznya )
KESIMPULAN :
3. Shalat yang tidak pakai ushalli hukumnya sah dan sudah sesuai dengan sunnah Rasulullah saw.
Konon ushalli dibuat oleh sebagian umat Islam untuk membantu hati dalam berniat.
Wallahu A’lam.
***********************************************************
PERTANYAAN THOMAS
Asssalamualaikum wr wb .
Pak ustadz tolong jelaskan nanti manfaat perbandingan perempuaan shalat di masjid dan di rumah
untuk ibu ibu, biar nanti dia rajin berjamaah shalat fardhunya di masjid. Trims
Pertanyaan ini sekalipun kelihatannya sederhana tetapi sungguh ini adalah pertanyaan yang sulit.
Diperlukan wawasan yang luas serta pembahasan yang adil untuk menjawabnya. Maka saya tidak hanya
menjawab dengan ya atau tidak. Bukan hanya boleh atau tidak boleh. Tetapi akan saya uraikan panjang
lebar supaya kita dapat memahaminya dengan benar dan dapat mengambil manfaat yang banyak dari
jawaban ini
Shalat berjamaah di masjid adalah amal shalih yang dipuji dalam Islam.
Saya sudah membuat catatan tentang keutamaan shalat berjama’ah di masjid beserta hukum hukum
yang menyertainya.
Shahih Muslim Kitabul Masaajid bab (42) Fadhlu Shalaatil Jamaa’ah no 650 ( Ini adalah lafadznya )
Shalat berjama’ah lebih utama 25 kali bagian dari shalatnya seseorang diantara kalian yang dilakukan
sendirian
ينَ صالَ ِت ِه فِى سُوقِ ِه َخ ْم ًسا َوعِ ْش ِر َ َو، صالَ ِت ِه فِى َب ْي ِت ِهَ ِيع َت ِزي ُد َعلَى ْ
ِ صالَةُ ال َجم َ « َقا َل- صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َع ِن ال َّن ِبى
ً ْ َّ ً هَّللا َّ ْ ُ
َح َّتى، َو َحط َعن ُه َخطِ يَئ ة، َل ْم َيخط ُخط َو ًة ِإال َر َف َع ُه ُ ِب َها د ََر َجة، صالَ َةْ َّ الَ ي ُِري ُد ِإال ال، َضَأ َفَأحْ َس َن َوَأ َتى ْال َمسْ ِجد
َّ َّ َفِإنَّ َأ َحدَ ُك ْم ِإ َذا َت َو، دَ َر َج ًة
ُصلِّى فِي ِه اللَّ ُه َّمَ ْال َمالَِئ َك ُة َما َدا َم فِى َمجْ لِسِ ِه الَّذِى ي- َيعْ نِى َعلَ ْي ِه- صلِّى
َ َو ُت، ت َتحْ ِب ُس ُه ْ صالَ ٍة َما َكا َن
َ ان فِى َ دَخ َل ْال َمسْ ِجدَ َك
َ َوِإ َذا، ََي ْد ُخ َل ْال َمسْ ِجد
ْ َ َّ َ
َما ل ْم يُحْ دِث فِي ِه، الل ُه َّم ارْ َح ْم ُه، اغفِرْ ل ُه ْ
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw yang bersabda :
Shalat berjama’ah lebih utama 25 derajat daripada shalatnya seseorang di rumahnya atau di pasarnya.
Karena sesungguhnya barangsiapa diantara kalian yang berwudhu ( di rumahnya ) lalu dia pergi ke
masjid , dan dia tidak memiliki tujuan (lain) selain shalat, tidaklah dia melangkahkan kaki 1 langkah
melainkan Allah mengangkatnya 1 derajat dan menghapus darinya 1 kesalahan ( dosa ) sampai dia
masuk masjid.
Ketika dia sudah masuk masjid maka dia senantiasa berada di dalam shalat selama dia bertahan
karenanya ( menunggu shalat berjama’ah ) . Dan selama dia berada di tempatnya , Malaikat senantiasa
berdo’a : ya Allah ampunilah dia dan sayangilah dia.
(Do’a itu senantiasa diucapkan ) selama dia tidak berhadats ( tidak batal wudhunya )
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabush Shalah bab 87 no 477 ( ini lafadznya )
PENJELASAN :
Kalimat “ maka dia senantiasa berada di dalam shalat “ artinya : dia senantiasa diberi pahala seperti
orang yang mengerjakan shalat , selama dia berada ditempatnya. Walaupun kenyataannnya dia tidak
sedang melakukan shalat.
Kalimat “lebih utama 25 derajat daripada shalatnya seseorang di rumahnya atau di pasarnya”
mengarahkan kepada satu makna bahwa : shalat berjama’ah dengan keutamaan 25 kali lebih besar
adalah dilakukan di masjid.
Ada yang berpendapat bahwa : Hadits tersebut tidak membicarakan keutamaan tempat
( masjid ) , tetapi yang dibicarakan adalah keutamaan berjama’ahnya. Sehingga digunakan perbandingan
shalat di rumah atau di pasarnya , karena shalat di rumah atau di pasar biasanya dilakukan dengan
sendirian , tidak berjama’ah dengan masyarakat sekitarnya.
DARI SAYA :
Terlepas dari perbedaan pemahaman terhadap hadits di atas , maka yang lebih utama adalah melakukan
shalat berjama’ah di masjid. Karena shalat fardhu yang dilakukan oleh Nabi saw adalah dengan cara
berjama’ah di masjid.
Melakukan shalat dengan cara berjama’ah di masjid adalah mengikuti sunnah Nabi saw.
Karena Nabi saw ketika sedang tidak dalam perjalanan , shalat fardhunya senantiasa dilakukan di masjid
dengan cara berjama’ah. Tidak dengan cara lainnya.
Yang dimaksud dengan “masjid” adalah seluruh masjid yang berada di atas bumi ini. Boleh masjid di
dekat rumahnya , atau didekat kantornya , dekat pasarnya dsb.
Tidak harus masjid tertentu. Jika seseorang sedang berada di tempat kerjanya , kemudian dia hadir
dalam shalat berjama’ah yang dilakukan di masjid yang berada di sekitarnya , maka dia tetap
mendapatkan keutamaan shalat berjama’ah.
Tentang perbedaan angka dalam keutamaan : Ada riwayat yang menyebutkan 25 , ada juga yang 27.
Tentang adanya perbedaan redaksi keutamaan shalat berjama’ah ( 25 dan 27 ) tidak menunjukkan
bahwa hadits tersebut bertentangan. Bahkan hadits hadits tersebut sebagai pemberitahuan bahwa
keutamaan shalat berjama’ah yang didapatkan seseorang bisa saja berbeda antara yang satu dengan
yang lainnya. Hal ini bergantung dengan banyak hal , diantaranya :
• Berwudhu di rumah kemudian berangkat ke masjid untuk shalat berjama’ah adalah lebih utama
dibanding dengan berangkat ke masjid tidak dalam keadaan berwudhu (berwudhunya dilakukan di
masjid). Bersumber dari Abu HUrairah r.a , Nabi saw bersabda :
َح َّتى َي ْد ُخ َل، َو َح َّط َع ْن ُه َخطِ يَئ ًة، ط ُخ ْط َو ًة ِإالَّ َر َف َع ُه هَّللا ُ ِب َها د ََر َج ًة َّ الَ ي ُِري ُد ِإالَّ ال، َضَأ َفَأحْ َس َن َوَأ َتى ْال َمسْ ِجد
ُ َل ْم َي ْخ، صالَ َة َّ َفِإنَّ َأ َحدَ ُك ْم ِإ َذا َت َو
ال َمسْ ِج َد ْ
Karena sesungguhnya barangsiapa diantara kalian yang berwudhu ( di rumahnya ) lalu dia pergi ke
masjid , dan dia tidak memiliki tujuan (lain) selain shalat, tidaklah dia melangkahkan kaki 1 langkah
melainkan Allah mengangkatnya 1 derajat dan menghapus darinya 1 kesalahan ( dosa ) sampai dia
masuk masjid.
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabush Shalah bab 87 no 477 ( ini lafadznya )
• Berangkat lebih awal ke masjid sebelum iqamat dikumandangkan tidak sama dengan yang
terlambat ( masbuq = tidak mendapati raka’at pertama dengan imamnya ). Bersumber dari Anas bin
Malik r.a , Rasulullah saw bersabda :
ِ ار َو َب َرا َءةٌ م َِن ال ِّن َف
اق ِ ان َب َرا َءةٌ م َِن ال َّن ْ ير َة اُألولَى ُك ِت َب
ِ ت لَ ُه َب َرا َء َت َ ك ال َّت ْك ِب
ُ اع ٍة ي ُْد ِر َ صلَّى هَّلِل ِ َأرْ َبع
َ ِين َي ْومًا فِى َج َم َ َْمن
حسن: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Anas bin Malik r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang
mengerjakan shalat karena Allah selama 40 hari dengan cara berjama’ah dengan selalu mendapatkan
takbir pertama (imamnya) , maka akan ditetapkan baginya 2 kebebasan : Kebebasan dari api neraka dan
kebebasan dari sifat kemunafikan
Hadits hasan riwayat Tirmidzi Kitabush Shalaah bab Fadhlut Takbiiratil Uulaa no 241
• Orang yang datang lebih awal di Masjid lalu dia menunggu iqamat tidak sama dengan yang
datang ketika iqamat telah dikumandangkan. Bersumber dari Abu Hurairah r.a , Nabi saw bersabda :
اللَّ ُه َّم، اغفِرْ لَ ُه َ ْال َمالَِئ َك ُة َما َدا َم فِى َمجْ لِسِ ِه الَّذِى ُي- َيعْ نِى َعلَ ْي ِه- صلِّى
ْ صلِّى فِي ِه اللَّ ُه َّم َ َو ُت، ت َتحْ ِب ُس ُه
ْ صالَ ٍة َما َكا َن َ دَخ َل ْال َمسْ ِجدَ َك
َ ان فِى َ َوِإ َذا
ِث فِي ِه ْ َما لَ ْم يُحْ د، ارْ َح ْم ُه
Ketika dia sudah masuk masjid maka dia senantiasa berada di dalam shalat selama dia bertahan
karenanya (menunggu shalat berjama’ah). Dan selama dia berada di tempatnya , malaikat senantiasa
berdo’a : ya Allah ampunilah dia dan sayangilah dia.
(Do’a itu senantiasa diucapkan ) selama dia tidak berhadats ( tidak batal wudhunya )
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabush Shalah bab 87 no 477 ( ini lafadznya )
• Shalat berjama’ah dengan shaf yang rapat dan lurus , tidak sama dengan shaf yang asal asalan.
Bersumber dari Anas bin Malik r.a , Nabi saw bersabda :
• DLL
A) Tidak ada pertentangan antara hadits hadits yang ada. Penyebutan yang sedikit tidak mengingkari
yang banyak
B) Pada awalnya Nabi saw memberitahukan jumlah yang sedikit (25 kali atau 25 derajat),
Kemudian Allah swt memberitahukan kepada Nabi saw adanya penambahan keutamaan, maka Nabi saw
memberitahukan kepada ummatnya.
C) Jumlah keutamaan bergantung kepada perbedaan keadaan orang yang mengerjakan shalat , sehingga
sebagian mendapat 25 dan sebagian lainnya mendapat 27.
Hal ini tergantung kepada kesempurnaan shalat , di mana dia sangat menjaga bagusnya shalat yang
dilakukannya , juga khusyu’nya , banyaknya jumlah jama’ah yang hadir , keutamaan tempat yang
digunakan untuk menunaikan shalat , dsb
LIHAT : Kitab Syarah Muslim oleh imam Nawawi jilid 3 halaman 153 Kitabul Masajid bab (42) Fadhli
Shalatil Jama’ah
صالَةُ ِإالَّ َق ِد اسْ َتحْ َو َذ ِ َيقُو ُل « َما مِنْ َثالَ َث ٍة فِى َقرْ َي ٍة َوالَ َب ْد ٍو الَ ُت َقا ُم ف-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َرسُو َل هَّللا
َّ ِيه ُم ال ُ َْعنْ َأ ِبى الدَّرْ دَ ا ِء َقا َل َسمِع
ْ
صال َة فِى ال َج َما َع ِة َ ْ َ ُ َ َ َ َ ْ ْئ ِّ ُ ْأ َّ
َ قا َل زاِئ َدة قا َل السَّاِئبُ َيعْ نِى ِبال َج َم.» اع ِة فِإن َما َي ك ُل الذ بُ القاصِ َية
َّ اع ِة ال َ ْ
َ ْك ِبال َج َم َ َ
َ َعلَي ِْه ُم ال َّش ْيطانُ ف َعلي
َ
Bersumber dari Abud Darda’ r.a dia berkata : Aku mendengar Rasulullah saw bersabda :
Tidaklah ada 3 orang yang berada di suatu kampung atau pedalaman , lalu tidak didirikan shalat
berjama’ah diantara mereka , melainkan mereka telah dikuasai oleh syaithan.
Oleh karena itu hendaknya kalian mengerjakan shalat berjama’ah , karena serigala itu hanya memakan
(kambing) yang terpencil ( sendirian )
Zaaidah berkata : As Saaib berkata : yang dimaksud dengan bil jama’ah adalah shalat dengan cara
berjama’ah
Hadits hasan riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 47 no 547 ( ini adalah lafadznya )
( Dalam redaksi Al Hakim no 765 ada kalimat : “ Al Ghanami Al Qaashiyah = kambing yang sendirian “ )
PENJELASAN :
Kalimat “serigala itu hanya memakan (kambing) yang terpencil ( sendirian ) “ adalah kalimat kiasan yang
ditujukan kepada umat Islam yang melakukan shalat sendirian di rumahnya. Bahwa syaithan lebih
mudah menggoda orang tersebut dibanding orang yang melakukan shalatnya dengan cara berjama’ah di
masjid.
Lebih jauh lagi , suatu kampung yang memiliki penduduk laki laki yang jumlahnya 3 orang atau lebih
tetapi tidak didirikan shalat berjama’ah , maka kampung tersebut dapat dengan mudah dikuasai oleh
syaithan. Artinya : pertahanan penduduknya terhadap godaan syaithan menjadi lemah.
Jika suatu kampung belum memiliki masjid , maka shalat berjama’ah boleh dilakukan di lapangan , atau
di rumah seseorang atau di tempat mana saja yang bersih dan suci dari najis.
Bersumber dari Anas bin Malik r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : Barangsiapa yang
mengerjakan shalat karena Allah selama 40 hari dengan cara berjama’ah dengan selalu mendapatkan
takbir pertama (imamnya) , maka akan ditetapkan baginya 2 kebebasan : Kebebasan dari api neraka dan
kebebasan dari sifat kemunafikan
Hadits hasan riwayat Tirmidzi Kitabush Shalaah bab Fadhlut Takbiiratil Uulaa no 241
PENJELASAN :
Kalimat “ selama 40 hari dengan berjama’ah “ bermakna : Melakukan shalat berjama’ah di masjid secara
terus menerus dan berkesinambungan selama 40 hari berturut turut dan tidak pernah terlambat 1
raka’atpun.
Artinya orang tersebut senantiasa datang ke masjid pada awal waktu dan selalu mendapatkan raka’at
pertama bersama imamnya selama 40 hari berturut turut.
Karena sehari semalam shalat fardhu dilakukan 5 kali , berarti 40 hari setara dengan melakukan shalat
sebanyak 200 kali.
Jika ada seorang mukmin melakukan shalat 200 kali berturut turut di masjid dengan cara berjama’ah
dan senantiasa mendapatkan raka’at pertama bersama dengan imamnya , maka dia mendapatkan
jaminan dibebaskan dari siksa api neraka dan dibebaskan dari sifat kemunafikan yaitu : bohong , tidak
amanah , tidak menepati janji.
Tetapi jarang ada orang mukmin yang berjuang untuk mendapatkan kemuliaan ini.
TAMBAHAN :
Hadits ini adalah salah satu alasan yang digunakan oleh sebagian ulama untuk mengingkari keshahihan
hadits shalat arba’in :
Bersumber dari Anas bin Malik r.a dari Nabi saw yang bersabda :
Barangsiapa yang shalat di masjidku ini 40 kali shalat , yang tidak terputus satu shalatpun melainkan
ditetapkan baginya kebebasan dari siksa neraka, dan kebebasan dari adzab, dan dari kemunafikan
Tetapi penyebutan tsiqat terhadap perawi hadits ini dibantah oleh ulama lainnya , karena adanya rawi
Nubaith bin Umar yang majhul (tidak dikenal).
IMAM ATH THABRANI BERKATA : tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari Anas r.a kecuali Nubaith ,
sedangkan Ibnu Abir Rijal menyendiri periwayatannya.
SYAIKH SYU’AIB AL ARNAUTH BERKATA : Sanad hadits ini adalah dha’if karena adanya rawi Nubaith yang
majhul ( tidak dikenal )
SYAIKH AL ALBANI BERKATA : hadits ini munkar . Karena selain sanadnya dha’if , matannya juga
bertentangan dengan hadits lainnya yang menyatakan bahwa jaminan kebebasan dari neraka adalah
bagi yang melakukan shalat 40 hari ( bukan 40 waktu )
LIHAT :
• Kitab Al Masuu’ah Al Haditsiyah Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal jilid 20 halaman 40
Wallahu A’lam.
4. ALLAH BANGGA PADA SHALAT YANG DILAKUKAN DENGAN BERJAMAA’AH
ْ
ِ صالَ ِة فِى ال َجم
ِيع 3ُ َيقُو ُل « ِإنَّ هَّللا َ لَ َيعْ َج-صلى هللا عليه وسلم- ِ ت َرسُو َل هَّللا
َّ ب م َِن ال ِ ْن ْال َخ َّطا
ُ ْب َقا َل َسمِع ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
ِ ْن ُع َم َر ب
إسناده ضعيف وأورده الهيثمي في المجمع ونسبه إلى الطبراني في الكبير فقط وحسن إسناده: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abdullah bin Umar bin Al Khaththab r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Sesungguhnya Allah bangga terhadap shalat yang dilakukan dengan berjama’ah
PENJELASAN :
Makna kalimat “Allah bangga terhadap shalat yang dilakukan dengan berjama’ah “ : Bahwa shalat
berjama’ah adalah amalan yang sangat tinggi kedudukannya di sisi Allah
Sanad hadits ini adalah dha’if karena ada rawi Martsad bin ‘Aamir Al Hunaaiy. Sebenarnya tidak hanya
satu orang yang meriwayatkan darinya, sebagaimana yang disebutkan oleh imam Ibnu Hibban , tetapi
Imam Ahmad berkata : Aku tidak mengenalnya
Selain itu ada rawi lainnya : Abu ‘Amru An Nadabiy yang sudah terkenal kedha’ifannya
Tetapi sanadnya dinilai hasan oleh Imam Al Haitsami dalam Kitab Majma’ nya dari jalur periwayatan
Imam Ath Thabraaniy dalam Al Mu’jam Al Kabiirnya.
LIHAT : Al Mausuu’ah Al Hadiitsiyah Musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal jilid 9 halaman 122
Wallahu A’lam
5. KEUTAMAAN SHALAT SHUBUH DAN ‘ISYA’ DENGAN BERJAMAA’H
ت َرسُو َل ُ ْت ِإلَ ْي ِه َف َقا َل َيا اب َْن َأخِى َسمِع ِ صالَ ِة ْال َم ْغ ِر
ُ ب َف َق َع َد َوحْ َدهُ َف َق َع ْد َ َان ْال َمسْ ِجدَ َبعْ د َ دَخ َل ع ُْث َمانُ بْنُ َع َّف
َ ْن َأ ِبى َعمْ َر َة َقا َل
ِ َعنْ َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن ب
َّصلَّى اللَّ ْي َل ُكل ُه َأ
َ صب َْح فِى َج َما َع ٍة َف َك َّن َما ُّ صلى ال َّ َ ْف اللي ِْل َو َمنَّ َأ ْ
َ ْصلى ال ِع َشا َء فِى َج َما َع ٍة َف َك َّن َما َقا َم نِص َّ َ ْ َيقُو ُل « َمن-صلى هللا عليه وسلم- ِ هَّللا
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح على شرط مسلم رجاله ثقات رجال الشيخين غير عثمان بن حكيم فمن رجال مسلم
Bersumber dari Abdurrahman bin Abi ‘Amrah dia berkata : Utsman bin Affan r.a masuk masjid setelah
shalat maghrib lalu dia duduk sendirian, maka aku duduk bersamanya.
Kemudian dia berkata : Wahai putra saudaraku , aku telah mendengar Rasulullah saw bersabda :
Barangsiapa yang shalat isya’ dengan berjama’ah maka seakan akan dia mengerjakan shalat ½ malam
dan barangsiapa yang shalat shubuh dengan berjama’ah maka seakan akan dia shalat semalam suntuk
Hadits shahih riwayat Muslim Kitabul Masaajid bab (46) Fadhlu Shalaatil ‘Isyaa’ Wash Shubh fii
Jamaa’atin no 656 ( ini adalah lafadznya )
PENJELASAN :
• Ada yang memahami bahwa berjama’ah pada shalat shubuh lebih utama dari pada berjama’ah
pada shalat isya’.
Sehingga , jika seseorang melakukan shalat isya’ dan shubuh dengan cara berjama’ah maka dia
mendapat pahala shalat 1 1/2 malam.
Hal ini difahami dari redaksi yang diriwayatkan imam Ahmad 1/58 no 410 yang bersumber dari rawi
Abdurrahman :
Barangsiapa yang mengerjakan shalat isya’ dengan cara berjama’ah maka seakan dia mengerjakam
shalat ½ malam.
Dan barangsiapa yang mengerjakan shalat shubuh dengan cara berjama’ah maka seakan dia
mengerjakan shalat semalam suntuk
Hadits riwayat Ahmad 1/58 no 410 bersumber dari shahabat Utsman bin Affan r.a dari Nabi saw dengan
sanad yang shahih
• Ada yang memahami bahwa berjama’ah dalam shalat isya’ setara dengan pahala shalat ½
malam, sedangkan berjama’ah dalam shalat shubuh setara dengan shalat ½ malam .
Sehingga berjama’ah dalam 2 waktu shalat yaitu shalat isya’ dan shubuh setara dengan shalat semalam
suntuk.
ء3َ صلَّى ْال ِع َشا َ ْ « َمن-صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
َ صلَّى ْال ِع َشا َء فِى َج َما َع ٍة َك
َ ْان َكقِ َي ِام نِصْ فِ لَ ْيلَ ٍة َو َمن َ ْن َع َّف َ َعنْ ع ُْث َم
ِ ان ب
ان َكقِ َي ِام َل ْيلَ ٍة َ َو ْال َفجْ َر فِى َج َم
َ اع ٍة َك
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Utsman bin Affan r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Barangsiapa yang mengerjakan shalat isya’ dengan cara berjama’ah maka seakan dia mengerjakan shalat
½ malam , dan barangsiapa yang mengerjakan shalat isya’ dan shubuh secara berjama’ah seakan dia
mengerjakan shalat semalam suntuk.
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabush Shalah bab 48 no 555 (ini adalah lafadznya)
LIHAT :
• Kitab Tuhfatul Ahwadzi , syarah sunan Tirmidzi jilid 2 halaman 9 Kitabush Shalah bab Maa Jaa-a
fii fadhlil Isya’I wal Fajri fil Jamaa’ah no. 221
• Kitab ‘Aunul Ma’buud , syarah Sunan Abi Dawud jilid 2 halaman 183 Kitabush Shalah bab Fii
Fadhli Shalaatil Jamaa’ah no 555
DARI SAYA :
Apapun pendapat para ulama tentang hadits ini , maka saya memandang bahwa hadits tersebut
menggambarkan keutamaan shalat berjama’ah , teristimewa shalat isya’ dan shalat shubuh.
Shalat malam adalah ibadah yang sangat berat untuk dilakukan , terbukti sangat sedikit umat Islam yang
melakukannya.
Kalaupun ada yang mengamalkannya, maka dia tidak dapat melakukannya semalam suntuk. Dia hanya
melakukannya di sebagian malam karena sebagian malam lainnya dimanfa’atkannya untuk tidur.
Kalau seseorang melakukan shalat malam tetapi meninggalkan shalat isya’ dan shubuh dengan cara
berjama’ah , maka dia terhitung hanya melakukan shalat di sebagian malam.
Sedangkan orang yang melakukan shalat shubuh dan isya’ dengan cara berjama’ah maka dia terhitung
melakukan ibadah semalam suntuk.
Maka dia lebih unggul daripada yang melakukan shalat isya’ dan shubuh sendirian di rumahnya
sekalipun dia melaksanakan shalat malam pada hari yang sama.
Pemahaman seperti ini pernah diutarakan oleh Umar bin Al Khaththab r.a :
Bersumber dari Abu bakar bin Sulaiman bin Abi Hatsmah , sesungguhnya Umar bin Al Khaththab r.a
kehilangan Sulaiman bin Abi Hatsmah di dalam shalat shubuh (Maksudnya Sulaiman tidak hadir pada
shalat shubuh). Lalu Umar bin Al Khaththab r.a pergi ke pasar pada pagi harinya.
Sulaiman tinggal di rumah yang letaknya antara pasar dan masjid Nabawi.
Lalu Umar r.a pergi kepada Asy Syifa’ yaitu ibunya Sulaiman sambil berkata :
Dia shalat (sepanjang malam) , sehingga kedua matanya mengalahkannya (sehingga dia tertidur).
Lalu Umar r.a menjawab : Sesungguhnya menghadiri shalat shubuh dengan cara berjama’ah lebih aku
sukai daripada melaksanakan shalat malam ( tetapi tidak hadir shalat shubuh )
Riwayat Malik dalam Al Muwaththa’ , Kitabu Shalatil Jama’ah bab fadhli Shalatil Fajri no 243
Wallahu A’lam
PENJELASAN :
Sulaiman adalah seorang pemuda yang rajin melakukan shalat malam ( tahajjud ).
Suatu malam , setelah shalat tahajjud dia kelelahan sehingga tertidur dan tidak hadir shalat shubuh
berjama’ah.
Khalifah Umar bin Al Khaththab r.a sangat peduli dengan shalat shubuh yang dilakukan dengan cara
berjama’ah. Sulaiman adalah seorang pemuda yang biasanya shalat shubuh di masjid. Pada suatu hari
Sulaiman tidak hadir di masjid. Maka Umar r.a mencarinya, bertanya kepada ibunya , kenapa Sulaiman
tidak hadir shalat shubuh di masjid.
Ketika mendapat jawaban bahwa Sulaiman kelelahan karena shalat malam , maka Umar r.a
menyampaikan pemahamannya tentang shalat shubuh di masjid, yaitu :
Bahwa seseorang yang melakukan shalat shubuh dengan cara berjama’ah di Masjid adalah lebih utama
daripada shalat tahajjud semalaman tetapi tidak hadir shalat shubuh di masjid.
Ibunya Sulaiman bernama Laila binti Abdullah , tetapi dia lebih dikenal dengan nama Asy syifa’
LIHAT : Kitab Muwaththa’ Al Imam Malik riwayat Muhammad bin Al Hasan Asy Syaibani jilid 1 halaman
637
Didalam riwayat lainnya didapati bahwa kejadian tersebut adalah di bulan Ramadhan , sehingga shalat
malam yang dimaksud adalah Qiyaamu Ramadhan (shalat Tarawih).
Umar bin Al Khaththab r.a langsung mencari ke rumah orang yang tidak hadir shalat shubuh dengan
berjama’ah .
Bersumber dari Sulaiman bin Abi Hatsmah dari Asy Syifa’ binti Abdullah dia berkata : Umar bin Al
Khaththab r.a menemuiku di rumahku , lalu dia mendapati di dekatku ada 2 orang laki laki yang sedang
tidur , maka dia bertanya : Kenapa 2 orang ini ? Dia tidak hadir shalat shubuh bersamaku. Maka aku
menjawab : Wahai Amirul Mukminin , keduanya telah melakukan shalat bersama orang orang
( Tarawih ) – kejadian tersebut adalah di bulan Ramadhan – Keduanya senantiasa mengerjakan shalat
(tarawih tersebut) sampai menjelang shubuh.
Maka Umar r.a berkata : : Sesungguhnya melakukan shalat shubuh dengan cara berjama’ah lebih aku
sukai daripada melaksanakan shalat malam sampai menjelang shubuh ( tetapi tidak hadir shalat
shubuh )
Riwayat Abdurrazzaq di dalam kitab Mushannafnya jilid 1 halaman 389 Kitabush Shalah bab Fadhlish
Shalah fii Jamaa’ah no 2015
PENJELASAN :
ينَ صالَ ِت ِه فِى سُوقِ ِه َخ ْم ًسا َوعِ ْش ِر َ َو، صالَ ِت ِه فِى َب ْي ِت ِه َ ِيع َت ِزي ُد َعلَى ْ
ِ صالَةُ ال َجم َ « َقا َل- صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َع ِن ال َّن ِبى
َح َّتى، َو َح َّط َع ْن ُه َخطِ يَئ ًة، ط ُخ ْط َو ًة ِإالَّ َر َف َع ُه هَّللا ُ ِب َها د ََر َج ًة
ُ َل ْم َي ْخ، صالَ َة َّ الَ ي ُِري ُد ِإالَّ ال، َضَأ َفَأحْ َس َن َوَأ َتى ْال َمسْ ِجد
َّ َفِإنَّ َأ َحدَ ُك ْم ِإ َذا َت َو، دَ َر َج ًة
َّ ِّ
ُصلى فِي ِه الل ُه َّم َّ ُ ْ
َ ال َمالَِئ َكة َما َدا َم فِى َمجْ لِسِ ِه الذِى ي- َيعْ نِى َعلَ ْي ِه- صلى ِّ َ َو ُت، ت َتحْ ِب ُس ُه ْ صالَ ٍة َما َكا َن
َ ان فِى َ دَخ َل ْال َمسْ ِجدَ َك
َ َوِإ َذا، ََي ْد ُخ َل ْال َمسْ ِجد
ِث فِي ِه ْ َما لَ ْم يُحْ د، اللَّ ُه َّم ارْ َح ْم ُه، اغفِرْ َل ُه
ْ
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw yang bersabda :
Shalat berjama’ah lebih utama 25 derajat daripada shalatnya seseorang di rumahnya atau di pasarnya.
Karena sesungguhnya barangsiapa diantara kalian yang berwudhu (di rumahnya) lalu dia pergi ke
masjid , dan dia tidak memiliki tujuan (lain) selain shalat, tidaklah dia melangkahkan kaki 1 langkah
melainkan Allah mengangkatnya 1 derajat dan menghapus darinya 1 kesalahan ( dosa ) sampai dia
masuk masjid.
Ketika dia sudah masuk masjid maka dia senantiasa berada di dalam shalat selama dia bertahan
karenanya (menunggu shalat berjama’ah) . Dan selama dia berada di tempatnya, Malaikat senantiasa
berdo’a : ya Allah ampunilah dia dan sayangilah dia. (Do’a itu senantiasa diucapkan) selama dia tidak
berhadats (tidak batal wudhunya)
Shahih Al Bukhari Kitabush Shalah bab 87 no 477 ( ini adalah lafadznya ) dan no 647
Shahih Muslim Kitabul Masaajid bab Fadhlu Shalaatil Jamaa’ah (49) no 649
PENJELASAN :
* Keutamaan berdiam di masjid ( untuk berdzikir ) setelah shalat , yaitu senantiasa dido’akan oleh
Malaikat untuk mendapatkan ampunan dan rahmat dari Allah swt.
DARI SAYA :
Salah satu keutamaan shalat berjama’ah di Masjid adalah : Orang yang mengerjakannya akan senantiasa
dido’akan oleh Malaikat.
Keutamaan seperti ini tidak akan didapatkan oleh orang yang melakukan shalat di rumahnya , walaupun
hal itu dilakukannya dengan berjama’ah.
HADITS INI MENJADI DALIL BAGI YANG BERPENDAPAT BAHWA SHALAT SENDIRIAN ADALAH SAH.
AL HAFIDZ IBNU HAJAR AL ‘ASQALAANI BERKATA : Berjama’ah bukan menjadi syarat sahnya shalat
karena adanya sabda Nabi saw : “ dibanding shalatnya sendirian “ yang menunjukkan bahwa shalat yang
dilakukan sendirian adalah sah.
Dan juga adanya susunan kalimat : “ lebih (utama ) “ yang berarti keduanya ( sendirian atau berjama’ah )
berserikat di dalam keutamaan ( sama sama memiliki keutamaan ).
Ini berarti shalat sendirian juga memiliki keutamaan , sedangkan sesuatu yang tidak sah tidak memiliki
keutamaan apapun.
Wallahu A’lam
LIHAT : Kitab Fat-hul Baari , syarah Shahih Al Bukhari jilid 3 halaman 173 Kitabul Adzan bab no 647
َو َشابٌّ َن َشَأ فِى عِ َبا َد ِة، َقا َل « َس ْب َع ٌة يُظِ لُّ ُه ُم هَّللا ُ فِى ظِ لِّ ِه َي ْو َم الَ ظِ َّل ِإالَّ ظِ لُّ ُه اِإل َما ُم ْال َعا ِد ُل- صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة َع ِن ال َّن ِبى
ال َف َقا َل ِإ ِّنى
ٍ ب َو َج َم ٍ ِات َم ْنصُ امْرَأةٌ َذ
َ َو َر ُج ٌل َطلَ َب ْت ُه، َو َر ُجالَ ِن َت َحابَّا فِى هَّللا ِ اجْ َت َم َعا َعلَ ْي ِه َو َت َفرَّ َقا َعلَ ْي ِه، َو َر ُج ٌل َق ْل ُب ُه م َُعلَّ ٌق فِى ْال َم َسا ِج ِد، َر ِّب ِه
َ
ُت َع ْيناه ْ
3ض َ َو َر ُج ٌل ذك َر َ خالِيًا ففا، صدَّقَ َأ ْخ َفى َح َّتى الَ َتعْ لَ َم شِ َمالُ ُه َما ُت ْنف ُِق َيمِي ُن ُه
َ َ َ هَّللا َ َ َ َو َر ُج ٌل َت. َ َأ َخافُ هَّللا
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dariu Nabi saw yang bersabda :
Ada 7 golongan yang akan dinaungi Allah di bawah naungannya, pada hari yang tidak ada naungan
kecuali naungan dari-Nya :
* Dan 2 orang laki laki yang saling mencintai karena Allah. Mereka berkumpul serta berpisah karena
Allah
* Dan laki laki yang diajak berzina oleh perempuan yang memiliki kedudukan dan kecantikan , namun dia
berkata : Sesungguhnya aku takut kepada Allah
* Dan laki laki yang bershadaqah dengan cara menyembunyikan shadaqahnya sehingga tangan kirinya
tidak mengetahui apa yang di shadaqahkan oleh tangan kanannya
* Dan laki laki yang mengingat Allah ketika sendirian lalu dia mengeluarkan airmatanya
Shahih Al Bukhari Kitabul Adzaan bab (36) Man Jalasa Fil Masjid Yantadzirush Shalah no 660
Shahih Muslim Kitabuz Zakaah bab Ash Shadaqah Bil Yamiin no 1423
PENJELASAN :
Kalimat : “orang yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid “. Artinya : orang yang hatinya
senantiasa berada di masjid walaupun fisiknya berada di luar masjid . Atau dia memiliki kecintaan yang
mendalam kepada Masjid. Sehingga mendorongnya untuk selalu mendatanginya.
Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan umat Islam yang senantiasa menjaga shalatnya dengan cara
berjama’ah dimanapun dia berada.
Kelak pada hari qiyamat , ketika manusia berkeluh kesah dengan segala kesulitannya , maka Allah akan
menolong hamba yang hatinya senantiasa terpaut dengan masjid yaitu dengan menaunginya , sehingga
dia tidak akan merasa kesusahan sebagaimana kesusahan yang harus dialami oleh manusia lainnya.
Yang dimaksud dengan “naungan-Nya” adalah kemuliaan dan pemeliharaan-Nya sebagaimana dikatakan
: “ seseorang berada di dalam naungan raja “.
Ada juga yang berpendapat bahwa yang dimaksud adalah “berada di dalam naungan Arsy-Nya “
sebagaimana diindikasikan oleh Salman. Konsekwensinya adalah :
Mereka berada di dalam pemeliharaan dan kemuliaan Allah. Pendapat ini lebih kuat.
LIHAT : Kitab Fat-hul Baari , Syarah shahih Al Bukhari jilid 3 halaman 182 Kitabu bab 36 no 660
3صالَ ِت ِه فِى َب ْي ِت ِه َوفِى سُوقِ ِه َخمْ ًساَ ضعَّفُ َعلَى َ اع ِة ُت َ صالَةُ الرَّ ج ُِل فِى ْال َج َم َ « - صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ اَ ِبى ه َُري َْر َة َيقُو ُل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ْ ُ َّ ُث َّم َخ َر َج ِإلَى ال َمسْ ِج ِد الَ ي ُْخ ِر ُج ُه ِإالَّ ال، ضَأ َفَأحْ َس َن ْالوُ ضُو َء
ْ لَ ْم َي ْخط َخط َو ًة ِإالَّ ُرفِ َع، ُصالَة
ت َل ُه ِب َها ْ َّ َو َذل َِك َأ َّن ُه ِإ َذا َت َو، ين ضِ عْ ًفا
َ َوعِ ْش ِر
ُط َع ْن ُه ِب َها َخطِ يَئ ٌةَّ َوح، َد َر َج ٌة
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Shalatnya seorang laki laki dengan cara berjama’ah dilipat gandakan 25 kali lipat dibanding dengan
shalatnya di rumahnya dan di pasarnya.
Yang demikian itu dikarenakan : apabila seseorang berwudhu ( di rumahnya ) kemudian dia berangkat
menuju masjid , dan tidaklah dia keluar melainkan untuk shalat, maka tidaklah dia berjalan 1 langkah
melainkan dinaikkan kedudukannya 1 derajat dan dihapus baginya 1 kesalahannya ( dosanya ).
PENJELASAN :
Hadits ini menjelaskan tentang keutamaan shalat berjama’ah di masjid yang diawali dengan berwudhu
di rumahnya. Bukan berwudhu di masjid.
Disamping pahalanya yang lebih besar dibanding shalat di rumah , pelakunya juga akan diangkat
derajatnya dan diampuni dosanya sebanyak langkah perjalanannya.
Semakin jauh perjalanannya ke masjid , semakin besar ampunan Allah yang diberikan kepadanya. Hadits
ini sepatutnya menjadi pembakar semangat bagi orang yang sangat menginginkan keselamatan hari
akhiratnya.
9. MAKIN JAUH RUMAHNYA DARI MASJID, MAKIN BESAR PAHALA YANG DIDAPATKAN
Bersumber dari Abu Musa r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Sesungguhnya manusia yang paling besar pahalanya di dalam shalatnya adalah yang paling jauh
perjalanannya (ke masjid).
Hadits shahih riwayat Shahih Al Bukhari Kitabul Adzaan bab (31) Fadhlu Shalaatil Fajri fii Jamaa’atin no
651
Muslim Kitabul Masaajid bab (50) Fadhlu Katsratil Khuthaa Ilal Masaajid no 662 ( ini adalah lafadznya )
PENJELASAN :
Dari hadits ini didapat pelajaran yang berharga , bahwa jarak yang jauh dari rumah tidak menghalangi
seseorang untuk meninggalkan shalat berjama’ah.
Karena Allah swt memberikan balasan kebaikan yang lebih besar kepada orang yang jauh perjalanannya
ke masjid untuk melaksanakan shalat berjama’ah.
Sesungguhnya yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada
Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapa
pun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-
orang yang mendapat petunjuk..
PENJELASAN :
Di dalam menafsirkan ayat tersebut , imam Ibnu Katsir mengutip hadits :
ِ « ِإ َذا َرَأ ْي ُت ُم الرَّ ُج َل َي َت َعا َه ُد ْال َمسْ ِج َد َفا ْش َهدُوا لَ ُه ِباِإلي َم-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى َسعِي ٍد َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
ان َفِإنَّ هَّللا َ َت َعالَى َيقُو ُل (ِإ َّن َما
هَّللا
َ ش ِإال َ الز َكا َة َولَ ْم َي ْخ
َّ صالَ َة َوآ َتى َّ َيعْ ُم ُر َم َسا ِجدَ هَّللا ِ َمنْ آ َم َن ِباهَّلل ِ َو ْال َي ْو ِم اآلخ ِِر َوَأ َقا َم ال
قال أبو عيسى هذا حديث حسن غريب و أبو الهيثم اسمه سليمان بن عمرو بن عبد العتواري وكان يتيما في حجر أبي سعيد الخدري
ضعيف: قال الشيخ األلباني
إسناده ضعيف: تعليق شعيب األرنؤوط
إسناده صحيح: قال األعظمي
Bersumber dari Abu Sa’id r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda :
Apabila kalian melihat seseorang laki laki pulang pergi ke Masjid maka saksikanlah bahwa dia adalah
orang yang beriman.
Karena sesungguhnya Allah Ta’aalaa berfirman : Yang memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat
dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada Allah.
Ahmad 3/68
PENJELASAN :
Kalimat “ pulang pergi “ artinya : senantiasa hadir di masjid untuk menunaikan shalat berjama’ah
Iman adalah pekerjaan hati yang tidak ada seorangpun yang mengetahuinya kecuali Allah
Tetapi Nabi saw memberikan informasi tentang beberapa perilaku yang dapat dilihat , apakah seseorang
itu imannya benar atau tidak , atau imannya kuat atau lemah.
Salah satu kriterianya iman yang benar adalah senantiasa melaksanakan shalat berjama’ah.
25/09/16, 18.06 - Ustadz Mubarok Ptk: HUKUM SHALAT BERJAMA’AH DI MASJID BAGI WANITA
A) Wanita tidak dilarang melakukan shalat berjama’ah di masjid bersama dengan laki laki.
B) Wanita tidak ada kewajiban untuk melaksanakan shalat berjama’ah di masjid. Hal ini tidak ada
perbedaan pendapat di kalangan umat Islam.
Artinya : Para wanita tidak tercela sedikitpun jika mengerjakan shalat di rumahnya.
Hanya saja , dia harus menjaga supaya tidak terjadi fitnah. Misalnya , dia tidak memakai minyak wangi ,
sebagaimana yang dilarang oleh Nabi saw.
Dan hendaknya wanita yang pergi ke masjid berkelakuan seperti seorang hamba yang beribadah kepada
Tuhannya. Misalnya memakai busana yang sesuai dengan ketentuan dalam ajaran Islam. Yaitu dia sudah
dalam keadaan siap melaksanakan shalat.
Janganlah dia berangkat dari rumah dengan memakai pakaian yang mengexpose pesona
kewanitaannya , setelah sampai di masjid baru dia memakai pakaian untuk shalat.
Selain itu , tingkah lakunya harus sesuai dengan keadaan orang yang melakukan ibadah kepada Allah swt
baik ketika hendak masuk atau ketika keluar dari masjid.
C) Jika perilaku sekelompok wanita ketika shalat di masjid dapat mendatangkan fitnah , hendaknya
mereka dilarang melakukan shalat di masjid , sehingga mereka berperilaku selayaknya orang yang
beribadah kepada Tuhannya
D) Para suami tidak diperkenankan melarang istrinya , apabila dia meminta idzin untuk melakukan shalat
berjama’ah di masjid.
E) Jika wanita pergi ke masjid , sebaiknya suami atau mahramnya mengantarkan istrinya pulang pergi ke
masjid.
SUMBER RUJUKAN
A) WANITA TIDAK DILARANG SHALAT BERJAMA’AH DI MASJID BERSAMA DENGAN LAKI LAKI
Tentang wanita mengerjakan shalat berjama’ah di masjid , sudah biasa dilakukan di zaman Nabi saw.
Dan tidak dilarang sedikitpun oleh Nabi saw.
َ ِإ َذا َسلَّ َم َقا َم ال ِّن َسا ُء ح- صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
ِين َ ت َك ْ َ َقال- رضى هللا عنها- ث َعنْ ُأ ِّم َسلَ َم َة ِ ت ْال َح
ِ ار ِ الزهْ ِرىِّ َعنْ ِه ْن ٍد ِب ْن
ُّ َع ِن
ٌف ال ِّن َسا ُء َق ْب َل َأنْ ي ُْد ِر َكهُنَّ َأ َحد ْ َ
َ ان لِكىْ َين
َ ص ِر َ
َ كك َ َأ َ َأ هَّللا َ َ ُ َأ َ َ
َ ِ نَّ ذل- َو ُ عْ ل ُم- قا َل ن َرى. ث ه َُو فِى َمقا ِم ِه يَسِ يرً ا ق ْب َل نْ َيقو َم ُ
3 َو َيمْ ك، َي ْقضِ ى تسْ لِي َم ُه
ُ َ
ال
ِ م َِن الرِّ َج
Bersumber dari Az Zuhri dari Hindun binti Al Haarits dari Ummu Salamah r.a (yaitu istri Nabi saw) dia
berkata : bahwa Rasulullah saw apabila mengucapkan salam (dari shalat fardhu) , para wanita berdiri
ketika Rasulullah saw selesai salam, sedangkan Rasulullah saw berdiam sejenak di tempatnya sebelum
berdiri.
Dia berkata : Kami beranggapan - Wallahu A’lam – bahwa yang demikian itu agar kaum wanita pulang
sebelum salah seorang dari jama’ah laki laki mendapati mereka
PENJELASAN :
Hadits ini menunjukkan dengan jelas bahwa kaum wanita di zaman Nabi saw ada yang ikut melakukan
shalat berjama’ah di masjid
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : Sesungguhnya apabila Rasulullah saw melakukan shalat shubuh
maka kaum wanita pulang sambil menutup wajah mereka dengan kain. Mereka tidak dapat dikenali
karena keadaan masih gelap
PENJELASAN :
Hadits ini menunjukkan dengan jelas bahwa kaum wanita di zaman Nabi saw ada yang ikut melakukan
shalat berjama’ah di masjid
Bersumber dari Abdullah bin Abu Qatadah Al Anshari dari ayahnya (yaitu Abu Qatadah r.a) dia berkata :
Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya aku berdiri mengerjakan shalat dan aku ingin
memperpanjangnya. Lalu aku mendengar tangisan anak kecil maka aku meringankan shalatku karena
aku tidak ingin menyusahkan ibunya
PENJELASAN :
Kalimat “ aku mendengar tangisan anak kecil maka aku meringankan shalatku karena aku tidak ingin
menyusahkan ibunya” bermakna : Bahwa dalam shalat berjama’ah tersebut ada kaum wanita yang
membawa anaknya yang masih kecil.
Ini menunjukkan bahwa kaum wanita pada zaman Nabi saw ada yang melakukan shalat berjama’ah di
masjid.
B) WANITA TIDAK ADA KEWAJIBAN UNTUK MELAKSANAKAN SHALAT BERJAMA’AH DI MASJID. BAHKAN
WANITA LEBIH BAIK SHALAT DI RUMAHNYA.
ت َيا َرسُو َل ْ َ َف َقال-صلى هللا عليه وسلم- ِّت ِإلَى ال َّن ِبى 3ْ ارىِّ َعنْ َع َّم ِت ِه ُأ ِّم ُح َم ْي ٍد امْ َرَأ ِة َأ ِبى ُح َم ْي ٍد السَّاعِ دِىِّ َأ َّن َها َجا َءِ ص َ ْن س َُو ْي ٍد اَأل ْن
ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
صالَ ُتكِ فِىَ صالَتِكِ فِى حُجْ َرتِكِ َو َ ْصالَ ُتكِ فِى َب ْيتِكِ َخ ْي ٌر لَكِ مِن َ صالَ َة َمعِى َو َ ْت َأ َّنكِ ُت ِحب
َّ ِّين ال ُ َقا َل « َق ْد َعلِم.ك َّ هَّللا ِ ِإ ِّنى ُأحِبُّ ال
َ صالَ َة َم َع
َ
ْصالتكِ فِى َمسْ ِج ِد َق ْومِكِ َخ ْي ٌر لكِ مِن ُ َ َ صالتِكِ فِى َمسْ ِج ِد َق ْومِكِ َو َ َ
َ ْاركِ َخ ْي ٌر لكِ مِن ِ َصالتكِ فِى د ُ َ َ اركِ َو َ
ِ َصالتِكِ فِى د َ ْحُجْ َرتِكِ َخ ْي ٌر مِن
ت هَّللا َ َع َّز َو َج َّل
ِ صلِّى فِي ِه َح َّتى لَقِ َي
َ ت ُت ْ صى َشىْ ٍء مِنْ َب ْي ِت َها َوَأ ْظلَ ِم ِه َف َكا َن َ ت َف ُبن َِى لَ َها َمسْ ِج ٌد فِى َأ ْق ْ َفَأ َم َر- َقا َل- .» صالَتِكِ فِى َمسْ ِجدِى َ
حديث حسن: تعليق شعيب األرنؤوط
حديث حسن: قال األلباني
Bersumber dari Abdullah bin Suwaid Al Anshari r.a dari bibinya ( yaitu ) Ummu Humaid istri Abu Humaid
As Sa’idi r.a, Dia datang kepada Rasulullah saw lalu berkata :
Nabi saw bersabda : Sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa engkau sangat suka shalat ( berjama’ah
) bersamaku , akan tetapi :
Shalatmu di ruanganmu ( yang khusus untuk shalat ) adalah lebih baik daripada shalatmu di kamarmu
Dan shalatmu di rumahmu adalah lebih baik daripada shalatmu di masjid kaummu.
Dan shalatmu di masjid kaummu adalah lebih baik daripada shalatmu di masjidku.
Dia ( Abdullah bin Suwaid ) berkata : lalu Ummu Humaid r.a menyuruh agar dibuatkan tempat untuk
shalat secara khusus di bagian dalam rumahnya yang paling pojok dan gelap. Lalu dia senantiasa shalat
di tempat tersebut sampai dia berjumpa Allah Azza Wajalla ( sampai wafatnya )
PENJELASAN :
Kesukaan wanita untuk melaksanakan shalat berjama’ah di masjid sudah terjadi sejak Nabi saw masih
hidup.
Kemudian Nabi saw menyampaikan kepada kaum wanita tentang hadirnya mereka dalam shalat
berjama’ah di masjid, yaitu :
• Jika ingin melakukan shalat di masjid , hendaknya wanita memilih masjid yang terdekat dengan
rumahnya.
• Shalatnya mereka di rumahnya (secara terbuka) adalah lebih baik daripada shalatnya mereka di
masjid kaumnya
• Shalatnya mereka di tempat tersembunyi di rumahnya adalah lebih baik daripada shalatnya di
rumahnya secara terbuka
• Ada beberapa ketentuan lain tentang hadirnya wanita di masjid , misalnya : dilarang memakai
minyak wangi dll. Hal ini akan diterangkan pada pembahasan selanjutnya.
DARI SAYA :
Alasan mengapa shalatnya di tempat tersembunyi adalah lebih utama dikarenakan rasa aman dari fitnah
di tempat seperti itu benar benar dapat terwujud. Hal ini semakin dipertegas dengan munculnya
perilaku yang tidak baik dari sebagian wanita seperti menampakkan perhiasan dan tabarruj
( mempertontonkan keindahan tubuhnya ), sebagaimana yang disampaikan oleh Aisyah r.a :
Bersumber dari Urwah dari Aisyah r.a dia berkata : Seandainya Rasulullah saw mengetahui apa yang
dilakukan oleh para wanita ( sa’at ini ) , niscaya beliau saw akan melarang mereka sebagaimana telah
dilarangnya wanita bani Israil.
Aku bertanya kepada Amrah : Apakah wanita bani Israil telah dilarang ?
DARI SAYA :
Setelah wafatnya Nabi saw , sebagian wanita yang pergi ke masjid sudah berperilaku kurang baik
sebagaimana yang diisyaratkan oleh Aisyah r.a.
Mungkin yang dimaksud adalah : Suka memamerkan perhiasannya , atau memamerkan keindahan
tubuhnya , atau tidak berusaha menghindar dari kerumunan laki laki dsb.
Padahal pada saat itu banyak shahabat yang masih hidup. Mereka adalah generasi yang sangat baik
dalam Islam.
Kita tidak dapat membayangkan perilaku yang diperbuat wanita pada generasi setelah itu, dan yang
hidup sezaman dengan kita.
Maka benarlah apa yang disabdakan oleh Nabi saw bahwa para wanita lebih baik melakukan shalat di
rumahnya. Kecuali ada perkara penting yang harus dihadirinya di masjid , semisal majlis ilmu , yang tidak
dia dapatkan di rumahnya.
Wallahu A’lam..
LANJUTAN :
Kalimat “shalat di rumahnya lebih baik daripada di masjid ” : harus diartikan seluas luasnya :
* Lebih baik dalam perkara yang dapat dirasakan kebaikannya di dunia , misalnya : aman dari fitnah dll.
* Lebih baik dalam perkara yang kebaikannya di dapatkan di akhirat (pahala). Maksudnya : pahala yang
didapatkan wanita ketika shalat di rumah tidaklah kalah jika dibanding dengan pahala shalat yang
dilakukan oleh mereka di masjid.
Makna sperti ini mesti diambil , karena jika pahala shalat di masjid lebih banyak daripada di rumah ,
sangat berat bagi kita untuk menerima kenyataan bahwa wanita tidak diberikan kesempatan yang sama
dengan laki laki untuk mendapatkannya. Apalagi Nabi saw menyatakan bahwa shalat di masjid Nabawi
pahalanya adalah 1000 x lipat daripada shalat di masjid manapun selain masjidil haram.
Ternyata tetap saja Nabi saw bersabda kepada Ummu Humaid r.a bahwa shalat di rumahnya lebih baik
daripada shalatnya di masjid Nabawi.
Wallahu A’lam.
KHUSUS :
Pada tanggal 27 Ramadhan , para suami diperbolehkan mengajak istrinya ke masjid untuk melakukan
shalat malam. Hal ini pernah dilakukan oleh Rasulullah saw.
ث اللَّي ِْل ُ ُب ُثل َ ان َفلَ ْم َيقُ ْم ِب َنا َش ْيًئ ا م َِن ال َّشه ِْر َح َّتى َبق َِى َس ْب ٌع َف َقا َم ِب َنا َح َّتى َذ َه َ ض َ َر َم-صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا ِ ص ْم َنا َم َع َرس ُ َعنْ َأ ِبى َذرٍّ َقا َل
َّ َقا َل َف َقا َل « ِإن.ِت َيا َرسُو َل هَّللا ِ لَ ْو َن َّف ْل َت َنا قِ َيا َم َه ِذ ِه اللَّ ْيلَة ُ ب َش ْط ُر اللَّي ِْل َفقُ ْل َ ة َقا َم ِب َنا َح َّتى َذ َه3ُ ت ْال َخا ِم َس
ِ ِس ُة َل ْم َيقُ ْم ِب َنا َفلَمَّا َكا َن ِ َفلَمَّا َكا َن
َ ت السَّاد
اس َأ ُ َ
َ َوال َّن3ُت الثالِثة َج َم َع هْ لَ ُه َون َِسا َءه َّ ُ
ِ ت الرَّ ِاب َعة لَ ْم َيقُ ْم َفلَمَّا َكا َن ِ َقا َل َفلَمَّا َكا َن.» ب َل ُه قِ َيا ُم َل ْيلَ ٍة
َ ِف حُس َ ص ِر ْ
َ صلى َم َع اِإل َم ِام َح َّتى َين َّ َ الرَّ ُج َل ِإ َذا
ت َما ْال َفالَ ُح َقا َل ال ُّسحُو ُر ُث َّم َل ْم َيقُ ْم ِب َنا َبقِ َّي َة ال َّشه ِْر ُ َقا َل قُ ْل.َُف َقا َم ِب َنا َح َّتى َخشِ ي َنا َأنْ َيفُو َت َنا ْال َفالَح
Beliau saw melakukan shalat bersama kami sampai berlalu sepertiga malam.
Pada malam ke 6 dari sisa bulan itu, beliau saw tidak melakukan shalat bersama kami.
Pada malam ke 5 dari sisa bulan itu , beliau saw shalat bersama kami hingga sampai berlalu setengah
malam. ( yaitu pada malam ke 25 )
Maka aku berkata : Wahai Rasulullah, bagaimana sekiranya engkau menambahkan shalat lagi buat kami
di malam yang tersisa ini ?
Maka Rasulullah saw bersabda : Sesungguhnya seseorang apabila melakukan shalat bersama imam
sampai imam selesai , maka dia dihitung seperti shalat semalam suntuk.
Pada hari ke 4 dari sisa bulan itu , beliau saw tidak melakukan shalat bersama kami.
Pada hari ke 3 dari sisa bulan itu ( malam ke 27 ) beliau saw mengumpulkan keluarganya, para istrinya,
dan orang orang ,lalu mengerjakan shalat bersama kami sampai kami khawatir ketinggalan Al Falah .
Jabir ( salah seorang perawi ) berkata : Aku bertanya : apakah Al Falah itu ?
Kemudian Nabi saw tidak melakukan shalat malam bersama kami pada hari yang tersisa dalam bulan
tersebut.
Hadits shahih riwayat Abu Dawud Kitabu Syahri Ramadhan bab (1) Fii Qiyaami Syahri Ramadhan no 1375
( ini adalah lafadznya )
Tirmidzi Kitabush Shaum bab (81) Maa jaa-a Fii Qiyaami Syahri Ramadhan no 806
Ahmad 5/163 no 20936 dan sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Syu’aib Al Arnauth
Ad Darimi Kitabush Shaum bab (54) no 1778 dan sanadnya dinilai shahih oleh Syaikh Husain Salim Asad
DARI SAYA :
Rasulullah saw pernah melakukan sesuatu yang menyalahi kebiasaannya. Yaitu beliau saw mengajak
istrinya dan semua keluarga untuk melakukan shalat malam berjama’ah di masjid pada malam 27
Ramadhan.
C) JIKA PERILAKU SEKELOMPOK WANITA KETIKA SHALAT DI MASJID DAPAT MENDATANGKAN FITNAH ,
HENDAKNYA MEREKA DILARANG MELAKUKAN SHALAT DI MASJID , SEHINGGA MEREKA BERPERILAKU
SELAYAKNYA ORANG YANG BERIBADAH KEPADA TUHANNYA.
Misalnya :
• Cara berpakaian yang tidak Islami : Auratnya terbuka , atau aurat tertutup kain tetapi sangat
ketat sehingga nampak pesona kewanitaannya.
• Model pakaian atau penampilannya yang cenderung menarik perhatian laki laki.
• Cara berjalan yang terkesan dibuat buat , ada kesengajaan untuk menarik perhatian laki laki.
• Tidak berusaha menjauh dari kerumunan laki laki , malah membaur , bahkan tidak risih untuk
berdesakan.
• DLL
Keinginan agar wanita dilarang ke masjid pernah diutarakan oleh Aisyah r.a , karena pada saat itu
perilaku wanita yang ke masjid tidak seperti selayaknya seorang hamba yang beribadah kepada
Tuhannya.
Bersumber Yahya bin Sa’id dari Amrah dari Aisyah r.a dia berkata : Seandainya Rasulullah saw
mengetahui apa yang dilakukan oleh para wanita ( sa’at ini ) , niscaya beliau saw akan melarang mereka
sebagaimana telah dilarangnya wanita bani Israil.
Aku bertanya kepada Amrah : Apakah wanita bani Israil telah dilarang ?
PENJELASAN :
Sebagian ulama berpegang dengan perkataan Aisyah r.a untuk melarang wanita datang ke masjid secara
mutlak.
Tetapi perkataan Aisyah r.a tidak memiliki pengaruh dalam merubah suatu hukum, sebab perkataan
Aisyah hanya berdasarkan dugaan semata, (yaitu ) : “ Jika Nabi saw melihat.. niscaya beliau melarangnya
“
Kenyatannya : Nabi saw tidak melihatnya dan tidak pernah melarang , sehingga hukumnya tetap
sebagaimana semula ( yaitu wanita tidak dilarang ke masjid )
Allah swt telah mengetahui apa yang akan dilakukan wanita di kemudian hari , namun Allah tidak
mewahyukan kepada Nabi-Nya untuk melarang wanita pergi ke masjid.
Seandainya perbuatan yang dilakukan wanita mengharuskan adanya larangan bagi mereka untuk pergi
ke masjid , maka hal itu lebih pantas lagi bila dijadikan sebab untuk melarang mereka pergi ke tempat
lain seperti ke pasar , dll.
Sebenarnya perilaku tidak baik itu hanya dilakukan oleh sebagian wanita , bukan seluruhnya . Sehingga ,
apabila larangan ke masjid menjadi keharusan , maka hanya dibatasi kepada mereka yang berperilaku
tidak baik saja. Bukan untuk keseluruhan wanita.
LIHAT : Kitab Fat-hul Baari , syarah terhadap shahih Al Bukhari jilid jilid 3 halaman 445 kitabul Adzan bab
163 no 869.
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dia berkata : Bahwasanya ada seorang wanita bertemu dengannya dan
tercium harumnya minyak wangi darinya sedangkan ujung kainnya terkena debu. Maka Abu Hurairah
berkata : Wahai hamba Allah yang Maha Perkasa , apakah engkau baru datang dari masjid ?
Abu Hurairah berkata : Sesungguhnya aku mendebgar kekasihku Abul Qasim saw bersabda : Tidak
diterima shalatnya seorang wanita yang dilakukan di masjid ini , apabila memakai minyak wangi,
sehingga dia pulang dulu ke rumahnya lalu dia mandi seperti mandi janabat
Sanad hadits ini dha’if karena adanya rawi ‘Aashim bin Ubaidillah dan rawi lainnya yaitu maulaa Abi
Ruhmin yang bernama ‘Ubaid bin Abi ‘Ubaid.
Akan tetapi hadits ini diriwayatkan dengan banyak jalan sehingga saling menguatkan satu dengan
lainnya.
LIHAT :
- Al Mausuu’ah Al Hadiitsiyah musnad Al Imam Ahmad bin Hanbal 2/246 jilid 12 halaman 311
PENJELASAN :
Salah satu sebab yang dapat difikirkan artinya tentang larangan memakai minyak wangi bagi wanita
ketika ke masjid adalah : Minyak wangi dapat menimbulkan rangsangan.
Maka semua perkara yang serupa dengan minyak wangi memiliki hukum yang sama , seperti memakai
pakaian yang indah , perhiasan yang nampak , dandanan yang mencolok serta ikhtilath (campur baur
dengan dengan laki laki).
LIHAT : Kitab Fat-hul Baari , syarah terhadap shahih Al Bukhari jilid jilid 3 halaman 445 Kitabul Adzan bab
163 no 869
DARI SAYA :
Hukum ashal bagi wanita untuk memakai minyak wangi adalah diperbolehkan.
Tetapi penggunaan minyak wangi bagi wanita menjadi dilarang apabila dia berangkat shalat berjama’ah
di masjid bersama kaum laki laki.
Apabila wanita memakai minyak wangi ketika shalat berjama’ah bersama sama dengan laki laki di masjid
, maka hal ini dapat menggoda mereka. Dengan bahasa lebih mudah dapat dikatakan bahwa minyak
wangi yang dipakai wanita ketika berada di sekitar laki laki lain adalah salah satu sumber fitnah bagi
mereka.
Jika hal ini benar , maka larangan penggunaan minyak wangi bagi wanita tidak hanya terbatas ketika ke
masjid saja , tetapi berlaku dalam keadaan lainnya , yaitu ketika dia berada di sekitar laki laki yang tidak
halal baginya.
Sedangkan ketika dia berduaan dengan suaminya , penggunaan minyak wangi justru merupakan hal
yang baik bagi wanita.
Atau ketika berada di sekitar wanita lainnya , maka penggunaan minyak wangi tidak dilarang bagi
wanita.
Wallahu A’lam.
ُِين َأنَّ ُع َم َر َي ْك َره َ َفقِي َل لَ َها لِ َم َت ْخ ُر ِج، اع ِة فِى ْال َمسْ ِج ِد
َ ين َو َق ْد َتعْ لَم َ ء فِى ْال َج َم3ِ ْح َو ْال ِع َشا ُّ صالَ َة ال
ِ صب َ ت ا ْم َرَأةٌ ِل ُع َم َر َت ْش َه ُد
ِ ْن ُع َم َر َقا َل َكا َن
ِ َع ِن اب
هَّللا هَّللا
ِ « الَ َت ْم َنعُوا ِإ َما َء ِ َم َسا ِج َد- صلى هللا عليه وسلم- ِ ُول هَّللا َأ ْ ََذل َِك َو َيغَا ُر َقال
ِ ت َو َما َي ْم َن ُع ُه نْ َي ْن َهانِى َقا َل َيمْ َن ُع ُه َق ْو ُل َرس
Bersumber dari Ibnu Umar r.a dia berkata : bahwasanya istri Umar r.a menghadiri shalat shubuh dan
isya’ berjama’ah di masjid. Maka dikatakan kepadanya : Mengapa anda keluar (ke masjid) ? Bukankah
anda mengetahui bahwa Umar r.a tidak menyukai hal ini dan dia adalah pencemburu ?
Ada yang berkata : Yang menghalangi Umar r.a untuk melarangnya adalah sabda Rasulullah saw :
Janganlah kalian melarang kaum wanita pergi ke masjid
PENJELASAN :
Sekalipun shalat di rumahnya adalah lebih baik daripada di masjid , wanita tetap tidak dilarang
melakukan shalat di masjid. Bahkan jika dia meminta idzin kepada suaminya untuk pergi ke masjid
karena ingin melakukan shalat berjama’ah maka suaminya tidak diperkenankan melarangnya.
Apalagi kedatangannya ke masjid tidak hanya untuk shalat , tetapi untuk suatu keperluan penting yang
tidak dapat diwakilkan. Misalnya : menuntut ilmu.
Sedangkan hal tersebut tidak dia dapatkan di rumahnya.
Maka jika tidak nampak adanya kekhawatiran terjadi fitnah , maka kedatangan wanita ke masjid tidak
boleh dilarang.
Wallahu A’lam.
SUAMI TIDAK DIPERKENANKAN MELARANG ISTRINYA APABILA DIA MEMINTA IDZIN KE MASJID
ِ « ِإ َذا اسْ َتْأ َذ َن- صلى هللا عليه وسلم- َِّعنْ َسال ٍِم َعنْ َأ ِبي ِه َع ِن ال َّن ِبى
ت ا ْم َرَأةُ َأ َح ِد ُك ْم ِإلَى ْال َمسْ ِج ِد َفالَ َي ْم َنعْ َها
Bersumber dari Salim dari ayahnya dari Nabi saw (yang bersabda) : Jika istri salah seorang dari kalian
meminta idzin ke masjid maka janganlah dia melarangnya
Hadits shahih riwayat Al Bukhari Kitabun Nikah bab 116 no 5238 (ini adalah lafadznya)
PENJELASAN :
Dia menerima hadits ini dari ayahnya , yaitu Ibnu Umar r.a.
Ibnu Umar r.a menyampaikan bahwa Rasulullah saw bersabda : Jika istri salah seorang dari kalian
meminta idzin ke masjid maka janganlah dia melarangnya.
- Wanita mesti meminta idzin kepada suaminya apabila hendak keluar dari rumahnya , sekalipun
kepergiannya tersebut adalah ke masjid untuk melakukan shalat.
- Suami berhaq melarang atau mengidzinkan istrinya keluar dari rumahnya.
- Jika istri meminta idzin ke masjid maka suami tidak diperbolehkan melarangnya.
TAMBAHAN :
Tidak dibolehkannya suami mencegah istrinya ke masjid , apabila kepergian istri tersebut tidak
dikhawatirkan menimbulkan fitnah
Jika kepergian seorang wanita ke masjid ada kecenderungan dapat menimbulkan fitnah , maka suami
boleh melarangnya.
Misalnya :
JIKA DIKHAWATIRKAN ADANYA FITNAH , MAKA SEBAIKNYA SUAMI MENGANTARKAN ISTRINYA PULANG
PERGI KE MASJID.
Rasulullah saw pernah melakukan I’tikaf di masjid. Suatu malam , salah seorang istrinya menjenguknya.
Ketika istrinya pulang , Nabi saw mengantarnya. Padahal beliau saw sedang melakukan I’tikaf yang
mengharuskannya tinggal di masjid.
ْت َف َقا َم َمعِى لِ َي ْقلِ َبنِى ُ َفَأ َت ْي ُت ُه َأ ُزو ُرهُ لَ ْيالً َف َحد َّْث ُت ُه ُث َّم قُم، مُعْ َت ِك ًفا- صلى هللا عليه وسلم- ِ ان َرسُو ُل هَّللا
ُ َفا ْن َقلَب، ْت ْ َصفِ َّي َة ا ْب َن ِة ُحيَىٍّ َقال
َ ت َك َ َْعن
Bersumber dari Shafiyyah binti Huyay, dia berkata : Rasulullah saw pernah beri’tikaf lalu aku datang
untuk mengunjungi beliau saw di malam hari. Aku berbicara dengan beliau saw kemudian aku berdiri
dan pulang. Beliau saw berdiri bersamaku untuk mengantarku pulang.
Hadits Shahih riwayat Al Bukhari Kitabu Bad-il Wahyi bab 11 no 3281
CABANG PERMASALAHAN :
1. DIMANAKAH TEMPAT SHALAT BAGI WANITA KETIKA MENUNAIKAN HAJI ATAU UMRAH ?
Jawab : Wanita boleh memilih . Dia boleh shalat di hotelnya , boleh juga shalat di Masjidil Haram atau
Masjid Nabawi atau di tempat lainnya.
2. MANA YANG LEBIH UTAMA , WANITA SHALAT DI MASJIDIL HARAM ATAU DI HOTELNYA ?
Jawab : Tidak didapati hadits yang jelas dan tegas di dalam masalah ini. Maka umat Islam berbeda
pendapat di dalamnya
A) ADA YANG BERPENDAPAT : SHALATNYA DI MASJIDIL HARAM DAN MASJID NABAWI LEBIH BAIK
DARIPADA DI HOTELNYA.
Hal ini didasarkan kepada pemahaman terhadap hadits yang menyatakan tentang besarnya keutamaan
shalat di 2 masjid tersebut.
َ ِصالَةٌ فِى َمسْ ِجدِى َه َذا َخ ْي ٌر مِنْ َأ ْلف
َّصالَ ٍة فِي َما سِ َواهُ ِإال َ « َقا َل- صلى هللا عليه وسلم- َّ َأنَّ ال َّن ِبى- رضى هللا عنه- َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة
ْال َمسْ ِج َد ْال َح َرا َم
Bersumber dari Abu Hurairah r.a , sesungguhnya Nabi saw bersabda : Shalat di Masjidku ini adalah lebih
utama 1.000 kali shalat dibanding masjid lainnya , selain Masjidil Haram.
Bersumber dari Jabir r.a , sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : Shalat di masjidku adalah lebih utama
1000 kali shalat dibanding masjid lainnya kecuali Masjidil Haram.
Shalat di Masjidil Haram adalah lebih utama 100.000 kali shalat dibanding masjid lainnya.
Hadits shahih riwayat Ibnu Majah Kitabu Iqamatish Shalah bab 195 no 1406
Tentang hadits Ummu Humaid r.a ( riwayat Ahmad 6/371 no 26550) yang mana shalatnya wanita di
rumahnya adalah lebih baik daripada shalatnya di masjid difahami bahwa anjuran agar wanita shalat di
rumahnya dikarenakan dikhawatirkan adanya fitnah apabila dia pergi keluar dari rumahnya untuk
mengerjakan shalat. Apabila kekhawatiran itu tidak ada maka dia lebih baik shalat di masjid , karena
shalat berjama’ah di masjid lebih utama 27 derajat daripada shalatnya seseorang di rumahnya.
Dan lebih baik lagi shalat di 2 masjid yang mulia (Masjidil Haram dan Masjid Nabawi).
Ringkasnya , pada ashalnya wanita adalah sama dengan laki laki , yaitu lebih baik shalat di masjid
apapun. Alasannya , adanya beberapa wanita di zaman Nabi saw yang shalat di masjid dengan cara
berjama’ah bersama dengan laki laki, yang ketika itu imam shalatnya adalah Nabi saw sendiri.
Tetapi jika kedatangannya di masjid dapat menimbulkan fitnah , berlakulah hadits Ummu Humaid r.a ,
yaitu wanita tersebut lebih baik shalat di rumahnya.
2. ADA YANG BERPENDAPAT : SHALATNYA DI HOTELNYA LEBIH BAIK DARI PADA DI MASJIDIL HARAM
ATAUPUN DI MASJID NABAWI.
Hal ini didasarkan kepada pemahaman terhadap hadits Ummu Humaid r.a :
ت َيا َرسُو َل ْ َ َف َقال-صلى هللا عليه وسلم- ِّت ِإلَى ال َّن ِبى 3ْ ارىِّ َعنْ َع َّم ِت ِه ُأ ِّم ُح َم ْي ٍد امْ َرَأ ِة َأ ِبى ُح َم ْي ٍد السَّاعِ دِىِّ َأ َّن َها َجا َءِ ص َ ْن س َُو ْي ٍد اَأل ْن
ِ َعنْ َع ْب ِد هَّللا ِ ب
صالَتكِ فِىُ َ صالَتِكِ فِى حُجْ َرتِكِ َو َ
َ ْصالَتكِ فِى َب ْيتِكِ َخ ْي ٌر لكِ مِنُ َ صالَ َة َمعِى َو َّ ِّين ال ُ
َ ْت َّنكِ ت ِحب َأ ُ َقا َل « َق ْد َعلِم.ك َّ هَّللا ِ ِإ ِّنى ُأحِبُّ ال
َ صالَ َة َم َع
ْصالَ ُتكِ فِى َمسْ ِج ِد َق ْومِكِ َخ ْي ٌر لَكِ مِنَ صالَتِكِ فِى َمسْ ِج ِد َق ْومِكِ َو َ ْاركِ َخ ْي ٌر لَكِ مِن ِ َصالَ ُتكِ فِى د َ اركِ َو ِ َصالَتِكِ فِى د َ ْحُجْ َرتِكِ َخ ْي ٌر مِن
َّ
ت َ َعز َو َج َّل هَّللا َ َّ ِّ
ِ صلى فِي ِه َحتى لقِ َي ُ ْ َ َ َ َ ْ َأ
َ صى شىْ ٍء مِنْ َب ْي ِت َها َو ظل ِم ِه فكانت ت َ ْ َأ َ َأ
َ ف َم َرت ف ُبن َِى ل َها َمسْ ِج ٌد فِى ق- قا َل- .» صالَتِكِ فِى َمسْ ِجدِى
َ ْ َ َ َ
حديث حسن: تعليق شعيب األرنؤوط
حديث حسن: قال األلباني
Bersumber dari Abdullah bin Suwaid Al Anshari r.a dari bibinya ( yaitu ) Ummu Humaid istri Abu Humaid
As Sa’idi r.a, Dia datang kepada Rasulullah saw lalu berkata :
Nabi saw bersabda : Sesungguhnya aku telah mengetahui bahwa engkau sangat suka shalat ( berjama’ah
) bersamaku , akan tetapi :
Shalatmu di ruanganmu ( yang khusus untuk shalat ) adalah lebih baik daripada shalatmu di kamarmu
Dan shalatmu di rumahmu adalah lebih baik daripada shalatmu di masjid kaummu.
Dan shalatmu di masjid kaummu adalah lebih baik daripada shalatmu di masjidku.
Dia ( Abdullah bin Suwaid ) berkata : lalu Ummu Humaid r.a menyuruh agar dibuatkan tempat untuk
shalat secara khusus di bagian dalam rumahnya yang paling gelap.
Lalu dia senantiasa shalat di tempat tersebut sampai dia berjumpa Allah Azza Wajalla
( sampai wafatnya )
Ibnu Khuzaimah jilid 2 halaman 815 Kitabush Shalah bab 177 no 1689
PENJELASAN :
Hadits Ummu Humaid r.a ini dengan jelas menyebutkan bahwa shalatnya wanita di rumahnya adalah
lebih baik daripada shalatnya di masjid.
Bahkan perkataan ini disampaikan oleh Nabi saw ketika beliau saw berada di Masjid Nabawi yang
pahalanya 1000 kali lipat daripada masjid lainnya.
Sangat berat untuk memahami jika wanita dianjurkan shalat di rumah, sedangkan shalatnya di masjid
lebih baik baginya , teristimewa masjid Nabawi yang pahalanya 10000 kali lipat dari masjid lainnya.
Padahal wanita juga ingin dan berhaq mengumpulkan kebaikan sebanyak banyaknya sebagai bekal hari
akhiratnya , sebagaimana yang dilakukan laki laki.
Selain itu Ummu Humaid r.a bukanlah wanita yang “nakal” , yang suka tabarruj (memamerkan pesona
kewanitaannya). Beliau adalah wanita shalihah yang sangat patuh kepada Nabinya saw.
Buktinya beliau melakukan shalat di tempat yang paling tersembunyai dan paling gelap di rumahnya
sampai akhir hayatnya , setelah diberitahu oleh Nabi saw bahwa tempat tersebut adalah yang paling
baik baginya untuk mengerjakan shalat.
Maka makna yang tepat adalah : Shalatnya wanita di rumahnya adalah lebih baik daripada shalatnya di
masjid apapun. Kebaikan yang didapat wanita yang shalat di rumahnya diartikan seluas luasnya , yaitu
aman dari fitnah dan mendapatkan pahala yang tidak kalah banyaknya dibanding dengan shalatnya di
masjid apapun , termasuk Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.
3. YANG BERPENDAPAT BAHWA SHALATNYA WANITA DI RUMAHNYA ADALAH LEBIH BAIK DARIPADA
SHALATNYA DIMASJID , JIKA HAL TERSEBUT DIJADIKAN SEBAGAI KEGIATAN RUTINITASNYA.
Artinya , dia senantiasa meninggalkan rumahnya berkali kali dalam sehari untuk melakukan shalat di
masjid. Dan dilakukan dengan terus menerus.
Tetapi jika dia bertempat tinggal jauh dari Masjidil Haram dan Masjid Nabawi , kemudian dia
mendatangi 2 masjid tersebut untuk mencari keberkahan yang disediakan Allah kepadanya , yaitu
pahala yang berlipat lipat , maka shalatnya di 2 Masjid yang mulia tersebut adalah lebih baik daripada
shalatnya di hotelnya.
Hal ini didasarkan kepada pemahaman kepada hadits Nabi saw yang melarang memberatkan diri untuk
melakukan perjalanan untuk mencari berkah kecuali ke 3 masjid yaitu : Masjidil Haram , Masjid Nabawi
dan Masjidil Aqsha.
َو َمسْ ِج ِد، د ْال َمسْ ِج ِد ْال َح َر ِام3َ َقا َل « الَ ُت َش ُّد الرِّ َحا ُل ِإالَّ ِإلَى َثالَ َث ِة َم َسا ِج- صلى هللا عليه وسلم- ِّ َع ِن ال َّن ِبى- رضى هللا عنه- َعنْ َأ ِبى ه َُري َْر َة
صى َ َو َمسْ ِج ِد اَأل ْق- صلى هللا عليه وسلم- ُول ِ الرَّ س
Bersumber dari Abu Hurairah r.a dari Nabi saw yang bersabda : Tidak boleh kendaraan dipersiapkan
(untuk bepergian) kecuali untuk perjalanan ke Masjidil Haram dan Masjidir Rasul dan Masjidil Aqsha
PENJELASAN :
Tidak boleh suatu tempat dijadikan tujuan bepergian karena keistimewaan yang dimilikinya kecuali 3
masjid tersebut.
IMAM NAWAWI BERKATA : Menurut jumhur ulama , tidak ada keutamaan bepergian selain kepada 3
masjid tersebut
LIHAT :
- Kitab Fat-hul Baari , Syarah terhadap Kitab Shahih Al Bukhari jilid 4 halaman 82 Kitabu Fadhlish
Shalah bab 1 no 1189
- Kitab Syarah Muslim oleh imam Nawawi jilid 9 halaman 170 Kitabul Haj bab 95 no 1397
DARI SAYA :
Dengan kata lain : tidak boleh ada tempat di muka bumi ini yang dianggap memiliki keberkahan atau
pahala yang lebih besar dari tempat lainnya untuk beribadah di dalamnya , kecuali 3 masjid : yaitu
Masjidil Haram , Masjid Nabawi , Masjidil Aqsha.
Dibolehkannya melakukan perjalanan ke 3 masjid tersebut untuk mencari berkah adalah berlaku untuk
laki laki dan wanita. Tidak didapati isyarat adanya pengkhususan hadits tersebut hanya untuk kaum laki
laki saja.
RINGKASNYA : Jika melakukan haji atau umrah maka wanita lebih baik shalat di Masjidil Haram dan
Masjid Nabawi dibanding dengan di hotelnya atau di tempat lainnya.
Hal ini berlaku jika tidak terjadi fitnah . Jika terjadi fitnah dan kerusakan lainnya maka shalatnya di
hotelnya adalah lebih baik baginya.
Misalnya : masjid penuh sesak dengan jama’ah laki laki , bahkan jama’ah laki laki banyak yang tidak
mendapatkan tempat , sehingga berdesak desakan dengan kaum wanita
Atau pengaturan shaf sudah tidak dapat ditertibkan lagi sehingga wanita shalat berdampingan dengan
laki laki atau wanita berada di depan laki laki.
Wallahu A’lam.
KESIMPULAN :
1. Wanita tidak dilarang shalat di masjid apapun.
2. Jika wanita shalat di masjid maka dia juga akan mendapatkan keutamaan shalat di masjid sebagaiman
yang dijanjikan kepada laki laki (periksa KEUTAMAAN SHALAT BERJAMA’AH)
3. Jika wanita shalat di rumahnya , maka dia akan mendapatkan keutamaan yang tidak kurang dibanding
dengan keutamaan yang dia dapatkan jika shalatnya di masjid, baik dari sisi pahala ataupun lainnya.
4. Jika wanita shalat di rumahnya maka dia dapat menghimpun banyak keutamaan :
A. Mendapatkan pahala yang tidak kalah jumlahnya jika dibanding dengan shalat di masjid.
C. Lebih aman dari gangguan atau fitnah yang mungkin dapat terjadi atas dirinya.
Misalnya :
Ikhtilath (campur baur dengan laki laki) , ini bisa terjadi di masjid yang pintu keluarnya sama antara laki
dan perempuan)
D. Lebih fokus dalam berbakti kepada suaminya. Karena waktunya tidak tersita untuk pulang pergi ke
masjid.
9. Jika perilaku sekelompok wanita ketika shalat di masjid dapat mendatangkan fitnah , hendaknya
mereka dilarang melakukan shalat di masjid , sehingga mereka berperilaku selayaknya orang yang
beribadah kepada Tuhannya.
Misalnya :
- Ke masjid pakai rok pendek atau semisalnya , sampai di masjid baru pakai mukenah. Setelah shalat ,
keluar dari masjid pakai rok lagi.
DLL
Wallahu A’lam.
***************************************************************
Assalamualaikum ustadz.
Apakah warna semirnya boleh warna apa saja ? Pernah saya dengar uban tidak boleh di semir warna
hitam.
Benar , mewarnai uban boleh dengan warna apa saja , selain warna hitam.
Sekalipun tidak ada larangan mewarna rambut dengan selain warna hitam (berarti warna apa saja
boleh) , tetapi yang terbaik adalah warna merah atau yang mirip (mendekati) warna merah
َّ ة َي ْو َم َف ْتح َم َّك َة َو َرْأ ُس ُه َولِحْ َي ُت ُه َك3َ ْن َع ْب ِد هَّللا ِ َقا َل ُأت َِى ِبَأ ِبى قُ َحا َف
« َغ ِّيرُوا َه َذا-صلى هللا عليه وسلم- ِ الثغَا َم ِة َب َياضًا َف َقا َل َرسُو ُل هَّللا ِ َعنْ َج ِاب ِر ب
ِ
ِب َشىْ ٍء َواجْ َت ِنبُوا الس ََّوا َد
Bersumber dari Jabir bin Abdullah dia berkata : Pada pari Fat-hu Makkah (penaklukan kota Makkah) ,
Abu Quhafah datang dalam keadaan kepala dan jenggotnya telah memutih semua seperti kapas. Maka
Rasulullah saw bersabda : Ubahlah warna uban ini dengan sesuatu tetapi hindarilah warna hitam.
« ِإنَّ َأحْ َس َن َما ُغي َِّر ِب ِه َه َذا ال َّشيْبُ ْال ِح َّنا ُء َو ْال َك َت ُم-صلى هللا عليه وسلم- ِ َعنْ َأ ِبى َذرٍّ َقا َل َقا َل َرسُو ُل هَّللا
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح رجاله ثقات رجال الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Abu Dzar r.a dia berkata : Rasulullah saw bersabda : sesungguhnya bahan yang terbaik
untuk merubah warna uban adalah AL HINA’ DAN AL KATAM
Hadits riwayat Abu Dawud Kitabut Tarajjuli bab 18 no 4205 (ini adalah lafadznya)
PENJELASAN :
Hinna’ adalah sejenis tanaman yang jika ditumbuk daunnya akan menghasilkan warna merah.
Al Katam adalah sejenis tanaman dari Yaman yang menghasilkan warna merah kehitaman (merah sangat
tua).
Lihat : Kitab Aunul Ma’buud , syarah terhadap kitab Sunan Abi Dawud Kitabut Tarajjuli bab 18 no 4205
DARI SAYA :
Wallahu A’lam.
****************************************************
PERTANYAAN ANAS
Ustadz mau tanya, ketika kita thawaf , baik di mathaf lantai dasar dekat Ka’bah maupun di lantai 2 dan 3
sering bersinggungan dengan perempuan lain. Kadang kita sudah berusaha menghindari tapi dari arah
lain ada yg menyerobot. Lebih lebih yang di dekat Ka’bah sampai mepet begitu khususnya mulai area
lampu hijau sampai Maqam Ibrahim.
Pertanyaan.
1. Batalkah wudlu kita
3. Waktu thawaf ada yang mengajak bicara misalnya "ayo turun lantai 1" atau "awas minggir ada yang
mau keluar, thariq" dll, apakah membatalkan thawafnya
Terimakasih ustadz.
Silakan diperiksa.
Ringkasnya :
Imam Hanafi , imam Maliki , imam Hanbali berpendapat tidak batal wudhu’nya .
2. Karena saya menguatkan bahwa wudhu tidak batal maka langsung saja shalat sunnah thawaf 2
raka’at. Tayammum tidak diperlukan lagi.
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a , dia berkata : Sesungguhnya Nabi saw bersabda : Thawaf mengelilingi
Baitullah adalah sama seperti shalat, hanya saja kalian ( boleh ) berbicara didalamnya. Maka barangsiapa
yang berbicara di dalam thawaf, janganlah dia berbicara kecuali (dengan pembicaraan) yang baik.
Hadits riwayat Tirmidzi Kitabul haj bab 112 no 960 ( ini adalah lafadznya ) dan dinilai sebagai hadits
shahih oleh Syaikh Al Albani
Hadits ini dinilai mauquf oleh Imam Tirmidzi, Baihaqi, Ibnu Taimiyyah, Ibnu Hajar dll tetapi Syaikh Al
Albani menilainya marfu’.
LIHAT :
Wallahu A’lam
**************************************************************
**************************************************************
Assalamualaikum Ustadz... saya minta penjelasan tentang hukum melaksanakan umroh pada musim haji
sekarang ini seperti yg telah dilakukan oleh group sebelah..
الثالِ َث َة م َِن ْال ِجعْ َرا َن ِة َ َأرْ َب َع ُع َم ٍر عُمْ َر َة ْال ُح َدي ِْب َي ِة َوعُمْ َر َة ْال َق-صلى هللا عليه وسلم- ِ َّاس َقا َل اعْ َت َم َر َرسُو ُل هَّللا
َّ ضا ِء مِنْ َق ِاب ٍل َو ٍ ْن َعب
ِ َع ِن اب
َوالرَّ ِاب َع َة الَّتِى َم َع َحجَّ ِت ِه
صحيح: قال الشيخ األلباني
إسناده صحيح على شرط الشيخين: تعليق شعيب األرنؤوط
Bersumber dari Ibnu Abbas r.a dia berkata , bahwasanya Nabi saw mengerjakan umrah 4 kali , yaitu :
1. Umrah Hidaibiyyah (yang mana Nabi saw membatalkan ihramnya berkaitan perjanjian Hudaibiyyah).
Bahwa Nabi saw diminta membatalkan umrahnya tahun itu (tahun ke 6 H) , dan boleh umrah tahun
depannya (tahun 7 H)
4. Umrah ketika pelaksanaan hajinya (ketika baru tiba di Makkah dalam perjalanan hajinya , Rasulullah
saw melaksanakan umrah sebagai bagian dari ibadah haji).
Ahmad 1/246
ْت مِنْ َها ُه َنا مِن ُ َقا َل َأبُو دَاوُ َد َأ ْت َق ْن- اعْ َت َم َر َأرْ َب َع ُع َم ٍر ُكلُّهُنَّ فِى ذِى ْال َقعْ دَ ِة ِإالَّ الَّتِى َم َع َحجَّ ِت ِه-صلى هللا عليه وسلم- ِ س َأنَّ َرسُو َل هَّللا ٍ َعنْ َأ َن
ْثُ ضا ِء فِى ذِى ْال َقعْ َد ِة َوعُمْ َر ًة م َِن ْال ِجعْ َرا َن ِة َحي َ عُمْ َر ًة َز َم َن ْالحُدَ ي ِْب َي ِة َأ ْو م َِن ْالحُدَ ي ِْب َي ِة َو ُع ْم َر َة ْال َق- ه ُْد َب َة َو َسمِعْ ُت ُه مِنْ َأ ِبى ْال َولِي ِد َولَ ْم َأضْ ِب ْط ُه
ْ
ْن فِى ذِى ال َقعْ َد ِة َوعُمْ َر ًة َم َع َحجَّ ِت ِه ٍ َق َس َم َغ َناِئ َم ُح َني
صحيح: قال الشيخ األلباني
Bersumber dari Anas bin Malik r.a bahwasanya Rasulullah saw melakukan umrah 4 kali , semuanya di
dalam bulan Dzulqa’dah , kecuali umrah yang dilakukan bersama ibadah hajinya.
PENJELASAN :
1. Setelah Rasulullah saw diutus oleh Allah , beliau saw melaksanakan umrah 4 kali dalam 4 kali
perjalanan yang berbeda.
Padahal sekali perjalanan dari Madinah ke Makkah ditempuh selama 8 hari , dengan kendaraan berupa
hewan tunggangan serta medan yang berat berupa padang pasir dan gunung bebatuan.
Ditambah lagi suhu yang ekstrim, bekal yang minim dan segala kesusahan lainnya.
Maka kebutuhan akan umrah berulang ulang (dalam sekali perjalanan) telah ada sejak zaman Nabi saw,
karena perjalanannya lebih berat dibanding sekarang yang “hanya” 9 jam perjalanan naik pesawat
terbang full AC.
Sekalipun demikian , Nabi saw tidak pernah melakukan umrah 2 kali dalam 1 perjalanannya. Kita tidak
boleh memandang remeh atau kecil terhadap perbuatan Nabi saw ini , karena beliau saw senantiasa
dibimbing wahyu dari Allah saw agar diteladani oleh semua ummatnya.
Para shahabat juga tidak ada yang melakukan umrah berulang ulang dalam satu perjalanan ke Makkah.
Padahal para shahabat adalah kelompok manusia pilihan yang paling besar semangatnya dalam
mengerjakan kebaikan dibanding manusia apapun yang hidup pada zaman setelah mereka.
Bahkan penduduk Makkah pada zaman Nabi saw juga tidak ada yang mengerjakan umrah tambahan
setelah paket hajinya mereka kerjakan.
Mereka tidak ada yang keluar ke Tan’im , Ji’ranah , Hudaibiyah dll untuk mengerjakan umrah tambahan
sebagaimana yang dilakukan oleh kita pada masa sekarang ini.
Maka dengan semangat cinta kepada Nabi saw , dan ketaatan total kepadanya , saya kesampingkan
semua pertimbangan aqal saya untuk mengerjakan umrah berulang ulang dalam 1 kali perjalanan haji
atau umrah.
BANTAHAN :
Bagaimana dengan riwayat Aisyah r.a yang mengerjakan umrah tambahan setalah haji dengan
mengambil Miqat di Tan’im ?
JAWAB :
ْ ْ َ َقال- صلى هللا عليه وسلم- ِّ َز ْو ِج ال َّن ِبى- رضى هللا عنها- َعنْ عَاِئ َش َة
، َاع ِ فِى َحجَّ ِة ال َود- صلى هللا عليه وسلم- ِّت َخ َرجْ َنا َم َع ال َّن ِبى
» ُث َّم الَ َي ِح َّل َح َّتى َي ِح َّل ِم ْن ُه َما َجمِيعًا، ان َم َع ُه َه ْدىٌ َف ْلي ُِه َّل ِب ْال َح ِّج َم َع ْال ُع ْم َر ِة َ « َمنْ َك- صلى هللا عليه وسلم- َُّفَأهْ لَ ْل َنا ِب ُع ْم َر ٍة ُث َّم َقا َل ال َّن ِبى
ُ ْ َ َ
فقا َل « انقضِ ى- صلى هللا عليه وسلم- ِّك ِإلى الن ِبى َّ َ َ ُ
َ ِ فشك ْوت ذل، ص َفا َوال َمرْ َو ِة
َ َ َ ْ َّ ت َوالَ َبي َْن ال ُ َولَ ْم َأ، ٌْت َم َّك َة َوَأ َنا َحاِئض
ِ طفْ ِب ْال َب ْي 3ُ َف َق ِدم
ْن ِ َم َع َع ْب ِد الرَّ حْ َم ِن ب- صلى هللا عليه وسلم- ُّض ْي َنا ْال َح َّج رْ َسلَنِى ال َّن ِبى َأ َ ت َفلَمَّا َق ُ َف َف َع ْل. » َودَ عِ ى ْالعُمْ َر َة، َو ِهلِّى ِب ْال َح ِّج، َرْأسَكِ َوامْ َتشِ طِ ى
َأ
ُث َّم، ص َفا َو ْال َمرْ َو ِة ِ ِين َكا ُنوا َأ َهلُّوا ِب ْال ُع ْم َر ِة ِب ْال َب ْي
َّ ت َو َبي َْن ال َ اف الَّذ َ ت َف َط ْ َ َقال. » ِان عُمْ َرتِك َ ت َف َقا َل « َه ِذ ِه َم َك ِ ِبى َب ْك ٍر ِإلَى ال َّت ْنع
ُ ِْيم َفاعْ َت َمر َأ
ً َ َ ْ ْ
ِين َج َمعُوا ال َح َّج َوالعُمْ َر َة َفِإ َّن َما طافُوا ط َوافا َواح ًِدا َّ َأ ً َأ ً
َ َو مَّا الذ، ث َّم طافُوا ط َوافا َوا ِح ًدا َبعْ دَ نْ َر َجعُوا مِنْ ِمنى، َحلوا َ َ ُ ُّ
Bersumber dari Aisyah r.a istri Nabi saw dia berkata : Kami keluar (melakukan perjalanan) bersama
dengan Nabi saw ketika haji wada’. Maka kami berniat ihram untuk umrah. Lalu Nabi saw bersabda :
Barangsiapa yang membawa hadyu (ketika masuk Tanah Haram) maka hendaknya dia berniat ihram
untuk haji sekaligus dengan umrah (haji qiran). Janganlah dia bertahallul sampai saatnya tahallul haji
dan umrah bersamaan (yaitu yanggal 10 Dzulhijjah setelah melempar jumrah aqabah)
Aisyah r.a berkata : Aku tiba di Makkah kemudian mengalami haidh , padahal aku belum thawaf di
Baitullah dan belum (sa’i) antara Shafa dan Marwah. Maka aku mengadukan hal ini kepada Rasulullah
saw. Maka beliau saw bersabda :
Uraikan rambutmu dan sisirlah dan berniatlah untuk haji dan tinggalkan umrah.
Katika aku telah melaksanakan haji Nabi saw mengutus aku bersama Abdurrahman bin Abu Bakar r.a
(saudara laki laki Aisyah r.a) menuju Tan’in lalu aku melaksanakan umrah (dengan mengambil miqat di
Tan’im)
- ُّ َفَأ َم َر ال َّن ِبى، ت ِ َفلَمَّا َق ِد ْم َنا َت َط َّو ْف َنا ِب ْال َب ْي، َوالَ ُن َرى ِإالَّ َأ َّن ُه ْال َح ُّج- صلى هللا عليه وسلم- ِّ َخ َرجْ َنا َم َع ال َّن ِبى- رضى هللا عنها- َعنْ عَاِئ َش َة
رضى هللا- ت عَاِئ َشة ُ ْ َ َقال، َو ِن َساُؤ هُ َل ْم َي ُس ْق َن َفَأحْ لَ ْل َن، ى َ َف َح َّل َمنْ لَ ْم َي ُكنْ َساقَ ْال َه ْد، ى َأنْ َي ِح َّل َ َمنْ لَ ْم َي ُكنْ َساقَ ْال َه ْد- صلى هللا عليه وسلم
َيرْ ِج ُع ال َّناسُ ِبعُمْ َر ٍة َو َحجَّ ٍة َوَأرْ ِج ُع َأ َنا ِب َحجَّ ٍة َقا َل « َو َما، ِ ت َيا َرسُو َل هَّللا ْ َت لَ ْيلَ ُة ْال َحصْ َب ِة َقال
ْ َفلَمَّا َكا َن، ت ِ طفْ ِب ْال َب ْيُ ت َفلَ ْم َأ
ُ ْ َفحِض- عنها
َّصفِ َّي ُة َما ُأ َرانِى ِإالَ ت َ َ َ ُ
ْ َقال. » َف ِهلى ِب ُع ْم َر ٍة ث َّم َم ْوعِ ُدكِ َكذا َو َكذا، ِيم ِّ َأ ْ َّ َ َأ ْ
ِ َقا َل « َفاذ َه ِبى َم َع خِيكِ ِإلى التنع. َت ال
ْ َ َّ ِ ط ْف
ُ قل. » ت لَ َيال َِى َقدِمْ َنا َمكة
ُ ُ
- رضى هللا عنها- ت عَاِئ َش ُة ْ َ َقال. » ا ْنف ِِرى، س ْأ
َ َقا َل « الَ َب. ت َبلَى ُ ت قُ ْل ْ َ َقال. » ت َي ْو َم ال َّنحْ ِر ِ ط ْف ُ َأ َو َما، َقا َل « َع ْق َرى َح ْل َقى. َح ِاب َس َت ُه ْم
ْ ٌ ْ ٌ َ َأ َأ َ ٌ َ ْ َأ
ْو نا مُصْ ِع َدة َوهْ َو ُمن َه ِبط ِمن َها، َو نا ُمن َه ِبطة َعل ْي َها، َوه َُو مُصْ ِعد مِنْ َمكة- صلى هللا عليه وسلم- َُّفلَقِ َينِى ال َّن ِبى
َ َ َّ ٌ
Bersumber dari Aisyah r.a dia berkata : kami keluar bersama Nabi saw dan setahu kami , Nabi saw tidak
berangkat kecuali untuk menunaikan haji.
Ketika kami sampai di Makkah , kami melakukan thawaf di Baitullah. Kemudian Nabi saw
memerintahkan : “Barangsiapa yang tidak membawa hadyu maka hendaknya dia bertahallul.
Maka orang yang tidak membawa hadyu melakukan tahallul. Begitu juga para istri Nabi saw yang
memang tidak membawa hadyu , mereka bertahallul.
Aisyah r.a berkata : Aku mengalami haidh padahal aku belum thawaf di Baitullah.
Ketika tiba MALAM HASHBAH , aku berkata : WAHAI RASULULLAH , MANUSIA PULANG KE RUMAHNYA
DENGAN MEMBAWA PAHALA UMRAH DAN HAJI SEDANGKAN AKU PULANG HANYA MEMBAWA HAJI
SAJA.
RASULULLAH SAW BERSABDA : APAKAH ENGKAU TIDAK (BELUM) THAWAF PADA MALAM MALAM
KETIKA KITA BARU TIBA DI MAKKAH ?
Maka Rasulullah saw bersabda : Pergilah engkau dengan saudara laki lakimu ke Tan’in dan berniatlah
umrah kemudian tempatmu begini dan begini.
Shafiyyah r.a berkata : Aku tidak melihat kecuali dia (Aisyah r.a) telah membuat orang orang tertahan
perjalanannya (untuk pulang ke Madinah)
PENJELASAN :
Jama’ah haji yang berasal dari luar tanah Haram yang melakukan haji qiran dan tamattu’ , wajib
menyembelih hadyu setiap 1 orang 1 ekor kambing atau 1/7 sapi.
Hadyu bagi jamaah haji tamattu’ atau qiran diwajibkan bukan karena pelanggaran ihram atau lainnya,
tetapi merupakan bagian dari ritual ibadah haji itu sendiri.
2. Kalimat ( لَ ْيلَ ُة ْال َحصْ َب ِةMalam hash-bah) adalah malam terakhir bagi yang nafar tsani setelah melempar 3
jumrah (tanggal 13 dzulhijjah). Juga merupakan malam berkumpulnya para shahabat untuk menginap di
Muhash-shab pada akhir palaksanaan ibadah haji , bersiap untuk pulang ke Madinah
LIHAT : Kitab Fathul Baa-ri , syarah terhadap Kitab shahih Al Bukhari Kitabul Umrah bab 5 no 1783.
3. Aisyah r.a melaksanakan umrah setelah haji atas idzin Rasulullah saw , karena Aisyah belum
melaksanakan umrah di awal kedatangan di Makkah bersama Rasulullah saw karena dia mengalami
haidh.
Sebagaimana kita ketahui bahwa : yang dimaksud haji adalah gabungan haji dan umrah.
Maka setelah selesai haji pada malam Hash-bah , Aisyah r.a mengeluhkan dirinya yang hanya
menunaikan haji saja. Sedangkan Rasulullah saw dan para shahabatnya semuanya melaksanakan haji
dan umrah.
Maka Rasulullah saw memerintahkan Abdurrahman bin Abu Bakar r.a (saudara laki laki dari Aisyah r.a)
untuk mengantar ke Tan’im sebagai miqat bagi Aisyah untuk berihram umrah.
4. Menjadikan hadits Aisyah r.a sebagai dalil untuk menunaikan umrah setelah haji dibolehkan bagi
orang yang mengalami keadaan seperti Aisyah r.a , yaitu mengalami haidh ketika tiba di Makkah,
sehingga tidak dapat melaksanakan umrah.
Maka wanita seperti ini boleh melakukan umrah setelah haji , karena dirinya belum melaksanakan
umrah yang memang menjadi bagian dari ibadah haji itu sendiri.
Sedangkan bagi laki laki yang tidak pernah mengalami haidh , atau wanita yang telah melaksanakan
umrah ketika tiba di Makkah , maka menjadikan hadits Aisyah r.a sebagai dalil untuk umrah berulang
ulang setelah haji adalah tidak relevan.
Wallahu A’lam.