Anda di halaman 1dari 13

Assalamu'alaykum, sahabat sholihah😍 Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT 🙏 Kita

sampaikan dulu sholawat untuk nabi Muhammad saw😚

Sahabat sholihah, kajian kita kali ini tentang haid, istihadhah dan mandi junub. Semoga kita
dimudahkan dalam memahaminya. Aamiin....🙏

Pertama, tentang haid. Yuk, kita lihat dalil Al Quran tentang haid👇

ُ ‫ِيض َوالَ َت ْق َربُوهُنَّ َح َّت َى َي ْطهُرْ َن َفإِ َذا َت َطهَّرْ َن َفأْ ُتوهُنَّ مِنْ َحي‬
‫ْث‬ ِ ‫ِيض قُ ْل ه َُو أَ ًذى َفاعْ َت ِزلُو ْا ال ِّن َساء فِي ْال َمح‬ ِ ‫ك َع ِن ْال َمح‬ َ ‫َو َيسْ أَلُو َن‬
َ ‫ين َو ُيحِبُّ ْال ُم َت َطه ِِّر‬
‫ين‬ َ ‫أَ َم َر ُك ُم هّللا ُ إِنَّ هّللا َ ُيحِبُّ ال َّت َّو ِاب‬

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu kotoran". Oleh
sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haidh; dan janganlah kamu
mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka
itu di tempat yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.

(Surat Al Baqarah ayat 222)

Nah, klo yang ini dalil hadits tentang haid

‫ َتقُو ُل‬،‫ت َعا ِئ َش َة‬ ُ ْ‫ َيقُو ُل َسمِع‬،‫ت ْال َقاسِ َم‬ ُ ْ‫ َقا َل َسمِع‬، ُ‫ َقا َل َح َّد َث َنا ُس ْف َيان‬،ِ ‫َح َّد َث َنا َعلِيُّ بْنُ َع ْب ِد هَّللا‬
ُ ْ‫ َقا َل َسمِع‬،‫ت َع ْب َد الرَّ حْ َم ِن ب َْن ْال َقاسِ ِم‬
.” ‫ت‬ ِ ْ‫ َف َد َخ َل َعلَىَّ َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم َوأَ َنا أَ ْبكِي َقا َل ” َما لَكِ أَ ُنفِس‬،‫ت‬ ُ ْ‫ف حِض‬ َ ‫ َفلَمَّا ُك َّنا ِب َس ِر‬،َّ‫َخ َرجْ َنا الَ َن َرى إِالَّ ْال َحج‬
‫ضحَّ ى َرسُو ُل‬ َ ‫ت َو‬ ْ َ‫ َقال‬.” ‫ت‬ ُ ‫ َغي َْر أَنْ الَ َت‬،ُّ‫ َفا ْقضِ ي َما َي ْقضِ ي ْال َحاج‬،‫ت آ َد َم‬
ِ ‫طوفِي ِب ْال َب ْي‬ ِ ‫ َقا َل ” إِنَّ َه َذا أَمْ ٌر َك َت َب ُه هَّللا ُ َعلَى َب َنا‬.‫ت َن َع ْم‬ ُ ‫قُ ْل‬
‫هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم َعنْ ِن َسا ِئ ِه ِب ْال َب َق ِر‬

Telah menceritakan kepada kami ‘Ali bin ‘Abdullah berkata, telah menceritakan kepada
kami Sufyan berkata, Aku mendengar ‘Abdurrahman bin Al Qasim berkata, Aku
mendengar Al Qasim bin Muhammad berkata, Aku mendengar ‘Aisyah berkata, “Kami
keluar dan tidak ada tujuan selain untuk ibadah haji. Ketika tiba di Sarif aku mengalami
haid, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam masuk menemuiku sementara
aku sedang menangis. Beliau bertanya: “Apa yang terjadi denganmu? Apakah kamu
datang haid?” Aku jawab, “Ya.” Beliau lalu bersabda: “Sesungguhnya ini adalah perkara
yang telah Allah tetapkan bagi kaum wanita dari anak cucu Adam. Lakukanlah apa
yang dilakukan oleh orang-orang yang haji, kecuali thawaf di Ka’bah.” ‘Aisyah berkata,
“Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkurban dengan menyembelih
seekor sapi yang diniatkan untuk semua isterinya.”

(Hadits riwayat Bukhori)

Sahabat sholihah, jadi HAID itu sesuatu yang telah Allah SWT tentukan pada anak2
perempuan keturunan Adam

ِ ‫اِنَّ َه َذا اَ ْم ٌر َك َت َب ُه هَّللا ُ َعلَى َب َنا‬


‫ت اَ َد َم‬

Sesungguhnya ini adalah perkara yang telah Allah tetapkan bagi kaum wanita dari anak
cucu Adam

Ga boleh diprotes ya ketentuan dari Allah ini😚 Hehehe....biasanya klo lagi ramadhan,
banyak sahabat sholihah yang pengin ga dapat haid atau haidnya sebentar aja.
Soalnya takut utangnya banyak. Betul ga?😁

Sekarang kita kenali ya warna darah haid 😉 Darah haid berwarna hitam pekat dan
berbau tidak enak, keluar dari tempat dan waktu tertentu. Para wanita penting mempunyai
pemahaman yang benar tentang darah haid ini. Catet ya!!

Sahabat shalihah, berapa harikah batasan seorang wanita mengalami haid?🤔

Tidak ada batasan minimal dan maksimal dalam haid. Namun yang menjadi patokan adalah
kebiasaan wanita. Tidak ada dalil shahih yang diriwayatkan oleh Rasulullah saw tentang batasan
minimal dan maksimal dalam haid.
Adapun kalangan yang mengatakan bahwa waktu haid paling lama adalah 15 hari (dikatakan
Imam Syafii dan Imam Ahmad) dan batasan minimal adalah 1 hari atau tidak ada batasannya
(dikatakan Imam Malik) tidak ada dalil shahih yang diriwayatkan oleh rasulullah saw dan
sahabat mengenai hal ini. Dan yang menjadi ukuran adalah adat atau kebiasaan. Sekarang
sudah paham kan?

Terus kapankah seorang wanita dihukumi sudah punya kebiasaan haid?

Sahabat sholihah, haid dihukumi sudah jadi kebiasaan jika sudah berulang sebanyak 3 kali.
Inilah pendapat yang masyhur dalam madzhab Hambali, dipilih pula oleh Syaikh Ibnu Baz dan
Syaikh Ibnu ‘Utsaimin.

Siapa wanita yang sudah punya kebiasaan haid, lantas darah bertambah atau berkurang, atau
haid datang lebih cepat atau datang telat, maka dihukumi haid. Jika darah tersebut berhenti,
maka dihukumi sudah suci. Inilah pendapat dalam madzhab Syafi’i, dipilih oleh Ibnu Qudamah,
Ibnu Taimiyyah, Ibnu Baz, dan Ibnu ‘Utsaimin.

Hehe....Sahabat sholihah ada kan yang haidnya teratur, misal setiap tgl 5 setiap bulannya. Dan
ada juga yang ga teratur, maju mundur cantik😁

Oke, sekarang tentang datang dan selesainya masa haid😊

1. Datangnya haid dapat diketahui dengan keluarnya darah pada waktu-waktu datangnya haid

2. Adapun mas berakhirnya haid dapat diketahui dengan berhentinya darah, warna kekuning-
kuningan dan keruh. Hal ini dapat dibuktikan dengan cara 👇

• kering, maksudnya seorangwanita memasukkan sesuatu pada kemaluannya (kapas atau kain
lembut) lalu ia mengeluarkannya dalam keadaan kering

• cairan putih yang keluar dari rahim setelah berhentinya darah haid.
Yuk, kita liat hadits dibawah ini 😚

Dahulu ada beberapa wanita menemui ibunda kaum mukminin, ‘Aisyah radhiyallahu’anha
dengan membawa kapas yang terdapat cairan kekuningan (shufrah) yang berasal dari darah
haid. Mereka bertanya tentang hukum shalat tatkala keluar cairan tersebut, Beliau
radhiyallahu’anha menjawab,

.ِ‫ضة‬ ُّ ‫ك‬
َ ‫الطه َْر م َِن ْال َح ْي‬ َ ‫ص َة ْال َب ْي‬
َ ِ‫ضا َء ُت ِري ُد ِب َذل‬ َّ ‫ال َتعْ َج ْل َن َح َّتى َت َري َْن ْال َق‬

Janganlah kalian tergesa-gesa (suci) sampai kalian melihat qashshatul baidha’ (cairan putih)
sebagai tanda suci dari haid.” (HR. Abu Dawud, An Nasai, Ibnu Majah )

Oke, sahabat sholihah, sekarang kita bahas hal-hal yang dilarang bagi wanita haid

1. Shalat

Para ulama sepakat bahwa diharamkan shalat bagi wanita haid. Para ulama juga sepakat
bahwa wanita haid tidak memiliki kewajiban shalat dan tidak perlu mengqodho’ atau
menggantinya ketika ia suci.

Dari Abu Sai’d, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

"Bukankah bila si wanita haid ia tidak shalat dan tidak pula puasa? Itulah kekurangan agama si
wanita. (Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Mu’adzah, ia berkata bahwa ada seorang wanita yang berkata kepada ‘Aisyah,
"Apakah kami perlu mengqodho’ shalat kami ketika suci?” ‘Aisyah menjawab, “Apakah engkau
seorang Haruri? Dahulu kami mengalami haid di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam masih
hidup, namun beliau tidak memerintahkan kami untuk mengqodho’nya. Atau ‘Aisyah berkata,
“Kami pun tidak mengqodho’nya.” (HR. Bukhari)

Nah....bagaimana klo kasus seorang wanita yang mengalami haid menjelang ashar sedangkan ia
belum melaksanakan sholat dhuhur? Hmmmm.....😇

Pendapat yang pertama, menurut jumhur, maka apabila ia telah suci, ia harus mengqadha
(mengganti) sholat yang diwajibkannya sebelum haid yaitu sholat dhuhur. Dalil yang digunakan
adalah surat An Nisa : 103

Pendapat kedua, tidak wajib mengqadhanya karena para wanita pada masa nabi saw juga
mengalami haid setiap waktu dan tidak ada dalil yang memerintahkan wanita suci
untukmengqadha sholatnya

2. Puasa

Dalam hadits Mu’adzah, ia pernah bertanya pada ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha,

‘Kenapa gerangan wanita yang haid mengqadha’ puasa dan tidak mengqadha’ shalat?’ Maka
Aisyah menjawab, ‘Apakah kamu dari golongan Haruriyah? ‘ Aku menjawab, ‘Aku bukan
Haruriyah, akan tetapi aku hanya bertanya.’ Dia menjawab, ‘Kami dahulu juga mengalami haid,
maka kami diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha’
shalat’.” (HR. Muslim)

Para ulama sepakat pula, wanita yang dalam keadaan haid tidak wajib puasa dan wajib
mengqodho’ puasanya.

3. Jima’ (Hubungan intim di kemaluan)


Imam Nawawi rahimahullah berkata, “Kaum muslimin sepakat akan haramnya menyetubuhi
wanita haid berdasarkan ayat Al Qur’an dan hadits-hadits yang shahih.”

Allah Ta’ala berfirman,

“Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari (hubungan intim dengan) wanita di
waktu haid.” (QS. Al Baqarah: 222).

Imam Nawawi berkata, “Mahidh dalam ayat bisa bermakna darah haid, ada pula yang
mengatakan waktu haid dan juga ada yang berkata tempat keluarnya haid yaitu kemaluan. …
Dan menurut ulama Syafi’iyah, maksud mahidh adalah darah haid.”

Dalam hadits disebutkan,

"Barangsiapa yang menyetubuhi wanita haid atau menyetubuhi wanita di duburnya, maka ia
telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam-.”
(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih). Imam Asy
Syafi’i rahimahullah berkata, “Barangsiapa yang menyetubuhi wanita haid, maka ia telah
terjerumus dalam dosa besar.”

Hubungan seks yang dibolehkan dengan wanita haid adalah bercumbu selama tidak melakukan
jima’ (senggama) di kemaluan. Dalam hadits disebutkan,

“Lakukanlah segala sesuatu (terhadap wanita haid) selain jima’ (di kemaluan).” (HR. Muslim)

Dalam riwayat yang muttafaqun ‘alaih disebutkan,


Dari ‘Aisyah, ia berkata bahwa di antara istri-istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada yang
mengalami haid. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin bercumbu dengannya. Lantas
beliau memerintahkannya untuk memakai sarung agar menutupi tempat memancarnya darah
haid, kemudian beliau tetap mencumbunya (di atas sarung). Aisyah berkata, “Adakah di antara
kalian yang bisa menahan hasratnya (untuk berjima’) sebagaimana Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam menahannya?” (HR. Bukhari dan Muslim )

Buat yang calon istri, ingat2 ya larangan no 4 ini😚

4. Thawaf Keliling Ka’bah

Ketika ‘Aisyah haid saat haji, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda padanya,

"Lakukanlah segala sesuatu yang dilakukan orang yang berhaji selain dari melakukan thawaf di
Ka’bah hingga engkau suci.” (HR. Bukhari dan Muslim)

5.

Menyentuh mushaf Al Qur’an

Orang yang berhadats (hadats besar atau hadats kecil) tidak boleh menyentuh mushaf seluruh
atau sebagiannya. Inilah pendapat para ulama empat madzhab. Dalil dari hal ini adalah firman
Allah Ta’ala,

“Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan” (QS. Al Waqi’ah: 79)


Begitu pula sabda Nabi ‘alaihish sholaatu was salaam,

“Tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali engkau dalam keadaan suci.” (HR. Al Hakim dalam Al
Mustadroknya, beliau mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Bagaimana dengan membaca Al Qur’an? Para ulama empat madzhab sepakat bolehnya
membaca Al Qur’an bagi orang yang berhadats baik hadats besar maupun kecil selama tidak
menyentuhnya.

Tapi sahabat sholihah, ada pendapat lain yang membolehkan perempuan haid menyentuh al
quran. Yuk...kita simak👀

Di antara dalil yang dijadikan sandaran dalam masalah menyentuh mushaf Al-Qur`an adalah
firman Allah Ta’ala,

)79( ‫ُون‬ َ ‫) اَل َي َم ُّس ُه إِاَّل ْالم‬78( ‫ون‬


َ ‫ُط َّهر‬ ٍ ‫ب َم ْك ُن‬
ٍ ‫) فِي ِك َتا‬77( ‫إِ َّن ُه لَقُرْ آنٌ َك ِري ٌم‬

“Sesungguhnya Al-Qur`an adalah bacaan yang sangat mulia. Pada kitab yang
terpelihara (di Lauhul Mahfudz). Tidak menyentuhnya kecuali orang yang disucikan.”
(QS. Al-Waqi’ah : 77-79).

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa yang dimaksud oleh ayat di atas ialah : Tidak
ada yang dapat menyentuh Al-Qur’an yang ada di Lauhul Mahfudz sebagaimana
ditegaskan oleh ayat yang sebelumnya (ayat 78) kecuali para Malaikat yang telah
disucikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Demikian tafsir dari Ibnu Abbas dan lain-lain sebagaimana telah diterangkan oleh Al-
Hafidzh Ibnu Katsir di tafsirnya.

Oke, sahabat sholihah, sekarang kita lanjut membahas hal-hal yang diperbolehkan bagi Wanita
Haid

1.Membaca Al Qur’an

Ingat, ada 2 pendapat ya😉

2. Berdzikir.

3. Bersujud ketika mendengar ayat sajadah karena sujud tilawah tidak dipersyaratkan thoharoh
menurut pendapat paling kuat.

4. Menghadiri shalat ‘ied.

5. Masuk masjid karena tidak ada dalil tegas yang melarangnya.

6. Melayani suami selama tidak melakukan jima’ (hubungan intim di kemaluan).

7.Tidur bersama suami.

Kedua tentang istihadhah

Sahabat sholihah, istihadhah adalah keluarnya darah tidak pada waktu haid atau nifas atau
bersambung mengikuti keduanya. Ini adalah darah yang tidak biasa keluar, bukan darah
kebiasaan dan bukan darah tabiat wanita. Darah ini mengalir seperti darah segar yang tidak
terputus hingga ia sembuh.

Terus bagaimana hukumnya wanita yang istihadhah? Ia dianggap suci. Ia tidak dilarang
mengerjakan sholat dan puasa menurut ijma ulama. Catet ya😚

Nah, sekarang bagaimana menentukan waktu istihadhah?


Sahabat sholihah, sebenarnya tidak ada kesulitan menentukan darah istihadhah, asal darah itu
tidak keluar pada waktu haid.

Masalah muncul ketika darah istihadhah bersambung dengan keluarnya darah haid. Bagaimana
menentukan ini istihadhah dan ini haid?

1. Wanita tersebut memiliki kebiasaan haid yang sudah dikenal (haidnya teratur). Ia
mengetahui batas waktu haidnya. Maka ia menunggu kadar masa haidnya, setelah itu ia mandi
dan sholat. Misal Fulanah biasa haid tanggal 1-7 setiap bulannya. Ketika Fulanah terkena
istihadhah, maka ia akan menentukan bahwa tanggal 1-7 ia mengalami haid. Dan tanggal 8,
Fulanah pun mandi untuk bersuci.

Nabi saw bersabda, " Tunggu lah masa haid yang biasa kamu jalani, kemudian mandi dan
sholatlah"

(Hadits Muslim)

2. Wanita tersebut tidak mengetahui masa haidnya (haidnya tidak teratur). Tetapi ia mampu
membedakan antara darah haid dan darah istihadhah. Maka ia harus memperhatikan darah
haidnya. Jika yang ia lihat adalah darah haid, maka ia meninggalkan sholat. Jika haidnya
berakhir, maka ia mandi dan sholat

Nabi saw bersabda, " Tidak! Sesungguhnya itu hanyalah penyakit dan bukan darah haid. Jika
masa haidmu datang, tinggalkanlah sholat. Jika masa haidmu berakhir, bersihkanlah darah itu
darimu, lalu sholatlah" ( Hadits Bukhori dan Muslim )

3. Wanita ini baru pertama kali mengalami haid. Ia tidak dapat membedakan antara darah haid
dan darah yang lainnya maka wanita ini disamakan dengan kondisi wanita pada umumnya. Jika
wanita di tempat sekitarnya biasa haid selama 7 hari dalam sebulan maka ia harus menunggu
dari awal masa haidnya hingga hari ke-7 dan menganggapnya sebagai masa haidnya. Setelah itu
ia mandi dan sholat.
4. Atau wanita yang lupa akan kebiasaannya, baik waktunya, kadarnya dan ia tidak mampu
membedakan antara darah haid dan darah istihadhah. Pendapat ulama tentang wanita ini
digolongkan sebagai wanita yang baru pertama kali haid.

Hmmm.....ini penting yang sahabat sholihah, karena di masyarakat banyak orang yang tidak bisa
membedakan darah haid dan darah istihadhah. Maka saya pernah menemui seorang ibu yang
ga sholat sampe 20 hari😱

Sahabat sholihah, ini hukum-hukum wanita istihadhah👇

1. Hukumnya seperti wanita suci.

2. Ia boleh mengerjakan puasa, sholat, membaca al Quran dan lainnya sebagaimana wanita suci

3. Ketika ia akan sholat, lebih utama klo ia mandi dan berwudhu

4. Wanita istihadhah boleh melakukan jima, selama tidak pada masa haidnya. Walaupun darah
keluar

5. Wanita istihadhah boleh melakukan i'tikaf di masjid

Terakhir, kita bahas tentang mandi ya😚

Sahabat sholihah, syarat sahnya mandi adalah niat menurut kesepakatan ulama.

‫انما االعمال بالنيات‬

Setiap perbuatan tergantung niatnya (Hadits Bukhori)

Untuk niat ini, ada yang mencukupkan dalam hati dan ada juga yang melafalkannya.
Nah, kita pelajari tentang rukun mandi.

Hakikat mandi adalah mengguyur seluruh badan dengan air, yaitu mengenai rambut dan kulit.
Namun karena ini adalah mandi wajib atau mandi junub, maka mesti dibedakan dengan mandi
biasa, yaitu dibedakan dengan niat.

‘Aisyah radhiyallahu ‘anha yang menceritakan tata cara mandi Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam, ia menyatakan,

‫ُث َّم ُيفِيضُ ْال َما َء َعلَى َج َس ِد ِه ُكلِّ ِه‬

“Kemudian beliau mengguyur air pada seluruh badannya.” (HR. An-Nasa’i)

Sahabat sholihah, berikut tata cara mandi yang sempurna 😍

Hadits pertama:

Dari ‘Aisyah, istri Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa jika Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam mandi junub, beliau memulainya dengan mencuci kedua telapak tangannya.
Kemudian beliau berwudhu sebagaimana wudhu untuk shalat. Lalu beliau memasukkan
jari-jarinya ke dalam air, lalu menggosokkannya ke kulit kepalanya, kemudian
menyiramkan air ke atas kepalanya dengan cidukan kedua telapak tangannya
sebanyak tiga kali, kemudian beliau mengalirkan air ke seluruh kulitnya.” (HR. Bukhari
dan Muslim)

Hadits kedua:
Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuman, ia berkata bahwa Maimunah radhiyallahu
‘anha mengatakan, “Aku pernah menyediakan air mandi untuk Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam. Lalu beliau menuangkan air pada kedua tangannya dan mencuci
keduanya dua kali-dua kali atau tiga kali. Lalu dengan tangan kanannya beliau
menuangkan air pada telapak tangan kirinya, kemudian beliau mencuci kemaluannya.
Setelah itu beliau menggosokkan tangannya ke tanah. Kemudian beliau berkumur-
kumur dan memasukkan air ke dalam hidung. Lalu beliau membasuh muka dan kedua
tangannya. Kemudian beliau membasuh kepalanya tiga kali dan mengguyur seluruh
badannya. Setelah itu beliau bergeser dari posisi semula lalu mencuci kedua telapak
kakinya (di tempat yang berbeda).” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dua cara mandi seperti disebutkan dalam dua hadits di atas dibolehkan. Yaitu kita
mandi dengan berwudhu secara sempurna terlebih dahulu, setelah itu kita mengguyur
air ke seluruh tubuh, sebagaimana disebutkan dalam riwayat ‘Aisyah. Atau boleh jadi
kita gunakan cara mandi dengan mulai berkumur-kumur, memasukkan air dalam
hidung, mencuci wajah, mencuci kedua tangan, mencuci kepala, lalu mengguyur air ke
seluruh tubuh, kemudian kaki dicuci terakhir.

Wallahu a’lam. Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai