Anda di halaman 1dari 5

Assalamu'alaikum, Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bismillahirrahmanirrahim.

‫َأ‬ ‫ْل‬ ‫َأْل‬ ‫َأ‬ ‫ْل‬ ‫ْل‬


‫ َو َع َلى أله َو ْص َح اِبِه َو َم ْن َت ِبَع ُهْم ِبِإْح َس اٍن ِإَلى َي ْو ِم‬، ‫ َو الَّص َالُة َو الَّس َالُم َع َلى ْش َر ِف ا ْن ِبَي اِء َو ا ُمْر َس ِلْي َن‬، ‫ا َح ْمُد هلل َر ِّب ا َع اَلِمْي َن‬
‫ َأَّما َب ْع ُد‬، ‫الِّدْي ِن‬.
‫َر ِّب اْش َر ْح ِلي َص ْد ِر ي َو َي ِّسْر ِلي َأْم ِر ي َو اْح ُلْل ُع ْق َد ًة ِمْن ِلَس اِني َي ْف َقُهوا َق ْو ِلي‬

Pertama-tama, marilah kita ucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua sehingga kita dapat
berkumpul di sini
Alhamdulillah2x nikmatil iman..
Alhamdulillah2x nikmatil Islam
Alhamdulillah2x nikmatil barokah
Alhamdulillah2x nikmatil hidayah
marilah kita hadiahkan selawat berangkaikan salam kepada junjungan kita
nabi Muhammad SAW. ‫الّٰل ُهَّم َص ِّل َو َس ِّلْم َو َباِر ْك َع َلْيِه‬i

dan cara bersyukur kita sebagai hamba Allah salah satunya dengan sholat.
siapa yg sholat isya td malam?
"Keutamaan Salat Isya Berjamaah seperti Qiyamul Lail Setengah Malam"
Ya Allah, tambahkanlah rahmat, kesejahteraan, dan keberkahan kepadanya (Nabi Muhammad).”

Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW pernah bersabda,

‫َص اَل ُة اْلَج َماَعِة َأْف َض ُل ِمْن َص اَل ِة اْلَفِّذ ِبَس ْب َو ِع ْش ِر يَن َد َر َج ًة‬
‫ٍع‬
Artinya: "Derajat salat berjamaah dua puluh tujuh kali lebih utama dari pada salat
sendirian." (HR Bukhari)

dan ingat sholat sunah di bulan ramadhan fadhillahnya seperti sholat wajib.
sedangkan sholat wajib pada bulan ramadhan pahalanya di lipat gandakakn 70 x
lipat.
dan d bulan ramadhan ini perbanyaklah sedekah.
Sedekah pada bulan Ramadhan memiliki keistimewaan luar biasa
sebagaimana riwayat sahabat Anas bin Malik ra:
‫ َص َد َقٌة ِفى َر َم َض اَن‬: ‫َع ْن َاَنٍس ِقْيَل َياَر ُسوَل ِهللا َاُّي الَّص َد َقِة َاْفَض ُل؟ َقاَل‬
Artinya: Dari Anas dikatakan, Wahai Rasulullah, sedekah apa yang nilainya

paling utama? Rasul menjawab, “Sedekah di bulan Ramadhan” (HR At-

.Tirmidzi)
‫َك اَن َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْج َو َد الَّناِس َو َك اَن َأْج َو ُد (َأْج َو َد) َم ا َيُك وُن ِفي‬
‫َر َم َض اَن‬
Artinya: Rasulullah saw adalah orang paling dermawan di antara manusia
lainnya, dan ia semakin dermawan saat berada di bulan Ramadhan (HR
.Bukhari dan Muslim)

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Zaid bin Khalid Al-Juhani RA,
:Rasulullah SAW bersabda

‫َم ْن َفَّطَر َص اِئًم ا َك اَن َلُه ِم ْثُل َأْج ِرِه َغْيَر َأَّنُه َال َيْنُقُص ِم ْن َأْج ِر الَّصاِئِم َشْيًئا‬

Barangsiapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala “


seperti orang yang berpuasa tersebut, tanpa mengurangi pahala orang
yang berpuasa itu sedikit pun juga.” (HR. Tirmidzi no. 807

Karena salah satu doa yang mustajab adalah doa orang yang berpuasa
:hingga ia berbuka. Rasulullah SAW bersabda

‫َثَالَثٌة َال ُتَر ُّد َد ْع َو ُتُهُم اِإل َم اُم اْلَع اِد ُل َو الَّصاِئُم ِح يَن ُيْفِط ُر َو َد ْع َو ُة اْلَم ْظُلوِم‬

Ada tiga orang yang doanya tidak ditolak : (1) Pemimpin yang adil, (2) “
”.Orang yang berpuasa ketika dia berbuka, (3) Doa orang yang terdzolimi

Seorang sahabat Rasulullah SAW, Sya’ban ra memiliki kebiasaan unik. Dia


datang ke masjid sebelum waktu shalat berjamaah. Ia selalu mengambil
posisi di pojok masjid pada setiapa shalat berjamaah dan I’tikaf. Alasannya,
selalu mengambil posisi di pojok masjid karena ia tidak ingin mengganggu
atau menghalangi orang lain yang akan melakukan ibadah di masjid.
Kebiasaan ini, sudah dipahami oleh semua orang bahkan Rasulullah sendiri.
Pada suatu pagi, saat shalat Subuh berjamaah akan dimulai, Rasulullah SAW
merasa heran karena tidak mendapati Sya’ban ra pada posisi seperti
biasanya. Rasul pun bertanya kepada jamaah yang hadir, apakah ada yang
melihat Sya’ban? Tapi, tidak ada seorang pun yang melihat Sya’ban ra.

Shalat Subuh pun sengaja ditunda sejenak, untuk menunggu kehadiran


Sya’ban. Namun yang ditunggu belum datang juga. Karena khawatir shalat
Subuh kesiangan, Rasulullah pun memutuskan untuk segera melaksanakan
shalat Subuh berjamaah. Hingga shalat Subuh selesai pun Sya’ban belum
datang juga.

Selesai shalat Subuh Rasul pun bertanya lagi “Apakah ada yang mengetahui
kabar Sya’ban?” Namun tidak ada seorang pun yang menjawab.

Rasul pun bertanya lagi “Apa ada yang mengetahui dimana rumah Sya’ban?”
Seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia tahu persis
dimana rumah Sya’ban.

Rasulullah sangat khawatir terjadi sesuatu terhadap sahabatnya tersebut,


memimnta diantarkan ke rumah Sya’ban. Perjalanan dari masjid ke rumah
Sya’ban cukup jauh dan memakan waktu lama terlebih mereka menempuh
dengan berjalan kaki.

Akhirnya, Rasulullah dan para sahabat sampai di rumah Sya’ban pada waktu
shalat dhuha (kira-kira 3 jam perjalanan). Sampai di depan rumah Sya’ban,
beliau mengucapkan salam dan keluarlah wanita sambil membalas salam.

“Benarkah ini rumah Sya’ban?” Tanya Rasulullah.

“Ya benar, ini rumah Sya’ban. Saya istrinya.” jawab wanita tersebut.

“Bolekah kami menemui Sya’ban ra, yang tidak hadir shalat Subuh di masjid
pagi ini?” ucap Rasul.

Dengan berlinangan air mata, istri Sya’ban ra menjawab “Beliau telah


meninggal tadi pagi”.

“Innalilahi Wainnailaihiroji’un” jawab semuanya.

Satu-satunya penyebab Sya’ban tidak hadir shalat Subuh di masjid adalah


karena ajal menjemputnya. Beberapa saat kemudian, istri Sya’ban ra
bertanya “Ya Rasulullah ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua,
yaitu menjelang kematiannya dia bertetiak tiga kali dengan masing-masing
teriakan di sertai satu kalimat. Kami semua tidak paham apa maksudnya”

“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasulullah.

“D imasing-masing teriakannya, dia berucap kalimat ‘Aduh, kenapa tidak lebih


jauh, aduh kenapa tidak yang baru, aduh kenapa tidak semua,” jawab istri
Sya’ban.

Rasulullah SAW pun melantunkan ayat yang terdapat surah Qaaf ayat 22:
‫َلَقْد ُكْن َت ِفْي َغ ْفَلٍة ِّمْن ٰه َذ ا َفَكَش ْف َن ا َع ْن َك‬
‫ِغ َط ۤا َءَك َفَبَص ُر َك اْلَي ْو َم َح ِد ْي ٌد‬
“Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami
singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu
pada hari itu amat tajam”

“Saat Sya’ban ra dalam keadaan sakaratul maut, perjalanan hidupnya


ditayangkan ulang oleh Allah SWT. Bukan hanya itu, semua ganjaran dari
perbuatannya diperlihatkan oleh Allah. Apa yang dilihat oleh Sya’ban ra (dan
orang yang sakaratul maut) tidak bisa disaksikan yang lain. Dalam
padangannya yang tajam itu Sya’ban ra melihat suatu adegan dimana
kesehariannya dia pergi pulang ke masjid untuk shalatb berjamah lima waktu.
Perjalanan sekitar tiga jam jalan kaki, tentu itu bukan jarak yang dekat. Dalam
tayangan itu pula Sya’ban ra diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari
langkah-langkahnya ke masjid,” ujar Rasulullah.

Dia melihat seperti apa bentuk surga yang dijanjikan sebagai ganjarannya.
Saat dia melihat dia berucap “Aduh mengapa tidak lebih jauh” timbul
penyesalan dalam diri Sya’ban ra, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi
supaya pahala yang didapatkan lebih indah. Dalam penggalan kalimat
berikutnya Sya’ban ra melihat saat ia akan berangkat sholat berjamaah di
musim dingin.

Saat ia membuka pintu, berhembuslah angin dingin yang menusuk tulang. Dia
masuk ke dalam rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya.
Dia memakai dua baju, Sya’ban memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam
dan yang jelek (butut) di luar.

Dia berpikir jika kena debu tentu yang kena hanyalah baju yang luar dan
sampai di masjid dia bisa membuka baju liuar dan shalat dengan baju yang
lebih bagus. Ketika dalam perjalanan menuju masjid dia menemukan
seseorang yang terbaring yang kedinginan dalam kondisi mengenaskan.
Sya’ban pun iba dan segera membukakan baju yang paling luar lalu
dipakaikan kepada orang tersebut kemudian dia memapahnya ke masjid agar
dapat melakukan shalat Subuh bersama-sama.

Orang itupun selamat dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan
shalat berjamaah. Sya’ban ra pun kemudian melihat indahnya surga yang
sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut.
Kemudian dia berteriak lagi “Aduh!! Kenapa tidak yang baru” timbul lagi
penyesalan dibenak Sya’ban ra. Jika dengan baju butut saja bisa
mengantarkannya mendapat pahala besar, sudah tentu dia akan
mendapatkan yang lebih besar jika dia memberikan pakaian yang baru.
Berikutnya, Sya’ban ra melihat lagi suatu adegan. Saat dia hendak sarapan
dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke dalam segelas
susu. Bagi yang pernah ke Tanah Suci tentu mengetahui ukurang roti Arab
(sekitar tiga kali ukuran rata-rata roti Indonesia). ketika baru saja ingin
memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta sedikit
roti karena sudah tiga hari perutnya tidak diisi makanan. Melihat hal itu,
Sya’ban ra merasa iba. Ia kemudian membagu dua rotu tersebut dengan
ukuran sama besar dan membagi dua susu ke dalam gelas dengan ukuran
yang sama rata, kemudan mereka makan bersama-sama. Allah SWT
kemudain memperlihatkan Sya’ban ra dengan surga yang indah.

Ketika melihat itupun Sya’ban ra teriak lagi “ Aduh kenapa tidak semua!!”
Sya’ban ra kembali menyesal. Seandainya dia memberikan semua roti itu
kepada pengemis tersebut, pasti dia akan mendapat surga yabg lebih indah.
Masya Allah, Sya’ban bukan menyesali perbuatanya melainkan menyesali
mengapa tidak optimal.

Seseungguhnya pada suatu saat nanti, kita semua akan mati, akan menyesal
dan tentu dengan kadar yang berbeda. Bahkan ada yang memiunta untuk
ditunda matinya, karena pada saat itu barulah terlihat dengan jelas
konsekwensi dari semua perbuatannya di dunia. Mereka meminta untuk
ditunda sesaat karena ingin bersedekah. Namun kematian akan datang pada
waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat diakhirkan.

Anda mungkin juga menyukai