Disusun Oleh :
Kelompok 5
Dosen Pengampu:
DESI DEVRIKA DEVRA, S.HI., M.SI.
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmannirohim
Alhamdulillah, puji syukur bagi Tuhan yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.dalam penulisan
makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yeng telah membantu
dalam penyususunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan dari Tuhan Yang
Maha Esa.
Dan kami menyadari bahwa makalah ini pun masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunannya maupun segi materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harpkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Dan kepada Allah saya mengharapkan
keridhoan-nya, semoga makalah ini dapat memberikan mnfaat bagi kita semua.
Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul………………………………………………………………..…..i
Kata Pengantar……………………………………………………………….…..ii
Daftar Isi…………………………………………………………………………iii
BAB I Pendahuluan………………………………………………………….…...1
A. Latar Belakang……………………………………………………………….1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………2
C. Tujuan Masalah………………………………………………………………2
BAB II Pembahasan………………………………………..................................3
A. Pelapisan Sosial………………………………………………………………3
B. Kesamaan Derajat…………………………………………………….………8
A. Kesimpulan……………………………………………………..……………13
B. Saran………………………………………………………..………………..13
Daftar Pustaka………………………………………...………………………….14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
C. tujuan
PEMBAHASAN
A. Pelapisan Sosial
Ketiga kondisi ini disebut dengan situasi kelas. Apabila sekelompok orang
berada dalam kondisi kelas yang sama, maka dinamakan kelas. Kelas bukanlah
komunitas, ia hanya merupakan dasar bagi tindakan komunal. Jika kelompok
kelas mengejar kepentingan ekonomi dalam transsaksi pasar, maka pembahasan
partai berkaitan dengan pencapaian dalam kekuasaan sosial.
Berbeda dengan kelas, kelompok status merupakan komunitas. Bila kelompok
kelas ditentukan oleh situasi kelas, maka kelompok status ditentukan oleh situasi
status. Situasi status yaitu setiap komponen tipikal dari kehidupan manusia yang
ditentukan oleh penilaian sosial, baik positif, negative, maupunkhusus terhadap
kehormatan (honor).
Pada setiap kelompok status, kehormatan status dapat dicerminkan dari gaya
hidup orang-orang yang menjadi anggotanya. Berbicara tentang gaya hidup (life
style) sanga erat kaitannya dengan tulisan yang dikemukakan oleh Melvin Tumin
dalam Consequences of Ratification life Styles. Hidup (life style) dan peluang
hidup (life chance) merupakan konsekuensi stratifikasi sosial. Islilah gaya hidup
merujuk pada perbedaan karakteristik dari sekelompok status, dimana
keanggotaan dalam kelompok status didasarkan pada tingakat kehormatan yang
dapat diperbandingkan. Jadi, kelompok status dapat menentukn gaya hidup
seseorang.
Peluang hidup (life chance) ditandai oleh perbedaan kelas ekonomi yang
keanggotaannya ditandai oleh peranan individu dalam produksi. Orang bisa
dengan cepat menjadi orang kaya baru, tetapi cara orang itu berpikir, berperasaan,
dan berperilaku berbeda dari golongan sosial atas.
Pengertian haya hidup dalam beberapa hal pengertiannya sama dengan kultur.
Gaya hidup dapat juga disebut subkultur, yaitu strata gaya hidup yang berbeda
dari yang lain dalam kerangka budaya pada umumnya. Gaya hidup menyangkut
banyak dimensi kehidupan, tetapi nas dan Sande berusaha membuat suatu
pengelompokan dimendi gaya hidup dalam lima kelompok, yaitu:
1. Dimensi morfologis
4. Adanya orang-orang yang dikecilkan diluar kasta dan orang yang diluar
perlingdungan hukum (cutlaw man).
5. Adanya pembagian kerja di dalam suku itu sendiri.
6. Adanya pembedaan standar ekonomi dan di dalam ketidaksamaan ekonomi itu
secar umum.
5. Paria, adalah golongan dari mereka yang tidak mempunyai kasta. Yang
termasuk golongan ini misalnya kaum gelandangan, peminta-minta dan
sebagainya.
2. Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka
Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungkan antara manusia dan
lingkungan masyarakat pada umumnya adalah secara timbal balik. Artinya, setiap
orang sebagai anggota masyarakat, mempunyai hak dan kewajiban, baik terhadap
masyarakat maupun pemerintah dan negara. Hak dan kewajiban ditetapkan dalam
8
undang-undang (konstitusi). Undang-undang tersebut berlaku untuk setiap orang,
Tanpa kecuali. Dalam arti, semua orang mempunyai kesamaan derajat. Kesamaan
derajatini terwuijud dalam jaminan hak yang diberikan dalam berbagai sektor
kehidupan.
A. Persamaan Hak
Kekuasaan negara yang dianggap seolah-olah seperti hak individu lambat laun
dirasakan sebagai suatu yang menggu, karena setiap kali kekuasaan negara
terkembang, setiap kali pula individu terpaksa harus memasuki lingkungan hak
manusia pribadi dan berkuranglah pula luas batas hak-hak yang dimiliki individu
itu.
Mengenai persamaan hak ini selanjutnya dicantumkan dalam pernyataan
sedunia hak-hak asasi manusia tahun 1948 dalam pasal-pasalnya, seperti dibawah
ini:
pasal 1 : Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai
martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan
budi dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam
persaudaraan.
Dalam undang-undang dasar 1945, hak dan kebebasan yang berkaitan dengan
adanya persamaan derajat dan hak juga tercantum dalam pasal secara jelas.
Sebagaimana kita ketahui negara republik Indonesia menganut asas bahwa setiap
warga negara, tanpa kecuali, memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan. Ini sebagai kensekuensi prinsip dari kedaulatan rakyat yang
bersifat kerakyatan. Hukum dibuat dimaksudkan untuk melindungi dan mengatur
masyarakat secara umum tanpa adanya perbedaan tentang hak-hak asasi itu, yakni
pasal 27, 28, 29, dan 31. Empat pokok hak-hak asasi dalam empat pasal UU 1945
adalah sebagai berikut:
a. Pasal 27
10
d. Pasal 31
12
pribadi, cara berpakaian serta bahan yang dipakai, olahraga yang
dilakukan, dan tempat rekreasi yang dikunjungi.
c. Ukuran kehormatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pelapisan sosial merupakan perbedaan tinggi dan rendahnya kedudukan atau
posisi seseorang dalam kelompoknya, bila dibandingkan dengan posisi seseorang
maupun kelompok lainnya. Dasar tinggi dan rendahnya lapisan sosial seseorng itu
disebabkan oleh bermacam-macam perbedaan, seperti kekayaan, dibidang ekonomi,
nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan wewenang.
Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungkan antara manusia
dengan lingkungan masyarakat umumnya timbal balik, maksudnya orang sebagai
anggota masyarakat mamiliki hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun
terhadap pemerintah dan negara. Hak dan kewajiban sangat penting ditetapkan dalam
perundang-undangan atau konstitusi.
Diskriminasi dan pemerataan ini biasanya ada dalam kehidupan
bermasyarakat, ada suatu yang dihargai, yaitu kekayaan, kekuasaan, ilmu
pengetahuan, dan sebagainya. Hal ini merupakan awal terbentuknya pelapisan sosial.
Mereka yang banyak memiliki sesuatu yang dihargai, dianggap oleh masyarakat yang
menduduki lapisan atas. Sebaliknya, mereka yang hanya sedikit memiliki atau bahkan
sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dihargai, dianggap oleh masyarakat sebagai
orang-orang yang menempati lapisan bawah dan berjedudukan rendah.
B. Saran
Pelapisan sosial diharapkan mampu diseimbangkan dengan adanya kesamaan
derajat yang ada, walaupun timbul diskriminasi sehinga menghasilkan pemerataan,
namun harapan penulis agar pemerintah mampu bertindak bijaksana terhadap semua
apa yang dilakukan, sehingga kenegatifan dari pelapisan sosial serta diskriminasi
mampu di antisipasi.
14
DAFTAR PUSTAKA
Mawardi, Nur Hidayati. 2007. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar
(IAD-ISD-IBD). Bandung: Pustaka Setia.
Elly M.Setiadi, Kama Abdul Hakam, Ridwan Effendi. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Jakarta: Kencana.
14