Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“PELAPISAN SOSIAL, PERSAMAAN DERAJAT, DISKRIMINASI DAN


PEMERATAAN”

Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah

“Ilmu Sosial Dasar”

Disusun Oleh :

Kelompok 5

ALPIS SABILILLAH (11820514484)

DHINI HAYATI RITONGA (12020521195)

FITRI ANGGARA SIANIPAR (12020521177)

Dosen Pengampu:
DESI DEVRIKA DEVRA, S.HI., M.SI.

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmannirohim

Alhamdulillah, puji syukur bagi Tuhan yang Maha Esa karena berkat limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.dalam penulisan
makalah ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yeng telah membantu
dalam penyususunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan dari Tuhan Yang
Maha Esa.

Dan kami menyadari bahwa makalah ini pun masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunannya maupun segi materinya. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis
harpkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. Dan kepada Allah saya mengharapkan
keridhoan-nya, semoga makalah ini dapat memberikan mnfaat bagi kita semua.

Kampar, 13 April 2021

Penulis
Daftar Isi
Halaman Judul………………………………………………………………..…..i

Kata Pengantar……………………………………………………………….…..ii

Daftar Isi…………………………………………………………………………iii

BAB I Pendahuluan………………………………………………………….…...1

A. Latar Belakang……………………………………………………………….1

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………2

C. Tujuan Masalah………………………………………………………………2

BAB II Pembahasan………………………………………..................................3

A. Pelapisan Sosial………………………………………………………………3

B. Kesamaan Derajat…………………………………………………….………8

C. Diskriminasi dan Pemerataan………………………………………..………11

BAB III Penutup……………………………………………...………………….13

A. Kesimpulan……………………………………………………..……………13

B. Saran………………………………………………………..………………..13

Daftar Pustaka………………………………………...………………………….14
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan makhluk tuhan yang mendekati kesempurnaan dibanding


dengan makhluk tuhan yang lain, manusia terdiri dari berbagai macam ciri, di
negara Indonesia utamanya merupakan negara yang memiliki penduduk yang
memiliki banyak ragam baik dari segi suku, ras, adat, kebudayaan, serta
kedudukan.
Dengan berkembangnya zaman ke zaman, dari zaman yang sangat sederhana
apa adanya menuju ke zaman yang ada apanya, modern dan canggih itulah hal
yang menjadi populer, sehingga melihat ke negara tercinta Indonesia memiliki
jutaan penduduk yang berbeda-beda, ada yang dilihat dari ukuran kekayaan,
pendidikan, kekuasaan, jabatan, kehormatan dan lain sebagainya, namun jika
dilihat dari segi agama islam bahwa semua manusia sama di sisinya, yang
membedakan adalah ketaqwaan seseorang, beda halnya jika dipandang dari segi
duniawi yang membedakan adalah berbagai status yang meninggikan derajat
manusia dari manusia yang ada.
Individu maupun kelompok merupakan dasar terjadinya kelas-kelas sosial
dalam suatu masyarakat, seseorang memiliki sesuatu hal yang mampu
mengangkat dirinya menjadi orang yang disegani oleh orang banyak.
Perilaku sifat yang tidak adil, menindas dan melecehkan kadang dilakukan
oleh kalangan atas, dilakukan oleh yang memiliki kedudukan, tampak taka da
rasa manusiawi, tapi itu tidak dijadikan sebagai alasan manusia untuk menjadi
manusia yang sesungguhnya, walaupun dibalik adanya ketidak adilan manusia
terhadap sesamanya melahirkan berbagai kesusahan, ketidak mampuan untuk
bangkit sebagai manusia lemah dan di paksa mampu untuk manusia yang kuat.
Untuk itu dengan sekian banyak hal yang tidak berkenan dengan manusia
yang beretika, manusia yang berkeadilan, manusia yang sederhana atas nikmat
tuhan, maka lahirlah suatu judul makalah yang akan membahas tentang
“pelapisan sosial, kesamaan derajat, deskriminasi dan pemerataan” untul
memberikan gambaran manusia yang bermoral.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelapisan sosial itu?

2. Bagaimana kesamaan derajat itu?

3. Bagaimana diskriminasi dan pemerataan soaial itu?

C. tujuan

1. Untuk mengetahui penjelasan tentang pelapisan sosial.

2. Untuk mengetahui penjelasan tentang kesamaan derajat.

3. Untuk mengetahui penjelasan tentang diskriminasi dan pemerataan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pelapisan Sosial

1. Pengertian Pelapisan Sosial

Pelapisan sosial disebut juga dengan stratifikasi sosial. Istilah stratifikasi


berasal dari kata strat atau stratum yang berarti lapisan. Oleh karena itu, social
stratification sering diterjemahkan atau disebut dengan pelapisan masyarakat,
yang mempunyai pengertian sejumlah individu yang mempunyai kedudukan
(status) yang sama menurut ukuran masyrakatnya yang berada dalam suatu
lapisan.
Patirim A. Sorokin memberikan definisi pelapisan masyarakat sebagai berikut
“pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau masyarakat dalam
kelaskelas yang tersusun secara bertingkat (hierarkis)”. Lebih lengkap lagi
batasan yang di kemukakan oleh Theodorson dkk. di dalam Distionary of
Sociology, yaitu “pelapisan masyarakat berarti jenjang status dan peranan yang
relative permanen yang terdapat di dalam sistem sosial (dari kelompok kecil
sampai masyarakat) di dalam hal perbedaan hak, pengaruh dan kekuasaan.
Masyarakat yang berstratifikasi sering dilukiskan sebagi suatu kerucut atau
piramida. Lapisan bawah adalah paling lebar dan lapisan ini menyempit ke atas.
Masyarakat terbentuk dari individu-individu yang memiliki berbagai latar
belakang sehingga membentuk masyarakat yang heterogen yang terdiri atas
kelompok-kelompok sosial. Masyarakat tidak dapat dibayangkan tanpa individu,
seperti juga individu tidak dapat dibayangkan tanpa adanya masyarakat. Individu
dan masyarakat adalah komplementer. Ini dapat kita lihat dari kenyataan bahwa
manusia dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan pribadinya dan individu
mempengaruhi masyarakat dan bahkan dapat menyebabkan perubahan besar
masyarakat.
Setiap individu adalah anggota dari suatu kelompok, tetapi tidak setiap warga
dari suatu masyarakat hanya menjadi anggota dari suatu kelompok tertentu, ia
bisa menjadi anggota lebih dari satu kelompok sosial. Berkaitan dengan
penempatan individu dalam kelompok sosial, maka individu memiliki
kemampuan untuk menempatkan diri dan ditempatkan oleh orang lain dalam
suatu lapisan sosial ekonomi tertentu. Penempatan seseorang dalam lapisan sosial
ekonomi tertentu merupakan pembahasan stratifikasi sosial atau yang biasa
disebut dengan pelapisan sosial. Dengan kaitannya dengan statifikasi sosial Max
Weber menjelaskan stratifikasi sosial dalam tiga dimensi, yaitu dimensi
kekayaan, dimensi kekuasaan, dan dimensi prestise. Dimensi tersebut membentuk
formasi sosial tersendiri. Dimensi kekayaan membentuk formasi sosial yang
disebut kelas, dimensi kekuasaan membentuk partai, dan dimensi prestise
membentuk status.
Lebih jauh Weber dalam class, status, party menjelaskan bahwa sesuatu yang
disebut kelas apabila:
1. Sejumlah orang sama-sama memiliki suatu komponen tertentu yang
merupakan sumber dalam kesempatan hidup mereka.
2. Komponen ini secara eksklusif tercermin dalam kepentingan ekonomi berupa
pemilihan benda-benda dan kesempatan untuk memperoleh pendapatan.
3. Hal ini terlihat dalam kondisi komuditas atau pasar tenaga kerja.

Ketiga kondisi ini disebut dengan situasi kelas. Apabila sekelompok orang
berada dalam kondisi kelas yang sama, maka dinamakan kelas. Kelas bukanlah
komunitas, ia hanya merupakan dasar bagi tindakan komunal. Jika kelompok
kelas mengejar kepentingan ekonomi dalam transsaksi pasar, maka pembahasan
partai berkaitan dengan pencapaian dalam kekuasaan sosial.
Berbeda dengan kelas, kelompok status merupakan komunitas. Bila kelompok
kelas ditentukan oleh situasi kelas, maka kelompok status ditentukan oleh situasi
status. Situasi status yaitu setiap komponen tipikal dari kehidupan manusia yang
ditentukan oleh penilaian sosial, baik positif, negative, maupunkhusus terhadap
kehormatan (honor).

Pada setiap kelompok status, kehormatan status dapat dicerminkan dari gaya
hidup orang-orang yang menjadi anggotanya. Berbicara tentang gaya hidup (life
style) sanga erat kaitannya dengan tulisan yang dikemukakan oleh Melvin Tumin
dalam Consequences of Ratification life Styles. Hidup (life style) dan peluang
hidup (life chance) merupakan konsekuensi stratifikasi sosial. Islilah gaya hidup
merujuk pada perbedaan karakteristik dari sekelompok status, dimana
keanggotaan dalam kelompok status didasarkan pada tingakat kehormatan yang
dapat diperbandingkan. Jadi, kelompok status dapat menentukn gaya hidup
seseorang.
Peluang hidup (life chance) ditandai oleh perbedaan kelas ekonomi yang
keanggotaannya ditandai oleh peranan individu dalam produksi. Orang bisa
dengan cepat menjadi orang kaya baru, tetapi cara orang itu berpikir, berperasaan,
dan berperilaku berbeda dari golongan sosial atas.
Pengertian haya hidup dalam beberapa hal pengertiannya sama dengan kultur.
Gaya hidup dapat juga disebut subkultur, yaitu strata gaya hidup yang berbeda
dari yang lain dalam kerangka budaya pada umumnya. Gaya hidup menyangkut
banyak dimensi kehidupan, tetapi nas dan Sande berusaha membuat suatu
pengelompokan dimendi gaya hidup dalam lima kelompok, yaitu:
1. Dimensi morfologis

Dimensi morfologi merujuk kepada lingkungan dan sapek geografis. Beberapa


seseorang atau sekelompok orang lebih terikat pada tempat tertentu
dibandingkan dengan tempat yang lain, dari mulai lingkungan yang tradisional
sampai kota yang cosmopolitan.
2. Hubungan sosial dan hubungan kerja Dimensi ini dibedakan atas tiga bidang,
yaitu:
a. Pengkapsulan: keterkaitan pada lingkungan, suku, etnis, keeratan
diberbagai bidang.
b. Segregasi: tidak menekankan pada satu kegiatan saja, tetapi pada beberapa
kegiatan tanpa ada keterikatan yang akrab atau emosional.
c. Isolasi: tanpa ada keterikatan yang mendalam pada bidang apapun.

3. Menekankan pada bidang kehidupan (domain)

Seseorang dapat menekankan kehidupannya pada suatu bidang tertentu yang


menjadi prioritasnya.
4. Makna gaya hudup ( wordview)

Penilaian atu pemaknaan terhadap bidang-bidang kehidupan.

5. Dimensi simbolis (style)

Symbol-simnbol yang digunakan dalam hidupnya.

Dimensi-dimensi gaya hidup diatas terlihat lebih mengandung niali sosial.


Artinya, dimensi-dimensi gaya hidup dibentuk dalam rangka menjalin hubungan
sosial dengan individu atau kelompok lain.
2. Pelapisan Sosial Ciri Tetap Sosial

Pembinaan dan pemberian kedudukan yang berhubungan dengan jenis


kelamin nampaknya menjadi dasar dari seluruh sistem masyarakat kuno. Seluruh
masyarakat memberikan sikap dan kegiatan yang berbeda kepada kaum laki-laki
dan perempuan. Akan tetapi, perlu dingat bahwa ketentuan tentang pembagian
kedudukan antara laki-laki dan perempuan, yang kemudian menjadi dasar dari
pembagian pekerjaan, semata-mata ditentukan oleh sistem kebudayaan itu sendiri.
Didalam organisasi primitive yang belum mengenal tulisan, pelapisan
masyarakat itu sudah ada. Hal ini berwujud berbagai bentuk sebagai berikut:
1. Adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dalam penbedaan hak
dan kewajiban.
2. Adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiliki
hak-hak istimewa.
3. Adanya pemimpin yang paling berpengaruh.

4. Adanya orang-orang yang dikecilkan diluar kasta dan orang yang diluar
perlingdungan hukum (cutlaw man).
5. Adanya pembagian kerja di dalam suku itu sendiri.
6. Adanya pembedaan standar ekonomi dan di dalam ketidaksamaan ekonomi itu
secar umum.

3. Terjadinya Pelapisan Sosial

Terjadinya pelapisan sosial ada 2 yaitu:

1. Terjadi dengan sendirinya

Proses ini berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri.


Adapun orang-orang yang menduduki lapisan tertentu dibentuk bukan
berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu,
tetapi berjalan secara almiah dengan sendirinya. Pengakuan terhadap
kekuasaan dan wewenang tumbuh dengan sendirinya. Karena sifatnya yang
tanpa disengaja inilah, bentuk pelapisan dan dasar dari pelapisan itu bervariasi
menurut tempat, waktu, dan kebudayaan masyarakat tempat sistem itu berlaku.
2. Terjadi dengan disengaja

Sistem pelapisan yang disusun dengan sengaja ditujukan untuk


mengejar tujuan bersama. Didalam sistem pelapisan ini ditentukan secara jelas
dan tegas mengenai adanya wewenang dan kekuasaan yang diberikan pada
seseorang. Dengan adanya pembagian yang jelas dalam hal wewenang dan
kekuasaan ini, maka di dalam organisasi itu terdapat keteraturan sehingga jelas
bagi setiap orang di tempat mana letaknya kekuasaan dan wewenang yang
dimiliki dan dalam suatu organisasi, baik secara vertical maupun secara
horizontal.
Sistem organisasi yang disusun dengan cara ini mengandung dua
sistem yaitu:
1. Sistem fungsional, merupakan pembagian kerja kedudukan yang
tingkatnya berdampingan dan harus bekerja sama dalam kedudukan yang
sederajat, misalnya kerja sama antara kepala seksi dan lain-lain.
2. Sistem scalar, merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau
jenjang dari bawah ke atas (vertical).
4. Perbedaan Sistem Pelapisan Sosial menurut Sifatnya

Menurut sifatnya, sistem pelapisan dalam masyarakat dapat dibedakan


menjadi 2, yaitu:
1. Sistem pelapisan masyarakat yang tertutup
Di dalam sistem ini, perpindahan anggota masyarakat ke lapisan yang lain
baik keatas maupun ke bawah, tidak mungkin terjadi, kecuali ada hal-hal yang
istimewa. Satu-satunya untuk menjadi anggota dari suatu lapisan dalam
masyarakat adalah akibat kelahiran. Sistem pelapisan tertutup kita temui,
misalnya di india yang masyarakattnya mengenal sistem kasta. Sebagaimana
kita ketahui masyarakat terbagi dalam:
1. Kasta Brahmana, yang merupakan kastanya golongan pendeta dan
merupakan kasta tertinggi.
2. Kasta Ksatria, merupakan kasta dari golongan bangsawan dan tentara
yang dipandang sebagai lapisan kedua.
3. Kasta Wisya, merupakan kasta dari golongan pedagang yang
dipandang sebagai lapisan menengah ketiga.
4. Kasta Sudra, merupakan kasta dari golongan rakyat jelita.

5. Paria, adalah golongan dari mereka yang tidak mempunyai kasta. Yang
termasuk golongan ini misalnya kaum gelandangan, peminta-minta dan
sebagainya.
2. Sistem pelapisan masyarakat yang terbuka

Di dalam sistem ini, setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan


untuk jatuh kelapisan yang ada dibawahnya atau naik ke lapisan di atasnya.
Sistem ini bisa kita temukan, misalnya di dalam masyarakat Indonesia
sekarang ini. Setiap orang diberi kesempatan untuk menduduki segala jabatan
bila ada kesempatan dan kemampuan untuk itu. Sebaliknya, orang juga dapat
turun dari jabatannya bila dia tidak mau mempertahankannya. Status
(kedudukan) yang berdasarkan usaha, sendiri disebut achieved status.
B. Kesamaan Derajat

Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungkan antara manusia dan
lingkungan masyarakat pada umumnya adalah secara timbal balik. Artinya, setiap
orang sebagai anggota masyarakat, mempunyai hak dan kewajiban, baik terhadap
masyarakat maupun pemerintah dan negara. Hak dan kewajiban ditetapkan dalam

8
undang-undang (konstitusi). Undang-undang tersebut berlaku untuk setiap orang,
Tanpa kecuali. Dalam arti, semua orang mempunyai kesamaan derajat. Kesamaan
derajatini terwuijud dalam jaminan hak yang diberikan dalam berbagai sektor
kehidupan.
A. Persamaan Hak

Kekuasaan negara yang dianggap seolah-olah seperti hak individu lambat laun
dirasakan sebagai suatu yang menggu, karena setiap kali kekuasaan negara
terkembang, setiap kali pula individu terpaksa harus memasuki lingkungan hak
manusia pribadi dan berkuranglah pula luas batas hak-hak yang dimiliki individu
itu.
Mengenai persamaan hak ini selanjutnya dicantumkan dalam pernyataan
sedunia hak-hak asasi manusia tahun 1948 dalam pasal-pasalnya, seperti dibawah
ini:
pasal 1 : Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai
martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan
budi dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam
persaudaraan.

Pasal 2 ayat (1)

: setiap orang berhak atas semua hak-hak dan


kebebasankebebasan yang tercantum dalam pernyataan ini
dengan taka da kecuali apa pun, seperti bangsa, warna,
jenis kelamin, bahasa, agama, politik, atau pendapat lain,
asal mula, kebangsaan atau kemasyarakat, milik, kelahiran
ataupun kedudukan.

Pasal 7 : sekalian orang adalah sama terhadap undang-undang dan


berhak atas perlindungan hukum yang sama dengan tak ada
perbedaan.
B. Persamaan Derajat di Indonesia

Dalam undang-undang dasar 1945, hak dan kebebasan yang berkaitan dengan
adanya persamaan derajat dan hak juga tercantum dalam pasal secara jelas.
Sebagaimana kita ketahui negara republik Indonesia menganut asas bahwa setiap
warga negara, tanpa kecuali, memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan
pemerintahan. Ini sebagai kensekuensi prinsip dari kedaulatan rakyat yang
bersifat kerakyatan. Hukum dibuat dimaksudkan untuk melindungi dan mengatur
masyarakat secara umum tanpa adanya perbedaan tentang hak-hak asasi itu, yakni
pasal 27, 28, 29, dan 31. Empat pokok hak-hak asasi dalam empat pasal UU 1945
adalah sebagai berikut:
a. Pasal 27

Ayat 1, persamaan kedudukan dan kewajiban warga negara di dalam


hukum dan di muka pemerintahan.
Ayat 2, hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan.
b. Pasal 28

Ditetapkan bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan


pikiran dengan lisan dan tulisan sebagaimana ditetapkan oleh
undangundang.
c. Pasal 29

Ayat 1, kebebasan untuk memeluk agama bagi penduduk yang dijamin


oleh negara. Yang berbunyi sebagai berikut: negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masingmasing
dan untuk beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu.

10
d. Pasal 31

Ayat 1 dan 2, yang mengatur hak asasi mengenai pengajaran, yang


berbunyi (1) tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, dan (2)
pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan seatu sistem pengajaran
nasional, yang diatur dengan undang-undang,
C. Diskriminasi dan pemerataan

Dalam kehidupan masyarakat, ada sesuatu yang dihargai, yakni kekayaan,


kekuasaan, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Hal itu merupakan awal
terbentuknya lapisan sosial. Mereka yang banyak memiliki sesuatu yang dihargai,
dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang menduduki lapisan atas.
Sebaliknya, mereka yang hanya sedikit memiliki atau bahkan sama sekali tidak
memiliki sesuatu yang dihargai, dinaggap oleh masyarakat sebagai orang-orang
yang menempati lapisan bawah dan berkedudukan rendah.
Penempatan orang-orang ke dalam suatu lapisan di dalam sistem pelapisan
soaisl bukanlah menggunakan dasar yang tunggal, melainkan bersifat komulatif.
Misalnya orang kaya yang mudah sekali mendapatkan tanah, kekuasaan dan
kehormatan.
Pelapisan sosial dapat terjadi dengan sendirinya, itu sesuai dengan kondisi
anggota masyarakat, yang aktif dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan
bernasib baik. Orang-orang semacam itu akan menempati lapisan sosial atas.
Sebaliknya, bagi anggota masyarakat yang malas dan nasibnya kurang
menguntungkan, mereka biasanya menempati lapisan sosial bawah.
Lapisan sosial dapat juga terjadi dengan dibuat secara sengaja. Lapisan sosial
itu bertujuan mengejar sesuatu. Hal itu tergantung pada sisitem sosial masyarakat.
Contoh orang yang menempati jabatan dalam DPR, menteri, ketua OSIS, dan
ketua RT.
Kriteria yang dipergunakan untuk menggolongkan anggota masyarakat dalam
lapisan masyarakat, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Ukuran kekuasaan

Anggota masyarakat yang memegang kekuasaan dan yang mempunyai


wewenang terbatas akan menempati lapisan yang tinggi dalam lapisan
sosial masyarakat.
b. Ukuran kekayaan

Anggota masyarakat terkaya akan menduduki lapisan teratas. Kekayaan itu


dapat dilihat dari pemilikan bentuk rumah, berabot rumah, kendaraan

12
pribadi, cara berpakaian serta bahan yang dipakai, olahraga yang
dilakukan, dan tempat rekreasi yang dikunjungi.
c. Ukuran kehormatan

Dalam masyarakat tradisional, orang-orang yang disegani dan dihormati


akan menempati lapisan atas. Misalnya, orang-orang yang dituakan atau
orang-orang yang dianggap berjasa dalam masyarakat. Ukuran kehormatan
biasanya tidak ada kaitannya dengan ukuran kekayaan dan kekuasaan.
Contohnya, status keturunan.

d. Ukuran ilmu pengetahuan atau pendidikan

Dalam masyarkat yang menghargai ilmu pengetahuan atau masyarakat


yang maju, ilmu pengetahuan dipergunakan sebagai salah satu dasar
pembentukan lapisan sosial.
Kriteria diatas tidaklah bersifat mutlak karena masih ada kriteria lainnya.
Akan tetapi, kriteria itu paling banyak dipergunakan sebagai dasar pembentukan
pelapisan sosial.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelapisan sosial merupakan perbedaan tinggi dan rendahnya kedudukan atau
posisi seseorang dalam kelompoknya, bila dibandingkan dengan posisi seseorang
maupun kelompok lainnya. Dasar tinggi dan rendahnya lapisan sosial seseorng itu
disebabkan oleh bermacam-macam perbedaan, seperti kekayaan, dibidang ekonomi,
nilai-nilai sosial, serta kekuasaan dan wewenang.
Kesamaan derajat adalah suatu sifat yang menghubungkan antara manusia
dengan lingkungan masyarakat umumnya timbal balik, maksudnya orang sebagai
anggota masyarakat mamiliki hak dan kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun
terhadap pemerintah dan negara. Hak dan kewajiban sangat penting ditetapkan dalam
perundang-undangan atau konstitusi.
Diskriminasi dan pemerataan ini biasanya ada dalam kehidupan
bermasyarakat, ada suatu yang dihargai, yaitu kekayaan, kekuasaan, ilmu
pengetahuan, dan sebagainya. Hal ini merupakan awal terbentuknya pelapisan sosial.
Mereka yang banyak memiliki sesuatu yang dihargai, dianggap oleh masyarakat yang
menduduki lapisan atas. Sebaliknya, mereka yang hanya sedikit memiliki atau bahkan
sama sekali tidak memiliki sesuatu yang dihargai, dianggap oleh masyarakat sebagai
orang-orang yang menempati lapisan bawah dan berjedudukan rendah.
B. Saran
Pelapisan sosial diharapkan mampu diseimbangkan dengan adanya kesamaan
derajat yang ada, walaupun timbul diskriminasi sehinga menghasilkan pemerataan,
namun harapan penulis agar pemerintah mampu bertindak bijaksana terhadap semua
apa yang dilakukan, sehingga kenegatifan dari pelapisan sosial serta diskriminasi
mampu di antisipasi.

14
DAFTAR PUSTAKA

Mawardi, Nur Hidayati. 2007. Ilmu Alamiah Dasar, Ilmu Sosial Dasar, Ilmu Budaya Dasar
(IAD-ISD-IBD). Bandung: Pustaka Setia.

Elly M.Setiadi, Kama Abdul Hakam, Ridwan Effendi. 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Jakarta: Kencana.

14

Anda mungkin juga menyukai