Anda di halaman 1dari 16

Konsep Sosial Budaya

Masyarakat Kepulauan
Pengantar
 Pemahaman terhadap konsep sistem sosial tidak bisa
dilepaspisahkan dari pemahaman terhadap pengertian sistem dan
sosial.
 Di sisi lain, untuk memahami sistem sosial sendiri tidak bisa
lepas pemahaman akan budaya. Karena manusia adalah makhluk
sosial, yang secara kodratnya selalu hidup bersama dalam suatu
ikatan lingkungan sosial budaya.
 Dengan demikian, untuk memahami lingkungan sosial budaya,
termasuk masyarakat kepulauan, diperlukan pemahaman akan
lingkungan hidup dan perilaku manusia dalam lingkungan hidup
di mana masyarakat itu berada.
Pendekatan
 Salah satu pendekatan yang sangat berpengaruh dalam bidang ilmu sosiologi yang
dikembangkan oleh sosiolog Amerika yakni Talcot Parsons adalah fungsional struktural
atau fungsionalisme-struktural.
 Pendekatan ini menganggap bahwa masyarakat, pada dasarnya, terintegrasi di atas
dasar kata sepakat para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu suatu
general agreement yang memiliki daya mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan
kepentingan di antara para anggota masyarakat.
 Pendekatan ini memandang masyarakat sebagai suatu sistem yang secara fungsional
terintegrasi ke dalam suatu bentuk equilibrium.
 Karena sifatnya yang demikian maka aliran pemikiran tersebut disebut sebagai
integration approach, order approach, equilibrium approach, atau dengan lebih
populer disebut sebagai structural-functional approach.
Pendekatan fungsionalisme struktural sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Parsons
dan para pengikutnya, dapat dikaji melalui sejumlah anggapan dasar mereka sebagai
berikut:
 Masyarakat haruslah dilihat sebagai suatu sistem daripada bagian-bagian yang saling berhubungan satu sama lain Dengan
demikian hubungan pengaruh-mempengaruhi di antara bagian-bagian tersebut adalah bersifat ganda dan timbal balik
 Sekalipun integrasi sosial tidak pernah dapat dicapai dengan sempurna,namun secara fundamental sistem sosial selalu cenderung
bergerak ke arah equilibrium yang bersifat dinamis: menanggapi perubahan-perubahan yang datang dari luar dengan
kecenderungan memelihara agar perubahan-perubahan yang terjadi didalam sistem sebagai akibatnya hanya akan mencapai
derajat yang minimal
 Sekalipun disfungsi, ketegangan-ketegangan, dan penyimpangan-penyimpangan senantiasa terjadi juga, akan tetapi di dalam
jangka yang panjang keadaan tersebut pada akhirnya akan teratasi dengan sendirinya melalui penyesuaian-penyesuaian dan
proses institusionalisasi. Dengan perkataan lain, sekalipun integrasi sosial pada tingkatnya yang sempurna tidak akan pernah
tercapai, akan tetapi setiap sistem sosial akan senantiasa berproses ke arah itu
 Perubahan-perubahan di dalam sistem sosial pada umumnya terjadi secara gradual, melalui penyesuaian-penyesuaian, dan tidak
secara revolusioner. Perubahan-perubahan yang terjadi secara drastis pada umumnya hanya mengenai bentuk luarnya saja,
sedangkan unsur-unsur sosial budaya yang menjadi bangunan dasarnya tidak seberapa mengalami perubahan
 Pada dasarnya, perubahan-perubahan sosial timbul atau terjadi melalui tiga macam kemungkinan: penyesuaian-penyesuaian yang
dilakukan oleh sistem sosial tersebut terhadap perubahan-perubahan yang datang dari luar (extra systemic change); pertumbuhan
melalui proses diferensiasi struktural dan fungsional; serta penemuan-penemuan baru oleh anggota-anggota masyarakat
 Faktor paling penting yang memiliki daya mengintegrasikan suatu sistem sosial adalah konsensus di antara para anggota
masyarakat mengenai nilai-nilai kemasyarakatan tertentu. Di dalam setiap masyarakat, demikian menurut pandangan
fungsionalisme struktural, selalu terdapat tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dasar tertentu terhadap sebagian besar anggota
masyarakat yang menganggap serta menerimanya sebagai suatu hal yang mutlak benar. Sistem nilai tersebut tidak saja
merupakan sumber yang menyebabkan berkembangnya integrasi sosial, akan tetapi sekaligus juga merupakan unsur yang
menstabilisir sistem sosial budaya itu sendiri.
Pengertian
 Sistem sosial budaya merupakan bagian dari sistem hidup
bersama atau hidup bermasyarakat dari kelompok masyarakat
yang di dalamnya sudah tercakup struktur, organisasi, nilai-nilai
sosial, dan aspirasi hidup serta cara mencapainya.
 Pemberian makna konsep sistem sosial budaya dianggap penting
karena tidak hanya untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan
sistem sosial budaya itu sendiri, tetapi memberikan eksplanasi
deskripsinya melalui kenyataan di dalam kehidupan masyarakat.
Pendekatan konflik
Berbeda dari fungsionalisme struktural, maka pandangan pendekatan konflik berpangkal pada anggapan-
anggapan dasar berikut:

 Setiap masyarakat senantiasa berada didalam proses perubahan yang tidak pernah berakhir, atau
dengan perkataan lain, perubahan sosial merupakan gejala yang melekat di dalam setiap masyarakat.

 Setiap masyarakat mengandung konflik-konflik di dalam dirinya, atau dengan perkataan lain, konflik
adalah merupakan gejala yang melekat di dalam setiap masyarakat.

 Setiap unsur di dalam suatu masyarakat memberikan sumbangan bagi terjadinya disintegrasi dan
perubahan-perubahan sosial.

 Setiap masyarakat terintegrasi di atas penguasaan atau dominasi oleh sejumlah orang atas sejumlah
orang-orang yang lain.
 Pengaturan interaksi sosial di antara para anggota masyarakat tersebut dapat terjadi
karena komitmen mereka terhadap norma-norma sosial menghasilkan daya untuk
mengatasi perbedaan-perbedaan pendapat dan kepentingan di antara mereka, suatu hal
yang memungkinkan mereka menemukan keselarasan satu sama lain di dalam suatu
tingkat integrasi sosial tertentu.
 Dalam pada itu, ekuilibrium suatu sistem sosial terpelihara oleh berbagai proses dan
mekanisme sosial. Dua macam mekanisme sosial yang paling penting di mana hasrat-
hasrat para anggota masyarakat dapat dikendalikan pada tingkat dan arah menuju
terpeliharanya kontinuitas sistem sosial, yakni mekanisme sosialisasi dan pengawasan
sosial (social control).
 Watloly (2013) mengemukakan bahwa satu kenyataan atau
fakta sosial yang ada bahwa, system-sistem sosial masyarakat
kepulauan, seperti di daerah kepulauan Maluku terbentuk dari
hubungan-hubungan kekerabatan yang bersifat geneologis
maupun hubungan social atas dasar kesamaan kepentingan
dan kesamaan tempat tinggal (territorial) yang erat dan
emosional. Sehingga Nampak bahwa bentuk system social
masyarakat kepulauan Maluku itu bersifat kolektif di mana
mereka selalu mementingkan atau mengutamakan hubungan
social dengan sesame sebagai prioritas dalam kehidupan
sosialnya.
Hubungan kekerabatan
 Hubungan kekerabatan atau kekeluargaan merupakan hubungan
antara tiap entitas yang memiliki asal usul silsilah yang sama,
baik melalui keturunan biologis sosial, maupun budaya
(Schneider 1984).
Secara garis besar, hubungan kekerabatan dibagi menjadi tiga Nurmansyah et al (2019) yaitu

 Sistem kekerabatan parental/Bilateral. Sistem ini menarik garis keturunan dari


pihak ayah dan ibu. Anak menghubungkan diri dengan kedua orangtuanya dan
juga kerabat ayah-ibunya secara bilateral.
 Sistem kekerabatan Patrilineal. Sistem ini menarik garis kekerabatan dari
pihak ayah. Sistem ini menghubungkan anak dengan kerabat ayah berdasarkan
garis keturunan laki-laki secara uniteral. Dalam masyarakat patrilineal
keturunan dari pihak bapak dinilai memiliki kedudukan yang lebih tinggi dan
terhormat.
 Sistem kekerabatan Matrilineal. Sistem ini menarik garis kekerabatan dari
pihak ibu. Sistem ini menghubungkan anak dengan kerabat ibu berdasarkan
garis keturunan perempuan secara uniteral. Dalam masyarakat matrilineal,
keturunan garis ibu sangat penting, sehingga menimbulkan hubungan
kekeluargaan yang lebih rapat dan meresap diantara warganya yang
seketurunan garis ibu.
 Watloly (2013) mengemukakan bahwa jaringan sosial masyarakat
pulau-pulau kecil, seperti di wilayah kepulauan Maluku, selalu
terjalin dalam bentuk jaringan kekerabatan yang bersifat lintas
pulau seperti nyata dalam Pela, Gandong, Siwa-Liwa, Ratschaf,
Lorsiv-Lorlim, Ursia-Urlima, Duan Lolat, Riin Faam
Regensckaf, Kai-Wai, Sobat, dan sebagainya.
 Semua jaringan kekerabatan masyarakat pulau-pulau kecil
tersebut, selalu dihayati dan dilakoni atau dijalani dengan cita
rasa kekerabatan yang total dan mendalam
Hidup Orang Basudara
 Watloly (2013) menjelaskan bahwa sistem sosial Hidop Orang
Basudara merupakan sebuah tindakan interaksi berpola yang
dipraktikkan oleh masyarakat kepulauan Maluku yang bersifat lintas
negeri dan pulau.
 System sosial Hidop Orang Basudara selain mengandung sebuah
pandangan hidup atau gagasan luhur dan fundamental tentang
hakikat diri masyarakat kepulauan Maluku yang luas dan berbasis
multi kultur namun telah menjadi sebuah habitat dan spesies orang
basudara dalam sebuah sangkar eksistensi, juga mengandung sebuah
gagasan emansipatif yang fundamental.
 Intinya adalah, saling menerima, saling mengakui dan saling
menghargai serta saling bekerjasama dalam pola hidop orang
basudara untuk kebahagiaan dan kemajuan hidup bersama.
 Sistem sosial hidop orang basudara merupakan sebuah
pola manajemen sosial masyarakat kepulauan di wilayah
kepulauan Maluku dalam rangka membebaskan
kehidupan bersama dari determinasi geografis maupun
determinasi keterisolasian sosial pulau-pulau yang
seakan membelenggui mereka dengan mekanisme-
mekanisme sosial yang defensive (sikap bertahan
dengan saling curiga, prasangka dan dendam
permusuhan).
 Hidop orang basudara, telah menjadi sebuah falsafah
hidup masyarakat kepulauan Maluku, yang bukan saja
mengesankan sebuah cara pandang diri yang khas dari
masyarakat kepulauan Maluku, tetapi juga sebuah cara
hidup (moral dan etika hidup) mereka dalam
mewujudkan sebuah eksistensi atau keberadaan diri
yang kuat di bumi seribu pulau ini.
 System social hidop orang basudara, hendak membimbing dan
mengarahkan kehidupan komunitas-komunitas masyarakat yang
ada di ilayah kepulauan Maluku yang majemuk, tersegregasi dan
berhamburan (talamburang) dalam egoism kelompok dan rasa
superioritas suku di wilayah kepulauan ini untuk saling mengenal
sebagai saudara dan saling menerima sebagai anak sekandung
orang basudara dalam alam kosmos kepulauan Maluku.
 Karena itu, hidop orang basudara mengamanatkan nilai-nilai
kerukunan sejati yang bersifat social, adatis maupun religious
(sacral) serta berkelanjutan (sustainable).
Tugas

 Jelaskan system kekerbatan yang berlaku di daerah anda


 Mengapa pola hidup orang basudara penting untuk dipelajari
 Bagaimana pengalaman anda dalam praktik hidop orang basudara

Anda mungkin juga menyukai