Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keanekaragaman hayati dapat diartikan sebagai keanekaragaman makhluk

hidup di bumi, baik daratan, lautan, maupun tempat lainnya. Keanekaragaman

makhluk hidup ini merupakan kekayaan bumi yang meliputi hewan, tumbuhan,

mikroorganisme dan semua gen yang terkandung di dalamnya, serta ekosistem

yang dibangunnya. Keanekaragaman hayati dipelajari untuk mengetahui bahwa

spesies di muka bumi ini banyak ragamnya, mengetahui peranan setiap spesies

bagi kelangsungan kehidupan bumi itu sendiri, dan bagi kelangsungan makhluk

lainnya.1

Salah satu keanekaragaman yang ada di dalamnya adalah keanekargaman

jenis semut. Semut (Hymenoptera: Formicidae) adalah serangga yang ditemukan

pada hampir setiap jenis ekosistem kecuali daerah kutub. Pada ekosistem tropis

semut dapat mencapai lebih dari 30% total biomassa serangga dan memiliki

beragam peran dalam ekosistem. Semut merupakan kelompok hewan yang

berdasarkan jumlah keragaman jenis, sifat biologi, dan ekologinya sangat penting.

Kehidupan sosial semut sebagai predator, pengurai dan herbivor. Ekosistem telah

1 Indriyanto. Keanekaragaman Hayati (Pdf), h. 1


2

menjadi subjek intensif yang menarik untuk diteliti dalam aspeknya. 2

Keanekaragaman yang tinggi mengindikasikan adanya keseimbangan ekosistem

yang stabil, karena memiliki tingkat elastisitas yang tinggi dalam menghadapi

guncangan dalam ekosistem.

Salah satu keanekaragam semut tingkat Subfamili adalah Myrmicinae.

Myrmicinae tersebar di seluruh dunia dalam semua habitat utama kecuali daerah

ekosistem dengan keragaman yang rendah menunjukkan adanya tekanan sehingga

akan mempengaruhi kualitas ekosistem.3 Myrmicinae adalah subfamili terbesar

dalam Formicidae lebih dari 6700 spesies dan sub spesies serta 155 Genus dengan

keluarga yang kosmopolitan. Kehadiran semut Myrmicinae tertua memberi

petunjuk baru pada evolusi awal semut berkembang.4

Semut (Hymenoptera: Formicidae) adalah serangga yang ditemukan pada


hampir setiap jenis ekosistem kecuali di daerah kutub dan memiliki beragam
peran dalam ekosistem dan sangat melimpah di kepulauan maupun daratan
yang luas dan diperkirakan mencapai 15.000 spesies). Semut dapat berperan
sebagai indikator ekologi untuk menilai kondisi ekosistem karena semut
mudah dikoleksi dengan cara yang bisa distandarisasi, menyebar dalam

2 Mery FN Deversitas Semut (Hymenoptera:Formicidae) Dibeberapa Ketinggian Vertical


Dikawasan Cagar Alam Telaga Warna Jawa Barat. (Tesis Sekolah Pasca Sarjana Institute
Pertanian Bogor, Bogor, 2008). h. 17

3 Wilson, Patchy distributions of ants species in New Geinue rain forest,. (Psyche
(Cambridge) 65:26- 1958), h, 38.

4 G.M Dlussky, Denis J.B, A.P Rasnitsyn, The First Late Cretaceous Ants (Hymenoptera:
Formicidae) From Shouter Africa With Comments One The Originof The Myrmicinae,Insect
Syst, E Vol. 35 (2000), h. 1-13
3

jumlah yang banyak dalam suatu lokasi dan memungkinkan untuk


diidentifikasi. 5

Semut merupakan kelompok hewan terestrial paling dominan di daerah tropik.

Semut berperan penting dalam ekosistem terestrial sebagai predator, herbifvor,

detritifor, dan granifor, serta memiliki peranan yang unik dalam interaksinya

dengan tumbuhan atau serangga lain. Sejak kemunculannya, semut telah

berkembang menjadi makhluk yang paling dominan di ekosistem teresterial.

Spesies serangga di dunia 750.000, 9.500 atau 1,27 % diantaranya adalah semut.6

Semut terditribusikan terutama di daerah tropis dan sub tropis yang dilakukan

dibeberapa bagian Asia, kekayaan spesies dan kelimpahan semut ini melimpah.

Semut berkembang disebagian besar ekosistem, dan dapat membentuk 15-25%

dari biomassa hewan terestrial.7 Kisaran suhu antara 25oC-32oC merupakan suhu

optimal dan toleran bagi aktifitas semut di daerah tropis. Pendapat ini didukung

oleh Rahmawati dalam penelitianya tentang mesofauna tanah, menyatakan kisaran

suhu udara pada mesofauna tanah termasuk insekta, yaitu antara 28,6o C-32,1oC.8

5 Ibid, h. 262-263

6 Fransia Sarah Latunahina (dkk), Keanekaragaman Semut Pada Areal Pemukiman Dalam
Hutan Lindung Sirimau Kota Ambon, Jurnal Agroforestri VIII Nomor 4, 2013, hlm. 262-263

7 M.S Abdul R. Hayder B. Ali Rozzaq S. H, New Records Of Unidentifield Ants Worker
(Hymenoptera: Formicidae: Myrmicinae) Stored In Iraqi Natural History Museum With Key
To Species, Baghdat University, Original Artikel, Adv, Biores Vol.4 (2) ( Februari 2014) H.
27-33 ( Skripsi Institute Agama Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2014)
4

Kampus IAIN Raden Intan Lampung dengan kondisi fisik wilayah dan suhu

rata-rata harian 24oC-33oC9 yang tidak jauh berbeda memungkinkan adanya

sebaran semut, dan berada di sebelah tenggara pulau Sumatra di wilayah Provinsi

Lampung, Kampus IAIN Raden Intan Lampung memiliki iklim tropis termasuk

dalam persebaran semut Myrmicinae.

Penelitian ilmiah tentang semut pada abad ini menunjukkan adanya jaringan

komunikasi yang luar biasa diantara makhluk ini. Kepala semut memiliki organ-

organ indra mejemuk, besar dan kecil, untuk menangkap isyarat visual dan

kimiawi. Tonjolan di bawah mulut semut menjadi indra pengecap, bulu menjadi

indra peraba. Sekalipun tidak kita perhatikan, semut memiliki metode

komunikasi yang berbeda berkat organ pengindra mereka yang peka. Semut

menggunakan indra ini setiap saat dalam hidup mereka, dari menemukan makanan

hingga saling bertukar informasi, serta pada saat membangun sarangnya.

Berdasarksan pernyataan diatas, terbukti dari kehidupan sosial semut yang

begitu rapi dan sesuai

dengan koordinasi pemimpinya, Firman Allah dalam Al-Quran Surah An-

Nahl ayat 18

8 Rahmawati, Studi Keanekaragam Mesofauna Tanah dikawasan Hutan Wisata alam


Sibolangit ( Program Studi Menegement Hutan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan, 2004) H. 3

9http://www.bmkg.go.id/BMKG_Pusat/Informasi_Cuaca/Prakiraan_Cuaca/Prakiraan_Cuaca
_Propinsi.bmkg?prop=10 (Diakses Pada Hari Selasa Tanggal 19 Januari 2016 Pukul 21.30
WIB)
5










Artinya:

Allah berfirman, berkatalah seekor semut,Wahai semut-semut! Masuklah


kedalam sarang-sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh sulaiman dan bala
tentaranya, sedangkan meraka tidak menyadari. (An-Naml: 18).10

Ayat ini Allah menetapkan bahwa semut bisa berbicara dan mempunyai

pengetahuan. Faktanya, semut memiliki otak yang berukuran kecil, sel-sel saraf,

dan saraf-saraf yang berfungsi untuk mengatur informasi dan peta penunjuk

jalan menuju lokasi makanan dan rumah mereka. 11


Sebuah contoh kecil konfirmasi ilmu pengetahuan terhadap kebenaran

Al-Quran dapat ditemukan pada ayat ini menunjukan bahwa semut

dapat berbicara dan memiliki bahasa. Pada ayat tersebut, ratu

semut memerintahkan rakyatnya untuk memasuki sarang karena

khawatir akan terinjak oleh Nabi Sulaiman dan pasukanya.12

10 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemah , (Bandung: CV Penerbit Diponegoro,


2010), h. 303

11 Agus Purwanto, Nalar Ayat-Ayat Semesta, Menjadikan Al-Quran Sebagai Basis


Kontruksi Ilmu Pengetahuan, (Bandung, Mizan Pustaka, 2009), h. 430-433

12 DR. Abdullah Bin Muhammad Bin Andurrahman Bin Bin Ishaq Al-Sheikh, Lubaabut
Tafsir Min Ibnukatsir ( Tafsir Dari Ibnu Karsir ) jili VI, (Bogor, Pustaka Imam Asy-Syafii,
2004), h.207
6

Ilmu pengetahuan pengetahuan modern menemukan bahwa

semut mempunyai kelenjar kimia yang terdapat di dalam perut

dan kepalanya. Kelenjar kimia ini dapat mengeluarkan bahan

kimia yang mereka gunakan sebagai media komunikasi diantara

mereka.13
Proses pembelajaran IPA juga tidak terlepas dari pembahasan mengenai

insekta, karena merupakan salah satu bagian penting yang ikut andil dalam proses

siklus kegidupan. Pembelajaran IPA tidak terlepas dari praktikum yang biasa

dilakukan saat pembahasan mengenai ini, hanya sebatas pengamatan bentuk

insekta di buku, bahkan dibeberapa sekolah materi ini diajarkan tanpa adanya

praktikum padahal setiap pembelajaran IPA yang dilakukan tanpa adanya

praktikum akan menyulitkan siswa untuk memahai materi insekta, karena insekta

terbagi atas ribuan jenis sehingga tidak cukup jika pembelajaranya hanya di

dalam kelas.
Adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif Guru

dalam mengembangkan keterampilan siswa pada proses pembelajaran pada

Materi sub konsep insekta, merupakkan salah satu materi biologi kelas X pada

semester genab yang diajarkan kepada peserta didik SMA. Karena penelitian ini

tidak hanya memusatkan pembahasan pada pengamatan bentuk tetapi juga

aktifitas sosial semut hingga sangat cocok untuk dijadikan alternatif

pembelajaran materi sub konsep insekta di SMA Kelas X.

13Dr. Nadiah Thayyarah, sains dalam al-quran mengerti mukhizat firman allah,(Jakarta,
zaman pustaka, 2013), h.594-595
7

Maka dari itu, penulis melakukan penelitian mengenai identifikasi

keanekaragaman jenis semut di IAIN Raden Intan Lampung dan kehidupan

sosial semut, agar nantinya penelitian ini juga dapat digunakan sebagai salah satu

Bahan pembelajaran di SMA kelas X semester 1 pada materi sub konseb insekta

sebagai penuntun praktikum yang mampu menunjang kaberhasilan belajar siswa

dalam materi tersebut.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Belum adanya penelitian sebaran semut subfamuli Myrmicinae pada habitat

di Wilayah Kampus IAIN Raden Intan Lampung.


2. IAIN Raden Intan Lampung memiliki karakteristik yang sesuai dengan

habitat semut.
3. Belum adanya penelitian yang dilakukan tentang identifikasi

keanekaragaman semut subfamuli Myrmicinae di Wilayah Kampus IAIN

Raden Intan Lampung.


4. Kehidupan sosial semut semut di alam belum banyak diteliti.
5. Penggunaan semut sebagai bahan praktikum identifikasi belum banyak

digunakan di sekolah-sekolah.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu, peneliti membatasi penelitian surve lapangan

yang berkenaan dengan:


8

1. Mengetahui, Keanekaragaman Semut subfamuli Myrmicinae di Wilayah

Kampus IAIN Raden Intan Lampung.

2. Mengetahui kehidupan sosial semut tentang pola mencari makan dan

solidaritas semut

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada Keanekaragaman Semut subfamuli Myrmicinae di Wilayah

Kampus IAIN Raden Intan Lampung?


2. Bagaimana kehidupan sosial semut tentang pola mencari makan dan

solidaritas semut?
3. Bagaimana kajian semut dalam Al-Quran surat An-Naml ayat 18?

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dan manfaat penelitian ini adalah:

1. Mengetahui adakah keanekaragaman Semut subfamuli Myrmicinae di

Wilayah Kampus IAIN Raden Intan Lampung


2. Mengetahui kehidupan sosial semut dalam proses mencari makan dan

solidaritas semut
3. kajian semut dalam Al-Quran surat An-Naml ayat 18

F. Kegunaan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai

pihak, diantaranya:
9

1. Sebagai bahan informasi dan data base keanekaragaman di wilayah kampus

IAIN Raden Intan Lampung.


2. Sebagai penuntun praktikum pada materi pokok sub konsep Insekta bagi

peserta didik.
3. Bagi peneliti sebagai wadah mengembangkan wawasan keilmuan biologi

dan sarana berlatih menyelesaikan masalah ilmiah.

Anda mungkin juga menyukai