Anda di halaman 1dari 13

MATERI 4

BAB 2
KEANAKARAGAMAN
HAYATI
OLEH:
RAHMATUL IRFAN, M.PD
3. MANFAAT KEANEKARAGAMAN HAYATI
Kenaekaragaman hayati sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup terutama manusia.
Manfaat keanekaragaman hayati meliputi berbagai bidang, antara lain ekonomi, pendidikan, ekologi dan soial
budaya.
a. Manfaat dalam bidang ekonomi
Hewan (Fauna) dan Tumbuhan (flora) merupakan sumber daya alam yang dapat diperbarui sehingga dapat
dimanfaatkan secara berkelanjutan.
b. Manfaat dalam Bidang Ekologi
Keanekaragaman hayati merupakan komponen ekosistem yang sangat penting. Misalnya hutan hujan tropis.
Hutan hujan tropis memiliki nilai ekologis dan nilai lingkungan yang penting bagi bumi, yaitu sebagai paru-paru
bumi.
c. Manfaat dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
kekayaan aneka flora dan fauna sudah sejak lama dimanfaatkanuntuk perkembangan ilmu pengetahuan.
Hingga saat ini masih banyak hewan dan tumbuhan yang belum dipelajari dan belum diketahui manfaatnya.
Dengan demikian, keadaan ini masih dapat dimanfaatkan sebagai sarana pengembangan pengetahuan dan
penelitian bagi berbagai bidang pengetahuan.
d. Manfaat di Bidang Sosial dan Budaya
Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman agama, kepercayaan, dan adat istiadat.
4. FAKTOR-FAKTOR YANG MENGAKIBATKAN BERKURANGNYA KEANEKARAGAMAN
HAYATI
1. Hilangnya Habitat dan fragmentasi
Hilangnya habitat adalah menyusutnya materi pada tempat yang sesuai (cocok)
untuk hidup
Fragmentasi habitat adalah pemisahan suatu habitat menjadi lebih kecil lagi
2. Eksploitasi secara berlebihan
3. Industrialisasi Kehutanan dan perikanan
4. Perubahan Iklim Global
5. Spesies-spesies eksotik (introduksi spesies)
Introduksi spesies adalah suatu upaya mendatangkan spesies asing ke suatu
wilayah yang telah memiliki spesies lokal.
Misal : di Indonesia, penggunaan padi unggul telah menyebabkan punahnya padi
tradisional
6. Degradasi habitat
Degradasi habitat adalah kerusakan habitat karena polusi, miisalnya hujan asam,
eutrofikasi, efekrumah kaca.
5. USAHA PELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA
MELALUI KONSERVASI
Beberapa bentuk konservasi :
1. Cagar alam yaitu kawasan suaka alam yang memiliki tumbuhan, hewan, ekosistem yang khas
sehingga perlu dilindungi. Contoh cagar alam : Cagar Alam Hutan Pinus janthoi di Aceh, Cagar
Alam Lembah Anai di Sumbar
2. Suaka margasatwa yaitu kawasan suaka alam yang memiliki ciri khas berupa keanekaragaman dan
keunikan jenis satwa (hewan) yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap
habitatnya.
3. Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang memiliki ekosistem asli yang dikelola dengan
sistem zonasi. Taman ini biasanya dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,
menunjang budi daya, pariwisata, dan rekreasi alam.
4. Taman Wisata Alam yaitu kawasan apelestarian alam dengan tujuan untuk kepentingan pariwisata
dan rekreasi alam.
5. Taman buru yaitu kawasan yang didalamnya terdapat potensi satwa buru yang diperuntukkan untuk
rekreasi berburu. Contoh : Taman Buru Pulau Pini di Sumut, taman Buru Semidang Bukit kelabu di
bengkulu
6. Kebun raya: Kebun raya Bogor dan Kebun raya Cibodas
• MELALUI PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan perundangan ini bertujuan untuk melindungi beberapa jenis hewan yang terdapat di
Indonesia
• MELALUI KEPPRES
Misalnya Keppres no 4 tahun 1993 yang telah menetapkan beberapa tumbuhan dan hewan asli
Indonesia sebagai tumbuhan dan hewan nasional.

 PELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI


Pelestarian secara in situ, yaitu melindungi sumber hayati di tempat aslinya. Hal ini dilakukan
sehubungan dengan keberadaan organisme yang memerlukan habitat khusus, dan akan
membahayakan kehidupan organisme tersebut jika dipindahkan ke tempat lainnya, contoh: cagar
alam, hutan lindung, suaka margasatwa, taman laut.
Pelestarian secara ex situ, merupakan bentuk perlindungan kenanekaragaman hayati Indonesia dengan
cara memindahkan hewan atau tumbuhan ke tempat lainnya yang cocok bagi kehidupannya, contoh:
kebun raya, hutan nasional, hutan produksi, kebun binatang, Tabulampot (tanaman budi daya dalam
pot).
C. KLASIFIKASI
KEANEKARAGAMAN HAYATI
Pengelompokkan makhluk hidup sesuai dengan kesamaan-kesamaan (similarity) yang ada, dalam
hal ini adalah karakter yang diobservasi. Keanekaragaman makhluk hidup yang melimpah
sangatlah sulit dipelajari. Karena inilah para ilmuan menyederhanakannya menjadi kelompok-
kelompok makhluk hidup. Dasar pengelompokan yaitu mencari kesamaan-kesamaan dalam
keanekaragaman. Makhluk hidup yang mempunyai sifat yang sama dikelompokan ke dalam satu
kelompok.
lanjutan
1. TUJUAN PENGKLASIFIKASIAN MAKHLUK HIDUP
Makhluk hidup sangan beranekaragam sehingga perlu diklasifikasikan. Adapun tujuan
pengklasifikasian makhluk hidup sebagai berikut.
a. Mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup yang membedakan antarjenis sehingga mudah
dikenal.
b. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan ciri-cirinya.
c. Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup.
d. Mengetahui tingkat evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya.
2. Sistem Klasifikasi
Sistem klasifikasi makhluk hidup terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu
pengetahuan, khususnya Taksonomi. Saat ini diketahui terdapat tiga system klasifikasi
makhluk hidup, yaitu system arfial (buatan), system alami, dan system filogenetik.
a. Sistem artifisial atau buatan, menggunakan ciri-ciri atau sifatsifat yang sesuai dengan
kehendak manusia atau sifat yang lain. Misalnya tumbuhan diklasifikasikan berdasarkan
habitus atau perawakan menjadi pohon, perdu, semak, terna, dan memanjat. Tokoh
sistem Artifisial antara lain Aristoteles dan Carolus Linnaeus.
b. Sistem klasifikasi alami , dirintis oleh Michael Adams dan Jean Baptiste de Lamarck
yang menghendaki agar kelompok atau takson dibentuk secara alami yaitu
menggunakan dasar persamaan dan perbedaan morfologi secara alami atau sewajarnya.
Contoh, hewan berkaki dua, berkaki empat, tidak berkaki, hewan bersayap, hewan
bersirip, hewan berbulu, bersisik,
c. Sistem Filogenetik, muncul setelah dikemukakan teori evolusi oleh Charles Darwin pada
tahun 1859 yang menyusun takson berdasarkan sifat morfologi, anatomi, fisiologinya,
dan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara takson yang satu dengan yang lainnya
serta mengacu pada hubungan evolusioner nenek moyang dan keturunannya.
3. Tata Nama Spesies
dalam klasifikasi, makhluk hidup dikelompokan dalam peringkat atau takson. Urutan
kategori atau peringkat dalam klasifikasi mulai dari yang tertinggi sampai yang terendah
dijelaskan dalam table dibawah ini.
URUTAN TAKSON
TATA NAMA MAKHLUK HIDUP
Nama ilmiah berguna sebagai alat komunikasi ilmiah di tingkat internasional
Berbagai jenis makhluk hidup memiliki sebutan atau nama yang bermacam-macam sesuai
dengan daerah tempat organisme tersebut ditemukan (nama lokal)
Nama ilmiah adalah nama latin atau nama yang dilatinkan untuk menyebut suatu spesies
Carolus Linnaeus mengusulkan sistem tata nama yang diakui secara internasional yaitu
sistem binomial nomenklatur (tata nama biner)
Kaidah penulisan nama ilmiah:
Nama spesies terdiri dari 2 kata
Kata awal menunjukkan nama genus dan kata akhir menunjukkan nama spesies
Kata awal diawali dengan huruf kapital, kata kedua tidak
Jika tulisan di tik maka dicetak miring, jika tulisan ditulis dengan tangan maka di beri garis
bawah terpisah
Menggunakan bahasa latin atau bahasa yang dilatinkan
Ketentuan-ketentuan yang harus dipenuhi dalam menulis nama ilmiah makhluk hidup dengan
sistem tata nama binomial sebagai berikut.
a. Aturan Penulisan Nama Jenis
1. Nama spesies ditulis dengan bahasa latin yang terdiri dari 2 kata.
2. Kata yang pertama merujuk pada nama genus sedangkan kata kedua menunjukan nama spesies.
3. Penulisan kata pertama harus diawali dengan huruf besar, sedangkan pada kata untuk spesies
diawali dengan huruf kecil.
4. Apabila nama ditulis tegak, maka kata harus di garis bawahi (underline) secara terpisah.
Contoh Felis catus.
5. Apabila nama ditulis cetak miring, maka tidak perlu digaris bawahi. Contoh Felis catus.
6. Jika nama spesies tumbuhan lebih dari 2 kata, maka kata yang kedua dan seterusnya maka harus
ditulis dengan menyertakan tanda penghubung. Contoh nama bunga sepatu Hibicus rosa–sinensis
(tanda – merupakan penghubung kata rosa dengan sinensis karena nama spesies bunga sepatu
lebih dari 2 kata).
7. Jika nama spesies hewan terdiri dari 3 kata, maka tidak perlu menggunakan tanda penghubung.
Misalnya nama untuk kucing jinak merupakan Felis manuculata domestica.
lanjutan
8. Nama penemu untuk mengenang seseorang boleh dicantumkan pada kata kedua dengan
menambah huruf (i) di belakangnya, contoh untuk spesies pinus yang ditemukan oleh
merkus, nama pinus tersebut adalah pinus merkusi.
9. Singkatan “sp.” (hewan) atau “spec” (tumbuhan) digunakan jika nama spesies tidak perlu
tidak dapat dijelaskan lagi. Bentuk jamaknya adalah “spp.”. Misalnya Canis sp, Artina salah
satu jenis dari genus Canis, atau jika tertulis Adiantum spp, berati jenis jenis Adiantum.
10. Jika terdapat singkatan “ssp.” (hewan) atau “subsp.” (tumbuhan). Artinya menunjukan
subspesies yang belum di identifikasi.
11. Untuk singkatan “cf.” digunakan untuk identifikasi nama yang belum pasti.
Contoh, Corvus cf. Splendens, berati sejenis burung yang mirip dengan gagak namun belum
dipastikam sama dengan spesies ini.
12. Penamaan jamur mengkuti aturan penamaan tumbuhan.
b. Nama Marga (Genus)
Genus adalah takson yang lebih rendah dariada famili. Nama genus terdiri atas satu
kata, huruf pertama ditulis dengan huruf kapital, dan seluruh huruf dalam kata itu ditulis
dengan huruf miring atau dibedakan dari huruf lainnya. 
c. Nama Suku (Familia)
Famili merupakan tingkatan takson di bawah ordo. Nama famili tumbuhan biasanya
diberi akhiran aceae, sedangkan untuk hewan biasanya diberi nama idea. Dalam penyebutan
indonesia nama suku selalu diulang penyebutannya : kacang-kacangan , angrek-anggrekan ,
jahe-jahean.
Dalam Sistem klasifikasi dikenal juga kunci determinasi. Kunci determinasi atau kunci
dikotomi adalah cara atau langkah untuk mengenali organisme dan ciri organisme yang
disajikan dengan karakter berlawanan.

Anda mungkin juga menyukai