Anda di halaman 1dari 16

ETIKA DAN PRANATA

ARSITEKTUR

DEFENSI ETIKA DAN PRANATA


ETIKA (Webster’s New World College Dictionary):
• Sistem (kode) standard atau nilai moral seseorang / kelompok / profesi,
• Studi tentang Standar (sikap, perilaku, putusan, pertimbangan, pendapat) dan Filosofi
Moral
ETIKA (Wasserman, B. cs: “Etics and the Practice of Architecture” - 2000)
• Pembicaraan teoritis ttg. apa yang benar dan salah, serta bagaimana menjadi orang
baik (melakukan sesuatu atau menyelesaikan pekerjanaan yang benar).
• Gambaran yang menjadi pangkal pemikiran (point of view) para ahli filsafat mengenai
bagaimana cara seseorang bertindak serta menentukan nilai dan proses-proses yang

sepatutnya dia lakukan sehingga orang lain senang.

Definisi Etika dari berbagai kamus bervariasi, biasanya sesuai esensi istilahnya:
• The American Heritage Dictionary:
1) Seperangkat prinsip tingkah laku yang benar / patut,
2) Studi tentang sifat umumya moral manusia,
3) Aturan perilaku seseorang atau anggota profesi.
• The Webster’s New World Dictionary:
1) Studi tentang standar perilaku dan keputusan moral,
2) Sistem atau kode moral dari para ahli filsafat, ahli agama, kelompok, profesi, dll.
• The venerable Oxford English Dictionary:
1) Ilmu pengetahuan tentang moral berkenaan dengan prinsip-prinsip tugas/kewajiban
manusia,
2) Prinsip-prinsip moral dari pimpinan khusus, atau school of thought
Ikhtisar tentang Etika:
• Studi tentang tingkah laku dan nilai-nilai moral manusia
• Dapat mengacu pada seperangkat sistem-sistem nilai atau moral
• Meliputi tugas/kewajiban dan standar perilaku seseorang, kelompok, & profesi
• Termasuk tulisan-tulisan dan uraian tentang etika
• Membicarakan / mendatangkan alasan kritis dengan menghargai pertimbangan moral

Jadi dapat disimpulkan bahwa etika meliputi standar tingkah laku perorangan mapun
kelompok yang tunduk dan patuh terhadapat aturan pemerintah dan juga aturan di masyarakat
umumnya.
Dalam arsitektur, hubungan antara etika dan profesi seorang arsitek sangatlah erat.
Pekerjaan dalam arsitektur banyak melibatkan pihak-pihak yaitu, arsitek, klien, investor,
konsultan profesi lain yang terkait, penduduk dan lingkungannya. Untuk mengatur itu semua
menjadi satu kesatuan yang memiliki keteraturan dan kesepaktan, arsitektur memiliki kode
etik arsitek dan kaidah tata laku profesi arsitek. Kode etik dan kaidah tata laku ini
menunjukkan kewajiban dan tanggung jawab anggota IAI (Ikatan Arsitektur Indonesia)
kepada masyarakat umum dan pengguna jasa.
Kode etik arsitek dan kaidah tata laku profesi arsitek mencakup 5 kaidah dasar, 21
standar etika, dan 45 kaidah tata laku profesi. Kaidah dasar merupakan kaidah pengarahan
secara luas sikap beretika seorang arsitek. Standar etika merupakan tujuan yang lebih spesifik
dan baku yang harus ditaati dan diterapkan oleh anggota dalam bertindak dan berprofesi.
Kaidah tata laku bersifat wajib untuk ditaati, pelanggaran terhadap kaidah tata laku akan
dikenakan tindakan, sanki keorganisasian IAI. Adapun kaidah tata laku ini, dalam beberapa
kondisi merupakan penerapan akan satu atau lebih kaidah maupun standar etika.
Arsitektur adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang hubungan manusia
dengan lingkungan binaannya. 3 aspek penting dalam arsitektur yaitu, firmitas, utilitas, dan
venusitas. Bidang arsitektur akan mengalami banyak masalah, terutama berkaitan dengan
ruang dan kepranataannya yang menjembatani antara fungsi satu ke fungsi lainnya.
Pranata dalam pengertian umum adalah interaksi antar individu/kelompok dalam
kerangka peningkatan kesejahteraan atau kualitas hidup, dalam arti khusus bahwa terjadi
interaksi antara pelaku pembangunan untuk menghasilkan fisik ruang yang berkualitas
(Sudarwanto, Budi dkk. 2007. Pranata Pembangunan Bidang Arsitektur. Fakultas Teknik
UNDIP. Semarang.). hubungan yang terjadi dalam satu kelompok didasarkan perorangan,
sedangkan dalam kumpulan kelompok adalah berazaz guna sangat tergantung dengan tujuan
akhir yang sering dinyatakan dalam kontrak. Kontrak merupakann parameter hubungan yang
terjadi dalam proses kegiatan pembangunan.
Salah satu yang pranata dalam bidang arsitektur tertuang pada UU No 28 tahun 2002
tentang Bangunan Gedung. Undang-undang ini dibuat oleh Pemerintah Republik Indonesia
untuk mengatur semua pekerjaan yang berkaitan dengan Pembangunan terutama Gedung,
sehingga dapat dikontrol dan diuji kualitasnya. Undang-undang ini menjadi dasar pedoman
pelaksanaan semua proses Pembangunan Gedung di Republik Indonesia.
Jadi arsitektur tidaklah lepas dari etika dan pranata yang mengaturnya. Karena arsitektur
sangat berhubungan erat dengan berbagai aspek dan pelaku dalam kehidupan. Semua yang
dilakukan oleh seorang arsitek telah dirangkai dalam kode etik arsitek dan kaidah tata laku
profesi arsitek, serta memiliki undang-undang atau peraturan tertulis yang mencakup hak dan
kewajiban, serta syarat atau aturan yang menjadi tolak ukur seorang arsitek dan lingkungan
yang akan dihadapinya dalm pembangunan.

DEFENSI ARSITEKTUR
 Kata ARSITEK berasal dari bhs Yunani architekton meliputi kata archi yang berarti
pemimpin dan tekton berarti membangun, jadi Arsitek adalah pemimpin pem-bangunan
atau master builder (Sidharta & Eko Budihardjo: “Konservasi Lingkungan dan
Bangunan Kuno bersejarah di Surakarta”– Gajah Mada University Press, Yogyakarta-
1989).
 Arsitek adalah sebutan ahli yang mampu melakukan peran dalam proses kreatif menuju
terwujudnya tata-ruang dan tata-massa guna memenuhi tata kehidupan masyarakat dan
lingkungannya, yang mempunyai latar belakang atau dasar pendidikan tinggi arsitektur
dan/atau setara, mempunyai kompetensi yang dia-kui sesuai dengan ketentuan Ikatan
Arsitek Indonesia dan melakukan praktek profesi arsitek (IAI: Pedoman Hubungan
Kerja Antara Arsitek dan Pemberi Tugas -2007).
 Arsitek adalah pembentuk lingkungan fisik, manipulator & pembentuk ruang, pen-jaga
keseimbangan antara yg. lama dan baru, juru damai antara teknik & estetika (Heckscher,
August dalam Hunt, William D. Jr.: “Comprehensive Architectural Services -1965): .

Arsitektur (dlm. segala manifestasinya dari desain dan proses pengambilan kepu-tusan,
ke studi teoritis dan pekerjaan terbangun secara etis melekat untuk tujuan kesejahteraan
manusia. Sifat etis arsitektur timbul dari perannya sebagai proses dan produk budaya:
perancangan dan pembangunan habitat manusia, konkritisa-si nilai-nilai sosial, lingkungan
yang menurut dugaan diperbaiki /ditingkatkan. “
Arsitektur” sebagaimana ditetapkan untuk tujuan kita, adalah: seni & pengeta-huan
desain serta konstruksi bangunan dan lansekap tempat kediaman manusia. Dalam interpretasi
ini termasuk: alasan, seni, proses & tempat, maksud / tujuan manusia. Kediaman (Habitat)
manusia secara kolektif dihasilkan bukan semata-mata melalui tindakan arsitek yang ahli
dalam seni serta pengetahuan merancang bangunan & lansekap tapi banyak peserta
pengembangan lingkungan terbangun jaman sekarang (Wasserman B, Sullivan P, Palermo G:
“Ethics, and Practice of Architecture”-2000).

PRANATA PEMBANGUNAN DI BIDANG ARSITEKTUR


Pembangunan dalam berbagai literature diartikan sebagai suatu proses perubahan
(change), paradigma perkembangan yang terjadi sejalan dengan perubahan peradaban hidup
manusia.
Ekspresi ketidakmampuan administrasi dalam bidang arsitektur sering terjadi pada
proyek pengadaan barang dan jasa. Perubahan kebijakan yang mengatur terus berubah sejalan
dengan perkembangan budaya masyarakat yang bersngkutan. Indonesia juga mengalami hal
yang sama, hal ini dapat dilihat pada peraturan dan/atau undang-undang yang mengatur
persoalan pengadaan barang dan jasa.
Keppres 16 tahun 1994 diganti dengan keppres 18 tahun 2008, kemudian diganti
dengan keppres 80 tahun 2003 dan diriew oleh keppres 61 tahlun 2004 semua itu mengatur
tentang tata cara pengaadaan barang dan jasa yang pembiayaanya dari pemerintah. Masing-
masing peraturan/ keputusan memiliki latar belakang yang berbeda, sehingga maksud dan
tujuan serta sasaran yang akan diwujudkan disesuaikan dengan permasalahan pada waktu
peraturan tersebut ditetapkan. Kenyataan dilapangan aplikasi dari peraturan dan/atau
keputusan dari pemerintah sring berbeda, mengalami bias, mengalami distorsi, mengalami
salah peruntukan, mengalami salah penerapan, berpihak pada kelompok tertentu.
Keppres no 80 tahun 2003 dalam satu tahun difungsikan, muncul persoalan yang
sangat kompleks. Kompetisi sebagai salah satu tujuan tidak terwujud, yang ada adalah arisan
atau giliran mendapatkan program/proyek. Peraturan tidak dipahamisecara utuh, melainkan
untuk melegalkan untuk kondisi yang direncanakan. Pendekatan yang dipakai terlalu
protekrif (melindungi diri sendiri) dan tidak memberdayakan institusi.
Pengawasan/penegakan hukum tidak berjalan dengan baik. Akibatnya pemerintah
mendapatkan harga yang lebih mahal dari harga pasar.
Fenomena permasalahan kepranatan sangat beragam, diantaranya sebagai berikut :
 Proyek yang diarahkan ke pihak kontraktor (proyek revitalisasi alun-alun lor
Surakarta, suara merdeka, 1996)
 Proyek yang menyalahi prosedur (proyek penormalan sungai tanjung dan sing, suara
merdeka, 1996)
 Proyek system tunjuk (di Yogyakarta banyak proyek system tunjuk, suara merdeka
1996)
 Praktek KKN masih sering terjadi (inkindo, kompas, januari 2002)|
 Masalah modal dan alat tidak mencukupi sehingga tidak bisa ikut tender (kontraktor
kaltim tidak bisa ikut ternder, kompas, januari 2002)

Masih banyak lagi penyimpangan dan penyalahgunaan hasil pengambilan keputusan


public, penyebabn maupun akibat yang terjadi erat kaitannya denga proses pembentukan
peraturan itu sendiri. Antara yang menyusun peraturan dan yang menjalankan kurang
memahami secara keseluruhan, masih ada kepentingan individu/kelompok lebih
dikedepankan daripada kepentingan yang lebih luas. Kelemahan struktur isi dan bahasa dapat
dijadikan awal penyimpangan, karenan persepsi dan pengetahuan, serta keterampilan yang
berbeda antara masing-masing pihak.

Pendekatan System Dalam Pranata Pembangunan


 Gordon (1989) mendefinisikan system sebagai suatu agregasi atau kumpulan objek-
objek yang terangkat dalam interksi dan kesalingterganatungan yang teratur.
 Robert dan Michel (1991) menyatakan system sebagai suatu kumpulan dari elemen-
elemen yang saling berinteraksi membentuk satu kesatuan dalam interaksi yang kuat
maupun lemah dengan pembatas system yang jelas.
 Murdick (1995) menyatakan bahwa system sebagai kumpulan elemen-elemen yang
berada dalam keadaan yang saling berhubungan untuk suatu tujuan yang sama.

Jadi pranata pembangunan sebagai suatu system adalah sekumpulan actor/stakeholder


dalam kegiatan membangun (pemilik, pengawas dan pelaksana) yang merupakan satu
kesatuan tak terpisahkan dan memiliki keterkaitan satu dengan yang lain serta memiliki
batas-batas yang jelas untuk mencapai satu tujuan.
Pranata pembangunan dibidang arsitektur dapat dipahami merupakan suatu system.
Pihak-pihak terlibat adalah pemilik, perancang, pengawas dan pelaksana. Tipe dan
karakternya termasuk dalam kategori system sederhana yang jamak (simple-pluralist).
System SP ini harus memiliki umpan balik atas dasar aturan dan atau kesepakatan yang
berlalu dan output yang dihasilkan dapat diukur melalui kriteria barang public (bila
gedung/bangunan tersebut milik Negara). Keterkaitan antar pihak-pihak yang terkait
merupakan hubungan kontraktual yang diatur dalam suatu bentuk perjanjian.
Salah saatu elemen kebijakan adalah peraturan perundang-undangan sebagai suata
kerangka legal formal yang memberikan arah bagi rencana tindak operasional bagi pihak-
pihak terkait yang diatur oleh kebijakan tersebut.
Peraturan perundang-undangan merupakan kesatuan perangkat hokum antara
peraturan yang satu dengan peraturan lainnya memiliki hubungan ketrkaitan.

Berdasarkan kettapan MPR No. III/MPR/PR/2000 tentang tata urutan peraturan


perundang-undangan maka hirarki dari peraturan di Indonesian adalah :
1. Undang undang dasar 1945
2. Ketetapan majelis permusyawaran rakyat
3. Undang-undang
4. Peraturan pemerintah pengganti undang-undang
5. Peraturan pemerintah
6. Keputusan presiden
7. Peraturan daerah

Penyelenggaraan pembangunan adalah kegiatan pembangunan yang meliputi proses


perencanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi, serta kegiatan pemanfaatan, pelestarian dan
pembongkaran. Bangunan gedung itu akan berfungsi dengan baik dan sesuai dengan
pemanfaatan dan lingkungan dimana bangunan itu berdiri, maka dibutuhkan satu proses
perancanaan teknis dan pelaksanaan konstruksi yang teliti dan sesuai standarisasi yang
berlaku. Perencanaan yang baik dalam merancang suatu bangunan akan menghasilkan
bangunan-bangunan yang baik pula dan berfungsi dengan baik. Kegiatan proses perencanaan
teknis dan pelaksanaan konstruksi biasanya dilakukan oleh seorang arsitek tim. Danisworo
(1993) menjelaskan arsitektur adalah komponen pembentuk dari lingkungan budaya
/lingkungan binaan dimana lingkungan ini adalah bagian dari lingkunan hidup.

Sehingga peran serta tanggung jawab arsitek sebagai perancang dari komponen utama
ini sangat besar. Daya imajinasi, inovasi, dan kreatifitas sangat mempengaruhi kualitas dari
lingkungan binaan yang terbentuk. Arsitek memiliki tanggungjawab yang besar terutama
apabila dikaitkan dengan berbagai dampak yang ditimbullkan oleh lingkungan tersebut
kepada tatanan hidup dari masyarakat penghuni.
PERAN AKTOR – AKTOR TERKAIT DALAM
PENYELENGGARAAN BANGUNAN BIDANG KONSTRUKSI

Terbagi atas:
 Owner
 Jasa konsultan
 Jasa konstruksi

 OWNER/PEMILIK PROYEK
Pemilik proyek atau pemberi tugas atau pengguna jasa adalah orang yang memilik
proyek dan memberikan pekerjaan atau menyuruh memberikan pekerjaan kepada pihak
penyedia jasa dan yang membayar biaya pekerjaan tersebut. Pengguna jasa dapat berupa
perorangan, badan/lembaga/instansi pemerintah maupun swasta.

Hak dan kewajiban pengguna jasa adalah :


 Menunjukkan penyedia jasa
 Meminta secara periodik mengenai pelaksanaan pekerjaan yang telah dilakukan
oleh penyedia jasa.
 Memberikan fasilitas baik berupa sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh pihak
penyedia jasa untuk kelancaran pekerjaan.
 Menyediakan lahan untuk tempat pelaksanaan pekerjaan.
 Menyediakan dana dan kemudian membayar kepada pihak penyedia jasa
sejumlah biaya yang diperlukan untuk mewujudkan sebuatu bangunan .
 Ikut menngawasi jalannya pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan dengan cara
penempatan atau menunjuk suatu badan atau orang untuk bertindak atas nama
pemilik .
 Mengesahkan perubahan dalam pekerjaan
 Menerima dan mengesahkan pekerjaan yang telah selesai dilaksanakan oleh
penyedia jasa jika produknya telah sesuai dengan apa yang dikehendaki.

Wewenang pemberian tugas adalah :


 Memberitahukan hasil lelang secara tertulis kepada masing-masing kontraktor.
 Dapat mengambil alih pekerjaan secara sepihak kepada masing-masing
kontraktor.
 KONSULTAN
Konsultan dibedakan menjadi dua yaitu:
o Konsultan perencana dan
o Konsultan pengawas.
Konsultan perencana dapat dipisahkan menjadi beberapa jenis berdasarkan
spesialisasinya yaitu konsultan yang mengangani bidang arsitektur, bidang sipil, bidang
mekanika dan elektikal dan lain sebaagainya. Konsultan perencana adalah orang /badan
yang membuat perencanaan bangunan secar lengkap baik bidang arsitektur sipil,
maupun bidang lain yang melekat erat dan membentuk sebuah system bangunan.
Konsultan perencanaan dapat berupa perseorangan /perseorangan berbadan hokum/badan
hokum yang bergerak dalam bidang perencanaan pekerjaan bangunan.

Hak dan kewajiban konsultan perencana :


 Membuat perencanaan secara lengkap yang terdiri dari gambar rencan, rencana
kerja dan syarat-syarat , hitungan struktur, rencana anggaran biaya.
 Memberikan usulan serta pertimbangan kepada pengguna jasa dan pihak
kontraktor tentang pelaksnaan pekerjaaan.
 Memberikan jawaban dan penjelasan kepada kontraktor tentang hal-hal yang
kurang jelas dalam gambar rencana, rencana kerja, dan syarat-syarat.
 Membuat gambar revisi bila terjadi perubahan perencanaan.
 Menghadiri rapat coordinasi pengelolaan proyek.
 KONSULTAN PENGAWAS
Konsultan pengawas adalah orang /badan yang ditunjuk pengguna jasa untuk
membantu dalam pengelolaan pelaksanaan pekerjaan pembangunan mulai dari awal
hingga berakhirnya pekerjaan pembangunan.

Hak dan kewajiban konsultan pengawas :


 Menyelesaikan pelaksanaan pekerjaan dalam waktu yang telah ditetapkan.
 Membimbing dan mengadakan pengawasan secara periodic dalam pelaksanaan
pekerjaan .
 Melakukan perhitungan prestasi pekerjaan.
 Mengkoordinasi dan mengendalikan kegiatan konstruksi serta aliran informasi
antar berbagai bidang agar pelaksanaan pekerjaan berjalan lancar.
 Menghindari kesalahan yang mungkin terjadi sedini mungkin serta menghindari
pembengkakkan biaya.
 Mengatasi dan memcahkan persoalan yang timbul dilapangan dengan kualitas ,
kuantitas serta waktu pelaksanaan yang telaah ditetapkan.
 Menerima atau menolak material/peralatan yang didatangkan kontraktor.
 Menyusun laporan kemajuan pekerjaan.
 Menyiapkan dan menghitung adanya kemungkinan tambah atau kurang nya
pekerjaan.

Konsultas pengawas mewakili pihak owner dalam segala hal yang menyangkut
pengawasan dan pemanduan antara kesesuaian gambar-gambar bestek, syarat-syarat
teknis pelaksanaan proyek. Konsultan pengawas juga bertugas dengan keahliannya
mengawasi seluruh kegiatan konstruksi mulai dari persiapan , oengguna, mutu
bahan/material, pelaksnaan pekerjaan, dan finishing hasil pekerjaan sebelum diserahkan
kepada pemberian proyek.

 KONTRAKTOR
Kontraktor adalah orang/badan yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan
pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang telah ditetapkan berdasarkan gambar
rencana dan peraturan dan syarat-syarat yang telah ditetapkan.

Hak dan kewajiban kontraktor:


 Melaksanakan pekerjaan sesuai dengan gambar rencana, peraturan dan syarat-
syarat risalah penjelasan pekerjaan dan syarat tambahan yang telah ditetapkan
oleh pengguna jasa.
 Membauat gambaraa-gambar pelaksanaan yang disahkan oleh konsultan pengawas
sebagai wakil dari pengguna jasa.
 Menyediakan alat keselamatan kerja seperti yang diwajibkan dalam peraturan
untuk menjaga keselamatan pekerja dan masyarakat.
 Membuat laporan hasil pekerjaan berupa laporan harian , mingguan dadn bulanan.
 Menyerahkan seluruh atau sebagian pekerjaan yang telah diselesaikan nya sesuai
dengan ketetapan yang berlaku,

Hokum Pranata Pembangunan


Menurut kamus besari Indonesia hokum adalah
 Peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat , yang dikukuhkan
oleh penguasa atau pemerintah
 Undang-undang peraturan dan sebagainya untuk mengatur pergaulan hidup
masyarakat
 Patokan (kaidah, ketentuan) mengenai peristiwa (alam dsb) yang tertentu
 keputu san ( pertimbanan yang ditetapkan oleh hakim dipengadilan
Pranata adalah system tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta adat istiadat
dan norma yang mengatur tingkah laku itu dan seluruh perlengkapan nya guna
memenuhi berbagai kompleks kebutuhan manusia.
Pembangunan adalah perubahan individu atau kelompok dalam kerangka
mewujudkan peningkatan kesejahteraann hidup.
Jadi hokum pranat pembangunan adalah suatu peraturan perundang-undangan yang
mengatur suatu system tingkah laku sosial yang bersifat resmi yang dimiliki oleh
kelompok ataupun individu dalam kerangka mewujudkan kesejahteraan hidup bersama.
Tujuan hokum :
 Mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyat
 Mengatur pergaulan hidup manusia secara damai
 Menjamin kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada orang banyak
 Untuk mencapai keadilan dan ketertiban
 Memberikan petunjuk bagi orang-orang dalam pergaulan masyarakat

Fungsi hokum:
 Sebagai penggerak pembangunan karena daya mengikat dan memaksa dari
hokum dapat dipergunakan untuk menggerakkan pembangunan
 Sebagai fungsi kritis karena melakukan pengawasan tidak hanya terbatas pada
peraturan pengawas saja tetapi juga termasuk peratuan penegak hokum
 Hokum memberikan keadilan yaitu menentukan siapa yang salah dan siapa yang
benar serta memaksa agar peraturan itu ditaati sehinga terwujud keadilan sosial
lahir dan batin
 Sebagai sarana untuk mewujudakan keadaan sosial lahir dan batin karena
mempunyai ciri memrintah dan melarang, memaksa daya yang mengikat fisik dan
psikologis
 Sebagai pengatur tata tertib hubungan masyarakat karena memberi petunjuk
mana yang boleh dan mana yang tidak boleh

Ciri-ciri hokum:
 Adanya perintah dan larangan
 Pelanggarnya dikenakan sanksi
 Perintah atau larangan itu harus ditaati oleh semua orang

Sifat-sifat hokum :
 Sifat memaksa dan mengatur sangat diperlukan dalam penegakkan hokum
 Orang yang melanggar dapat dikenakan sanksi yang tegas terhadap siapapun
yang tidak menaatinya
 Hokum juga dapat memaksa tiap-tiap oang untuk mematuhi tata tertib atau
peraturan dalam kemasyarakatan

Pranata dibidang arsitektur dapat dikaji melalui pendekatan system karena


fenomena yang ada melibatkan banyak pihak dengan fungsi yang berbeda sehingga
menciptakan anomaly yang berbeda juga sesuai dengan kasus masing-masing. Didalam
proses pembentukan ruan dari akibat kebutuhan hidup manusia maka ada cara teknik
dan tahapan metode untuk berproduksi dalam menciptakan ruang. Kegiatan
pembangunan memiliki empat unsur pokok adalah manusia, kekayaan , alam, modal dan
teknologi. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, permasalahan
dalam pembangunan menjadi semakin kompleks. Artinya ruang yang di bangun oleh
manusia juga mengalami banyak masalah misalnya masalah persoalan mekanisme /
ikatan/ pranata yang menjembatani antara fungsi satu dengan fungsi lainnya, masalah
kepranataan ini menjadi penting karena beberapa hal akan akan menyebabkan turunnya
kualitas fisik, kualitas estetika dan turunya kuantitas ruang dan materinya atau bahkan
dalam satu bangunan akan terjadi penurunan kuantitas dan kualitas bangunan tetapi
biaya tetap atau menjadi berlebihan.

Anda mungkin juga menyukai