Anda di halaman 1dari 7

PERKEMBANGAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DI

INDONESIA

Bing Bedjo Tanudjaja


Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain
Universitas Kristen Petra Surabaya
E-mail: abimanyu@petra.ac.id

ABSTRAK
Kesadaran terhadap CSR (Corporate Social Responsibility) yang seharusnya telah terintegrasi dalam hierarki
perusahaan sebagai strategi dan policy manejemen, diperlukan demi tercapainya sebuah keseimbangan dunia usaha antara
pelaku dan masyarakat sekitar. Esensi dan signifikansi dari CSR masih belum dapat terbaca sepenuhnya oleh pelaku bisnis,
sehingga CSR sendiri bagi sebagian pelaku bisnis baru sekedar wacana dan terkadang implementasinya berdasarkan atas
tuntutan masyarakat.

Kata kunci : corporate social responsibility, pelaku bisnis, masyarakat.

ABSTRACT
The awareness towards CSR (Corporate Social Responsibility), that should be integrated into a company's hierarchy as
management's strategy and policy, is needed to attain balance between the business industry and the surrounding
community. The essence and significance of CSR has not been wholly understood by businessmen, thus CSR only becomes
textual and often implemented due to community demand.

Keywords: corporate social responsibility, businessman, community

PENDAHULUAN dari luar masyarakat setempat sehingga tenaga-tenaga


kerja lokal yang umumnya berketerampilan rendah
Empat tahun belakangan ini corporate social menjadi terbuang. Keterpisahan (enclavism) inilah
responsibility atau CSR memang sedang menjadi yang kemudian menyebabkan hubungan industri
trend di Indonesia. Banyak orang berbicara tentang dengan masyarakat menjadi tidak harmonis dan
CSR dan semuanya bagus serta perusahaan yang diwarnai berbagai konflik.
melakukan corporate social responsibility (CSR) CSR sebenarnya lebih berorientasi pada masya-
semakin banyak. Namun upaya sosialisasi harus terus rakat dan bisnis. Apakah itu sektor bisnis swasta yang
dilakukan agar lebih banyak perusahaan menyadari didasarkan pada kepemilikan pribadi yang melulu
dan memahami pentingnya CSR mengejar profit atau dapat juga diberi tanggung jawab
Memang diakui, di satu sisi sektor industri atau pada atas hak masyarakat umum, mengingat pengaruh
korporasi skala besar telah mampu memberikan bisnis ini begitu besar. Bisnis sendiri selalu ber-
kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, platform pada tujuan menumpuk keuntungan dan
tetapi di sisi lain ekploitasi sumber-sumber daya alam kekayaan. Tanggung jawab sosial yang dibebankan
oleh sektor industri seringkali menyebabkan terjadi- pada sektor bisnis akan mengurangi pencapaian tujuan
nya degradasi lingkungan yang parah. Karakteristik penumpukan profit.
umum korporasi skala-besar biasanya beroperasi Setelah teruji selama beberapa dekade, terlihat
secara enclave atau terpisah, dan melahirkan apa yang bahwa terjadi malfungsi bisnis dan kegagalan meka-
disebut perspektif dual society, yaitu tumbuhnya dua nisme pasar. Sistem ekonomi yang lebih mengarah
karakter ekonomi yang paradoks di dalam satu area. pada pendekatan kapitalis maupun sosialis ternyata
Ekonomi tumbuh secara modern dan pesat, tetapi tidak mampu mencapai alokasi faktor produksi secara
masyarakat ekonomi justru berjalan sangat lambat. efisien, artinya mekanisme pasar ini tidak mampu
Kehidupan ekonomi masyarakat semakin invo- memberikan kesejahteraan sosial yang optimal.
lutif, disertai dengan marginalisasi tenaga kerja lokal. CSR dapat diartikan sebagai komitmen industri
Hal ini terjadi karena basis teknologi tinggi menuntut untuk mempertanggung-jawabkan dampak operasi
industri lebih banyak menyedot tenaga kerja terampil dalam dimensi sosial, ekonomi, dan lingkungan serta
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=DKV

92
Tanudjaja, Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia 93

menjaga agar dampak tersebut menyumbang manfaat kontribusi dunia usaha yang terukur dan sistematis
kepada masyarakat dan lingkunganya. Melaksanakan dalam ikut meningkatan kesejahteraan masyarakat.
CSR secara konsisten dalam jangka panjang akan Kebijakan yang pro-masyarakat dan lingkungan
menumbuhkan rasa keberterimaan masyarakat ter- seperti ini sangat dibutuhkan ditengah arus neo-
hadap kehadiran perusahaan. liberalisme seperti sekarang ini. Sebaliknya disisi lain,
Kecenderungan akhir-akhir ini di Indonesia masyarakat juga tidak bisa seenaknya melakukan
banyak korporasi industri telah menjalankan prinsip- tuntutan kepada perusahaan, apabila harapannya itu
prinsip CSR dalam tataran praktis, yaitu sebagai berada diluar batas aturan yang berlaku.
pengkaitan antara pengambilan keputusan dengan Isu CSR dapat dikatakankan sebagai parameter
nilai etika, kaidah hukum serta menghargai manusia, kedekatan era kebangkitan masyarakat (civil society).
masyarakat dan lingkungan. Maka dari itu, sudah seharusnya CSR tidak hanya
bergerak dalam aspek philantropy (yakni dorongan
CORPORATE SOCIAL RESPOSIBILITY (CSR) kemanusiaan yang biasanya bersumber dari norma
dan etika universal untuk menolong sesama dan
Wineberg dan Rudolph memberi definisi CSR
memperjuangkan pemerataan sosial) maupun level
sebagai:
strategi, melainkan harus merambat naik naik ke
“The contribution that a company makes in
tingkat kebijakan (policy) yang lebih makro dan riil.
society through its core business activities, its
Dunia usaha harus dapat mencontoh perusahaan-
social investment and philanthropy programs,
perusahaan yang telah terlebih dahulu melaksanakn
and its engagement in public policy”( Wineberg,
program CSR sebagai salah satu policy dari
2004:72) .
manjemen perusahaan. PT. Bogasari, misalnya memi-
Selanjutnya dikatakan oleh Mardjono Rekso- liki program CSR yang terintegrasi dengan strategi
diputro bahwa konsep CSR itu memang agak tum- perusahaan, melalui pendampingan para pelaku usaha
pang tindih, (overlap) dengan konsep (good) mikro, kecil, dan menengah (UMKM) berbasis terigu.
corporate governance dan konsep etika bisnis (Rekso- Seperti yang telah kita ketahui, jika mereka adalah
diputro, 2004). Sedangkan Schermerhorn (1993) konsumen utama dari produk perusahaan ini.
memberi definisi CSR sebagai suatu kepedulian Demikian juga dengan PT. Unilever yang memiliki
organisasi bisnis untuk bertindak dengan cara-cara program CSR berupa pendampingan terhadap petani
mereka sendiri dalam melayani kepentingan orga- kedelai. Bagi kepentingan petani, adanya program
nisasi dan kepentingan publik eksternal (Schermer- CSR ini berperan dalam meningkatkan kualitas
horn, 1993). produksi, sekaligus menjamin kelancaran distribusi.
CSR adalah sebuah pendekatan dimana perusa- Sedangkan bagi Unilever sendiri, hal ini akan
haan mengintegrasikan kepedulian sosial dalam menjamin pasokan bahan baku untuk setiap produksi
operasi bisnis mereka dan dalam interaksi mereka mereka yang berbasis kedelai, seperti kecap Bango,
dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) yang telah menjadi salah satu andalan produknya. Ada
berdasarkan prinsip kesukarelaan dan kemitraan kalanya program CSR perusahaan tidak mesti harus
(Nuryana, 2005). Beberapa nama lain yang memiliki berada pada tingkat produsen dan pengembangan
kemiripan atau bahkan sering diidentikkan dengan produk, tetapi dapat mencakup aspek-aspek lain,
CSR ini antara lain Pemberian/Amal Perusahaan semisal pendidikan dan pelatihan, serta konservasi.
(Corporate Giving/Charity), Kedermawanan Perusa- Poin yang pertama, akhir-akhir ini seakan-akan
haan (Corporate philanthropy), Relasi Kemasya- sedang menjadi tren di dunia usaha. Banyak perusa-
rakatan Perusahaan (Corporate Community/Public haan yang memilih program CSR di bidang edukasi.
Relations), dan Pengembangan Masyarakat (Commu- Program seperti ini kebanyakan memfokuskan pada
nity Development). Keempat nama itu bisa pula dilihat edukasi bagi generasi mendatang, pengembangan
sebagai dimensi atau pendekatan CSR dalam konteks kewirausahaan, pendidikan finansial, maupun pela-
Investasi Sosial Perusahaan (Corporate Social tihan-pelatihan. PT. Astra International Tbk, misalnya,
Investment/Investing) yang didorong oleh spektrum telah membentuk Politeknik Manufaktur Astra, yang
motif yang terentang dari motif “amal” hingga menelan dana puluhan milyar. Selain itu, ada juga
“pemberdayaan” (Brilliant, 1988: 299-313). program dari HM Sampoerna untuk mengembangkan
Di sinilah letak pentingnya pengaturan CSR di pendidikan melalui Sampoerna Foundation, untuk
Indonesia, agar memiliki daya atur, daya ikat dan daya program ini, Sampoerna sendiri telah mengucurkan
dorong. CSR yang semula bersifat voluntary perlu dana tak kurang dari 47 milliar. Jelas sudah jika CSR
ditingkatkan menjadi CSR yang lebih bersifat sangat bermanfaat untuk masyarakat dan dapat
mandatory. Dengan demikian dapat diharapkan meningkatkan image perusahaan. Jadi, seharusnya

Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=DKV
94 NIRMANA, VOL.8, NO. 2, Juli 2006: 92-98

dunia usaha tidak memandang CSR sebagai suatu anak, kenakalan remaja, akibat berkurangnya atau
tuntutan represif dari masyarakat, melainkan sebagai hilangnya kehadiran ibu-ibu di rumah dan tentunya di
kebutuhan dunia usaha. lingkungan masyarakat. Pelayanan sosial seperti
perawatan anak (child care), pendirian fasilitas
Corporate Social Responsibility dan Pekerjaan pendidikan dan kesehatan bagi anak-anak, atau pusat-
Sosial Industri pusat kegiatan olah raga dan rekreasi bagi remaja bisa
merupakan sebuah “kompensasi” sosial terhadap isu
Keterkaitan antara PSI dan CSR didorong oleh ini. (Suharto, 2006)
terjadinya kecenderungan pada masyarakat industri Ide mengenai CSR sebagai sebuah tanggung-
yang dapat disingkat sebagai fenomena DEAF (yang jawab sosial perusahaan kini semakin diterima secara
dalam Bahasa Inggris berarti tuli) sebuah akronim dari luas. Namun demikian, sebagai sebuah konsep yang
Dehumanisasi, Equalisasi, Aquariumisasi, dan Femi- masih relatif baru, CSR masih tetap kontroversial,
nisasi: baik bagi kalangan pebisnis maupun akademisi.
Kelompok yang menolak mengajukan argumen
Dehumanisasi industri. bahwa perusahaan adalah organisasi pencari laba dan
Efisiensi dan mekanisasi yang semakin menguat bukan person atau kumpulan orang seperti halnya
di dunia industri telah menciptakan persoalan- dalam organisasi sosial. Perusahaan telah membayar
persoalan kemanusiaan baik bagi kalangan buruh di pajak kepada negara dan karenanya tanggungjawab-
perusahaan tersebut, maupun bagi masyarakat di nya untuk meningkatkan kesejahteraan publik telah
sekitar perusahaan. “Merger mania” dan perampingan diambilalih pemerintah.
perusahaan telah menimbulkan gelombang Pemu- Kelompok yang mendukung berpendapat bahwa
tusan Hubungan Kerja dan pengangguran, ekspansi perusahaan tidak dapat dipisahkan dari para individu
dan eksploitasi dunia industri telah melahirkan polusi yang terlibat di dalamnya, yakni pemilik dan karya-
dan kerusakan lingkungan yang hebat. wannya. Karenanya, mereka tidak boleh hanya
memikirkan keuntungan finansial bagi perusahaannya
Equalisasi hak-hak publik. saja. Melainkan pula harus memiliki kepekaan dan
kepedulian terhadap publik, khususnya masyarakat
Masyarakat kini semakin sadar akan haknya yang tinggal di sekitar perusahaan. Alasannya
untuk meminta pertanggungjawaban perusahaan atas masyarakat adalah sumber dari segala sumber daya
berbagai masalah sosial yang seringkali ditimbulkan yang dimiliki dan direproduksi oleh perusahaan.
oleh beroperasinya perusahaan. Kesadaran ini sema- Bukankah tanpa masyarakat perusahaan bukan saja
kin menuntut akuntabilitas (accountability) perusaha- tidak akan berarti, melainkan pula tidak akan
an bukan saja dalam proses produksi, melainkan pula berfungsi? Tanpa dukungan masyarakat, perusahaan
dalam kaitannya dengan kepedulian perusahaan mustahil memiliki pelanggan, pegawai dan sumber-
terhadap berbagai dampak sosial yang ditimbulkan- sumber produksi lainnya yang bermanfaat bagi
nya. perusahaan.
Meskipun perusahaan telah membayar pajak
Aquariumisasi dunia industri. kepada negara tidak berarti telah menghilangkan
tanggungjawabnya terhadap kesejahteraan publik. Di
Dunia kerja kini semakin transparan dan terbuka
negara yang kurang memperhatikan kebijakan sosial
laksana sebuah akuarium. Perusahaan yang hanya
(social policy) atau kebijakan kesejahteraan (welfare
memburu rente ekonomi dan cenderung mengabaikan
policy) yang menjamin warganya dengan berbagai
hukum, prinsip etis dan filantropis tidak akan
pelayanan dan skema jaminan sosial yang merata,
mendapat dukungan publik. Bahkan dalam banyak
manfaat pajak seringkali tidak sampai kepada
kasus, masyarakat menuntut agar perusahaan seperti
masyarakat, terutama kelompok miskin dan rentan
ini ditutup.
yang tidak memiliki posisi tawar yang kuat.
Konsep Piramida CSR yang dikembangkan
Feminisasi dunia kerja.
Archie B. Carrol memberi justifikasi teoritis dan logis
Semakin banyaknya wanita yang bekerja mengapa sebuah perusahaan perlu menerapkan CSR
menuntut penyesuaian perusahaan bukan saja bagi masyarakat di sekitarnya. Dalam pandangan
terhadap lingkungan internal organisasi, seperti Carrol, CSR adalah puncak piramida yang erat terkait,
pemberian cuti hamil dan melahirkan, keselamatan dan bahkan identik dengan, tanggungjawab filan-
dan kesehatan kerja. Melainkan pula terhadap tropis.
timbulnya biaya-biaya sosial, seperti penelantaran
Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=DKV
Tanudjaja, Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia 95

1. Tanggungjawab ekonomis. Kata kuncinya adalah: Plannet. Perusahaan peduli terhadap lingkungan
make a profit. Motif utama perusahaan adalah hidup dan keberlanjutan keragaman hayati. Beberapa
menghasilkan laba. Laba adalah fondasi perusaha- program CSR yang berpijak pada prinsip ini biasanya
an. Perusahaan harus memiliki nilai tambah berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan
ekonomi sebagai prasyarat agar perusahaan dapat sarana air bersih, perbaikan permukiman, pengem-
terus hidup (survive) dan berkembang. bangan pariwisata (ekoturisme). (Porter, 2002:5) .
2. Tanggungjawab legal. Kata kuncinya: obey the Maka, citra perusahaan yang buruk dan sering
law. Perusahaan harus taat hukum. dimunculkan di media massa, jelas tidak mendukung
Dalam proses mencari laba, perusahaan tidak kelancaran operasional perusahaan dan bersifat
boleh melanggar kebijakan dan hukum yang telah kontra-produktif terhadap upaya peningkatan produk-
ditetapkan pemerintah. tivitas dan keuntungan. Kini semakin diakui bahwa
3. Tanggungjawab etis. Perusahaan memiliki kewa- perusahaan, sebagai pelaku bisnis, tidak akan bisa
jiban untuk menjalankan praktek bisnis yang baik, terus berkembang, jika menutup mata atau tak mau
benar, adil dan fair. Norma-norma masyarakat tahu dengan situasi dan kondisi lingkungan sosial
perlu menjadi rujukan bagi perilaku organisasi tempat ia hidup.
perusahaan. Kata kuncinya: be ethical. Dalam kaitan itulah, penerapan CSR dipandang
4. Tanggungjawab filantropis. Selain perusahaan sebagai sebuah keharusan. CSR bukan saja sebagai
harus memperoleh laba, taat hukum dan tanggung jawab, tetapi juga sebuah kewajiban. CSR
berperilaku etis, perusahaan dituntut agar dapat adalah suatu peran bisnis dan harus menjadi bagian
memberi kontribusi yang dapat dirasakan secara dari kebijakan bisnis. Maka, bisnis tidak hanya
langsung oleh masyarakat. Tujuannya adalah mengurus permasalahan laba, tapi juga sebagai sebuah
institusi pembelajaran. Bisnis harus mengandung
untuk meningkatkan kualitas kehidupan semua.
kesadaran sosial terhadap lingkungan sekitar.
Kata kuncinya: be a good citizen. Para pemilik dan
Penerapan CSR di Indonesia semakin meningkat
pegawai yang bekerja di perusahaan memiliki
baik dalam kuantitas maupun kualitas. Selain kera-
tanggungjawab ganda, yakni kepada perusahaan
gaman kegiatan dan pengelolaannya semakin ber-
dan kepada publik yang kini dikenal dengan istilah variasi, dilihat dari kontribusi finansial, jumlahnya
non-fiduciary responsibility. (Saidi, 2004:59-60) semakin besar. Penelitian PIRAC pada tahun 2001
menunjukkan bahwa dana CSR di Indonesia
PERKEMBANGAN DAN MOTIF CSR DI mencapai lebih dari 115 miliar rupiah atau sekitar 11.5
INDONESIA juta dollar AS dari 180 perusahaan yang dibelanjakan
Sebagaimana pendapat yang menyatakan bahwa untuk 279 kegiatan sosial yang terekam oleh media
tujuan ekonomi dan sosial adalah terpisah dan massa. Meskipun dana ini masih sangat kecil jika
bertentangan adalah pandangan yang keliru. dibandingkan dengan dana CSR di Amerika Serikat,
Perusahaan tidak berfungsi secara terpisah dari dilihat dari angka kumulatif tersebut, perkembangan
masyarakat sekitarnya. CSR di Indonesia cukup menggembirakan. Angka
Faktanya, kemampuan perusahaan untuk bersaing rata-rata perusahaan yang menyumbangkan dana bagi
sangat tergantung pada keadaan lokasi dimana kegiatan CSR adalah sekitar 640 juta rupiah atau
sekitar 413 juta per kegiatan. Sebagai perbandingan, di
perusahaan itu beroperasi. Oleh karena itu, piramida
AS porsi sumbangan dana CSR pada tahun 1998
CSR yang dikembangkan Archie B. Carrol harus
mencapai 21.51 miliar dollar dan tahun 2000
difahami sebagai satu kesatuan. Sebab, CSR merupa-
mencapai 203 miliar dollar atau sekitar 2.030 triliun
kan kepedulian perusahaan yang didasari tiga prinsip
rupiah (Saidi, 2004:64).
dasar yang dikenal dengan istilah triple bottom lines, Apa yang memotivasi perusahaan melakukan
yaitu profit, people dan planet (3P). CSR? Penjelasan berikut menggambarkan tiga tahap
Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi untuk atau paradigma yang berbeda.
mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan 1. Tahap pertama adalah corporate charity, yakni
untuk terus beroperasi dan berkembang. dorongan amal berdasarkan motivasi keagamaan.
People. Perusahaan harus memiliki kepedulian 2. Tahap kedua adalah corporate philantrophy, yakni
terhadap kesejahteraan manusia. Beberapa perusahaan dorongan kemanusiaan yang biasanya bersumber
mengembangkan program CSR seperti pemberian dari norma dan etika universal untuk menolong
beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian sesama dan memperjuangkan pemerataan sosial.
sarana pendidikan dan kesehatan, penguatan kapasitas 3. Tahap ketiga adalah corporate citizenship, yaitu
ekonomi lokal, dan bahkan ada perusahaan yang motivasi kewargaan demi mewujudkan keadilan
merancang berbagai skema perlindungan sosial bagi sosial berdasarkan prinsip keterlibatan sosial
warga setempat. (Saidi, 2004:69).

Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=DKV
96 NIRMANA, VOL.8, NO. 2, Juli 2006: 92-98

MODEL CSR masalah dan kebutuhan kelompok sasaran; merancang


program kegiatan dan cara-cara pelaksanaanya;
Sedikitnya ada empat model atau pola CSR yang menentukan sumber pendanaan; menentukan dan
umumnya diterapkan oleh perusahaan di Indonesia, mengajak pihak-pihak yang akan dilibatkan; melak-
yaitu: sanakan kegiatan atau mengimplementasikan pro-
1. Keterlibatan langsung. Perusahaan menjalankan gram; hingga memonitor dan mengevaluasi kegiatan.
program CSR secara langsung dengan menye- Kegiatan-kegiatan pemberdayaan biasanya dila-
lenggarakan sendiri kegiatan sosial atau menye- kukan secara berkelompok dan terorganisir dengan
rahkan sumbangan ke masyarakat tanpa perantara.
melibatkan beberapa strategi seperti pendidikan dan
Untuk menjalankan tugas ini, sebuah perusahaan
pelatihan keterampilan hidup (life skills), ekonomi
biasanya menugaskan salah satu pejabat seniornya,
seperti corporate secretary atau public affair produktif, perawatan sosial; penyadaran dan
manager atau menjadi bagian dari tugas pejabat pengubahan sikap dan perilaku; advokasi: pendam-
public relation. pingan dan pembelaan hak-hak klien; aksi sosial:
2. Melalui yayasan atau organisasi sosial perusahaan. sosialisasi, kampanye, demonstrasi, kolaborasi, kon-
Perusahaan mendirikan yayasan sendiri di bawah tes; atau pengubahan kebijakan publik agar lebih
perusahaan atau groupnya. Model ini merupakan responsif terhadap kebutuhan kelompok sasaran.
adopsi dari model yang lazim diterapkan di Berbeda dengan kegiatan bantuan sosial karitatif yang
perusahaan-perusahaan di negara maju. Biasanya, dicirikan oleh adanya hubungan “patron-klien” yang
perusahaan menyediakan dana awal, dana rutin tidak seimbang, maka pemberdayaan masyarakat
atau dana abadi yang dapat digunakan secara dalam program Community Development didasari
teratur bagi kegiatan yayasan. Beberapa yayasan oleh pendekatan yang partisipatoris, humanis dan
yang didirikan perusahaan diantaranya adalah emansipatoris yang berpijak pada beberapa prinsip
Yayasan Coca Cola Company, Yayasan Rio Tinto sebagai berikut:
(perusahaan pertambangan), Yayasan Dharma - Bekerja bersama berperan setara.
Bhakti Astra, Yayasan Sahabat Aqua, GE Fund. - Membantu rakyat agar mereka bisa membantu
3. Bermitra dengan pihak lain. Perusahaan menye- dirinya sendiri dan orang lain.
lenggarakan CSR melalui kerjasama dengan - Pemberdayaan bukan kegiatan satu malam.
lembaga sosial/organisasi non-pemerintah (NGO/
- Kegiatan diarahkan bukan saja untuk mencapai
LSM), instansi pemerintah, universitas atau media
hasil, melainkan juga agar menguasai prosesnya.
massa, baik dalam mengelola dana maupun dalam
melaksanakan kegiatan sosialnya. Beberapa Agar berkelanjutan, pemberdayaan jangan hanya
lembaga sosial/Ornop yang bekerjasama dengan berpusat pada komunitas lokal, melainkan pula pada
perusahaan dalam menjalankan CSR antara lain sistem sosial yang lebih luas termasuk kebijakan
adalah Palang Merah Indonesia (PMI), Yayasan sosial. Salah satu lambannya pelaksanaan CSR di
Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI), Dompet
Indonesia adalah tidak adanya instrumen hukum yang
Dhuafa; instansi pemerintah (Lembaga Ilmu
komprehensif yang mengatur CSR. Instrumen hukum
Pengetahuan Indonesia/LIPI, Depdiknas, Depkes,
sangat diperlukan sekali untuk mendorong pelaksana-
Depsos); universitas (UI, ITB, IPB); media massa
(DKK Kompas, Kita Peduli Indosiar). an CSR di Indonesia. Pada saat ini, memang sudah
4. Mendukung atau bergabung dalam suatu konsor- tedapat peraturan yang terkait dengan CSR seperti
sium. Perusahaan turut mendirikan, menjadi Undang-Undang (UU) Pengelolaan Lingkungan
anggota atau mendukung suatu lembaga sosial Hidup. Namun UU tersebut belum mampu mendo-
yang didirikan untuk tujuan sosial tertentu. rong pelaksanaan CSR di lapangan. Apalagi dalam
Dibandingkan dengan model lainnya, pola ini UU tersebut hal yang diatur masih terbatas. Hanya
lebih berorientasi pada pemberian hibah perusa- berkaitan dengan hal tertentu saja. Padahal CSR tidak
haan yang bersifat “hibah pembangunan”. Pihak saja berkaitan dengan tanggung jawab perusahaan
konsorsium atau lembaga semacam itu yang tehadap lingkungan dalam arti sempit, namun juga
dipercayai oleh perusahaan-perusahaan yang dalam arti luas seperti tanggung jawab perusahaan
mendukungnya secara pro aktif mencari mitra terhadap pendidikan, perekonomian, dan kesejahtera-
kerjasama dari kalangan lembaga operasional dan an rakyat sekitar.
kemudian mengembangkan program yang Hal ini di atas tentunya menjadi sebuah pelajaran
disepakati bersama (Saidi, 2004:64-65). yang berharga untuk segera dicari jalan keluarnya.
Oleh karena itu membuat regulasi mengenai CSR
Proses pemberdayaan masyarakat dapat dilaku- merupakan jalan terbaik. Regulasi yang dimaksud
kan melalui beberapa tahapan mulai dari menentukan adalah dengan membuat produk hukum (UU) yang
populasi atau kelompok sasaran; mengidentifikasi akan mengatur secara tegas, jelas, dan komprehensif

Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=DKV
Tanudjaja, Perkembangan Corporate Social Responsibility di Indonesia 97

mengenai CSR. UU ini dibutuhkan agar CSR yang menerima dampak dari kehadiran perusahaan
dilaksanakan oleh semua perusahaan dan memberikan menuntut adanya kontribusi nyata bagi kehidupan
manfaat nyata bagi semua stake holder yang ada. mereka. Oleh karena itu UU yang dibuat harus
Pelaksanaan CSR selama ini hanya didasarkan mampu mengakomodasi semua stake holder.
kepada kesadaran dan komitmen perusahaan. Padahal
komitmen dan kesadaran setiap perusahaan tidak TANTANGAN TERHADAP CSR
sama dan sangat tergantung sekali kepada kebijakan
perusahaan masing-masing. Menggantungkan pelak- Upaya penerapan CSR sendiri bukannya tanpa
sanaan CSR kepada kesadaran dan komiteman hambatan. Dari kalangan ekonom sendiri juga muncul
perusahaan mempunyai beberapa kelemahan. Kele- reaksi sinis misalnya, mengritik konsep CSR, dengan
mahan paling mendasar adalah tidak adanya sanksi argumen bahwa tujuan utama perusahaan pada
yang tegas bagi perusahaan yang tidak melaksanakan hakikatnya adalah memaksimalkan keuntungan
CSR. Kondisi ini tidak akan mendorong pelaksanaan (returns) bagi pemilik saham, dengan mengorbankan
CSR di Indonesia. Selama ini juga, bagi perusahaan hal-hal lain.
yang melaksanakan CSR tidak memilki arah yang Ada juga kalangan yang beranggapan, satu-
jelas. Padahal ada banyak sekali manfaat yang satunya alasan mengapa perusahaan mau melakukan
diperoleh apabila CSR dilaksanakan dengan aturan proyek-proyek yang bersifat sosial adalah karena
dan arahan yang jelas. memang ada keuntungan komersial di baliknya.
Contohnya apabila CSR diarahkan pada sektor Yaitu, mengangkat reputasi perusahaan di mata publik
tertentu seperti pendidikan, maka betapa banyaknya ataupun pemerintah. Oleh karena itu, para pelaku
manfaat yang diperoleh. Masyarakat yang kurang bisnis harus menunjukkan dengan bukti nyata bahwa
mampu akan ditolong dengan CSR ini dalam hal komitmen mereka untuk melaksanakan CSR
peningkatan kualitas pendidikan mereka. Pemerintah bukanlah main-main.
juga akan sangat ditolong dalam melaksanakan Manfaat dari CSR itu sendiri terhadap pelaku
tanggung jawabnya dalam pencerdasan kehidupan bisnis juga bervariasi, tergantung pada sifat (nature)
bangsa. Tentunya, itu semua dapat dilaksanakan perusahaan bersangkutan, dan sulit diukur secara
bilamana ada regulasi yang jelas tentang CSR. kuantitatif. Meskipun demikian, ada sejumlah besar
Kelemahan dengan tidak adanya regulasi yang literatur yang menunjukkan adanya korelasi antara
jelas tentang CSR adalah semakin dirugikannya kinerja sosial/lingkungan dengan kinerja finansial dari
masyarakat dan juga negara. Berbagai peristiwa yang perusahaan.
terjadi di Indonesia seperti banjir lumpur, banjir CSR pada akhirnya akan menguntungkan
karena pembalakan hutan dan pencemaran lingkungan perusahaan. Tetapi, tentu saja, perusahaan tidak
di berbagai tempat menunjukan bahwa pelaksanaan diharapkan akan memperoleh imbalan finansial
CSR merupakan suatu kemutlakan. Apabila kondisi jangka pendek, ketika mereka menerapkan strategi
seperti sekarang terus berlanjut, maka yang CSR. Karena, memang bukan itu yang menjadi
menanggung kerugian terbesar adalah masyarakat dan tujuannya
negara.
Regulasi CSR juga sebenarnya bukan hal baru SIMPULAN
dalam dunia korporasi. Di berbagai negara maju, Untuk melaksanakan CSR maka perusahaan
setiap perusahaan sudah diwajibkan untuk pelaksa- harus mengakui bahwa permasalahan masyarakat
naan CSR dan melaporkannya secara periodik. Hal ini adalah milik mereka juga. Tidak hanya itu,
dilakukan untuk memantau dan mengontrol pelaksa- perusahaan juga harus bersedia menganganinya. Itu
naan CSR setiap perusahaan. Regulasi yang ada juga dasarnya untuk melaksanakan CSR. Jadi hanya
memberikan sanksi yang tegas bagi pelanggaran dengan mengakui masalah apa yang ada di
terhadap pelaksanaan CSR. Sanksi yang diberikan masyarakat dan itu menjadi bagian mereka, maka
mulai dari yang ringan seperti peringatan tertulis CSR lebih mudah dilakukan. Sebab suatu rencana
hingga dikeluarkan dari lantai bursa bagi perusahaan strategis di belakang program-program CSR bisa jadi
go public. akan memberi kontribusi bagi pengurangan
Tentunya, UU yang akan dibuat harus disesuai- kemiskinan dan ketidakadilan sosial di Republik ini.
kan dengan kondisi di Indonesia. UU yang ada harus Dua masalah utama yang harus segera dihapus
mampu menjembatani kepentingan semua pihak. bersama agar martabat orang Indonesia tegak berdiri.
Pelaku usaha dengan motif laba, tentunya tidak akan Dapat disimpulkan jika CSR sangat bermanfaat
setuju apabila regulasi yang ada mengganggu untuk masyarakat dan dapat meningkatkan image
kepentingan mereka. Masyarakat juga selaku pihak perusahaan. Jadi, seharusnya dunia usaha tidak

Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=DKV
98 NIRMANA, VOL.8, NO. 2, Juli 2006: 92-98

memandang CSR sebgai suatu tuntutan represif dari Reksodiputro, Mardjono. (20/12/04) Makalah Loka-
masyarakat, melainkan sebagai kebutuhan dunia karya Nasional Departemen Luar Negeri RI,
usaha. dengan tema “Peran sektor usaha dalam
pemenuhan, pemajuan, dan perlindungan
DAFTAR PUSTAKA HAM di Indonesia”., Jakarta: Hotel Boro-
budur.
Brilliant, Eleanor L. dan Kimberlee A. Rice. (1988),
Saidi, Zaim dan Hamid Abidin. (2004). Menjadi
“Influencing Corporate Philantropy” dalam
Bangsa Pemurah: Wacana dan Praktek
Gary M. Gould dan Michael L. Smith (eds),
Kedermawanan Sosial di Indonesia. Jakarta:
Social Work in the Workplace, New York:
Piramedia
Springer Publishing Co.
Schermerhorn, John R. (1993). Management for Pro-
Porter, Michael E. dan Mark R. Kramer (2002). “The
ductivity. New York: John Wiley & Sons
Competitive Advantage of Corporate Phiilan-
tropy”, dalam Harvard Business Review, Suharto, Edi. (2006). Membangun Masyarakat Mem-
December. berdayakan Rakyat: Kajian Strategis Pem-
bangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan
Nuryana, Mu’man. (2005). Corporate Social respon-
Sosial (edisi ke-2), Bandung: Refika Aditama.
sibility dan Kontribusi bagi Pembangunan
Berkelanjutan, makalah yang disampaikan Wineberg, Danette and Phillip H. Rudolph. (May
pada Diklat Pekerjaan Sosial Industri, Balai 2004). “Corporate Social Responsibility – What
Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Every In House Counsel Should Know”, dalam
Sosial (BBPPKS) Bandung, Lembang 5 ACC Docket.
Desember.

Jurusan Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni dan Desain –Universitas Kristen Petra
http://www.petra.ac.id/~puslit/journals/dir.php?DepartmentID=DKV

Anda mungkin juga menyukai