Anda di halaman 1dari 8

KARAKTERISTIK PENGGUNAAN DUA JENIS PAKAN

TERHADAP PERFORMANS PRODUKSI AYAM RAS PETELUR


DI KABUPATEN BLITAR JAWA TIMUR

Rafwan Afandi1), Budi Hartono2), Irfan H. Djunaidi2)

1. Mahasiwa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya


2. Dosen Fakkultas Peternakan Universitas Brawijaya
Email : rafwan@eurovindo.com

ABSTRAK

Pakan merupakan salah satu aspek penting dalam penentu keberhasilan usaha
peternakan ayam ras petelur. Hal tersebut sangat beralasan dikarenakan pakan berpengaruh
langsung terhadap performans produksi (konsumsi pakan, produksi telur, konversi pakan dan
deplesi). Dua jenis pakan yang digunakan oleh peternak ayam ras petelur, yakni pakan semi
self mixing dan pakan total self mixing. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 Februari 2016
sampai dengan 28 Mei 2016. Lokasi pengambilan data di sejumlah peternak ayam ras petelur
di Kabupaten Blitar. Penelitian menggunakan metode survei dengan analisa kualitatif dan
kuantitatif. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui perbandingan penggunaan dua jenis
pakan terhadap performans produksi (konsumsi pakan, produksi telur, konversi pakan dan
deplesi) ayam ras petelur di Kabupaten Blitar. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata dalam
satu periode untuk harga pakan semi self mixing sebesar Rp. 5.031 per kg, konsumsi pakan
117,55 gram/ekor/hari, produksi telur 70,28%, konversi pakan 2,66 dan deplesi 20,50%;
sedangkan untuk pakan total self mixing harga pakan sebesar Rp. 4.752 per kg, konsumsi
pakan 118,23 gram/ekor/hari, produksi telur 71,75%, konversi pakan 2,65 dan deplesi
15,94%.

Kata kunci: peternakan ayam ras petelur, pakan semi self mixing, pakan total self mixing,
konsumsi pakan, produksi telur (HDP), konversi pakan dan deplesi.

PENDAHULUAN golongan usia, mudah didapatkan dan


diolah, murah dan ketersediaannya selalu
Peternakan ayam petelur ada. Sudaryani (2003), menjelaskan
merupakan salah satu usaha yang bahwa telur mempunyai kandungan protein
potensial untuk menghasilkan telur. Ayam tinggi dan mempunyai susunan protein
ras petelur adalah jenis unggas yang bisa yang lengkap, akan tetapi lemak yang
diambil manfaat dari telur dan dagingnya, terkandung didalamnya juga tinggi.
kebutuhan protein hewani sangat Pakan sebagai salah satu
bermanfaat bagi tubuh manusia sehingga penyusun segitiga emas berpengaruh
permintaan akan telur ayam terus terhadap peningkatan produksi ternak
meningkat, hal ini disebabkan semakin dalam memenuhi kebutuhan akan protein
meningkatnya pengetahuan dan hewani. Susunan formulasi pakan yang
kesadaran masyarakat akan kebutuhan memiliki keseimbangan nutrisi akan
gizi protein hewani. menghasilkan ternak ayam petelur kepada
Telur sebagai hasil utama dari performans produktifitas maksimal.
peternakan ayam petelur berperan sebagai Performans produksi ayam petelur dapat
sumber protein hewani memiliki kelebihan dilihat dari konsumsi pakan, produksi telur,
dibandingkan dengan bahan pangan yang konversi pakan dan deplesi. Pakan total
lain, yaitu telur merupakan bahan pangan self mixing sebagai salah satu jenis pakan
yang hampir 100% dapat dicerna dan yang dikenal di kalangan peternak ayam
diserap, dapat dikonsumsi oleh semua ras petelur banyak dijadikan alternatif

1
untuk mengoptimalkan performans Lokasi dan Waktu Penelitian
produksi dan juga menghemat Penelitian dilaksanakan di
pengeluaran khususnya biaya pakan. Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar.
Pakan yang mahal belum tentu Waktu pelaksanaan dimulai tanggal 28
membawa dampak positif bagi performans Februari 2016 sampai dengan 28 Mei
produksi (konsumsi pakan, produksi telur, 2016.
konversi pakan dan deplesi) begitu juga
sebaliknya. Hal ini sangat beralasan Metode Penelitian
dikarenakan pakan disusun atas dasar nilai Metode yang digunakan adalah
kecukupan kebutuhan nutrisi ayam petelur metode survei. Survei dilakukan ke
(Tillman dkk., 1986). Jenis pakan sudah beberapa peternak ayam ras petelur di
tentu akan membawa dampak yang Kabupaten Blitar, khususnya yang ada di
berbeda pada performans (konsumsi Kecamatan Srengat. Survei dimaksudkan
pakan, produksi telur, konversi pakan dan untuk mengumpulkan data primer dan
deplesi) produksi ayam ras petelur. Sultoni sekunder. Data primer diperoleh dengan
(2006), menjelaskan bahwa perlakuan cara memberikan daftar pertanyaan
berbagai macam konsentrat pabrikan (kuisioner) yang telah disiapkan kepada
memberikan pengaruh nyata terhadap responden, sedangkan untuk data
konsumsi pakan, akan tetapi tidak sekunder diperoleh dari catatan, recording
berpengaruh nyata terhadap Hen Day atau dokumen peternak terkait. Total
Production (HDP) dan konversi pakan. sampel yaitu sebanyak 30 peternak ayam
Permasalahan yang sering timbul di ras petelur.
kalangan peternak adalah terkait acuan Total sampel sebanyak 30 peternak
baik tidaknya kualitas pakan ayam petelur, di Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar
dimana hanya dilihat dari kandungan kemudian dilakukan pengelompokkan
protein. Protein merupakan suatu zat berdasarkan jenis pakan yang digunakan.
makanan yang amat penting bagi tubuh, Pengelompokkan tersebut bertujuan untuk
karena zat ini di samping berfungsi sebagai memudahkan dalam perhitungan analisis
bahan bakar dalam tubuh juga berfungsi performans produksi. Diperoleh 15
sebagai zat pembangunan dan zat peternak yang menggunakan jenis pakan
pengatur. Kasus di lapangan sering semi self mixing dan 15 peternak yang
dijumpai ada pabrikan pakan yang menggunakan jenis pakan total self mixing.
menggunakan bahan baku pakan bernilai
protein tinggi, akan tetapi nilai kecernaan Responden
protein bahan baku pakan tersebut sangat Responden dalam penelitian ini
rendah. Rendahnya nilai kecernaan adalah masyarakat yang berprofesi
tersebut akan berdampak negatif pada sebagai peternak ayam ras petelur di
performans produksi (konsumsi pakan, Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar.
produksi telur, konversi pakan dan deplesi) Jumlah respoden yang diambil adalah
ayam petelur. Parameter kualitas pakan sebanyak 30 peternak, yaitu 15 peternak
ayam petelur selain ditentukan oleh protein yang menggunakan jenis pakan semi self
kasar, juga ditentukan oleh bahan kering, mixing dan 15 peternak yang
kadar abu, serat kasar, lemak kasar dan menggunakan jenis pakan total self mixing.
gross energy (GE) yang dikonversi ke Analisis Data
metabolism energy (ME). Evaluasi Data yang dikumpulkan meliputi
terhadap kualitas pakan dilakukan dengan formula pakan, kandungan nutrisi pakan
menggunakan analisa proksimat. dan performans produksi (konsumsi pakan,
Berdasarkan gambaran di atas perlu produksi telur/HDP, konversi pakan dan
adanya suatu kajian terkait kualitas pakan, deplesi), kemudian dievaluasi berdasarkan
sehingga diharapkan akan didapatkan standar mutu pakan ayam ras petelur SNI
perfomans produksi yang optimal. 01-3929-2006.

Analisis Proksimat Pakan


Analisis proksimat pakan meliputi
MATERI DAN METODE PENELITIAN kandungan: bahan kering, abu, protein

2
kasar, serat kasar, lemak kasar dan gross Dari Tabel 1 dapat diketahui bahwa
energy (GE) yang kemudian ke metabolism jenis pakan semi self mixing menggunakan
energy (ME). Analisis proksimat digunakan bahan baku pakan yang lebih sederhana,
untuk menilai seberapa baik mutu kualitas
yakni jagung, konsentrat dan bekatul. Lain
pakan yang didasarkan pada SNI 01-3929-
2006 untuk pakan ayam ras petelur. hal dengan jenis pakan semi self mixing,
jenis pakan total self mixing lebih variatif
dalam penggunaan bahan baku pakan
Analisis Performans Produksi disesuaikan dengan ketersediaan bahan
Analisis performans produksi meliputi: baku dan pertimbangan harga.
 Konsumsi Pakan
Jagung dan bekatul tetap
Konsumsi pakan harian diperoleh
berdasarkan selisih antara jumlah pakan digunakan dalam jenis pakan total self
yang diberikan dikurangi sisa pakan dalam mixing, jagung difungsikan sebagai sumber
satu hari. Dihitung dengan persamaan: energi, sedangkan bekatul difungsikan
sebagai sumber serat kasar dan lemak
{(Pakan Yang Diberikan – Pakan Sisa) kg}
Konsumsi Pakan = × 1.000
Jumlah Ayam (ekor) kasar. Selain itu, jenis pakan total self
g
( )
ekor mixing juga menggunakan bungkil kedelai
(BKK), tepung daging (MBM) dan tepung
 Produksi Telur (HDP) daging unggas (PMM) yang difungsikan
Sudarmono (2003), menjelaskan
sebagai sumber protein dan asam amino
bahwa Hen Day Production (HDP) adalah
cara menghitung produksi telur harian. serta lemak kasar (Anggorodi, 1985).
Tujuan perhitungan HDP adalah untuk
mengetahui jumlah telur yang dihasilkan Garam di dalam pakan difungsikan
oleh sekelompok ayam pada umur tertentu. sebagai sumber mineral makro, yakni
Dihitung dengan persamaan: natrium (Na) dan klorida (Cl). Na dan Cl
Produksi Telur (butir)
berfungsi untuk menjaga keseimbangan
HDP = × 100% asam basa di dalam tubuh. Penggunaan
Jumlah Ayam (ekor)
garam dalam pakan tergantung dari kadar
 Konversi Pakan Na dan Cl standar dalam pakan. Jika kadar
Feed Convertion Ratio (FCR) atau
Na dan Cl dalam pakan kurang, maka
yang biasa disebut dengan konversi pakan
merupakan rasio antara jumlah pakan yang diperlukan penambahan garam. Jumlah
terkonsumsi (Feed Intake) dengan penggunaan garam dalam pakan yang
produksi telur yang dihasilkan dalam direkomendasikan sebesar 0,5-1%.
periode dan satuan yang sama. Dihitung Penggunaan garam tidak boleh terlalu
dengan persamaan: tinggi karena dapat menyebabkan
Jumlah Pakan Yang Dihabiskan Untuk Produksi Telur (kg) konsumsi air minum meningkat sehingga
Konversi Pakan =
Produksi Telur Yang Diperoleh (kg)
fases akan lebih basah (Amrullah, 2003).
 Deplesi
Charles (2000) lebih lanjut
Deplesi populasi atau penyusutan
jumlah ayam bisa berasal dari dua hal yaitu menjelaskan defisiensi mineral Na dan Cl
kematian dan afkir ayam (culling). Dihitung akan mengakibatkan gangguan dalam
dengan persamaan: fungsi selular dan distribusi air. Gejala
{(Jumlah Ayam Mati + Jumlah Ayam Culling) ekor}
ekstrim yang terjadi karena defisiensi
Deplesi = × 100% meniral Na dan Cl diantaranya adalah
Jumlah Populasi Awal (ekor)
hambatan pertumbuhan, penurunan
produksi telur, dehidrasi, gangguan
HASIL DAN PEMBAHASAN neomuskular dan dapat terjadi kematian.
Ayam ras petelur yang diberikan pakan
yang tidak mengandung garam akan

3
mengalami penurunan produksi telur Pakan yang diberikan pada ayam
secara drastis, penurunan ukuran telur, ras petelur harus sesuai kebutuhan, baik
penurunan berat badan dan kanibalisme. dari segi kualitas maupun kuantitas agar
dapat dimanfaatkan ternak untuk berbagai
Garam yang berlebih dalam pakan fungsi tubuhnya, yaitu hidup pokok dan
bersifat racun untuk ayam (dosis letal produksi telur. Penggunaan premix pada
sekitar 4 g/kg berat badan). Ayam muda jenis pakan total self mixing membawa nilai
biasanya lebih peka terhadap efek racun tambah dalam mengoptimalkan
dari garam dibandingkan dengan ayam produktivitas dan membantu meningkatkan
dewasa. Gejala keracunan garam pada pertumbuhan ternak (Mariyono dan
ayam meliputi tidak mampu berdiri, sangat Romjali, 2007). Premix merupakan
haus, kelemahan otot yang parah dan imbuhan pakan (feed additive) atau
adanya konvulsi (kejang) sebelum pelengkap pakan berupa vitamin, mineral
kematian (Charles, 2000). dan asam amino (feed supplement) yang
Grit terdiri atas batu kecil-kecil, pemberiannya dicampurkan ke dalam
kapur, pecahan granit dan kulit kerang. Grit pakan. Premix ditambahkan untuk
dibedakan menjadi dua macam, yakni grit mengganti atau mengimbangi berbagai
yang dapat dicerna dan grit yang sama vitamin yang tersedia secara tidak lengkap
sekali tidak dapat dicerna. Grit yang dapat dan kehilangan yang terjadi selama proses
pembuatan dan penyimpanan. Tujuan
dicerna terdiri atas kapur dan kulit kerang,
sedangkan grit yang tidak dapat dicerna penambahan premix adalah untuk
terdiri atas pecahan granit dan batu, meningkatkan asupan nutrisi agar ternak
dimana pada jenis pakan total self mixing mencapai kondisi optimal.
grit difungsikan untuk membantu proses
pencernaan makanan.

Tabel 1. Formula Pakan Semi Self Mixing dan Total Self Mixing

Ayam ras petelur yang tercukupi produktivitas ayam. Kebutuhan protein


secara nutrisi pakan akan tumbuh secara kasar pakan menurut standar SNI 01-3929-
optimal dengan produksi telur yang 2006 adalah minimal 16 persen. Protein
maksimal. Kebutuhan akan protein adalah pada ayam ras petelur berpengaruh bagi
sebagai salah satunya. Pemenuhan akan kesehatan ayam, seperti diketahui
kebutuhan protein yang baik akan sebelumnya bahwa protein bermanfaat
berdampak baik pada pertumbuhan dan untuk pertumbuhan, produksi telur dan

4
energinya, akan tetapi pemberian protein kembali setelah bertelur, maka diperlukan
berlebih akan mengakibatkan berat badan keseimbangan nutrisi pakan dan
bertambah dan hal ini yang menyebabkan konsumsinya untuk mencegah hal ini
ayam mengalami prolaps. Prolaps dapat terjadi (Fadilah, dkk., 2012).
terjadi ketika saluran telur tidak menarik

Tabel 2. Kualitas Pakan Semi Self Mixing dan Total Self Mixing

Tabel 2 menunjukkan kandungan sebagian gross energy terbuang dalam


protein kasar pakan jenis semi self mixing feses, urine, dan selebihnya berupa
lebih tinggi dibanding pakan total self metabolism energy. Metabolism energy
mixing, terdapat selisih 1,28 persen. merupakan energi yang siap untuk
Tingginya kandungan protein pakan pada dimanfaatkan oleh ternak dalam berbagai
jenis pakan semi self mixing bisa aktifitas seperti aktifitas fisik,
dimungkinkan karena adanya mempertahankan suhu tubuh,
penambahan bahan pakan sumber protein metabolisme, pembentukan jaringan,
fibrous (berserat), seperti keratin. Sumber reproduksi dan produksi (McDonald et al.,
keratin yang umumnya digunakan sebagai 1978).
bahan baku pakan adalah tepung bulu.
Keratin merupakan jenis protein berserat Kebutuhan metabolism energy
yang sangat sulit larut dan dicerna. Keratin pakan menurut standar SNI 01-3929-2006
mengandung 14-15 sistin. Daya cerna bisa adalah minimal 2.650 Kkal/kg. Metabolism
meningkat 70-80 persen jika diotoklaf pada energy sangat penting diketahui dalam
tekanan 15-20 selama 1 jam (Wahyu, proses penyusunan ransum dan nilainya
1991). dipengeruhi oleh kandungan dan
keseimbangan nutrisi bahan makanan, dan
Pakan merupakan sumber utama kandungan serat kasar yang merupakan
energi bagi ternak. Tabel 2 menunjukkan faktor utama dalam yang menentukan
kandungan gross energy maupun besarnya metabolism energy yang
metabolism energy jenis pakan total self mungkin dapat diacapai (McDonald et al.,
mixing lebih tinggi dibandingkan pakan 1978), oleh karena serat kasar dapat
semi self mixing. Energi tersebut berupa menurunkan kecernaan pakan.
gross energy dan dalam tubuh ternak

Tabel 3. Perfomans Produksi (Konsumsi Pakan, HDP, Konversi Pakan dan Deplesi)
Pakan Semi Self Mixing dan Total Self Mixing

Tabel 3 menunjukkan konsumsi sedangkan pakan semi self mixing adalah


pakan rata-rata untuk jenis pakan total self sebesar 117,55 g/ekor/hari. Angka
mixing adalah sebesar 118,23 g/ekor/hari, konsumsi pakan kedua jenis pakan masih

5
dalam batas standar konsumsi pakan ayam pada kondisi sakit atau mendapat
untuk ayam petelur. Anggorodi (1985), cekaman stress dapat menyebabkan
memaparkan bahwa konsumsi pakan produksi telur menurun (Sultoni, 2006).
untuk ayam petelur, yang sedang
berproduksi konsumsi pakan berkisar 100 - Feed Convertion Ratio (FCR) atau
120 g/ekor/hari. Faktor yang dapat yang biasa disebut dengan konversi pakan
mempengaruhi konsumsi ransum dan merupakan rasio antara jumlah pakan yang
kebutuhan protein pada ayam ras petelur, terkonsumsi (Feed Intake) dengan
diantaranya adalah besar dan bangsa, produksi telur yang dihasilkan dalam
suhu lingkungan, fase produksi, sistem periode dan satuan yang sama. Fungsi dari
perkandangan (sistem baterai atau lantai), perhitungan konversi pakan adalah untuk
ruang tempat makan per ekor, dipotong mengevaluasi kualitas dan kuantitas pakan
tidaknya paruh, kepadatan ayam, yang diberikan dan selanjutnya
tersedianya air minum, kesehatan dan dikonversikan menjadi produksi dalam 1 kg
kandungan energi dalam ransum. telur.

Hen Day Production (HDP) adalah Tabel 3 menunjukkan nilai konversi


cara menghitung produksi telur harian. pakan untuk jenis pakan total self mixing
Perhitungannya adalah jumlah telur dibagi lebih rendah sebesar 0,0124 dibandingkan
jumlah ayam dikali 100%. Tabel 3 juga pakan semi self mixing. Angka tersebut
menunjukkan rata-rata produksi telur menandakan bahwa jenis pakan total self
(HDP) peternak total self mixing selama mixing lebih efisien dibandingkan pakan
satu periode adalah sebesar 71,75%. semi self mixing. Adanya perbendaan nilai
Rata-rata produksi telur (HDP) ayam konversi pakan tersebut dikarenakan
petelur selama satu periode adalah adanya faktor-faktor yang mempengaruhi,
sebesar 70 - 75% (Fadilah, dkk., 2012). diantaranya adalah produksi telur,
Adanya perbedaan angka HDP dari kandungan energi metabolisme ransum,
peternak responden dikarenakan besar tubuh, kecukupan zat makanan
beberapa faktor. North and Bell (1990), dalam ransum, suhu lingkungan, dan
menyatakan bahwa jumlah telur yang kesehatan ternak (Sarwono, 1991). Faktor
dihasilkan selama fase produksi sangat di lain yang dapat mempengaruhi konversi
tentukan oleh perlakuan yang diterima pakan yaitu bentuk pakan ternak, strain,
termasuk pada fase starter dan grower kandungan nutrisi ransum, jenis kelamin
khususnya imbangan nilai gizi pakan yang serta suhu.
diberikan. Penurunan rataan produksi telur Deplesi merupakan sebuah tolak
tergantung pada lingkungan, kualitas ukur keberhasilan suatu peternakan.
pakan, pemberian pakan, strain dan faktor Deplesi populasi atau penyusutan jumlah
manajemen.
ayam bisa berasal dari dua hal yaitu
Tingginya rata-rata produksi telur kematian dan afkir ayam (culling). Semakin
(HDP) pada jenis pakan total self mixing rendah angka deplesi maka suatu usaha
dikarenakan kontribusi yang cukup peternakan tersebut dikatakan berhasil,
terhadap pemenuhan zat gizi pada pakan, baik secara faktor pemilihan bibit,
baik terutama kandungan protein tercerna, pemberian ransum pakan dan baik secara
keseimbangan asam amino dan energi taat kelola manajemen (Yunus, 2009).
metabolisme. Selain itu kondisi kesehatan Tabel 3 menunjukkan rata-rata deplesi
unggas dan tingkat stress pada ayam juga untuk jenis pakan total self mixing sebesar
berpengaruh pada hasil produksi. Apabila 15,94%, sedangkan pakan semi self mixing
sebesar 20,50%. Rata-rata angka deplesi

6
tersebut masih di atas standar maksimum seperti kandungan abu, serat kasar,
deplesi selama satu periode, yakni 10% lemak kasar, metabolism energy,
(Banong, 2012). kalsium, fosfor, dan juga asam amino
dalam pakan untuk memaksimalkan
Rendahnya deplesi bisa didukung performans produksi.
oleh tiga faktor penting, yakni faktor bibit 2. Pertimbangan harga pakan penting
untuk mengefisienkan biaya pakan,
yang baik, nutrisi pakan yang mencukupi
akan tetapi tidak berarti meninggalkan
baik kuantitas maupun kualitas dan pertimbangan akan kebutuhan nutrisi
manajemen pemeliharaan yang baik. ternak yang sudah tertera pada standar
SNI 01-3929-2006.
Mortalitas ditentukan oleh banyak
faktor seperti kesalahan manajemen DAFTAR PUSTAKA
pemeliharaan dan infeksi bibit penyakit,
untuk mencegah tingginya angka Amrullah, I.K. 2003. Nutrisi Ayam Petelur.
mortalitas maka diperlukan langkah untuk Lembaga Satu Gunung Budi.
Bogor.
meminimalkan faktor penyebab mortalitas.
Mortalitas akan mempengaruhi nilai Anggorodi, 1985. Kemajuan Mutakhir
penyusutan ayam. Standar mortalitas Dalam Ilmu Makanan Ternak
ayam petelur selama masa grower 2-3%, Unggas. UI Press. Jakarta.
sedangkan pada masa produksi 4 – 7%
Badan Pusat Statistik Kabupaten Blitar,
(Lohman Management Guide, 2007). 2013. Jumlah Ternak Yang
Dipelihara Oleh Rumah
KESIMPULAN DAN SARAN TanggaUsaha Peternakan
Menurut Kecamatan dan Jenis
KESIMPULAN Ternak.
1. Berdasarkan jenis bahan baku bakan http://blitarkab.bps.go.id/linkTabel
yang digunakan, jenis pakan semi self Statis/view/id/301. Diakses 16
mixing lebih sederhana karena hanya November 2015 Pukul 18.30.
berbahan jagung, konsentrat dan
bekatul, sedangkan jenis pakan total Banong, S., 2012. Manajemen Industri
self mixing bahan baku pakan yang Ayam Ras Petelur. Masagena
digunakan lebih variatif, selain jagung Press. Makassar.
dan bekatul juga menggunakan SBM,
MBM, PMM, grit, garam dan premix. Charles R.T. 2000. Penyakit Ayam dan
2. Berdasarkan analisis proksimat Penanggulangannya, Volume I,
keseimbangan nutrisi jenis pakan total Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
self mixing lebih baik dibandingkan
pakan semi self mixing berdasarkan Fadilah, R. dan Fatkhuroji., 2014.
stardar SNI 01-3929-2006. Memaksimalkan Produksi Ayam
3. Berdasarkan performans produksi Ras Petelur. PT. Agro Medika
secara umum jenis pakan total self Pustaka. Jakarta.
mixing lebih optimal dibandingkan
pakan semi self mixing. Mariyono dan Romjali., E., 2007. Petunjuk
Teknis Teknologi Inovasi Pakan
SARAN Murah Untuk Usaha Pembibitan
1. Melihat dari hasil analisis analisis Sapi Potong. Pusat Penelitian dan
proksimat pakan, sebaiknya peternak Pengembangan Peternakan.
ayam ras petelur perlu memperhatikan Pasuruan.
keseimbangan kandungan nutrisi McDonald, P., R.A. Edward, and J.F.D.
pakan. Pakan bermutu tidak semata
Greenhalgh. 1978. Animal Nutrition.
ditentukan dari tinggi rendahnya
kandungan protein kasar, akan juga John Willey and Sons Inc., New
ditentukan dari unsur nutrisi yang lain, York. P. 96-105.

7
North, M.O. and D.D., Bell., 1990.
Commercial Chicken Production
Manual. 4th Edition. Published By
Van Nostrand Reinhald. New
York.

Sarwono, B., 1991. Beternak Ayam Buras.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Sudarmono, A.S., 2003. Pedoman


Pemeliharaan Ayam Ras Petelur.
Kanisius.Jakarta.

Sudaryani, T., 2003. Kualitas Telur.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Sultoni, A.; A. Malik, dan W. Widodo.,


2006. Pengaruh Penggunaan
Berbagai Konsentrat Pabrikan
terhadap Optimalisasi Konsumsi
Pakan, Hen Day Production, dan
Konversi Pakan. Jurnal Protein.
Vol. 14 (2): 103-105.

Sutawi, 1999. Siklus Gejolak Agribisnis


Ayam Ras. Poultry Indonesia.
Jakarta.

Tillman, D.A.; H. Hartadi, S. Prawiro, dan


Lebdosoekodjo., 1986. Ilmu
Makanan Ternak Dasar. Cetakan
Ketiga. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.

Wahyu, 1991. Ilmu Nutrisi Unggas. Gajah


Mada University Press.
Yogyakarta.

Yunus, R.,2009. Analisis Efisiensi Produksi


Usaha Peternakan Ayam Ras
Pedaging Pola Kemitraan Dan
Mandiri Di Kota Palu Provinsi
Sulawesi Tengah. Tesis Program
Studi Magister Ilmu Ekonomi Dan
Studi Pembangunan Universitas
Diponegoro Semarang.
Semarang.

Anda mungkin juga menyukai