Anda di halaman 1dari 11

Workshop Kambing (Manajemen perkandangan, Sanitasi, dan pencegahan penyakit)

 Landasan ini di karenakan masih banyak peternak yang masih berpola tradisional,
kurangnya informasi, kurang pengertian tentang perkandangan, belum paham dan
belum menyadari penting sanitasi kandang yang berdampak terhadap kesehatan
ternak
 Hal ini lah masih banyak peternak yang merasa gagal dalam beternak khususnya
untuk kambig. Kambing merupakan salah satu ternak yang mudah untuk di
ternakan dan dapat di gunakan sebagai konsumsi. Namun di masyarakan kambing
ini hanya menyumbangkan beberapa persen di akibatkan pertambahan bobot
badan yang kurang di karenakan dari system pemiliharaan yang kurang baik.
 Ada beberapa hal pokok yang harus di perhatikan dalam usaha ternak kambing
antara lain :
 Mengenal bangsa atau jenis kambing, karena tiap jenis kambing memillki
karateristik masing-masing yang mempengaruhi pertambahan bobot badan
 Ciri-ciri kambing untuk bibit. Usahakan cek terlebih dahulu kondisi fisik bibit
yang akan di beli
 Bahan pakan yang di gunakan serta cara pemberian
 Tata laksana (pemberian pakan, sanitasi kandang, pencegahan penyakit)
 Mengenal jenis kambing pedaging, ada beberapa jenis kambing yang di ternakan
sebagai hewan potong antaa lain :
 Kambing kacang, asli dari Indonesia dengan ciri badan kecil, pendek.
Telinga pendek, tegak, lehe pendek, punggung meninggi, bertanduk (jantan
dan betina), tinggi badan 55 – 65 cm, bobot hidup jantan ± 25 kg betina ±
20 kg
 Kambing peranakan etawa, persilangan antara local dengan etawa, dengan
ciri telinga panjang 18 – 30 cm, bobot hidup dewasa jantan 40 kg betina 35
kg
 Kambing boer, salah satu kambing pedaging yang memiliki pertumbuhan
cepat, umur 5-6 bulan memiliki bobot 34-45 kg dengan PBBH 0,02-0,04 kg
per hari, umur 2-3 tahun dewasa jantan 120kg-150 kg dan betina 80-90 kg.
 Kambing Gembrong, terdapat di Bali, tubuhnya lebih besar dari kambing
kacang
Kambing di ambil susunya :
 Kambing saanen, memliki bulu cukup pendek di bandingkan dengan
kambing lain, berwarna putih, ekor tipis dan pendek, jantan dan betina tidak
memliki tanduk, memiliki bobot untuk jantan dewasa 68-91 kg dan betina
36-63 kg, tinggi 81 cm memliki bobot 61 kg dan dengan tinggi mencapai 91
cm memiliki bobot 81 kg
 Kambing etawah, asli dari Jamnapari India dengan ciri hidung melengkung,
telinga panjang 30 cm, kaki panjang, jantan dan betina bertanduk, tinggi
badan 90 – 127 cm betina 76 – 92 cm, bobot dewasa jantan 68 – 91 kg
betina 36 – 63 kg, rataan hasil produksi susu ± 3 liter/ekor/hari dengan
ambing relative lebih besar.
 Untuk memilih calon bibit perlu di perhatikan hal berikut :
 Jantan : tubuh yang sehat, besar, tidak cacat, dada lebar, kaki lurus, gagah,
aktif, nafsu kawin tinggi, buah zakar normal (2 sama besar), alat kelamin
kenyal dan dapat ereksi, bulu bersih dan mengkilat.
 Betina : sehat, tidak terlalu gemuk,tidak cacat tubuh, kaki lurus, alat kelamin
normal, memiliki sifat keibuan, ambing normal, memiliki keturanan yang
produksi bagus, bulu bersih dan mengkilat, panggul besar.
 Untuk memilih bibit untuk umur juga harus di perhatikan yakni berumur satu tahun
atau sudah “poel” atau tanggal gigi. Penentuan umur bisa di lihat dari pertumbuhan
gigi dengan cara membuka mulut kambing atau domba di lihat bagian gigi susu
atau gigi depan sudah berganti dengan gigi permanen yang menandakan bahwa
kambing tersebut sudah cukup umur.
 Mengatur perkawinan, dewasa kelamin pada umumnya umur 6 – 8 bulan sudah
mulai birahi. Umur pertama di kawinkan 10 – 12 bulan untuk betina, untuk jantan
lebih dari 1 tahun.
 Tanda – tanda birahi :
 Gelisah
 A3 (abang, aboh, anget)
 Vulva memerah peningkatan
 Ekor di gesek2 kan
 Diam bila di naiki pejantan
 Nafsu makan turun
 Keluar leleran lendir bening
 Lama birahi ±30 jam sikuls birahi 17 hari.
 Waktu yang tepat untuk mengawinkan 12-18 jam setelah tanda2 birahi terlihat/.
Untuk memudahkan perkawinan jadikan satu dalam kandang. Hindari perkawinan
antar saudara, anak dengan bapak atau dengan induk.
 Pemeliharaan induk bunting, setelah kawin apabila bunting kambing telihat
tenang, nafsu makan meningkat dan tidak birahi 19 hari berikutnya.
 Tanda – tanda induk yang akan melahirkan :
 Pinggul mengendur
 Ambing sangat besar dan putting susu terisi penuh
 Alat kelamin (vulva) membengkak, warna merah dan lembab
 Gelisah, menggaruk-garuk lantai kandang, dan mengembik
 Nafsu makan menurun
 Jika posisi anak menjelang kelahiran ada kendala segera di tolong (dokter hewan
atau petugas setempat) apabila tidak segera di tangani menyebabkan kematian
pada induk karena abis tenaga dan anak yang tidak segera keluar.
 Ada beberapa system pemeliharaan yang dapat di gunakan dan masing-masing
memiliki kelebihan dan kekurangan pada perkembangan ternak, antara lain :
 Sistem ekstensif, membiarkan hewan/di umbar dan mencari makan sendiri.
Biasanya di gembalakan pada ladang atau tegalan. Hasil dari system ini
tidak optimal karena pertambahan bobot badan tidak terlalu signifikan.
 Intensif, pemeliharaan di lakukan dalam kandang dan makanan di
sediakan. Biasanya system ini di gunakan untuk feedlot/penggemukan.
Pada system ini di batasi ruang geraknya sehingga exercise yang di
lakukan sangat minim dan pakan yang di konsumsi tidak di olah menjadi
energy melainkan menjadi daging dan meningkatkan bobot badan.
 Campur intensif dan ekstensif, dalam system ini ternak di pelihara pada 2
waktu. Pada waktu tertentu di biarkan pad ladang mencari makan sendiri
biasanya pada pagi hari sampai menjelang siang kemudian pada waktu
tertentu di masukkan dalam kandang di pelihara secara intensif.
 Tatalaksana meliputi kandang :
 Kandang memliki fungsi sebagai tempat berlindung dari panas dan hujan, tempat
istirahat, makan minum dan tempat bereproduksi sehingga memiliki peranan yang
sangat penting.
 Kandang yang ideal untuk kambing harus nyaman, mudah tatalaksana
pemeliharaan serta efisien.
 Letak kandang:
 Kandang dibuat relative lebih tinggi dari daerah sekitar mencegah
terjadinya banjir, tidak lembab, jauh dari kebisingan
 Sirkulasi udara teratur, terhindar dari angin kencang
 Mendapatkan sinar matahari cukup
 Jauh dari pemukiman penduduk karena dapat mengakibatkan penularan
penyakit atau hal yang lain
 Dekat dengan sumber air, sumber air tidak tercemar oleh bahan-bahan
yang membahayakan ternak
 Lokasi mudah di jangkau
 Mudah di awasi oleh peternak
 Transpotasi mudah di akeses
 Bahan yang di gunakan untuk kandang memiliki bahan yang cukup kuat tetapi
dapat terjangkau dari segi harga seperti kayu atau bamboo, bahan mudah di
dapat, konstruksi bahan tidak mudah lapuk.
 Konstruksi kandang :
- Atap diusahakan dari bahan atap ringan, memiliki daya serap panas relative
kecil. Lokasi kandang jika daerah panas bisa menggunakan rumbia
sedangkan daerah dingin menggunakan seng di buat sedikit miring agar air
hujan dapat mengalir
- Dinding terbuat dari papan yang kuat agar bisa menahan angin serat suhu
udara ekstrim
- Tinggi kandang dari tanah 50 – 70 cm, dari alas ke atap kurang lebih 2
meter tujuannya agar sirkulasi udara lebih baik kandang menjadi lebih sejuk
sehingga ternak tidak stress.
- Lantai di buat sedikit miring agar air kencing mengalir keluar, lebar bilah ±
3cm, jarak antar bilah 1,5 cm, jarak lantai dari permukaan tanah 60-80 cm
- Kolong di gali sedalam >20 cm terapat saluran yang mengarah ke bak
penampungan
- Penampungan kotoran jarak ± 10 m dari kandang dan pemukiman
penduduk
 Model kandang ada 2, kandang panggung dan kandang lemprak
 Kandang panggung :
 Alas dari terbuat dari kayu, celah di buat 1,5 - 2 cm
 Dinding kandang di buat dengan tinggi 70 – 80 cm
 Tinggi panggung dari tanah 50 – 70 cm, tinggi alas – atas kandang 2 meter
 Ukuran palung pakan 25 – 40 cm, lebar atas 40 – 50 cm, kedalaman palung
30 – 40 cm
 Lubang kepala untuk mencapai pakan 20 – 25 cm
 Kandang lemprak
 Kandang lemprak tidak di lengkapi dengan alas kayu langsung dari tanah
bercampur dengan sisa pakan dan kotoran
 Alas di balik 3 – 6 bulan di gunakan sebagai pupuk kandang

Kelebihan kandang panggung Kekurangan kandang panggung


Relatif mudah di bersihkan dan lebih Biaya lebih mahal untuk pembuatan
kering
Memudahkan pemberian pakan dan Resiko resiko kecelakaan ternak
minum terperosok
Dapat menekan pertumbuhan Kandang terlalu berat memikul beban
parasite, bakteri, jamur ternak
Terhindar dari gangguan binatang lain
Resiko terkena cacingan lebih rendah

Kelebihan kandang lantai tanah Kekurangan kandang lantai tanah


Biaya lebih murah Gampang lembab
Konstuksi bangunan lebih sederhana Rentan terkena penyakit terutama
cacingan
Resiko ternak teperosok dapat di Kebersihan kurang terjamin
hindari
Kandang tidak memikul beban ternak
Kelebihan kandang lemprak Kekurangan kandang lemprak
Biaya lebih murah Gampang lembab
Konstruksi lebih sederhana Lebih rentan terkena penyakit terutama
cacingan
Resiko ternak terperosok dapat di hindari Kebersihan kurang terjamin

 Jenis kandang berdasarkan fungsinya :


 Koloni, tidak ada penyekat biasanya untuk membesarkan bakalan/betina
calon indukandengan luas kandang di sesuaikan dengan ukuran tubuh ternak
dan jumlah ternak :
 kambing bakalan/sapihan umur 3-7 bulan dengan luas kandang 1 x 0,75
m2/ekor dengan jumlah 1 ekor dalam kandang.
 bakalan umur 7-12 bulan dengan luas lantai 0,75 m2/ekor,
 calon indukan >12 bulan memerlukan luas lantai 1 m2/ekor
 Individual, kandang di sekat-sekat hanya 1 ekor dalam kandang. Biasanya di
gunakan pada kambing kereman atau penggemukan
 Kandang jantan, berfungsi sebagai tempat mengawinkan dengan betina. Luas
kandang 2,5-3 m2/ekor
 Kandang indukan, diisi dengan kambing yang akan dan baru melahirkan.
Seekor indukan kambing memerlukan luas lantai sekitar 1 m x 1,5 m/ 1,5 m2
per ekor dan anaknya 0,2 mx 0,2 m / 0,004 m2/ekor.
 Kandang pembesaran di gunakan untuk memelihara anak kambing sapih-
remaja. Di kandang ini tujuannya untuk penggemukan bisa juga di gunakan
sebagai kandang koloni untuk memelihara kambing betina sebelum bunting
atau kambing jantan 6 – 7 bulan. Luas kandang 1-2 m2/ekor dengan jumlah
maksimal 50 – 60 ekor.
 Ukuran kandang anak lepas sapih 1 x 1,2 m/2 ekor
 Kambing dara /betina dewasa 1 x 1,2 m
 Perlengkapan kandang
 Tempat pakan, biasanya di luar ruang kandang dengan ukuran lebar dasar 25
cm, lebar atas 50 cm, tinggi 50 cm, lebar ruji kepala 30 cm, tinggi dasar palung
dari lantai 25 cm.
 Tempat minum bisa terbuat dari ember atau yang lain dengan tinggi 25 cm
diameter 27 cm.
 Bak penampungan kotoran
 Terdapat gudang pakan dan peralatan dalam kandang
 Pemberian pakan :
 Pakan untuk kambing di utamakan adalah hijauan dan juga dapat di tambahkan
dengan pemberian konsentrat sebagai sumber energy. Pemberian hijaun juga
harus diperhatikan kualitas dari hijauan itu sendiri. Kualitas hijauan pakan
merupakan fungsi dari umur tanaman dan rasio daun/batang. Semakin tua umur
tanaman semakin rendah kualitas gizinya karena kandungan protein yang
menurun, serat kasar yang naik, kecernaan berkurang. Oleh karena itu perlu
adanya seleksi hijauan di lihat dari umur tanaman dan rasio daun/batang.
 Cara memilih hijauan pakan :
 Pilih tanaman relative muda ± 35-42 hari
 Berimbang antara daun dan batang utamakan daun lebih banyak
 Gunakan lebih dari 1 jenis hijauan
 Pilih tanaman legume karena sangat baik sebagai sumber protein (daun
lamtoro, kaliandra, turi, gamal dll)
 Frekuensi pemberian pakan hijauan :
 Upayakan konsumsi pakan maksimal
 Konsumsi pakan meningkat bila frekuensi pemberian meningkat
 Pemberian ideal 3 x sehari
 Berikan jumlah banyak pada sore hari, pagi hari sedang, siang sedikit saja
 Jumlah kebutuhan hiajaun sebanyak 10-20 % dari bobot badan ternak, berikut ini
jumlah pemberian pakan menurut fasenya :
 Anak sapih 2 – 3 kg/ekor/hari
 Dara/pejantan 4-5 kg/ekor/hari
 Indukan/pejantan 5-6 kg/ekor/hari
 Untuk pemberian pada saat bunting di tingkatkan 3x dari yang tidak bunting. Saat
usia kebuntingan 3 bulan kebutuhan gizi sangat tinggi karena pertumbuhan cempe
mencapai 70-75% oleh karena itu kebutuhan protein dan energy sangat di
butuhkan jika kekurangan mengakibatkan bobot lahir kurang, lemah dan mati.
Untuk pemberian pakan masa bunting :
 60% rumput 40% legume
 Pakan konsentrat 0,5 – 1 kg/hari
 Air ad libitum
 Untuk induk menyusui, paling banyak membuthkan nutrisi sebagai proses
menyusui dan perbaikan kondisi pasca melahirkan. Untuk ratio pemberian rumput
50% legume 50% dan konsentrat 0,5-1 kg/ekor/hari air minum ad libitum.
 Pemeliharaan kesehatan lingkungan
 Sanitasi kandang, salah satu pencegahan penularan penyakit. Sanitasi
kandang di lakukan setiap hari meliputi pembersihan tempat pakan, sisa
pakan di sapu, pembersihan kotoran dalam kandang dan di bawah kandang.
 Disinfeksi kandang, tujuan untuk membunuh MO yang menempel pada
kandang. Kegiatan ini di lakukan setiap 2 bulan sekali atau tergantung
kondisi lapangan.
 Pemeliharaan kesehatan ternak
 Memandikan ternak dapat di lakukan rutin seminggu sekali untuk betina
setiap sebulan sekali.
 Potong kuku, kuku yang panjang akan mengganggu pertumbuhan
khususnya pada anakan. Jika hal ini terjadi akan mengurangi aktifitas anak
karena cara berjalan terganggu. Cara berjalan ini akan terus terbawa sampai
dewasa yang akan menurunkan nilai jual.
 Pada ternak dewasa pemotongan bertujuan sebagai preventif penyakit kuku
(pododermatitis), adanya jamur Pada jantan akan mengganggu proses
perkawinan karena tidak bisa bediri dengan sempurna. Pemotongan kuku di
mulai dari umur 6 bulan dan di lakukan 6 bulan sekali.
 Pencukuran untuk menjaga kesehatan ternak dari parasite kutu dan pinjal.
Selain itu untuk pejantan sebagai estetik. Pencukuran di lakukan 6 bulan
sekali untuk betina 2 bulan sekali untuk jantan untuk anakan di potong umur
6 bulan.
 Cek gudang penyimpanan pakan secara rutin untuk mencegah adanya
pakan yang tekontaminasi oleh jamur yang bisa menyebabkan keracunan
karena gudang cenderung lembab rentan tumbuh jamur.
 Penyakit yang penting pada kambing dan domba
Penyakit di sebabkan oleh bakteri, parasite, jamur, virus, metabolic.
 Penyakit bacterial
 Antraks
Penyebab : Bacillus anthracis bersifat spora yang dapat menular melalui
kontak langsung atau udara. Penyakit ini menular pada manusia atau lebih
di kenal dengan zoonosis.
GK : demam tinggi >41,50c, tidak nafsu makan, permukaan mulut dan mata
merh tua sampai ungu, kadang di sertai diare berdarah dan air kencing,
nafas cepat, rongga mulut, lubang kelamin, daerah anus bengkak, pasca
mati akan kelua darah dari semua lubang anggota tubuh, darah cair tidak
beku dan limpa bengkak
Pengobatan : antibiotic yang banyak di gunakan tetracycline dan penicillin
dosis tinggi
Pencegahan : vaksinasi, ternak yang mati tidak boleh di buka karena spora
dapat terbawa udara dan mencemari lingkungan sekitar. Hewan mati harus
segera di kubur/di bakar. Untuk di kubur harus dengan kedalaman 2,5 meter.
Jangan membeli ternak di daerah yang tertular.
 Foot root (busuk kuku)
GK: pincang, kuku terkoyak, membusuk di sertai bau busuk nanah
Penyebab: bakteri fusiformis nodosus, ada ternak yang terkena menular
melalu tanah dan menempel pada kaki ternak yang sehat, tanah becek dan
lingkungan kotor.
Pengobatan dan pencegahan: potong jaringan yang busuk sampai
mengelupas terlihat jaringan yang sehat, semprot 10% Pb(SO4) + karantina
hewan. Potong kuku secara teratur 6 bulan sekali
 Pink eye :
GK: Mata berair, kemerahan, bengkak pada kelopak mata, cenderung
menghindari sinar, selaput mata berubah menjadi keruh, pembuluh arah
tampak jelas, dari bening-keruh (putih) menonjol dan borok-mengalami
kebutaan semu jika borok pecah menyebabkan kebutaan permanen.
Penyebab : kontak langsung, di bawa serangga, iritasi debu, goresan/luka +
kontaminasi bakteri
Pengobatan dan pencegahan : pemberian antibiotic gol. Tetracycline salep
1-4 minggu, kandangkan pada tempat teduh dan pisahkan yang sakit
dengan sehat.
 Penumonia
GK : Demam, ingusan, batuk, nafas berat dan pendek sehingga bernafas
melalui mulut, karena paru2 sakit hewan tidak mau bergerak
Penyebab: bakteri mycoplasma, virus parainfluenza tipe 3, penyebaran di
akibat amoniak dapat merusak dinding saluran pernafasan mengakibatkan
susah bernafas, bernafas cepat menyebabkan kematian/lambat
Pengobatan dan pencegahan : sanitasi kandang, pemberian pakan dan
multivitamin untuk meningkatka kekebalan tubuh, pengobatan dengan AB
gol Sulfa.
 Mastitis
GK: demam, tidak mau menyusui, ambing memerah sakit jika di pegang,
susu yang di hasilkan berubah warna dan konsistensi menjadi pucat dan
lebih encer, penurunan produksi susu.
Penyebab : Bakteri Stapylococcus aureus, perlakuan kasar saat pemerahan
yang menyebabkan luka dan kurang bersihnya peralatan yang di gunakan
untuk memerah
Pengobatan dan pencegahan: suntik ab melalui intramamary dan juga im ab
untuk pengobatan terhadap bakteri agar tidak menjalar, bersihkan alat perah
dengan disinfektan, sanitasi lingkungan, gunakan vaselin pada saat
memerah untuk mencegah adanya luka pada saat memerah.
 Penyakit viral
 Orf
GK : peradangan sekitar mulut , kelopak mata dll, perdangan menjadi lepuh
mengeluarkan cairan kemudian mongering mengelupas 1-2 minggu, dapat
mengakibatkan kematian karena susah makan.
Penyebab dan penyebaran: di sebabkan oleh virus golongan parapox, pada
suhu kamar virus ini bisa hidup 15 th, hewan yang sembuh bisa kebal
terhadap penyakit ini, menyeba melalui luka, kontak langsung dan hewan
menyusui, dapat menyerang semua umur.
Pengobatan dan pencegahan: pemberian multivamin memperbaiki kondisi
tubuh, salep antibiotic, iodium tincture (obat merah), vaksinasi
 Penyakit metabolic
 Acidosis (asam lebih dalam darah)
GK : kembung, tidak mau makan, mencret, dehidrasi, gerakan rumen
berhenti dan terasa berair, lemah, tidak mampu berdiri, jika tidak segera di
obati akan mati.
Penyebab: pemberian sumber karbo yang rendah serat (konsentrat) terlalu
banyak sehingga rumen menjadi asam.
Pengobatan dan pencegahan : pemberian minyak nabati, pemberian
antasida, hewan di ajak berjalan, hindari pemberian konsentrat dalam
jumlah banyak.
 Tympani/kembung
GK : Sakit, diam, tidak mau makan, sulit bernafas, perut bagian sebelah kiri
lebih besar dan jika di tepuk2 bersuara, susah berjalan, jika tidak segera di
obati bisa menyebabkan kematian.
Penyebab : ketidakmampuan untuk meghilangkan gas yang di hasilkan
rumen karena pemberian leguminosa yang terlalu banyak dan mudah
terjadinya ferentasi dalam perut dan menghasilkan asam.
Pengobatan dan pencegahan: paksakan hewan untuk berdiri atau berjalan,
rangsang air liur untuk membantu mengurangi kembung, cekokan minyak
kelapa 100-200ml, cara terkhir dengan menggunakan trocar.
 Milk fever
GK : berjalan terhuyung atau dengan kaki di seret, sembelit, tidak mampu
berdiri, kepala menengok ke samping seperti membentuk huruf “S”,
biasanya terjadi menjelang melahirkan – beberapa waktu setelah
melahirkan
Penyebab: kekurangan kadar kalsium darah karena hewan tidak bisa
melepaskan kalsium dalam tulang secara nomal untuk produksi susu oleh
karena itu menggunakan kalsium dalam darah.
Pengobatan dan pencegahan: obat larutan 25% kalsium boroglukonat 50 –
100 ml untuk kambing dan domba melalui IV atau subcutan, pencegahan
dengan pemberian jerami rumput tanda leguminosa selama bunting, setelah
anak lahir berikan kalsium dosis tinggi/pemberian leguminosa.
 Mencret
GK : Kotoran lembek sampai cair, tekadang bercampur darah atau
bercampur dengan lendir, bulu kusam, kurus, tidak nafsu makan, lesu.
Penyebab : Bakteri => pada anak baru lahir telat pemberian kolustrum
Parasit => pada anak di bawah umu 2 bulan, kontaminasi pakan
terhadap cacing atau parasite dan kandang kotor
Non infeksi => kandang kotor, pemberian serat kasar tinggi
Pengobatan dan pencegahan : pemberian antibiotic yang tepat jika di
sebabkan oleh bakteri, pemberian kolustrum secepatnya pada awal lahir
dan berikan obat cacing secara teratur.
 Penyakit Parasit
 Coccidiosis (protozoa)
GK : nafsu makan menurun, diare berdarah kehitaman + lendir, merejan,
pucat, kematian 15%
Penyebab : Eimeria sp, termakannya telur oleh hewan memalu pakan dan
minum tercemar, sering terjadi pada kandang yang kotor
Pengobatan dan pencegahan : pemberian obat gol sulfa, sanitasi yang baik
dan pisahkan hewan yang sakit, kurangi kepadatan dan stress, pisahkan
anakan dengan indukan.
 Cacingan
GK : petumbuhan menurun, bengkak bawah rahang, perut membesar, bulu
kusam dan rontok, diare + cacing ikut keluar, anemia
Penyebab dan penyebaran : semua jenis cacing, kesalahan dalam
pemberian pakan, kandang kotor dan lembab
Pengobatan dan pencegahan: pemberian obat cacing secara teratur 3-6
bulan sekali, tidak memberikan rumput basah langsung lebih baik di layukan,
tidak menggembalakan tenak di area dekat sungai.
 Kudis
GK : bulu rontok, terdapat keropeng di permukaan kulit, keropeng akan
berubah menjadi luka sampai berdarah
Penyebab: tungau (Sarcoptes scabie) dan demodex dengan kontak
langsung dengan hewan penderita
Pengobatan : suntik invermectin dan memandikan ternak secara teratur.
 Myasis
GK: luka yang terbuka dan basah yang berisis belatung
Penyebab: lalat Chrysomya bezziana dan musca domestika yang
meletakkan telur pada luka terbuka, kandang kotor
Pengobatan dan pencegahan: sanitasi kandang agar tidak ada lalat,
bersihkan luka dari belatung sampai bersih, kemudian luka di cuci dengan
larutan PK kemudian injek dengan antibiotic agar infeksi tidak menyebar dan
semprot gusanex untuk mengahalau lalat datang.
 Penyakit Mikal
 Ringworm
GK : ada bercak merah, bulu rontok, kemudian berkembang menjadi
benjolan kecil seperti cicin, menyerang pada telinga, kaki, muka
Penyebab: oleh cendawan dermatophyta, spora hidup pada tinja, tanah,
jerami, penyebaran kontak langsung.
Pengobatan dan pencegahan : penggunaan antibiotic sulfa atau asam
salisilat atau dengan pemberian minyak tanah, pencegahan isolasi ternak
yang sakit dan sanitasi kandang untuk mencegahpenyebaran penyakit.
 Macam-macam obat tradisional yang dapat di gunakan sebagai pengobatan
 Obat tetes mata => perasan jeruk nipis, air teh dan garam, buah leunca
matang
 Obat kudis => belerang + oli bekas (60-70%) (2:3), insektisida 0,1%,
lengkuas, garam dapur, kunyit dan minyak kelapa. Notes: Semua
penobatan di lakukan dengan cara membagi bagian tubuh dan di lakukan
setiap hari pada satu bagian saja. Setelah semua terobati pada hari ketiga
maka hari keempat dan kelima pengobatan di hentikan sementara. Pada
hari ke enam di ulangi lagi dan selajutnya seperti itu.
 Obat mencret => daun jambu biji dan daun bamboo, oralit tradisional
 Obat cacing => buah pinang, daun tembakau, serbuk getah papaya muda.
Notes: jadwal pemberian sama seperti pemberian obat cacing yakni 3 bulan
sekali.
 Obat myasis => air rendaman tembakau, air kapur barus. Notes : setelah
cairan di masukkan tutup dengan kapas biarkan 1 jam, setelah itu kapas di
buka dan akan terlihat belatung mati. Bersihkan belatung kemudian
bersihkan luka sampai berdarah dan beri obat merah atau parutan kunyit.
 Obat keracunan (kembung, mulut berbus, kejang) => minyak kelapa 200 ml
di minumkan kemudian air kelama 500 ml + asam jawa dan garam dapur.
Apabila keracunan insektisida berikan air santan 1 gelas.

Anda mungkin juga menyukai