Anda di halaman 1dari 7

18 Husmaini dan Mertinelly: Produksi telur keturunan F1 ayam arab dan kampung

Performa Produksi Telur Turunan Pertama (F1) Persilangan


Ayam Arab dan Ayam Kampung yang Diberi Ransum
dengan Level Protein Berbeda
Husmaini dan Sabrina
Fakultas Peternakan Universitas Andalas Padang

Abstract
An experiment has been conducted to study the effect of diets with different level
of protein on the production performance of offspring (F1) crossbred between
arab and kampung chicken. Fifty four crossbreed hens of 20 weeks of age were
used in the experiment. The hens were divided into 3 feeding groups, each 6 x 3
heads. Treatment diets were formulated in three different levels of protein: 15, 17
and 19 %. The diets which an average energy content of 2850 kcal/kg were
offered for 8 weeks. Variable observed included: feed intake, hen day egg
production, FCR, egg weight and color index of yellow egg. The data were
statistically analyzed by variance analysis in completely block design with 3
treatments and 6 replicates. The results indicated the protein level had
significant effect on all variables. Diet with 19 % crude protein gave the best
performance.

Key words: laying hen nutrition, protein level, Arab and kampung breed.

Pendahuluan populasi tersebut terhadap daging


mencapai 294.166 ton dan 126.254
Ayam kampung yang lebih ton untuk telur (Ditjen Peternakan,
dikenal dengan ayam buras, meru- 1999) atau menyuplai 47,3 % pro-
pakan ternak lokal yang telah duksi daging unggas dan 23,8 %
menjadi bagian dari kehidupan produksi telur pada tahun tersebut.
masyarakat pedesaan di Indonesia. Salah satu kelemahan ayam
Jika dibandingkan dengan ayam ras, kampung adalah produktivitasnya
ayam kampung memiliki beberapa yang rendah. Dalam upaya me-
keunggulan. Harga telur dan daging- ningkatkan potensi ayam kampung
nya lebih mahal dibandingkan ayam perlu adanya perbaikan manajemen
ras. Disamping itu, ayam ini lebih pemeliharaan dan perbaikan mutu
tahan penyakit dan memiliki daya genetik melalui persilangan dengan
adaptasi yang tinggi terhadap ling- ayam yang mempunyai produktivitas
kungannya, sehingga pemeliharaan- tinggi.
nya lebih mudah. Ayam arab merupakan ayam
Populasi ayam kampung cukup brakel krielsilver, dikenal sebagai
banyak dan menyebar di seluruh ayam asli Belgia yang memiliki
daerah Indonesia. Penyebaran ayam produktivitas telur tinggi. Telurnya
kampung di Indonesia sebagian besar menyerupai telur ayam kampung,
terkosentrasi di daerah pedesaan, baik dari warna, bentuk, ukuran
dengan populasi 253.133.483 ekor maupun kandungan gizinya. Sedang-
pada tahun 1998. Kontribusi dari kan dagingnya terlihat lebih padat

Jurnal Peternakan Indonesia, 11(1):18-24, 2006 ISSN: 1907-1760


Husmaini dan Mertinelly: Produksi telur keturunan F1 ayam arab dan kampung 19

dibandingkan ayam broiler, juga me- Penelitian ini bertujuan untuk


nyerupai daging ayam kampung mengetahui pengaruh pemberian be-
dengan perlemakan sedikit, tetapi berapa level protein dalam ransum
dengan warna yang lebih gelap. terhadap performa produksi telur
Ayam arab mempunyai potensi ayam turunan pertama (FI) per-
sebagai petelur dengan produktivitas silangan ayam arab dengan ayam
yang lebih tinggi yaitu mencapai 280 kampung.
butir/tahun, jauh lebih tinggi diban-
dingkan ayam kampung yang hanya Materi dan Metode
memproduksi telur 150 butir per
tahun setelah dipelihara secara inten- Penelitian ini menggunakan 54
sif. (Sarwono, 2002). Menurut Kus- ekor ayam betina dengan umur 20
nindaryanto (2000), ayam arab ter- minggu. Ayam ini merupakan turun-
masuk galur ayam bukan ras unggul an pertama (F1) hasil persilangan
di Belgia. Keunggulan ayam arab ini antara ayam arab dengan ayam
selain produktivitasnya yang tinggi, kampung. Ayam dipelihara secara
ayam arab tidak mempunyai sifat individu di dalam 54 unit kandang
mengeram sehingga waktu bertelur- baterai dengan rukuran 40 x 20 x 45
nya lebih panjang. cm . Setiap unit kandang dilengkapi
Upaya memperbaiki mutu ge- dengan tempat makan dan minum.
netik ayam kampung melalui per- Ransum pelakuan diaduk sen-
silangan dengan ayam arab diharap- diri dan menggunakan bahan terdiri
kan dapat dihasilkan keturunan de- dari: jagung kuning, bungkil kelapa,
ngan produktivitas yang tinggi, daya bungkil kedelai, tepung ikan, tepung
adaptasi dengan lingkungan yang tulang dan minyak kelapa (Tabel 1).
baik serta tahan terhadap penyakit. Ransum disusun iso energi yaitu
Namun mutu genetik yang dihasilkan 2850 Kkal/kg dengan kandungan pro-
akan dapat tampil optimal bila diikuti tein berbeda sesuai dengan perlakuan,
dengan perbaikan lingkungan yang yaitu: 15, 17, dan 19 %. Komposisi
baik juga seperti memberikan ke- bahan penyususn dan kandungan zat
butuhan pakan yang sesuai, karena makanan dan energi ransum disajikan
penotip merupakan gabungan dari pada Tabel 1.
kemampuan faktor genetik dan Rancangan yang digunakan
faktor lingkungan. Rancangan Acak Kelomplok (RAK)
Untuk memenuhi kebutuhan berdasarkan bobot badan dengan 3
hidup pokok dan produksi, ayam perlakuan level protein dan 6 kelom-
membutuhkan ransum dan jumlah pok bobot badan sebagai ulangan.
yang cukup. Ayam kampung mem- Setiap unit perlakuan terdiri dari 3
butuhkan protein 21 % untuk periode ekor.
starter, 15-19 % untuk periode Peubah yang diukur dalam
grower dan 18 % untuk periode layer penelitian ini adalah konsumsi
(Dudung, 2000). Ayam arab mem- ransum, produksi telur, berat telur
butuhkan protein 15±17 % untuk dan warna kuning. Pengukuran di-
periode starter, 15 % untuk periode lakukan selama 8 minggu produksi.
grower dan 14±15 % untuk periode
layer (Darmana dan Sitanggang,
2002).

Jurnal Peternakan Indonesia, 11(1):18-24, 2006 ISSN: 1907-1760


20 Husmaini dan Mertinelly: Produksi telur keturunan F1 ayam arab dan kampung

Hasil dan Pembahasan sipnya ayam makan untuk memenuhi


kebutuhan energinya. Wahyu (1992)
Rataan Konsumsi ransum, berpendapat bahwa faktor yang
produksi telur dan konversi ransum mempengaruhi konsumsi ransum
selama 8 minggu pengamatan adalah energi ransum.
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Bahan Pakan Penyusun Ransum Perlakuan (%)

Ransum Perlakuan dengan Kandungan Protein (%):


Bahan Pakan
15 17 19
Jagung Kuning 62,00 59,10 53,00
Dedak Halus 15,00 11,00 6,75
Bungkil Kedele 3,00 9,40 15,50
Bungkil Kelapa 2,50 2,50 5,75
Tepung Ikan 12,00 12,50 12,50
Minyak Kelapa 0,50 0,50 1,50
Tepung Tulang 5,00 5,00 5,00

Kandungan energi dan zat makanan:

ME ( Kkal/Kg) 2857,80 2850,26 2858,73


Protein (%) 15,00 17,02 19,02
Lemak (%) 4,70 3,81 4,98
Serat Kasar (%) 3,99 3,65 3,56
Ca (%) 2,28 2,34 2,38
P (%) 1,04 1,05 1,05

Hasil analisis ragam menunjuk- Dari Tabel 1 diketahui bahwa rataan


kan bahwa tidak terdapat pengaruh konsumsi ransum ayam turunan
yang nyata (P>0,05) antara level pertama persilangan ayam kampung
protein ransum perlakuan terhadap dan ayam arab adalah 3 830,27
jumlah konsumsi ransum. Hal ini gram/ekor atau setara dengan 68,40
disebabkan meskipun level protein gram/ekor/hari. Rataan konsumsi
ransum berbeda tetapi ransum ransum penelitian ini mendekati
disusun isoenergi, padahal tujuan konsumsi ransum ayam arab yaitu 70
utama ayam mengkonsumsi ransum ± 80 gram/ekor (Sarwono, 2001)
adalah untuk memenuhi kebutuhan tetapi jauh lebih rendah dibandingkan
energinya, dan setelah energi ter- konsumsi ayam kampung yaitu 95
penuhi maka ayam akan berhenti gram/ekor pada umur yang sama
makan. Menurut Oluyemi and (Deptan, 1999).
Roberts (1979) konsep ini didasari Hasil analisis ragam peubah
oleh kemampuan ayam untuk menga- produksi telur (hen day production)
tur intake energinya melalui sitem ayam turunan (F1) persilangan ayam
syaraf di hypothalamus, dimana prin- arab dengan ayam kampung mem-

Jurnal Peternakan Indonesia, 11(1):18-24, 2006 ISSN: 1907-1760


Husmaini dan Mertinelly: Produksi telur keturunan F1 ayam arab dan kampung 21

perlihatkan tidak terdapat pengaruh ransum yang dikonsumsinya. Pada


yang nyata (P>0,05) perlakuan level penelitian ini, meskipun jumlah
protein ransum dengan hen day konsumsi ransum sama, tetapi akibat
production selama 8 minggu penga- perbedaan level protein maka protein
matan. Hal ini disebabkan kemampu- yang terkonsumsi juga akan berbeda
an genetis ayam hasil persilangan ini yaitu perlakuan A = 10,25 gram/hari;
berada diantara kemampuan genetis B = 11,73 gram /hr dan C = 12,89
tetuanya yaitu ayam arab dan ayam gram.
kampung. Menurut Rasyaf (1991) Tingkat produksi telur (HD)
walaupun banyak yang mempenga- ayam turunan pertama persilangan
ruhi produksi telur, secara genetis ayam arab dengan ayam kampung
setiap unggas mempunyai batas ke- pada penelitian rata-rata adalah 47,22
mampuan maksimal dalam berpro- %, dengan demikian persilangan
duksi. ayam kampung dengan ayam arab
Dari Tabel 2 terlihat bahwa, yang mempunyai tingkat produksi
pemberian ransum dengan level mencapai 70 % perhari (Sarwono,
protein yang lebih tinggi dapat 2001) telah dapat memperbaiki
meningkatkan hen day production tingkat produksi ayam kampung. Dari
tetapi peningkatan produksi telur penelitiaan Abbas (1988) diketahui
yang dihasilkan belum menunjukkan bahwa rata-rata produksi ayam
perbedaan yang nyata secara statistik. kampung petelur pada usaha peter-
Pada penelitian ini pemberian nakan rakyat di Sumatera Barat
level protein ransum 19 % dalam adalah 36,30 %.
ransum pada penelitian ini diperoleh

Tabel 2. Rataan Konsumsi Ransum, Produksi Telur (HD) dan Konversi Ransum
Masing-masing Perlakuan Selama 8 Minggu Penelitian

Konsumsi
Produksi Telur
Perlakuan Ransum Konversi Ransum
(Hen day, %)
(gram/ekor)
A ( 15% ) 3826,95 43,65 4,47
B ( 17% ) 3863,35 45,44 4,39
C ( 19% ) 3800,52 52,58 3,49

Rataan 3830,27 47,22 4,12

SE 19,61 4,18 0,796

produksi telur paling tinggi yaitu Hasil analisis ragam konversi


52,58 %. ransum menunjukkan bahwa tidak
Menurut Sudaryani dan Santoso ada pengaruh yang nyata (P>0,05)
(1994) untuk mendapatkan produksi pemberian level protein ransum
telur yang tinggi dibutuhkan tingkat terhadap konversi ransum. Hal ini
konsumsi protein yang lebih tinggi disebabkan konsumsi ransum dan
pula, karena untuk membentuk produksi telur juga tidak berbeda
sebutir telur juga diperlukan sejumlah nyata sedangkan konversi ransum
protein yang diperoleh ayam melalui merupakan perbandingan antara

Jurnal Peternakan Indonesia, 11(1):18-24, 2006 ISSN: 1907-1760


22 Husmaini dan Mertinelly: Produksi telur keturunan F1 ayam arab dan kampung

konsumsi ransum dengan jumlah (P!0,05) terhadap berat, warna


produksi telur dalam satuan berat kuning dan indeks telur disebabkan
yang sama. Meskipun demikian, dari jumlah protein perlakuan terhadap
Tabel 2 terlihat bahwa ada kecende- (A) yang diberikan talah mencukupi
rungan peningkatan level protein kebutuhan untuk produksi optimal,
dalam ransum dapat menekan sesuai dengan pendapat Sugandhi
konversi ransum menjadi lebih baik. (1973), bahwa peningkatan kandung-
Pemberian level protein 19 % dapat an protein dengan kandungan energi
menghasilkan konversi ransum paling yang sama dalam ransum dapat
rendah yaitu 3,49. meningkatkan produksi telur, tetapi
Rataan konversi ransum ayam peningkatan protein ransum dalam
turunan pertama persilangan ayam batas tertentu tidak berpengaruh
arab dengan ayam kampung pada terhadap berat telur bila kebu-
penelitian ini adalah 4,12. Menurut tuhannya sudah terpenuhi. Secara
Abbas (1988), konversi ransum ayam biologis dari perlakuan A ke B terjadi
kampung petelur di Sumatera Barat peningkatan berat telur, akan tetapi
ini adalah 5,22, sedangkan konversi pada perlakuan C, berat telur
ransum ayam arab (hasil per- menurun, hal ini disebabkan pada
hitungan) adalah 2,38 (Sarwono, perlakuan C terjadi peningkatan
2001). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah produksi harian, sehingga
persilangan ayam kampung dengan akan menurunkan berat telur.
ayam arab dapat memperbaiki Rataan berat telur pada pe-
konversi ayam kampung dari 5,22 nelitian ini adalah 37,92 gram/butir.
menjadi 4,12 karena kemampuan Menurut Darmana dan Sitanggang
genetis hasil persilangan berada (2002) berat telur ayam arab adalah
diantara tetuanya. 40 gram per burtir sedangkan berat
Rataan berat telur dan warna telur ayam kampung adalah 34,89 ±
kuning telur menurut masing-masing 45,49 gram per butir (Jasman, 1989).
perlakuan dapat dilihat pada Tabel 3. Dengan demikian terlihat bahwa
Dari hasil analisa keragaman berat telur ayam hasil persilangan
ternyata perlakuan memberikan ayam arab dengan ayam kampung
pengaruh yang tidak berbeda nyata berada diantara tetuanya.

Tabel 3. Rataan Berat Telur dan Warna Kuning Telur Menurut Masing-masing
Perlakuan

Rataan Berat Telur Rataan Warna Kuning


Perlakuan
( gr butir ) Telur
A ( 15% ) 37,87 9,80
B ( 17% ) 38,51 9,75
C ( 19% ) 37,37 9,33

Rataan 37,92 9,62

SE 1,09 0,24

Jurnal Peternakan Indonesia, 11(1):18-24, 2006 ISSN: 1907-1760


Husmaini dan Mertinelly: Produksi telur keturunan F1 ayam arab dan kampung 23

Hasil analisis ragam warna Nas. Pengembangan Peternakan


kuning telur pada penelitian ini di Sumatera Barat.
menunjukkan tidak terdapat pengaruh
yang nyata (P>0,05) pemberian level Darmana, W. dan M. Sitanggang.,
protein ransum yang berbeda ter- 2002. Meningkatkan Produk-
hadap warna kuning telur. Tidak tivitas Ayam Arab Petelur.
nyata pengaruh perlakuan terhadap Agromedia Pustaka, Semarang.
warna kuning telur disebabkan
komposisi jagung kuning dalam Deptan, 1999. Pedoman Beternak
ransum tidak jauh berbeda. Pada Ayam Buras di Pedesaan. Tim
perlakuan A (15 %), B (17 %) dan C Konsultan RRMC Proyek Pro-
(19 %), masing-masing komposisi duksi dan Pengembangan Ayam
jagung yang dipakai adalah 62 %; Buras, Jakarta
59,10 % dan 53 %. Jadi perbedaan
komposisinya hanya sebesar 9 %. Dudung, 1990. Memelihara Ayam
Menurut North dan Bell (1990) Kampung Sistim Batery. Penerbit
warna kuning telur dipengaruhi oleh Kanisius, Jogyakarta.
pigmen karotenoid yang terkandung
dalam jagung kuning bahan pakan. Jasman, 1989. Pengaruh Tingkat
Sebelumnya Romanoff (1963) men- Protein terhadap Hen Day Ayam
jelaskan bahwa unggas yang meng- Buras Petelur. Skripsi. Fakultas
konsumsi ransum yang mengandung Peternakan Universitas Andalas
karatenoid tinggi akan menghasilkan Padang, Padang
telur dengan intensitas warna kuning
telur yang lebih tinggi North, M.O. and Bell, 1990.
Commercial Chicken Production
Kesimpulan Manual. The 4th Ed. Chapman
and Hall, New York.
Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa pening- Oleyemi, J.A. and F.A. Roberts,.
katan pemberian level protein ransum 1979. Poultry Production in
belum mempengaruhi secara nyata Warm Wet Climate. The
performa produksi ayam hasil Macmillan Press Ltd, London.
persilangan arab dengan kampung
pada periode layer. Pemberian level Romanoff, A.L. and A.J. Romanoff.,
protein ransum 15 % sudah dapat 1963. The Avian Egg. Jhon
dihasilkan performa produksi yang Willey and Sons. Inc New York.
baik, tetapi pemberian level protein
19 % dapat menghasilkan performa Sarwono, 2001. Ayam Arab Petelur
produksi yang lebih tinggi. Unggul. Penebar Swadaya,
Jakarta.
Daftar Pustaka
Sudaryani, T dan Santoso. 1994.
Abbas, M.H.,1988. Ketahanan Usaha Pembibitan Ayam Ras. Penebar
Ternak Ayam Ras dan Ayam Swadaya, Jakarta.
Buras dibawah Tekanan Fluk-
tuasi Harga Makanan dan Telur Steel , R.G.D. and J.H. Torrie. 1995.
di Sumatera Barat. Proc. Seminar Prinsip dan Prosedur Statistika

Jurnal Peternakan Indonesia, 11(1):18-24, 2006 ISSN: 1907-1760


24 Husmaini dan Mertinelly: Produksi telur keturunan F1 ayam arab dan kampung

Suatu Pendekatan Biometrik. Wahju, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas.


Gramedia, Jakarta. Edisi Revisi. UGM Press,
Jogyakarta.

Alamat korespondensi: Husmaini


Jurusan Produksi Ternak, Fakultas Peternakan
Universitas Andalas, Kampus Limau Manis, Padang
Telp. 0751-74208 Fax: 0751-71464, HP: 0812 67 36590
Artikel diterima: 28 Januari 2006, disetujui: 1 Februari 2006

Jurnal Peternakan Indonesia, 11(1):18-24, 2006 ISSN: 1907-1760

Anda mungkin juga menyukai