Anda di halaman 1dari 17

PERANAN AUKSIN TERHADAP PERAKARAN STEK

Oleh :
Tinton Andrianto B1A015002
Ibrahim Nur Pratama B1A015054
Wisnu Aryo Anggoro B1A015062
Nadia Khoerina B1A015075
Silvia Herera Evitasari B1A015084
Dian Putri Setiayu B1A015096
Rombongan : VIII
Kelompok : 5
Asisten : Ali Romadhoni

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perbanyakan tanaman merupakan serangkaian kegiatan yang diperlukan


untuk menyediakan materi tanaman baik untuk kegiatan penelitian maupun program
penanaman secara luas. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara vegetatif. Dengan
penerapan teknik pembiakan vegetatif akan diperoleh bibit yang memiliki struktur
genetik yang sama dengan induknya. Sehingga penggunaan materi genetik yang
unggul sebagai bahan untuk perbanyakan merupakan kunci untuk menghasilkan
anakan yang berkualitas. Prinsipnya adalah merangsang tunas adventif yang ada di
bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna yang memiliki
akar, batang, dan daun sekaligus. Perbanyakan vegetatif dapat dilakukan dengan cara
mencangkok, stek, rundukan, dan kultur jaringan (Nugroho, 1992)
Keunggulan perbanyakan ini adalah menghasilkan tanaman yang memiliki
sifat yang sama dengan pohon induknya. Selain itu, tanaman yang berasal dari
perbanyakan secara vegetatif lebih cepat berbunga dan berbuah. Sementara itu,
kelemahannya adalah membutuhkan pohon induk dalam jumlah besar sehingga
membutuhkan banyak biaya. Kelemahan lain, tidak dapat menghasilkan bibit secara
massal jika cara perbayakan yang digunakan cangkokan atau rundukan (Nugroho,
1992).
Auksin merupakan hormon tumbuhan yang mempunyai peranan luas
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. Auksin dapat merangsang dan
menghambat pertumbuhan. Auksin bersifat memacu perkembangan meristem akar
adventif, sehingga digunakan sebagai zat perangsang tumbuh akar pada stek
tanaman. Auksin adalah zat yang ditemukan pada ujung batang dan akar. Auksin
juga berfungsi dalam pembentukan bunga, pengatur pembesaran sel dan memicu
pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung (Lakitan, 1996).
Asam indol-3 asetat (IAA) diidentifikasi pada tahun 1934 sebagai senyawa
alami yang menunjukkan aktivitas auksin dan dapat mendorong pembentukan akar
adventif. IAA sintetik juga telah terbukti mendorong pertumbuhan akar adventif.
Asam Indol Butirat (IBA) dan Asam Naptalen Asetat (NAA) juga ditemukan pada
era yang sama dan mempunyai efek yang sama dengan IAA. Zat-zat ini ternyata
mampu menginisiasi sel untuk membentuk akar. Pembentukan akar tergantung pada
tersedianya auksin di dalam tanaman ditambah pemacu auksin (Rooting Co-factors)
yang secara bersama - sama mengatur sintesis RNA untuk membentuk primordia
akar (Wattimena, 1988).

B. Tujuan

Tujuan praktikum acara stek adalah


1. Mengetahui pengaruh zat pengatur tumbuh IBA dan NAA terhadap perakaran
stek tanaman serta mengetahui konsentrasi optimum untuk perakaran dan
pertunasan stek tanaman.
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kecepatan tumbuh tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi auksin. Auksin


adalah Indole Acetic Acid (IAA) yang merupakan asam organik lemah dengan
struktur yang mirip dengan triptofan asam amino. Auksin miliki cincin indole dan
fungsi asam karboksilat (Paque & Weijers, 2016). Auksin ini berfungsi untuk
mengembangkan sel-sel tanaman. Hormon auksin bertindak sebagai pendorong awal
proses inisiasi atau terjadinya akar. Sesungguhnya tanaman sendiri menghasilkan
hormon, yaitu auksin endogen. Akan tetapi banyaknya auksin yang dihasilkan belum
cukup memadai untuk mendorong pembentukan akar. Konsentrasi auksin yang tinggi
menyebabkan sel-sel menjadi panjang dan banyak mengandung air. Hal inilah yang
menyebabkan terjadinya etiolasi pada tanaman. Konsentrasi auksin dipengaruhi oleh
sinar dimana pada daerah kurang sinar konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan
daerah yang cukup sinar. Penambahan konsentrasi auksin yang tepat dapat
berpengaruh terhadap setimbangnya hormon pada stek yang dapat mempercepat
terbentuknya tunas (Halimursyadah et al., 2014).
Menurut Prastowo et al. (2006), stek (cutting atau stuk) adalah menumbuhkan
bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru. Keuntungan bibit
dari stek yaitu tanaman buah-buahan tersebut akan mempunyai sifat yang persis
sama dengan induknya, terutama dalam hal bentuk buah, ukuran, warna dan rasanya,
tanaman asal stek ini bisa ditanam pada tempat yang permukaan air tanahnya
dangkal, karena tanaman asal stek tidak mempunyai akar tunggang, perbanyakan
tanaman buah dengan stek merupakan cara perbanyakan yang praktis dan mudah
dilakukan, stek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan
teknik khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi. Sedangkan kerugian bibit dari
stek yaitu perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang
tanaman menjadi mudah roboh, apabila musim kemarau panjang, tanaman menjadi
tidak tahan kekeringan.
Menurut bentuknya, stek dapat dibedakan menjadi beberapa bagian antara
lain adalah stek akar, stek daun, stek batang, stek umbi dan stek pucuk. Perbanyakan
secara stek akan diperoleh tanaman yang baru yang sifatnya seperti induknya. Stek
dengan kekuatan sendiri akan menumbuhkan akar dan daun sampai dapat menjadi
tanaman yang sempurna dan menghasilkan bunga dan buah (Wudianto, 2002).
Stek akar banyak yang digunakan pada tanaman perkebunan. Bagian akar
yang diambil adalah cabang akar yang tidak jauh dari akar tunggang dan berasal dari
tanaman yang berdaun banyak. Hal ini dimaksudkan agar akar yang digunakan
mempunyai karbohidrat, protein, dan lemak sebagai cadangan makanan dari hasil
fotosintesis dan sebagai sumber energi untuk pembentuk akar baru (Harahap, 1972).
Stek batang banyak digunakan untuk memperbanyak tanaman hias dan tanaman
buah. Kriteria tanaman yang akan diperbanyak secara stek batang adalah harus
memiliki kambium batang, cabang atau ranting yang ideal untuk bahan stek harus
memenuhi tidak terlalu tua dan tidak terlalu muda dengan umur tanaman sekitar 1
tahun, batangnya berwarna kehijaun, sehat (bebas dari hama dan penyakit), subur,
dan diameter bahan stek yang cukup. Stek harus memiliki cukup bakal tunas
(Lakitan, 1996).
Sumber bahan stek yang berasal dari bagian batang yang berbeda mengalami
masa perkembangan yang berbeda pula. Keberhasilan stek dalam membentuk akar
dipengaruhi oleh umur tanaman, fase pertumbuhan dan perbedaan bagian tanaman
yang digunakan sebagai bahan stek. Bagian batang yang digunakan tersebut
berkaitan dengan kandungan nutrisi di dalamnya terutama karbohidrat, protein, lipid,
nitrogen, enzim, hormon dan rooting cofactor. Faktor lain yang juga menentukan
keberhasilan stek untuk berakar adalah pemilihan dan pengelolaan media tanam.
Tanaman yang diperbanyak dengan cara penyetekan harus ditumbuhkan pada media
tanam yang dapat menunjang pembentukan akar dan tunas sehingga diperoleh
tanaman baru yang identik dengan induknya (Yulistyani et al., 2014). Menurut
Supriyanto & Prakasa (2011), kemampuan pembentukan akar pada suatu jenis
tanaman yang distek antara lain dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat serta
keseimbangan hormon dalam bahan stek.
Stek dan cangkok diusahakan agar terbentuk akar adventif pada pangkal stek
dan bidang cangkok, sedangkan pada penyambungan atau okulasi tidak diperlukan
terbentuknya akar adventif namun memiliki tanaman baru hasil dari menggabungkan
sifat tanaman yang dikehendaki (Moko, 2004). Stek dapat dibedakan berdasarkan
bagian tanaman yang dijadikan bahan stek yaitu stek akar, stek batang, stek pucuk,
stek umbi dan sebagainya. Stek yang dilakukan pada bagian atas tanaman disebut
stek pucuk dan stek batang, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem
perakaran baru. Sementara stek yang dilakukan pada bagian bawah tanaman seperti
stek akar, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem bagian atas
tanaman. Stek daun bertujuan pembentukan sistem perakaran dan batang tanaman
(Hartmann & Ketser, 1983).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah zat pengatur
tumbuh NAA dan IBA dengan konsenterasi (0 ppm, 250 ppm, 500 ppm, 750 ppm)
serta akuades.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah beaker glass, cutter,
alat tulis, kamera, polybag, dan penggaris.

B. Metode

1. Tanaman sampel disiapkan.


2. Tanaman dipotong menggunakan cutter dengan tinggi 10-15 cm.
3. Larutan zat pengatur tumbuh NAA dan IBA dibuat dengan konsentrasi yang sudah
ditentukan.
4. Pangkal stek direndam setinggi 2 cm di dalam larutan zat pengatur tumbuh selama
10 menit.
5. Batang stek tersebut kemudian diambil dan ditanam pada polibag yang berisi
tanah.
6. Batang stek dipelihara setiap hari dan diamati selama 4 minggu.
7. Parameter jumlah akar yang tumbuh dan jumlah tunas diamati.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 1. Hasil Anova Herbisida Rombongan VIII


Derajat Jumlah Kuadrat F tabel
Sumber
bebas Kuadrat Tengah F hitung Notasi
Keragaman 0,05 0,01
(db) (JK) (KT)
Perlakuan 6 1,341176471 0,223529412 0,651961 ns 2,45 3,53
Galat 28 9,6 0,342857143
Total 34 10,94117647

Gambar 1. Stek minggu pertama

Gambar 2. Stek minggu keempat


B. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum, menunjukan hasil yang non signifikan dimana


F hitung lebih kecil dari F tabel yaitu 0,651961 < 2,45 dan 3,53. Hal ini menunjukan
bahwa perlakuan pemberian IBA dan NAA tidak berpengaruh nyata terhadap hasil
stek batang pada mawar. Hasil tersebut dapat disebabkan karena kondisi batang awal
yang dijadikan bahan stek tidak sesuai dengan kriteria penyetekan pada batang,
maupun faktor lain. Menurut Hasanah & Nintya (2007), kesuburan dan banyaknya
akar yang dihasilkan dari stek sangat dipengaruhi oleh asal bahan steknya yaitu
bagian tanaman yang dipergunakan, keadaan tanaman yang diambil steknya, dan
keadaan luar waktu pengambilan.
Stek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan
menggunakan sebagian batang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi
tanaman baru. Stek banyak digunakan karena lebih ekonomis, lebih mudah, tidak
memerlukan keterampilan khusus dan lebih cepat dibandingkan dengan cara
perbanyakan vegetatif buatan lainnya. Cara perbanyakan dengan metode stek akan
kurang menguntungkan jika bertemu dengan kondisi tanaman yang sukar berakar,
hal ini dapat terjadi apabila akar yang baru terbentuk tidak tahan stress lingkungan
dan adanya sifat plagiotrop tanaman yang masih bertahan (Salisbury & Ross, 1995).
Penambahan zat pengatur tumbuh pada stek diharapkan meningkatkan kemampuan
berakar dan persentase hidup stek (Supriyanto & Prakasa, 2011).
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan nutrisi yang
dalam konsentrasi rendah (< 1 mM) mendorong, menghambat atau secara kualitatif
mengubah pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengaturan pertumbuhan ini
dilakukan dengan cara pembentukan hormon-hormon yang sama, mempengaruhi
sintesis hormon, perusakan translokasi atau dengan cara perubahan tempat
pembentukan hormon. Konsentrasi auksin yang rendah dapat merangsang
pembentukan akar adventif, namun pada konstrasi yang tinggi justru terjadi
pembentukan kalus, sedangkan pembentukan akar gagal terjadi. Faktor-faktor yang
turut mempengaruhi keberhasilan pemberian zat pengatur tumbuh tersebut antara lain
adalah kondisi pohon induk seperti umur, kesuburan dan bagian stek yang diambil
dan faktor dalam seperti rhizokalin dan zat makanan organic (George & Sherington,
1984).
Zat pengatur tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan
adalah Indolebutyric acid (IBA), Indoleacetic acid (IAA) dan Napthaleneacetic acid
(NAA). IBA dan NAA lebih efektif daripada IAA, sebab keduanya lebih stabil
digunakan dalam penyetekan. IBA dan NAA lebih stabil terhadap oksidase dan
cahaya (Zaerr & Mapes, 1982). Menurut Salisbury & Ross (1992), NAA lebih efektif
dari IAA karena NAA tidak dapat dirusak oleh IAA oksidase atau enzim lainnya,
sehingga bertahan lebih lama. Sedangkan IBA lazim digunakan untuk memacu
perakaran dibandingkan dengan NAA atau auksin lainnya. IBA bersifat aktif. Pada
penelitian digunakan IBA dan NAA sebagai auksin. Menurut Ponganan (2004),
kedua auksin tersebut mempunyai sifat translokasi yang lambat dan persistensi tinggi
serta aktivitas yang rendah sehingga selang perakaran cukup besar. Perkembangan
akar pada media tanah yang diberi dengan zat pengatur tumbuh seperti NAA, atau
IBA mengakibatkan induksi akar dan mempunyai rata-rata jumlah akar yang
maksimum. Pada sela-sela nodus basal juga terbentuk akar primordia dari dasar
nodus dan tumbuh cepat saat pemberian NAA pada media.
Harjadi (1996) menyatakan bahwa perbedaan awal pertumbuhan salah
satunya ditunjukkan dengan saat muncul tunas yang berbeda-beda. Saat muncul
tunas ini ditandai dengan pecahnya mata tunas yang terdapat pada stek batang.
Sitompul & Guritno (1995) menyatakan bahwa penggunaan cadangan makanan oleh
stek akan menghasilkan energi dan energi yang dihasilkan dapat mendorong
pecahnya tunas dan mengaktifkan jaringan meristem pada titik tumbuh tunas. Pada
awal pertumbuhan stek juga belum mampu menyerap unsur hara yang terdapat pada
media tanam karena jumlah akar yang masih sedikit. Menurut Salisbury & Ross
(1995) pertumbuhan tunas tergantung pada banyaknya kandungan C-organik pada
media tanam.
Tanaman mawar mempunyai daun yang panjangnya antara 5-15 cm, dua-dua
berlawanan (pinnate). Daun majemuk yang tiap tangkai daun terdiri dari paling
sedikit 3 atau 5 hingga 9 atau 13 anak daun dan daun penumpu (stipula) berbentuk
lonjong, pertulangan menyirip, tepi tepi beringgit, meruncing pada ujung daun dan
berduri pada batang yang dekat ke tanah. Mawar sebetulnya bukan tanaman tropis,
sebagian besar spesies merontokkan seluruh daunnya dan hanya beberapa spesies
yang ada di Asia Tenggara yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun (Rosanti,
2013).
Bunga terdiri dari 5 helai daun mahkota dengan perkecualian Rosa sericea
yang hanya memiliki 4 helai daun mahkota. Warna bunga biasanya putih dan merah
jambu atau kuning dan merah pada beberapa spesies. Ovari berada di bagian bawah
daun mahkota dan daun kelopak. Bunga menghasilkan buah agregat (berkembang
dari satu bunga dengan banyak putik) yang disebut rose hips. Masing-masing putik
berkembang menjadi satu buah tunggal (achene), sedangkan kumpulan buah tunggal
dibungkus daging buah pada bagian luar. Spesies dengan bunga yang terbuka lebar
lebih mengundang kedatangan lebah atau serangga lain yang membantu penyerbukan
sehingga cenderung menghasilkan lebih banyak buah. Mawar hasil pemuliaan
menghasilkan bunga yang daun mahkotanya menutup rapat sehingga menyulitkan
penyerbukan. Sebagian buah mawar berwarna merah dengan beberapa perkecualian
seperti Rosa pimpinellifolia yang menghasilkan buah berwarna ungu gelap hingga
hitam (Rosanti, 2013).
Cara melakukan stek pada batang mawar (Rosa sp.) menurut Deaman (1986)
yaitu bakal stek diambil dari batang pohon induk yang akan diperbanyak dan
pemotongan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari. Gunting stek yang digunakan
saat menyetek harus tajam agar bekas potongan pada batang rapi. Bila kurang tajam
batang akan rusak atau memar. Hal ini mengundang bibit penyakit masuk ke bagian
yang memar pada batang, sehingga bisa menyebabkan pembusukkan pangkal stek
pada batang. Pada saat mengambil stek atau menyetek pada batang, pohon induk
harus dalam keadaan sehat dan tidak sedang bertunas.
Stek dan cangkok diusahakan agar terbentuk akar adventif pada pangkal stek
dan bidang cangkok, sedangkan pada penyambungan atau okulasi tidak diperlukan
terbentuknya akar adventif namun memiliki tanaman baru hasil dari menggabungkan
sifat tanaman yang dikehendaki (Moko, 2004). Stek dapat dibedakan berdasarkan
bagian tanaman yang dijadikan bahan stek yaitu stek akar, stek batang, stek pucuk,
stek umbi dan sebagainya. Stek yang dilakukan pada bagian atas tanaman disebut
stek pucuk dan stek batang, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem
perakaran baru. Sementara stek yang dilakukan pada bagian bawah tanaman seperti
stek akar, bertujuan untuk mengoptimalkan pembentukan sistem bagian atas
tanaman. Stek daun bertujuan pembentukan sistem perakaran dan batang tanaman
(Hartmann & Ketser, 1983). Menurut Prakasa (2011) faktor keberhasilan stek terdiri
dari faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari beberapa faktor,
yaitu:
(1) Jenis tanaman
Jenis tanaman berpengaruh terhadap kemampuan stek menghasilkan akar dan
tunas baru Proses perakaran pada stek tergantung dari spesies. Ada spesies yang
mudah berakar cukup dengan air saja, tetapi banyak pula yang sulit berakar
walaupun dengan perlakuan yang khusus.
(2) Bahan stek
Kandungan nutrisi di bahan stek harus cukup, terutama persediaan karbohidrat
dan nitrogen sangat mempengaruhi perkembangan akar dan tunas stek. Daun muda
dan tunas aktif dapat berperan mendorong inisiasi
akar
(3) Ketersediaan air
Kehilangan air akibat pemisahan bahan stek dengan pohon induk dapatdiatasi
dengan memaksimalkan kelembaban udara di lingkungan sekitar bahan tanaman,
misalnya peletakan bahan stek di bawah sungkup, pengurangan dan pengendalian
suhu seperti memberikan naungan yang cukup terhadap sinar matahari dan
pengurangan permukaan transpirasi dengan cara memotong daun daunstek, serta
menutup ujung-ujung daun dengan lilin Perbedaan tekanan uap daun dan udara pada
stek harus dijaga serendah mungkin agar pembentukan akar berlangsung dengan
optimal.
(4) Hormon endogen
Hormon endogen hanya diproduksi oleh bagian-bagian tertentu tanaman.
Apabila pada suatu tanaman dilakukan stek, maka suplai hormon dari induk akan
terputus. Keberadaan hormon endogen terutama auksin diperlukan dalam
pembentukan akar dan pembelahan sel lainnya. Jika kandungan hormon endogen
mencukupi, maka hormon eksogen tidak perlu diberikan.
(5) Umur dan tipe bahan stek
Kemampuan membentuk akar dari stek dipengaruhi umur bahan stek yang
bergantung pada umur pohon induk. Stek dari tanaman yang lebih muda akanlebih
mudah berakar dibanding dengan tanaman yang lebih tua. Namun, apabilastek
tersebut terlalu muda dan lunak, maka proses transpirasi menjadi sangat cepatdan
akhirnya stek menjadi kering dan mati. Semakin tua jaringan tanaman, maka semakin
menurun kemampuan untuk berakar pada banyak jenis tanaman.
(6) Kehadiran virus penyakit
Kehadiran virus penyakit mampu menghambat dan mengurangi persentase
berakar dan jumlah akar yang dibentuk. Saat pengambilan bahan stek, pohon induk
arus dalam keadaan sehat dan tidaksedang bertunas agar pertumbuhan stek menjadi
tidak terhambat (mati ataumerana).
Faktor eksternal terdiri dari beberapa faktor, yaitu:
(1) Suhu
Suhu udara yang tepat untuk merangsang pembentukan akar primordial untuk
setiap jenistanaman berbeda- beda. Kisaran suhu lingkungan yang baik untuk
merangsang pembentukan akar adalah 21 - 27° C (70 – 80 °F). Umumnya suhu yang
optimum digunakan adalah 29°C, sedangkan suhu media sekitar 24°C, karenapada
kisaran suhu tersebut terjadi pembagian sel dalam daerah perakaran yang distimulir.
Suhu rendah mampu membantu terbentuknya jaringan kalus dan suhu yang tinggi
dapat membantu pertumbuhan akar.
(2) Kelembaban udara
Kelembaban udara yang tinggi akan menghambat laju evapotranspirasistek,
mencegah stek dari kekeringan dan kematian sebelum stek mampu membentuk akar.
Kelembaban di dalam media stekharus tinggi dan dipertahankan mendekati 90 %
agar tidak terjadi transpirasi yang besar pada stek.
(3) Intensitas cahaya
Cahaya berfungsi untuk pembentukan auksi dan karbohidrat (proses
fotosintesis). Namun, cahaya yang diperlukan untuk proses sintesis stek dapat
meningkatkan perbedaan tekanan uap air dan udara. Apabila kebutuhan cahayatelah
mencukupi, cahaya dapat berpengaruh menghambat pembentukan akar. Stek yang
diberi perlindungan akan berakar lebih banyak daripada stek yangmenerima cahaya
matahari langsung.
(4) Media perakaran
Lingkungan perakaran atau media tumbuh ideal adalah media yang dapat
memberikan porositas yang cukup dengan kemampuan drainase yang baik, serta
bebas dari hama penyakit, sedangkan pH yang baik adalah berkisar antara pH 7
(netral).
(5) Teknik penyiapan stek
Penyiapan bahan pada pembiakan vegetatif stek beberapa hal yangperlu
diperhatikan adalah perlakuan sebelum pengambilan stek, waktupengambilan stek,
pemotongan stek dan pelukaan, penggunaan dan pemberian zatpengatur tumbuh,
serta kebersihan dan pemeliharaan).Hal ini terkait pada keberhasilan pertumbuhan
akar stek dengan faktor mekanis.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa
1. IBA dan NAA tidak berpengaruh nyata terhadap hasil stek batang pada mawar.

B. Saran
Saran untuk praktikum ini sebaiknya untuk penyediaan bahan stek disama
ratakan ukuran batangnya sehingga dapat dilihat hasil yang optimum tanpa
dipengaruhi faktor lain contohnya dengan diameter batang stek yang terlalu kecil,
serta sebaiknya pelaksanaan open lab tidak berbenturan dengan uts, hal ini memicu
praktikan tidak mengikuti open lab.
DAFTAR REFERENSI

Deaman, M. 1986. Mencangkok, Menyetek, dan Mengokulasi Tanaman . Jakarta:


Bhratara Karya Aksara.

George, E. F, & P. D. Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture,


Handbook and Directory of Comercial Laboratoryes. England: Easter Press.
Halimursyadah. 2014. Perbanyakan Vegetatif Tanaman Nanas (Annanas comusus
L.Merr) Dari Sumber Stek Berbeda Dan Konsentrasi Auksin. Jurnal Ilmiah
AgrIBA. pp: 2303-1158.
Harahap, R. M. S. 1972. Percobaan Orientasi Vegetatif Beberapa Jenis Pohon.
Bogor: Lembaga Penelitian Hutan.
Harjadi, S.S. 1996. Pengantar Agronomi. Jakarta: Gramedia.
Hartmann., H. T., & Ketser, D.E. 1983. Plant Propagation Principle and Practise 4th
Ed. New York: Prentice Hall International Inc.

Hasanah, F. N., & Nintya, S. 2007. Pembentukan Akar pada Stek Batang Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) setelah direndam IBA (Indol Butyric Acid) pada
Konsentrasi Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi. 15(2), pp: 1-9.

Lakitan B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.
Moko, H. 2004. Teknik Perbanyakan Tanaman Hutan Secara Vegetatif . Jakarta:
Pusat Litbang Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.
Nugroho, N. A. 1992. Mengenal Metode Cangkok, Stek, dan Okulasi. Ungaran:
PT.Trubus Agriwidya.

Paque, S., & Weijers, D. 2016. Auxin: The Plant Molecule that Influences Almost
Anything. BMC biology, 14(1): 67.
Ponganan, A.V. 2004. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh NAA dan IBA terhadap
Pertumbuhan Stek Mini Pule Pandak (Rauwolfia serpentine Benth.) Hasil
Kultur In Vitro. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Institut
Pertanian Bogor: Fakultas Kehutanan.
Prakasa, K. E. 2011. Pengaruh Pemberian Zpt (Rootone-F) Terhadap Pertumbuhan
Stek Duabanga moluccana. Bogor: IPB Press.
Prastowo, N.H., J.M. Roshetko., & G.E.S. Manurung. 2006. Teknik Pembibitan dan
Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. Bogor: World Agroforestry Centre
(ICRAF) dan Winrock International.

Rosanti, D. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.


Salisbury , F.B., & Ross, C.W. 1992. Fisiologi Tumbuhan Jilid 2. Bandung: ITB
Press.
Salisbury., F.B., & Ross, C.W. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung: ITB
Press.
Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Supriyanto & Prakasa, K. E. 2011. Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Rootone-
FTerhadap Pertumbuhan Stek Duabanga mollucana Blume. Jurnal
Silvikultur Tropika. 3(1), pp: 59-65.
Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Bogor: PAU IPB.
Wudianto, R. 1996. Membuat Stek, Cangkok dan Okulasi. Bogor: Penebar Swadaya.

Yulistyani, W., Sobarna, S. D., & Nuraini, A. 2014. Pengaruh Jenis Stek Batang dan
Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Ara (Ficus
carica L.). Jurnal Agricultur Science. 1(4), pp: 215-224.
Zaerr, J.B., & M.O. Mapes. 1982. Actions of Growth Regulators dalam Tissue
Culture in Forestry Edited by J.M. Bonga dan D.J. Durzan. Martinus Nijhoff/
DR.W. Boston: Junk Publishers.

Anda mungkin juga menyukai