Anda di halaman 1dari 12

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
makalah tentang sedimentasi ini dapat diselesaikan. Walaupun dalam pengerjaannya terdapat
beberapa kendala teknis dan non teknis, namun dapat kami atasi.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dari berbagai pihak dalam
menyelesaikan makalah tentang sedimentasi ini. Penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan makalah sedimen ini.

Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Banda Aceh, Juni 2015

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................................................2

BAB I...............................................................................................................................................3

PENDAHULUAN..........................................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................3

2.1 Definisi Sedimentasi..............................................................................................................4

2.2 Jenis-Jenis Sedimen...............................................................................................................5

2.3 Bentuk Sedimen.....................................................................................................................6

2.4 Fenomena Sedimentasi di Daerah Intertidal..........................................................................7

2.5 Manfaat Sedimen...................................................................................................................8

2.6 Tipe-Tipe Sedimentasi...........................................................................................................8

2.7 Proses Terjadinya Sedimentasi..............................................................................................9

BAB III.........................................................................................................................................10

PENUTUP....................................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan daerah yang memiliki pantai terbanyak di dunia. Pantai merupakan
sebuah wilayah yang menjadi batas antara lautandan daratan, bentuk pantai berbeda-beda sesuai
dengan keadaan, proses yang terjadi di wilayah tersebut, seperti pengangkutan, pengendapan dan
pengikisan yang disebabkan oleh gelombang, arus, angin dan keadaan lingkungan disekitarnya
yang berlangsung secara terus menerus, sehingga membentuk sebuah pantai. Pantai merupakan
tempat pasir berada, pasir yang berada di pantai bisa berasal dari pecahan terumbu karang atau
juga bisa dari sedimentasi yang terbawa dari sungai (Firmansyah dkk, 2014).

Sedimentasi merupakan proses pembentukan sedimen atau endapan, atau batuan sedimen
yang diakibatkan oleh pengendapan atau akumulasi dari material pembentuk atau asalnya pada
suatu tempat. Proses sedimentasi umumnya terjadi pada daerah pantai yang mengalami erosi
karena material pembentuk pantai terbawa arus ke tempat lain dan tidak kembali ke lokasi
semula. (Firmansyah dkk, 2014).

Material yang terbawa arus tersebut akan mengendap di daerah yang lebih tenang, seperti
muara sungai, teluk, pelabuhan, dan sebagainya, sehingga mengakibatkan sedimentasi di daerah
tersebut. Terjadinya sedimentasi tersebut juga berpengaruh terhadap perubahan bentuk garis
pantai. Wilayah pesisir merupakan lingkungan yang dinamis, unik dan rentan terhadap
perubahan lingkungan. (Firmansyah dkk, 2014).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan pesisir antara lain adalah aktivitas
di daratan, pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, peningkatan permintaan akan ruang dan
sumberdaya, serta dinamika lingkungan pantai. Disamping itu perairan pesisir dipengaruhi oleh
interaksi dinamis antara masukan air dari lautan (ocean waters) dan air tawar (freshwater).
Berbagai macam aktivitas manusia yang dilakukan baik di daratan maupun di lautan juga
mendorong terjadinya perubahan lingkungan di wilayah pesisir. (Firmansyah dkk, 2014).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sedimentasi

Sedimen adalah material bahan padat, berasal dari batuan yang mengalami proses
pelapukan, peluluhan (disintegration), pengangkutan oleh air, angin dan gaya gravitasi, serta
pengendapan atau terkumpul oleh proses atau agen alam sehingga membentuk lapisan-lapisan di
permukaan bumi yang padat atau tidak terkonsolidasi (Bates dan Jackson, 1987). Sedimen
permukaan dasar laut umumnya tersusun oleh: material biogenik yang berasal dari organisma;
material autigenik hasil proses kimiawi laut (seperti glaukonit, garam, fosfor); material residual;
material sisa pengendapan sebelumnya, dan material detritus sebagai hasil erosi asal daratan
(seperti kerikil, pasir, lanau dan lempung). Sedimen menurut Lonawarta (1996) adalah lepasnya
puing-puing endapan padat pada permukaan bumi yang dapat terkandung di dalam udara, air,
atau es dibawah kondisi normal.

Sedimentasi adalah proses yang meliputi pelapukan, transportasi, dan pengendapan.


Tekstur sedimen yaitu hubungan antara ukuran butir dalam batuan dan pada umumnya ukuran
butir ini dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Komposisi sedimen merupakan acuan
terhadap mineral-mineral dan struktur kimia dalam batuan. Batuan klastik adalah batuan dimana
material penyusun utamanya berupa material detrital (misalnya batupasir dan serpihan). Batuan
nonklastik adalah batuan dimana material penyusun utamanya berupa material organik dan unsur
kimia (misalnya batugamping terumbu, halit, dan dolomit). Sedimen terutama terdiri dari
partikel-partikel yang berasal dari hasil pembongkaran batu-batuan dan potongan-potongan kulit
(shell) serta sisa rangka dari organisme laut. Ukuran-ukuran partikel sedimen sangat ditentukan
oleh sifat fisik mereka dan akibatnya sedimen yang terdapat di berbagai tempat di dunia
mempunyai sifat-sifat yang sangat berbeda satu sama lainnya.
2.2 Jenis-Jenis Sedimen

Chester (1993) membagi sedimen laut menjadi 2 kelompok yaitu:

1. Nearshore sediment, sebagian besar endapan sedimennya dipengaruhi kuat oleh


kedekatannya dengan daratan sehingga mengakibatkan kondisi fisika kimia dan biologi
sedimen ini lebih bervariasi dibandingkan dengan deep-sea sediment.
2. Deep-sea sediment, sebagian besar mengendap di perairan dalam di atas 500 m dan
banyak faktor seperti jauhnya dari daratan, reaksi antara komponen terlarut dalam kolom
perairan serta hadirnya biomassa khusus yang mendominasi lingkungan laut dalam yang
menyebabkan sedimen ini merupakan habitat yang unik di planet dan memiliki
karateristik yang sangat berbeda dengan daerah continental / near shore.

Menurut asalnya Garrison (2006) menggolongkan sedimen ke dalam 4 bagian yaitu:

1. Sedimen Terrigenous

Jenis sedimen ini berasal dari erosi yang berasal dari benua atau pulau, letusan gunung
berapi dan segumpalan debu. Sedimen ini lebih dikenal dengan batuan yang berasal dari gunung
berapi seperti granit yang bersumber dari tanah liat dan batuan kwarsa yang menjadi dua
komponen penyusun sedimen terrigenous.

2. Sedimen Lithogenous

Sedimen ini berasal dari sisa pengikisan batu-batuan di darat. Hal ini diakibatkan karena
adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim, seperti adanya pemanasan dan pendinginan terhadap
batu-batuan yang terjadi secara terus-menerus. Partikel-partikel ini diangkut dari daratan ke laut
oleh sungai-sungai. Begitu sedimen mencapai lautan, partikel-partikel yang berukuran besar
cenderung untuk lebih cepat tenggelam dan menetap dari yang berukuran lebih kecil. Kecepatan
tenggelamnya partikel-partikel ini telah dihitung, dimana jenis partikel pasir hanya memerlukan
waktu kira-kira 1,8 hari untuk tenggelam dan menetap di atas lapisan atas dasar laut yang
mempunyai kedalaman 4.000 meter. Sedangkan jenis partikel lumpur yang berukuran lebih kecil
membutuhkan waktu kira-kira 185 hari dan jenis partikel tanah liat membutuhkan waktu kira-
kira 51 tahun pada kedalaman kolom air yang sama. Oleh karena itu tidaklah mengherankan
jikalau pasir akan segera diendapkan begitu sampai di laut dan cenderung untuk mengumpul di
daerah pantai (Hutabarat dan Stewart, 2000).

3. Sedimen Biogenous

Sedimen ini berasal dari sisa-sisa rangka organisme hidup. Jenis sedimen ini digolongkan
ke dalam dua tipe utama yaitu calcareous dan siliceous ooze. Material siliceous dan calcareous
pada waktu itu di ekstrak dari laut dengan aktivitas normal dari tanaman dan hewan untuk
membangun rangka dan cangkang. Kebanyakan organisme yang menghasilkan sedimen
biogenous mengapung bebas di perairan seperti plankton. Sedimen biogenous paling berlimpah
dimana cukup nutrien yang mendorong produktivitas biologi yang tinggi, selalu terjadi pada
wilayah dekat continental margin dan area upwelling. Thurman dan Trujillo (2004) menyatakan
bahwa dua campuran kimiawi yang paling umum terdapat dalam sedimen biogenous adalah
calcium carbonat (CaCO3), dimana tersusun dari mineral calcite) dan silica (SiO2). Seringkali
silica secara kimiawi dikombinasikan dengan air untuk menghasikan SiO2 dan nH2O.

4. Sedimen Hydrogenous

Sedimen hydrogenous terdiri dari mineral yang mempercepat proses presipitasi dari laut.
Jenis partikel ini dibentuk sebagai hasil reaksi kimia dalam air laut. Reaksi kimia yang terjadi
disini bersifat sangat lambat, dimana untuk membentuk sebuah nodule yang besar diperlukan
waktu selama berjuta-juta tahun dan proses ini kemudian akan berhenti sama sekali jika nodule
telah terkubur di dalam sedimen. Di pusat perputaran, jauh dari benua, partikel sedimen
terakumulasi sangat lambat (Garrison, 2006).

2.3 Bentuk Sedimen

Berdasarkan hasil observasi Dahuri (2008) komposisi material sedimen yang


terklasifikasi pada pantai Sindulang Satu yaitu: pasir halus, pasir sedang, pasir sangat halus, pasir
kasar dan kerikil, selain itu didapati juga debu dan batu. Rataan empirik dari distribusi
granulometri sedimen yang terbanyak diperoleh yaitu: pasir halus dengan penyortiran tersortir
buruk, nilai kemencengan asimetris ke ukuran kecil dan simetris granulometri yang
peruncingannya mesokurtik. Faktor hidrodinamika yang berperan dalam transport sedimen pada
daerah pantai Sindulang Satu adalah arus pasut.

Berdasarkan hasil pengamatan megaskopis dan mikroskopis sedimen permukaan dasar


laut Perairan Tambelan, tekstur sedimen dapat diklasifikasikan menjadi lempung, lempung
lanauan, lempung pasiran, lanau lempungan, lanau, pasir lempungan, pasir lanauan, pasir (sangat
halus sampai sangat kasar), pasir kerakalan dan kerakal. Sedimen berbutir kasar dengan
kandungan kerikil-pasir kuarsa dijumpai di wilayah selat, sedangkan sedimen yang lebih halus
diendapkan di laut terbuka. Komposisi mineral karbonat atau gamping meningkat pada sedimen
sekitar pulau karang dan terumbu karang. Mineral ini juga dijumpai pada sedimen laut terbuka
dan pantai berpasir, namun tidak teridentifikasi pada hutan bakau. Komponen tumbuhan berupa
serasah dalam sedimen hutan bakau menunjukkan peningkatan proporsi dibandingkan dengan
wilayah lain. Batubara juga ditemukan pada sedimen hutan bakau (Isnaniawardhani, 2010).

2.4 Fenomena Sedimentasi di Daerah Intertidal

Pengendapan merupakan proses terbawanya material hasil pengikisan dan pelapukan oleh
air, angin, atau gletser ke suatu wilayah kemudian diendapkan. Semua batuan dan material hasil
pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi suatu batuan yang
dinamakan batuan sedimen. Batuan sedimen yang kemudian terakumulasi ini lama-kelamaan
akan menjadi suatu bentuk bentang alam di bumi. Bentuk bentang alam yang dihasilkan dari
proses pengendapan ini akan berbeda disuatu tempat dan tempat lainnya berdasarkan media yang
menjadi pembawa material endapan. Jenis pengendapan berdasarkan media pengangkutnya
antara lain (Hallaf, 2006):

1. Pengendapan oleh air sungai. Pengendapan ini terjadi karena pengikisan daerah aliran
sungai oleh arus sungai.
2. Pengendapan oleh air laut. Pengendapan ini biasa terjadi karena adanya pengaruh arus
dan gelombang di daerah pesisir laut. Batuan sedimen hasil pengendapan oleh air laut
disebut sebagai sedimen marine.
3. Pengendapan oleh angin. Pengendapan yang terjadi oleh angin dapat terjadi apabila
material (pasir) disuatu tempat terkikis oleh angin dan kemudian diendapkan di suatu
tempat dan menjadi gumuk pasir (sand dune). Pengendapan ini dapat terjadi di daerah
pantai maupun gurun. Batuan hasil pengendapannya disebut sedimen aeolis.

2.5 Manfaat Sedimen

Sedimen laut terdiri dari bahan organic dan anorganic, sedimen dari bahan organic
biasanya berasal dari sisa-sisa mahluk hidup yang mati dari tumbuhan maupun hewan laut.
Biasanya sedimen organic ini dimanfaatkan oleh hewan laut dalam untuk sumber makannya.
Ada pula sedimen laut dimanfaat untuk tempat perlindungan dari bahaya predator, dengan
demikian sedimen di dasar laut dalam sebagai ekosistem baru bagi hewan laut dalam. Sedimen
organic juga dapat dirubah oleh detritus menjadi ion (Rifardi, 2008).

Menurut Fahmi (2009), sebuah solusi inovatif untuk menyimpan karbon dioksida yang
dihasilkan dari kegiatan manusia, yang mana kini semakin menumpuk di atmosfer dan
menyebabkan pemanasan global dapat disimpan di dalam sedimen yang ada di dasar lautan. Hal
ini dilakukan karena telah ditemukan bahwa sedimen di laut dalam dapat menyediakan tempat
yang permanen dan tak terbatas untuk menyimpan gas rumah kaca dan diperkirakan bahwa
sedimen yang berada di lantai samudera wilayah Amerika cukup luas untuk menyimpan emisi
karbon dioksida nasional untuk ribuan tahun yang akan datang.

2.6 Tipe-Tipe Sedimentasi

Menurut Azizah (2014) Berdasarkan pada jenis partikel dan kemampuan pertikel untuk
berinteraksi, sedimentasi dapat diklasifikasikan kedalam 4 tipe, yaitu:

1. Settling tipe I: merupakan pengendapan partikel diskret, partikel mengendap secara


individual dan tidak ada interaksi antar-partikel.
2. Settling tipe II: merupakan pengendapan partikel flokulen, terjadi interaksi antar-partikel
sehingga ukuran meningkat dan kecepatan pengendapan bertambah.
3. Settling tipe III: merupakan pengendapan pada lumpur biologis, dimana gaya antar-
partikel saling menahan partikel lainnya untuk mengendap.
4. Settling tipe IV: terjadi pemampatan partikelyang telah mengendap yang tejadi karena
berat partikel.
2.7 Proses Terjadinya Sedimentasi

Berdasarkan tempat pengendapan dan tenaga yang mengendapkannya, proses


sedimentasi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

1. Sedimentasi fluvial, merupakan proses prngendapan materi yang diangkut oleh sungai
dan diendapkan disepanjang aliran sungai, danau, waduk, atau muara sungai. Hasil
bentuknya antara lain delta dan bantaran sungai.
2. Sedimentasi eolis (sedimentasi teresterial) merupakan proses pengendapan materi yang
diangkut oleh angin. Bentuknya antara lainberupa gugus pasir (sand dunes) atau
gundukan pasir yang seringkali ditemukan di pantai.
3. Sedimentasi laut (marine sedimentation) merupakan hasil abrasi pantai yang kemudian
diendapkan kembali disepanjang pantai. Contoh hasil bentukannya, antara lain endapan
puing karang (beach), endapan gosong pasir (bar), dan endapan pasir yang
menghubungkan dua pulau (tombolo).

Sedimen di dalam sungai, terlarut atau tidak terlarut, merupakan produk dari pelapukan
batuan induk yaitu partikel-partikel tanah. Begitu sedimen memasuki badan sungai, maka
berlangsunglah pengangkutan sedimen. Kecepatan pengangkutan sedimen merupakan fungsi dari
kecepatan aliran sungai dan ukuran partikel sedimen. Partikel sedimen ukuran kecil seperti tanah
liat dan debu dapat diangkut aliran air dalam bentuk terlarut (wash load). Pasir halus bergerak
dengan cara melayang (suspended load), sedang partikel yang lebih besar antara lain, pasir kasar
cenderung bergerak dengan cara melompat (saltation load). Partikel yang lebih besar dari pasir,
misalnya kerikil (gravel) bergerak dengan cara merayap atau menggelinding di dasar sungai (bed
load). Karena bed load senantiasa bergerak, maka permukaan dasar sungai kadang-kadang naik
(agradasi), tetapi kadang-kadang turun (degradasi) dan naik turunnya dasar sungai disebut
alterasi dasar sungai (river bed alterasion). Wash load dan suspended load tidak berpengaruh
pada alterasi dasar sungai, tetapi dapat mengendap di dasar-dasar waduk atau muara-muara
sungai. Penghasil sedimen terbesar adalah erosi permukaan lereng pegunungan, erosi sungai
(dasar dan tebing alur sungai) dan bahan-bahan hasil letusan gunung berapi yang masih aktif
(Azizah, 2014)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sedimentasi adalah proses yang meliputi pelapukan, transportasi, dan pengendapan.


Tekstur sedimen yaitu hubungan antara ukuran butir dalam batuan dan pada umumnya ukuran
butir ini dapat diamati dengan menggunakan mikroskop.
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, Indah. 2014. Makalah Sedimentasi.


http://indahandblog.blogspot.com/2014/02/makalah-sedimentasi.html. (Di akses pada
10 Juni 2015, pada pukul 14:27)
Bates, R. L., and Jackson, J. A. 1987. Glossary of Geology, third edition. American Geological
Institute, page : 598
Chester, R. 1993. Marine Geochemistry. Unwin Hyman Ltd. London. Dale, E. I. dan William J.
W. 1989. Oceanography : An Introduction. 3th Edition.Wadsworth Publishing Company
Belmart. California.
Dahuri. R. J . Rais, S.P Ginting. dan M. J. Sitepu., 2008. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah
Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Fahmi, Ahmad. 2009. Tingkat pencemaran Logam Berat Dalam Air Laut dan Sedimen Perairan.
LIPI. Ternate, Maluku Utara
Firmansyah, M. Sigit dkk. 2014. Analisa Butiran Sedimen Pantai Goa China Malang Selatan.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya. Malang.
[Laporan Praktikum]
Erlangga, Yowanda. 2015. Makalah Tentang Sedimentasi.
http://www.tapike.com/2015/06/makalah-tentang-sedimentasi.html.
Garrison, T. 2006. Essentials of Oceanography. 4ed. Thomson Learning, Inc.USA.
Hallaf, Abdul. 2006. Modul Geomorfologi Indonesia. UNM: Geografi
Hutabarat, S. dan S. M. Evans. 2000. Pengantar Oseonografi. UI Press. Jakarta.
Isnaniawardhani, Vijaya. 2010. Tipe Sedimen Permukaan Dasar Laut Selatan Dan Utara
Kepulauan Tambelan Perairan Natuna Selatan. Fakultas Teknik Geologi, Universitas
Padjadjaran. Bandung
Lonawarta. 1996. Mengenal Sedimen Laut. 1996. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Puslitbang Oseanologi. Balitbang Sumberdaya Laut Ambon.
Rifardi. 2008. Ekologi Laut Modern. Unri Press. Pekanbaru
Thurman, H. V. and A. P. Trujillo. 2004. Introductory Oceanography. Pearson Prentice Hall.
New Jersey. 608 hlm.

Anda mungkin juga menyukai