Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya
makalah tentang sedimentasi ini dapat diselesaikan. Walaupun dalam pengerjaannya terdapat
beberapa kendala teknis dan non teknis, namun dapat kami atasi.
Penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan dari berbagai pihak dalam
menyelesaikan makalah tentang sedimentasi ini. Penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan dalam penulisan makalah sedimen ini.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..........................................................................................................................3
BAB III.........................................................................................................................................10
PENUTUP....................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan daerah yang memiliki pantai terbanyak di dunia. Pantai merupakan
sebuah wilayah yang menjadi batas antara lautandan daratan, bentuk pantai berbeda-beda sesuai
dengan keadaan, proses yang terjadi di wilayah tersebut, seperti pengangkutan, pengendapan dan
pengikisan yang disebabkan oleh gelombang, arus, angin dan keadaan lingkungan disekitarnya
yang berlangsung secara terus menerus, sehingga membentuk sebuah pantai. Pantai merupakan
tempat pasir berada, pasir yang berada di pantai bisa berasal dari pecahan terumbu karang atau
juga bisa dari sedimentasi yang terbawa dari sungai (Firmansyah dkk, 2014).
Sedimentasi merupakan proses pembentukan sedimen atau endapan, atau batuan sedimen
yang diakibatkan oleh pengendapan atau akumulasi dari material pembentuk atau asalnya pada
suatu tempat. Proses sedimentasi umumnya terjadi pada daerah pantai yang mengalami erosi
karena material pembentuk pantai terbawa arus ke tempat lain dan tidak kembali ke lokasi
semula. (Firmansyah dkk, 2014).
Material yang terbawa arus tersebut akan mengendap di daerah yang lebih tenang, seperti
muara sungai, teluk, pelabuhan, dan sebagainya, sehingga mengakibatkan sedimentasi di daerah
tersebut. Terjadinya sedimentasi tersebut juga berpengaruh terhadap perubahan bentuk garis
pantai. Wilayah pesisir merupakan lingkungan yang dinamis, unik dan rentan terhadap
perubahan lingkungan. (Firmansyah dkk, 2014).
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lingkungan pesisir antara lain adalah aktivitas
di daratan, pertumbuhan penduduk, perubahan iklim, peningkatan permintaan akan ruang dan
sumberdaya, serta dinamika lingkungan pantai. Disamping itu perairan pesisir dipengaruhi oleh
interaksi dinamis antara masukan air dari lautan (ocean waters) dan air tawar (freshwater).
Berbagai macam aktivitas manusia yang dilakukan baik di daratan maupun di lautan juga
mendorong terjadinya perubahan lingkungan di wilayah pesisir. (Firmansyah dkk, 2014).
BAB II
PEMBAHASAN
Sedimen adalah material bahan padat, berasal dari batuan yang mengalami proses
pelapukan, peluluhan (disintegration), pengangkutan oleh air, angin dan gaya gravitasi, serta
pengendapan atau terkumpul oleh proses atau agen alam sehingga membentuk lapisan-lapisan di
permukaan bumi yang padat atau tidak terkonsolidasi (Bates dan Jackson, 1987). Sedimen
permukaan dasar laut umumnya tersusun oleh: material biogenik yang berasal dari organisma;
material autigenik hasil proses kimiawi laut (seperti glaukonit, garam, fosfor); material residual;
material sisa pengendapan sebelumnya, dan material detritus sebagai hasil erosi asal daratan
(seperti kerikil, pasir, lanau dan lempung). Sedimen menurut Lonawarta (1996) adalah lepasnya
puing-puing endapan padat pada permukaan bumi yang dapat terkandung di dalam udara, air,
atau es dibawah kondisi normal.
1. Sedimen Terrigenous
Jenis sedimen ini berasal dari erosi yang berasal dari benua atau pulau, letusan gunung
berapi dan segumpalan debu. Sedimen ini lebih dikenal dengan batuan yang berasal dari gunung
berapi seperti granit yang bersumber dari tanah liat dan batuan kwarsa yang menjadi dua
komponen penyusun sedimen terrigenous.
2. Sedimen Lithogenous
Sedimen ini berasal dari sisa pengikisan batu-batuan di darat. Hal ini diakibatkan karena
adanya suatu kondisi fisik yang ekstrim, seperti adanya pemanasan dan pendinginan terhadap
batu-batuan yang terjadi secara terus-menerus. Partikel-partikel ini diangkut dari daratan ke laut
oleh sungai-sungai. Begitu sedimen mencapai lautan, partikel-partikel yang berukuran besar
cenderung untuk lebih cepat tenggelam dan menetap dari yang berukuran lebih kecil. Kecepatan
tenggelamnya partikel-partikel ini telah dihitung, dimana jenis partikel pasir hanya memerlukan
waktu kira-kira 1,8 hari untuk tenggelam dan menetap di atas lapisan atas dasar laut yang
mempunyai kedalaman 4.000 meter. Sedangkan jenis partikel lumpur yang berukuran lebih kecil
membutuhkan waktu kira-kira 185 hari dan jenis partikel tanah liat membutuhkan waktu kira-
kira 51 tahun pada kedalaman kolom air yang sama. Oleh karena itu tidaklah mengherankan
jikalau pasir akan segera diendapkan begitu sampai di laut dan cenderung untuk mengumpul di
daerah pantai (Hutabarat dan Stewart, 2000).
3. Sedimen Biogenous
Sedimen ini berasal dari sisa-sisa rangka organisme hidup. Jenis sedimen ini digolongkan
ke dalam dua tipe utama yaitu calcareous dan siliceous ooze. Material siliceous dan calcareous
pada waktu itu di ekstrak dari laut dengan aktivitas normal dari tanaman dan hewan untuk
membangun rangka dan cangkang. Kebanyakan organisme yang menghasilkan sedimen
biogenous mengapung bebas di perairan seperti plankton. Sedimen biogenous paling berlimpah
dimana cukup nutrien yang mendorong produktivitas biologi yang tinggi, selalu terjadi pada
wilayah dekat continental margin dan area upwelling. Thurman dan Trujillo (2004) menyatakan
bahwa dua campuran kimiawi yang paling umum terdapat dalam sedimen biogenous adalah
calcium carbonat (CaCO3), dimana tersusun dari mineral calcite) dan silica (SiO2). Seringkali
silica secara kimiawi dikombinasikan dengan air untuk menghasikan SiO2 dan nH2O.
4. Sedimen Hydrogenous
Sedimen hydrogenous terdiri dari mineral yang mempercepat proses presipitasi dari laut.
Jenis partikel ini dibentuk sebagai hasil reaksi kimia dalam air laut. Reaksi kimia yang terjadi
disini bersifat sangat lambat, dimana untuk membentuk sebuah nodule yang besar diperlukan
waktu selama berjuta-juta tahun dan proses ini kemudian akan berhenti sama sekali jika nodule
telah terkubur di dalam sedimen. Di pusat perputaran, jauh dari benua, partikel sedimen
terakumulasi sangat lambat (Garrison, 2006).
Pengendapan merupakan proses terbawanya material hasil pengikisan dan pelapukan oleh
air, angin, atau gletser ke suatu wilayah kemudian diendapkan. Semua batuan dan material hasil
pelapukan dan pengikisan yang diendapkan lama kelamaan akan menjadi suatu batuan yang
dinamakan batuan sedimen. Batuan sedimen yang kemudian terakumulasi ini lama-kelamaan
akan menjadi suatu bentuk bentang alam di bumi. Bentuk bentang alam yang dihasilkan dari
proses pengendapan ini akan berbeda disuatu tempat dan tempat lainnya berdasarkan media yang
menjadi pembawa material endapan. Jenis pengendapan berdasarkan media pengangkutnya
antara lain (Hallaf, 2006):
1. Pengendapan oleh air sungai. Pengendapan ini terjadi karena pengikisan daerah aliran
sungai oleh arus sungai.
2. Pengendapan oleh air laut. Pengendapan ini biasa terjadi karena adanya pengaruh arus
dan gelombang di daerah pesisir laut. Batuan sedimen hasil pengendapan oleh air laut
disebut sebagai sedimen marine.
3. Pengendapan oleh angin. Pengendapan yang terjadi oleh angin dapat terjadi apabila
material (pasir) disuatu tempat terkikis oleh angin dan kemudian diendapkan di suatu
tempat dan menjadi gumuk pasir (sand dune). Pengendapan ini dapat terjadi di daerah
pantai maupun gurun. Batuan hasil pengendapannya disebut sedimen aeolis.
Sedimen laut terdiri dari bahan organic dan anorganic, sedimen dari bahan organic
biasanya berasal dari sisa-sisa mahluk hidup yang mati dari tumbuhan maupun hewan laut.
Biasanya sedimen organic ini dimanfaatkan oleh hewan laut dalam untuk sumber makannya.
Ada pula sedimen laut dimanfaat untuk tempat perlindungan dari bahaya predator, dengan
demikian sedimen di dasar laut dalam sebagai ekosistem baru bagi hewan laut dalam. Sedimen
organic juga dapat dirubah oleh detritus menjadi ion (Rifardi, 2008).
Menurut Fahmi (2009), sebuah solusi inovatif untuk menyimpan karbon dioksida yang
dihasilkan dari kegiatan manusia, yang mana kini semakin menumpuk di atmosfer dan
menyebabkan pemanasan global dapat disimpan di dalam sedimen yang ada di dasar lautan. Hal
ini dilakukan karena telah ditemukan bahwa sedimen di laut dalam dapat menyediakan tempat
yang permanen dan tak terbatas untuk menyimpan gas rumah kaca dan diperkirakan bahwa
sedimen yang berada di lantai samudera wilayah Amerika cukup luas untuk menyimpan emisi
karbon dioksida nasional untuk ribuan tahun yang akan datang.
Menurut Azizah (2014) Berdasarkan pada jenis partikel dan kemampuan pertikel untuk
berinteraksi, sedimentasi dapat diklasifikasikan kedalam 4 tipe, yaitu:
1. Sedimentasi fluvial, merupakan proses prngendapan materi yang diangkut oleh sungai
dan diendapkan disepanjang aliran sungai, danau, waduk, atau muara sungai. Hasil
bentuknya antara lain delta dan bantaran sungai.
2. Sedimentasi eolis (sedimentasi teresterial) merupakan proses pengendapan materi yang
diangkut oleh angin. Bentuknya antara lainberupa gugus pasir (sand dunes) atau
gundukan pasir yang seringkali ditemukan di pantai.
3. Sedimentasi laut (marine sedimentation) merupakan hasil abrasi pantai yang kemudian
diendapkan kembali disepanjang pantai. Contoh hasil bentukannya, antara lain endapan
puing karang (beach), endapan gosong pasir (bar), dan endapan pasir yang
menghubungkan dua pulau (tombolo).
Sedimen di dalam sungai, terlarut atau tidak terlarut, merupakan produk dari pelapukan
batuan induk yaitu partikel-partikel tanah. Begitu sedimen memasuki badan sungai, maka
berlangsunglah pengangkutan sedimen. Kecepatan pengangkutan sedimen merupakan fungsi dari
kecepatan aliran sungai dan ukuran partikel sedimen. Partikel sedimen ukuran kecil seperti tanah
liat dan debu dapat diangkut aliran air dalam bentuk terlarut (wash load). Pasir halus bergerak
dengan cara melayang (suspended load), sedang partikel yang lebih besar antara lain, pasir kasar
cenderung bergerak dengan cara melompat (saltation load). Partikel yang lebih besar dari pasir,
misalnya kerikil (gravel) bergerak dengan cara merayap atau menggelinding di dasar sungai (bed
load). Karena bed load senantiasa bergerak, maka permukaan dasar sungai kadang-kadang naik
(agradasi), tetapi kadang-kadang turun (degradasi) dan naik turunnya dasar sungai disebut
alterasi dasar sungai (river bed alterasion). Wash load dan suspended load tidak berpengaruh
pada alterasi dasar sungai, tetapi dapat mengendap di dasar-dasar waduk atau muara-muara
sungai. Penghasil sedimen terbesar adalah erosi permukaan lereng pegunungan, erosi sungai
(dasar dan tebing alur sungai) dan bahan-bahan hasil letusan gunung berapi yang masih aktif
(Azizah, 2014)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan