Kation Anion
Table 4.1.2 Tinggi resin dan nilai kekeruhan pada kolom resin anion dan kation
terhadap waktu saat backwash
0 2.45 2.04 94 92
5 2.25 1.87 94 92
10 2.00 1.72 94 92
15 1.96 1.70 94 92
Tabel 4.1.3 Laju alir, DHL, Total Hardness, pH awal sebelum proses in service
pH 6
Tabel 4.1.4 Nilai DHL, Total Hardness, dan pH setelah proses in service terhadap
waktu
0 18 7,5 162.4 6
5 22 6 162.5 6
10 19 6 161.9 6
15 21 6 162.3 6
20 20 6 162.6 6
25 20 6 163.3 6.5
2.5
Kekeruhan (NTU)
1.5
0.5
0
0 5 10 15
Waktu (min)
Kation Anion
163
DHL (μS/cm)
162.5
162
161.5
161
0 5 10 15 20 25 30
Waktu
DHL
6.1
6
5.9
5.8
5.7
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (min)
Series 1
15
10
0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (min)
Total Hardness
Grafik 4.1.4 Kurva Hubungan antara Total Hardness pada Kolom Resin
Kation Terhadap Waktu In Service
Dari kurva didapat nilai total hardness fluktuaktif, cenderung tetap dan tidak -
mengalami penurunan
Hubungan PH Keluaran Kolom Resin Anion Terhadap Waktu
.
4
pH
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu
NIM : 171411066
Pertukaran ion atau ion exchange merupakan suatu operasi untuk menghilangkan anion
dan kation dalam larutan (dalam konteks ini air limbah) dengan prinsip adsorpsi. Adsorpsi adalah
proses terbentuknya lapisan film pada suatu permukaan padatan, yang pada praktikum yang telah
kami lakukan menggunakan resin. Resin merupakan suatu polimer yang memiliki struktur pori
yang sangat banyak pada permukaannya. Praktikum yang kami lakukan menggunakan 2 jenis
resin, yaitu resin penukar anion dan resin penukar kation. Resin penukar anion akan menukar
anion dalam air limbah dengan anion pada permukaan resin, sementara resin penukar kation akan
menukar kation dalam air limbah dengan kation pada permukaan resin.`
Sebelum dilakukan pertukaran ion, prosedur pertama yang dilakukan adalah backwash.
Proses backwash adalah proses penghilangan foulings atau pengotor pada kolom penukar ion,
sehingga menghilangkan pengotor yang terdapat pada kolom resin penukar ion. Operasi
backwash dilakukan dengan cara mengalirkan air umpan dari bawah kolom yang bertujuan untuk
memfuidisasikan partikel resin sehingga terjadi ekspansi dan pengotor akan ter-backwash keluar
dari kolom penukar ion. Hasil dari proses backwash dapat dilihat dari perbandingan nilai
kekeruhan umpan backwash dan kekeruhan efluen backwash. Praktikum yang kami lakukan
menghasilkan data sebagai berikut.
2
1.5
1
0.5
0
0 5 10 15
Waktu (min)
Kation Anion
Dari grafik, dapat diketahui bahwa proses backwash bergantung kepada waktu. Semakin lama
proses backwash, maka nilai kekeruhan semakin kecil yang artinya semakin bersih resin dalam
kolom penukar ion. Selain itu didapatkan efisiensi backwash kolom kation sebesar 15,87 %
sedangkan kolom anion sebesar 27,08%.
Resin penukar anion memiliki selektifitas terhadap anion dalam air limbah yang lebih
tinggi dibandingkan dengan anion yang berada pada permukaan resin, sehingga dapat anion
dalam air dapat lebih mudah berikatan dengan resin. Hal yang sama juga terjadi pada resin
penukar kation. Pada resin penukar kation, resin diikatkan dengan H + yang memiliki selektifitas
rendah sehingga ketika dilewatkan air yang terdapat kation yang lebih selektif terhadap resin
akan terjadi pertukaran kation. Urutan penukaran ion yang dilakukan adalah resin penukar kation
(siklus H+) lalu melalui resin penukar anion (siklus OH- ). Hal ini dikarenakan setelah melalui
resin penukar kation, larutan akan menjadi asam karena terbentuk free mineral acid (FMA) yang
akan dinetralkan pada resin penukar anion. Oleh karena itu, fenomena ini dimanfaatkan untuk
menguji kualitas air limbah yang tekah dilewatkan ke dalam kolom kation dengan menguji
hardness atau kesadahan, karena diharapkan ion-ion Ca+ dan Mg+telah terikat pada resin dan
dilakukan juga uji pH karena apabila telah terjadi pertukaran anion, maka akan terbentuk FMA
yang akan menurunkan pH air.
Setelah dilewatkan dari kolom penukar anion, limbah dilewatkan ke kolom penukar
kation. Pada kolom penukar kation, akan terjadi penetralan FMA sehingga kembali dilakukan uji
pH. Seharusnya didapatkan pH netral karena FMA sudah teradsorpsi oleh resin penukar kation.
Selain itu, dilakukan juga uji TDS (Total Dissolved Solid), seharusnya TDS sudah menurun
karena padatan terlarut yang berupa FMA sudah teradsorpsi pada kolom penukar kation. Selain
itu, seharusnya dapat dilakukan juga uji terhadap silika, karena silika merupakan anion yang sulit
ditangkap oleh resin (karena selektifitasnya yang rendah dan mendekati selektifitas OH-).
Apabila kadar silika sedikit, maka dapat diketahui bahwa anion-anion yang mempunyai
selektifitas yang lebih tinggi juga telah dapat teradsorpsi oleh resin penukar anion.
Hasil praktikum yang kami lakukan tidak menunjukkan hal yang demikian. Saat
dilakukan uji hardness atau kesadahan pada titik sampling setelah resin penukar kation,
kesadahan menurun(berikisar antara18-22 mg CaCO3/L) dibandingkan dengan kesadahan umpan
yang sebesar 28 mg CaCO3/L) Pengujian dilakukan pada 7 titik dengan selang waktu 5 menit,
bila digambarkan pada kurva maka akan terbentuk kurva sebagai berikut.
Total Hardness
Sehingga, dari kurva tersebut dapat diketahui bahwa resin penukar kation pada laboratorium
pengolahan limbah industry polban masih dapat menurunkan kesadahan, namun sangat sedikit.
Sementara itu, pH keluran kolom penukar kation berkisar antara 6 -7,5 dengan profil sebagai
berikut
3
2
1
0
0 5 10 15 20 25 30 35
Waktu
PH keluaran kolom kation tidak lebih rendah daripada pH umpan. Hal ini juga merupakan
indikasi bahwa resin penukar kation telah mengalami kejenuhan.
Selanjutnya, pengujianyang dilakukan pada titik sampling setelah penukar anion adalah
uji pH dan DHL. PH yang didapatkan berkisar antara6-6,5 . Hasil pengujian pH pada resin
penukar anion ini tidak dapat menunjukkan kinerja kolom resin penukar anion, karena pada resin
penukar anion tidak menunjukkan penurunan atau perubahan pH. Sementara dari hasil uji DHL
μS
didapatkan bahwa DHL setelah penukar anion adalah sebesar 162,4-163,1 ,yang nilainya
cm
μS
cenderung sama dengan DHL pada umpan yang memiliki nilai 161,6 . Selanjutnya, profil
cm
pengukuran DHL setelah resin penukar anion adalah sebagai berikut.
162.5
162
161.5
161
0 5 10 15 20 25 30
Waktu
DHL
Seharusnya, nilai DHL setelah penukar anion lebih rendah daripada nilai DHL umpan, dan
cenderung tetap seiring berjalannya waktu. Tetapi, pada praktikum ini, niali DHL fluktuaktif dan
cenderung naik. Hal ini dapat disebabkan oleh resin yang telah jenuh sehingga air umpan hanya
melewati resin. Nilai DHL yang cenderung naik memiliki 2 kemungkinan penyebab, yaitu DHL
umpan yang tidak tetap atau terdapat fouling yang tidak ter-backwash dan terbawa ke aliran
keluaran, sehingga meningkatkan nilai DHL keluarannya.
Kedua hasil tersebut menunjukkan bahwa umpan yangg diberikan hanya melewati kolom
penukar kation dan anion, tanpa terjadi reaksi atau pertukaran ion didalamnya. Menurut
Geankoplis,1983, kondisi ini merupakan kondisi breakthrough dimana resin telah mengalami
kejenuhan atau seluruh permukaan resin telah terlapisi, sehingga tidak dapat lagi mengkat lebih
banyak anion dan kation.
Menurut Dorfner, 1991, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan regenerasi anion
dan kation. Namun, regenerasi anion dan kation tidak akan selamanya efektif, karena resin
mempunyai batas pemakaian.
LAMPIRAN
1. Perhitungan :
a. Perhitungan efisiensi backwash
Backwash Kolom Kation
Kekeruhan Awal−Kekeruhan Akhir 2,33−1,96
η= Kekeruhan Awal x 100% = 2,33 x 100% = 15,87%
Backwash Kolom Anion
Kekeruhan Awal−Kekeruhan Akhir 2,33−1,7
η= Kekeruhan Awal x 100% = 2,33 x 100% = 27,03 %
b. Perhitungan total hardness :
Rumus perhitungan total hardness :
V EDTA × M EDTA × Mr CaCO 3 ×1000 mg/g
Total hardness=
V sampel
Waktu V V N M Total
sample EDTA EDTA EDTA Hardnes
(menit)
(mL) (mL) s
(2*N)
20 50 1 0,005 0,01 20
25 50 1 0,005 0,01 20
- Umpan
mg
V EDTA × M EDTA × Mr CaCO 3 ×1000
g
Total hardness=
V sampel
mol g mg
1,4 mL ×0,01 × 100 ×1000
L mol g
¿
50 mL
mg
¿ 28 CaCO3
L
- Proses In service
t= 0 menit
mg
V EDTA × M EDTA × Mr CaCO 3 ×1000
g
Total hardness=
V sampel
mol g mg
0.9 mL ×0,01 × 100 ×1000
L mol g
¿
50mL
mg
¿ 18 CaCO3
L
t=5 menit
mg
V EDTA × M EDTA × Mr CaCO 3 ×1000
g
Total hardness=
V sampel
mol g mg
1,1mL × 0,01 ×100 × 1000
L mol g
¿
50 mL
mg
¿ 22 CaCO 3
L
t=10 menit
mg
V EDTA × M EDTA × Mr CaCO 3 ×1000
g
Total hardness=
V sampel
mol g mg
0,95 mL ×0,01 ×100 ×1000
L mol g
¿
50 mL
mg
¿ 19 CaCO 3
L
t=15 menit
mg
V EDTA × M EDTA × Mr CaCO 3 ×1000
g
Total hardness=
V sampel
mol g mg
1,05mL × 0,01 ×100 × 1000
L mol g
¿
50 mL
mg
¿ 21 CaCO 3
L
t=20 menit
mg
V EDTA × M EDTA × Mr CaCO 3 ×1000
g
Total hardness=
V sampel
mol g mg
1mL × 0,01 ×100 × 1000
L mol g
¿
50 mL
mg
¿ 20 CaCO3
L
t=25 menit
mg
V EDTA × M EDTA × Mr CaCO 3 ×1000
g
Total hardness=
V sampel
mol g mg
1mL × 0,01 ×100 × 1000
L mol g
¿
50 mL
mg
¿ 20 CaCO3
L
t=30 menit
mg
V EDTA × M EDTA × Mr CaCO 3 ×1000
g
Total hardness=
V sampel
mol g mg
0,95 mL ×0,01 ×100 ×1000
L mol g
¿
50 mL
mg
¿ 19 CaCO 3
L