MAKALAH
“Disusun dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok pada Mata
Kuliah Manufaktur II”
Dosen Pengampu :
Mohammad Munib Rosadi, S.Pd, M.Pd
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................i
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2
C. Tujuan Makalah..............................................................................................................2
BAB II....................................................................................................................................4
PEMBAHASAN....................................................................................................................4
1. Hardness Test..............................................................................................................4
2. Tensile Strength.........................................................................................................12
3. Bending Test..............................................................................................................14
4. Impact Test................................................................................................................19
BAB III....................................................................................................................................26
PENUTUP...............................................................................................................................26
Simpulan :.............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kekerasan merupakan sifat alami dari suatu logam atau material. Salah satu proses
yang mempengarui kekerasan suatu material yang di uji adalah proses heat treatment.
Kekerasan mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan bidang pemakaianya. Pada
Tensile strength tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh bahan ketika
diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut patah. Tensile Strength adalah
kebalikan dari kekuatan tekan, dan nilainya bisa berbeda-beda. Beberapa bahan bisa
patah begitu saja tanpa mengalami deformasi, yang berarti benda tersebut bersifat rapuh.
Bahan lainnya akan meregang dan mengalami deformasi sebelum patah, yang disebut
Bending test merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan mutu suatu
material secara visual. Selanjutnya bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah
Uji impak adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid
loading). Agar dapat memahami uji impak terlebih dahulu mengamati fenomena yang
terjadi terhadap suatu kapal yang berada pada suhu rendah ditengah laut, sehingga
menyebabkan materialnya menjadi getas dan mudah patah. Disebabkan laut memiliki
banyak beban (tekanan) dari arah manapun. Kemudian kapal tersebut menabrak gunung
sehingga menyebabkan kapal tersebut terbelah dua. Dalam Pengujian Mekanik, terdapat
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Makalah
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
1. Hardness Test
Kekerasan suatu material/bahan merupakan sifat mekanik yang sangat
penting, karena dapat digunakan untuk mengetahui sifat mekanik lain yaitu strength
(kekuatan). Nilai kekuatan tarik yang dimiliki suatu material juga dapat dikonversi
dari kekerasannya. Seperti pada Gambar 1 di bawah ini.
4
Gambar 1 Sifat bahan yang berhubungan dengan kekerasan Pengujian
kekerasan ada bermacam-macam tergantung konsep yang dianut. Dalam engineering
yang menyangkut logam kekerasan dinyatakan sebagai kemampuan untuk menahan
indentasi / penetrasi / abrasi atau dengan definisi lain adalah ketahanan logam
terhadap deformasi plastis.
Ada beberapa cara pengujian kekerasan yang standar untuk menguji kekerasan
logam yaitu; pengujian Brinell, Rockwell, Vickers, dan lain lain. Pada dasarnya
pengujian kekerasan dilakukan dengan menekankan sebuah indenter yang lebih keras
sifatnya dari bahan uji dengan beban dan jangka waktu tertentu (10-15 detik), bekas
tapak tekan pada permukaan benda uji diukur untuk menentukan nilai kekerasan
dengan cara gaya tekan dibagi luas tapak tekan.
5
Dari kesembilan metode pengujian kekerasan tersebut, hanya tiga saja
yang akan dibahas metode pengujian kekerasan untuk menguji kekerasan
logam, yaitu:
6
Gambar 2. Prinsip Uji Brinell
7
Gambar 3. Prinsip uji Vickers
8
Gambar 4. Prinsip uji Rockwell
Skala Rockwell dibagi atas 100 bagian lihat Gambar 3. Setiap bagian atau
nilai kekerasan setara dengan 0,002 mm indentasi. Angka B55 dan B60 memliki
perbedaan kedalaman indentasi sebesar 5 x 0,002 mm atau 0,01 mm
9
b) Prosedur Pengujian Kekerasan :
1. Pengujian kekerasan Brinell.
Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengujian kekerasan Brinell adalah sebagai
berikut :
10
Identor yang digunakan adalah pyramid intan yang beralas bujur sangkar
yang memiliki sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan adalah 136
derajat.
Pada dasarnya semua beban bisa digunakan, kecuali untuk pelat yang tipis
harus digunakan beban yang ringan
Pengujian kekerasan ini dilakukan dengan menekan identor pada
permukaan spesimen dengan waktu selama 10 – 15 detik.
11
Brinell standar mengakibatkan bekas indentasi cukup besar sehingga tidak
digunakan untuk finished product, Rockwell dan vickers meninggalkan
bekas yang kecil.
Rockwell indentasinya kecil tidak baik digunakan pada bahan yang tidak
homogen misal besi cor kelabu, karena ada bagian yang keras dan lunak.
Brinell tidak menuntut kehalusan permukaan yang tinggi, cukup dengan
gerinda kasar.
Brinell dan Vickers pengukuran dilakukan manual, memungkinkan
terjadinya kesalahan ukur.
Vickers dapat digunakan untuk material lunak hingga keras, namun sensitif
terhadap kekasaran permukaan.
Brinell terbatas pada logam dengan kekerasan maksimal 650 BHN.
2. Tensile Strength
Tensile Tester merupakan sebuah tools uji bersama dengan system pengujian
bersama dengan cara tarik yang biasanya diperuntukan sebagai tools pendukung di
dalam proses pengujian bersama dengan obyek untuk memahami bermacam ragam
sifat-sifat material yang dapat diujikan.
Dengan proses pengujian bersistem tarik, pada pas proses pengujian
berlangsung kita dapat memahami intensitas material yang mengalami pengujian,
merasa dari peregangan yang berlangsung pada material yang diuji (seberapa panjang
material bisa terima type tarik) hingga bersama dengan analisa berdasarkan sifat-sifat
material yang terlah didapatkan berdasarkan hasil dari data pengujian tarik yang
berlangsung
Dalam proses pengaplikasiannya metode yang digunakan masuk ke dalam
metode pengujian yang paling umum, pengujian ini termasuk dapat dipergunakan
guna memahami atau memilih beban peregangan yang berlangsung dan jenis-jenis
test ini bisa dijalankan di bawah kondisi area terlewati atau pun terbawah sekali pun.
Memilih sifat-sifat pengujian tarik pada material bersama dengan manfaatkan
tensile tester ini bisa diberlakukan kondisi bersama dengan pemanasan dan
pendinginan di dalam proses pengujian tarik menariknya. Maka keanekaragaman cii-
ciri material bisa diketahui berdasarkan result data berdasarkan pengujian yang ada.
12
Uji tarik ini dijalankan pada bermacam material atau pun bahan yang
menghendaki dijalankan pengujian, yakni :
Perekat
Plastik (plastic)
Logam (metal)
Karet (rubber)
Kertas (Paper)
Komposit
Elastometer
Film
Dll
Uji tarik ini biasanya digunakan untuk memilih beban maksimum di dalam lingkup
kekuatan dari type tarik dimana produk, material, atau lainnya yang dijalankan proses
pengujian hingga pada nilai yang diinginkan.
Tensile Tester ini menghasilkan uji tarik secara umum yang meliputi :
Penggunaan alat uji ini sebagai tools pengujian material baik digunakan di dalam
industrial affairs kegunaan menunjang pengujian hasil mengolah kegunaan mencukupi
standarisasi yang available atau pun untuk mewnguji kualitas produk-produk industri
yang menghendaki diuji.
13
Pengujian kekuatan tarik beberapa jenis kertas uji dilakukan dua kali
pengulangan dengan arah posisi kertas yang berbeda (vertikal dan horizontal). Nilai
kekuatan tarik suatu kertas bila arah serat kertas tersebut searah dengan arah tarikan
(MD) berbeda jika arah serat tersebut tegak lurus dengan arah tarikan (CD). Hal ini
dikarenakan pada posisi CD, paper tensile strength tester menarik ikatan antar rantai
selulosa kertas yang berupa ikatan lemah (van der waals). Sedangkan pada posisi CD
alat penguji menarik ikatan atom-atom pada rantai selulosa berupa ikatan kuat
sehingga sulit putus.
Kertas yang memiliki nilai gramatur dan densitas tinggi mempunyai nilai
kekuatan tarik yang rendah. Sebaliknya kertas yang berdensitas dan bergramatur
rendah memiliki nilai kekuatan tarik yang tinggi. Pada percobaan, kertas minyak
memiliki nilai kekuatan tarik yang paling tinggi diantara jenis kertas lainnya.
Faktor yang mempengaruhinya adalah densitas dangramatur kertas minyak
yang rendah. Maksudnya, kualitas kertas minyak sebagai bahan pengemas hanya
digunakan untuk produk-produk tertentu (berbobotringan). Berbeda dengan duplex
yang nilai kekuatan tariknya secara umum adalah rendah. Hal ini menunjukkan
duplex memiliki kualitas yang paling baik bila diisi bahan produk.
Duplex mampu menahan bobot dengan produk tertentu. Selain densitas dan
gramatur, panjang serat juga merupakan faktor penentukekuatan tarik (Nurmainah,
2002). Semakin panjang suatu serat maka nilaielongasinya semakin besar pula yang
menyebabkan nilai kekuatan tarik menjadikecil. Duplex merupakan bahan kemasan
yang ukuran seratnya berukuran panjang sehingga mempengaruhi nilai kekuatan tarik
menjadi kecil.
Sebaliknya kertas minyak memiliki ukuran panjang serat yang pendek
menyebabkan nilai kekuatan tariknya paling tinggi di antara lima jenis contoh uji.
Pada percobaan dapat diperkirakan arah MD dan CD suatu kertas dilhat berdasarkan
kekuatan tariknya. Kekuatan tarik kertas pada posisi MD mempunyai nilai yang lebih
tinggi dibanding bila kertas pada posisi CD.
3. Bending Test
Pengertian Uji tekuk (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian
untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Proses pembebanan
14
menggunakan mandrel atau pendorong yang dimensinya telah ditentukan untuk
memaksa bagian tengah bahan uji atau spesimen tertekuk diantara dua penyangga
yang dipisahkan oleh jarak yang telah ditentukan. Selanjutnya bahan akan mengalami
deformasi dengan dua buah gaya yang berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan.
Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan, yaitu:
Gambar 1 berikut ini memperlihatkan skema pengujian tekuk pada bahan uji.
15
harus disesuaikan dengan jenis pengujiannya. Hal tersebut bertujuan untuk
mengetahui kualitas hasil pengelasan secara visual setelah benda ditekuk.
Pada transversal bending, saat pengambilan specimen harus tegak lurus dengan arah
pengelasan. Menurut arah pembebanan dan lokasi pengamatan, Uji Tekuk Melintang (
transversal bending) dibagi menjadi tiga:
Dikatakan face bend jika permukaan las mengalami tegangan tarik dan akar las
mengalami tegangan tekan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Pengamatan
dilaksanakan pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik, apakah muncul
retak atau tidak. Jika muncul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ
atau fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).
Root bend adala akar las mengalami tegangan tarik dan permukaan las
mengalami tegangan tekan, seperti yang ditunjukkan Gambar 3 Pengamatan dilakukan
di akar las yang mengalami tegangan tarik, lalu diamati apakah muncul retak atau
tidak. Jika muncul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal. HAZ atau fusion
line (yaitu garis perbatasan WM dan HAZ)
16
Gambar 3 Skema Pengujian Tekuk Root Bend pada Transversal Bending
Pengujian ini dilaksanakan apabila ketebalan material yang di las lebih besar
dari 3/8 inchi. Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut, apakah timbul retak atau
tidak, seperti yang di tunjukkan Gambar 4. Jika muncul retak amati dimanakah
letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan
HAZ).
Pada pengujian jenis ini, spesimen diambil searah dengan arah pengelasan
berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan. Pengujian longitudinal
bending dibagi menjadi dua :
Dikatakan face bend jika permukaan las mengalami tegangan tarik dan akar
las mengalami tegangan tekan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.
Pengamatan dilakukan di permukaan las yang mengalami tegangan tarik, diamati
apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di
weld metal, HAZ atau fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).
17
Gambar 5 Skema Pengujian Tekuk Face Bend pada Longitudinal Bending.
Root bend adalah bending yang dilakukan sehingga akar las mengalami
tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan, seperti yang ditunjukkan
Gambar 6 Pengamatan dilakukan di akar las, amati apakah muncul retak atau tidak.
Jika muncul retak dimanakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion
line (yaitu garis perbatasan WM dan HAZ).
Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandril ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan, yaitu :
Berdasarkan standard and code ASME sec. IX, ukuran diameter mandril
ditentukan berdasarkan P-No. dari material yang diuji. Namun jika P-No. material
tidak ditemukan pada referensi di standar tersebut, maka dapat digunakan data
elongation material uji untuk mencari diameter mandril atau penekan.
18
Berbeda dengan standard and code ASME sec. IX yang menggunkan P-No.
dan data elongation material, pada standar yang lain yaitu AWS D1.1 justru
menggunakan data kekuatan luluh ( yield strength) dari material yang diuji untuk
menentukan diameter mandril atau penekan. Pada Gambar 7 dapat dilihat cara
penentuan diameter mandril / penekan berdasarkan standard and code ASME sec.
IX.
Untuk dapat lulus dari uji tekuk (bending) berdasarkan standard and code
ASME sec. IX maka hasil pengujian harus memenuhi kriteria berikut ini :
1. Keretakan pada weld metal atau HAZ maksimal 3 mm diukur dari segala arah
pada permukaan cembung yang telah ditekuk.
2. Retak pada pojok permukaan yang telah ditekuk tidak diperhitungkan. Kecuali
yang disebabkan oleh slag inclusión , lack of fusion , atau cacat lainnya.
3. Pada pengelasan overlay cladding tidak boleh terdapat retak terbuka melebihi 1.5
mm dihitung dari segala arah. Pada interface tidak boleh terdapat retak terbuka
melebihi 3 mm.
4. Impact Test
Beberapa perangkat pada otomotif dan transmisi serta bagian-bagian pada kereta api,
akan mengalami suatu beban kejut atau beban secara mendadak dalam pengoperasianya.
Oleh karena itu ketahanan suatu material terhadap beban mendadak, serta faktor-faktor
yang mempengaruhi sifat material tersebut perlu diketahui dan diperhatikan. Ketahanan
tersebut merupakan salah satu sifat material yang disebut getas.
Ada banyak dijumpai kerusakan pada konstruksi yang menampakkan pola patah getas
padahal terbuat dari logam yang ulet. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
19
kecenderungan suatu logam mengalami patah getas diantaranya; tegangan triaxial,
temperatur rendah dan laju regangan/pembebanan yang tinggi. Tegangan triaxial dapat
terjadi apabila pada permukaan terdapat takik/notch.
Ada dua teknik uji impak yang standar yaitu charpy dan izod. Pengujian ini bertujuan
untuk menguji kecenderungan logam untuk patah getas dan untuk mengukur energi
impak atau istilah lainnya disebut notch toughness (mengukur ketangguhan logam
terhadap adanya takik) Teknik charpy V-noch (CVN) adalah teknik yang paling
banyak digunakan.
Pada uji impak digunakan spesimen uji bertakik yang dipukul dengan sebuah
pendulum, pada teknik izod, spesimen dijepit pada satu ujung hingga takik berada
didekat penjepit. Pendulum diayunkan dari ketinggian tertentu akan memukul ujung
spesimen yang tidak dijepit dari depan takik. Pada charpy spesimen uji diletakkan
mendatar kedua ujungnya ditahan, pendulum akan memukul batang uji dari belakang
takik.
Uji impak berguna untuk melihat efek-efek yang ditimbulkan oleh adanya
takikan, bentuk takikan, temperatur, dan faktor-faktor lainnya. Uji impak dapat juga
disebut sebagai suatu pengujian material untuk mengetahui kemampuan suatu
material/bahan dalam menerima beban tumbuk dengan diukur besarnya energi yang
diperlukan untuk mematahkan spesimen material/bahan dengan ayunan seperti
ditunjukkan pada gambar dibawah ini:
20
Gambar 1. Uji impak teknik izod dan charpy
Nilai besarnya energi impact (joule) dapat dilihat pada skala mesin penguji.
Sedangkan besarya energi impact secara teoritis dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:
Apabila ingin mengetahui kekuatan impact strength (Is) maka energi impact
tersebut harus dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A) sehingga :
21
Is = ∆E/A = W ℓ( cos β – cos α )/A……… (7)
Uji impak juga digunakan untuk mempelajari pola patahan spesimen uji,
apakah getas (brittle fracture) atau patah ulet (ductile fracture) atau kombinasi
keduanya. Granular fracture atau cleavage fracture adalah Permukaan patah getas
berkilat dan berbutir sedangkan patah ulet tampak lebih buram dan berserabut disebut
22
juga fibrous fracture atau shear fracture. Perbedaan permukaan kedua jenis patahan
sebagaimana ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
Terdapat 2 macam pengujian impact yaitu Metode Charpy dan Metode Izod :
• Temperatur Transisi
23
1. Kriteria 1, yaitu T1 pada temperatur ini pola patahan adalah 100% fibrous. FTP
(Fracture Trasnsition Plastic), kriteria ini sangat konservatif karena pada suhu ini
spesimen patah ulet telah dianggap mengalami transisi.
2. Kriteria 2, yaitu T2 FATT (fracture Apperance Transition Temperature)
Temperatur pada saat menghasilkan pola patahan 50% cleavage fracture & 50%
ductile fracture.
3. Kriteria 3, yaitu T3 rata-rata energi tertinggi dengan energi terendah yang diserap,
besarnya seringkali mirip dengan T2.
4. Kriteria 4, yaitu T4 temperatur yang dapat menghasilkan energi sebesar 20 joule
(15 ft lb).
5. Kriteria 5, yaitu T5 temperatur yang menghasilkan pola patahan 100% cleavage
fracture disebut NDT (Nil Ductility Temperature).
Hasil uji impak tidak dapat digunakan untuk keperluan perhitungan suatu
desain, namun hanya dapat digunakan untuk membandingkan sifat ketangguhan
suatu bahan dengan bahan lain. Hal ini dikaerenakan banyak faktor yang
mempengaruhi impact strength hingga tidak dapat dicari korelasinya antara
kondisi pengujian dengan kondisi pemakaian, misalnya pada saat pengujian
kecepatan pembebanan sudah tertentu sedangkan pada pemakaian bisa bervariasi
Demikian juga dengan kondisi tegangan triaxial yang dipengaruhi bentuk dan
ukuran takik, ini akan menyebabkan impact strength berbeda bila faktor tersebut
24
berbeda. Oleh karena itu pada uji impak ini bentuk dan ukuran spesimen dan
notch nya harus sama baru hasil pengujian dapat dibandingkan.
25
BAB III
PENUTUP
Simpulan :
26
DAFTAR PUSTAKA
https://hoboindonesia116933287.wordpress.com/2018/01/16/tensile-strength/ Diakses
pada 27 April 2021
https://www.alatuji.com/index.php/article/detail/79/penentuan-ketahanan-tarik-dan-
regangan-putus-dengan-tensile-strength Diakses pada 27 April 2021
27