Anda di halaman 1dari 30

MACAM-MACAM PENGUJIAN SIFAT MEKANIK LOGAM

MAKALAH

“Disusun dalam Rangka Memenuhi Salah Satu Tugas Kelompok pada Mata
Kuliah Manufaktur II”

Dosen Pengampu :
Mohammad Munib Rosadi, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh Kelompok 13 :

MUHAMMAD WAHYU UBAIDILLAH (1894074009)


ZAINAL ABIDIN (1894074012)
FIRDAUS (1894074012)

PRODI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
TEBUIRENG JOMBANG
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.


Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Manufaktur II” di Universitas Hasyim
Asy’ari.
Tidak lupa Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Mohammad
Munib Rosadi selaku Dosen Pembimbing mata kuliah Manufaktur II.
Kami selaku penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca, sehingga makalah ini
dapat digunakan dengan baik. Harapan penyusun semoga makalah ini memberi manfaat dan
menambah wawasan bagi kami penyusun serta bermanfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum wr. wb

Jombang, 27 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................i

BAB I.........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.....................................................................................................................1

A. Latar Belakang................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................2

C. Tujuan Makalah..............................................................................................................2

BAB II....................................................................................................................................4

PEMBAHASAN....................................................................................................................4

A. Pengujian Sifat mekanik Bahan.........................................................................................4

B. Macam-Macam Pengujian Mekanik..................................................................................4

1. Hardness Test..............................................................................................................4

2. Tensile Strength.........................................................................................................12

3. Bending Test..............................................................................................................14

4. Impact Test................................................................................................................19

BAB III....................................................................................................................................26

PENUTUP...............................................................................................................................26

Simpulan :.............................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................27

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kekerasan merupakan sifat alami dari suatu logam atau material. Salah satu proses

yang mempengarui kekerasan suatu material yang di uji adalah proses heat treatment.

Kekerasan mempunyai arti yang berbeda sesuai dengan bidang pemakaianya. Pada

pengujian logam kekerasan didefinisikan sebagai ketahanan suatu logam terhadap

indentasi (penekanan) sedangkan didalam mineralogy kekerasan merupakan ketahanan

suatu mineral terhadap goresan dengan menggunakan standard kekerasan mohs.

Tensile strength tegangan maksimum yang bisa ditahan oleh bahan ketika

diregangkan atau ditarik, sebelum bahan tersebut patah. Tensile Strength adalah

kebalikan dari kekuatan tekan, dan nilainya bisa berbeda-beda. Beberapa bahan bisa

patah begitu saja tanpa mengalami deformasi, yang berarti benda tersebut bersifat rapuh.

Bahan lainnya akan meregang dan mengalami deformasi sebelum patah, yang disebut

dengan benda elastis.

Bending test merupakan salah satu bentuk pengujian untuk menentukan mutu suatu
material secara visual. Selanjutnya bahan akan mengalami deformasi dengan dua buah

gaya yang berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan.

Uji impak adalah pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid

loading). Agar dapat memahami uji impak terlebih dahulu mengamati fenomena yang

terjadi terhadap suatu kapal yang berada pada suhu rendah ditengah laut, sehingga

menyebabkan materialnya menjadi getas dan mudah patah. Disebabkan laut memiliki

banyak beban (tekanan) dari arah manapun. Kemudian kapal tersebut menabrak gunung

es, sehingga tegangan yang telah terkonsentrasi disebabkan pembebanan sebelum

sehingga menyebabkan kapal tersebut terbelah dua. Dalam Pengujian Mekanik, terdapat

perbedaan dalam pemberian jenis beban kepada material.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Hardess?


2. Apa yang dimaksud dengan Tensile Stregth ?
3. Apa yang dimaksud dengan Bend Test ?
4. Apa yang dimaksud dengan Impact Test ?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Hardness.


2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Tensile Strength.
3. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Bend Test.
4. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Impact Test.

2
3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengujian Sifat mekanik Bahan

Untuk mengetahui sifat bahan/logam perlu dilakukan pengujian. Pengujian biasanya


dilakukan terhadap sampleujibahan yang dipersiapkan menjadi spesimen atau batang uji (test
piece) dengan bentuk dan ukuran yang standar. Demikian juga prosedur pengujian harus
dilakukan dengan cara-cara yang standar (mengikuti suatu standar tertentu), baru kemudian
dari hasil pengukuran pada pengujian diambil kesimpulan mengenai sifat mekanik yang
diuji.Sebenarnya hasil pengujian yang paling mendekati kenyataan akan dapat diperoleh bila
pengujian dilakukan terhadap benda komponen atau keseluruhan konstruksi dengan bentuk
dan ukuran sebenarnya (full-scale) dan pengujian dilakukan dengan pembebanan yang
mendekati keadaan yang sebenarnya. Tetapi cara ini terlalu mahal, tidak praktis dan bahkan
kadang-kadang sulit dianalisis.Beberapa pengujian mekanik yang banyak diiakukan adalah
pengujian tarik (tensiletest), pengujian kekerasan (hardness test), pengujian pukul-takik
(impact test), kadang-kadang juga pengujian kelelahan (fatigue test), creep test, bending test,
compression test dan beberapa fabrication test.

B. Macam-Macam Pengujian Mekanik

1. Hardness Test
Kekerasan suatu material/bahan merupakan sifat mekanik yang sangat
penting, karena dapat digunakan untuk mengetahui sifat mekanik lain yaitu strength
(kekuatan). Nilai kekuatan tarik yang dimiliki suatu material juga dapat dikonversi
dari kekerasannya. Seperti pada Gambar 1 di bawah ini.

4
Gambar 1 Sifat bahan yang berhubungan dengan kekerasan Pengujian
kekerasan ada bermacam-macam tergantung konsep yang dianut. Dalam engineering
yang menyangkut logam kekerasan dinyatakan sebagai kemampuan untuk menahan
indentasi / penetrasi / abrasi atau dengan definisi lain adalah ketahanan logam
terhadap deformasi plastis.
Ada beberapa cara pengujian kekerasan yang standar untuk menguji kekerasan
logam yaitu; pengujian Brinell, Rockwell, Vickers, dan lain lain. Pada dasarnya
pengujian kekerasan dilakukan dengan menekankan sebuah indenter yang lebih keras
sifatnya dari bahan uji dengan beban dan jangka waktu tertentu (10-15 detik), bekas
tapak tekan pada permukaan benda uji diukur untuk menentukan nilai kekerasan
dengan cara gaya tekan dibagi luas tapak tekan.

a) Metode Hardness Test


Ada pengujian yang nilai kekerasan langsung dapat dilihat pada dial
indicator. Ada berbagai macam metode pengujian kekerasan yang digunakan
untuk menguji kekerasan logam, yaitu :

1. Metode Pengujian Kekerasan Brinell.


2. Metode Pengujian Kekerasan Vickers.
3. Metode Pengujian Kekerasan Rockwell.
4. Metode Pengujian Kekerasan Rockwell Superficial.
5. Metode Pengujian Kekerasan Knoop.
6. Metode Pengujian Kekerasan Shore Scleroscope.
7. Metode Pengujian Kekerasan Sonodur.
8. Metode Pengujian Kekerasan Moh.
9. Metode Pengujian Kekerasan File.

5
Dari kesembilan metode pengujian kekerasan tersebut, hanya tiga saja
yang akan dibahas metode pengujian kekerasan untuk menguji kekerasan
logam, yaitu:

1. Metode Pengujian Kekerasan Brinell.


2. Metode Pengujian Kekerasan Vickers.
3. Metode Pengujian Kekerasan Rockwell

1. Metode Pengujian Kekerasan Brinell.


Pengujian Brinell merupakan pengujian kekerasan dengan cara
menusuk atau menekan spesimen menggunakan indenter berbentuk bola
yang terbuat dari baja yang sudah dikeraskan atau karbida tungsten.
Indenter bola baja digunakan untuk material yang memiliki kekerasan
Brinell hingga 450 BHN.
Indentor bola karbida tungsten harus digunakan apabila material yang
di uji memiliki kekerasan Brinell antara 451-650 BHN. Pengujian yang
standar dilakukan dengan menggunakan diameter 10 mm bola baja atau
karbida tungsten dengan beban 3000 kgf untuk logam keras, beban 1500
kgf untuk logam pertengahan, dan beban 500 kgf serta lebih rendah untuk
material lunak.
Indenter selain diameter 10 mm bisa digunakan, misal 5 mm, 2,5 mm
dan 1 mm. Jika menggunakan diameter indenter selain 10 mm maka beban
harus disesuaikan mengikuti formula 𝑃 𝐷2 = konstan. Nilai konstanta
tergantung dengan material yang di uji, 30 digunakan untuk baja dan
paduannya, 10 digunakan untuk tembaga dan paduannya dan 5 digunakan
untuk aluminium dan paduannya.

6
Gambar 2. Prinsip Uji Brinell

Keterbatasan uji Brinell :

 Mengukur material yang sangat keras. Indentor bola dapat mengalami


deformasi yang berlebihan.
 Mengukur kekerasan spesimen tipis. Indentasi dapat lebih besar dari pada
tebal spesimen.
 Mengukur material yang dikeraskan permukaan. Indentasi dapat menusuk
lebih dalam dari pada tebal permukaan yang dikeraskan sehingga pengukuran
menjadi tidak valid sebab mengakibatkan pengukuran bagian dalam yang
lunak juga.

2. Metode pengujian kekerasan Vickers.


Prinsip dasar pengujian vickers sama dengan uji Brinell, perbedaannya
penggunaan indentor intan yang berbentuk piramid beralas bujur sangkar dan sudut
puncak antara dua sisi yang berhadapan 136o. Pengukuran diagonal segi empat lebih
akurat dibandingkan pengukuran pada lingkaran. Pengujian ini dapat dilakukan untuk
spesimen tipis hingga 0,006 inci.

7
Gambar 3. Prinsip uji Vickers

3. Metode pengujian kekerasan Rockwell.


Pengujian kekerasan Rockwell berbeda dengan Brinell dan Vickers. Pada uji
kekerasan Rockwell tidak melakukan pengukuran tapak tekan secara manual,
pengukuran langsung dilakukan oleh mesin dan langsung menunjukkan nilai
kekerasan dari bahan yang diuji, nilai ini dapat dilihat pada dial indicator.
Nilai kekerasan yang diperoleh berhubungan terbalik dengan kedalaman
identasi. Indenter yang digunakan adalah bola baja yang diperkeras berukuran 1/16 in
dan 1/8 in serta kerucut intan bersudut 120o dengan ujung bulat diberi nama brale.
Pada operasi pengujian, Beban minor diterapkan sebesar 10 kgf yang menyebabkan
identasi awal dan menempatkan identer pada posisi yang akurat untuk penekanan.
Dial ditempatkan pada skala tanda set nol.
Selanjutnya, pemberian beban utama (major) yang berbeda besarannya
tergantung pada skala rockwell yang digunakan lihat Tabel 1. Rockwell skala A
digunakan untuk logam yang sangat keras. Rockwell skala B digunakan untuk
menguji material dengan kekerasan medium. Skala B memiliki nilai 0 – 100. Nilai
kekerasan diatas 100 memberikan hasil pengujian yang kurang valid sebab
kemungkinan indentor telah menjadi rata.
Rockwell skala C digunakan untuk menguji material dengan kekerasan tinggi
yaitu diatas B100. Baja paling keras memiliki nilai C70. Skala C digunakan pada C20
ke atas.

8
Gambar 4. Prinsip uji Rockwell

Skala Rockwell dibagi atas 100 bagian lihat Gambar 3. Setiap bagian atau
nilai kekerasan setara dengan 0,002 mm indentasi. Angka B55 dan B60 memliki
perbedaan kedalaman indentasi sebesar 5 x 0,002 mm atau 0,01 mm

Gambar 5. Dial indikator pada mesin rockwell @bakergauges.com

Tabel 1. Skala Rockwell

9
b) Prosedur Pengujian Kekerasan :
1. Pengujian kekerasan Brinell.

Hal yang perlu diperhatikan pada saat pengujian kekerasan Brinell adalah sebagai
berikut :

1. Spesimen harus memenuhi persyaratan : – Rata dan halus. – Ketebalan


minimal 6 mm. – Bisa ditumpu dengan baik dan permukaan uji harus
horizontal.
2. Identor yang digunakan adalah bola baja yang sudah dikeraskan, tapi untuk
material/bahan yang sangat keras (sampai 650 BHN) digunakan bola dari
carbida tungsten. Jarak dengan titik pengujian minimal dua kali diameter tapak
identasi.
3. Syarat perbandingan P/D2 = 30 digunakan untuk baja, 10 digunakan untuk
tembaga dan paduannya, serta 5 digunakan untuk aluminium dan paduannya.
Penggunaan beban (P) dan diameter identor (D) diharuskan memenuhi syarat
tersebut
4. Pengujian kekerasan ini dilakukan dengan menekan identor pada permukaaan
spesimen selama 10-15 detik, seperti pada Gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6 Metode Pengujian Kekerasan Brinell


2. Pengujian kekerasan Vickers.

Metode pengujian kekerasan Vickers pada dasarnya hampir sama dengan


Brinell hanya indentornya saja yang berbeda. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan pada metode pengujian kekerasan Vickers adalah sebagai berikut :

 Spesimen harus memenuhi persyaratan: o Permukaan harus rata dan halus o


Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan horizontal

10
 Identor yang digunakan adalah pyramid intan yang beralas bujur sangkar
yang memiliki sudut puncak antara dua sisi yang berhadapan adalah 136
derajat.
 Pada dasarnya semua beban bisa digunakan, kecuali untuk pelat yang tipis
harus digunakan beban yang ringan
 Pengujian kekerasan ini dilakukan dengan menekan identor pada
permukaan spesimen dengan waktu selama 10 – 15 detik.

3. Pengujian kekerasan Rockwell.

Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers yang menggunakan pengukuran


manual, dengan metode Rockwell pengukuran nilai kekerasan langsung dapat
dibaca pada skala yang terdapat pada mesin. Dengan metode ini nilai kekerasan
spesimen langsung dapat dibaca dari skala yang terdapat pada mesin. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan pada metode pengujian kekerasan Rockwell, yaitu:

1. Spesimen harus memenuhi persyaratan: o Permukaan harus rata dan halus o


Dapat ditumpu dengan baik dan permukaan horizontal
2. Metode Rockwell mempunyai beberapa skala pengukuran, yang mana
pemakaian tersebut tergantung pada kombinasi jenis identor dan beban
utama yang digunakan. Ada tiga jenis identor dengan tiga jenis beban
utama, sehingga terdapat sembilan kombinasi sebagaimana ditunjukkan
pada Gambar 9 di bawah ini.

c) Acceptance Criteria Hardness Test :


Syarat keberterimaan uji Hardness adalah tergantung dari nilai
kekerasan pada sertifikat atau dokumen material/bahan, apabila nilai Uji
Hardness berada dibawah nilai kekerasan di sertifikat material/bahan, maka
meterial/bahan dapat diterima atau ACC. Adapun Perbandingan metode uji
Brinell, Vickers dan Rockwell :

 Ketebalan spesimen minim 6 mm untuk brinell standar dan 1,5 mm untuk


rockwell dan vickers.

11
 Brinell standar mengakibatkan bekas indentasi cukup besar sehingga tidak
digunakan untuk finished product, Rockwell dan vickers meninggalkan
bekas yang kecil.
 Rockwell indentasinya kecil tidak baik digunakan pada bahan yang tidak
homogen misal besi cor kelabu, karena ada bagian yang keras dan lunak.
 Brinell tidak menuntut kehalusan permukaan yang tinggi, cukup dengan
gerinda kasar.
 Brinell dan Vickers pengukuran dilakukan manual, memungkinkan
terjadinya kesalahan ukur.
 Vickers dapat digunakan untuk material lunak hingga keras, namun sensitif
terhadap kekasaran permukaan.
 Brinell terbatas pada logam dengan kekerasan maksimal 650 BHN.

2. Tensile Strength
Tensile Tester merupakan sebuah tools uji bersama dengan system pengujian
bersama dengan cara tarik yang biasanya diperuntukan sebagai tools pendukung di
dalam proses pengujian bersama dengan obyek untuk memahami bermacam ragam
sifat-sifat material yang dapat diujikan.
Dengan proses pengujian bersistem tarik, pada pas proses pengujian
berlangsung kita dapat memahami intensitas material yang mengalami pengujian,
merasa dari peregangan yang berlangsung pada material yang diuji (seberapa panjang
material bisa terima type tarik) hingga bersama dengan analisa berdasarkan sifat-sifat
material yang terlah didapatkan berdasarkan hasil dari data pengujian tarik yang
berlangsung
Dalam proses pengaplikasiannya metode yang digunakan masuk ke dalam
metode pengujian yang paling umum, pengujian ini termasuk dapat dipergunakan
guna memahami atau memilih beban peregangan yang berlangsung dan jenis-jenis
test ini bisa dijalankan di bawah kondisi area terlewati atau pun terbawah sekali pun.
Memilih sifat-sifat pengujian tarik pada material bersama dengan manfaatkan
tensile tester ini bisa diberlakukan kondisi bersama dengan pemanasan dan
pendinginan di dalam proses pengujian tarik menariknya. Maka keanekaragaman cii-
ciri material bisa diketahui berdasarkan result data berdasarkan pengujian yang ada.

12
Uji tarik ini dijalankan pada bermacam material atau pun bahan yang
menghendaki dijalankan pengujian, yakni :

 Perekat
 Plastik (plastic)
 Logam (metal)
 Karet (rubber)
 Kertas (Paper)
 Komposit
 Elastometer
 Film
 Dll

Uji tarik ini biasanya digunakan untuk memilih beban maksimum di dalam lingkup
kekuatan dari type tarik dimana produk, material, atau lainnya yang dijalankan proses
pengujian hingga pada nilai yang diinginkan.

Tensile Tester ini menghasilkan uji tarik secara umum yang meliputi :

 Defleksi Beban Maksimum


 Ruang Kepadatan
 Kekakuan material
 Modulus Young
 Tegangan
 Chord slope
 DefleksiI pas senggang
 Kinerja pada beban Maksimum

Penggunaan alat uji ini sebagai tools pengujian material baik digunakan di dalam
industrial affairs kegunaan menunjang pengujian hasil mengolah kegunaan mencukupi
standarisasi yang available atau pun untuk mewnguji kualitas produk-produk industri
yang menghendaki diuji.

1) Penentuan Ketahanan Tarik dan Regangan Putus dengan Tensile Strength

13
Pengujian kekuatan tarik beberapa jenis kertas uji dilakukan dua kali
pengulangan dengan arah posisi kertas yang berbeda (vertikal dan horizontal). Nilai
kekuatan tarik suatu kertas bila arah serat kertas tersebut searah dengan arah tarikan
(MD) berbeda jika arah serat tersebut tegak lurus dengan arah tarikan (CD). Hal ini
dikarenakan pada posisi CD, paper tensile strength tester menarik ikatan antar rantai
selulosa kertas yang berupa ikatan lemah (van der waals). Sedangkan pada posisi CD
alat penguji menarik ikatan atom-atom pada rantai selulosa berupa ikatan kuat
sehingga sulit putus.
Kertas yang memiliki nilai gramatur dan densitas tinggi mempunyai nilai
kekuatan tarik yang rendah. Sebaliknya kertas yang berdensitas dan bergramatur
rendah memiliki nilai kekuatan tarik yang tinggi. Pada percobaan, kertas minyak
memiliki nilai kekuatan tarik yang paling tinggi diantara jenis kertas lainnya.
Faktor yang mempengaruhinya adalah densitas dangramatur kertas minyak
yang rendah. Maksudnya, kualitas kertas minyak sebagai bahan pengemas hanya
digunakan untuk produk-produk tertentu (berbobotringan). Berbeda dengan duplex
yang nilai kekuatan tariknya secara umum adalah rendah. Hal ini menunjukkan
duplex memiliki kualitas yang paling baik bila diisi bahan produk.
Duplex mampu menahan bobot dengan produk tertentu. Selain densitas dan
gramatur, panjang serat juga merupakan faktor penentukekuatan tarik (Nurmainah,
2002). Semakin panjang suatu serat maka nilaielongasinya semakin besar pula yang
menyebabkan nilai kekuatan tarik menjadikecil. Duplex merupakan bahan kemasan
yang ukuran seratnya berukuran panjang sehingga mempengaruhi nilai kekuatan tarik
menjadi kecil.
Sebaliknya kertas minyak memiliki ukuran panjang serat yang pendek
menyebabkan nilai kekuatan tariknya paling tinggi di antara lima jenis contoh uji.
Pada percobaan dapat diperkirakan arah MD dan CD suatu kertas dilhat berdasarkan
kekuatan tariknya. Kekuatan tarik kertas pada posisi MD mempunyai nilai yang lebih
tinggi dibanding bila kertas pada posisi CD.

3. Bending Test
Pengertian Uji tekuk (bending test) merupakan salah satu bentuk pengujian
untuk menentukan mutu suatu material secara visual. Proses pembebanan

14
menggunakan mandrel atau pendorong yang dimensinya telah ditentukan untuk
memaksa bagian tengah bahan uji atau spesimen tertekuk diantara dua penyangga
yang dipisahkan oleh jarak yang telah ditentukan. Selanjutnya bahan akan mengalami
deformasi dengan dua buah gaya yang berlawanan bekerja pada saat yang bersamaan.
Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandrel ada beberapa faktor yang
harus diperhatikan, yaitu:

1. Kekuatan tarik ( Tensile Strength ).


2. Komposisi kimia dan struktur mikro terutama kandungan Mn dan C pada
material.
3. Tegangan luluh ( Yield Stress ).

Gambar 1 berikut ini memperlihatkan skema pengujian tekuk pada bahan uji.

Gambar 1 Skema Pengujian Tekuk pada Bahan Uji @

Setelah menekuk, permukaan spesimen yang berbentuk cembung harus


diperiksa dari kemungkinan adanya retak atau cacat permukaan yang lain. Apabila
spesimen mengalami patah (fracture) setelah ditekuk, maka spesimen dinyatakan
gagal uji (rejected). Namun jika tidak patah maka kriteria keberterimaan seperti
jumlah retak, dimensi retak atau cacat permukaan lain yang terlihat pada permukaan
harus disesuaikan dengan standar yang diacu. Adanya retak pada sisi ketebalan atau
sudut-sudut spesimen tidak dinyatakan sebagai kegagalan pengujian.

Kecuali dimensinya melebihi ukuran yang ditentukan oleh standar.


Berdasarkan posisi pengambilan spesimen, uji tekuk bending dibedakan menjadi 2,
yaitu transversal bending dan longitudinal bending. Apabila kedua jenis pengujian
tersebut digunakan pada benda hasil pengelasan, maka pemotongan area pengelasan

15
harus disesuaikan dengan jenis pengujiannya. Hal tersebut bertujuan untuk
mengetahui kualitas hasil pengelasan secara visual setelah benda ditekuk.

1. Pengujian Tekuk Melintang (Transversal Bending).

Pada transversal bending, saat pengambilan specimen harus tegak lurus dengan arah
pengelasan. Menurut arah pembebanan dan lokasi pengamatan, Uji Tekuk Melintang (
transversal bending) dibagi menjadi tiga:

a. Face Bend (Bending di permukaan las).

Dikatakan face bend jika permukaan las mengalami tegangan tarik dan akar las
mengalami tegangan tekan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Pengamatan
dilaksanakan pada permukaan las yang mengalami tegangan tarik, apakah muncul
retak atau tidak. Jika muncul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal, HAZ
atau fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 2 Skema Pengujian Tekuk Face Bend pada Transversal Bending.

b. Root Bend ( Bending di akar las ).

Root bend adala akar las mengalami tegangan tarik dan permukaan las
mengalami tegangan tekan, seperti yang ditunjukkan Gambar 3 Pengamatan dilakukan
di akar las yang mengalami tegangan tarik, lalu diamati apakah muncul retak atau
tidak. Jika muncul retak dimanakah letaknya, apakah di weld metal. HAZ atau fusion
line (yaitu garis perbatasan WM dan HAZ)

16
Gambar 3 Skema Pengujian Tekuk Root Bend pada Transversal Bending

c. Side Bend ( Bending di sisi las ).

Pengujian ini dilaksanakan apabila ketebalan material yang di las lebih besar
dari 3/8 inchi. Pengamatan dilakukan pada sisi las tersebut, apakah timbul retak atau
tidak, seperti yang di tunjukkan Gambar 4. Jika muncul retak amati dimanakah
letaknya, apakah di weld metal, HAZ atau di fusion line (garis perbatasan WM dan
HAZ).

Gambar 4 Skema Pengujian Tekuk Side Bend pada Transversal Bending

2. Pengujian Tekuk Memanjang (Longitudinal Bending)

Pada pengujian jenis ini, spesimen diambil searah dengan arah pengelasan
berdasarkan arah pembebanan dan lokasi pengamatan. Pengujian longitudinal
bending dibagi menjadi dua :

a. Face Bend (Bending pada permukaan las)

Dikatakan face bend jika permukaan las mengalami tegangan tarik dan akar
las mengalami tegangan tekan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 5.
Pengamatan dilakukan di permukaan las yang mengalami tegangan tarik, diamati
apakah timbul retak atau tidak. Jika timbul retak dimanakah letaknya, apakah di
weld metal, HAZ atau fusion line (garis perbatasan WM dan HAZ).

17
Gambar 5 Skema Pengujian Tekuk Face Bend pada Longitudinal Bending.

b. Root Bend (Bending pada akar las)

Root bend adalah bending yang dilakukan sehingga akar las mengalami
tegangan tarik dan dasar las mengalami tegangan tekan, seperti yang ditunjukkan
Gambar 6 Pengamatan dilakukan di akar las, amati apakah muncul retak atau tidak.
Jika muncul retak dimanakah letaknya, apakah di Weld metal, HAZ atau di fusion
line (yaitu garis perbatasan WM dan HAZ).

Gambar 6 Skema Pengujian Tekuk Root Bend pada Longitudinal Bending

3. Prosedure Pengujian Bending :

Dalam pemberian beban dan penentuan dimensi mandril ada beberapa faktor
yang harus diperhatikan, yaitu :

1. P-No. dari material yang diuji.


2. Elongation dari material yang diuji.
3. Kekuatan luluh ( yield strength) dari material yang diuji.

Berdasarkan standard and code ASME sec. IX, ukuran diameter mandril
ditentukan berdasarkan P-No. dari material yang diuji. Namun jika P-No. material
tidak ditemukan pada referensi di standar tersebut, maka dapat digunakan data
elongation material uji untuk mencari diameter mandril atau penekan.

18
Berbeda dengan standard and code ASME sec. IX yang menggunkan P-No.
dan data elongation material, pada standar yang lain yaitu AWS D1.1 justru
menggunakan data kekuatan luluh ( yield strength) dari material yang diuji untuk
menentukan diameter mandril atau penekan. Pada Gambar 7 dapat dilihat cara
penentuan diameter mandril / penekan berdasarkan standard and code ASME sec.
IX.

4. Acceptance Criteria Bending Test :

Kriteria Keberterimaan Pengujian Tekuk (Acceptance Criteria Bending Test).

a. Syarat Keberterimaan Berdasarkan ASME sec. IX.

Untuk dapat lulus dari uji tekuk (bending) berdasarkan standard and code
ASME sec. IX maka hasil pengujian harus memenuhi kriteria berikut ini :

1. Keretakan pada weld metal atau HAZ maksimal 3 mm diukur dari segala arah
pada permukaan cembung yang telah ditekuk.
2. Retak pada pojok permukaan yang telah ditekuk tidak diperhitungkan. Kecuali
yang disebabkan oleh slag inclusión , lack of fusion , atau cacat lainnya.
3. Pada pengelasan overlay cladding tidak boleh terdapat retak terbuka melebihi 1.5
mm dihitung dari segala arah. Pada interface tidak boleh terdapat retak terbuka
melebihi 3 mm.

4. Impact Test

Beberapa perangkat pada otomotif dan transmisi serta bagian-bagian pada kereta api,
akan mengalami suatu beban kejut atau beban secara mendadak dalam pengoperasianya.
Oleh karena itu ketahanan suatu material terhadap beban mendadak, serta faktor-faktor
yang mempengaruhi sifat material tersebut perlu diketahui dan diperhatikan. Ketahanan
tersebut merupakan salah satu sifat material yang disebut getas.

Ada banyak dijumpai kerusakan pada konstruksi yang menampakkan pola patah getas
padahal terbuat dari logam yang ulet. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan

19
kecenderungan suatu logam mengalami patah getas diantaranya; tegangan triaxial,
temperatur rendah dan laju regangan/pembebanan yang tinggi. Tegangan triaxial dapat
terjadi apabila pada permukaan terdapat takik/notch.

a. Teknik Uji Impak

Ada dua teknik uji impak yang standar yaitu charpy dan izod. Pengujian ini bertujuan
untuk menguji kecenderungan logam untuk patah getas dan untuk mengukur energi
impak atau istilah lainnya disebut notch toughness (mengukur ketangguhan logam
terhadap adanya takik) Teknik charpy V-noch (CVN) adalah teknik yang paling
banyak digunakan.

Pada uji impak digunakan spesimen uji bertakik yang dipukul dengan sebuah
pendulum, pada teknik izod, spesimen dijepit pada satu ujung hingga takik berada
didekat penjepit. Pendulum diayunkan dari ketinggian tertentu akan memukul ujung
spesimen yang tidak dijepit dari depan takik. Pada charpy spesimen uji diletakkan
mendatar kedua ujungnya ditahan, pendulum akan memukul batang uji dari belakang
takik.

b. Tujuan Impact Test

Uji impak berguna untuk melihat efek-efek yang ditimbulkan oleh adanya
takikan, bentuk takikan, temperatur, dan faktor-faktor lainnya. Uji impak dapat juga
disebut sebagai suatu pengujian material untuk mengetahui kemampuan suatu
material/bahan dalam menerima beban tumbuk dengan diukur besarnya energi yang
diperlukan untuk mematahkan spesimen material/bahan dengan ayunan seperti
ditunjukkan pada gambar dibawah ini:

20
Gambar 1. Uji impak teknik izod dan charpy

Bandul dengan ketinggian tertentu berayun dan memukul spesimen. Energi


potensial dari bandul berkurang sebelum dan sesudah memukul spesimen merupakan
energi yang diserap oleh spesimen.

Gambar 2 Sketsa Perhitungan Energi Impact

Nilai besarnya energi impact (joule) dapat dilihat pada skala mesin penguji.
Sedangkan besarya energi impact secara teoritis dapat dihitung dengan persamaan
sebagai berikut:

Apabila ingin mengetahui kekuatan impact strength (Is) maka energi impact
tersebut harus dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A) sehingga :

21
Is = ∆E/A = W ℓ( cos β – cos α )/A……… (7)

Penampang spesimen uji standarnya adalah 10 mm x 10 mm dengan panjang 55 mm


untuk teknik charpy (spesimen tipe A,B dan C) dan panjang 75 mm untuk teknik izod
(spesimen tipe D). Bentuk takik spesimen uji ada tiga bentuk; V notch, U notch dan
Key hole notch. Ukuran spesimen dan bentuk takik sebagaimana ditunjukkan pada
Gambar di bawah ini:

Gambar 3 Macam-macam Bentuk Takikan Pada Spesimen Uji Impact

Uji impak juga digunakan untuk mempelajari pola patahan spesimen uji,
apakah getas (brittle fracture) atau patah ulet (ductile fracture) atau kombinasi
keduanya. Granular fracture atau cleavage fracture adalah Permukaan patah getas
berkilat dan berbutir sedangkan patah ulet tampak lebih buram dan berserabut disebut

22
juga fibrous fracture atau shear fracture. Perbedaan permukaan kedua jenis patahan
sebagaimana ditunjukkan pada gambar dibawah ini :

Gambar 4. Pola Patahan Pada Penampang Specimen Uji Impact

c. Prosedure Impact Test :

• Metode Pengujian Impak

Terdapat 2 macam pengujian impact yaitu Metode Charpy dan Metode Izod :

1. Metode Charpy. Pada metode sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1,


spesimen diletakkan mendatar dan kedua ujung spesimen ditumpu pada suatu
landasan. Letak dari takikan (notch) berada pada tepat ditengah arah pemukulan
dari belakang takikan. Biasanya metode ini digunakan di Amerika dan banyak
negara yang lain termasuk Indonesia.
2. Metode Izod. Pada metode ini sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1 spesimen
dijepit pada salah satu ujungnya dan diletakkan tegak. Arah pemukulan dari
depan takikan. Biasanya metode ini digunakan di Negara Inggris.

• Temperatur Transisi

Pengujian impak juga dapat digunakan untuk menentukan ductile to brittle


transition temperature yaitu temperatur tertentu yang lebih rendah dimana logam
berubah menjadi getas. Temperatur transisi ini hanya dapat diperoleh jika
pengujian impact dilakukan pada temperatur yang bervariasi. Ada 5 kriteria
dalam penentuan temperatur transisi seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.

23
1. Kriteria 1, yaitu T1 pada temperatur ini pola patahan adalah 100% fibrous. FTP
(Fracture Trasnsition Plastic), kriteria ini sangat konservatif karena pada suhu ini
spesimen patah ulet telah dianggap mengalami transisi.
2. Kriteria 2, yaitu T2 FATT (fracture Apperance Transition Temperature)
Temperatur pada saat menghasilkan pola patahan 50% cleavage fracture & 50%
ductile fracture.
3. Kriteria 3, yaitu T3 rata-rata energi tertinggi dengan energi terendah yang diserap,
besarnya seringkali mirip dengan T2.
4. Kriteria 4, yaitu T4 temperatur yang dapat menghasilkan energi sebesar 20 joule
(15 ft lb).
5. Kriteria 5, yaitu T5 temperatur yang menghasilkan pola patahan 100% cleavage
fracture disebut NDT (Nil Ductility Temperature).

Gambar 5 Grafik Temperatur Transisi

 Acceptance Criteria Uji Impak :

Hasil uji impak tidak dapat digunakan untuk keperluan perhitungan suatu
desain, namun hanya dapat digunakan untuk membandingkan sifat ketangguhan
suatu bahan dengan bahan lain. Hal ini dikaerenakan banyak faktor yang
mempengaruhi impact strength hingga tidak dapat dicari korelasinya antara
kondisi pengujian dengan kondisi pemakaian, misalnya pada saat pengujian
kecepatan pembebanan sudah tertentu sedangkan pada pemakaian bisa bervariasi

Demikian juga dengan kondisi tegangan triaxial yang dipengaruhi bentuk dan
ukuran takik, ini akan menyebabkan impact strength berbeda bila faktor tersebut

24
berbeda. Oleh karena itu pada uji impak ini bentuk dan ukuran spesimen dan
notch nya harus sama baru hasil pengujian dapat dibandingkan.

25
BAB III

PENUTUP

Simpulan :

Untuk mengetahui sifat bahan/logam perlu dilakukan pengujian. Pengujian biasanya


dilakukan terhadap sampleujibahan yang dipersiapkan menjadi spesimen atau batang uji (test
piece) dengan bentuk dan ukuran yang standar. Demikian juga prosedur pengujian harus
dilakukan dengan cara-cara yang standar (mengikuti suatu standar tertentu), baru kemudian
dari hasil pengukuran pada pengujian diambil kesimpulan mengenai sifat mekanik yang
diuji.Sebenarnya hasil pengujian yang paling mendekati kenyataan akan dapat diperoleh bila
pengujian dilakukan terhadap benda komponen atau keseluruhan konstruksi dengan bentuk
dan ukuran sebenarnya (full-scale) dan pengujian dilakukan dengan pembebanan yang
mendekati keadaan yang sebenarnya. Tetapi cara ini terlalu mahal, tidak praktis dan bahkan
kadang-kadang sulit dianalisis.Beberapa pengujian mekanik yang banyak diiakukan adalah
pengujian tarik (tensiletest), pengujian kekerasan (hardness test), pengujian pukul-takik
(impact test), kadang-kadang juga pengujian kelelahan (fatigue test), creep test, bending test,
compression test dan beberapa fabrication test.

26
DAFTAR PUSTAKA

https://www.detech.co.id/hardness-test/ Diakses pada 27 April 2021

https://hoboindonesia116933287.wordpress.com/2018/01/16/tensile-strength/ Diakses
pada 27 April 2021

https://www.alatuji.com/index.php/article/detail/79/penentuan-ketahanan-tarik-dan-
regangan-putus-dengan-tensile-strength Diakses pada 27 April 2021

https://www.detech.co.id/bending-test/ Diakses pada 27 April 2021

https://www.detech.co.id/impact-test/ Diakses pada 27 April 2021

27

Anda mungkin juga menyukai