DISUSUN OLEH:
1.DANDI (171010300260)
9.YANSEN (171010300304)
Kelompok :4
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PAMULANG
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
Pratikum Metalurgi fisik dan Prestasi mesin tentang “Pengujian kekerasan” ini.
Dalam penyusunannya, saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang terlibat telah
memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun saya berharap isi dari laporan saya ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar tugas ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga laporan Pratikum saya ini bermanfaat.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk kelompok bidang ilmu yang
berbeda. Bagi insinyur metalurgi nilai kekerasan adalah ketahanan material terhadap
penetrasi sementara untuk para insinyur disain nilai tersebut adalah ukuran dari tegangan alir,
untuk insinyur lubrikasi kekerasan berarti ketahanan terhadap mekanisme keausan, untuk
para insinyur mineralogi nilai itu adalah ketahanan terhadap goresan, dan untuk para mekanik
work-shop lebih bermakna kepada ketahanan material terhadap pemotongan dari alat potong.
Begitu banyak konsep kekerasan material yang dipahami oleh kelompok ilmu, walaupun
demikian konsep-konsep tersebut dapat dihubungkan pada satu mekanisme yaitu tegangan
alir plastis dari material yang diuji. Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif karena
dengan pengujian ini, kita dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanik suatu
material.meskipun pengukuran hanya dilakukan pada satu titik, atau daerah tertentu saja, nilai
kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan suatu material.dengan melakukan uji
keras, material dapat dengan mudah digolongkan sebagai material ulet atau getas. Uji keras
juga dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas
dan perlakuan dingin terhadap material. Material yang telah mengalami cold working, hot
working, dan heat treatment, dapat diketahui gambaran perubahan kekuatannya, dengan
mengukur kekerasan permukaan suatu material. Oleh sebab itu, dengan uji keras kita dapat
dengan mudah melakukan quality control terhadap material. Prinsip metode apapun uji
kekerasan adalah memaksa indentor suatu ke permukaan sample diikuti dengan mengukur
dimensi indentasi (kedalaman atau aktual luas permukaan indentasi). Kekerasan bukan milik
fundamental dan nilainya tergantung pada kombinasi kuat luluh, kekuatan tarik dan modulus
elastisitas.
1.Mudah
2.Murah
3.Cepat
4.Non-destruktif
1. Memahami dan menguasai prosedur metode uji kekerasan Brinell, Vickers dan Rockwell
2. Membandingkan nilai kekerasan (Brinell dan Vickers) dari beberapa jenis logam (besi
tuang, baja, tembaga dan alumunium).
3. Mengetahui prinsip dan teknik pengujian kekerasan mikro dan mengaplikasikannya untuk
mengetahui kekerasan fasa-fasa di dalam logam baja/besi tuang
4. Mengestimasi nilai kekuatan tarik beberapa logam berdasarkan nilai kekerasan Brinellnya
BAB II
DASAR TEORI
Kekerasan adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties) dari suatu
material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam
penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force) dan deformasi plastis.
Deformasi plastis sendiri suatu keadaan dari suatu material ketika material tersebut diberikan
gaya maka struktur mikro dari material tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal
artinya material tersebut tidak dapat kembali ke bentuknya semula. Lebih ringkasnya
kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi
atau penetrasi (penekanan).
Konsep umum tentang kekerasan sebagai penentu kualitas suatu bahan mempunyai
kaitan erat dengan kekakuan dan kekompakan permukaan suatu meterial. Ada banyak metode
yang dikembangkan dalam menentukan harga kekerasan ini. Sehingga arti fisik dari
kekerasan tidak mudah dipahami bersama. Pengertian tentang kekerasan ini bergantung pada
pengalaman dan profesi setiap orang.
Metode umum pengujian kekerasan ada tiga jenis yaitu : Scracht, Indentor dan Dynamic.
Konsep yang dipakai pada pengujian ini adalah metode indenter, yaitu: pengujian kekerasan
dengan menggunakan Indentor.
pengujian pada percoibaan ini dibagi tiga jenis: Brinell, Vicker dan Rockwell.
Uji kekerasan adalah pengujian yang paling efektif untuk menguji kekerasan dari
suatu material, karena dengan pengujian ini kita dapat dengan mudah mengetahui gambaaran
sifat mekanis suatu material. Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada suatu titik, atau
daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan suatu material.
Dengan melakukan uji keras, material dapat dengan mudah di golongkan sebagai material
ulet atau getas.
PEMBAHASAN
1.Metode gores
Dilakukan dengan cara mengukur kedalaman atau lebar goresan pada benda uji
dengan cara menggoreskan permukaan benda uji dengan material pembanding. Indentor yang
biasa digunakan adalah jarum yang terbuat dari intan. Namun, metode ini tidak cocok untuk
logam yang skala kekerasannya tinggi. Selain itu kemampu-ulangannya rendah karena tidak
akurat.metode ini tidak banyak digunakan dalam dunia metalurgi, tapi masih dalam dunia
mineralogi. Metode ini dikenalkan oleh Friedrich Mohs yaitu dengan membagi kekerasan
material di dunia ini berdasarkan skala (yang kemudian dikenal sebagai skala Mohs). Skala
ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang paling rendah, sebagaimana dimiliki oleh talc,
hingga skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi, sebagaimana yang dimiliki oleh intan.
Dalam skala Mohs urutan nilai kekerasan material di dunia diwakili oleh :
1. talc 6. Orthoclase
2. gypsum 7. quartz
3. calcite 8. topaz
4. fluorite 9. Corundum
Prinsip pengujian :
Bila suatu mineral mampu digores oleh orthoclase (6) tetapi tidak mampu digores oleh
apatite(5), maka kekerasan mineral tersebut berada antara 5 dan 6. Berdasarkan hal ini, jelas
terlihat bahwa metode inimemiliki kekurangan utama berupa ketidakakuratan nilai kekerasan
suatu material. Bila kekerasan mineral-mineral diuji dengan metode lain, ditemukan bahwa
nilai nilainya berkisar antara 1-9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki rentang yang besar.
2. Metode pantul ( metode elastik / rebound )
Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat scleroscope yang
mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang dijatuhkan
dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi pantulan (rebound) yang
dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut, yang ditunjukan
oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi.
3. Metode Indentasi
Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan indentor
dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu material ditentukan
oleh dalam ataupun luas area indentasi yang dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis
pengujian). Berdasarkan prinsip bekerjanya metode uji kekerasan dengan cara indentasi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
A. Metode Brinell
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A.Brinell pada tahun Pengujian
kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja yang diperkeras (hardened steel ball) dengan
beban dan waktu indentasi tertentu. Hasil penekanan adalah jejak berbentuk lingkaran bulat,
yang harus dihitung diameternya dibawah mikroskop khusus pengukur jejak. Pengukuran
nilai kekerasan suatu material diberikan oleh rumus:
2 P BHN = ((π D) (D - D 2 - d 2 )
Dimana :
P=beban (Kg)
2.beban Kg permukaan harus rata, jika perlu diamplas atau dimachining terlebih dahulu
3.permukaan test harus sesuai dengan karakteristik material, tidak mengalami karburasi
ataupun proses sejenis lainnya
6.beban yang digunakan harus steady dan terbebas dari kemungkinan pembebanan tak
diinginkan disebabkan oleh gaya inersia dari beban
Tidak dipengaruhi oleh oleh permukaan material yang kasar Bekas penekanan cukup
besar, sehingga mudah diamati dan dapat mengatasi ketidakseragaman fasa material pada
pengujian.
Tidak dapat dikenakan pada benda yang tipis dan permukaan yang kecil, serta pada
daerah kritis di mana penekanan dapat mengakibatkan kegagalan. Tidak berlaku untuk
material yang sangat lunak maupun sangat keras.
B. Metode Vickers
Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida dengan sudut 136 o.
Prinsip pengujian adalah sama dengan Brinell, walaupun jejak yang dihasilkan berbentuk
bujursangkar berdiagonal. Panjang diagonal diukur dengan skala pada mikroskop pengukur
jejak. Nilai kekerasan suatu material diberikan oleh:
VHN = P : D
Pengujian metode Vickers akan memberikan dampak hasil yang berbeda-beda tergantung
pada elestisitas material. Apabila material lunak atau keelastisitasannya tinggi, maka hasil
indentasi akan mengempis. Dan pada 9 material yang kaku, maka akan berbentuk
menggembung.
Gambar : Distorsi oleh indentor pyramid intan karena efek elastisitas; (a)indentasi sempurna;
(b)indentasi mengempis; (c)indentasi menggembung
-Indentor dibuat dari bahan yang cukup keras, sehingga dimungkinkan dilakukan untuk
berbagai jenis logam.
-Memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinu dan dapat digunakan untuk
menentukan kekerasan pada logam yang sangat lunak dengan kekerasan DPH 5 hingga logam
yang sangat keras dengan DPH 1500
- Dapat dilakukan untuk benda-benda dengan ketebalan yang sangat tipis, sampai inchi
-Harga kekerasan yang didapat dari uji Vickers tidak bergantung pada besar beban indentor
Kerugiannya :
-Pengujian ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian tersebut lama,
memerlukan persiapan permukaan benda uji yang teliti, dan rentan terhadap kesalahan
perhitungan panjang diagonal.
C. Metode Rockwell
Indentor yang digunakan kerucut intan dengan sudut yang dibentuk muka intan 120 o.
Pembebanan dilakukan dengan dua tahap; tahap pertama adalah pembebanan minor
kemudian pembebanan mayor. Nilai kekerasan ditentukan dengan perbandingan kedalaman
kedua tahap pembebanan. Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers dimana kekerasan
suatu bahan dinilai dari diameter atau diagonel jejak yang dihasilkan, maka metode Rockwell
merupakan uji kekerasan dengan pembacaan langsung (direct reading). Metode ini banyak
dipakai dalam industri karena pertimbangan praktis. Variasi dalam beban dan indentor yang
digunakan membuat metode ini memiliki banyak macamnya. Metode yang paling umum
dipakai adalah Rockwell B (dengan indentor bola baja berdiameter 1/6 inci dan beban 100
kg) dan Rockwell C (dengan indentor intan dan beban 150 kg). Walaupun demikian lainnya
biasa dipakai. Oleh karenanya skala kekerasan Rockwell suatu material harus
dispesifikasikan dengan jelas.
Gambar. Indentor yang di gunakan dalam metode Rockwell
- Rockwell A
Penetrator berupa kerucut intan dengan pembebanan 60 Kg. Biasa digunakan untuk jenis-
jenis logam yang sangat keras
-Rockwell B
Indentor berupa bola baja dengan diameter 1,6 mm dan pembebanan 100 Kg. Biasa
digunakan untuk material-material yang lunak.
-Rockwell C
Indentor berupa kerucut intan dengan pembebanan 150 Kg. Biasa digunakan untuk logam-
logam yang diperkeras dangan pemanasan.
D. micro-hardness
Merupakan salah satu metode Kekerasan Knoop, yaitu uji kekerasan untuk benda uji
yang kecil. Nilai kekerasan Knoop adalah pembebanan dibagi dengan luas penampang yang
terdeformasi permanen. Jejak yang dihasilkan sekitar 0.01mm 0.1 mm dan beban yang
digunakan berkisar antara 5 gr 5 Kg. Permukaan benda uji harus benar-benar halus.
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
3.Anvil 8. Stopwatch
4.Spesimen
5.Lampu Penerang
Prosedur Percobaan Adapun prosedur percobaan dalam melakukan praktikum uji kekerasan
adalah :
1. Metode Rockwell
f. Memberi beban awal sebesar 10 Kg yang ditandai dengan angka 3 atau titik merah
pada skalaminor.
h. Menyiapkan stopwatch.
k. Membaca nilai kekerasan pada skala mayor dan mencatatnya di tabel hasil. l.
Melakukan percobaan selam 3 kali
2. Metode Vickers
f. Memberi beban awal sebesar 10 Kg yang ditandai dengan angka 3 atau titik merah
pada skala minor.
h. Menyiapkan stopwatch.
k. Membaca nilai kekerasan pada skala mayor dan mencatatnya di tabel hasil. l.
Melakukan percobaan selam 3 kali.
3. Metode Brinell
f. Memberi beban awal sebesar 10 Kg yang ditandai dengan angka 3 atau titik merah
pada skala minor.
g. Menyiapkan stopwatch.
h. Menekan crank handle kedepan minimal 20 detik.
4. Mikroskop
c. Menghidupkan lampu.
g. Mematikan lampu.
A.Hasil
Adapun hasil dari peraktikum uji kekerasan yang sudah dilakukan adalah sebagai berikuk :
Rockwell HRC
(HRC)
Dari grafik data hasil pengujian Rockwell bisa dijelaskan bahwa pengujian kekerasan
dengan menggunakan metode Rockwell menggunakan indentor bola baja dengan ukuran 1/16
inchi dan pada saat pengujian di berikan beban sebesar 1000 newton atau 100 kg. Hasil yang
didapat dari pengujian tersebut berupa pada pengujian pertama sebesar 67,8 , ke-dua sebesar
68 , dan ke-tiga sebesar 68,2. Maka dari hasil tersebut didapat rata-rata sebesar 68 Nilai
kekerasan material yang diuji coba selama 3 kali hasilnya tidak jauh berbeda. Hasil yang
didapat berbeda-beda dikarenakan permukaan dari spesimen yang kurang rata. Pada saat
pemasangan spesimen kesalahan yang terjadi tergantung pada lengkungan, beban, penumbuk
dan kekerasan bahan.
Hal itu dibuktikan pada grafik diatas, dimana grafik percobaan menurun ini
dikarenakan faktor lengkungan, beban, penumbuk dan kekerasan bahan. .
2. Metode Brinell
Bebas Nilai
Kekerasan
Jenis (P) No D d Rata-Rata
Brinell
Material Kg Test (mm) (mm) (BHN)
(BHN)
1 5 0,9 127,3885
Dari gambar data hasil pengujian brinell bisa dijelaskan bahwa pengujian kekerasan
dengan menggunakan metode brinell menggunakan indentor berukuran D= 5 mm dan pada
saat pengujian diberikan beban sebesar 1000 N atau 100 kg. Hasil yang didapat dari
pengujian tersebut berupa nilai kekerasan brinell pada percobaan 1 sebesar 127,3885 ,
percobaan 2 sebesar 127,3885 , dan percobaan 3 sebesar 127,388. Maka dari hasil percobaan
tersebut didapat rata-rata sebesar 127,3883. Perbedaan yang terjadi pada pengujian brinell ini
sangat kecil, bahkan hasil nya hampir sama, jadi pengujian yang dilakukan cukup akurat.
Salah satu permasalahan pada uji brinell adalah bahwa BHN tergantung pada beban P
untuk lekukan yang sama. Umumnya BHN menurun seiring dengan penurunan beban. ASTM
standar memberikan spesifikasi secara detail untuk pengujian brinell. Uji brinell tidak
dipengaruhi oleh goresan dan kekasaran permukaan, jejak brinel yang besar ukurannya dapat
mempengaruhi dan menghalangi pemakaian uji tersebut untuk benda uji yang kecil atau pada
bagian yang kritis terhadap tegangan, dimana lekukan yang terjadi dapat menyebabkan
kegagalan dalam pengujian.
3. Metode Vickers
Adapun data hasil paraktikum uji kekerasan dengan metode vickersadalah sebagai
berikut:
Beban Nilai
(VHN)
Dari grafik data hasil pengujian, bisa dijelaskan bahwa pengujian kekerasan dengan
menggunakan metode Vickers menggunakan indentor piramida intan dan pada saat pengujian
di berikan beban sebesar 1000 newton atau 100 kg. Hasil yang didapat dari pengujian
tersebut berupa pada pengujian:
1.92,7 ,
2.102,714
3.102,714.
Maka dari hasil tersebut didapat rata-rata sebesar 99,376 ini berarti nilai kekerasan
material yang diuji coba selama 3 kali hasilnya tidak jauh berbeda. Hasil yang didapat
berbeda-beda dikarenakan permukaan dari spesimen yang kurang rata. Pada saat pemasangan
spesimen kesalahan yang terjadi tergantung pada lengkungan, beban, penumbuk dan
kekerasan bahan. Hal itu dibuktikan pada grafik diatas, dimana grafik percobaan menurun ini
dikarenakan faktor lengkungan, beban, penumbuk dan kekerasan bahan.
B. Pembahasan
Dalam melaksanakan praktikum uji kekerasan ini kita menggunakan 3 metode yaitu
metode rockwell, , metode Vickers dan metode brinell. Praktikum uji kekerasan ini bertujuan
untuk mengetahui kekerasan suatu material. Pengujian dengan metode rockwell sendiri lebih
mudah dilakukan karena hasil dari pengujiannya langsung tertera pada skala mayor
sedangkan untuk mendapatkan nilai kekerasan material dengan menggunakan metode brinell
dan metode Vickers perlu menghitungnya terlebih dahulu. Metode rockwell adalah metode
pengujian kekerasan material dengan menggunakan indentor 1/16” dengan beban 1000 N
atau 100 kg. Uji kekerasan ini berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam, beban
ditekan dengan waktuk 10 detik, sebelum melakukan percobaan ini sebaiknya specimen
dibersihkan dahulu dari kotoran atau debu debu yang menempel agar tidak terjadi perubahan
hasil pengujian. Setelah dilakukan pemberian tekanan maka hasil dari pengujian kekerasan
tersebut akan muncul pada skala mayor. Pengujian dengan menggunakan metode rockwell ini
dilakukan sebanyak tiga kali agar mendapatkan hasil yang maksimal. Metode brinell
bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material
terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut
(specimen). Uji kekerasan ini berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam memakai
bola baja berukuran 5 mm kemudian ditekan dengan beban 100 kg atau 980 N. Beban ditekan
pada material dengan waktu 10 detik, sebelum melakukan percobaan ini sebaiknya specimen
dibersihkan dahulu dari kotoran atau debu debu yang menempel agar tidak terjadi perubahan
hasil pengujian. Untuk menghitung diameter lekukan hasil pengujian disini praktikan
menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40 kali, setelah didapatkan diameter lekukan
langkah selanjutnya menghitung dengan menggunakan rumus nilai kekerasan vickers.
Pengujian dengan menggunakan metode brinell ini dilakukan sebanyak 3 kali agar
mendapatkan hasil yang maksimal. Kesalahan yang sering mempengaruhi uji kekerasan
antara lain:
1. Terbalik dalam memutar hand whell, ketika akan melepas specimen dari indentor.
2. Human error.
Pada pengujian vickers menggunakan identor piramid dari intan, pengujian kekerasan
dengan metode vickers bertujuan menentukan nilai kekerasan suatu material dari diameter
kedalaman hasil pengujian pada spesimen pengujian ini tidak dilihat dari angka yang
ditunjukkan pada alat uji, melainkan dengan menghitung diameter lubang yang dihasilkan
oleh identor pada saat pengujian, dengan menggunakan mikroskop dan dengan menggunakan
2 cara pemberian skala atau nilai diameter lubang masing – masing pengujian. Dan pada
perhitungan atau dalam menentukan lekukan yang dibuat oleh penumbuk piramida intan
harus berbentuk bujur sangkar. Percobaan Vickers dilakukan sebanyak 3 kali untuk
memperoleh hasil yang lebih akurat.
Aplikasi metode Brinell dan rockwell pada dunia kerja adalah untuk mengetahui
kekuatan suatu material yang digunakan untuk membangun suatu konstruksi atau industri
logam didunia, karena uji kekerasan ini adalah salah satu hal yang sangat penting untuk
membuat hidup manusia lebih aman dan nyaman serta efisien karena alat-alat, teknologi,
transportasi dan lain-lain yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal – hal yang mempengaruhi terjadinya fatik (kelelahan pada material) :
1.Penyelesaian permukaan
Karena retak fatik seringkali berada pada dekat komponen, kondisi permukaan
merupakan hal yang perlu diperhatikan pada fatik. Bekas permesinan dan ketidak rataan lain
harus dihilangkan dan usaha ini berpengaruh sekali terhadap sifat fatik. Lapisan permukaan
yang diberi tekanan dengan tumbukan partikel akan meningkatkan umur fatik.
2. Pengaruh temperature
Pengaruh frekuensi siklus tegangan terhadap umur fatik untuk berbagai jenis logam
umumnya tidak ada, meskipun penurunan frekuensi biasanya menurunkan umur fatik. Efek
ini bertambah bila temperatur uji fatik kita naikkan bila umur fatik cenderung bergantung
pada waktu uji seluruhnya dan tidak pada jumlah siklus.
4. Lingkungan .
Fatik yang terjadi didalam lingkungan korosif biasanya disebut fatik korosi.
Telah diketahui bahwa kikisan korosi oleh media cair dapat menimbulkan lubang – lubang
etsa yang bersifat sebaga tekuk. Akan tetapi bila mana serangan korosi terjadi secara serentak
bersamaan dengan pembebanan fatik efek perusakan jauh lebih besar dibandingkan dari efek
tekuk semata.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :
1.Rata – rata nilai kekerasan rockwell adalah 68 dan rata – rata nilai kekerasan brinell
adalah 127,3883, sedangkan rata-rata nilai kekerasan vickers adalah 99,376. Setelah
melakukan percobaan diatas mudah untuk kita lebih memahami bagaimana
melakukan uji kekerasan terhadap suatu material. Dan lebih mengetahui cara
mengoperasikan mesin uji kekerasan.
2. Metode rockwell lebih mudah digunakan dari pada metode brinell karena pada
metode rockwell hasil langsung dapat diketahui.
4. Ketelitian dalam melihat besar diameter lekukan dalam melakukan uji kekerasan
dengan metode brinell juga mempengaruhi hasil kekerasan material.
Saran
Adapun saran yang diberikan setelah praktikum adalah sebagai berikut :
2. Pahami apa saja yang dijelaskan oleh asisten laboratorium dan catatlah bila itu
penting.
DAFTAR PUSTAKA
William D. Callister, Jr. 7th ed Callister, William D. Materials and Science Engineering: an
Introduction, 6 th edition.
John Wiley & Sons, Inc Davis,H.E,Troxell,G.E,Hauck, GFW. The Testing of Engineering Materials
Dieter, George E. Mechanical Metallurgy.
McGraw Hill Book Co Louis Cart, Non Destructive Testing,ASM, Metal Handbook Ninth Edition,
Volume 8, Mechanical Testing, ASM,1985.