Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

“METODE PENGUJIAN KEKERASAN”

DISUSUN OLEH:

1.DANDI (171010300260)

2.DAMRES IMANUEL (171010300323)

3.DIFA IBNU BARIDI (171010300258)

4.KHAERUL MAYSANDI (171010300260)

5.M.HIMAWAN SAPUTRA (171010300234)

6.M.SABIL FAUZAN (171010300252)

7.ROY RIYANTO (171010300322)

8.SIGIT PURWANTO (171010300305)

9.YANSEN (171010300304)

10.IIP NURAIPIN (171010300285)

Kelompok :4

Dosen : Muhammad Isro Diyanto, ST

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PAMULANG
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali yang
kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah atas segala berkat, rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya dapat menyelesaikan laporan
Pratikum Metalurgi fisik dan Prestasi mesin tentang “Pengujian kekerasan” ini.

Dalam penyusunannya, saya mengucapkan terima kasih kepada Dosen yang terlibat telah
memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua
kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.

Meskipun saya berharap isi dari laporan saya ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar tugas ini dapat lebih baik lagi.

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih, semoga laporan Pratikum saya ini bermanfaat.

Tangerang, 15 Mei 2020

Penyusun
 BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk kelompok bidang ilmu yang
berbeda. Bagi insinyur metalurgi nilai kekerasan adalah ketahanan material terhadap
penetrasi sementara untuk para insinyur disain nilai tersebut adalah ukuran dari tegangan alir,
untuk insinyur lubrikasi kekerasan berarti ketahanan terhadap mekanisme keausan, untuk
para insinyur mineralogi nilai itu adalah ketahanan terhadap goresan, dan untuk para mekanik
work-shop lebih bermakna kepada ketahanan material terhadap pemotongan dari alat potong.
Begitu banyak konsep kekerasan material yang dipahami oleh kelompok ilmu, walaupun
demikian konsep-konsep tersebut dapat dihubungkan pada satu mekanisme yaitu tegangan
alir plastis dari material yang diuji. Uji keras merupakan pengujian yang paling efektif karena
dengan pengujian ini, kita dapat dengan mudah mengetahui gambaran sifat mekanik suatu
material.meskipun pengukuran hanya dilakukan pada satu titik, atau daerah tertentu saja, nilai
kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan suatu material.dengan melakukan uji
keras, material dapat dengan mudah digolongkan sebagai material ulet atau getas. Uji keras
juga dapat digunakan sebagai salah satu metode untuk mengetahui pengaruh perlakuan panas
dan perlakuan dingin terhadap material. Material yang telah mengalami cold working, hot
working, dan heat treatment, dapat diketahui gambaran perubahan kekuatannya, dengan
mengukur kekerasan permukaan suatu material. Oleh sebab itu, dengan uji keras kita dapat
dengan mudah melakukan quality control terhadap material. Prinsip metode apapun uji
kekerasan adalah memaksa indentor suatu ke permukaan sample diikuti dengan mengukur
dimensi indentasi (kedalaman atau aktual luas permukaan indentasi). Kekerasan bukan milik
fundamental dan nilainya tergantung pada kombinasi kuat luluh, kekuatan tarik dan modulus
elastisitas.

Manfaat uji kekerasan:

1.Mudah

2.Murah

3.Cepat

4.Non-destruktif

5.Dapat diterapkan untuk sampel dari berbagai dimensi

6.bentuk Dapat dilakukan in-situ


1.2 Tujuan

1. Memahami dan menguasai prosedur metode uji kekerasan Brinell, Vickers dan Rockwell
2. Membandingkan nilai kekerasan (Brinell dan Vickers) dari beberapa jenis logam (besi
tuang, baja, tembaga dan alumunium).

3. Mengetahui prinsip dan teknik pengujian kekerasan mikro dan mengaplikasikannya untuk
mengetahui kekerasan fasa-fasa di dalam logam baja/besi tuang

4. Mengestimasi nilai kekuatan tarik beberapa logam berdasarkan nilai kekerasan Brinellnya
BAB II

DASAR TEORI

Kekerasan adalah salah satu sifat mekanik (Mechanical properties) dari suatu
material. Kekerasan suatu material harus diketahui khususnya untuk material yang dalam
penggunaanya akan mangalami pergesekan (frictional force) dan deformasi plastis.
Deformasi plastis sendiri suatu keadaan dari suatu material ketika material tersebut diberikan
gaya maka struktur mikro dari material tersebut sudah tidak bisa kembali ke bentuk asal
artinya material tersebut  tidak dapat kembali ke bentuknya semula. Lebih ringkasnya
kekerasan didefinisikan sebagai kemampuan suatu material untuk menahan beban identasi
atau penetrasi (penekanan).
Konsep umum tentang kekerasan sebagai penentu kualitas suatu bahan mempunyai
kaitan erat dengan kekakuan dan kekompakan permukaan suatu meterial. Ada banyak metode
yang dikembangkan dalam menentukan harga kekerasan ini. Sehingga arti fisik dari
kekerasan tidak mudah dipahami bersama. Pengertian tentang kekerasan ini bergantung pada
pengalaman dan profesi setiap orang.
Metode umum pengujian kekerasan ada tiga jenis yaitu : Scracht, Indentor dan Dynamic.
Konsep yang dipakai pada pengujian ini adalah metode indenter, yaitu: pengujian kekerasan
dengan menggunakan Indentor.
pengujian pada percoibaan ini dibagi tiga jenis: Brinell, Vicker dan Rockwell.
Uji kekerasan adalah pengujian yang paling efektif untuk menguji kekerasan dari
suatu material, karena dengan pengujian ini kita dapat dengan mudah mengetahui gambaaran
sifat mekanis suatu material. Meskipun pengukuran hanya dilakukan pada suatu titik, atau
daerah tertentu saja, nilai kekerasan cukup valid untuk menyatakan kekuatan suatu material.
Dengan melakukan uji keras, material dapat dengan mudah di golongkan sebagai material
ulet atau getas.

Mengapa diperlukan pengujian kekerasan?


Di dalam aplikasi manufaktur, material dilakukan pengujian dengan dua pertimbangan yaitu
untuk mengetahui karakteristik suatu material baru dan melihat mutu untuk memastikan suatu
material memiliki spesifikasi kualitas tertentu.
Didunia teknik, umumnya pengujian kekerasan menggunakan 4 macam metode pengujian
kekerasan, yakni :
 
1. Brinnel(HB/BHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan kekerasan
suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang ditekankan
pada permukaan material uji tersebut (spesimen). Idealnya, pengujian Brinnel diperuntukan
untuk material yang memiliki permukaan yang kasar dengan uji kekuatan berkisar 500-3000
kgf. Identor (Bola baja) biasanya telah dikeraskan dan diplating ataupun terbuat dari bahan
Karbida Tungsten.
 
2. Rockwell(HR/RHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Rockwell bertujuan menentukan kekerasan suatu
material dalam bentuk daya tahan material terhadap indentor berupa bola baja ataupun
kerucut intan yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut.
Dibawah ini merupakan rumus yang digunakan untuk mencari besarnya kekerasan dengan
metode Rockwell. 
 
HR = E - e
Dimana :
F0        = Beban Minor(Minor Load) (kgf)
F1        = Beban Mayor(Major Load) (kgf)
F          = Total beban (kgf)
e          = Jarak antara kondisi 1 dan kondisi 3 yang dibagi dengan  0.002 mm
E         = Jarak antara indentor saat diberi minor load dan zero reference line yang untuk tiap
jenis indentor berbeda-beda yang bias dilihat pada table 1
HR      = Besarnya nilai kekerasan dengan metode hardness
Tabel dibawah ini merupakan skala yang dipakai dalam pengujian Rockwell skala dan range
uji dalam skala Rockwell.

Tabel 1 Rockwell Hardness Scales


F0 F1 F  
Scale Indentor E 
(kgf) (kgf) (kgf) Jenis Material Uji
A Diamond 10 50 60 100 Exremely hard materials, tugsen
cone carbides, dll
B 1/16" steel 10 90 100 130 Medium hard materials, low dan
ball medium carbon steels, kuningan,
perunggu, dll
C Diamond 10 140 150 100 Hardened steels, hardened and
cone tempered alloys
D Diamond 10 90 100 100 Annealed kuningan dan tembaga
cone
E 1/8" steel ball 10 90 100 130 Berrylium copper,phosphor bronze, dll
F 1/16" steel 10 50 60 130 Alumunium sheet
ball
G 1/16" steel 10 140 150 130 Cast iron, alumunium alloys
ball
H 1/8" steel ball 10 50 60 130 Plastik dan soft metals seperti timah
K 1/8" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
L 1/4" steel ball 10 50 60 130 Sama dengan H scale
M 1/4" steel ball 10 90 100 130 Sama dengan H scale
P 1/4" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
R 1/2" steel ball 10 50 60 130 Sama dengan H scale
S 1/2" steel ball 10 90 100 130 Sama dengan H scale
V 1/2" steel ball 10 140 150 130 Sama dengan H scale
3.Vikers(HV/VHN)
Pengujian kekerasan dengan metode Vickers bertujuan menentukan kekerasan suatu
material dalam yaitu daya tahan material terhadap indentor intan yang cukup kecil dan
mempunyai bentuk geometri berbentuk piramid seperti ditunjukkan pada gambar 3. Beban
yang dikenakan juga jauh lebih kecil dibanding dengan pengujian rockwell dan brinel yaitu
antara 1 sampai 1000 gram.
Angka kekerasan Vickers (HV) didefinisikan sebagai hasil bagi (koefisien) dari beban uji (F)
dengan luas permukaan bekas luka tekan (injakan) dari indentor(diagonalnya) (A) yang
dikalikan dengan sin (136°/2). Rumus untuk menentukan besarnya nilai kekerasan dengan
metode vikers yaitu :
Dimana,
HV      = Angka kekerasan Vickers
F          = Beban (kgf)
d          = diagonal (mm)
4.Micro Hardness(knoop hardnees)
Mikrohardness test tahu sering disebut dengan knoop hardness testing merupakan
pengujian yang cocok untuk pengujian material yang nilai kekerasannya rendah. Knoop
biasanya digunakan untuk mengukur material yang getas seperti keramik.
 
Dimana,
HK      = Angka kekerasan Knoop
 
F          = Beban (kgf)
l           = Panjang dari indentor (mm)
Nah, setelah kita mengetahui macam-macam pengujian untuk uji kekerasan maka kita harus
memikirkan apa yang harus kita ketahui untuk menentukan metode uji kekerasan yang
digunakan, untuk itu kita harus memperhatikan hal-hal dibawah ini :
a.       Permukaan material
b.      Jenis dan dimensi material
c.      Jenis data yang diinginkan
d.      Ketersedian alat uji
 BAB III

PEMBAHASAN

Kekerasan suatu material merupakan ketahanan material terhadap gaya penekanan


dari material lain yang lebih keras. Prinsip pengujian kekerasan ini yaitu pada permukaan
material dilakukan penekanan dengan indentor sesuai dengan parameter (diameter, beban dan
waktu). Berdasarkan mekanisme penekanan tersebut, dikenal 3 metode uji kekerasan :

1.Metode gores

Dilakukan dengan cara mengukur kedalaman atau lebar goresan pada benda uji
dengan cara menggoreskan permukaan benda uji dengan material pembanding. Indentor yang
biasa digunakan adalah jarum yang terbuat dari intan. Namun, metode ini tidak cocok untuk
logam yang skala kekerasannya tinggi. Selain itu kemampu-ulangannya rendah karena tidak
akurat.metode ini tidak banyak digunakan dalam dunia metalurgi, tapi masih dalam dunia
mineralogi. Metode ini dikenalkan oleh Friedrich Mohs yaitu dengan membagi kekerasan
material di dunia ini berdasarkan skala (yang kemudian dikenal sebagai skala Mohs). Skala
ini bervariasi dari nilai 1 untuk kekerasan yang paling rendah, sebagaimana dimiliki oleh talc,
hingga skala 10 sebagai nilai kekerasan tertinggi, sebagaimana yang dimiliki oleh intan.
Dalam skala Mohs urutan nilai kekerasan material di dunia diwakili oleh :

1. talc 6. Orthoclase

2. gypsum 7. quartz

3. calcite 8. topaz

4. fluorite 9. Corundum

5. apatite 10. Diamond

Prinsip pengujian :

Bila suatu mineral mampu digores oleh orthoclase (6) tetapi tidak mampu digores oleh
apatite(5), maka kekerasan mineral tersebut berada antara 5 dan 6. Berdasarkan hal ini, jelas
terlihat bahwa metode inimemiliki kekurangan utama berupa ketidakakuratan nilai kekerasan
suatu material. Bila kekerasan mineral-mineral diuji dengan metode lain, ditemukan bahwa
nilai nilainya berkisar antara 1-9 saja, sedangkan nilai 9-10 memiliki rentang yang besar. 
2. Metode pantul ( metode elastik / rebound )

Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat scleroscope yang
mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang dijatuhkan
dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi pantulan (rebound) yang
dihasilkan mewakili kekerasan benda uji. Semakin tinggi pantulan tersebut, yang ditunjukan
oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan benda uji dinilai semakin tinggi. 

3. Metode Indentasi

Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan indentor
dengan gaya tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu material ditentukan
oleh dalam ataupun luas area indentasi yang dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis
pengujian). Berdasarkan prinsip bekerjanya metode uji kekerasan dengan cara indentasi dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:

A. Metode Brinell

Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A.Brinell pada tahun Pengujian
kekerasan dilakukan dengan memakai bola baja yang diperkeras (hardened steel ball) dengan
beban dan waktu indentasi tertentu. Hasil penekanan adalah jejak berbentuk lingkaran bulat,
yang harus dihitung diameternya dibawah mikroskop khusus pengukur jejak. Pengukuran
nilai kekerasan suatu material diberikan oleh rumus:

2 P BHN = ((π D) (D - D 2 - d 2 )

Dimana :

P=beban (Kg)

D=diameter indentor (mm)

d=diameter jejak (mm).


Gambar : Skematis prinsip identasi dengan metode Brinell

Prosedur standar pengujian mensyaratkan bola baja dengan diameter 10 mm dan


beban 3000 kg untuk pengujian logam-logam ferrous, atau 500 kg untuk logam-logam non
ferrous. Untuk logam-logam ferrous, waktu indentasi biasanya sekitar 10 detik, sementara
untuk logam-logam non ferrous sekitar 30 detik. Walaupun demikian pengaturan beban dan
waktu indentasi untuk setiap material dapat pula ditentukan oleh karakteristik alat penguji.
Nilai kekerasan suatu material yang dinotasikan dengan HB tanpa tambahan angka di
belakangnya menyatakan kondisi pengujian standar dengan indentor bola baja 10mm, beban
3000 kg selama waktu 1-15 detik. Untuk kondisi yang lain nilai kekerasan HB diikuti angka-
angka yang menyatakan kondisi pengujian.

Syarat menggunakan metode Brinell :

1.indentor bola baja yang dikeraskan berdiameter 2,5-10 mm

2.beban Kg permukaan harus rata, jika perlu diamplas atau dimachining terlebih dahulu

3.permukaan test harus sesuai dengan karakteristik material, tidak mengalami karburasi
ataupun proses sejenis lainnya

4.ketebalan minimum 0.6 mm dan permukaan tanpa dikeraskan

5.pengujian tidak boleh terlalu dipinggir

6.beban yang digunakan harus steady dan terbebas dari kemungkinan pembebanan tak
diinginkan disebabkan oleh gaya inersia dari beban

7.jarak antar uji minimum 3d

8.tidak terjadi penggelembungan di bagian belakang material uji disebabkan penggunaan


beban yang terlalu besar
Gambar.hasil identasi brinnell berupa jejak berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter dalam
skala mm

Keuntungan penggunaan metode Brinell antara lain :

Tidak dipengaruhi oleh oleh permukaan material yang kasar Bekas penekanan cukup
besar, sehingga mudah diamati dan dapat mengatasi ketidakseragaman fasa material pada
pengujian.

Kerugiannya antara lain :

Tidak dapat dikenakan pada benda yang tipis dan permukaan yang kecil, serta pada
daerah kritis di mana penekanan dapat mengakibatkan kegagalan. Tidak berlaku untuk
material yang sangat lunak maupun sangat keras. 

B. Metode Vickers

Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk piramida dengan sudut 136 o.
Prinsip pengujian adalah sama dengan Brinell, walaupun jejak yang dihasilkan berbentuk
bujursangkar berdiagonal. Panjang diagonal diukur dengan skala pada mikroskop pengukur
jejak. Nilai kekerasan suatu material diberikan oleh:

VHN = P : D

Pengujian metode Vickers akan memberikan dampak hasil yang berbeda-beda tergantung
pada elestisitas material. Apabila material lunak atau keelastisitasannya tinggi, maka hasil
indentasi akan mengempis. Dan pada 9 material yang kaku, maka akan berbentuk
menggembung.
Gambar : Distorsi oleh indentor pyramid intan karena efek elastisitas; (a)indentasi sempurna;
(b)indentasi mengempis; (c)indentasi menggembung 

Keuntungan metode Vickers :

-Indentor dibuat dari bahan yang cukup keras, sehingga dimungkinkan dilakukan untuk
berbagai jenis logam.

-Memberikan hasil berupa skala kekerasan yang kontinu dan dapat digunakan untuk
menentukan kekerasan pada logam yang sangat lunak dengan kekerasan DPH 5 hingga logam
yang sangat keras dengan DPH 1500

- Dapat dilakukan untuk benda-benda dengan ketebalan yang sangat tipis, sampai inchi

-Harga kekerasan yang didapat dari uji Vickers tidak bergantung pada besar beban indentor

Kerugiannya :

-Pengujian ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian tersebut lama,
memerlukan persiapan permukaan benda uji yang teliti, dan rentan terhadap kesalahan
perhitungan panjang diagonal.

C. Metode Rockwell

Indentor yang digunakan kerucut intan dengan sudut yang dibentuk muka intan 120 o.
Pembebanan dilakukan dengan dua tahap; tahap pertama adalah pembebanan minor
kemudian pembebanan mayor. Nilai kekerasan ditentukan dengan perbandingan kedalaman
kedua tahap pembebanan. Berbeda dengan metode Brinell dan Vickers dimana kekerasan
suatu bahan dinilai dari diameter atau diagonel jejak yang dihasilkan, maka metode Rockwell
merupakan uji kekerasan dengan pembacaan langsung (direct reading). Metode ini banyak
dipakai dalam industri karena pertimbangan praktis. Variasi dalam beban dan indentor yang
digunakan membuat metode ini memiliki banyak macamnya. Metode yang paling umum
dipakai adalah Rockwell B (dengan indentor bola baja berdiameter 1/6 inci dan beban 100
kg) dan Rockwell C (dengan indentor intan dan beban 150 kg). Walaupun demikian lainnya
biasa dipakai. Oleh karenanya skala kekerasan Rockwell suatu material harus
dispesifikasikan dengan jelas.
Gambar. Indentor yang di gunakan dalam metode Rockwell

Kekerasan Rockwell dapat dibagi menjadi:

- Rockwell A

Penetrator berupa kerucut intan dengan pembebanan 60 Kg. Biasa digunakan untuk jenis-
jenis logam yang sangat keras

-Rockwell B

Indentor berupa bola baja dengan diameter 1,6 mm dan pembebanan 100 Kg. Biasa
digunakan untuk material-material yang lunak.

-Rockwell C

Indentor berupa kerucut intan dengan pembebanan 150 Kg. Biasa digunakan untuk logam-
logam yang diperkeras dangan pemanasan.

Pengkategorian ini berdasarkan kombinasi jenis indentor yang digunakan dengan


beban yang diberikan.pengkategorian ini dimaksudkan agar penguji manggunakan jenis
kombinasi yang tepat pada benda uji sesuai dengak sifat yang dimiliki oleh benda uji
tersebut.

D. micro-hardness

Merupakan salah satu metode Kekerasan Knoop, yaitu uji kekerasan untuk benda uji
yang kecil. Nilai kekerasan Knoop adalah pembebanan dibagi dengan luas penampang yang
terdeformasi permanen. Jejak yang dihasilkan sekitar 0.01mm 0.1 mm dan beban yang
digunakan berkisar antara 5 gr 5 Kg. Permukaan benda uji harus benar-benar halus. 
Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai berikut:

1. Hardness Tester 6.Mikroskop

2.Cincin Indektor 7.Indentor

3.Anvil 8. Stopwatch

4.Spesimen

5.Lampu Penerang

Prosedur Percobaan Adapun prosedur percobaan dalam melakukan praktikum uji kekerasan
adalah :

1. Metode Rockwell

a. Menyiapkan bahan spesimen yang akan di uji (baja karbon rendah).

b. Memilih indentor yang sesuai dengan spesimen uji.

c. Memasang indentor dengan cincin (ring) ke plunger rod.

d. Memilih permukaan spesimen yang rata dan bersih .

e. Memutar handwhell mendekati indentor (untuk menaikan spesimen hingga


spesimen menyentuh indentor).

f. Memberi beban awal sebesar 10 Kg yang ditandai dengan angka 3 atau titik merah
pada skalaminor.

g. Mengkalibrasi skala mayor ke angka 0.

h. Menyiapkan stopwatch.

i. Menekan crank handle kedepan minimal 10 detik.

j. Menarik kembali crank handle ke posisi awal.

k. Membaca nilai kekerasan pada skala mayor dan mencatatnya di tabel hasil. l.
Melakukan percobaan selam 3 kali
2. Metode Vickers

a. Menyiapkan bahan spesimen yang akan di uji (baja karbon rendah).

b. Memilih indentor yang sesuai dengan spesimen uji.

c. Memasang indentor dengan cincin (ring) ke plunger rod.

d. Memilih permukaan spesimen yang rata dan bersih.

e. Memutar handwhell mendekati indentor (untuk menaikan spesimen hingga


spesimen menyentuh indentor).

f. Memberi beban awal sebesar 10 Kg yang ditandai dengan angka 3 atau titik merah
pada skala minor.

g. Mengkalibrasi skala mayor ke angka 0.

h. Menyiapkan stopwatch.

i. Menekan crank handle kedepan minimal 10 detik.

j. Menarik kembali crank handle ke posisi awal.

k. Membaca nilai kekerasan pada skala mayor dan mencatatnya di tabel hasil. l.
Melakukan percobaan selam 3 kali.

3. Metode Brinell

a. Menyiapkan bahan spesimen yang akan di uji (baja karbon rendah).

b. Memilih indentor bola baja dengan diameter 5 mm.

c. Memasang indentor dengan cincin (ring) ke plunger rod.

d. Memilih permukaan spesimen yang rata dan bersih .

e. Memutar handwhell mendekati indentor (untuk menaikan spesimen hingga


spesimen menyentuh indentor)

f. Memberi beban awal sebesar 10 Kg yang ditandai dengan angka 3 atau titik merah
pada skala minor.

g. Menyiapkan stopwatch.
h. Menekan crank handle kedepan minimal 20 detik.

i. Menarik kembali crank handle ke posisi awal.

j. Melakukan percobaan selam 3 kali..

4. Mikroskop

a. Memilih lensa mikroskop ukuran 40 kali pembesaran.

b. Memfokuskan diameter utama dengan mata lensa.

c. Menghidupkan lampu.

d. Mencari diameter pada spesimen .

e. Mengukur besar diameter.

f. Mencatat besar diameter pada tabel.

g. Mematikan lampu.

h. Melepas spesimen dari meja uji.


HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil

Adapun hasil dari peraktikum uji kekerasan yang sudah dilakukan adalah sebagai berikuk :

1. Metode Rockwell Tabel

Jenis Beban No Warna Nilai Rara-

Material (P) kg Test Indentor Skala Kekerasan Rata

Rockwell HRC

(HRC)

Baja 1 1/16 Merah 67.8

Karbo 100 2 1/16 Merah 68 68

Renda 3 1/16 Merah 68.2

Gambar. Tabel Hasil Pengamatan Rockwell.

Dari grafik data hasil pengujian Rockwell bisa dijelaskan bahwa pengujian kekerasan
dengan menggunakan metode Rockwell menggunakan indentor bola baja dengan ukuran 1/16
inchi dan pada saat pengujian di berikan beban sebesar 1000 newton atau 100 kg. Hasil yang
didapat dari pengujian tersebut berupa pada pengujian pertama sebesar 67,8 , ke-dua sebesar
68 , dan ke-tiga sebesar 68,2. Maka dari hasil tersebut didapat rata-rata sebesar 68 Nilai
kekerasan material yang diuji coba selama 3 kali hasilnya tidak jauh berbeda. Hasil yang
didapat berbeda-beda dikarenakan permukaan dari spesimen yang kurang rata. Pada saat
pemasangan spesimen kesalahan yang terjadi tergantung pada lengkungan, beban, penumbuk
dan kekerasan bahan.

Hal itu dibuktikan pada grafik diatas, dimana grafik percobaan menurun ini
dikarenakan faktor lengkungan, beban, penumbuk dan kekerasan bahan. .
2. Metode Brinell

Tabel hasil Pengamatan Brinell

Bebas Nilai
Kekerasan
Jenis (P) No D d Rata-Rata
Brinell
Material Kg Test (mm) (mm) (BHN)
(BHN)

1 5 0,9 127,3885

Baja 100 2 5 0,9 127,3885 127,3883

Karbon 3 5 0,9 127,388

Dari gambar data hasil pengujian brinell bisa dijelaskan bahwa pengujian kekerasan
dengan menggunakan metode brinell menggunakan indentor berukuran D= 5 mm dan pada
saat pengujian diberikan beban sebesar 1000 N atau 100 kg. Hasil yang didapat dari
pengujian tersebut berupa nilai kekerasan brinell pada percobaan 1 sebesar 127,3885 ,
percobaan 2 sebesar 127,3885 , dan percobaan 3 sebesar 127,388. Maka dari hasil percobaan
tersebut didapat rata-rata sebesar 127,3883. Perbedaan yang terjadi pada pengujian brinell ini
sangat kecil, bahkan hasil nya hampir sama, jadi pengujian yang dilakukan cukup akurat.

Salah satu permasalahan pada uji brinell adalah bahwa BHN tergantung pada beban P
untuk lekukan yang sama. Umumnya BHN menurun seiring dengan penurunan beban. ASTM
standar memberikan spesifikasi secara detail untuk pengujian brinell. Uji brinell tidak
dipengaruhi oleh goresan dan kekasaran permukaan, jejak brinel yang besar ukurannya dapat
mempengaruhi dan menghalangi pemakaian uji tersebut untuk benda uji yang kecil atau pada
bagian yang kritis terhadap tegangan, dimana lekukan yang terjadi dapat menyebabkan
kegagalan dalam pengujian.
3. Metode Vickers

Adapun data hasil paraktikum uji kekerasan dengan metode vickersadalah sebagai
berikut:

Tabel hasil pengamatan vickers.

Beban Nilai

Jenis (P) No d1 d2 Kekerasan Rata-Rata


Material
Kg Test Vickers (VHN)

(VHN)

Baja 1 0.9 1,1 92,7

Karbon 100 2 0,9 1 102,714 99,376

Rendah 3 0,9 1 102,714

Dari grafik data hasil pengujian, bisa dijelaskan bahwa pengujian kekerasan dengan
menggunakan metode Vickers menggunakan indentor piramida intan dan pada saat pengujian
di berikan beban sebesar 1000 newton atau 100 kg. Hasil yang didapat dari pengujian
tersebut berupa pada pengujian:

1.92,7 ,

2.102,714

3.102,714.

Maka dari hasil tersebut didapat rata-rata sebesar 99,376 ini berarti nilai kekerasan
material yang diuji coba selama 3 kali hasilnya tidak jauh berbeda. Hasil yang didapat
berbeda-beda dikarenakan permukaan dari spesimen yang kurang rata. Pada saat pemasangan
spesimen kesalahan yang terjadi tergantung pada lengkungan, beban, penumbuk dan
kekerasan bahan. Hal itu dibuktikan pada grafik diatas, dimana grafik percobaan menurun ini
dikarenakan faktor lengkungan, beban, penumbuk dan kekerasan bahan.
B. Pembahasan

Dalam melaksanakan praktikum uji kekerasan ini kita menggunakan 3 metode yaitu
metode rockwell, , metode Vickers dan metode brinell. Praktikum uji kekerasan ini bertujuan
untuk mengetahui kekerasan suatu material. Pengujian dengan metode rockwell sendiri lebih
mudah dilakukan karena hasil dari pengujiannya langsung tertera pada skala mayor
sedangkan untuk mendapatkan nilai kekerasan material dengan menggunakan metode brinell
dan metode Vickers perlu menghitungnya terlebih dahulu. Metode rockwell adalah metode
pengujian kekerasan material dengan menggunakan indentor 1/16” dengan beban 1000 N
atau 100 kg. Uji kekerasan ini berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam, beban
ditekan dengan waktuk 10 detik, sebelum melakukan percobaan ini sebaiknya specimen
dibersihkan dahulu dari kotoran atau debu debu yang menempel agar tidak terjadi perubahan
hasil pengujian. Setelah dilakukan pemberian tekanan maka hasil dari pengujian kekerasan
tersebut akan muncul pada skala mayor. Pengujian dengan menggunakan metode rockwell ini
dilakukan sebanyak tiga kali agar mendapatkan hasil yang maksimal. Metode brinell
bertujuan untuk menentukan kekerasan suatu material dalam bentuk daya tahan material
terhadap bola baja (identor) yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut
(specimen). Uji kekerasan ini berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam memakai
bola baja berukuran 5 mm kemudian ditekan dengan beban 100 kg atau 980 N. Beban ditekan
pada material dengan waktu 10 detik, sebelum melakukan percobaan ini sebaiknya specimen
dibersihkan dahulu dari kotoran atau debu debu yang menempel agar tidak terjadi perubahan
hasil pengujian. Untuk menghitung diameter lekukan hasil pengujian disini praktikan
menggunakan mikroskop dengan pembesaran 40 kali, setelah didapatkan diameter lekukan
langkah selanjutnya menghitung dengan menggunakan rumus nilai kekerasan vickers.

Pengujian dengan menggunakan metode brinell ini dilakukan sebanyak 3 kali agar
mendapatkan hasil yang maksimal. Kesalahan yang sering mempengaruhi uji kekerasan
antara lain:

1. Terbalik dalam memutar hand whell, ketika akan melepas specimen dari indentor.

2. Human error.

Pada pengujian vickers menggunakan identor piramid dari intan, pengujian kekerasan
dengan metode vickers bertujuan menentukan nilai kekerasan suatu material dari diameter
kedalaman hasil pengujian pada spesimen pengujian ini tidak dilihat dari angka yang
ditunjukkan pada alat uji, melainkan dengan menghitung diameter lubang yang dihasilkan
oleh identor pada saat pengujian, dengan menggunakan mikroskop dan dengan menggunakan
2 cara pemberian skala atau nilai diameter lubang masing – masing pengujian. Dan pada
perhitungan atau dalam menentukan lekukan yang dibuat oleh penumbuk piramida intan
harus berbentuk bujur sangkar. Percobaan Vickers dilakukan sebanyak 3 kali untuk
memperoleh hasil yang lebih akurat.

Aplikasi metode Brinell dan rockwell pada dunia kerja adalah untuk mengetahui
kekuatan suatu material yang digunakan untuk membangun suatu konstruksi atau industri
logam didunia, karena uji kekerasan ini adalah salah satu hal yang sangat penting untuk
membuat hidup manusia lebih aman dan nyaman serta efisien karena alat-alat, teknologi,
transportasi dan lain-lain yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal – hal yang mempengaruhi terjadinya fatik (kelelahan pada material) :

1.Penyelesaian permukaan

Karena retak fatik seringkali berada pada dekat komponen, kondisi permukaan
merupakan hal yang perlu diperhatikan pada fatik. Bekas permesinan dan ketidak rataan lain
harus dihilangkan dan usaha ini berpengaruh sekali terhadap sifat fatik. Lapisan permukaan
yang diberi tekanan dengan tumbukan partikel akan meningkatkan umur fatik.

2. Pengaruh temperature

Pengaruh temperatur terhadap fatik mirip dengan pengaruh temperatur terhadap


kekuatan tarik maksimum. Kekuatan fatik paling tinggi pada temperatur rendah, dan
berkurang secara bertahap dengan naiknya temperatur.

3. Frekuensi siklus tegangan

Pengaruh frekuensi siklus tegangan terhadap umur fatik untuk berbagai jenis logam
umumnya tidak ada, meskipun penurunan frekuensi biasanya menurunkan umur fatik. Efek
ini bertambah bila temperatur uji fatik kita naikkan bila umur fatik cenderung bergantung
pada waktu uji seluruhnya dan tidak pada jumlah siklus.

4. Lingkungan .

Fatik yang terjadi didalam lingkungan korosif biasanya disebut fatik korosi.
Telah diketahui bahwa kikisan korosi oleh media cair dapat menimbulkan lubang – lubang
etsa yang bersifat sebaga tekuk. Akan tetapi bila mana serangan korosi terjadi secara serentak
bersamaan dengan pembebanan fatik efek perusakan jauh lebih besar dibandingkan dari efek
tekuk semata.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diberikan adalah sebagai berikut :

1.Rata – rata nilai kekerasan rockwell adalah 68 dan rata – rata nilai kekerasan brinell
adalah 127,3883, sedangkan rata-rata nilai kekerasan vickers adalah 99,376. Setelah
melakukan percobaan diatas mudah untuk kita lebih memahami bagaimana
melakukan uji kekerasan terhadap suatu material. Dan lebih mengetahui cara
mengoperasikan mesin uji kekerasan.

2. Metode rockwell lebih mudah digunakan dari pada metode brinell karena pada
metode rockwell hasil langsung dapat diketahui.

3. Besarnya beban yang diberikan mempengaruhi nilai kekerasan material.

4. Ketelitian dalam melihat besar diameter lekukan dalam melakukan uji kekerasan
dengan metode brinell juga mempengaruhi hasil kekerasan material.

5. Besarnya beban yang diberikan mempengaruhi nilai kekerasan suatu material,


semakin besar beban maka diameter cekungan semakin lebar sehingga nilai
kekerasanya akan semakin kecil.

Saran
Adapun saran yang diberikan setelah praktikum adalah sebagai berikut :

1. Sebaiknya gunakanlah jas laboratorium sebelum memasuki ruangan


laboratorium.

2. Pahami apa saja yang dijelaskan oleh asisten laboratorium dan catatlah bila itu
penting.

3. Jangan pernah bermain - main dalam melakukan praktikum.


4. Untuk percobaan pengujian kekerasan yang selanjutnya diharapkan
memperhatikan waktu dan cara pengoprerasian alat sebab kesalahan pengoperasian
dapat menyebabkan data yang kita ambil tidak akurat.

5. Specimen yang akan kita ukur diameternya melalui mikroskop pastikan


permukaannya halus sehingga mudah untuk kita menentukan diameter cekungan dari
cekungan yang kita ujI.

DAFTAR PUSTAKA

Callister,William D., 1940-Materials science and engineering : an Introduction/

William D. Callister, Jr. 7th ed Callister, William D. Materials and Science Engineering: an
Introduction, 6 th edition.

John Wiley & Sons, Inc Davis,H.E,Troxell,G.E,Hauck, GFW. The Testing of Engineering Materials
Dieter, George E. Mechanical Metallurgy.

McGraw Hill Book Co Louis Cart, Non Destructive Testing,ASM, Metal Handbook Ninth Edition,
Volume 8, Mechanical Testing, ASM,1985.

Sriati Djaprie, Metalurgi Mekanik, edisi ketiga, jilid 1, Erlangga, 1993.

Anda mungkin juga menyukai