Anda di halaman 1dari 2

Materi Praktek PMLK

Ed. Y. Neonbeni, S.P., M.P

Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) Air Beras


Limbah pertanian yang sudah tak terpakai memiliki nilai ekonomi rendah yang sebagian besar terdiri dari
selulosa, memerlukan waktu 3-4 bulan untuk pengomposan. Waktu tersebut sangat tidak efektif jika petani
menggunakan sistem pertanian intensif. Oleh karenanya petani sering hanya membakar sisa-sisa hasil produksi
yang sebenarnya bisa diolah untuk dimanfaatkan. Sisa hasil produksi pertanian dapat diolah menjadi pakan,
kompos, dan pupuk dengan sedikit sentuhan teknologi, salah satunya adalah dengan Mikroorganisme Lokal (MOL).
Mikroorganisme Lokal (MOL) merupakan produk yang dihasilkan dari proses fermentasi dari substrat/bahan
tertentu yang diperbanyak dengan bahan alami mengandung karbohidrat (gula), protein, mineral, dan vitamin.
Peran MOL adalah untuk mendegradasikan bahan-bahan seperti bahan organik untuk diproses menjadi
kompos/pupuk organik, biourine (pupuk cair).
Limbah yang dapat digunakan dalam proses pembuatan MOL diantaranya adalah limbah rumah tangga yang
berupa nasi basi, limbah buah, limbah sayur, dll. Limbah pertanian yang terdiri dari bonggol pisang, rebung bambu,
kulit buah, dll. Dan limbah organik lain yang terdiri dari keong, limbah udang, dll.
Alat yang harus di siapkan yaitu berupa baskom, ember plastik dan botol bekas air minum mineral besar.
Bahan berupa air beras sebanyak 2 liter, gula merah 1/2 kg , dan air kelapa 2 liter .
Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) dilakukan dengan menyiapkan air beras sebanyak 2 liter, setelah itu
air beras yang telah di siapkan di masukkan kedalam ember yang telah di sediakan lalu di campur dengan air
kelapa dan gula merah yang sudah di haluskan setelah semua bahan MOL yang sudah tercampur dalam satu
wadah kemudian dituang ke dalam botol plastic ditutup rapat , lalu difermentasi (disimpan di tempat yang tidak
langsung terpapar cahaya matahari) dalam botol plastik yang telah dipersiapkan selama 1-2 minggu. Selama masa
fermentasi tersebut sesewaktu (2-3 hari) tutup botol dibuka agar gas yang tertampung di dalam botol dapat
terbuang. Perhatikan perubahn bahan MOL akan berangsur menjadi bening dan beraroma seperti air aren.
Kandungan:
Menurut Akib et al., (2014), air limbah cucian beras dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman karena
masih mengandung karbohidrat (pati), Glutein, selulose, hemi selulose protein, thiamin (B1), P dan Fe. Air cucian
berasmengandung banyak nutrisi yang terlarut di dalamnya di antaranya adalah 80%, vitamin B1, 70% vitamin B3 ,
90%, vitamin B6, 50% mangan,50%, fosfor, 60% zat besi (Nurhasanah, 2011 dalam Bahar, 2016). Selain itu
mengandung Ca 2,944%, Mg 14,252%, S 0,027%, Fe 0,0427% dan B1 0,043% Wulandari et al., (2011). Penelitian
Wulandari et al., (2011), membuktikan hasil analisis kandungan air cucian beras putih adalah N 0,015%, P 16,306%,
K 0,02%, Ca 2,944%, Mg 14,252%, S 0,027%, Fe 0,0427% dan B1 0,043%.
Air cucian beras merupakan bahan organik yang kaya akan kandungan nutrisi. Air cucian beras mengandung
beberapa nutrisi yang dibutuhkan tanaman dan dapat membuat tanaman menjadi lebih subur. Selain nutrisi, air
cucian beras juga mengandung beberapa jenis bakteri yang bermanfaat untuk tanaman. Air cucian beras memiliki
90% karbohidrat yang berupa pati, juga mengandung vitamin, mineral dan protein, 80% protein beras di sebut
protein glutein. Kualitas protein glutein cenderung berupa zat lisin, lisin sendiri merupakan asam amino essensial
pembatas. Dari struktur mikrobiologi, air beras juga punya keanekaragaman bakteri antagonis, artinya bisa
melawan bakteri jahat/patogen. Juga dapat menginvasi sel telur hama kutu-kutuan menjadi pecah sebelum
waktunya. Daun yang selalu diaplikasikan dengan air cucian beras sebagai pupuk cair hayati cenderung sehat dan
subur (Asniwati et al., 2019).
Berikut ini beberapa jenis mikroorganisme bermanfaat yang dihasilkan dari air cucian beras :
1) Bakteri Pseudomonas fluorescensadalah sejenis mikroba atau mikroorganisme yang beradaptasi serta
mengkloning dengan baik pada sistem perakaran (akar tanama) serta mempunyai keunggulan untuk
mensintesis metabolit untuk proses menghambat perkembangbiakan patogen.
2) Bakteri Pektolitik pectin yakni sejenis mikroba yang mensintesis karbohidrat dan asam amino untuk
menghasilkan hormone tumbuh atau ZPT.
Berikut unsur hara yang terkandung dalam air cucian beras atau air leri;
Nitrogen (N) : 70,55 ppm
Phosphor (P) : 60,65 ppm
Kalium (K) : 91,11 ppm
Besi (fe) : 09,95 ppm
Boron (B) : 06,44 ppm
Vitamin B : 205,44 ppm
Materi Praktek PMLK
Ed. Y. Neonbeni, S.P., M.P

Vitamin K : 11,12 ppm


Protein : 185,09 ppm
(Sumber: http://lingkar-desa.com/ketimbang-dibuang-air-cucian-beras-bisa-dijadikan-pupuk-begini-caranya/)
Menurut Asniwati et al., (2019), komposisi kandungan zat kimia yang terdapat pada air kelapa antara lain
asam askorbat atau vitamin C, protein, lemak, hidrat arang, kalsium atau potassium. Mineral yang terkandung
pada air kelapa ialah zat besi, fosfor dan gula yang terdiri dari glukosa, fruktosa dan sukrosa. Kadar air yang
terdapat pada buah kelapa sejumlah 95,5 gram dari setiap 100 gram. Secara khusus, air kelapa kaya akan potasium
(kalium). Selain mineral, air kelapa juga mengandung gula (bervariasi antara 1,7 sampai 2,6 persen) dan protein
(0,07- 0,55 persen). Karena komposisi gizi yang demikian ini, maka air kelapa berpotensi dijadikan bahan baku
produk pangan.
Dedak padi merupakan salah satu hasil limbah industri yang dapat dijadikan sumber substrat untuk aktifitas
mikroorganisme selama fermentasi, karena substrat tersebut masih banyak mengandung karbohidrat yang
merupakan sumber energi bagi mikroorganisme. Sampai saat ini penelitian yang berkaitan dengan penggunaan
sumber substrat dari hasil limbah industri pertanian masih sangat terbatas (Zakaria, 2013). Selama proses
fermentasi akan menyederhanakan partikel pada dedak padi sehingga akan meningkatkan nilai gizinya. Dedak padi
yang telah mengalami fermentasi akan lebih baik kualitasnya dari bahan asal, sehingga dapat meningkatkan nafsu
makan dan menyeimbangkan mikroorganisme pada ternak (Sandi, 2012). Dengan demikian penambahan dedak
dalam pembuatan MOL atau pupuk organik lainnya seperti kompos dapat mempercepat aktivitas mikroba
pengurai dalam mengkonsumsi bahan-bahan organik yang digunakan dalam pembuatan pupuk organik.
Manfaat fermentasi itu sendiri antara lain dapat mengubah bahan organik kompleks seperti protein,
karbohidrat dan lemak menjadi molekul - molekul yang lebih sederhana dan mudah dicerna, mengubah rasa dan
aroma yang tidak disukai menjadi disukai, mempercepat pematangan, dan dalam beberapa hal tertentu
menambah daya tahan (Rosyidi, 2009). Dalam mempercepat penguraian Selulosa selama proses fermentasi dapat
digunakan EM4 atau Mikroorganisme Lokal (MOL).

===================******************************************======================
Selamat mencoba

Anda mungkin juga menyukai