Anda di halaman 1dari 7

KARAKTERISASI FENOTIP DAN UJI ADAPTASI VARIETAS SORGUM HITAM

DAN SORGUM PUTIH ASAL TIMOR TENGAH UTARA DI LAHAN KERING

OLEH

DELFRIDA KARLANI NAHAK

11190012

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TIMOR

KEFAMENANU

2021
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan manusia akan beras sebagai bahan pangan utama di Indonesia terus
meningkat setiap tahunnya seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang terus
bertambah. Pada ahun 2025 penduduk di Indonesia di perkirakan akan mencapai kurang
lebih 300 juta jiwa yang tentunya akan membutuhkan beras dalam jumlah yang sangat besar.
Peningkatan produksi beras nasional sangat bergantung pada padi sawah, sementara luas
lahan sawah terus menusut akibat alih fugsi lahan untuk usaha non pertanian. Kondisi seperti
ini akan mempersulit Indonesia dalam memenuhi kebutuhan beras secara mandiri jika hanya
mengandalkan produksi padi lahan sawah (Human,2011)
Menurut (Elizabeth,2011) alternatif yang dapat ditempuh adalah dengan meningkatkan
produktivitas tanaman penghasil karbohidrat non-beras di lahan kering. Indonesia
mempunyai potensi yang sangat besar dalam memproduksi karbohidrat dari tanaman.
Keanekaragaman jenis tanaman yang berpotensi sebagai sumber pangan tumbuh subur dan
tersebar luas di wilayah Indonesia salah satunya sorgum.
Sorgum adalah tanaman serbaguna yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pangan,
pakan ternak dan bahan baku industri. (Ariani M & Ashari,2003) menyatakan bahwa
keberadaan sorgum di Indonesia menempati urutan ke-5 setelah gandum, jagung, padi dan
jelai. Fakta di lapangan menunjukan bahwa meskipun tanaman sorgum sudah lama dikenal
oleh petani, akan tetapi masih diusahakan secara asal karena dipandng sebagai tanaman kelas
rendah (Subagio et al, 2014)
Sorgum merupakan tanaman pangan yang termasuk adaptif dan sesuai untuk
dikembangkan di wilayah tropis sepertti Indonesia. Sebagai tanaman yang tergolong daalam
tanaman C4, sorgum efisien dalam menghasilkan produk fotosintesis yang tinggi. Suhu
optimum untuk pertumbuhan tanaman sorgum berkisar antar 21-35oC dngan kisaran ssuhu
tanah minimum mencapai 15oC-18oC. Secara agronomis, sorgum memiliki kelebihan seperti
toleran terhadap kekeringan, kadar garam tinggi, dan daya adaptasi yang luas. Umur panen
tanaman sorgum berkisar antara 3-4 bulan tergantung varietas masing-masing, kebutuhan air
per musim mencapai 4.000 m3, lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan air pada
tanaman jagung dan tebu yang membutuhkan air masing-masing 8.000 m3 (Ariani M &
Ashari,2003).
Toleransi sorgum terhadap kekeringan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sistem
perakaran tanaman, karakteristik daun dan pengaturan osmotik. Sorgum mempunyai akar
yang lebat dan bercabang sehingga apabila terjadi kekeringan, perakaran cepat menyerap air
dan tersedia bagi tanaman ditandai dengan peningkatan nilai potensial air tanaman, sehingga
recovery berlangsung lebih cepat. Selain itu juga, akar tanaman sorgum mampu tumbuh lebih
dalam sampai kedalaman 120 cm-180 cm apabila terjadi cekaman kekeringan. Tanaman
sorgum mempunyai sifat yang toleran terhadap keracunan Al, salinitas tinggi, dan genangan
air dibanding dengan tanaman tebu dan serealia lain. Sorgum juga membutuhkan pupuk
relatif lebih sedikit dan pemeliharaannya lebih mudah (Sirappa, 2003).
Dari berbagai karakteristik tanaman sorgum, kemungkinan besar tanaman sorgum akan
sesuai untuk ditanam di lahan kering dan marginal yang terdapat di lahan kering Fakultas
Pertanian Universitas Timor. Selain untuk mendukung program diversifikasi pangan,
penanaman sorgum juga akan mengoptimalkan lahan yang marginal. Akan tetapi tidak semua
sorgum mampu untuk beradaptasi di lahan kering Fakultas Pertanian Universitas Timor,
sehingga perlu adanya seleksi terhadap jenis sorgum yang mampu beradaptasi dan memiliki
daya hasil tinggi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas sorgum mampu untuk di budidayakan dilahan kering,
akan tetapi perlu adanya seleksi terhadap jenis sorgum melalui karakterisasi sehingga dapat
mengetahui jenis sorgum yang mampu untuk beradaptasi di lahan kering.
1.3 Tujuan
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik fenotip dari 2 varietas sorgum yang
berbeda yang mampu untuk beradaptasi di lahan kering.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang karakteristik
sorgum dari Timor Tengah Utara dan kemampuan adaptasi di lahan kering dalam bidang
akademik dan memberikan informasi kepada petani tentang jenis sorgum yang mampu untuk
beradaptasi di lahan kering.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani dan Morfologi Sorgum


Berdasarkan klasifikasi botaninya, Sorghum bicolor (L.) tergolong ke dalam :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Sorghum
Spesies : Sorghum bicolor L. Moench
Sorgum (Sorghum bicolor L.) merupakan tanaman serealia yang potensial untuk
dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marjinal dan kering di
wilayah Indonesia. Keunggulan sorgum terletak pada kemampuan adaptasi agroekologi yang
luas, tahan terhadap kekeringan, mampu menghasilkan produksi yang tinggi, input lebih
sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibandingkan tanaman pangan lainnya.
Selain itu, tanaman sorgum mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik
untuk digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif. Tanaman
sorgum sudah lama dan banyak dikenal oleh petani Indonesia terkhususnya di daerah Jawa,
NTB dan NTT. Di Pulau Jawa, sorgum seringkali dikenal dengan nama Cantel, dan biasanya
petani menanamnya secara tumpang sari dengan tanaman pangan lainnya (Soeranto 2004).
2.2 Syarat tumbuh
Tanaman sorgum dapat beradaptasi pada daerah yang luas sekitar 450LU sampai dengan
400LS, mulai dari daerah yang beriklim tropis-kering hingga daerah beriklim basah. Sorgum
dapat dibudidayakan pada ketinggian 0-700 mdpl. Tanaman ini dapat tumbuh pada suhu
lingkungan sekitar 23-34oC akan tetapi suhu optimum berkisar 23oC dengan kelembaban
relatif mencapai 20-40%. Berdasarkan pendapat Tabri dan Zubachtirodin (2013) sorgum
dapat tumbuh pada hampir semua jenis tanah seperti Tanah Vertisol (Grunusol),Aluvial,
Andosol, Regosol, dan Mediteran, terkecuali pada tanah Podzolik Merah Kuning yang
masam. Sorgum dapat ditanam dengan tingkat kesuburan tanah dari rendah sampai tinggi
tetapi solum tanah agak dalam dengan pH 6.5-7.5. Ketersediaan lahan kering masam yang
begitu luas berpotensi dalam pengembangan tanaman sorgum. Menurut Agustina dkk.(2010)
tanaman yang memiliki daya adaptasi agroteknologi luas seperti sorgum, dapat
dikembangkan di lahan kering yang bersifat masam. Hal tersebut didukung oleh pernyataan
Hardjowigeno dan Widiatmaka dalam Suminar et al. (2017) bahwa sorgum akan tumbuh
dengan baik apabila memenuhi syarat tumbuh yang di perlukan berupa suhu rata-rata 25-
30oC, dan curah hujan tahunan berkisar antara 600-2000 mm serta kelembaban udara
mencapai 75-85%

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat


Penelitian ini akan dilaksanakan selama 3 bulan dimulai bulan Agustus-November 2022
di lahan kering Fakultas Pertanian Universitas Timor.
3.2 Alat dan Bahan
Bahan yang digunakan adalah 2 jenis varietas sorgum yaitu sorgum putih (Buk’ka muti)
dan sorgum hitam (Buk’ka mtasa). Bahan lain yang digunakan adalah pupuk kandang sapi.
Alat yang digunakan adalah alat standar budidaya tanaman, alat ukur standar (alat ukur berat
dan Panjang) serta perlengkapan dokumentasi (kamera).
3.3 Metode Pelaksanaan
1. Persiapan benih, benih yang digunakan adalah benih sorgum yang diambil dari desa
Bitauni, Kec. Insana, Kabupaten Timor Tengah Utara.
2. Persiapan media tanam, media tanam yang digunakan adalah tanah yang berada di lahan
kering Fakultas Pertanian Universitas Timor. Tanah tersebut dicampur dengan pupuk
kandang sapi kemudian diinkubasi selama 7 hari.
3. Penanaman, menggunakan biji sorgum sebagai bahan tanam dengan cara setiap ulangan
diisi dengan 2 biji sorgum.
4. Perawatan, selama masa perawatan penyiraman dilakukan 1 kali dalam sehari, apabila
selama pertumbuhannya terdapat gulma disekitar tanaman pengendalian dilakukan secara
manual.
5. Pemanenan, dilakukan dengan cara memotong bagian tangkai sekitar 7-10 cm dan
mengumpulkannya di wadah yang telah disiapkan.
3.4 Rancangan Percobaan
Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok dengan 5 ulangan. Faktor
adalah 2 varietas
sorgum yaitu sorgum putih (Buk’ka muti) dan sorgum hitam (Buk’ka mtasa). Data yang
diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Parameter yang diamati adalah daya
tumbuh (%), tinggi tanaman (cm), jumlah daun (helai), umur berbunga (hst), umur panen
(hst), berat 1000 biji (g), panjang malai (cm), berat malai (g), berat biji per tanaman (g), tipe
biji, warna biji.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina K., Sopandie D., Trikoesoemaningtyas dan Wirnas D., 2010. Uji Adaptasi Sorgum
pada Lahan Masam Terhadap Toksisitas Aluminium dan Defisiensi Fosfor. Dalam :
Prosiding Seminar Nasional Serealia, Maros, 27-28 Juli 2010. Pusat penelitian dan
Pengembangan Pertanian. P. 55-64. Diakses pada 18 November 2021

Ariani, M. & Ashari (2003). Arah, kendala dan pentingnya diversifikasi konsumsi pangan di
indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 21(2). Diakses pada 18 November 2021

Elizabeth, R. (2011). Strategi Pencapaian Diversifikasi dan Kemandirian Pangan: Antara


Harapan dan Kenyataan. Iptek Tanaman Pangan, 6(2). Diakses pada 18 November 2021

Hardjowigeno, S., Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna
Lahan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, Indonesia. Diakses pada 18
November 2021

Human, S. (2011). Riset & Pengembangan Sorgum Dan Gandum Untuk Ketahanan Pangan.
Pusat Aplikasi Teknologi Isotop dan Radiasi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN).
Jakarta Selatan. Diakses pada 18 November 2021

Soeranto. 2005. Pemuliaan tanaman sorgum. http//batan.go.id/patir/pert.html. Diakses pada 18


November 2021

Subagio, H. & Aqil, M. (2014). Perakitan dan Pengembangan Varietas Unggul Sorgum. Iptek
Tanaman Pangan, 9(1). Diakses pada 18 November 2021

Tabri, F. dan Zubachtirodin. 2013. Budi daya tanaman sorgum. Sorgum: Inovasi Teknologi dan
Pengembangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 175:187. Diakses pada
18 November 2021

Anda mungkin juga menyukai