Anda di halaman 1dari 6

Petanipun Bisa Membuat Pupuk Sendiri

Pembuatan Mikroorganisme Lokal (MOL) sebagai Pengganti Pupuk Kimia


sebagai Salah Satu Langkah Menurunkan Biaya Produksi

Pagi ini diadakan pertemuan rutin salah satu kelompok tani di Desa
Paremono. Tidak seperti pertemuan – pertemuan sebelumnya, pagi ini Mbah
Karso terlihat kurang bersemangat. Ketika ditanya oleh penyuluh yang pagi
itu hadir dalam pertemuan : “kenging nopo mbah kok kadose mboten
semangat kados biasanipun??” (ada apa mbah, kok sepertinya tidak
bersemangat seperti biasanya??). Dengan wajah lesu mbah karso
menjawab: “kula niku bingung bu..panen e niku mboten sae, ditebas mirah,
wong gabah e kurang mentes, padahal kula pun ngedalke ragat kathah
nggih tumbas urea” (saya bingung bu..panennya kurang bagus, dibeli murah
karena gabahnya kurang bernas, padahal saya sudah mengeluarkan biaya
yang banyak untuk membeli pupuk urea).

Kondisi seperti ini tidak hanya dialami oleh Mbah Karso. Petani – petani lain
di Kecamatan Mungkid juga mengalami hal yang sama. Kondisi cuaca yang
kurang bagus, serangan hama penyakit dengan tingkat serangan sedang
hingga berat menyebabkan menurunnya hasil panen, sehingga pendapatan
petani menjadi menurun.

Apa yang dapat dilakukan oleh petani??


Komponen yang diperhitungkan sebagai faktor penentu keuntungan petani
adalah biaya produksi dan produktivitas. Sehingga, untuk meningkatkan
keuntungan petani yang dapat dilakukan adalah meningkatkan prduktivitas
atau menurunkan biaya produksi.

Ketika yang dilakukan berfokus pada faktor pertama, yaitu meningkatkan


produktivitas, maka kondisi ekosistem (lingkungan) juga harus
dipertimbangkan, apakah lingkungan mempunyai daya dukung yang kuat
untuk meningkatkan poduktivitas??berdasarkan informasi BMKG (Badan
Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika), musim kemarau tahun 2013 ini
diprediksi sebagai kemarau basah (musim kemarau dengan disertai
intensitas hujan yang cukup sering terjadi). Kondisi ini menyebabkan kondisi
iklim yang lembab, sehingga serangan hama penyakit meningkat.

Pengaruhnya terhadap hasil panen, tentu saja menurunkan produktivitas.


Konsekuensi logisnya adalah menurunnya pendapatan petani. Sehingga, jika
kita berfokus pada peningkatan produktivitas, sepertinya sangat sulit untuk
dicapai, karena kondisi lingkungan/ ekosistem yang kurang mendukung.

Bagaimana jika kita berfokus pada faktor penentu yang kedua, yaitu
menuunkan biaya produksi?. Salah satu komponen biaya prduksi yang
cukup tinggi adalah sarana produksi, termasuk pupuk. Untuk menurunkan
biaya produksi, petani dapat mengupayakan untuk membuat pupuk sendiri,
sehingga komponen biaya produksi dapat ditekan. Teknologi bidang
pertanian yang dapat diadopsi oleh petani dalam hal pembuatan pupuk
adalah dengan membuat MOL.

Apa itu MOL??


Selama ini kebiasaan mayoritas petani hanya memberikan pupuk tunggal
berupa urea. Pada dasarnya, kandungan yang ada dalam pupuk urea
hayalah unsur N, yang dalam pemahaman sederhana berperan untuk
merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan; berfungsi untuk
sintesa klorofil, asam amino dan protein dalam tanaman; merangsang
pertumbuhan vegetatif  seperti batang dan daun (Lahuddin, M. 2007).

Padahal, kebutuhan tanaman tidak hanya unsur N, tetapi ada unsur hara
yang lain berupa P an K, yang dikenal dengan unsur makro. Unsur P
(phospat) berperan terhadap pengangkutan energi hasil metabolisme dalam
tanaman, merangsang pembungaan dan pembuahan, merangsang
pertumbuhan akar, merangsang pembentukan biji, merangsang pembelahan
sel tanaman dan memperbesar jaringan sel. Sedangkan unsur K (Kalium)
berfungsi dalam proses fotosintesa, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan
mineral termasuk air; meningkatkan daya tahan/ kekebalan tanaman
terhadap penyakit (Lahuddin, M. 2007). Sehingga, untuk mencukupi
kebutuhan unsur makro, petani dapat membuat MOL N, MOL P, dan MOL K.

MOL adalah singkatan dari Mikro Organisme Lokal yang artinya cairan yang
terbuat dari bahan – bahan alami yang disukai sebagai media hidup dan
berkembangnya mikroorganisme yang berguna untuk mempercepat
penghancuran bahan-bahan organik atau dekomposer dan sebagai aktivator
atau tambahan nutrisi bagi tumbuhan yang sengaja dikembangkan dari
mikroorganisme yang tersedia sekitar kita (NOSC, 2012).

Cara Pembuatan MOL


Pembuatan MOL (Mikroorganisme Lokal) sangatlah mudah, dapat dilakukan
dalam skala rumah tangga, bisa dikerjakan secara individu, maupun dibuat
bersama – sama secara berkelompok (misal dibuat oleh kelompok tani,
dengan penanggung jawab unit usaha pengadaan saprodi).

Cara pembuatan MOL (NOSC, 2012):


1. Inventarisir bahan – bahan yang ada di lingkungan sekitar yang dapat
digunakan untuk bahan dasar pembuatan MOL
Bahan MOL N
Bahan yang dapat dijadikan bahan dasar pembuatan MOL N: semua yang
berbau amis/ anyir, seperti keong, bekicot, ikan, daging/ air cucian daging.
Bahan – bahan ini berbau anyir/ amis karena disusun oleh protein yang
tinggi, dimana unsur penyusun protein adalah N, seperti yang terkandung
dalam urea.

Bahan MOL N yang lain adalah daun leresede/ gamal, daun rondo noleh.
Daun – daun ini memiliki kandungan N yang tinggi, terbukti jika dipetik,
setengah jam kemudian akan menjadi layu, dan jika dibuang ke tanah,
maka keesokan harinya akan berwarna hitam.

Buah maja (dalam bahasa Jawa dikenal dengan mojo) atau semua buah –
buahan yang tingkat kematangannya berlebih (kandungan glukosa tinggi)
juga memiliki kandungan N yang tinggi. Rebung juga memiliki kandungan N
dan ZPT (zat perangsang tumbuh) yang tinggi, sehingga dapat digunakan
sebagai bahan dasar MOL N.

Bahan MOL P
Bahan yang dapat digunakan sebagai bahan dasar MOL P adalah bonggol
pisang. Pisang memiliki banyak anakan, karena di bonggol pisang
terkandung banyak nutrisi. Bonggol pisang yang busuk sebagai tempat
hidup cacing, dimana kotoran cacing mengandung SP 36 alami.

Bahan MOL K
Bahan yang dapat digunakan sebagai bahan MOL K adalah sabut kelapa/
bluluk/ ampas teh. Jika bahan yang digunakan adalah sabut kelapa,
sebaiknya gunakan sabut dari kelapa yang muda, agar memudahkan dalam
pencacahan bahan.

2. Perkecil/ hancurkan bahan – bahan pembuatan MOL untuk mempercepat


reaksi
Bahan – bahan dasar diperkecil ukurannya (terutama bahan – bahan yang
berwujud daun dipotong kecil – kecil) atau dihancurkan (misalnya pada
keong, bonggol pisang, dan daging buah maja dapat dilakukan
penumbukan).

3. Tambahkan air leri/ air cucian beras


Kandungan nutrisi beras yang paling tinggi ada dikulit arinya. Pada waktu
mencuci beras air bekas cucian beras biasanya keruh. Kandungan nutrisi apa
yang terdapat pada air bekas cucian beras atau kulit ari beras itu sehingga
menyebabkan airnya menjadi keruh? Menurut penelitian kulit ari beras kaya
akan kandungan serat dan mengandung vitamin B1, B3, B6, Posfor, Zat besi
dan Mangan.

Kandungan nutrisi inilah yang kemudian apabila air bekas cucian beras
tersebut digunakan untuk menyiram tanaman, dapat berfungsi sebagai
pupuk. Kandungan posfornya bisa memacu pertumbuhan akar, dan
kandungan zat besinya bisa membantu pembentukan klorofil tanaman atau
tumbuhan tersebut, sehingga tanaman kita menjadi lebih subur. Dengan
demikian bisa dikatakan bahwa air leri bisa digunakan sebagai pupuk
(http://data-smaku.blogspot.com/2012/10/karya-tulis-pemanfaatan-limbah-
air.html#).

Air leri/ air cucian beras digunakan sebagai bahan pelarut dalam pembuatan MOL,
karena dalam air leri juga terkandung karbohidrat yang digunakan sebagai
makanan mikroorganisme. Air leri yang digunakan maksimal sampai air cucian
yang ketiga, dan dapat ditampung hingga hari kelima untuk menunggu jumlah air
leri mencukupi untuk digunakan sebagai pelarut dalam pembuatan MOL. Lalu,
bagaimana jika tidak tersedia air leri dalam jumlah yang mencukupi?. Air leri dapat
diganti dengan tepung beras yang diencerkan dengan air.

4. Tambahkan tetes tebu/ molase


Molase merupakan sumber energi yang cepat untuk berbagai bentuk
mikroba dan kehidupan tanah di tumpukan kompos atau tanah, sumber
karbohidrat yang merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang
menguntungkan
(http://propertycirebon.wordpress.com/2012/03/27/gunakan-molases-
untuk-meningkatkan-efektivitas-pupuk/).
Kandungan yang ada dalam molase antara lain kalsium, magnesium,
potasium, dan besi. Molase memiliki kandungan kalori yang cukup tinggi,
karena terdiri dari glukosa dan fruktosa. Berbagai vitamin terkandung pula
di dalamnya
(http://anggitsaputradwipramana.blogspot.com/2008/07/selayang-pandang-
tentang-molase-tetes.html).
Karena kandungan yang ada dalam molase, sehingga molase menjadi bahan
tambahan dalam pembuatan MOL.

5. Fermentasikan selama 15 hari


Setelah bahan dasar mol, air leri, dan tetes dimasukkan dalam wadah (bisa
menggunakan ember ataupun drum), larutan MOL kemudian disimpan/
difermentasi selama 15 hari, ditempatkan di tempat yang teduh (terlindung
dari sinar matahari dan hujan). Pada saat dilakukan fermentasi, wadah
sebaiknya ditutup dengan kertas koran, kemudian diikat dengan
menggunakan rafia. Penggunaan kertas koran sebagai penutup
dimaksudkan untuk menghindarkan larutan MOL dari kontaminasi yang tidak
dikehendaki dari udara luar. Dengan menggunakan kertas yang masih
terdapat sedikit pori, memungkinkan gas yang dihasilkan pada saat
fermentasi untuk keluar.

Yang dilakukan dalam periode fermentasi adalah melakukan pengecekan


pada hari ketiga. Jika yang tercium adalah bau busuk, maka tambahkan
molase kembali, kemudian lanjutkan fermentasi hingga hari ke-15. Setelah
15 hari, MOL telah jadi, dan ampas harus disaring. Air larutan MOL
sebaiknya ditempatkan dalam wadah yang tertutup rapat, seperti jerigen
atau toples, tempat penyimpanan sebaiknya terhindar dari sinar mataharai
langsung dan juga hujan.

Dalam pembuatan MOL, tidak ada dosis/ takaran bahan. Jumlah bahan
dalam pembuatan MOL seadanya bahan yang tersedia.

Bagaimana Aplikasi MOL sebagai Pengganti Pupuk Kimia??


MOL dapat diaplikasikan pada berbagai tanaman, baik itu tanaman pangan
(utamanya padi) maupun tanaman hortikultura. Aplikasi yang telah banyak
berkembang diterapkan dalam budidaya padi. Aplikasi MOL pada budidaya
padi:
Aplikasikan MOL N pada saat padi berumur 10 HST (hari setelah tanam)
dengan dosis 1: 10; 20 HST (dosis 1:8); 30 HST (dosis 1:6); 40 HST (dosis
1:5)
Aplikasi MOL PK pada saat padi berumur 60 HST dan 70 HST dengan dosis
1:4 (1 liter MOL PK, ditambahkan air sebanyak 4 liter).

Anda mungkin juga menyukai