Anda di halaman 1dari 10

Jurnal AGRINIKA. Maret-2021.

5(1): 20-29

Studi Eksplorasi Agroklimat Tanaman Kopi Robusta (Coffea canephora)


Kabupaten Tanggamus, Lampung
Dimas Prakoswo Widiyani1*, Joko S.S Hartono1
Jurusan Budiaya Tanaman Perkebunan, Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung,
Indonesia

*Korespondensi: dimaspw2@polinela.ac.id
Diterima 17 Februari 2021/Direvisi 26 Februari 2021/Disetujui 8 Maret 2021

ABSTRAK
Kopi adalah salah satu komoditas penting yang ada di Indonesia. Komoditas kopi
memiliki potensi strategis dalam perkembangan perekonomian masyarakat. Seiring
waktu produksi kopi di Indonesia semakin menurun, produktivitas rata-rata kopi di
Indonesia hanya berkisar 600 kg/ha, sedangkan potensi produksi kopi tiap hektar bisa
mencapai 1000 kg/ha. Salah satu daerah atau kabupaten penghasil kopi terbesar di
Lampung adalah Kabupaten Tanggamus. Kabupaten Tanggamus memiliki luas lahan
perkebunan kopi sebesar 41.512 ha dengan produksi total sebesar 33.482 ton Salah satu
pengaruh lingkungan yang paling esensial adalah iklim. Iklim tidak hanya mempengaruhi
pertumbuhan tanaman, tetapi iklim juga dipengaruhi oleh tanaman. Iklim dapat menjadi
faktor yang lebih penting dari pada tanah dalam menentukan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Unsur-unsur iklim seperti suhu udara, radiasi matahari, dan
kelembaban mendukung dan berperanan penting secara langsung dalam kegiatan
budidaya tanaman. Iklim juga mempengaruhi sifat fisik, kimia, dan biologi tanah secara
tidak langsung. Penelitian ini dilaksanakan di dua Kecamatan yaitu Kecamatan
Sumberejo dan Ulubelu pada bulan Juli-Oktober 2020. Berdasarkan hasil observasi dan
analisis yang telah didapatkan bahwa kesesuaian agroklimat sebagian kawasan
Sumberejo dan Ulubelu masuk kategori kelas kesesuaian S1 atau sesuai namun terdapat
satu unsur faktor pembatas yaitu kelerengan. Upaya modifikasi lingkungan berdasarkan
nilai kelas kesesuaian maka dianjurkan dalam pembuatan teras agar faktor pembatas
dapat ditangani.
Kata kunci: Kesesuaian; Agroklimat; Iklim; Kopi

ABSTRACT
Coffee is one of the important commodities in Indonesia. The coffee commodity has
strategic potential in the development of the community's economy. Over time coffee
production in Indonesia has decreased, the average productivity of coffee in Indonesia is
only around 600 kg/ha, while the potential for coffee production per hectare can reach
1000 kg/ha. One of the largest coffee-producing regions is Tanggamus Regency in
Lampung. This region’s climate plays an essential part in plant production, even more
than soil in determining plant growth and development. Climate elements such as air
temperature, solar radiation, and humidity support and play an important role in crop
production. Meanwhile physical, chemical, and biological properties of soil are directly
related to plant productivity. This research was conducted in 2 sub-districts, namely
Sumberejo and Ulubelu Districts from July to October 2020. Based on the results of
observations and analysis, it was found that the agro-climatic suitability of some of the
Sumberejo and Ulubelu areas was included in the S1 conformity class category, but there
is one limiting factor, namely slope. Efforts to modify the environment based on the
Dimas Prakoswo Widiyani & Joko S.S Hartono, Studi Eksplorasi Agroklimat…

valueof the suitability class are needed. It is recommended to make a terrace to handle
the limiting factors.
Keywords: Agro-climate; Climate; Coffee; Suitability

Berdasarkan data tersebut Kabupaten


PENDAHULUAN Tanggamus menempati ututan terbesar
Kopi adalah salah satu komoditas kedua penghasil kopi di Provinsi
penting yang ada di Indonesia. Lampung setelah Lampung Barat.
Komoditas kopi memiliki potensi Berdasarkan uraian tersebut Kabupaten
strategis dalam perkembangan Tanggamus berpeluang besar untuk
perekonomian masyarakat. Seiring mengembangkan kopi robusta di
waktu produksi kopi di Indonesia Lampung dan menjadi centra produksi
semakin menurun, produktivitas rata- kopi Lampung.
rata kopi di Indonesia hanya berkisar Jika dilihat dari perbandingan luas
600 kg/ha, sedangkan potensi produksi lahan dan juga produksi kopi Kabupaten
kopi tiap hektar bisa mencapai 1000 Tanggamus rata-rata produktivitas kopi
kg/ha. di kawasan tersebut sebesar 806 kg.
Provinsi Lampung termasuk angka tersebut tergolong masih rendah
daerah penghasil kopi terbesar ke dua di untuk ukuran kopi robusta. Ada banyak
Indonesia (Windiarti & Kusmiati, 2011), faktor yang mempengaruhi rendahnya
dengan pusat perkembangan kopi di produksi kopi di suatu wilayah,
Kabupaten Lampung Barat dan pertumbuhan dan perkembangan suatu
Kabupaten Tanggamus. Mayoritas kopi tanaman dipengaruhi oleh faktor internal
yang dibudidayakan di Lampung adalah yaitu kondisi genetis suatu tanaman dan
jenis kopi Robusta. Provinsi Lampung faktor eksternal yang di pengaruhi dari
sangat berpotensi mengembangkan lingkungan (Karyati et al., 2016; (Kandari
komoditas kopi karena memiliki et al., 2013; Refitri et al., 2016). Salah
kesesuaian lahan yang baik bagi satu pengaruh lingkungan yang paling
komoditas kopi. Namun seiring dengan esensial adalah iklim. Iklim tidak hanya
berkembangnya zaman produksi kopi di mempengaruhi pertumbuhan tanaman,
Provinsi lampung semakin menurun tetapi iklim juga dipengaruhi oleh
sedangkan jumlah konsumsi kopi tanaman. Iklim dapat menjadi faktor
sekarang sedang meningkat. yang lebih penting dari pada tanah
Salah satu daerah atau kabupaten dalam menentukan pertumbuhan dan
penghasil kopi terbesar di Lampung perkembangan tanaman (Ariyanto,
adalah Kabupaten Tanggamus. 2010). Aridana & Wesnawa (2018);
Kabupaten Tanggamus merupakan Prasetyo et al. (2017); Towaha et al.
salah satu Kabupaten di Provinsi (2014), menyebutkan bahwa terdapat
Lampung yang berpusat di Kota Agung. korelasi yang significant antara iklim
Kabupaten Tanggamus memiliki luasan dengan pertumbuhan, produktivitas, dan
sebesar 3.357 km2 dengan jumlah citarasa kopi. Unsur-unsur iklim seperti
penduduk sebesar 562.274 orang. suhu udara, radiasi matahari, dan
Kabupaten Tanggamus memiliki luas kelembaban mendukung dan
lahan perkebunan kopi sebesar 41.512 berperanan penting secara langsung
ha dengan produksi total sebesar 33.482 dalam kegiatan budidaya tanaman. Iklim
ton (Badan Pusat Statistik, 2019).

Page 21 of 29
Dimas Prakoswo Widiyani & Joko S.S Hartono, Studi Eksplorasi Agroklimat…

juga mempengaruhi sifat fisik, kimia, cahaya) dan tanah yang telah didapat di
dan biologi tanah secara tidak langsung. analisis, menggunakan analisis
Berdasarkan permasalahan kesesuaian lahan dan agroklimat
tersebut, lingkungan sangat mem- dengan menyesuaikan data lapangan
pengaruhi dari hasil akhir proses dan kesesuaian tanaman kopi. Untuk
budidaya, dalam hal ini adalah produksi. mengetahui hubungan antar unsur iklim
Tanaman kopi akan tumbuh dengan baik diakukan uji korelasi ganda dengan
jika kondisi lingkungan sesuai baik dari persamaan sebagai berikut:
sisi agroklimat dan juga dari kesesuaian ……………..(1)
lahanya (Arifin, 2003). Dari hal tersebut
penelusuran atau identifikasi kesesuaian Dimana:
agroklimat pada tanaman kopi robusta di Rxyz: Korelasi antar variable
Kabupaten Tanggamus perlu di lakukan, x, y dan z
guna mengetahui seberapa cocok x : Suhu
lingkungan dengan tanaman dan y : Kelembapan
sebagai dasar untuk memodifikasi z : Intensitas cahaya
lingkungan di kawasan tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah
Mengetahui kesesuaian agroklimat dan Hubungan antar unsur iklim
bentuk modifikasi lingkungan pada Berdasarkan data pada Tabel 1
perkebunan kopi Kabupaten menunjukkan dua kecamatan yaitu
Tanggamus. Sumberejo dan Ulubelu menghasilkan
data iklim mikro yang berbeda. Iklim
BAHAN DAN METODE
merupakan komponen utama dalam
Penelitian dilaksanakan di mempengaruhi pertumbuhan dan
perkebunan kopi yang berlokasi di perkembangan suatu tanaman, terutama
kecamatan Sumberejo dan Kecamatan pengaruh dalam hal perubahan
Ulubelu, Kabupaten Tanggamus pada morfologi, anatomi, dan fase generatif,
bulan Juli sampai dengan Oktober 2020. yang berakibat terhadap hasil atau
Penelitian ini menggunakan metode produktivitas (Prakoswo et al., 2018;
survei dengan pengambilan beberapa Araújo et al., 2016).
titik sampel yang mewakili dari unsur Berdasarkan tabel 2 suhu pada
agroklimat di perkebunan kopi Kawasan Sumberejo tergolong lebih
Kabupaten Tanggamus. Pengambilan tinggi yaitu antara 23-25 0C jika
titik sampel dilakukan sebanyak 8 kebun dibandingkan dengan suhu Kawasan
kopi rakyat yang tersebar di 2 Ulubelu yang berkisar antara 20-23,6 0C.
Kecamatan Kabupaten Tanggamus yaitu Selanjutnya kelembaban udara
Kecamatan Sumberejo dan Kecamatan Kawasan Sumberejo tergolong lebih
Ulubelu. Parameter yang diamati kering jika dibandingkan dengan Ulubelu
meliputi suhu, kelembaban, intensitas yaitu sebesar 51-65% sedangkan
cahaya, curah hujan dan kelerengan Kawasan Ulubelu lebih tinggi yaitu 78-
serta parameter tambahan berupa unsur 82%. Sedangkan intensitas cahaya
hara NPK, C-Organik dan pH tanah. Kawasan Sumberejo cenderung lebih
Data hasil pengamatan dari iklim tinggi yaitu sebesar 924-1083 FC
(Suhu, Kelembapan dan intensitas dengan nilai persentase sebesar 54-

Page 22 of 29
Dimas Prakoswo Widiyani & Joko S.S Hartono, Studi Eksplorasi Agroklimat…

65% dari cahaya diluar kawasan, kompleks dibandingkan dengan


kawasan Ulubelu menghasilkan cahaya Kecamatan Sumberejo yang
yang lebih rendah yaitu 701-887 FC mengakibatkan iklim mikro yang
dengan persentase sebesar 48-60%. dihasilkan berbeda. Hal ini selaras
Berdasarkan hal tersebut dapat dengan pernyataan Adedejin et al.,
diketahui bahwa Kecamatan Sumberejo (2014) bahwa tata guna penggunaan
memiliki kondisi iklim yang lebih panas lahan akan mempengaruhi dari iklim
jika dibandingkan dengan iklim mikro yang dihasilkan. Unsur iklim yang
Kecamatan Ulubelu. Hal ini didasari dari telah di peroleh dan dianalisis juga
beberapa hal terutama penggunaan menunjukan hubungan yang erat atau
lahan suatu kawasan, Kecamatan saling mempengaruhi satu dengan yang
Ulubelu terdapat vegetasi lebih lainya, hal ini tertera pada Tabel 2 dan 3.

Tabel 1. Data iklim mikro pada perkebunan kopi Kec. Sumberejo dan Ulubelu
Kecamatan sumberejo
0
Suhu ( C) Kelembaban (%) Cahaya (FC) Persen cahaya (%)
25 51 924 54%
24,8 55 1091 64%
24,1 60 1105 65%
23,9 65 1083 64%
Kecamatan Ulubelu
0
Suhu ( C) Kelembaban (%) Cahaya (FC) Persen cahaya (%)
21,5 80 721 49%
20,3 82 701 48%
22,8 79 873 59%
23,6 78 887 60%

Tabel 2. Hubungan antar unsur iklim Kecamatan Sumberejo


Suhu Kelembaban Cahaya
Suhu 1
Kelembaban -0.973981 1
Cahaya -0.6804724 0.710558595 1

Tabel 3. Hubungan antar unsur iklim Kecamatan Ulubelu


Suhu Kelembaban Cahaya
Suhu 1
Kelembaban -0.9876009 1

Cahaya 0.9506143 -0.89450965 1

Berdasarkan analisis uji korelasi keterkaitan antar unsur iklim di kedua


yang telah dilakukan terdapat beberapa Kecamatan Sumberejo dan Ulubelu.

Page 23 of 29
Dimas Prakoswo Widiyani & Joko S.S Hartono, Studi Eksplorasi Agroklimat…

Tabel 3 menunjukkan hubungan antar dinyatakan sangat sesuai karena semua


unsur iklim di Kecamatan Sumberejo komponen penilaian kelas kesesuaian
yaitu pada unsur suhu dan kelembaban bernilai S1 sehingga berdasarkan hal
menghasilkan hubungan yang tersebut tidak perlu adanya usaha
berlawanan dengan nilai negatif perbaikan untuk menunjang kelas
sedangkan pada intensitas cahaya dan kesesuaian potensial. Sedangkan pada
kelembaban menghasilkan korelasi yang penilaian kelas kesesuaian lahan
searah yaitu bernilai positif. Sebagian besar menunjukan kelas yang
Sedangkan jika dilihat pada tabel 4 sangat sesuai yaitu S1 namun ada 1
hubungan antar unsur iklim juga kelas kesesuaian yang blm sesuai yaitu
menghasilkan hubungan yang berbeda- pada kelerengan, pada kondisi actual
beda. Suhu dan kelembaban menunjukan kelerengan yang cukup
menghasilkan hubungan yang besar yaitu 15-30% untuk menangani
berlawanan bernilai negatif, suhu dan hal tersebut maka dilakukan usaha
intensitas cahaya menghasilkan perbaikan berupa pembuatan teras
hubungan yang searah ditunjukan sehingga nilai kesesuaian potensial
dengan nilai positif, berdasarkan nilai meningkat menjadi sangat sesuai atau
korelasi yang kuat maka semakin tinggi S1. Kondisi iklim pada suatu wilayah
intensitas cahaya maka semakin tinggi sangat berpengaruh terhadap keadaan
juga suhu yang dihasilkan hal ini selaras lingkungan suatu kawasan (Handoko &
dengan pendapat (Dan Lutfi Muta’ali, Tohir, 2015; Pompe et al., 2004). Oleh
2015; Mortensen, 2014) yang sebab itu penggunaan tata guna lahan
mengungkapkan bahwa semakin tinggi yang tepat dan sesuai akan
intensitas cahaya maka akan menghasilkan tanaman yang baik dan
meningkatkan suhu udara di suatu produksi optimal.
wilayah. Sedangkan pada unsur Berdasarkan penilaian kelas
kelembaban dan cahaya menghasilkan kesesuaian lahan kopi robusta terhadap
hubungan yang berlawanan yang kawasan Ulubelu (Tabel 4) maka
bernilai negatif. Berdasarkan analisis didapatkan hasil yang bervariatif. Pada
korelasi diatas diketahui bahwa nilai tabel menunjukkan nilai kelas
korelasi yang cukup kuat yaitu > 0,5. kesesuaian pada faktor agroklimat
dinyatakan sangat sesuai karena semua
Kesesuaian agroklimat
komponen penilaian kelas kesesuaian
Berdasarkan pengamatan dan bernilai S1 sehingga berdasarkan hal
observasi pada Kecamatan Sumberejo tersebut tidak perlu adanya usaha
dan Ulubelu Kabupaten Tanggamus perbaikan untuk menunjang kelas
didapatkan nilai kelas kesesuaian kesesuaian potensial. Sedangkan pada
agroklimat dan kesesuaian lahan yang penilaian kelas kesesuaian lahan
tertera pada tabel 4 dan 5. Berdasarkan Sebagian besar menunjukan kelas yang
penilaian kelas kesesuaian lahan kopi sangat sesuai yaitu S1 namun ada 1
robusta terhadap kawasan Sumberejo kelas kesesuaian yang blm sesuai yaitu
maka didapatkan hasil yang bervariatif. pada kelerengan, pada kondisi actual
Pada tabel 6 menunjukkan nilai kelas menunjukan kelerengan yang cukup
kesesuaian pada faktor agroklimat besar yaitu 15-30% untuk menangani

Page 24 of 29
Dimas Prakoswo Widiyani & Joko S.S Hartono, Studi Eksplorasi Agroklimat…

hal tersebut maka dilakukan usaha S1. Dermawan et al. (2018), pada lahan
perbaikan berupa pembuatan teras dengan kemiringan lereng 10-30% dapat
sehingga nilai kesesuaian potensial diperbaiki menggunakan teras bangku.
meningkat menjadi sangat sesuai atau

Tabel 4. Analisis kesesuaian agroklimat dan lahan kopi robusta Kecamatan Sumberejo
Pengharkatan Pengharkatan
Kualitas Usaha
dan Kelas dan Kelas
Nilai Data Kesesuaian
Kesesuaian
Lahan Perbaikan Lahan
Lahan Aktual
Potensial
AGROKLIMAT
Iklim S1 S1
Ketinggian
500 - 650 S1
tempat (mdpl)
Suhu rata-rata
23 - 25 S1
⁰C
Kelembapan
50 - 65 S1
udara (%)
Intensitas
54 - 65 S1
cahaya (%)
Curah hujan/
1750 - 3000 S1
tahun (mm)
Hasil Penilaian S1 S1
LAHAN
Bahaya erosi
S1 S1
(eh)
Pembuatan
Lereng (%) 15 - 30 S3 S1
teras
Retensi hara
S1 S1
(nr)
pH 5,1 - 6,2 S1 S1
C-Organik (%) 2,77 - 4,08 S1 S1
Ketersediaan
S3 S1
hara
N Total (%) 0,53 - 0,77 S1 S1
K Tersedia 2,94 - 4,25 S1 S1
P2O5 Tersedia 20,97 - 76,27 S1 S1
Media
S1 S1
Perakaran
Tekstur tanah Liat S1 S1
Hasil Penilaian S3 S1

Page 25 of 29
Dimas Prakoswo Widiyani & Joko S.S Hartono, Studi Eksplorasi Agroklimat…

Tabel 5. Analisis kesesuaian agroklimat dan lahan kopi robusta Kecamatan Ulubelu
Pengharkatan Pengharkatan
Kualitas Usaha
dan Kelas dan Kelas
Nilai Data Kesesuaian
Kesesuaian
Lahan Perbaikan Lahan
Lahan Aktual
Potensial
AGROKLIMAT
Iklim S1 S1
Ketinggian
700 - 1100 S1
tempat (mdpl)
Suhu rata-rata
20 - 24 S1
(⁰C)
Kelembapan
78 - 82 S1
udara (%)
Intensitas
48 - 60 S1
cahaya (%)
Curah
hujan/tahun 1750 - 3000 S1
(mm)
Hasil Penilaian S1 S1
LAHAN
Bahaya erosi
S1 S1
(eh)
Pembuatan
Lereng (%) 25 - 30 S3 S1
teras
Retensi hara
S1 S1
(nr)
pH 6,1 - 6,3 S1 S1
C-Organik (%) 2,67 - 6,10 S1 S1
Ketersediaan
S3 S1
hara
N Total (%) 0,44 - 0,86 S1 S1
K Tersedia 5,21 - 10,59 S1 S1
P2O5 Tersedia 50,69 - 86,93 S1 S1
Media
S1 S1
Perakaran
Tekstur tanah Liat S1 S1
Hasil Penilaian S3 S1

(Mussatto et al., 2011). Selain masalah


Produksi kopi robusta
kesesuaian agroklimat dan lahan yang
Hasil kopi merupakan prospek telah didapatkan juga tentang produksi
besar dalam mendapatkan keuntungan khususnya kopi robusta pada
terlebih lagi kopi sangat digemari oleh Kecamatan Sumberejo dan Kecamatan
sebagian besar masyarakat dunia Ulubelu yang tertera pada tabel 6.

Page 26 of 29
Dimas Prakoswo Widiyani & Joko S.S Hartono, Studi Eksplorasi Agroklimat…

Tabel 6. Luas areal perkebunan kopi dan produksi


Produktivitas
Kecamatan Luas (ha) Produksi (ton)
(ton/ha)
Sumberejo 3.444 3.214 0,93
Ulubelu 9.083 7.549 0,83
Sumber: BPS Lampung, (2020)

Berdasarkan tabel 6 menunjukkan


Kecamatan Ulubelu memiliki luasan UCAPAN TERIMAKASIH
lahan yang lebih besar dibandingkan Ucapan terimakasih kami ucapkan
dengan Kecamata Sumberejo yaitu kepada Direktur Politeknik Negeri
9.083 ha. Sementara produksi kopi Lampung sehingga terlaksananya
robusta Ulubeleu juga lebih besar yaitu penelitian ini, Ketua Jurusan Budidaya
sebesar 7.549 ton sedangkan Tanaman Perkebunan yang mensuport
Sumberejo hanya menghasilkan 3.214 penelitian ini dari awal hingga ahir.
ton. Namun jika dilihat dari segi
produktivitas maka Kecamatan DAFTAR PUSTAKA
Sumberejo memiliki potensi yang lebih
Adejedi., O., Reuben, O., & Olatuye, O.
baik yaitu dengan besaran 0,93 ton/ha
(2014). Global Climate Change. J.
sedangkan Kecamatan Ulubelu hanya
Geoscience and Environment
sebesar 0,83 ton/ha.
Protection, 4(2), 114–122.
KESIMPULAN
Araújo, A. V., Partelli, F. L., Oliosi, G., &
Berdasarkan data observasi serta Macedo Pezzopane, J. R. (2016).
pembahasan yang telah dipaparkan Microclimate, development and
maka dapat disimpulkan sebagai berikut: productivity of robusta coffee
1. Unsur iklim sangat mempengaruhi shaded by rubber trees and at full
satu sama lain baik di kawasan sun. Revista Ciencia Agronomica,
Sumberejo maupun kawasan 47(4), 700–709.
Ulubelu hal ini dibuktikan dengan https://doi.org/10.5935/1806-
nilai uji korelasi > 0,5 yang berarti 6690.20160084
hubungan sangat kuat.
2. Berdasarkan analisis kesesuaian Aridana, I. K. A., & Wesnawa, I. G. A.
agroklimat dan lahan sebagian (2018). Iklim Mikro Dan
kawasan Sumberejo dan Ulubelu Produktivitas Perkebunan Kopi
masuk kategori kelas kesesuaian S1 Robusta (Cafea Robusta) Di
atau sesuai namun terdapat satu Kecamatan Pupuan. Jurnal
unsur faktor pembatas yaitu Pendidikan Geografi Undiksha,
kelerengan 6(3), 145–153.
3. Upaya modifikasi lingkungan https://doi.org/10.23887/jjpg.v6i3.20
lingkungan berdasarkan nilai kelas 701
kesesuaian maka dianjurkan dalam
pembuatan teras agar faktor Arifin. (2003). Dasar Klimatologi.
pembatas dapat ditangani. Faklutas Pertanian. Faklutas
Pertanian Universitas Brawijaya.

Ariyanto, S. E. (2010). Kajian Dampak

Page 27 of 29
Dimas Prakoswo Widiyani & Joko S.S Hartono, Studi Eksplorasi Agroklimat…

Perubahan Iklim Terhadap Kehutanan Universitas


Produktivitas Kacang Hijau Mulawarman. Agrifor, 15(1), 83–92.
(Phaseolus Radiatus L.) Di Lahan http://ejurnal.untag-
Kering. J. Produksi Tanaman, 5(2). smd.ac.id/index.php/AG/article/view
/1785
Badan Pusat Statistik. (2019). Provinsi
Lampung Dalam Angka 2019. BPS Mortensen, L. M. (2014). The Effect of
Provinsi Lampung. Lampung. BPS Photosynthetic Active Radiation
Provinsi Lampung. Lampung. and Temperature on Growth and
Flowering of Ten Flowering Pot
Dan Lutfi Muta’ali, C. T. G. S. W. S. Plant Species. American Journal of
(2015). Optimalisasi Penggunaan Plant Sciences, 05(13), 1907–1917.
Lahan Untukagroforestri Di Daerah https://doi.org/10.4236/ajps.2014.51
Aliran Sungai Cimanuk Propinsi 3204
Jawa Barat. Jurnal Teknosains,
4(1), 39–53. Mussatto, S. I., Machado, E. M. S.,
https://doi.org/10.22146/teknosains. Martins, S., & Teixeira, J. A. (2011).
6047 Production, Composition, and
Application of Coffee and Its
Dermawan, S. T., Mega, I. M., & Industrial Residues. Food and
Kusmiyarti, T. B. (2018). Evaluasi Bioprocess Technology, 4(5), 661–
Kesesuaian Lahan untuk Tanaman 672.
Kopi Robusta (Coffea canephora) di https://doi.org/10.1007/s11947-011-
Desa Pajahan Kecamatan Pupuan 0565-z
Kabupaten Tabanan. E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika, 7(2), Pompe, S., Badeck., F., Hanspach., J.,
230–241. Klotz, S., & Kuhn., I. (2004). Effects
of climate change on the
Handoko, A., & Tohir, R. K. (2015). Studi distribution of plant species. J.
Iklim Mikro (Studi kasus: Arboretum Journal Of Rorestry, 34(2), 112–
Lanskap, Kampus IPB Darmaga, 123.
Bogor). J. Agriculture., 10(1), 12–
68. Prakoswo, D., Ariffin, & Tyasmoro, S. Y.
(2018). The analyze of agroclimate
Kandari, A. M., Safuan, L. O., & Amsil, L. in ub forest area malang district,
M. (2013). Evaluasi Kesesuaian east Java, Indonesia. Bioscience
Lahan Untuk Pengembangan Research, 15(2), 918–923.
Tanaman Kopi Robusta ( Coffea
canephora ) Berdasarkan Analisis Prasetyo, S. B., Aini, N., & Maghfoer, M.
Data Iklim Menggunakan Aplikasi D. (2017). Dampak Perubahan Iklim
Sistem Informasi Geografi. Terhadap Produktivitas Kopi
JURNAL AGROTEKNOS, 3(1), 8– Robusta (Coffea Robusta) di
13. Kabupaten Malang. Jurnal Produksi
Tanaman, 5(5), 805–811.
Karyati, Ardianto, S., & Syafrudin, M.
(2016). Fluktuasi Iklim Mikro di Refitri, S., Sugandi, D., & Jupri. (2016).
Hutan Pendidikan Fakultas Evaluasi Kesesuaian Lahan

Page 28 of 29
Dimas Prakoswo Widiyani & Joko S.S Hartono, Studi Eksplorasi Agroklimat…

Tanaman Kopi (Coffea Sp.) Di


Kecamatan Lembang. Antologi
Pendidikan Geografi, 4(2), 1–18.

Towaha, J., Aunillah, A., Purwanto, E.


H., & Supriadi, H. (2014). Pengaruh
Elevasi dan Pengolahan terhadap
Kandungan Kimia dan Citarasa
Kopi Robusta Lampung. Jurnal
Tanaman Industri Dan Penyegar,
1(1), 57.
https://doi.org/10.21082/jtidp.v1n1.2
014.p57-62

Windiarti, R., & Kusmiati, A. (2011).


Analisis Wilayah Komoditas Kopi Di
Indonesia. Jurnal Sosial Ekonomi
Pertanian, 5(2), 47-58–58.

Page 29 of 29

Anda mungkin juga menyukai