24 (3): 215226
ISSN 0853-4217 http://journal.ipb.ac.id/index.php/JIPI
EISSN 2443-3462 DOI: 10.18343/jipi.24.3.215
ABSTRAK
Penanaman tembakau telah dilakukan secara intensif selama bertahun-tahun di Kabupaten Temanggung karena
tembakau merupakan salah satu komoditas penting yang menjadi sumber pendapatan petani dan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) Kabupaten Temanggung. Namun, beberapa dekade terakhir kegagalan panen tembakau akibat
variabilitas iklim sering terjadi yang menyebabkan pendapatan petani tembakau menurun. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui profil iklim, dampak, dan analisis risiko iklim pada tembakau di Kabupaten Temanggung. Metode
penelitian ini menggunakan polygon thieseen untuk mengetahui pola curah hujan di Kabupaten Temanggung dan
perhitungan distribusi curah hujan dilakukan menggunakan Probability Density Function untuk mengetahui kondisi
perubahan curah hujan di masing-masing kecamatan. Selanjutnya, dilakukan analisis hubungan antara anomali
curah hujan dan suhu dengan produktivitas tembakau menggunakan metode regresi linear dan uji t. Pengaruh curah
hujan memiliki korelasi negatif dan signifikan dengan nilai korelasi dan koefisien deteminasi sebesar r = -0,38 dan R2
= 0,14, sedangkan suhu rata-rata dan suhu maksimum bulanan memiliki korelasi negatif dan signifikan dengan
produktivitas tembakau. Anomali curah hujan semua kecamatan di Kabupaten Temanggung memiliki korelasi negatif
dan berpengaruh nyata pada produktivitas tembakau pada bulan JuniSeptember di mana pada bulan-bulan tersebut
masuk fase panen tembakau. Pengaruh curah hujan dan suhu pada produktivitas tembakau di Kabupaten
Temanggung perlu menjadi perhatian bagi pemerintah daerah dan petani tembakau dalam upaya adaptasi dan
mitigasi.
ABSTRACT
Tobacco is one of the important commodities that becomes an income source for farmers as well as Original
Local Government Revenue of Temanggung Districts. Unfortunately, in the last few decades the failure of tobacco
harvest due to climate variability was often occurred. The decrease in both quality and quantity due to rainfall
irregularities has caused tobacco farmers get decrease in income. This study aims to find out the climate profile
besides impact and risk analysis of climate on tobacco in Temanggung District. Methods used in this study were
Polygon Thiessen to find out the rainfall patterns in Temanggung District, and Probability Density Function to find
out the conditions of rainfall change in each sub-district. Furthermore, the relationship between rainfall anomaly and
temperature with tobacco productivity was analyzed using linear regression and t-test methods. The rainfall influence
showed a negative correlation with tobacco productivity with coeffiicients of correlation and determination of r = -
0.38 and R2 = 0.14, respectively, while the average temperature and maximum monthly temperature had a negative
and significant effect on tobacco productivity. Rainfall anomaly in all sub-districts of Temanggung District showed a
negative correlation with and affected tobacco productivity during JuneSeptember that was the phase of tobacco
harvest. The effect of rainfall and temperature on tobacco productivity in Temanggung District needs to be a concern
for local governments and tobacco farmers in efforts for adaptation and mitigation processes.
rata global yang mengakibatkan terjadinya perubahan udara yang naik ke atas pegunungan (orografis)
iklim. Dilaporkan bahwa selama 100 tahun (periode (Sholeh 2000). Adanya penyimpangan curah hujan
19062005) peningkatan suhu rata-rata global telah mengakibatkan penurunan pendapatan dan kesejah-
meningkat sebesar 0,74±0,18C (IPCC 2007). Pening- teraan petani tembakau. Pada tahun 1998 dampak
katan suhu rata-rata global selama periode tersebut perubahan iklim terlihat jelas yang mana pada saat itu
telah mendorong terjadinya perubahan dalam sistem iklim sedang tidak baik bagi pertumbuhan maupun
iklim global dan memengaruhi berbagai unsur iklim dan kehidupan tembakau sehingga memicu kegagalan
faktor lainnya yang terkait (Faqih & Boer 2013). panen tembakau di Kabupaten Temanggung (Putri &
Berdasarkan kajian IPCC (2007) pemanasan global Suryanto 2012). Aliyah et al. (2013) telah meneliti
dan perubahan iklim pada wilayah tropis diperkirakan dampak penyimpangan curah hujan pada pendapatan
akan menurunkan produktivitas tanaman pangan petani tembakau di Kabupaten Temanggung yang
secara signifikan apabila tidak dilakukan langkah- membandingkan pada tahun 2009 dengan tahun 2010,
langkah adaptasi. Pertanian merupakan salah satu dan hasilnya menunjukkan bahwa pendapatan petani
sektor yang memiliki dampak kerugian ekonomi yang tembakau di seluruh wilayah Kabupaten Temanggung
cukup besar pada iklim yang memengaruhi partum- mengalami kerugian yang cukup besar. Pada tahun
buhan tanaman dan konsekuensi pada produktivitas 2016 panen tembakau dinyatakan gagal akibat pe-
(Mathieu & Aires 2018). Pengaruh pemanasan global nyimpangan curah hujan hingga Bupati Temanggung
pada perubahan musim di Pulau Jawa sudah diteliti mengeluarkan Surat Keputusan Bupati Nomor 360/432
oleh Naylor et al. (2007). Hasil penelitian mereka Tahun 2016 yang berisi tentang penetapan status
menunjukkan bahwa dalam 40 tahun mendatang, siaga darurat bencana termasuk puso/gagal panen
terjadinya pemanasan global yang menyebabkan awal tembakau yang disebabkan oleh tingginya curah hujan
musim hujan di Jawa Tengah akan mengalami kemun- di Kabupaten Temanggung.
duran, sedangkan akhir musim hujan akan lebih cepat Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi
yang berarti lama musim hujan akan semakin pendek. risiko iklim untuk melihat pengaruh iklim, khususnya
Hasil studi tersebut telah memproyeksikan sampai curah hujan dan suhu, pada tanaman tembakau di
dengan tahun 2050 pada bulan April, Mei, dan Juni Kabupaten Temanggung.
akan terjadi peningkatan curah hujan di Jawa dan Bali,
sedangkan pada bulan Juli, Agustus, dan September
diproyeksikan kondisinya luar biasa kering. Pada tahun METODE PENELITIAN
2100, suhu diproyeksikan akan meningkat berikisar
2,64,8C bila tidak dilakukan mitigasi yang massif Waktu dan Tempat Penelitian
(IPCC 2014). Penelitian ini dilakukan pada bulan September
Tembakau adalah salah satu hasil produksi perke- 2017Agustus 2018 di Gedung Geofisika dan Meteo-
bunan yang sangat berpengaruh pada perubahan rologi dengan studi wilayah Kabupaten Temanggung,
unsur iklim. Tembakau merupakan tanaman yang Jawa Tengah.
kehidupannya bergantung pada curah hujan. Kabupa-
ten Temanggung merupakan sentra tembakau di mana Alat dan Bahan
sebagian penduduknya bergantung hidup pada ta- Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi
naman tembakau. Usaha tani tembakau Temanggung data curah hujan observasi BMKG (Badan Meteo-
menyumbang 7080% terhadap total pendapatan rologi, Klimatologi, dan Geofisika) pada tahun 1986
petani (Rochman & Suwarso 2000). Tembakau 2016, data curah hujan observasi PUSAIR (Pusat
Temanggung tergolong jenis tembakau voor oogst Litbang Sumber daya Air) Kementerian PUPERA
(VO) yang ditanam pada akhir musim hujan dan (Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) pada tahun
dipanen pada musim kemarau. Menurut Sholeh (2000) 19862016, data CHIRPS berupa data curah hujan
bahwa hujan yang tidak menentu merupakan masalah pada tahun 19862016 yang diperoleh dari https://
dalam perencanaan pengelolaan tanaman tembakau. iridl.ldeo.columbia.edu/SOURCES/.UCSB/.CHIRPS/,
Tanaman tembakau sangat sensitif terhadap curah data temperatur dari tahun 19862016 diperoleh dari
hujan baik respons terhadap kualitas dan kuantitas Climatic Research Unit (CRU) di https://crudata.
tembakau serta penurunan kualitas dan kuantitas uea.ac.uk/cru/data/hrg/cru_ts_4.01, dan juga data
akibat adanya penyimpangan curah hujan yang me- produksi dan luas lahan tanaman tembakau pada
nyebabkan pendapatan petani tembakau menurun tahun 19862016 dari BPS Kabupaten Temanggung.
(Aliyah et al. 2013). Penelitian Wu et al. (2013) Alat yang digunakan ialah seperangkat komputer,
menyebutkan bahwa kualitas tembakau dipengaruhi microsoft office, arcGIS 10.3, minitab 16, dan matlab
oleh faktor geografis dan unsur iklim serta nutrisi tanah. R2013a.
Wilayah tembakau Temanggung memiliki sifat
curah hujan yang dipengaruhi oleh pola monsun (angin Prosedur Penelitian
pasat) yang ditandai dengan satu puncak curah hujan Tahap studi literatur
tertinggi sekitar bulan Desember atau bulan Januari Fase tanam hingga produksi tanaman tembakau
dan periode kering antara bulan JuniSeptember. adalah selama 6 bulan, yaitu pada bulan Maret atau
Sebaran curah hujan disebabkan oleh pola lokal di April sampai dengan Agustus atau September. Masa
mana pola curah hujan lokal disebabkan oleh adanya panen dimulai pada bulan JuniSeptember. Petik daun
JIPI, Vol. 24 (3): 215226 217
tembakau Temanggung dalam satu musim dilakukan Tahap persiapan data produktivitas
57 kali. Daun tembakau dipanen secara bertahap Untuk mengetahui produktivitas tanaman tembakau
dimulai dari daun terbawah yang sudah memenuhi setiap tahunnya maka dibandingkan dengan data
ketuaan optimal sebanyak 13 daun pertanaman produksi dan luas lahan tanaman tembakau setiap
(Purlani & Rachman 2000). tahunnya. Data produktivitas dinyatakan dalam ton/ha
menggunakan rumus sebagai berikut:
Tahap persiapan data curah hujan dan suhu ∑ Produksi Tembakau
Ketersediaan data iklim di Indonesia umumnya Produktivitas = ∑ Luas lahan tanaman tembakau
(1)
masih sangat sulit dan mempunyai rentang waktu yang
tidak terlalu panjang. Data curah hujan didapatkan dari Pengolahan Data
data BMKG dan PUSAIR Kementerian PUPERA yang Kondisi tembakau Kabupaten Temanggung
tersebar di 28 titik pos hujan di Kabupaten Tren produktivitas didapatkan dari slope persamaan
Temanggung dengan rentang waktu yang berbeda- regresi antara tahun dan produktivitas pada tahun
beda dan tidak kontinu sehingga mengakibatkan 19862016 yang diplot secara spasial. Persamaan
keandalan data observasi menjadi menurun. Salah regresi linear dalam melakukan analisis tren yang
satu cara yang digunakan untuk mengatasi masalah ini digunakan adalah sebagai berikut:
adalah dengan memanfaatkan data hujan dugaan
yang dibangkitkan oleh sensor satelit cuaca. Data Y = βo + β1 X + ε (2)
CHIRPS merupakan data curah hujan yang dikeluar-
kan oleh U.S Geological Survey. Data curah hujan Keterangan:
CHIRPS adalah gabungan dari data curah hujan yang Y : Produktivitas tembakau (ton/ha)
dihitung dari data satelit dan data curah hujan stasiun Βo : Konstanta
dengan resolusi spasial 0,05x0,05 dengan periode β1 : Slope/tren produktivitas tembakau
tahun 1981 sampai dengan sekarang dan resolusi X : Tahun
harian (Funk et al. 2015). Selanjutnya dilakukan e : Residu
ekstrak data CHIRPS sesuai dengan koordinat 28 titik
pos hujan menggunakan matlab R2013a dalam format Polygon thiesen
text dengan resolusi harian periode tahun 19862016. Curah hujan secara spasial diplot untuk melihat
Data curah hujan CHIRPS digunakan untuk mengisi wilayah sebaran pola hujan di daerah Kabupaten
kekosongan data hujan observasi. Temanggung. Dalam penelitian ini curah hujan wilayah
Sementara itu, data suhu diperoleh dari data CRU ditentukan berdasarkan bobot setiap pos hujan yang
dihitung dengan metode polygon thiesen meng-
dengan resolusi spasial 0,5x0,5 (Harris et al. 2014).
gunakan software ArcGIS 10.3 di 28 (dua puluh
Data suhu selanjutnya di ekstrak sesuai dengan ko-
delapan) titik pos hujan. Pola sebaran curah hujan
ordinat 28 titik pos hujan menggunakan matlab2013a
dalam format text dengan resolusi harian periode tahun tahunan pada tahun 19862016 berdasarkan polygon
thieseen di Kabupaten Temanggung ditunjukkan pada
19862016. Data suhu tersebut digunakan karena
Gambar 1.
tidak tersedianya data suhu observasi di Kabupaten
Selanjutnya, curah hujan di 28 titik pos hujan di
Temanggung.
Kabupaten Temanggung diolah untuk menentukan
Gambar 1 Pola sebaran curah hujan tahunan berdasarkan polygon thieseen pada tahun 19862016 di Kabupaten
Temanggung; 1) Kecamatan Parakan; 2) Kledung; 3) Bansari; 4) Bulu; 5) Temanggung; 6) Tlogomulyo; 7)
Tembarak; 8) Selopampang; 9) Krangan; 10) Pringsurat; 11) Kaloran; 12) Kandangan; 13) Kedu; 14) Ngadirejo;
15) Jumo; 16) Gemawang; 17) Candiroto; 18) Bejen; 19) Tretep; dan 20) Wonoboyo.
218 JIPI, Vol. 24 (3): 215226
350
300
250
200
150
100
50
0
(a)
Bulan
33
28
23
18
(b)
T Rata-rata T Max T Min
Gambar 3 Sebaran curah hujan tahunan perkecamatan pada tahun 19862016 di Kabupaten Temanggung; 1) Kecamatan
Parakan; 2) Kledung; 3) Bansari; 4) Bulu; 5) Temanggung; 6) Tlogomulyo; 7) Tembarak; 8) Selopampang; 9)
Krangan; 10) Pringsurat; 11) Kaloran; 12) Kandangan; 13) Kedu; 14) Ngadirejo; 15) Jumo; 16) Gemawang; 17)
Candiroto; 18) Bejen; 19) Tretep; dan 20) Wonoboyo.
Gambar 4 Distribusi curah hujan perkecamatan di Kabupaten Temanggung; Sumbu Y tidak seragam untuk menayangkan
probabilitas curah hujan. Garis pada grafik yang berwarna hitam menunjukkan data pada tahun 19862000 dan
yang berwarna abu-abu menunjukkan data pada tahun 20012015.
mengalami kondisi perubahan iklim yang ditandai
JIPI, Vol. 24 (3): 215226 221
Tabel 1 Nilai curah hujan dan peluang curah hujan periode I dan II
Periode I (19862000) Periode II (20012015)
Kecamatan
CH (mm) P CH (mm) P
Parakan 240 0,22% 220 0,24%
Kledung 270 0,20% 260 0,20%
Bansari 260 0,22% 230 0,22%
Bulu 260 0,21% 210 0,25%
Temanggung 220 0,25% 180 0,29%
Tlogomulyo 270 0,22% 210 0,25%
Tembarak 220 0,24% 210 0,24%
Selopampang 220 0,24% 200 0,25%
Kranggan 180 0,28% 190 0,29%
Pringsurat 220 0,27% 220 0,26%
Kaloran 190 0,28% 180 0,29%
Kandangan 220 0,25% 190 0,27%
Kedu 220 0,26% 200 0,28%
Ngadirejo 220 0,25% 210 0,25%
Jumo 230 0,25% 190 0,27%
Gemawang 230 0,25% 200 0,26%
Candiroto 250 0,22% 250 0,22%
Bejen 250 0,22% 260 0,20%
Tretep 250 0,22% 260 0,20%
Wonoboyo 240 0,22% 240 0,22%
222 JIPI, Vol. 24 (3): 215226
Selanjutnya, pada Gambar 5b terlihat sebaran tren Analisis Pengaruh Curah Hujan dan Suhu pada
produktivitas tembakau pada tahun 19862016. Keca- Produktivitas
matan Kranggan memiliki tren tinggi walaupun bukan Curah hujan
sebagai kecamatan penghasil komoditas tembakau. Gambar 6 menunjukkan hubungan anomali curah
Hal ini disebabkan adanya tahun-tahun kosong tidak hujan tahunan dengan anomali produktivitas. Tinggi
menanam tembakau yang memengaruhi perhitungan. rendahnya curah hujan ternyata tidak selalu meme-
Sebanyak 14 kecamatan penghasil komoditas ngaruhi produktivitas secara konstan (Gambar 6a).
tembakau memiliki tren naik selama 30 tahun terakhir. Curah hujan tinggi tidak selalu memengaruhi produkti-
Tren naik pada 14 kecamatan tersebut diindikasikan vitas, begitu juga sebaliknya. Gambar 6b menunjukkan
adanya pengaruh penerapan adaptasi yang telah scatter plots anomali curah hujan dengan produktivitas
dilakukan oleh petani. dengan nilai slope negatif.
Dalam penelitian Putri & Suryanto (2012) petani di Hubungan anomali curah hujan tahunan dengan
K ecamatan Bulu telah berupaya melakukan strategi produktivitas menunjukkan korelasi negatif dengan
adaptasi untuk mengurangi kerugian dari perubahan nilai -0,381, R2 sebesar 0,1452 serta p value sebesar
iklim yang berdampak pada hasil panen yang diterima. 0,034, artinya curah hujan berpengaruh nyata pada p
Demikian juga tentang informasi dalam menerapkan roduktivitas namun berbanding terbalik. Hal ini sesuai
sistem usaha tani yang lebih maju. Dalam penelitian dengan penelitian yang dilakukan oleh Aprianto et al.
Hardanis & Poerwono (2013) di Desa Katekan, (2017) tentang pengaruh curah hujan dan hari hujan
Kecamatan Ngadirejo; Desa Wonotirto, Kecamatan pada produksi tanaman tembakau (Nicotiana tabacum
Bulu; dan Desa Kemloko, Kecamatan Tembarak L.) di Kebun Klumpung PT. Perkebunan Nusantara II
dengan tingkat pendidikan formal yang masih rendah, bahwa korelasi antara curah hujan dengan produksi
petani telah mengimbangi dengan kesadaran masya- tanaman tembakau memiliki hubungan erat namun
rakat untuk menerima informasi dari sesama petani berlawanan arah (negatif) pada uji 5%.
yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi melaui Selanjutnya, pengaruh anomali curah hujan pada
perkumpulan kelompok tani di desa masing-masing produktivitas di kecamatan dan Kabupaten
serta mengikuti berbagai penyuluhan dari dinas Temanggung ditunjukkan pada Tabel 2. Produktivitas
Kabupaten Temanggung. di 14 kecamatan penghasil komoditas tembakau di
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
-3 -2 -1 0 1 2 3
Anomali curah hujan
Kabupaten Temanggung berkorelasi negatif dengan dengan penelitian Jerie & Ndabaningi (2011) di
anomali curah hujan dan berpengaruh signifikan pada Provinsi Manicaland, Zimbabwe, yang melaporkan
9 kecamatan, yaitu Parakan, Kledung, Bansari, bahwa suhu dan produksi tembakau berkorelasi
Temanggung, Kedu, Ngadirejo, Jumo, Tretep dan negative sehingga peningkatan suhu mengurangi
Wonoboyo. produksi tembakau. Suhu yang semakin meningkat
Secara umum, kecamatan di Kabupaten mendorong evapotranspirasi yang menghasilkan water
Temanggung memiliki korelasi anomali curah hujan stress pada tanaman (Alemayehu & Bewket 2016).
dan berpengaruh nyata pada produktivitas pada bulan Pengaruh suhu rata-rata dan maksimum tahunan tidak
JuniSeptember di mana pada bulan tersebut adalah signifikan pada produktivitas yang ditunjukkan dengan
masa panen tembakau (Tabel 3). Nilai R2 yang kecil nilai hasil uji t dengan P value>α (α=0,05).
pada Tabel 2 dan 3 menunjukkan ada variabel selain Pengaruh suhu rata-rata dan maksimum bulanan
curah hujan yang memengaruhi produktivitas tem- pada produktivitas tembakau ditunjukkan pada Tabel
bakau di Kabupaten Temanggung. Faktor iklim 5. Suhu rata-rata dan suhu maksimum berkorelasi
sebagai kontibutor lingkungan salah satunya adalah negatif dan signifikan pada bulan-bulan tertentu,
curah hujan, merupakan elemen iklim yang memegang khususnya pada saat pertumbuhan tanaman tem-
peranan penting dalam pertanian yang berdampak bakau, yaitu pada bulan April dan Mei. Suhu pada
pada saat penanaman hingga pemanenan (Alemayehu batas tertentu berpengaruh positif pada aktivitas
& Bewket 2016), namun ada banyak faktor selain iklim metabolisme tanaman, misalnya fotosintesis, yang
yang memengaruhi kenaikan dan penurunan pro- mana kenaikan laju fotosintesis dalam kondisi
duktivitas tembakau, di antaranya adalah elevasi, arah lingkungan dengan temperatur optimal dapat mening-
lereng, tingkat kemiringan lereng (Mamat et al. 2006), katkan pertumbuhan dan produktivitas. Dalam
dan hama penyakit (Yulianti 2009). penelitian Nurnasari & Djumali (2010) yang dilakukan
di 3 desa di kecamatan berbeda, yaitu Desa Tlilir,
Suhu rata-rata dan suhu maksimum Kecamatan Tlogomulyo; Desa Wonotirto, Kecamatan
Pengaruh suhu rata-rata dan suhu maksimum Bulu; dan Desa Sunggingsari, Kecamatan Parakan
tahunan ditunjukkan pada Gambar 7 di mana suhu menunjukkan bahwa produksi tembakau dipengaruhi
berkorelasi negatif dengan produktivitas tembakau. salah satunya oleh suhu yang berkorelasi positif
Hubungan suhu diperlihatkan pada Tabel 4. Korelasi dimana produksi daun tembakau tertinggi dalam
negatif menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai suhu penelitian tersebut dicapai pada suhu 22,73C. Dalam
maka produktivitas tembakau menurun. Hal ini sesuai penelitian ini suhu rata-rata di Kabupaten Temanggung
adalah sebesar 24,925,9C sehingga dengan mem-
Tabel 2 Nilai r, R2, dan P value anomali curah hujan pada bandingkan penelitian sebelumnya maka secara
produktivitas di masing-masing kecamatan di umum produktivitas tanaman tembakau di Kabupaten
Kabupaten Temanggung Temanggung dianggap kurang optimum untuk menda-
Tahunan patkan produktivitas yang maksimal. Kenaikan suhu
Kecamatan akan mempercepat umur tanaman sehingga mem-
r R2 P value
Parakan -0,43 0,19 0,015* perpendek periode pengumpulan biomassa dan hasil
Kledung -0,58 0,34 0,001* panen tanaman.
Bansari -0,38 0,14 0,038*
Bulu -0,14 0,02 0,439
Temanggung -0,38 0,14 0,036* KESIMPULAN
Tlogomulyo -0,32 0,10 0,084
Tembarak -0,24 0,06 0,198
Selopampang -0,27 0,07 0,143 Pengaruh curah hujan tahunan memiliki korelasi
Kedu -0,47 0,22 0,008* negatif dan signifikan dengan nilai korelasi, koefisien
Ngadirejo -0,38 0,14 0,037* determinasi dan p value sebesar r = -0,38, R2 = 0,14
Jumo -0,50 0,25 0,004* dan P value = 0,034 (α=0,05). Kecamatan wilayah
Candiroto -0,34 0,11 0,064 tembakau di Kabupaten Temanggung yang secara
Tretep -0,45 0,20 0,012* signifikan dipengaruhi oleh curah hujan adalah
Wonoboyo -0,49 0,24 0,005* Parakan, Kledung, Bansari, Temanggung, Kedu,
Keterangan: Tanda (*) adalah signifikan pada uji t (α=0,05). Ngadirejo, Jumo, Tretep, dan Wonoboyo dengan
koefisien determinasi masing-masing adalah sebagai
Tabel 3 Nilai R2, r, dan P value anomali curah hujan pada berikut, yaitu Parakan = 0,19; Kledung = 0,34; Bansari
produktivitas di semua kecamatan di Kabupaten = 0,14; Temanggung = 0,14; Kedu = 0,22; Ngadirejo =
Temanggung
0,14; Jumo = 0,25; Tretep = 0,20; dan Wonoboyo =
Bulan r R2 P value 0,24. Koefisien determinasi (R2) yang kecil me-
April -0,035 0,0012 0,42 nunjukkan bahwa ada variabel lain selain curah hujan
Mei -0,022 0,0005 0,60 yang memengaruhi produktivitas tembakau. Berdasar-
Juni -0,20 0,043 1,75E-06* kan hasil uji t secara umum, semua kecamatan di
Juli -0,19443 0,037803 7,98E-06* Kabupaten Temanggung anomali curah hujan memiliki
Agustus -0,19574 0,038316 6,91E-06*
korelasi negatif dan berpengaruh nyata pada
September -0,17526 0,030716 5,87E-05*
produktivitas tembakau pada bulan JuniSeptember di
224 JIPI, Vol. 24 (3): 215226
0,8
y = -0,0542x + 1,7794
0,7
R² = 0,0088
0,6
Produktivitas
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
(a) 25,0 25,1 25,2 25,3 25,4 25,5 25,6 25,7 25,8 25,9 26,0
Suhu rata-rata
0,8
0,7 y = -0,0664x + 2,4698
0,6 R² = 0,0131
Produktivitas
0,5
0,4
0,3
0,2
0,1
0
(b) 30,60 30,80 31,00 31,20 31,40 31,60 31,80 32,00
Suhu maksimum
Gambar 7 Hubungan suhu pada produktivitas a) Suhu rata-rata dan b) Suhu maksimum.
Tabel 4 Nilai R2,
r, dan P value suhu pada produktivitas koefisien determinasi (R2) masing-masing adalah
tembakau di Kabupaten Temanggung
sebesar 0,009; 0,017; 0,018; dan 0,011. Sementara itu,
Suhu R2 r P value suhu maksimum pada bulan April, Mei, dan Juli dengan
Suhu rata-rata 0,0088 -0,09 0,61 koofisien determinasi (R2) masing-masing adalah
Suhu maksimum 0,0131 -0,11 0,54 sebesar 0,016; 0,009; 0,018. Koefisien determinasi
Keterangan: Tanda (*) adalah signifikan pada uji t (α = 0,05). (R2) yang kecil menunjukkan bahwa ada variabel lain
selain suhu yang memengaruhi produkti-vitas
Tabel 5 Nilai R2, r, dan P value suhu rata-rata bulanan pada
tembakau.
produktivitas tembakau
Dampak curah hujan dan suhu berpengaruh pada
Suhu rata-rata Suhu maksimum produktivitas tembakau sehingga perlu adanya
Bulan r R2 P value r R2 P value pemantauan atas unsur-unsur iklim tersebut, serta
April -0,09 0,009 0,031* -0,13 0,016 0,004* perlunya peningkatan upaya adaptasi dan mitigasi
Mei -0,03 0,001 0,492 -0,10 0,009 0,028*
Juni 0,02 0 0,648 0,06 0,003 0,185
dalam menghadapi perubahan iklim di tahun
Juli -0,13 0,017 0,003* -0,13 0,018 0,002* mendatang oleh pemerintah daerah dan petani dalam
Agust -0,14 0,018 0,002* -0,08 0,007 0,064 meningkatan produktivitas tembakau.
Sep -0,11 0,011 0,015* -0,04 0,002 0,377
Keterangan: Tanda (*) adalah signifikan pada uji t (α = 0,05).
UCAPAN TERIMA KASIH
mana bulan-bulan tersebut masuk dalam fase panen
tembakau.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada BMKG
Pengaruh suhu rata-rata dan maksimum pada
dan PUSAIR Kementerian PUPERA yang telah
produktivitas dalam penelitian ini berkorelasi negatif
menyediakan data untuk penelitian ini. Ucapan terima
dan signifikan pada bulan April, Juli, Agustus, dan
kasih juga disampaikan kepada dewan editor dan mitra
September untuk suhu rata-rata dan April, Mei, dan Juli
bestari atas saran dan komentar yang berharga untuk
untuk suhu maksimum. Suhu rata-rata pada bulan
perbaikan makalah ini.
April, Juli, Agustus, dan September dengan nilai
JIPI, Vol. 24 (3): 215226 225
87: 2939. https://doi.org/10.1007/ s00704-005- methods. Journal Ecological Informatics. 16: 5361.
0230-4 https://doi.org/10.1016/j.ecoinf.2013.04.008
Wu Wei, Tang Xiao-ping, Yang Chao, Liu Hong-bin, Yulianti T. 2009. Pengelolaan Patogen Tular Tanah
Guo Nai-Jia. 2013. Investigation of ecological Untuk Mengembalikan Kejayaan Tembakau
factors controlling quality of flue-cured tobacco Temanggung di Kabupaten Temanggung.
(Nicotiana tabacum L.) using classification Perspektif. 8(1): 116.