Anda di halaman 1dari 25

PROPOSAL

PRODUKTIVITAS PRIMER DAN KELIMPAHAN


PHYTOPLANKTON DANAU SELAIS KAMPUS BINA
WIDYA SEBAGAI RANCANGAN HANDOUT BIOLOGI
SMA

OLEH :

EKO DESTIRANDA
1605111678

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS RIAU

JUNI, 2020
1

A. Judul
Produktivitas Primer dan Kelimpahan Phytoplankton Danau Selais Kampus
Bina Widya Sebagai Rancangan Handout Biologi SMA.

B. Latar Belakang
Ekosistem perairan tawar yang terdapat di daratan secara umum terbagi
2 yaitu perairan mengalir atau disebut sebagai perairan lotik dan perairan
tergenang yang disebut lentik (Barus, 2002). Danau merupakan salah satu
perairan lentik yang mempunyai kecepatan arus yang sangat lambat (0,001-
0,01 m/detik) atau tidak ada arus sama sekali dan memiliki waktu tinggal
(resident time) yang berlangsung sangat lama (Effendi, 2003). Danau sebagai
salah satu habitat air tawar memiliki fungsi yang sangat penting diantaranya
sebagai pencegah kekeringan dan banjir, pariwisata serta penyedia air bersih.
Selain itu, danau juga memiliki fungsi penting untuk sektor perikanan.
Danau Selais merupakan salah satu danau yang terdapat di kampus Bina
Widya Universitas Riau. Pada awalnya danau ini merupakan sebuah rawa
atau cekungan yang menampung limpasan air hujan yang dialirkan melalui
drainase-drainase yang terdapat di sekitarnya, kondisi ini menyebabkan danau
menjadi dangkal dan dipenuhi oleh serasah-serasah terbawa saat hujan tiba.
Untuk meningkatkan kapasitas daya tampung danau dan estetika keindahan
kampus pada tahun 2015, dilakukan perbaikan dengan melakukan penggalian
agar daya tampung danau bertambah. Selain itu, penataan danau disesuaikan
dengan bentuknya yang memanjang, jika dilihat menyerupai bentuk dari ikan
selais, dimana pada bagian hulu berbentuk kepala, bagian tengah danau
menggambarkan badan dan bagian hilir menggambarkan ekor dari ikan selais.
Danau Selais ini berfungsi sebagai tempat edukasi wisata disamping itu juga
tempat budidaya perikanan, salah satunya pembudidayaan ikan nila
(Oreochromis niloticus) oleh Pusat Studi Lingkungan Hidup Universitas
Riau.
Pemanfaatan Danau Selais sebagai salah satu lokasi untuk budidaya
perikanan merupakan hal yang positif untuk pemanfaatan sumber daya alam
2

yang ada meskipun banyak pertimbangan yang perlu diperhatikan untuk


lokasi budidaya, baik dari segi kualitas air maupun pertimbangan biologis
danau tersebut, karena banyak sekali faktor yang mendukung untuk
pengembangan budidaya perikanan baik itu faktor fisika, kimia dan biologi.
Di samping itu juga keberadaan plankton di danau amatlah penting. Plankton
merupakan kompenen utama pendukung kehidupan bagi kompenen biotik
yang berada pada tingkat tropik yang lebih tinggi. Plankton mampu
mengubah zat-zat anorganik menjadi zat organik demikian juga mampu
memanfaatkan adanya energi cahaya yang ada (Arthana, 1993). Dengan
demikian, dari produktivitas dan kelimpahan plankton ini akan dapat
diketahui potensi suatu perairan, apakah termasuk subur, kurang subur dan
sebagainya. Dalam hal ini erat kaitannya dengan kondisi kualitas airnya.
Menurut Romimohtarto (2007) produktivitas primer adalah kecepatan
terjadinya fotosintesis atau pengikatan karbon. Hal ini sejalan dengan Odum
(1998) dalam buku Asriyana dan Yuliana (2012) yang mendefinisikan
produktivitas primer sebagai derajat penyimpanan energi matahari dalam
bentuk organik, sebagai hasil dari fotosintesis dan kemosintesis dari produsen
primer. Produktivitas primer merupakan mata rantai makanan yang
memegang peranan penting bagi sumberdaya perairan. Melalui produktivitas
primer, energi akan mengalir dalam ekosistem perairan. Peningkatan suplai
zat hara khususnya nitrogen dan fosfor merupakan faktor kimia perairan yang
dapat mempengaruhi produktivitas primer disamping faktor fisik cahaya dan
temperatur (Wetzel, 2001 dalam Asriyana dan Yuliana 2012). Proses penting
produktivitas primer adalah fotosintesis. Dalam fotosintesis, matahari
merupakan unsur penting dalam proses tersebut. Apa saja yang
mempengaruhi sinar matahari akan mempengaruhi fotosintesis
(Romimohtarto, 2007).
Selain sebagai produsen primer, phytoplankton juga berfungsi sebagai
bioindikator kualitas air yang memiliki sifat kosmopolit yakni dapat hidup di
beragam jenis perairan atau dengan kata lain pola penyebarannya sangat luas,
yang berarti penyebaran plankton bervariasi dari satu tempat ke tempat lain
3

karena kualitas air yang berbeda (Arsyad, 2006). Kelimpahan phytoplankton


di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa parameter lingkungan dan
karakteristik fisiologisnya. Komposisi dan kelimpahan phytoplankton akan
berubah pada berbagai tingkatan sebagai respons terhadap perubahan-
perubahan kondisi lingkungan baik fisik, kimia, maupun biologi (Reynolds et
al. 1984). Faktor penunjang pertumbuhan phytoplankton sangat kompleks dan
saling berinteraksi antara faktor fisika-kimia perairan seperti intensitas
cahaya, oksigen terlarut, stratifikasi suhu, dan ketersediaan unsur hara
nitrogen dan fosfor, sedangkan aspek biologi adalah adanya aktivitas
pemangsaan oleh hewan, mortalitas alami, dan dekomposisi (Goldman dan
Horne, 1983). Kemampuan phytoplankton akan berkurang bila terjadi
kerusakan lingkungan di sekitarnya, seperti pencemaran limbah. Begitu juga
sebaliknya, baik buruknya suatu perairan dapat dilihat melalui tingkat
produktivitas primer dan keanekaragaman phytoplankton.
Biologi merupakan mata pelajaran yang wajib ditempuh bagi siswa
SMA di kelas X. Mata pelajaran biologi SMA kelas X yang sangat berkaitan
dengan struktur komunitas phytoplankton yaitu materi kompetensi dasar
ekosistem. Untuk mencapai tujuan pembelajaran pada materi ini, dibutuhkan
suatu sumber belajar agar proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Satu di
antara sumber belajar yang baik digunakan pada sub materi ini adalah buku
referensi (Wardhani dalam Ami, 2012). Penggunaan sumber belajar memiliki
tujuan untuk perbaikan dalam proses pembelajaran, Salah satu sumber belajar
yang dapat membantu mahasiswa dalam belajar adalah bahan ajar handout.
Handout merupakan sumber belajar tertulis yang didalamnya berisikan
berbagai konsep penting dari suatu bagian dalam satu materi pembelajaran
atau materi secara lengkap (Sanaky, 2011). Salah satunya yaitu dengan
memanfaatkan hasil penelitian menjadi handout sumber belajar bagi siswa
SMA di kelas X.
Handout merupakan bahan ajar tertulis yang disiapkan oleh guru untuk
memperkaya pengetahuan siswa pada materi tertentu (Prastowo, 2011).
Handout menyajikan materi yang ringkas namun padat dan sesuai dengan
4

indikator tujuan pembelajaran, sehingga menghemat waktu dan siswa akan


lebih mudah mengetahui pokok materi yang diberikan oleh guru. Hasil
penelitian Yusnita Sari et al., (2013); Sustra Indri Yanti et al., (2014),
menunjukkan penggunaan media handout dalam proses pembelajaran
meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa baik pada ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotor.
Hasil penelitian dapat dikembangkan menjadi handout sehingga dapat
dijadikan sebagai salah satu media sumber belajar tambahan dalam proses
belajar, yang diharapkan dapat menunjang hasil belajar siswa. Dalam proses
belajar mengajar, sumber belajar memiliki peranan penting dalam
peningkatan pemahaman dan hasil belajar siswa. Menurut Abdullah (2012)
bahwa sumber belajar ada yang berbasis manusia, sumber belajar berbasis
cetakan, sumber belajar berbasis visual, sumber belajar berbasis audio-visual,
dan sumber belajar berbasis komputer. Sumber belajar yang paling sering
digunakan oleh siswa dan guru adalah buku pelajaran (Adisendjaja dan
Romlah, 2007). Menurut Putri dan Listiyadi (2014) sebagian besar buku-buku
tersebut menggunakan sedikit gambar dan warna sehingga memiliki tampilan
yang kurang menarik, hal inilah yang menyebabkan rendahnya minat baca
dan minat belajar siswa. Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa
siswa juga dapat membentuk pemahamannya sendiri melalui interaksi secara
langsung dengan berbagai sumber belajar yang ada tanpa harus menjadikan
guru sebagai satu-satunya sumber untuk mendapatkan informasi.
Aini & Sukirno (2013) menyatakan bahwa apabila buku yang
digunakan dalam proses pembelajaran hanya satu saja akan menyebabkan
siswa sulit dalam memahami materi dan mengerjakan latihan soal, imbasnya
hasil belajar siswa akan rendah. Keterbatasan bahan ajar yang digunakan
dalam proses pembelajaran mengakibatkan pengetahuan yang diperoleh siswa
yang sifatnya penting tentang materi sangat sedikit.
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, peneliti menganggap
sangat penting untuk dilakukan penelitian tentang “Produktivitas Primer dan
5

Kelimpahan Phytoplankton Danau Selais Kampus Bina Widya Sebagai


Rancangan Handout Biologi SMA”.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah yang akan diteliti
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah produktifitas primer dan kelimpahan phytoplankton
sebagai kualitas perairan di Danau Selais ?
2. Bagaimanakah rancangan handout materi biologi yang dihasilkan
berdasarkan hasil penelitian?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, adapun tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui produktifitas dan kelimpahan phytoplankton sebagai
bioindikator kualitas perairan
2. Untuk menghasilkan handout biologi SMA berdasarkan hasil penelitian
produktifitas primer dan kelimpahan phytoplankton danau selais Kampus
Bina Widya .

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:
1. Sebagai sumber informasi Produktivitas Primer dan Kelimpahan
Phytoplankton di Kampus Bina Widya Universitas Riau.
2. Sebagai salah satu sumber belajar dan media informasi berupa handout
dalam mendukung pembelajaran biologi SMA.
3. Memberikan informasi bagi akademisi, sebagai bahan rujukan dalam
mendukung pembelajaran keanekaragaman hayati dalam pengembangan
handout.
F. Defenisi Operasional
6

1. Danau adalah cekungan yang terjadi secara alami dan mampu


menampung air hujan, mata air atau air sungai. Danau terbagi menjadi atas
tiga zona utama, masing-masing dengan ciri komunitas organisme (Warta,
2004).
2. Produktivitas primer adalah kecepatan terjadinya fotosintesis atau
pengikatan karbon. Proses fotosintesis ini terjadi baik di darat, permukaan
dan di dalam air tawar serta air laut (Romimohtarto & Juwana, 2001).
3. Phytoplankton merupakan organisme yang hidup pada permukaan air
yang gerakannya dipengaruhi oleh arus. (Malik Surya Wibisono, 2005).
4. Handout adalah bahan ajar tertulis yang disiapkan oleh guru untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik (Prastowo, 2011). Handout
menyajikan materi yang ringkas namun padat dan sesuai dengan indikator
tujuan pembelajaran, sehingga dapat menghemat waktu dan siswa akan lebih
mudah mengetahui pokok materi yang diberikan oleh guru. Handout yang
dirancang dalam penelitian ini ditujukan untuk menambah pengetahuan siswa
mengenai konsep ekosistem.

G. Kajian Teoretis
1. Ekosistem Danau
Ekosistem air daratan (inland water) dapat dibagi menjadi dua tipe
yaitu perairan lentik (berarus tenang misalnya danau, waduk, dan kolam) dan
perairan lotik (yang berarus cepat atau perubahan akumulasi massa air terjadi
dalam waktu yang cepat misalnya parit, kali, dan sungai). Danau merupakan
perairan tenang, di dalamnya terkandung sedikit sekali bahan organik dan airnya
jernih, sehingga sinar matahari dapat menembus ke dalam air (Naughton dan
Wolf, 1990). Odum (1984) mengartikan danau adalah tubuh air tak mengalir yang
menempati cekungan dan tidak berkesinambungan dengan laut. Warta (2004)
mengartikan danau adalah cekungan yang terjadi secara alami dan mampu
menampung air hujan, mata air atau air sungai. McNaughton dan Wolf (1992)
menyatakan bahwa di dalam ekosistem danau terdapat paling kurang tiga zona
sebagai habitat bagi biota perairan, masing-masing dengan ciri komunitas
7

organisme. Tepian danau disebut dengan zona litoral. Pada daerah ini cahaya
matahari sampai pada dasar danau, produsen di zona litoral adalah tumbuhan yang
berakar sampai di dasar danau dan juga algae yang menempel pada tumbuhan
atau subtrat padat lainnya. Zona limnetik merupakan lapisan air terbuka dan di
sini masih dapat terjadi produksi primer. Makin kedalam terdapat zona limnetik,
jumlah cahaya yang tersedia untuk fotosintesis makin berkurang sampai pada
kedalaman dengan laju fotosintesis produsen menjadi sama dengan laju
respirasinya. Kehidupan dalam zona limnetik didominasi oleh mikroorganisme
terapung, disebut sebagai plankton, dan hewan berenang secara aktif, yang disebut
dengan nekton.
Berdasarkan intensitas cahaya yang masuk ke perairan, stratifikasi
vertikel pada perairan lentik dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a. Lapisan (zona) eufotik, yaitu lapisan yang masih mendapatkan cahaya yang
cukup dari matahari
b. Lapisan kompensasi, yaitu lapian dengan intensitas cahaya matahari sebesar
1% dari intensitas cahaya permukaan
c. Lapisan profundal, yaitu lapisan di bawah lapisan kompensasi, dengan
intensitas cahaya sangat kecil atau bahkan tidak ada cahaya matahari sama
sekali.
Danau dapat diklasifikasi berdasarkan produksi bahan organiknya, danau
oligotrofik merupakan danau yang dalam dan tidak banyak dangkal, dan
kandungan nutrien pada airnya tinggi (Campbell, 2000).

2. Produktivitas Primer
Penangkapan energi matahari oleh tumbuhan hijau dan perubahan
sebagian dari energi sinar ini menjadi energi kimia melalui fotosintesis disebut
produksi primer. Fotosintesis memainkan peranan penting dalam pengaturan
metabolisme komunitas. Laju fotosintesis bertambah dua atau tiga kali lipat untuk
setiap 100C kenaikan suhu. Meskipun demikian, intensitas sinar dan suhu yang
ekstrem cenderung memiliki pengaruh menghambat laju fotosintesis. Fotosintesis
mempengaruhi penyerapan energi radiasi dan karbondioksida serta pelepasan
8

oksigen. Tanpa adanya sinar matahari, fotosintesis tertahan namun pernapasan


akan tetap berlanjut. Proses fotosintesis dan respirasi terjadi serentak, fakta-fakta
ini digunakan untuk mencari cara pengukuran produksi primer. Produksi primer
adalah jumlah karbon organik yang dihasilkan dan produktifitas primer adalah
jumlah laju produksi, yaitu jumlah per satuan waktu (Michael, 1984)
Produktivitas primer adalah kecepatan terjadinya fotosintesis atau
pengikatan karbon. Proses fotosintesis ini terjadi baik di darat, permukaan dan di
dalam air tawar serta air laut (Romimohtarto & Juwana, 2001). Dalam proses
fotosintesis ini diperlukan zat hijau daun yang disebut klorofil. Proses ini
menggunakan dua macam bahan, yaitu air dan karbondioksida. Setelah langkah
pertama, yaitu mengubah energi cahaya matahari menjadi energi kimia selesai,
energi kimia dapat dipindah-pindahkan ke dalam berbagai bahan bahan kimia.
Berbagai macam organisme dapat menyempurnakan pemindahan ini. Tetapi
hanya produsen yang dapat mengerjakan langkah pertama tadi (Soemarwoto et
al., 1980).
Dalam proses fotosintesis yang dilakukan oleh tumbuhan hijau, 6
molekul karbondioksida (CO2) dan 6 molekul air (H2O) diolah menjadi satu
molekul gula glukosa. Gula glukosa merupakan salah satu bentuk zat organik.
Proses fotosintesis ini akan menghasilkan 6 molekul oksigen (O 2), reaksi
fotosintesis ini adalah:
cahaya matahari
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
klorofil

Reaksi ini berjalan dengan menggunakan energi cahaya matahari.


Tingginya intensitas cahaya menyebabkan meningkatnya kecepatan fotosintesis,
karena cahaya matahari merupakan sumber energi bagi fotosintesis (Lakitan,
1993). Adanya pengaruh intensitas cahaya terhadap kecepatan fotosintesis
menyebabkan produsen primer di lingkungan perairan dalam semakin rendah.
Fotosintesis di lakukan oleh plankton, yaitu tumbuhan bersel satu yang melayang
dalam air.
Sinar matahari berperan penting dalam proses fotosintesis. Apa saja
yang mempengaruhi sinar matahari akan mempengaruhi proses fotosintesis. Di
daerah katulistiwa, dimana panjang siang dan malam hampir sama sepanjang
9

tahun maka faktor musim seperti yang terjadi di daerah sedang dan kutub tidak
berpengaruh. Tetapi perubahan siang dan malam sangat berpengaruh secara
berkala. Cuaca dapat mempengaruhi produksi primer melalui tutupan awan, angin
dan secara tidak langsung melalui suhu. Awan dapat mengurangi penembusan
cahaya ke permukaan laut dan mengurangi kecepatan proses produktivitas primer
(Romimohtarto & Juwana, 2001).

3. Plankton Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan


Plankton merupakan salah satu biota yang dapat memberikan informasi
mengenai tingkat pencemaran suatu perairan. Menurut Suwondo (2004), beberapa
organisme plankton bersifat toleran dan mempunyai respon yang berbeda terhadap
perubahan kualitas perairan. Selain itu, plankton juga mempunyai sifat yang selalu
bergerak dapat juga dijadikan indikator pencemaran perairan. Plankton akan
bergerak mencari tempat yang sesuai dengan hidupnya apabila terjadi pencemaran
yang mengubah kondisi tempat hidupnya, dengan demikian terjadi perubahan
susunan komunitas organisme di suatu perairan dan hal ini dapat dijadikan
petunjuk terjadinya pencemaran di perairan.

Menurut Annisa Kusumaningrum, (2017) fitoplankton dijadikan


indikator karena merupakan organisme pada tingkat tropik terbawah yaitu
produsen dan konsumen tingkat I sehingga kehidupannya akan mempengaruhi
organisme di atasnya. Plankton merupakan organisme akuatik yang memegang
peranan penting dalam mempengaruhi produktivitas primer dalam perairan.
Keberadaan plankton dapat dijadikan sebagai bioindikator kondisi perairan karena
plankton memiliki batasan toleransi terhadap zat tertentu (Muhammmad Faiz
Faza, 2012). Plankton merupakan organisme yang peka terhadap perubahan
lingkungan sehingga jumlah spesies plankton tertentu dapat digunakan sebagai
indikator pencemaran suatu perairan.
Phytoplanton memegang peranan yang sangat penting dalam suatu
perairan, fungsi ekologinya sebagai produsen primer dan sumber pakan alami bagi
ikan. Pada perairan yang tercemar biasanya ditandai dengan keragaman rendah
dan adanya dominansi spesies tertentu (Muchlisin, 2000). Kombinasi pengaruh
10

faktor fisika kimia dan kelimpahan fitoplankton menghasilkan komunitas yang


berbeda. Dominansi fitoplankton yang terjadi pada setiap perairan dapat dijadikan
sebagai indikator biologis suatu perairan. Oleh karena itu, fitoplankton dapat
digunakan sebagai indikator kesuburan perairan, indikator perairan yang tercemar
dan indikator perairan tidak tercemar (Susi Andriani, 2015).
Menurut Fachrul dalam Shalwa, (2015) fitoplankton mampu
menyediakan makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik
dihabitatnya dengan bantuan energi matahari. Keberadaan fitoplankton dari jenis
tertentu dapat menggambarkan kualitas lingkungan suatu perairan. Dilihat dari
besarnya manfaat fitoplankton baik bagi kehidupan perairan maupun bagi manusia
maka diharapkan siswa dapat mengetahui dan memahami lebih dalam materi
tentang fitoplankton. Kehidupan fitoplankton dipengaruhi oleh kondisi fisika
kimia lingkungannya seperti suhu, pH, cahaya, karbon dioksida,kedalaman, unsur
nitrat, dan fosfat. Kehidupan fitoplankton dapat menggambarkan kondisi kualitas
perairan. Kualitas perairan yang baik ditunjukkan dengan nilai indeks
keanekaragaman fitoplankton (H’) yang lebih dari 3.
Secara umum zooplankton menghindari sinar matahari, dengan sifatnya
yang fototaksis negatif, penangkapan beberapa larva ikan pelagis ditemukan lebih
banyak pada malam hari dibandingkan pada siang hari. Zooplankton akan banyak
terdapat di dasar perairan pada siang hari dan akan naik kepermukaan pada malam
hari atau pagi hari (Haney, 1990). Migrasi vertikal merupakan migrasi harian
yang dilakukan oleh organisme zooplankton tertentu ke arah dasar laut pada siang
hari dan ke arah permukaan pada malam hari. Hewan mikrokopis ini menyukai
perairan yang lebih dingin (fotosintesis negatif), secara umum pergerakan
zooplankton ke bawah untuk menghindari predator pada waktu keadaan terang
pada siang hari. Sebaliknya pergerakan ke atas pada waktu keadaan gelap
bertujuan untuk mencari makan sekaligus memperkecil resiko pemangsangan oleh
predator (Sutomo, 1991). Zooplankton dalam bidang perikanan memiliki manfaat
pada bidang ekonomi perikanan, karena semua jenis kehidupan ikan berawal dari
plankton, baik telur dan larva. Pengetahuan telur dan larva planktonik
(iktioplankton) banyak membantu untuk menentukan lokasi pemijahan jenis-jenis
11

ikan tertentu dan langkah langkah yang diperlukan untuk melestarikannya (Mulia
wati, 2019).

4. Handout
Sumber belajar adalah semua sumber seperti pesan, orang, bahan, alat,
teknik, dan latar yang dimanfaatkan peserta didik sebagai sumber untuk kegiatan
belajar dan dapat meningkatkan kualitas belajarnya (Ramli Abdullah, 2012).
Secara umum sumber belajar dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu sumber belajar
yang dirancang (learning resource desaign) yaitu sumber belajar yang secara
khusus dirancang untuk tujuan pembelajaran dan sumber belajar yang
dimanfaatkan (learning resource by utilization) yaitu sumber belajar yang tidak
didesain secara khusus untuk pembelajaran, namun keberadaannya dapat
ditemukan dan dimanfaatkan.
Bahan ajar merupakan seperangkat materi atau substansi pembelajaran
yang disusun secara sistematis dan menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang
akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran (Arci Oktaviani dkk.,2014).
Bahan ajar diberikan kepada peserta didik bertujuan untuk memudahkan mereka
saat mengikuti proses pembelajaran. Maka dari itu, para guru dituntut dapat
membuat suatu bahan ajar yang ekonomis dan praktis, dengan harapan mampu
meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.
Salah satu jenis bahan ajar yang dapat dikembangkan oleh guru adalah
handout. Menurut Prastowo (2011), handout adalah bahan ajar tertulis yang
disiapkan oleh guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout
merupakan bahan pembelajaran yang sangat ringkas. Bahan ajar ini bersumber
dari beberapa literatur yang relevan dengan kompetensi dasar dan materi pokok
yang diajarkan kepada peserta didik.
Selain untuk kebutuhan di sekolah, handout dibuat untuk membantu
siswa dalam belajar secara mandiri di rumah sebelum pelajaran yang dilakukan di
kelas. Handout juga dapat dikembangkan dengan memberikan kegiatan praktikum
dan evaluasi di dalamnya sehingga proses belajar semakin aktif dan kontekstual.
12

Handout dirancang untuk menutup kelemahan atau sebagai komplemen


dari modul, buku, atau sumber belajar lain yang digunakan. Dalam
penyusunannya, format handout terdiri atas:
a. Cover, yang memuat judul, gambar dari materi, kelas, serta bagian identitas
siswa.
b. Bagian isi, yakni berisi tentang penjabaran KI dan KD, indikator serta tujuan
dari pembelajaran. Kemudian dilanjutkan dengan penjabaran materi dan
evaluasi (Enggia Pradipta et al., 2014).
Arci Oktaviani dkk., (2014) menjelaskan, adapun langkah-langkah
dalam penyusunan handout adalah sebagai berikut:
a. Melakukan analisis kurikulum.
b. Menentukan judul handout yang disesuaikan dengan KD dan materi pokok
yang akan dicapai.
c. Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan.
d. Menulis handout.
e. Mengevaluasi hasil tulisan.
f. Memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan yang ditemukan.
g. Menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi
handout seperti buku, majalah, internet dan jurnal hasil penelitian.
Menurut Azhar Arsyad (2000), handout memiliki beberapa kelebihan
yaitu: siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatan berpikir masing-masing serta
dapat mengikuti urutan pikiran secara logis. Hasil penelitian Yusnita Sari dkk.,
(2013) menunjukkan, penggunaan media handout dalam proses pembelajaran
meningkatkan motivasi belajar siswa sebesar 30%. Hal tersebut dikarenakan
handout menyajikan materi yang ringkas namun padat dan sesuai dengan
indikator tujuan pembelajaran, sehingga menghemat waktu dan siswa akan lebih
mudah mengetahui pokok materi yang diberikan oleh guru. Perpaduan teks dan
gambar yang terdapat di dalam handout juga menambah daya tarik serta
memperlancar pemahaman informasi yang disampaikan.

H. Metode Penelitian
13

Metode pada penelitian ini terdiri dari 2 tahap, yaitu: tahap analisis
komposisi dan struktur komunitas plankton dan rancangan handout pada
pembelajaran biologi SMA kelas X.
1. Tahapan Analisis Produktifitas Primer dan Kelimpahan Fitoplankton
a. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di perairan Danau Selais Kampus Bina Widya
Universitas Riau dan Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau.
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yang dimulai pada bulan Juli –
Agustus 2020 (musim peralihan-kemarau). Pengukuran dilakukan sebanyak 8 kali
dengan frekuensi setiap pengukuran selama 1 minggu.
b. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plankton net dengan
metode filtrasi, ember, pipet tetes, mikroskop binokuler, cover glass, object glass,
pH meter, DO meter, keping seechi, botol sampel winkler gelap-terang,
aluminium foil, benang, kamera digital, kertas label, dan alat tulis, sedangkan
bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah larutan lugol 5 %.
c. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua rancangan yaitu penelitian
eksperimen dan rancangan handout:

a) Rancangan penelitian ini menggunakan metode eksperimen dalam


pengumpulan data. Penelitian ini dilakukan di Danau Selais Kampus Bina
Widya Universita Riau.
b) Hasil penelitian produktivitas primer dan kelimpahan fitoplankton di
Danau Selais tersebut kemudian disusun menjadi Handout yang
digunakan sebagai sumber belajar. Rancangan handout dilakukan di
Kampus Bina Widya Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau.

d. Teknik Pengumpulan Data


a) Deskripsi Area
14

Daerah perairan Danau Selais pada penelitian ini berada di dalam area
Kampus Bina Widya Universitas Riau, Kota Pekanbaru, Provinsi Riau. Danau ini
merupakan sebuah rawa atau cekungan yang menampung limpasan air hujan yang
dialirkan melalui drainse-drainse yang terdapat di sekitarnya. Danau Selais ini
memiliki 3 bagian yaitu Bagian Hulu, Bagian Tengah dan Bagian Hilir.
b) Prosedur Penelitian
1) Penentuan Lokasi dan Titik Sampling
Penentuan lokasi sampling penelitian (titik pengamatan) berdasarkan
keramba ikan yang ada di perairan Danau Selais. Didasarkan pada pola
pembudidayaan keramba ikan di perairan Danau Selais Kampus Bina Widya
Universitas Riau serta dengan mempertimbangkan kedalaman perairan, maka
penentuan lokasi sampling secara horizontal dibagi menjadi 4 titik pengamatan
yaitu titik pengamatan 1 pada bagian keramba A, titik pengamatan 2 pada bagian
keramba B, titik pengamatan 3 di bagian keramba C, dan titik pengamatan 4 pada
bagian keramba D.

DS

P1 P2 P3 P4

Gambar 1. Tata letak (Lay Out) pengamatan


DS : Danau Selais
P1 : Pengamatan pertama
P2 : Pengamatan ke-dua
P3 : Pengamatan ke-tiga
P4 : Pengamatan ke-empat
Titik pengukuran dan pengambilan sampel untuk produktivitas primer
Danau Selais secara Horizontal ditentukan dengan mengukur tingkat kedalaman
15

perairan pada tiap titik sampling dan membaginya menjadi 4 titik pengamatan
dengan mempertimbangkan intensitas cahaya matahari dan pola umum dari
produktifitas primer fitoplankton pada lapisan perairan. Pengukuran sampel secara
Horizontal ini dimaksudkan untuk mengetahui pemerataan distribusi intensitas
cahaya di Danau Selais. Sedangkan untuk kelimpahan fitoplankton, pengambilan
dan pengukuran sampel ditentukan dengan teknik purposive random sampling.
Pengambilan sempel sebanyak 4 titik pengamatan dengan 3 pencuplikan pada
masing-masing titik pengamatan.
2) Teknik Pengambilan Sampel
a) Pengambilan Sampel Produktivitas Primer
Pengukuran produktivitas primer dilakukan dengan metode oksigen
botol terang-botol gelap. Botol Winkler gelap dan terang yang telah di isi air
sampel dengan volume yang sama direndam pada badan perairan dengan selang
waktu 12 jam dengan kedalaman 1 m. Untuk menghitung produktivitas primer
dihitung menggunakan rumus Umaly dan Culvin (1998), Prinsip kerja metode ini
adalah mengukur perubahan kandungan oksigen dalam botol terang dan botol
gelap yang berisi sampel air setelah diinkubasi pada kedalaman perairan. Waktu
inkubasi dilakukan pada pukul 00.00-12.00 WIB. Untuk mendapatkan nilai
produktivitas primer dalam satuan hari maka nilai per jam harus dikalikan dengan
12 (mengingat cahaya matahari hanya diperoleh selama 12 jam per hari) (Barus et
al, 2008). Pada masing-masing titik pengamatan dan kedalaman digunakan 6
botol oksigen berukuran 250 ml, dengan perincian 3 botol terang dan 3 botol
gelap. Botol gelap dimodifikasi dengan cara dilapisi aluminium foil, sehingga
tidak tembus cahaya. Pengambilan contoh air dilakukan pada setiap titik
pengamatan dan kedalaman 1 m dengan menggunakan Van dorn water sampler,
kemudian dimasukkan ke dalam botol Winkler gelap-terang. Botol diukur sebagai
oksigen terlarut awal, kemudian botol diinkubasi selama 12 jam.
b) Pengambilan Kelimpahan Fitoplankton
Pengambilan sampel plankton dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1) air Danau Selais diambil menggunakan ember dengan volume 18 liter, 2)
sampel disaring menggunakan planktonnet 3) sampel dimasukkan kedalam botol
16

sampel, 4) botol sampel diberi 3 tetes larutan Lugol 5% sebagai pengawet, 5)


botol sampel diberi label.
Setelah pengambilan sampel dilakukan, maka sampel diidentifikasi di
Laboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
Pekanbaru. Dari 100 ml air pada botol sampel kemudian diambil 0,05 ml dengan
menggunakan pipet tetes. Pengamatan plankton dilakukan dibawah mikroskop
pada perbesaran 16 x 10. Identifikasi plankton dengan menggunakan buku Smale
dalam Sachlan (1978).
3) Parameter Penelitian
Parameter yang diukur meliputi parameter fisika, kimia dan biologi,
yang dibagi menjadi parameter utama dan penunjang. Alat dan metode
pengukuran parameter kualitas perairan yang akan diukur disajikan pada tabel 1 di
bawah ini :

Parameter Satuan Alat/Metode Lokasi


Utama
 Produktivitas mgC/m3/jam Dissolved Oxygen (DO) In situ
Primer
 Kelimpahan sel/L Mikroskop elektronik Laboratorium
binokulerm sedgwick-
Rafter
Penunjang
 Suhu 0
C Thermometer, pemuaian In situ
 TSS Mg/L Timbangan, gravimetri Laboratorium

 pH - pH Meter In situ

 Kecerahan M Secchi disk, visual In situ

4) Teknik Analisis Data


Hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara
deskriptif. Hasil penelitian tersebut diintegrasikan sebagai rancangan pada
pembelajaran biologi dalam bentuk handout Biologi SMA.
a) Produktivitas Primer
17

Perhitungan produktivitas primer fitoplankton dilakukan menurut


Umaly dan Cuvin (1988), yaitu
Fotosintesis Bersih (mgC/m3/jam) = (O2BT) – (O2BG) x 1000 x 0,375
(PQ) x (t)
Keterangan :
O2BT = Oksigen terlarut botol terang (mg/l)
O2BG = Oksigen terlarut botol gelap (mg/l)
1000 = Konversi liter menjadi m3
PQ = Photosintetic Quotient : 1,2 dengan asumsi hasil metabolisme dari
fitoplankton
t = Lama inkubasi (jam)
0,375 = Koefisien konversi oksigen menjadi karbon (12/32)
Photosintetic Quotient adalah perbandingan O2 terlarut yang dihasilkan dengan
CO2 yang digunakan melalui proses fotosintesis. Menurut Parson et.al (1984),
nilai PQ berkisar 1,1 – 1,3 untuk organisme yang memiliki klorofil. Nilai 1,2
diperoleh dengan asumsi bahwa hasil metabolisme sebagian besar didominasi oleh
fitoplankton.

b) Kelimpahan dan Analisis Komunitas Fitoplankton


Kelimpahan (F)
Analisis kelimpahan plankton ditentukan berdasarkan rumus Sachlan
dalam Roby Darwis (2011) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

Dimana : F = Kelimpahan plankton


T = Luas cover glass (484 mm2)
L = Luas lapang pandang mikroskop (2,4 mm2)
Vo = Volume air tersaring(100 ml)
Vi = Volume air 1 tetes (0,05 ml)
W = Volume air sungai yang disaring (10 liter)
N = Jumlah plankton diseluruh lapang pandang
18

P = Jumlah lapang pandang yang diamati 10 kali

Untuk menentukan kualitas lingkungan perairan berdasarkan kelimpahan


plankton digunakan kriteria Kesuburan (Goldman dalam Roby Darwis, 2011).
Kriteria kesuburan kualitas perairan dapat dilihat pada tabel 2 :

Indeks Kelimpahan Kriteria Kualitas perairan


Kelimpahan < 104sel/l Kesuburan rendah Cukup baik
Kelimpahan <104-107sel/l Kesuburan sedang Baik
Kelimpahan > 107sel/l Kesuburan tinggi Sangat baik

c) Parameter penunjang
Parameter pendukung berupa parameter fisika dan kimia yang
diperoleh baik secara insitu maupun eksitu dibandingkan dengan ketentuan baku
mutu yaitu Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan Kualitas
Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jenis parameter fisika kimia dapat dilihat
pada tabel 1 di atas.

2. Tahap Rancangan Handout Biologi SMA


a. Tempat dan Waktu
Tahap Rancangan handout pada Pembelajaran Biologi SMA
dilaksanakan di Kampus Bina Widya Universitas Riau pada bulan Mei hingga
Juni 2020.

b. Rancangan penelitian
a) Hasil Penelitian Produktivitas primer dan kelimpahan fitoplankton
di Danau Selais tersebut kemudian disusun menjadi Handout yang digunakan
sebagai sumber belajar. Rancangan handout dilakukan di Kampus Bina
Widya Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau. Tahap perancangan
handout menggunakan model ADDIE yang terdiri dari lima tahapan yaitu
analyze, design, development, implement and evaluate. Menurut Endang
Mulyatiningsih (2012) analyze merupakan tahap yang dilakukan sebelum
19

melakukan pengembangan bahan ajar pembelajaran dengan melakukan needs


assessment (analisa kebutuhan), mengidentifikasi masalah dan melakukan
analisa tugas.
b) Design adalah proses sistematik yang dimulai dengan menetapkan
tujuan belajar, merancang skenario, merancang materi pembelajaran dan alat
evaluasi hasil belajar.
c) Development merupakan realisasi rancangan produk yang
evaluasinya dilakukan oleh ahlinya. Saran-saran yang diberikan digunakan
untuk memperbaiki materi bahan ajar yang telah disusun. Setelah produk
diperbaiki, kemudian siap untuk diimplementasikan.
d) Pada tahap Implement, rancangan dan metode yang telah
dikembangkan kemudian diimplementasikan pada situasi yang nyata yaitu
kelas.
e) Evaluation merupakan proses penilaian terhadap produk yang
telah diterapkan sehingga dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu evaluasi
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif dilaksanakan pada setiap akhir tatap
muka (mingguan) sedangkan evaluasi sumatif dilakukan setelah kegiatan
berakhir secara keseluruhan (semester). Evaluasi sumatif mengukur
kompetensi akhir dari mata pelajaran atau tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk memberi umpan balik kepada pihak
pengguna model/metode. Dalam penelitian ini, peneliti hanya melakukan
penelitian hingga tahap design. Adapun langkah-langkah pelaksaan penelitian
yang dilakukan untuk menghasilkan rancangan produk dapat dilihat pada
Gambar 2:

Tahap 1 : Analisis

Analisis Kurikulum.
Analisis Materi Pembelajaran
Hasil
Penelitian
20

Kompetensi Dasar :

Berisi tentang Kompetensi Dasar (KD) yang


berkaitan dengan hasil penelitian.

Tahap 2 : Desain

Materi Pokok
Indikator Pencapaian Kompetensi :
Kensep
Berisi tentang indikator pencapaian kompetensi
Perubahan
yang disesuaikan dari KD yang berkaitan dengan
Lingkungan
hasil penelitian.

Perancangan
Handout

Gambar 2. Bagan alir perancangan katalog pembelajaran


(Enggia Pradipta, et al., 2014)
c. Analisis Potensi
Pada tahap perancangan handout dilakukan analisis kurikulum yang
dikeluarkan oleh Departemen Pendidikan Nasional berdasarkan rencana
kegiatan program pembelajaran pada materi terkait. Tujuan menelaah
kurikulum ini untuk dapat menentukan silabus, RPP dan materi yang cocok
untuk direkonstruksi dan dibuat sebagai bahan ajar biologi bagi peserta didik
tingkat SMA dan dapat dikembangkan sebagai bahan ajar yang disesuaikan
dengan Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) pada pokok
bahasan yang akan dirancang. Pada tahap desain dimulai dengan
merekonstruksi silabus yang dikeluarkan oleh Kemendikbud 2013, dimana
terdapat beberapa aspek yang direkonstruksi yaitu merancang materi pokok
pada silabus yang memiliki relevansi dengan penelitian ini.
21

Data yang diperoleh dari hasil penelitian pada tahap I yaitu


Produktivitas Primer dan Kelimpahan Fitoplankton sebagai sumber belajar
untuk Rancangan Handout pada Pembelajaran Biologi SMA. Adapun
kompetensi dasar yang berkaitan dengan hasil penelitian ini adalah sebagai
berikut:
SMA Kelas X
KD 3.10 Menganalisis komponen komponen ekosistem dan interaksi antar
komponen tersebut

4.10 Menyajikan karya yang menunjukkan interaksi antar komponen


ekosistem (jaring jaring makanan, siklus biogeokimia)

d. Desain
Tahap ini dikenal dengan istilah membuat rancangan. Berdasarkan hasil
spesifikasi tujuan pembelajaran, rancangan awal yang dibuat oleh peneliti
adalah rancangan perangkat pendukung yang terdiri dari format silabus,
format RPP yang di desain oleh peneliti yaitu Handout pada materi
perubahan lingkungan.
Perancangan ini diawali dengan merekonstruksi silabus yang
dikeluarkan oleh Kemdikbud 2013 dimana terdapat beberapa aspek yang
direkonstruksi yaitu merancang materi pokok pada silabus sesuai kebutuhan
penelitian ini. Untuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dirancang
sesuai dengan perubahan kurikulum 2013 dimana di dalam RPP tersebut
digunakan pendekatan saintifik secara terperinci lalu merancang indikator
dan indikator pencapaian kompetensi sesuai kebutuhan penelitian ini.
Selanjutnya desain handout yang dirancang mengacu pada Enggia Pradipta,
et al (2014) dapat dilihat pada gambar 3 berikut :

1. Cover (Judul, Nama Penulis dan Pokok Bahasan)


2. Kata Pengantar
3. Daftar Isi
4. Prakata (ditulis penulis tentang apa isi buku, alasan
penulisan buku, sasaran pengguna, ucapan
terimakasih)
Daftar 5. Penjabaran Materi disrtai dengan Ilustrasi Pustaka
6. Sumber Referensi
22

Annisa Kusumaningrum, Sudarsono M.Si, Dr.Ir. Suhartini, M. S. 2017. Struktur


Komunitas Plankton Pada Musim Penghujan di Telaga Bromo Kecamatan
Paliyan kabupaten Gunung kidul Yogyakarta. Jurnal Prodi Buiologi.6 (2).

Arci Oktaviani, Ardi dan Erismar Amri. 2014. Pengembangan Handout Biologi
SMA Berbasis Kontekstual disertai Gambar Berwarna pada Materi Sistem
Ekskresi Manusia. 1 (1) : 1-6.

Arthana W. I. , dkk. 1993. Distribusi plankton di Danau Buyan Kabupaten


Buleleng. Universitas Udayana Denpasar, Bali.

Azhar Arsyad. 2000. Media Pengajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Barus, T. A. 2002. Limnologi. Universitas Sumatra Utara. Medan.

Campbell, Reece & Mitchell. 2000. Biologi. Edisi ke-5. Jilid ke-3. Jakarta:
Erlangga

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Penerbit Kanisus. Yogyakarta.

Enggia Pradipta, Helendra dan Meliya Wati. 2014. Pengembangan Handout


Bergambar Dilengkapi Peta pada Materi Alat Indera untuk SMP. Jurnal
Pendidikan 1(1): 6- 8.

Fachrul MF. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara

Goldman, C. R. And A. J. Horne. 1983. Limnology. McGraw Hill International


Book Company. Tokyo. 464 p.

Haney, J.F. 1990. Diel patterns of zooplankton behaviour. Bull Mar Sci43:
583603.

Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. P.T.


Grafindo Persada. Jakarta.

McNaughton, S. J. Dan L. L. Wolf. 1992. Ekologi Umum, Edisi Kedua. Gajah


Mada University Press. Yogyakarta.

Michael, P. 1984. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangandan


Laboratorium. Penerjemah: Yanti, R. Koestoer. Jakarta: UI Press.

Muchlisin, ZA, 2000, Studi Konsentrasi Minyak Bumi terhadap Kelimpahan dan
Keragaman Fitoplankton di Perairan Sekitar Pelabuhan Krueng Geukuh
23

Kabupaten Aceh Utara, Laporan Penelitian, Universitas Syiah Kuala,


Banda Aceh

Mulia Wati, Nur Irawati, dan Indrayani. 2019. Pola Migrasi Vertikal Harian
Zooplankton pada Berbagai Kedalaman Di Perairan Pulau Bungkutoko
Kecamatan Abeli. Jurnal Manajemen Sumber Daya Perairan. 4 (1) : 61-
73.

Naughton, S. J. & Larry, L. 1990. Ekologi Umum. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta

Odum, E.P. 1998. Dasar-dasar Ekologi Edisi Ketiga. Terjemahan Tjahjo


Samingan dan Srigandono. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Prastowo, A. 2011. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Diva Press.
Yogyakarta

Ramli Abdullah. 2012. Pembelajaran Berbasis Pemanfaatan Sumber Belajar.


Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA 12 (2) : 216-231.

Resosoedarmo, S., Kartawanita K., Soegianto A. 1992. Pengantar Ekologi. PT.


Bandung; Remaja Rosdakarya.

Robi Darwis, 2011. Struktur Komunitas Plankton Di Perairan Sungai Suir Kanan
Kecamatan Tebing Tinggi Barat Kabupaten Meranti. Skripsi Program
Studi Pendidkan Biologi. Universitas Riau. Pekanbaru

Romimohtarto, K. & Juwana, S. 2001. Biologi Laut Ilmu Tentang Biota Laut.
Jakarta: Penerbit Djambatan.

Sanaky, H. 2011. Media Pembelajaran “Buku Pegangan Wajib Guru dan Dosen”
Yogyakarta: Kaukaba Dipantara.

Soemarwarto, I., Gandjar I., Guhardja E., Nasoetion A. H., Soemartono S. S.,
Somadikarta L. K. 1980. Biologi Umum 1. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama.

Soemarwoto, O. 1994. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta:


Penerbit Djambatan.

Susi Andriani, Tri Rima Setyawati, Irwan Lovadi. 2015. Kelimpahan dan Sebaran
Horisontal Fitoplankton di Perairan Muara Sungai Kakap Kabupaten Kubu
Raya.Jurnal Protobiont. 4 (1) : 29-37.

Sutomo, A.B. 1991. Migrasi Vertikal Zooplankton Di Laut Timur Agustus-


September. Balitbang Oseanografi-Puslitbang Oseanologi LIPI,
Jakarta.hal. 110-112.
24

Suwondo. Elya Febrita. Dessy dan Mahmud Alpusari 2004. Kualitas biologi
perairan sungai senapelan, sago dan sail Di kota pekanbaru Berdasarkan
bioindikator plankton dan bentos. Laboratorium Zoologi Jurusan PMIPA
FKIP Universitas Riau, Pekanbaru.

UMALY, R.C. dan Ma L.A. CUVIN. 1988. Limnology: Laboratory and field
guide, Physico-chemical factors, Biological factors. National Book Store,
Inc. Publishers. Metro Manila. 322 p.

Anda mungkin juga menyukai