Anda di halaman 1dari 8

Disusun Oleh :

Kelompok 11

Nanda Frisca Sheviana L1C017038


Mikael Denta Suryandhika L1C017039
Diah Ayu Rahmawati L1C017042
Muhammad Rifa’i L1C017043
• Estuaria merupakan ekosistem produktif yang setara dengan
hutan hujan tropik dan terumbu karang, karena perannya
adalah sebagai sumber zat hara, memiliki komposisi tumbuhan
yang beragam sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung
sepanjang tahun, serta sebagai tempat terjadinya fluktuasi
permukaan air akibat aksi pasang surut. Kondisi ekosistem
yang produktif inilah maka estuaria menjadi salah satu wilayah
yang memiliki tingkat produktifitas tinggi. Vegetasi di wilayah
perairan estuaria tropik yang mendukung produktifitas primer
antara lain adalah lamun, beberapa jenis algae hijau, diatom
bentik di dataran lumpur dan komunitas mangrove yang
memagari wilayah estuaria (Supriadi, 2001).
• Estuari yang berasal dari bahasa Latin aestus, berarti pasang-surut (Odum,
1971 dalam Rositasari, 1994). Berdasarkan definisi Odum (1971) dalam
Rositasari (1994) estuari merupakan suatu bentukan masa air yang semi
tertutup di lingkungan pesisir, yang berhubungan langsung dengan laut
lepas, sangat dipengaruhi oleh efek pasang-surut dan masa airnya
merupakan campuran dari air laut dan air tawar.
• Produktifitas estuaria, pada kenyataannya bertumpu atas bahan-bahan
organik yang terbawa masuk estuaria melalui aliran sungai atau arus
pasang surut air laut. Produktifitas primernya sendiri, karena sifat-sifat
dinamika estuaria sebagaimana telah diterangkan di atas dan karena
kekeruhan airnya yang berlumpur, hanya dihasilkan secara terbatas oleh
sedikit jenis alga, rumput laut, diatom bentik dan fitoplankton (BPPPU,
2015).
• Melihat banyaknya jenis hewan yang sifatnya hidup sementara di estuaria,
bisa disimpulkan bahwa rantai makanan dan rantai energi di estuaria
cenderung bersifat terbuka. Dengan pangkal pemasukan dari serpih-serpih
bahan organik yang terutama berasal dari daratan (sungai, rawa asin,
hutan bakau) dan banyak yang berakhir pada ikan-ikan atau burung yang
kemudian membawa pergi energi keluar dari sistem (BPPPU, 2015).
A. Produktivitas Primer di Ekosistem Estuaria
• Tingkat produktivitas primer suatu perairan memberikan
gambaran apakah suatu perairan cukup produktif dalam
menghasilkan biomassa tumbuhan, terutama fitoplankton,
termasuk pasokan oksigen yang dihasilkan dari proses
fotosintesis yang terjadi, sehingga mendukung perkembangan
ekosistem perairan. Produktivitas perairan yang terlalu tinggi
dapat mengindikasikan telah terjadi eutrofikasi, sedangkan
yang terlalu rendah dapat memberikan indikasi bahwa
perairan tidak produktif atau miskin. Dalam penelitian ini,
produktivitas primer yang dimaksud terutama adalah
produktivitas oleh fitoplankton, dan terkait dengan oksigen
yang dihasilkannya (Haryadi, 2010).
• Rantai makanan di estuari dikenal dengan rantai makanan
detritus, artinya pembentukan biomassa di ekosistem ini diawali
dari detritus. Detritus memegang peranan penting sebagai
sumber makanan di ekosistem estuari di daerah tropis. Kejadian
berbeda di daerah bermusim empat, mikrofitobentos berperan
penting sebagai pengisi pada tingkat trofik terendah (Elliot et
al., 2002 dalam Zahid, 2015).
• Berdasarkan hasil pembahasan diatas dapat disimpulkan
bahwa produktifitas estuaria, pada kenyataannya bertumpu
atas bahan-bahan organik yang terbawa masuk estuaria
melalui aliran sungai atau arus pasang surut air laut dan rantai
makanan di estuari dikenal dengan rantai makanan detritus,
artinya pembentukan biomassa di ekosistem ini diawali dari
detritus
APHA. 2005. Standard Methods for the Examination of Water and Waste Water, 21st edition. APHA
(American Public Health Association), AWWA (American Water Works Association) dan WPCF
(Water Pollution Control Federation), Baltimore, MD. 1081 h.
Balai Penelitian Perikanan Perairan Umum. 2015. Penelitian Kelimpahan Stok dan Bioekologi Sumberdaya
Ikan di Estuari Berau, Kalimantan Timur (KPP PUD 436). Laporan Teknis Penelitian.
Ekwu, A.O. & F.D. Sikoki, 2006, Phytoplankton Diversity in the Cross River Estuary of Nigeria. Jurnal Appl. ci.
Environ, Mgt. 10(1): 89 – 95.
Harahab, Nuddin. 2010. Penilaian Ekonomi Ekosistem Hutan Mangrove dan Aplikasinya dalam Perencanaan
Wilayah Pesisir. Graha Ilmu : Yogyakarta.
Haryadi, Sigid., Adiwilaga, Enan A., Partono, Tri., Hardjoamidjojo, Sudodo., Damar, Ario. 2010. Produktivitas
Primer Estuari Sungai Cisadane Pada Musim Kemarau. Jurnal Limnotek. 17(1) : 49-57.
Kawaroe M. 2001. Kontribusi ekosistem mangrove terhadap struktur komunitas ikan di Pantai Utara Kabupaten
Subang, Jawa Barat. Jurnal Pesisir dan Lautan, 3(3): 12-25.
Lehman, P.W., 2007, The Influence of Phytoplankton Community Composition on Primary Productivity Along the
Riverine to Freshwater Tidal Continuum in the San Joaquin River, California, Journal Estuaries and
Coasts. 30(1) : 82-93.
Levinton, J.S. 1982. Marine Ecology. New Jersey : Prentice-Hal Inc.
Odum, E.P. 1971. Dasar-dasar Ekologi : Edisi Ketiga. Saunders College Publishing, a division of Holt, Rinehart and
Winston, Inc.
Rositasari, R., dan Rahayu, S. 1994. Sifat – Sifat Estuari dan Pengelolaannya. Oseana, 19(3) : 21-31.
Supriadi, I.H. 2001. Dinamika Estuaria Tropik. Jurnal Oseana. 26(4) : 1-11.
Zahid, A., Rahardjo, M., Syafei, L., dan Susilowati, R. 2015. Ekologi Trofik Komunitas Ikan di Perairan Segara
Menyan Subang, Jawa Barat. Ilmu Kelautan, 20(3) : 170-186.

Anda mungkin juga menyukai