Anda di halaman 1dari 8

Seminar Nasional Tahunan XVI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2019

PERTUMBUHAN PLANTLET RUMPUT LAUT Kappaphycus alvarezii


PADA PERENDAMAN ZPT BERBEDA

Wiwien Mukti Andriyani*, Mizab A. & Kunti A.


Balai Perikanan Budidaya Air Payau Situbondo
* e-mail: wiwinmukti@gmail.com

ABSTRAK
Penggunaan bibit yang baik dapat mendukung keberhasilan usaha budidaya rumput laut Kappaphycus
alvarezii. Bibit rumput laut unggul dapat diperoleh menggunakan metode teknik kultur jaringan.
Optimalisasi budidaya rumput laut dengan teknik kultur jaringan dapat dilakukan dengan metode aplikasi
ZPT pada subkultur plantlet rumput laut. Penggunaan jenis zat pengatur tumbuh (ZPT) sintetik dan alami
dengan konsentrasi yang tepat merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam kultur jaringan serta dapat
menekan biaya untuk kultur jaringan rumput laut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
perendaman dalam ZPT yang berbeda terhadap pertumbuhan dari plantlet rumput laut K. alvarezii yang
dikultur skala laboratorium. Penelitian dilaksanakan bulan September-Oktober 2018 di Laboratorium kultur
jaringan rumput laut BPBAP Situbondo. Penelitian menggunakan Rancangan acak lengkap yang terdiri
dari 3 perlakuan perendaman ZPT yaitu (A) 3 ppm benzyl adenin purin (BAP); (B) 0,3 ppm air kelapa; (C)
tanpa perendaman (kontrol). Masing-masing perlakuan diulang 3 kali dengan lama perendaman 2 jam.
Variable pengamatan adalah bobot mutlak, laju pertumbuhan dan jumlah tunas baru plantlet rumput laut.
Hasil anova menunjukkan perendaman pada 3 ppm BAP dan 0,3 ppm air kelapa berpengaruh signifikan
terhadap penambahan bobot mutlak dan laju pertumbuhan plantlet. Penambahan bobot mutlak dan
laju pertumbuhan tertinggi dihasilkan pada perlakuan A (0,97 g dengan laju pertumbuhan 2,7 %/hari)
selanjutnya perlakuan B (0,70 g dengan laju pertumbuhan 2,3%/hari) sedangkan kontrol (0,29 g dengan
laju pertumbuhan 1,1 %/hari). Pada perlakuan perendaman BAP, air kelapa serta kontrol memberikan
kecenderungan jumlah tunas baru plantlet yang tidak berpengaruh signifikan. Dengan demikian, untuk
mempercepat pertumbuhan plantlet rumput laut K. alvarezii dapat dilakukan perendaman dalam BAP
dengan konsentrasi 3 ppm selam 2 jam.

Kata kunci Kappaphycus alvarezii, kultur jaringan, perendaman, plantlet, ZPT

Pengantar
Rumput laut Kappaphycus alvarezii merupakan salah satu komoditas prioritas karena memiliki beberapa
keunggulan, yaitu teknologi budidayanya mudah dilakukan, modal yang diperlukan dalam budidaya rumput
laut relatif kecil, usia panen singkat sehingga merupakan komoditas yang cepat untuk mengatasi kemiskinan,
serta kegiatan budidaya rumput laut hingga proses pengolahan pasca panen merupakan kegiatan yang padat
karya. Saat ini Indonesia adalah negara produsen rumput laut penghasil karagenan terbesar di dunia, salah
satunya adalah dari jenis kotoni (K. alvarezii).
Stabilitas produksi rumput laut kotoni di setiap kawasan budidaya dipengaruhi oleh perairan yang sering
mengalami perubahan akibat kondisi musim yang tidak stabil. Selain itu, kemungkinan disebabkan terjadinya
degradasi kualitas bibit rumput laut yang disebabkan oleh penggunaan bibit rumput laut yang berulang-
ulang dengan cara stek. Bibit yang diperoleh secara vegetatif seringkali menyebabkan penurunan variabilitas
genetik yang dapat mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, menurunnya rendemen karaginan dan
kekuatan gel serta menurunnya ketahanan terhadap penyakit (Rusman et al., 2014). Kultur jaringan rumput
laut dengan menggunakan teknik induksi kalus banyak digunakan untuk propagasi klona dan perbaikan mutu
genetik untuk mendukung ketersediaan benih yang kontinu dan berkualitas (Reddy et al., 2008).
Salah satu permasalahan yang dihadapi dalam teknik kultur jaringan K. alvarezii adanya perbedaan respon
jaringan rumput laut pada tahap propagul atau plantlet terhadap media tumbuh yang digunakan. Perbedaan
respon ini diduga disebabkan oleh perbedaan nutrien yang terkandung dalam media tumbuh tersebut,
sehingga perlu dilakukan penelitian guna mengetahui jenis ZPT yang mendukung produksi plantlet rumput
laut K. alvarezii. Tingkat keberhasilan dalam memperbanyak tanaman memakai metode kultur jaringan
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain media tumbuh dan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang tepat. Salah
satu komponen media yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan dan regenerasi adalah zat pengatur tumbuh
(Satriani et al., 2012). Tanpa penambahan zat pengatur tumbuh dalam media, pertumbuhan sangat terhambat
bahkan mungkin tidak tumbuh sama sekali (Harjadi et al., 2009).
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan ZPT yang berbeda melalui metode perendaman terhadap
pertumbuhan dari plantlet rumput laut K. alvarezii yang dikultur skala laboratorium digunakan 2 jenis ZPT

Semnaskan-UGM XVI | Budidaya Perikanan | BB-02 | Andriyani et al. 42


Seminar Nasional Tahunan XVI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2019

yaitu hormon sintetik 6-benzylaminopurine (BAP) yang mempunyai fungsi untuk merangsang pembelahan sel,
disamping itu telah banyak dilaporkan keberhasilan pemberian BAP untuk merangsang perbanyakan tunas in
vitro pada berbagai tanaman. Air kelapa memiliki kandungan yang beragam di dalamnya. Berdasarkan hasil
analisis menggunakan teknik High Performance Liquid Chromatografi (HPLC) air kelapa muda mengandung
ZPT golongan sitokinin seperti kinetin 273,62 mg/l dan zeatin 290,47 mg/l serta ZPT auksin 198,55 mg/l
(Pratama, 2018). Air kelapa merupakan senyawa organik mengandung 1,3 diphenilurea, zeatin, zeatin
gluoksida, zeatin ribosida, kadar K dan Cl tinggi, sukrosa, fruktosa, glukosa, protein, karbohidrat, mineral,
vitamin, sedikit lemak, Ca dan P (Yunita, 2011). Zeatin, zeatin gluoksida, zeatin ribosida merupakan ZPT
yang dapat meningkatkan pembelahan sel dan perpanjangan sel. Asam amino, gula dan vitamin dapat
meningkatkan metabolisme sel dan berperan sebagai energi, enzim dan co-factor.

Bahan dan Metode


Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian meliputi plantlet rumput laut K. alvarezii, 6-benzylaminopurine
(BAP), air kelapa muda, NaNO3, Na2β-gliseroPO4, Vitamin B12, thiamine, biotin, Na2EDTA, H2BO3, MnSO4,
ZnSO4, CoSO4, Iron-EDTA, Fe (NH4)2(SO4). Beberapa jenis alat yang digunakan meliputi timbangan analitik
(Ohause), refraktometer (Atago), botol kultur (Schott Duran), autoclave (Hirayama), stoples kaca, dll.
Metode
Plantlet rumput laut K. alvarezii yang digunakan diperoleh dari Biotrop Bogor dan telah didomestikasikan
selama 4 minggu di Laboratorium Kultur Jaringan Rumput Laut Balai Perikanan Budidaya Air Payau
Situbondo. Penelitian dilaksanakan bulan September-Oktober 2018. Rancangan yang digunakan yaitu RAL,
meliputi Perlakuan A : media PES (Provasoli’s Enrich Seawater) 20 ppm + hormon 6-benzylaminopurine
(BAP) 3 ppm; Perlakuan B : media PES 20 ppm + air kelapa 0,3 ppm; Perlakuan C : media PES 20 ppm
(kontrol). Masing-masing perlakuan diulang 3 kali dengan lama perendaman 2 jam. Metode perendaman
adalah metode yang dirasa cukup efektif untuk menyuplai nutrisi yang terkandung di dalam hormon sintetis
BA dan juga air kelapa muda. Hal ini sesuai dengan pendapat Muklis et al. (2016) yang menyatakan bahwa
untuk menyuplai nutrisi yang dibutuhkan dalam tumbuh kembang rumput laut dapat menggunakan cara
perendaman. Variabel pengamatan adalah bobot mutlak, laju pertumbuhan dan jumlah tunas baru plantlet
rumput laut. Untuk mengetahui perbedaan antara perlakuan selanjutnya dianalisa dengan menggunakan
Analisys of Varians (Anova), apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji BNT (Beda Nyata
Terkecil) taraf 5% (Sastrosupadi, 2000). Pengukuran parameter kualitas air meliputi suhu, salinitas, pH,
amonia dan fosfat.

Hasil dan Pembahasan


Bobot mutlak plantlet
Pertumbuhan plantlet rumput laut K. alvarezii menunjukkan hasil yang baik sejak awal penelitian sampai 8
minggu subkultur dalam media PES. Perlakuan menunjukkan interaksi terhadap pertumbuhan plantlet rumput
laut K. alvarezii yang dipelihara pada media PES. Selama penelitian tidak ada ditemukan plantlet yang
memutih dan stress pada tiap media perlakuan. Terdapat variasi hasil pada parameter bobot mutlak plantlet,
laju pertumbuhan dan jumlah tunas rumput laut. Untuk mengetahui pengaruh taraf perlakuan terhadap bobot
plantlet, laju pertumbuhan dan jumlah tunas, maka data diuji dengan analisis anova. Respon plantlet rumput
laut terhadap perendaman dalam ZPT berbeda sebagai berikut.
Bobot plantlet diawal penelitian memiliki berat yang sama yaitu 0,35 g, hasil monitoring pertambahan bobot
plantlet dari masing-masing perlakuan setiap minggunya ditampilkan pada Gambar 1.
1,4
Pertambahan berat planlet

1,2

0,8
(g)

0,6

0,4 A (BAP)

0,2 B (Air Kelapa)

0
C (Koltrol)
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu Ke-
Gambar 1 Pertambahan berat plantlet rumput laut K. alvarezii pada setiap perlakuan

Semnaskan-UGM XVI | Budidaya Perikanan | BB-02 | Andriyani et al. 43


Seminar Nasional Tahunan XVI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2019

Pada minggu kedua mulai terjadi peningkatan bobot, namun rata–rata peningkatan bobot plantlet tidak
berbeda antar perlakuan. Perbedaan peningkatan bobot antar perlakuan terlihat signifikan mulai pada minggu
ke-4. Hal ini diduga karena pada awal pengujian plantlet masih dalam proses adaptasi sehingga lambat dalam
penyerapan unsur-unsur yang terkandung di dalam media seperti sitokinin yang berfungsi untuk pembelahan
sel dalam meningkatkan pertumbuhan plantlet.
Peningkatan bobot plantlet pada minggu ke-4 dipengaruhi kandungan ZPT yang digunakan dalam masing-
masing perlakuan, sehingga mempengaruhi cepat atau lambatnya sel membelah. Hal ini sesuai dengan
pendapat Davies (1995) yang menyatakan bahwa pemberian sitokinin pada media kultur menyebabkan
pembelahan sel pada permulaan kultur berjalan lambat, akan tetapi populasi sel tetap dijaga dan kemudian
jumlahnya ditingkatkan. Ditambahkan oleh Wattimena (1988), bahwa kecepatan sel membelah diri dapat
dipengaruhi oleh adanya kombinasi ZPT tertentu dalam konsentrasi yang tertentu.
Hasil pengamatan pertumbuhan plantlet pada minggu ke-7 menunjukkan bobot subkultur plantlet pada
perlakuan B dan C mulai mengalami penurunan. Hal ini disebabkan kebutuhan suplemen organik sebagai
hal-hal pendukung terhadap pertumbuhan plantlet rumput laut perlu ditingkatkan, sehingga diperlukan
konsentrasi air kelapa yang lebih tinggi agar lebih efektif meningkatkan pertumbuhan akibat adanya pengaruh
dari hormon eksogen dari air kelapa. Sesuai pendapat Astutik (2002), pertumbuhan dan perkembangan suatu
kultur dipengaruhi oleh perimbangan antara hormon yang ditambahkan kedalam media (hormon eksogen)
dan hormon yang dihasilkan oleh tanaman itu sendiri (hormon endogen). Menurut Pranata et al. (2015),
dalam penelitiannya pada tanaman rimpang, penambahan air kelapa 22,5% memberikan pertumbuhan tinggi
tanaman paling baik, kemudian diikuti dengan penambahan air kelapa 15%. Hal ini membuktikan bahwa
pemberian air kelapa dengan konsentrasi lebih tinggi akan berpengaruh pada pertumbuhan tanaman secara
in vitro. Hal ini sesuai dengan penelitian Armini et al. (1991), bahwa penambahan air kelapa juga dapat
meningkatkan aktivitas sitokinin endogen yang selanjutnya meningkatkan efektifitas pembelahan sel semakin
tinggi.
Hasil rerata bobot plantlet rumput laut yang dipelihara selama 60 hari lebih jelasnya dapat dilihat pada
histrogram yang tersaji pada Gambar 2.
1,200
0,970
1,000
Bobot Mutlak (g)

0,800 0,700

0,600

0,400 0,290

0,200

-
A (BAP) B (Air Kelapa) C (Kontrol)

Perlakuan
Gambar 2 Rata-rata pertumbuhan mutlak rumput laut K. alvarezii pada setiap perlakuan
selama delapan minggu penelitian

Berdasarkan histogram Gambar 2. terlihat bahwa nilai rerata bobot mutlak plantlet rumput laut yang tertinggi
diperoleh dengan perendaman BAP konsentrasi 3 ppm, yaitu perlakuan A (0,97±0,153 g), kemudian diikuti
perlakuan B perendaman air kelapa konsentrasi 0,3 ppm (0,70±0,09). Rerata terendah didapat pada
perlakuan C (0,29±0,25) tanpa perendaman ZPT. Berdasarkan hasil anova, perendaman dalam ZPT berbeda
berpengaruh sangat signifikan terhadap rerata bobot plantlet rumput laut, karena perlakukan dengan ZPT
berpengaruh nyata terhadap bobot plantlet maka dilanjutkan dengan uji BNT (beda nyata terkecil). Pada
uji BNT diketahui bahwa perendaman BAP 3 ppm tidak berbeda nyata dengan perendaman air kelapa 0,03
ppm, namun kedua perlakuan berbeda sangat nyata dengan kontrol.
Perendaman plantlet dalam ZPT berbeda terbukti meningkatkan rerata bobot plantlet rumput laut, meskipun
rerata bobot plantlet menunjukkan hasil yang berbeda-beda. Perlakuan perendaman BAP konsentrasi 3 ppm
menunjukkan hasil paling terbaik, diikuti perlakuan perendaman air kelapa konsentrasi 0,3 ppm. Perlakuan
perendaman BAP disini mengambil peran cukup penting bagi pertumbuhan dan perkembangan plantlet,
semakin tinggi ketersediaaan sitokinin akan memacu plantlet untuk lebih cepat tumbuh dan berkembang.
Setiawati (2010) menambahkan, air kelapa mengandung unsur hara nitrogen beserta unsur hara lainnya
yang berperan penting untuk perturnbuhan eksplan dan diferensiasi jaringan protokorm membentuk tunas.
Laju petumbuhan spesifik (SGR) plantlet
Hasil data rerata laju pertumbuhan spesifik (SGR) plantlet rumput laut selama penelitian dapat dilihat pada
histrogram yang tersaji pada Gambar 3.

Semnaskan-UGM XVI | Budidaya Perikanan | BB-02 | Andriyani et al. 44


Seminar Nasional Tahunan XVI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2019

3 2,7

Laju Pertumbuhan Spesifik


2,5 2,3

(% perhari)
1,5
1,1
1

0,5

0
A (BAP) B (Air Kelapa) C (Kontrol)
Perlakuan
Gambar 3 Rata-rata laju pertumbuhan spesifik harian plantlet rumput laut K. alvarezii pada masing-masing
perlakuan selama delapan minggu

Berdasarkan historam Gambar 3. terlihat bahwa nilai rerata laju pertumbuhan spesifik plantlet rumput laut
yang tertinggi diperoleh dengan perendaman BAP konsentrasi 3 ppm, yaitu perlakuan A (2,7±0,23), kemudian
diikuti perlakuan B (2,3±0,20). Rerata terendah didapat pada perlakuan C (1,1±0,95) tanpa perendaman ZPT.
Berdasarkan hasil anova dan uji BNT, perendaman dalam ZPT terhadap SGR tidak berbeda dengan hasil
anova dan BNT terhadap rerata bobot plantlet rumput laut. Hasil uji BNT diketahui bahwa perendaman BAP
3 ppm tidak berbeda nyata dengan perendaman air kelapa 0,3 ppm, namun kedua perlakuan berbeda sangat
nyata dengan kontrol.
Perlakuan A dan B berpengaruh terhadap pertumbuhan subkultur plantlet rumput laut, meskipun memiliki
pertumbuhan yang berbeda-beda. Perlakuan perendaman BAP menunjukkan pertumbuhan paling tinggi,
diikuti perendaman air kelapa dan pertumbuhan terendah pada perlakuan kontrol. Perendaman ZPT terbukti
efektif meningkatkan pertumbuhan plantlet rumput laut. Selaras dengan pendapat Hendaryono & Wijayani
(1994) bahwa hormon sitokinin juga dapat berpengaruh pada pertumbuhan panjang thalus karena sitokinin
dapat memacu pembelahan sel sehingga ukuran panjang menjadi bertambah. Ini disebabkan karena sitokinin
berperan aktif untuk mendorong pembelahan. Hormon ini juga mempengaruhi asam nukleat sehingga
langsung mempengaruhi sintesis protein dan mengatur aktivitasenzim. Mok et al. (2000) melaporkan
bahwa 6-benzyl aminopurine dan 6-benzyladenine (BAP) adalah sitokinin tipe adenin yang meningkatkan
pembelahan sel dan pembesaran sel pada kultur tanaman. ditambahkanleh George & Sherrington (1984)
6-benzilaminopurine (BAP) merupakan salah satu sitokinin sintetik yang aktif dan daya merangsangnya lebih
lama karena tidak mudah dirombak oleh enzim dalam tanaman.
Perendaman air kelapa dengan konsentrasi 0,3 ppm cukup efektif berpengaruh pada laju pertumbuhan
spesifik subkultur plantlet rumput laut. Pada air kelapa selain mengandung bahan makanan seperti asam
amino, asam organik, gula dan vitamin juga terkandung sejumlah hormon tumbuh yang dapat memacu
proses perkecambahan dan pertumbuhan tanaman.sesuai pendapat Tuhuteru et al. (2012), bahwa didalam
air kelapa terdapat zat hara, hormon, dan vitamin yang dapat merangsang pertumbuhan plantlet. Selain
itu, senyawa nitrogen (N) yang terkandung dalam media berperan dalam sintesis asam-asam amino dan
protein secara optimal yang selanjutnya digunakan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
dipertegas oleh Widiastoety & Purbadi (2003) bahwa unsur hara makro dalam air kelapa seperti kalium juga
membantu dalam pemanjangan sel tanaman secara in vitro. Selain itu vitamin C yang terdapat di dalam air
kelapa dapat membantu merangsang pertumbuhan batang tanaman. Pemanjangan batang terjadi karena
adanya proses pembelahan sel, pemanjangan sel dan pembesaran sel-sel baru yang terjadi pada meristem
ujung batang yang mengakibatkan tanaman bertambah tinggi. Diterangkan oleh Surachman (2011) Air kelapa
juga mengandung vitamin yang dapat dijadikan subtitusi vitamin sintetik dalam media tumbuh tanaman
seperti vitamin C 8,9 mg/l, vitamin B5 0,60 mg/l, inositol 2,30 mg/l, thiamin 0,02 mg/l dan pridoksin 0,03 mg/l.
Selain kandungan ZPT dan vitamin air kelapa juga mengandung unsur hara makro dan mikro seperti N 43,00
mg/l; P 13,17 mg/l; K 14,11 mg/l; Mg 9,11 mg/l; Fe 0,2 mg/l; Ca 24,67 mg/l dan Zn 1,05 mg/l.
Jumlah tunas baru plantlet
Hasil data rerata jumlah tunas baru subkultur plantlet rumput laut selama penelitian dapat dilihat pada grafik
yang tersaji pada Gambar 4.

Semnaskan-UGM XVI | Budidaya Perikanan | BB-02 | Andriyani et al. 45


Seminar Nasional Tahunan XVI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2019

Jumlah Tunas Baru Planlet


4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5 A (BAP)
B (Air Klp)
1
C (Kontrol)
0,5
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu ke-
Gambar 4 Hasil penghitungan jumlah tunas baru plantlet rumput laut K. alvarezii pada masing-masing
perlakuan selama delapan minggu

Pada perlakuan perendaman BAP, air kelapa serta kontrol tanpa perendaman ZPT memberikan
kecenderungan jumlah tunas baru plantlet. Semua perlakuan berpengaruh pada jumlah tunas subkultur
plantlet rumput laut, meskipun secara statistik belum menunjukkan hasil yang berbeda nyata. Perlakuan
perendaman plantlet dengan BAP atau air kelapa yang dipemelihara dalam media PES menunjukkan jumlah
tunas baru plantlet yang rendah di 5 minggu awal penelitian. Hal ini diduga karena pada awal penelitian
plantet masih dalam proses adaptasi sehingga respon penyerapan sitokinin lambat, namun setelah minggu
ke-5 pertumbuhan tunas meningkat pada seluruh plantlet perlakuan.
Berdasarkan grafik pada Gambar 4. Terlihat bahwa nilai rerata jumlah tunas plantlet rumput laut yang
tertinggi diperoleh dengan perendaman BAP, yaitu perlakuan A (16 tunas baru), kemudian diikuti perlakuan
B perendaman air kelapa (12 tunas baru) dan perlakuan C atau perlakuan kontrol (9 tunas baru). Perbedaan
peningkatan jumlah tunas plantlet pada masing-masing perlakuan dipengaruhi kandungan ZPT yang ada
di dalamnya. Sehingga mempengaruhi cepat atau lambatnya sel membelah. Menurut Santoso & Nursandi
(2004), variasi data bisa terjadi dikarenakan masing-masing eksplan memiliki kepekaan sel yang berbeda-
beda terhadap rangsang yang diberikan, seperti rangsang hormon eksogen yang diberikan. Hal ini
sesuai dengan penelitian Hendaryono & Wijayani (1994) bahwa kombinasi sitokinin aktif berperan dalam
penggandaan tunas dan tinggi tunas sampai jangka waktu akhir pengamatan, meskipun jumlah dan tinggi
tunas yang terbentuk pada awal pengamatan masih rendah. Menurut Lestari (2011), konsentrasi zat pengatur
tumbuh auksin atau sitokinin untuk pertumbuhan tunas pada setiap tanaman tidak selalu sama. Jenis dan
konsentrasi zat pengatur tumbuh untuk memacu pertumbuhan tunas tergantung beberapa faktor, antara lain
jenis tanaman, jaringan atau organ yang digunakan, keadaan fisiologi eksplan, serta kandungan sitokinin
dan auksin endogen di dalam jaringan. Menurut Anisa (2018), pemberian hormon atau zat pengatur tumbuh
(ZPT) sitokinin berpengaruh terhadap pertumbuhan tunas dan dapat menyebabkan tunas tumbuh lebih
cepat. Hormon sitokinin berperan penting dalam merangsang proses pembelahan sel tumbuhan sehingga
mempercepat pertumbuhan tunas. Menurut George & Sherrington (1984), BAP merupakan salah satu zat
pengatur tumbuh yang banyak digunakan untuk memacu pembentukan tunas dengan daya aktivitas yang
kuat, mendorong proses pembelahan sel. Gamborg & Phllips (1995) menambahkan, pembentukan tunas
tidak terlepas dari pengaruh dari zat pengatur tumbuh sitokinin yang terdapat dalam air kelapa antara lain
9,8-D ribofuronasil zeatin, zeatin, N-N-Diphenyl urea, 2 (3-methyl butan-2 enylamino)-purin.
Pada perlakuan kontrol menunjukkan peningkatan rerata jumlah tunas plantlet selama penelitian, ini
membuktikan bahwa media PES (Provasoli’s Enrich Seawater) tanpa perlakuan perendaman BAP dan
air kelapa cukup baik dalam menumbuhkan tunas baru selama subkultur plantlet rumput laut meski tanpa
adanya paparan hormon eksogen. Hal ini disebabkan karena pada media PES terkandung unsur-unsur
hara, baik makro maupun mikro yang merupakan unsur penting dalam pertumbuhan tanaman secara in vitro,
sehingga perlakuan yang tidak direndam hormon eksogen dari BAP maupun air kelapa masih menumbuhkan
tunas baru karena dibantu oleh hormon endogen pada plantlet rumput laut. Di sisi lain perlakuan kontrol
membuktikan bahwa media PES sebagai media tumbuh plantlet telah sesuai digunakan dalam subkultur
plantlet rumput laut. Sesuai pendapat George & Sherrington (1984) bahwa sitokinin alami yang terkandung
di dalam tubuh eksplan dapat merangsang eksplan untuk membentuk tunas. Ditambahkan oleh Gunawan
(2007) bahwa pertumbuhan dan morfogenesis tanaman secara in vitro dikendalikan oleh keseimbangan dan
interaksi antara zat pengatur tumbuh baik yang terkandung dalam eksplan itu sendiri (endogen) maupun
yang diserap dari media (eksogen). Menurut Tuhuteru et al. (2012), pertumbuhan dan morfogenesis tanaman
secara in vitro dikendalikan oleh keseimbangan dan interaksi dari zat pengatur tumbuh (ZPT) yang berada
dalam eksplan dan akan menentukan arah dari pengembangan kultur seperti pertumbuhan tunas. ZPT pada
eksplan tergantung dari ZPT endogen di dalamnya dan eksogen, yang diserap dari media tumbuh dalam
menumbuhkan tunas pada eksplan.

Semnaskan-UGM XVI | Budidaya Perikanan | BB-02 | Andriyani et al. 46


Seminar Nasional Tahunan XVI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2019

Pertumbuhan adalah peningkatan permanen ukuran organisme atau bagiannya yang merupakan hasil dari
peningkatan jumlah dan ukuran sel. Selain pertumbuhan, tanaman juga mengalami perkembangan dalam
siklus hidupnya. Perkembangan sendiri merupakan koordinasi pertumbuhan dan diferensiasi dari suatu
sel tunggal menjadi jaringan, organ, dan organisme seutuhnya. Pada teknik kultur jaringan, pertumbuhan
dan perkembangan sel ditandai dengan perubahan eksplan menjadi suatu massa parenkimatis yang terus-
menerus tumbuh hingga akhirnya membentuk organ-organ dan individu tanaman baru (McKendrick, 2000).
Dari penelitian ini dapat disimpulkan sementara bahwa perendaman ZPT pada BAP 3 ppm dan air kelapa 0,3
ppm merupakan konsentrasi optimun dalam meningkatkan rerata bobot dan jumlah tunas, serta persentase
laju pertumbuhan plantlet rumput laut. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Maryono et al. (2013) menunjukkan
bahwa peningkatan konsentrasi BAP menjadi 3 ppm pada plantlet Dendrobium jayakarta memberikan hasil
terbaik untuk tinggi plantlet, jumlah daun dan jumlah tunas. Hasil penelitian Matatula (2003) penambahan air
kelapa dalam media tanam dengan kadar yang rendah justru akan membantu proses pertumbuhan vegetatif
tanaman karena kandungan N serta hormon lain yang dibutuhkan oleh tanaman tercukupi. Dipertegas oleh
George & Sherrington (1984) Penggunaan zat pengatur tumbuh dalam kultur in vitro pada batas-batas
tertentu mampu merangsang pertumbuhan, namun dapat bersifat sebagai penghambat apabila digunakan
melebihi konsentrasi optimum. Air kelapa mengandung sitokinin, zeatin dan auksin serta vitamin dan mineral
yang dapat meningkatkan multiplikasi tanaman in vitro. Auksin yang terkandung di dalam air kelapa dapat
merangsang pertumbuhan tunas apabila sesuai dengan konsentrasi optimumnya.
Kualitas air
Pertumbuhan rumput laut dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dalam yang meliputi ketersediaan unsur
hara (makro dan mikro), suhu, pH dan salinitas dalam media, sedangkan faktor luar yang penting yaitu
cahaya untukmendukung proses fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Isnansetyo & Kurniastuti
(1995) bahwa pertumbuhan alga erat kaitannya dengan ketersediaan unsur hara serta kondisi lingkungan
perairan yang meliputi cahaya, suhu dan pH air serta salinitas atau kadar garam perairan. Hasil pengukuran
kualitas air selama penelitian menunjukkan nilai kualitas air yang layak untuk pertumbuhan plantlet rumput
laut K. alvarezii. Data hasil pengukuran kualitas air di sajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1 Hasil pengukuran beberapa parameter kualitas air selama penelitian, dibandingkan dengan
kebutuhan optimalnya
No Parameter Nilai Kualitas Air Kisaran Yang Layak Referensi
1 Suhu (°C) 23-25 27 – 29 Mubarak & Wahyuni, 1981
2 Salinitas (ppt) 30-31 30 – 37 Aslan, 1998
3 pH 8,18-8,33 7,3 – 8,2 Indriani & Suminarsih, 2003
4 Nitrat (NO3) 0,15-1,66 0,9 – 3,5 Atmadja et al., 1996
5 Fosfat (PO4) 0,85-2,31 0,9 – 1,8 Andarias, 1997

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Perendaman dalam ZPT jenis BAP konsentrasi 3 ppm dan air kelapa konsentrasi 0,3 ppm memberikan
pengaruh berbeda nyata terhadap rerata bobot dan persentase laju pertumbuhan harian plantlet, namun
masing-masing perlakuan belum menunjukkan pengaruh berbeda terhadap jumlah tunas baru plantlet rumput
laut K. alvarezii yang dikultur skala laboratorium.
Saran
1. Melakukan aplikasi ZPT pada plantlet dengan penggunaan konsentrasi zat aktif BAP ekuivalen dengan zat
aktif yang dikandung dalam air kelapa.
2. Memperpanjang masa pemeliharan selama aplikasi perlakuan ZPT pada plantlet rumput laut.

Daftar Pustaka
Andarias, I. 1997. Pengaruh Takaran Urea dan TSP Terhadap Produksi Bobot Kering Klekap. Buletin Ilmu
Perikanan dan Peternakan.

Anisa, T. 2018. Pengaruh lama perendaman biji dan konsentrasi BAP terhadap perkecambahan biji jeruk manis
Berastagi local (Citrus nobilis) Brastepu secara in vitro. Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh:
Aceh Utara.

Armini, G.A. Wattiimena & L.W.Gunawan. 1991. Perbanyakan tanaman: Bogor. 307 p.

Aslan, L.M. 1998. Budidaya Rumput Laut. Kasinus,Yogyakarta.

Semnaskan-UGM XVI | Budidaya Perikanan | BB-02 | Andriyani et al. 47


Seminar Nasional Tahunan XVI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2019

Astutik. 2002. Pengaruh konsentrasi BA dalam media MS (Murashige and Skoog) terhadap pertumbuhan
meristem beberapa varietas nanas (Ananas comusus L). Jurnal Buana Sains, 2(2): 212-217.

Atmadja, W.S., A. Kadi, Sulistijo & R. Satari. 1996. Pengenalan Jenis Algae Merah (Rhodophyta). In:
Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Puslitbang Oseanologi LIPI, Jakarta.

Davies, J.P. 1995. Plant hormone: their nature, occurrence and function. Kluwer Academic Publisher: Boston.

Gamborg, O.L. & G.C. Phillips. 1995. Media Preparation and Handling. Springer-Verlag. Berlin. 21-33 pp.

George, E. F. & P. D. Sherrington. 1984. Plant Propagation by Tissue Culture. Exegetics Limited. England.

Gunawan, H. 2007. Mikropropagasi Tunas Stroberi dengan Pemberian NAA dan BAP pada Media MS. Skripsi.
Program Studi Pemuliaan Tanaman. Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatera Utara. Medan. 95 p.

Harjadi, S.S. 2009. Zat Pengatur Tumbuh. Pengenalan dan Petunjuk Penggunaan pada Tanaman. Bogor.
Kompas. 76 p.

Hendaryono, D.P.S. & A. Wijayani. 1994. Kultur Jaringan (Pengenalan dan Petunjuk Perbanyakan Tanaman
Secara Vegetatif Media). Kanisius: Yogyakarta.

Indriani, H. & Suminarsih. 2003. Rumput Laut, Budidaya Pengolahan dan Pemasaran. Seri Agribisnis. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Isnansetyo, A. & Kurniastuti. 1995. Teknik Kultur Fitoplankton dan Zooplankton, Pakan Alami untuk Pembenihan
Organisme Laut. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Lestari, E.G. 2011. Peranan zat pengatur tumbuh dalam perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan. Jurnal
AgroBiogen, 7(1): 63-68.

Maryono, M. Yuniawati & L. Harsanti. 2013. Pertumbuhan Planlet Galur Mutan Dendrobium jayakarta pada
Media VW (Vacin dan Went) dengan Penambahan BAP (Benzyl Amino Purine). Prosiding Seminar
Nasional Sains dan teknologi Nuklir PTNBR-BATAN Bandung.

Matatula, A.J. 2003. Substitusi media MS dengan air kelapa dan Gandasil-D pada kultur jaringan krisan. J.
Eugenia, 9(4): 203-211.

McKendrick, S. 2000. In vitro germination of orchids: a manual. Copyright Ceiba Foundation for Tropical
Conservation.

Mok, M.C., R.C. Martin & D.W.S. Mok, 2000. Cytokinins: biosynthesis metabolism and perception. In Vitro Cell
Dev. Biol. Plant., 36: 102-107. DOI: 10.1007/s11627-000-0021-7.

Mubarak, H. & I.S. Wahyuni. 1981. Percobaan budidaya rumput laut Eucheuma spinosum di perairan Lorok
Pacitan dan kemungkinan pengembangannya. Bul. Panel. Perikanan, 1(2): 157-166.

Muklis, Zakirah R.Y & Rusaini. 2016. Pertumbuhan Eksplan Rumput Laut Kappaphycus alvarezii pada Lama
Perendaman Berbeda dalam Larutan Pupuk Urea dan TSp. Prosiding Simposium Nasional Kelautan
dan Perikanan. Universitas Hasanudin. Makassar.

Pranata, M.G, A. Yunus & B. Pujiasmanto. 2015. Pengaruh konsentrasi NAA dan air kelapa terhadap multiplikasi
temulawak (Curcuma xanthorrizha Roxb.) secara in vitro. UNS: Journal of Sustainable Agriculture,
30(2): 62-68. DOI: 10.20961/carakatani.v30i2.11890.

Pratama, J. 2018 Modifikasi Media MS dengan Penambahan Air Kelapa untuk Subkultur I Anggrek Cymbidium
Jurnal Agrium, 15(2), September 2018. 91-109 pp.

Reddy, C.R.K., B. Jha & Y. Fujita. 2008. Seaweed micropropagation techniques and their potentials: An
Overview. J. appl. Phycol., 20(5): 609-617. DOI: 10.1007/s10811-007-9205-4.

Rusman, U. Komarudin & Supriadi. 2014. Aklimatisasi Bibit Rumput Laut Kotoni (Kappaphycus alvarezii) Hasil
Kultur Jaringan di Perairan Teluk Gerupuk Kabupaten Lombok Tengah. Balai Perikanan Budidaya Laut
Lombok.

Semnaskan-UGM XVI | Budidaya Perikanan | BB-02 | Andriyani et al. 48


Seminar Nasional Tahunan XVI Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Tahun 2019

Santoso, U. & F. Nursandi. 2004. Kultur Jaringan Tanaman. Universitas Muhammadiyah Malang: Malang.

Sastrosupadi, A. 2000. Rancangan Percobaan Praktis Bidang Pertanian. Buku. Kanisius. Malang. 267 p.

Satriani, G.I., A. Maidie, S. Handayani, & E. Suryati. 2012. Kultur Jaringan Rumput Laut (Gracilaria verrucosa)
di Media Berbeda Terhadap Kelangsungan Hidup Eksplan. FPIK Universitas Borneo Tarakan.

Setiawati, T., S. Sanoesi & S. Muliati. 2010. Pupuk daun dan air kelapa sebagai medium alternatif untuk
induksi tunas anggrek dendrobium whom leng in vitro. Jurnal Biotika, 8(1):4-54.

Surachman, D. 2011. Teknik pemanfaatan air kelapa untuk perbanyakan nilam secara in vitro. Buletin Teknik
Pertanian, 16(1):31-33.

Tuhuteru, S., M. L. Hehanussa & S.H.T. Raharjo. 2012. Pertumbuhan dan perkembangan anggrek Dendrobium
anosmum pada media kultur in vitro dengan beberapa konsentrasi air kelapa. Agrologia, 1(1):1-12.
DOI: 10.30598/a.v1i1.293.

Wattimena, G.A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Laboratorium Kultur Jaringan. Tanaman PAU
Bioteknologi IPB. Bogor. 145 p.

Widiastoety, D. & Purbadi. 2003. Pengaruh bubur ubi kayu dan ubi jalar terhadap pertumbuhan plantlet anggrek
dendrobium. Jurnal Hortikultural, 13(1):1-6. DOI: 10.21082/jhort.v13n1.2003.p1-6.

Yunita, R. 2011. Pengaruh Pemberian Urine Sapi, Air Kelapa, dan Rootone-F terhadap Pertumbuhan Setek
Tanaman Markisa (Passiflora edulis var. flavicarpa). Fakultas Pertanian Universitas Andalas: Padang.

Tanya Jawab

Pertanyaan
Bagaimana proses perendaman ZPT?

Jawaban
Perendaman diganti setiap satu minggu sekali. Pemberian air kelapa muda sebanyak 22%, yang bagus
0,3 ppm. Penggunaan 3 ppm BAP harus ada penelitian lanjutan.

Semnaskan-UGM XVI | Budidaya Perikanan | BB-02 | Andriyani et al. 49

Anda mungkin juga menyukai