Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No.

2 : 43-49

PENGARUH PADAT TEBAR YANG BERBEDA TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN


PERTUMBUHAN BANGGAI CARDINAL FISH (BCF) (Pteropogon kaurdeni) DALAM WADAH
TERKONTROL

THE EFFECT OF DIFFERENT STOCKING DENSITY ON SURVIVAL AND GROWTH OF


CARDINAL FISH (BCF) (Pteropogon kaurdeni) IN CONTROLLED TANK

Ari Andayani 1), Baiq Hilda Astriana1), Nurliah 1*)


1)
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian, Universitas Mataram
Jl. Pendidikan No, 37 Mataram, NTB

Abstrak
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh padat tebar yang berbeda terhadap kelangsungan
hidup dan pertumbuhan Banggai Cardinal Fish (BCF) (Pteropogon kaurdeni) pada wadah terkontrol.
Penelitian menggunakan metode ekperimental dengan rancangan acak lengkap yang terdiri dari tiga
perlakuan kepadatan yaitu perlakuan A 0,833 ekor/l, perlakuan B 1,667 ekor/l, dan perlakuan C 2,5
ekor/l dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak empat kali ulangan. Hasil penelitian
meunujukkan bahwa padat tebar yang berbeda berpengaruh signifikan pada tingkat kelangsungan
hidup dan laju pertumbuhhan harian ikan BCF, akan tetapi tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan
panjang mutlak dan berat mutlak ikan BCF. Tingkat kelangsungan hidup ikan BCF yang lebih baik
terdapat pada perlakuan A dan B dengan kepadatan 0,833 ekor/l dan 1,667 ekor/l sebesar 80% dan
78%, senentara itu laju pertumbuhan berat harian tertinggi ikan BCF terdapat pada perlakuan B
dengan kepadatan 1,667 ekor/l sebesar 0,689%.

Kata kunci : Kelangsungan hidup, pertumbuhan, Pteropogon kaurdeni

Abstract
Research objective was to determine the effect of different stocking densities on survival and growth
of Banggai Cardinal Fish (BCF) (Pteropogon kaurdeni) in controlled containers. The study used an
experimental method with a completely randomized design consisting of three treatment densities
namely treatment A 0.833 ind / l, treatment B 1.667 ind / l, and treatment C 2.5 ind / l. Each treatment
was repeated four times. The result shows that the different stocking densities effect significantly to
the survival rate and daily growth rate of BCF, but do not effect significantly to the growth and length
gain of BCF. The survival rate of BCF in treatment A gives the highest result (80%) and be followed
by treatment B (78%) and treatment C (54%). In addition, the highest daily growth rate of BCF is
found in treatment B (0,689%) and this is followed by treatment C (0,614%) and A (0,608% ). .

Keywords : Survival, Growth, Pteropogon kaurdeni

Pendahuluan Secara ekologis, ikan BCF dapat


berfungsi sebagai parameter degradasi
Ikan Banggai Cardinal Fish (BCF) P. mikrohabitatnya seperti terumbu karang dan
kaurdeni masuk dalam kategori red list dan bulu babi. Secara ekonomi, ikan BCF juga
dikategorikan sebagai spesies yang terancam dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan
punah oleh IUCN (Vagelli, 2008). Selain itu, pendapatan masyarakat. Keberadaan ikan BCF
beberapa pihak mencoba untuk memasukkan di alam menarik minat wisatawan domestik
BCF ke dalam daftar Appendix II The maupun mancanegara. Selain itu, harga ikan
Convention on International Trade of BCF cukup baik di tingkat nelayan yaitu
Endangered Spesies of Fauna and Flora berkisar Rp1.500/ekor - Rp5.000/ekor
(CITES) sehingga perdagangan ikan BCF sedangkan harga ekspor bisa mencapai
hanya boleh dilakukan dari hasil budidaya US$2,5/ekor - US$22/ekor (Ndobe, et al,
(Ndobe, 2011). 2013 ).

email korespondensi : 43
nurliah.buhari@unram.ac.id
Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No. 2 : 43-49

Berdasarkan kondisi tersebut maka sudah Metode Penelitian


seharusnya dilakukan upaya pelestarian. Salah
satu solusi atau upaya yang dapat dilakukan Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan
dalam memenuhi permintaan pasar yaitu April hinggai Mei 2018, bertempat di Balai
melalui kegiatan budidaya. Upaya kegiatan Perikanan Budidaya Laut Lombok Sekotong.
budidaya BCF telah dilakukan dan telah Kabupaten Lombok Barat, Provinsi NTB.
berhasil dipijahkan, antara lain di Balai Penelitian menggunakan Rancangan Acak
Budidaya Laut (BBL) Ambon, Balai Besar Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan kepadatan
Riset Perikanan Budidaya Laut (BBRPBL) yaitu perlakuan A (0,833 ekor/l), perlakuan B
Gondol Bali dan Balai Perikanan Budidaya (1,667 ekor/l), dan C (2,5 ekor/l). dan 4
Laut (BPBL) Sekotong, Lombok Barat, Nusa ulangan. Sebanyak 12 akuarium yang
Tenggara Barat. Pemeliharaan dilakukan pada berukuran 40x30x50cm diisi air laut sebanyak
keramba jaring apung (KJA) dengan diberi 24 L. Air laut yang digunakan diperoleh dari
bulu babi (Diadema sitosum) sebagai tempat perairan wilayah Sekotong, Lombok Barat.
berlindung. Akan tetapi, kegiataan budidaya Sebelum dimasukkan ke akuarium, air laut
BCF pada KJA memiliki kendala seperti disaring menggunakan filter berupa karbon
sulitnya akses untuk memberi pakan karena aktif, spons, dan pasir agar kualitas air laut
terkadang adanya ombak atau gelombang serta yang digunakan tetap terjaga. Masing-masing
cuaca di laut yang tak menentu. Dan untuk akuarium diberikan aerasi menggunakan
mempermudahnya dapat dilakukan dengan aerator yang berupa selang dan batu aerasi
budidaya pada wadah terkontrol di akuarium untuk mensuplasi oksigen di dalam wadah
agar memudahkan pembudidaya atau teknisi pemeliharaan. Pergantian air dilakukan setiap
dalam memelihara ikan BCF. dua hari sekali yaitu pada pukul 08.00 wita
Dalam kegiatan pemeliharaan ikan BCF sebanyak 30% atau penambahan air baru per
secara terkontrol juga perlu diketahui jumlah dua hari sekali setiap unit percobaan.
padat tebar yang baik dan tepat untuk memicu Ikan BCF yang digunakan yaitu ikan yang
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan didapatkan dari hasil budidaya BBPBL
BCF. Menurut Diatin, et al. (2014), kepadatan Sekotong, Lombok Barat berukuran 2,5 cm –
merupakan faktor terpenting dalam budidaya 3,5 cm. Setiap unit akuarium dimasukkan ikan
ikan terutama pada budidaya intensif yang BCF sesuai dengan perlakuan yang diuji.
menghasilkan produksi ikan tinggi. Sebelum dimasukkan ke aquarium, ikan BCF
Salah satu upaya yang potensial adalah diaklimatisasi dengan cara memasukkan ikan
pengembangan budidaya Pterapogon kauderni ke dalam baskom dan dibiarkan baskom
in-situ, yaitu pada lingkungan alami atau tersebut melayang di permukaan wadah
habitat aslinya. Menurut Sugama (2008), akuarium pemeliharaan ikan BCF yang baru.
usaha yang dapat dilakukan untuk Pengukuran berat dan panjang ikan BCF
menghindari kepunahan populasi di alam dan dilakukan pada hari ke-1, ke-10, ke-20 dan ke-
sediaan untuk penggemar akuarium adalah 30. Berat diukur dengan timbangan analitik
dengan cara membenihkan secara terkontrol. dengan ketelitian 0,01 gr. Pengukuran panjang
Di Indonesia belum pernah dilaporkan Ikan BCF dilakukan dengan menggunakan
keberhasilan membenihkan ikan BCF secara penggaris yang sudah dimodifikasi untuk
terkontrol, laporan yang ada umumnya berfungsi seperti jangka sorong. Pengukuran
menginformasikan sumber daya ikan BCF di berat dan panjang dilakukan dengan cara
Kepulauan Banggai dan perbaikan teknik pengambilan sampel ikan BCF sebanyak 10
penangkapannya di alam agar tidak merusak ikan BCF .
lingkungan karang. Selama masa pemeliharaan, ikan BCF
Berdasarkan uraian tersebut di atas, perlu diberikan pakan berupa ikan rucah. Pemberian
adanya dilakukan penelitian untuk mengetahui pakan dilakukan secara perhitungan 5% dari
pengaruh padat tebar yang berbeda terhadap berat tubuh ikan BCF. Pakan diberikan pada
kelangsungan hidup dan pertumbuhan BCF pukul 08:00 WITA dan 16:00 WITA. Sebelum
(P. kaurdeni) pada wadah terkontrol. pakan diberikan kepada ikan, pakan harus
Selanjutnya, dilakukan penelitian pengaruh dibersihkan terlebih dahulu dan diambil
padat tebar yang berbeda terhadap dagingnya saja untuk dihaluskan
kelangsungan hidup dan pertumbuhan BCF mengggunakan blender. Kemudian pakan
(P. kaurdeni) pada wadah terkontrol. diberikan secara merata dengan cara di larutan

44
Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No. 2 : 43-49

menggunakan air terlebih dahulu. Perhitungan penelitian dianalisis menggunakan analisis


jumlah pemberian pakan dilakukan dengan sidik ragam (ANOVA) pada taraf nyata 5%.
cara penimbangan bobot ikan BCF setiap 10 Apabila hasil penelitian menunjukan
hari sekali dan hasilnya dikalikan 5%, perbedaan signifikan maka dilanjutkan dengan
dinyatakan menurut Safrudin (2003) dengan analisis beda nyata jujur (BNJ) pada taraf yang
rumus TPP = 5% x Jumlah bobot ikan (TPP : sama.
Jumlah pemberian pakan) Hasil
Pengukuran kualitas air dilakukan setiap
tujuh hari sekali yang dilakukan pada pagi hari Panjang Mutlak Ikan BCF
sebelum ikan diberikan pakan. Kualitas air Penelitian padat tebar yang berbeda pada
yang diukur yaitu DO, pH, salinitas, dan suhu. Ikan BCF menunjukkan hasil yang tidak
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu signifikan (p>0,05) terhadap panjang mutlak.
menggunakan alat Thermometer, pH diukur Akan tetapi, Gambar 1. memperlihatkan
dengan alat pH meter, DO diukur dengan alat bahwa perlakuan B dengan jumlah padat tebar
DO meter, sedangkan pengukur salinitas 1,667 ekor/l sebesar 0,737 cm ikan BCF
dilakukan menggunakan alat ukur cenderung lebih tinggi pertumbuhan panjang
Refraktometer. Pengukuran dilakukan dengan mutlaknya kemudian disusul oleh perlakuan C
cara pengambilan sampel media pemeliharaan dan perlakuan A yang mengalami peningkatan
pada setiap akuarium menggunakan botol film. panjang mutlak pada ikan BCF yang
Pengamatan kualiatas air akuarium di dipelihara.
setiap unit penelitian dilakukan setiap tujuh
hari sekali. Parameter yang diamati yaitu
salinitas menggunakan refraktometer, DO
menggunakan DO meter, pH menggunakan
pH meter, dan suhu menggunakan
thermometer. Setiap dilakukan pengamatan
hasilnya dicatat hingga pengamatan di akhir
penelitian agar diketahui kisaran dari media
pemeliharaan BCF.

Analisis Data
Menurut Effendi (2002), perhitungan Gambar 1. Pertumbuhan panjang mutlak ikan
petumbuhan berat mutlak Banggai Cardinal BCF yang diberikan perlakuan A
Fish dirumuskan W = Wt-Wo (W= dengan kepadatan 0,833 ekor/l,
pertambahan berat (gr); Wt= berat akhir; Wo= perlakuan B dengan kepadatan
berat awal). Pertumbuhan panjang mutlak 1,667 ekor/l, dan perlakuan C
dihitung dengan rumus Pm= Lt – L0 (Pm= dengan kepadatan 2,5 ekor/l.
panjang mutlak (cm); Lt= panjang rata-rata
akhir (cm); L0= panjang rata-rata awal. Berat Mutlak Ikan BCF
Nilai laju pertumbuhan bobot harian Ikan BCF yang diberikan perlakuan pada
dihitung dengan rumus (Jaya et al., 2015), tebar berbeda menunjukkan hasil yang tidak
sebagai berikut LPH= Lt-L0/hx100% (LPH = signifkan (p>0,05) terhadap berat mutlak.
Laju pertumbuhan bobot harian (%/hari) ; Lt = Namun, pertumbuhan berat cenderung lebih
Panjang rata-rata pada akhir pemeliharaan tinggi pada perlakuan B dengan padat tebar
(cm); L0 = Panjang rata-rata pada awal 1,667 ekor/l sebesar 0,325 g kemudian disusul
pemeliharaan (cm); h = Lama pemeliharaan perlakuan A dan perlakuan C. Hasil
(hari)). Tingkat kelangsungan hidup dapat pertumbuhan berat mutlak dapat dilihat pada
diketahui dengan rumus SR= Nt/N0x100% Gambar. 2.
(SR= tingkat kelangsungan hidup; Nt= jumlah
ikan yang hidup diakhir; N0= jumlah ikan yang Hubungan Antara Panjang dan Berat
hidup diawal). Mutlak Ikan BCF
Untuk mengetahui pengaruh padat tebar Penelitian pengaruh padat tebar yang
yang berbeda terhadap kelangsungan hidup berbeda pada pertumbuhan ikan BCF dapat
dan pertumbuhan Banggai Cardinal Fish, data diketahui, adanya hubungan antara panjang
pertumbuhan yang diperoleh dari hasil mutlak dan berat mutlak sari ikan BCF.

45
Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No. 2 : 43-49

Hubungan antara keduanya dapat dilihat pada


Tabel 1, adanya nilai persamaan yang berbeda
pada setiap perlakuan. Namun, setiap
perlakuan memiliki nilai b<3, yang dapat
dikatakan bahwa hubungan panjang berat
bersifat allometrik negatif.

Gambar 3. Laju pertumbuhan berat harian


(LPH) ikan BCF yang diberikan
perlakuan A dengan kepadatan
0,833 ekor/l, perlakuan B dengan
kepadatan 1,667 ekor/l, dan
perlakuan C dengan kepadatan 2,5
ekor/l.
Gambar 2. Pertumbuhan berat mutlak ikan
BCF yang diberikan perlakuan A Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Ikan
dengan kepadatan 0,833 ekor/l, BCF
perlakuan B dengan kepadatan Berdasarkan jumlah individu yang hidup
1,667 ekor/l, dan perlakuan C selama masa pemeliharaan, tingkat
dengan kepadatan 2,5 ekor/l. kelangsungan hidup (SR) pada ikan BCF
menunjukkan hasil yang signifikan
Tabel 1. Hubungan panjang dan berat ikan BCF dengan nilai (p<0,05). Diketahui, bahwa adanya
a adalah intercept dan nilai b adalah konstanta pengaruh SR terhadap perlakuan
Kepadatan padat tebar yang diberikan. Tingkat
Parameter
0,833 ekor/l 1,677 ekor/l 2,5 ekor/l kelangsungan hidup ikan BCF paling
Panjang 0.617±0.0 0.737.±0.1 0.677±0.0 tinggi pada perlakuan A dengan
Mutlak (cm) ns padat tebar 0,833 ekor/l yaitu sebesar
Bobot 0.262±0.1 0.325±0.0 0.195±0.0 80%, selanjutnya perlakuan B
Mutlak (g) ns dengan padat tebar 1,667 ekor/l yaitu
LPH (%) 0.608±0.0a 0.689±0.0 b 0.614±0.0 a sebesar 78.125% dan terendah pada
SR (%) 80.0±14.7 b
78.1±3.7 ab
54.5±14.0 a perlakuan C dengan padat tebar 2,5
ekor/l yaitu sebesar 54.583%. Grafik
tingkat kelangsungan hidup (SR)
dapat dilihat pada Gambar 4.
Laju Pertumbuhan Berat Harian Ikan BCF
Laju pertumbuhan berat harian (LPH)
pada ikan BCF selama masa penelitian
menunjukkan adanya perbedaan yang nyata
(p<0,05). Hasil uji lanjut menggunakan Tukey
(HSD) memeperlihatkan bahwa, pada
perlakuan B dengan padat tebar 1,667 ekor/l
menunjukkan adanya peningkatan LPH yang
sangat tinggi yaitu sebesar 0,689%.
Selanjutnya disusul oleh perlakuan C dengan
padat tebar 2,5 ekor/l yaitu sebesar 0,614%
dan peningkatan terendah pada perlakuan A
Gambar 4. Tingkat kelangsungan hidup (SR)
dengan padat tebar 0,833 ekor/l yaitu sebesar
ikan BCF yang diberikan perlakuan
0,608%. Hasil tersebut dapat dilihat pada
A dengan kepadatan 0,833 ekor/l,
Gambar 3.
perlakuan B dengan kepadatan
1,667 ekor/l, dan perlakuan C
dengan kepadatan 2,5 ekor/l.

46
Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No. 2 : 43-49

Kualitas Air Ikan BCF Pertumbuhan berat mutlak ikan BCF


Pengukuran kualitas air dilakukan setiap memperlihatkan hasil yang tidak berbeda
minggunya selama masa pemeliharaan. nyata (p>0,05). Namun demekian, terlihat
Parameter yang diukur adalah suhu (0C), pada Gambar 2. pertumbuhan ikan BCF pada
Oksigen Terlarut (DO) (mg/l), pH, dan kepadatan 1,667 ekor/l cenderung lebih tinggi
salinitas (ppt). Hasil pengukuran parameter dibandingkan perlakuan lainnya. Pertumbuhan
kualitas air ikan BCF yang dilakukan selama berat mutlak ikan BCF selama masa
pemeliharaan 30 hari diperoleh hasil nilai pemeliharaan 30 hari ini menunjukkan berat
kisaran dapat dilihat pada Tabel 2. mutlak lebih rendah dibandingkan dengan
pertumbuhan berat mutlak ikan nemo yang
Tabel 2. Kualitas air ikan BCF selama masa satu family dengan ikan BCF. Pertumbuhan
pemeliharaan berat mutlak ikan BCF hanya sebesar 0,326
Para- Satuan Hasil Sumber Pustaka gram atau setengah dari berat mutlak ikan
meter nemo. Menurut Arjanggi (2013), ikan nemo
0
Suhu C 28,65±0,86 28-33 0C memiliki pertumbuhan berat mutlak sebesar
(Vagelli, 2005) 0,75 gram/30 hari.
DO Mg/l 5,34±0,22 4,3-5,8, mg/l Berdasarkan hubungan panjang berat,
(Sugama, 2008)
ikan BCF memiliki sifat allometrik negatif.
pH - 8,10±0,17 8,1-8,4 (Carlos,
2014) Hal ini terlihat pada nilai kostanta b lebih kecil
Salini- Ppt 33,50±0,50 32,8-34,1 ppt dari tiga (Tabel 1.) pada setiap perlakuan.
tas (Sugama, 2008) Namun, pada kepadatan 1,667 ekor/l memiliki
nilai konstanta lebih kecil (0,392)
Pembahasan dibandingkan kepadatan yang lainnya. Hal ini
menunjukkan bahwa pertumbuhan panjang
Pertumbuhan Ikan BCF ikan BCF pada kepadatan 1,667 ekor/l
Pertumbuhan merupakan perubahan memiliki kecepatan 0,3 kali lebih cepat
ukuran, baik panjang maupun berat tubuh pertumbuhan panjangnya daripada perlakuan
dalam suatu periode atau waktu tertentu lainnya. Pernyataan ini didukung oleh Sunarto
(Effendi, 2002). Penelitian panjang mutlak et al. (2010), yang menyatakan jika b<3
pada ikan BCF yang diperoleh tidak berbeda menunjukkan kecepatan pertambahan panjang
nyata (p>0,05). Hal ini dapat disimpulkan, lebih cepat dibandingkan pertambahan berat
bahwa kepadataan yang berbeda dalam setiap sedangkan jika b>3 berarti kecepatan
perlakuan yang diberikan tidak menunjukkan pertambahan berat lebih tinggi dibandingkan
adanya perbedaan yang nyata pada pertambahan panjang.
pertumbuhan panjang mutlak dari ikan BCF. Laju pertumbuhan berat harian (LPH)
Namun, pertumbuhan ikan BCF yang menunjukkan adanya hasil yang berbeda nyata
dipelihara selama 30 hari dengan kepadatan (p<0,05) antar perlakuan. Hasil peningkatan
1,667 ekor/l sebesar 0,737 cm memiliki laju pertumbuhan berat harian terlihat pada
panjang mutlak lebih besar dibandingkan Gambar 3. Dengan demikian, laju
dengan pertumbuhan ikan BCF di alam. pertumbuhan berat harian ikan BCF selama
Menurut Saraswati (2014), ikan BCF dapat masa pemeliharaan mengalami peningkatan
mencapai panjang sebesar 0,292 cm - 0,389 setiap harinya. Peningkatan LPH tertinggi
cm dalam kurun waktu 30 hari. pada kepadatan 1,667 ekor/l sebesar 0,689%.
Ikan BCF dapat dikatakan sebagai ikan Hal ini diduga karena ikan BCF telah mampu
yang pertumbuhan panjangnya lambat. beradaptasi dengan lingkungan dan volume air
Menurut Convention On International Trade In pada wadah pemeliharaan, dimana pada
Endangered Species Of Wild Fauna And Flora kepadatan 1,667 ekor/l ikan BCF terlihat aktif
(2017), Pterapogon kaurdeni adalah ikan laut dan mampu memanfaatkan pakan yang
kecil (ukuran maksimum 80 mm (SL)) dengan diberikan dengan baik. Hal ini diperkuat oleh
ciri khas pola kontras hitam dena terang pendapat Sugama (2008) yang menyatakan
dengan bintik-bintik putih. Menurut Nodbe et bahwa, ikan BCF dapat diadaptasikan pada
al. (2013), ikan Banggai Cardinal adalah ikan akuarium dengan kepadatan 2 ekor/l.
kecil dengan panjang standar maksimum
sekitar 6 cm dari family Apogonidae.

47
Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No. 2 : 43-49

Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Ikan dangkal pada kedalaman 0-5 m dengan suhu
BCF 26-28˚C. Menurut Azwa et al. (2016), suhu
Kelangsungan hidup (SR) merupakan berpengaruh langsung pada laju proses
persentase jumlah total ikan yang hidup pada fisiologis ikan yaitu derajat metabolisme dan
akhir pemeliharaan dari jumlah total ikan pada siklus reproduksi, yang selanjutnya
awal pemeliharaan. Gambar 4. berpengaruh terhadap cara makan dan
memperlihatkan bahwa tingkat kelangsungan pertumbuhannya. Selain itu, pengaruh suhu
hidup setiap perlakuan memiiki nilai yang terhadap ikan adalah dalam proses
berbeda. Tingkat kelangsungan hidup metabolisme, seperti pertumbuhan dan
tertinggi terdapat pada kepadatan 0,833 ekor/l pengambilan makanan, aktivitas tubuh seperti,
dan 1,667 ekor/l yaitu sebesar 80% dan 78%, kecepatan renang serta dalam rangsangan
kemudian terendah pada kepadatan 2,5 ekor/l saraf.
sebesar 54,583%. Tingginya tingkat Pengukuran oksigen terlarut pada media
kelangsungan hidup pada kepadatan 0,833 pemeliharaan diperoleh kisaran antara 4,3-5,5
ekor/l disebabkan karena tercukupinya ruang mg/l. Kisaran tersebut masih mampu
gerak dalam wadah pemeliharaannya. Hal ini ditoleransi oleh ikan BCF. Hal ini sesuai
sesuai dengan pendapat Gustriana (2008), dengan pernyataan Gunawan (2011), oksigen
yang mengatakan bahwa tingkat kelangsung terlarut yang mampu ditoleransi ikan BCF
hidup ikan dipengaruhi oleh faktor internal berkisar antara 5,4-6,1 mg/L
dan eksternal. Faktor internal meliputi: Menurut Gunawan et al. (2011), habitat
keturunan, umur, ketahanan terhadap penyakit, alami Banggai Cardinal Fish ditemukan pada
dan kemampuan memanfaatkan makanan, perairan laut dangkal dengan pH 8,2-8,5. Hal
sedangkan faktor eksternal meliputi kualitas ini membuktikan bahwa kisaran pH pada
air dan ruang gerak. akuarium pemeliharaan Banggai Cardinal Fish
Selama 30 hari masa pemeliharaan ikan masih dalam kisaran yang optimum yaitu 7,7-
BCF dengan kepadatan yang berbeda, tidak 8,3 dan layak untuk dilakukan kegiatan
mempengaruhi pertumbuhan ikan BCF baik budidaya.
panjang mutlak maupun berat mutlak. Diduga Hasil pengamatan salinitas selama
karena waktu pemeliharaan ikan BCF yang pemeliharan didapatkan kisaran 33-35 ppt. Hal
sangat terbatas, sehingga perlakuan yang ini sesuai dengan pendapat Carlos et al.
diberikan tidak mempengaruhi pertumbuhan (2014), menyatakan bahwa kisaran salinitas
panjang mutlak dan berat mutlak ikan BCF. habitat alami Banggai Cardinal Fish yaitu 33-
Akan tetapi, padat tebar yang berbeda 34 ppt. Selain itu, salinitas dan pH memiliki
memberikan pengaruh terhadap kelangsungan keterkaitan, apabila suatu perairan memiliki
hidup dan laju pertunbuhan berat harian ikan salinitas tinggi maka akan diikuti dengan nilai
BCF. Hal ini diduga bahwa semakin rendah pH yang tinggi. Menurut Yulan et al. (2013),
kepadatan maka semakin tinggi tingkat semakin tinggi suhu maka salinitas akan
kelangsung hidup (Gambar 4.). Hal ini sesuai meningkat. Sementara itu, hal tersebut dapat
dengan pendapat Rahmat (2010), bahwa mempengaruhi osmerogulasi pada ikan, dan
kepadatan yang tinggi menyebabkan ikan akan pertumbuhan ikan.
bersaing dalam memanfaatkan ruang gerak,
sehingga mempengaruhi tingkat kelangsungan Kesimpulan
hidup dan laju pertumbuhan ikan.
Berdasarkan hasil penelitian pengaruh
Kualitas Air padat tebar yang berbeda terhadap tingkat
Berdasarkan data hasil pengamatan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
kualitas air, diperoleh nilai suhu berkisar Banggai Cardinal Fish dapat ditarik
antara 26˚C - 29˚C. Kondisi tersebut masih kesimpulan sebagai berikut:
dalam kisaran optimal sesuai dengan kondisi • Tingkat kelangsungan hidup tertinggi
suhu pada habitat alami Banggai Cardinal ikan BCF terdapat pada kepadatan 0,833
Fish, sehingga kondisi tersebut layak untuk ekor/l dan 1,667 ekor/l sebesar 80% dan
dilakukan kegiatan budidaya. Hal ini sesuai 78%
dengan pernyataan Yulfiperius (2011) yang • Laju Pertumbuhan Berat Harian (LPH)
menyatakan bahwa, ikan Banggai Cardinal tertinggi terdapat pada kepadatan 1,667
Fish dapat ditemukan pada perairan laut ekor/l sebesar 0,689%

48
Jurnal Perikanan (2018) Volume 8. No. 2 : 43-49

Daftar Pustaka kauderni) Pada Media Pemeliharaan


Salinitas Yang Berbeda. Media Litbang
Arjanggi, M., Isnaini & Melki (2013). Laju Sulteng. IV(1), 52-56.
Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Ndobe, S., A. Moore, A. I. M. Salanggon,
Benih Clownfish (Amphriprion ocellaris) Muslihudin, D. Setyohadi, E. Y. Herawati,
dengan Pakan Pellet Berbeda (Love larva, & Soemarno. (2013). Pengelolaan Banggai
NRD, dan TetraBits) Skala Laboratorium. Cardinal Fish (Pterapogon kaurdeni)
Maspari Journal. Volume 5 (1), Halaman Melalui Konsep Ecosystem-Based
50-55. Approach. Marine Fisheries. Volume 4,
Azwar M., Emiyarti & Yusnaini (2016). No. 2. Halaman 115-126.
Crtical Thermal dari Ikan Zebrasoma Rahmat. (2010). http;//kepadatan ikan. 12
scope yang Berasal dari Perairan Pulau Oktober 2012.
Hoga Perairan Wakatobi. Sapa Laut. Saraswati, N. L. G. A. R. (2014). Konservasi
Volume 1 (2) : 60-66. Ikan Banggai Kardinal Di Perairan
Carlos, N.S.T., A. B. Rondonuwu & V.N.R. Kepulauan Banggai Sulawesi Tengah.
Watung (2014) . Distribusi dan Skripsi. Fakultas Kelautan Dan Perikanan,
Kelimpahan Pterapogon kauderni Universitas Udayana. Bali.
Koumnas, 1933 (Apogonidae) di selat Sugama, K. (2008). Pemijahan dan
Lembah Bagian Timur, Kota Bitung. Pembesaran Anak Ikan Kardinal Banggai
Jurnal Ilmiah Platax. Vol. 2 (3). (Pterapogon kaurderni). Pusat Riset
Diatin, I., E. Harris. M. A. Suprayudi & T. Perikanan Budidaya Jakarta. Volume 3 (1),
Budiardi (2014). Pertumbuhan dan 83-90.
Kelangsungan Hidup Ikan Hias Koridoras Vagelli, A.A. (2008). The Unfortunate Journey
(Corydoras aenus Gill 1885) Pada Of Pterapogon Kauderni : A Remakable
Budidaya Kepadatan Tinggi. Jurnal Apogonid Endangered by the International
Ikhtiologi Indonsia. Volume 14 (2) :123- Ornamental Fish Trade, and Its Case in
134. CITES. SPC Live Reef Information
Effendie, I. I. (2002) . Biologi Perikanan. Bulletin. 18, 7-28.
Yogyakarta : Yayaysan Pustaka Nusantara. Yulan, A., I. A. Anrosana, & A. A. Gemaputri
(2013). Tingkat Kelangsungan Hidup
Gunawan., J. H. Hutapea & K. M. Setiawati Benih Ikan Nila Gift (Oreochromis
(2010) . Pemeliharaan Induk Capungan niloticus) pada Salinitas yang Berbeda.
Banggai (Pterapogon kauderni) Dengan Jurnal Perikanan (J. Fish Sci.). XV (2):
Kepadatan Yang Berbeda. Prosiding 78-82.
Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 461- Yulfiperius. (2011) . Banggai Cardinal Fish
466. (BCF) Ikan Hias Asli Indonesia.
Gustriana. (2008). Budidaya Ikan Jilid 1 SMK. Diterbitkan di Majalah Triwulan UniL.
Departemen Pendidikan Nasional. Retrieved from:
Indonesia. Indonesia. http://yulfiperius.file.wordpress.com/2011/
Ndobe, S. (2011) . Pertumbuhan Ikan Hias 07/banggaicardinalfiss.
Banggai Cardinalfish (Pterapogon

49

Anda mungkin juga menyukai