Anda di halaman 1dari 20

PROPOSAL KKL II

ANALISIS SADAR WISATA MASYARAKAT DI KAWASAN OBJEK WISATA


DENAI LAMA

Dosen Pengampu: :

M. Faruq Ghazali Matondang, S.Pd., M.Sc

Disusun Oleh:

1) Desandra N.A Siallagan


2) Irma Egita Lumban Gaol
3) Luksiade Saragih
4) Tarisa Diba Fitriana
5) Yosia P Sihombing

Kelas : GEOGRAFI C 19

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITASNEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
kasih dan rahmat yang masih diberikan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
KKL II ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak M. Faruq Ghazali Matondang,


S.Pd., M.Scselaku dosen pengampu yang telah menugaskan dan memberikan arahan didalam
penyelesaian proposal ini sebagai wujud pemenuhan tugas didalam Mata Kuliah KKL II.

Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karenanya, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai evaluasi
untuk perbaikan kedepannya.

Kami sangat berharap, semoga proposal ini dapat berguna bagi kita semua, baik
dalam menambah wawasan kita maupun demi kepentingan positif lainnya. Akhir kata
penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Mei 2022

Kelas C 2019

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Batasan Masalah...............................................................................................................3
C. Rumusan Masalah.............................................................................................................3
D. Tujuan Penulisan...............................................................................................................3
E. Manfaat Penulisan.............................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
KAJIAN PUSTAKA..................................................................................................................5
A. Kajian Teori....................................................................................................................5
1. Pariwisata Indonesia........................................................................................................5
2. Partisipasi Masyarakat....................................................................................................6
3. Sadar Wisata....................................................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................10
METODELOGI PENELITIAN...............................................................................................10
A. Lokasi Penelitian...........................................................................................................10
B. Populasi dan Sampel.....................................................................................................10
C. Teknik Pengumpulan Data............................................................................................11
D. Teknik Analisis Data.....................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut A.J Burkat dalam Damanik (2006),parwisata adalah perpindahan orang
untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek ke tujuan-tujuan diluar tempat dimana
mereka biasa hidup dan bekerja dan juga kegiatan-kegiatan mereka selama tinggal di
suatu tempat tujuan. Objek wisata merupakan sebuah potensi pada sebuah kawasan
wilayah yang memiliki nilai dan berpengaruh terhadap masyarakat dan perkembangan
kawasan sebuah wilayah. Tentunya sebuah wilayah memiliki potensi pariwisata yang
berbeda. Dapat berupa pariwisata yang berbasis alam ataupun buatan manusia.

Desa Wisata adalah adalah komunitas atau masyarakat yang terdiri dari para
penduduk suatu wilayah terbatas yang bisa saling berinteraksi secara langsung dibawah
sebuah pengelolaan dan memiliki kepedulian serta kesadaran untuk berperan bersama
sesuai keterampilan dan kemampuan masing-masing memberdayakan potensi secara
kondusif bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan serta terwujudnya Sapta
Pesona sehingga tercapai peningkatan pembangunan daerah melalui kepariwisataan dan
memanfaatkannya bagi kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.

Kabupaten Deli Serdang memiliki tiga Kecamatan yang memiliki Desa yang
berpotensi untuk dijadikan Desa Wisata yaitu Kecamatan STM Hulu untuk wilayah
Pegunungan, Kecamatan Tanjung Morawa untuk wilayah perkotaan dan Kecamatan
Pantai Labu untuk wilayah Kecamatan Pantai Labu merupakan daerah pesisir Kabupaten
Deli Serdang yang terdiri dari 19 Desa dan hampir keseluruhannya merupakan daerah
pesisir. Karena terletak di daerah pesisir banyak masyarakat yang menggantungkan
hidup nya pada Wisata Pantai. Banyak Wisata Pantai yang ada di Kecamatan Pantai labu
seperti Pantai Muara Indah, Pantai Labu, Pantai Putra Deli, dan Pantai Romantis. Banyak
nya jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke Kecamatan Pantai Labu Pemerintah
Kabupaten Deli Serdang membuat suatu Desa Wisata yang berbasis kebudayaan yang
ada di Desa tersebut.

Desa Denai Lama dipilih menjadi desa wisata karena kearifan budaya yang ada di
Desa tersebut masih terus terjaga dan dari segi wilayah Desa Denai lama cukup dekat

1
dengan Bandara Internasional Kuala Namu yang merupakan pintu gerbang Sumatera
Utara dan hal tersebut membuat Desa Denai Lama letaknya sangat strategis. Sehingga
diharapkan wisatawan lokal maupun mancanegara banyak yang bekunjung di Desa
Wisata Denai Lama Tersebut.

Akses jalan menuju ke lokasi wisata juga sangatlah mudah untuk dijangkau, baik
dan lancar. Lokasinya tak jauh dari Bandara Internasional Kualanamu, kira-kira satu
setengah jam dari kota Medan. Ada petunjuk peta yang dapat diakses melalui ponsel
untuk bisa sampai di Desa wisata Kampoeng Lama Paloh Naga, Desa Denai Lama.
Petunjuk-petunjuk arah menuju ke lokasi wisata semakin mempermudah akses ke tempat
ini.

Desa Wisata Kampoeng Lama Paloh Naga merupakan objek wisata yang
mengandalkan keindahan alam sebagai daya tariknya karena berada diantara hijaunya
petak-petak sawah yang membentang seluas mata memandang saat belum dipanen. Area
persawahan yang luas dan membentang inilah yang menjadi atraksi utama yang
membuat ketertarikan dan minat banyak pengunjung dan menjadi spot pengunjung untuk
melakukan kegiatan berfoto dengan latar belakang sawah hijau yang menyegarkan,
berpadu dengan birunya langit. Ada juga jembatan bambu sengaja dibangun untuk
menjadi spot tracking sekaligus selfie sebagai destinasi wisata yang sangat menarik.

Selain pesona alamnya yang indah, Desa Wisata Kampoeng Lama Paloh Naga
juga memiliki berbagai ragam pertunjukan tari tradisional, sendratari, dan musik
tradisional. Setiap hari sabtu dan minggu para wisatawan lokal maupun manca negara
disuguhi aktivitas pasar tradisional dimana para pedagang yang berjualan sarapan pagi
semuanya berpakaian tradisional di tengah sawah. Ini yang semakin membuat unik dan
menarik. Untuk masuk ke kawasan ini, para wisatawan cukup merogoh kocek sebesar
Rp. 5,000.

Pasar Tradisional baru dibuka pada bulan Januari 2021 lalu, menyuguhkan
jajanan dan minuman tempo dulu, seperti grontol jagung, sawot ubi, ambuyat, lapek
bugih, bubur pedas khas Melayu, dan makanan tradisonal lainnya. Uniknya lagi
pengunjung wajib menukar mata uang rupiah dengan kepingan kayu yang disebut
dengan kepeng terbuat dari tempurung kelapa untuk transaksi membeli makanan dan dan
minuman yang dibandrol mulai dari Rp 2.000,-. Dan jangan kuatir, sisa kepingan dapat

2
ditukarkan kembali. Pasar Tradisional ini buka papa hari Sabtu dan Minggu pada pukul
06.00-11.00 WIB.

Untuk Desa Wisata Kampoeng Lama sendiri buka setiap hari mulai hari senin
sampai dengan hari minggu dari pukul 06.00-18.00 WIB. Desa Wisata Kampoeng Lama
juga memiliki paket wisata bagi pengunjung yang ingin menikmati suasana liburan
bersama keluarga. Paket wisata bersama keluarga yang ditawarkan adalah terdiri dari
mengunjungi pasar tradisional, tangkap padi, tangkap ikan, families games, makan pagi,
makan siang serta keliling kampong dengan harga/orangnya mulai dari Rp 160.000.
(Nm).

Namun tak dapat dipungkiri bahwa Desa Wisata Denai Lama atau Naga Paloh ini
belum begitu banyak dikenal di kalangan masyarakat, salah satu penyebabnya yaitu
karena lokasinya yang jauh dari kota Medan. Maka dari itu penulis akan mengangkat
sebuah penelitian yang berjudul “Analisis Sadar Wisata Masyarakat di Kawasan Objek
Wisata Denai Lama”.

B. Batasan Masalah
Pada makalah proposal ini Penulis membatasi batasan masalahnya pada tingkat
kesadaran wisata masyarakat di Kawasan Objek Wisata Denai Lama.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan
penulisan ini sebagai beikut:

1. Bagaimana potensi Objek Wisata Denai Lama ?


2. Bagaimana tingkat kesadaran wisata masyarakat di Kawasan Objek Wisata Denai
Lama?

D. Tujuan Penulisan
Dari judul dan pembatasan masalah diatas maka tujuannya adalah:

1. Untuk mengetahui potensi dari Objek Wisata Denai Lama.


2. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat kesadaran wisata masyarakat di Kawasan
Objek Wisata Denai Lama.

3
E. Manfaat Penulisan
Penulisan proposal ini diharapkan memberikan beberapa manfaat, yaitu:

1. Memenuhi tuntutan tugas Mata kuliah KKL II.


2. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan sebagai penambah wawasan bagi para
pembacanya terkait Desa Wisata.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pariwisata Indonesia
Pariwisata merupakan sektor yang penting dalam pertumbuhan ekonomi suatu
negara. Peningkatan devisa dari wisatawan mancanegara, penyerapan lapangan
kerja baik formal maupun informal, perdagangan, dan jasa dapat menggerakkan
dan meningkatkan perekonomian terutama di sekitar desa tujuan wisata.
Industri pariwisata Indonesia menyumbang 5,7% dari Gross Domestic
Productdan menyerap 9,7% dari total lapangan kerja pada tahun 2019
(WTTC, 2020).
Objek pariwisata yang dimiliki oleh Indonesia terbentang dari sisi barat hingga
timur baik lautan maupun daratan. Pariwisata sendiri merupakan salah satu sektor
yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi penyokong terbesar devisa negara. Badan
Pusat Statistik (2015) menjelaskan bahwa sektor pariwisata menempati urutan
keempat dalam penerimaan devisa negara dengan jumlah mencapai 12,23 miliar
US$ dan pada tahun 2016 naik menjadi peringkat kedua dengan jumlah mencapai
13.569 miliar US$ (BPS 2016). Potensi yang menjanjikan bagi devisa negara
tersebut membuat Pemerintah terus berusaha untuk mengembangkan dengan
merujuk pada TAP MPR No. IV/MPR/1978 yang menyebutkan bahwa pariwisata
perlu ditingkatkan dan diperluas untuk meningkatkan penerimaan devisa,
memperluas lapangan kerja dan memperkenalkan kebudayaan. Menurut UU No.
10 tahun 2009, pariwisata memiliki pengertian sebagai berbagai macam kegiatan

5
wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh
masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah.
Berdasarkan data terkait jumlah kunjungan pariwisata, Badan Pusat Statistik
(2018) menyatakan bahwa jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada
kawasan pariwisata Indonesia mencapai jumlah sebesar 15,21 persen lebih tinggi
dari tahun sebelumnya. Pengembangan sektor pariwisata yang terus dilakukan
oleh Pemerintah selain mempengaruhi peningkatan devisa Negara, di sisi lain
akan mampu membawa perubahan ekonomi, sosial, dan budaya pada masyarakat
sekitar. Pengembangan memiliki pengertian berupa memajukan dan memperbaiki
atau meningkatkan sesuatu yang telah ada bertujuan untuk mengembangkan
produk dan pelayanan yang berkualitas, seimbang dan bertahap (Suwantoro,
1997). Selanjutnya, mengenai salah satu prinsip dasar dari pariwisata adalah
prinsip “Nature Based” yang artinya pengembangan wisata harus berbasis alam
dan karena itu harus dilakukan dengan menjaga objek biologi, fisik dan budaya
yang ada di dalamnya (Muntasib & Rachmawati, 2014).
Partisipasi merupakan proses aktif, inisiatif yang diambil oleh warga
komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan
menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) di mana dapat
menegaskan kontrol secara efektif (Nasdian, 2014). Partisipasi aktif yang
dilakukan bisa dilihat melalui empat tahapan yang dimulai dari tahap pengambilan
keputusan, pelaksanaan keputusan, penikmatan hasil hingga evaluasi (Cohen &
Uphoff, 1980). Kemajuan yang dialami di kawasan pariwisata dapat menghasilkan
pendapatan dan kemudahan dalam pemenuhan komponen kebutuhan hidup
lainnya pada masyarakat. Menurut UU No.11 tahun 2009, kesejahteraan adalah
suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara
agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.
“Pariwisata adalah gabungan gejala dari hubungan yang timbul dari interaksi
wisatawan, bisnis, pemerintah, tuan rumah, serta masyarakat tuan rumah dalam
proses menarik dan melayani wisatawan-wisatawan serta para pengunjung
lainnya.” Ada beberapa faktor penting pariwisata yaitu:
a. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu;
b. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain;

6
c. Perjalanan itu apapun bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan
pertamasyaan atau rekreasi; dan
d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat
yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut
(Suwena & Widyatmaja, 2017).

Ada beberapa jenis wisata yang dapat dinikmati oleh individu maupun
kelompok. Beberapa jenis pariwisata, di antaranya wisata budaya, wisata
kesehatan, wisata olahraga, wisata komersial, wisata industri, wisata politik,
wisata konvensi, wisata sosial, wisata pertanian, wisata maritim, wisata cagar
alam, wisata buru, wisata pilgrim, dan wisata bulan madu (Muntasib &
Rachmawati, 2014).
2. Partisipasi Masyarakat
Partisipasi adalah kesediaan membantu berhasilnya program sesuai dengan
kemampuan setiap orang tanpa berarti harus mengorbankan kepentingan sendiri
(Mubyarto, 1988). Delapan tipologi tingkatan partisipasi masyarakat yaitu;
manipulasi, terapi, informing, konsultasi, placation, kemitraan, pembagian
kekuasan, dan kontrol warga (Arnstein, 1969). Berdasarkan pada delapan tingkat
partisipasi tersebut, tingkatan ini digolongkan menjadi tiga kelompok besar yaitu:
a. Non partisipasi,
b. Tokenisme dan
c. Kekuatan warga negara (citizen power).

Selanjutnya, partisipasi masyarakat dalam pengembangan wisata juga harus


selaras dengan penilaian kawasan wisata yang baik yang terdiri dari empat aspek
yaitu:
a. Mempertahankan kelestarian lingkungan;
b. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kawasan tersebut;
c. Menjamin kepuasan pengunjung;
d. Meningkatkan keterpaduan dan unit pengembangan masyarakat di sekitar
kawasan pengembangannya (Lewaherilla, 2002).

Sementara itu, partisipasi dari segi tahapan sebuah program, yakni:

7
a. Tahapan pengambilan keputusan merupakan tahapan yang diwujudkan dengan
keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan
yang dimaksud di sini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program.
b. Tahapan pelaksanaan adalah tahapan terpenting dalam pengembangan, sebab
inti dari pengembangan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada
tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan
pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota
proyek.
c. Tahapan menikmati hasil adalah tahapan dapat dijadikan indikator
keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan
proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek
pengembangan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek
tersebut berhasil mengenai sasaran.
d. Tahapan evaluasi merupakan tahapan yang dianggap penting sebab partisipasi
masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi
masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya (Cohen & Uphoff,
1980).

3. Sadar Wisata
Sadar wisata merupakan hal yang pada saat ini gencar dan lebih diupayakan
oleh Kementrian Pariwisata Republik Indonesia. Menurut Khumaedy sadar
wisata adalah istilah yang dimaksudkan sebagai sebuah bentuk partisipasi serta
dukungan masyarakat dalam mendorong iklim yang kondusif terhadap tumbuh
dan berkembangnya kepariwisataan disuatu wilayah bertujuan untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat. Dalam konteks pengertian tersebut maka
sadar wisata dijabarkan antara lain dengan menumbuhkan kesadaran masyarakat
agar siap berperan sebagai tuan rumah yang baik dan memahami, mampu serta
bersedia untuk mewujudkan unsur-unsur : Aman, Tertib, Bersih, Sejuk, Indah,
Ramah, dan Kenangan, atau yang dikenal dengan sapta pesona. Sadar wisata telah
menjadi bagian program Kementrian Pawisata Republik Indonesia, pada Peraturan
Menteri Pariwisata Republik Indonesia nomor 14 tahun 2016.
Destinasi Pariwisata Berkelanjutan terdapat garis besar empat bagian yakni;
a. Pengelolaan destinasi pariwisata berkelanjutan.
b. Pemanfaatan ekonomi untuk masyarakat lokal;

8
c. Pelestarian budaya bagi masyarakat dan pengunjung; dan
d. Pelestarian lingkungan.

Empat bagian garis besar diatas pada pemanfaatan ekonomi untuk


masyarakat lokal terdapat kriteria fungsi edukasi sadar wisata dengan kriteria;
Destinasi menyediakan program berkala bagi masyarakat yang belum memiliki
kesadaran pariwisata untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang peluang
dan tantangan di dunia pariwisata dan keberlanjutan. Indikator : Program untuk
meningkatkan kesadaran peran dan potensi berkontribusi dalam pariwisata dari
masyarakat, sekolah dan institusi pendidikan tinggi, dengan bukti pendukung.
1) Terbentuknya Pokdarwis di destinasi.
2) Memiliki agenda kegiatan untuk sadar wisata dan edukasi mengenai
pentingnya keberlanjutan dalam pariwisata kepada masyarakat secara rutin.
3) Dinas Budaya dan Pariwisata tingkat Provinsi/Kabupaten melaksanakan
program sadar wisata secara rutin (Peraturan Menteri Pariwisata Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2016 Tentang Pendoman Destinasi Pariwisata
Berkelanjutan).
Sadar wisata sangat penting diupayakan di Indonesia karena potensi pariwisata
yang ada di Indonesia sangatlah tinggi. Indonesia terkenal dengan berbagai wisata
alam yang popular. Diketahui banyak pantai-pantai, daerah pegunungan ataupun
pulau yang ada di Indonesia yang menjadi daya tarik wisatawan dari berbagai
negara. Bukan hanya wisata alam yang dipunyai oleh Indonesia, wisata buatan
manusiapun cukup bagus. Perlunya sadar wisata dilakukan untuk tetap membuat
wisatawan merasa nyaman dan ingin datang kembali untuk mengunjugi lagi ke
tempat-tempat wisata yang ada.
Sadar wisata menurut Rahim (2012:5) dalam pendoman kelompok sadar
wisata dijelaskan sebagai sebuah bentuk kesadaran masyarakat untuk ikut
berperan dalam hal berikut, yakni:
a. Masyarakat menyadari apa saja peran dan tanggung jawabnya sebagai tuan
rumah yang baik bagi tamu (wisatawan/pengunjung) yang berkunjung untuk
ikut serta mewujudkan suasana yang kondusif yang telah ada di dalam slogan
Sapta Pesona.
b. Masyarakat telah menyadari apa saja hak-haknya dan kebutuhannya untuk
menjadi pelaku wisata, atau wisatawan yang sedang melakukan perjalanan ke
9
daerah tujuan wisata, sebagai kebutuhan untuk berekreasi maupun dalam
mengenal dan mencintai tanah air (Rahim 2012:5)
Hariyanto (2017 : 35) menjelaskan bahwa sadar wisata adalah sebuah bentuk
partisipasi dan dukungan komponen masyarakat dalam mendukung terciptanya
sebuah iklim yang kondusif, bagi berkembangnya kepariwisataan di suatu daerah.
Bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, percepatan pertumbuhan
ekonomi serta mengatasi kesenjangan pendapatan dan pemerataan hasil-hasil
pembangunan.

BAB III

METODELOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang ada dilakukan di Desa Denai Lama, Kecamatan Pantai Labu,
Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara. Desa Denai Lama merupakan salah

10
satu bagian dari desa yang ada di Deli Serdang. Kabupaten Deli Serdang secara
geografis, terletak diantara 2°57’ - 3°16’ Lintang Utara dan antara 98°33’ - 99°27’ Bujur
Timur, merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik
Barat dengan luas wilayah 2.497,72 Km2 Dari luas Propinsi Sumatera Utara, dengan
batas sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera.


 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo.
 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai
 Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Kabupaten Langkat
B. Populasi dan Sampel

Tentunya yang menjadi objeck didalam penelitian ini adalah masyarakat di


Desa Denai Lama. Populasi didalam penelitian ini adalah masyarakat yang ada di
Desa Denai Lama, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang. Dengan adapun
total jumlah masyarakat Desa Denai Lama adalah 2.971 Penduduk dengan sebanyak
785 KK Adapun pengambilan Sampel adalah Pengambilan Sampel Acak Berdasar
Area atau Wilayah (Cluster Random Sampling), dengan Sampel yang dapat
digunakan adalah sebanyak 30 orang atau sebanyak 10 KK.

C. Teknik Pengumpulan Data


Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi
secara langsung, wawancara dan dokumentasi yang akan dilakukan oleh peneliti,
yang akan dijelaskan lebih lengkapnya sebagai berikut ini:

11
a. Observasi
Menurut Arikunto (2006: 124) observasi adalah mengumpulkan data atau
keterangan yang harus dijalankan dengan melakukan usaha-usaha pengamatan
secara langsung ke tempat yang akan diselidiki. Sedangkan, menurut Kartono
(1980:142) pengertian observasi ialah studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan
pencatatan.
Observasi dilakukan secara langsung, dengan cara mengamati dan juga
mencatat hal-hal yang diperlu. Menurut Poerwandari dalam Gunawan (2013:143)
berpendapat bahwa observasi merupakan metode yang paling dasar dan paling
tua, karena dengan cara-cara tertentu kita selalu terlibat dalam proses mengamati.
Istilah Observasi diarahkan pada kegiatan memerhatikan secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antaraspek dalam
fenomena tersebut.

b. Wawancara
Menurut Nazir (2013 : 170) Wawancara adalah sebuah proses untuk
memperoleh keterangan, dengan tujuan untuk penelitian melalui cara tanya
jawab, dengan saling bertatap muka antara pewawancara dengan penjawab atas
responden menggunakan alat yaitu interview guide (panduan wawancara).
Walaupun wawancara adalah proses percakapan yang berbentuk tanya jawab
dengan tatap muka secara langsung, akan tetapi wawancara adalah suatu proses
pengumpulan data untuk penelitian. Beberapa hal ini dapat membedakan kegiatan
wawancara dengan percakapan sehari-hari, antara lain:

a) Pewawancara dan subyek/informan biasanya belum mengenal satu dengan


yang lainnya.
b) Subyek/informan akan menjawab pertanyaan dari pewawancara.
c) Pewawancara akan selalu bertanya kepada responden.
d) Pewawancara diupayakan untuk bersifat netral, artinya tidak menjurus pada
suatu pertanyaan untuk jawaban yang memihak.

12
e) Pertanyaan yang ditanyakan oleh pewawancara biasanya mengikuti panduan
wawancara yang telah dibuat sebelumnya. Pertanyaan panduan tersebut
dinamakan dengan interview guide (Nazir,2013 : 170).

Menurut Kartono dalam Gunawan (2013:160-161) bahwa wawancara adalah


suatu percakapan yang diarahkan kepada suatu masalah tertentu; ini merupakan
proses Tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara
fisik. Terdapat dua pihak dengan kedudukan yang berbeda dalam proses
wawancara.

c. Dokumentasi
Menurut Bungin dalam Gunawan (2013:177-178) teknik dokumentasi adalah
salah satu metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian sosial
untuk menelusuri data historis. Teknik dokumentasi pada mulanya jarang
diperhatikan dalam penelitian kualitatif, pada masa kini menjadi salah satu bagian
yang penting dan tak terpisahkan dalam penelitian kualitatif. Hal ini disebabkan
oleh adanya kesadaran dan pemahaman baru yang berkembang di para peneliti
bahwa banyak sekali data yang tersimpan dalam bentuk dokumen dan artefak.
Penggalian sumber data lewat studi dokumen menjadi pelengkap bagi proses
penelitian kualitatif yang dilakukan oleh peneliti. Menurut Guba & Lincoln dalam
Gunawan (2013:178) tingkat kredibilitas suatu hasil penelitian kualitatif sedikit
banyaknya ditentukan pula oleh penggunaan dan pemanfaatan dokumen yang
ada. Berdasarkan berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa dokumen
merupakan sumber data yang digunakan untuk melengkapi penelitian, baik
berupa sumber tertulis, flim, gambar (foto), dan karya-karya monumental, yang
semuanya itu memberikan informasi bagi proses penelitian. Bukan hanya itu, tapi
semua data-data yang bisa melengkapi dan menunjang penelitian tersebut.

D. Teknik Analisis Data


Teknik alisa data dalam penelitian ini menggunakan metode analisa data
fenomenologi menurut Van Kaam dalam Kuswarno (2009:69-70), dengan melakukan
tahap-tahap sebagai berikut ini:

13
a. Membuat daftar kemudian mengelompokkan data baru atau awal yang diperoleh.
Pada tahap ini dibuat pertanyaan dengan jawabannya yang relevan dengan
permasalahan yang sedang diteliti (horizonalization).
b. Tahap reduksi dan eliminasi. Tahap ini kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti
adalah menguji data untuk menghasilkan invariant constitutes.

DAFTAR PUSTAKA

Arnstein, S. (1969). A Ladder of Citizen Participation. Journal of the American, 216-224.A.J


Burkat dalam Damanik (2006) Perencanaan Ekowisata
Mubyarto. (1988). Sistem dan Moral Ekonomi Pancasila. Jakarta: LP3ES.

Cohen, J., & Uphoff, N. (1980, Maret). Participation's place in rural development: Seeking
clarity through specificity. World Development, 8(3), 213-235. doi:10.1016/0305-
750X(80)90011-X

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Teori dan Praktik. Jakarta: PT Bumi
Aksara.

Kartini, Kartono, 1980, “Pengantar Metodologi Research Sosial”, Alumni, Bandung.

Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi Penelitian Komunikasi : Fenomenologi, konsepsi,


pedoman, dan contoh penelitiannya. Padjajaran : Widya

Muntasib, E. H., & Rachmawati, E. (2014). Rekreasi Alam dan Ekowisata. Bogor: IPBPress.

14
Lewaherilla, N. E. (2002). Pariwisata Bahari Pemanfaatan Potensi Wilayah Pesisir dan
lautan. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Nasdian, F. T. (2015). Sosiologi Umum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Nazir, Moh. (2013). Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.

Suwantoro. (1997). Dasar-Dasar Pariwisata. Yogyakarta : Penerbit Andi. Systematic


Linkange. Gramedia: Jakarta.

Suwena, I., & Widyatmaja, I. (2017). Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata. Bali: Pustaka
Larasan

WTTC. (2020). Travel & Tourism Power and Performance Report

INSTRUMEN PENELITIAN

( WAWANCARA )

Variabel : Partisipasi Masyarakat Dalam Pengembangan Objek Wisata Di Denai Lama,


Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.

Narasumber :

Hari/Tanggal :

A. Angket untuk masyarakat Desa

No Sub Variabel Pertanyaan

1. Sumber daya/Potensi Wisata di Desa 1. Apa saja wisata-wisata yang ada di Desa Denai Lama ?
Denai Lama 2. Bagaimana kepemilikan wisata di Desa Denai Lama ?
3. Bagaimana pengelolahan wisata di Desa Denai Lama
yang dilakukan oleh pemerintahan daerah/desa ?
4. Siapa yang menjadi pengelolah terhadap wisata di Desa

15
Denai Lama ?

2. Partisipasi Masyarakat Dalam 1. Apakah didalam pengelolahan wisata Denai Lama


Pengembangan Objek Wisata di Desa melibatkan masyarakat desa ?
Denai Lama 2. Apakah bapak/ibu ikut serta didalam mengelolah wisata
di Desa Denai Lama ?
3. Bagaimana keterlibatan masyarakat desa didalam
mengelolah wisata di Desa Denai Lama ?
4. Apakah perna dilakukannya gotong royong didalam
mengelolah wisata di Desa Denai Lama ?
5. Adakah kerja sama diantara masyarakat desa terhadap
pengelolah utama wisata Denai Lama ?
6. Bagaimana cara yang sangat optimal didalam
mengembangkan Wisata di Desa Denai Lama agar dapat
berkembang dan mendorong terhadap perkembangan
Desa ?

3. Pengaruh keberadaan Wisata di Desa 1. Apakah dengan adanya Wisata di Desa Denai Lama
Denai Lama terhadap kehidupan dapat menjadi pendorong perekonomian masyarakat yang
masyarakat Desa ada di Desa ? ataupun memberikan keributan atau
ketidaknyamanan terhadap masyarakat desa ?

2. Apakah dengan datangnya masyarakat luar untuk


berwisata dapat memberikan ketidaknyamanan terhadap
masyarakat desa ?

B. Angket untuk wisatawan

No Sub Variabel Pertanyaan

1. Kepuasan terhadap Wisata Desa Denai 1. Apakah Bapak/Ibu merasa puas dengan keindahan dari
Lama. wisata Desa Denai Lama ?
a. Tidak Puas

16
b. Cukup Puas
c. Puas
d. Sangat Puas
2. Bagaiamana Bapak/Ibu merasa puas terhadap pelayanan
di Desa Denai Lama ?
a. Tidak Puas
b. Cukup Puas
c. Puas
d. Sangat Puas
3. Menurut bapak/ ibu bagaimana apakah dengan kondisi
lingkungan desa Denai Lama sangat cocok dijadikan
sebagai daerah Wisata ?

2. Kekurangan wisata Denai Lama 1. Bagaimana menurut bapak ibu terhadap kondisi wisata
Denai Lama ?
2. Saat Bapak/Ibu berada di Wisata Denai Lama apakah ada
yang menjadi kekurangan terhadap kepuasan untuk
berwisata di Desa Denai Lama ?
3. Apa saja kekurangan dari wisata yang ada di desa Denai
Lama ?

3. Bagaimana pengembangan wisata Denai 1. Menurut bapak/ibu siapa sebenarnya yang menjadi
Lama. pengelolah utama untuk mengembangkan wisata di desa
Denai Lama ?
2. Bagaimana untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk mengelolah wisata di Desa Denai Lama ?
3. Untuk mengembangkan Wisata Denai Lama apakah
diperlukan kerja sama masyarakat dengan pihak luar ?
4. Bagaimana pengelolahan yang optimal didalam
mengembangkan wisata di desa Denai Lama ?

17

Anda mungkin juga menyukai