Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN HASIL PENELITIAN

KERUPUK RAMBAK “DWI DJAYA”

Disampaikan untuk Memenuhi Tugas Proyek 2

HALAMAN JUDUL

Oleh Kelompok 5:

1. Raditya Ega Daniswara (28)


2. RaykhanIzza Farizal (29)
3. Sarah Yumiar Hadiyanti (32)
4. Shela Amalia (33)
5. VinaFitria (34)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH


DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 1 PEGANDON
10 DESEMBER 2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Proyek yang berjudul: “Penelitian Kerupuk Rambak DWI DJAYA”, disusun oleh kelompok 5
kelas X.2.
Telah diketahui dan disahkan pada:

Hari : Rabu
Tanggal : 14 DESEMBER 2023

Mengetahui, Mengetahui,

Guru Pembimbing Kepala Sekolah

Nursiyam siswiranti,S.pd. Nurhadi, S.Pd.

NIP 197410092007012007 NIP 19760610 200701 1 012

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas proyek kearifan lokal tentang
penelitian yang berjudul “Kerupuk Rambak Dwi Djaya”.

Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk menyelesaikan tugas proyek kedua di kelas
X.2 semester 1, sebagai implementasi penerapan kurikulum merdeka di SMAN 1 Pegandon.

ii
Tidak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang ikut
mendukung proses pembuatan laporan ini hingga selesai, yaitu:
1. Bapak Nurhadi, S.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 1 Pegandon;
2. Ibu Nursiyam siswiranti,S.pd., selaku guru pembimbing;
3. Bapak Muhtadin dan karyawan selaku narasumber;
4. Orang tua yang memberikan dukungan kepada kami;
Kritik dan saran sangat penulis harapkan dari pembaca yang budiman demi
kesempurnaan laporan dalam tugas berikutnya. Harapan penulis semoga laporan ini
memberikan manfaar bagi pembaca.

Pegandon, Desember 2022

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i


HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................................ii
PRAKATA ................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Penelitian ......................................................................................................... 1
1.2 Permasalahan Penelitian ........................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................................................... 3
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................................. 4

iii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................................................. 7
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................................................. 7
3.2 Teknik Pengumpulan Data ....................................................................................................... 7
3.2.1 Wawancara ........................................................................................................... 7
3.2.2 Observasi.............................................................................................................. 7
3.3 Hipotesis ..................................................................................................................................... 8
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................................................ 9
4.1 Proses Pembuatan .................................................................................................................... 10
4.2 Proses Distribusi ...................................................................................................................... 12
4.3 Dana ........................................................................................................................................... 13
4.4 Faktor dan Hambatan .............................................................................................................. 13
BAB V PENUTUP.................................................................................................................. 15
5.1 Simpulan ................................................................................................................................... 15
5.2 Saran .......................................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 16
LAMPIRAN............................................................................................................................ 17

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Kabupaten Kendal merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Tengah,
Indonesia. Ibu kotanya adalah Kecamatan Kendal. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut
Jawa di utara, Kota Semarang dan Kabupaten Semarang di timur, Kabupaten Temanggung
di selatan, serta Kabupaten Batang di barat. Kendal dikenal sebagai Kota Santri karena
terdapat ribuan ponpes terutama di Kecamatan Kaliwungu, serta juga dikenal dengan Kota
Seni dan Budaya.

Kabupaten Kendal kaya dengan kegiatan budaya baik yang bersifat tradisional
maupun agamis seperti Syawalan Kaliwungu (event ini sudah terkenal hampir di seluruh
Pulau Jawa), Tari Rodhat, Sedekah Laut Tanggul Malang, Pesta Laut Tawang dan Pantai
Bandengan. Di samping itu terdapat beberapa makam dari tokoh-tokoh adat maupun
penyebar Agama Islam di antaranya adalah Makam Pangeran Djuminah, Kiai Asyari,
Sunan Katong, Paku Wojo yang terletak di Kecamatan Kaliwungu, Makam Pangeran
Benowo di Kecamatan Pegandon dan Makam Kiai Seapu di Kecamatan Boja. Di Cepiring
juga ada pasar Cepiring dan berbagai macam pedagang di antara toko sepeda BMS yang
dari dulu sudah ada di sana.

Memiliki banyak sumber daya alam mulai dari tumbuhan dan hewan, tentunya
membuat kabupaten Kendal memiliki banyak kuliner dan makanan khas yang tentunya
dapat menggugah selera orang-orang yang memakannya. Terutama dalam hal pertanian
dan peternakan. Peningkatan kebutuhan pangan membuat sektor pertanian untuk
menyediakan bahan pangan dalam jumlah besar, kualitas baik dan beragam jenisnya.
Penyediaan bahan pangan yang cukup besar tidak luput dari peranan industri pengolahan
pangan terutama industri kecil yang bergerak di bidang pangan.

Pengembangan industri pengolahan pangan di Indonesia yang didukung oleh


sumber daya alam pertanian, baik nabati maupun hewani yang mampu menghasilkan
berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan dari sumber daya alam lokal
atau daerah. Saat ini di beberapa negara Asia banyak produk pangan yang diangkat dari
jenis pangan lokal dan diolah secara tradisional. Dengan berkembangnya produk lokal

1
tersebut, maka jumlah dan jenis produk pangan menjadi semakin banyak jumlahnya (Soleh,
2003).

Petani dengan segala keterbatasan yang dimiliki sering kali kurang memperhatikan
aspek pengolahan hasil. Sering kali ditemui hasil pertanian yang langsung dijual karena
mereka ingin mendapatkan uang kontan untuk keperluan yang mendesak, karena
kebutuhan yang mendesak ini maka kegiatan panen yang mereka lakukan juga menjadi
kurang sempurna dan akibatnya nilai tambah hasil pertanian tersebut menjadi rendah
(Soekartawi, 2001).

Sektor peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang berperan dalam
menyediakan kebutuhan pangan bagi masyarakat. Produk-produk yang dihasilkan oleh
sektor peternakan juga sangat memberikan manfaat dalam pemenuhan gizi masyarakat,
khususnya pemenuhan gizi protein hewani. Pengolahan hasil peternakan merupakan
kegiatan industri, yaitu menciptakan nilai tambah bagi komoditi peternakan melalui produk
olahan dalam bentuk setengah jadi maupun barang jadi yang bahan bakunya berasal dari
hasil peternakan. Usaha-usaha pengembangan peternakan yang mengarah pada kegiatan
industri yaitu pengolahan hasil peternakan menjadi makanan.

Kulit kerbau atau sapi merupakan bagian paling luar dari tubuh hewan tersebut.
Biasanya digunakan untuk membuat kerajinan, seperti bedug. Tapi dengan adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka kulit kerbau ataupun sapi dapat
dimanfaatkan sebagai makanan yaitu dibuat kerupuk rambak. Pengusaha lebih memilih
kulit kerbau atau sapi untuk dijadikan makanan berupa kerupuk rambak karena keahlian
mereka terbatas pada pengolahan kerupuk rambak yang mereka dapatkan secara turun-
temurun dari orang tua atau sanak saudara dan usaha ini dirasa sudah cukup
menguntungkan bagi kehidupan mereka.

Usaha kerupuk rambak kulit sapi “Dwi Djaya” desa Penanggulan, Kecamatan
Pegandon, Kabupaten Kendal merupakan suatu usaha industri yang sangat berpotensi dan
merupakan sumber penghasilan penduduk desa Penanggulan. Kerupuk rambak juga
merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan, mulai
dari anak-anak hingga orang dewasa karena memiliki rasa dan tekstur yang renyah dan juga
gurih karena harganya yang terjangkau. Karena semua faktor itu, kami memilih kerupuk
rambak sebagai objek penelitian untuk tugas proyek ini.

2
1.2 Permasalahan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana proses pembuatan kerupuk rambak?


2. Bagaimana pendistribusian produk kerupuk rambak?
3. Faktor-faktor produksi apa saja yang berpengaruh terhadap industri kerupuk rambak di
daerah penelitian (modal, bahan baku, tenaga kerja, pemasaran)?

1.3 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan perumusan masalah yang akan dibahas, penelitin tentang kerupuk
rambak ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui proses pembuatan kerupuk rambak.
2. Mengetahui pendistribusian kerupuk rambak.
3. Mengetahui faktor-faktor produksi yang berpengaruh terhadap industri kerupuk rambak
di daerah penelitian.

1.4 Manfaat Penelitian


Dari penelitian ini, manfaat yang didapat antara lain adalah:

1. Lebih mengenal makanan khas Kabupaten Kendal yaitu kerupuk rambak.


2. Mengetahui bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat kerupuk rambak.
3. Mengetahui proses pembuatan kerupuk rambak.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembuatan dan pendistribusiannya.
5. Dapat menambah pengalaman hidup, terutama dalam bidang perekonomian dan budaya
kuliner khas Kabupaten Kendal.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

Kerupuk kulit atau biasa kita sebut kerupuk rambak adalah makanan tradisional
Indonesia terutama Jawa (Kendal) yang terbuat dari kulit sapi atau kulit kerbau yang diolah
dengan diberi bumbu rempah dan penambah rasa. Secara tradisional dibuat dari kulit bagian
dalam sapi yang lembut (sapi atau kerbau), dipotong dadu, dan dijemur sampai mengeras dan
kehilangan sebagian besar kandungan airnya. Kulit yang sudah dipotong dadu dan dikeringkan
kemudian digoreng dengan minyak goreng panas yang cukup sampai mengembang dengan
cara yang sama dengan gelembung dan menghasilkan tekstur yang renyah. Kulit sapi goreng
ini kemudian disegel dalam kantong plastik vakum untuk memastikan dan memperpanjang
kerenyahannya.

Sejarah mengatakan kerupuk rambak atau kerupuk yang terbuat dari kulit sapi atau
kerbau, merupakan varian kerupuk tertua yang disebutkan di Jawa kuno. Menurut seorang
sejarawan kuliner, kerupuk telah ada di Jawa sejak abad ke-9 atau ke-10, tertulis di prasasti
Batu Pura sebagai kerupuk rambak, yang masih ada hingga sekarang dalam masakan Jawa,
biasanya dalam krecek, sup pedas.

Kerupuk rambak sering disajikan sebagai camilan renyah untuk menemani makan
utama. Di restoran Padang sering disajikan sebagai lauk nasi padang atau sate padang, dan
sering disajikan dengan bumbu kuah gulai. Di Jawa, kerupuk rambak adalah bahan penting
untuk krecek, hidangan kerupuk kulit dalam rebusan santan pedas. Kerupuk rambak adalah
makanan yang sangat digemari oleh berbagai kalangan dari anak-anak hingga orang dewasa
karena memiliki rasa dan tekstur yang renyah dan gurih juga karena harganya yang terjangkau.

Sebagian besar kerupuk rambak yang dijual di Indonesia terbuat dari kulit sapi, baik
sapi maupun kerbau. Namun, di beberapa daerah dengan populasi non-Muslim yang besar
seperti Bali, tanah Batak, dan beberapa Pecinan di Medan dan kota-kota lain, kerupuk kulit
babi juga tersedia. Dibandingkan dengan kerupuk kulit sapi pada umumnya, kerupuk kulit babi
memiliki warna yang lebih cerah dan lebih mudah hancur. Ada juga varian yang menggunakan
kulit kodok sebagai kerupuk kulit kodok.

Saat menjelang lebaran adalah saat di mana pemilik usaha kerupuk rambak dibanjiri
pesanan yang banyaknya berkali-kali lipat dari hari biasa. Karena selain kue, kerupuk rambak
juga merupakan camilan yang digemari oleh masyarakat saat lebaran. Mereka akan membeli

4
kerupuk rambak bukan hanya untuk konsumsi pribadi, tapi juga untuk dibagikan kepada orang-
orang terdekat.

Untuk memenuhi banyaknya permintaan yang datang, kapasitas produksi ditingkatkan


berkali-kali lipat. Jika hari biasa dalam satu minggu mereka menggoreng 2-3 kali, di hari
menjelang lebaran produktivitas meningkat hingga dalam satu hari bisa melakukan 2-3 kali
penggorengan. Agar bisa memenuhi seluruh pesanan yang datang, pemilik akan menambah
jumlah karyawan. Melonjaknya pesanan saat menjelang lebaran otomatis membuat omset dari
para pemilik usaha meningkat drastis. Bahkan bisa berkali-kali lipat dari omset di hari biasa.

Kandungan gizi dari kerupuk rambak menurut sebuah hasil uji menunjukkan bahwa
kerupuk rambak mengandung karbohidrat sebesar 3,3 %, protein sebesar 72,4%, lemak sebesar
20,2%, air sebesar 2,7%, dan abu sebesar 1,4%. Berdasarkan uji yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa kerupuk rambak memiliki kandungan lemak dan air yang sesuai dengan
SNI 01-2886-2000.

Walaupun kerupuk kerap disebut tak memiliki manfaat dan vitamin, namun rupanya
ada beberapa manfaat kerupuk rambak untuk kesehatan. Namun, mengonsumsi kerupuk
rambak juga jangan berlebihan karena memiliki efek samping. Makanan yang dikonsumsi
secara berlebihan tentunya tak baik untuk kesehatan, salah satunya kerupuk rambak. Manfaat
kerupuk rambak bisa dirasakan ketika kamu mengonsumsi kerupuk rambak dalam batas wajar.

Manfaat kerupuk rambak untuk kesehatan antara lain:

1. Dapat mengobati maag, dengan mengonsumsi kerupuk kulit, maka rasa sakit dan juga
perih pada lambung akibat dari serangan maag dapat hilang dan teratasi tanpa perlu
mengonsumsi obat.
2. Baik untuk pertumbuhan tulang dan gigi, walaupun hanya makanan ringan, namun
kerupuk rambak punya kandungan protein hewani cukup tinggi, ternyata ada kandungan
lain seperti kalsium dan fosfor.
3. Menambah cadangan energi. Kandungan protein hewani di dalamnya dapat berfungsi
untuk menyimpan energi cadangan dalam tubuh, sehingga dapat membantu aktivitas
harian.
4. Tinggi akan kandungan protein. Protein sendiri memiliki banyak sekali manfaat yang
penting bagi kesehatan tubuh, salah satunya adalah baik untuk pertumbuhan dan juga
regenerasi sel-sel tubuh.

5
5. Baik untuk pencernaan. Kerupuk rambak yang benar-benar dibuat dengan kulit hewan
mengandung serat yang cukup tinggi. Serat ini berperan penting dalam melancarkan
pencernaan dan mengatasi sulit BAB.
6. Rendah kalori. Kerupuk kulit atau rambak memang dapat meningkatkan kadar kolesterol
dalam tubuh, tapi disisi lain kerupuk ini ternyata rendah kalori. Jadi kerupuk ini tidak akan
menimbulkan kegemukan, kerupuk kulit rasanya cocok dijadikan sebagai pendamping
diet.
7. Mengandung protein hewani yang tinggi. Protein ini sangat bermanfaat bagi tubuh seperti
memperbaiki sel-sel yang rusak, meningkatkan daya tahan tubuh, serta membantu
pertumbuhan. Protein hewani juga dapat membentuk organ otak manusia serta sel darah
merah, sehingga berguna untuk meningkatkan fungsi otak. Asupan protein hewani yang
cukup dapat membantu pembentukan serta keseimbangan hormon.
8. Penawar rasa pedas. Kerupuk rambak mengandung minyak alami yang berasal dari kulit
hewan, yang bermanfaat untuk menghilangkan rasa pedas di lidah.

Selain manfaat, kerupuk rambak juga memiliki efek samping ketika dimakan secara
berlebihan. Kerupuk rambak memiliki mengandung banyak minyak, terlebih lagi ketika sudah
melewati proses penggorengan berulang. Hal ini berdampak buruk bagi kesehatan seperti
menyebabkan kadar kolesterol naik. Oleh sebab itu kita harus membatasi konsumsi kerupuk
rambak, agar mendapatkan manfaat kerupuk kulit bagi kesehatan.

Hal lainnya yang perlu kamu hindari yakni mengonsumsi kerupuk rambak yang
mengandung pengawet. Pewarna, atau kerupuk rambak yang dibuat dengan bahan yang tidak
semestinya. Sebagai jajanan camilan, kerupuk ini terkadang memiliki kandungan MSG yang
tinggi dengan tujuan menambah rasa, padahal kandungan tersebut tidak baik bagi tubuh.

6
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Waktu pelaksanaan kegiatan ini adalah pada hari Kamis, 14 November 2023. Adapun
tempat kegiatannya di kediaman pemilik usaha kerupuk rambak “Dwi Djaya” yaitu rumah
Bapak Muhtadin, Desa Penanggulan, Kecamatan Pegandon, Kabupaten Kendal.

3.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data dilakukan dengan pemilik serta beberapa karyawan (yang
terlibat langsung dalam proses produksi) kerupuk rambak “Dwi Djaya” melalui
wawancara, dan observasi.

3.2.1 Wawancara
Wawancara dapat didefinisikan sebagai teknik dalam pengumpulan data yaitu
melakukan aktivitas tanya jawab kepada narasumber. Hal tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk mengidentifikasi mengenai kondisi dan masalah yang terjadi
pada perusahaan. Selain itu, untuk mengetahui informasi dan mengumpulkan data
yang diperlukan pada penelitian. Berikut informasi yang diperoleh dari tahap
wawancara yaitu:

1. Proses pembuatan kerupuk rambak terdiri dari berbagai tahapan.


2. Kulit sapi yang digunakan harus disortir, untuk memisahkan kulit yang tipis.
3. Proses pembuatan kerupuk rambak memakan waktu yang lama, bisa satu
minggu atau lebih.
4. Pendistribusian kerupuk rambak “Dwi Djaya” tidak hanya mencakup daerah-
daerah sekitarnya, juga sampai luar daerah.

3.2.2 Observasi
Observasi dapat didefinisikan sebagai teknik dalam pengumpulan data yang
dilakukan pengamatan secara langsung terkait kegiatan-kegiatan yang terjadi pada
perusahaan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi
atau data yang belum diperoleh dari tahap wawancara. Pada tahap observasi ini,
penulis melakukan pengamatan dan survei secara langsung agar mendapatkan
informasi mengenai kondisi atau proses bisnis yang saat ini terjadi pada kerupuk

7
rambak “Dwi Djaya”. Berikut informasi dan data yang diperoleh dari tahap
observasi yaitu:

1. Proses produksi.
2. Data harga jual setiap produk.
3. Data jumlah karyawan.
4. Data pembelian bahan baku dan semua yang berkaitan dengan proses produksi.

3.3 Hipotesis
1. Pemasaran hasil industri kerupuk rambak di luar daerah penghasil.
2. Tenaga yang bekerja dalam industri kerupuk rambak sampai puluhan orang.

8
BAB IV
PEMBAHASAN

Kerupuk rambak merupakan salah satu makanan tradisional khas Kendal yang diolah
dari kulit sapi atau kerbau. Usaha pembuatan kerupuk rambak sendiri juga menyebar luas di
wilayah kabupaten Kendal, dengan berbagai macam merek dan ciri khasnya tersendiri. Salah
satunya adalah usaha kerupuk rambak “Dwi Djaya” milik Bapak Muhtadin yang berada di
Gang Bangun, RT 2/ RW 4, desa Penanggulan, kecamatan Pegandon, kabupaten Kendal.

Usaha kerupuk rambak “Dwi Djaya” milik Bapak Muhtadin sudah berdiri sejak tahun
1985, dengan beliau bersama mendiang suaminya sebagai pendiri usaha tersebut. Sekarang
diteruskan oleh keempat anaknya dengan merek yang sama. Keempat anaknya belajar
membuat kerupuk rambak dari orang tua mereka. Usaha ini merupakan usaha turun temurun.

Saat awal berdirinya usaha ini, Bapak Muhtadin hanya berperan sebagai distributor
yang menyuplai kulit kepada produsen lain untuk diolah. Namun setelah ganti generasi, para
produsen tersebut menolak untuk melakukan kerjasama lagi dan akhirnya Bapak Muhtadin
mulai membuat usaha produksi kerupuk rambak sendiri, dengan modal awal sebesar
Rp30.000.000,00.

Mereka menggunakan kulit sapi sebagai bahan utama pembuatan kerupuk rambak.
Kulit sapi untuk pembuatan kerupuk rambak ini dikirim langsung dari peternak yang berasal
dari Semarang, Pekalongan, Limpung, dan Batang. Dengan harga Rp20.000,00 perkilonya.
Mereka dulunya juga menggunakan kulit kerbau sebagai bahan baku, tapi karena kelangkaan
dan harga, mereka menggunakan kulit sapi.

9
4.1 Proses Pembuatan
Kerupuk Rambak “Dwi Djayahk

” merupakan perusahaan yang mengolah bahan baku dalam proses produksi bersama.
Proses produksi yang dilakukan, dapat dilihat berikut ini:

Pengambilan daging dan


Mulai lemak yang menempel pada
kulit

Pencucian

Peredaman dengan air hangat

Pengerukan bulu, sisa daging,


dan kotoran

Perebusan kulit

Pemotongan kulit

Penjemuran

Penggorengan pertama

Penggorengan kedua

Pengemasan

Kerupuk rambak Kerupuk rambak Kerupuk Rambak


kulit sapi ukuran kulit sapi ukuran kulit sapi ukuran
500 gram 10 250 gram 100 gram
Selesai

Untuk bahan-bahan pembuatan kerupuk rambak “Dwi Djaya” sendiri adalah sebagai
berikut:

1. Kulit sapi muda belia sebagai bahan baku. (Di sini penulis menggunakan kulit sapi
sebagai bahan baku utama).
2. Garam refina beryodium untuk bumbu kerupuk.
3. Bawang dan bumbu rempah lain sebagai penambah rasa.
4. Minyak goreng.
Awalnya, kulit sapi dipotong menjadi tiga bagian per lembarnya, kemudian dicuci
menggunakan air bersih. Lalu direndam di dalam air bersih selama dua hari. Tujuan dari
proses perendaman ini adalah untuk membersihkan kulit agar terlihat seperti baru
ditanggalkan dari badannya. Selanjutnya adalah proses penyasapan yaitu membersihkan
bagian-bagian kulit pada lapisan hipodermis yang masih menempel pada kulit, seperti
lemak, jaringan sel, dan lain-lain dengan menggunakan pisau tajam.
Kulit yang sudah melakukan penyasapan kemudian direbus dengan menggunakan air
hangat-hangat suam, yaitu tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin. Lanjut ke tahap
pengerukan atau penghilangan bulu. Bulu-bulu yang masih menempel pada kulit dikerok
menggunakan pisau tajam. Pengerukan dilakukan sampai kulit sapi benar-benar bersih dari
bulu dan akarnya yang masih menempel.
Setelah bersih, kulit dijemur di bawah panas matahari dengan suhu panas maksimal
100°C. Setelah dirasa kering dan keras, kulit dipotong kecil-kecil seperti dadu. Lalu
dijemur lagi dengan sinar matahari sampai benar-benar kering dan tampak bening seperti
kaca. Lamanya proses penjemuran bergantung pada cuaca dan panas matahari. Jika
panasnya normal maka memerlukan waktu 2-3 hari, jika cuaca mendung bisa memakan
waktu 4-5 hari, jika cuaca panas terik biasanya hanya memerlukan waktu dua hari. Saat
hujan atau tidak adanya panas matahari, maka kulit akan dipanaskan menggunakan arang.
Meski hasilnya tidak akan sebagus jika dijemur langsung di bawah panas matahari.

11
Kulit yang sudah kering kemudian diberi bumbu lalu digoreng. Proses penggorengan
ini ada dua tahap. Penggorengan pertama dimasak dengan api kecil, jadi minyaknya tidak
sampai mendidih. Penggorengan kedua dilakukan sampai kulit benar-benar mengembang
sampai menjadi kerupuk. Proses penggorengan akan memakan waktu 1×24 jam dan harus
terus diaduk.
Tahap terakhir dari proses pembuatan kerupuk rambak adalah tahap pengemasan.
Pengemasan kerupuk rambak pada umumnya hanya dilakukan dengan menggunakan
plastik transparan, dengan tujuan untuk melindungi kerupuk dari pencemaran dan
kerusakan. Kemudian dimasukkan ke dalam kardus dengan ukuran berat tertentu untuk
kemudian dijual. Seluruh proses pembuatan kerupuk rambak ini tidak menggunakan bahan
kimia atau pengawet apapun.
Seluruh proses produksi kerupuk rambak ini bisa selesai dalam kurun waktu satu
minggu jika lancar dan didukung oleh cuaca. Dalam satu minggu mereka bisa melakukan
penggorengan sebanyak dua kali. Terkecuali pada saat bulan Ramadhan tiba, karena
banyaknya pesanan yang datang mereka bisa melakukan penggorengan tiga kali dalam
satu hari. Tentunya dengan ditambahnya tenaga kerja.
Kulit sapi harus disortir karena adanya perbedaan ketebalan. Kulit sapi yang tipis tidak
bisa mekar saat digoreng jadi tidak bisa dibuat kerupuk. Tapi bisa digunakan sebagai
olahan sayur. Biasanya hasil dari kulit sapi yang tipis ini dimasak sebagai campuran sayur
untuk dimakan sebagai lauk. Karena itu kulit sapi harus disortir untuk memisahkan antara
yang tebal dan tipis agar tidak tercampur.

4.2 Proses Distribusi


Produk kerupuk rambak “Dwi Djaya” milik Bapak Muhtadin ini biasanya dititipkan di
toko-toko terdekat di sekitar jalan Penanggulan, Pegandon karena memang di daerah
sekitar itu merupakan daerah yang strategis karena memang dikenal dengan jualan kerupuk
rambaknya. Bisa dilihat juga dari hasil pengamatan kami bahwa di daerah tersebut
memang banyak terdapat tempat atau toko yang menjual kerupuk rambak. Mereka
memajang kerupuk rambak dengan merek yang berbeda-beda di tempat yang paling bisa
dilihat oleh orang-orang.

Saat pandemi tiba memang proses distribusi dari usaha ini terganggu, tapi dari salah
seorang pekerja di sana berkata bahwa dampak yang ditimbulkan oleh pandemi memang
terasa tetapi tidak signifikan. Pada awal-awal masuknya pandemi memang membuat usaha
ini goyah, bahkan saat awal-awal bulan puasa pun produksi dilakukan seperti hari biasa

12
yaitu 2-3 kali penggorengan dalam satu minggu. Tetapi setelah lewat sepuluh hari pertama
puasa, produksi berjalan seperti puasa-puasa sebelumnya.

Kerupuk rambak “Dwi Djaya” dijual dalam kemasan kardus dengan harga Rp40.000,00
perkemasan 250 gram dan harga Rp80.000,00 untuk kemasan 500 gram. Kerupuk kulit
juga dijual dalam bentuk basah atau belum dimasak dengan harga Rp150.000,00
perkilonya.

Sedangkan untuk sayur, hasil dari kulit sapi yang tipis dijual dengan harga Rp20.000,00
perkilo untuk yang basah dan Rp50.000,00 perkilo untuk yang sudah digoreng.

4.3 Dana
Dengan modal awal sebesar Rp30.000.000,00 untuk membangun dan menjalankan
usaha ini, sekarang usaha ini bisa menghasilkan banyak keuntungan. Keuntungan yang
didapat bisa mencapai Rp5.000.000,00 - Rp10.000.000,00 dalam sebulan tergantung pada
hasil penjualan.

Saat bulan Ramadhan tiba, hasil dan keuntungan yang didapat tentunya berbeda.
Karena Pesanan yang datang pasti akan melonjak begitu masuk ke dalam bulan Ramadhan.
Bisa dua kali lipat bahkan lebih dari itu. Keuntungan yang didapat juga pasti melonjak
pada bulan ini, yaitu bisa mencapai Rp25.000.000,00 - Rp30.000.000,00 bahkan lebih dari
itu.

Untuk bisa mencapai keuntungan, harus ada perbandingan 1:6 sampai 1:7 dalam satu
wajan. Jika yang bisa dihasilkan adalah 1:4 sampai 1:5 maka hasil yang didapatkan akan
pas-pasan untuk menutupi modal, dan akan mendapatkan rugi jika yang dihasilkan
dibawahnya lagi.

Gaji untuk para pekerja adalah Rp90.000,00 - Rp100.000,00 per hari. Untuk yang
borongan mereka menerima gaji sesuai dengan jumlah kulit yang mereka keruk, perkulit
yang mereka keruk dibayar Rp60.000,00.

4.4 Faktor dan Hambatan


Faktor yang paling mempengaruhi pembuatan kerupuk rambak adalah faktor cuaca.
Mereka membutuhkan panas matahari untuk proses penjemuran dari kerupuk rambak.
Cuaca yang mendung dan hujan merupakan hambatan terbesar dalam hal ini. Faktor modal
berupa bahan baku juga penting, mengingat sekarang ada banyak sekali orang yang
memproduksi kerupuk rambak.

13
Kurangnya promosi bisa juga mempengaruhi, juga para produsen harus menjalin
hubungan kerja dengan toko-toko untuk menitipkan barang dagangan mereka. Mencari
tempat yang strategis pun sulit mengingat banyaknya saingan.

14
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa proses
pembuatan kerupuk rambak memiliki tahapan-tahapan tertentu. Dimulai dari perendaman
sampai penggorengan hingga akhirnya dikemas dan diperjualbelikan. Penjualan kerupuk
rambak memiliki keuntungan tersendiri karena banyaknya penggemar. Apalagi saat bulan
Ramadhan tiba, meskipun memiliki banyak saingan. Faktor dan hambatan yang paling
mempengaruhi pembuatan kerupuk rambak adalah cuaca. Panas matahari sangat
dibutuhkan untuk proses penjemuran.

Kerupuk rambak merupakan olahan kerupuk yang menjadi ciri khas kabupaten
Kendal, memiliki rasa yang gurih serta tekstur yang renyah membuatnya digemari oleh
banyak kalangan, tak lupa dengan harganya yang terjangkau dan aman untuk dompet.
Kerupuk rambak merupakan salah satu kearifan lokal Kendal yang perlu dilestarikan.

5.2 Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan antara lain sebagai berikut:
Bagi pengusaha kerupuk rambak disarankan agar meningkatkan mutu dan
kualitas produk yang dihasilkan baik dari segi cita rasa maupun kemasan agar dapat
merambah pemasaran yang lebih luas. Meningkatkan promosi dan menjalin kerjasama
dengan lebih banyak orang, toko atau pengusaha lainnya.
Untuk meningkatkan mutu dan kualitas produk kerupuk kulit yang dihasilkan.
Dari segi mutu dapat berupa kehigienisan produk serta adanya jaminan mutu baik dari
pihak Dinas Kesehatan, Badan Pengawas Obat-obatan dan Makanan maupun perolehan
sertifikat halal dari Majelis Ulama Indonesia.

15
DAFTAR PUSTAKA

Lilir, F. B., Palar, C. K. M., & Lontaan, N. N. (2021). Pengaruh lama pengeringan terhadap
proses Pengolahan kerupuk kulit sapi. Zootec, 41(1), 214–222.
https://doi.org/10.35792/zot.41.1.2021.32667 , diakses pada 14 Desember 2022.

Kurniawati, Nurul Diyah. 2022. Evalusi Laba Per Produk dan Keseluruhan Dengan Penentuan
Harga Pokok Produksi Joint Costing Pada UMKM Kerupuk Rambak Dwi Djaya.
https://repository.dinamika.ac.id/id/eprint/6670/1/18430200011-2022-
UNIVERSITAS%20DINAMIKA.pdf , diakses pada 14 Desember 2022.

Sani, Ahmad Faiz Ibnu. 2021. Simak Kandungan Gizi Dari Berbagai Jenis Kerupuk.
https://travel.tempo.co/read/1494125/simak-kandungan-gizi-dari-berbagai-jenis-kerupuk ,
diakses pada 12 Desember 2022.

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai