Anda di halaman 1dari 18

PEMANFAATAN MINYAK JELANTAH MENJADI SABUN BATANG CUCI

PIRING DI DESA GONDANG, PURWANTORO

Victor Alan Gumara, Sovia Vega Savela, Muslikah, Zahro Zakiyatul Muna

Institut Agama Islam Negeri Ponorogo

e-mail: mutiatsalitsa@iainponorogo.ac.id, vicktoralangumara@gmail.com,


soviasavela@gmail.com, musnikaka@gmail.com, zahro.z.muna25zzm@gmail.com

Abstrak

Zaman sekarang jenis makanan semakin beragam, terutama makanan yang digoreng
sehingga banyak menghasilkan minyak goreng bekas. Minyak goreng bekas atau jelantah sering
dibuang dengan begitu saja, dapat berdampak buruk pada lingkungan sekitar. Limbah minyak
jelantah yang dihasilkan dari sisa penggorengan serta limbah hasil produksi Usaha Mikro,
Kecil, dan Menengah (UMKM) dapat diolah kembali. Kuliah Pengabdian Masyarakat (KPM)
14 mengajak masyarakat Desa Gondang melalui kegiatan seminar untuk memanfaatkan limbah
minyak jelantah menjadi sabun. Penelitian ini menginvestigasi pemanfaatan minyak jelantah
sebagai bahan dasar dalam produksi sabun batang untuk mencuci piring, dengan fokus pada
partisipasi pelaku UMKM serta ibu-ibu PKK di Desa Gondang Purwantoro. Tujuan penelitian
adalah mendorong pengurangan limbah minyak jelantah melalui proses daur ulang yang
kreatif dan memberdayakan pelaku ekonomi lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
melalui pelatihan dan kerja sama, pelaku UMKM dan ibu-ibu PKK di Desa Gondang
Purwantoro dapat berhasil mengubah minyak jelantah menjadi sabun berkualitas untuk
mencuci piring. Dampak sosial ekonomi juga terlihat, dengan peningkatan keterampilan,
pendapatan tambahan, dan kesadaran lingkungan. Penelitian ini memberikan pandangan
tentang pelaksanaan proyek berkelanjutan di tingkat komunitas yang menggabungkan aspek
lingkungan dan ekonomi, serta memberikan kontribusi pada upaya pengurangan limbah dan
pengembangan ekonomi lokal.

Kata Kunci: Minyak Jelantah, daur ulang, sabun cuci, Pengabdian Masyarakat
Abstract

Nowadays, the types of food are increasingly diverse, especially fried foods that produce
a lot of used cooking oil. Used cooking oil or used cooking oil is often thrown away, which can
have a negative impact on the surrounding environment. Used cooking oil waste generated
from frying residue and waste from the production of Micro, Small and Medium Enterprises
(MSMEs) can be reprocessed. Community Service Lecture (KPM) 14 invited the people of
Gondang Village through a seminar to utilise used cooking oil waste into soap. This research
investigates the utilisation of used cooking oil as a basic ingredient in the production of bar soap
for washing dishes, with a focus on the participation of MSME players and PKK mothers in
Gondang Purwantoro Village. The research objective is to encourage the reduction of used
cooking oil waste through creative recycling processes and empower local economic actors. The
results showed that through training and collaboration, MSME actors and PKK mothers in
Gondang Purwantoro Village were able to successfully convert used cooking oil into quality
soap for washing dishes. Socio-economic impacts were also seen, with improved skills,
additional income, and environmental awareness. This research provides insights into the
implementation of sustainable projects at the community level that combine environmental and
economic aspects, and contributes to waste reduction efforts and local economic development.

Keywords: Used Cooking Oil, recycling, laundry soap, Community Service

PENDAHULUAN

Minyak goreng adalah minyak nabati yang memiliki masa penggunaan yang
sangat terbatas dalam pemakaianya. Minyak goreng yang sudah dipakai berulang-
ulang kali dan melewati masa penggunaanya harus digantikan dengan minyak
goreng yang baru, minyak goreng yang tidak bisa dipakai biasanya disebut dengan
minyak jelantah.1

1
Pauhesti Pauhesti et al., “Pemanfaatan Minyak Jelantah Untuk Pembuatan Sabun” 4, no. 2 (2022): 281–
86.
Minyak goreng yang sudah digunakan lebih dari tiga kali akan menjadi
masalah bagi kesehatan dan lingkungan.2 Untuk menghemat uang, orang sering
menggunakan kembali minyak jelantah untuk menggoreng tanpa memikirkan resiko
terhadap kesehatan mereka. Padahal, sudah banyak diketahui bahwa minyak jelantah
dapat menyebabkan penyakit. Minyak goreng tidak boleh digunakan berulang kali
karena menyebabkan komposisi kimiawi minyak berubah (dilihat dari bilangan asam
dan peroksidase), dan karena menghasilkan senyawa karsinogenik selama proses
penggorengan yang dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular atau jantung dan
kerongkongan gatal atau serak. dapat menurunkan pembuluh darah dan
penumpukan lemak (aterosklerosis), serta kecerdasan generasi mendatang. Selain itu,
bahan kimia akrolein yang berbahaya juga dihasilkan selama proses penggorengan. 3

Setiap rumah tangga dan UMKM biasanya akan menghasilkan minyak jelantah
dari proses penggorengan, sebagian besar penggunaan minyak goreng langsung
membuang minyak jelantah ke tempat-tempat pembuangan seperti saluran air
maupun tanah. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan bahaya
minyak jelantah bagi tubuh dan lingkungan dapat menyebabkan masyarakat lalai
dalam pemanfaatan dan pembuangan limbah minyak jelantah.4

Namun, jika limbah minyak jelantah dari UMKM dan limbah rumah tangga
ibu-ibu PKK dibuang secara sembarangan, maka akan mencemari lingkungan dan
menjadi sumber pencemaran tanah dan air. Selain itu, pembuangan limbah minyak
jelantah secara terus menerus dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan dan
keberlangsungan hidup manusia.5 Minyak goreng bekas akan terserap ke tanah
menjadi tidak subur, selain itu minyak goreng yang dibuang kelingkungan juga
mempengaruhi kandungan mineral dalam air bersih.6 Karena lingkungan adalah

2
Alfian Putra, Silvia Mahrdania, and Agustina Dewi, “Recovery Minyak Jelantah Menggunakan
Mengkudu Sebagai Absorben,” Prosiding Seminar Nasional PERTETA 2012, 2012, 585–89.
3
Kusuma Handayani et al., “Pelatihan Pengolahan Minyak Jelantah Menjadi Sabun Cuci Untuk
Pemberdayaan Ibu-Ibu PKK Di Bandar Lampung,” Unri Conference Series: Community Engagement 2
(2020): 123–27, https://doi.org/10.31258/unricsce.2.123-127.
4
Kusuma Handayani et al., “Pembuatan Sabun Cuci Dari Minyak Jelantah Sebagai Upaya Mengurangi
Limbah Rumah Tangga,” Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (JPKM) TABIKPUN 2, no. 1 (2021): 55–62,
https://doi.org/10.23960/jpkmt.v2i1.25.
5
Tholib Hariono et al., “2472-Article Text-8559-1-10-20220730” 3, no. 2 (2022).
6
Pauhesti et al., “Pemanfaatan Minyak Jelantah Untuk Pembuatan Sabun.”
tempat hidup bagi makhluk hidup seperti manusia serta sebagai sarana manusia
dalam melakukan interaksi, lingkungan yang sehat sangat diperlukan bagi organisme
yang hidup dalam suatu lingkungan termasuk manusia.7

Desa Gondang terletak di tempat yang strategis dekat dengan perkotaan serta
jalan raya, sehingga banyak dari masyarakat menekuni UMKM makanan di sepanjang
jalan yang menggunakan bahan dasar minyak sebagai alat pengolah makanan.
Dengan demikian banyaknya minyak hasil penggorengan yang telah digunakan
berulang kali dalam menggoreng makanan dapat menjadi inovasi dalam rangka
meminimalisir limbah minyak jelantah yang dihasilkan oleh sisa minyak goreng hasil
penjualan makanan tersebut. Dengan demikian, warga Desa Gondang perlu
dipaparkan dengan ide-ide inovatif dan kreatif seperti pelatihan pembuatan sabun
cuci piring dari limbah minyak jelantah.

Tujuan dari pelatihan ini untuk menambah wawasan kepada masyarakat Desa
Gondang terutama ibu-ibu rumah tangga dan pelaku UMKM agar lebih tau manfaat
serta dampak daripada penggunaan minyak jelantah yang berlebih. dengan demikian
masyarakat dapat meminimalisir pembuangan minyak jelantah dengan menerapkan
Zero Waste Industri, minyak jelantah tersebut dapat diolah menjadi bahan yang
memiliki nilai jual,. serta aman lingkungan, yaitu berupa sabun cuci tangan dari
limbah minyak jelantah.8

METODE

KPM ini menggunakan metodologi ABCD (Asset Based Community Driven).


Pendekatan ABCD atau yang juga dikenal dengan pembangunan berbasis masyarakat
ini berupaya mewujudkan tatanan kehidupan sosial dimana masyarakat berperan
sebagai pelaku dan penentu kegiatan pembangunan di lingkungannya. Langkah ini

7
Elya Mufidah and Ika Atsari Dewi, “Education and Training on Making Solid Washing Soap Based
on Used Cooking Oil (Study on Students of SMAN 9 Malang),” Journal of Innovation and Applied
Technology 9, no. 1 (2023): 31–38.
8
Sayyidina Abdul et al., “PENYASAWAN KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR Making
Bar Soap from Used Cooking Oil as an Effort to Handle Household Waste Problems in Penyasawan
Village , Kampar District , Kampar Regency” 4, no. 2 (2023): 57–61.
merupakan kerangka atau pedoman mengenai apa yang dapat dilakukan namun
bukan apa yang harus dilakukan. Setiap komunitas, organisasi, atau situasi berbeda-
beda, dan prosesnya mungkin perlu disesuaikan dengan situasi tertentu 9

Program kerja dan kegiatan dalam KPM ini terfokus pada pemanfaatan limbah
minyak jelantah. Pemilihan program tersebut dikarenakan banyak sekali aset-aset
UMKM yang dimiliki di Desa Gondang ini diantaranya seperti produksi keripik
pisang, produksi keripik talas, penjual snack kekinian dan lain-lain. Dalam upaya
mengatasi masalah limbah rumah tangga serta limbah UMKM di Desa Gondang,
Kecamatan Purwantoro, dibuatlah pelatihan pembuatan minyak jelantah menjadi
sabun cuci piring. Metode ABCD dirasa tepat diterapkan karena berbasis aset yang
selaras dengan potensi yang dimiliki Desa Gondang. Metode ABCD memiliki lima
tahapan yang meliputi 1)Inkulturasi, 2) discovery, 3) design, 4) define, dan 5) reflection.

A. Inkulturasi

Langkah pertama dalam menerapkan strategi Asset Based Community Driven


Development (ABCD) adalah inkulturasi. Hal ini melibatkan pengenalan area dan
berbagai kemungkinan yang ada. Tahap inkulturasi ini bertujuan untuk
menumbuhkan rasa keterbukaan dan kepercayaan di dalam kelompok. Informasi
akan mengalir lebih mudah jika kepercayaan sudah terbangun.10

Pada minggu pertama kegiatan KPM, kunjungan ke tokoh masyarakat seperti


kepala desa, kepala dusun, dan warga Dukuh Plosorejo dilakukan pada tahap
inkulturasi ini. Kegiatan lain yang dilakukan pada tahap ini adalah ikut serta
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, seperti membantu menyiapkan setiap
kegiatan atau acara yang diadakan di rumah warga, seperti acara pernikahan,
yasinan, dan kenduri di rumah warga yang meninggal. Selain itu, kelompok KPM

9
Mustofa Aji Prayitno and Wirawan Fadly, “Pelatihan Pemanfaatan Dan Pendampingan Pembuatan QRIS (QR
Code Indonesian Standard) Sebagai Media Digitalisasi ZIS Di Desa Glinggang Kabupaten Ponorogo,” Bubungan
Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 4, no. 2 (2022): 543, https://doi.org/10.20527/btjpm.v4i2.5254.
10
Husna Ni’matul Ulya and Ravina Putri Agustin, “Penguatan UMKM Melalui Pembuatan Merek Dagang Dan
Label Pada UMKM Jajanan Camilan Di Desa Joresan Mlarak Ponorogo,” Amaluna: Jurnal Pengabdian
Masyarakat 1, no. 1 (2022): 58–70, https://doi.org/10.21154/amaluna.v1i1.1069.
14 Gondang selalu melakukan jalan pagi untuk mengamati keseharian warga
setempat.

B. Discovery

Tahap discovery dilakukan dengan melakukan observasi dan wawancara


mengenai kekuatan dan potensi sumber daya yang dimiliki masyarakat namun
belum sepenuhnya disadari dan dimanfaatkan. Dalam rangka menggali dan
memetakan aset yang dimiliki oleh masyarakat Desa Gondang, Kecamatan
Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, kelompok KPM 14 Gondang
pada tahap ini melakukan FGD (Focus Group Discussion) dengan perangkat desa,
ibu-ibu PKK, dan pelaku UMKM.

C. Design

Desain (memahami aset dan mengenali peluang) meliputi mengetahui aset dan
peluang serta menggunakan pengetahuan tersebut untuk membuat rencana kerja
yang akan dilaksanakan dengan menggunakan data dari tahap sebelumnya.
Minggu kedua kegiatan merupakan penyelesaian tahap ini. Kelompok KPM 14
Gondang menemukan cara untuk mengubah limbah menjadi barang yang lebih
bernilai setelah mengetahui bahwa ada banyak limbah minyak jelantah di Desa
Gondang. Di sini, kami mengumpulkan minyak jelantah dari UMKM di Desa
Gondang yang akan diolah menjadi sabun batangan untuk mencuci piring.

D. Define

Define (mendukung pelaksanaan program kerja) sebagai proses pelaksanaan


program kerja dengan kolaborasi kelompok untuk mencapai tujuan kegiatan.
Minggu ketiga kegiatan merupakan akhir dari fase ini.11

Program kerja inti KPM 14 Gondang Multi Disiplin yang berjudul “Seminar Digital
Marketing dan Personal Branding UMKM serta Pelatihan Pemanfaatan Minyak

11
Husna Ni’matul Ulya, Renaldin Shadruddin, and Diyan Putri Ayu, “Peningkatan Inovasi Produk Keripik Tempe
‘Cipta Rasa’ Di Ketawang Madiun,” Amalee: Indonesian Journal of Community Research and Engagement 3, no.
1 (2022): 97–111, https://doi.org/10.37680/amalee.v3i1.1290.
Jelantah”. Seminar ini mengenai cara pembuatan minyak jelantah menjadi sabun
batang cuci piring yang dilakukan pada 31 Juli 2023 berlokasi di aula balai Desa
Gondang. Melibatkan audiens dari kalangan ibu-ibu PKK, pelaku UMKM, serta
perangkat desa.

Pembuatan Sabun pada tahap berikutnya tim melakukan persiapan alat-alat


dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan sabun batang. Kegiatan
dilanjutkan dengan membuat modul cetak tentang tata cara pembuatan sabun
yang akan ditinggalkan untuk dapat digunakan oleh ibu- ibu PKK dan para pelaku
UMKM di Desa Gondang Kecamatan Purwantoro. Pada tahap ini Ibu-Ibu PKK
serta para pelaku UMKM di Desa Gondang, Kecamatan Purwantoro diberikan
pelatihan secara langsung saat kegiatan seminar yang di pandu oleh tim KPM 14
Desa Gondang, bagaimana mengolah minyak jelantah menjadi sabun yang dapat
digunakan untuk mencuci alat-alat rumah tangga seperti piring, panci dan
sebagainya.

E. Reflection (refleksi)

Refleksi adalah metode untuk melacak dan menilai efektivitas program kerja
dalam mencapai tujuan kegiatan. Minggu keempat kegiatan, atau minggu terakhir,
adalah saat tahap ini selesai.

Aktivitas dievaluasi pada akhir kegiatan untuk menarik kesimpulan dan


menilai apakah aktivitas yang sedang berlangsung sudah sesuai dengan tujuan
awal kegiatan. Berikut ini adalah indikator evaluasi pelatihan dalam hal efek
pelatihan:

1. Keterlibatan aktif peserta dalam proses dan konten pembelajaran

(kepuasan peserta saat terlibat dalam kegiatan).


2. Informasi yang diperoleh peserta selama pelatihan (peningkatan jumlah

peserta yang dapat memahami cara memanfaatkan sampah).


3. Keinginan peserta untuk mendaur ulang minyak jelantah dan membuat

sabun sendiri.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada awal bulan Juli, tepatnya tanggal 3 Juli 2023, Kegiatan Pengabdian
Masyarakat (KPM) ini dilaksanakan di Desa Gondang, Kecamatan Purwantoro,
Kabupaten Wonogiri, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Setelah melakukan diskusi,
diperoleh beberapa kesepakatan mengenai jadwal pelaksanaan kegiatan di Desa
Gondang yaitu Seminar Pemanfaatan Limbah Minyak Jelantah Personal Branding dan
Digital Marketing bagi UMKM kegiatan ini merupakan hasil dari diskusi bersama
kelompok mahasiswa KPM 14.

Sebelum produk sabun padat dari minyak jelantah dikenalkan kepada


masyarakat, terlebih dahulu dilakukan pembuatan dan pengujian produk oleh teman-
teman KPM di posko untuk menjamin kualitas dan keamanan produk sabun dari
minyak jelantah. Eksperimen di posko dilaksanakan pada tanggal 9 Juli 2023. Kegiatan
ini diikuti oleh semua mahasiswa KPM 14. Hal ini bertujuan agar ketika kegiatan
seminar pelatihan, takaran bahan yang digunakan pas dan tepat. Adapun takaran
dalam percobaan ini yaitu 30 gram minyak jelantah, arang secukupnya, 3 sdm air, 3
sdm soda api, dan 3 sdm garam.

Pembuatan sabun dimulai dengan merendam minyak jelantah dengan arang


selama semalam. Fungsi arang sendiri adalah memfilter kotoran yang ada pada
minyak jelantah. Setelah didiamkan semalaman dengan arang kemudian minyak
jelantah disaring kembali. Kemudian larutkan soda api sebanyak 6 sendok makan
dengan air. Saat melarutkan soda api dan air letakkan di dalam wadah yang berisi air
secukupnya. Setelah larutan soda api siap kemudian campurkan minyak jelantah
dengan soda api perbandingan 1:1. Lalu aduk hingga menjadi adonan pasta kurang
lebih 30 menit sampai 1 jam. Sambil diaduk masukkan pewarna makanan serta
pewangi ke dalam adonan minyak jelantah dengan soda api. Sesudah itu pindahkan
adonan sabun ke dalam cetakan sabun, kemudian diamkan hingga mengeras kurang
lebih 3 hari.

Gambar 1. Tahap Praktik Pembuatan Sabun Padat di Posko

Kegiatan seminar dilaksanakan pada hari Senin tanggal 31 Juli 2023 pukul
08.30-11.00 WIB bertempat di Balai Desa Gondang, agar banyak orang yang datang
mengikuti seminar pelatihan pemanfaatan limbah minyak jelantah ini. Dengan
demikian para perangkat desa yang bertugas di Kantor Desa juga ikut andil
menghadiri dan mengikuti kegiatan pelatihan ini. Cukup banyaknya peserta yang
hadir pada saat pelatihan, terbagi dalam 2 kelompok yang masing masing kelompok
terdiri dari 8-9 orang.

Kegiatan seminar dihadiri oleh ibu Mutia Tsalitsa Alawia, S.S.T., M.Ak. selaku
DPL KPM 14, ibu Yunaita Rahmawati, M.Si sebagai pemateri, bapak Sartono selaku
Kepala Desa Gondang, bapak Supri selaku Carik Desa Gondang, bapak Manto selaku
Kepala Pemerintahan dan bapak Eko selaku Kepala Dusun Plosorejo serta segenap
perangkat desa, 10 anggota UMKM yang tersebar di desa gondang, baik UMKM
makanan maupun peralatan rumah tangga serta 15 anggota ibu- ibu PKK.
Gambar 2. Sosialisasi pelatihan kepada peserta UMKM dan ibu-ibu PKK

Anggota PKK serta anggota UMKM menjadi sasaran kegiatan seminar, karena
dalam suatu usaha mikro kecil menengah maupun rumah tangga, mereka berinteraksi
langsung dengan penggunaan minyak goreng sehingga perlu diberi pemahaman agar
tidak lagi memanfaatkan serta menggunakan minyak jelantah lebih dari 3x dan tidak
membuangnya secara sembarangan.

Gambar 3. Tahap Pembuatan Sabun

Kegiatan seminar pelatihan ini diawali dengan pembukaan, pembacaan doa,


menyanyikan lagu Indonesia Raya dan dilanjutkan dengan penyampaian materi.
Penyampaian materi pertama berupa pembahasan mengenai pemanfaatan limbah
minyak jelantah personal branding dan digital marketing UMKM oleh dosen pemateri
ibu Yuanita Rahmawati M. Si. kemudian dilanjutkan dengan penyampaian materi ke
dua oleh tim pelaksana yang merupakan mahasiswa KPM IAIN Ponorogo mengenai
pemanfaatan limbah minyak jelantah yang dapat diolah menjadi sabun batang dan
lilin aroma terapi. Mahasiswa didampingi dosen mempersiapkan materi berupa PPT
untuk disampaikan kepada peserta. Materi yang disampaikan pada kegiatan ini
antara lain mengenai bahaya penggunaan minyak jelantah yang lebih dari 3x dapat
mengakibatkan timbulnya penyakit jantung ataupun kanker. Selain itu apabila
minyak jelantah dibuang sembarangan baik langsung maupun melalui saluran air
akan menyebabkan pencemaran lingkungan sekitar, serta penyumbatan aliran air.
Sehingga untuk memanfaatkan sisa minyak jelantah diberikan alternatif untuk
mengolahnya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat. Salah satunya adalah dengan
membuat sabun cuci batangan dan lilin aroma terapi.

Setelah menyampaikan materi dilanjutkan dengan diskusi tanya jawab kepada


para peserta, sedikit banyaknya peserta yang bertanya langsung di berikan arahan
serta jawaban yang menjadi problem para peserta oleh dosen pemateri. Setelah
kegiatan diskusi dan tanya jawab selesai dilanjutkan dengan demonstrasi dan praktek
langsung pembuatan sabun dari minyak jelantah oleh peserta. Peserta dapat
mengikuti langsung setiap tahapan pembuatan sabun dengan menggunakan bahan-
bahan yang telah dipersiapkan oleh tim pelaksana yang merupakan anggota
mahasiswa dari KPM. Pembuatan sabun batang dari limbah jelantah saat praktik
dilakukan langsung oleh peserta, 6-8 peserta membuat 1 adonan dengan arahan tim
pelaksana, agar nantinya saat akan praktek di rumah mereka sudah paham bagaimana
cara membuat sabun dari limbah minyak jelantah.

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun dari limbah


minyak jelantah adalah

1. Minyak jelantah,
2. Larutan NaOH atau dapat disebut dengan soda api,
3. Arang aktif
4. Air
5. Pewarna dan fragrance atau pewangi sesuai keinginan.

Alat-alat yang dibutuhkan dalam pembuatan sabun adalah

1. Wadah
2. Saringan
3. Sendok untuk mengocok adonan,
4. Timbangan
5. Sarung tangan dan
6. Wadah untuk mencetak sabun.

Tahapan dalam pembuatan sabun batang adalah


1. Rendam arang dengan minyak jelantah sebanyak 250 ML selama 24 jam
atau satu hari satu malam,
2. Minyak jelantah yang sudah murni disaring ke dalam wadah yang sudah
disiapkan
3. Larutkan 6 sendok makan soda api kedalam air secukupnya dan diamkan
hingga larut dan dingin
4. Masukkan soda api yang sudah dingin ke dalam minyak jelantah yang
sudah disaring perbandingannya 1:1, kemudian aduk hingga membentuk
pasta.
5. Untuk mendapat sabun yang wangi dan berwarna kita bisa menambahkan
adonan sabun dengan fragrance oil atau pewangi seperti downy dan
pewarna sambil diaduk rata.
6. Kemudian sabun siap di cetak ke wadah yang telah disiapkan atau dicetak
sesuai dengan keinginan.
7. Diamkan sabun atau dapat dijemur terlebih dahulu di bawah sinar matahari
agar terbentuk padat, setelah padat lepaskan sabun yg padat dari cetakan
dan sabun sudah bisa digunakan.12

Dalam proses pembuatan sabun, harus selalu memakai sarung tangan saat
membuat sabun, hindari menggunakan peralatan yang terbuat dari aluminium, saat
membersihkan peralatan tunggu hingga minyak mengental menjadi sabun,. Dengan
melakukan hal ini, dapat mencegah terjadinya kontak langsung dengan efek NaOH
yang merusak kulit pada tangan. Tunggu hingga campuran sabun benar-benar padat
setelah dituangkan ke dalam cetakan. Penggunaan sabun harus ditunggu selama tiga
sampai empat minggu sebelum menggunakan sabun untuk memastikan bahwa alkali
NaOH yang tersisa telah hilang.

Selain itu hal yang perlu diperhatikan dalam proses pembuatan sabun batang
ini yaitu, bahan dasar yang digunakan adalah bahan kimia NaOH/soda api yang
memiliki sifat korosif maka peralatan yang dipergunakan harus berbahan stainless
steel, juga dalam pembuatannya harus menggunakan sarung tangan dan masker

12
Delovita Ginting et al., “1857-Article Text-3842-1-10-20200419” 4, no. 1 (2020): 1–4.
untuk keamanan. Karena dalam reaksi bahan kimia tersebut sifat korosif pada soda
api apabila terkena kulit akan menimbulkan rasa gatal, iritasi serta luka bakar
terhadap kulit. Selain itu dalam reaksi bahan kimia tersebut akan mengeluarkan gas
yang tidak boleh terhirup, karena dapat mengganggu kesehatan. Menurut Subamia
memperkuat bahwa NaOH bersifat korosif, dapat merusak jaringan hidup,
menyebabkan iritasi pada kulit, gatal-gatal bahkan dapat menyebabkan kulit
mengelupas.13

Adapun penggunaan soda api dalam pembuatan sabun batang dari limbah
jelantah yaitu sebagai bahan baku utama selain minyak atau lemak, ketika NAoH
dicampurkan dengan minyak atau lemak maka Saponification Reaction terjadi. Hasilnya
terbentuknya sabun. Namun sabun padat dari bahan alami ini memiliki nilai plus dan
minus, dari segi minusnya sabun padat ini tidak dapat bertahan lama karena sifatnya
yang alami, selain itu sabun padat ini kurang efektif apabila dijadikan sabun mandi,
akan lebih baiknya digunakan untuk mencuci pakaian maupun perabotan rumah
tangga lainnya. Nilai plusnya sabun padat ini selain ramah lingkungan sabun padat
ini juga dapat menghemat pengeluaran bulanan.

Pada tahap pembuatan sabun dari limbah minyak jelantah, peserta dari
anggota PKK maupun anggota UMKM terlihat sangat antusias dengan kegiatan
pelatihan ini, peserta merasakan kegiatan ini sangat bermanfaat untuk diterapkan
dalam kehidupan bermasyarakat karena dapat mengurai limbah jelantah menjadi
barang yang bermanfaat yaitu menjadi sabun batang, sehingga dampak buruk yang
dihasilkan dari pembuangan limbah minyak jelantah dapat berkurang. Selain itu
pelatihan dari sisi nilai ekonomis, pemanfaatan dari penggunaan minyak jelantah
menjadi sabun padat mampu menjadi inovatif bagi UMKM sebagai sumber
penghasilan tambahan menjadi produk yang memiliki nilai jual.

Pemanfaatan limbah minyak jelantah ini sebagai bahan baku sabun padat,
dapat meminimalisir jumlah limbah minyak jelantah di lingkungan. Kemudian dari
Sisi manfaat nilai ekonomis. Pemanfaatan dari penggunaan minyak jelantah menjadi

13
Dini Siti Aisyah et al., “Pembuatan Sabun Padat Dari Minyak Jelantah Sebagai Solusi Permasalahan
Limbah Rumah Tangga Dan Home Industri,” Proceedings Uin … 31, no. November (2021): 47–60.
sabun padat, selain dapat mengurangi volume limbah minyak jelantah juga dapat
memberdayakan limbah menjadi suatu produk yang mempunyai nilai jual. Kemudian
dari sisi manfaat dari segi kualitas.14

Dengan adanya pelatihan pemanfaatan limbah minyak jelantah ini diharapkan


ibu ibu PKK dan anggota UMKM desa Gondang, lebih tau manfaat lain dari minyak
jelantah, karena banyaknya UMKM di desa Gondang ini, berupa pedagang makanan
yang digoreng seperti usaha kripik pisang, kripik talas, ayam kentucky, dan lain
sebagianya. Maka hal ini dapat mengurangi adanya limbah minyak jelantah.

Adanya pelatihan ini diharapkan masyarakat mampu menambah wawasan


dari kegiatan pelatihan ini, yaitu dengan menerapkan pola hidup yang lebih sehat
dengan melihat sisi manfaat lain dari limbah minyak jelantah, yang mana saat ini
limbah dari minyak jelantah cukup banyak, mulai dari rumah tangga sampai para
pedagang- pedagang yang mengkonsumsi minyak goreng dalam dagangannya.

Pada akhir kegiatan demonstrasi, kelompok KPM kami telah menyediakan


dalam bentuk produk, sehingga para peserta baik ibu-ibu PKK dan UMKM dapat
melihat hasil nya setelah proses pembuatan tadi. Dengan demikian ketika akhir
kegiatan para peserta dapat membawa pulang hasil yang telah jadi tersebut.

Hasil penilaian pada tahap pembuatan sabun batang ini, selama proses
pelatihan peserta benar-benar menyimak apa yang disampaikan pemateri serta
mengikuti arahan dari tim pelaksana yang mana merupakan mahasiswa KPM. Para
peserta memberikan respon positif dengan mengungkapkan beberapa kendala dan
kesulitan yang mereka hadapi untuk memperoleh lingkungan yang bersih sehingga
terhindar dari bahaya kesehatan yang buruk. Para peserta pelatihan kebanyakan
berharap adanya pelatihan yang serupa untuk beberapa limbah rumah tangga yang
belum dimanfaatkan ketersediaannya. Sehingga dapat mengurangi adanya
pencemaran lingkungan dan memiliki nilai jual.

14
Nina Arlofa et al., “Pembuatan Sabun Mandi Padat Dari Minyak Jelantah,” Jurnal Chemtech 7, no. 1
(2021): 17–21.
KESIMPULAN

Berdasarkan kegiatan seminar pelatihan pemanfaatan limbah minyak jelantah


menjadi sabun padat cuci piring ini adalah dapat mengurangi adanya limbah minyak
jelantah yang ada di Desa Gondang yang mayoritasnya adalah penjual makanan
sehingga dapat dimanfaatkan kembali dengan lebih baik. Selain itu dengan adanya
pembuatan sabun dari bahan minyak jelantah ini dapat mengurangi pengeluaran
biaya rumah tangga. Sabun batang ini terbuat dari bahan bahan yang mudah di
dapatkan mulai dari minyak jelantah dari sisa penggorengan yang sudah disaring,
kemudian soda api yang dapat dicari di toko bangun, pewangi bisa menggunakan
pewangi laundry atau pewangi pakaian seperti downy, pewarna bisa menggunakan
dari bahan alami seperti ekstrak daun pandan, jati atau menggunakan bunga mawar
yang sekaligus pewarna dan pewangi, namun jika ingin lebih mudahnya bisa
menggunakan pewarna lainya. Dari adanya pembuatan yang mudah dipraktekan
oleh ibu ibu ini maka bisa diterapkan dalam kehidupannya. Meskipun sabun batang
ini mudah dibuat dan mudah dicari bahan nya namun juga memiliki kekurang yakni
jika dalam proses pembuatanya harus menggunakan sarung tangan untuk
menghindari iritasi ketika terkena soda api, karena soda api ini bersifat korosif yang
mudah terbakar, jika terkena kulit akan mengakibatkan gatal gatal dan memerah
sehingga harus mencuci tangan dengan air bersih dengan sabun. Selain itu sabun
batang ini tidak bisa untuk mandi hanya untuk mencuci piring/peralatan rumah
tangga. Karena sabun batang ini terbuat dari bahan alami maka tidak bisa bertahan
lama kurang lebih hanya 20 – 25 saja. Hasil dari kegiatan ini menunjukan bahwa
dengan adanya pelatihan seminar sabun batang Dapat memberikan manfaat dan
pengaruh bagi masyarakat dan, para peserta sangat antusias selama proses
berlangsung. Hal tersebut dilihat dari banyak pertanyaan dan tanggapan dari peserta
terkait dengan kegiatan tersebut. Setelah kegiatan ini berlangsung diharapkan
masyarakat akan semakin sadar dengan pengolahan limbah minyak jelantah menjadi
sabun batang untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Harapan selanjutnya
adalah bisa memanfaatkan limbah rumah tangga lainya yang bisa dijual dengan harga
tinggi dan mengurangi pencemaran lingkungan sehingga masyarakat akan semakin
sadar dengan pengolahan limbah minyak jelantah menjadi sabun batang. Maka
dengan adanya pelatihan ini diharapkan masyarakat mampu menambah wawasan
dengan menerapkan pola hidup yang lebih sehat dengan melihat sisi manfaat lain dari
limbah minyak jelantah.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Sayyidina, Qabidhi Ra, Yuliza Virliansyah Tanjung, M Fikri Addilah,


Muhammad Akram, M Mufid Al Mutawakkil, Refi Mariska, et al.
“PENYASAWAN KECAMATAN KAMPAR KABUPATEN KAMPAR Making
Bar Soap from Used Cooking Oil as an Effort to Handle Household Waste
Problems in Penyasawan Village , Kampar District , Kampar Regency” 4, no. 2
(2023): 57–61.

Aisyah, Dini Siti, Nida Pesona Ilahi, Hani Soleha, and Witrin Gamayanti.
“Pembuatan Sabun Padat Dari Minyak Jelantah Sebagai Solusi Permasalahan
Limbah Rumah Tangga Dan Home Industri.” Proceedings Uin … 31, no.
November (2021): 47–60.

Arlofa, Nina, Benny Setia Budi, Muhammad Abdillah, and Wahyu Firmansyah.
“Pembuatan Sabun Mandi Padat Dari Minyak Jelantah.” Jurnal Chemtech 7, no. 1
(2021): 17–21.

Ginting, Delovita, Shabri Putra Wirman, Yulia Fitri, and Neneng Fitrya. “1857-Article
Text-3842-1-10-20200419” 4, no. 1 (2020): 1–4.

Handayani, Kusuma, M Kanedi, Salman Farisi, and Wawan A. Setiawan.


“Pembuatan Sabun Cuci Dari Minyak Jelantah Sebagai Upaya Mengurangi
Limbah Rumah Tangga.” Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (JPKM)
TABIKPUN 2, no. 1 (2021): 55–62. https://doi.org/10.23960/jpkmt.v2i1.25.

Handayani, Kusuma, Mohamad Kanedi, Salman Farisi, and Wawan Abdullah S.


“Pelatihan Pengolahan Minyak Jelantah Menjadi Sabun Cuci Untuk
Pemberdayaan Ibu-Ibu PKK Di Bandar Lampung.” Unri Conference Series:
Community Engagement 2 (2020): 123–27.
https://doi.org/10.31258/unricsce.2.123-127.

Hariono, Tholib, Nurul Yaqin, Nurul Hidayah, Aufia Aisa, Siti Sulaikho, Sistem
Informasi, Universitas Kh, and A Wahab Hasbullah. “2472-Article Text-8559-1-
10-20220730” 3, no. 2 (2022).

Mufidah, Elya, and Ika Atsari Dewi. “Education and Training on Making Solid
Washing Soap Based on Used Cooking Oil (Study on Students of SMAN 9
Malang).” Journal of Innovation and Applied Technology 9, no. 1 (2023): 31–38.

Pauhesti, Pauhesti, Puri Wijayanti, Wildan Tri Koesmawardani, and Gabey Jane.
“Pemanfaatan Minyak Jelantah Untuk Pembuatan Sabun” 4, no. 2 (2022): 281–86.

Putra, Alfian, Silvia Mahrdania, and Agustina Dewi. “Recovery Minyak Jelantah
Menggunakan Mengkudu Sebagai Absorben.” Prosiding Seminar Nasional PERTETA
2012, 2012, 585–89.

Husna Ni’matul Ulya, and Ravina Putri Agustin. “Penguatan UMKM Melalui
Pembuatan Merek Dagang Dan Label Pada UMKM Jajanan Camilan Di Desa
Joresan Mlarak Ponorogo.” Amaluna: Jurnal Pengabdian Masyarakat 1, no. 1 (2022):
58–70. https://doi.org/10.21154/amaluna.v1i1.1069.

Prayitno, Mustofa Aji, and Wirawan Fadly. “Pelatihan Pemanfaatan Dan


Pendampingan Pembuatan QRIS (QR Code Indonesian Standard) Sebagai
Media Digitalisasi ZIS Di Desa Glinggang Kabupaten Ponorogo.” Bubungan
Tinggi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 4, no. 2 (2022): 543.
https://doi.org/10.20527/btjpm.v4i2.5254.

Ulya, Husna Ni’matul, Renaldin Shadruddin, and Diyan Putri Ayu. “Peningkatan
Inovasi Produk Keripik Tempe ‘Cipta Rasa’ Di Ketawang Madiun.” Amalee:
Indonesian Journal of Community Research and Engagement 3, no. 1 (2022): 97–111.
https://doi.org/10.37680/amalee.v3i1.1290.

Anda mungkin juga menyukai