Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang sejarah, perkembangan, dampak
ekonomi industri gula di Cilegon tahun 2003-2018. Penelitian ini menggunakan metode
historis, dengan langkah-langkah; heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan, wawancara dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa gula merupakan komoditi strategis yang dikenalkan
oleh bangsa Belanda. Pada tahun 1930, Indonesia mampu menjadi pengekspor gula kedua
terbesar dunia setelah Kuba. Gula juga merupakan salah satu bahan pangan pokok penting
setelah beras. Industri gula di Cilegon muncul pada tahun 2003 dan memulai berproduksi
pada tahun 2004 ditandai dengan berdirinya PT. Sentra Usahatama Jaya. Berdirinya industri
gula yang ada di Cilegon untuk memenuhi kebutuhan gula industri makanan dan minuman.
Kehadiran industri gula membawa dampak kehidupan ekonomi yaitu berhasil membuka
lapangan pekerjaan, bahkan 8% yang bekerja tidak hanya dari masyarakat Cilegon tetapi dari
luar Banten. Selain itu, terjadinya mobilitas masyarakat, yaitu yang awalnya masyarakat
agraris menjadi masyarakat industri. Selain menjadi karyawan industri dampak adanya
Industri Gula membawa beragam mata pencaharian yang lain, seperti masyarakat membuka
usahanya dengan berdagang atau membuka rumah makan disekitar industri. Hal tersebut
membawa kesejahteraan masyarakat untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga.
Sebagai salah satu bahan pangan Bekasi dan Medan. Dalam penelitian ini
pokok, konsumsi gula selalu mengalami memfokuskan pada industri Gula Rafinasi
peningkatan dari tahun ke tahun. yang ada di Banten tepatnya di Kota
Permintaan gula secara nasional akan terus Cilegon yaitu PT. Sentra Usahatama Jaya.
meningkat seiring dengan peningkatan Dilihat dari letak geografisnya industri
jumlah penduduk, pendapatan gula PT. Sentra Usahatama Jaya Cilegon
masyarakat, dan pertumbuhan industri terletak berada dibagian paling ujung
pengolahan makanan dan minuman. sebelah Barat Pulau Jawa terletak pada
Konsumsi gula secara nasional posisi 5º 52’24”-6º04’07” Lintang Selatan
menunjukkan peningkatan dengan rata- (LS), 105º54’05”-106º05’11” Bujur Timur
rata tingkat konsumsi per tahun 2,1 juta ton (BT) merupakan letak yang strategis,
(Catur Sugiyono, 2007 : 114). kawasan ini merupakan urat nadi
Perkembangan industri gula di transportasi yang menghubungkan Pulau
Indonesia menunjukan adanya Jawa dan Sumatra.
ketimpangan antara produksi dalam Industri gula PT. Sentra Usahatama
negeri dan tingkat konsumsi. Berdasarkan Jaya merupakan Industri Gula Rafinasi
peruntukannya konsumsi gula secara berskala nasional dimana bisa
umum dibagi atas konsumsi langsung memproduksi gula dengan skala yang
untuk masyarakat rumah tangga dan besar. Industri gula ini berdiri di wilayah
konsumsi untuk industri. Seiring dengan yang notabene adalah kawasan yang
pesatnya perkembangan industri makanan memproduksi baja sebagai produk utama
dan minuman kebutuhan untuk gula dan sebagai tempat yang strategis. Dilihat
untuk industri terus meningkat sehingga dari latar belakang sejarah pergulaan
komposisi konsumsi kedua pasar ini Indonesia yang panjang, Industri Gula
perlahan-lahan mengalami pergeseran Rafinasi ini sangat penting untuk dikaji,
yaitu konsumsi gula rumah tangga dikarenakan sebelum adanya Industri
menurun (Sumaryanto dkk, 1999). Gula Rafinasi di Indonesia, untuk
Pada periode tahun 2002 mulai kebutuhan gula berskala nasional untuk
dikembangkan Pabrik Gula Rafinasi, yang industri makana dan minuman belum
di maksudkan untuk membantu mencukupi. Dalam perkembangannya
mencukupi kebutuhan gula untuk industri impor bahan baku gula atau disebut raw
makanan dan minuman. Pabrik Gula sugar dibatasi oleh pemerintah dikarenkan
Rafinasi memperoleh kemudahan dalam berdampak pada petani tebu lokal,
impor bahan baku gula mentah, yaitu sehingga industri-industri tersebut
dengan keringanan bea masuk atau pajak diarahkan untuk melakukan pembelian
impor, pemerintah menerapkan kebijakan gula rafinasi dari produksi pabrik gula
bea masuk lima persen selama dua tahun rafinasi dalam negeri. Sehingga penting
pertama (Surat Keputusan Menteri untuk di kaji mengenai sistem manajemen
Keuangan No.135/KMK.05/2000). produksi yang digunakan oleh PT. Sentra
Industri Gula Rafinasi yang Usahatama Jaya yang mampu
tersebar di wilayah Indonesia antara lain di mempertahankan eksistensinya sampai
Banten, Cilacap, Lampung, Makasar, saat ini.
127
Tsaqofah & Tarikh Vol. 7 No. 2 Bulan Desember Tahun 2022
128
Penulis: Muhammad Ilham Gilang1, Risalahwati Romdhon2, Ana Nurhasanah3
Judul artikel: Sejarah Industrialisasi Gula di Cilegon
konstruksi, pabrik pipa baja, pelat baja dan Jika dilihat dari sejarah pergulaan
sebagainya. Juga terdapat pabrik yang Indonesia dan perkembangannya,
memanfaatkan lebih lanjut baja yang telah industri gula di Indonesia diperkenalkan
diolah itu seperti pabrik mesin perkakas, oleh pemerintah kolonial Belanda pada
perlengkapan bangunan, industri Abad ke 19 untuk tujuan ekspor.
konstruksi, peralatan rumah tangga dan Indonesia terutama Jawa pernah
pabrik lain yang sejenis. mengalami zaman keemasan dalam
produksi gula tebu pada tahun 1928.
• Industri Non Baja Dalam tahun 1928 ini industri gula
menghasilkan tiga perempat dari ekspor
Industri ini meliputi industri kimia,
Jawa keseluruhan dan industri ini telah
jasa angkutan alat berat dan industri bahan
menyumbang seperempat dari seluruh
galian yang berlokasi di sepanjang pantai
penerimaan pemerintah Hindia Belanda.
Selat Sunda dengan memanfaatkan
Pada masa itu terdapat 178 pabrik gula
perangkutan laut untuk angkutan barang
yang mengusahakan perkebunan di Jawa
masuk dan angkutan jalan raya untuk
dengan luas areal tebu yang dipanen kira-
mendistribusikan ke kota-kota lainnya.
kira 200.000 hektar dengan produktivitas
Sebagian industri kimia adalah depot
14,8 persen dan rendemen mencapai 11-
pengumpul yang kemudian
13,8 persen telah menghasilkan hampir 3
mendistribusikannya ke kota-kota lain,
juta ton gula dimana hampir separohnya
sedang sebagian lagi memproduksi zat
diekspor. Ketika itu Jawa merupakan
kimia dasar sebagai bahan baku bagi
eksportir gula kedua terbesar di dunia
industri lain seperti tekstil, plastic, industri
setelah Kuba. (Mubyarto, 1984).
manufaktur dan sebagainya.
Perkembangan industri gula di
• Industri Kecil dan Kerajinan.
Indonesia menunjukan adanya
Industri ini diusahakan oleh penduduk ketimpangan antara produksi dalam
setempat dalam skala kecil dengan negeri dan tingkat konsumsi. Berdasarkan
teknologi sederhana yang meliputi peruntukannya konsumsi gula secara
pembuatan genteng/batu bata, industri umum dibagi atas konsumsi langsung
makanan/minuman, pembakaran kapur, untuk masyarakat rumah tangga dan
industri pembuatan kompor minyak dan konsumsi untuk industri. Seiring dengan
sebagainya. Industri kecil yang cukup pesatnya perkembangan industri makanan
dominan adalah industri pembuatan dan minuman kebutuhan untuk gula
emping melinjo dan gula kelapa yang untuk industri terus meningkat sehingga
merupakan komoditas ekspor keluar komposisi konsumsi kedua pasar ini
daerah. Pada umumnya kegiatan ini perlahan-lahan mengalami pergeseran
dikerjakan di rumah-rumah penduduk yaitu konsumsi gula rumah tangga
(home industry). menurun (Sumaryanto dkk, 1999).
Latar Belakang Sejarah Industri Gula Pada periode tahun 2002 mulai
dikembangkan Pabrik Gula rafinasi, yang
• Sejarah Industri Gula di maksudkan untuk membantu
129
Tsaqofah & Tarikh Vol. 7 No. 2 Bulan Desember Tahun 2022
130
Penulis: Muhammad Ilham Gilang1, Risalahwati Romdhon2, Ana Nurhasanah3
Judul artikel: Sejarah Industrialisasi Gula di Cilegon
131
Tsaqofah & Tarikh Vol. 7 No. 2 Bulan Desember Tahun 2022
132
Penulis: Muhammad Ilham Gilang1, Risalahwati Romdhon2, Ana Nurhasanah3
Judul artikel: Sejarah Industrialisasi Gula di Cilegon
133