Anda di halaman 1dari 8

SEJARAH INDUSTRIALISASI GULA DI CILEGON

Muhammad Ilham Gilang1, Risalahwati Romdhon2, Ana Nurhasanah3


Program Studi Tadris IPS Universitas Islam Negeri Fatmawati Sukarno Bengkulu 1, Jurusan
Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa2,3
ilham.gilang@iainbengkulu.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang sejarah, perkembangan, dampak
ekonomi industri gula di Cilegon tahun 2003-2018. Penelitian ini menggunakan metode
historis, dengan langkah-langkah; heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan, wawancara dan dokumentasi.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa gula merupakan komoditi strategis yang dikenalkan
oleh bangsa Belanda. Pada tahun 1930, Indonesia mampu menjadi pengekspor gula kedua
terbesar dunia setelah Kuba. Gula juga merupakan salah satu bahan pangan pokok penting
setelah beras. Industri gula di Cilegon muncul pada tahun 2003 dan memulai berproduksi
pada tahun 2004 ditandai dengan berdirinya PT. Sentra Usahatama Jaya. Berdirinya industri
gula yang ada di Cilegon untuk memenuhi kebutuhan gula industri makanan dan minuman.
Kehadiran industri gula membawa dampak kehidupan ekonomi yaitu berhasil membuka
lapangan pekerjaan, bahkan 8% yang bekerja tidak hanya dari masyarakat Cilegon tetapi dari
luar Banten. Selain itu, terjadinya mobilitas masyarakat, yaitu yang awalnya masyarakat
agraris menjadi masyarakat industri. Selain menjadi karyawan industri dampak adanya
Industri Gula membawa beragam mata pencaharian yang lain, seperti masyarakat membuka
usahanya dengan berdagang atau membuka rumah makan disekitar industri. Hal tersebut
membawa kesejahteraan masyarakat untuk meningkatkan taraf ekonomi keluarga.

Kata Kuci : Industri Gula, Perubahan dan Ekonomi, Cilegon.


Jawa Timur, terutama di daerah pesisir
Pendahuluan pantai utara jawa. Pemilihan daerah pesisir
Perkebunan tebu merupakan sebagai pembangunan pabrik gula tidak
tahapan pertama dari industri gula lepas dari efisiensi dalam proses bongkar
(Leirissa dkk, 2012: 67). Tebu merupakan muat gula melalui pelabuhan-pelabuhan di
bahan baku industri gula yang termasuk pesisir pantai utara Jawa (Yusuf Perdana,
dalam salah satu tanaman dalam 2019 : 229).
Cultuurstelsel. Tebu bukan tanaman baru Gula merupakan salah satu pangan
yang dikenalkan oleh Belanda, Ham penting bagi bangsa Indonesia yang juga
menuturkan bahwa tebu sudah ada di merupakan salah satu kebutuhan pokok
Pulau Jawa sebelum Belanda datang dan setelah beras. Dalam sejarah pangan
diperkirakan dibawa oleh orang Arab yang nasional tebu telah lama dikenal dan
mengolahnya menjadi gula secara dibudidayakan serta menjadi komoditi
primitive (Ham, 2002: 64). Pabrik gula penting semasa kolonial Belanda. Pada
pertama kali hadir di Hindia Belanda masa kolonial Belanda gula menjadi
berada di Pulau Jawa, yang menyebar primadona sebagai komoditas eskpor
sepanjang dari Jawa Barat hingga daerah utama (Dyana Sari, 2017 : 1).
Penulis: Muhammad Ilham Gilang1, Risalahwati Romdhon2, Ana Nurhasanah3
Judul artikel: Sejarah Industrialisasi Gula di Cilegon

Sebagai salah satu bahan pangan Bekasi dan Medan. Dalam penelitian ini
pokok, konsumsi gula selalu mengalami memfokuskan pada industri Gula Rafinasi
peningkatan dari tahun ke tahun. yang ada di Banten tepatnya di Kota
Permintaan gula secara nasional akan terus Cilegon yaitu PT. Sentra Usahatama Jaya.
meningkat seiring dengan peningkatan Dilihat dari letak geografisnya industri
jumlah penduduk, pendapatan gula PT. Sentra Usahatama Jaya Cilegon
masyarakat, dan pertumbuhan industri terletak berada dibagian paling ujung
pengolahan makanan dan minuman. sebelah Barat Pulau Jawa terletak pada
Konsumsi gula secara nasional posisi 5º 52’24”-6º04’07” Lintang Selatan
menunjukkan peningkatan dengan rata- (LS), 105º54’05”-106º05’11” Bujur Timur
rata tingkat konsumsi per tahun 2,1 juta ton (BT) merupakan letak yang strategis,
(Catur Sugiyono, 2007 : 114). kawasan ini merupakan urat nadi
Perkembangan industri gula di transportasi yang menghubungkan Pulau
Indonesia menunjukan adanya Jawa dan Sumatra.
ketimpangan antara produksi dalam Industri gula PT. Sentra Usahatama
negeri dan tingkat konsumsi. Berdasarkan Jaya merupakan Industri Gula Rafinasi
peruntukannya konsumsi gula secara berskala nasional dimana bisa
umum dibagi atas konsumsi langsung memproduksi gula dengan skala yang
untuk masyarakat rumah tangga dan besar. Industri gula ini berdiri di wilayah
konsumsi untuk industri. Seiring dengan yang notabene adalah kawasan yang
pesatnya perkembangan industri makanan memproduksi baja sebagai produk utama
dan minuman kebutuhan untuk gula dan sebagai tempat yang strategis. Dilihat
untuk industri terus meningkat sehingga dari latar belakang sejarah pergulaan
komposisi konsumsi kedua pasar ini Indonesia yang panjang, Industri Gula
perlahan-lahan mengalami pergeseran Rafinasi ini sangat penting untuk dikaji,
yaitu konsumsi gula rumah tangga dikarenakan sebelum adanya Industri
menurun (Sumaryanto dkk, 1999). Gula Rafinasi di Indonesia, untuk
Pada periode tahun 2002 mulai kebutuhan gula berskala nasional untuk
dikembangkan Pabrik Gula Rafinasi, yang industri makana dan minuman belum
di maksudkan untuk membantu mencukupi. Dalam perkembangannya
mencukupi kebutuhan gula untuk industri impor bahan baku gula atau disebut raw
makanan dan minuman. Pabrik Gula sugar dibatasi oleh pemerintah dikarenkan
Rafinasi memperoleh kemudahan dalam berdampak pada petani tebu lokal,
impor bahan baku gula mentah, yaitu sehingga industri-industri tersebut
dengan keringanan bea masuk atau pajak diarahkan untuk melakukan pembelian
impor, pemerintah menerapkan kebijakan gula rafinasi dari produksi pabrik gula
bea masuk lima persen selama dua tahun rafinasi dalam negeri. Sehingga penting
pertama (Surat Keputusan Menteri untuk di kaji mengenai sistem manajemen
Keuangan No.135/KMK.05/2000). produksi yang digunakan oleh PT. Sentra
Industri Gula Rafinasi yang Usahatama Jaya yang mampu
tersebar di wilayah Indonesia antara lain di mempertahankan eksistensinya sampai
Banten, Cilacap, Lampung, Makasar, saat ini.

127
Tsaqofah & Tarikh Vol. 7 No. 2 Bulan Desember Tahun 2022

Munculnya industri dalam suatu Pembahasan


wilayah dianggap membawa perubahan • Industrialisasi Cilegon
bagi masyarakat disekitar industri yaitu Kota Cilegon dikenal dengan sebutan
ada perubahan maupun ekonomi yaitu Kota Baja, karena kota ini banyak berdiri
perubahan pola mata pencaharian pada industri-industri besar yang memproduski
masyarakat sekitar industri yang akan baja sebagai produk utama industrinya.
menjadi titik tumbuh perekonomian Kota Cilegon merupakan kota yang
masyarakat dalam rangka mencapai memiliki banyak potensi untuk
kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat berkembang dalam bidang industri dan
yang mampu melihat peluang untuk jasa. Letak Kota Cilegon yang strategis dan
meningkatkan perekonomian keluarga potensional di Provinsi Banten, karena
dengan adanya industri. Hal inilah yang terletak pada jalur pintu masuk pulau Jawa
membuat peneliti tertarik untuk dan Sumatra. Arus dan barang jasa dari ibu
melakukan penelitian perubahan ekonomi kota provinsi-provinsi di Sumatra menuju
akibat adanya industri gula PT. Sentra Jakarata dan kota-kota lain di Jawa
Usahatama Jaya di Cilegon. sebagian besar melalui kota ini. Dari
Dalam penelitian ini menggunakan kawasan andalan yang ada, Kota Cilegon
metode sejarah dengan pendekatan - di tetapkan sebagai pusat utama untuk
ekonomi. Dalam metode penelitian sejarah kawasan industri andalan yaitu
terdapat beberapa tahapan di antaranya; Bojonegara-Merak-Cilegon dan sekitarnya
heuristik, kritik baik ekstern maupun sebagai potensi unggulan industri,
intern, interpretasi dan tahapan terakhir pariwisata, pertambangan, pertanian
historiografi (Daliman, 2014:27). Penelitian tanaman pangan dan perikanan (Lilis Sri
ini menggunakan teknik studi Mulyawati, 2008).
kepustakaan, wawancara dan
dokumentasi. Berdasarkan hasil produksinya
Dikumpulkan beberapa sumber industri di Kota Cilegon dapat dibagi 3
yang relevan baik primer maupun kelompok yaitu industri baja, industri non
sekunder yang dapat digunakan dalam baja dan industri kecil/kerajinan dengan
menjawab permasalahan yang akan uraian sebagai berikut (Aulia Yusran, 2006
dibahas. Sumber sejarah yang digunakan : 84-85) :
dalam penelitian ini adalah sumber tertulis • Industri Baja.
(kajian pustaka) dan sumber lisan
Didominasi oleh perusahaan PT.
(wawancara). Dalam proses pengumpulan
Krakatau Steel Group yang berlokasi di
sumber, lebih ditekankan pada sumber
Kawasan Krakatau Industrial Estate
lisan karena masih minimnya sumber
Cilegon (KIEC) dan telah mempunyai
tertulis yang secara khusus membahas
rencana tapak yang memadai dan terarah
permasalahan yang dikaji. Walaupun
Pada umumnya kelompok industri ini
demikian, penggunaan sumber tertulis
terdiri dari pabrik yang memanfaatkan
dilakukan untuk membantu memudahkan
baja kasar (crude steel) sebagai salah satu
analisis dalam penulisan ini.
produk dan dilakukan pengolahan lebih
lanjut. Pabrik baja ini meliputi pabrik baja

128
Penulis: Muhammad Ilham Gilang1, Risalahwati Romdhon2, Ana Nurhasanah3
Judul artikel: Sejarah Industrialisasi Gula di Cilegon

konstruksi, pabrik pipa baja, pelat baja dan Jika dilihat dari sejarah pergulaan
sebagainya. Juga terdapat pabrik yang Indonesia dan perkembangannya,
memanfaatkan lebih lanjut baja yang telah industri gula di Indonesia diperkenalkan
diolah itu seperti pabrik mesin perkakas, oleh pemerintah kolonial Belanda pada
perlengkapan bangunan, industri Abad ke 19 untuk tujuan ekspor.
konstruksi, peralatan rumah tangga dan Indonesia terutama Jawa pernah
pabrik lain yang sejenis. mengalami zaman keemasan dalam
produksi gula tebu pada tahun 1928.
• Industri Non Baja Dalam tahun 1928 ini industri gula
menghasilkan tiga perempat dari ekspor
Industri ini meliputi industri kimia,
Jawa keseluruhan dan industri ini telah
jasa angkutan alat berat dan industri bahan
menyumbang seperempat dari seluruh
galian yang berlokasi di sepanjang pantai
penerimaan pemerintah Hindia Belanda.
Selat Sunda dengan memanfaatkan
Pada masa itu terdapat 178 pabrik gula
perangkutan laut untuk angkutan barang
yang mengusahakan perkebunan di Jawa
masuk dan angkutan jalan raya untuk
dengan luas areal tebu yang dipanen kira-
mendistribusikan ke kota-kota lainnya.
kira 200.000 hektar dengan produktivitas
Sebagian industri kimia adalah depot
14,8 persen dan rendemen mencapai 11-
pengumpul yang kemudian
13,8 persen telah menghasilkan hampir 3
mendistribusikannya ke kota-kota lain,
juta ton gula dimana hampir separohnya
sedang sebagian lagi memproduksi zat
diekspor. Ketika itu Jawa merupakan
kimia dasar sebagai bahan baku bagi
eksportir gula kedua terbesar di dunia
industri lain seperti tekstil, plastic, industri
setelah Kuba. (Mubyarto, 1984).
manufaktur dan sebagainya.
Perkembangan industri gula di
• Industri Kecil dan Kerajinan.
Indonesia menunjukan adanya
Industri ini diusahakan oleh penduduk ketimpangan antara produksi dalam
setempat dalam skala kecil dengan negeri dan tingkat konsumsi. Berdasarkan
teknologi sederhana yang meliputi peruntukannya konsumsi gula secara
pembuatan genteng/batu bata, industri umum dibagi atas konsumsi langsung
makanan/minuman, pembakaran kapur, untuk masyarakat rumah tangga dan
industri pembuatan kompor minyak dan konsumsi untuk industri. Seiring dengan
sebagainya. Industri kecil yang cukup pesatnya perkembangan industri makanan
dominan adalah industri pembuatan dan minuman kebutuhan untuk gula
emping melinjo dan gula kelapa yang untuk industri terus meningkat sehingga
merupakan komoditas ekspor keluar komposisi konsumsi kedua pasar ini
daerah. Pada umumnya kegiatan ini perlahan-lahan mengalami pergeseran
dikerjakan di rumah-rumah penduduk yaitu konsumsi gula rumah tangga
(home industry). menurun (Sumaryanto dkk, 1999).

Latar Belakang Sejarah Industri Gula Pada periode tahun 2002 mulai
dikembangkan Pabrik Gula rafinasi, yang
• Sejarah Industri Gula di maksudkan untuk membantu

129
Tsaqofah & Tarikh Vol. 7 No. 2 Bulan Desember Tahun 2022

mencukupi kebutuhan gula untuk industri dengan kapasitas Gula Double


makanan dan minuman. Pabrik Gula Refined/Refined per tahunnya sebesar
rafinasi memperoleh kemudahan dalam 540.000 (Lima Ratus Empat Puluh Ribu)
impor bahan baku gula mentah, yaitu ton. Produk Gula Double Refined/Refined
dengan keringanan bea masuk atau pajak pabrik ini adalah 100% untuk dikonsumsi
impor, pemerintah menerapkan kebijakan Industri Makanan dan Minuman Nasional
bea masuk lima persen selama dua tahun ataupun Internasional (Anglia, 2013: 37).
pertama (Surat Keputusan Menteri
Keuangan No.135/KMK.05/2000). • Lokasi Industri
Organisasi Gula Internasional (ISO) Pabrik gula petama kali hadir di
menyatakan bahwa konsumsi gula Hindia Belanda berada di Pulau Jawa, yang
Indonesia akan tumbuh 4% per tahun menyebar sepanjang dari Jawa Barat
untuk memenuhi kebutuhan 240 juta jiwa hingga daerah Jawa Timur, terutama di
penduduk nasional. Berdasarkan data daerah pesisisr pantai utara Jawa.
Tahun 2012 menunjukkan bahwa total Pemilihan daerah pesisir sebagai pemiliha
kebutuhan konsumsi gula untuk industri pabrik gula tidak lepas dari efesiensi dalam
sebesar 2,5 juta ton per tahun. Namun, proses bongkar muat melalui pelabuhan-
permintaan tersebut tak seimbang dengan pelabuhan di pesisir pantai utara. Selain itu
total gula kristal rafinasi yang ditawarkan padatnya Pulau Jawa hingga kontur tanah
oleh produksi dalam negeri yakni hanya yang cocok untuk di tanam tebu (Yusuf
sebesar 2,1 juta ton per tahun. Berdasarkan Perdana, 2019 : 228).
data tersebut diketahui bahwa terjadi Tebu merupakan salah satu tanaman
ketidak seimbangan antara permintaan perkebunan yang mempunyai peranan
dan penawaran, yakni untuk GKR terjadi dan posisi penting dalam sektor industri
defisit 400.000 ton. Untuk memenuhi dan merupakan bahan baku industri gula.
kebutuhan gula Indonesia, pemerintah Tanaman tebu sangat cocok tumbuh di
mengambil kebijakan untuk mengimpor daerah yang beriklim tropis yaitu di daerah
kekurangannya dari luar negeri. Sebelum Jawa. Hal tersebutlah mengapa banyak
tahun 2000, Indonesia mengimpor seluruh pabrik-pabrik gula peninggalan masa
kebutuhan gula rafinasi. Namun kolonial Belanda banyak berdiri pabrik
ekspektasi gula dunia terus meningkat gula yang dekat dengan perkebunan tebu.
sedangkan produksi di dalam negeri Berbeda halnya dengan industri gula
semakin menurun sehingga pemerintah rafinasi yang dikembangan pemerintah
memutuskan untuk membangun pabrik pada tahun 200an industri gula rafinasi
gula rafinasi (Rutte Indah Kurniasari, didirikan dengan tujuan untuk memenuhi
2015). industri makanan dan minuman berskala
PT. Sentra Usahatama Jaya di dirikan nasional karena pabrik-pabrik gula tidak
pada akhir tahun 2003 pabrik ini mulai ber- mampu memenuhi gula untuk industri.
produksi secara komersial pada akhir Industri gula rafinasi yang ada di
bulan November tahun 2004. PT Sentra Indonesia berdiri diwilayah yang tidak
Usahatama Jaya mendapat izin untuk dekat dengan perkebunan tebu
mengoperasikan Pabrik Gula Rafinasi

130
Penulis: Muhammad Ilham Gilang1, Risalahwati Romdhon2, Ana Nurhasanah3
Judul artikel: Sejarah Industrialisasi Gula di Cilegon

dikarenakan bahan baku industri gula • Proses Produksi Gula Rafinasi


rafinasi sendiri diperoleh dari impor. Pengolahan kristal gula mentah (raw
sugar) menjadi gula rafinasi cukup rumit.
PT. Sentra Usahatama Jaya adalah Pengolahan meliputi berbagai macam
industri gula rafinasi yang berdiri diatas tahapan, dimana masing-masing dapat
lahan sekitar 11 hektar ini terletak di Jl. mencakup beberapa unit operasional
Raya Anyer, km 10, Kecamatan Ciwandan, pemisahan. Efisiensi operasional dari tiap
Cilegon, Banten. Lokasi industri ini sangat tahapan pengolahan sangat dipengaruhi
strategis, dekat dengan dua pelabuhan oleh keberhasilan tahapan sebelumnya.
besar di Ciwandan dan juga dekat dengan Adapun tahapan pemurnian gula kristal
customer-customer. Dua pelabuhan besar mentah (raw sugar) mejadi gula kristal
tersebut adalah Pelabuhan Pelindo rafinasi meliputi tahap afinasi, klarifikasi,
Ciwandan yang jaraknya kurang lebih 1 filtrasi, dekolorisasi, evaporasi dan kristalisasi,
km dari lokasi dan juga Pelabuhan sentrifugasi, pengeringan dan pendinginan.
Cigading Krakatau Bandar Samudera (Baikow, 1978).
(KBS) yang jaraknya juga kurang lebih 1 Dalam perkembangan produksinya
km dari lokasi industri. Jarak industri ini PT. Sentra Usahatama Jaya mengalami
dari Jakarta 90 km dan aksesnya mudah perkembangan produksi sangat pesat
melalui Jalan Tol Merak (Anglia, 2013 : 38). untuk tahun 2004 di awal tahun
berproduksi PT. Sentra Usahatama Jaya
Pemilihan lokasi industri gula ini
hanya mampu menghasilkan produksi
didasarkan pada beberapa pertimbangan,
gula sebesar 750 metrik ton perhari. Seiring
yaitu: (a) Bahan baku, bahan baku yang
dengan kemampuan perusahaan dalam
digunakan oleh PT. Sentra Usahatama Jaya
mengelola potensi bisnis dan Sumber Daya
adalah gula mentah atau bisa disebut raw
Manusia (SDM) yang ada, perusahaan
sugar, yang di impor dari luar negeri yaitu
yang berdiri diatas lahan seluas 11 hektar
dari Negara Brazil, Australia dan Thailand.
tersebut mampu memproduksi gula
PT. Sentra Usahatama Jaya terletak dekat
rafinasi hingga 1.600 metrik ton perhari.
dengan pelabuhan sehingga proses
PT. Sentra Usahatama Jaya diharapkan
pembongkaran dan pengantaran bahan
bisa menutupi kekurangan kebutuhan gula
baku ke pabrik dapat dengan mudah
rafinasi pada industri makanan dan
dilakukan. (b) Air, dalam pengelolaan
minuman dalam negeri. PT. Sentra
proses produksinya, PT. Sentra Usahatama
Usahatama Jaya sebagai salah satu
Jaya memerlukan air. Sumber air terdekat
perusahaan yang terus berkembang dalam
yang digunakan oleh perusahaan adalah
memenuhi kebutuhan gula rafinasi dalam
Selat Sunda air laut digunakan sebagai air
negeri (Wawancara dengan Fatih pada 8
condensator dan KTI Krakatau Tirta
Juni 2020).
Industri. (c) Transportasi letak PT. Sentra
• Dampak Industri Gula
Usahatama Jaya berdekatan dengan
Dalam perkembangan Industri
pelabuhan, jalan raya dan lepas pantai
Gula membawa perubahan terhadap
yang menghubungkan kota-kota besar di
pekerja dan masyarakat sekitar lokasi
pulau Jawa sehingga memperlancar
industri. Dimana terjadi kemajuan.
distribusi hasil produksi.

131
Tsaqofah & Tarikh Vol. 7 No. 2 Bulan Desember Tahun 2022

Munculnya industri disuatu daerah akan jasa transportasi (Wawancara dengan


menimbulkan dampak bagi masyarakat Muhit, 26 Juni 2020).
sekitar, seperti halnya yang terjadi di
Cilegon setelah berdiri dan Kesimpulan
berkembangnya industri gula telah Gula merupakan salah satu bahan
membawa pengaruh terhadap kehidupan pangan pokok penting bagi bangsa
masyarakat sekitarnya. Adanya Industri Indonesia yang juga merupakan salah satu
Gula banyak telah membawa perubahan kebutuhan pokok selain beras. Dalam
bagi kehidupan masyarakat. Perubahan sejarah pangan nasional, tebu telah lama
tersebut adalah adanya kemajuan, baik itu dikenal dan dibudidayakan serta menjadi
kemajuan mental maupun kemajuan fisik. komoditi penting semasa kolonial Belanda.
Kemajuan fisik antara lain semakin Catatan sejarah menunjukkan bahwa
membaiknya sarana transportasi industri gula telah menjadi industri tertua
sedangkan kemajuan mental antara lain dan unggulan sejak zaman kolonialisme.
semakin meningkatnya kesejahteraan Pulau Jawa menjadi salah satu penghasil
keluarga. gula terbesar di dunia, sekaligus sebagai
Masyarakat sudah sadar akan pengekspor gula terbesar kedua setelah
pentingnya pendidikan dimana hidup di Kuba.
sekitar daerah industri, banyak yang sudah Gula menjadi salah satu komoditas
menyekolahkan anaknya ke jenjang yang strategis dalam perekonomian Indonesia.
lebih tinggi karena dengan adanya industri Industri gula juga sangat terkait dengan
disekitar masyarakat persaingan semakin sumberdaya lokal, sehingga dapat
ketat. Di sekolahkan ke jenjang yang lebih dikembangkan high value commodity bagi
tinggi dengan tujuan untuk meningkatkan pemberdayaan ekonomi rakyat. Oleh
taraf ekonomi keluarga dengan harapan sebab itu keberadaan industri gula dapat
setelah lulus dari pendidikan bisa bekerja menjadi aset ekonomi dan sekaligus
di Industri Gula (Wawancara dengan sebagai aset (social capital) yang penting.
Muhit, 26 Juni 2020). Gula juga termasuk salah satu kebutuhan
Dalam perkembangannya Industri pokok masyarakat, khususnya sebagai
Gula membawa dampak terhadap sumber kalori.
perpindahan mobilitas masyarakat Dalam perkembangannya Industri
Cilegon yaitu perpindahan pola perilaku Gula PT. Sentra Usahatama Jaya,
masyarakat dimana masyrakat Cilegon membawa dampak perubahan terhadap
tidak lagi bekerja sebagai petani melainkan pekerja dan masyarakat sekitar lokasi
sebagai karyawan industri. Yaitu dengan industri. Dimana masyarakat sudah
tujuan meningkatkan kesejahteraan, selain mengenal kebutuhan akan pendidikan
membuka lapangan pekerjaan, banyaknya guna meningkatkan taraf hidup keluarga
peluang usaha selain menjadi pekerja dengan bekerja di Industri. Selain itu ada
industri yaitu dengan membuka peluang juga terjadi perpindahan atau perubahan
usaha sebagai pedagang, rumah makan, pola perilaku masyarakat yaitu yang
membuka kontrakan, kos-kosan dan juga semula masyarakat agraris menjadi
masyarakat industri. Tidak hanya

132
Penulis: Muhammad Ilham Gilang1, Risalahwati Romdhon2, Ana Nurhasanah3
Judul artikel: Sejarah Industrialisasi Gula di Cilegon

menyerap tenaga kerja sebagai karyawan Erma Catur Adriana “Perkembangan


pabrik tetapi berdirinya Industri Gula PT. Industri Gula Merah dan
Sentra Usahatama Jaya ini membawa Pengaruhnya Terhadap Kehidupan
dampak di sekitar lokasi industri yaitu Ekonomi Masyarakat Desa
membuka peluang usaha lain selain Gondang Manis Kecamatan Bae
bekerja di pabrik yaitu membuka rumah Kabupaten Kudus Tahun 1998-
makan, kontrakan, kos-kosan dan juga 2008” Skripsi, Semarang :
berdagang. Hal ini memunculkan beragam Universitas Negeri Semarang, 2009.
mata pencaharian. Darmia Kurniasih “Pengaruh Industri
Gula Terhadap Kehidupan
Ekonomi Di Karesidenan Jepara
Daftar Pustaka 1870-1930”Skripsi, Yogyakarta :
Buku Universitas Negeri Yogyakarta,
Sjamsuddin Helius. (2007). Metodologi 2016.
Sejarah. Yogyakarta: Ombak. Yusuf, Perdana (2019). Dinamika Industri
Kuntowijoyo. (1995). Pengantar Ilmu Gula Sejak Cultuurstelsel Hinga Krisis
Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wicana. Malaise Tahun 1830-1929. UNILA
Soekanto, Soerjono. (2012). Sosiologi jurnal, hlm 227-242.
Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers Hartono, Slamet (2015). Permintaan Gula
Mubyarto, Daryanti. (1991). Gula : Kajian - Rafinasi Pada Industri Makanan
Ekonomi. Yogyakarta: Aditya Minuman dan Farmasi di Indonesia.
Media. UGM jurnal, hlm. 150-151.
Mubyarto, (1984). Masalah Industri Gula di Wahyuni, Sri. (2009). Industri Perdagangan
Indonesia. Yogyakarta: BPFE. Gula di Indonesia: Pembelajaran Dari
Pambudy, Rachmat. (2018). Membangun Kebijakan Zaman Penjajahan-
Kembali Kejayaan Industri Gula Sekarang. Media neliti Jurnal, hlm.
Indonesia, Bogor : Yayasan Jaringan 144-145.
Penerbitan Antar Kampus. Kurniasari, Rutte. (2015). Permintaan Gula
Sari, Dyana. (2017). Sekanario Kebijakan Rafinasi di Indonesia. UGM jurnal,
Swasembada Gula Indonesia. hlm. 24-30.
Yogyakarta: CV Budi Utama. Sugiyono, Catur. Permintaan Gula di
SKRIPSI/JURNAL Indonesia. UGM jurnal, hlm. 113-
Muhammad Faizin “Dinamika Industri 127.
Gula Meritjan di Kediri Tahun
1930-1945” Skripsi, Surabaya:
Universitas Airlangga, 2016.
Nurul Kusummaning Tyas “Dinamika
Ekonomi Pabrik Gula Sumberharjo
Pemalang Pada Tahun 1985-2005”
Skripsi, Yogyakarta: Universitas
Negeri Yogyakarta, 2013.

133

Anda mungkin juga menyukai