Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH EKONOMI PEMBANGUNAN

“MIGRASI”

Dosen pengampu:

Disusun oleh kelompok 6 :

INDRA GUNAWAN

RATNA SAFITRI

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI'AH


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SYARI'AH AL-MUJADDID
TANJUNG JABUNG TIMUR
TAHUN 2022/2023
ii
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum.wr.wb

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberi
kenikmatan dan kesempatan kepada penulis,sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini tepat pada waktunya.

Pada kesempatan kali ini,penulis akan menyampaikan isi makalah yang berjudul
“Migrasi”. Adapun tujuan penulis membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Ekonomi Pembangunan.

Dalam penyusunan makalah ini,penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan


dan kekurangannya.Oleh karena itu,penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun dari berbagai pihak agar penulis dapat memperbaiki makalah ini.

Demikian yang dapat penulis sampaikan,semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri maupun bagi khalayak ramai.Sekian dan terimakasih.

Wassalamualaikum.wr.wb

Muara Sabak, 16 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….i

DAFTAR ISI………………………………………………………………….………ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………...…………1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………………….…1
C. Tujuan ………………………………………………………………………………1

BAB II PEMBAHASAN

A. Konsep Dan Definisi Migrasi…..................................................................................2


B. Teori Migrasi………………………………………………………………...………3
C. Jenis Jenis Migrasi…………………………………………………………………...5
D. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Migrasi………………………………………...6
E. Kebijakan Terkait Migrasi…………………………………………………………...7

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………………….….…9
B. Saran...................................................................................................………….……9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………...10

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Migrasi merupakan salah satu faktor dari ketiga faktor dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, sedangkan faktor lain adalah kelahiran dan kematian. Peninjauan
migrasi secara regional sangatlah penting, mengingat adanya densitas dan distribusi
penduduk yang tidak merata, adanya faktor pendorong dan penarik migrasi, adanya
disentralisasi dalam pembangunan, di pihak lain komunikasi termasuk transportasi semakin
lancar. Migrasi antar bangsa (migrasi internasional) tidak begitu berpengaruh dalam
menambah atau mengurangi jumlah penduduk suatu negara kecuali di beberapa negatra
tertentu yang berkenaan dengan pengungsian, akibat dari bencana baik alam maupun perang.
Pada umumnya orang yang datang dan pergi antarnegara boleh dikatakan berimbang saja
jumlahnya. Peraturan – peraturan atau undang – undang yang dibuat oleh banyak negara
umumnya sangat sulit dan ketat bagi seseorang untuk bisa menjadi warga negara atau
menetap secara permanen di suatu negara lain. Barangkali untuk Indonesia hanya tahun 1959
yang patut dicatat dengan migrasi internasional yakni adanya ”exodus” orang orang Tionghoa
akibat dikenakannya peraturan pemerintah No. 10 tahun 1959 dengan tidak diakuinya adanya
dua kewarganegaraan bagi orang orang cina di Indonesia.

Berdasarkan latar belakang di atas, akan kami uaikan pembahasan mengenai migrasi
terutama pada pemahaman konsep, definisi atau istilah mengenai migrasi, sekilas kebijakan
pemerintah tentang migrasi, dan perhitungan – perhitungan sederhana migrasi.1

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep dan definisi migrasi?
2. Apa yang dimaksud dengan teori migrasi?
3. Apa saja jenis jenis migrasi?
4. Apa saja faktor faktor yang mempengaruhi migrasi?
5. Bagaimana kebijakan terkait migrasi?

C. Tujuan

1. Mengetahui bagaimana Konsep dan definisi migrasi


2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan teori migrasi
3. Mengetahui apa saja jenis jenis migrasi
4. Mengetahui apa saja faktor faktor yang mempengaruhi migrasi
5. Mengetahui bagaimana kebijakan terkait migrasi?

1
Rozy Munir.Dasar – dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.1981.hal.1

1
BAB
PEMBAHASAN

A. Konsep dan Definisi Migrasi

Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu
tempat ke tempat lain melampaui batas politik / negara ataupun batas administratif / batas
bagian dalam suatu negara. Ada dua dimensi yang harus diperhatikan dalam menelaah
migrasi, yaitu dimensi waktu dan dimensi daerah. Untuk dimensi waktu, ukuran yang pasti
tidak ada karena sulit menentukan beberapa lama seseorang pindah tempat tinggal untuk
dapat dianggap sebagai seorang migran, tetapi biasanya digunakan definisi yang ditentukan
dalam sensus penduduk. Contoh : Sensus penduduk tahun 1961 batasan waktu bagi
penentuan migran adalah 3 bulan sedangkan untuk sensus tahun 1971 dan 1980 batasannya 6
bulan.

Untuk dimensi daerah secara garis besarnya dibedakan perpindahan antar negara yaitu
perpindahan penduduk dari suatu negara ke negara lain yang disebut migrasi internasional.
Sedangkan perpindahan yang terjadi dalam satu negara, misalnya antarpropinsi, antar
kota/kabupaten, migrasi perdesaan ke perkotaan atau satuan administratif lainnya yang lebih
rendah daripada tingkat kabupaten, seperti kecamatan, kelurahan dan seterusnya dikenal
dengan migrasi intern. Contoh batasan unit wilayah bagi migrasi di indonesia menurut Sensus
1961 dan Sensus 1971 dan Sensus 1980 adalah propinsi.

Migrasi merupakan aktivitas pindahnya seseorang, sedangkan oranya yang pindah


tempat tinggal disebut migrant. Definisi migran menurut Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB)
”A migrant is a person who change his place of residence from one political or administrative
area to another”. Pengertian ini dikaitkan dengan pindah tempat tinggal secara permanen
sebab selain itu dikenal pula mover yaitu orang yang pindah dari suatu alamat ke alamat lain.

Beberapa bentuk perpindahan tempat (mobilitas) antara lain :

1. Perubahan tempat yang bersifat rutin misalnya orang yang pulang balik kerja (recurrent
movement).
2. Perubahan tempat yang tidak bersifat sementara.
3. Perubahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidak akan kembali ketempat
semula (non recurrent movement).

Mobilitas penduduk yang tidak bersifat menetap / jenis perpindahan yang batasan
waktunya lebih pendek antara lain :

1. Migrasi sirkuler atau migrasi musiman, yakni migrasi yang terjadi jika seseorang
berpindah tempat tetapi tidak bermaksud menetap di tempat tujuan
2. Migrasi ulang-alik (commuter), yakni orang yang setiap hari meninggalkan tempat
tinggalnya pergi ke kota lain untuk bekerja atau berdagang dan sebagainya tetapi pulang
pada sore harinya.

2
Mengenai mobilitas ini dalam sosiologi menurut sifatnya dibedakan menjadi
mobilitas vertikal dan horisontal. Yang termasuk mobilitas horisontal adalah perpindahan
penduduk secara teritorial, spasial atau geografis. Sedangkan mobilitas vertikal dikaitkan
dengan perubahan statu sosial dengan melihat kedudukan generasi misalnya kedudukan ayah.
2

B. Teori Migrasi

Beberapa teori yang mengungkapkan mengapa orang melakukan migrasi, diantaranya


adalah teori kebutuhan dan stres. Setiap individu mempunyai beberapa macam kebutuhan
ekonomi, sosial, budaya, dan psikologis. Semakin besar kebutuhan tidak dapat terpenuhi,
semakin besar stres yang dialami. Apabila stres sudah melebihi batas, maka seseorang akan
berpindah ke tempat lain yang mempunyai nilai kefaedahan terhadap pemenuhan
kebutuhannya. Perkembangan teori migrasi demikian dikenal dengan model stress-treshold
atau place-utility.

Seseorang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi, diantara adalah teori


kebutuhan dan stres (needs and stress). Setiap individu mempunyai kebutuhan yang perlu
dipenuhi. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan ekonomi, sosial, politik dan psikologi.
Apabila kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi terjadilah stres. Tingkat mudahnya stres yaang
dialami oleh individu berbanding terbalik dengan pemenuhan kebutuhan.

Apabila stres yang dialami seseorang tidak terlalu besar masih dalam batas
toleransinya maka orang tersebut tidak akan pindan dan tetap tinggal di daerah asal dan
menyesuaikan kebutuhannya dengan keadaan lingkungan yang ada. Apabila stres yang
dialami seseorang atau di luar batas toleransinya, maka orang tersebut mulai memikirkan
untuk pindah ke daerah lain di tempat kebutuhannya dapat terpenuhi. Hal tersebut
menunjukkan bahwa seseorang akan melakukan perpindahan atau mobilisasi dari daerah
yang mempunyai nilai kefaedahan wilayah (place utility) lebih rendah ke daerah yang
mempunyai nilai kefaedahan wilayah yang lebih tinggi dimana kebutuhannya dapat
terpenuhi.

Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa proses migrasi terjadi apabila:

1. Seseorang mengalami tekanan (stres), baik ekonomi, sosial maupun psikologi di tempat ia
berada. Tiap-tiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda, sehingga suatu
wilayah oleh seseorang dinyatakan sebagai wilayah yang dapat memenuhi kebutuhannya
sedangkan orang lain mengatakan tidak.
2. Terjadinya perbedaan nilai kefaidahan wilayah antara tempat yang satu dengan tempat
yang lain. Apabila tempat yang satu dengan tempat yang lain tidak ada perbedaan nilai
kefaedahan wilaah, tidak akan terjadi migrasi.

Menurut Ravenstein menjelaskan bahwa hukum-hukum migrasi penduduk adalah


sebagai berikut:
2
Noveria, M. 2009. “Kependudukan dan Fenomena Urbanisasi Dalam Pembangunan Perumahan dan
Permukiman : Agenda Kebijakan Tata Kelola dan Pengendaliannya.” Makalah dalam Seri Diskusi Nasional
Kongres Nasional Perumahan dan Permukiman II tahun 2009, Jakarta.hal.1-2

3
1. Para imigran cenderung memilih tempat terdekat sebagai daerah tujuan
2. Faktor paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi adalah sulitnya
memperoleh pekerjaan di daerah asal dan kemungkinan untuk memperoleh pekerjaan dan
pendapatan yang lebih baik di daerah tujuan. Daerah tujuan harus memiliki nilai
kefaedahan wilayah yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah asal.
3. Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah berpindah ke daerah lain
merupakan informasi yang sangat penting bagi orang-orang yang ingin bermigrasi
4. Informasi negatif dari daerah tujuan mengurangi niat penduduk untuk bermigrasi.
5. Semakin tinggi pengaruh perkotaan terhadap seseorang, semakin besar tingkat
migrasinya.
6. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensi migrasinya.
7. Para imigran cenderung memilih daerah tempat teman atau sanak keluarga bertempat
tinggal di daerah tujuan.
8. Para migrasi bagi maupun kelompok penduduk sulit diperkirakan. Hal ini karena banyak
dipengaruhi oleh kejadian yang mendadak seperti bencana alam, peperangan dan epidemi.
9. Penduduk yang masih muda dan belum kawin lebih banyak melakukan migrasi daripada
mereka yang berstatus kawin.
10. Penduduk yang berpendidikan tinggi biasanya lebih banyak melaksanakan migrasi
daripada yang berpendidikan rendah.

Selain itu, konsep teori pilihan sebagaimana dikemukakan Becker (2008) juga
digunakan untuk mengetahui motivasi seseorang dalam memutuskan bekerja di luar negeri.
Dalam hal demikian, individu dianggap sebagai makhluk sosial rasional dalam menentukan
pilihan. Umumnya individu akan menerapkan konsep prinsip ekonomi dalam usaha memilih
beberapa alternatif terbaik dan memberikan manfaat terbesar dan kerugian atau risiko yang
terkecil. Jika dikaitkan dengan teori di atas maka para migran dapat digolongkan sebagai
individu rasional dalam kepergiannya untuk bekerja di luar negeri. Hal ini dikarenakan alasan
faktor ekonomis seperti: mencari pekerjaan, meningkatkan pendapatan, dan kemudahan lain
serta berbagai alasan non-ekonomis lainnya misalnya aspek sosial, budaya, politik,
keamanan, dan psikologi.

Selain model tersebut, terdapat model yang dikembangkan oleh Speare (2005).
Migrasi tenaga kerja juga dipengaruhi oleh faktor struktural seperti karakteristik sosio-
demografis, tingkat kepuasan terhadap tempat tinggal, kondisi geografis daerah asal dan
karakteristik komunitas. Pada umumnya adanya ketidakpuasan pada latar belakang yang
berdimensi struktural mempengaruhi seseorang melakukan migrasi. Daerah yang lahan
pertaniannya tandus umumnya masyarakatnya mencari pekerjaan ke daerah lain yang lebih
subur atau banyak peluang ekonominya khususnya pada sektor non-pertanian misalnya
industri, perdagangan, dan jasa. Dalam cakupan yang lebih luas, masyarakat atau tenaga kerja
pada suatu negara akan melakukan migrasi ke negara lain yang perekonomiannya lebih baik
yang mampu menawarkan peluang kesempatan kerja dengan penghasilan yang lebih baik.

Teori pengambilan keputusan bermigrasi di tingkat individu dari perspektif geografi


yang berpengaruh kuat dalam analisisanalisis migrasi pada era 1970-an hingga menjelang
awal tahun 1990 an, adalah teori yang diajukan oleh Everett S. Lee (1970). Berdasarkan teori

4
migrasi Lee, faktor terpenting setiap individu dalam melakukan migrasi adalah faktor
individu itu sendiri. Faktor individu memberikan penilaian apakah suatu daerah dapat
memenuhi kebutuhannya atau tidak. Rintangan antara dapat berupa biaya pindah yang tinggi,
topografi daerah dan juga sarana transportasi.

Volume migrasi di satu wilayah berkembang sesuai dengan keanekaragaman daerah-


daerah di dalam wilayah tersebut. Bila melukiskan di daerah asal dan daerah tujuan ada
faktor-faktor positif, negatif dan adapula faktor-faktor netral. Faktor positif adalah faktor
yang memberi nilai yang menguntungkan kalau bertempat tinggal di daerah tersebut,
misalnya di daerah tersebut terdapat sekolah, kesempatan kerja, dan iklim yang baik.
Sedangkan faktor negatif adalah faktor yang memberi nilai negatif pada daerah yang
bersangkutan sehingga seseorang ingin pindah dari tempat tersebut. Perbedaan nilai
kumulatif antara kedua tempat cenderung menimbulkan arus imigrasi penduduk. (Lee, 2006).

Seperti lazimnya dalam ilmu ekonomi regional, tenaga kerja akan cenderung
melakukan migrasi dari daerah dengan kesempatan kerja kecil dan upah rendah ke daerah
dengan kesempatan kerja besar dan upah tinggi. 3

C. Jenis jenis migrasi

Ada beberapa jenis migrasi yang kiranya perlu diketahui yaitu :

1. Migrasi masuk ( In Migration ) Adalah masuknya penduduk ke suatu daerah tempat


tujuan ( area of destination ) .
2. Migrasi keluar ( Out Migration ) Adalah perpindahan penduduk keluar dari suatu daerah
asal ( area of origin ) .
3. Migrasi neto ( Net Migration ) Adalah selisih antara jumlah migrasi yang keluar dengan
masuk. Jika migrasi yang masuk lebih besar daripada migrasi yang keluar maka disebut
migrasi neto positif sedangkan jika migrasi keluar lebih besar dari pada migrasi masuk
disebut migrasi neto negatif.
4. Migrasi Bruto Adalah umlah migrasi masuk dan keluar.
5. Migrasi total (Total Migration) Adalah seluruh kejadian migrasi,mencakup migrasi
semasa hidup ( Life time Migration ) dan migrasi pulang ( return migration ).
6. Migrasi Internasional (International migration ) Adalah perpindahan penduduk dari suatu
negara kenegara lain.
7. Migrasi semasa hidup ( Life Time Migration ) Adalah migrasi berdasarkan tempat
kelahiran.
8. Migrasi parsial ( Partial migration) Adalah jumlah migran kesuatu daerah tujuan dari
suatu daerah asl atau dari daerah asal kedaerah tujuan.
9. Arus migrasi (migration stream) Adalah jumlah atau banyaknya perpindahan yang terjadi
dari daerah asal kedarah tujuan dalam jangka waktu tertentu .

3
Romdiati, H. dan M. Noveria.. “Mobilitas Penduduk Antar Daerah dalam Rangka Tertib Pengendalian Migrasi
Masuk ke DKI Jakarta”. Makalah Disampaikan pada Seminar dan Lokakarya (Semiloka) Tentang Urbanisasi.
Jakarta.2004,hal. 2-3

5
10. Urbanisasi (urbanization) Definisi urbanisasi berbeda beda antara suatu negara dengan
negara lainnya tetapi biasanya pengertiannya berhubungan dengan kota atau daerah
pemukiman lain yang padat.
11. Transmigrasi ( Transmigration ) Adalah salah satu bagian dari migrasi. Transmigrasi
adalah pemindahan dan / kepindahan penduduk dari suatu tempat untuk menetap di
tempat lain yang tetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia guna kepentingan
pembangunan negara atau karena alasan alasan yang di pandang berdasarkan ketentuan
yang diatur dalam undang Undang No. 3 Tahun 1972. 4

D. Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Migrasi

Pada dasarnya ada dua faktor yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi yaitu
faktor pendorong dan faktor penarik.

a. Faktor pendorong (push factor ) :

1. Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan seperti menurunnya daya dukung


lingkungan, menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu yang bahan bakunya
makin susah diperoleh seperti hasil tambang, kayu atau bahan dari pertanian.
2. Menyempitnya lapangan pekerjaan ditempat asal(misalnya tanah untuk pertanian di
perdesaan yang makin menyempit).
3. Adanya tekanan-tekanan politik, agama, suku sehingga mengganggu hak azasi penduduk
di daerah asal.
4. Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan
5. Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, tsunami, musim kemarau panjang
atau adanya wabah penyakit.

b. Faktor penarik (pull factor) :

1. Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidup.


2. Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
3. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenangkan, misalnya iklim,
perumahan, sekolah dan fasilitas-fasilitas publik lainnya.
4. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, pusat kebudayaan
sebagai daya tarik bagi orang-orang daerah lain untuk bermukim di kota besar tersebut.

Menurut Everett S. Lee (1966) mengajukan empat faktor yang menyebabkan orang
mengambil keputusan untuk melakukan migrasi yaitu:

1. Faktor-faktoryang terdapat di daerah asal


2. Faktor-faktoryang terdapat di daerah Tujuan
3. Rintangan-rintanganyang menghambat
4. Faktor-faktor pribadi 5

4
Tjiptoherijanto, P.“Mobilitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi.” Makalah dalam Simposium Dua Hari
Kantor Mentrans dan Kependudukan/BAKMP.2000.hal.8-9

6
E.Kebijakan Terkait Migrasi

1.Kebijakan Kota Tertutup

Mobilitas para migran (baik permanen maupun non-permanen) yang menyebabkan


peningkatan jumlah penduduk yang tidak terkendali di kota-kota besar berindikasi
memunculkan dampak positif maupun negatif. Dari sisi pelaku migrasi, mobilitas ke kota
relatif berdampak positif karena dapat memperoleh penghasilan yanglebih tinggi dibanding
dengan penghasilan di desa asal. Di sisi lain, maraknya migrasi menuju perkotaan berdampak
negatif karena secara langsung atau tidak, kota besar membutuhkan peningkatan kualitas dan
kuantitas fasilitas sosial, lingkungan, keindahan dan ketertiban (Bandiyono, 2004:3, dalam
Romdiati & Noveria 2004; Supriyatna 2008). Pelaku migrasi ke kota (utamanya kelompok
pendatang dengan kualitas rendah) menimbulkan berbagai masalah, antara lain
berkembangnya kawasan permukiman kumuh, degradasi lingkungan, kerawanan sosial,
tindak kriminal dan permasalahan pengangguran serta kemiskinan.

Berdasarkan fenomena tersebut, banyak pemerintahan di perkotaan yang menjalankan


kebijakan untuk “menjaga” kotanya dari serbuan pendatang. Pemerintahan kota-kota besar di
Indonesia memberlakukan kebijakan “kota tertutup”, yaitu larangan bagi penduduk
(khususnya penduduk pendatang) yang tidak memiliki KTP atau pekerjaan tetap untuk
tinggal di kota yang dituju. Kebijakan ini menjadi salah satu langkah yang dilakukan
pemerintah lokal agar para pendatang yang tidak memiliki modal atau peluang kerja di
perkotaan tidak lantas menumpuk di kota-kota besar. Kebijakan ini menjadi salah satu upaya
untuk menekan kedatangan para migran dari perdesaan atau luar kota. Untuk menegaskan
kebijakan tersebut, operasi yustisi kerap dilakukan pemerintah kota-kota besar dengan
melakukan razia kartu tanda penduduk (KTP). Warga yang tidak memiliki KTP ataupun surat
keterangan tinggal dari RT/RW setempat, serta tidak memiliki bukti telah memiliki
pekerjaan, akan ‘dipulangkan’ ke daerah asalnya (Palupi 2004; Widyaningrum 2009).

2.Dampak Kebijakan Kota Tertutup

Kebijakan pemerintah lokal maupun nasional mengenai “kota tertutup”, sebagai


upaya untuk melarang penduduk termasuk dari perdesaan untuk datang ke suatu kota
merupakan upaya yang cenderung kurang efektif dilakukan. Salah satu bukti yang dapat
ditinjau adalah tidak efektifnya pelaksanaan kebijakan kota tertutup oleh pemerintah Kota
Jakarta pada tahun 1970-an, semasa pemerintahan Gubernur Ali Sadikin (Supriyatna 2008).
Pelaksanaan kebijakan “kota tertutup” dianggap kurang efektif karena anggapan bahwa
melarang kedatangan seseorang ke suatu tempat merupakan pelanggaran hak azasi manusia.
Upaya pencegahan dapat dilakukan melalui beberapa cara. Salah satunya adalah melalui
pembangunan daerah perdesaan, termasuk mengembangkan sektor-sektor ekonomi perdesaan
yang dapat berperan untuk mencegah aliran mobilitas penduduk desa ke perkotaan. Upaya
lain yang dapat dilakukan untuk mengurangi migrasi penduduk ke kota besar adalah
penyediaan sarana transportasi yang terjangkau namun nyaman yang menghubungkan kota-
kota kecil dengan kota besar yang berperan sebagai pusat ekonomi. Ketersediaan transportasi
5
http://katadata.co.id/amp/safrezi/berita/61f0c7e03f3bb/migrasi-adalah-perpindahan-penduduk-pahami-
penyebab-dan-macamnya.16 Juni 2022.

7
memungkinkan migran untuk tinggal di kota kecil, sementara aktivitas ekonomi dilakukan di
kota besar (Anonim 2009; Noveria 2009).6

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

6
http://www.depkominfo.go.id/2009/04/27/alternatif-mencegah-arus-migrasi-kekota-besar/.16 Juni 2022

8
1. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke
tempat lain melampaui batas politik / negara ataupun batas administratif / batas bagian
dalam suatu Negara
2. Seseorang mengambil keputusan untuk melakukan migrasi, diantara adalah teori
kebutuhan dan stres (needs and stress).
3. Jenis jenis migrasi
a. Migrasi masuk ( In Migration )
b. Migrasi keluar ( Out Migration )
c. Migrasi neto ( Net Migration )
d. Migrasi Bruto
e. Migrasi total (Total Migration)
f. Migrasi Internasional (International migration )
g. Migrasi semasa hidup ( Life Time Migration )
h. Migrasi parsial ( Partial migration)
i. Arus migrasi (migration stream)
j. Urbanisasi (urbanization)
k. Transmigrasi ( Transmigration )
4. Faktor faktor yang mempengaruhi migrasi
a. Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan.
b. Menyempitnya lapangan pekerjaan
c. Adanya tekanan-tekanan politik, agama, suku
d. Alasan pendidikan, pekerjaan atau perkawinan
e. Bencana alam
f. Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaikan taraf hidup.
g. Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
h. Keadaan lingkungan
i. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar

B. Saran

Saran penulis kepada pembaca adalah agar lebih sering mencari referensi lain supaya
bisa lebih memahami materi tentang migrasi.

DAFTAR PUSTAKA

9
Noveria, M. 2009. “Kependudukan dan Fenomena Urbanisasi Dalam Pembangunan Perumahan dan
Permukiman : Agenda Kebijakan Tata Kelola dan Pengendaliannya.” Makalah dalam Seri Diskusi
Nasional Kongres Nasional Perumahan dan Permukiman II tahun 2009.

Romdiati, H. dan M. Noveria.. “Mobilitas Penduduk Antar Daerah dalam Rangka Tertib Pengendalian
Migrasi Masuk ke DKI Jakarta”. Makalah Disampaikan pada Seminar dan Lokakarya (Semiloka)
Tentang Urbanisasi. Jakarta.2004.

Rozy Munir.Dasar – dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.1981.

Tjiptoherijanto, P.“Mobilitas Penduduk dan Pembangunan Ekonomi.” Makalah dalam Simposium


Dua Hari Kantor Mentrans dan Kependudukan/BAKMP.2000.

http://www.depkominfo.go.id/2009/04/27/alternatif-mencegah-arus-migrasi-kekota-besar/.16 Juni
2022.

http://katadata.co.id/amp/safrezi/berita/61f0c7e03f3bb/migrasi-adalah-perpindahan-penduduk-
pahami-penyebab-dan-macamnya.16 Juni 2022.

10

Anda mungkin juga menyukai