Anda di halaman 1dari 26

MIGRASI DAN MOBILITAS PENDUDUK

Diajukan dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Epidemiologi dan Ekologi
Dosen Pengampu : dr. Hj. Nieke Resmiati S., MARS

Disusun Oleh :
Kelompok 5/TRO 12 B
ALIVIA ELENA PUTRI TRO/12/00826
ASTRI PARAMITHA TRO/12/00830
FIRLIANTI DEWI TRO/12/00838
GILANG ANGGI TRO/12/00840
REKA RIZKIKA TRO/12/00851
RIZKI MAULUD TRO/12/00854
WINA AMALIA TRO/12/00861

PROGRAM STUDI D III RADIOLOGI


POLITEKNIK AL ISLAM BANDUNG
BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Migrasi dan Mobilitas
Penduduk ” dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Epidemiologi dan Ekologi
semester 5 serta meningkatkan pemahaman kami maupun pembaca mengenai
Migrasi dan Mobilitas Penduduk.
Kami juga berharap semoga laporan yang dibuat ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca baik di masa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
Tentunya, kami menyadari bahwa pembuatan makalah ini belumlah
sempurna karena itu penulis mohon maaf bila masih banyak kekurangan dalam
penulisan dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk perbaikan
makalah selanjutnya.
Akhir kata, semoga segala daya dan upaya, bimbingan dan pengorbanan
yang telah diberikan Bapak akan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang
Maha Esa. Atas perhatian pembaca, penulis ucapkan terimakasih.

Bandung, 01 Desember 2019

Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 5
BAB II ..................................................................................................................... 6
ISI ............................................................................................................................ 6
2.1 Pengertian Migrasi ........................................................................................ 6
2.2 Beberapa pengertian dalam studi Migrasi ..................................................... 8
2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi Migrasi .............................................. 10
2.4 Ukuran – ukuran migrasi ............................................................................. 11
2.5 Urbanisasi .................................................................................................... 14
2.6 Transmigrasi ................................................................................................ 17
2.7 Pengertian dan Ruang Lingkup Mobilitas Penduduk .................................. 17
BAB III ................................................................................................................. 23
PENUTUP ............................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 24
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi
pertumbuhan penduduk, selain kelahiran dan kematian. Migrasi dapat
meningkatkan jumlah penduduk apabila jumlah penduduk yang masuk ke suatu
daerah lebih banyak daripada jumlah penduduk yang meninggalkan wilayah
tersebut. Sebaliknya, migrasi dapat megurangi jumlah penduduk jika jumlah
penduduk yang masuk ke suatu wilayah lebih sedikit daripada jumlah penduduk
yang meninggalkan wilayah tersebut. Telaah migrasi secara regional dan local
sangat penting, berkaitan dengan densitas atau kepadatan dan distribusi
penduduk yang tidak merata. Ketidakmerataan ini antara lain disebabkan factor
pendorong dan penarik bagi orang-orang yang bermigrasi. Menurut sensus
penduduk tahun 1990, ternyata dari seluruh provinsi di Indonesia, tidak satupun
provinsi yang tidak mengalami migrasi penduduk, baik migrasi masuk maupun
migrasi keluar.
Migrasi antarbangsa atau migrasi internasional dalam kondisi normal tidak
begitu berpengaruh dalam menambah atau mengurangi jumlah penduduk suatu
negara, kecuali pada beberapa negara tertentu berkenaan dengan pengungsian,
akibat bencana alam, kerusuhan, atau perang. Pada umumnya, orang yang
dating dan pergi antarnegara berimbang saja jumlahnya. Peraturan atau undang-
undang yang dibuat oleh banyak negara umumnya mempersulit seseorang untuk
bisa menjadi warga negara atau menetap secara permanen di negara lain.
Untuk Indonesia, patut dicatat bahwa pada tahun 1959 trjadi arus migrasi
internasional yang cukup besar, yakni adanya eksodus orang-orang cina dengan
diberlakukannya Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1959, yang tidak mengakui
dwi kewarganegaraan bagi orang-orang Cina di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep dasar Migrasi?
2. Bagaimana Migrasi di Indonesia?
3. Apa yang dimaksud dengan Mobilitas penduduk?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui konsep dasar Migrasi, Migrasi di Indonesia dan Mobilitas
penduduk.
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Migrasi


Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap dari
suatu temoat ke temoat lain melampaui batas politik/negara ataupun bata
administrasi/batas bagian dalam suatu negara. Jadi, migrasi sering diartikan sebagai
perpindahan yang relative permanen dari suatu daerah ke daerah lain. Ada dua
dimensi penting yang perlu ditinjau dalam penelaahan migrasi, yaitu dimensi waktu
dan dimensi tempat. Untuk dimensi waktu ukuran yang pasti tidak ada, tetapi
peneliti dapat menentukan sendiri kapan seseorang dianggap sebagai migran.
Badan Pusat Statistik, misalnya, memakai referensi waktu enam bulan untuk
menetapkan bahwa seseorang dalam suatu rumah tangga masih dianggap penduduk
apabila ia berada dalam rumah tangga tersebut secara terus menerus atau telah
menetap di tempat tersebut minimal enam bulam secara berturut-turut.
Untuk dimensi tempat atau daerah, secara garis besarnya, dibedakan menjadi
migrasi antarnegara, yaitu migrasi penduduk dari suatu negara ke negara lain, yang
disebut migrasi Internasional. Sementara perpindahan yang terjadi dalam suatu
negara, misalnya antarprovinsi, kota, atau kesatuan administrative lainnya, dikenal
dengan migrasi internal. Sementara itu, perpindahan lokal adalah perpindahan dari
satu alamat ke alamat lain atau dari suatu kota ke kota yang lain, tetapi masih dalam
batas bagian dalam suatu negara, misalnya dalam satu provinsi. Di pihak lain,
mobilitas merupakan perpindahan spasial fisik atau geografis. Migrasi merupakan
mobilitas antar batas administrative atau politik, seperti negara atau provinsi.
Batasan unit wilayah bagi migrasi di Indonesia menuru SP 1961, SP 1971, dan SP
1980 adalah provinsi. Akan tetapi, karena perkembangan dan kebutuhan,
berkembang pula studi migrasi antar kabupaten/kota.migrasi merupakan aktivitas
pindahnya seseorang, sedangkan orang yang pindah tempat tinggal disebut migran.

Ada beberapa bentuk perpindahan tempat (mobilitas) antar lain sebagai berikut.
1. Perpindahan tempat yang bersifat rutin, misalnya orang yang pulang
balik kerja (recurrent movement).
2. Perpindahan tempat yang tidak permanen dan bersifat sementara, sepert
perpindahan tinggal bagi pekerja musiman.
3. Perpindahan tempat tinggal dengan tujuan menetap dan tidak kembali
ke temoat semula (non-recurrent movement)

Pada kenyataannya, dalam kehidupan sehari-hari dikenal jenis perpindahan atau


mobilitas penduduk yang tidak bersifat menetap. Jenis mobilitas tersebut umumnya
berkaitan dengan pekerjaan seseorang.
1. Migrasi sirkuler atau migrasi musiman, yakni migrasi dimana seseorang
berpindah tempat, tetapi tidak untuk menetap dan masih mempunyai
keluarga atau mempunyai kaitan dengan tempat asal. Misalnya, tukang
becak, kuli bangunan, dan pengusaha warung tegal yang sehari-harinya
mencari nafkah di suatu kota besar dan pulang ke kampungnya dikota lain
setiap bulan atau beberapa bulan sekali. Petani penggarap sawah juga dapat
menjadi migran sirkuler jika mereka meninggalkan daerah pertanian
sesudah musim tanam untuk pergi ke kota menjadi kuli bangunan atau
tukang becak. Pada musim panen, petani tersebut kembali ke daerah
pertaniannya lagi.
2. Migrasi ulang-alik (commuter), yakni orang yang setiap haro meninggalkan
tempat tinggalnya dan pergi ke kota lain untuk bekerja atau berdagang dan
sebagainya, tetapi pulang pada sore harinya. Migrasi ulang-alik ini dapat
menyebabkan jumlah penduduk di tempat tujuan bekerja bertambah pada
siang hari. Pada kenyataannya migrasi seperti ini memberikan beban
pelayanan kota kepada pemerintah kota yang dituju.
Mobilitas dalam sosiologi, menurut sifatnya, dibedakan menjadi mobilitas vertical
dan mobilitas horizontal. Mobilitas horizontal adalah perpindahan penduduk secara
territorial, spasial atau geografis, sedangkan mobilitas vertical dikaitkan dengan
perubahan status sosial.
2.2 Beberapa pengertian dalam studi Migrasi
Untuk memudahkan studi dan analisi tentang migrasi, dikenal beberapa
pengertian yang sangat berguna untuk pengukuran. Beberapa pengertian tersebut
adalah sebagai berikut.
1. Migrasi masuk (in migration) yaitu masuknya penduduk ke suatu daerah
tujuan (area of destination).
2. Migrasi keluar (out migration) yaitu perpindahan penduduk keluar dari
suatu daerah asal (area of origin).
3. Migrasi neto (net migration) merupakan selisih antara jumlah migrasi
masuk dan migrasi keluar. Apabila migrasi masuk lebih besar daripada
migrasi keluar, maka disebut migrasi neto positif, sedangkan jika migrasi
keluar lebih besar daripada migrasi masuk, maka disebut migrasi neto
negative.
4. Migrasi bruto (gross migration) adalah jumlah migrasi masuk dan migrasi
keluar.
5. Migrasi semasa hidup (Life time migration) migrasi yang terjadi antara saat
lahir dan saat sensus atau survei.
6. Migrasi Risen (Recent Migration) adalah migrasi yang melewati batas
provinsi dalam kurun waktu tertentu sebelum pencacahan, misalnya lima
tahun sebelum sensus atau survei. Jumlah migran masuk risen ke suatu
provinsi adalah banyaknya penduduk di provinsi tersebut lima tahun lalu
bertempat tinggal di luar provinsi tersebut. Jumlah migran keluar risen dari
suatu provinsi adalag jumlah penduduk yang saat pencacahan tinggal di
provinsi tersebut.
7. Migrasi total (total migration) adalah migrasi antarprovinsi tanpa
memperhatikan kapan perpindahannya, sehingga provinsi tempat tinggal
sebelumnya berbeda dengan provinsi tempat tinggal saat pencacahan.
8. Migrasi internasional (international migration) adalah perpindahan
penduduk dari suatu negara ke negara lain. Migrasi yang merupakan
masuknya penduduk ke suatu negara disebut imigrasi, sebaliknya, jika
migrasi itu merupakan keluarnya pendudduk dari suatunegara , maka
disebut emigrasi.
9. Arus migrasi (migration stream) adalah sekelompok migran yang daerah
asal dan tujuan migrasinya sama dalam suatu periode migrasi yang
diberikan.
10. Angka Migrasi parsial (partial migration) adalah banyaknya migran ke
suatu daerah tujuan dari suatu daerah asal, atau dari suatu daerah asal ke
suatu daerah tujuan, per 1.000 atau 100 penduduk di daerah asal atau daeraj
tujuan . angka migrasi pasrisal dapat dinyatakan sebagai berikut.
𝑚𝚤𝑗
𝑚°𝚤𝑗 = × 1.000
𝑝𝚤
Di mana:
𝑚°𝚤𝑗 : arus migrasi dari I ke j
𝑝𝑖 : Jumlah penduduk daerah tujuan atau daerah asal.

Rumus migrasi parsial masuk dituliskan sbagai berikut.


𝑚𝑗𝑖
𝑚°𝑗𝑖 = × 1.000
𝑝𝚤
Di mana:
𝑚°𝑗𝑖: arus migrasi dari j ke I
𝑝𝑖 : jumlah penduduk daerah tujuan atau daerah asal

11. Urbanisasi (urbanization) adalah bertambahnya proposisi penduduk yang


berdiam di daerah kota yang disebabkan oleh proses perpindahan
penduduk ke kota dan atau akibat dari perluasan kota.
12. Transmigrasi (transmigration) adalah pemindahan dan perpindahan
penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah lain yang di tetapkan
di dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan pembangunan
Negara atau karena alasan-alasan yang dipandang perlu oleh pemerintah
berdasarkan ketentuan yang diatur dalam undang-undang. Transmigrasi
merupakan salah satu bagian dari migrasi yang di rencanakan oleh
pemerintah maupun oleh sekelompok penduduk yang berangkat
bermigrasi bersama-sama. Istilah ini memiliki arti yang sama dengan
pemukiman kembali (reseelement). Transmigrasi di Indonesia diatur
dalam Undang-Undanf no. 3 Tahun 1972.
Di masa lalu, kebijakan transmigrasi yang diselenggarakan dan diatur
pemerintah disebut transmigrasi umum, sedangkan transmigrasi yang
perjalannnya dibiayai sendiri, tetapi ditampung dan diatur oleh pemerintah
disebut transmigrasi spontan atau transmigrasi swakarsa. Kemudian, untuk
mengantisipasi era globalisasi telah disahkan UU ketrasmigrasian No.
15/1997 yang intinya tidak hanya untuk kepentingan demografis daja,
tetapi lebih ditekankan untuk mendukung pembangunnan daerah.
Selanjutnya, dalam UU tersebut, pembangunan transmigrasi dilaksanakan
di wilayah pengembangan transmigrasi (WPT) dan Lokasi Pemukiman
Transmigrasi (LPT) dengan memnfaatkan kawasan budi daya sesuai
rencana tata ruang wilayah, baik provinsi maupun kabupaten/kota. Untuk
mendudukung terciptanya pusat-pusat pertumbuhan di daerah
dikembangkan pendekatan agroindustry, agrobisnis, dan modernisasi desa
transmigrasi serta penekanan transmigrasi ke Kawassan Timue Indonesia
(KTI).

2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi Migrasi


Pada dasrnya, faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mealkukan
migrasi dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu faktor-faktor pendorong
dan faktor-faktor penarik.

Faktpr-faktor pendorong (push factors) dapat berupa hal-hal seperti berikut


ini.
1. Makin berkurangnya sumber-sumber kehidupan, seperti menurunyya daya
dukung lingkungan dan menurunya permintaan atas barang-barang tertentu
yang bahan bakunya makin susah diperoleh, seperti hasil tambang, kayu,
atau bahan dari pertanian.
2. Menyempitnya lahan pekerjaan di tempat asal misalnya tanah untuk
pertanian di pedesaan yang makin menyempit.
3. Adanya tekanan-tekanan politik, agama dan suku sehingga mengganggu
hak asasi penduduk di daerah asal.
4. Alasan pendidikan, pekerjaan, atau perkawinan.
5. Bencana alam seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, musim kemarau
panjang atau adanya wabah penyakit.

Faktor-faktor penarik (pull factors) antara lain sebagai berikut.


1. Adanya harapan akan memperoleh kesempatan untuk memperbaiki
kehidupan.
2. Adanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
3. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang menyenankan, seperti iklim,
peumahan, sekolah, dan fasilitas public lainnya.
4. Adanya aktivitas di kota besar, tempat-tempat hiburan, atau pusat
kebudayaan yang mmerupakan daya Tarik bagi orang-orang daerah lain
untuk bermukim di kota besar.

Menurut Lee (1966); ada 4 faktoryang menyebabkan orang


mengambil keputusan untuk melakukan migrasi.
1. faktor-faktor yang terdapat di daerah asal
2. faktor-faktor yang terdapat di tempat tujuan
3. rintangan-rintangan yang menghambat
4. faktor-faktor pribadi

2.4 Ukuran – ukuran migrasi


a. Angka mobilitas (m) :
Angka
𝑀
m = ×𝑘
𝑃

m = angka mobilitas

M = jumlah pepindahan
P = Penduduk ynang beresiko (population at risk)

k = konstanta 1000

dalam kenyataan sulit untuk mengetahui jumlah penduduk yang pindah


secara lokal ini.

b. Angka Migrasi Masuk (Mi)

Adalah angka yang menunjukkan banyaknya migrant yang masuk per


1000 orang penduduk daerah tujuan dalam waktu satu tahun.

Mi =

Mi = angka migrasi masuk

I = jumlah migrasi masuk (inmigration )

P = penduduk pertengahan tahun

c. Angka Migrasi Keluar (Mo )

Adalah angka yang menunjukkan banyaknya migrant yang keluar per


1000 orang penduduk daerah asal dalam waktu satu tahun.

Mo =

MO = angka migrasi keluar

O = jumlah migrasi keluar ( out migration )

P = penduduk pertengahan tahun

d. Angka Migrasi Neto (Mn )

Adalah selisih migran masuk dan keluar ke dan dari suatu daerah per 1000
penduduk dalam satu tahun.

Mn =
Mn = angka migrasi neto

I = jumlah migrasi keluar ( out migration )

O = jumlah migrasi masuk ( inmigration )

P = penduduk pertengahan tahun

e. Angka Migrasi Bruto

Adalah angka yang menunjukkan banyaknya kejadian perpindahan yaitu


jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar dibagi jumlah penduduk tempat
asal dan jumlah penduduk tempat tujuan.

Mg =

Mg = angka migrasi bruto

P1 = penduduk pertengahan tahun di tempat tujuan

P2 = penduduk pertengahan tahun di tempat asal

K = 1000

Contoh perhitungan : migrasi masuk, migrasi keluar, migrasi neto, migrasi


bruto, dan migrasi semasa hidup.
Migrasi antara dua tempat misalnnya Jakarta dan Jawa Barat, migrasi keluar
dari Jakarta ke Jawa Barat tahun 1970, sebesar = 26124 jiwa. Migrasi masuk
dari jawa Barat ke Jakarta tahun 1970, adalah = 49133 jiwa. Penduduk
Jakarta tahun 1970 adalah = 4.350.710 jiwa
Penduduk Jawa Bara ttahun 1970 adalah = 21.176.24 jiwa
Angka migrasi masuk di Jakarta dari Jawa Barat
tahun 1970 :

Mi = = 11, 3 per ribu

Angka migrasi keluar di Jakarta ke Jawa barat

tahun 1970 : Mo = = 6,0 per


seribu
Angka migrasi neto di Jakarta terhadap Jawa Barat tahun 1970 :

Mn = = 5,3 per seribu

Angka migrasi bruto di Jakarta dengan Jawa Barat :

Mg = = 2,9 per seribu

2.5 Urbanisasi
Adalah bertambahnya proporsi penduduk yang berdiam di daerah
perkotaan yang disebabkan oleh pertambahan penduduk alami,
perpindahan penduduk ke perkotaan dan/atau akibat dari perluasan daerah
perkotaan. Untuk mengukur atau menetapkan urbanisasi antara lain
dengan melihat penduduk yang didefinisikan sebagai daerah kota. Ada dua
indeks yang dipakai untuk mengukur derajat urbanisasi dengan rumus :
𝑈
Pu = × 1.000
𝑃

Pu = Persentase penduduk kota


U= Penduduk daerah kota
P = Penduduk Total
Serta Rasio Penduduk Total ( Ratio Of Urban – Rural population )
𝑈
UR =𝐾 × 𝑘

U = Penduduk Kota

R = Penduduk Desa
Menurut sensus 1961 dan 1971 yang dimaksud dengan urban yaitu
ibukota propinsi, ibukota kabupaten, koya madya dan kota-kota lain yang
mempunyai fasilitas modern seperti listrik, air ledeng, bioskop, sekolah dan
rumah sakit. Sedangkan Sensus 1980 definisi mengalami beberapa
modifikasi.
Beberapa hal yang melatarbelakangi urbanisasi tunggi adalah
sebagai berikut.
1. Pull factors yang demikian besar dari kota-kota dibadingkan
pedesaan, yang menarik penduduk yang sebagian besr tinggal
di daerah pedesaan.
2. Tekanan sosial ekonomi penduduk dan menyempitnya lapangan
kerja di pedesan.
3. Anggapan bahwa kota selalu memungkinkan seseorang untuk
memperoleh pengembangan diri secara cepat. Hal ini sering
bertolak belakang dengan kenyataan.

Dalam banyak hal, peningkatan persentase penduduk perkotaan telah


menimbulkan Masalah-masalah perkotaan antara lain :
a. Sehubungan dengan pertambahan penduduk Indonesia yang cepat maka
kota-kota besar pun mempunyai penduduk yang besar pula. Hal ini
dapat menyulitkan penyediaan fasilitas-fasilitas perkotaan.
b. Pendatang yang tidak mempunyai keahlian atau mempunyai sedikit
keterampilan yang sama sekali berbeda dengan yang dibutuhkan di kota.
Pembekalan sedikit keterampilan yang sama sekali berbeda dengan
yang dibutuhkan di kota. Perberkalan untuk hidup di kota tidak cukup
didapatkan. Akibatnya, angka pengangguran di perkotaan dapat
meningkat, yang dapat mengakibatkan eningkatnya maslah sosial.
c. Walaupun pendatang mempunyai motivasi yang kuat
untukmengembangkan dirinya di kota, tetapi kenyataannya kota sendiri
belum siap menerimanya.
Adapun usaha dan kebijaksanaan dalam mengatasi masalah yang terjadi berkaitan
dengan urbanisasi.

1. Ada yang menjalankan kebijaksanaan pintu tertutup bagi pendatang.


Tanpa pengembangan pembangunan secara desentralisasi, kebijaksanaan
semacam ini perlu ditinjau. Apa lagi dengan kecepatan pertumbuhan
penduduk di pedesaann yang juga tinggi.
2. Perlu adanya perencanaan kota yang baik yang mempertimbangkan tidak
saja “ rate of Growth “ secara alami dari penduduknya tetapi juga migrasi
terutama urbanisasi.
3. Upaaya yang sifatnya merupakan sasaran strategis, antara lain sebagai
berikut.
a. Tetap meneruskan program pengendalian pertumbuhan penduduk
dengan menanamkan norama keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera
(NKKBS).
b. Trasmigrasi secara swakarsa dengan insentif yang menarik, dengan
memedulikan keadaan dan prsikologis masyarakat daerah tujuan
transmigrasi.
c. Usaha meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan di kota
sebanyak mungkin sehingga menyerap pendatang yang ke kota sesuai
keahliannya.
d. Usaha menaikkan kesempatan kerja dan perluasan lapangan kerja di
pedesaan.
2.6 Transmigrasi
Adalah salah satu bagian dari migrasi yang direncanakan oleh pemerintah
maupun oleh sekelompok penduduk yang berangkat bermigrasi bersama-
sama. Istilah ini memiliki arti yang sama dengan pemukiman kembali
(resettlement) dalam literatur. Transmigrasi juga bisa diartikan pemindahan
dan / kepindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah lain
yang ditetapkan di dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan
pembangunan negara atau karena alasan-alasan yang dipandang perlu oleh
pemerintah berdasarkan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.
Transmigrasi di Indonesia diatur dengan Undang-Undang No. 3 Tahun1972.

2.7 Pengertian dan Ruang Lingkup Mobilitas Penduduk


Mobilitas penduduk dapat dibedakan antara mobilitas penduduk vertical
dan mobiltas penduduk horizontal. Mobilitas penduduk vertical sering disebut
dengan perubahan status pekerjaan. Seseorang yang mula-mula bekerja dalam
sector pertanian sekarang bekerja dalam sector nbon pertanian.

Mobilitas penduduk horizontal, atau sering pula disebut dengan mobilitas


penduduk geografis, adalah gerak (movement) penduduk yang melintas batas
wilayah menuju ke wilayah yang lain dalam periode waktu tertentu (Mantra,
1978). Pengguna batas wilayah dan waktu untuk indicator mobilitas penduduk
horizontal ini mengikuti paradigma ilmu geografi yang mendasarkan konsepnya
atas wilayah dan waktu (space and time concept).

Batas wilayah umumnya digunakan batas administratif, misalnya: Provinsi,


Kabupaten< Kecamatan, Kelurahan, Pendukuhan (dusun).

Hingga kini belum ada kesepakatan diantara para ahli dalam menentukan
batas wilayah dan dan waktu tersebut. Hal ini sangat bergantung kepada luas
cakupan wilayah penelitian oleh setiap peneliti. Sebagai contoh, Badan Pusat
Statistik (BPS) dalam nelaksanakan Sensus Penduduk di Indonesia
menggunakan batas Provinsi sebagai batas wilayah, sedangkan batas waktu
digunakan digunakan enam bulan atau lebih.
MP vertical
(perubahan
status)

Mobilitas
Penduduk

MP
Permanen

MP Horisontal
(MP Ulang Alik
Geografis) (Commuting)

MP
Nonpermanen
(MP sirkuler)

Nginap/mondok

2.8 Determinan Mobilitas Penduduk


Ada beberapa teori yang mengatakan mengapa seseorang mengambil
keputusan melakukan mobilitas, diantaranya adala teori kebutuhan dan stress (need
and stress). Setiap individu mempunyai kebutuhan yang perlu dipenuhi. Kebutuhan
tersebut dapat berupa kebutuhan ekonomi, sosial, politik, dan psikologi. Apabila
kebutuhan itu tidak dapat dipenuhi, terjadilah stress. Tinggi rendahnya stress yang
dialami oleh indidvidu berbanding terbalik dengan proporsi pemenuhan kebutuhan.

Ada dua akibat dari stress di atas, kalau stress seseorang tidak terlalu besar (masih
dalam batas toleransi), orang tersebut tidak akan pindah.
Proses mobilitas itu terjadi apabila :

1. Seseorang mengalami tekanan (stress), baik ekonomi, sosial, maupun


psikologi di tempat ia berada. Tiap-tiap individu mempunyai kebutuhan
yang berbeda-beda, sehingga suatu wilayah oleh seseorang dinyatakan
sebagai wilayah yang dapat memenuhi kebutuhannya, sedangkan orang
lainmengatakan tidak.
2. Terjadi perbedaan nilai kefaedahan wilayah antara tempat yang satu dengan
tempat yang lain. Apabila tempat yang satu dengan tempat yang lain tidak
ada perbedaan nilai kefaedahan wilayah, tidak akan terjadi mobilitas
penduduk.

Selanjutnya, Lee menambahkan bahwa besar kecilnya arus migrasi juga


dipengaruhi oleh rintangan antara, misalnya berupa ongkos pindah yang tinggi,
topografi antara daerah asal dengan tujuan berbukit-bukit, dan terbatasnya sarana
transportasi atau pajak masuk ke daerah tujuan tinggi. Faktor yang tidak kalah
pentingnya adalah faktor individu karena dialah yang menilai positif dan negatifnya
suatu daerah, dia pulalah yang nenutuskan apakah akan pindah dari daerah ini atau
tidak. Kalau pindah< daerah mana yang akan dituju.
Menurut Lee proses migrasi itu dipengaruhiboleh empat faktor :

1. Faktor individu
2. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal
3. Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan, dan
4. Rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan.

Untuk pedesaan (di negara sedang berkembang) kekuatan sentripetal dan


sentrifugal hamper seimbanga. Penduduk dihadapkan pada dual hal yang sulit untuk
dipecahkan ;

1. Apakah tetap tinggal di daerah asal dengan keadaan ekonomi dan fasilitas
Pendidikan yang terbatas, atau
2. Berpindah ke daerah lain dengan meninggalkan sawah atau lading yang
dimiliki.

Secara singkat perilaku mobilitas penduduk atau oleh Ravenstein disebut dengan
hukum-hukum migrasi penduduk adalah sebagai berikut :

1. Para migran cenderung memeilih tempat terdekat sebagai daerah sebagai


daerah tujuan
2. Faktor paling dominan yang mempengaruhi seseorang untuk bermigrasi
adalah sulitnya memperoleh pekerjaan di daerah asal dan kemungkinan
untuk memperoleh pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik di daeah
tujuan.
3. Berita-berita dari sanak saudara atau teman yang telah berpindah ke daerah
lain merupakan informasi yang sangat penting bagi orang-orang yang ingin
bermigrasi.
4. Informasi negative dari daerah tujuan mengurangi niat penduduk (migran
potensial) untuk bermigrasi
5. Semakin tinggi pengaruh kekotaan terhadap seseorang, semakin besar
tingkat mobilitasnya
6. Semakin tinggi pendapatan seseorang, semakin tinggi frekuensi
mobilitasnya
7. Para migran cenderung memilih daerah tempat teman atau sanak saudara
bertempat tinggal di daerah tujuan. Jadi, arah dan arus mobilitas penduduk
menuju kea rah asal datangnya informasi.
8. Pola migrasi bagi seseorang maupun sekelompok penduduk sulit
diperkirakan. Hal ini karena banyak dipengaruhi oleh kejadian yang
mendadak seperti bencana alam, peperangan, atau epidemi.
9. Penduduk yang masih muda dan belum kawin lebih banyak melakukan
mobilitas dari pada mereka yang berstatus kawin.
10. Penduduk yang berpendidikan tinggi biasanya lebih banyak melaksanakan
mobilitas daripada yang berpendidikan rendah.
Seetelah para Pelaku mobilitas sampai di daerah tujuan (terutama di kota), beberapa
perilaku mereka (terutama sikap mereka terhadap masyarakat kota) dapat
dipostulasikan sebagai berikut.

1. Pada mulanya para pelaku mobilitas memilih daerah tujuan dimana teman
atau sanak saudara bertempat tinggal di daerah tersebut.
2. Pada masa penyesuaian diri di kota, para migran terdahulu membantu
mereka dalam menyediakan tempat menginap, membantu mencari
pekerjaan, dan membantu bila kekurangan uang, dll.
3. Kepuasan terhadap kehidupan di masyarakat baru tergantung pada
hubungan sosial para pelaku mobilitas dengan masyarakat tersebut.
4. Kepuasan terhadap kehidupan di kota tergantung pada kemampuan
perseorangan untuk mendapatkan pekerjaan dan adanya kesempatan bagi
anak-anak untuk berkembang.
5. Setelah menyesuaikan diri dengan kehidupan kota, para pelaku mobilitas
pindah ke tempat tinggal dan pemilihan daerah tempattinggal
dipengaruhioleh daerah tempat kerja
6. Keinginan untuk kembali ke daerah asal adalah fungsi kepuasan mereka
dengan kehidupan di Kota.
7. Kehidupan masyarakat di kota adalahsedemikian rupa, hal ini menyebabkan
para migran cepat belajar untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang
dihadapi.
8. Perilaku migran adalah perilakudi antara orang kota dan orang desa.
9. Walaupun seseorang migran telah bertempat tinggal di daerah asal
(umumnya tempat kelahirannya) tetap menjadi home yang pertama dan
tinggal di daerah lain sebagai home yang kedua. Jadi seorang migran adalah
bi local population.

2.9 sumber data mobilitas penduduk


Pada umumnya terdapat tiga sumber data mobilitas penduduk yaitu sensus
penduduk, registrasi penduduk, dan survey penduduk. Di bawah ini merupakan
penjelasan dari macam-macam sumber data yang berkaitan dengan mobilitas
penduduk :

1. Sensus Penduduk
Pada tahun 2002 di Indonesia pelaksanaan sensus penduduk dibagi
menjadi dua yaitu sensus lengkap dan sensus sampel. Sensus lengkap adalah
pencacahan seluruh penduudk dengan responden kepala rumah tangga.
Responden ini memberikan informasi mengenai karakteristik demografi
anggota rumah tangganya. Pertanyaan yang diajukan sangat sederhana.
Sebagai contoh, pertanyaan yang diajukan pada sensus penduudk tahun 1990
untuk sensus lengkap yaitu :
a. Nama-nama anggota rumah tangga dan masing-masing dari mereka
ditanyakan mengenai
b. Hubungan dengan kepala rumah tangga
c. Umur (tahun)
d. Jenis kelamin
e. Status perkawinan (BPS, 1989)

Untuk hal-hal yang spesifik, misalnya ketenagakerjaan, kesehatan,


pendidikan, ekonomi, pertanian dan mobilitas penduduk ditanyakan dalam
sensus sampel. Pencacahan sampel yaitu pencacahan terhadap penduduk yang
tinggal dalam rumah tangga terpilih. Untuk pencacahan sampel telah dipilih
sejumlah wilayah, kemudian dari setiap wilayah tersebut dipilih sejumlah
rumah tangga (BPS, 1989).
Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa tujuan dari sensus adalah
untuk mengumpulkan informasi yang bersifat umum mengenai keadaan sosial
ekonomi dan demografi penduduk di suatu negara. Akan tetapi, kelemahan dari
sensus yaitu mobilitas cenderung meninggalkan daerah asal dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya. Kelemahan ini mengakibtakan jaringan-jaringan migrasi
penduduk yang dihasilkan dari sensus penduduk tidak mencakup seluruh
jaring-jaring migrasi penduduk yang ada.
2. Registrasi Penduduk
Registrasi penduduk digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian
(events) kependudukan yang terjadi pada setiap saat, misalnya kelahiran,
kematian, mobilitas penduduk keluar, dan mobilitas penduduk masuk, baik itu
permanen maupun non-permanent. Di antara mobilitas penduduk permanen
dan non-permanent, catatan mobilitas penduduk permanen lebih lengkap
dibanding dengan mobilitas penduduk non-permanent. Orang-orang yang
pindah domisili harus mempunyai surat pindah dari daerah asal, selanjutnya
disampaikan pada kantor kelurahan/desa dimana mereka akan menetap.
Sejak tahun 2003 diadakan penataan administrasi kependudukan
diantaranya penerbitan terhadap migran permanen dan non-permanent yang
datang dan yang masuk ke suatu wilayah. Mulai saat itu, mobilitas penduduk
di catat dengan resmi, dan sangat kecil kemungkinannya terjadi kelewat atau
tercacah lebih dari satu kali.

3. Survey Penduduk
Sumber lain dari data mobilitas penduduk ialah survey penduduk.
Jangkauan daerah penelitian pada survey penduduk ini biasanya terbatas
karena keterbatasannya dana, waktu, dan tenaga peneliti. Namun, terdapat
salah satu keuntungan yaitu cakupan permasalahan yang dapat dijangkau lebih
luas. Apabila dalam sensus penduduk informasi yang didapat hanya mengenai
volume dan arus mobilitas penduduk antar provinsi, tetapi dalam survey
penduduk informasi mengenai perilaku mobilitas penduduk dapat ditanyakan
secara mendetail.
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa migrasi merupakan


salah satu faktor dari ketiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan
penduduk. Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan tujuan untuk menetap
dari suatu tempat ke tempat lain melewati batas administratif (migrasi internal)
atau batas politik/negara (migrasi internasional). Ada dua dimensi penting
dalam penelaahan migrasi, yaitu dimensi ruang/daerah (spasial) dan dimensi
waktu.
Adapun konsep dasar tentang migrasi antara lain :

1. Jenis migrasi antara lain : Migrasi masuk ( In Migration ), Migrasi keluar (


Out Migration ), Migrasi neto ( Net Migration ), Migrasi Bruto, migrasi total
(Total Migration), Migrasi Internasional (International migration ), Migrasi
semasa hidup ( Life Time Migration ), Migrasi parsial ( Partial migration),
Arus migrasi (migration stream), Urbanisasi (urbanization), Transmigrasi (
Transmigration )
2. Ukuran yang dijadikan dasar dalam migrasi antara lain : Angka mobilitas,
Angka migrasi masuk, Angka Migrasi Keluar, Angka Migrasi Neto, Angka
Migrasi Bruto
Adapun jenis migrasi yang paling dominan terjadi di Indonesia adalah
urbanisasi dan transmigrasi, karena erat kaitannya dengan jumlah penduduk di
setiap pulau yang tidak merata. Oleh karena itu peran pemerintah, masyarakat
dan semua pihak sangat diperlukan untuk mewujudkan dan menyelesaikan
semua permasalahan yang berhubungan dengan migrasi, baik urbanisasi
maupun transmigrasi
DAFTAR PUSTAKA

Rozy Munir.1981. Dasar – dasar Demografi. Jakarta : Lembaga Demografi


Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia

Ida Bagoes Mantra.2000. Demografi Umum. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai