Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“ TRANSISI DEMOGRAFI & BONUS DEMOGRAFI”

Dosen pengampu : Ahmad Husaini, SKM,M.Kes

Disusun oleh : Zeta Zahwa

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN IBU JAMBI

TAHUN 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah Dasar Kependudukan yang berjudul
“Transisi Demografi dan Bonus Demografi”. Tidak lupa juga saya berterima kasih
kepada bapak yang telah membimbing saya untuk mengerjakan tugas makalah ini.
Makalah ini telah saya susun semaksimal mungkin dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pengerjaan tugas makalah ini. Terlepas
dari semua itu,saya menyadari sepenuhnya bahwa masing banyak kekurangan pada
makalah ini baik dari susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang diberikanakan saya terima untuk penyempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................ 2
BAB I .................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................ 4
1.3 Tujuan .................................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 5
2.1 Definisi dan Konsep .............................................................................................. 5
2.2 Macam – macam Model ....................................................................................... 5
2.3 Transisi Demografi Di Indonesia ............................................................................ 8
2.4 Bonus Demografi di Indonesia .............................................................................. 9
BAB III ................................................................................................................................ 12
PENUTUP ........................................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 12
3.2 Saran ................................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Proses pertumbuhan penduduk dapat dilihat sebagai proses Transisi
Demografi. TransisiDemografi adalah perubahan angka kelahiran dan angka
kematian dimana mula-mula angkakelahiran dan angka kematian sama-sama
tinggi, kemudian mengalami penurunan akan tetapiturunnya angka kematian
lebih cepat dibanding turunnya angka kelahiran. Menurut Bogue bahwa
transisi demografi dipengaruhi oleh tingkat urbanisasi, pertanian, buta huruf,
harapanhidup, dan lain sebagainya. Setiap negara akan mengalami proses
transisi dengankarakteristik yang berbeda-beda. Di negara maju, pada
umumnya masa transisi berjalancepat, sebaliknya di negara berkembang masa
transisi berjalan agak lambat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apaitu transisi demografi?
2. Bagaimana cara menentukan model pada transisi demografi?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian transisi demografi
2. Untuk mengetahui macam-macam model pada transisi demografi
3. Untuk mengetahui perjalanan transisi demografi di Indonesia.
4. Mengetahui bagaimana fenomena bonus demografi di Indonesia
sejauh ini.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi dan Konsep


Transisi demografi pada dasarnya menunjukkan model urutan tahap-
tahap perubahandalam tingkat kelahiran dan kematian atau lazim disebut
fertilitas dan mortalitas. Teoritransisi demografi yang dikenal sekarang ini
pertama kali dikemukakan Notestem padatahun 1945 dalam tulisannya yang
berjudul “Population: The Long View”.

Teori transisi demografis terutama didasarkan pada pengalaman


negara-negara Eropa Barat. Teori ini kemudian dikemukakan oleh Stolnitz
dan Caldwell. Untuk Indonesia, almarhum Profesor Iskandar
memperkenalkan teori ini secara luas. Oleh karena itu, yang tertanam dalam
transisi demografis adalah generalisasi pengalaman sosial Barat selama dua
abad terakhir, yang mencakup kurang dari sepertiga populasi dunia.

2.2 Macam – macam Model

1. Tahap Pertama

Angka kelahiran sangat tinggi, berkisar antara empat puluh (40)


sampai lima puluh (50) per seribu per tahun, dan relatif stabil. Pada saat
yang sama, angka kematian juga sangat tinggi, dan berfluktuasi antara tiga
puluh (30) dan lima puluh (50) per seribu setiap tahun, yang merupakan
angka kematian yang tinggi. Ini disebabkan oleh bencana alam dan tingkah
laku manusia. Akibat gagal panen atau malapetaka, bencana alam akan
muncul dalam bentuk kelaparan, sedangkan perang atau bentuk kekacauan

5
lainnya akan terjadi sebagai bencana buatan manusia. Karena angka
kelahiran dan angka kematian yang tinggi, perbedaan keduanya adalah
pertumbuhan penduduk yang juga rendah.

Tingkat satu (1) pada transisi demografi berkorelasi dengan kondisi


peradaban Inggris sebelum taun 1760. Sekarang, hanya suku-suku
pedalamanyang masih melakukan hunting and gathering seperti suku
bushman Kalahari dan suku-suku tribal di hutan Amazon yang
dikategorikan sebagai tingkat satu (1).

2. Tahap kedua

Pada tahap kedua angka kelahiran masih sangat tinggi, namun angka
kematian berada dalam keadaan menurun tajam atau signifikan hingga
mencapai 20 per seribu (20). Pada tahap kedua, populasi tumbuh dengan
sangat cepat.
Pada tahap kedua dari transisi demografi, berkorelasi dengan kondisi
Inggris pada tahun 1760-1880. Sekarang, tahap kedua di alami pada negara
yang berada pada tingkat dua (2), adalah negara-negara LEDC seperti;
Kenya,Ethiopia, dan Bangladesh. Negara LEDC adalah akronim dari Less
Economically Developed Country, istilah ini dipergunakan untuk negara-
negara berkembang yang masih jauh dari tahap industrialisasi negara
berkembang.

3. Tahap Ketiga

6
Pada transisi demografi tahap ketiga, angka kelahiran mulai menurun
tajam, dan angka kematian juga turun, tetapi penurunannya lambat. Angka
kelahiran diperkirakan dua puluh per seribu (20). Di saat yang sama, angka
kematian mencapai 15 per seribu (15). Oleh karena itu, pertumbuhan
penduduk menjadi lambat. Namun karena jumlah penduduk yang besar,
meskipun pertumbuhannya lambat, jumlah anak yang lahir sudah sangat
banyak.

4. Tahap Keempat

Pada tahap keempat transisi demografis, ditandai dengan angka


kematian yang rendah, kurang dari 15 per seribu (15) per seribu (1000)
tahun, dan angka kelahiran kurang dari 2 puluh (20) dan berfluktuasi,
angka kelahiran dan angka kematian Angka yang rendah dan pertumbuhan
penduduk juga sangat rendah. Pada tahap ini terdapat risiko meningkatnya
beban rasio ketergantungan. Dalam hal ini masih banyak orang tua non
produktif yang harus ditanggung oleh generasi muda yang produktif.
Australia, Inggris Raya, Selandia Baru, dan Amerika Serikat mengalami
hal ini pada akhir tahun 1939-an.

5. Tahap Kelima

Pada tahap kelima, merupakan tahap menurun di mana angka


kelahirantelah rendah tetapi angka kematian lebih tinggi daripada angka
kelahiran,sehingga pertumbuhan alami negatif. Hal ini pernah dialami oleh
negaranegaraPrancis sebelum PD II, Jerman Timur dan Barat pada tahun
1975.

7
2.3 Transisi Demografi Di Indonesia
Ananta (1996) mengatakan bahwa revolusi mortalitas di Indonesia
yangmerupakan revolusi demografi pertama di Indonesia terjadi sekitar tahun
1950-an.Dimulai dari adanya penurunan angka kematian akibat berbagai
penemuan obat-obatan antibiotika dan intervensi kesehatan di negara maju.
Indonesia tidak perlu lagimenciptakan obat-obatan modern, tetapi langsung
mengadopsi teknologi kedokteranmodern seperti imunisasi dan antibiotika,
tanpa menunggu kemajuan perekonomian. Namun demikian, kondisi tersebut
belum diikuti oleh penurunan fertilitas, sehinggaterjadi ledakan bayi di
Indonesia pada sekitar tahun 1950-1970-an.

Transisi demografi di Indonesia ditandai dengan penurunan angka


kematian bayidari 140 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 1971 menjadi 35
pada tahun 2000.Sedangkan angka fertilitas menurun dari 5,6 pada tahun 1961
menjadi hanya 2,6 padatahun 2007. Artinya, jumlah anak yang dimiliki oleh
setiap perempuan Indonesiahingga akhir usia reproduksinya turun dari sekitar
5 hingga 6 anak, menjadi hanya 2 hingga 3 anak. Sebagaimana telah
disebutkan di atas, transisi demografi di Indonesia terjadi karena adanya
program nasional keluarga berencana dengan penanaman paradigma dua anak
cukup untuk mencapai keluarga kecil bahagia dan sejahtera.Pada masa itu
penyediaan kontrasepsi murah diperluas, pelayanan kontrasepsimencapai
hingga ke pelosok perdesaan. Suriastini (1995) mengatakan bahwa
terdapat72,8 persen bayi tercegah kelahirannya dalam periode 1981-1987
sebagai dampakdari pengaturan kelahiran dan penundaan usia perkawinan.
Untuk Daerah Jawa danBali sumbangan pengaturan kelahiran meningkat dari
54,6 persen pada tahun 1972-1976 menjadi 75,25 persen pada tahun 1982-
1987.

Suriastini (1995) memperkirakan bahwa akhir masa transisi demografi


akanterjadi pada tahun 2005. Pada tahun tersebut diperkirakan, angka harapan
hidupmencapai lebih dari 65 tahun, angka kelahiran (TFR) mendekati 2 dan
NRR (NetReproduction Rate) sebesar 1. Periode 1990- 1995, Indonesia
berada pada tahaptransisi yang tergolong labil, tepatnya pada tahap
perkembangan akhir (lateexpanding stage). Dengan usia angka harapan hidup
62,7 tahun dan TFR 3,91,Indonesia telah berada di tahap ketiga transisi
demografi (Mantra, 2000)

8
2.4 Bonus Demografi di Indonesia

Indonesia telah mengalami transisi demografi yang lebih pendek


dibandingkan negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat. Transisi
demografi yang terjadi akibat intervensi kesehatan dan pelaksanaan program
KB dijalankan sejajar dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi, sehingga
Indonesia secara cepat mampu mengalami transisi demografi. Jika pada awal
tahun 1960-1970an Indonesia mengalami baby boom tahap pertama di mana
angka kelahiran total (TFR) mencapai 5,7%. Baby boom ini terjadi tidak lepas
dari kondisi sejarah Indonesia. Ketika kemerdekaan dicapai, banyak muda
mudi yang tadinya menunda perkawinan,mulai melakukan perkawinan
sehingga terjadi lonjakan perkawinan yang diikuti dengan lonjakan jumlah
kelahiran. Sementara angka kematian telah mulai menurun akibat intervensi
kesehatan dengan ditemukannya beberapa obat-obatan antibiotik yang
digunakan di Indonesia. Penurunan angka kematian terutama terjadi pada
kematian bayi sehingga anak-anak yang lahir pada tahun 1950an dan
seterusnya lebih banyak bertahan hidup menuju usia yang lebih tinggi
(Adioetomo, 2005). Akibatnya bayi yang banyak dilahirkan pada waktu
tersebut dan tahun-tahun berikutnya menjadi makin lama makin banyak. Hal
ini terlihat dalam piramida penduduk tahun 1961, 1971, 1980, 1990 dan
seterusnya.

9
Kemudian ketika program KB mulai digalakkan di Indonesia, maka
TFR terus mengalami penurunan dan ini berakibat pada pergeseran struktur
penduduk menurut umur dan laju pertumbuhan penduduk. Meskipun laju
pertumbuhan penduduk telah menurun tetapi tambahan bayi yang dilahirkan
masih tetap besar, karena perempuan yang lahir pada masa baby boom telah
memasuki masa reproduksi dan telah melahirkan anak-anak mereka. Sehingga
setiap tahun masih akan diperoleh tambahan jumlah kelahiran antara 3 – 4 juta
setiap tahunnya. Jika angka kelahiran terus dapat diturunkan maka
diproyeksikan bonus demografi akan terjadi pada tahun 2015-2035 (gambar
1). Jika skenario pertumbuhan penduduk terus menurun, maka Indonesia akan
mengalami bonus demografi pada periode 2015-2035. Pada tahun 2015 rasio
ketergantungan mulai menurun mencapai 45,94, terus menurun dan mencapai
titik terendah pada tahun 2025 yaitu 43,33 kemudian meningkat kembali
menjadi 46,17 pada tahun 2035.Sehingga untuk menyongsong masa tersebut
perlu dilakukan berbagai persiapan terutama mendorong peningkatan investasi
sumber daya manusia yang akan memasuki era tersebut, meningkatkan
kesempatan kerja untuk mengantisipasi pertambahan penduduk usia kerja
serta kebijakan investasi yang lebih ramah untuk mendorong penciptaan
lapangan kerja tersebut.

Hasil Sensus Penduduk Indonesia 2010, cukup mengejutkan karena


jumlah penduduk yang diproyeksikan hanya mencapai 233,4 juta jiwa

10
ternyata lebih tinggi yaitu 236,7 juta. Hal ini terjadi karena beberapa faktor
yaitu melemahnya kinerja KB nasional akibat kebijakan otonomi daerah di
mana daerah tidak lagi memiliki komitmen yang tinggi untuk tetap
melaksanakan KB, menurunnya jumlah PLKB di daerah serta perubahan
persepsi sebagian masyarakat untuk memiliki anak yang lebih banyak
terutama di kalangan penduduk yang mempunyai kesejahteraan lebih tinggi.

11
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Transisi demografi adalah model yang dipergunakan untuk
menggambarkanatau mendefinisikan perubahan pada angka kelahiran,
kematian, dan populasi suatudaerah seiring dengan waktu.

3.2 Saran
Makalah ini membahas keseluruhan mengenai transisi demografi
yang menyangkut model dan bagaimana perkembangannya di Indonesia.
Maka dari itudiharapkan seteleh membaca makalah ini pembaca dapat
memahami apa-apa saja aspekdalam transisi demografi.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://www.pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/ESPA4535-M1.pdf

Priyono dkk. 1990. Transisi Demografi dan Pembangunan Indonesia.Vol.6: 2

Badan Pusat Statistik. Proyeksi Penduduk Indonesia dan Provinsi 2000-2025.

Badan Pusat Statistik.Hasil Sementara Sensus Penduduk 2010.

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Dasar-Dasar


Demografi.
Said Rusli. Pengantar Ilmu Kependudukan.

13

Anda mungkin juga menyukai