Pembimbing :
Disusun Oleh :
MOJOKERTO 2021/2022
1
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam smoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafaatnya diakhiat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SW atas limpahan nikmat sehat-Nya,baik itu berupa
sehat fisik maupun akal pikiran,sehingga penulis mampu menyelesaikan pembuatan makalah
dengan judul " Mekanisme Imunodeficiency Dalam Konsep Psikoneuroimunologi
( Pengertian, Jenis, Pemeriksaan dan Peran Psikis Dalam Mekanisme Imunodefisiensi) ".
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini,supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi.kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon
maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................ 5
3.1 Kesimpulan......................................................................................... 9
3.2 Saran................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 10
3
BAB I
PENDAHULUAN
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi, matahari
dan populasi. Maka dari itu diketahui beberapa keadaan defisiensi imun pada manusia yang
bukan sebagai akibat faktor lingkungan. Keterkaitan komplemen antibodi dan sel fagosit
membentuk dasar mekanisme terhadap infeksi pro genik oleh bakteri yang memerlukan
opsonisasi sebelum fagositosis. Karena itu tak mengherankan defisiensi salah satu faktor tadi
merupakan predisposisi bagi seseorang mengalami infeksi.
Penderita dengan defisiensi sel-T tentu mempunyai pola infeksi yang berbeda. Penderita ini
peka terhadap infeksi virus dan jamur yang biasanya dapat dieliminasi oleh imunitas seluler.
Insiden keganasan yang meningkat dan autoantibodi dengan atau tanpa penyakit autoimun telah
ditemukan pada penderita penderita yang mengalami defisiensi imun. Namun hubungan keadaan
ini belum jelas, meski kegagalan pengaturan sel-T atau ketidakmampuan mengontrol infeksi
virus merupakan salah satu penjelasan.
1.3 Tujuan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Imunitas adalah kekebalan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi. Imam sistem
adalah semua hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, antibodi dan
sitokin/kemokin. Fungsi utama sistem imun adalah pertahanan terhadap infeksimikroba,
walaupun substansi non infeksious juga dapat meningkatkan kerja sistem imun. Respon imun
adalah proses pertahanan tubuh terhadap semua bahan asing yang terdiri dari sistem imun
nonspesifik dan spesifik. Berikut adalah penjelasannya :
Imunodefisiensi adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun
normal. Keadaan ini dapat terjadi secara primer, yang pada umumnya disebabkan oleh kelainan
genetik yang diturunkan, serta secara sekunder akibat penyakit utama lain seperti infeksi,
pengobatan kemoterapi, sitostatika, radiasi, obat-obatan immunosupresan (menekan sistem
kekebalan tubuh) atau pada usia lanjut dan malnutrisi (kekurangan gizi).
5
a) Imunodefisiensi Primer.
Para peneliti telah mengidentifikasikan lebih dari 150 jenis imunodefisiensi primer.
Imunodefisiensi dapat mempengaruhi limfosit B, limfosit T, atau fagosit. Gangguan
imunodefisiensi primer diantaranya :
1. Defisiensi IgA (immunoglobulin).
Imunoglobin ditemukan terutama di air liur dan cairan tubuh lain sebagai
perlindungan pertama tubuh. Penyebabnya genetik maupun infeksi toksoplasma, virus
cacar dan virus lainnya. Orang yang kekurangan IgA cenderung memiliki alergi atau
mengalami pilek dan infeksi pernapasan lain walaupun tidak parah.
2. Granulomatos Kronis (CGD).
Penyakit imunodefisiensi yang diwariskan sehingga penderitanya rentan terhadap
infeksi bakteri atau jamur tertentu. Penderitanya tidak dapat melawan infeksi kuman
yang umumnya ringan pada orang normal.
3. Bruton's Agammaglobulinemia.
Kelainan yang ditandai kegagalan prekursor limfosit B karena cacat pada gen
kromosom X. Penyakit ini paling sering ditemukan pada pria walaupun secara
sporadik terjadi juga pada wanita. Penyakit mulai terlihat pada usia 6 bulan setelah
imunoglobulin maternal mulai habis.
4. Severe Combined Imunodeficiency (SCID).
SCID adalah gangguan sistem kekebalan tubuh serius karena limfosit B dan limfosit
T. Mereka yang kekurangan hampir mustahil melawan infeksi. Bayi yang mengalami
SCID umumnya mengalami kandidiasis oral, diaperrash dan kegagalan berkembang
5. Sindroma DiGeorge (thymus displasia).
Sindrom cacat lahir dengan penderita anak-anak yang lahir tanpa kelenjar timus.
Tanda sindrom ini antara lain menurunnya level sel T, tetanus dan cacat jantung
bawaan. Telinga, wajah, mulut dan wajah dapat menjadi abnormal.
6. Sindroma Chediak-Higashi.
Baru ditandai dengan ketidakmampuan neutrofil untuk berfungsi sebagai fagosit
secara normal.
7. Hyper IgM Syndrome.
Penyakit ini ditandai dengan produksi IgM dan IgE. Akibatnya terjadi cacat pada
respon imun sel T dalam sekresi imunoglobulin terhambat.
8. Wiskott-Aldrich Syndrome.
Penyakit yang terkait dengan kromosom X ditandai dengan trombositopenia, eksema,
dan rentan infeksi sehingga menyebabkan kematian dini.
b) Imunodefisiensi Sekunder.
Penyakit ini berkembang umumnya setelah seorang mengalami penyakit. Penyebab yang
lain termasuk akibat luka, kurang gizi atau masalah medis lain. Sejumlah obat-obatan
juga menyebabkan gangguan pada fungsi kekebalan tubuh. Imunodefisiensi sekunder
diantaranya :
1. Infeksi.
6
HIV dan AIDS adalah penyakit umum yang terus menghancurkan sistem kekebalan
tubuh penderitanya. Penyebabnya adalah virus HIV yang mematikan beberapa jenis
limfosit yang disebut sel T Helper. Akibatnya, sistem kekebalan tubuh tidak dapat
mempertahankan tubuh terhadap organisme biasanya tidak bahaya. Ada orang dewasa
pengidap AIDS, infeksi HIV dapat mengancam jiwanya.
2. Kanker.
Pasien dengan kanker yang menyebar luas umumnya mudah terinfeksi
mikroorganisme. Tumor Bone Marrow danau kimia yang muncul di sumsum tulang
belakang dapat mengganggu pertumbuhan leukosit dan leukosit. Gambar juga
menghambat fungsi limfosit seperti pada penyakit Hodgkin.
3. Obat-obatan.
Beberapa obat menekan sistem kekebalan tubuh, seperti obat kemoterapi yang tidak
hanya menyerang sel kanker tetapi juga sel-sel sehat lainnya, termasuk dalam
sumsum tulang belakang dan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, gangguan autoimun
atau mereka yang menjalani transplantasi organ dapat mengurangi kekebalan tubuh
melawan infeksi.
4. Pengangkatan Lien.
Pengangkatan Lien sebagai terapi trauma atau kondisi hematologi menyebabkan
peningkatan fleksibilitas terhadap infeksi terutama Streptococcus Pneumonia.
Selain pertanyaan mengenai gejala yang dirasakan, riwayat penyakit autoimun dalam
keluarga, sejumlah tes juga dilibatkan dalam penentuan penyakit imunodefisiensi yaitu :
a) Tes Darah.
Dapat mengungkap kelainan dalam sistem kekebalan tubuh. Tes termasuk mengukur sel-
sel darah dan sel imun.
b) Identifikasi Infeksi.
Untuk menganalisis infeksi dan penyebabnya apabila pasien tidak merespon pengobatan
standar.
c) Uji Pre-natal.
Dilakukan orangtua yang memiliki anak dengan gangguan imunodefisiensi untuk
melakukan pengecekan apakah gangguan tersebut juga dialami janin pada kehamilan
berikutnya.
7
c) Faktor perilaku juga dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami sakit
karena stress.
d) Stres juga bisa memicu timbulnya perilaku sakit seperti insomnia, kelelahan, tulisan dan
depresi.
e) Semua faktor tersebut mungkin saja saling berkaitan dan akhirnya menyebabkan
seseorang jatuh sakit setelah mengalami stres.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Imunitas adalah kekebalan terhadap penyakit, terutama penyakit infeksi. Sistem imun
adalah semua hal yang berperan dalam proses imun seperti sel, protein, antibodi dan
sitokin/kemokin. Fungsi utama sistem imun adalah pertahanan terhadap infeksi mikroba,
walaupun substansi non infeksious juga dapat meningkatkan kerja sistem imun. Sedangkan
immunodeficiency adalah keadaan dimana terjadi penurunan atau ketiadaan respon imun normal.
Keadaan ini dapat terjadi secara primer, yang pada umumnya disebabkan oleh kelainan genetik
yang diturunkan, serta secara sekunder akibat penyakit utama lain seperti infeksi, pengobatan
kemoterapi, sitostatika, radiasi, obat-obatan imunosupresan (menekan sistem kekebalan tubuh)
atau pada usia lanjut dan malnutrisi (kekurangan gizi).
3.2 Saran
Setelah kami menyelesaikan makalah dengan judul ini, kami merasa masih banyak sekali
kekurangan karena keterbatasan referensi. Untuk itu kami dari kelompok 5 mengharap masukan
kritik saran dan sanggahan untuk kelompok kami.
9
DAFTAR PUSTAKA
Martini, Frederic, H. (2001), Fundamentals of Anatomy & Phisiology, 5th Ed, NewJersey :
Prentice - Hall
Sloane, Etho. (2004), Anatomi Fisiologi Bagi Pemula. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Thibodeau, G.A., Patton, Kevin, T. (2007), Anatomy and Phisiology, Missouri : Mosby
https://id.scribd.
10