Anda di halaman 1dari 37

Makalah

Konsep kesehatan lingkungan

Dosen : Ninik Murtiyani,SKM.S.Kep.,Ns.,M.Kes

Nama kelompok:

1.Anisyah putri (0119005)


2. Dewi nur kumala indah ( 0119010 )
3.Dwi nur rohmawati (0119012)
4.Rafly iqbal R ( 0119042 )
5.Roudhotul latifah (0119044)

6.Siti dwi nofiani(0119048)

7.Viki khamdatul Inayah (0119051)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Makalah yang bejudul “Konsep

kesehatan lingkungan ”. Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tugas


. Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan didalamnya. Untuk itu penulis
megharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat terimakasih .

Mojokerto 13 september 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...............................................................................4

1.2 Rumusan Masalah….......................................................................4

1.3 Tujuan………………..…………...………………………………................................4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Penyedian air bersih……………………………………....................................5


2.2 Air buangan dan kesehatan ………………….........................................8

2.3 Pengelolaan limbah domestik dan medis...................................11

2.4 Manajemen pengendalian vekto ………………………………………............23

2.5 Apa pengertian Sanitasi makanan…………………………………………………….26

2.6 Apa yang dimaksut Toksikologi lingkungan……………………………………34

BAB III. PENUTUP

3.1 kesimpulan...............................................................................38.
3.2
Saran…………………………………………………………...............................38

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Definisi lingkugan Menurut Encyclopaedia of science & technology (1960) “ Sejumlah kondisi
di luar dan mempengaruhi kehidupan dan perkembangan organisme.” Menurut Encyclopaedia
Americana (1974) “ Pengaruh yang ada di atas/sekeliling organisme.” Menurut A.L. Slamet
Riyadi (1976) “ Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup
beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak sehingga dpt diduga
ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu.”

Lingkungan Pengertian Segala sesuatu yang ada disekitar baik berupa benda hidup, benda
mati, benda nyata maupun benda abstrak termasuk manusia serta suasana yang termasuk
karena interaksi di antara elemen- elemen di alam tersebut.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana peranan penyedian air bersih ?

2. Bagaimana cara pengolahan air buangan dan kesehatan ?

3. Bagaimana Pengelolaan limbah domestik dan medis ?

4. Bagamana cara manajemen pengendalian vekto?

5. sanitasi makanan

6. Toksikologi lingkungan

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui peranan penyedian air bersih.

2. Untuk mengetahui cara pengolahan air buangan dan kesehatan.

3. Untuk mengetahui cara pengolahan limbah domestik dan medsis.

4. Untuk menetahui cara manajemen pengendalian vector.

BAB II
4
PEMBAHASAN

2.1 Penyedian air bersih

Di era sekarang ini smart city menjadi salah satu parameter keberhasilan suatu kota,
yaitu sebagai kota yang mampu mengontrol dan mengintegrasi semua infrastruktur termasuk
dalam menciptakan lingkungan yang cerdas. Pengembangan kualitas dan kuantitas air bersih
merupakan salah satu pengembangan infrastruktur lingkungan yang perlu mendapat perhatian.
Selain karena merupakan salah satu sumber daya yang vital, air juga merupakan penyebab
utama masalahmasalah lingkungan yang dialami oleh penduduk, terutama yang tinggal di
daerah perkotaan. Bahkan ketersediaan air, terutama air bersih, menjadi salah satu penentu
kualitas hidup suatu masyarakat. Data WHO 2015 menemukan bahwa 663 juta penduduk
masih kesulitan dalam mengakses air bersih (Rochmi, 2016). Berkaitan dengan krisis air ini,
diramalkan pada tahun 2025 nanti hampir dua pertiga penduduk dunia akan tinggal di daerah-
daerah yang mengalami kekurangan air (Unesco, 2017). Ramalan itu dilansir World Water
Assesment Programme (WWAP), bentukan United Nation Educational, Scientific, and
Cultural Organization (Unesco). Terkait Indonesia, pada tahun 2012 Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat Indonesia menduduki peringkat terburuk dalam
pelayanan ketersediaan air bersih dan layak konsumsi se-Asia Tenggara (Rochmi, 2016).
Bahkan Direktur Pemukiman dan Perumahan Kementerian PPN (Bappenas) memperkirakan
bahwa Indonesia juga akan mengalami krisis air. karena melihat ketersediaan air bersih
melalui jumlah sungai yang mengalirkan air bersih terbatas, sedangkan cadangan air tanah
(green water) di Indonesia hanya tersisa di dua tempat yakni Papua dan Kalimantan.

Indonesia juga diprediksi bahwa akan ada 321 juta penduduk yang kesulitan
mendapatkan air bersih. Sebab permintaan air bersih naik sebesar 1,33 kali, berbanding
terbalik dengan jumlah penduduk yang kekurangan air (Rochmi, 2016). Di sisi lain, kabar baik
datang dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016. BPS mencatat bahwa saat ini
Indonesia telah

mengalami peningkatan yang cukup signifikan terkait persentase rumah tangga dengan
sumber air minum bersih yang layak, yaitu dari 41,39% pada tahun 2012 menjadi 72,55% pada
tahun 2015 (Badan Pusat Statistik, 2016). Namun jika dibandingkan dengan tujuan Sustainable
Development Goals (SDGs), capain tersebut masih belum mencapai target. Per 2030 dalam
milestone SDGs, setiap negara

diharapkan telah mampu mewujudkan 100% akses air minum layak untuk
penduduknya. Indonesia meletakkan target pencapaiannya lebih awal yaitu akhir tahun 2019
sebagaimana amanat Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2016
(Portal Sanitasi Indonesia, 2015).

5
1.1 Penyedian air bersih

Kualitas air sungai di Indonesia sebagian besar berada pada status tercemar. Pencemaran air
didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau
komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya (PP
RI, 2001). Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan bahwa di tahun 2015
hampir 68% mutu air sungai di 33 provinsi di Indonesia dalam status tercemar berat. Angka ini
mengalami penurunan jika dibandingkan pencemaran di tahun 2014 yang mencapai 79%.

Walaupun mengalami penurunan, namun persentasenya masih tergolong tinggi, terutama di


sungai-sungai yang terletak di wilayah regional Sumatera (68%), Jawa (68%), Kalimantan
(65%), dan Bali Nusa Tenggara (64%). Sedangkan di wilayah regional Indonesia Timur seperti
Sulawesi dan Papua relatif lebih kecil, yaitu 51% (Wendyartaka,2016).

Kondisi pencemaran di sebagian besar sungai di perkotaan Indonesia perlu mendapat


perhatian, mengingat banyaknya sungai di daerah perkotaan Indonesia yang dijadikan sebagai
sumber air baku

untuk keperluan air minum. Bahkan secara global ditemukan bahwa minimal 1,8 milyar
penduduk minum air dari sumber yang terkontaminasi feses (WHO, 2016). Adapun beberapa
penyakit yang paling sering berjangkit karena air yang terkontaminasi antara lain sebagai
berikut (WHO, 2016).

1. Diare
2. Kolera
3. Dysentri
4. Hepatitis A
5. Typhoid
6. Polio

Persyaratan air bersih(tabel)

Teknologi penyediaan air bersih membutuhkan inovasi teknologi modern dengan


menggunakan air permukaan (air sungai, air limbah, atau air laut) yang dapat memberikan
solusi produksi air bersih dalam jangka panjang yang dapat diterapkan di perkotaan. Berikut
beberapa teknologi modern yang diharapkan dapat menjadi solusi kelangkaan air bersih saat
ini.

6
1. Grey water bio Rotasi

Grey water adalah air limbah yang berasal dari aktivitas domestik masyarakat (KM-
ITB, 2014). Instalasi pengolahan air limbah grey water bio rotasi ini terdiri dari sistem bio
filter dan taman sanitasi dengan resirkulasi yang dapat mengolah air limbah rumah tangga
untuk digunakan kembali menjadi air bersih (Engineer Weekly, 2016). Teknologi ini menjadi
salah satu teknologi tepat guna untuk penyediaan air bersih mengingat 60-85% dari
penggunaan air bersih, 75%-nya menjadi grey water (KM-ITB, 2014). Penelitian Luvita,
Sugiarto, dan Wijonarko (2015) melakukan pengolahan grey water melalui reaksi kimia
dengan menggunakan teknologi oksidasi dan filtrasi di daerah Jakarta Timur.

2. Teknologi Desalinasi Air laut

Teknologi ini mengubah air laut menjadi air bersih yang siap digunakan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tahapan desalinasi air laut meliputi pengambilan air laut,
pengolahan awal, proses pemisahan garam, dan pengolahan akhir. Pengolahan awal dilakukan
untuk membersihkan air laut dari bahan pengotor seperti molekul makro dan mikro
(Wrzesniewski & Harrison, 2017). Kemudian dilakukan proses penyisihan garam, dapat
berbasis panas (Multistage flash distillation system), dan berbasis membran (Reverse osmosis
system). Penambahan mineral dilakukan pada tahap pengolahan akhir agar dihasilkan produk
air bersih dengan kualitas air minum (Engineer Weekly, 2016; Wrzesniewski & Harrison,
2017). Negara yang telah lama menggunakan teknologi ini adalah Arab Saudi, Bahrain, dan
Kuwait. Teknologi ini sangat mungkin diterapkan di Indonesia mengingat Indonesia memiliki
sumber daya air laut yang luas. Kendala utamanya adalah Indonesia belum memiliki aturan
mengenai pengelolaan air laut sebagai air baku (PAM Jaya, 2015).

3. Metode Reverse Osmosis (RO)

Pengolahan air dengan metode reverse osmosis adalah suatu sistem pengolahan air dari air
yang mempunyai konsentrasi tinggi melalui membran semipermiabel menjadi air yang
mempunyai konsentrasi rendah dikarenakan adanya tekanan osmosis. Metode ini merupakan
metode penyaringan yang dapat menyaring berbagai molekul besar dan ion-ion dari suatu
larutan dengan cara memberi

tekanan pada larutan ketika larutan itu berada di salah satu sisi membran seleksi (lapisan
penyaring). Proses tersebut menjadikan zat

terlarut terendap di lapisan yang dialiri tekanan sehingga zat pelarut murni dapat mengalir ke
lapisan berikutnya. Pengolahan air dengan menggunakan teknologi ini banyak diaplikasikan
pada pengolahan air asin menjadi air bersih (desalinasi), pemurnian air kotor menjadi air

7
bersih, ataupun pemurnian air limbah menjadi air bersih (Engineer

Weekly, 2016).

8
2.2 Air buangan dan kesehatan

Air limbah atau air buangan adalah sisa air yang dibuang dari rumah tangga, industri
maupun tempat-tempat umum lainnya yang umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat
yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta menggangu lingkungan
hidup.Batasan lain mengatakan bahwa air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah
cair yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran, dan industri, bersama-
sama dengan air tanah, air permukaan, dan air hujan yang mungkin ada (Haryoto
Kusnoputranto, 1985).

Limbah, sampah, dan kotoran yang berasal dari rumah tangga, perusahaan, dan/atau
kendaraan merupakan masalah serius yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kesehatan
lingkungan. Pembuangan sampah rumah tangga dibiasakan pada tempat sampah, karena itu
tempat sampah seharusnya selalu tersedia di lingkungan rumah tempat tinggal sesuai dengan

9
jenisnya, sampah basah (garbage), sampah kering (rubbish), dan sisa-sisa industri (industrial
waste).

Selain itu, kebiasaan meludah, buang air kecil dan besar (human excreta), air limbah
(sewage) juga harus dikelola dengan baik agar tidak mengganggu kesehatan lingkungan.
Sampah yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi sarang hewan penyebar penyakit dan
bau yang tidak sedap.Meskipun merupakan air sisa namun volumenya besar karena lebih
kurang 80% dari air yang digunakan bagi kegiatan-kegiatan manusia sehari-hari tersebut
dibuang lagi dalam bentuk yang sudah kotor (tercemar). Selanjutnya air limbah ini akhirnya
akan mengalir ke sungai dan laut dan akan digunakan oleh manusia lagi.Oleh sebab itu, air
buangan ini harus dikelola dan atau diolah secara baik. Air limbah ini berasal dari berbagai
sumber, secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :

1. Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic wastes water), yaitu air
limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari
ekskreta (tinja dan air seni), air bekas cucian dapur dan kamar mandi, dan umumnya terdiri
dari bahan-bahan organik.

2. Air buangan industri (industrial wastes water) yang berasal dari berbagai jenis industri
akibat proses produksi. Zat-zat yang terkandung didalamnya sangat bervariasi sesuai dengan
bahan baku yang dipakai oleh masing-masing industri antara lain: nitrogen, sulfida, amoniak,
lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral, logam berat, zat pelarut, dan sebagainya. Oleh
sebab itu pengolahan jenis air limbah ini menjadi lebih rumit karena harus mempertimbangkan
dampaknya pada lingkungan.

3. Air buangan kotapraja (municipal wastes water) yaitu air buangan yang berasal dari
daerah perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah, dan
sebagainya. Pada umumnya zat-zat yang terkandung dalam jenis air limbah ini sama dengan
air limbah rumah tangga.

Karakteristik Air Limbah

Karakteristik air limbah perlu dikenal karena hal ini akan menentukan cara pengolahan yang
tepat sehingga tidak mencemari lingkungan hidup. Secara garis besar karakteristik air limbah
ini digolongkan sebagai berikut:

1. Karakteristik fisik

Sebagian besar terdiri dari air dan sebagian kecil terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi.
Terutama air limbah rumah tangga, biasanya berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit
berbau. Kadang-kadang mengandung sisa-sisa kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur,
bagian-bagian tinja, dan sebagainya.

2. Karakteristik kimiawi

10
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat-zat kimia anorganik yang berasal dari air
bersih serta bermacam-macam zat organik berasal dari penguraian tinja, urine dan sampah-
sampah lainnya. Oleh sebab itu pada umumnya bersifat basa pada waktu masih baru dan
cenderung ke asam apabila sudah mulai membusuk.

Substansi organik dalam air buangan terdiri dari 2 gabungan, yakni:

-gabungan yang mengandung nitrogen, misalnya urea, protein, amine dan asam amino.

-gabungan yang tak mengandung nitrogen, misalnya lemak, sabun dan karbohidrat, termasuk
selulosa.

3. Karakteristik bakteriologis

Kandungan bakteri patogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air limbah
tergantung darimana sumbernya namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air
buangan.

Sesuai dengan zat-zat yang terkandung didalam air limbah, maka air limbah yang tidak diolah
terlebih dahulu akan menyebabkan berbagai gangguan kesehatan masyarakat dan lingkungan
hidup antara lain :

1. Menjadi transmisi atau media penyebaran berbagai penyakit, terutama kolera, typhus
abdominalis, disentri basiler.

2. Menjadi media berkembang-biak mikroorganisme patogen.

3. Menjadi tempat-tempat berkembangbiak nyamuk atau tempat hidup larva nyamuk.

4. Menimbulkan bau yang tidak enak serta pandangan yang tidak sedap.

5. Merupakan sumber pencemaran air permukaan, tanah dan lingkungan hidup lainnya.

6. Mengurangi produktivitas manusia karena orang bekerja dengan tindak nyaman dan
sebagainya.

Dampak air limbah terhadap kesehatan

Pencemaran air yang disebabkan oleh limbah TPA dapat berdampak buruk terhadap kesehatan.
Penduduk yang tinggal di sekitar TPA berisiko terkena penyakit hepatitis, kolera, giardiasis,
dan blue baby syndrome (methemoglobinemia), akibat mengonsumsi air yang tercemar.
Bahkan beberapa zat, seperti benzene, yang diketahui bersifat karsinogenik atau dapat
menyebabkan kanker, juga bisa mencemari air di sekitar lokasi TPA.

Air yang sudah terkontaminasi dengan limbah ini bisa menimbulkan berbagai penyakit,
seperti:

1. Diare, apabila mengonsumsi air yang tercemar bakteri atau parasit. Diare yang parah bisa
berujung pada kematian.

11
2. Penyakit methemoglobinemia atau blue baby syndrome, bila mengonsumsi air minum yang
tercemar nitrat, atau tinggi akan kandungan nitrat.

3. Penyakit infeksi, seperti hepatitis A, kolera, dan giardiasis, bila mengonsumsi air yang
terkontaminasi bakteri dan virus.

4. Penyakit ginjal, penyakit hati, dan risiko bayi lahir cacat.

Baik terlihat atau tidak terlihat, limbah tetap memiliki dampak buruk bagi kesehatan. Mungkin
saja tidak dirasakan segera, namun akan menimbulkan efek negatif dalam jangka panjang.
Guna mengurangi atau bahkan menghilangkan ancaman bahaya dari limbah, diperlukan
pengolahan limbah yang baik dan kesadaran untuk menjaga kebersihan lingkungan.

2.3 Pengelolaan limbah domestik dan medis

1. Sampah dari kegiatan rumah sakit

Sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit selain sampah umum yang

dihasilkan oleh para pengunjung rumah sakit maupun pegawai dapat berupa sampah

botol infus, cairan tubuh, potongan tubuh, tajam,radioaktif, gas, dimana sampah rumah

sakit digolongkan sampah infeksius Jenis – jenis sampah menurut Amos Noelaka dalam

Bakar (2014) sampah dibagi menjadi tiga bagian yakni:

2. Sampah organik

Sampah organik merupakan barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan

dibuang oleh pemilik atau pemakai sebelumnya, tetapi masih bisa dipakai, dikelola dan

dimanfaatkan dengan prosedur yang benar. Sampah ini dengan mudah dapat diuraikan

melalui proses alami. Sampah organik merupakan sampah yang mudah membusuk

seperti, sisa daging, sisa sayuran, daun-daun, sampah kebun dan lainnya.

3. Sampah anorganik

Sampah anorganik adalah sampah yang dihasilkan dari bahan-bahan nonhayati,

baik berupa produk sintetik maupun hasil proses teknologi pengolahan bahan tambang.

Sampah ini merupakan sampah yang tidak mudah menbusuk seperti, kertas, plastik,

logam, karet, abu gelas, bahan bangunan bekas dan lainnya.

12
4. Sampah B3 (Bahan Berbahaya Beracun)

Pada sampah berbahaya atau bahan beracun (B3), sampah ini terjadi dari zat kimia

organik dan nonorganik serta logam-logam berat, yang umumnya berasal dari buangan

industri. Pengelolaan sampah B3 tidak dapat dicampurkan dengan sampah organik dan

nonorganik. Sampah ini dikelola oleh badan khusus, dikelola sesuai dengan peraturan

pemerintah. Selain dihasilkan oleh industry, rumah sakit juga menghasilkan sampah B3

yang tak kalah berbahayanya, seperti sampah infeksius, sampah radioaktif, sampah

sitotoksik, dan sampah gas.

B.Karakteristik Sampah

Menurut Kistinnah I,Lestari, 2006 Karakteristik sampah , ditinjau dari

kualifikasinya ada delapan macam yaitu :

1. Garbage. Yaitu sampah yang terdiri dari bahan – bahan organic yang mempunyai

sifat lekas membusuk ( Biodegradibility prosesnya cepat ) Sampah jenis ini lekas

membusuk kira – kira dalam waktu sekitar 18 jam . Yang termasuk dalam kategori

sampah jenis ini antara lain : Sampah dapur.

2. Rubbish . Yaitu sampah yang terdiri dari bahan - bahan organic atau anorganik

yang tidak / tahan berubah sifatnya. Contoh dari sampah ini adalah : sampah

plastic , kaleng / logam, kertas, kaca.

3. Ashes atau dust. Yaitu sampah – sampah sisa pembakaran dan dari bahan –

bahan partikel kecil yang mempunyai sifat mudah beterbangan .

4. Sampah jalan ( Street Cleaning ) . Yaitu sampah yang berasal dari pembersihan

jalan , yang terdiri dari campuran bermacam – macam sampah, daun – daunan

kertas, plastic , pecahan kaca, besi, debu dan sebagainya.

13
5. Bangkai binatang (Dead Animals) , Yaitu bangkai binatang yang mati karena alam ,

ditabrak kendaraan atau dibuang oleh orang.

6. Sampah industri (industrial wastes) . Yaitu sampah yang berasal dari industry atau

pabrik – pabrik , sampah ini tergantung jenis industrinya , missal kimia beracun

,kertas, bahan berbahaya.

7. Sampah pembangunan (Demolition wastes) . Yaitu sampah dari proses

pembangunan gedung , rumah dan sebagainya yang berupa puing – puing

14
potongan – potongan kayu, besi beton , bamboo, hancuran gedung dan sebagainya.

8. Sampah berbahaya (Hazardous wastes). Adalah kimia beracun , pestisida, pupuk,

radioaktif, sampah rumah sakit / puskesmas yang dapat membahayakan manusia.

B. Sampah Rumah Sakit

Sampah dan limbah rumah sakit adalah semua sampah dan sampah yang

dihasilkan oleh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Apabila dibanding

dengan kegiatan instansi lain, maka dapat dikatakan bahwa jenis sampah dan sampah

rumah sakit dapat dikategorikan kompleks. Secara umum sampah dan sampah rumah

sakit dibagi dalam dua kelompok besar, yaitu sampah atau sampah medis dan non medis

baik padat maupun cair.

Sampah medis adalah yang berasal dari pelayanan medis, perawatan, gigi,

veterinari, farmasi atau sejenis, pengobatan, perawatan, penelitian atau pendidikan yang

menggunakan bahan-bahan beracun, infeksius berbahaya atau bisa membahayakan

kecuali jika dilakukan pengamanan tertentu. Bentuk sampah medis bermacam-macam

dan berdasarkan potensi yang terkandung di dalamnya dapat dikelompokkan sebagai

berikut:

1. Sampah benda tajam

Sampah benda tajam adalah obyek atau alat yang memiliki sudut tajam, sisi, ujung

atau bagian menonjol yang dapat memotong atau menusuk kulit seperti jarum

hipodermik, perlengkapan intravena, pipet pasteur, pecahan gelas, pisau bedah. Semua

benda tajam ini memiliki potensi bahaya dan dapat menyebabkan cedera melalui

sobekan atau tusukan. Benda-benda tajam yang terbuang mungkin

15
terkontaminasi oleh darah, cairan tubuh, bahan mikrobiologi, bahan beracun atau

radioaktif.

2. Sampah infeksius

Sampah infeksius mencakup pengertian sebagai berikut:

a. sampah yang berkaitan dengan pasien yang memerlukan isolasi penyakit menular

(perawatan intensif)

b. sampah laboratorium yang berkaitan dengan pemeriksaan mikrobiologi dari

poliklinik dan ruang perawatan/isolasi penyakit menular.

3. Sampah jaringan tubuh

Sampah jaringan tubuh meliputi organ, anggota badan, darah dan cairan tubuh,

biasanya dihasilkan pada saat pembedahan atau otopsi.

4. Sampah sitotoksik

Sampah sitotoksik adalah bahan yang terkontaminasi atau mungkin terkontaminasi

dengan obat sitotoksik selama peracikan, pengangkutan atau tindakan terapi sitotoksik.

Sampah yang terdapat sampah sitotoksik didalamnya harus dibakar dalam incinerator

dengan suhu diatas 1000oc

5. Sampah farmasi

Sampah farmasi ini dapat berasal dari obat-obat kadaluwarsa, obat-obat yang

terbuang karena batch yang tidak memenuhi spesifikasi atau kemasan yang

terkontaminasi, obat-obat yang dibuang oleh pasien atau dibuang oleh masyarakat, obat-

obat yang tidak lagi diperlukan oleh institusi yang bersangkutan dan Sampah yang

dihasilkan selama produksi obat-obatan.

16
6. Sampah kimia

Sampah kimia adalah Sampah yang dihasilkan dari penggunaan bahan kimia

dalam tindakan medis, veterinari, laboratorium, proses sterilisasi, dan riset.

7. Sampah radioaktif

Sampah radioaktif adalah bahan yang terkontaminasi dengan radio isotop yang

berasal dari penggunaan medis atau riset radio nukleida. Sampah ini dapat berasal dari

antara lain : tindakan kedokteran nuklir, radio-imunoassay dan bakteriologis; dapat

berbentuk padat, cair atau gas. Sampah cair yang dihasilkan rumah sakit mempunyai

karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.

8. Sampah Plastik

Sampah plastik adalah bahan plastik yang dibuang oleh klinik, rumah sakit dan

sarana pelayanan kesehatan lain seperti barang-barang dissposable yang terbuat dari

plastik dan juga pelapis peralatan dan perlengkapan medis.

Selain sampah klinis, dari kegiatan penunjang rumah sakit juga menghasilkan

sampah non medis atau dapat disebut juga sampah non medis. Sampah non medis ini

bisa berasal dari kantor/administrasi kertas, unit pelayanan (berupa karton, kaleng,

botol), sampah dari ruang pasien, sisa makanan buangan; sampah dapur (sisa

pembungkus, sisa makanan/bahan makanan, sayur dan lain- lain). Sampah cair yang

dihasilkan rumah sakit mempunyai karakteristik tertentu baik fisik, kimia dan biologi.

Sampah rumah sakit bisa mengandung bermacam- macam mikroorganisme, tergantung

pada jenis rumah sakit, tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum dibuang dan jenis

sarana yang ada (laboratorium, klinik dll).

17
Tentu saja dari jenis-jenis mikroorganisme tersebut ada yang bersifat patogen.

Sampah rumah sakit seperti halnya sampah lain akan mengandung bahan-bahan organik

dan anorganik, yang tingkat kandungannya dapat ditentukan dengan uji air kotor pada

umumnya seperti BOD, COD, TSS, pH, mikrobiologik, dan lain-lain.

Melihat karakteristik yang ditimbulkan oleh buangan/sampah rumah sakit seperti

tersebut diatas, maka konsep pengelolaan lingkungan sebagai sebuah sistem dengan

berbagai proses manajemen didalamnya yang dikenal sebagai Sistem Manajemen

Lingkungan (Environmental Managemen System) dan diadopsi Internasional

Organization for Standar sebagai salah satu sertifikasi internasioanal di bidang

pengelolaan lingkunan dengan nomor seri ISO 14001 perlu diterapkan di dalam Sistem

Manajemen Lingkungan Rumah Sakit.

C. Pengelolaan Sampah

Pengolahan sampah merupakan bagian dari penangan sampah dan menurut UU no

18 tahun 2008 didifinisikan sebagai proses perubahan bentuk sampah dengan mengubah

karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. Pengolahan sampah merupakan kegiatan

yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah, disamping memanfaatkan nilai

yang masih terkandung dalam sampah itu sendiri (bahan daur ulang, produk lain, dan

energy). Pengolahan sampah dapat dilakukan berupa pengomposan, recycling/daur

ulang, pembakaran (insinerasi) dan lain-lain. Secara umum pengolahan sampah

dilakukan dengan berbagai tahapan diantaranya adalah: pemilahan, pengumpulan,

pengangkutan, pengolahan, dan proses akhir sampah, dimana sampah-sampah tersebut

jika dikembalikan ke

18
media lingkungan tidak akan berdampak buruk baik bagi manusia, hewan maupun

lingkungan itu sendiri.

Rumah sakit salah satu penghasil sampah yang tergolong sampah berbahaya harus

dikelola dengan baik. Pengelolaan sampah rumah sakit diatur oleh perundang-undangan

agar akhir proses sampah rumah sakit tidak menjadi permasalahan baru bagi lingkungan

sekitarnya, maka dari itu perlunya perhatian khusus terhadap pengelolaan sampah rumah

sakit, mulai dari pemilahan, penampungan, pengangkutan, dan proses akhir, agar proses

akhir dapat melindungi lingkungan dari kerusakan akibat sampah rumah sakit.

Secara singkat pengelolaan dan pembuangan sampah medis adalah sebagai

berikut:

1. Pengumpulan ( Pemilahan Dan Pengurangan )

Proses pemilahan dan reduksi sampah hendaknya merupakan proses yang kontinyu

yang pelaksanaannya harus mempertimbangkan : kelancaran penanganan dan

penampungan sampah, pengurangan volume dengan perlakuan pemisahan sampah B3

dan non B3 serta menghindari penggunaan bahan kimia B3, pengemasan dan pemberian

label yang jelas dari berbagai jenis sampah untuk efisiensi biaya, petugas dan

pembuangan.

2. Pewadahan

Penampungan sampah ini wadah yang memiliki sifat kuat, tidak mudah bocor atau

berlumut, terhindar dari sobek atau pecah, mempunyai tutup dan tidak overload.

Penampungan dalam pengelolaan sampah medis dilakukan perlakuan standarisasi

kantong dan kontainer seperti dengan menggunakan kantong yang bermacam warna

seperti telah ditetapkan dalam Permenkes RI no.

19
986/Men.Kes/Per/1992 dimana kantong berwarna kuning dengan lambang biohazard

untuk sampah infeksius, kantong berwarna ungu dengan simbol citotoksik untuk sampah

citotoksik, kantong berwarna merah dengan simbol radioaktif untuk sampah radioaktif

dan kantong berwarna hitam dengan tulisan “domestik”

3. Pengangkutan

Pengangkutan dibedakan menjadi dua yaitu pengangkutan intenal dan eksternal.

Pengangkutan internal berawal dari titik penampungan awal ke tempat pembuangan atau

ke incinerator (pengolahan on-site). Dalam pengangkutan internal biasanya digunakan

kereta dorong sebagai yang sudah diberi label, dan dibersihkan secara berkala serta

petugas pelaksana dilengkapi dengan alat proteksi dan pakaian kerja khusus.

Pengangkutan eksternal yaitu pengangkutan sampah medis ketempat pembuangan

di luar (off-site). Pengangkutan eksternal memerlukan prosedur pelaksanaan yang tepat

dan harus dipatuhi petugas yang terlibat. Prosedur tersebut termasuk memenuhi

peraturan angkutan lokal. Sampah medis diangkut dalam kontainer khusus, harus kuat

dan tidak bocor.

4. Pengolahan dan Pembuangan

Metoda yang digunakan untuk megolah dan membuang sampah medis tergantung

pada faktor-faktor khusus yang sesuai dengan institusi yang berkaitan dengan peraturan

yang berlaku dan aspek lingkungan yang berpengaruh terhadap masyarakat. Teknik

pengolahan sampah medis (medical waste) yang mungkin diterapkan adalah :

a. Incinerasi

20
b. Sterilisasi dengan uap panas/ autoclaving (pada kondisi uap jenuh bersuhu 121

C)°

c. Sterilisasi dengan gas (gas yang digunakan berupa ethylene oxide atau

formaldehyde)

d. Desinfeksi zat kimia dengan proses grinding (menggunakan cairan kimia sebagai

desinfektan)

e. Inaktivasi suhu tinggi

f. Radiasi (dengan ultraviolet atau ionisasi radiasi seperti Co60)

g. Microwave treatment

h. Grinding dan shredding (proses homogenisasi bentuk atau ukuran sampah)

i. Pemampatan/pemadatan, dengan tujuan untuk mengurangi volume yang

terbentuk.

5. Incinerator

Beberapa hal yang perlu diperhatikan apabila incinerator akan digunakan di rumah

sakit antara lain: ukuran, desain, kapasitas yang disesuaikan dengan volume sampah

medis yang akan dibakar dan disesuaikan pula dengan pengaturan pengendalian

pencemaran udara, penempatan lokasi yang berkaitan dengan jalur pengangkutan

sampah dalam kompleks rumah sakit dan jalur pembuangan abu, serta perangkap untuk

melindungi incinerator dari bahayakebakaran.Keuntungan menggunakan incinerator

adalah dapat mengurangi volume sampah, dapat membakar beberapa jenis sampah

termasuk sampah B3 (toksik menjadi non toksik, infeksius menjadi non infeksius), lahan

yang dibutuhkan relatif tidak luas, pengoperasinnya tidak tergantung pada iklim, dan

residu abu dapat digunakan untuk mengisi tanah yang rendah. Sedangkan kerugiannya

adalah tidak semua

21
jenis sampah dapt dimusnahkan terutama sampah dari logam dan botol, serta dapat

menimbulkan pencemaran udara bila tidak dilengkapi dengan pollution control berupa

cyclon (udara berputar) atau bag filter (penghisap debu). Hasil pembakaran berupa

residu serta abu dikeluarkan dari incinerator dan ditimbun dilahan yang rendah.

Sedangkan gas/pertikulat dikeluarkan melalui cerobong setelah melalui sarana pengolah

pencemar udara yang sesuai.

6. Adanya kerjasama dengan pihak ke-3

Ada beberapa rumah sakit yang tidak mampu untuk menyediakan alat pembakar

sampah (incinerator), dapat bekerjasama dengan pihak ke-3 yang sudah ditunjuk dan

mempunyai ijin pengoperasian alat pembakar sampah (Incinerator) dari pemerintah

D. Pengertian Peranan

Peranan bersinonim dengan ‘pengaruh’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

‘pengaruh’ berarti “daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut

membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Jika dikaitkan dengan

sesuatu yang bersifat kolektif di dalam masyarakat, maka pengaruh adalah “daya yang

ada atau timbul dari organisasi yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau

perbuatan masyarakat. Makna peranan secara implisit menunjukkan kekuatan. Kekuatan

tersebut berlaku baik secara internal maupun eksternal terhadap individu atau kelompok

yang menjalankan peranan tersebut.

Secara umum, pengertian peranan adalah kehadiran di dalam menentukan suatu

proses keberlangsungan (Hari Soegiman, 1990: 2). Sementara itu, Alvin L. Bertrand,

seperti dikutip oleh Soleman B. Taneko menyebutkan bahwa: "Yang

22
dimaksud dengan peran adalah pola tingkah laku yang diharapkan dari seseorang

yang memangku status atau kedudukan tertentu" (Soleman B. Taneko, 1986: 23).

Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh Margono Slamet (1985: 15),

yang mendefinisikan peranan sebagai “sesuatu perilaku yang dilaksanakan oleh

seseorang yang menempati suatu posisi dalam masyarakat. Sedangkan Astrid

S. Susanto (1979:94) menyatakan bahwa peranan adalah dinamisasi dari statis

ataupun penggunaan dari pihak dan kewajiban atau disebut subyektif.Ibid.,

Dalam kamus bahasa Inggris, peranan (role) dimaknai sebagai tugas atau

pemberian tugas kepada seseorang atau sekumpulan orang (John M. Echlos, 2000:

489).Ibid., hal 23. Dari beberapa pengertian ‘peranan’ di atas, dalam penelitian ini

peranan didefinisikan sebagai aktifitas yang diharapkan dari suatu kegiatan, yang

menentukan suatu proses keberlangsungan.

Pembahasan perihal berbagai macam peranan yang melekat pada individu-

individu dalam masyarakat penting bagi beberapa hal yaitu (Sofiyatun, 2012):

1. Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur

masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya

2. Peranan tersebut seharusnya dilekatkan pada individu-individu yang oleh

masyarakat dianggap mampu melaksanakan. Mereka harus lebih dahulu

terlatih dan menpunyai hasrat untuk melaksanakannya

Dalam masyarakat kadang kala di jumpai individu-individu yang tak mampu melaksanakan
peranannya sebagaimanadiharapkan oleh masyarakat, karena mungkin pelaksanaannya
memerlukan pengorbanan arti kepentingan-kepentingan

2.4 Manajemen pengendalian vekto

23
A. Metode Pengendalian

Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah upaya untuk mengurangi atau
menurunkan populasi vektor atau binatang pengganggu dengan maksud pencegahan atau
pemberantasan penyakit yang ditularkan atau gangguan (nuisance) oleh vektor dan
binatang pengganggu tersebut.

Menurut WHO (Juli Soemirat,2009:180), pengendalian vektor penyakit sangat diperlukan


bagi beberapa macam penyakit karena berbagai alasan :

1. Penyakit tadi belum ada obatnya ataupun vaksinnya, seperti hamper semua penyakit
yang disebabkan oleh virus.

2. Bila ada obat ataupun vaksinnya sudah ada, tetapi kerja obat tadi belum efektif, terutama
untuk penyakit parasiter

3. Berbagai penyakit di dapat pada banyak hewan selain manusia, sehingga sulit
dikendalikan.

4. Sering menimbulkan cacat, seperti filariasis dan malaria.

5. Penyakit cepat menjalar, karena vektornya dapat bergerak cepat seperti insekta yang
bersayap

Ada beberapa cara pengendalian vektor dan binatang pengganggu diantaranya adalah
sebagai berikut.

1. Pengendalian kimiawi

Cara ini lebih mengutamakan penggunaan pestisida/rodentisida untuk peracunan.


Penggunaan racun untuk memberantas vektor lebih efektif namun berdampak masalah
gangguan kesehatan karena penyebaran racun tersebut menimbulkan keracunan bagi
petugas penyemprot maupun masyarakat dan hewan peliharaan. Sebagai ilustrasi, pada
tahun 1960-an yang menjadi titik tolak kegiatan kesehatan secara nasional (juga
merupakan tanggal ditetapkannya Hari Kesehatan Nasional), ditandai dengan dimulainya
kegiatan pemberantasan vektor nyamuk menggunakan bahan kimia DDT atau Dieldrin
untuk seluruh rumah penduduk pedesaan. Hasilnya sangat baik karena terjadi penurunan
densitas nyamuk secara drastis, namun efek sampingnya sungguh luar biasa karena bukan
hanya nyamuk saja yang mati melainkan cicak juga ikut mati keracunan (karena memakan
nyamuk yang keracunan), cecak tersebut dimakan kucing dan ayam, kemudian kucing dan
ayam tersebut keracunan dan mati, bahkan manusia jugs terjadi keracunan Karena
menghirup atau kontak dengan bahan kimia tersebut melalui makanan tercemar atau
makan ayam yang keracunan.

24
Selain itu penggunaan DDT/Dieldrin ini menimbulkan efek kekebalan tubuh pada nyamuk
sehingga pada penyemprotan selanjutnya tidak banyak artinya. Selanjutnya bahan kimia
tersebut dilarang digunakan. Penggunaan bahan kimia pemberantas serangga tidak lagi
digunakan secara missal, yang masih dgunakan secra individual sampai saat ini adalah
jenis Propoxur (Baygon). Pyrethrin atau dari ekstrak tumbuhan/bunga-bungaan.

Untuk memberantas Nyamuk Aedes secara missal dilakukan fogging bahan kimia jenis
Malathion/Parathion, untuk jentik nyamuk Aedes digunakan bahan larvasida jenis Abate
yang dilarutkan dalam air. Cara kimia untuk membunuh tikus dengan menggunakan bahan
racun arsenic dan asam sianida. Arsenik dicampur dalam umpan sedangkan sianida biasa
dilakukan pada gudang-gudang besar tanpa mencemai makanan atau minuman, juga
dilakukan pada kapal laut yang dikenal dengan istilah fumigasi. Penggunaan kedua jenis
racun ini harus sangat berhati-hati dan harus menggunakan masker karena sangat toksik
terhadap tubuh manusia khususnya melalui saluran pernafasan.

Penggunaan bahan kimia lainnya yang tidak begitu berbahaya adalah bahan attractant dan
repellent. Bahan Attractant adalah bahan kimia umpan untuk menarik serangga atau tikus
masuk dalam perangkap. Sedangkan repellent adalah bahan/cara untuk mengusir serangga
atau tikus tidak untuk membunuh. Contohnya bahan kimia penolak nyamuk yang dioleskan
ke tubuh manusia (Autan, Sari Puspa, dll) atau alat yang menimbulkan getaran ultrasonic
untuk mengusir tikus (fisika).

2. Pengendalian Fisika-Mekanika

Cara ini menitikberatkan kepada pemanfaatan iklim/musim dan menggunakan alat


penangkap mekanis antara lain :

a. Pemasangan perangkap tikus atau perangkap serangga

b. Pemasangan jarring

c. Pemanfaatan sinar/cahaya untuk menarik atau menolak (to attrack and to repeal)

d. Pemanfaatan kondisi panas dan dingin untuk membunuh vektor dan binatang
penganggu.

e. Pemanfaatan kondisi musim/iklim untuk memberantas jentik nyamuk.

f. Pemanfaatan suara untuk menarik atau menolak vektor dan binatang pengganggu.

g. Pembunuhan vektor dan binatang pengganggu menggunakan alat pembunuh (pemukul,


jepretan dengan umpan, dll)

25
h. Pengasapan menggunakan belerang untuk mengeluarkan tikus dari sarangnya sekaligus
peracunan.

i. Pembalikan tanah sebelum ditanami.

j. Pemanfaatan arus listrik dengan umpan atau attracktant untuk membunuh vektor dan
binatang pengganggu (perangkap serangga dengan listrik daya penarik menggunakan
lampu neon).

3. Pengendalian Biologis

Pengendalian secara biologis dilakukan dengan dua cara, yakni :

a. Memelihara musuh alaminya

Musuh alami insekta dapat berupa pemangsanya ataupun mikroba penyebab penyakitnya.
Untuk ini perlu diteliti lebih lanjut pemangsa dan penyebab penyakit mana yang paling
efektif dan efisien mengurangi populasi insekta. Untuk ni perlu juga dicari bagaimana
caranya untuk melakukan pengendalian pertumbuhan pemangsa dan penyebab penyakit ini
apabila populasi vektor sudah terkendali jumlahnya.

b. Mengurangi fertilitas insekta

Untuk cara kedua ini pernah dilakukan dengan meradiasi insekta jantan sehingga steril dan
menyebarkannya di antara insekta betina. Dengan demikian telur yang dibuahi tidak dapat
menetas. Cara kedua ini masih dianggapa terlalu mahal dan efisiensinya masih perlu dikaji.

B. Pemantauan

Pengendalian vektor penyakit ini merupakan konsep yang relative baru. Pada awalnya
orang berpikir tentang pembasmian vektor. Akan tetapi kemudian tampak bahwa
pembasmian itu sulit dicapai dan kurang realistis dilihat dari sisi ekologis. Oleh karenanya
pengendalian vektor saat ini akan ditujukan untuk mengurangi dan mencegah penyakit
bawaan vektor sejauh dapat dicapai dengan keadaan social-ekonomi yang ada serta
keadaan endemic penyakit yang ada.

Oleh karenanya pemantauan keadaan populasi insekta secara kontinu menjadi sangat
penting.

Pengendalian secara terpadu direncanakan dan dilaksanakan untuk jangka panjang,


ditunjang dengan pemantuan yang kontinu. Untuk ini diperlukan berbagai parameter

26
pemantauan dan pedoman tindakan yang perlu diambil apabila didapat tanda-tanda akan
terjadinya kejadian luar biasa/wabah.

Parameter vektor penyakit yang dipantau antara lain adalah :

1. Indeks lalat untuk kepadatan lalat

2. Indeks pinjal untuk kepadatan pinjal

3. Kepadatan nyamuk dapat dinyatakan sebagai Man Biting Rate (MBR), indeks container,
indeks rumah, dan/atau indeks Breteau

Tindakan khusus diambil apabila kepadatan insekta meningkat cepat dan dikhawatirkan
akan terjadi wabah karenanya. Tindakan sedemikian dapat berupa :

1. Intensifikasi pemberantasan sarang seperti perbaikan saluran drainase, kebersihan


saluran dan reservoir air, menghilangkna genangan, mencegah pembusukan sampah, dan
lain-lain.

2. Mobilisasi masyarakat untuk berperan serta dalam pemberantasan dengan memelihara


kebersihan lingkungan masing-masing

3. Melakukan penyemprotan insektisida terhadap vektor dewasa didahului dengan uji


resistensi insekta terhadap insekta yang akan digunakan.

2.5 Pengertian Higiene Dan Sanitasi Makanan

Pengertian dari higiene adalah usaha untuk melindungi, memelihara, dan meningkatkan
kesehatan manusia agar tidak terjadi gangguan kesehatan.
Menurut FAO/WHO CODEX Alimentarius adalah suatu usaha sejak panen, pasca panen
(penanganan), pengolahan, penyimpanan, dan penjualan makanan agar makanan tersebut
bebas penyakit, sehat, dan sedap.

Menurut Buckle, Edwards, Fleet, dan Wootton. adalah “bidang yang luas dan termasuk
didalamnya cara beternak, pemberian pakan, pemasaran, pemotongan ternak, dan
penanganan praktis dan prosedur sanitasi yang dirancang guna mencegah jangan sampai
pencemar patogenik masuk dan tumbuh pada bahan makanan.

(Ismail Risman, 2011) Pengertian sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan
yang menitikberatkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan
minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu yaitu mulai dari sebelum makanan
diproduksi, selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan sampai pada
saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat
atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian

27
makanan, mencegah konsumen dari penyakit, dan mencegah penjualan makanan yang akan
merugikan pembeli (Prabu, 2008). 7

A. Pengertian dan Prinsip Higiene Sanitasi Makanan Higiene sanitasi makanan dan minuman
adalah upaya untuk mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang dan makanan yang
dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan keracunan makanan (Sari
Nurmala, 2012).
Pengelolaan makanan pada jasaboga harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan
mulai dari pemilihan bahan makanan sampai dengan penyajian makanan. Khusus untuk
pengolahan makanan harus memperhatikan kaidah cara pengolahan makanan yang baik
yaitu sebagai berikut :
1. Pemilihan bahan makanan
a. Bahan makanan mentah (segar) yaitu makanan yang perlu pengolahan sebelum
dihidangkan seperti : 1) Daging, susu, telor, ikan/udang, buah dan sayuran harus dalam
keadaan baik, segar dan tidak rusak atau berubah bentuk, warna dan rasa, serta sebaiknya
berasal dari tempat resmi yang diawasi.
2) Jenis tepung dan biji-bijian harus dalam keadaan baik, tidak berubah warna, tidak
bernoda dan tidak berjamur.
3) Makanan fermentasi yaitu makanan yang diolah dengan bantuan mikroba seperti ragi
atau cendawan, harus dalam keadaan baik, tercium aroma fermentasi, tidak berubah warna,
aroma, rasa serta tidak bernoda dan tidak berjamur.

b. Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang dipakai harus memenuhi persyaratan sesuai
peraturan yang berlaku.

c. Makanan olahan pabrik yaitu makanan yang dapat langsung dimakan tetapi digunakan
untuk proses pengolahan makanan lebih lanjut yaitu :

1) Makanan dikemas : a) Mempunyai label dan merk b) Terdaftar dan mempunyai nomor
daftar c) Kemasan tidak rusak/pecah atau kembung d) Belum kadaluwarsa e) Kemasan
digunakan hanya untuk satu kali penggunaan

2) Makanan tidak dikemas a) Baru dan segar b) Tidak basi, busuk, rusak atau berjamur c)
Tidak mengandung bahan berbahaya

2. Penyimpanan bahan makanan

a. Tempat penyimpanan bahan makanan harus terhindar dari kemungkinan kontaminasi


baik oleh bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya maupun bahan berbahaya.

b. Penyimpanan harus memperhatikan prinsip First In First Out (FIFO) dan First Expired
First Out (FEFO) yaitu bahan makanan yang disimpan terlebih dahulu dan yang mendekati
masa kadaluarsa dimanfaatkan/digunakan lebih dahulu.

28
c. Tempat atau wadah penyimpanan harus sesuai dengan jenis bahan makanan contohnya
bahan makanan yang cepat rusak disimpan dalam lemari pendingin dan bahan makanan
kering disimpan ditempat yang kering dan tidak lembab. 9

d. Penyimpanan bahan makanan harus memperhatikan suhu dengan baik. e. Ketebalan dan
bahan padat tidak lebih dari 10 cm f. Kelembaban penyimpanan dalam ruangan : 80% –
90% g. Penyimpanan bahan makanan olahan pabrik Makanan dalam kemasan tertutup
disimpan pada suhu + 10 0C. h.

Tidak menempel pada lantai, dinding atau langit-langit dengan ketentuan sebagai
berikut : 1) Jarak bahan makanan dengan lantai : 15 cm 2) Jarak bahan makanan dengan
dinding : 5 cm 3) Jarak bahan makanan dengan langit-langit : 60 cm

3. Pengolahan makanan

Pengolahan makanan adalah proses pengubahan bentuk dari bahan mentah menjadi
makanan jadi/masak atau siap santap, dengan memperhatikan kaidah cara pengolahan
makanan yang baik yaitu: a. Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi
persyaratan teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan
dan dapat mencegah masuknya lalat, kecoa, tikus dan hewan lainnya. b. Menu disusun
dengan memperhatikan: 1) Pemesanan dari konsumen 2) Ketersediaan bahan, jenis dan
jumlahnya 3) Keragaman variasi dari setiap menu 4) Proses dan lama waktu
pengolahannya 10 5) Keahlian dalam mengolah makanan dari menu terkait c. Pemilihan
bahan sortir untuk memisahkan/membuang bagian bahan yang rusak/afkir dan untuk
menjaga mutu dan keawetan makanan serta mengurangi risiko pencemaran makanan. d.
Peracikan bahan, persiapan bumbu, persiapan pengolahan dan prioritas dalam memasak
harus dilakukan sesuai tahapan dan harus higienis dan semua bahan yang siap dimasak
harus dicuci dengan air mengalir. e. Peralatan : 1) Peralatan yang kontak dengan makanan :
a) Peralatan masak dan peralatan makan harus terbuat dari bahan tara pangan (food grade)
yaitu peralatan yang aman dan tidak berbahaya bagi kesehatan. b) Lapisan permukaan
peralatan tidak larut dalam suasana asam/basa atau garam yang lazim terdapat dalam
makanan dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan logam berat beracun seperti : (1)
Timah Hitam (Pb) (2) Arsenikum (As) (3) Tembaga (Cu) (4) Seng (Zn) (5) Cadmium (Cd)
(6) Antimon (Stibium) (7) dan lain-lain c) Talenan terbuat dari bahan selain kayu, kuat dan
tidak melepas bahan beracun. 11 d) Perlengkapan pengolahan seperti kompor, tabung gas,
lampu, kipas angin harus bersih, kuat dan berfungsi dengan baik, tidak menjadi sumber
pencemaran dan tidak menyebabkan sumber bencana (kecelakaan). 2) Wadah
penyimpanan makanan a) Wadah yang digunakan harus mempunyai tutup yang dapat
menutup sempurna dan dapat mengeluarkan udara panas dari makanan untuk mencegah
pengembunan (kondensasi). b) Terpisah untuk setiap jenis makanan, makanan jadi/masak
serta makanan basah dan kering. f Persiapan pengolahan harus dilakukan dengan
menyiapkan semua peralatan yang akan digunakan dan bahan makanan yang akan diolah

29
sesuai urutan prioritas. g Pengaturan suhu dan waktu perlu diperhatikan karena setiap
bahan makanan mempunyai waktu kematangan yang berbeda. Suhu pengolahan minimal
9000C agar kuman patogen mati dan tidak boleh terlalu lama agar kandungan zat gizi tidak
hilang akibat penguapan.h Prioritas dalam memasak 1) Dahulukan memasak makanan
yang tahan lama seperti goreng-gorengan yang kering. 2) Makanan rawan seperti makanan
berkuah dimasak paling akhir. 3) Simpan bahan makanan yang belum waktunya dimasak
pada kulkas/lemari es. 4) Simpan makanan jadi/masak yang belum waktunya dihidangkan
dalam keadaan panas. 12 5) Perhatikan uap makanan jangan sampai masuk ke dalam
makanan karena akan menyebabkan kontaminasi ulang. 6) Tidak menjamah makanan
jadi/masak dengan tangan tetapi harus menggunakan alat seperti penjepit atau sendok. 7)
Mencicipi makanan menggunakan sendok khusus yang selalu dicuci. i Higiene penanganan
makanan : 1) Memperlakukan makanan secara hati-hati dan seksama sesuai dengan prinsip
higiene sanitasi makanan. 2) Menempatkan makanan dalam wadah tertutup dan
menghindari penempatan makanan terbuka dengan tumpang tindih karena akan mengotori
makanan dalam wadah di bawahnya.

4. Penyimpanan makanan jadi/masak

Makanan tidak rusak, tidak busuk atau basi yang ditandai dari rasa, bau, berlendir,
berubah warna, berjamur, berubah aroma atau adanya cemaran lain. b. Memenuhi
persyaratan bakteriologis berdasarkan ketentuan yang berlaku. 1) Angka kuman E. coli
pada makanan harus 0/gr contoh makanan. 2) Angka kuman E. coli pada minuman harus
0/gr contoh minuman. c. Jumlah kandungan logam berat atau residu pestisida, tidak boleh
melebihi ambang batas yang diperkenankan menurut ketentuan yang berlaku. d.
Penyimpanan harus memperhatikan prinsip first in first out (FIFO) dan first expired first
out (FEFO) yaitu makanan yang disimpan terlebih dahulu dan yang mendekati masa
kedaluwarsa dikonsumsi lebih dahulu. 13 e. Tempat atau wadah penyimpanan harus
terpisah untuk setiap jenis makanan jadi dan mempunyai tutup yang dapat menutup
sempurna tetapi berventilasi yang dapat mengeluarkan uap air. f. Makanan jadi tidak
dicampur dengan bahan makanan mentah. g. Penyimpanan makanan jadi harus
memperhatikan suhu dengan baik dan benar.

5. Pengangkutan makanan

Pengangkutan bahan makanan 1) Tidak bercampur dengan bahan berbahaya dan beracun
(B3). 2) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut bahan makanan yang higienis. 3)
Bahan makanan tidak boleh diinjak, dibanting dan diduduki. 4) Bahan makanan yang
selama pengangkutan harus selalu dalam keadaan dingin, diangkut dengan menggunakan
alat pendingin sehingga bahan makanan tidak rusak seperti daging, susu cair dan
sebagainya. b. Pengangkutan makanan jadi/masak/siap santap 1) Tidak bercampur dengan
bahan berbahaya dan beracun (B3). 2) Menggunakan kendaraan khusus pengangkut
makanan jadi/masak dan harus selalu higienis. 3) Setiap jenis makanan jadi mempunyai

30
wadah masing-masing dan bertutup. 4) Wadah harus utuh, kuat, tidak karat dan ukurannya
memadai dengan jumlah makanan yang akan ditempatkan. 5) Isi tidak boleh penuh untuk
menghindari terjadi uap makanan yang mencair (kondensasi). 14 6.Penyajian makanan a.
Makanan dinyatakan layak santap apabila telah dilakukan uji organoleptik dan uji biologis
dan uji laboratorium dilakukan bila ada kecurigaan. 1) Uji organoleptik yaitu memeriksa
makanan dengan cara meneliti dan menggunakan 5 (lima) indera manusia yaitu dengan
melihat (penampilan), meraba (tekstur, keempukan), mencium (aroma), mendengar (bunyi
misal telur), menjilat (rasa). Apabila secara organoleptik baik maka makanan dinyatakan
laik santap. 2) Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila
dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda – tanda kesakitan, makanan tersebut
dinyatakan aman. 3) Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran
makanan baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan
yang diambil mengikuti standar/prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan dengan
standar yang telah baku.

Tempat penyajian Perhatikan jarak dan waktu tempuh dari tempat pengolahan makanan
ke tempat penyajian serta hambatan yang mungkin terjadi selama pengangkutan karena
akan mempengaruhi kondisi penyajian. Hambatan di luar dugaan sangat mempengaruhi
keterlambatan penyajian.

Cara penyajian Penyajian makanan jadi/siap santap banyak ragam tergantung dari
pesanan konsumen yaitu : 15 1) Penyajian meja (table service) yaitu penyajian di meja
secara bersama, umumnya untuk acara keluarga atau pertemuan kelompok dengan jumlah
terbatas 10 sampai 20 orang. 2) Prasmanan (buffet) yaitu penyajian terpusat untuk semua
jenis makanan yang dihidangkan dan makanan dapat dilih sendiri untuk dibawa ke tempat
masingmasing. 3) Saung (ala carte) yaitu penyajian terpisah untuk setiap jenis makanan
dan setiap orang dapat mengambil makanan sesuai dengan kesukaannya. 4) Dus (box)
yaitu penyajian dengan kotak kertas atau kotak plastik yang sudah berisi menu makanan
lengkap termasuk air minum dan buah yang biasanya untuk acara makan siang. 5) Nasi
bungkus (pack/wrap) yaitu penyajian makanan dalam satu campuran menu (mix) yang
dibungkus dan siap santap. 6) Layanan cepat (fast food) yaitu penyajian makanan dalam
satu rak makanan (food counter) di rumah makan dengan cara mengambil sendiri makanan
yang dikehendaki dan membayar sebelum makanan tersebut dimakan. 7) Lesehan yaitu
penyajian makanan dengan cara hidangan di lantai atau meja rendah dengan duduk di
lantai dengan menu lengkap.

Prinsip penyajian 1) Wadah yaitu setiap jenis makanan di tempatkan dalam wadah
terpisah, tertutup agar tidak terjadi kontaminasi silang dan dapat memperpanjang masa saji
makanan sesuai dengan tingkat kerawanan makanan. 16 2) Kadar air yaitu makanan yang
mengandung kadar air tinggi (makanan berkuah) baru dicampur pada saat menjelang
dihidangkan untuk mencegah makanan cepat rusak dan basi. 3) Pemisah yaitu makanan
yang ditempatkan dalam wadah yang sama seperti dus atau rantang harus dipisah dari

31
setiap jenis makanan agar tidak saling campur aduk. 4) Panas yaitu makanan yang harus
disajikan panas diusahakan tetap dalam keadaan panas dengan memperhatikan suhu
makanan, sebelum ditempatkan dalam alat saji panas (food warmer/bean merry) makanan
harus berada pada suhu > 6000C. 5) Bersih yaitu semua peralatan yang digunakan harus
higienis, utuh, tidak cacat atau rusak. 6) Handling yaitu setiap penanganan makanan
maupun alat makan tidak kontak langsung dengan anggota tubuh terutama tangan dan
bibir. 7) Edible part yaitu semua yang disajikan adalah makanan yang dapat dimakan,
bahan yang tidak dapat dimakan harus disingkirkan. 8) Tepat penyajian yaitu pelaksanaan
penyajian makanan harus tepat sesuai dengan seharusnya yaitu tepat menu, tepat waktu,
tepat tata hidang dan tepat volume (sesuai jumlah).

B. Makanan Jajanan Dan Pencemarannya Makanan yang aman adalah yang tidak tercemar,
tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia berbahaya, telah diolah
dengan tata 17 cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak rusak serta tidak
bertentangan dengan kesehatan manusia. Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi
manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme
dalam makanan memegang peran penting dalam pembentukan senyawa yang
memproduksi bau tidak enak dan menyebabkan makanan menjadi tak layak makan.
Beberapa mikroorganisme yang mengontaminasi makanan dapat menimbulkan bahaya
bagi yang mengonsumsinya (Sari Nurmala, 2012).
Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi manusia, makanan memiliki peran yang
penting bagi manusia karena digunakan sebagai sumber tenaga, pertumbuhan tubuh, dan
melindungi tubuh dari penyakit jika makanan dikonsumsi dengan baik maka akan berefek
baik untuk tubuh kita. (Romadhon, 2016) Pada buku sanitasi makanan dan minuman pada
institusi tenaga kerja. Berdasarkan stabilisasinya makanan dibagi menjadi 3 jenis yaitu: 1.
Non perishable (stable food) Merupakan makanan yang stabil, tidak mudah rusak, kecuali
jika diperlukan secara tidak baik. Seperti gula, mie, tepung. 2. Semi perishable food
Merupakan makanan yang semi stabil dan agak mudah membusuk atau rusak.
Makanan ini tahan terhadap pembusukan dalam relatif agak lama, seperti roti kering
dan makanan beku yang disimpan pada suhu 0 0C.18 3. Perishable food Merupakan
makanan yang tidak stabil dan mudah membusuk seperti ikan, susu, daging, telur, siomay,
buah dan sayur. Keamanan pangan merupakan karakteristik yang sangat penting dalam
kehidupan baik bagi produsen maupun konsumen, keamanan pangan merupakan hal yang
terus berkembang sesuai dengan tuntutan dan persyaratan konsumen serta dengan tingkat
kehidupan dan kesejahteraan manusia Makanan yang berada di wilayah Indonesia baik dari
hasil produksi sendiri maupun impor kemudian diedarkan harus sesuai dengan ketentuan
keamanan makanan untuk mencegah gangguan kesehatan akibat cemaran bahan kimia
maupun biologis (mikroba). Kontaminasi pangan merupakan hal yang patut diawasi dalam
perihal keamanan pangan.Selain itu, kontaminasi pangan mempunyai peranan penting
dalam kejadian penyakit-penyakit bawaan makanan atau keracunan makanan. Terjadinya
kontaminasi dapat terjadi akibat pencemaran, pencemaran dibagi dalam dua cara yaitu: 1.

32
Pencemaran Langsung Bahan pencemar yang masuk ke dalam makanan secara langsung
disengaja maupun tidak disengaja. 2. Pencemaran Silang Pencemaran yang terjadi secara
tidak langsung akibat ketidaktahuan dalam pengelolaan makanan.
Bahan makanan yang diolah menjadi makanan jajanan dapat menjadi sumber makanan
oleh mikroorganisme, mikroorganisme tersebut meliputi bakteri, fungi, 19 protozoa, dan
virus.Mikroorganisme dapat ditemukan di makanan yang kita konsumsi karena merupakan
lingkungan ideal untuk pertumbuhan mikroorganisme yang memiliki kandungan nutrisi
yang cukup bagi pertumbuhan mikroorganisme tersebut.Banyak faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme, faktor pertumbuhan mikroorganisme dibagi
menjadi 2 faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik.
Faktor instrinsik meliputi semua faktor dalam makanan yaitu faktor kimiawi (komposisi),
fisik, dan biologis.Faktor ekstrinsik meliputi semua faktor luar makanan yaitu faktor
lingkungan meliputi temperatur, kelembaban, dan mikroorganisme kontaminan. Kelainan
yang timbul akibat makanan yang tercemar dari mikroorganisme disebut foodborne
disease, selain akibat dari pencemaran mikroba foodborne disease dapat disebabkan oleh
zat kimia beracun atau zat berbahaya lain yang terdapat dalam makanan.
Departemen Kesehatan RI menggolongkan penyebab foodborne disease menjadi 5
kelompok besar yaitu virus, bakteri, amoeba/protozoa, cacing/parasit, dan bukan kuman
melainkan seperti jamur, bahan pewarna, dan bahan pengawet.Penyakit yang ditularkan
melalui makanan dapat bersifat toksik maupun infeksius karena dari agen penyakit yang
masuk kedalam tubuh melalui konsumsi makanan yang terkontaminasi.
Gejala pada foodborne disease meliputi gejala gangguan pencernaan yaitu sakit perut, diare
(BAB lebih dari tiga kali dalam sehari dengan konsistensi berair atau encer), dan dapat
disertai mual, muntah, demam, kejang, dan lain-lain.Pada foodborne disease yang
disebabkan oleh bakteri dikenal sebagai intoksikasi pangan 20 dan infeksi pangan. Infeksi
pangan adalah masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui makanan yang terkontaminasi,
pada infeksi pangan tedapat dua kelompok terdiri dari: 1. Infeksi pada makanan yang tidak
menunjang pertumbuhan bakteri, yaitu mikroorganisme yang menyebabkan penyakit
tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis), Brucellosis (Brucela melitensis), Difteri
(Corynebacterium diphteriae), dan sebagainya 2. Infeksi pada makanan yang menunjang
pertumbuhan bakteri sehingga mencapai jumlah yang dapat menginfeksi tubuh, bakteri
yang termasuk kelompok ini adalah Salmonella sp, Escherichia coli enteropatogenik,
Listeria monocytogens, dan Campylobacter jejuni.

2.6 Toksikologi lingkungan

bidang ilmu yang mempelajari racun, yaitu berbagai senyawa kimia yang dapat
mengakibatkan bahaya ketika masuk ke dalam tubuh makhluk hidup melalui mulut atau
kulit di dalam lingkungan. Toksikologi termasuk bidang ilmu yang terpadu yang
melibatkan berbagai disiplin ilmu lain seperti bidang kedokteran, farmasi, biokimia, kimia
murni, kimia analitik dan bidang ilmu-ilmu lain yang relevan dengan bahaya zat kimia.

33
Toksikologi lingkungan dibahas dalam kimia lingkungan karena berhubungan
dengan adanya perubahan lingkungan yang disebabkan oleh kehadiran zat kimia.Beberapa
bahasan yang dibahas dalam toksikologi lingkungan umumnya ang berhubungan dengan
uji toksisitas, yaitu menggunakan pengujian zat kimia terhadap makhluk hidup.
Toksikologi lingkungan juga m membahas tentang cara dan mekanisme masuknya zat
kimia dan daya racunnya yang mempengaruhi makhluk hidup sehingga dihasilkan data
tentang pengaruh fisiologi dan biokimia terhadap makhluk hidup yang akan dapat
dipergunakan sebagai rujukan dan pembenaran ilmiah terhadap bagian-bagian tubuh
makhluk hidup yang dipengaruhi oleh daya racun suatu zat kimia.

.1 Pengertian Lingkungan

Lingkungan adalah kombinasi antara kondisi fisik yang mencakup keadaan sumber
daya alam seperti tanah, air, energi surya, mineral, serta flora dan fauna yang tumbuh di
atas tanah maupun di dalam lautan, dengan kelembagaan yang meliputi ciptaan manusia
seperti keputusan bagaimana menggunakan lingkungan fisik tersebut.

Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar
manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.Lingkungan terdiri dari
komponen abiotik dan biotik.Komponen abiotik adalah segala yang tidak bernyawa seperti
tanah, udara, air, iklim, kelembaban, cahaya, bunyi.Sedangkan komponen biotik adalah
segala sesuatu yang bernyawa seperti tumbuhan, hewan, manusia dan mikro-organisme
(virus dan bakteri).Lingkungan, di Indonesia sering juga disebut "lingkungan hidup".
Misalnya dalam Undang-Undang no. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, definisi Lingkungan Hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya,
keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang memengaruhi
kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain.

Pengertian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai segala sesuatu yang ada di
sekitar manusia atau makhluk hidup yang memiliki hubungan timbal balik dan kompleks
serta saling mempengaruhi antara satu komponen dengan komponen lainnya.Pada suatu
lingkungan terdapat dua komponen penting pembentukannya sehingga menciptakan suatu
ekosistem yakni komponen biotik dan komponen abiotik.Komponen biotik pada
lingkungan hidup mencakup seluruh makluk hidup di dalamnya, yakni hewan, manusia,
tumbuhan, jamur dan benda hidup lainnya.sedangkan komponen abiotik adalah benda-
benda mati yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup makhluk hidup di sebuah
lingkungan yakni mencakup tanah, air, api, batu, udara, dan lain sebaiganya.

Pengertian lingkungan hidup yang lebih mendalam menurut No 23 tahun 2007


adalah kesatuan ruang dengan semua benda atau kesatuan makhluk hidup termasuk di
dalamnya ada manusia dan segala tingkah lakunya demi melangsungkan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia maupun mahkluk hidup lainnya yang ada di sekitarnya.

34
2. Pengertian Ekosistem

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk dikarenakan hubungan


timbal balik yang tidak dapat terpisahkan antara makhluk hidup dengan
lingkungannya.Ekosistem dapat juga dikatakan sebagai suatu tatanan kesatuan secara utuh
serta menyeluruh antara unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi.

Ekosistem merupakan penggabungan dari unit biosistem yang melibatkan


hubungan interaksi timbal balik antara organisme serta lingkungan fisik sehingga aliran
energi menuju struktur biotik tertentu sehingga terjadi siklus materi antara organisme dan
anorganisme.Matahari adalah sumber dari semua energi yang ada dalam ekosistem.

Ekosistem juga dapat didefinisikan sebagai suatu satuan lingkungan yang


melibatkan unsur-unsur biotik (jenis-jenis makhluk) dan faktor-faktor fisik (iklim, air, dan
tanah) serta kimia (keasaman dan salinitas) yang saling berinteraksi satu sama lainnya.
Gatra yang dapat digunakan sebagai ciri keseutuhan ekosistem adalah energetika (taraf
trofi atau makanan, produsen, konsumen, dan redusen), pendauran hara (peran pelaksana
taraf trofi), dan produktivitas (hasil keseluruhan sistem). Jika dilihat komponen biotanya,
jenis yang dapat hidup dalam ekosistem ditentukan oleh hubungannya dengan jenis lain
yang tinggal dalam ekosistem tersebut. Selain itu keberadaannya ditentukan juga oleh
keseluruhan jenis dan faktorfaktor fisik serta kimia yang menyusun ekosistem tersebut.

3. Pengertian Toksikologi

Toksikologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang efek merugikan berbagai


bahan kimia dan fisik pada semua sistem kehidupan. Dalam istilah kedokteran, toksikologi
didefinisikan sebagai efek merugikan pada manusia akibat paparan bermacam obat dan
unsur kimia lain serta penjelasan keamanan atau bahaya yang berkaitan dengan
penggunaan obat dan bahan kimia tersebut.

Toksikologi sendiri berhubungan dengan farmakologi, karena perbedaan


fundamental hanya terletak pada penggunaan dosis yang besar dalam eksperimen
toksikologi. Setiap zat kimia pada dasarnya adalah racun, dan terjadinya keracunan
ditentukan oleh dosis dan cara pemberian. Salah satu pernyataan Paracelsus menyebutkan
“semua substansi adalah racun; tiada yang bukan racun.Dosis yang tepat membedakan
racun dari obat”.Pada tahun 1564 Paracelsus telah meletakkan dasar penilaian toksikologis
dengan mengatakan, bahwa dosis menentukan apakah suatu zat kimia adalah racun (dosis
sola facit venenum).Pernyataan Paracelcus tersebut sampai saat ini masih relevan.Sekarang
dikenal banyak faktor yang menyebabkan keracunan, namun dosis tetap merupakan faktor
utama yang paling penting.Secara sederhana dan ringkas, toksikologi dapat didefinisikan
sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan
kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya.

35
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan
dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya
mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup
untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang
berhubungan dengan situasi pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah
jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan. Pemaparan bahan-
bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi dalam empat kategori: akut,
subakut, subkronik, dan kronik.

Apabila zat kimia dikatakan beracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai
zat yang berpotensial memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu
pada suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi
racun di reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem
bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Sehingga
apabila menggunakan istilah toksik atau toksisitas, maka perlu untuk mengidentifikasi
mekanisme biologi di mana efek berbahaya itu timbul.Sedangkan toksisitas merupakan
sifat relatif dari suatu zat kimia, dalam kemampuannya menimbulkan efek berbahaya atau
penyimpangan mekanisme biologi pada suatu organisme.Toksisitas merupakan istilah
relatif yang biasa dipergunakan dalam memperbandingkan satu zat kimia dengan lainnya.
Adalah biasa untuk mengatakan bahwa satu zat kimia lebih toksik daripada zat kimia lain.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesmpulan

Kualitas air sungai di Indonesia sebagian besar berada pada status tercemar.
Pencemaran air didefinisikan sebagai masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan
peruntukannya (PP RI, 2001).

Pengolahan sampah merupakan bagian dari penangan sampah dan menurut UU no


18 tahun 2008 didifinisikan sebagai proses perubahan bentuk sampah dengan mengubah
karakteristik, komposisi, dan jumlah sampah. Pengolahan sampah merupakan kegiatan

36
yang dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sampah, disamping memanfaatkan nilai yang
masih terkandung dalam sampah itu sendiri (bahan daur ulang, produk lain, dan energy).

Sampah yang dihasilkan dari kegiatan rumah sakit selain sampah umum yang dihasilkan
oleh para pengunjung rumah sakit maupun pegawai dapat berupa sampah botol infus,
cairan tubuh, potongan tubuh, tajam,radioaktif, gas, dimana sampah rumah sakit
digolongkan sampah infeksius.

sanitasi makanan dan minuman adalah upaya untuk mengendalikan faktor tempat,
peralatan, orang dan makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan
kesehatan dan keracunan makanan (Sari Nurmala, 2012).

3.2 Saran

Kontribusi lingkungan dalam mewujudkan derajat kesehatan merupakan hal yang esensial
di samping masalah perilaku masyarakat,pelayana kesehatan dan faktor keturunan.

Daftar pustaka

https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Pedoman-
Pengelolaan-Limbah-Fasyankes-Covid-19_1571.pdf

https://id.scribd.com/doc/276368150/limbah-medis

https://id.scribd.com/doc/143375331/Hygiene-Sanitasi-Makanan

https://id.scribd.com/doc/248019050/MAKALAH-TOKSIKOLOGI-LINGKUNGAN

37

Anda mungkin juga menyukai