Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN STROKE

Dosen Pembimbing :

Nama Kelompok :

1. Dewi Nur Kumala Indah (0119010)


2. Elly Ransiska Dewi (0119014)
3. Nurul Apriyani (0119022)
4. Grasela (0119023)
5. Ika Hidayanti (0119025)
6. Nur Fadilah (0119036)
7. Siti Dwi Nofiani (0119048)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA

MOJOKERTO 2020/2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan penyusun kemudahan sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan salam kami sanjungkan kepada nabi tercinta
kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang "Asuhan keperawatan
Stroke”, yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber.

Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing selaku dosen mata
kuliah , yang sudah membantu dalam penyusunan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas kepada pembaca.
Penyusun sadar makalah yang di kaji ini memiliki kelebihan dan kekurangan, oleh karena itu
penyusun membutuhkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun agar makalah ini
lebih baik. Terima kasih.

Mojokerto, September 2021

Penyusu
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Stroke adalah infark regional kortikal, subkortikal atau pun infark regional
di batang otak yang terjadi karena kawasan perdarahan atau penyumbatan suatu
arteri sehingga jatah oksigen tidak dapat disampaikan kebagian otak tertentu.
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Empat juta
orang amerika mengalami defisit neurologi akibat stroke ; dua pertiga dari
defisit ini bersifat sedang sampai parah. Kemungkinan meninggal akibat stroke
inisial adalah 30% sampai 35% dan kemungkinan kecacatan mayor pada orang
yang selamat adalah 35% sampai 40%.
Sekitar sepertiga dari semua pasien yang selamat dari stroke akan
mengalami stroke ulangan pada tahun pertama. Secara umum stroke dapat
dibagi menjadi dua . Pertama stroke non hemoragic yaitu stroke yang
disebabkan oleh penyumbatan pada pembuluh darah di otak. Kedua stroke
hemoragik yaitu stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah diotak.
Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes mellitus,
arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar 1400
gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari empat
bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil), brainstem
(batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung dan
menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk metabolisme
aerobiknya.
Otak diperdarahi oleh dua pasang arteri yaitu arteri karotis interna dan
arteri vertebralis. Da dalam rongga kranium, keempat arteri ini saling
berhubungan dan membentuk sistem anastomosis, yaitu sirkulus Willis. Darah
vena dialirkan dari otak melalui dua sistem : kelompok vena interna, yang
mengumpulkan darah ke Vena galen dan sinus rektus, dan kelompok vena
eksterna yang terletak di permukaan hemisfer otak, dan mencurahkan darah, ke
sinus sagitalis superior dan sinus-sinus basalis lateralis, dan seterusnya ke vena-
vena jugularis, dicurahkan menuju ke jantung.
Kenaikan darah yang “abrupt” atau kenaikan dalam jumlah yang secara
mencolok dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah terutama pada pagi hari
dan sore hari yang menjadi.

penyebab terjadinya stroke. Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang


otak, hemisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi
perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada
sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Dengan demikian pada penderita stroke diperlukan asuhan keperawatan
yang komprehensif dan paripurna. Melihat fenomena di atas, storke merupakan
penyakit yang menjadi momok bagi manusia. Selain itu, stroke menyerang
dengan tiba-tiba. Orang yang menderita stroke sering tidak menyadari bahwa
dia terkena stroke. Tiba-tiba saja, penderita merasakan dan mengalami kelainan
seperti lumpuh pada sebagian sisi tubuhnya, bicara pelo, pandangan kabur, dan
lain sebagainya tergantung bagian otak mana yang terkena. Oleh karena itu
penting bagi kita perawat bagian dari tenaga medis untuk mempelajari tentang
patofisologi, mekanisme, manifestasi klinis, prosedur diagnostik dan asuhan
keperawatan yang harus di berikan pada pasien stroke.

1.2 Rumusan masalah

Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada stroke diharapkan


mahasiswa mampu :
a. Mengetahui dan mempelajari lebih dalam mengenai stroke.
b. Mengetahui tata laksana dan asuhan keperawatan yang diberikan.
c. Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif dan paripurna kepada
pasien stroke.

1.3 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien
stroke.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat di gunakan sebagai literatur di perpustakaan dan dapat memberi
informasi kepada para pembaca untuk menambah wawasan dan pengetahuan.
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi

Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah kehilangan fungsi otak yang


diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah
kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C.
Suzanne, 2002).
Stroke adalah kehilangan fungsi otak secara mendadak yang disebabkan
oleh gangguan suplai darah ke bagian otak (Brunner & Suddart:2002).
Menurut ( Marilyn E, Doenges : 2000) stroke / penyakit serebrovaskuler
menunjukkan adanya beberapa kelainan otak ba secara fungsional maupun
structural yang disebabkan oleh keadaan patologis dari pembuluh darah serebral
atau dari seluruh system pembuluh darah otak.
Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke
adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24
jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa di temukan penyebab selain daripada
gangguan vaskular. Gangguan peredaran darah otak dapat mengakibatkan
fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup besar dapat
mengakibatkan kematian sebagian otak (infark), gejala-gejala yang terjadi
tergantung pada daerah otak yang di pengaruhi.
2.2 Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1. Trombosis (bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak).
Merupakan penyebab stroke yang paling sering di temui yaitu 40% dari
semua kasus stroke yang telah dibuktikan oleh ahli patologis. Biasanya
berkaitan erat dengan kerusakan lokal dinding pembuluh darah akibat
aterosklerosis.
2. Embolisme cerebral (bekuan darah atau material lain).
Kebanyakan emboli serebri berasal dari suatu flowess dalam jantung
sehingga masalah yang dihadapi sesungguhnya merupakan perwujudan dari
penyakit jantung.
3. Iskemia (Penurunan aliran darah ke area otak). (Smeltzer C. Suzanne, 2002)
4. Hemoragi
Perdarahan intracranial atau intra serebral termasuk perdarahan dalam ruang
subaracnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
karena aterosklerosis dan hipertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah ke dalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga
terjadi infark otak, odema dan mungkin herniasi otak.

2.3 Faktor resiko terjadinya stroke adalah:


1) Hipertensi
Dapat disebabkan oleh terosklerosis atau sebaliknya. Proses ini dpat menimbulkan
pecahnya pembuluh darah atau timbulnya thrombus sehingga dapat mengganggu
aliran darah serebral.
2) Aneurisma pembuluh darah cerebral
Adanya kelainan pembuluh darah yakni nerupa penebalan pada satuu tempat
yang diikuti oleh penipisan ditempat lain. Pada daerah penipisa yang
maneuvertertentu dapat menimbulkan perdarahan.
3) Kelainn jantung
Kerusakan kerja jantung akan menurunkan kardiak output dan menurunkan aliran
darah ke otak
4) Diabetes melitus
Pada diabetes melitus viskositas darah meningkat sehingga memperlambat aliran
darah kususnya serebral

5) Usia lanjut
Pada usia lanjut terjadi proses klasifikasi pembuluh darah termasuk pembuluh
darah otak

6) Polocitemia
Pada polocitemia viskositas dara meningkat dan aliran darah menjadi lambat
sehingga perfusi otak menurun
7) Peningkatan kolesterol
Kolesterol yang tinggi dapat menyebabkn aterosklerosis danterbentuknya embolus
dari lemak
8) Obesitas
Pada obesitas dapat terjadi hipertensi dan peningktan kadar kolesterol
sehingga dapat menyebabkan gangguan pada pembuluh darah
9) Perokok
Pada perokok akan timbul plaque pada pembuluh darah oleh nikotin sehingga
terjadi aterosklerosis
10)Kurang aktivitas fisik
Kurang aktivitas fisik dapat mengurangi kelenturan fisik termasuk kelenturan
pembuluh darah. (pembuluh darah menjadi kaku)

2.4 Klasifikasi stroke


Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan
menjadi:
1) Stroke hemoragik
Terjadi perdarahan serebral dan mungkin juga perdarahan
subarachnoid yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya
terjadi saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat.
Kesadaraan umumnya menurn dan penyebab yang paling banyak adalah akibat
hipertensi yang tidak terkontrol.
2) Stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli spasme ataupun thrombus pembuluh
darah otak. Umumnya terjadi setelh istirahat cukup lama atau bangun tidur.
Tidak terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema
otak oleh karena hipoksia jaringan otak. ( brunner & suddrrth)
2.5 Patofisiologi
 Stroke non hemoragik
Iskemia disebabkan oleh adanya penyumbatan aliran darah otak oleh
thrombus atau embolus. Thrombus umumnya terjadi karena penkembangan
ateroklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat,
aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia
kemudian menjadi kompleks iskemia, akhirnya terjadi infark pada jaringan otak.
Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri karotis. Terjadiny
blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat
dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh
pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.
 Stroke hemoragik
Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke
substansi atau ruangan subaracnoid yang menimbulkan perubahan komponen
intracranial yang seharusnya konstan. Adanya perubahan komponen intracranial
yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang
bila berlanjut akan menyebabka herniasi otak sehingga timbul kematian.
Disamping itu darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subracranoid
dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada
daerah tersebut menimbulkan aliran berkurang atau tidak ada sehingga terjadi
nekrosis jaringan otak.
2.6 Manifestasi klinis
 Defisit lapang penglihatan
 Kehilangan penglihatan perifer : kesulitan melihat pada malam hari
 Diplopia : penglihatan ganda
 Defisite motorik
 Hemiparesis : kelemahan wajah,lengan,dan kaki pada sisi yang sama
 Hemiplegia : paralisis wajah, lengan dan kaki
 Ataksia : berjalan tidak mantap
 Disartria : kesulitan dalam membentuk kata
 Defisit sensori
 Kebas dan semutan pada bagian tubuh
 Defisit verbal
 Afasia ekspresif : tidak mampu membetuk kata yang dapat dipahami
 Afasia reseptif : tidak mampu memahami kata yang dibicarakan, mampu bicara
tetapi tidak masuk akal.

 Afasia global : kombinasi afasia ekspresif dan afasi resptif


 Defisit kognitif
 Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
 kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
 perubahan penilaian
 defisit emosional
 kehilangan kontrol diri
 labilitas emosional
 penurunan tpleransi pada situasi yang menimbulkan stres
 depresi
 menarik diri
 rasa takut, bermusuhan dan marah
2.7 Pemeriksaan diagnostik
 Pemeriksaan laboratorium
 Lumbal fugsi : pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal
 Pemeriksaan darah rutin
 Pemeriksaan kimia darah : pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg di dalam serumdan kemudian berangsur-
angsurturun kembali
 Pemeriksaan darah lengkap : untuk mencari kelainan pada daerah itu sendiri
 CT scan kepala
Untuk mengetahui lokasi dan luasnya perdarahan atau infark
 MRI
Untuk mengetahui adanya edema, infark hematom dan bergesernya struktur otak
 Angiografi
Untuk mengetahui penyebab dan gambaran yang jelas mengenai pembuluh darah
yang terganggu
 USG Doppler
Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovana (masalah sistem karotis)
 EEG
Untuk melihat masalah yang timul dan dampak dari jaringan yang infark sehingga
menurunkan implus listrik dalam jaringan otak.

2.8 Penatalaksanaan
Menurut Listiono D (1998 : 113) penderita yang mengalami stroke dengan
infark yang luas melibatkan sebagian besar hemisfer dan disertai adanya
hemiplagia kontra lateral hemianopsia, selama stadium akut memerlukan
penanganan medis dan perawatan yang didasari beberapa prinsip:
a. Penatalaksanaan Medis
Secara praktis penanganan terhadap ischemia serebri adalah :
1. Penanganan suportif imun
- Pemeliharaan jalan nafas dan ventilasi yang adekuat.
- Pemeliharaan volume dan tekanan darah yang kuat.
- Koreksi kelainan gangguan antara lain payah jantung atau aritmia.
2. Meningkatkan darah cerebral (pada stroke non hemoragi)
- Elevasi tekanan darah
- Intervensi bedah
- Ekspansi volume intra vaskuler
- Anti koagulan
3. Pengontrolan tekanan intracranial
- Obat anti edema serebri steroid
- Proteksi cerebral (barbitura)
Sedangkan menurut Lumban Tobing (2002 : 2) macam-macam obat yang
digunakan :
1. Obat anti agregrasi trombosit (aspirasi)
2. Obat anti koagulasi : heparin.
3. Obat trombolik (obat yang dapat menghancurkan trombus).
4. Obat untuk edema otak (larutan manitol 20%, obat dexametason)
b. Penatalaksanaan Keperawatan
- Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi miring jika muntah dan
boleh dimulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil
- Tanda-tanda vital diusahakan stabil
- Bed rest
- Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau suction berlebih yang dapat
meningkatkan TIK
- Nutrisi per oral hanya diberikan jika fungsi menelan baik. Jika kesadaran
menurun atau ada gangguan menelan sebaiknya dipasang NGT
- Bila penderita tidak mampu menggunakan anggota gerak, gerakkan tiap
anggota gerak secara pasif seluas geraknya.

- Berikan pengaman pada tempat tidur untuk mencegah pasien jatuh.


c. Perawatan pasca stroke oleh keluarga di rumah
Fisioterapi mutlak dilakukan secara rutin baik oleh fisoterapis maupun
keluarga dirumah sesering mungkin yang masih bisa ditoleransi oleh penderita
dengan penuh kesabaran dan jangan lupa kasih sayang, memang waktu yang
diperlukan cukup panjang dengan hasil yang sangat lambat namun banyak
keluarga pasien yang sabar dengan prosedur ini mendapatkan level fungsional
yang cukup baik (Pambudi, 2010).
Beberapa pasien stroke terkadang mengalami kesulitan menelan dan
keluarga menganggap pasien tidak mau makan dan membiarkannya sehingga
pasien jatuh dalam kondisi gizi buruk bahkan dehiderasi yang dapat
mengganggu pemulihan, pasien-pasien ini dapat dibantu dengan sonde di rumah
sambil dilatih untuk dapat menelan dan seringkali hal ini berhasil.
Penderita stroke karena disabilitasnya sering jatuh dalam depresi,
pendampingan dan dukungan keluarga serta semangat dari keluarga akan sangat
menolong pemulihan.

2.9 Komplikasi
1. Hipoksia Serebral.
2. Aliran darah serebral.
3. Embolisme serebral. Dapat terjadi setelah infark miokard akut atau fibrilasi
atrium atau dapat berasal dari katup jantung postetik.
4. Herniasi otak
5. Koma
6. Kematian

2.10 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul


1. Resiko peningkatan TIK yang berhubungan dengan adanya peningkatan
volume intrakranial, penekanan jaringan otak dan edema serebral.
2. Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan
intraserebral, okulasi otak vasospasme, dan edema otak.
3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubugan dengan akumulasi
sekret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder dan
perubahan tingkat kesadaran.
4. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan hemiparese/hemiplagia,
kelemahan neuromuskular pada ekstremitas.
5. Resiko tinggi terjadinya cidera berhubungan dengan penurunan luas lapang
pandang, penurunan sensasi saraf ( panas/dingin)
6. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan tira baring lama.
7. Kerusakan komuniksi verbal berhubungan dengan efek kerusakan pada area
bicara di hemisfer otak, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral.
8. Takut yang berhubungan denganparahnya kondisi
9. Gangguan konsep diri citra tubuh berhubungan dengan perubahan persepsi.
BAB III
Asuhan Keperawatan Teoritis

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas

Nama, TTL, agama, status perkawinan, alamat, jenis kelamin, pendidikan, no. MR,
diagnosa medis.
Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendididkan, pekerjaan,
hubungan dengan klien, dan alamat.

3.1.2 Keluhan utama.

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak dapat
berkomunikasi. (Jusuf Misbach, 1999).

3.1.3 Riwayat penyakit sekarang


Serangan stroke seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien sedang
melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang sampai
tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi otak yang
lain. (Siti Rochani, 2000)

3.1.4 Riwayat penyakit dahulu


Biasanya ada riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,
vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan. (Donna D. Ignativicius, 1995)

3.1.5 Riwayat penyakit keluarga


Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus. (Hendro
Susilo, 2000).

3.1.6 Data psikososial


Stroke memang suatu penyakit yang sangat mahal. Biaya untuk pemeriksaan, pengobatan
dan perawatan dapat mengacaukan keuangan keluarga sehingga faktor biaya ini dapat
mempengaruhi stabilitas emosi dan pikiran klien dan keluarga.
3.1.7 Data ekonomi
Biasanya dapat meenyerang kalangan ekonomi tinggi maupun ekonomi rendah.

3.1.8 Pola aktivitas


Biasanya ada kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau
paralise/ hemiplegi, mudah lelah.

3.1.9 Pemeriksaan fisik


a. Keadaan umum
1. Kesadaran : pada umumnya mengelami penurunan kesadaran
2. Suara bicara : kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak
bisa bicara
3. Tanda-tanda vital : biasanya tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi
b. Pemeriksaan integumen
1. Kulit : jika klien kekurangan O2 kulit biasanya akan tampak pucat dan jika
kekurangan cairan maka turgor kulit kan jele.
2. Kuku : perlu dilihat biasanya ada clubbing finger, cyanosis
3. Rambut : umumnya tidak ada kelainan

c. Pemeriksaan kepala dan leher


1. Kepala : biasanya bentuk normocephalik
2. Muka : biasanya tidak simetris yaitu mencong ke salah satu sisi
3. Leher : kaku kuduk jarang terjadi (Satyanegara, 1998)
d. Pemeriksaan dada
Biasanya pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi,
wheezing ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat
penurunan refleks batuk dan menelan.
e. Pemeriksaan abdomen
Biasanya didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan
kadang terdapat kembung.
f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus.
Biasanya terdapat incontinensia atau retensio urine
g. Pemeriksaan ekstremitas
Biasanya didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.
h. Pemeriksaan neurologi
1. Pemeriksaan nervus cranialis
Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.
2. Pemeriksaan motorik.
Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.
3. Pemeriksaan sensorik Dapat terjadi hemihipestesi.
4. Pemeriksaan refleks
Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahuli dengan refleks
patologis.(Jusuf Misbach, 1999).

3.2. Diagnosa keperawatan

1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d Obstruksi jalan nafas


2. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan perdarahan
intra cerebral.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik
4. Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan
sensori penurunan penglihatan

5. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan


sirkulasi darah otak
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kelemahan otot mengunyah dan menelan
3.3 Intervensi
1. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif b/d
Obstruksi jalan nafas Tujuan:
masalah pola nafas tidak efektif teatasi
Kreteria hasil:
 Klien mengatakan tidak sesak lagi
 Tidak menggunakan alat bantu nafas
Intervensi
1. I/ Monitor bunyi nafas
R/ Indikasi menentukan gangguan pernafasan
2. I/ Pertahankan intek cairan
R/ Membantu mengercerkan secret
3. I/ Mobilisasi klen
R/ Mempertahankan sirkulasi
4. I/ Berikan pendidikan keshatan
R/ Mencegah komplikasi paru
5. I/ Kalobarasi dalam pemberian oksigen
R/ Mempertahankan oksigen
2. Gangguan perfusi jaringan otak yang berhubungan dengan
perdarahan intra cerebral. Tujuan :
Perfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal
Kriteria hasil :

- Klien tidak
gelisah
- Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual,
kejang.
- GCS 15
- Pupil isokor, reflek cahaya (+)
- Tanda-tanda vital
Intervensi dan Rasional
1. I/ Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan
TIK dan akibatnya.
R/ Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan
2. I/ Anjurkan kepada klien untuk bed rest.
R/ Untuk mencegah perdarahan ulang.
3. I/ Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelain tekanan intrakranial
R/ Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk
penetapan tindakan yang tepat.
4. I/ Berikan posisi kepala lebib tinggi 15-30 dengan letak jantung (beri bantal
tipis).
R/ Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan draimage vena dan
memperbaiki sirkulasi serebral.
5. I/ Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
R/ Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK.
6. I/ Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor.
R/ Memperbaiki sel yang masih viabel

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik Tujuan :

- Klien mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya


Kriteria hasil
a. Tidak terjadi kontraktur sendi, Bertabahnya kekuatan otot
b. Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas.
Intervensi dan Rasional
1. I/ Ubah posisi klien tiap 2 jam
R/ Menurunkan resiko terjadinnya iskemia jaringan akibat sirkulasi darah yang
jelek pada daerah yang tertekan
2. I/ Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas yang tidak
sakit
R/ Gerakan aktif memberikan massa, tonus dan kekuatan otot serta
memperbaiki fungsi jantung dan pernapasan
3. I/ Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
R/ Otot volunter akan kehilangan tonus dan kekuatannya bila tidak dilatih
digerakkan.
4. I/ Kolaborasi dengan ahli fisioterapi untuk latihan fisik klien.
R/ untuk menjaga kekakuan otot.

4. Gangguan persepsi sensori baerhubungan dengan penurunan sensori


penurunan penglihatan

Tujuan :

 Meningkatnya persepsi sensorik secara optimal.

Kriteria hasil :
- Adanya perubahan kemampuan yang nyata
- Tidak terjadi disorientasi waktu, tempat, orang
Intervensi dan Rasional
1. I/ Tentukan kondisi patologis klien.
R/ Untuk mengetahui tipe dan lokasi yang mengalami gangguan, sebagai
penetapan rencana tindakan
2. I/ Kaji gangguan penglihatan terhadap perubahan persepsi
R/ Untuk mempelajari kendala yang berhubungan dengan disorientasi klien
3. I/ Latih klien untuk melihat suatu obyek dengan telaten dan seksama
R/ Agar klien tidak kebingungan dan lebih konsentrasi
4. I/ Observasi respon perilaku klien, seperti menangis, bahagia, bermusuhan,
halusinasi setiap saat
R/ Untuk mengetahui keadaan emosi klien
5. I/ Berbicaralah dengan klien secara tenang dan gunakan kalimat-kalimat pendek
R/ Untuk memfokuskan perhatian klien, sehingga setiap masalah dapat
dimengerti.

5. Gangguan komunikasi verbal yang berhubungan dengan penurunan


sirkulasi darah otak Tujuan
- Proses komunikasi klien dapat berfungsi secara optimal
Kriteria hasil
- Terciptanya suatu komunikasi dimana kebutuhan klien dapat dipenuhi
- Klien mampu merespon setiap berkomunikasi secara verbal maupun isarat.
Intervensi dan Rasional
1. I/ Berikan metode alternatif komunikasi, misal dengan
bahasa isyarat
R/ Memenuhi kebutuhan komunikasi sesuai dengan kemampuan
klien
2. I/ Antisipasi setiap kebutuhan klien saat berkomunikasi.
R/ Mencegah rasa putus asa dan ketergantungan pada orang lain
3. I/ Bicaralah dengan klien secara pelan dan gunakan pertanyaan yang
jawabannya “ya” atau “tidak”
R/ Mengurangi kecemasan dan kebingungan pada
saat komunikasi
4. I/ Anjurkan kepada keluarga untuk tetap berkomunikasi dengan
klien.
R/ Mengurangi isolasi sosial dan meningkatkan komunikasi yang efektif
5. I/ Hargai kemampuan klien dalam berkomunikasi
R/ Memberi semangat pada klien agar lebih sering melakukan komunikasi
6. I/ Kolaborasi dengan fisioterapis untuk latihan wicara.
R/ Melatih klien belajar bicara secara mandiri dengan baik dan benar
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan
kelemahan fisik Tujuan
- Kebutuhan perawatan diri klien terpenuhi
Kriteria hasil
- Klien dapat melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan kemampuan klien
- Klien dapat mengidentifikasi sumber pribadi/komunitas untuk
Intervensi Dan Rasional
1. I/ Tentukan kemampuan dan tingkat kekurangan dalam melakukan perawatan
diri.
R/Membantu dalam mengantisipasi/merencanakan pemenuhan kebutuhan secara
individual
2. I/ Beri motivasi kepada klien untuk tetap melakukan aktivitas dan beri bantuan
dengan sikap sungguh.
R/Meningkatkan harga diri dan semangat untuk berusaha terus-menerus
3. I/ Hindari melakukan sesuatu untuk klien yang dapat dilakukan klien sendiri,
tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan.

R/ Klien mungkin menjadi sangat ketakutan dan sangat tergantung dan meskipun
bantuan yang diberikan bermanfaat
4. I/ Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukannya atau
keberhasilannya. R/Meningkatkan perasaan makna diri dan kemandirian serta
mendorong klien untuk berusaha secara kontinyu
5. I/ Kolaborasi dengan ahli fisioterapi/okupasi
R/Memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan
rencana terapi dan mengidentifikasi kebutuhan alat penyokong
khusus
7. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kelemahan otot mengunyah dan menelan
Tujuan

- Tidak terjadi gangguan nutrisi


Kriteria hasil
- Berat badan dapat dipertahankan/ditingkatkan
- Hb dan albumin dalam batas normal
Intervensi dan Rasional
1. I/ Tentukan kemampuan klien dalam mengunyah, menelan dan reflek batuk.
R/ Untuk klien lebih mudah untuk menelan karena gaya gravitasi
2. I/ Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada waktu, seama dan sesudah makan.
R/ Membantu dalam melatih kembali sensori dan meningkatkan kontrol muskuler
3. I/ Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka mulut secara manual dengan
menekan ringan diatas bibir/dibawah gagu jika dibutuhkan.
R/ Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme makan tanpa adanya
distraksi/gangguan dari luar
4. I/ Berikan makan dengan berlahan pada lingkungan yang tenang.
R/ Makan lunak/cairan kental mudah untuk mengendalikannya didalam mulut,
menurunkan terjadinya aspirasi
5. I/ Mulailah untuk memberikan makan peroral setengah cair, makan lunak
ketika klien dapat menelan air.
R/ Dapat meningkatkan pelepasan endorfin dalam otak yang meningkatkan nafsu
makan
6. I/ Kolaborasi dengan tim dokter untuk memberikan ciran melalui iv atau
makanan melalui selang.
R/ Mungkin diperlukan untuk memberikan cairan pengganti dan juga makanan
jika klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut.

3.4 Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan,tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi.

3.5 Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya, tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan keperawatan dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Menurut WHO (1965) dan Karya (1988) dalam Harsono (1993) stroke
adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral, baik local maupun
menyeluruh (global), yang berlangsung dengan cepat, berlangsung lebih dari 24
jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa di temukan penyebab selain daripada
gangguan vaskular. Gangguan peredaran darah otak dapat mengakibatkan
fungsi otak terganggu dan bila gangguan yang terjadi cukup besar dapat
mengakibatkan kematian sebagian otak (infark), gejala-gejala yang terjadi
tergantung pada daerah otak yang di pengaruhi.
Faktor-faktor resiko stroke antara lain umur, hipertensi, diabetes
mellitus, arteriosklerosis, penyakit jantung, merokok. Berat otak manusia sekitar
1400 gram dan tersusun oleh kurang lebih 100 triliun neuron. Otak terdiri dari
empat bagian besar yaitu serebrum (otak besar), serebelum (otak kecil),
brainstem (batang otak), dan diensefalon. Otak menerima 17 % curah jantung
dan menggunakan 20 % konsumsi oksigen total tubuh manusia untuk
metabolisme aerobiknya.
4.2 Saran

Kami dari kelompok mengharapkan saran dari pembaca agar dapat member kritik
dan saran untuk kesempurnaan makalah Asuhan Keperawatan pada klien dengan
STROKE
Daftar Pustaka
Doengoes, M.E.2000, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta.

Smeltzer, Suzanne C. & Bare, Breda G, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Bruner &
Suddhart. vol 2.

Edisi 8. Jakarta. EGC. 2002

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Persarafan. Jakarta: Salemba medika.

Smeltzer, Suzanne C. Dan Brenda G.Bare. 2002.Buku ajar Keperawatan Medikal


Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi ke 8. Jakarta: EGC

http:// tutiiskandar.wordpress.com/2009/01/30/makalah-stroke/just another


Wordpress.com Mansjoer,Arief, et al. 2000. Kapita selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta:
Media Aesculapius

Anda mungkin juga menyukai