Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah

“Pengelolaan Pendidikan”

Dosen Pengampu : Nurdiana, M.Pd

Disusun oleh :

- Syifa Sinta Siti Fatimah


- Zulfa Nafisah

Program Studi Pendidikan Islam Anak Usia Dini

Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT)

Manggala

Tahun Akademik 2023

Maruyung Kidul 04/02 Jl.Raya Pacet KM 08 Ciparay Kab. Bandung 40385


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayahnya, sehingga kami dimudahkan dalam setiap
langkah terutama dalam menyusun makalah dengan judul “Pengembangan
Kurikulum” dapat terselasaikan dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah tugas kelompok mata kuliah “Pengelolaan
Pendidikan”.

Penyusun menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan dan


kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami harap makalah ini dapat
bermanfaat bagi kami khususnya bagi pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih kepada pihak yang telah membantu penyusunan makalah ini.

Bandung, Oktober 2023

Penyusun

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

A. Pengertian kurikulum ................................................................................................... 3


B. Macam-macam kurikulum ........................................................................................... 4
C. Fungsi kurikulum ......................................................................................................... 8
D. Ruang lingkup kurikulum ............................................................................................ 10
E. Aspek perkembangan kurikulum AUD ........................................................................ 12

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dengan terbitnya Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas), keberadaan pendidikan usia dini
diakui secara sah. Hal itu terkandung dalam bagian tujuh, pasal 28 ayat 1-
6, di mana pendidikan anak usia dini diarahkan pada pendidikan pra-
sekolah yaitu anak usia 0-6 tahun. Menurut UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sisidiknas menyatakan bahwa yang dimaksud pendidikan usia dini
adalah “Suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut”.
Sejak saat itulah, perkembangan pendidikan Anak Usia Dini
tumbuh dengan pesat, baik secara kuantitas maupun kualitas pelayanan
pendidikannya. Pendidikan usia dini tidak hanya terbatas pada Taman
Kanak-Kanak (TK) sebagai pendidikan prasekolah formal, tetapi
mencakup kegiatan lainnya, seperi Kelompok Bermain, Tempat Penitipan
Anak, PAUD Sejenis dan lainnya. Kesadaran masyarakat untuk
memberikan pendidikan di usia dini mulai meningkat walaupun belum
mencapai apa yang diharapkan.
Selain itu, “ekspektasi” masyarakat yang terlalu tinggi terhadap
aspek kemampuan kognitif anak menyebabkan arah pengembangan
pendidikan anak usia dini ini dianggap masih kurang tepat. PAUD pada
hakekatnya adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan seluruh
potensi anak baik potensi kognitif, afektif maupun psikomotorik dengan
cara-cara yang sesuai dengan masa perkembangannya, di antaranya belajar
sambil bermain.
Oleh karena itu, upaya memberikan pemahaman yang tepat kepada
masyarakat tentang komponen-komponen pendidikan anak usia dini perlu

1
dilakukan. Komponen PAUD antara lain meliputi prinsip-prinsip dasar
PAUD, kurikulum, proses pembelajaran dan evaluasi. Kajian terhadap
komponen-komponen PAUD perlu dilakukan untuk lebih memahami
hakekat PAUD itu sendiri, sehingga bagi pendidik anak usia dini proses
pembelajaran yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan kaidah-kaidah
pendidikan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis menilai pembahasan
terhadap kurikulum PAUD perlu dilakukan baik melalui kajian
kepustakaan maupun pengalaman penulis dalam mengelola program
PAUD.

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini:
1. Apakah Pengertian Kurikulum?
2. Apa Saja Macam-macam Kurikulum?
3. Apakah Fungsi Kurikulum?
4. Apa Saja Ruang Lingkup Kurikulum?
5. Apa Saja Aspek Perkembangan Kurikulum AUD?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian kurikulum
2. Untuk mengetahui macam-macam kurikulum
3. Untuk mengetahui fungsi kurikulum
4. Untuk mengetahui ruang lingkup kurikulum
5. Untuk mengetahui aspek perkembangan kurikulum AUD

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian kurikulum
Istilah ”Kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan
oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dulu
sampai dengan dewasa ini. Tafsiran-tafsiran tersebut berbeda-beda satu
dengan yang lainnya, sesuai dengan titik berat inti dan pandangan dari
pakar bersangkutan. Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin,
yakni ”Currikculae”, artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang
pelari. Pada waktu itu, pengertian kurikulum ialah jangka waktu
pendidikan yang harus ditempuh oleh siswa yang bertujuan untuk meroleh
ijazah. Dengan menempuh suatu kurikulum, siswa dapat memperoleh
ijazah. Dalam hal ini ijazah pada hakikatnya merupakan suatu bukti bahwa
sisiwa telah menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran,
sebagaimana halnya seorang pelari telah menempuh suatu jarak antar satu
tempat ketempat lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain,
kurikulum dianggap sebagai jembatan yang sangat penting untuk
mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai oleh perolehan
suatu ijazah tertentu.
Kurikulum merupakan seperangkat panduan yang mengatur isi
program pendidikan sebagai acuan dalam proses pembelajaran dan
penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum ini dapat merujuk pada PKB-TK
94 (program kegiatan belajar TK) atau bisa juga merujuk pada kurikulum
terbaru, yakni KBK 2004 yang disempurnakan menjadi KTSP 2006.
Secara sederhana, kurikulum dapat dimaknai sebagaai perangkat mata
pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan
yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta
pelajaran dalam satu preriode pendidikan dan jejang tertentu. Penyusunan
perangkat mata pelajaran ini disesusaikan dengan keadaan dan
kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam penyelenggaran pendidikn
tersebut.

3
Kurikulum sebagai arahan muatan pendidikan juga perlu disusun
dengan baik. Meski setiap sekolah taman kanak-kanak dapat menyusun
kurikulum sendiri bukan berarti bisa asal-asal tampa sistematika dan
tujuan yang jelas. Para akhli menyarankan agar ruang lingkup kurikulum
TK hendaklah mengikuti 6 aspek perkembangan yaitu : moralitas dan
nilai-nilai agama, sosial, emosional, dan kemandirian, kemampuan
berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni.
Kurikulum adalah seperangkat kegiatan belajar melalui bermain
yang dapat memberikan pengalaman langsung bagi anak dalam rangka
mengembangkan yang dimiliki oleh setiap anak.
Dari berbagai pengertian kurikulum, Ali, M (1984)
mengkategorikannya kedalam tiga pengartian, yaitu (1) Kurikulum sebagai
rencana belajar peserta didik (2) Kurikulum sebagai rencana pembelajaran,
dan (3) Kurikulum sebagai pengalaman belajar yang diperoleh peserta
didik.

B. Macam-macam kurikulum
Dalam kurikulum nasional, semua program belajar sudah baku, dan
siap untuk digunakan oleh pendidik atau guru. Kurikulum yang demikian
sering bersifat resmi dan dikenal dengan nama ideal curriculum, yakni
kurikulum yang masih berbentuk cita-cita. Kurikulum yang masih
berbentuk cita-cita ini masih perlu dikembangkan menjadi kurikulum yang
berbentuk pelaksanaan, atau sering dikenal dengan actual
curriculum, yakni kurikulum yang dilaksanakan oleh pendidik dalam
proses belajar mengajar.
Dalam menyusun kurikulum, sangatlah tergantung pada asas
organisatoris, yakni bentuk penyajian bahan pelajaran atau organisasi
kurikulum. Ada tiga pola organisasi kurikulum, yang dikenal juga dengan
sebutan macam-macam kurikulim atau tipe-tipe kurikulum. Macam-
macam kurikulum tersebut adalah:

4
1. Separated Subjek Curriculum
Kurikulum ini dipahami sebagai kurikulum matapelajaran
yang terpisah satu sama lainnya. Kurikulum mata pelajaran
terpisah (separated subject currikulum) berarti kurikulumnya
dalam bentuk matapelajaran yang terpisah-pisah, yang kurang
mempunyai keterkaitan dengan matapelajaran lainnya.
Konsekuensinya, anak didik harus semakin banyak mengambil
mata pelajaran.
Tyler dan Alexandermenyebutkan bahwa jenis kurikulum
ini digunakan dengan scool subject, dan sejak beberapa abad
hingga saat ini pun masih banyak didapatkan di berbagai lembaga
pendidikan. Kurikulum ini terdiri dari matapelajaran-matapelajaran
yang tujuan pelajarannya adalah anak didik harus menguasai bahan
dari tiap-tiap matapelajaran yang telah ditentukan secara logis,
sistematis, dan mendalam (Soetopo & Soemanto, 1993: 78).
Kurikulum matapelajaran dapat menetapkan syarat-syarat
minimum yang harus dikuasai anak, sehingga anak didik bisa naik
kelas. Biasanya bahan pelajaran dan textbook merupakan alat dan
sumber utama pelajaran. Kurikulum matapelajaran atau subject
curriculum terdiri dari matapelajaran (subject) yang terpisah-pisah,
dan subject itu merupakan himpunan pengalaman dan pengetahuan
yang diorganisasikan secara logis dan sistematis oleh para ahli
kurikulum (experts).
2. Correlated Curriculum
Kurikulum jenis ini mengandung makna bahwa sejumlah
mata pelajaran dihubungkan antara yang satu dengan yang lain,
sehingga ruang lingkup bahan yang tercakup semakin luas. Sebagai
contoh, pada mata pelajaran fiqh dapat dihubungkan dengan mata
pelajaran Al-Quran dan Hadist. Pada saat anak didik mempelajari
shalat, dapat dihubungkan degan pelajaran Al-Quran (surat Al-
Fatihah, dan surat lainnya) dan hadist yang berhubungan dengan
shalat, dan lain sebagainya.

5
Masih banyak cara lain menghubungkan pelajaran dalam
kegiatan kurikulum. Korelasi tersebut dengan memerhatikan tipe
korelasinya, yakni:
a. Korelasi okkasional/insidental, maksudnya korelasi
dilaksanakan secara tiba-tiba atau insidental. Misalnya: pada
pelajaran sejarah dapat dibicarakan tentang geografi dan
tumbuh-tumbuhan.
b. Korelasi etis, yang bertujuan mendidik budi pekerti sehingga
konsentrasi pelajarannya dipilih pendidikan Agama. Misalnya
pada Pendidikan Agama itu dibicarakan cara-cara
menghormati: tamu, orang tua, tetangga, kawan, dan lain
sebagainya.
c. Korelasi sistematis, yang mana korelasi ini biasanya
direncanakan oleh guru. Misalnya: bercocok tanam padi
dibahas dalam geografi dan ilmu tumbuh-tumbuhan.
3. Broad Fields Curriculum
Kurikulum Broad Fields kadang-kadang disebut
kurikulum fusi. Taylor dan Alexander menybutkan dengan
sebutan The Broad Fields of Subject Matter. Broad
Fields menghapuskan batas-batas dan menyatukan matapelajaran
(subject matter) yang berhubungan erat. Hilda Taba mengatakan
bahwa The broad fields curriculum is essentially an effort to
automatization of curriculum by combining several specific areas
large fields (The broad fieldscurriculum adalah usaha
meningkatkan kurikulum dengan mengombinasikan beberapa mata
pelajaran). Sebagai contoh: sejarah, geografi, ilmu ekonomi, dan
ilmu politik disatukan menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Phenik adalah orang yang mencetuskan tipe
organisasi broad fields ini. Keinginan Phenik adalah agar pendidik
mengerti jenis-jenis arti perkembangan kebudayaan yang efektif;
mengerti manfaat yang didapatkan dari berbagai ragam disiplin

6
ilmu; dan upaya mendidik anak agar menghasilkan suatu
masyarakat yang civilized (beradab).
Phenik mengemukakan lima dasar logikanya yang
kemudian menghasilkan ilmu broad fields berikut:
a. Symbies: Bahasa Matematika, dan bentuk-bentuk Simbol Non
Diskursif.
b. Experics: Musik, Seni Gerak, Sastra, Agama, dan lain
sebagainya.
c. Syunnetics: Filsafat, Psikologi, Sastra, Agama, dan lain
sebagainya.
d. Ethics: berbagai aspek moral dan tata adab.
Soetopo & soemanto (1993: 78) mengemukakan bahwa
keunggulan kurikulum broad fields adalah adanya kombinasi
matapelajaran sehingga manfaatnya akan semakin dirasakan, dan
memungkinkan adanatapelajaran sehingga manfaatnya akan
semakin dirasakan, dan memungkinkan adanya matapelajaran yang
kaya akan pengertian dan mementingkan prinsip dasar serta
generalisasi.
Sedangkan kelemahannya adalah hanya memberikan
pengetahuan secara sketsa, abstrak, dan kurang logis dari satu mata
pelajaran.
4. Integrated Curriculum
Kurikulum terpadu (integrated curriculum) merupakan
suatu produk dari usaha pengintegrasian bahan pelajaran dari
berbagai macam pelajaran. Integrasi diciptakan dengan
memusatkan pelajaran pada masalah tertentu yang memerlukan
solusinya dengan materi atau bahan dari berbagai disiplin atau
matapelajaran.
Kurikulum jenis ini membuka kesempatan yang lebih
banyak untuk melakukan kerja kelompok, masyarakat dan
lingkungan sebagai sumber belajar, mementingkan perbedaan
individual anak didik, dan dalam perencanaan pelajaran siswa

7
diikutsertakan. Kurikulum terpadu sangat menguntamakan agar
anak didik dapat memiliki sejumlah pengetahuan secara fungsional
dan mengutamakan proses belajarnya. Yang dimaksudkan cara
memperoleh ilmu secara fungsional adalah karena ilmu tersebut
dikelompokkan berhubungan dengan usaha memecahkan masalah
yang ada. Sebagai contoh, dengan belajar membuat, anak didik
sekaligus mempelajari hal-hal lain yang berkaitan dengan listrik,
siaran, penerimaan, dan sebagainya (Nasution, 1993: 111).
Integrated Curriculum mempunyai ciri yang sangat
fleksibel dan tidak menghendaki hasil belajar yang sama dari
semua anak didik. Guru, orangtua, dan anak didik merupakan
komponen-komponen yang bertanggung jawab dalam proses
pengembangannya. Di sisi lain, kurikulum ini juga mengalami
kesulitan-kesulitan bagi anak didik, terutama apabila dipandang
dari ujian atau tes akhir atau tes masuk yang uniform. Sebagai
persiapan studi perguruan tinggi yang memerlukan pengetahuan
yang logis dan sistematis, kurikulum jenis ini akan mengalami
kekakuan. Meskipun demikian, selama percobaan delapan tahun
(1932-1940) dengan kurikulum terpadu ini, anak didik dapat
mengikuti pelajaran dengan baik dan tidak kalah dengan prestasi
anak didik lain yang menggunakan kurikulum konvesional, dan
justru mereka memiliki nilai tambah dalam hal perkembangan dan
kemantapan kepribadian serta dalam aktivitas sosial
kemasyarakatan.

C. Fungsi kurikulum
Fungsi kurikulum dijelaskan oleh Hendyat Soetopo dan Soemanto
(1986) membagi fungsi kurikulum menjadi 7 bagian yaitu:
1. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan,
maksudnya bahwa kurikulum merupakan suatu alat atau usaha untuk
mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan oleh sekolah yang
dianggap cukup tepat dan penting untuk dicapai. Dengan kata lain bila

8
tujuan yang diinginkan tidak tercapai maka orang cenderung untuk
meninjau kembali alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
2. Fungsi kurikulum bagi anak, maksudnya kurikulum sebagai organisasi
belajar tersusun yang disiapkan untuk siswa sebagai salah satu
konsumsi bagi pendidikan mereka dengan begitu diharapkan akan
mendapat sejumlah pengalaman baru yang kelak kemudian hari dapat
dikembangkan seirama dengan perkembangan anak.
3. Fungsi kurikulum bagi guru, ada tiga macam yaitu:
a. Sebagai pedoman kerja dalam menyusun dan mengorganisir
pengalaman belajar bagi anak didik.
b. Sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi terhadap
perkembangan anak dalam rangka menyerap sejumlah pengalaman
yang diberikan .
c. Berbagai pedoman dalam mengatur kegiatan pendidikan dan
pengajaran.
4. Fungsi bagi kepala sekolah dan pembina sekolah, dalam arti: pertama
sebagai pedoman dalam mengadakan fungsi supervisi yaitu
memperbaiki situasi belajar, kedua sebagai pedoman dalam
melaksanakan fungsi supervisi dalam menciptakan situasi untuk
menunjang situasi belajar anak kearah yang lebih baik, ketiga sebagai
pedoman dalam melaksanakan fungsi supervisi dalam memberikan
bantuan kepada guru untuk memperbaiki situasi mengajar, keempat
sebagai pedoman untuk mengembangkan kurikulum lebih lanjut,
kelima sebagai pedoman untuk mengadakan evaluasi pengajuan
kemajuan belajar mengajar.
5. Fungsi kurikulum bagi orang tua murid, maksudnya orang tua dapat
turut serta dalam memajukan putra putrinya, bantuan orang tua ini
dapat melalui konsultasi langsung sedangkan sekolah atau guru dana
dan sebagainya.
6. Fungsi kurikulum segi sekolah pada tingkatan diatasnya, ada dua jenis
yang berkaitan dengan fungsi ini yaitu pemeliharaan keseimbangan
proses pendidikan dan penyiapan tenaga guru.

9
7. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah,
sekurang-kurangnya ada dua hal yang bisa dilakukan dalam fungsi ini
yaitu pemakai lulusan ikut memberikan bantuan guna memperlancar
pelaksanaan program pendidikan yang membutuhkan kerja sama
dengan pihak orang tua atau masyarakat dan ikut memberikan kritik
dan saran yang membantu dalam rangka menyempurnakan progam
pendidikan disekolah agar bisa lebih serasi dengan kebutuhan
masyarakat dalam bekerja.

D. Ruang lingkup kurikulum


1. Silabus
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan kegiatan
pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus
harus disusun secara sistematis dan berisi komponen-komponen yang
saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi Dasar.
Silabus berisi jawaban dari pertanyaan berikut:
a. Kompetensi apayang akan dikembangkan pada anak didik?
b. Bagaimana cara mengembangkan kompetensi tersebut pada diri
anak didik?
c. Bagaimana cara mengetahui bahwa kompetensi tersebut telah
dikuasai anak didik?
2. Perencaaan Semester
Perencanaan semester merupakan program pembelajaran yang
berisi jaringan-jaringan tema yang ditata secara urut dan sistematis,
alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap jaringan tema dan
sebarannya kedalam semester 1 dan 2.
Langkah-langkah penyusunan program semester:
a. Pelajari dokumen kurikulum, yakni kerangka dasar dan standar
kompetensi.
b. Pilih tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi
tersebut untuk setiap kelompok dalam satu semester.

10
 Tema
Tema merupakan alat atau wadah untuk mengenalkan berbagai
konsep kepada anak didik secara utuh. Dalam pembelajaran,
tema diberikan dengan maksud menyatukan isi kurikulum
dalam satu kesatuan yang utuh, memperkaya perbendaharaan
anak didik, dan membuat pembelajaran lebih bermakna.
Penggunaan tema dimaksudkan agar anak mampu mengenal
berbagai konsep secara mudah dan jelas.
 Prinsip pemilihan tema
Pemilihan tema hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut:
- Kedekatan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari tema
yang terdekat dengan kehindupan anak kepada tema yang
semakin jauh dari kehidupan anak.
- Kesederhanaan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari
tema-tema yang sederhana kepada tema-tema yang lebih
rumit bagi anak.
- Kemenarikan, artinya tema hendaknya dipilih mulai dari
tema-tema yang menarik minat anak.
- Keinsidentalan, artinya peristiwa atau kejadian disekitar
anak (sekolahan) yang terjadi pada saat pembelajaran
berlangsung hendaknya dimasukkan dalam pembelajaran
walaupun tidak sesuai dengan tema yang dipilih pada hari
itu.
 Langakah pemilihan tema
- Mengidentifikasi tema yang sesuai denagan hasil belajar
dan indikator dalam kurikulum.
- Menata dan mengurutkan tema berdasarkan prinsip-prinsip
pemilihan tema.
- Menjabarkan tema kedala sub-sub tema agar cakupan tema
tidak terlalu luas.
- Memilih sub tema yang sesuai

11
E. Aspek Perkembangan Kurikulum AUD
Dalam dunia pendidikan anak usia dini (PAUD), perkembangan
anak merupakan hal yang harus diperhatikan karena perkembangan anak
secara lanjut akan menentukan proses pembelajaran anak tersebut di
jenjang selanjutnya.
Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian anak,
karena kepribadian membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Secara
umum dapat dibedakan beberapa aspek utama kepribadian anak,
yaitu aspek intelektual (kecerdasan/ kognitif), sosial, emosional, bahasa,
dan keagamaan.
Perkembangan dari tiap aspek kepribadian tidak selalu bersama-
sama atau sejajar, perkembangan sesuatu aspek mungkin mendahului atau
mungkin juga mengikuti aspek lainnya. Pada awal kehidupan anak, yaitu
pada saat dalam kandungan dan tahun-tahun pertama kehidupan,
perkembangan aspek fisik dan motorik sangat menonjol.
Selama sembilan bulan dalam kandungan, ukuran fisik bayi
berkembang dari seperduaratus milimeter menjadi 50 sentimeter
panjangnya. Selama dua tahun pertama, bayi yang tidak berdaya pada awal
kelahirannya, telah menjadi anak kecil yang dapat duduk, merangkak,
berdiri, bahkan pandai berjalan dan berlari, bisa memegang dan
mempermainkan berbagai benda atau alat.
1. Aspek Perkembangan Intelektual (Kecerdasan/Kognitif)
Dalam aspek ini, diawali dengan perkembangan kemampuan
mengamati, melihat hubungan dan memecahkan masalah sederhana.
Kemudian berkembang ke arah pemahaman dan pemecahan masalah
yang lebih rumit. Aspek ini berkembang pesat pada masa anak mulai
masuk sekolah dasar (usia 6-7 tahun). Berkembang konstan selama
masa belajar dan mencapai puncaknya pada masa sekolah menengah
atas (usia 16-17 tahun). Adapun menurut Piaget berpendapat bahwa
perkembangan kognitif bagi anak dibagi menjadi dalam 4 fase yaitu:

12
Fase sensori Motor, yaitu rentang usia 0-2 tahun. Pada rentang
usia tersebut, anak berinteraksi dengan dunia sekitar melalui panca
indra. Dimulai dari gerakan reflex yang dimiliki sejak lahir,
menghisap, menggenggam, melihat, melempar hingga pada akhir usia
2 tahun anak sudah dapat menggunakan satu benda dengan tujuan
berbeda. Dapat berfikir kompleks seperti bagaimana cara untuk
mendapatkan suatu benda yang diinginkan dan melakukan apa yang
diinginkannya dengan benda tersebut.
Fase Pra Operasional, yaitu pada rentang usia 2-7 tahun. Fase ini
merupakan masa permulaan anak untuk membangun kemampuannya
dalam menyusun pikirannya. Oleh sebab itu, cara berpikir anak belum
stabil dan belum terorganisir secara baik. Dalam masa ini, imajinasi
anak juga mulai berkembang sehingga mereka sering melakukan
imitasi atau meniru perilaku orang lain dengan menggunakan benda-
benda di lingkup sekitarnya sebagai hal-hal lain yang mereka kenal
dalam ruang lingkup yang lebih luas. Fase ini dibagi menjadi 3 sub
fase berpikir:
 Berpikir secara simbolik (2-4 tahun),yaitu kemampuan berpikir
tentang objek dan peristiwa secara abstrak.Anak sudah dapat
menggambarkan objek yang tidak ada dihadapannya.
 Befikir secara egosentris (2-4 tahun), anak melihat dunia dengan
perspektifnya sendiri, menilai benar/tidak berdasarkan sudut
pandang sendiri, sehingga anak belum dapat meletakkan cara
pandangnya dari sudut pandang orang lain.
 Berfikir secara intuitif (4-7 tahun), yaitu kemampuan anak untuk
menciptakan sesuatu (menggambar/menyusun balok), tetapi tidak
mengetahui alasan pasti mengapa melakukan hal tersebut. Pada
usia ini anak sudah dapat mengklasifikasikan objek sesuai dengan
kelompoknya.
Fase Operasi Konkret (7-12 tahun), anak sudah punya
kemampuan berfikir secara logis dengan syarat objek yang menjadi
sumber berfikir tersebut hadir secara konkret. Anak dapat

13
mengklasifikasikan objek, mengurutkan benda sesuai dengan tata
urutannya, memahami cara pandang orang lain dan berfikir secara
deduktif.
Fase Operasi Formal (12 tahun), anak dapat berfikir secara
abstrak seperti kemampuan mengemukakan ide-ide, memprediksi
kejadian yang akan terjadi, melakukan proses berfikir ilmiah yaitu
mengemukakan hipotesis dan menentukan cara untuk membuktikan
kebenaran hipotesis tersebut.
2. Aspek Perkembangan Sosial
Sejak anak berumur satu tahun, ia hanya dapat berhubungan
dengan Ibu, Ayah, atau dengan orang dewasa lainnya, yang tinggal
bersama-sama di rumah itu. Dalam perkembangan selanjutnya,
kesanggupan berhubungan batin dengan orang lain makin lama
tampaknya makin nyata. Perkembangan sosial barulah agak nyata bila
ia memasuki masa kanak-kanak. Sekitar usia dua atau tiga tahun, anak
sudah mulai membentuk masyarakat kecil yang anggotanya terdiri dari
dua atau tiga orang anak. Mereka bermain bersama-sama walaupun
kelompok itu hanya dapat bertahan dalam waktu yang relative singkat.
Dalam Kegiatan semacam ini anak sudah menghubungkan dirinya
dengan suatu masyarakat yang baru; di dalamnya mulai terjadi
perkembangan baru, yaitu perkembangan sosial.
3. Aspek Bahasa
Aspek bahasa berkembang dimulai dengan peniruan bunyi dan
suara, berlanjut dengan meraban. Pada awal masa sekolah dasar
berkembang kemampuan berbahasa sosial yaitu bahasa untuk
memahami perintah, ajakan serta hubungan anak dengan teman-
temannya atau orang dewasa. Bahasa merupakan alat untuk berpikir
dan berpikir merupakan suatu proses melihat dan memahami hubungan
antar hal. Bahasa juga merupakan suatu alat untuk berkomunikasi
dengan orang lain, dan komunikasi berlangsung dalam suatu interaksi
sosial. Dengan demikian perkembangan kemampuan berbahasa juga
berhubungan erat dan saling menunjang dengan perkembangan

14
kemampuan sosial. Perkembangan bahasa yang berjalan pesat pada
awal masa sekolah dasar mencapai kesempurnaan pada akhir masa
remaja.
4. Aspek Perkembangan Emosi atau Perasaan
Aspek ini berjalan konstan, kecuali pada masa remaja awal (13-14
tahun) dan remaja tengah (15-16 tahun). Pada masa remaja awal
ditandai oleh rasa optimisme dan keceriaan dalam hidupnya, diselingi
rasa bingung menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi dalam
dirinya. Pada masa remaja tengah, rasa senang datang silih berganti
dengan rasa duka, kegembiraan berganti dengan kesedihan, rasa akrab
bertukar dengan kerenggangan dan permusuhan. Gejolak ini berakhir
pada masa remaja akhir yaitu pada usia 18-21 tahun.
5. Aspek Perkembangan Keagamaan
Manusia dilahirkan dalam keadaan lemah, fisik maupun psikis.
Walaupun dalam keadaan yang demikian ia telah memiliki
kemampuan bawaan yang bersifat laten. Potensi bawaan ini
memerlukan pengembangan melalui bimbingan dan pemeliharaan
yang mantap lebih-lebih pada usia dini. Menurut Woodworth, bayi
yang dilahirkan sudah memiliki beberapa instink di antaranya instink
keagamaan. Belum terlihatnya tindak keagamaan pada diri anak karena
beberapa fungsi kejiwaan yang menopang kematangan berfungsinya
instink itu belum sempurna.
Menurut penelitian Ernest Harms perkembangan agama anak itu
melalui beberapa fase (tingkatan), yaitu:
a. The Fairy Stage (Tingkat Dongeng)
Tingkatan ini dimulai anak yang berusia 3-6 tahun. Pada
tingkat ini konsep mengenai Tuhan lebih banyak dipengaruhi oleh
fantasi dan emosi. Pada tingkat perkembangan ini anak menghayati
konsep ke-Tuhanan sesuai dengan tingkat perkembangan
intelektualnya. Kehidupan masa ini masih banyak dipengaruhi
kehidupan fantasi hingga dalam menanggapi agama pun anak

15
masih menggunakan konsep fantastis yang diliputi oleh dongeng-
dongengyang kurang masuk akal.
b. The Realistic Stage (Tingkat Kenyataan)
Tingkat ini dimulai sejak anak masuk Sekolah Dasar hingga
sampai ke usia (masa usia) adolesense. Pada masa ini ide ke
Tuhanan anak sudah memcerminkan konsep-konsep yang
berdasarkan kepada kenyataan (realis). Konsep ini timbul melalui
lembaga-lembaga keagamaan dan pengajaran agama dari orang
dewasa lainnya.
c. The Individual Stage (Tingkat Individual)
Pada tingkat ini anak telah memiliki kepekaan emosi yang
paling tinggi sejalan dengan perkembangan usia mereka. Konsep
keagamaan yang individalistis ini terbagi atas tiga golongan, yaitu:
- Konsep ke-Tuhanan yang konvensional dan konservatif dengan
dipengaruhi sebagian kecil fantasi. Hal tersebut dipengaruhi
oleh pengaruh luar.
- Konsep ke-Tuhanan yang lebih murni yang dinyatakan dalam
pandangan yang bersifat personal.
- Konsep ke-Tuhanan yang bersifat humanistik. Agama telah
menjadi etos humanis pada diri mereka dalam menghayati
ajaran agama. Perubahan ini setiap tingkat dipengaruhi oleh
faktor intern yaitu perkembangan usia dan faktor ektern berupa
pengaruh luar yang dialaminya.

16
BAB III

KESIMPULAN

A. Kurikulum adalah seperangkat kegiatan belajar melalui bermain yang dapat


memberikan pengalaman langsung bgi anak dalam rangka mengembangkan
yang dimiliki oleh setiap anak.

B. Macam-macam kurikulum tersebut adalah:


1. Separated Subjek Curriculum
2. Correlated Curriculum
3. Broad Fields Curriculum
4. Integrated Curriculum

C. Fungsi Kurikulum
Fungsi kurikulum dijelaskan oleh Hendyat Soetopo dan Soemanto (1986)
membagi fungsi kurikulum menjadi 7 bagian yaitu:
1. Fungsi kurikulum dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
2. Fungsi kurikulum bagi anak.
3. Fungsi kurikulum bagi guru.
4. Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah dan pembina sekolah.
5. Fungsi kurikulum bagi orang tua murid.
6. Fungsi kurikulum segi sekolah pada tingkatan diatasnya.
7. Fungsi kurikulum bagi masyarakat dan pemakai lulusan sekolah.

D. Ruang lingkup kurikulum


1. Silabus
2. Perencanaan Semester
a. Pelajari dokumen kurikulum
b. Pilih tema yang dapat mempersatukan kompetensi-kompetensi
tersebut untuk setiap kelompok dalam satu semester.
 Tema
 Prinsip Pemilihan Tema

17
 Langkah Pemilihan Tema

E. Aspek-aspek Perkembangan Anak Usia Dini


Perkembangan berkenaan dengan keseluruhan kepribadian anak,
karena kepribadian membentuk satu kesatuan yang terintegrasi. Secara
umum dapat dibedakan beberapa aspek utama kepribadian anak,
yaitu aspek intelektual (kecerdasan/ kognitif), sosial, emosional,
bahasa, dan keagamaan.

18
DAFTAR PUSTAKA

Affifudin,Sobry Sutikno.2008.Pengelolaan Pendidikan.Bandung:Prospect .

Sanjaya Wina. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta:Kencana.

Sukmadinata,nana syaodih.2010.Pengembangan Kurikulum.Bandung:PT Remaja


Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai