Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Disusun Untuk Tugas Kelompok Mata Kuliah kurikulum dan pendidikan

Oleh :

Arzaki Fajriansyah Surba (2010631070143)

Bayu Sugara (2010631070010)

Cici Cahya Mulyani (2010631070144)

Eksa Bella Asegaff (2010631070067)

Farhan Hafidz Sidik (20106310700720

Febriansyah (2010631070074)

Gustiana Pramudia Wardani (2010631070079)

Program Studi Pendidkan Jasmani Kesehatan Dan Rohani


Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Singaperbangsa Karawang
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “kurikulum dan pendidikan” tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dr. Abdullah, S.
Pd., M. Pd. pada mata kuliah kurikulum dan pembelajaran. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang cara cara desain pengembangan kurikulum yang
ada di satuan pendidikan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Abdullah, S. Pd., M. Pd.selaku dosen mata
kuliah kurikulum dan pendidikan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ 2
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 3
A. Latar Belakang ......................................................................................................... 3
B. Rumusan Masalah.................................................................................................... 3
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................... 5
A. Pengertian desain pengembangan kurikulum .......................................................... 5
B. model desain pengembangan kurikulum ................................................................. 5
C. langkah langkah penyusunan desain pengembangan kurikulum ............................. 8
D. faktor faktor yang dikembangkan dalam desain pengembangan kurikulum ......... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

2
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Peranan kurikulum dalam pembelajaran tidak dapat terlepas dari hubungan antara dua
aspek, yakni kurikulum dan pembelajaran. Peranan tersebut memiliki implikasi dalam
perkembangan pendidikan secara umum dan khusus. Melalui berbagai implikasi yang
dihasilkan, bermunculan pula serangkaian model pengembangan yang disarankan
sebagai peningkat keberhasilan mutu pendidikan.
Model pengembangan kurikulum dan pembelajaran muncul dari adanya keterkaitan yang
relative menurut beberapa ahli. Dengan berbagai teori yang dikemukakan, pengaruh
kurikulum dan pembelajaran berdampak sangat relative berdasarkan teori yang
digunakan. Meskipun demikian, terdapat benang merah antara kurikulum dan
pembelajaran dalam model manapun, karena padahakikatnya kedua aspek tersebut tidak
terpisahkan.
Berdasarkan pernyataan diatas, urgensi pengetahuan tentang model pengembangan
kurikulum dan pembelajaran sangat tinggi terutama pada pelaku pendidikan mulai dari
pejabat pembuat kurikulum hingga tenaga pengajar dan peserta didik. Oleh karena itu,
makalah dengan judul “Model Desain Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran dan
tata klola” ini diharapkan mampu menjadi reverensi tambahan dalam kajian telaah
kurikulum kedepan bagi dunia pendidikan.
Secara harfiah, istilah kurikulum berasal dari bahasa latin currere yang berarti berlari di
lapangan pertandingan (race course). Menurut pengertian ini, kurikulum adalah suatu
“arena pertandingan” tempat siswa “bertanding” untuk menguasai satu atau lebih
keahlian guna mencapai “Garis Finish” yang ditandai pemberian diploma, ijazah atau
gelar kesarjaanaan (Zais, 1976: 6-7).
Kurikulum memiliki banyak bentuk seperti kurikulum sebagai rencana pembelajaran,
sebagai Mata Pelajaran, sebagai Konten, sebagai Hasil belajar, sebagai Reproduksi
Struktural, sebagai Pengalaman Belajar, sebagai Sistem Produksi, sebagai Bidang Studi.
Para ahli berbeda pendapat tentang makna kurikulum dan Pembelajaran. Johnson, (1968)
misalnya memandang kurikulum sebagai panduan belajar, maka itu disebut pengajaran,
bukan kurikulum. Selanjutnya, Beauchamp (1981) menganggap kurikulum dan
pembelajaran sebagai dua hal yang berbeda. Menurut James Macdodonald (1965:5-6),
bahwa kurikulum sebagai rencana implementasi pengajaran di kelas, karena kurikulum
timbul lebih dulu dari pengajaran. Implikasi perbedaan pengertian kurikulum dan
pengajaran seperti yang dikemukan Johnson dan Macdonald tersebut sangat signifikan
(Zais, 1976: 9). Dengan membatasi pengertian kurikulum pada seperangkat hasil belajar
trestruktur saja , lanjut Zais (1976), berarti perencanaan tradisional seperti seleksi konten
kurikulum atau materi ajar dan penetapan kegiatan belajar, bukan termasuk perencanaan
kurikulum.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud Pengertian desain pengembangan kurikulum dan
pembelajaran?
2. Apa saja model dan jenis desain pegembangan kurikulum dan pembelajaran?
3. Apa saja Langkah langkah pengembangan kurikulum?
4. Apa saja faktor yang harus dikembangkan dalam pengembangan kurikulum dan
pembelajaran?

3
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari desain pengembangan kurikulum
2. Mengetahui jenis dan model desain pengembangan kurikulum
3. Mengetahui langkah langkah pembuatan desain kurikukulum
4. Mengetahui faktor faktor yang dikembangkan dalam desain pengembangan
kurikulum

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Desain Kurikulum adalah hasil dari sebuah proses pengkaitan tujuan pendidikan dengan
pemilihan dan pengorganisasian isi kurikulum. Dalam teori kurikulum terdapat dua
dimensi utama yaitu: desain kurikulum dan kurikulum engineering, menurut George A.
Beauchamp (1975:101)”….Curriculum design may be defined as the substance and
organization of goal and culture content so arranged as to reveal potential progression
through levels of schooling. (Desain kurikulum bisa digambarkan sebagai unsur pokok,
komponen hasil atau sasaran dan kultur yang membudaya). Menurut Oemar Hamalik
(1993) pengertian Desain adalah suatu petunjuk yang memberi dasar, arah, tujuan dan
teknik yang ditempuh dalam memulai dan melaksanakan kegiatan. Fred Percival dan
Henry Ellington (1984), pada Hamalik mengemukakan bahwa desain kurikulum adalah
pengembangan proses perencanaan, validasi, implementasi, dan evaluasi kurikulum. Dan
menurut Nana S. Sukmadinata) desain kurikulum adalah menyangkut pola
pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum
dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal
berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan dimensi vertikal
menyangkut penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran.

B. MODEL DESAIN PENGEMBANGAN KURIKULUM


Salah satu karakteristik penting dari kurikulum adalah konseptualisasi dan organisasi
berbagai bagian dari kurikulum tersebut. Dalam organisasi kurikulum, desain kurikulum
berhubungan dengan organisasi horizontal dan vertikal. Organisasi horizontal sering
disebut sebagai cakupan atau integrasi horizontal yang berhubungan dengan susunan
komponenkomponen kurikulum, sedangkan organisasi vertikal sebagai sekuens, yang
perhatiannya terletak pada hubungan antara komponen-komponen kurikulum.
Beberapa ahli merumuskan bermacam-macam desain kurikulum. Eisner dan Vallance
(1974) membagi desain menjadi lima jenis, yaitu (a) model pengembangan proses
kognitif, (b) kurikulum sebagai teknologi, (c) kurikulum aktualisasi diri, (d) kurikulum
konstruksi sosial, dan (e) kurikulum rasionalisasi akademis. Mc Neil, (1977) membagi
desain kurikulum menjadi empat model, yaitu (1) model kurikulum humanistik, (2)
kurikulum konstruksi sosial, (3) kurikulum teknologi, dan (4) kurikulum subjek
akademik. Saylor, Alexander dan Lewis, (1981) membagi desain kurikulum menjadi (a)
kurikulum subject matter diciplin, (b) komponen yang bersifat spesifik atau kurikulum
teknologi, (c) kurikulum sebagai proses, (d) kurikulum sebagai fungsi sosial, dan (e)
kurikulum yang berdasarkan minat individu. Brennan (1985) mengembangkan tiga jenis
model desain kurikulum, yaitu (1) kurikulum yang berorientasi pada tujuan (the objective
model), (2) model proses, dan (3) model kurikulum yang didasarkan kepada analisis
situasional. Longstreet dan Shane (1993) membagi desain kurikulum ke dalam empat
desain, yaitu desain kurikulum yang berorientasi pada masyarakat, desain kurikulum
yang berorientasi pada anak, desain kurikulum yang berorientasi pada pengetahuan, dan
desain kurikulum yang bersifat elektik.
Para pengembang kurikulum telah mengkonstruksi kurikulum menurut dasar-dasar
pengkategorian sebagai berikut.

5
1. Subject-centered design (desain yang berpusat pada mata pelajaran). Merupakan
suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajar, dan biasanya
mencerminkan kegiatan pembelajaran yang didikte oleh karakteristik, prosedur,
dan struktur konseptual mata pelajaran, serta keterkaitannya dengan disiplin ilmu.
Agar penempatan mata pelajaran sebagai pusat pengaturan kurikulum dapat lebih
bermakna, dapat dilakukan dengan memfokuskan pada proses pembelajaran dan
menggunakan metode pemecahan masalah, pengambilan keputusan, inquiry, serta
program komputer di kelas. Desain jenis ini dapat dibedakan atas tiga desain, yaitu
subject desain, disciplines design, dan broadfields design.
• Subject design curriculum: merupakan bentuk desain yang paling murni dari
subject centered design. Materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah dalam
bentuk mata-mata pelajaran. Model desain ini telah ada sejak lama, dan dalam
rumpun subject centered, the broad field design merupakan pengembangan dari
bentuk ini. Subject design menekankan penguasaan fakta-fakta dan informasi.
• Disciplines design curriculum: merupakan bentuk pengembangan dari subject
design, yang masih menekankan pada isi atau materi kurikulum. Bedaan dengan
subject design yang belum memiliki kriteria yang tegas mengenai apa yang
disebut dengan subject (ilmu), pada disciplines design kriteria tersebut telah
jelas. Selain itu dalam tingkat penguasaannya pun menekankan pada
pemahaman (understanding), sehingga peserta didik akan memahami masalah
dan mampu melihat hubungan berbagai fenomena baru.
• Board fields design: Baik subject design maupun disciplines design masih
menunjukkan adanya pemisahan antar-mata pelajaran. Salah satu usaha untuk
menghilangkan pemisahan tersebut adalah dengan mengembangkan the board
field design. Model ini menyatukan beberapa mata pelajaran yang berhubungan
menjadi satu bidang studi. Bentuk kurikulum ini banyak digunakan di sekolah
dasar dan sekolah menengah pertama.
2. Learner-centered design (desain yang berpusat pada pembelajar), adalah suatu
desain kurikulum yang mengutamakan peranan siswa. Pengembangan kurikulum
ini sangat dipengaruhi oleh Dewey, seperti berinteraksi sosial, keinginan bertanya,
keinginan membangun makna, dan keinginan berkreasi yang menekankan sifat-
sifat alami anak dalam mengembangkan kurikulum. Jenis desain ini dapat
dibedakan atas activity (experience) design dan humanistic design.
• Activity (experience) design: Ciri utama dari desain ini pertama, struktur
kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik; kedua, karena
struktur kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan peserta didik, maka
kurikulum disusun bersama oleh guru dan para siswa; ketiga, desain kurikulum
tersebut menekankan prosedur pemecahan masalah.
• Humanistic design: menekankan pada fungsi perkembangan peserta didik
melalui pemfokusan pada hal-hal subjektif, perasaan, pandangan, penjadian
(becoming), penghargaan, dan pertumbuhan. Kurikulum humanistik berudsaha
mendorong penangkapan sumber daya dan potensi pribadi untuk memahami
sesuatu dengan pemahaman mandiri, konsep sendiri, serrta tanggung jawab
pribadi.
3. Problem-centered design (desain yang berpusat pada permasalahan), yaitu desain
kurikulum yang pada masalah-masalah yang dihadapi dalam masyarakat. Pendidik
berusaha memengaruhi perubahan sosial dengan menyelesaikan berbagai

6
permasalahan sosial. Desain kurikulum ini dibedakan atas areas of living design
dan core design.
• Areas of living design: menekankan prosedur belajar melalui pemecahan
masalah. Dalam prosedur belajar ini tujuan yang bersifat proses (process
objectives) dan yang bersifat isi (content objectives) diintegrasikan. Penguasaan
informasiinformasi yang bersifat pasif tetap dirangsang. Ciri lain dari model
desain ini adalah menggunakan pengalaman dan situasi-situasi nyata dari
peserta didik sebagai pembuka jalan dalam mempelajari bidang-bidang
kehidupan.
• Core design: kurikulum ini timbul sebagai reaksi utama kepada separate subject
design, yang sifatnya terpisah-pisah. Dalam mengintegrasikan bahan ajar,
mereka memilih mata-mata pelajaran/ bahan ajar tertentu sebagai inti (core).
Pelajaran lainnya dikembangkan di sekitar core tersebut. Menurut konsep ini
inti-inti bahan ajar dipusatkan pada kebutuhan individual dan sosial. The core
curriculum diberikan guru-guru yang memiliki penguasaan dan berwawasan
luas, bukan spesialis. Disamping memberikan pengetahuan, nilai-nilai, dan
keterampilan sosial, guru-guru tersebut juga memberikan bimbingan terhadap
perkembangan sosial pribadi peserta didik.
Ada beberapa variasi desain dari core curriculum, yaitu: 1) the separate subject core, 2)
the correlated core, 3) the fused core, 4) the activity/ experience core, 5) the areas of
living core, dan 6) the social problems core.
1. The separate subject core. Salah satu usaha untuk mengatasi keterpisahan antar-mata
pelajaran, beberapa mata pelajaran yang dipandang mendasari atau menjadi inti mata
pelajaran lainnya dijadikan core.
2. The correlated core. Model desain ini pun berkembang dari the separate subject
design, dengan jalan mengintegrasikan beberapa mata pelajaran yang erat
hubungannya.
3. The fused core. Kurikulum ini juga berpangkal dari separate subject,
pengintegrasiannya bukan hanya antara dua atau tiga pelajaran tetapi lebih banyak.
Dalam studi ini dikembangkan tema-tema masalah umum yang dapat ditinjau dari
berbagai sudut pandang.
4. The activity/ experience core. Model desain ini berkembang dari pendidikan progresif
dengan learner centered design-nya, dan dipusatkan pada minatminat dan kebutuhan
peserta didik.
5. The areas of living core. Desain model ini juga berpangkal pada pendidikan progresif,
tetapi organisasintya terstruktur dan telah dirancang sebelumnya. Berbentuk
pendidikan umum yang isinya diambil dari masalah-masalah yang muncul di
masyarakat. Bentuk desain ini dipandang sebagai core design yang paling murni dan
paling cocok untuk program pendidikan umum. The areas of living core cenderung
memelihara dan mempertahankan kondisi yang ada.
6. The social problems core. Model desain ini pun merupakan produk dari pendidikan
progresif, dan didasarkan atas problema-problema yang mendasar dan bersifat
kontroversial. The social problems core cenderung mencoba memberikan penilaian
yang sifatnya kritis dari sudut sistem nilai sosial dan pribadi yang berbeda.
Kurikulumnya tidak bersifat kaku, terbuka untuk penyempurnaan pada setiap saat,
agar tetap mutakhir dan relevan dengan perkembangan masyarakat.

7
Menurut Zuga (1989) seorang peneliti bidang kurikulum, desain kurikulum memiliki
beberapa kategori, yaitu (1) kategori akademik, (2) kategori teknis, (3) kategori proses
intelektual, (4) kategori social, dan (5) kategori personal.
1. Desain kurikulum akademik. Desain ini biasanya terfokus pada inti ilmu pengetahuan
yang dikelompokkan ke dalam berbagai mata pelajaran dan pokok bahasan. Desain
ini biasanya digunakan untuk sekolah percontohan.
2. Desain kurikulum teknis. Kurikulum ini lebih menitikberatkan pada analisis tampilan
dan urutan proses pembelajaran daripada isi pembelajaran.
3. Desain kurikulum proses intelektual. Tujuan dari desain ini adalah untuk
meningkatkan efisiensi pembelajaran dan untuk mentransfer kemampuan memecahan
masalah dalam berbagai hal dan pengalaman hidup lainnya. Kurikulum ini
menitikberatkan pada pengembangan proses kognitif.
4. Desain kurikulum sosial. Kurikulum ini menitikberatkan pada aplikasi ilmu
penngetahuan dalam situasi dunia nyata. Kurikulum ini memberikan kesempatan bagi
siswa untuk bekerja dalam proyek dimana mereka dapat mengubah lingkungan atau
memberikan informasi untuk membantu siswa memahami bahwa mereka kelak akan
memasuki kehidupan masyarakat dewasa.
5. Desain kurikulum personal. Desain kurikulum ini menitikberatkan pada pembelajar
dengan fokus pada kebutuhan dan minat dari masing-masing (individu) pembelajar.

C. LANGKAH LANGKAH PENGEMBANGAN DESAIN KURIKULUM


Secara umum langkah-langkah pengembangan kurikulum itu terdiri atas diagnosis
kebutuhan, perumusan tujuan, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan dan
pengorganisasian pengalaman belajar, dan pengembangan alat evaluasi.
1. Analisis dan Diagnosis Kebutuhan
Langkah pertama dalam pengembangan kurikulum adalah menganalisis dan
mendiagnosis kebutuhan. Analisis kebutuhan dapat dilakukan dengan mempelajari
tiga hal, yaitu kebutuhan siswa, tuntutan masyarakat/dunia kerja, dan harapan-
harapan dari pemerintah (kebijakan pendidikan). Kebutuhan siswa dapat dianalisis
dari aspek-aspek perkembangan psikologis siswa, tuntutan masyarakat dan dunia
kerja dapat dianalisis dari berbagai kemajuan yang ada di masyarakat dan prediksi-
prediksi kemajuan masyarakat di masa yang akan datang, sedangkan harapan
pemerintah dapat dianalisis dari kebijakankebijakan, khususnya kebijakan-
kebijakan bidang pendidikan yang dikeluarkan, baik oleh pemerintah pusat
maupun pemerintah daerah. Hasil analisis dari ketiga aspek tersebut kemudian
didiagnosis untuk disusun menjadi serangkaian kebutuhan sebagai bahan masukan
bagi kegiatan pengembangan tujuan. Pendekatan yang dapat dilakukan untuk
menganalisis kebutuhan ada tiga, yaitu survei kebutuhan, studi kompetensi, dan
analisis tugas. Survei kebutuhan merupakan cara yang relafif sederhana dalam
menganalisis kebutuhan. Seorang pengembang kurikulum dapat melakukan
wawancara dengan sejumlah orang, tokoh masyarakat, pejabat pemerintah, dan
para ahli terkait tentang apa yang dibutuhkan oleh siswa, masyarakat, dan
pemerintah berkaitan dengan kurikulum sebagai suatu program pendidikan. Studi
kompetensi dilakukan dengan analisis terhadap kompetensi- kompetensi yang
dibutuhkan oleh lulusan suatu jenis dan jenjang program pendidikan. Pendekatan-
ketiga, analisis tugas merupakan cara yang lebih rumit dibandingkan dengan dua
pendekatan sebelumnya. Pendekatan ini dilakukan dengan cara menganalisis setiap

8
jenis tugas yang harus diselesaikan. Tugas-tugas itu bisa berkaitan dengan aspek
kognitif, afektif, dan atau psikomotor. Hasil akhir kegiatan analisis dan diagnosis
kebutuhan ini adalah deskripsi kebutuhan sebagai bahan yang akan dijadikan
masukan bagi langkah selanjutnya dalam pengembangan kurikulum yaitu
perumusan tujuan.
2. Perumusan Tujuan
Setelah kebutuhan ditetapkan, langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan.
Tujuan-tujuan dalam kurikulum berhierarki, mulai dari tujuan yang paling umum
(kompleks) sampai pada tujuan-tujuan yang lebih khusus dan operasional. Hierarki
tujuan tersebut meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler, serta tujuan instruksional: tujuan instruksional umum dan tujuan
instruksional khusus. Tujuan juga dapat dibagi ke dalam beberapa taksonomi
tujuan. Benyamin S. Bloom dalam Taxonomy of Educational Objectives membagi
tujuan ini menjadi tiga ranah/domain, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ketiga.domain ini masing-masing terdiri atas beberapa aspek yang disusun secara
hierarkis, Domain kognitif berkenaan dengan penguasaan kemampuan-
kemampuan intelektual atau berpikir, domain afektif berkenaan dengan
penguasaan dan pengembangan perasaan, sikap, minat, dan nilai- nilai, sedangkan
domain psikomotor berkenaan dengan penguasaan dan pengembangan
keterampilan-keterampilan motorik. Menurut Davies (1976), ketiga domain tujuan
tersebut dirinci gambar sebagai berikut:
3. Pengorganisasian Materi
Secara makro materi kurikulum disusun berdasarkan prosedur- prosedur tertentu
yang merupakan salah satu bagian dalam pengembangan kurikulum secara
keseluruhan. Hal ini berkaitan. dengan keaiatan memilih, menilai, dan menentukan
jenis bidang studi apa yang harus diajarkan pada suatu jenis dan jenjang
persekolahan, kemudian pokok-pokok dan subpokok bahasan serta uraian materi
secara garis besar, juga termasuk scope (ruang lingkup) dan sequence (urutan)-
nya..Adapun patokan kegiatan tersebut ditentukan oleh tujuan-tujuan dari jenis dan
jenjang sekolah yang bersangkutan. Handbook for Evaluating and Selecting
Curriculum Materials, M.D. Gall (1981) mengemukakan sembilan tahap dalam
pengembangan bahan kurikulum, yaitu : identifikasi kebutuhan, merumuskan misi
kurikulum, menentukan anggaran biaya, membentuk tim, mendapatkan susunan
bahan, menganalisis bahan, menilai bahan. membuat keputusan adopsi,
menyebarkan, mempergunakan, dan memonitor penggunaan bahan. Secara
spesifik, yang dimaksud dengan materi kurikulum adalah segala sesuatu yang
diberikan kepada siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Isi dari kegiatan
pembelajaran tersebut adalah isi dari kurikulum. Isi atau bahan tersebut disusun
dalam berbagai program pendidikan berdasarkan jenis dan jenjang sekolah,
kemudian dikemas dalam berbagai bidang studi yang kemudian dijabarkan dalam
pokok dan subpokok bahasan, yang secara lebih rinci disusun dalam bentuk bahan
pengajaran dalam berbagai bentuknya. Tugas guru adalah mengembangkan bahan
pelajaran tersebut berdasarkan tujuan instruksional yang telah disusun dan
dirumuskan sebelumnya. Dalam hal penyusunan bahan pelajaran ini dikenal ada
istilah scope dan sequence. Scope atau ruang lingkup menyangkut keluasan dan
kedalaman materi kurikulum. Scope materi kurikulum sebenarnya agak sulit untuk
disusun, karena setidaknya.ada dua hall, yaitu: materi suatu ilmu berkembang dan

9
bertambah setiap waktu dan belum ada kriteria yang pasti tentang materi apa yang
perlu diajarkan dan pengorganisasian bahan yang dapat diterima oleh semua pihak.
Namun demikan ada sejumlah kriteria yang dapat dipertimbangkan dalam
pemilihan materi kurikulum ini, antara lain:
• Materi kurikulum harus dipilih berdasarkan tujuan yang hendak dicapai;
Materi kurikulum dipilih karena dianggap berharga sebagaiwarisan budaya
(positif) dari generasi masa lalu;
• Materi kurikulum dipilih karena berguna bagi penguasaan suatu disiplin
ilmu;
• Materi kurikulum dipilih karena dianggap bermanfaat bagi kehidupan umat
manusia, untuk bekal hidup di masa kini dan masa yang akan datang;
• Materi kurikulum dipilih karena sesuai dengan kebutuhan dan minat anak
didik (siswa) dan kebutuhan masyarakat.
Sequence menyangkut urutan susunan bahan kurikulum. Sequence materi
kurikulum dapat disusun dengan mempertimbangkan tiga hal, yaitu struktur
disiplin ilmu, taraf perkembangan siswa, dan pembagian materi kurikulum
berdasarkan tingkatan kelas. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan dalam
menyusun sekuens bahan ajar, yaitu sekuens kronologis (urutan kejadian), sekuens
kausal (sebab-akibat), sekuens struktural, sekuens logis dan psikologis, sekuens
spiral, dan lain-lain. Untuk itu dalam penyusunan sequence, perlu dipertimbangkan
beberapa hal berikut:
• Taraf kesulitan materi pelajaran/isi kurikulum;
• Apersepsi atau pengalaman masa yang lalu;
• Kematangan dan perkembangan siswa;
• Minat dan kebutuhan siswa.
4. Pengorganisasian Pengalaman Belajar
Setelah materi kurikulum dipilih dan diorganisasikan, langkah selanjutnya adalah
memilih dan mengorganisasikan pengalaman belajar. Cara pemilihan dan
pengorganisasian pengalaman belajar dapat dilakukan dengan menggunakan
berbagai pendekatan. strategi, metode serta teknik yang disesuaikan dengan tujuan
dan sifat materi yangakan diberikan. Pengalaman belajar siswa bisa bersumber dari
pengalaman visual, pengalaman suara, pengalaman perabaan, pengalaman
penciuman, atau variasi dari visual, suara, perabaan, dan penciuman. Semua
pengalaman belajar tersebut dapat diorganisasikan sedemikian rupa dengan
mempertimbangkan berbagai hal seperti siswa, guru, bahan, tujuan, waktu, sumber,
fasilitas, dan masyarakat. Pengalaman belajar yang dipilih harus mencakup
berbagai kegiatan mental- fisik yang menarik minat siswa, sesuai dengan tingkat
perkembangannya, dan merangsang siswa untuk belajar aktif dan kreatif.
5. Penggunaan Alat Evaluasi
Pengembangan alat evaluasi dimaksudkan untuk menelaah kembali apakah
kegiatan yang telah dilakukan itu sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Mc.
Neil (1977) mengungkapkan ada dua hal yang perlu mendapatkan jawaban dari
penilaian kurikulum, yaitu (1) apakah kegiatan-kegiatan yang dikembangkan dan

10
diorganisasikan itu memungkinkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-
citakan dan (2) apakah kurikulum yang telah dikembangkan itu dapat diperbaiki
dan bagaimana cara memperbaikinya. Setelah informasi/jawaban terhadap kedua
pertanyaan tersebut diperoleh, langkah selanjutnya adalah memutuskan dan
menetapkan bahwa kurikulum itu diberlakukan dan dilaksanakan. Ada orang yang
beranggapan bahwa penilaian sama artinya dengan pengukuran, tes atau pemberian
nilai. Ketiganya memang merupakan bagian dari proses penilaian. Penilaian pada
dasarnyamerupakan suatu proses pembuatan pertimbangan terhadap suatu hal.
Scriven dalam Nurgiyantoro (1988) mengemukakan bahwa penilaian itu terdiri
atas tiga komponen, yaitu, pengumpulan informasi, pembuatan pertimbangan, dan
pernbuatan keputusan. Informasi merupakan bagian dari penilaian yang penting
karena berkaitan dengan data-data awal yang berguna dalam pembuatan keputusan
selanjutnya. Informasi ini bisa berupa kualitatif atau kuantitatif. Pertimbangan
adalah taksiran atau estimasi dari kondisi yang ada sekarang atau merupakan
prediksi penampilan di masa yang akan datang. Sedangkan pengambilan keputusan
adalah suatu pilihan tindakan yang didasarkan pada informasi yang diperoleh dan
pertimbangan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Evaluasi kurikulum dapat
dilakukan terhadap komponen-komponen kurikulum itu sendiri, evaluasi terhadap
implementasi kurikulum, dan evaluasi terhadap hasil yang dicapai.

D. FAKTOR YANG DIKEMBANGKAN DALAM DESAIN PENGEMBANGAN


KURIKULUM
Pentingnya pengembangan kurikulum adalah berguna untuk membantu siswa dan guru
dalam melakukan proses pembelajaran. Dengan makin berkembangnya sebuah negara
maka ilmu yang diajarkan harus dikembangkan terus menerus. Maka dari itulah
pengembangan proses belajar ini dimulai dari pengembangan kurikulum. Tetapi tetap
saja kurikulum yang diberikan haruslah sesuai dengan kemampuan siswa disuatu negara.
Jangan sampai menaikkan kurikulum tetapi SDM siswanya tidaklah cukup untuk
menerima pelajaran itu. Hal ini akan membuat siswa malah menjadi tidak bisa belajar
dengan baik dan efektif. Sehingga dapat membuat siswa itu tidak lulus.
Pengembangan kurikulum akan membuat suatu kemajuan. Sehingga tidak lagi tertinggal
dalam suatu bidang ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan sangat penting untuk
kita pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Dan juga dengan menaikkan kurikulum maka
akan menaikkan mutu kita sebagai SDM. Sehingga menciptakan sebuah SDM yang
handal dan bagus bagi negaranya. Hal ini akan sangat menguntungkan semua pihak.
Dalam pembuatan kurikulum haruslah sangat hati-hati. Kita harus memuliki teori
kurikulum terlebih dahulu dan juga harus mengetahui akan konsep kurikulum tersebut.
Kemudian kurikulum juga harus diperhatikan dari dari sudut pandangnya. Karena harus
diperhatikan dari segi sekolah dan lingkungannya. Dan yang terakhir yang harus kita
lakukan adalah dengan melihat dari bidang studynya. Dengan begitu maka kita dapat
menentukan suatu kurikulum yang bagus dan benar.
Pentingnya pengembangan kurikulum dapat dilihat dari beberapa sisi ini. Dengan
perluasan dalam pembentukan kurikulum maka akan makin menyempurnakan suatu
pembelajaran bagi seluruh pihak.

11
Dalam Sukmadinata (2006 : 158), ada tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum, yaitu :
1. Pergururan Tinggi
Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap kurikulum
sekolah.
Pertama, dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi banyak
memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis
pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi
pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi
selain menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media
pendidikan.
Kedua, dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan keguruan serta penyiapan
guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK, seperti IKIP, FKIP,
STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan juga
mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui penguasaan ilmu dan
kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya.
Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta
kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan
dan implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai
jenjang dan jenis sekolah yang ada dewasa ni, umumnya disiapkan oleh LPTK
melalui berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar
masih banyak guru berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara
berangsur-angsur mereka mengikuti peningkatan kompetensi dan kualifikasi
pendidikan guru melalui program diploma dan sarjana.
2. Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya bertugas
mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermatabat di masyarakat.
Sebagai bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakat di tempat sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya
mencerminkan kondisi masyarakat penggunanya serta upaya memenuhi kebutuhan
dan tuntutan mereka.
Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat yang
homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan melayani aspirasi-
aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam masyarakat
adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarkat akan
mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal ini karena sekolah tidak hanya
sekedar mempersiapkan anak untuk selesai sekolah, tetapi juga untuk dapat hidup,
bekerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di masyarakat berimplikasi pada
kurikulum yang dikembangkan dan digunakan sekolah.

3. Sistem Nilai
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral,
keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga

12
masyarakat juga bertangung jawab dalam pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai
positif yang tumbuh di masyarakat.
Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan
dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum ialah nilai yang ada
di masyarakat itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen, terdiri dari
berbagai kelompok etnis, kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok
sosial, dan kelompok spritual keagamaan, yang masing-masing kelompok itu
memiliki nilai khas dan tidak sama. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek
sosial, ekonomi, politk, fisik, estetika, etika, religius, dan sebagainya. Aspek-aspek
tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi pebagai nilai
yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah, diantaranya :
• Mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat
• Berpegang pada prinsip demokratis, etis, dan moral
• Berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
• Menghargai nlai-nilai kelompok lain
• Memahami dan menerima keragaman budaya yang ada
Berdasarkan analisis kami, bukan hanya 3 (tiga) faktor yang dikemukan oleh
Sukmadinata (2006) saja, yang merupakan faktor-faktoe yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum, tetapi masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi
pengembangan kurikulum. Salah satunya landasan pengembangan kurikulum itu
sendiri. Landasan pengembangan kurikulum sangat mempengaruhi pengembangan
kurikulum karena bila landasannya berupa maka akan mempengaruhi
pengembangan kurikulum.
Berdasarkan analisis kami, maka faktor-faktor lain yang mempengaruhi
pengembangan kurikulum, diantaranya :
• Filosofis
• Psikologis
• Sosial budaya
• Politik
• Pembangunan negara dan perkembangan dunia
• Ilmu dan teknologi (IPTEK)

13
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Desain kurikulum adalah menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau
komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi,
yaitu dimensi horizontal dan vertikal. Dimensi horizontal berkenaan dengan
penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Sedangkan dimensi vertikal menyangkut
penyusunan sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ansyar, Mohamad. (2015). Kurikulum Hakikat, Fondasi, Desain & Pengembangan. Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. (2010). Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek.

15

Anda mungkin juga menyukai