Anda di halaman 1dari 18

Makalah

Pengembangan Kurikulum
“Desain Kurikulum”

Dosen : Drs. Risqiyanto, M. Pd.


Disusun Oleh : Kelompok 5
1. Marsita Tri Wardani 1611100409
2. Mega Tasya Palupi 1611100418
3. Muryani 1611100391
4. Winda Annisha Bertiliya 1611100406

KELAS : I
SEMESTER : 3
TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN 2016/2017
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam yang telah melimpah kan
rahmat dan karunia nya sehingga makalah Pengembangan Kurikulum “Desain
Kurikulum’’. Walau pun dalam proses penyusunan makalah ini kami mendapat kan
beberapa hambatan dan masalah tetapi dengan seizin zat yang maha kuasa kami
berhasil menyusun makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kami menyadari bahwa
dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan,
oleh karna kritik dan saran dari pembaca sangat di harap kan dan akan di terima kami
dengan senang hati demi penyempurnaan makalah ini di masa mendatang.

Bandar lampung, 28 November 2017

Penulis,

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.........................................................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................................4

A. Latar Belakang.............................................................................................................4

B. Rumusan Masalah........................................................................................................5

C. Tujuan Penulisan..........................................................................................................5

BAB II.................................................................................................................................5

PEMBAHASAN..................................................................................................................5

A. Pengertian Kurikulum..............................................................................................5

B. Pengertian Desain Kurikulum..................................................................................6

C. Bentuk – Bentuk Desain Kurikulum.........................................................................7

D. Prinsip Desain Kurikulum......................................................................................15

BAB III..............................................................................................................................17

KESIMPULAN..................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................18

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
            Pembinaan kurikulum adalah kegiatan yang mengacu pada usaha untuk
melaksanakan, mempertahankan, dan menyempurnakan kurikulum yang telah ada,
guna memperoleh hasil yang maksimal.
            Dengan demikian, pembinaan kurikulum di sekolah dilakukan, setelah melalui
tahap pengembangan kurikulum, atau setelah terbentuknya kurikulum baru.
Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses siklus yang tidak pernah ada
titik awal dan akhirnya. sebab, pengembangan kurikulum ini merupakan suatu proses
yang bertumpu pada unsur-unsur dalam kurikulum, yang didalamnya meliputi tujuan,
metode, material, penilaian dan balikan (feed back).

B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari kurikulum?
2.      Apa pengertian desain kurikulum?
3.      Apa saja bentuk-bentuk desain kurikulum?
4. Apa saja prinsip desain kurikulum?

C. Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui pengertian kurikulum
2.      Mengetahui prinsp dalam desain kurikulum
3.      Mengetahui bentuk-bentuk desain kurikulum
4. Mengetahui prinsip desain kurikulum

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum
Kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata curir artinya pelari.
Kata Curere  artinya tempat berpacu. Curriculum diartikan jarak yang ditempuh oleh
seorang pelari. Pada saat itu kurikulum diartikan sejumlah mata pelajaran yang harus
ditempuh oleh siswa/murid untuk mencapai ijazah. Rumusan kurikulum tersebut
mengandung makna bahwa isi kurikulum tidak lain adalah sejumlah mata
pelajaran(subjek matter) yang harus dikuasai siswa, agar siswa memperoleh ijazah.
Itulah sebabnya kurikulum dipandang sebagai rencana pembelajaran untuk siswa.

Ilmu pengetahuan selalu berubah dan berkembang, demikian juga bidang


pendidikan. Perubahan dalam bidang pendidikan membawa pengaruh terhadap
perubahan pandangan mengenai kurikulum. Kurikulum yang semula dipandang
sebagai sejumlah mata pelajaran, kemudian beralih makna menjadi semua
kegiatan atau semua pengalaman belajar yang diberikan kepada siswa di bawah
tanggung jawab sekolah, untuk mencapai tujuan pendidikan.

Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa harus memiliki tujuan yang
ingin dicapai, isi program yang harus diberikan dan strategi/cara bagaimana
melaksanakan program tersebut.
kurikulum tersebut terdiri dari empat unsur yaitu:
a.       Tujuan
Mempelajari dan menggambarkan semua sumber pengetahuan dan
pertimbangan tentang tujuan-tujuan pengajaran, baik yang berkenan dengan
mata pelajaran (subject course) maupun kurikulum secara menyeluruh.

5
b.      Metode dan material
Mengembangkan dan mencoba menggunakan metode-metode dan material
institusi untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan pertimbangan pengajar
c.     Penilaian (assesment)
Menilai keberhasilan pekerjaan yang telah dikembangkan dalam hubungan
dengan tujuan
d.      Balikan (feedback)
Umpan balik dari semua pengalaman yang telah diperoleh, yang pada
gilirannya menjadi titik tolak bagi studi selanjutnya.

B. Pengertian Desain Kurikulum


Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau
komponen kurikulum. Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi,
yaitu dimensi horizontal dan vertical. Dimensi horizontal berkenaan dengan
penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering diintegrasikan
dengan proses belajar dan mengajarnya. Dimensi pertikal menyangkut penyusunan
sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran. Bahan tersusun mulai dari yang
mudah, kemudian menuju pada yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar
diteruskan dengan yang lanjutan.

C. Bentuk – Bentuk Desain Kurikulum


Berdasarkan pada apa yang menjadi focus pengajaran, sekurang-kurangnya
dikenal tiga pola desain kurikulum, yaitu:
a. Subject centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan
ajar.
b. Learner centered design, suatu desaign kurikulum yang mengutamakan
peranan siswa.
c. Problems centered design, desain kurikulum yang berpusat pada masalah-
masalah yang dihadapi dalam masyarakat.

6
Walaupun bertolak dari hal yang sama, dalam suatu pola desain terdapat
beberapa variasi desain kurikulum. Dalam subject centered design dikenal ada: the
subject design, the disciplines design dan the broad fields design. Pada problems
centered design dikenal pula the areas of living design dan the core design.
1. Subject centered design
Subject centered design curriculum merupakan bentuk desain yang paling
popular, paling tua dan paling banyak digunakan. Dalam subject centered design,
kurikulum dipusatkan pada isi atau materi yang akan diajarkan. Kurikulum
tersusun atas sejumlah mata-mata pelajaran, mata-matapelajaran tersebut
diajarkan secara terpisah-pisah. Karena terpisah-pisah itu maka kurikulum ini
disebut juga separated subject currikulum.

Model design curriculum ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekerungan.


Beberapa kelebihan dari model desain kurikulum ini adalah: 1) mudah disusun,
dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan, 2) para pengajarnya tidak perlu
dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan sering
dipandang sudah dapat menyampaikanya. Beberapa kritik juga merupakan
kekurangan model desain ini, adalah: 1)karena dipengetahuan diberikan terpisah-
pisah, hal itu bertengan dengan kenyataan, sebab dengan kenyataan pengetahuan
itumerupakan satu kesatuan, 2) karena mengutamakan bahan ajar maka peran peserta
sangat pasif, 3) pengajaran lebih menekankan pengetahuan dan kehidupan masa lalu,
dengan demikian pengajaran lebih bersifat verbalistis dan kurang praktis. Atas dasar
tersebu, para pengkritik menyarankan perbaikan kearah yang lebih terintegrasi,
praktis, dan bermakna serta memberikan peran yang lebih aktif kepada siswa.
a. The Subject Design
The Subject Design curriculum merupakan bentuk disain yang paling murni
dari subject centered design. Materi pelajaran disajikan secara terpisah-pisah
dalam bentuk mata-mata pelajaran. Model desain ini telahada sejak lama. Orang-
orang Yunani dan kemudian Romawi mengembangkan Trivium dan Quadrivium.
Trivium meliputi gramatika, logika, dan retorika, sedangkan Quadrivium,

7
matematika, geometri, astronomi, dan music. Pada saat itu pendidikan tidak
diarahkan pada mencari nafkah, tetapi pada pembentukan pribadi dan status sosial
(Liberal Art). Pendidikan hanya diperuntukan bagi anak-anak golongan
bangsawan yang tidak usah bekerja mencari nafkah.
Pada abad 19 pendidikan tidak lagi diarahkan pada pendidikan umum
(Liberal Art)., tetapi pada pendidikan yang lebih yang bersifat praktis, berkenaan
dengan mata pencarian (pendidikan vocasional). Pada saat itu mulai berkembang
mata-mata pelajaran fisika,kimia, biologi, bahasa yang masih bersifat teoritis,
juga berkembang mata-mata pelajaran praktis seperti pertanian, ekonomi, tata
buku, kesejahteraan keluarga, keterampilan dan nilai-nilai yang telah ditemukan
oleh ahli-ahli sebelumnya. Para siswa dituntut untuk menguasai semua
pengetahuan yang diberikan, apakah mereka menyenangi atau tidak,
membutuhkanya atau tidak. Karena pelajaran-pelajaran tersebut diberikannya
secara terpisah-pisah, maka siswa menguasainya pun terpisah-pisah pula. Tidak
jarang siswa menguasai bahan hanya pada tahap hafalan, bahan dikuasai secara
verbalitas.
Lebih rinci kelemahan-kelemahan bentuk kurikulum ini adalah:
1) Kurikulum memberikan pengetahuan terpisah-pisah, satu terlepas dari yang
lainya.
2) Isi kurikulum diambil dari masa lalu, terlepas dari kejadian-kejadian yang
hangat, yang sedang berlangsung saat sekarang.
3) Kurikulum ini kurang memperhatikan minat, kebutuhan dan pengalaman para
peserta didik.
4) Isi kurikulum disusun berdasarkan sistematika ilmu sering menimbulkan
kesukaran di dalam mempelajaridan menggunakanya.
5) Kurikulum lebih mengutamakan isi dan kurang memperhatikan cara
penyampaian. Cara penyampaian utama adalah ekspositori yang
menyebabkan peranan para siswa pasif.

8
Meskipun ada kelemahan-kelemahan diatas, bentuk desain kurikulum ini
mempunyai beberapa kelebihan. Karena kelebihan-kelebihan tersebut bentuk
kurikulum ini lebih banyak dipakai.
1) Karena materi pelajaran diambil dari ilmu yang sudah tersusun secara
sistematis logis, maka penyusunannya cukup mudah.
2) Bentuk ini sudah dikenal lama, bik oleh guru-guru maupun orang tua,
sehingga lebih mudah untuk dilaksanakan.
3) Bentuk ini memudahkan para peserta didik untuk mengikuti pendidikan di
perguruan tinggi, sebab pada perguruan tinggi umumnya digunakan bentuk
ini.
4) Bentuk ini dapat dilaksanakan secara efisien, karena metode utamanya adalah
metode ekspositori yang dikenal tingkat efisiennya cukup tinggi.
5) Bentuk ini sangat ampuh sebagai alat untuk melestarikan dan mewariskan
warisan budaya masa lalu.

Dengan adanya kelemahan-kelemahan di atas pengembangan kurikulum


subject design tidak tinggal diam, mereka berusaha untuk memperbaikinya. Dalam
rumpunya subject centered, the broad fields design merupakan pengembangan dar
bentuk ini. Begitu juga pengembangan bentuk-brntuk lain diluar subject centered,
seperti activity atau experience design, areas of living design dan core design.
b. The Disciplines Design
Bentuk ini merupakan pengembangan dari subject design, keduanya masih
menekankan kepada isi atau materi kurikulum. Walaupun bertolak dari hal yang
sama tetapi antara keduanya terdapat perbedaan. Pada subject design belum ada
criteria yang tegas tentang apa yang disebut subject (ilmu). Belum ada perbedaan
antara matematika, psikologi dengan teknik atau cara mengemudi, semuanya
disebut subject. Pada disciplines design criteria tersebut telah tegas, yang
membedakan apakah suatu pengetahuan ituilmu atau subject dan bukan batang
tubuh keilmuanya. Batang tubuh keilmuan menetukan apakah suatu bahan

9
pelajaran itu disiplin ilmu atau bukan. Untuk menegaskan hal itu, mereka
menggunakan istilah disiplin.
Isi kurikulum yang diberikan di sekolah adalah disiplin-disiplin ilmu. Menurut
pandangan ini sekolah adalah mikrokosmos dari dunia intelek, baru pertama dari
hal itu adalah isi dari kurikulum. Para pengembang kurikulum dari aliran ini
berpegang teguh pada disiplin-disiplin ilmu seperti: fisika, biologi, psikologi,
sosiologi dan sebagainya.
Perbedaan lain adalah dalam tingkat penguasaan, disciplines design tidak
seperti subject design yang menekankan pada penguasaan fakta-fakta dan
informasi tetapi pada pemahaman (understanding). Para peserta didik didorong
untuk memahami logika atau struktur dasar suatu disiplin, memahami konsep-
konsep, ide-ide dan prinsip-prisip penting, juga didorong untuk memahami cara
mencari dan menemukanya (modes of inquiry and discovery). Hanya dengan
menguasai hal-hal itu, kata mereka, peserta didik akan memahami masalah dan
mampu melihat hubungan berbagai fenomena baru.
Proses pembelajaranya tidak lagi mengunakan pendekatan ekspositori yang
menyebabkan peserta didik lebih banyak pasif, tetapi mengunakan pendekatan
inquiry dan diskaveri. Disciplines design sudah mengintegrasikan unsure-unsur
progresifisme dari Dewey. Bentuk ini memiliki beberapa kelebihan dibandingkan
dengan subject design. Pertama, kurikulum ini bukan hanya memiliki organisasi
yang sistematik dan efektif tetapi juga dapat memelihara integritas intelektaul
pengetahuan manusia. Kedua, peserta didik tidak hanya menguasai serentetan
fakta, prinsip hasil hafalan tetapi menguasai konsep, hubungan dan proses-proses
intelektual yang berkembang pada siswa.
Meskipun telah menunjukan beberapa kelebihan bentuk, desain itu masih
memiliki beberapa kelemahan. Pertama, tidak atau belum dapat memberikan
pengetahuan yang terintegrasi. Kedua, belum mampu mengintegrasikan sekolah
dengan masyarakat atau kehidupan. Ketiga, belum bertolak dari minat dan
kebutuhan atau pengalaman peserta didik. Keempat, susunan kurikulum
belumefesien baikuntuk kegiatan belajar maupun penggunaanya. Kelima,

10
meskipun sudah lebih luas dibandingkan dengan subject design tetapi secara
akademis dan intektual masih cukup sempit.
c. The Broad Fields Design
Baik subject design maupun disciplines design masih menunjukan adanya
pemisahan antar-mata pelajaran. Salah satu usaha untuk menghilangkan
pemisahan tersebut dalah mengembangkan the broad fields design. Dalam model
ini mereka menyatukan bebrapa mata pelajaran yang berdekatan atau
berhubungan menjadi satu bidang studi seperti: Sejarah, Geografi, dan Ekonomi
digabung menjadi Ilmu Pengetahuan Sosial, Aljabar, Ilmu Ukur, dan Berhitung
menjadi Matematika, dan sebagainya.
Tujuan pengembangan kurikulum broad fields adalah menyiapkan para siswa
yang dewasa ini hidup dalam dunia informasi yang sifatnya kurikulum ini banyak
digunakan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama, di sekolah menengah
atas penggunaanya agak terbatas apabila diperguruan tinggi sedikit sekali.
Ada dua kelebihan penggunaan kurikulu, ini. Pertama, karena dasarnya bahan
yang terpisah-pisah, walaupun sudah terjadi penyatuan beberapa mata kuliah
masih memungkinkan penyusunan warisan- warisan budaya secara sistematis dan
teratur. Kedua, karena mengintegrasikan beberapa mata kuliah memungkinkan
peserta didik melihat hubungan antara berbagai hal.
Di samping kelebihan tersebut, ada beberapa kelemahan model kurikulum ini.
Pertama, kemampuan guru, untuk tingka sekolah dasar guru mampu menguasai
bidang yang luas, tetapi untuk tingkat yang lebih tinggi, apabila diperguruan
tinggi sukar sekali. Kedua, karena bidang yang dipelajari itu luas, maka tidak
dapat diberikan secara mendetail, yang diajarkan hanya permukaanya saja.
Ketiga, pengintegrasian bahan ajar terbatas sekali, tidak menggambarkan
kenyataan, tidak memberikan pengalaman yang sesungguhnya bagi siswa, dengan
demikian kurang membangkitkan minat belajar. Keempat, meskipun kadarnya
lebih rendahdibandingklan dengan subject design, tetapi model ini tetap
menekankan tujuan penguasaan bahan dan informasi. Kurang menekankan proses
pencapaian tujuan yang sifatnya afektif dan kognitif tingkat tinggi.

11
2. Learner Centered Design
Sebagai reaksi sekaligus penyempurnaan terhadap beberapa kelemahan
subject centered design berkembang learner centered design. Desain ini berbeda
dengan subject centered, yang bertolak dari cita-cita untuk melestarikan dan
mewariskan budaya, dan karena itu mengutamakan peranan isi dari kurikulum.
learner centered, memberi tempat utama kepada peserta didik. Didalam
pendidikan atau pengajaran yang belajar dan berkembang adalah peserta didik
sendiri. Guru atau pendidik hanya berperan menciptakan situasi belajar-mengajar,
mendorong dan memberi bimbingan sesuai dengan kebutuhan peserta didik.
Peserta didik bukanlah tiada daya, dia adalah suatu organisme yang punya
potensiuntuk berbuat, berperilaku, belajar dan juga berkembang sendiri. Learner
centered design bersumber pada konsep Rousseau tentang pendidikan alam
menekankanperkembangan peserta didik. Pengorganisasian kurikulumdidasarkan
atas minat, kebutuhan dan tujuan peserta didik.
Ada dua cirri utama yang membedakan desain model learner centered dengan
subject centered. Pertama, learner centered design mengembangkan kurikulum
dengan bertolak dari peserta didik dan bukan dari isi. Kedua, learner centered
bersifat not—preplanned (kurikulum tidak diorganisasikan sebelumnya) tetapi
dikembangkan bersama antara guru dengan siswa dalam penyelesaikan tugas-
tugas pendidikan. Organisasi kurikulum didasrkan atas masalah atau topic yang
menarik perhatian dandibutuhkan peserta didik dan sekuensnya disesuaikan
dengan tingkat perkembangan mereka.
Ada beberapa variasi model ini yaitu the activity atau experience design,
humanistic design, the open, free design, dan lain-lin. Pada tulisan ini akan
dikemukakan sebagian saja.
a) The Activity atau Experience Design

12
Model desain ini berawalpada abad 18, atas hasil karya dari Rousseau
danPestalozzi, yang berkembang pesat pada tahun 1920/1930-an pada
masakejayaan pendidikan progresif.
Berikut beberapa cirri utama activity atau experience design. Pertama, struktur
kurikulum ditentukan oleh kebutuhan dan minat peserta didik. dalam
mengimplementasikan ciri guru hendaknya: a) menemukan minat dan kebutuhan
peserta didik, b) membantu para siswa memilih mana yang paling penting dan
urgen. hal ini cukup sulit, sebab harus dapat dibedakan mana minat dan
kebutuhan yang sesungguhnya dan hanya angan-angan. untuk itu guru perlu
menguasai benar perkembangan dan karakteristik peserta didik.
Kedua, karena struktur kurikulum didasarkan atas minat dan kebutuhan
peserta didik, maka kurikulum tidak dapat disusun jadi sebelumnya, tetapi
disusun bersama oleh guru dengan para siswa. demikian juga tujuan yang akan
dicapai, sumber-sumber belajar, kegiatan belajar dan prosedur evaluasi,
dirumuskan bersama siswa. Seperti dikemukakan oleh Smith, Stanley and Shores
(1977:274-1725) bahwa tugas guru adalah:
... discovery students interest, guiding students in selection of interest, helping
groups and individual to plan and carryyout learning activities, and assisting
learners to appraise their experience. In short, the teacher must prepare in advance
to help learners decide what to to do, how to do it, and how to evaluate the results.
Ketiga, desain kurikulum tersebut menekankan prosedur pemecahan masalah.
Didalam proses menemukan minatnya peserta didik menghadapi hambatan dan
kesulitan-kesulitan tertentu yang harus diatasi. Kesulitin-kesulitin tersebut
menunjukan problema nyata yang dihadapi peserta didik. Dalam menghadapi dan
mengatasi masalah-masalah tersebut, peserta didik melakukan proses belajar yang
nyata, sungguh-sungguh bermakna, hidup dan relevan dengan kehidupanya.
Berbeda dengan subject design menekankan isi, activity design lebih
mengutamakan proses (keterampilan memecahkan masalah).
Ada beberapa kelebihan dari desain kurikulum ini, pertama, karena kegiatan
pendidikan didasarkan atas kebutuhan dan minat peserta didik, maka motivasi

13
belajar bersifat interinsik dan tidak perlu dirangsang dari laur. Fakta-fakta,
konsep, keterampilan dan proses pemecahan dipelajari peserta didik karena hal itu
mereka perlukan. Jadi belajar benar-benar relevan dan bermakna. Kedua,
pengajaran memperhatikan perbedaan individual. Mereka turut dalam kegiatan
belajar kelompok karena membutuhkannya, demikian juga kalau mereka
melakukan kegiatan individual. Ketiga, kegiatan-kegiatan pemecahan masalah
memberikan bekal kecakapan dan pengetahuan untuk menghadapi kehidupan
diluar sekolah.
Beberapa keritik yang menunjukan kelemahan dilontarkan terhadap model
desain kurikulum ini.
Pertama, penekanan pada minat dan kebutuhan peserta didik belum tentu
cocok dan memadai untuk menghadapi kenyataan dalam kehidupan. Kehidupan
dunia modern sangat kompleks, peserta didik belum mampu melihat dan
merasakan kebutuhan-kebutuhan esensial.
Kedua, kalau kurikulum hanya menekankan minat dan kebutuhan peserta
didik, dasar apa yang digunakan untuk menyusun struktur kurikulum. Kurikulum
tidak mempunyai pola dan struktur. kedua kritik ini tidk semuanya benar, sebab
beberapa tokoh activity design telah mengembangkan struktur ini. Dewey dalam
sekolah laboratoriumnya menyusun struktur disekitar kebutuhan manusia,
kebutuhan sosial, kebutuhan untuk membangun, kebutuhan untuk meneliti dan
bereksperimen dan kebutuhan untuk berekspresi dan keindahan.
Ketiga, activity design currikulum sangat lemah dalam kontinuitas dan
sekuens bahan. Dasar minat peserta didik tidak memberikan landasan yang kuat
untuk menyusun sekuens, sebab minat mudah sekali berubah karena pengaruh
perkembangan, kematangan dan fakor-faktor lingkungan. Beberapa usaha telah
dilakukan untuk mengatasi kelemahan ketiga ini:
1. Usaha untuk menemukan sekuens perkembangan kemampuan mental peserta
didik seperti perkembangan kemampuan, kognitif dari piaget

14
2. Penelitian tentang pusat-pusat minat pada berbagai tingkat usia. Penemuan
tentang pusat-pusat minat yang lebih terinci dijadikan dasar penyusunan
sekuens kurikulum.
Kempat, kritik terhadap model desain kurikulum ini dikatakan tidak dapat
dilakuakan oleh guru biasa. Kurikulum ini menuntut guru ahli general education
plus ahli psikologi perkembangan dan human relation. model desain sulit
menemukan buku-buku sumber, karena buku yang ada disusun berdasarkan
subject atau disiplene design. kesulitan lain adalah apabila peserta didik akan
melanjutkan studi keperguruan tinggi, sebab diperguruan tinggi digunakan model
subject atau disiplene design.

D. Prinsip Desain Kurikulum


Yang dimaksud desain adalah rancangan, pola, atau model. Mendesain
kurikulum berarti menyusun rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai
dengan misi dan visi sekolah. Tugas dan peran seorang desainer kurikulum, sama
seperti seorang arsitek. Sebelum menentukan bahan dan cara mengkontruksi
bangunan terlebih dahulu seorang arsitek harus merancang model bangunan yang
akan dibangun.
Fred Percival dan Henry Ellington (1984) mengemukakan bahwa desain
kurikulum adalah pengembangan proses perencanaan, validasi, implementasi, dan
evaluasi kurikulum. Selanjutnya, Saylor mengajukan delapan prinsip sebagai acuan
dalam desain kurikulum. Prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut.
1.      Desain kurikulum harus memudahkan dan mendorong seleksi serta
pengembangan semua jenis pengalaman belajar yang esensial bagi pencapaian
prestasi belajar, sesuai dengan hasil yang diharapkan.
2.      Desain memuat berbagai pengalaman belajar yang bermakna dalam rangka
merealisasikan tujuan-tujuan pendidikan, khususnya bagi kelompok siswa yang
belajar dengan bimbingan guru.

15
3.      Desain harus memungkinkan dan menyediakan peluang bagi guru untuk
menggunakan prinsip-prinsip belajar dalam memilih, membimbing, dan
mengembangkan berbagai kegiatan belajar di sekolah.
4.      Desain harus memungkinkan guru untuk menyesuaikan pengalaman dengan
kebutuhan, kapasitas, dan tingkat kematangan siswa.
5.      Desain harus mendorong guru mempertimbangkan berbagai pengalaman belajar
anak yang diperoleh di luar sekolah dan mengaitkannya dengan kegiatan belajar di
sekolah.
6.      Desain harus menyediakan pengalaman belajar yang berkesinambungan, agar
kegiatan belajar siswa berkembang sejalan dengan pengalaman terdahulu dan terus
berlanjut pada pengalaman berikutnya.
7.      Kurikulum harus didesain agar dapat membantu siswa mengembangkan watak,
kepribadian, pengalaman, dan nilai-nilai demokrasi yang menjiwai kultur dan,
8.      Desain kurikulum harus realistis, layak, dan dapat diterima.
Jadi, desain kurikulum dapat didefinisikan sebagai rencana atau komponen dari
unsur-unsur kurikulum yang tersiri dari tujuan, isi, pengalaman belajar, dan evaluasi.
Penyusunan desain kurikulum terbagi menjadi dua dimensi yaitu, dimensi horisontal
dan vertikal. Dimensi horisontal berkenaan dengan penyusunan dari lingkup isi
kurikulum. Susunan lingkup ini sering diintegrasikan dengan proses belajar dan
mengajarnya. Sedangkan dimensi vertikal menyangkut penyusunan sekuens, bahan
berdasarkan urutan tingkat kesukaran. Bahan tersusun mulai dari yang mudah,
kemudian menuju pada yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar diteruskan
dengan yang lanjutan.

16
BAB III

KESIMPULAN

Kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yakni dari kata curir artinya pelari.


Kata Curere  artinya tempat berpacu. Desain kurikulum menyangkut pola
pengorganisasian unsur-unsur atau komponen kurikulum. Penyusunan desain
kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi, yaitu dimensi horizontal dan vertical.

Model design curriculum ini mempunyai beberapa kelebihan dan kekerungan.


Beberapa kelebihan dari model desain kurikulum ini adalah: 1) mudah disusun,
dilaksanakan, dievaluasi, dan disempurnakan, 2) para pengajarnya tidak perlu
dipersiapkan khusus, asal menguasai ilmu atau bahan yang akan diajarkan sering
dipandang sudah dapat menyampaikanya.

Fred Percival dan Henry Ellington (1984) mengemukakan bahwa desain


kurikulum adalah pengembangan proses perencanaan, validasi, implementasi, dan
evaluasi kurikulum. Selanjutnya, Saylor mengajukan delapan prinsip sebagai acuan
dalam desain kurikulum.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://sunthreetraveller.blogspot.co.id/2017/03/bab-i-pendahuluan-a.html.

Nana sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Sinar Baru


Algesindo, 2009).

Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT


Remaja Rosda Karya, 2007), 193.

Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan,...193.

Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Remaja


Rosdakarya, 2006), hlm. 96.

Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata. 2016. Pengembangan Kurikulum Teori


dan Praktik. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada


Media Group), 63.

18

Anda mungkin juga menyukai