Anda di halaman 1dari 34

Tugas Kelompok

Pengembangan Kurikulum: Rekonstruksi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran


pada Materi Pendidikan Agama Islam Kelas VIIKurikulum 2013

Diajukan untuk memenuhi mata kuliah


“Pengembangan Kurikulum PAI”
Dosen pengampu: Heni listiana, M.Pd.I
Di Susun oleh kelompok II
NURHALIMA DEWITAWATI
WILLIAM NINGKUTSI
EMIL MUSTOFA

JURUSAN TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PAMEKASAN
2016

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahnya makalah ini dapat hadir ditengah-tengah kita pada waktu yang telah
ditentukan. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi
Muhammad SAW serta pada pengikutnya sampai akhir zaman.
Ucapan terimakasih kami kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan
tugas kelompok ini, utamanya kepada bapak dosen pengampu yang telah membimbing. Juga
terimakasih kepada teman-teman yang telah memberikan bantuan baik secara pemikiran dan
lainnya.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengembangan Kurikulum
PAI di STAIN Pamekasan. Tentunya di dalamnya masih banyak kekurangan atau sesuatu
yang perlu disempurnakan, baik dari segi susunan kalimatnya atau dari segi rujukannya yang
terlalu sedikit.
Oleh karena itu, kepada pembaca sekalian khususnya dosen, kritik dan saran yang
sifatnya membangun selalu diharapkan. Penulis berharap semoga keberadaan makalah ini
memberikan manfaat kepada kita semua. Amin..... ya robbal alamin...

Pamekasan, 29/04/2016

Kelompok II

2
DAFTAR ISI

SAMPUL ………………………………………………………….. 1
Kata Pengantar ........................................................................................ 2
Daftar isi ........................................................................................... 3
BAB 1 Hakikat Kurikulum
A. Pengertian Kurikulum .................................................. 4
B. Kedudukan Kurikulum dalam Pendidikan ................... 4
C. Fungsi dan Peranan Kurikulum ................................... 5
D. Komponen Kurikulum.................................................. 8

BAB II Konsep Pengembangan Kurikulum


A. Urgensi pengembangan Kurikulum............................... 10
B. Dasar Pengembangan Kurikulum.................................. 11

BAB III Landasan Pengembangan Kurikulum


A. Landasan Filosofis........................................................ 16
B. Landasan Psikologis...................................................... 18
C. Landasan Sosial Budaya................................................ 21
D. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi .............. 22

BAB IV Prinsip-prinsip Pengembangan Kurikulum


A. Prinsip Relevansi.......................................................... 25
B. Prinsip Kontinuitas........................................................ 26
C. Prinsip Praktis dan Efisiensi ......................................... 27
D. Prinsip Efektivitas......................................................... 27
BAB V Silabus
A. Pengertian Silabus.............................................................. 28
B. Fungsi Silabus....................................................................
C. Prinsip-prinsip Pengembangan Silabus PAI/BKI...............

BAB VI Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


A. Pengertian RPP................................................................. 29
B. Fungsi RPP....................................................................... 29
3
BAB I

A. Pengertian kurikulum
Kurikulum secara etimologi berasal dari bahasa latin “curiculum” yang berarti
sama dengan “racecourse” (gelanggang perlombaan). Selain itu, kata “curriculum”
terdapat dalam bentuk kata kerja dengan istilah “curere” yang mengandung arti
“menjalankan perlombaan”.
Kurikulum secara terminologi digunakan dalam berbagai versi. Zais
menggunakan istilah kurikulum untuk menunjukkan dua hal yang disebut sebagai:
1. Rencana pendidikan untuk siswa (a plan for the education of leaners)
2. Lapangan studi (a field of studi)
Kurikulum sebagai rencana pendidikan untuk siswa disebut sebagai kurikulum
sekolah. Adapun kurikulum sebagai lapangan studi oleh para ahli diberi batasan
sebagai berikut:
a. Studi yang berhubungan dengan struktur substantif dari setiap mata pelajaran.
b. prosedur penyelidikan praksis-praksis yang berhubungan dengan struktur sintaksis
(kurikulum).
Menurut S. Nasution dalam bukunya yang berjudul “ Asas-asas Kurikulum”
kurikulum dalam arti tradisional merupakan sejumlah mata pelajaran atau bahan ajar
yang harus dikuasai oleh murid atau diajarkan oleh guru untuk mencapai suatu
tingkatan atau ijazah. Kurikulum dalam arti modern merupakan segala upaya sekolah
untuk merangsang anak belajar apakah diruangan kelas, di halaman, dan di luar
sekolah.
Menurut Tyler kurikulum ialah semua kegiatan pembelajaran siswa yang
direncanakan dan diarahkan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan kurikulum merupakan suatu rancangan sekolah yang
dipergunakan oleh pendidik (guru) pada peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan.1
B. Kedudukan kurikulum dalam pendidikan
Kurikulum pada dasarnya memiliki kedudukan sentral dalam semua proses
pendidikan. Hal ini berarati kurikulum merupakan sesuatu yang sangat strategis untuk
mengendalikan jalannya proses pendidikan. Kurikulum menjadi tempat semua

1
Lias Hasibuan, Kurikulum & Pemikiran Pendidikan (Jakarta: CP Bulan Bintang Press, 2010), hlm. 1-6

4
kebijakan-kebijakan pendidikan yang dilakukan oleh pihak manajemen sekolah atau
pemerintah. Posisi kurikulum yang sentral dapat dicontohkan seperti posisi
pemerintah pusat ditengah-tengah pemerintah daerah dalam suatu wilayah Negara
Kesatuan.
Posisi sentral kurikulum dalam proses pendidikan dapat dilihat dari posisi
kurikulum dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. Dalam posisi ini kurikulum
dapat disebut kontrak kerja untuk transaksi pendidikan yang berlangsung diruang
kelas. Sebagai kontrak kerja, atau suatu transaksi pendidikan yang dilaksanakan
diruangan kelas, maka kurikulum diibaratkan sebagai sebuah kendaraan (media) yang
dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan.
Selain posisi sentral, kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan
yang memberikan pedoman dan pegangan tentang jenis, lingkup dan urutan isi serta
proses pendidikan.2
C. Fungsi Dan Peranan Kurikulum
Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk membantu peserta
didik mengembangkan pribadinya kearah tujuan pendidikan. Kurikulum sangat
mempengaruhi segala aspek peserta didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta
prasarana. Kurikulum bagi program belajar siswa disusun secara sistematis dan logis,
diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan pendidikan. Kurikulum memiliki
beberapa fungsi antara lain:
1. Fungsi kurikulum dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan
Kurikulum pada suatu sekolah merupakan suatu alat atau usaha mencapai tujuan-
tujuan pendidikan yang diinginkan sekolah tertentu yang dianggap cukup tepat
dan krusial untuk dicapai. Sehingga, salah satu langkah yang perlu dilakukan
adalah meninjau kembali tujuan yang selama ini digunakan oleh sekolah
bersangkutan. Di Indonesia terdapat empat tujuan utama pendidikan yaitu:
 Tujuan nasional
 Tujuan institusional
 Tujuan kurikuler
 Tujuan intruksional
2. Fungsi kurikulum bagi sekolah

2
Ibid hlm. 20-22

5
Fungsi kurikulum bagi kepala sekolah merupakan pedoman untuk mengatur dan
membimbing kegiatan sehari-hari di sekolah baik kegiatan intrakurikuler,
ekstrakurikuler maupun kokurikuler. Bagi kepala sekolah, kurikulum juga
dijadikan sebagai barometer keberhasilan program pendidikan yang dilaksanakan.
3. Fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan
Fungsi kurikulum bagi setiap jenjang pendidikan ialah:
 Fungsi kesinambungan, yaitu sekolah pada tingkat yang lebih atas harus
mengetahui dan memahami kurikulum sekolah yang dibawahnya.
 Fungsi penyiapan tenaga, yaitu bilamana sekolah tertentu diberi wewenang
mempersiapkan tenaga-tenaga terampil, baik mengenai kemampuan akademik,
kecakapan atau keterampilan, kepribadian maupun hal-hal yang berkaitan
dengan kehidupan sosial.
4. Fungsi kurikulum bagi guru
Dalam praktik, guru merupakan pelaksana dari kurikulum yang sudah dibuat.
Sehingga, seorang guru harus memahami setiap kurikulum yang ada. Guru juga
harus meningkatkan kompetensinya untuk menunjang keberhasilan kurikulum
seperti penguasan Ilmu Teknologi dan Komunikasi (IPTEK).

5. Fungsi kurikulum bagi pengawas


Bagi para pengawas, kurikulum berfungsi sebagai pedoman, patokan, atau ukuran
dalam membimbing kegiatan guru di sekolah.
6. Fungsi kurikulum bagi masyarakat
Bagi masyarakat, kurikulum dapat memberikan pencerahan dan perluasan
wawasan pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan. Masyarakat yang cerdas
dan dinamis akan selalu memberikan bantuan, baik moral maupun materi dalam
pelaksanaan kurikulum di sekolah dan memberikan saran atau masukan bagi
kelangsungan dan kesempurnaan kurikulum.
7. Fungsi kurikulum bagi pemakai lulusan
Instansi atau perusahaan mempergunakan tenaga kerja lulusan suatu lembaga
pendidikan untuk meningkatkan hasil produktivitasnya. Sehingga, studi kurikulum
akan banyak membantu pemakai lulusan dalam menyeleksi calon tenaga kerja

6
yang andal, energik, disiplin, bertanggung jawab, jujur, ulet, tepat dan
berkualitas.3
Selain ketujuh fungsi diatas, kurikulum juga memiliki fungsi bagi siswa
sebagai subjek didik yaitu:
a. Fungsi penyesuaian
Fungsi penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted
yaitu mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik fisik maupun sosial.
b. Fungsi integrasi
Fungsi integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa merupakan anggota
dan bagian integral dari masyarakat.
c. Fungsi diferensiasi
Fungsi diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.
d. Fungsi persiapan
Fungsi persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang yang
lebih tinggi.
e. Fungsi pemilihan
Fungsi pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-
progam belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
f. Fungsi diagnostic
Fungsi diagnotis mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan
menerima kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.4
Peranan kurikulum dalam pendidikan yang dinilai sangat pokok dan krusial
ada tiga yaitu:
 Peranan konservatif
Berperan sebagai mentransmisikan dan menafsirkan warisan sosial kepada anak
didik atau generasi muda.

3
Zainal Arifin, Konsep dan Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012 ) hlm. 12-17
4
Toto Ruhimat. R. Ibrahim dkk, Kurikulum dan Pembelajaran (Bandung: Rajawali pers, 2010) hlm 9-10

7
 Peranan kritis dan evaluatif
Berperan sebagai kontrol sosial terhadap perubahan kebudayaan yang bertambah.
 Peranan kreatif
Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti
menciptakan dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa
sekarang dan masa yang akan datang di masyarakat.5
D. Komponen-Komponen Kurikulum
Komponen adalah bagian yang integral dan fungsional yang tidak terpisahkan
dari suatu sistem kurikulum karena komponen itu sendiri mempunyai peranan dalam
pembentukan sistem kurikulum.Sebagai sebuah sistem, kurikulum mempunyai
komponen-komponen yang lengkap dan fungsional.
Komponen-komponen kurikulum dari suatu sekolah dapat diidentifikasi secara
mudah dengan mengkaji buku atau dokumen kurikulum itu sendiri. Kurikulum antar
sekolah bisa berbeda sesuai dengan penafsiran komponen kurikulum. Perbedaan
dalam menentukan komponen kurikulum dapat mengakibatkan komponen kurikulum
meluas atau tetap pada prinsip pokoknya.
Pada prinsipnya komponen kurikulum terdiri dari empat macam komponen
yaitu: tujuan, materi, metode dan evaluasi.
 Komponen tujuan
Komponen tujuan adalah komponen kurikulum yang menjadi target atau sasaran
yang harus dicapai dari suatu pelaksanaan kurikulum.
 Komponen materi
Komponen materi adalah komponen yang didesain untuk mencapai komponen
tujuan.
 Komponen metode
Komponen metode dapat dibagi menjadi dua bagian yang dikenal dengan
komponen metode dalam pengertian luas dan komponen metode dalam
pengertian sempit. Komponen metode dalam pengertian luas berarti bagaimana
membangun nilai, pengetahuan, pengalaman dan keterampilan pada diri anak.
Dalam pengertian sempit metode adalah cara yang digunakan dalam mengajar
seperti ceramah, diskusi dll.
 Komponen evaluasi

5
Abdullah Idi, Pengembangan Kurikulum (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2010) hlm. 217-219

8
Komponen evaluasi adalah komponen kurikulum yang dapat diperbandingkan.
Komponen evaluasi harus benar-benar difungsikan karena perannya. Fungsi
evaluasi adalah untuk mengukur berhasil atau tidaknya pelaksanaan kurikulum.
Memfungsikan evaluasi berarti melakukan seleksi terhadap siapa yang berhak
untuk diluluskan dan siapa yang belum berhak untuk tidak diluluskan.6

6
Nana, Shaodi Sukmadinata, Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi (Bandung: PT. Refika aditama, 2012)
hlm. 31-33

9
BAB II

A. PERLUNYA MENGEMBANGAN KURIKULUM


Kurikulum penting untuk dievaluasi dan di kembangkan secara baik dan
berkelanjutan, yang memacu para pelaksana kurikulum di sekolah yang siap pakai, aktif, dan
kreatif serta mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi lembaga pendidikan yang
ada didalamnya. Untuk mencapai hal itu maka tentu diperlukan suatu sistem kurikulum yang
efektif dan efisien dalam setip program kegiatan pendidikan. Evaluasi pendidikan yang di
lakukan diharapkan berlandaskan pada kebutuhan esensial lembaga pendidikan tertentudan
kebutuhan masyarakat.
Evaluasi Kurikulum memengang peranan penting baik dalam penentuan
kebijaksanaan pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan dalam
kurikulum. Hasil-hasil evaluasi kurikulum dapat di gunakan oleh para pemengang
kebijaksanaan pendidikan dan para pengembangan kurikulum memilih dan menetapkan
kebijakaan sistem pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-
hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah, dan para
pelaksana pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembngang siswa,
memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian, serta
fasilitas pendidikan lainnya.7
Adanya rancangan atau kurikulum formal dantertulis merupakan ciri utama
pendidikan di sekolah. Dengan kata lain kurikulum merupakan syarat mutlak bagi pendidikan
disekolah. Kalau kurikulum merupakan syaratmutlak hal itu berarti bahwa kurikulum
merupakan banggian yamg tak terpisahkan dari pendidikan atau pengajaran. Dapat kita
banyangkan, bagaimana bentuk sesuatu pelaksanaan pendidikan atau pengajaran,yang tidak
memiliki kurikulum.
Setiap peraktik pendidikan diarahkan pada pencapaian tujuan-tujuan tertentu,
apakah berkenaan dengan pengusaan pengetahuan,pengembangan pribadi,kemampuan sosial,
ataupun kemampuan bekerja. Untuk menyampaikan bahan penlajaran, ataupun
mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut diperlukan metode penyampain serta
alat-alat bantu tertentu. Untuk menilai hasil dan proses pendidikan, juga memerlukan cara-
cara dan alat-alat penilaian tertentu pula. Keempat hal tersebut, yaitu tujuan,bahan

77
Mohammad Zaini, Pengembangan Kurikulum, (Yogyakarta: Penerbit Teras, 2009), hal. 144

10
ajar,metode-alat,dan penilaian merupakan komponen-komponen utama kurikulum. Dengan
berpedoman pada kurikulum, interaksi pendidikan antara guru dan siswa berlangsung.
Interaksi ini berlangsung pada ruang yang hampa, tetapi selalu dalam lingkungan tertentu,
yang mengcangkup antara lain lingkungan, fisik ,alam, sosial budaya, ekonomi, poltik, dan
religi.
Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan.
Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktivitas pendidikan demi tercapainya tujuan tujuan
pendidikan. Menurut Mauritz Johson (1970,hlm.130) kurikulum “prescribes(or at least
anticipates) the result of instruction”. Kurikulum juga merupakan suatu rencana pendidikan,
memberikan pedoman dan pengangan tentang jenis, lingkup, dan urutan isi, serta proses
pendidikan. Di samping kedua fungsi itu, kurikulum juga merupakan suatu bidang studi,
yang di tekuni oleh para ahli atau spesialis kurikulum, yang menjadi sumber konsep-konsep
atau memberikan landasan-landasan teoretis bagi pengembangan kurikulum berbagai institusi
pendidikan.8

Sebuah bagunan gedungan yang tinggi tentu membutuhkan landasan atau


fondasi yang kuat agar dapat berdiri tegak,kokoh, dan tahan lama. Apabila bagunan
tersebut tidak memiliki fondasi yang kokoh maka akan cepat ambruk dan hancur. Hal
ini juga berlaku dalam pengembangan kurikulum. Apabila landasan atauafondasi
pendidikan/kurikulum lemah dan tidak kokoh maka yang dipertaruhkan adalah
manusianya (peserta didik). Landasan pengembangan kurikulum pada hakikatnya
merupakan faktor-faktor yang hrus di perhatikan dan di pertimbangkan pada waktu
mengembangkan suatu kurikulum lembaga pendidikan, baik di lingkungan sekolah
maupun luar sekolah.
Menurut salah seoarang ahli kurikulum yang bernama Robert S. Zais (1976),
suatu kurikulum yang komponen-komponennya terdiri atas tujuan
(aims,goals,objectives), isi/bahan (content), aktivitas belajar (learning activities), dan
evaluasi (evaluation), agar memiliki tingkat relevansi dan fleksibelitas yang tinggi perlu
ditopang oleh lima landasan. Landasan utama dari kurikulum tersebut yaitu landasan
filosofis ( philosopical assumption ), sedangkan landasan yang lainnya adalah hakikat
ilmu pengetahuan (epistemologi), masyarakat dan keudayaan (society and cuture),

8
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum dan peraktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya),
hlm 3

11
individu/ peserta didik (the individual), dan teori-teori belajar (learning theory). Untuk
lebih jelas pemahaman anda, berikut ini di uraikan ketiga aspek pokok yang menjadi
landasan dalam mengembangkan suatu kurikulum.
 Landasan Filosofis
Landasan filosofis mengacu pada pentingnya filsafat dalam melaksanakan,
membina, dan mengembangkan kurikulum disekolah. Dalam pengertian umum,fisafat
adalah cara berpikir radikal, menyeluruh, dan mendalam (scocrates) atau suatu cara
berpikir yang mengupas sesuatu yang sedalam-dalamnya. Plato menyebut filsafat
sebagai ilmu pengetahuan tentang kebenaran. Filsafat berupaya mengkaji beberapa
permsalahan yang dihadapi manusia, termasuk masalah pendidikan. Filsafat pendidikan
pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan
masalah pendidikan. Menurut Mudiyahardjo (1989), terdapat tiga sistem pemikiran
filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada
umumnya,dan pendidikan diindonesian pada khususnya. Ketiga sistem filsafat tersebut,
yaitu idealisme, realisme, pragmatisme.
Tujuan pendidikan disuatu negara akan berbeda dengan pendidikan dinegara
lainnya, disusuaikan dengan falsafah yang di anut oleh negara-negara tersebut. Tujuan
pendidikan pada dasarnya merupakan rumusan komprehensif mengenai apa yang
seharusnya dicapai. Tujuan ini memuat peryataan-peryataan mengenai berbagai
kemampuan yang diharapkan ,dapat dimiliki oleh siswa yang selaras oleh sistem
nilaifilsafat yang dianut.
Tujuan pendidikan nasional di indonesia bersumber pada pandangan dan
sumber hidup manusia diindonesia. Hal ini telah diwujudkan dalam rumusan tujuan
pendidikan nasiaonal seperti yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 2 Tahun
1989 tentang sistem pendidikan Nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan kehidupan Indonesia seutuhnya, hhaitu manusia yang beriman
bertaqwa terhadapTuhan yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki
pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sebagai implikasi bagi para pelaksana pendidikan, terutama bagi guru dan
kepala sekolah, dalam melaksanakan, membina, dan mengembangkan kurikulum di
sekolah maka nilai-nilai yang terkandung dalam rumusan tujuan pendidikan nasional
tersebut harus menjadi acuan yang mendasar dalam mewujudkan praktik pendidikan
disekolah sehingga menghasilkan siswa yang beriman, berilmu dan beramal dalam
12
kondisi serasi, selaras dan seimbang. Disinilahpentingnya filsafat sebagai pandangan
hidup manusia dalam hubungannya dengan pendidikan.
Bagaimana kaitan antara filsafat pendidikan dengan kurikulum. Kurikulum
pada hakikatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena tujuan
pendidikan itu sangat diwarnai oleh falsafah/pandangan hidup yang dianut suatu bangsa
maka kurikulum yang dikembangkan juga akan mencerminkan falsafah/pandangan
hidup tersebut. Hal ini, sudah jelas menunjukkan adanya keterkaitan yang sangat erat
antara kurikulum pendidikan di suatu negara dengan filsafat negara yang dianutnya.
Bila suatu negara mengalami perubahan dalam hal pandangan hidupnya maka hal ini
juga secara langsung mempengaruhi kurikulum yang ada.
Pengembangan suatu kurikulum, walaupun pada tahap awal sangat diwarnai
oleh filsafat dan ideologi negara, namun menuntut untuk senantiasa diperbaiki,
diperbarui, dan disempurnakan susuai dengan tuntutan dan kebutuhan karena
kurikulum itu sifatnya hipotesis. Maksudnya, kurikulum menentukan manusia hari esok
(masa depan) pada hari ini berdasarkan pengalaman masa lalu.

 Landasan Psikologis
Pendidikan berkaitan dengan prilaku manusia. Dalam proses pendidikan
terjadi interaksi antara siswa dengan lingkungannya baik itu bersifat fisik maupun
lingkungan sosial. Melalui pendidikan diharapkan danya perubahan prilaku siswa
menuju kedewasaan, baik fisik, mental/intelektual, moral mauapun sosial. Namun
demikian perlu juga diingatkan bahwa tidak semua perubahan perilaku siswa mutlak
sebagai akibat investasi dari progam pendidikan,karena ada juga perubahan tersebut
dipengaruhi oleh kemantangan siswa itu sendiri atau pengaruh dari lingkungan di luar
program pendidikan itu sendiri. Melalui kurikulum diharapkan dapat terbentuk prilaku
/tingkah laku baru berupa kemampuan-kemampuan aktual dan potensi dari siswa itu
sendiri.
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia,sedangkan
kurikulum adalah upaya menentukan progam pendidikan untuk mengubah prilaku. oleh
karna itu, pengembangan kurikulum harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam
menentukan apa dan bagaiamana prilaku itu arus dikembangkan. Siswa adalah individu
yang sedang berada dalam proses perkembangan ,seperti pekembangan fisik/jasmani,
intelektual sosial,emosional, serta moral. Tugas utama seorang Guru adalah
mengoptimalkan perkembangan siswa.Sebenarnya dengan tanpa pendidikan anak tetap
13
akan berkembang, tetapi dengan proses pendidikan diharapakan perkembangan anak
tersebut akan lebih optimal. Apa yang didikkan dan bagaimana cara mendidiknya
sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangan anak.
Dari uraian tersebut tampak adanya dua cabang psikologi yang sangat penting
diperhatikan di dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi perkembangan dan
psikologi belajar. Psikologi belajar berkenaan atau memberikan sumbangan bagi
kurikulum dalam hal bagaimana kurikulum itu diberikan kepada siswa dan bagaimana
pula siswa harus mempelajarinya. Psikologi perkembangan di perlukan terutama dalam
menentukan isi kurikulum yang diberikan kepada siswa agar tingkat keluasan dan
kedalaman materi/bahan ajar sesuai dengan taraf perkembangan siswa.9

 Landasan Sosiologis
Landasan sosiologis mengarahkan kajian mengenai kurikulum yang dikaitkan
dengan masyarakat, kebudayaan, dan perkemgan ilmu pengetahuan.ketiga hal tersebut
pada hakikatmya merupakan landasan yang sangat mempengaruhi penetapatan isi
kurikulum.
1. Kurikulum dan Masyarakat
Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang terorganisasi yang
berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengankelompok atau
masyarakat lainnya.
Kurikulum sebagai program atau rancangan pendidikan gharus dapat
menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat, bukan hanya dari segi isi
programnya tetapi juga darisegi pendekatan dan strategi pelaksanaanya. Oleh
karna itu guru sebagai pelaksana kurikulum dituntut untuk lebih peka
mengantisipasi perkembangan masyarakat agar apa yang diberikan kepada
siswa relevan dan berguna bagi kehidupannya di masyarakat. Pengembangan
kurikulum yang hanya didasarkan pada kemampuan dasar saja tidakakan
dapat memenuhi kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Pengembangan
kurikulumharus di tekankan pada pengembangan individu yang mencangkup
dengan keterkaitannya dengan lingkungan masyarakat setempat.

2. Kurikulum dan Kebudayaan

9
Rudi Susilana, Perkembangan Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Universitas Terbuka 2010), hlm 2.15

14
Kebudayaan pada dasarnya merupakan pola kelakuan yang secara
umum terdapat dalam suatu masyarakat. Seluruh nilai yang telah disepakati
masyarakat dapat pula disebut dengan keudayaan. Kebudayaan adalah hasil
dari cita, rasa, dan karsa manusia yang diwujudkan dalam tigahal sebagai
berikut:
a) Ide, konsep, gagasan, nilai, normal, dan peraturan. Wujud kebudayaan
ini bersifat absrak dan adanya dalam alam pikiran manusiadan warga
masyarakat ditempat kebudayaan itu berbeda.
b) Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam
bermasyarakat.tindakan ini disebut sistem sosial. Dalam sistem sosial,
aktivitas manusia sifatnya kongkret, bisa dilihat dan observasi.
Tindakan berpola manusia tentu didasarkan oleh wujud kebudayaan
yang pertama.
c) Benda hasil karya manusia.wujud kebudayaan yang ketiga ini ialah
seluruh fisik perbuatan atau hasil karya manusia di masyarakat.

3. Kurikulum dan Pengembangan Iptek


Ilmu pengetauan dan teknologi atau (iptek) pada hakikatnya adalah
hasil kebudayaan manusia. Ilmu dan teknologitidak bisa dipisahkan
mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapakan siswa menghadapi
masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat terutama
perubahan dalam ilmu pengetahuan dan eknologi maka perkembangan
kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi .

15
BAB III

A. Landasan pengembangan filosofis


Kata filsafat bersal dari bahasa Yunani kuno, yaitu dari kata “philos” dan
“sophia”. Philos, artinya cinta yang mendalam, dan sophia adalah kebaikan atau
kebenaran. Menurut asal katanya, filsafat berarti cinta akan kebenaran. Dengan
demikian, filsuf secara harfiah adalah orang yang cinta akan kebenaran, berusaha untuk
mendapatkannya, memusatkan perhatian padanya, dan menciptakan hal positif
terhadapnya.10
Pendidikan berintikan interaksi antar manusia, terutama antara pendidik dan
peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Di dalam interaksi tersebut terlibat isi
yang diinteraksikan serta bagaimana interaksi tersebut berlangsung. Apakah yang
menjadi tujuan pendidikan, siapa pendidik dan peserta didik, apa isi pendidikan dan
bagaimana proses interaksi pendidikan tersebut, merupakan pertanyaan-pertanyaan
yang membutuhkan jawaban yang mendasar, yang esensial yaitu jawaban-jawaban
filosofis. Sering dikatakan dan sudah menjadi terkenal dalam dunia keilmuan bahwa
filsafat merupakan ibu dari segala ilmu, pada hakikatnya filsafat jugalah yang
menentukan tujuan umum pendidikan.

Pengembangan kurikulum membutuhkan filsafat sebagai landasan berfikir.


Kajian-kajian filosofis tentang kurikulum akan berupaya menjawab permasalahan-
permasalahan sekitar bagaimana seharusnya tujuan pendidikan itu dirumuskan, isi atau
materi pendidikan yang bagaimana yang seharusnya disajikan kepada peserta didik,
metode apa yang seharusnya digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, dan
bagaimana peranan yang seharusnya dilakukan pendidik dan peserta didik.
Jawaban atas permasalahan – permasalahan tersebut akan sangat bergantung pada
landasan filsafat mana yang digunakan sebagai asumsi atau sebagai titik tolak
pengembangan kurikulum. Landasan filsafat tertentu beserta konsep-konsepnya yang
meliputi konsep metafisika, epistemologi, logika, dan aksiologi berimplikasi terhadap
konsep-konsep pendidikan yang meliputi rumusan tujuan pendidikan, isi pendidikan,
metode pendidikan, peran pendidik dan peserta didik.11 Konsep metafisika berimplikasi

10
Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana Media Group, 2008), hlm.42
11
Zainal Arifin, Konsep dan Modul Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014),
hlm.49

16
terhadap perumusan tujuan pendidikan terutama tujuan umum pendidikan yang
rumusannya ideal dan umum, konsep hakikat manusia berimplikasi khususnya terhadap
peranan pendidik dan peserta didik, konsep hakikat pengetahuan berimplikasi terhadap
isi dan metode pendidikan, dan konsep aksiologi berimplikasi terutama terhadap
perumusan tujuan umum pendidikan. Keberadan aliran-aliran filsafat dalam
pengembangan kurikulum di Indonesia dapat digunakan sebagai acuan, akan tetapi
hendaknya dipertimbangkan dan dikaji terlebih dahulu kesesuaiannya dengan nilai-nilai
falsafah hidup bangsa Indonesia, karena tidak semua konsep aliran filsafat dapat
diadopsi dan diterapkan dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Adapun cabang-cabang filsafat khusus atau terapan, pembagiannya didasarkan
pada kekhususan objeknya antara lain: filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat ilmu,
filsafat religi, filsafat moral, dan filsafat pedidikan. Diantara aliran-aliran tersebut yaitu:
1) Aliran Progresevisme dan Pragmatisme.
Aliran progresevisme mengakui dan berusaha mengembangkan asasnya dalam
semua realita kehidupan, dengan tujuan agar semua manusia dapat bertahan
menghadapi semua tantangan hidup. Sedangkan menurut aliran pragmatisme, suatu
keterangan itu baru dikatakan benar jika sesuai dengan realita, atau suatu keterangan
akan dikatakan benar kalau sesuai dengan kenyataannya.
2) Aliran Esensialisme.
Aliran ini didasarkan oleh nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal
peradaban manusia. Esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, yang memberikan tata yang jelas.
Nilai-nilai yang dimaksud ialah yang berasal dari kebudayaan dan falsafat yang
korelatif selama empat abad belakangan, yaitu sejak zaman renaissance, sebagai
pangkal timbulnya pandangan esensialisme adat.
3) Aliran rekonstruksionisme.
Rekonstruksionisme adalah aliran yang berusaha merombak tata susuan lama
dengan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern. Pandangan
tentang epistemologi, dan aksiologi yang menjadi dasar bagi pengembangan konsep
kurikulum yaitu, dari segi epistemologi, untuk memahami realita memerlukan asas
tahu, maksudnya kita tidak mungkin memahami realita tanpa terlebih dahulu melalui
proses pengalaman dan hubungan dengan realitas terlebih dahulu melalui penemuan
ilmu pengetahuan. Sedangkan dari segi aksiologinya, bahwa dalam proses interaksi

17
sesama manusia diperlukan nilai-nilai. Begitu juga dalam hubungan manusia dengan
alam semesta, prosesnya tidak mungkin dilakukan dengan sikap netral.
4) Aliran Eksistensialisme.
Eksistensialisme merupakan paham yang berpusat pada manusia individu yang
bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas atau kreatif, seseorang eksistensialis
sadar bahwa kebenaran itu bersifat relative, dan karenanya itu masing – masing
individu bebas menetukan mana yang benar atau salah. Eksistensialisme menekankan
pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna.
5) Aliran Perenialisme.
Perenial berarti “abadi”, aliran ini beranggapan bahwa beberapa gagasan telah
bertahan selama berabad-abad dan masih relevan saat ini seperti pada saat gagasan
tersebut baru ditemukan. Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan,
kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu.
Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari.
Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut, kebenaran
universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke
masa lalu.12

B. Landasan Pengembangan Psikologis


Kurikulum merupakan pedoman bagi guru dalam mengantar anak didik sesuai
dengan harapan dan tujuan pendidikan. Secara psikologis, anak didik memiliki
keunikan dan perbedaan-perbedaan baik perbedaan minat, bakat, maupun potensi yang
dimilikinya sesuai dengan tahapan perkembangannya. Dengan alasan itulah, kurikulum
harus memerhatikan kondisi psikologis perkembangan dan psikologis belajar anak.
Pemahaman tentang anak bagi seorang pengembang kurikulum sangatlah penting.
Kesalahan persepsi atau kedangkalan pemahaman tentang anak, dapat menyebabkan
kesalahan arah dan kesalahan praktik pendidikan.13 Untuk itu, paling tidak dalam
pengembangan kurikulum dapat di perlukan dua landasan psikologis yaitu:
1. Psikologis belajar
Psikologis belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang bagaimana peserta
didik melakukan perbuatan belajar. Namun demikian, secara umum belajar dapat
diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku karena interaksi individu

12
Ibid, hlm.51
13
Ibid, hlm.53

18
dengan lingkungan, perubahan tingkah laku karena insting, kematangan atau
pengaruh zat-zat kimia tidak termasuk perubahan belajar. Psikologi belajar
mempunyai tiga contoh teori:
 Teori disiplin mental
Teori ini sering juga disebut teori daya. Asumsimya adalah setiap manusia
memiliki berbagai daya, seperti daya melihat, meraba, mengingat dan berfikir.
Daya -daya tersebut dapat dilatih atau disiplinkan sehingga dapat berfungsi
atau digunakan untuk berbagai bidang pengetahuan. Menurut Morris L. Bigge
dan Maurice P. Hunt yang mengatakan ada beberapa teori yang termasuk
rumpun disiplin mental:
 Teori disiplin mental theistic
 Teori disiplin mental humanistic
 Teori naturalisme
 Apersepsi atau herbartisme
 Teori Behaviorisme
Belajar pada hakikatnya, adalah pembentukan asosiasi antara kesan yang
ditangkap panca indra dengan kecenderungan untuk bertindak atau hubungan
antara stimulus dan respons(S-R). Dengan demikian, menurut teori ini proses
belajar sangat tergantung pada adanya rangsangan atau stimulus yang muncul
dari luar diri atau yang kita kenal dengan factor lingkungan.
 Teori Gestalt
Teori ini disebut teori lapangan(field theory), asumsinya adalah keseluruhan
lebih bermakna dari pada bagian-bagian. Belajar adalah proses
mengembangkan insight, belajar merupakan perbuatan yang bertujuan,
eksploratif, imajinatif, dan kreatif. Prinsip-prinsip belajar menurut teori gestalt,
antara lain:
 Bahan pelajaran disajikan dalam bentuk masalah yang sesuai dengan
kebutuhan dan minat peserta didik
 Mengutamakan proses untuk memecahkan masalah
 Belajar dimulai dari keseluruhan menuju ke bagian-bagian
 Belajar memerlukan insight atau pemahaman, dan
 Belajar memerlukan reorganisasi pengalaman yang kintinu.
2. Psikologi perkembangan anak

19
Menurut J.P. Chaplin Psikologi perkembangan dapat diartikan sebagai “…that
branch of psychology which studies processes of pra and post natal growth and the
maturation of behavior”. Artinya, psikologi perkembangan merupakan cabang dari
psikologi-psikologi yang mempelajari proses perkembangan individu, baik sebelum
maupun setelah kelahiran berikut kematangan prilaku. Melalui kajian tentang
perkembangan peserta didik diharapkan pendidik dapat berjalan sesuai dengan
karkteristik peserta didik serta kemampuannya, materi atau bahan pelajaran apa saja
yang sesuai dengan umur, bakat serat kemampuan daya tangkap peserta didik begitu
juga dengan cara penyampaiannya dengan berbagai metode yang dapat diterima dan
dilihat dari sisi psikologis tiap peserta didik.
Dikenal ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan individu, yaitu,
pendekatan pentahapan (stage approach), perkembangan individu berjalan melalui
tahap – tahap perkembangan. Setiap tahap perkembangan mempunyai karakteristik
tertentu yang berbeda dengan tahap yang lainnya. Pendekatan diferensial
(differential approach) melihat bahwa individu memiliki persamaan dan perbedaan.
Atas dasar perbedaan dan persamaan tersebut individu dikategorikan dalam
kelompok-kelompok yang berbeda. Seperti pengelompokan atas dasar jenis kelamin,
ras, agama, status sosial-ekonomi dan lain sebagainya. Kedua pendekatan itu
berusaha untuk menarik atau membuat generalisasi yang berlaku untuk semua
individu. Dalam kenyataannya seringkali ditemukan adanya sifat-sifat individual,
yang hanya dimiliki oleh seorang individu dan tidak dimiliki oleh yang lainnya.
Pendekatan yang berusaha melihat karakteristik individu-individu inilah yang
dikelompokan sebagai pendekatan isaptif (ipsative approach).
Banyak ilmuan yang mengadakan penelitian akan tahap-tahap perkembangan
manusia dari segi psikologinya, diantaranya ialah Roussea yang membagi seluruh
masa perkembangan anak atas empat tahap perkembangan.

20
Tahap Usia Keterangan
I (infacy) 0-2 th Tahap perkembangan fisik
II (childhood) 2-12 th Perkembangan manusia primitife
III 12-15 th Perkembangan intelektual dan kemampuan
(pubescence) nalar
IV 15-25 th Masa hidup sebagai manusia yang beradab,
(adolescence) pertumbuhan seksual, sosial, moral, dan
kata hati

Tahap perkembangan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum


sebaiknya bersifat efektif, artinya tidak terpaku pada satu pendapat tentang tahapan
saja, tetapi bersifat luas untuk meramu dari berbagai pendapat yang mempunyai
hubungan yang sangat erat.14

C. Landasan perkembangan Sosiologis


Pendidikan memegang peranan penting dalam proses pembudayaan, sosialisasi,
bahkan rekontruksi sosial. Meskipun seringkali kita menemui kesulitan dalam
menentukan bentuk-bentuk kebudayaan mana yang patut dilestarikan, ke arah mana
proses sosialisasi itu diarahkan, dan lain-lain, namun secara umum peranan yang
dimainkan oleh pendidikan dapat dikenali secara jelas. Timbulnya kesulitan itu karena
memang tidak mudah mengkaji tuntutan masyarakat, oleh sebab adanya dinamika dan
perkembangan, sehingga tuntutannya pun bersifat dinamis dan berkembang pula.
Adanya sifat dinamis, berkembangnya tuntutan, dan kekhasan masyarakat dalam
kehidupan dan penghidupan ini dipengaruhi oleh berbagai factor, diantaranya adalah
budaya, dan lingkungan alami. Oleh karena itu, agar pendidikan dapat memberikan
bekal yang berarti bagi masyarakat, maka kurikulum yang merupakan rencana belajar,
perlu menjadikan tuntutan dan kebutuhan masyarakat sebagai salah satu landasan
dalam penyusunannya.
Landasan sosiologis kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi
yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. Anak-anak berasal dari
masyarakat, mendapat pendidikan baik informal, formal, maupun nonformal dalam

14
Lias Hasibuan, Kurikulum dan Pemikiran Pendidikan, (Jakarta: CP Press, 2010), hlm.56

21
lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan
bermasyarakat.
Menurut Daud Yusuf, terdapat tiga sumber nilai yang ada dalam masyarakat
untuk dikembangkan melalui proses pendidikan, yaitu: logika, adalah aspek
pengetahuan dan penalaran, estetika berkaitan dengan aspek emosi atau perasaan, dan
etika berkaitan dengan aspek nilai atau norma-norma yang ada dalam masyarakat. Ilmu
pengetahuan dan kebudayaan adalah nilai-nilai yang bersumber pada logika. Sebagai
akibat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada hakikatnya adalah hasil
kebudayaan manusia, maka kehidupan manusia semakin luas, semakin meningkat
sehingga tuntutan hidup pun semakin tinggi.
Daud Yusuf mendefinisikan kebudayaan sebagai segenap perwujudan dan
keseluruhan hasil pikiran (logika), kemauan (etika), serta perasaan (estetika) manusia,
dalam rangka perkembangan kepribadian manusia, perkembangan hubungan dengan
manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan tuhannya. Ada faktor yang
mendasari bahwa kebudayaan merupakan bagian penting dalam pengembangan
kurikulum dengan pertimbangan :
a. Individu lahir tidak berbudaya, baik hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan,
keterampilan, dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu melalui interaksi
dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan sekolah. Oleh karena
itu sekolah mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para
peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.
b. Kurikulum pada dasarnya harus mengakomodasikan aspek-aspek sosial dan budaya.
Aspek sosiologis ialah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang
sangat beragam, aspek budayanya yaitu kurikulum sebagai alat harus berimplikasi
untuk mencapai tujuan pendidikan yang bermuatan kebudayaan yang bersifat umum
seperti : nilai-nilai, sikap-sikap, pengetahuan, dan kecakapan.15
D. Landasan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Komunikasi
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah produk dari kebudayaan. Kebudayaan
manusia yang terkait dengan ilmu dan teknologi pada saat ini telah mencapai tingkatan
yang sangat tinggi. Kemajuan ilmu dan teknologi sudah hampir ketaraf yang dikatakan
sebagi eksplosi (ledakan). Bila semua hasil temuan manusia sebagai kebudayaan ini
harus disampaikan kepada anak didik dalam waktu yang terbatas di sekolah, tidaklah

15
Ibid, hlm.58

22
mungkin semuanya dapat dilakukan. Oleh karena itu patut disampaikan kepada anak
didik di sekolah, sehingga kurikulum sekolah dapat mengantarkan anak didik untuk
memperoleh ilmu pengetahuan yang paling mendasar untuk didimiliki sebagai bekal
hidup.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa
warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan
pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial,
ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran
dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal. Selain itu, dalam
abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui
belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan
keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga
diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi
untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses,
memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif
terhadap ketidak pastian. Pengaruh langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi adalah memberikan isi atau materi atau bahan yang akan disampaikan dalam
pendidikan. Pengaruh tak langsung adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknolgi menyebabkan perkembangan masyarakat, dan perkembangan masyarakat
menimbulkan problem baru yang menuntut pemecahan dengan pengetahuan,
kemampuan, keterampilan baru yang dikembangkan dalam pendidikan.
Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan
temuan-temuan baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan
sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu bangsa atau kelompok
tertentu. Baik secara langsung maupun tidak langsung perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan.
Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan
pendidikan. Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alat-alat dan
bahan yang secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan
sekaligus menuntut sumber daya manusia yang handal untuk mengaplikasikannya.
Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program
pendidikan, apalagi disaat perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin
canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang memadai dari
23
para guru dan pelaksana program pendidikan lainnya. Mengingat pendidikan
merupakan upaya menyiapkan siswa menghadapi masa depan dan perubahan
masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu
pengetahuan dan teknologi16.

16
Mohammad Ali, Pengembangan Kurikulum di Sekolah, (Bandung: Sinar Baru, 2004), hlm.67

24
BAB IV

A.Prinsip Relevansi

Kurikulum merupakan rel-nya pendidikan untuk siswa agar dapat hidup


sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat serta membekali siswa baik dalam
bidang pengetahuan, sikap maupun keterampilan sesuai dengan tuntutan dan
harapan masyarakat. Oleh sebab itu, pengalaman-pengalaman belajar yang di susun
dalam kurikulum harus relevan dengan kebutuhan masyarakat, serta serasi dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi. 17Inilah yang disebut dengan
relevansi.
Ada dua macam relevansi, yaitu relevansi internal dan eksternal. Relevansi
internal adalah bahwa setiap kurikulum harus memiliki kesrasian antara
komponen-komponennya, yaitu keserasian antara tujuan yang harus di capai, isi,
materi atau pengalaman belajar yang harus dimiliki siswa,strategi atau metode
yang di gunakan serta alat penilaian untuk melihat ketercapaian tujuan. Relevansi
internal ini menunjukkan keutuhan suatu kurikulum.
Relevansi eksternal berkaitan dengan keserasian antara tujuan, isi, dan proses
belajar siswayang tercangkup dalam kurikulum dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat. Ada tiga macam relevansi eksternal dalam pengembangan kurikulum:
Pertama, relevan dengan lingkungan hidup peserta didik. Artinya bahwa
proses pengembangan dan penetapan isi kurikulum hendaklah di sesuaikan dengan
kondisi lingkungan sekitar siswa. Contohnya untuk siswa yang ada di perkotaan
perlu dikenalkan kehidupan di lingkungan kota, seperti keramaian dan rambu-
rambu lalu lintas, tata cara dan pelayanan jasa bank, kantor pos, dan lain
sebagainya.
Kedua, relevan dengan perkembangan zaman baik sekarang maupun dengan
yang akan datang. Artinya, isi kurikulum harus sesuai dengan situasi dan kondisi
yang sedang berkembang , bermanfaat untuk kehidupan siswa pada waktu yang
akan datang. Misalnya untuk kehidupan yang akan dating penggunaan computer
dan internet akan menjadi salah satu kebutuhan, maka dengan demikian bagaimana

17
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), hlm 31.

25
cara memanfaatkan computer dan bagaimana cara mendapatkan informasi dari
internet sudah harus di perkenalkan pada siswa.
Ketiga, relevan dengan tuntutan dunia pekerjaan. Artinya, bahwa apa yang di
ajarkan di sekolah harus mampu memenuhi dunia kerja. Untuk sekolah kejuruan
contohnya, kalau dahulu di Sekolah kejuruan ekonomi di latih bagaimana agar
siswamampu menggunakan mesin tik sebagai alat untuk keperluan surat menyurat,
maka sekarang mesin tik sudah tidak banyak di gunakan, akan tetapi yang lebih
banyak komputer.18

B.Prinsip Kontinuitas
Prinsip ini mengandung pengertian bahwa perlu di jaga saling keterkaitan
dan kesinambungan antara materi pelajaran pada berbagai jenjang dan jenis
program pendidikan. Prinsip ini sangat penting bukan hanya untuk menjaga agar
tidak terjadi pengulangan namun juga untuk keberhasilan siswa dalam menguasai
materi pelajaran pada jenjang pendidikan tertentu. Materi kurikulum harus
memiliki hubungan hierarkis fungsional. Untuk itu dalam pengembangan materi
kurikulum harus di perhatikan minimal dua aspek kesinambungan, yaitu :
1). Materi kurikulum yang di perlukan pada skolah (tingkat) yang ada di atasnya
harus sudah diberikan pada sekolah yang ada di bawahnya.
2). Materi yang sudah diajarkan/diberikan pada sekolah yang ada di bawahnya
tidak perlu lagi di berikan pada skolah yang ada di atasnya.19
Dengan demikian dapat dihindari adanya pengulangan materi kurikulum,
yang dapat mengakibatkan kebosanan pada siswa dan tidak kesiapan siswa untuk
memperoleh materi di mana mereka sebelumnya tidak memperoleh materi dasar
yang memadai.
Untuk menjaga agar prinsip kontinuitas itu berjalan, maka perlu ada kerja
sama antara pengembangan kurikulum pada setiap jenjang pendidikan, misalkan
para pengembang pendidikan pada jenjang sekolah dasar, jenjang SLTP, jenjang
SLTA, dan bahkan dengan, para pengembang kurikulum di perguruan tinggi.

18
Wina Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran: Teori Dan Praktik Pengembangan Ktsp, (Jakarta: Kencana,
2008), hlm 39-40.
19
Asep Herry Hermawan, Materi-Materi Pokok Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2010), .hlm 12-13.

26
C.Prinsip Praktis dan Efisien
Prinsip praktis artinya mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana
dan biayanya juga murah. Efisiensi maksudnya berhubungan dengan perbandingan
antara tenaga, waktu, suara, dan biaya yang di keluarkan dengan hasil yang di
peroleh. Kurikulum dikatakan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi apabila
dengan sarana, biaya yang minimal dan waktu yang terbatas dapat memperoleh
hasil yang maksimal. Betapapun bagus dan idealnya suatu kurikulum manakala
menuntut peralatan, sarana dan prasana yang sangat khusus serta mahal pula
harganya, maka kurikulum itu tidak praktis dan sukar untuk di laksanakan.
Kurikulum harus di rancang untuk dapat di gunakan dalam segala keterbatasan,
baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia.kurikulum bukan hanya
ideal tetapi juga praktis.20

D.Prinsip Efektivitas
Prinsip efektivitas berkenaan dengan rencana dalam suatu kurikulum dapat
dilaksanakan dan dapat di capai dalam kegiatan belajar mengajar. Terdapat dua sisi
efektivitas dalam suatu pengembangan kurikulum yaitu :
Pertama, efektivitas berhubungan dengan kegiatan guru dalam melaksanakan
tugas mengimplementasikan kurikulum di dalam kelas.
Kedua, efektivitas kegiatan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar.
Efektivitas kegiatan guru berhubungan dengan keberhasilan mengimplementasikan
program sesuai dengan perencanaan yang telah di susun. Contohnya, apabila guru
menetapkan dalam satu semester harus menyelesaikan 12 program pembelajaran
sesuai dengan pedoman kurikulum, ternyata dalam jangka waktu tersebut hanya
dapat menyelesaikan 4 atau 5 program saja, berarti dapat di katakana bahwa
pelaksanaan program itu tidak efektif.
Efektivitas kegiatan siswa berhubungan dengan sejauh mana siswa dapat
mencapai tujuan yang telah di tentukan sesuai dengan jangka waktu tertentu.
Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.

20
Ibid, hlm 42.

27
BAB V

1. Prinsip Pengembangan Silabus


Prinsip Pengembangan Silabus, meliputi: ilmiah, yaitu keseluruhan materi dan
kegiatan yang menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan
secara keilmuan; relevan, yaitu cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran,dan urutan penyajian
materidalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan fisik, intelektual, sosial, emosional,
dan spiritual peserta didik; sistematis, yaitu komponen-komponen silabus saling berhubungan
secara fungsional dalam mencapai kompetensi; konsisten, yaitu adanya hubungan yang
konsisten (ajeg, taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian; memadai, yaitu cakupan indikator,
materi pembelajaran kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup
untuk menunjang pencapaian kompetensi dasar; Aktual dan kontekstual, yaitu cakupan
indikator, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, sumber belajar, dan sistem penilaian
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata,
dan peristiwa yang terjadi; fleksibel, yaitu keseluruhan komponen silabus dapat
mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di
sekolah dan kebutuhan masyarakat; dan menyeluruh, yaitu komponen silabus mencakup
keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotorik).

28
BAB VI

A. Pengertian RPP

Salah satu fungsi kurikulum adalah sebagai kegiatan berencana, yaitu memuat
kegiatan yang direncanakan tentang hal-hal yang akan diajarkan dan dengan cara bagaimana
hal tersebut dapat diajarkan secara efektif dan efisien.21 Makadari itu, kita harus mengetahui
tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Rencana adalah suatuproses dan cara berfikir yang dapat membantu menciptakan hasil
yang diharapkan.22
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang menggambarkan
prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai suatu kompetensi dasar yang
ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. RPP merupakan persiapan yang
harus dilakukan guru sebelum mengajar. Persiapan disini dapat diartikan dengan persiapan
tertulis maupun persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar
yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara penuh.23

Tahapan Perencanaan
a. Menjabarkan GBPP menjadi analisis mata pelajaran.
b. Menghitung hari kerja efektif, jam pelajaran efektif, hari libur, hari ulangan, dan hari-
hari tidak efektif.
c. Menyusun program tahunan.
d. Menyusun program catur wulan.
e. Program satuan pelajaran.
f. Rencana Pengajaran.24

B. Tujuan dan fungsi RPP


Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk:

21
Haitami Salim-Syamsul Kurniawan, Studi Ilmu Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2012), hlm.
200.
22
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm. 24.
23
Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Pers,
2011), hlm. 263-264.
24
Mujamil Qomar, Menejemen Pendidikan Islam, (Malang: Erlangga, 2007), hlm. 160.

29
1. Mempermudah, memperlancar, dan meningkatkan hasil proses belajar
mengajar.
2. Dengan menyusun rencana pembelajaran secara profesional, sitematis dan
berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati, menganalisis, dan memprediksi
program pembelajaran sebagai kerangka kerja yang logis dan terencana. Sementara itu,
fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi guru untuk melaksanakan kegiatan
belajar mengajar (kegiatan pembelajaran) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan
efisien. Dengan kata lain rencana pelaksanaan pembelajaran berperan sebagai proses
skenarioproses pembelajaran.
Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penyusunan RPP
Unsur-unsur yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran adalah:
1. Mengacu pada kompetensi dan kemampuan dasar yang harus dikuasai siswa,
serta materi dan submateri pembelajaran, pengalaman belajar yang telah dikembangkan
didalam silabus.
2. Menggunakan berbagai pendekatan yang sesuai dengan materi yang
memberikan kecakapan hidup (life skil) sesuai dengan permasalahan dan lingkungan sehari-
hari.
3. Menggunakan metode dan media yang sesuai, yang mendekatkan siswa
dengan pengalaman langsung.
4. Penilaian dengan sistem pengujian dengan menyeluruh dan berkelanjutan
didasarkan pada sistem pengujian yang dikembangkan selaras dengan pengembangan silabus.

Komponen-komponen RPP
Komponen-komponen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) menurut
permendiknas Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses terdiri dari:
1. Identitas mata pelajaran
Identitas mata pelajaran, meliputi: satuan pendidikan, kelas semester,
program/program keahlian, mata pelajaran atau tema pelajaran, jumlah pertemuan.
2. Standar kompetensi
Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang
menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai
pada setiap kelas atau semester pada suatu mata pelajaran.

30
3. Kompetensi dasar
Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik
dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu
pelajaran.
4. Indikator pencapaian kompetensi
Indikator kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan diobservasi untuk
menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan mata pelajaran.
Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional
yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.
5. Tujuan pembelajaran
Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan
dicapaioleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar.
6. Materi ajar
Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan, dan ditulis
dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi.
7. Alokasi waktu
Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban
belajar.25
8. Metode pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat
indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi
dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang
hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematikdigunakan untuk
peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/MI.
9. Kegiatan pembelajaran
a. Pendahuluan
Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam suatu pertemuan pembelajaran yang
ditujukan untuk membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian peserta didik untuk
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pendahuluan, guru harus:
1. Menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses
pembelajaran.

25
Kunandar, Op. Cit, 264-266.

31
2. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari.
3. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
4. Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
b. Inti
Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD. Kegiatan
pembelajaran dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan secara sitematis dan sistemik melalui proses
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.26

Dalam kegiatan eksplorasi guru harus:


1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik
atau tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru
dan belajar dari aneka sumber.
2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain.
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antar peserta didik
dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya.
4. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
5. Dan memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan dilaboratorium, studio,
dan lapangan.27
c. Penutup
Penutup merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengakhiri aktivitas pambelajaran
yang dpat dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan, penilaian yang refleksi,
umpan balik, dan tindak lanjut. Dalam kegiatan penutup guru harus:
1. Bersama-sama dengan peserta didik atau sendiri membuat rangkuman
pelajaran.
2. Melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan
secara konsisten dan terprogram.
3. Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

26
Kunandar, Op. Cit, 267.
27
Kunandar, Op. Cit, 267.

32
4. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi,
program pengayaan, layanan konseling atau memberikan tugas baik tugas individual maupun
kelompok sesuai hasil belajar peserta didik.
5. Menyampakan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
10. Penilaian hasil belajar
Prosedur dan instrumen penilaian proses dan hasil belajar disesuaikan dengan
indikator pencapaian kompetensi dan mengacu kepada standar penilaian.

11. Sumber belajar


Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar,
serta materi ajar, kegiatan pembelajaran, dan indikatorpencapaian kompetensi.28

Prinsip-prinsip penyusunan RPP


Prinsip-prinsip rencana pelaksanaan pembelajaran menurut permendiknas Nomor41
tahun 2007 tentang standar proses terdiri dari:
1. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik.
RPP disusun dengan memerhatikan perbedaan jenis kelamin, kemampuan awal ,
tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya
belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan
lingkungan peserta didik.
2. Mendorong partisipasi aktif peserta didik
Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong
motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar.
3. Mengembangkan budaya membaca dan menulis
Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca,
pemehaman beragam bacaan, dan berekspresidalam berbagai bentuk tulisan.
4. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut
RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan,
pengayaan, dan remedi.
5. Keterkaitan dan keterpaduan

28
Kunandar, Op. Cit, 269.

33
RPP disusun dengan memerhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara SK, KD,
materi pembelajaran, indikator pencapaiankompetensi, penilaian dan sumber belajar dalam
suatu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran
tematik, keterpaduan lintas pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
6. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi
RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan
komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.29

29
Kunandar, Op. Cit, 270-271.

34

Anda mungkin juga menyukai