Anda di halaman 1dari 46

i

METODE PEMBELAJARAN FIQIH DALAM MENINGKATKAN MINAT


BELAJAR SISWA DI MADRASAH TSANAWIYAH AL-FALAH AL-
ISLAMI DESA BANCELOK KECAMATAN JRENGIK KABUPATEN
SAMPANG

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

Uswatun Hasanah

NIM. 18201401010176

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JURUSAN TARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI PAMEKASAN

2018

KATA PENGANTAR
ii

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT. Karena berkat
Rahmat, taufiq dan hidayah serta inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
laporan proposal skripsi ini sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad saw. Karena beliau telah mendidik kita dengan iman dan islam.

Dengan terselesaikannya proposal skripsi ini penulis menyampaikan


ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Mohammad Kosim, M. Ag selaku ketua Sekolah Tinggi


Agama Islam Negeri (STAIN) Pamekasan atas fasilitas dan
kemudahan yang telah diberikan kepada penulis sehingga proposal
skripsi ini dapat diselesaikan dengan lancar.
2. Drs. H. Zainol Hasan, M. Ag selaku pembimbing dari proposal skripsi
ini yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis agar
proposal skripsi ini mempunyai harga ilmiah yang tinggi.
3. Bapak dan ibu serta saudara penulis yang telah membantu baik secara
materiil maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan studi
di STAIN Pamekasan dengan lancar.

Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu, penulis mengharap adanya kritik dan saran yang konstruktif dari
pembaca guna kesempurnaan penelitian masa mendatang.

Semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin ya
Rabbal Alamin.

DAFTAR ISI
iii

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

A. Judul ...................................................................................................... 1
B. Konteks Penelitian ................................................................................. 1
C. Fokus Penelitian ................................................................................... 4
D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
E. Kegunaan Penelitian .............................................................................. 5
F. Definisi istilah ...................................................................................... 6
G. Kajian pustaka ....................................................................................... 6
1. Kajian Teoritik .................................................................................. 6
a. Metode Pembelajaran ................................................................... 6
1) Pengertian Metode pembelajaran ............................................ 6
2) Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar ......................... 8
3) Pemilihan dan Penentuan Metode ........................................... 10
b. Pembelajaran Fiqih ....................................................................... 13
1) Pengertian Pembelajaran fiqih ................................................ 13
2) Objek ilmu fiqih ..................................................................... 15
3) Tujuan Mempelajari Fiqih ...................................................... 16
c. Metode Pembelajaran Fiqih ......................................................... 17
d. Minat Belajar ................................................................................ 23
1) Pengertian Minat belajar .......................................................... 23
2) Fungsi minat ............................................................................ 26
3) Ciri-ciri siswa yang berminat dalam belajar ............................. 27
2. Kajian Penelitian Terdahulu .............................................................. 28
H. Metode Penelitian .................................................................................. 31
a. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................................... 31
b. Kehadiran Peneliti ........................................................................... 32
c. Lokasi Penelitian ............................................................................. 32
d. Sumber Data ................................................................................... 33
e. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................... 34
iv

f. Analisis Data .................................................................................. 37


g. Pengecekan Keabsahan Data ........................................................... 38
h. Triangulasi ...................................................................................... 39
i. Tahap-tahap Penelitian .................................................................... 39
I. Daftar Rujukan ..................................................................................... 41
1

A. Judul Penelitian
Metode Pembelajaran Fiqih Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Di
Madrasah Tsanawiyah Al-Falah Al-Islami Desa Bancelok Kecamatan Jrengik
Kabupaten Sampang.
B. Konteks Penelitian
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
bersifat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat tergantung pada proses belajar dan pengajarannya.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan
latihan. Tanpa pengalaman dan latihan sangat sedikit proses belajar dapat
berlangsung.1Pemahaman yang benar mengenai arti belajar dari segala aspek,
bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan para pendidik khususnya guru.
Kekeliruan atau ketidak lengkapan prestasi mereka terhadap proses belajar dan
hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin mengakibatkan kurangnya mutu
hasil pelajaran yang dicapai peserta didik. Sehingga pembelajaran tidak bisa
berlangsung secara efektif dan efisien. Agar pembelajaran berlangsung efektif
dan efisien harus ada pemahaman yang tepat tentang arti pembelajaran.2
Pembelajaran merupakan suatu usaha untuk membuat peserta didik
belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik, dengan kata
lain, pembelajaran merupakan upaya menciptakan kondisi agar terjadi
kegiatan belajar. Dalam hal ini pembelajaran diartikan juga sebagai usaha-
usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi
proses belajar dalam diri peserta didik.3
Dalam pembelajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, dan
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan.
Pembelajaran lebih menekankan pada cara-cara (metode) untuk mencapai
tujuan dan berkaitan dengan cara mengorganisasi isi pembelajaran.
Seperti yang telah dikemukakan di muka, Metode adalah cara yang
digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun tercapai

1
Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),hlm. 22.
2
Indah Komsiyah, Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 2-3.
3
Ibid. 3-4.
2

secara optimal. Menurut J.R. David dalam Teaching Strategies for College
Class Room menyebutkan bahwa method is a way in achieving something
(cara untuk mencapai sesuatu). Artinya metode digunakan untuk
merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode
dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan yang sangat
penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran sangat tergantung
pada cara guru menggunakan metode pembelajaran karena suatu strategi
pembelajaran hanya mungkin dapat diimplementasikan melalui metode
pembelajaran.4
Dalam kegiatan proses belajar mengajar dalam pembelajaran fiqih, guru
menyampaikan bahan pelajaran kepada anak didik di kelas, bahan pelajaran
yang guru berikan itu kurang memberikan motivasi dan minat kepada anak
didik bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat. Disinilah
kehadiran metode menempati posisi penting dalam penyampaian bahan
pelajaran.
Ketika anak didik tidak mampu berkonsentrasi, ketika sebagian besar
anak didik membuat kegaduhan, ketika anak didik menunjukkan kelesuan,
ketika minat anak didik semakin berkurang dan ketika sebagian besar anak
didik tidak menguasai bahan yang telah guru sampaikan, ketika itulah guru
mempertanyakan faktor penyebabnya dan berusaha mencari jawabanmnya
secara tepat. Karena bila tidak, maka apa yang disampaikan akan sia-sia.
Boleh jadi dari sekian keadaan tersebut, salah satu penyebabnya adalah faktor
metode.5
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan pengajaran akan
menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Cukup
banyak bahan pelajaran yang terbuang dengan percuma hanya karena
penggunaan metode menurut kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan
siswa, fasilitas siswa, serta situasi kelas. Seharusnya penggunaan metode
dapat menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukannya tujuan yang harus
menyesuaikan diri dengan metode.6

4
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 193.
5
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar mengajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 76.
6
Ibid: hlm. 76.
3

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor


diantaranya adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar,
karena guru secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan
meningkatkan kecerdasan serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi
permasalahan diatas dan guna mencapai tujuan pendidikan secara maksimal,
peran guru dalam memberikan metode sangat berpengaruh terhadap
pemahaman peserta didik, utamanya dalam pembelajaran fiqih.
Fiqih adalah salah satu bidang ilmu dalam syariat islam yang secara
khusus membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan
manusia, baik kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun kehidupan manusia
dengan tuhannya. Adapun menurut pengertian yang dipahami umat islam saat
ini, fiqih adalah mengetahui hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyah
melalui ijtihad dari dalil-dalil rinci Al-Qur;an dan sunnah.7
Dengan demikian, mata pelajaran fiqih merupakan salah satu mata
pelajaran PAI yang memberikan pengetahuan tentang ajaran islam dari segi
syara’ dan membimbing peserta didik agar memiliki keyakinan dan
mengetahui hukum-hukum dalam islam dengan benar serta membentuk
kebiasaan untuk melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan kualitas
peserta didik dengan memilih metode dalam menyampaikan materi
pembelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar siswa khususnya
pelajaran fiqih. Dengan adanya metode belajar yang sesuai dengan kondisi
pelajaran dan situasi dalam kelas, maka peserta didik akan lebih mudah
memahami pelajaran yang disampaikan. Jika peserta didik telah memahami
pelajaran yang disampaikan dan menyukai metode yang diberikan oleh
pendidik, maka seiring berjalannya proses pendidikan akan melahirkan minat
dalam diri peserta didik untuk lebih meningkatkan kualitas pembelajaran fiqih.
Jika minat dapat ditumbuhkembangkan, seorang anak akan suka rela dan
senang hati dalam melaksanakan pembelajaran, yang dengannnya akan
menjadikan anak benar-benar terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam
konteks perhatian, minat mempunyai peranan dalam upaya seorang anak

7
Imam Hanafi, Pengantar Ushul Fiqih &Ilmu Fiqih (Surabaya: Pena salsabila,2014), hlm. 7
4

untuk memberikan perhatian dalam suatu mata pelajaran. Dengan perhatian


yang diberikan anak didik terhadap pembelajaran akan menghasilkan
keterlibatannya dalam proses pembelajaran yang berpusat dalam “melahirkan
perhatian yang serta merta, memudahkan, terciptanya pemusatan perhatian
dari luar.” Oleh karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam
belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat
siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar sebaik-baiknya.8
Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat
besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia
akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat seseorang
tidak mungkin melakukan sesuatu. Minat yang kuat akan menimbulkan usaha
yang gigih srius dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi tantangan,
yang dengannya akan memiliki semangat yang tinggi untuk tetap konsisten
dalam melaksanakan proses pembelajarannya untuk mencapai tujuan belajar.9
Oleh sebab itu, penulis sangat tertarik untuk mengangkat persoalan yang
terjadi dalam sebuah proses pendidikan karena penulis seringkali melihat
kesalahan dalam penggunaan metode pembelajaran yang belum begitu
menarik perhatian dan minat peserta didik. Maka dari itu patut dipertanyakan
mengenai persoalan penggunaan metode yang masih belum sesuai terutama
pada pembelajaran fiqih. Dengan permasalahan ini penulis hendak melakukan
penelitian untuk menjawab permasalahan yang ada, berdasarkan latar
belakang diatas, maka penulis tertarik mengangkat permasalahan tersebut
menjadi sebuah judul proposal dengan fokus Masalah: Metode Pembelajaran
Fiqih Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa Di Madrasah Tsanawiyah
Al-Falah Al-Islami Desa Bancelok Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang.

8
M. Muchlis Solichin, Psikologi pendidikan berparadigma Konstruktivistik (Surabaya: CV.
Salsabila Putra Purnama, 2016), hlm. 120.
9
Ibid. Hlm. 118
5

C. Fokus Masalah
1. Apa Saja Metode Pembelajaran Fiqih Di Mts Al-Falah Al-Islami Desa
Bancelok Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang ?
2. Bagaimana Cara Memilih Metode Pembelajaran Fiqih Dalam
Memengaruhi Minat Belajar Siswa Di Mts Al-Falah Al-Islami Desa
Bancelok Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang ?
3. Bagaimana Dampak Penggunaan Metode Pembelajaran Fiqih Dalam
Minat Belajar Siswa Di Mts Al-Falah Al-Islami Desa Bancelok
Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk Mendeskripsikan Metode Pembelajaran Fiqih Di Mts Al-Falah Al-
Islami Desa Bancelok Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang.
2. Untuk Mendeskripsikan Cara Memilih Metode Pembelajaran Fiqih dalam
Memengaruhi Minat Belajar Siswa Di Mts Al-Falah Al-Islami Desa
Bancelok Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang.
3. Untuk Mendeskripsikan Dampak Penggunaan Metode Pembelajaran Fiqih
Dalam Minat Belajar Siswa Di Mts Al-Falah Al-Islami Desa Bancelok
Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang.
E. Kegunaan Penelitian
Pada penelitian ini ada dua manfaat yang bermakna yaitu, makna
secara teoritis dan makna secara praktis, manfaatnya adalah hasil dari
penelitian ini di harapkan agar dapat menjadi salah satu khazanah ke ilmuan
dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan pada umumnya dan lembaga
pendidikan yang diteliti khususnya, sehingga apa yang menjadi pentingnya
metode pembelajaran fiqih dalam meningkatkan minat belajar siswa betul
betul terealisasi dan sesuai dengan harapan dan pada akhrirnya akan mencapai
tujuan pendidikan yang kita idamkan.
Adapun makna praktis penelitian ini di harapkan akan memberikan
beberapa manfaat bagi beberapa kalangan di antaranya yaitu:
1. Bagi STAIN Pamekasan
6

Yaitu dapat di jadikan sebagai inspirasi di kampus khususnya di


kalangan mahasiswa sebagai bahan skripsi dan juga dapat di jadikan
sebagai pengayaan perpustakaan.
2. Bagi Tenaga Pendidik Di Mts Al-Falah Al-Islami
Yaitu dapat dijadikan sebagai acuan untuk memperbaiki metode
Pembelajaran fiqih agar siswa minat dalam Belajar
3. Bagi Peneliti
Yaitu dapat di jadikan sebagai tambahan khazanah keilmuan serta
pengalaman bagi peneliti yang nantinya akan memperluas cakrawala
pemikiran.
F. Definisi Istilah
1. Metode Pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
mengimplemintasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata
agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. 10
2. Fiqih adalah mengetahui hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyah
(praktik) yang sarananya adalah ijtihada dari Al-Quran dan sunnah.11
3. Minat adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan
yang besar terhadap sesuatu.12
G. Kajian Pustaka
1. Kajian Teoritik
A. Metode Pembelajaran
1) Pengertian Metode Pembelajaran
Pengertian metode dalam buku Jamil Suprihatiningrum yaitu,
Metode secara harfiah berasal dari bahasa Yunani methodos, yang
artinya jalan/cara. Metode pembelajaran diartikan sebagai cara yang
berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran,
khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa. Metode
dalam mengajar berperan sebagai alat untuk menciptakan proses
pembelajaran antara siswa dengan guru dalam proses pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan cara melakukan atau menyajikan,

10
Mulyono, Strategi Pembelajaran (Malang: UIN-Maliki Press,2012), hlm. 81
11
Imam Hanafi, Pengantar Ushul Fiqih Dan Ilmu Fiqih, hlm.5
12
Muhibbin syah, Psikologi Belajar(Jakarta: Rajawali Pers,2013), hlm. 152.
7

menguraikan materi pembelajaran kepada siswa untuk mencapai


tujuan.13
Metode adalah cara yang sudah digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan
nyata agar tujuan yang telah disususn tercapai secara optimal.
Menurut J.R David dalam Teaching Strategies for College Class
Room (1976) menyebutkan bahwa method is a way in achieving
something ( cara untuk mencapai sesuatu). Artinya, metode digunakan
untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian,
metode dalam rangkaian sistem pembelajaran memegang peranan
yang sangat penting. Keberhasilan implementasi strategi pembelajaran
sangat tergantung pada cara guru menggunakan metode pembelajaran
karena suatu stategi pembelajaran hanya mungkin dapat
diimplementsikan melalui penggunaan metode pembelajaran.14
Metode pembelajaran merupakan cara guru melakukan atau
menyajikan, menguraikan, memberi contoh, dan memberi latihan isi
pelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu.
Metode juga diartikan sebagai cara guru menjelaskan konsep, fakta,
dan prinsip kepada peserta didik dengan cara pendekatan
pembelajaran berpusat pada guru (teacher oriented) dan pembelajaran
berpusat pada peserta didik (student oriented).15
Sementara itu metode pembelajaran meliputi cara pemoresan
subyek pembelajaran (siswa) sesuai dengan strategi yang digunakan,
untuk mencapai tujuan pembelajaran. Atau dengan kata lain, bahwa
metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan
untuk melaksanakan rencana yang sudah disusun dalam bentuk
kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Selanjutnya metode pembelajaran dijabarkan kedalam teknik
dan gaya pembelajaran. Dengan demikian, teknik pembelajaran dapat

13
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran ( Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 281.
14
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2013), hlm. 193.
15
Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam model pembelajaran (Jakarta: GP Press, 2013),
hlm.149.
8

diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam


mengimplementasikan suatu metode secara spesifik. Misalkan,
penggunaan metode diskusi pada kelas besar, menggunakan teknik
yang berbeda dengan kelas dengan jumlah sedikit. Dengan demikian
pula, teknik yang berbeda digunakan antara kelas kelas aktif/ pandai
dan tidak aktif/ tidak pandai.16
2) Kedudukan Metode Dalam Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar yang melahirkan interaksi unsur-
unsur manusiawi adalah sebagai suatu proses dalam rangka mencapai
tujuan pengajaran. Guru dengan sadar berusaha mengatur lingkungan
belajar agar bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan
pengalaman yang dimiliki, guru gunakan untuk bagaimana
mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.17
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah,
bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu
komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar
mengajar. Dari hasil analisis yang dilakukan, lahirlah pemahaman
tentang kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik, sebagai
strategi pengajaran, dan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Berikut
adalah pejelasannya.18
a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik menurut Sardiman .A.M adalah
motif-motif yang aktif dan fungsinya, karena adanya
perangsang dari luar, karena itu metode berfungsi sebagai alat
perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar
seseorang.
Dalam penggunaan metode terkadang guru harus
menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak
memengaruhi penggunaan metode. Dalam mengajar, guru
jarang sekali menggunakan satu metode, karena mereka

16
Muchlis Solichin, Pengelolaan Pembelajaran (Surabaya: Pena Salsabila, 2013), hlm. 139.
17
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi belajar mengajar, hlm.72
18
Ibid. Hlm. 72-75
9

menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan


kelemahannya. Penggunaan satu metode lebih cenderung
menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan
bagi anak didik. Anak didik kurang bergairah belajar.
Kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar anak
didik. Ini berarti metode tidak dapat difunsikan oleh guru
sebagai motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.
Akhirnya dapat dipahami bahwa penggunaan metode
yang tepat dan bervariasi akan dapat dijadikan sebagai alat
motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah
b. Metode sebagai strategi pengajaran
Dalam kegiatan belajar mengajar, menurut Dra.
Roestiyah. N.K., guru harus memiliki strategi agar anak didik
dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan
yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu
adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya
disebut metode mengajar. Dengan demikian, metode mengajar
adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai tujuan
yang diharapkan.
c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang akan dicapai dalam
kegiatan belajar-mengajar. tujuan adalah pedoman yang
memberi arah kemana kegiatan belajar mengajar akan dibawa.
Tujuan dari kegiatan belajar mengajar tidak akan pernah
tercapai selama komponen-komponen lainnya tidak diperlukan.
Salah satunya adalah komponen metode. Metode adalah salah
satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode
secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.
Antara metode dan tujuan jangan bertolak belakang.
Artinya metode harus menunjang pencapaian tujuan pengajaran.
Bila tidak, maka akan sia-sia perumusan tujuan tersebut. Apalah
10

artinya kegiatan belajar mengajar yang dilakukan tanpa


mengindahkan tujuan.
Jadi guru sebaiknya menggunakan metode yang dapat
menunjang kegiatan belajar mengajar, sehingga dapat dijadikan
sebagai alat yang efektif untuk mencapai tujuan pengajaran.
3) Pemilihan dan penentuan metode
Metode mengajar yang guru gunakan dalam setiap kali
pertemuan kelas bukanlah asal pakai, tetapi setelah melalui seleksi
yang berkesesuaian dengan perumusan tujuan intruksional khusus.
Jarang sekali terlihat guru merumuskan tujuan hanya dengan satu
rumusan, tetapi pasti guru merumuskan lebih dari satu tujuan.
Karenanya guru pun selalu menggunakan metode yang lebih dari
satu,sementara penggunaan metode yang lain, juga digunakan untuk
mencapai tujuan yang lain. Begitulah adanya, sesuai dengan kehendak
tujuan pengajaran yang telah dirumuskan.19
Pembicaraan berikut mencoba membahas masalah pemilihan
dan penentuan metode dalam kegiatan belajar mengajar, dengan
uraian bertolak dari nilai strategis metode, efektivitas penggunaan
metode, pentingnya pemilihan metode dan penetuan metode, hingga
faktor-faktor Yang memenngaruhi pemilihan metode pengajaran.20
a. Nilai strategis metode
Kegiatan belajajar mengajar adalah sebuah interaksi yang
bernilai pendidikan. Di dalamnya terjadi interaksi edukatif antara
guru dan anak didik, ketika guru menyampaikan bahan pelajaran
kepada anak didik dikelas. Bahan pelajaran yang guru berikan itu
ajan kurang memberikan dorongan ( motivasi) kepada anak didik
bila penyampaiannya menggunakan strategi yang kurang tepat. Di
sinilah kehadiran metode menempati posisi penting dalam
penyampaian bahan pelajaran.

19
Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, hlm.75.
20
Ibid: hlm, 75.
11

Bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan


pemakaian metode justru akan mempersulit bagi guru dalam
mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa
kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan
metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan
kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan
metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai
dengan tujuan pengajaran. Karena itu, dapat dipahami bahwa
metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam
kegiatan belajar mengajar. nilai strategisnya adalah metode dapat
memengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar.21
b. Efektivitas Penggunaan Metode
Penggunaan metode yang tidak sesuai dengan tujuan
pengajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan yang
telah dirumuskan. Cukup banyak bahan pelajaran yang terbuang
dengan percuma hanya karena penggunaan metode menurut
kehendak guru dan mengabaikan kebutuhan siswa, fasilitas, serta
situasi kelas. Guru yang selalu senang menggunakan metode
ceramah sementara tujuan pengajarannya adalah agar anak didik
dapat memperagakan salat, adalah kegiatan belajar mengajar yang
kurang kondusif. Seharusnya penggunaan metode dapat
menunjang pencapaian tujuan pengajaran, bukannya tujuan yang
harus menyesuaikan diri dengan metode.22
Karena itu, efektivitas penggunaan metode dapat terjadi
bila ada kesesuain antara metode dengan semua komponen
pengajaran yang telah diprogramkan dalam satuan pelajaran,
sebagai persiapan tertulis.
c. Pentingnya pemilihan dan penentuan metode
Guru sebagai salah satu sumber belajar berkewajiban
menyediakan lingkungan belajar yang kreatif bagi kegiatan

21
Ibid: hlm.76.
22
Ibid: hlm. 76
12

belajar anak didik di kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru
lakukan adalah melakukan pemilihan dan penentuan metode yang
bagaimana yang akan dipilih untuk mencapai tujuan pengajaran.
Pemilihan dan penentuan metode ini didasari adanya metode-
metode tertentu yang tidak bisa dipakai untuk mencapai tujuan
tertentu. Misalnya, tujuan pengajarannya adalah agar anak didik
dapat menuliskan sebagian ayat dari ayat-ayat dalam surah Al-
Fatihah, maka guru tidak dapat menggunakan metode diskusi,
tetapi yang tepat adalah metode latihan.23
d. Faktor-faktor yang memengaruhi pemilihan metode
Pemilihan dan penetuan metode dipengaruhi beberapa
faktor, sebagai berikut.24
1) Tujuan yang berbeda dari masing-masing materi
Metode pembelajaran ditentukan oleh tujuan, bukan
tujuan ditentukan oleh metode pembelajaran. Oleh karena itu,
guru perlu jeli dan teliti menyesuaikan metode pembelajaran
dengan tujuan yang telah ditentukan.
2) Perbedaan latar belakang individual anak
Metode pembelajaran juga harus mampu
mengakomodasi perbedaan individual siswa. Setiap siswa
memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik minat, bakat,
kebiasaan, motivasi, status sosial, lingkungan keluarga, dan
harapan terhadapa masa depannya. Hal ini merupakan
landasan bagi guru dalam memilih dan menvariasi metode
pembelajaran.
3) Perbedaan situasi dan kondisi dimana pendidikan
berlangsung
Situasi dan kondisi yang berlaianan menuntut metode
pembelajaran yang berlainan pula. Saat suasana kelas tiba-
tiba berubah, guru dapat mengubah metode pembelajaran
yang menyesuaikan dengan suasana tersebut.
23
Ibid: hlm. 77.
24
Jamil suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, hlm. 284-285.
13

4) Perbedaan pribadi dan kemampuan guru


Tidak hanya siswa yang memiliki kepribadian unik,
guru pun memiliki karakteristik individu dan kecakapan yang
berbeda-beda pemilihan metode pembelajaran sebaiknya juga
memerhatikan kecakapan diri. Jangan sampai guru memilih
metode pembelajaran yang tidak dikuasainya karena justru
akan mempersulit diri sendiri dan menghambat tercapainya
tujuan pembelajaran.
5) Perbedaan fasilitas
Fasilitas baik dari segi kualitas maupun kuantitas
dapat memengaruhi pemilihan dan pencapaian metode
mengajar.
B. Pembelajaran Fiqih
1. Pengertian Pembelajaran Fiqih
Pembelajaran adalah suatu proses interaksi antara anak-dengan
anak, anak dengan sumber belajar dan anak denagan pendidik.
Pembelajaran juga diartikan sebagai suatau upaya yang dilakukan oleh
seseorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang
belajar. Kegiatan pembelajaran ini akan menjadi bermakna bagi anak
jika dilakukan dalam lingkungan yang nyaman dan memberikan rasa
aman bagi anak. Proses belajar bersifat individual dan kontekstual.
Artinya proses belajar terjadi dalam diri individu sesuai dengan
perkembangannya dan lingkungannya.25
Kata fiqh secara bahasa memiliki pengertian al-fahm atau
faham. Dengan demikian, fiqh menurut pengertian bahasa
menyangkut pemahaman yang diperoleh melalui proses berfikir yang
mendalam, bukan sekedar tahu atau mengerti. Tidak semua proses
berfikir adalah memahami karena memahami adalah tingkatan
tertinggi dalam berfikir. Jadi, fiqh adalah hasil berfikir yang
mendalam. 26

25
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014)hlm.15
26
Imam Hanafi, Pengantar Ushul Fiqih dan ilmu Fiqih, hlm.5
14

Dilihat dari sudut bahasa, fiqih berasal dari kata faqaha ( ‫)فقه‬
yang berarti “Memahami” dan “Mengerti”.
Dalam peristilahan syar’i, ilmu fiqih dimaksudkan sebagai
ilmu yang berbicara tentang hukum-hukum syar’i amali (praktis) yang
penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang mendalam
terhadap dalil-dalilnya yang terperinci dalam nash (al-quran dan
hadist). Lengkapnya definisi itu berbunyi:27

‫االحكام الشر عية العملية‬


‫المكسب من أدلتها التفصيلية‬
Hukum syar’i yang dimaksud dalam definisi diatas adalah
segala perbuatan yang diberi hukumnya itu sendiri dan diambil dari
syariat yang dibawa oleh nabi Muhammad Saw. Adapun kata Amali
dalam definisi itu dimaksudkan sebagai penjelasan bahwa yang
menjadi lapangan pengkajian ilmu ini hanya yang berkaitan dengan
perbuatan (amaliyah) mukallaf itu. Sedangkan dalili-dalil yang
terdapat dan terpapar dalam nash di mana satu persatunya menunjuk
pada satu hukum tertentu.
Menurut pengertian yang dipahami umat islam saat ini, fiqh
adalah:28

‫العلم باالحكام الشرعية‬


‫العملية التي طريقها االجتهاد من‬
‫الكتاب والسنة‬
“Mengetahui hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyah
(praktik) yang sarannya adalah ijtihada dari al-quran dan
sunnah”

Atau sebagaimana dikatakan oleh imam al-Baidhawi:

27
Alaiddin Koto, Ilmu Fiqih dan ushul Fiqih (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), hlm. 2
28
Imam Hanafi, pengantar ushul fiqih dan ilmu fiqih, hlm. 5
15

‫العلم باالحكام الشرعية العملية‬


‫الكتسب من ادلتها التفصلية‬
“Mengetahui hukum-hukum syar’i yang bersifat amaliyah
yang diperoleh dari dalil-dalil yang rinci”
Berdasarkan dua pengertian di atas, tampak bahwa fiqh
memiliki beberapa ciri khas:29
1. Pengetahuan mengenai hukum-hukum syar’i, bukan hukum aqli
(hukum akal) atau hukum addi (hukum adat). Hukum syar’i
adalah hukum yang sumbernya Al-quran dan sunnah. Sementara
itu, hukum aqli bersumber dari akal dan hukum addi bersumber
dari adat.
2. Bersifat amaliyah atau menyangkut perbuatan lahiriyah, bukan
bersifat perasaan, hati atau pikiran. Jadi, yang diatur oleh oleh
fiqih adalah amalan lahiriyah. Sebagai perkecualian, ada satu
bahasan dalam fiqih yang bersifat hati, tentang niat.
3. Diperoleh melalui ijtihad, yaitu dari upaya ahli hukum
(mujtahid) melakukan kerja ilmiah untuk menggali hukum dari
ayat-ayat al-quran dan sunnah. Karena berasal dari ijtihad, fiqh
dzanni (prasangka yang didukung bukti. Hal itulah yang
membedakan antara fiqgh dan syariat, yaitu hukum-hukum yang
diperoleh dari dalil-dalil qathi, seperti wajibnya sholat, zakat ,
puasa, dan haji. adapun ketentuan mengenai iftitah, qunut, dan
rincian sholat bersifat dzanni.
4. Berasal dari dalil-dalil rinci dari al-quran dan sunnah. Dalil-dalil
rinci adalah dalil-dalil yang membahas perkasus mengenai suatu
persoalan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran
fiqih di Madrasah tsanawiyah merupakan mata pelajaran bermuatan
pendidikan agama islam yang memberikan pengetahuan tentang
ajaran islam dalam segi hukum syara’ dan membimbing peserta didik

29
Ibid: hlm.6-7
16

dalam hal ini anak usia madrasah tsanawiyah agar memiliki keyakinan
dan mengetahui hukum-hukum dalam islam dengan benar serta
membentuk kebiasaan untuk melaksanakannya dalam kehidupan
sehari-hari. Pembelajaran fiqih berarti proses belajar mengajar tentang
ajaran islam dalam segi hukum syara’ yang dilaksanakan di dalam
kelas antara guru dan peserta didik dengan materi dan strategi
pembelajaran yang telah direncanakan.
2. Objek kajian Ilmu Fiqih
Kajian mengenai sistematika pembahasan fiqih, secara rinci
sesungguhnya telah dibahas tersendiri oleh disiplin ilmu yang
bersangkutan, misalnya sudah banyak buku-buku fiqih ibadah, fiqh
muamalah, fiqih munakahah, fiqih mawaris, fiqh jinayah, dan fiqh
siyasah yang secara khusus dan detail mengkaji fiqh berdasarkan
konsentrasinya tersebut.
Pada pokoknya, yang menjadi objek pembahasan dalam ilmu
fiqih adalah perbuatan mukallaf dilihat dari sudut hukum syara’.
Perbuatan tersebut dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok besar
:ibadah, muamalah, dan uqubah.30
Pada bagian ibadah tercakup segala persoalan yang pada
pokoknya berkaitan dengan urusan akhirat. Artinya, segala perbuatan
yang dikerjakan dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah,
seperti shalat, puasa, haji dan lain-lain.
Pada bagian muamalah mencakup hal-hal yang berhubungan
dengan harta, seperti jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam,
amanah, dan harta peninggalan. Pada bagian ini juga dimasukkan
persoalan munakahat dan siyasah.
Pada bagian uqubah mencakup segala persoalan yang
menyangkut tindak pidana, seperti pembunuhan, pencurian,
perampokan, pemberontakan, dan lain-lain. Bagian ini juga
membicarakan hukuman –hukuman seperti qisas, had, dan ta’zir.
3. Tujuan mempelajari fiqih

30
Alaiddin Koto, ilmu fiqih dan ushul fiqih, hlm.5
17

Tujuan mempelajari figh menurut Wahbah al-Zuhaili adalah : 31


a) Untuk mengetahui apa saja yang diperintahkan Allah swt. Dan
apa saja yang dilarang-Nya, apa saja yang dibolehkan dan apa
saja yang tidak dibolehkan.
b) Untuk mengetahui cara-cara beribadah yang benar kepada Allah
swt.
c) Untuk mengetahui aturan-aturan hidup terkait dengan masalah
ubudiyah, muamalah, munakahah, mawaris, uqubah (jinayah)
dan siyasah.
C. Metode-metode dalam Pembelajaran Fiqih
Terdapat beberapa metode dalam pembelajaran fiqih yang dapat
digunakan untuk mengimplemintasikan strategi pembelajaran agar
pencapaian ketuntasan belajar lebih afektif dan efisien.
1. Metode ceramah
a. Pengertian
Metode ceramah adalah penuturan bahan pelajaran secara
lisan. Metode ceramah merupakan salah satu cara yang digunakan
untuk mengimplemintasikan strategi pembelajaran ekspositori.
Metode ceramah merupakan metode yang sampai saat ini sering
digunakan oleh setiap guru atau instruktur. Hal ini disebabkan
oleh beberapa pertimbangan tertentu, juga adanya faktor
kebiasaan baik dari guru ataupun peserta didik. 32
Dalam buku Bunai, Ceramah merupakan metode yang
paling umum dilakukan dalam pembelajaran. Hal yang harus
dipersiapkan oleh guru adalah: 1) merumuskan tujuan
intruksional khusus, yaitu mengembangkan pokok-pokok materi
belajar mengajar dan mengkajinya. 2) apabila akan divariasikan
dengan metode lain, pikiran apa yang disampaikan melalui
ceramah dan apa yang akan disampaikan melalui metode lainnya.
3) buat garis besar bahan yang akan diceramahkan.33

31
Imam Hanafi, Pengantar ushul fiqih dan ilmu fiqih, hlm.23.
32
Mulyono, Strategi Pembelajaran, hlm. 82
33
Bunai’i, Perencanaan Pembelajaran PAI (Surabaya: Pena Salsabila, 2013),hlm. 80
18

b. Kelebihan dan kekurangan metode ceramah34


Adapun beberapa kelebihan sebagai alasan mengapa
ceramah sering digunakan, antara lain:
1) Ceramah dapat menyajikan materi pelajaran yang luas.
Artinya, materi pelajaran yang banyak dapat dirangkum atau
dijelaskan pokok-pokoknya oleh guru dalam wakti yang
singkat.
2) Ceramah merupakan metode yang mudah dan murah untuk
dilakukan.
3) Melalui ceramah, guru dapat mengontrol keadaan kelas, oleh
karena sepenuhnya kelas merupakan tanggung jawab guru
yang memberikan ceramah.
Di samping beberapa kelebihan diatas ceramah juga
memliki beberapa kelemahan, diantaranya:
1) Peserta didik cenderung pasif
2) Kurang cocok untuk pembentukan keterampilan dan sikap.
3) Melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah
seluruh peserta didik sudah mengerti apa yang dijelaskan atau
belum.
2. Metode Demonstrasi
a. Pengertian
Demonstrasi merupakan metode yang sangat efektif, sebab
membantu peserta didik untuk mencari jawaban dengan usaha
sendiri berdasarkan fakta atau data yang benar. Dalam strategi
pembelajaran, demonstrasi dapat digunakan untuk mendukung
keberhasilan strategi pembelajaran ekspositori dan inkuiri.
Metode demonstrasi merupakan metode penyajian pelajaran
dengan memeragakan dan mempertunjukkan kepada peserta didik
tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya
atau hanya sekedar tiruan.35

34
Mulyono, Strategi Pembelajaran, hlm. 83-84.
35
Ibid; hlm. 86
19

Melalui metode demonstrasi, guru memperlihatkan suatu


proses, peristiwa, atau cara kerja suatu alat kepada siswa. Langkah
yang harus diperhatikan dalam menggunakan metode ini adalah
sebagai berikut: 1) lakukan perencanaan yang matang sebelum
pembelajaran dimulai. 2) rumuskanlah tujuan pembelajaran dengan
metode demonstrasi. 3) buatlah garis besar langkah-langkah
demonstrasi. 4) tetapkanlah apakah demonstrasi tersebut akan
dilakukan oleh guru atau siswa atau dilakukan oleh guru kemudian
diikuti oleh siswa.36
b. Kelebihan dan kelemahan metode demonstrasi37
Sebagai metode pembelajaran demonstrasi memiliki
beberapa kelebihan, diantaranya:
1) Perhatian peserta didik dapat dipusatkan kepada hal-hal yang
dianggap penting oleh pengajar sehingga peserta didik dapat
menangkap hal-hal yang penting.
2) Proses pembelajaran akan lebih menarik, sebab peserta didik
tanya mendengar, tetapi juga melihat peristiwa yang terjadi.
3) Dengan cara mengamati secara langsung peserta didik akan
memiliki kesempatan untuk membandingkan antara teori dan
kenyataan. Dengan demikian peserta didik akanlebih meyakini
kebenaran materi pembelajaran.
Disamping beberapa kelebihan, Metode demonstrasi juga
memiliki beberapa kelemahan, diantaranya;
1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang,
sebab tanpa persiapan yang memadai demonstrasi bisa gagal
sehingga dapat menyebabkan metode ini tidak efektif lagi.
2) Demonstrasi memerlukan peralatan, bahan-bahan, dan tempat
yang memadai yang berarti penggunaan metode ini
memerlukan pembiayaan yang lebih mahal dibandingkan
dengan ceramah.

36
Bunai’i, Perencanaan Pembelajaran Pai, hlm. 78
37
Mulyono, Strategi Pembelajaran, hlm. 87-88.
20

3) Demonstrasi memerlukan kemampuan dan keterampilan guru


yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja labih
profesional.
Untuk memantapkan hasil pembelajaran melalui metode
demonstrasi, pada akhir pertemuan dapat diberikan tugas-tugas
yang sesuai dengan kegiatan yang telah dilaksanakan.38
3. Metode diskusi
1. Pengertian
Diskusi adalah suatu proses pertemuan dua atau lebih
individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan
muka mengenai tujuan atau sasaran yang sudah tertentu melalui
cara tukar menukar informasi, mempertahankan pendapat, atau
pemecahan masalah.
Secara umum ada dua jenis diskusi yang biasa dilakukan
dalam proses pembelajaran. Pertama, diskusi kelompok. Diskusi
ini dinamakan juga diskusi kelas. Pada diskusi ini permasalahan
yang disajikan oleh guru dipecahkan oleh kelas secara keseluruhan.
Pengatur jalannya diskusi adalah guru. Kedua, diskius kelompok
kecil. Pada diskusi ini peserta diidk dibagi dalam beberapa
kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3-7 orang. 39
2. Kelebihan dan kelemahan metode diskusi40
Ada beberapa kelebihan metode diskusi, manakala
diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar.
a) Metode diskusi dapat merangsang peserta didik untuk lebih
kreatif, khususnya dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b) Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam
mengatasi setiap permasalahan.

39
Abdul Majid, Strategi Pembelajaran, hlm. 201
40
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, hlm. 288.
21

c) Dapat melatih peserta didik untuk dapat mengemukakan


pendapat atau gagasan secara verbal.
Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa
kelemahan, diantaranya:
a) Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau
3 orang peserta didik yang memeliki keterampilan berbicara.
b) Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas, sehingga
kesimpulan menjadi kabur.
c) Memerlukan waktu yang cukup panjang, yang kadang tidak
sesuai dengan apa yang direncanakan.
4. Metode Simulasi
1. Pengertian
Simulasi berasala dari kata simulate yang artinya berpura-
pura atau berbuat seakan-akan. Metode simulasi merupakan salah
satu metode yang diturunkan daari stategi pembelajaran bermain
peran ( Role Playing).
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan cara
penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan
untuk memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan-
keterampilan tertentu.41
2. Kelebihan dan kekurangan metode simulasi42
Terdapat beberapa kelebihan dengan menggunakan simulasi
sebagai metode mengajar. diantaranya adalah:
a) Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi peserta didik
dalam menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik
dalamkehidupan keluarga, masyarakat, maupun mengahadapi
dunia kerja.
b) Simulasi dapat mengembangkan kreativitas peserta didik,
karena melalui simulasi peserta didik diberi kesempatan untuk

41
Mulyono, Strategi Pembelajaran , hlm. 98-99.
42
Ibid: hlm, 99-100.
22

c) Simulasi dapat meningkatkan gairah peserta didik dalam


proses pembelajaran.
Disamping memiliki kelebihan ,simulasi juga mempunyai
kelemahan, diantaranya:
a) Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat
dan sesuai dengan kenyataan dilapangan.
b) Pengelolaan yang kurang baik, sering simulasi dijadikan
sebagai alat hiburan , sehingga tujuan pembelajaran menjadi
terabaikan.
c) Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering
memengaruhi peserta diidk dalam melakukan simulasi.
5. Metode Tanya Jawab
a. Pengertian
Metode tanya jawab adalah metode mengajar yang
memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat two
way traffic sebab pada saat yang sama terjadi dialog antara guru
dan peserta didik. Guru bertanya peserta didik menjawab atau
peserta didik bertanya guru menjawab. Dalam komunikasi ini
terlihat adanya hubungan timbal balik secara langsung antara guru.
Metode tanya jawab merupakan salah satu dari implementasi
strategi pembelajaran partisipatif ( Partisipative Teaching and
Learning ) dan atau strategi pembelajaran ekspositori.43
b. Tujuan
Dalam proses belajar mengajar, bertanya memegang
peranan yang penting, sebab pertanyaan yang tersusun baik dengan
tekhnik pengajuan yang tepat maka akan:44
a) Meningkatkan prestasi peserta didik dalam kegiatan belajar
mengajar.
b) Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu peserta didik
terhadap masalah yang sedang dibicarakan.

43
Ibid: hlm,104.
44
Ibid:hlm, 104-105.
23

c) Merangsang dan mengembangkan pola berfikir dan belajar


aktif peserta didik, sebab berfikir iti sendiri adalah bertanya.
6. Metode Penugasan
a. Pengertian
Metode penugasan merupakan cara penyajian bahan
pelajaran. Pada metode ini guru memberikan seperangkat tugas
yang harus dikerjakan peserta didik, baik secara individual maupun
secara kelompok.45
Agar metode penugasan dapat berlangsung secara efektif,
guru perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Tugas direncanakan secara jelas dan sistematis, terutama
tujuan penugasan dan cara pengerjaannya.
2) Tugas yang diberikan harus dapat diphami peserta didik, kapan
mengerjakannya, bagaimana cara mengerjakannya, berapa
lama tugas tersebut harus dikerjakan, secara individu atau
kelompok.
3) Apabila tugas tersebut berupa tugas kelompok, perlu
diupayakan agar seluruh anggota kelompok dapat terlibat
secara aktif dalam proses penyelesaian tugas tersebut, terutama
tugas tersebut diselesaikan di luar kelas.
4) Perlu diupayakan guru mengontrol proses penyelesaian tugas
yang dikerjakan oleh peserta didik. Jika tugas tersebut
diselesaikan didalam kelas guru bisa berkeliling mengontrol
pekerjaan peserta didik, sambil memberikan motivasi dan
bimbingan terutama kepada peserta didik yang mendapatkan
kesulitan dalam penyelesaian tugas tersebut.46
D. Minat Belajar
1. Pengertian minat belajar
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan
dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit

45
Mulyasa,Menjadi Guru Profesionalmenciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan,hlm.
113.
46
Ibid: hlm.113
24

maupun implisit (tersembunyi). Belajar adalah tindakan dan prilaku


siswa yang kompleks sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa
sendiri. Dimyati dan Mudjiono mengemukakan siswa adalah penetu
terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendiidkan amat tergantung pada proses belajar dan
mengajar yang dialami siswa dan pendidik baik ketika para siswa itu
disekolah maupun di lingkungan keluarganya sendiri.47
Gagasan yang menyatakan bahwa belajar menyangkut
perubahan dalam suatu organisma, berarti belajar juga membutuhkan
waktu dan tempat. Belajar disimpulkan terjadi bila tampak tanda-tanda
bahwa perilaku manusia berubah sebagai akibat terjadinya proses
pembelajaran. Perhatian utama dalam belajar adalah perilaku verbal
manusia, yaitu kemampuan manusia untuk menangkap informasi
mengenai ilmu pengetahuan yang diterimanya dalam belajar. 48
Belajar merupakan unsur terpenting dalam peneyesuaian
individu karena pada umumnya respon-respon dan sifat-sifat
kepribadian diperlukan bagi penyesuaian diri diperoleh dan menyerap
kedalam diri individu melalui proses belajar. Oleh karena itu , kemauan
belajar menjadi sangat penting karena proses belajar itu akan terjadi dan
berlangsung dengan baik dan berkelanjutan, manakala individu yang
bersangkutan memilki kemauan yang kuat untuk belajar.
Minat belajar merupakan persyaratan terpenting dalam kegiatan
siswa karena melalui minat belajar yang tinggi dapat mengantarkan
terhadap tercapainya prestasi belajar yang optimal bagi siswa. Dengan
demikian minat belajar perlu ditanamkan kepada siswa agar dapat
memiliki dan dilaksanakan dalam setiap belajarnya.
Minat belajar berperan penting dalam kehidupan peserta didik
dan mempunyai dampak yang sangat besarte rhadap sikap dan perilaku
siswa yang berminat terhadap kegiatan belajar akan berusaha lebih
keras dibandingkan siswa yang kurang berminat. Untuk mengetahui
tentang pengertian minat belajar, maka dalam pembahasan ini akan
47
Syaiful sagala, konsep dan makna pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2011), hlm.11-13.
48
Ibid: hlm. 13-14.
25

diuraikan secara etimologi dan terminologi. Pengertian minat sebagai


berikut.
Menurut Muchlis solichin dalam bukunya, Secara bahasa minat
berarti “kecenderungan hati yang tertinggi terhadap sesuatu. Minat
merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat besar
sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia
akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya tanpa minat
seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.49
Sedangkan pengertian minat secara istilah telah banyak
dikemukakan oleh para ahli, di antaranya yang dikemukakan oleh
Hilgardyang dikutip oleh Slameto menyatakan “Interest is persisting
tendency topay attention to end enjoy some activity and conten.”
Sardiman A. M. Berpendapat bahwa minat diartikan sebagai suatu
kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti
sementara situasi yang dihubungkannya dengan keinginan-keinginan
atau kebutuhan- kebutuhannya sendiri.50
Minat merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
usaha yang dilakukan seseorang. Minat yang kuat akan menimbulkan
usaha yang gigih serius dan tidak mudah putus asa dalam
menghadapinya, yang dengannya akan memiliki semangat yang tinggi
untuk tetap konsisten dalam melaksanakan proses pembelajarannya
untuk mencapai tujuan belajar.
Secara sederhana, minat (interest) berarti kecenderungan dan
kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Menurut Reber (1988), minat tidak termasuk istilah populer dalam
psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor
internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi
dan kebutuhan.51
Namun terlepas dari masalah populer atau tidak, minat seperti
yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi

49
M. Muchlis Solichin, Psikologi pendidikan berparadigma Konstruktivistik, hlm. 118.
50
Ibid: hlm.118
51
Muhibbin syah, Psikologi Belajar, hlm.152
26

kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi


tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar
terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari
pada siswa lainnya. Kemudian, karena pemusatan perhatian yang
intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk
belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan.
Guru dalam kaitan ini sebagianya berusaha membangkitkan minat
siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang
studinya dengan cara yang kurang lebih sama dengan kiat membangun
sikap positif seperti terurai di muka.52
2. Fungsi Minat
Elizabeth B. Hurlock menulis tentang funsi minat bagi peserta
didik dalam proses pembelajaran sebagai berikut:53
a) Minat memengaruhi intensitas cita-cita. Minat yang dimilki
seorang akan mengarahkan seorang peserta didik untuk memilki
cita-cita yang sejalan dengan minatnya terhadap suatu bidang
ilmulmata pelajaran.
b) Minat sebagai tenaga pendorong yang kuat dalam menguasai suatu
bidang ilmu/ mata pelajaran tertentu. Misalnya seorang anak yang
berminat untuk mempelajari matematika, ia akan dengan senang
hati terdorong untuk mempelajari l mendalami ilmu tersebut.
c) Prestasi dipengaruhi oleh jenis dan intensitas minat. Dengan minat
yang dimilki anak didik, ia akan lebih terdorong untuk mencapai
prestasi belajar. Oleh karena minat dapat menjadi tenaga
pendorong untuk belajar, maka anak tersebut akan mendapatkan
tenaga ekstra untuk mencapai prestasi belajar.
d) Minat yang terbentuk sejak kecil/ masa kanak-kanak akan secara
terus menerus memberikan inspirasi ketika memasuki masa dewasa
dan akan menghasilkan tenaga pendorong untuk mewujudkannnya.
Jika minat dapat ditumbuh kembangkan, seorang anak akan
dengan suka rela dan senang hati dalam melaksankan pembelajaran,
52
Ibid: hlm. 152
53
M. Muchlish Solichin, Psikologi Pendidikan berparadigma Konstruktivistik, hlm.119.
27

yang dengannya akan menjadikan anak benar-benar terlibat dalam


proses pembelajaran. Dalam konteks perhatian, minat mempunyai
peranan dalam upaya seorang anak untuk memberikan perhatian
dalam suatu ilmu pengetahuan / mata pelajaran. Dengan perhatian
yang memberikan anak didik terhadap pembelajaran akan
menghasilkan keterlibatannya dalam proses pembelajaran. Apalagi
dalam paradigma pembelajaran yang berpusat dalam melahirkan
perhatian yang serta merta memudahkan terciptanya pemusatan
perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar. Oleh karena
itu minatmempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila
bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa maka
siswa tersebut tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya.54
3. Ciri-ciri siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:55
a) Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
b) Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
c) Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang
diminati. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang
diminati.
d) Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang
lainnya.
e) Dimanifestasikan melalui parisipasi pada aktivitas dan kegiatan.

2. Kajian Penelitian Terdahulu


Berdasarkan penelusuran peneliti, kajian tentang meningkatkan
minat belajar pada mata pelajaran fiqih yang sudah pernah di teliti antara
lain sebagai berikut:
a. Sri Wahyuni, Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama Islam
dengan judul “ Minat belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih di

54
Ibid; hlm. 120
55
Ibid: hlm.120
28

Madrasah Diniyah Al-Ikhlas Bellangan Desa Bangkes Kecamatan


Kadur Kabupaten Pamekasan”.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dan
menggunakan pengumpulan data, tekhnik wawancara, observasi dan
dokumentasi, sedangkan jenis penelitian ini studikasus informan
kepala madrasah, guru fiqih, sebagian guru lain dimadrasah Diniyah
Al-Ikhlas Bellangan Desa bangkes kecamatan kadur kabupaten
pamekasan, data yang terkumpul berbentuk transkip wawancara, yang
didukung dengan data observasi dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka minat belajar siswa
pada mata pelajaran fiqih di madrasah Diniyah Al-Ikhlas Bellangan
Desa bangkes kecamatan kadur kabupaten pamekasan adalah bersifat
teknis dan nonteknis. Hal ini ditunjukkan dengan data hasil penelitian
yang cukup siqnifikan. Untuk itu dalam rangka mengoptimalkan
program ini perlu adanya koordinasi antar pihak yang terkait seperti
kepala madrasah, guru dan murid.56
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini ialah
sama-sama meneliti minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih dan
penelitiaannya sama-sama menggunkan metode deskriptif kualitatif.
Pengumpulan datanya sama-sama diperoleh dengan observasi ,
wawancara serta dokumentasi. sedangkan perbedaannya ialah, Pada
penelitian terdahulu meneliti Minat belajar siswa pada mata
pelajaran Fiqih sedangkan penelitian sekarang meneliti metode
pembelajaran fiqih dalam meningkatkan minat belajar siswa, lokasi
penelitian terdahulu ialah di di Madrasah Diniyah Al-Ikhlas Bellangan
Desa Bangkes Kecamatan Kadur Kabupaten Pamekasan sedangkan
penelitian ini dilakukan di MTs Al-Falah Al-Islami Desa Bancelok
kecamatan Jrengik Kabupaaten Sampang. Analisis data pada
penelitian terdahulu menggunakan cheeking, organizing, dan coding,

56
Sri wahyuni, Minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di madrasah diniyah bellangan
desa bangkes kecamatan kadur kabupaten pamekasan” skripsi (pamekasan: STAIN
Pamekasan, 2015).
29

sedangkan penelitian ini dengan cara reduksi data, penyajian data dan
penarikan kesimpulan.
b. Skripsi yang ditulis oleh Chiqmatun Nazila, Jurusan Tarbiyah Prodi
Pendidikan Agama Islam dengan judul “ upaya peningkatan minat
belajar fiqih melalui strategi pembelajaran Crosswoed Puzzle di Mts
Islamiyah Ciputat”
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
tindakan kelas (PTK) pada siswa kelas VIII-1 MTs. Islamiyah Ciputat
yang terdiri dari dua siklus dan setiap siklus meliputi tahap
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Siklus berhenti
ketika indikator keberhasilan telah dicapai.
Hasil penelitian menunjukkan adanya minat belajar pada setiap
siklus, hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada siklus I dan
siklus II. Pada siklus I hasil belajar siswa memperoleh rata-rata
mencapai 83,23 dan pada siklus II rata-rata hasil belajar siswa
meningkat menjadi 89,70. Peningkatan minat belajar fiqih siswa juga
dapat dibuktikan dengan hasil skor angket minat belajar siswa pada
mata pelajaran fiqih, diperoleh skor rata-rata 66,58. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran cassword puzzle dapat
meningkatkan minat belajar fiqih siswa kelas VIII-1 MTs Islamiyah
Ciputat.57
Persamaan dari penelitian terdahulu dan yang sedang diteliti
ialah sama-sama membahas meningkatkan minat belajar belajar siswa
Sedangkan perbedaannya ialah, penelitian terdahulu menggunakan
metode penelitian tindakan kelas (PTK), peneliti menggunakan
metode deskriptif kualitatif. Pada tekhnik pengumpulan data kajian
terdahulu yaitu dengan observasi, catatan lapangan, wawancara ,
dokumentasi serta angket sedangkan peneliti menggunakan observasi
wawancara dan dokumentasi. Serta lokasi dari penelitian terdahulu
ialah di Mts Islamiyah Ciputat” sedangkan penelitian sekarang

57
Chiqmatun Nazila, Upaya Peningkatan Minat Belajar Fiqih melalui Strategi Pembelajaran
Crossword Puzzle di MTs. Islamiyah Ciputat, (Jakarta: UIN Syarief Hidayatullah,2014).
30

dilakukan di MTs. Al-Falah Al-Islami desa Bancelok Kecamatan


Jrengik Kabupaten Sampang.
c. Skripsi yang ditulis oleh ismawati jurusan tarbiyah prodi pendidikan
Agama Islam dengan judul: “Metode Pembelajaran Mata Pelajaran
Fiqih “Kelas Takhsus” di Madrasah Aliyah Darunnajat
TegalMunding Brebes “
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (fiel Research)
yang bersifat deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian dilakukan di MA
darunnajat tegalmunding pruwatan. Objek penelitian ini adalah
metode pembelajaran mata pelajaran fiqih kelas Takhsus. Dalam
penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru mata
pelajaran fiqih kelas takhsus dan kepala sekolah. Adapaun tekhnik
pengeumpulan datanya dilakukan dengan cara observasi, wawancara,
dan dokumentasi serta tekhnik analisi datanya dilakukan dengan cara
reduksi data penyajian data dan penarikan kesimpulan.58
Persamaan dari penelitian terdahulu dan yang sedang diteliti
ialah sama-sama membahas metode pembelajaran fiqih dan
penelitianya sama-sama menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Pengumpulan datanya sama-sama diperoleh dengan observasi ,
wawancara serta dokumentasi. Analisis datanya dalam penelitian ini
sama-sama dengan cara reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan. sedangkan perbedaannya ialah, Pada penelitian terdahulu
meneliti Metode Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih “Kelas
Takhsus” sedangkan penelitian ini meneliti metode pembelajaran fiqih
dalam meningkatkan minat belajar siswa. lokasi penelitian terdahulu
ialah di di Madrasah Aliyah Darunnajat TegalMunding Brebes
sedangkan penelitian ini dilakukan di MTs Al-Falah Al-Islami Desa
Bancelok kecamatan Jrengik Kabupaaten Sampang.

H. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
58
Ismawati, Metode Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih” Kelas Takhsus” Di Madrasah Aliyah
Darunnajat Tegalmunding Brebes (Purwekorto: IAIN Purwokerto: 2016)
31

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.


Pendekatan kualitatif sebagaimana dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor
yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-
kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.59 Sejalan
dengan hal tersebut Denzin dan Lincoln menyatakan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode.60

Pendekatan kualitatif seringkali digunakan dengan beberapa istilah


diantaranya adalah inkuiri naturalistik atau alamiah, fenomenologis, studi
kasus dll. Pendekatan kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud
untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian. Misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain
secara holistik dan dengan cara diskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan sebagai
metode alamiah.61

Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena sesuai dengan


kriteria judul ini, memungkinkan untuk diadakan pemaparan data secara
deskriptif tanpa melalui pendekatan statistik. Apa yang peneliti temukan
dalam penelitian lapangan merupakan informasi fakta yang akan dianalisis
dengan metode pengelompokan, kategorisasi seluruh unsur-unsur yang
menjadi persoalan.

Adapun Jenis penelitian yang diambil oleh peneliti adalah jenis


penelitian ingkuiri naturalistik. Dengan alasan bahwa dalam kegiatan ini
peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam

59
Andi prastowo, metode penelitian kualitatif dalam perspektif rancangan penelitian (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2014), hlm. 22.
60
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hlm.
5
61
Ibid: hlm.6
32

memberikan penafsiran.62 Jenis penelitian inkuiri naturalistik ini merupakan


penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif.

Istilah “deskriptif “ bearsal dari istilah bahasa inggris to describe


yang bearrti memaparkan atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya
keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan lain-lain. Dengan
demikian yang dimaksud dengan penelitian deskriptif adalah penelitian
yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi atau hal lain-lain
yang sudah disebutkan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan
penelitian.63

Sudah disinggung bahwa di dalam penelitian deskriptif tidak


diperlukan administrasi dan pengontrolan terhadap perlakuan. Penelitian
deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya
menggambarkan “apa adanya” tentang sesuatu variabel, gejala atau kedaan.
Memang ada kalanya dalam penelitian ingin juga membuktikan dugaan
tetapi tidak terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa penelitian deskriptif
tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.64

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti di lapangan sangat penting dan mutlak dilakukan


dalam pendekatan kualitatif. Karena Kehadiran peneliti selain bertujuan
menjalin komunikasi dengan Informen yaitu juga untuk memperoleh data
dan informasi terkait dengan masalah yang diteliti. Sehingga dengan
kehadiran peneliti akan lebih tahu situasi dan kondisi dilapangan.

Peneliti dalam hal ini bertindak sebagai instrument atau pengumpul


data, sekaligus pengamat serta merupakan perencana, pelaksana
pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi

62
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka
Cipta,2013, hlm., 11
63
Ibid: hlm.3.
64
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2013), hlm. 234.
33

pelopor hasil penelitiannya. Pengertian instrumen atau alat penelitian disini


tepat karena menjadi segalanya dari keseluruhan proses penelitian.65.

3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Mts Al-Falah Al-Islami desa
Bancelok kecamatan jrengik kabupaten sampang. Peneliti menganggap
layak mengadakan sebuah penelitian di sana karena lokasi yang dekat
dengan peneliti dan juga adanya persoalan seperti kurangnya keterampilan
seorang guru dalam menyampaikan bahan pelajaran (materi) atau kurang
menarik dalam penggunaan metode pembelajaran terutama di mata
pembelajaran fiqih. Terjadinya pembelajaran yang kurang menarik karena
guru lebih sering menggunakan metode ceramah dan tanya jawab, sehingga
siswa merasa bosan dan kurang bersemangat mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Menurut Lexi J. Moleong cara terbaik yang perlu ditempuh dalam
menetukan lapangan penelitian adalah dengan mempertimbangkan teori
substantif dan mempelajari serta mendalami fokus serta rumusan masalah
penelitian, untuk itulah “Pergilah dan jajakilah lapangan untuk melihat
apakah terdapat kesesuaian dengan kenyataan yang ada dilapangan”.
Keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya, tenaga, perlu
dipertimbangkan dalam penentuan Lokasi penelitian.66

4. Sumber Data
Menurut Lofland dan Lofland, sebagaimana dikutip dalam buku
Memahami Penelitian Kualitatif. Sumber data utama dalam penelitian
kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan
seperti dokumentasi dan lain-lain.67
Suharsimi Arikunto mengartikan sumber data sebagai subjek dimana
data dapat diperoleh. Lebih lanjut ia juga mengklasifikasikan sumber data
menjadi tiga macam yaitu: orang (Person), tempat (Place) dan simbol

65
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif , hlm. 168,
66
Ibid: hlm. 128.
67
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hlm.
169..
34

(Paper).68 Terkait dengan penelitian, yaitu: “ Metode Pembelajaran Fiqih


dalam Meningkatkan minat belajar siswa di MTs. Al-Falah Al-Islami Desa
Bancelok Kecamatan Jrengik Kabupaten Sampang” dengan identifikasi
sebagai berikut.
a. Orang (Person) yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa
jawaban lisan maupun wawancara atau tertulis melalui angket.
Sumber data person dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran
fiqih dan siswa.
b. Tempat (Place) yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa
keadaan diam (kelengkapan alat, ruangan) dan bergerak (aktivitas,
kinerja, kegiatan belajar mengajar). yang termasuk dalam dalam
sumber data place dalam penelitian ini adalah : Limgkungan sekolah,
ruang kelas, dan yang bergerak adalah sarana pembelajaran.
c. Simbol (Paper) yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda
berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Sumber data
paper ini antara lain adalah data jenis literatur seperti buku dan
dokumentasi seperti peta lokasi, jadwal kegiatan dan lain-lain.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data merupakan hal yang paling penting
dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian yaitu
mendapatkan data.
Menurut Buna’i dalam bukunya, Pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif ada 3 (tiga) cara, yaitu: wawancara (intervieu), observasi
(pengamatan), dan analisis dokumen.69
a) Observasi
Menurut Purwanto observasi yang dikutip oleh Buna’i adalah
“Metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan
secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok”.70

68
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek , hlm., 172
69
Buna’i, Metodologi penelitian pendidikan (Pamekasan Stain Pamekasan Press, 2006), hlm. 101
70
Ibid: 104.
35

Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan apabila


penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-
gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Dari
segi proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan
menjadi Participant observation (observasi berperan serta) dan non
participant observation.71
1) Observasi berperan serta (Participant Observation)
Observasi berperan serta mengharuskan peneliti terlibat
dalam kegiatan sehari-hari orang-orang yang sedang diamati atau
yang digunakan sebagai sumber data penelitian. Dengan observasi
participant ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap.
2) Observasi non participant
Peneliti dalam observasi non participant ini tidak terlibat
langsung dengan aktivitas orang yang diamati dan hanya sebagai
pengamat independen, ini yang menjadi pembeda antara
participant dan non participant.
Pada jenis observasi ini, peneliti mencatat, menganalisis
dan selanjutnya dapat membuat kesimpulan tentang perilaku orang-
orang yang diteliti.72
Observasi yang dilaksanakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data yang sesuai dengan sifat penelitian yakni
dengan menggunakan observasi non participant. Hal ini
dikarenakan peneliti tidak menjadi bagian dari masyarakat di MTs.
Al-falah Al-Islami kecamatan jrengik kabupaten sampang.
Objek observasi dari penelitian ini ialah guru mata pelajaran
fiqih beserta seluruh siswa.
b) Metode wawancara (interviu)
Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan
melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan

71
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm.
145.
72
Ibid: hlm. 145.
36

dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Dalam melakukan


wawancara dibutuhkan keterampilan yang memadai agar informasi
dapat diperoleh secara menyeluruh.73
Menurut burhan dalam bukunya Wawancara secara umum
adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan
cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan
informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa
menggunakan pedoman (guide) wawancara, dimana pewawancara dan
informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.74
Jenis wawancara ada dua yaitu terstruktur dan tidak terstruktur:
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang pewawancaranya
menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan
diajukan. Sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah pedoman
wawancara yang hanya memuat garis besar yang mau ditanyakan,
wawancara disini dituntut untuk lebih berkreatifitas agar dapat
memperoleh hasil wawancara yang bagus.75Penelitian ini akan
menggunakan wawancara terstruktur.
c) Metode Dokumentasi

Menurut Buna’i dalam bukunya Analisis dokumen atau


dokumentasi berarti cara pengumpulan data dengan mencatat data yang
sudah ada. Metode dokumentasi diantara kegiatannya mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkip, buku,
surat kabar, majalah, notulen, rapat, lengger, agenda dan sebagainya.76

Dokumentasi merupakan data yang berasal dari sumber data


benda yang berupa bahan-bahan tertulis seperti buku catatan, buku,
agenda dan berkas-berkas lain. Dalam hal ini metode yang diamati dan
dipelajari adalah bukan benda hidup. Dengan demikian dokumen dapat
dijadikan penafsiran atau bahan analisis terhadap hal-hal yang diteliti.

73
Bunai, metodelogi penelitian pendidikan, hlm.101
74
Burhan, Penelitian Kualitatif (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 111.
75
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 190.
76
Bunai, metodelogi penelitian pendidikan, hlm.107
37

Dokumentasi merupakan bahan tertulis yang juga dibentuk oleh


peneliti, pencarian serta pengumpulan data yang akan dijadikan
dokumentasi dalam penelitian ini tidak akan keluar/lepas dari apa yang
menjadi fokus penelitian, yaitu data-data yang berkenaan dengan
metode pembelajaran fiqih dalam meningkatkan minat belajar siswa di
Mts. Al-Falah Al-Islami kecamatan jrengik kabupaten sampang, baik
berupa gambar, rekaman, dokumen, data-data dari guru dan siswa dan
lain sebagainya. Data-data tersebut diperoleh dari pelaksanaan ketika
kegiatan observasi dan wawancara berlangsung

6. Analisis Data
Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja menggunakan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya
menjadi satu yang dapat dikelola, menemukan apa yang penting, dan apa
yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.77
Data yang diperoleh dari penelitian tersebut akan dianalisis
menggunakan metode deskripsi analisis. Dalam penelitian ini data yang
dianalisis adalah data yang terhimpun yang diperoleh dari lapangan, hasil
wawancara, dan dokumentasi. Adapun tahapan-tahapan dalam analisis data
adalah:
a. Reduksi data
Yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan
pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian
data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data
selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b. Penyajian data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif , penyajian data bisa
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya. Yang paling sering digunakan untuk
77
Lexy J. Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif, hlm. 248.
38

menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang


bersifat naratif. Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan
untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja.78
7. Pengecekan keabsahan data
Untuk megecek data yang sudah terkumpul dan mengetahui apakah
data yang diperoleh sudah valid dan bisa dipertanggung jawabkan, maka
peneliti melakukan peninjauan kembali secara cermat dan teliti (Crosceek)
agar sumber data dari temuan-temuan ini tidak terkesan mengambang dan
Validitas data lebih terjamin. Oleh karenanya peneliti menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut.

a. Perpanjangan keikutsertaan
Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan
data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu
singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan pada latar
penelitian.Perpanjangan keikutsertaan juga menuntut peneliti terjun
kelokasi dan dalam waktu yang cukup panjang guna mendeteksi dan
memperhitungkan distorsi yang mungkin mengotori data.79
Jika waktu yang telah disepakati ternyata belum cukup, maka
diperlukan perpanjangan sekitar satu sampai dua minggu.
b. Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan berarti mencari secara konsisten
interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitannya dengan proses
analisis yang konstan atau tentatif. Ketekunan pengamatan bermaksud
untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat
relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian
memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.80

78
Sugiono, Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D, hlm. 247-249.
79
Lexy J. Moleong, metodelogi penelitian, hlm.327-328.
80
Ibid; hlm. 329.
39

8. Triangulasi
Triangulasi merupakan teknik pemeriksaa keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.81
Mengacu pada pendapat Denzim yang dikutip oleh Burhan Bugin
menjelaskan bahwa pelaksanaan pengujian keabsahan data dengan metode
triangulasi terbagi menjadi empat, yaitu peneliti, metode, sumber, dan
teori.82
Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah
pemeriksaan melalui triangulasi sumber.83 Triangulasi sumber adalah
menggali kebenaran informasi dari berbagai sumber yang digunakan
sebagai teknik pengumpul data.84 Mengetahui alasan dalam perbandingan
data tersebut merupakan hal terpenting dalam evaluasi ini. Dengan demikian
triangulasi sumber memiliki arti membandingkan atau mengecek ulang
kevalidan informasi yang didapatkan.85
Contohnya membandingkan hasil pengamatan dengan wawancara,
membandingkan apa yang dikatakan didepan umum dengan yang diucapkan
dalam wawancara, membandingkan hasil wawancara dengan dokumen yang
ada.86
9. Tahap-tahap Penelitian
Tahap-tahap yang ditempuh oleh peneliti dalam penelitian ada tiga
tahapan, yaitu: tahap pra penelitian, proses penelitian dan tahap penyusunan
laporan.
1) Pra penelitian
a. Membuat judul penelitian
b. Membuat dan menentukan konteks penelitian
c. Membuat usulan proposal.
d. Mengurus perijinan penelitian

81
Ibid: hlm. 330.
82
Burhan, Metode Penelitian Kualitatif, hlm. 264.
83
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif, hlm. 330.
84
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta: Bumi Aksara, 2014), hlm. 219.
85
Ibid, hlm. 219
86
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian kualitatif , hlm. 331.
40

2) Proses penelitian
Proses penelitian diawali dengan memasuki lapangan. Peneliti
terjun ke lokasi untuk mengumpulkan data baik primer maupun
sekunder melalui informasi-informasi yang didapatkan.
a. Tahap analisis data
Dalam tahap ini, setelah peneliti berhasil mendapatkan data
atau informasi dari objek yang diteliti, langkah yang diambil
adalah menganalisis data yang diperoleh dan kemudian
menyajikannya secara utuh tanpa melakukan penambahan maupun
pengurangan informasi yang peneliti peroleh dari lokasi penelitian
dalam bentuk karya ilmiah.87
b. Penyusunan laporan
Penyusunan laporan ini berisi tentang kerangka dan isi
laporan penelitian. Adapun mekanisme yang diambil dari
penyusunan laporan ini disesuaikan dengan buku panduan tentang
penulisan karya ilmiah yang diatur oleh STAIN Pamekasan.

87
ibid, hlm. 148.
41

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.


Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Basrowi dan Suwandi. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Rineka
Cipta, 2008.
Buna’i. Metode Penelitian Pendidikan. Pamekasan: Stain Pamekasan Press, 2006.
Buna’i. Perencanaan Pembelajaran PAI. Surabaya: Pena Salsabila, 2013.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2012.
Djamara, Syaiful Bahri. Strategi Belajar mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2013.
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif . Jakarta: Bumi Aksara, 2014.
Hanafi, Imam. Pengantar ushul Fiqih &Ilmu Fiqih. Surabaya: Pena
salsabila,2014.
Ismawati, Metode Pembelajaran Mata Pelajaran Fiqih” Kelas Takhsus” Di
Madrasah Aliyah Darunnajat Tegalmunding Brebes. Purwekorto: IAIN
Purwokerto, 2016.
Komsiyah,Indah. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Teras, 2012.
Koto, Alaiddin. Ilmu Fiqih dan ushul Fiqih. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
2006.
Majid, Abdul. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2014.
Majid,Abdul. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: PT. Remaja
Rosdaya,2014.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014.
Mulyasa. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan
Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdaya, 2005.
Mulyono. Strategi Pembelajaran. Malang:UIN-Malang Press, 2012.
Nazila, Chiqmatun . Upaya Peningkatan Minat Belajar Fiqih melalui Strategi
Pembelajaran Crossword Puzzle di MTs. Islamiyah Ciputat. Jakarta: UIN
Syarief Hidayatullah,2014.
42

Prastowo,Andi. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Persepektif Rancangan.


Jogyakarta: Ar- Ruzz Media, 2014.
Rohani, Ahmad. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Renika Cipta, 2010.
Sagala, Syaiful . konsep dan makna pembelajaran. Bandung: Alfabeta, 2011.
Solichin, M. Muchlis. Psikologi pendidikan berparadigma Konstruktivistik
Surabaya: CV. Salsabila Putra Purnama, 2016.
Solichin, Muchlis. Pengelolaan Pembelajaran. Surabaya: Pena Salsabila, 2013.
Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: CV.
Alfabeta, 2009.
Suprihatiningrum, Jamil. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2014.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Pers,2013.
Wahyuni, Sri. Minat belajar siswa pada mata pelajaran fiqih di madrasah
diniyah bellangan desa bangkes kecamatan kadur kabupaten pamekasan”
.pamekasan: STAIN Pamekasan, 2015
Yamin, Martinis. Strategi dan Metode dalam model pembelajaran. Jakarta: GP
Press, 2013.

Anda mungkin juga menyukai